panduan umum penamaan invensi badan penelitian...

119

Upload: trandiep

Post on 05-Jun-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,
Page 2: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

i

PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Page 3: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

ii

Page 4: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

iii

PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Penyusun:

Erizal Jamal Sri Wuryaningsih

Istriningsih Toto Sutater

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Page 5: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

iv

Cetakan 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014 Katalog dalam terbitan

Panduan umum penamaan invensi badan penelitian dan pengembangan pertanian/Penyusun, Erizal Jamal ... [et al.].-- Jakarta: IAARD Press, 2014

viii, 108 hlm.: ill.; 24 cm 63: 001.894 1. Invensi 2. Penamaan I. Jamal, erizal II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ISBN 978-602-1520-61-1 Penasehat: Kepala Balitbangtan Pengarah: Sekretaris Balitbangtan Penanggung Jawab: Kepala Balai PATP Tata Letak: Eva Yuliana Desain Sampul: Siti Leicha Firgiani. IAARD Press Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu, Jakarta 12540 Telp: +62 21 7806202, Faks.: +62 21 7800644 Alamat Redaksi : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp.: +62 251 8321746, Faks.: +62 251 8326561 e-mail : [email protected]

Page 6: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

v

KATA PENGANTAR

Pada usia yang ke-40, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian yang disingkat Balitbangtan

telah menghasilkan ribuan inovasi yang sebagian besar

telah dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama petani.

Dalam perjalanannya hingga saat ini, inovasi tersebut

telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap

pembangunan pertanian.

Selama ini, inovasi yang dihasilkan melalui penelitian dan

disebarluaskan beragam identitas, termasuk penamaannya, tampaknya belum

efektif memberikan image bagi pengguna inovasi Balitbangtan yang merupakan

lembaga penelitian nasional dan menjadi rujukan pengembangan inovasi teknologi

pertanian. Dalam upaya pengembangan Corporate Management, yang terkait

dengan Corporate Identity, diperlukan pola dan sistem penamaan invensi yang

menunjukkan ciri khas Balitbangtan dan jaminan mutu bagi invensi hasil penelitian

pertanian.

Pedoman ini disusun untuk menjadi acuan bagi semua UK/UPT lingkup

Balitbangtan dalam penamaan invensi produk hasil penelitian. Dengan diterbitkan-

nya Panduan Penamaan Invensi Balitbangtan ini disampaikan penghargaan dan

terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan

panduan.

Jakarta, Maret 2014,

Kepala Balitbangtan

Dr. Ir. Haryono, MSc

Kata pengantar

Page 7: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

vi

Page 8: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………….…………..…….... v

Daftar Isi ………………………………………………………………………...…. vii

I. Pendahuluan………………………………………………………………..…... 1

1. Latar Belakang …………………………………………………….….……… 1

2. Tujuan …………………………………………………...………………..……. 2

II. Prinsip Penamaan Produk Penelitian ………………………........…. 3

1. Penamaan ……………………………………………………………......….. 3

2. Prinsip Penamaan Invensi …………………………….…………..…… 3

III. Tata Cara Penamaan Invensi …………………….……………….....…… 7

1. Tata Cara Penamaan …………………...……….………..……….……. 7

2. Penamaan Invensi …..…………………………………….........……… 7

PP Nomor 13 Tahun 2004 …….……………………………….….………. 16

Permentan Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 ………....………..…. 27

Permentan Nomor 19/Permentan/OT.140/2/2008 .………….. 40

Permentan Nomor 24/Permentan /SR.140/4/2011.……….…. 58

Permentan Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 ….…..… 85

Lampiran : SK Ka Balitbangtan No.90/KPTS/HK.060/5/I/ 3/2014 …................................................................................ 109

Daftar isi

Page 9: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

1 Pendahuluan

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang makin kompleks seiring dengan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian, penurunan kualitas sumber daya genetik, dan persaingan global. Balitbangtan senantiasa berupaya mendaya-gunakan segenap kemampuan yang dimiliki untuk terus menghasilkan inovasi teknologi, terutama untuk mendukung empat sukses Kementan. Dalam kaitan itu penelitian dan pengembangan pertanian berperan penting dan strategis dalam menghasilkan teknologi, termasuk varietas unggul yang berdaya saing.

Memasuki usia yang ke-40 tahun (1974 – 2014), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan ribuan invensi, antara lain berupa varietas tanaman, pupuk, teknik pengolahan hasil pertanian, peternakan, bio teknologi, pestisida, vaksin, alat dan mesin, yang sebagian telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Invensi tersebut telah disampaikan kepada masyarakat dengan beragam identitas, termasuk penamaannya, tetapi belum dapat dengan mudah mencirikan sebagai invensi yang dihasilkan Balitbangtan. Dalam upaya dalam pengembangan Corporate Management, yang salah satunya terkait dengan Corporate Identity, dipandang perlu adanya pola dan sistem penamaan invensi yang menunjukkan identitas Balitbangtan dan jaminan kualitas produk hasil penelitian.

Permentan No 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang penamaan dan tatacara pendaftaran varietas tanaman, Permentan No 19/Permentan /OT.140/2/2008 tentang penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak, Permentan No 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida dan Permentan No 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah dipersyaratkan untuk tidak menggunakan nama alam, dan nama orang terkenal, kecuali telah mendapat persetujuan dari yang bersangkutan atau ahli warisnya, tidak menggunakan lambang Negara, maksimal tiga kata kecuali rumpun ternak atau galur ternak dua kata.

Page 10: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan penamaan invensi 2

Dari penelusuran terhadap nama-nama varietas yang sudah dilepas masih ditemukan nama yang tidak senada dengan Permentan tersebut.

Dengan tidak adanya identitas yang jelas, invensi Balitbangtan

belum dikenal luas oleh masyarakat ditinjau dari segi penamaannya. Di lembaga penelitian lain, baik pemerintah maupun swasta, sudah mempunyai identitas invensi yang khas, terutama dari aspek penamaan sehingga invensi yang beredar di pasaran mudah dibedakan dengan invensi dari lembaga lain. Oleh karena itu, pengembangan corporate image perlu didukung oleh invention image yang menjadi identitas invensi Balitbangtan, sehingga perlu disusun panduan umum tentang penamaan invensi hasil penelitian yang menjadi penciri atau identitas invensi Balitbangtan, dan jaminan kualitas invensi hasil penelitian.

2. Tujuan

Panduan umum penamaan invensi hasil penelitian Balitbangtan ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi semua pihak dalam penamaan invensi hasil penelitian pertanian sebagai implementasi manajemen identitas korporasi Balitbangtan sesuai tagline SCIENCE.INNOVATION.NETWORKS.

Page 11: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

3 Prinsip penamaan produk penelitian

II. PRINSIP PENAMAAN PRODUK PENELITIAN

1. Penamaan Secara umum, nama adalah sebutan yang diberikan kepada sesuatu,

baik benda, manusia, tempat, produk maupun ide/gagasan. Nama biasanya digunakan untuk membedakan individu atau benda yang satu dengan lainnya. Prinsip penamaan adalah mudah dipahami oleh sebagian besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia, dengan tingkat ambiguitas minimum, sambil mengkondisikan agar nama tersebut mudah dipahami dan wajar diberikan.

Penamaan atau pemberian nama invensi dilakukan apabila akan dilakukan pelepasan atau peluncuran invensi, sehingga invensi mempunyai identitas yang menggambarkan ciri khas dan citra pemiliknya.

Manajemen korporasi Balitbangtan tidak terlepas dari tagline SCIENCE.INNOVATION.NETWORKS, dimana inovasi harus dihasilkan melalui kegiatan ilmiah (Science) dan pengembangannya dilakukan dengan membangun kemitraan maupun kerja sama (Networks). Oleh karena itu penamaan invensi Balitbangtan sangat diperlukan guna menunjukkan identitas hasil penelitian Balitbangtan. 2. Prinsip Penamaan Invensi

Prinsip penamaan invensi pertanian mengacu pada peraturan

perundangan yang berlaku, khususnya di bidang pertanian dan mencirikan citra organisasi (corporate image) Balitbangtan.

Berbagai peraturan perundangan telah mengatur sistem penamaan invensi, terutama untuk varietas tanaman dan produk hasil penelitian lainnya seperti pupuk, produk olahan pertanian, peternakan, bioteknologi, pestisida, vaksin, alat dan mesin pertanian.

2.1 Penamaan Varietas

Penamaan varietas mengacu pada Undang-undang No. 29 Tahun

2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, PP No. 13/2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial, dan Peraturan Menteri

Page 12: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan penamaan invensi 4

Pertanian No. 01/2006 tentang Syarat Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman. Syarat penamaan varietas hasil pemuliaan adalah: (1) Setiap varietas hasil pemuliaan yang akan digunakan sebagai

varietas asal untuk pembuatan varietas turunan esensial harus diberi nama yang merupakan identitas dari varietas yang bersangkutan.

(2) Penamaan varietas hasil pemuliaan harus memenuhi persyaratan sebagai berkut: a. mencerminkan identitas varietas hasil pemuliaan yang

bersangkutan; b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai, atau

identitas suatu varietas hasil pemuliaan; c. belum atau tidak digunakan untuk varietas yang sudah ada dari

jenis tanaman yang sama, kecuali jenis tanaman yang berbeda; d. tidak menggunakan nama orang terkenal, kecuali telah

mendapat persetujuan dari yang bersangkutan; e. tidak menggunakan nama alam; f. tidak menggunakan merk dagang untuk barang atau jasa yang

dihasilkan dari bahan propagasi seperti benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

(3) Penamaan varietas hasil pemuliaan harus memenuhi ketentuan berikut: a. tidak lebih dari 30 huruf; b. tidak ditafsirkan sebagai upaya memperbesar nilai

sesungguhnya dari varietas tersebut, misalnya terbaik, paling enak dan wangi sekali;

c. tidak menggunakan kata yang dilarang dalam penamaan, seperti persilangan, hibrida, kelompok, bentuk, mutan, bibit, strain, varietas, atau bentuk jamak dari kata-kata tersebut seperti: “yang diperbaiki” atau “yang ditransformasi”;

d. tidak menggunakan tanda baca apa pun, seperti titik, titik dua, koma; dan

e. tidak menggunakan nama jenis atau spesies atau nama botani untuk penggunaan kata tunggal.

Page 13: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

5 Prinsip penamaan produk penelitian

2.2 Penamaan Rumpun Ternak atau Galur Ternak

Persyaratan penamaan rumpun atau galur ternak berdasar

Permentan No 19/Permentan /OT.140/2/2008 adalah sebagai berikut:

(1) Menggunakan bahasa Indonesia maksimal dua kata; (2) Belum pernah ada nama rumpun atau galur ternak yang sama; (3) Tidak menggunakan nama alam, orang terkenal, symbol

kenegaraan, pewayangan.

2.3 Penamaan Pupuk

Persyaratan penamaan pupuk berdasar Permentan No. 70/2011 adalah sebagai berikut: (1) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang

didaftarkan untuk legalitas harus diberi nama tersendiri, yang merupakan identitas dari setiap formula yang akan diedarkan;

(2) Satu formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah tidak boleh didaftarkan oleh pemohon dengan nama dagang formula/merk yang sama atau hampir sama dengan nama dagang/formula lain yang sudah terdaftar dan hanya mengguna-kan satu nama dagang formula/merk.

(3) Penamaan sebagaimana dimaksud pada poin (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. tidak berkaitan dengan nama unsur/jenis yang menunjukkan

formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah;

b. setiap penamaan formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang didaftarkan harus dilampiri bukti pendaftaran merk dari instansi berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI); dan

c. penamaan formula tidak bersifat agitatif, misalnya penggunaan kata “dahsyat”, “hebat”, “super” atau “ampuh”.

Page 14: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan penamaan invensi 6

2.4 Penamaan Pestisida

Penamaan Pestisida berdasar Permentan No. 24/2011

tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida adalah sebagai berikut: (1) Pestisida yang didaftarkan harus diberi nama tersendiri, yang

menjadi identitas dari formulasi yang akan didaftarkan; (2) Penamaan tidak boleh sama atau hampir sama dengan formulasi

yang telah didaftarkan; (3) Penamaan harus memenuhi syarat:

a. Setiap formula pestisida hanya diberi satu nama yang terdiri atas tiga unsur yaitu nama dagang yang tidak berkaitan dengan nama umum dan/atau nama bahan aktif, angka yang menunjukkan kadar bahan aktif, dan kode huruf yang menunjukkan kandungan formulasi;

b. Setiap pestisida yang didaftarkan untuk penamaan dilampiri bukti telah melakukan pendaftaran dari instansi yang berwenang, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tentang HKI;

c. Penamaan formulasi pestisida tidak bersifat agitatif, seperti misalnya menggunakan kata “dahsyat”, “hebat”, “super”, atau “ampuh”.

(4) Penamaan bahan teknis harus memenuhi syarat sebagaimana poin (3) dan diikuti oleh angka dan kode yang berturut-turut menunjukkan kadar bahan aktif dan macam bahan teknis.

Page 15: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

7 Tata cara penamaan invensi

III. TATA CARA PENAMAAN INVENSI

1. Tata Cara Penamaan

Sistematika penamaan invensi Balitbangtan adalah sebagai berikut: a) penamaan menggunakan maksimal tiga kata dan 30 huruf. Tiga

kata yang terdiri atas nama depan, nama tengah dan nama belakang;

b) nama depan adalah jenis invensi, dapat menggunakan singkatan dan diikuti oleh nomor seri;

c) nama tengah adalah pelengkap, singkatan, nomor, atau nomor seri; d) nama belakang adalah identitas Balitbangtan untuk Jenis invensi

berdasar kelompok invensi: d.1 PSEKP : Agrisosek d.2 Tanaman Pangan : Agritan d.3 Tanaman Hortikultura : Agrihorti d.4 Tanaman Perkebunan : Agribun d.5 Peternakan/Veteriner : Agrinak/vet d.6 BBP2TP : Agrikaji d.7 PUSTAKA : Agritaka d.8 Alat dan Mesin Pertanian : Agrialsin d.9 Sumber Daya Lingkungan : Agrilahan didahului oleh

jenis produk seperti Pro (Pupuk Hayati), Fert (Pupuk Anorganik), Beta (Pembenah Tanah), BioFert (Pupuk Organik), dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)

d.10 Teknologi Olahan : Agripaspa d.11 Pestisida : Agripest didahului oleh

jenisnya seperti PRO (Hayati), BIO (Organik), KIM (Kimia), Herbi (Herbisida), dan FERO (Feromon)

d.12 Obat-obatan : Agribat didahului oleh jenis invensi seperti OHT (Obat Herbal Terstandar) atau Jamu.

2. Penamaan Invensi

Berdasar tata cara penamaan sesuai poin 1, maka penamaan invensi Balitbangtan adalah sebagai berikut:

Page 16: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 8

Tabel 1. Penamaan Invensi Software

No. Nama software Keterangan/contoh penamaan

1 SIPADI …..* Agritan

Sistem Pakar Padi Agritan adalah kelompok tanaman pangan ……* diisi versi atau nomor seri

2 KATAM …. * .….**

Kalender Tanam ……* diisi versi atau nomor seri ……** diisi kelompok jenis teknologi/produk seperti Agritan, Agribun, Agrinak, Agrihorti dll.

3 BOOK ….. *…….**

Buku. ……* diisi jenis teknologi, misal Jagung ……** diisi kelompok jenis teknologi/produk seperti Agritan, Agribun, Agrinak, Agrihorti dll.

4 INFO ……* …….**

Informasi dasar, peta, brosur, leaflet, poster …..* diisi informasi sesuai jenis produknya …..** diisi kelompok jenis teknologi/produk seperti Agritan, Agribun, Agrinak, Agrihorti dll.

Tabel 2. Penamaan Varietas Tanaman Pangan

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

1 Padi ………* Agritan ………..* diisi nama varietas, maksimal dua suku kata. Nama benda alam (sungai dan danau) tidak boleh digunakan dalam penamaan. Inpari, Inpara, Inpago dan Hipa boleh digunakan. Contoh Penamaan: 1. Inpari Bio-blas Agritan 2. Inpara 5 Agritan 3. Inpago 9 Agritan 4. HIPA 25 Agritan

2 Jagung ………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Bima adalah nama wayang, tidak boleh digunakan lagi. Boleh menggunakan singkatan dan diikuti oleh nomor seri. Contoh Penamaan: HJ 22 Agritan

Page 17: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

9 Tata cara penamaan invensi

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

3 Kedelai ………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama gunung (benda alam) tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Dering 15 Agritan

4 Kacang Tanah

………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama binatang (benda alam) tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Takar 25 Agritan

5 Kacang Hijau

………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama burung (benda alam) tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Vima 15 Agritan

6 Ubi Jalar ………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama candi (benda alam) tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Beta 7 Agritan.

7 Ubi Kayu ………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama benda alam tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: UK 16 Agritan.

8 Sorgum ………* Agritan ………..* diisi nama varietas. Nama senjata tradisional (benda alam) tidak boleh lagi digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: KD 17 Agritan.

Tabel 3. Penamaan Varietas Tanaman Hortikultura

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

1 Jeruk ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas, maksimal dua kata. Contoh Penamaan: Jemari Agrihorti

2 Melon ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Galuh Agrihorti

3 Pepaya ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Solindo Agrihorti

Page 18: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 10

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

4 Semangka ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: BT 15 Agrihorti

5 Mangga ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Marifta Agrihorti

6 Salak ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Salak 555 Agrihorti

7 Pisang ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Ketan 5 Agrihorti

8 Anggur ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Jestro 90 Agrihorti

9 Anggrek ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama benda alam (mis. Jamrud) tidak boleh digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Phalaenopsis Sri Rahayu Agrihorti

10 Anhurium ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama benda alam (misal burung Flamingo) tidak boleh digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Violeta Agrihorti

11 Krisan ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama orang terkenal tidak boleh digunakan dalam penamaan kecuali mendapat ijin (mis. Cut Meutia). Contoh Penamaan: Puspita Agrihorti

12 Gladiol ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Clara Agrihorti

13 Mawar ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama orang terkenal tidak boleh digunakan, kecuali mendapat ijin (mis. Megawati), dan nama wayang (mis. Pergiwo) juga tidak boleh digunakan dalam penamaan. Contoh Penamaan: Fortuna Agrihorti

14 Lily ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Delina Agrihorti

15 Kentang ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Manohara Agrihorti

16 Bawang Merah

……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama senjata tradisional (mis. Pancasona) dan nama burung (Pikatan) tidak boleh digunakan.

Page 19: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

11 Tata cara penamaan invensi

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

Contoh Penamaan: Ajiba-5 Agrihorti 17 Cabai ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas.

Contoh Penamaan: Ciko Agrihorti 18 Mentimun ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas.

Nama benda alam (mis. Mars, Saturnus dll.) tidak boleh digunakan. Contoh Penamaan: Marsanda Agrihorti

19 Tomat ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Nama benda alam (mis. Topaz, Ruby dll) tidak boleh digunakan. Contoh Penamaan: Rubia Agrihorti

20 Buncis ……..* Agrihorti ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Balitsa 15 Agrihorti

Tabel 4. Penamaan Varietas Tanaman Perkebunan

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

1 Jahe .........* Agribun ………..* diisi nama varietas, maksimal dua suku kata. Contoh Penamaan: Halina 17 Agribun

2 Kunyit .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Turina 18 Agribun

3 Kencur ……....* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Galesia-9 Agribun

4 Temulawak .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Cursina 16 Agribun

5 Serai Wangi

….…..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: G-9 Agribun

6 Sambiloto .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Sambina-13 Agribun

7 Pegagan .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Castina-11 Agribun

8 Kapas .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Kanesia-15 Agribun

9 Kenaf .........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: KR-20 Agribun

Page 20: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 12

No. Komoditas Penamaan varietas

Keterangan/contoh penamaan

10 Rami ……..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: Ramindo-13 Agribun

11 Tembakau ........* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: N-17 Agribun

12 Wijen ........* Agribun ………..* diisi nama teknologi atau produk. Contoh Penamaan: Winas-25 Agribun

13 Jarak Pagar ……..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: JP-10 Agribun

14 Jarak Kepyar

……..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: JK-8 Agribun

15 Cengkeh ……..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: ZK-5 Agribun

16 Jambu Mete

........* Agribun ………..* diisi nama teknologi atau produk. Contoh Penamaan: SM 19 Agribun

17 Gambir ........* Agribun ………..* diisi nama teknologi atau produk. Contoh Penamaan: G-9 Agribun

18 Vanili ........* Agribun ………..* diisi nama teknologi atau produk. Contoh Penamaan: Vania-13 Agribun

19 Lada ……..* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: N-7 Agribun

20 Kelapa .......* Agribun ………..* diisi nama varietas. Contoh Penamaan: KK-5 Agribun

Tabel 5. Penamaan Bibit Unggul Ternak

No. Ternak Penamaan bibit ternak

Keterangan/contoh penamaan

1 Ayam ………* Agrinak ………..* diisi nama jenis ternak. Contoh Penamaan: KUB-2 Agrinak

2 Itik ………* Agrinak ………..* diisi nama jenis ternak. Contoh Penamaan: PMp-5 Agrinak

3 Kambing ………* Agrinak ………..* diisi nama jenis ternak. Contoh Penamaan: Boerka-1 Agrinak

4 Sapi ………* Agrinak ………..* diisi nama jenis ternak. Contoh Penamaan: SUB- Agrinak

5 Kelinci ………* Agrinak ………..* diisi nama jenis ternak. Contoh Penamaan: KH-5 Agrinak

Page 21: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

13 Tata cara penamaan invensi

Tabel 6. Penamaan Invensi Hasil Penelitian Sumber Daya Lahan

No. Invensi Penamaan invensi Keterangan/contoh penamaan

1 Pupuk hayati

……. * Pro Agrilahan ..…* agar diisi nama yang diusulkan Contoh: PH-5 Pro Agrilahan

2 Pupuk anorganik

……. * Fert Agrilahan ..…* agar diisi nama yang diusulkan Contoh: PA-7 Fert Agrilahan

3 Pupuk organik

…... * BioFert Agrilahan

..…* agar diisi nama yang diusulkan Contoh: PO-4 BioFert Agrilahan

4 Pembenah tanah

……. * Beta Agrilahan ..…* agar diisi nama yang diusulkan Contoh: SC-5 Beta Agrilahan

5 Zat pengatur tumbuh

……. * ZPT Agrilahan ..…* agar diisi nama yang diusulkan Contoh: GH-7 ZPT Agrilahan

Tabel 7. Penamaan Invensi Pestisida dan Obat

No. Invensi Penamaan invensi Keterangan/contoh penamaan

1 Pestisida hayati

……...* Pro Agripest ……* diisi nama pestisida hayati Contoh Penamaan: Hayati-5 Pro Agripest

2 Pestisida organik

…….. * Bio Agripest ……* diisi nama pestisida organik Contoh Penamaan: PO-5 Bio Agripest

3 Pestisida kimia

……..* Kim Agripest …..* Kim Agripest Contoh Penamaan: K-5 Kim Agripest

4 Herbisida ……..* Herbi Agripest …..* Agripest Herbi Contoh Penamaan: HB-3 Herbi Agripest

5 Feromon ……..* Fero Agripest …..* diisi nama feromon Contoh Penamaan: Exi Fero Agripest

6 Obat herbal ……..*Agribat ………..* diisi nama obat herbal Contoh Penamaan: Helthtro-12 Agribat

Page 22: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 14

Tabel 8. Penamaan Invensi Produk Olahan

No. Invensi Penamaan Invensi Keterangan/Contoh Penamaan

1 Produk makanan/ bahan makan

……..* Agripaspa ……* diisi nama teknologi/produk Contoh: Beras IGR Agripaspa

2 Produk minuman/ bahan minuman

……..* Agripaspa ……* diisi nama teknologi/produk Contoh: KBM 13 Agripaspa

3 Minyak atsiri …….. * Agripaspa ……* diisi nama teknologi/produk Contoh: Minyak Melati Agripaspa

Tabel 9. Penamaan Invensi Peternakan, Veteriner

No. Invensi Penamaan invensi Keterangan/contoh penamaan

1 Produk makanan/ minuman

…....* Susu/Yogurt Agrinak

……* diisi nama produk hasil ternak Contoh: SKB-7 Susu Agrinak

2 Pakan ternak ….....* Pakan Agrinak

……* diisi nama produk pakan Contoh: Probiotik Pedet-3 Pakan Agrinak

3 Inseminasi ternak

….....* Insem Agrinak

……* diisi nama teknologi inseminasi Contoh: IBK-21 Insem Agrinak

4 Vaksin ternak

……..* Vaksin Agrivet

……* diisi nama vaksin Contoh: Rhinovet-IBR Vaksin Agrivet

5 Obat ternak ….....* Obat Agrivet ……* diisi nama obat ternak Contoh: Nemato-5 Obat Agrivet

Page 23: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

15 Tata cara penamaan invensi

Tabel 10. Penamaan Invensi Alat dan Mesin Pertanian

No. Invensi Penamaan invensi Keterangan/contoh penamaan

1 Alat penanam ..…..* Transplanter Agrialsin

……* diisi nama alat penanam Contoh: Indo-1 Transplanter Agrialsin

2 Alat penyiang …....* Power Weeder Agrialsin

……* diisi nama alat penyiang Contoh: Mektan 9 Power Weeder Agrialsin

3 Alat perontok ..…..* Power Threser Agrialsin

……* diisi nama alat perontok Contoh: Mektan 3 Power Threser Agrialsin

4 Alat pengolah Tanah

…....* Culti Agrialsin ……* diisi nama alat pengolah tanah Contoh: Mektan 5 Culti Agrialsin

5 Alat pengering .…...* Drier Agrialsin

……* diisi nama alat pengering Contoh: Mektan 9 Drier Agrialsin

6 Alat pembubur/ pembuat juice

…....* Juicer Agrialsin

……* diisi nama alat pembubur/juicer Contoh: Mektan 7 Juicer Agrialsin

7 Kit (perangkat uji) laboratorium

……..* Kit Agrialsin ……* diisi nama perangkat uji lab Contoh: Felisa Kit Agrialsin

8 Perangkat uji lapangan

..…..* PUL Agrialsin ……* diisi nama perangkat uji lapangan Contoh: PUTK PUL Agrialsin

Page 24: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 16

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004

TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK

PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (7) dan Pasal 7 ayat (4) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Asal Untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4043).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Page 25: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

17 Tata cara penamaan invensi

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor PVT, terhadap Varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan.

2. Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri Varietas Hasil Pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.

3. Varietas Tanaman, yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

4. Pemuliaan Tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu Varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan Varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih Varietas yang dihasilkan.

5. Varietas Asal adalah Varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial yang meliputi varietas yang mendapat PVT dan Varietas yang tidak mendapat PVT tetapi telah diberi nama dan didaftar oleh Pemerintah.

6. Varietas Turunan Esensial adalah varietas hasil perakitan dari Varietas Asal dengan menggunakan seleksi tertentu sedemikian rupa sehingga Varietas tersebut mempertahankan ekspresi sifat-sifat Esensial dari Varietas Asalnya tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan Varietas Asalnya dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri.

Page 26: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 18

7. Varietas Lokal adalah Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara.

8. Varietas Hasil Pemuliaan adalah Varietas yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman.

9. Penamaan Varietas yang diberi PVT adalah kegiatan memberi nama kepada Varietas yang akan dimintakan PVT kepada Kantor PVT sebagai identitas Varietas yang bersangkutan.

10. Penamaan Varietas yang tidak diberi PVT adalah kegiatan memberi nama kepada Varietas Lokal dan Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak diberi PVT, sebagai identitas Varietas yang bersangkutan dan pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan untuk keperluan perolehan manfaat ekonomi bagi pemiliknya.

11. Pendaftaran Varietas adalah kegiatan mendaftarkan suatu Varietas untuk kepentingan pengumpulan data mengenai Varietas Lokal, Varietas yang dilepas dan Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak dilepas, serta data mengenai hubungan hukum antara Varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau penggunanya.

12. Menteri adalah Menteri Pertanian.

13. Hari adalah hari kerja.

BAB II

PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Pasal 2

(1) Pembuatan Varietas Turunan Esensial dari Varietas Asal harus memenuhi dua syarat: a. melalui metode seleksi tertentu; dan b. sifat Varietas Asal tetap dapat dipertahankan.

Page 27: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

19 Tata cara penamaan invensi

(2) Metode seleksi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. mutasi alami; b. mutasi induksi; c. seleksi individual Varietas yang sudah ada; d. silang balik; e. variasi somaklonal; dan/atau f. rekayasa genetik.

(3) Sifat Varietas Asal yang dapat dipertahankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit 70% (tujuh puluh persen).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai metode seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara penghitungan persentase sifat Varietas Asal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri dengan memperhatikan saran dan pertimbangan instansi terkait.

Pasal 3

(1) Varietas Asal yang digunakan untuk membuat Varietas Turunan Esensial dapat berupa: a. Varietas Lokal; atau b. Varietas Hasil Pemuliaan, baik yang diberi maupun tidak diberi PVT.

(2) Varietas Lokal atau Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak diberi PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberi nama dan didaftar terlebih dahulu oleh Kantor PVT sebelum digunakan sebagai Varietas Asal untuk membuat Varietas Turunan Esensial.

BAB III PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS LOKAL UNTUK

PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Bagian Kesatu Penamaan dan Pendaftaran

Page 28: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 20

Pasal 4

Penamaan Varietas Lokal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. mencerminkan identitas Varietas Lokal yang bersangkutan; b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai atau identitas suatu Varietas

Lokal; c. tidak telah digunakan untuk nama Varietas yang sudah ada; d. tidak menggunakan nama orang terkenal; e. tidak menggunakan nama alam; f. tidak menggunakan lambang negara; dan/atau g. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari

bahan propagasi seperti benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari Varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

Pasal 5

(1) Bupati/Walikota atau Gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal di wilayahnya memberikan nama Varietas Lokal berdasarkan persyaratan penamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Bupati/Walikota atau Gubernur mendaftarkan Varietas Lokal yang telah diberi nama kepada Kantor PVT.

(3) Kantor PVT mendaftar Varietas Lokal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam Daftar Umum PVT dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur.

(4) Dalam hal nama Varietas Lokal tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka Kantor PVT memberikan saran perbaikan nama Varietas Lokal tersebut secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur.

(5) Apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal saran perbaikan nama Varietas Lokal dari Kantor PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bupati/Walikota atau Gubernur tidak memberikan tanggapan, maka pendaftaran tersebut dianggap ditarik kembali.

Pasal 6

Kantor PVT mengumumkan penamaan dan pendaftaran Varietas Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dalam Berita Resmi PVT.

Page 29: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

21 Tata cara penamaan invensi

Pasal 7

Kantor PVT memberikan nama dan mendaftar Varietas Lokal yang sebaran geografisnya meliputi lintas provinsi serta mengumumkannya dalam Berita Resmi PVT.

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penamaan dan pendaftaran Varietas Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua Penggunaan

Pasal 9

(1) Setiap orang atau badan hukum yang akan menggunakan suatu Varietas Lokal sebagai Varietas Asal untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial wajib membuat perjanjian terlebih dahulu dengan Bupati/Walikota, Gubernur, atau Kantor PVT yang mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal yang bersangkutan.

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat dihadapan notaris.

(3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat ketentuan mengenai: a. nama dan alamat atau tempat kedudukan orang atau badan hukum

pembuat Varietas Turunan Esensial; b. hak dan kewajiban para pihak; c. cara penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi di antara para pihak.

(4) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengatur tentang imbalan bagi masyarakat pemilik Varietas Asal yang diperoleh dari Varietas Turunan Esensial yang bahan dasarnya Varietas Lokal.

.

Page 30: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 22

Pasal 10

(1) Dalam hal perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 mengatur tentang imbalan bagi pemilik Varietas Asal, maka imbalan tersebut digunakan untuk: a. peningkatan kesejahteraan masyarakat pemilik Varietas Lokal; dan b. konservasi Varietas Lokal yang bersangkutan dan upaya-upaya

pelestarian plasma nutfah di daerah tempat Varietas Lokal tersebut. (2) Bupati/Walikota, Gubernur atau Kantor PVT yang mewakili kepentingan

masyarakat pemilik Varietas Lokal melaksanakan penggunaan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 11

Dalam hal Varietas Turunan Esensial yang Varietas Asalnya berasal dari Varietas Lokal akan dimohonkan PVT ke Kantor PVT, selain salinan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, wajib disertakan dokumen lainnya yang dipersyaratkan bagi permohonan PVT.

BAB IV PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS HASIL PEMULIAAN

UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

Bagian Kesatu Penamaan dan Pendaftaran

Pasal 12 (1) Setiap Varietas Hasil Pemuliaan yang akan digunakan sebagai Varietas Asal

untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial harus diberi nama yang merupakan identitas Varietas yang bersangkutan.

(2) Penamaan Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. mencerminkan identitas Varietas Hasil Pemuliaan yang bersangkutan; b. tidak telah digunakan untuk nama Varietas yang sudah ada;

Page 31: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

23 Tata cara penamaan invensi

c. tidak menggunakan nama orang terkenal; d. tidak menggunakan nama alam; e. tidak menggunakan lambang negara; dan/atau f. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan jasa yang

dihasilkan dari bahan propagasi seperti benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari Varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

Pasal 13

(1) Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan yang akan digunakan sebagai Varietas Asal untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial harus memberikan nama Varietas tersebut dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).

(2) Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mendaftarkan Varietas Hasil Pemuliaannya kepada Kantor PVT.

(3) Kantor PVT mendaftar Varietas Hasil Pemuliaan yang bersangkutan dalam Daftar Umum PVT dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh pemilik Varietas Hasil Pemuliaan.

(4) Dalam hal nama Varietas Hasil Pemuliaan tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), maka Kantor PVT memberikan saran perbaikan nama Varietas Hasil Pemuliaan tersebut secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh pemilik Varietas Hasil Pemuliaan.

(5) Apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal saran perbaikan nama Varietas Hasil Pemuliaan dari Kantor PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemilik Varietas Hasil Pemuliaan tidak memberikan tanggapan, maka pendaftaran tersebut dianggap ditarik kembali.

Pasal 14

Kantor PVT mengumumkan penamaan dan pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dalam Berita Resmi PVT.

Pasal 15

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penamaan dan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 ditetapkan oleh Menteri.

Page 32: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 24

Bagian Kedua Penggunaan

Pasal 16

Setiap orang atau badan hukum yang akan menggunakan suatu Varietas Hasil Pemuliaan untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial wajib membuat perjanjian terlebih dahulu dengan pemilik Varietas Hasil Pemuliaan tersebut.

(1) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat di hadapan notaris.

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat: a. nama dan alamat atau tempat kedudukan para pihak; b. hak dan kewajiban para pihak; c. cara penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi di antara para pihak.

(3) Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengatur tentang imbalan bagi pemilik Varietas Hasil Pemuliaan.

(4) Dalam hal pemilik Varietas Hasil Pemuliaan bukan pemulia Varietas yang bersangkutan, perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tetap menjamin hak pemulia yang bersangkutan untuk mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari Varietas Turunan Esensial tersebut.

Pasal 17

Dalam hal Varietas Turunan Esensial yang Varietas Asalnya berasal dari Varietas Hasil Pemuliaan akan dimohonkan PVT ke Kantor PVT, selain salinan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, wajib disertakan dokumen lainnya yang dipersyaratkan bagi permohonan PVT.

Page 33: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

25 Tata cara penamaan invensi

BAB V SISTEM DOKUMENTASI DAN JARINGAN INFORMASI PVT

Pasal 18

(1) Kantor PVT menyelenggarakan Sistem Dokumentasi dan Jaringan Informasi PVT untuk kepentingan penamaan dan pendaftaran Varietas yang ada di seluruh Indonesia, baik Varietas Lokal maupun Varietas Hasil Pemuliaan yang diberi dan yang tidak diberi PVT.

(2) Sistem Dokumentasi dan Jaringan Informasi PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup data dan informasi dari Varietas Lokal yang ada di seluruh Indonesia dan instansi Pemerintah Daerah yang mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal, serta data dan informasi Varietas Hasil Pemuliaan baik yang diberi maupun yang tidak diberi PVT.

(3) Data dan informasi Varietas Lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi nama Varietas, bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga, buah, biji, sifat-sifat khusus, kebiasaan tumbuh, sebaran geografis, gambar dan/atau foto, masyarakat pemilik Varietas Lokal, dan tanggal pendaftaran.

(4) Data dan informasi mengenai Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi nama Varietas, bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga, buah, biji, silsilah atau asal usul Varietas, kebiasaan tumbuh, gambar dan/atau foto yang dibuat dalam deskripsi, nama pemiliknya, nama pemulianya, metode pemuliaan, waktu dilaksanakan kegiatan pemuliaan, serta tanggal pendaftaran.

Pasal 19

Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan informasi Varietas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dapat memintanya kepada Kantor PVT.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 20

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, penamaan dalam rangka pelepasan Varietas yang diajukan kepada Badan Benih Nasional dan belum memperoleh keputusan pelepasan dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Page 34: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 26

BAB VII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman yang berkaitan dengan Penamaan Varietas dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 17 Maret 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal 17 Maret 2004

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 30

Page 35: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

27 Tata cara penamaan invensi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Pert/SR.120/2/2006

TENTANG

SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 8, pasal 15,

dan pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran, dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial, dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Syarat Penamaan dan Tatacara Pendaftaran Verietas Tanaman

Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi-daya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang – undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4043);

3. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

4. Undang – undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4375);

6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

Page 36: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 28

8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Orga-nisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 229/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATACARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT adalah

perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

2. Kantor Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) adalah unit organisasi di lingkungan Departemen Pertanian yang melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang PVT.

3. Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

4. Varietas Lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara.

5. Varietas Hasil Pemuliaan adalah varietas yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman.

Page 37: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

29 Tata cara penamaan invensi

6. Varietas Asal adalah varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial yang meliputi varietas yang mendapat PVT dan varietas yang tidak mendapat PVT tetapi telah diberi nama dan didaftar oleh Pemerintah.

7. Varietas Turunan Esensial adalah varietas hasil perakitan dari Varietas Asal dengan menggunakan seleksi tertentu sedemikian rupa sehingga varietas tersebut mempertahankan ekspresi sifat-sifat esensial dari varietas asalnya tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan varietas asalnya dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri.

8. Penamaan varietas yang diberi PVT adalah kegiatan memberi nama kepada varietas yang akan dimintakan PVT kepada PPVT sebagai identitas varietas yang bersangkutan.

9. Penamaan varietas yang tidak diberi PVT adalah kegiatan memberi nama kepada Varietas Lokal dan Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak diberi PVT, sebagai identitas varietas yang bersangkutan dan pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan untuk keperluan perolehan manfaat ekonomi bagi pemiliknya.

10. Pendaftaran varietas adalah kegiatan mendaftarkan suatu varietas untuk kepentingan pengumpulan data mengenai Varietas Lokal, varietas yang dilepas dan Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak dilepas, serta data mengenai hubungan hukum antara varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau penggunanya.

11. Deskripsi varietas adalah penjelasan tertulis mengenai proses pemuliaan tanaman sehingga dihasilkan suatu varietas tanaman baru yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya.

12. Deskripsi Varietas Lokal adalah penjelasan tertulis mengenai suatu varietas tanaman yang mencakup sebaran geografis, ciri -ciri morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya.

13. Sebaran geografis adalah daerah tempat pertama kali ditemukan dan/atau daerah penyebaran suatu Varietas Lokal, dan masyarakat setempat merasa memiliki serta membudidayakan Varietas Lokal tersebut secara turun temurun.

14. Daftar Umum Perlindungan Varietas Tanaman adalah daftar catatan resmi dari seluruh tahapan dan kegiatan pengelolaan Perlindungan Varietas Tanaman.

15. Berita Resmi Perlindungan Varietas Tanaman adalah suatu media informasi komunikasi resmi dari kegiatan pengelolaan Perlindungan Varietas Tanaman yang diterbitkan secara berkala oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman untuk kepentingan umum.

Page 38: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 30

Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaa penamaan

dan pendaftaran varietas tanaman. (2) Peraturan ini bertujuan untuk:

a. memberikan identitas kepada varietas tanaman baik Varietas Lokal maupun Varietas Hasil Pemuliaan; dan

b. menetapkan hubungan hukum antara varietas dengan subyeknya.

Pasal 3 Ruang lingkup peraturan ini meliputi : a. syarat penamaan dan tata cara pendaftaran Varietas Lokal; b. syarat penamaan dan tata cara pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan; c. pengembangan Sistem Dokumen dan Jaringan Informasi PVT; dan d. biaya penamaan dan pendaftaran.

BAB II

SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS LOKAL

Bagian Kesatu

Syarat Penamaan

Pasal 4

(1) Penamaan Varietas Lokal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. mencerminkan identitas Varietas Lokal; b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai atau identitas suatu

Varietas Lokal; c. tidak telah digunakan untuk nama varietas yang sudah ada untuk jenis

tanaman yang sama, kecuali untuk jenis tanaman yang berbeda; d. tidak menggunakan nama orang terkenal, kecuali telah mendapatkan

persetujuan dari orang yang bersangkutan; e. tidak menggunakan nama alam; f. tidak menggunakan lambang negara; dan g. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan jasa yang dihasilkan

dari bahan propagasi seperti : benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

Page 39: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

31 Tata cara penamaan invensi

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penamaan Varietas Lokal harus memenuhi syarat:

a. tidak lebih dari 30 huruf; b. tidak ditafsirkan sebagai memperbesar nilai sesungguhnya dari varietas

tersebut, misalnya: terbaik, paling enak, wangi sekali; c. tidak menggunakan kata-kata yang dilarang dalam penamaan, seperti:

persilangan, hibrida, kelompok, bentuk, mutan, bibit, strain, varietas, atau bentuk jamak dari kata-kata tersebut seperti: “yang diperbaiki” atau “yang ditransformasi”;

d. tidak menggunakan tanda baca apapun, seperti: titik, titik dua, koma; dan e. tidak menggunakan nama jenis atau spesies atau nama botani untuk

penggunaan kata tunggal.

Pasal 5

Nama Varietas Lokal dapat diajukan sebagai merek dagang varietas yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Tata Cara Pendaftaran

Pasal 6

(1) Bupati/Walikota atau Gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakili

kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal di wilayahnya memberikan nama Varietas Lokal berdasarkan persyaratan penamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Bupati/Walikota atau Gubernur dalam memberikan nama dan mendaftarkan Varietas Lokal kepada PPVT, dapat menunjuk suatu lembaga/institusi atau membentuk suatu tim yang menyiapkan bahan pemberian nama dan pendaftaran Varietas Lokal.

(3) Lembaga/institusi atau tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas, antara lain melakukan kegiatan eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi, penilaian, dan penyusunan deskripsi terhadap Varietas Lokal sesuai dengan sebaran geografisnya.

(4) Lembaga/institusi atau tim sebagaimana dimaksud ada ayat (2) menyampaikan bahan pemberian nama dan pendaftaran Varietas Lokal kepada Bupati/ Walikota dan Gubernur untuk memperoleh persetujuan.

Page 40: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 32

Pasal 7 (1) Apabila beberapa kabupaten/kota atau provinsi mendaftarkan Varietas Lokal

dengan ciri-ciri yang sama maka PPVT melakukan verifikasi untuk menetapkan status kepemilikan Varietas Lokal tersebut.

(2) Untuk menyiapkan bahan Penamaan dan Pendaftaran Varietas Lokal yang

sebaran geografisnya lintas provinsi, PPVT dibantu oleh lembaga/ institusi penelitian dan pengembangan komoditas, baik pemerintah maupun swasta.

Pasal 8

(1) Bupati/Walikota atau Gubernur mengajukan pendaftaran Varietas Lokal secara tertulis kepada PPVT dengan mengisi formulir model-1 sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(2) Formulir model-1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara

lain:

a. nama genus, spesies, dan author(s); b. nama umum; c. nama lokal; d. nama varietas yang diberikan; e. lokasi pendataan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi); f. sebaran geografis; g. pendeskripsi varietas; h. pendaftar (nama, jabatan, asal instansi); i. gambar dan/atau foto; j. deskripsi varietas, antara lain meliputi :

(1) bentuk tanaman (misalnya : kerucut, tegak, berserak); (2) sifat pertumbuhan tanaman (misalnya : semak, menjalar, merambat); (3) batang (penjelasan tentang: bentuk, panjang, diameter, warna); (4) daun (penjelasan tentang: bentuk, warna, sudut daun); (5) bunga (penjelasan tentang: bentuk, warna, aroma); (6) biji (penjelasan tentang: bentuk dan warna); dan (7) sifat-sifat khusus (misalnya penjelasan tentang: ketahanan terhadap

cekaman biotik dan abiotik).

Pasal 9 (1) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak

tanggal diterimanya pendaftaran Varietas Lokal yang disampaikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur, PPVT harus sudah memberikan jawaban secara tertulis mengenai diterimanya pendaftaran Varietas Lokal dengan

Page 41: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

33 Tata cara penamaan invensi

menggunakan formulir model-2. sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PPVT belum memberikan jawaban, maka pendaftaran dianggap telah diterima.

(3) Dalam hal pendaftaran Varietas Lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih ada kekurangan dalam persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan/atau Pasal 8, maka PPVT memberikan saran perbaikan kepada Bupati/Walikota atau Gubernur dengan menggunakan formulir model-3. sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(4) Apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal saran perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati/Walikota atau Gubernur belum dapat memenuhi kekurangan persyaratan yang diminta PPVT, maka pendaftaran Varietas Lokal dianggap ditarik kembali dengan menggunakan formulir model-4. sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

Pasal 10

Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang telah lengkap dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 8 ayat (2), oleh PPVT dicatat di dalam Daftar Umum PVT dan diumumkan dalam Berita Resmi PVT, serta diberitahukan kepada pendaftar.

BAB III SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN

VARIETAS HASIL PEMULIAAN Bagian Kesatu Syarat Penamaan

Pasal 11 (1) Setiap Varietas Hasil Pemuliaan yang akan digunakan sebagai Varietas Asal

untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial harus diberi nama yang merupakan identitas Varietas yang bersangkutan.

(2) Penamaan Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. mencerminkan identitas Varietas Hasil Pemuliaan yang bersangkutan; b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai, atau identitas suatu

Varietas Hasil Pemuliaan;

Page 42: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 34

c. tidak telah digunakan untuk nama varietas yang sudah ada untuk jenis tanaman yang sama, kecuali untuk jenis tanaman yang berbeda;

d. tidak telah digunakan nama orang terkenal kecuali telah mendapat persetujuan dari orang yang bersangkutan;

e. tidak menggunakan nama alam; f. tidak menggunakan lambang negara; dan/atau; g. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan atau jasa yang

dihasilkan dari bahan propagasi seperti: benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.

(3) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

penamaan Varietas Hasil Pemuliaan harus memenuhi syarat :

a. tidak lebih dari 30 huruf; b. tidak ditafsirkan sebagai memperbesar nilai sesungguhnya dari varietas

tersebut, misalnya: terbaik, paling enak, wangi sekali; c. tidak hanya terdiri dari kata-kata deskriptif sederhana, misalnya: merah,

panjang, pendek, kerdil; d. tidak menggunakan tanda baca apapun, seperti : titik, titik dua, koma; e. tidak menggunakan kata-kata yang dilarang dalam penamaan, seperti :

persilangan, hibrida, kelompok, bentuk, mutan, bibit, strain, varietas, atau bentuk jamak dari kata-kata tersebut seperti: “yang diperbaiki” atau “yang ditransformasi”;

f. tidak menggunakan nama jenis atau spesies atau nama botani untuk penggunaan kata tunggal; dan

g. apabila sebelumnya pernah diusulkan di luar Indonesia, nama tersebut dapat dipergunakan pada waktu diusulkan di Indonesia, kecuali nama tersebut sudah digunakan di Indonesia untuk jenis atau spesies yang sama.

Pasal 12 Nama Varietas Hasil Pemuliaan dapat diajukan sebagai merek dagang varietas yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Tata Cara Pendaftaran

Pasal 13

Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan yang varietasnya akan digunakan sebagai Varietas Asal untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial harus memberikan nama Varietas tersebut dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Page 43: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

35 Tata cara penamaan invensi

Pasal 14 (1) Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan mengajukan Pendaftaran Varietas Hasil

Pemuliaan secara tertulis kepada PPVT dengan mengisi formulir model-5 sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(2) Formulir model-5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain :

a. nama genus, spesies, dan author(s); b. nama umum; c. nama/nomor aksesi; d. nama varietas yang diberikan; e. nama pemulia dan kewarganegaraan; f. silsilah atau asal usul; g. metode pemuliaan; h. waktu dan tempat dilaksanakannya kegiatan pemuliaan; i. pendeskripsi varietas; j. nama pemilik varietas; k. pendaftar (nama dan jabatan); l. gambar dan atau/ foto; m. deskripsi varietas, antara lain meliputi :

1) bentuk tanaman (misalnya : kerucut, tegak, berserak); 2) sifat pertumbuhan tanaman, (misalnya : semak, menjalar, merambat); 3) batang (penjelasan tentang : bentuk, pajang, diameter, warna); 4) daun (penjelasan tentang : bentuk, warna, sudut daun); 5) bunga (penjelasan tentang : bentuk, warna, aroma); 6) buah (penjelasan tentang : bentuk, warna, aroma); 7) biji (penjelasan tentang : bentuk dan warna); dan 8) sifat-sifat khusus (misalnya penjelasan tentang : ketahanan

terhadap cekaman biotik dan abiotik).

Pasal 15 (1) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak

tanggal diterimanya pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan yang disampaikan oleh Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan, PPVT harus sudah memberikan jawaban secara tertulis mengenai diterimanya pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan dengan menggunakan formulir model-6 sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PPVT belum memberikan jawaban, maka permohonan dianggap telah diterima.

Page 44: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 36

(3) Dalam hal pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana di maksud pada ayat (1) masih ada kekurangan dalam persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) dan/atau Pasal 14, maka PPVT memberikan saran perbaikan kepada pemilik Varietas Hasil Pemuliaan dengan menggunakan formulir model-7 sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

(4) Apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal saran perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilik Varietas Hasil Pemuliaan belum dapat memenuhi kekurangan persyaratan yang diminta PPVT, maka pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan dianggap ditarik kembali dengan menggunakan formulir model-8 sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

Pasal 16

Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) yang telah lengkap dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 14 ayat (2), oleh PPVT dicatat di dalam Daftar Umum PVT dan diumumkan dalam Berita Resmi PVT, serta diberitahukan kepada pendaftar.

BAB IV SISTEM DOKUMENTASI DAN JARINGAN INFORMASI PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

Pasal 17

(1) PPVT menyelenggarakan Sistem Dokumentasi dan Jaringan Informasi PVT untuk kepentingan penamaan dan pendaftaran varietas yang ada di seluruh Indonesia, baik Varietas Lokal maupun Varietas Hasil Pemuliaan yang diberi atau yang tidak diberi PVT.

(2) Sistem Dokumentasi dan Jaringan Informasi PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup data dan informasi dari Varietas Lokal yang ada di seluruh Indonesia, instansi Pemerintah Daerah yang mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal dan Varietas Hasil Pemuliaan baik yang diberi atau yang tidak diberi PVT.

(3) Data dan informasi Varietas Lokal sebagai dimaksud pada ayat (2) mencakup data dan informasi varietas seperti tercantum pada formulir model - 1.

(4) Data dan informasi mengenai Varietas Hasil Pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup data dan informasi varietas seperti tercantum pada formulir model - 5 .

Page 45: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

37 Tata cara penamaan invensi

Pasal 18

(1) Data Varietas Lokal dan Varietas Hasil Pemuliaan yang dicatat dalam Daftar Umum PVT dan data varietas dari sumber lainnya disimpan dan dimutakhirkan dalam Sistem Dokumentasi dan Jaringan Informasi PVT.

(2) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mengetahui :

a. sebaran geografis dan identitas setiap Varietas Lokal dan masyarakat pemilik Varietas Lokal serta instansi pemerintah yang mewakili kepentingan masyarakat yang bersangkutan;

b. identitas setiap Varietas Hasil Pemuliaan yang dimohonkan hak PVT dan/atau yang didaftarkan, serta Varietas Lokal yang didaftar; dan

c. hubungan hukum antara varietas yang didaftar dengan pemilik varietas yang bersangkutan.

(3) Varietas yang didaftar dan Varietas Hasil Pem uliaan yang dimohonkan hak PVT dan telah diumumkan dalam Berita Resmi PVT, dapat diakses oleh masyarakat.

Pasal 19

Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan informasi varietas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dapat mengakses atau meminta informasi ke PPVT.

Pasal 20 PPVT wajib menjaga kerahasiaan data varietas yang dimohonkan hak PVT yang belum atau tidak diumumkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3).

BAB V BIAYA PENAMAAN DAN PENDAFTARAN

Pasal 21

(1) Biaya yang diperlukan untuk kegiatan penamaan dan pendaftaran Varietas Lokal, antara lain: biaya eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi, penilaian dan penyusunan deskripsi varietas yang dibebankan pada anggaran belanja kabupaten/kota, untuk Varietas Lokal yang sebaran geografisnya dalam satu kabupaten/ kota, atau kepada anggaran belanja provinsi untuk Varietas Lokal yang sebaran geografisnya dalam satu provinsi.

Page 46: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 38

(2) Biaya yang diperlukan untuk kegiatan penamaan dan pendaftaran Varietas Lokal, antara lain: biaya inventarisasi, karakterisasi, penilaian dan penyusunan deskripsi varietas yang dibebankan

pada anggaran belanja PPVT untuk yang sebaran geografisnya lintas provinsi.

( 3 ) Untuk keperluan penamaan dan pendaftaran Varietas Lokal dan Varietas Hasil Pemuliaan tidak dikenakan biaya.

BAB VI KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

(1) Untuk nama varietas tanaman yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebelum berlakunya Peraturan Menteri Pertanian tentang Syarat dan Tata Cara Penamaan dan Pendaftaran Varietas Tanaman dinyatakan masih tetap berlaku.

(2) Dengan ditetapkannya Peraturan ini, untuk penamaan dalam rangka pelepasan varietas wajib dimintakan persetujuan kepada PPVT.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 23

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 1 Februari 2006

MENTERI PERTANIAN,

ANTON PRIYANTONO

Page 47: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

39 Tata cara penamaan invensi

Salinan Peraturan ini disampaikan Kepada Yth:

1. Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Kehutanan; 4. Menteri Dalam Negeri; 5. Menteri Negara Riset dan Teknologi; 6. Menteri Perdagangan; 7. Menteri Pendidikan Nasional; 8. Menteri Negara Lingkungan Hidup; 9. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 10. Jaksa Agung Republik Indonesia; 11. Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 12. Gubernur seluruh Indonesia; 13. Bupati/Walikota seluruh Indonesia.

Page 48: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 40

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 19/Permentan/OT.140/2/2008

TENTANG

PENETAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi strategis dalam usaha peternakan yang berorientasi pada agribisnis untuk menghasilkan ternak unggul;

a. bahwa pada beberapa wilayah sumber bibit ternak telah terbentuk rumpun atau galur ternak yang mempunyai keunggulan tertentu;

b. bahwa untuk mencegah kemungkinan pengambilan secara illegal rumpun atau galur ternak unggulan atau yang telah terbentuk disuatu wilayah tersebut, pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum melalui penetapan, dan pelepasan rumpun galur ternak yang bersangkutan;

c. bahwa atas dasar hal-hal tersebut diatas, dipandang perlu mengatur penetapan, dan pelepasan rumpun atau galur ternak;

Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 6 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaga Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaga Negara Nomor 2824);

2. Undang - undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

3. Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaga Negara tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) juncto undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

Page 49: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

41 Tata cara penamaan invensi

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaga Negara Nomor 3102);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nosional Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Nomor 4347);

7. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 Tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

9. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian Negara Republik Indonesia;

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/OT.140/7/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian Juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT 140/2/2007;

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpst/OT 140/9/2005 Tentang Kelengkapan Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Pertanian Juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT 140/2/2005;

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT 140/8/2006 Tentang Pedoman Pelestarian Dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetic Ternak;

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/OT 140/8/2006 Tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PENETAPAN, DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

Page 50: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 42

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang di maksud dengan :

1. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakan.

2. Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu spesies yang mempunyai karakterisktik luar serta sifat keturunan yang sama.

3. Galur adalah sekolompok individu ternak dalam satu rumpun yang dikembangbiakan untuk tujuan pemuliaan dan/atau karakteristik tertentu.

4. Silsilah adalah catatan mengenai asal usul keturunan ternak yang meliputi nama, nomor, dan performa dari ternak dan tetua penurunnya.

5. Pemuliaan Ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah frekuensi gen /genotype pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur ternak guna mencapai tujuan tertentu.

6. Standar Bibit adalah spesifikasi teknis yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat kesehatan, keamanan hayati, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

7. Penetapan Rumpun atau Galur Ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu rumpun atau galur ternak yang telah ada disuatu wilayah sumber bibit yang secara turun temurun di budidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat.

8. Pengujian adalah proses pemerikasaan terhadap sifat kualitatif dan kuantitatif rumpun atau galur ternak melalui uji teknis yang dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk.

9. Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu rumpun atau galur ternak unggul hasil pemuliaan atau introduksi yang dapat disebarluaskan.

10. Uji Perfoma adalah metode pengujian untuk memilih ternak bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran, penimbangan, dan penilaian.

11. Uji Observasi adalah suatu uji penilaian ciri spesifik kualitatif, kuantitatif reproduksi dan wilayah sebaran.

12. Wilayah sebaran adalah lokasi ternak yang telah ada secara turun temurun dibudidayakan oleh peternak.

Page 51: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

43 Tata cara penamaan invensi

Pasal 2

(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan permohonan, pengujian, penilaian pemberian nama, penetapan atau pelepasan, dan penaikan kembali rumpun atau galur ternak.

(2) Peraturan ini bertujuan menjamin tersedianya bibit ternak yang memenuhi standar atau persyaratan, memberikan perlindungan hukum terhadap rumpun atau galur ternak yang ditetapkan atau dilapisi, memasyarakatkan, dan mendorong pelaku agribisnis dalam menghasilkan rumpun atau galur ternak unggul.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan ini meliputi : Pemohonan; Pengujian; Penilaian; Penamaan; dan Penarikan Rumpun atau Galur Ternak

BAB II PERMOHONAN

Pasal 4

(1) Rumpun atau galur ternak yang akan ditetapkan atau dilepas dianjurkan

permohonan kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan. (2) Permohonan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh :

a. Bupati/Walikota apabila sebaran wilayah Kabupaten/Kota; b. Gubernur apabila sebaran wilayahnya lebih dari satu Kabupaten/ Kota;

(3) Permohonan pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh : a. Pemulia; b. Perguruan Tinggi; c. Lembaga Penelitian dan Pengembangan; d. Kelompok Peterna, Gabungan Kelompok Peternak, Korporasi, dan Asosiasi; e. Badan Hukum; f. Pemerintah/Pemerintah Daerah;

Page 52: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 44

Pasal 5

Permohonan penetapan atau pelepasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Asal usul/silsilah ternak; b. Metode dan cara mendapatkan rumpun untuk pelepasan; c. Sifat kualitatif dan kuantitatif; d. Wilayah sebaran untuk penetapan;

Pasal 6

Sifat kuantitatif dan kualitatif sebagaimana dimaksud dengan pasal 5 huruf c , yaitu :

a. Sifat kualitatif meliputi ciri khas suatu rumpun atau galur ternak antara lain penampilan luar seperti warna, bentuk yang dapat dibedakan dengan rumpun atau galur ternak yang lainnya;

b. Sifat kuantitatif meliputi sifat produksi dan reproduksi;

Pasal 7

Permohonan penetapan atau pelepasan rumpun atau galur ternak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 diajukan secara tertulis dengan menggunakan formulir model 1 dan 2 seperti tercantum pada lampiran 1 sebagaimana yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

BAB III PENGUJIAN

Bagian Kesatu

Penetapan

Pasal 8

(1) Setiap permohonan penetapan rumpun atau galur ternak yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan pengujian.

Page 53: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

45 Tata cara penamaan invensi

(2) Penguajian untuk penetapan sebagaimana pada ayat 1 dilakukan melalui uji observasi terhadap dipenuhinya persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5.

(3) Rumpun atau galur yang akan ditetapkan paling kurang memiliki nilai populasi efektif 50.

Pasal 9

(1) Penilaian dan evaluasi dalam rangka penetapan rumpun atau galur ternak dilakukan oleh Komisi Penilaian, Penetapan, dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak.

(2) Jangka waktu penyelesaian penetapan rumpun atau galur ternak terhitung semenjak diterimanya surat permohonan ditetapkan untuk ternak unggas, ruminansia besar, ruminansia kecil dan non ruminansia selama 1 bulan.

Bagian Kedua

Pelepasan

Pasal 10

(1) Setiap pemohon pelepasan rumpun atau galur ternak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan pengujian.

(2) Pengujian untuk pelepasan sebagaimana dimaksud pasal ayat 1 dilakukan uji perfoma sifat kualitatif dan kuantitatif di berbagai agro ekosistem.

(3) Uji perfoma sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mengikuti metode pengujian seperti tercantum pada lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini,

Pasal 11

(1) Pengujian dilakukan oleh laboratorium yang telah diakreditasi atau lembaga seperti tercantum pada lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

(2) Jangka waktu penyelesaian pelepasan rumpun atau galur ternak terhitung semenjak diterimanya surat permohonan ditetapkan untuk ternak unggas selama 6 (enam) bulan, ruminansia besar 1 (tahun ruminansia kecil 9 (sembilan) bulan dan non ruminansia selama 9 (sembilan) bulan.

Page 54: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 46

(3) Pelepasan rumpun atau galur ternak terdapat dilakukan apabila : a. Produsen memberikan jaminan terjaga mutu rumpun atau galur ternak

dan kontinuitas ketersediannya; b. Memberikan perlindungan bahwa rumpun atau galur ternak mempunyai

standar produktivitas yang telah teruji; c. Khusus rekayasa genetik dari impor atau produksi dalam negeri harus

dilengkapi dengan dokumen yang substansinya mempunyai persyaratan keamanan hayati dan atau pangan sesuai persyaratan yang berlaku.

BAB IV

PENILAIAN

Pasal 12

(1) Hasil pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dinilai dan dievaluasi oleh Komisi Penilaian, Penetapan, dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak.

(2) Dalam melakukan penilaian, Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengundang narasumber yang memiliki keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan

Pasal 13

(1) Pembentukan dan susunan keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan tersendiri.

(2) Keanggotaannya Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kompetensi tim yang terkait dengan jenis ternak yang akan di tetapkan.

Pasal 14

(1) Penilaian terhadap rumpun atau galur ternak, antara lain meliputi karakteristik sifat-sifat dan /atau produktivitas, seperti : a. Deskripsi; b. Silsilah/Asal Usul; c. Produktivitas; d. Sifat-sifat unggul yang dianggap perlu spesifik.

(2) Deskripsi sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seperti tercantum pada lampiran IV sebagai bagian terpisahkan dengan peraturan ini .

Page 55: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

47 Tata cara penamaan invensi

BAB V PENANAMAN

Pasal 15

(1) Permohon harus tercantukan nama rumpun atau galur ternak yang akan dilepas.

(2) Nama rumpun atau galur ternak yang di usulkan untuk dilepas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Menggunakan bahasa Indonesia, maksimal 2 (dua) kata ; b. Belum pernah ada nama rumpun atau galur ternak yang sama; c. Tidak menggunakan nama alam, orang terkenal, symbol kenegaraan,

pewayangan. (3) Apabila tidak ada pengusulan nama, Menteri Pertanian berhak memberikan

nama berdasarkan saran Komisi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 13.

BAB VI

PENARIKAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

Pasal 16

Rumpun atau galur ternak yang telah dilepas dapat ditarik kembali apabila:

a. Membahayakan keamanan hayati terkait dengan ketersedian pakan dan kelestarian lingkungan ;

b. Membahayakan keselamatan manusia ; c. Tidak lagi sesuai dengan deskripsi yang telah ditetapkan.

Pasal 17

Direktur Jenderal Peternakan dengan disertai saran dan pertimbangan dari Komisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13, melaporkan kepada Menteri untuk melakukan penarikan kembali dan membatalkan Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan rumpun atau galur ternak yang bersangkutan.

Page 56: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 48

BAB VII PENUTUP

Pasal 18

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Februari 2008 MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTONO

SALINAN peraturan ini disampaikan kepada Yth;

1. Menteri Coordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Negara Riset Dan Teknologi/Kepala Badan Pengajian dan Penerapan

Teknologi; 5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunana Nasiaonal/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 7. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Pertanian; 8. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia; 9. Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Perternakan dan/atau Kesehatan

Hewan Provinsi di Seluruh Indonesia; 10. Bupati/Walikota diseluruh Indonesia; 11. Kepala Dinas Yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan

Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia;

Page 57: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

49 Tata cara penamaan invensi

LAMPIRAN I.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan /OT.140/2/2008 Tanggal : 27 Febuari 2008

FORMULIR PERMOHONAN PENETAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR

TERNAK

Nomor Kode Nama formulir 1 2 3

1. Formulir model – 1 Permohonan penempatan rumpun atau galur ternak

2. Formulir model-2 Permohonan pelpasan rumpun atau galur ternak

MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTO

Page 58: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 50

FORMULIR -1

PERMOHONAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Penetapan Rumpun

dan/atau Galur Ternak

Kepada Yth :

Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan di-

Jakarta

Dengan hormat,

Saya/kami yang bertanda dibawah ini :

1. Nama : ………………………………………………………………………………….. 2. Alamat : ………………………………………………………………………………….. 3. Bentuk Usaha : Perorangan /Badan Hukum/Instansi Pemerintah *)

Mengajukan permohonan izin untuk menetapkan rumpun dan/atau galur ternak …….. Yang merupakan hasil pemuliaan/introduksi/rekayasa genetic /karakteristik ternak yang sudah ada di wilayah dan dibudidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat *) untuk kejelasan deskripsi rumpum dan/atau galur ternak saya/kami lampirkan data-data dan poto warna tentang :

1. Asal Usul/Silsilah ; 2. Metode dan cara mendapatkan rumpun dan/atau galur *) ternak ; 3. Sifat-Sifat ; 4. Ketahanan terhadap penyakit ; 5. Mutu hasil ; 6. ……………………………………………………. **) 7. ……………………………………………………. **) 8. ……………………………………………………. **)

Page 59: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

51 Tata cara penamaan invensi

Demikian disampaikan untuk pengkajian dan penilaian lebih lanjut,

Atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.

……………………………, …………………………

Nama dan tanda tangan pemohon

Materai secukupnya

(nama lengkap )

Keterangan :

*) coret yang tidak perlu **) tambahkan sesuai spesifikasi ternak

Page 60: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 52

Formulir -2

PERMOHONAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Pelepasan Rumpun

dan / atau Galur Ternak

Kepda Yth,

Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Pertenakan di -

Jakarta

Dengan hormat ,

Saya / kami yang bertanda tangan dibawah ini

1. Nama : ...................................................................... 2. Alamat : ...................................................................... 3. Bentuk Usaha : Perorangan / Badan Hukum*)

Mengajukan permohonan izin untuk melepas rumpun dan / atau galur ternak ..... yang merupakan hasil permuliaan / introduksi / rekayasa genetick/ karakteristik ternak yang sudah ada di wilayah dan di budidayakan oleh peternak dan menjadi milik masyarakat *) untuk kejlasan dekskripsi rumpun dan atau galur ternak saya / kami lampirkan data-data dan foto warna tentang :

1. Asal Usul tentang silsilah ; 2. Metode dan cara mendapatkan runpun dan / galur *) ternak ; 3. Sifat-sifat ; 4. Ketahanan terhadap penyakit; 5. Mutu hasil ; 6. .....................................*) 7. ......................................*) 8. ......................................*)

Page 61: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

53 Tata cara penamaan invensi

Demikian di sampaikan untuk kajian dan penilaian lebih lanjut.

Atas perhatian bapak diucapkan terimakasih.

……………………………, …………………………

Nama dan tanda tangan pemohan

Materai secukupnya

(Nama Lengkap)

Keterangan :

*) coret yang tidak perlu **) tambahkan sesuai spesifik ternak

Page 62: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 54

LAMPIRAN II.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan / OT.140/2/2008 Tanggal : 27 Feburuari 2008

METODA UJI PERFORMA RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

Dalam rangka penetapan dan/atau pelepasan rumpun atau galur ternak perlu dilakukan penetapan metoda uji ferporma dengan memnuhi kaidah-kaidah tertentu .

1. Ruang Lingkup : Uji Performa , Sifat – sifat produksi adaptasi polipikasi pertumbuhan efesiensi pertumbuhan .

2. Tujuan : Merupakan uji lapang untuk mengetahui atau memperoleh data keunggulan dan interaksinya terhadap lingkungan dari calon rumpun atau galur yang akan dilepas .

3. Bahan Pengujian : Rumpun atau galur ternak yang akan dilepas .

4. Metode : a. Lokasi merupakan wilayah sentra produksi rumpun untuk galur ternak

yang bersangkutan. b. Jumlah ternak uji sekurang-kurangnya satu(1%) dari ternak yang diuji .

MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTONO

Page 63: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

55 Tata cara penamaan invensi

LAMPIRAN III.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2008 Tanggal : 27 Februari 2008

LEMBAGA PENGUJIAN PENETAPAN , DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

NO Lembaga Alamat Ket

1 2 3 4 1 Balai Besar Pembibitan Ternak

Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturaden

Baturaden Pos 113 . Powerkerto 3101-Jawa Tengah T(0281) 681716 F( 0281) 681037

2 Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosan – Malang

Tromol Pos 08 Singosan 65153 Malang Jawa Timur T ( 0341) 458359 F(0341) 458359

3 Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Lembang Bandung

Jl . Kiwikayu Ambon No 78 Lembang Bandung 940391 Jawa Barat T( 022) 27866222 F(022) 2787271

4 Balai Embryo Ternak (BET) Cipelang – Bogor

Kotak Pos 465 Bogor 16004 Jawa Barat-Cipelang , Cijeruk-Bogor

5 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Aceh – Indraputri

Desa Reukih Dayah Kec Indraputri Kotak Pos No . 15 Indraputri Aceh Besar 23363

6 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Babi dan Kerbau Sinur Siborong –Borong

Jl . Raya Dolok Sanggul KM 1 Siborong- Borong Tapanuli Utara 22474 Sumut T ( 063)41008) F (0633) 411505

7 Balai Besar Pembibitan Unggul (BPTU) Sapi Potong Madang Mangatas

Padang Mangatas Tromoi Pos 03 Payakakumbuh 26201 T ( 0752)759315 , F ( 0752)759369

Page 64: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 56

8 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU ) Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa

Jl. Raya Palembang – Pangkalan Balai Km 29 Palembang 30001 , Po Box 1116 T ( 0711) 3869841, F ( 0711) 442815

9 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Kambing Domba dan Itik Plehari

Jl . a yani km 21, sei jelai tambang ulang kab . tanah laut kalsel 70800 po box 150 pielihari T(0511) 7404274,(0511) 21668

10 Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali

Jl . Reaya Sesetan Gang Gurita III Pegok Denpasar T ( 036) 720415 , 721471

11 Balai Pembibitan Ternak (Balitnak) Ciawi , Bogor

Jl . Banjarmasin PO BOX 221, Ciawi Bogor 16002 Tel/Fax (0251) 240754

MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTO

Page 65: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

57 Tata cara penamaan invensi

LAMPIRAN IV.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19 / Permentan / OT.104/2/2008 Tanggal : 27 Feburuari 2008

DEKSKRIPSI PENTAPAN DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK

A . Penetapan

1. Nama dan alamat pengusul : 2. Nama rumpun atau galur ternak : 3. Ciri spesifik sifat kualitatif (sapi domba, kambing ayam , itik, dsb)

a. warna : b. bentuk tubuh dan bagian tubuh : c. suara ( ayam ) :

4. Ciri spesifik sifat kuantitatif a. bobot badan : b. tinggi badan: c. panjang badan : d. lingkar dada : e. produksi susu/telur/daging :

5. Ciri spesifik sifat reproduksi (dewasa kelamin ) a. dewas kelamin : b. umur sapi :

6. Wilayah sebaran

B. Pelepasan

1. Nama dan alamat pengusul : 2. Nama rumpun atau galur ternak : 3. Ciri spesifik sifat kualitatif (warna, bentuk pada sapi, domba, kambing, ayam

itik, dsb ) 4. Ciri spesifik sifat produksi (bobot badan, tinggi badan, panjang badan,

produksi susu atau telur) 5. Ciri spesifik sifat reproduksi (dewasa kelamin ) 6. Metode pemuliaan

MENTERI PERTANIAN

ANTON APRIYANTO

Page 66: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 58

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011

TENTANG

SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PESTISIDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

45/Permentan/SR.140/10/2009 telah ditetapkan Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida;

b. bahwa sehubungan dengan adanya perubahan organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian, dan untuk meningkat- kan pelayanan serta kepastian dalam pemberian pendaftaran dan izin pestisida, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2007 perlu ditinjau kembali;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586);

Page 67: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

59 Tata cara penamaan invensi

7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4153);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4224) juncto Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4362);

10. Keputusan Presiden 84/M Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/PER/XI/1992 tentang Bahan Berbahaya;

14. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan Nomor 881/Menkes/SKB/VIII/1996/771/Kpts/TP.270/8/1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian;

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001 tentang Pestisida;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;

17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.140/5/2007 tentang Pengawasan Pestisida;

18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M- DAG/PER/12/2007 tentang Ketentuan Impor Metil Bromida Untuk Keperluan Karantina Dan Pra Pengapalan;

Page 68: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 60

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/710/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 847/Kpts/OT.160/2/2011 tentang Komisi Pestisida.

Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pengendalian Hama Wereng Coklat Pada Tanaman Padi;

2. Surat Ketua Komisi Pestisida Nomor 246/Kompes/2011 tanggal 28 Maret 2011;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SYARAT DAN TATACARA

PENDAFTARAN PESTISIDA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad

renik dan virus yang dipergunakan untuk : a. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; b. memberantas rerumputan; c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian- bagian

tanaman tidak termasuk pupuk; e. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan dan ternak; f. memberantas atau mencegah hama-hama air; g. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/ atau

h. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebab-kan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Page 69: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

61 Tata cara penamaan invensi

2. Pendaftaran pestisida adalah proses untuk mendapatkan nomor pendaftaran dan izin pestisida.

3. Pestisida untuk penggunaan umum adalah pestisida yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan khusus di luar yang tertera pada label.

4. Pestisida terbatas adalah pestisida yang dalam penggunaannya memerlukan persyaratan dan alat-alat pengamanan khusus di luar yang tertera pada label.

5. Pestisida dilarang adalah jenis pestisida yang dilarang untuk semua bidang penggunaan, untuk bidang pestisida rumah tangga, dan untuk bidang perikanan.

6. Bahan aktif adalah bahan kimia sintetik atau bahan alami yang terkandung dalam bahan teknis atau formulasi pestisida yang memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme sasaran.

7. Bahan aktif standar adalah bahan aktif murni yang digunakan sebagai pembanding dalam proses analisis kadar bahan aktif pestisida.

8. Bahan teknis adalah bahan baku pembuatan formulasi yang dihasilkan dari suatu pembuatan bahan aktif, yang mengandung bahan aktif dan bahan pengotor ikutan (impurities) atau dapat juga mengandung bahan lainnya yang diperlukan.

9. Bahan teknis asal adalah bahan yang dihasilkan langsung dari proses sintetis, ekstraksi atau proses lainnya untuk menghasilkan bahan aktif.

10. Bahan teknis olahan adalah bahan yang dihasilkan dari proses pengolahan bahan teknis asal dengan tujuan tertentu seperti keamanan, stabilitas atau keperluan tertentu dalam proses pembuatan formulasi, pewadahan, pengangkutan dan penyimpanan.

11. Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan tambahan dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan.

12. Bahan tambahan pestisida adalah bahan yang ditambahkan dalam bahan teknis atau formulasi pestisida selain bahan aktif pestisida antara lain: pelarut, pembau, pengemulsi, pewarna, pembawa, perata, perekat, penyebar, dan pemantap.

13. Pemilik formulasi adalah perorangan atau badan hukum yang memiliki suatu resep formulasi pestisida.

Page 70: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 62

14. Resep formulasi adalah suatu keterangan yang menyatakan jenis dan banyaknya bahan aktif dan bahan tambahan yang terdapat dalam suatu formulasi pestisida dan/atau cara memformulasi suatu pestisida dengan menggunakan bahan teknis atau bahan aktif dan bahan penyusun lainnya.

15. Peredaran adalah impor-ekspor dan atau jual beli didalam negeri termasuk pengangkutan pestisida.

16. Penyimpanan adalah memiliki pestisida dalam persediaan di halaman atau dalam ruang yang digunakan oleh importir, pedagang atau di usaha-usaha pertanian.

17. Penggunaan adalah menggunakan pestisida dengan atau tanpa alat untuk maksud seperti tersebut dalam angka 1.

18. Wadah adalah tempat yang terkena langsung pestisida untuk menyimpan selama dalam penanganan.

19. Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau pembungkus pestisida.

20. Pemusnahan adalah menghilangkan sifat dan fungsi pestisida.

21. Sertifikat penggunaan adalah surat keterangan yang menyatakan telah lulus pelatihan penggunaan pestisida terbatas.

22. Pengguna adalah orang atau badan hukum yang menggunakan pestisida dengan atau tanpa alat.

23. Penamaan formulasi adalah nama dagang suatu formulasi pestisida yang didaftarkan oleh pemohon.

24. Penamaan bahan teknis adalah nama suatu bahan teknis yang didaftar-kan oleh pemohon.

25. Residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah.

26. Toksisitas akut adalah pengaruh yang merugikan yang timbul segera setelah pemaparan dengan dosis tunggal suatu bahan kimia atau bahan lain, atau pemberian dosis ganda dalam waktu lebih kurang 24 jam.

27. Toksisitas subkronik adalah pengaruh yang merugikan pada hewan percobaan yang timbul sebagai akibat pemberian takaran harian berulang dari bahan kimia atau bahan lain, dengan periode pemaparan selama 3 bulan.

Page 71: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

63 Tata cara penamaan invensi

28. Toksisitas kronik adalah pengaruh yang merugikan pada hewan percobaan yang timbul sebagai akibat pemberian takaran harian berulang dari bahan kimia atau bahan lain, dengan periode pemaparan selama 2 tahun.

29. Lethal dose-50 selanjutnya disingkat LD50 adalah dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain yang diturunkan secara statistik yang dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.

30. Lethal concentration-50 yang selanjutnya disingkat LC50 adalah konsentrasi yang diturunkan secara statistic yang dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan.

31. Acceptable Daily Intake yang selanjutnya disingkat ADI adalah angka penduga asupan harian bahan kimia yang dapat diterima dalam makanan sepanjang hidup manusia tanpa menimbulkan resiko kesehatan yang bermakna.

32. Batas Maksimum Residu yang selanjutnya disingkat BMR adalah merupakan batas dugaan maksimum residu pestisida yang diperbolehkan yang terdapat dalam berbagai hasil pertanian.

33. Lethal time-50/waktu paruh hayati yang selanjutnya disingkat LT50 adalah waktu yang diperlukan untuk mematikan 50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu.

34. Unit toksisitas adalah angka factor hasil bagi (ratio) konsentrasi nominal pestisida dalam air sawah dengan ketinggian 10 cm dengan nilai LC50 96 jam.

35. Decomposition time-50 yang selanjutnya disingkat DT50 adalah waktu yang diperlukan untuk terjadinya 50% dekomposisi berupa disipasi dan degradasi suatu bahan kimia di suatu media.

36. Efikasi adalah efektivitas pestisida terhadap organisme sasaran yang didaftarkan berdasarkan pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium menurut metode yang berlaku.

37. Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran setelah diperlakukan dengan pestisida.

38. Resistensi adalah penurunan tingkat kepekaan populasi organisme sasaran terhadap pestisida yang dapat menyebabkan pestisida yang semula efektif untuk mengendalikan organisme sasaran tersebut menjadi tidak efektif lagi.

39. Iritasi adalah gejala inflamasi yang terjadi pada kulit atau membran mukosa segera setelah perlakuan berkepanjangan atau berulang dengan menggunakan bahan kimia atau bahan lain.

Page 72: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 64

40. Karsinogenik adalah sifat suatu bahan yang dapat mendorong atau menyebabkan kanker.

41. Teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menyebabkan/ menghasilkan bayi cacat/kecacatan tubuh pada kelahiran.

42. Mutagenik adalah sifat bahan kimia yang menyebabkan terjadinya mutasi gen.

43. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian.

44. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam penyelenggaraan

pendaftaran termasuk pengujian dan perizinan serta pengawasan pestisida. (2) Peraturan ini bertujuan untuk :

a. melindungi masyarakat dan lingkungan hidup dari pengaruh yang membahayakan sebagai akibat penyimpanan, peredaran, dan penggunaan pestisida;

b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan pestisida; c. mendukung penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT);

dan/atau d. memberikan kepastian usaha dalam melakukan kegiatan produksi,

pengadaan, penyimpanan, dan peredaran pestisida.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan peraturan ini meliputi bidang penggunaan, klasifikasi, jenis perizinan, persyaratan pendaftaran, tata cara pendaftaran, wadah dan label pestisida, kewajiban petugas dan pemilik nomor pendaftaran, sanksi administrasi, ketentuan pestisida berbahan aktif metil bromida, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Page 73: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

65 Tata cara penamaan invensi

BAB II BIDANG PENGGUNAAN

Pasal 4

(1) Bidang penggunaan pestisida meliputi: a. pengelolaan tanaman; b. peternakan; c. perikanan; d. kehutanan; e. penyimpanan hasil pertanian; f. pemukiman dan rumah tangga; g. karantina dan pra-pengapalan.

(2) Bidang penggunaan pengelolaan tanaman adalah pestisida yang di gunakan untuk mengendalikan organisme sasaran atau meningkatkan pertumbuhan pada tanaman (tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, hutan tanaman industri).

(3) Bidang penggunaan peternakan adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama pada ternak/binatang yang perlu dilindungi dan atau kandangnya.

(4) Bidang penggunaan perikanan adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme sasaran/mencegah hama-hama air pada budidaya perikanan (antara lain tambak ikan, tambak udang).

(5) Bidang penggunaan kehutanan adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme sasaran pada hasil hutan atau pengawetan hasil hutan (kayu gergajian, kayu gelondongan, rotan, pondasi bangunan).

(6) Bidang penggunaan penyimpanan hasil pertanian adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme sasaran pada gudang penyimpanan hasil pertanian.

(7) Bidang penggunaan pemukiman dan rumah tangga adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme sasaran (binatang-binatang dan jasad-jasad renik) pada rumah tangga, bangunan dan mencegah binatang-binatang (vektor) yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

(8) Bidang penggunaan karantina dan pra-pengapalan adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme sasaran dengan cara fumigasi pada karantina sebelum atau sesudah pengapalan.

Page 74: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 66

BAB III KLASIFIKASI

Pasal 5

(1) Berdasarkan bahayanya, pestisida dapat diklasifikasikan ke dalam:

a. pestisida yang dilarang b. pestisida yang dapat didaftarkan

(2) Pestisida yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan kriteria sebagai berikut: a. formulasi pestisida termasuk kelas Ia, artinya sangat berbahaya sekali dan

kelas Ib artinya berbahaya sekali menurut klasifikasi WHO sebagaimana tercantum dalam lampiran XII.

b. bahan aktif dan/atau bahan tambahan yang mempunyai efek karsinogenik, teratogenik atau mutagenik, (kategori I dan IIa berdasarkan klasifikasi International Agency for Research on Cancer), dan berdasarkan FAO, WHO, US-EPA dan ketentuan lainnya.

(3) Pestisida yang dapat didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pestisida yang tidak termasuk dalam kategori pestisida yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 6 (1) Berdasarkan lingkup penggunaan, pestisida dapat diklasifikasikan ke dalam:

a. pestisida terbatas; dan b. pestisida untuk penggunaan umum.

(2) Kriteria pestisida terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut:

a. formulasi pestisida korosif pada mata (menyebabkan kerusakan tak terkembalikan pada jaringan okular), mengakibatkan pengerutan kornea atau iritasi sampai 7 (tujuh) hari atau lebih;

b. formulasi pestisida korosif terhadap kulit (menyebabkan kerusakan jaringan dalam dermis dan atau luka bekas) atau mengakibatkan iritasi berat sampai 72 (tujuh puluh dua) jam atau lebih;

c. bila digunakan seperti tertera pada label, atau menurut praktek yang biasa dilakukan, pestisida tersebut masih menyebabkan keracunan yang nyata secara subkronik, kronik atau tertunda bagi manusia sebagai akibat pemaparan secara tunggal dan majemuk terhadap pestisida tersebut atau residunya;

Page 75: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

67 Tata cara penamaan invensi

d. mempunyai LC50 inhalasi bahan aktif lebih kecil dari 0,05 mg/I selama 4 jam periode pemaparan; atau

e. termasuk dalam golongan bahan perusak lapisan ozon.

(3) Pestisida untuk penggunaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pestisida yang tidak masuk dalam kategori pestisida terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 7 (1) Bahan aktif pestisida yang dilarang untuk semua bidang penggunaan seperti

tercantum pada Lampiran I butir 1 sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini

(2) Bahan aktif pestisida yang dilarang untuk bidang pestisida rumah tangga seperti tercantum pada Lampiran I butir 2 sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(3) Bahan aktif pestisida yang dilarang untuk bidang perikanan seperti tercantum pada Lampiran I butir 3 sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Bahan aktif pestisida yang dilarang digunakan pada tanaman padi sesuai Inpres 3 Tahun 1986 seperti tercantum pada Lampiran I butir 4 sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(5) Bahan aktif pestisida terbatas seperti tercantum pada Lampiran II sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(6) Bahan tambahan pestisida yang dilarang untuk semua bidang penggunaan pestisida dan bidang penggunaan pestisida rumah tangga seperti tercantum pada Lampiran III sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(7) Bahan tambahan pestisida yang dibatasi penggunaannya untuk bidang pengelolaan tanaman seperti tercantum pada Lampiran IV sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 8 (1) Perubahan klasifikasi penggunaan pestisida dari dilarang menjadi

penggunaan umum, atau dari pestisida terbatas menjadi penggunaan umum, atau sebaliknya dapat dilakukan setelah ada saran dan pertimbangan dari Komisi Pestisida.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih lanjut akan dituangkan dalam Keputusan tersendiri.

Page 76: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 68

Pasal 9

(1) Setiap orang yang akan menggunakan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, wajib memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas.

(2) Sertifikat penggunaan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada orang yang telah lulus pelatihan penggunaan pestisida terbatas yang diterbitkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi.

(3) Pemegang nomor pendaftaran wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas sesuai dengan pedoman dan berkoordinasi dengan Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Sertifikat penggunaan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku di seluruh wilayah Indonesia untuk jangka waktu selama 5 tahun, dan dapat diperpanjang.

(5) Ketentuan mengenai pedoman pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal a.n. Menteri Pertanian.

Pasal 10

Badan Hukum dapat menggunakan pestisida terbatas apabila diaplikasikan oleh orang yang telah memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

BAB IV JENIS PERIZINAN

Pasal 11

Jenis izin pestisida terdiri atas: a. izin percobaan; b. izin sementara; dan c. izin tetap.

Pasal 12

(1) Izin percobaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, diberikan

oleh Direktur Jenderal a.n. Menteri Pertanian yang berlaku untuk jangka waktu 1 tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Page 77: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

69 Tata cara penamaan invensi

(2) Izin percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada pemohon untuk dapat membuktikan kebenaran klaimnya mengenai mutu, efikasi, dan keamanan pestisida yang didaftarkan.

(3) Pestisida yang telah memperoleh izin percobaan dilarang untuk diedarkan dan/atau digunakan secara komersial.

Pasal 13 (1) Izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b diberikan oleh

Menteri atas saran dan/atau pertimbangan Komisi Pestisida.

(2) Izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terhadap pestisida yang telah memenuhi sebagian persyaratan teknis dan/atau administrasi.

(3) Izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan teknis dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan data dan informasi sesuai dengan yang ditetapkan.

(4) Izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

(5) Apabila pemohon dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

belum melengkapi persyaratan teknis dan/atau administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), permohonan dianggap ditarik kembali.

Pasal 14 Pestisida yang telah memperoleh izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat diproduksi, diedarkan, dan digunakan dalam jumlah terbatas sesuai dengan jumlah komoditas, dosis atau konsentrasi dan aplikasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 15 (1) Izin tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c diberikan oleh

Menteri atas saran dan/atau pertimbangan Komisi Pestisida.

(2) Izin tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Page 78: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 70

(3) Pestisida yang telah memperoleh izin tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diproduksi, diedarkan dan digunakan.

Pasal 16 (1) Pestisida yang mendapat Izin Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

ayat (1) dapat diperluas penggunaannya pada sasaran lain yang belum terdaftar setelah mendapat izin perluasan penggunaan.

(2) Izin perluasan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Menteri Pertanian atas saran dan/atau pertimbangan Komisi Pestisida.

(3) Untuk mendapatkan izin perluasan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon mengajukan permohonan dengan melampirkan hasil pengujian yang ditetapkan.

Pasal 17 Apabila penggunaan pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan atau kelestarian lingkungan, izin sementara, izin tetap atau izin perluasan penggunaan dapat ditinjau kembali atau dicabut.

BAB V PERSYARATAN PENDAFTARAN

Pasal 18

(1) Permohonan pendaftaran pestisida dapat dilakukan oleh badan usaha atau

badan hukum Indonesia dengan memenuhi persyaratan pendaftaran sebagai berikut :

a. Akta pendirian dan perubahannya, bagi badan usaha (Usaha Dagang, Firma, CV, NV), dan badan hukum (PT, Koperasi);

b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)/Tanda Daftar Usaha Perdagangan

(TDUP) pestisida; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. Surat keterangan domisili/Kartu Tanda Penduduk (KTP); e. Pernyataan yang berhak menandatangani surat dalam rangka pendaftaran

dan perizinan; f. Surat jaminan suplai bahan aktif dari pemasok bahan aktif.

Page 79: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

71 Tata cara penamaan invensi

(2) Pendaftaran pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemilik formulasi yang bersangkutan atau kuasanya.

Pasal 19 Untuk Pemilik Formulasi yang berasal dari luar negeri, pendaftaran pestisida dilakukan oleh kuasanya/perwakilan yang berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pasal 20 (1) Pestisida yang dapat didaftarkan di Indonesia, pestisida yang tidak

termasuk klasifikasi dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, tidak mengandung bahan aktif pestisida yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan/atau tidak mengandung bahan tambahan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5).

(2) Pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat kemurnian kadar bahan aktif yang memenuhi spesifikasi SNI, FAO, WHO atau badan internasional lain.

Pasal 21 Untuk permohonan pendaftaran selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(1) Setiap formulasi yang dihasilkan oleh setiap pemilik, yang digunakan untuk setiap bidang penggunaan, harus didaftarkan atas nama satu pemohon;

(2) Formulasi pestisida berbahan aktif majemuk untuk bidang penggunaan pengelolaan tanaman, kecuali ZPT, pestisida biologi, rodentisida dan feromon/ atraktan tidak bersifat antagonis.

Pasal 22

(1) Pestisida yang didaftarkan harus diberikan penamaan tersendiri, yang

merupakan identitas dari setiap formulasi pestisida yang akan diedarkan.

(2) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh sama atau hampir sama dengan formulasi yang telah didaftar atas nama perusahaan lain.

Page 80: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 72

(3) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. setiap formulasi hanya diberi satu nama yang terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu nama dagang yang tidak berkaitan dengan nama umum dan/atau nama bahan aktif, angka yang menunjukkan kadar bahan aktif, dan kode huruf yang menunjukkan bentuk formulasi;

b. setiap penamaan formulasi pestisida yang didaftarkan dilampiri bukti telah melakukan pendaftaran dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI);

c. penamaan formulasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b tidak bersifat agitatif seperti misalnya kata-kata “dahsyat”, “hebat”, “super” atau “ampuh”.

(4) Penamaan bahan teknis harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan diikuti dengan angka dan kode yang berturut-turut menunjukkan kadar bahan aktif dan macam bahan teknis.

BAB VI

TATACARA PENDAFTARAN

Pasal 23 (1) Untuk mendapatkan izin pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

pemohon mengajukan surat permohonan kepada Menteri Pertanian melalui Kepala Pusat dengan dilampiri persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dengan menggunakan format seperti tercantum dalam Lampiran VII untuk pestisida kimia, atau lampiran VIII untuk pestisida biologi atau lampiran IX untuk pestisida rumah tangga dan/atau pengendalian vektor penyakit pada manusia sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(2) Kepala Pusat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja telah selesai

memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan memberikan jawaban menerima atau menolak.

Page 81: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

73 Tata cara penamaan invensi

Pasal 24 (1) Permohonan diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)

apabila telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) selanjutnya oleh Kepala Pusat disampaikan kepada Direktur Jenderal secara tertulis untuk dilakukan penilaian teknis dengan menggunakan formulir model-1 seperti tercantum dalam Lampiran XVII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(2) Permohonan ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) apabila persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) tidak lengkap atau tidak benar, Kepala Pusat memberitahukan kepada pemohon disertai alasan penolakan secara tertulis, dengan menggunakan formulir model-2 seperti tercantum dalam Lampiran XVIII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 25 (1) Permohonan yang diterima sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1)

dan telah dilakukan penilaian teknis dapat diberikan izin percobaan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian. Izin percobaan disampaikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat.

(2) Pemohon yang diberikan izin percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyerahkan sampel pestisida kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat untuk dilakukan uji mutu.

(3) Uji mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Lembaga yang terakreditasi atau yang ditunjuk seperti tercantum pada Lampiran XIII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Hasil uji mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh laboratorium penguji disampaikan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat untuk dilakukan penilaian uji mutu sesuai dengan batas toleransi seperti tercantum pada Lampiran VI sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(5) Direktur Jenderal dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja telah selesai melakukan penilaian uji mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Apabila hasil penilaian uji mutu dan sampel pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal memberitahukan kepada pemohon melalui Kepala Pusat secara tertulis untuk dapat mengajukan permohonan uji mutu ulang dengan formulir model-3 seperti tercantum dalam Lampiran XIX sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Page 82: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 74

Pasal 26 (1) Apabila hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4)

memenuhi persyaratan, selanjutnya sampel pestisida disegel oleh Direktur Jenderal.

(2) Pemohon menyerahkan sampel pestisida yang telah disegel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke lembaga penguji toksisitas dan efikasi yang telah terakreditasi atau ditunjuk seperti tercantum pada Lampiran XIV dan Lampiran XV sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(3) Lembaga penguji dalam melakukan pengujian efikasi dan toksisitas sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) wajib mengikuti metode standar yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian.

(4) Direktur Jenderal setelah mendapat laporan hasil uji mutu, efikasi dan/atau toksisitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersama dengan Tim Teknis Evaluasi Pendaftaran Pestisida melakukan penilaian, sesuai dengan kriteria teknis seperti tercantum pada Lampiran V sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(5) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya disampai-kan pada rapat pleno Komisi Pestisida sebagai bahan evaluasi Komisi Pestisida.

Pasal 27 (1) Hasil penilaian Komisi Pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5)

dapat berupa menunda, menolak atau menerima permohonan pendaftaran.

(2) Apabila dari hasil penilaian permohonan pendaftaran ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja telah memberitahukan kepada pemohon dengan disertai alasan Penolakan secara tertulis model-4 seperti tercantum dalam Lampiran XX sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 28 (1) Permohonan ditunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), apa-

bila ada data teknis yang harus dilengkapi.

Page 83: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

75 Tata cara penamaan invensi

(2) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Direktur Jenderal diberitahukan kepada pemohon secara tertulis melalui Kepala Pusat yang disertai alasan penundaan dengan formulir model-4 seperti tercantum dalam Lampiran XX sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(3) Pemohon dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi persyaratan.

(4) Apabila dalam jangka wakt 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemohon belum dapat melengkapi

persyaratan, permohonan mengikuti penilaian oleh Komisi Pestisida pada periode berikutnya.

Pasal 29 (1) Apabila penilaian Komisi Pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

ayat (1) permohonan pendaftaran diterima, selanjutnya oleh Komisi Pestisida diusulkan kepada Menteri Pertanian untuk dimohonkan nomor pendaftaran dan izin pestisida.

(2) Menteri Pertanian dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak menerima usulan Komisi Pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah memberikan jawaban menerima atau menolak.

(3) Apabila usulan Komisi Pestisida dapat diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Menteri Pertanian diberikan nomor pendaftaran dan izin pestisida.

(4) Nomor pendaftaran dan izin pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan dalam bentuk Keputusan Menteri Pertanian.

Pasal 30 (1) Pemberian nomor pendaftaran dan izin pestisida sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29 ayat (1) dapat berupa: a. nomor pendaftaran dan izin sementara; atau b. nomor pendaftaran dan izin tetap.

(2) Tatacara penomoran pestisida meliputi Bidang Penggunaan,Jenis pestisida, Jenis izin, Tahun Lahir, Nomor Digit pada tahun yang bersangkutan sebagaimana tercantum pada Lampiran XXI sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Page 84: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 76

Pasal 31 (1) Apabila dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja

Sejak menerima usulan Komisi Pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) Menteri Pertanian belum memberi jawaban menerima atau menolak, permohonan dianggap diterima.

(2) Permohonan yang dianggap diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan nomor pendaftaran dan izin pestisida dalam bentuk Keputusan Menteri Pertanian yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian.

Pasal 32

(1) Permohonan yang telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4), atau dalam Pasal 31 ayat (2) disampaikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat.

(2) Permohonan yang ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) diberitahukan kepada pemohon melalui Kepala Pusat.

Pasal 33 (1) Pemohon yang telah mendapat nomor pendaftaran dan izin sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) dan Pasal 31 ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun harus sudah memproduksi atau mengimpor.

(2) Laporan produksi/impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dokumen produksi/impor.

Pasal 34 (1) Tatacara pendaftaran pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sampai

dengan Pasal 29 secara mutatis mutandis berlaku untuk pendaftaran bahan teknis pestisida dan pestisida untuk ekspor kecuali pengujian efikasi, toksikologi lingkungan, resurjensi, dan residu tidak diperlukan.

(2) Pendaftaran bahan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan format sebagaimana tercantum pada Lampiran X sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Page 85: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

77 Tata cara penamaan invensi

Pasal 35 (1) Nomor pendaftaran yang telah diberikan dalam izin sementara atau izin tetap,

dapat beralih atau dialihkan, karena: a. pemilik formulasi menunjuk pihak lain sebagai pemegang nomor

pendaftaran; b. pemilik formulasi mengalihkan kepemilikan formulasinya kepada pihak

lain; c. penunjukan pihak lain sebagai pemegang nomor pendaftaran akibat

adanya penggabungan perusahaan; d. penggantian nama pemilik formulasi atau pemegang nomor pendaftaran.

(2) Pihak yang menerima pengalihan sebagai pemegang nomor pendaftaran yang baru pemegang formulasi lama dengan pemegang formulasi yang baru dalam bentuk surat perjanjian, selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat untuk wajib dicatat dalam buku nomor pendaftaran serta mengusulkan penetapan mengenai pengalihan dimaksud.sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyelesaikan permasalahan diantara

Pasal 36 (1) Perubahan yang menyangkut pestisida yang didaftarkan, meliputi perubahan:

a. nama formulasi dan atau nama bahan aktif; b. wadah dan atau pembungkus; c. bentuk formulasi/bahan teknis; d. asal bahan aktif; e. bahan pelarut; f. bahan pengemulsi; g. bahan pembawa; h. kadar bahan aktif (dalam batas toleransi kadar bahan aktif); i. kadar bahan aktif dalam bahan teknis; j. penggunaan yang terdaftar dan diizinkan; k. jumlah yang diizinkan diedarkan untuk izin sementara; dan/atau; l. dosis dan cara aplikasi pestisida (sesuai dengan hasil uji efikasi)

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, e, f, g dan h dapat disetujui apabila setelah dilakukan pengujian banding mutu, toksisitas, dan efikasi untuk salah satu organisme sasaran hasilnya memenuhi persyaratan teknis.

(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh pemegang nomor pendaftaran kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran dan diproses lebih lanjut penetapannya oleh Direktur Jenderal.

Page 86: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 78

Pasal 37 (1) Izin tetap pestisida dapat didaftarkan ulang dengan mengikuti ketentuan

tatacara pendaftaran pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 30 dengan dilengkapi :

- hasil uji mutu ulang formulasi bagi pestisida pendaftaran ulang ganjil (pertama, ketiga ....dst),

- hasil uji mutu ulang bahan teknis pestisida untuk setiap melakukan pendaftaran ulang,

- hasil uji mutu ulang dan efikasi ulang terhadap salah satu organisme sasaran bagi pestisida pendaftaran ulang genap (kedua, keempat.....dst.),

- hasil uji mutu ulang dan efikasi ulang genap (kedua, keempat.....dst.) terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) utama untuk pestisida yang digunakan pada tanaman padi.

(2) Organisme sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu salah satu organisme sasaran yang terdaftar sejak pertama kali pestisida diberikan izin.

(3) Pendaftaran ulang izin tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sebelum masa izin berakhir.

Pasal 38

Pemberian izin tetap pendaftaran ulang selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 juga memperhatikan hasil evaluasi pengawasan pestisida yang dilaksanakan oleh Instansi yang berwenang. Pasal 39 (1) Apabila permohonan pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

diterima, paling lambat dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari kerja telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pendaftaran dan Izin Pestisida.

(2) Apabila dalam waktu 90 (Sembilan puluh) hari kerja Keputusan Menteri Pertanian tentang Pendaftaran dan Izin Pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum diterbitkan, Direktur Jenderal atas nama Menteri Pertanian menerbitkan Keputusan Menteri Pertanian.

(3) Apabila pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atau ditolak, nomor dan izin pendaftaran berakhir demi hukum.

Page 87: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

79 Tata cara penamaan invensi

(4) Nomor dan izin pendaftaran yang berakhir, apabila pendaftaran ulang pestisida ditolak maka harus ditarik dari peredaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan.

BAB VII WADAH DAN LABEL PESTISIDA

Pasal 40

(1) Pestisida yang telah terdaftar dengan izin sementara atau izin tetap harus ditempatkan dalam wadah.

(2) Wadah pestisida harus tidak mudah pecah atau robek, atau dilindungi wadah lain supaya tidak rusak, tidak bereaksi dengan pestisidanya atau korosif, sehingga bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.

(3) Setiap wadah harus ditutup atau dilipat dengan baik sehingga tutup atau lipatan maupun wadah itu tidak dapat dibuka tanpa merusaknya kecuali wadah dibuat sedemikian rupa sehingga tanpa merusak tutupnya pestisida hanya dapat keluar dalam bentuk asap atau kabut.

(4) Spesifikasi wadah harus diuraikan secara lengkap yang mencakup volume, nama bahan, bentuk, ukuran, ketebalan bahan, warna, bahan lapisan permukaan wadah bagian dalam dan bahan tutup wadah, seperti tercantum dalam Lampiran XI.

(5) Pewadahan kembali suatu formulasi pestisida hanya dapat dilakukan oleh pemegang pendaftaran pestisida yang bersangkutan atau pihak lain yang ditunjuknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 41 (1) Setiap wadah pestisida harus diberi label, yang ditempelkan dan tidak mudah

lepas atau dicetak pada wadah.

(2) Label pestisida diusulkan oleh pemegang pendaftaran, dan merupakan salah satu persyaratan dalam permohonan pendaftaran.

(3) Semua keterangan pada label dan lampiran petunjuk penggunaan harus dicantumkan dalam bahasa Indonesia dengan kata-kata yang tidak bersifat agitatif seperti misalnya kata-kata “dahsyat”, “hebat”, “super”, “kuat” atau “ampuh”, serta dilarang mencantumkan gambar organisme sasaran yang tidak terdaftar, dilarang membandingkan dengan pestisida lain yang telah terdaftar. Penggunaan bahasa asing diperbolehkan hanya apabila

Page 88: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 80

menterjemahkan hal-hal yang dinilai penting yang telah disebutkan pula dalam bahasa Indonesia.

(4) Keterangan dan tanda peringatan pada label harus dicetak jelas, mudah dibaca atau dilihat, mudah dipahami dan tidak mudah terhapus.

(5) Keterangan lengkap tentang isi label, kalimat peringatan dan petunjuk keterangan tentang petunjuk pertolongan, keterangan tentang petunjuk penyimpanan, keterangan tentang petunjuk penggunaan, pencantuman tanda gambar, label, pestisida terbatas, dan penyusunan label, seperti tercantum dalam Lampiran XII.

BAB VIII KEWAJIBAN PETUGAS DAN PEMILIK NOMOR PENDAFTARAN

Pasal 42

(1) Petugas yang melayani pendaftaran dan petugas lembaga penguji mutu,

efikasi dan toksisitas wajib menjaga kebenaran dan kerahasiaan data dan informasi mengenai pestisida yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan.

(2) Direktur Jenderal wajib menyelenggarakan pengelolaan buku nomor pendaftaran dan mencatat segala mutasi baik subyek maupun obyek pendaftaran pestisida.

Pasal 43

(1) Pemegang nomor pendaftaran wajib mencantumkan seluruh keterangan yang

dipersyaratkan pada label pestisida yang didaftarkan sebagaimana tercantum pada Lampiran XII Peraturan ini.

(2) Pemohon/pemegang nomor pendaftaran wajib membayar biaya pendaftaran yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan harus disetor ke Kas Negara yang besarnya ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemegang nomor pendaftaran menanggung semua biaya pengujian yang

besarnya dan tatacaranya ditetapkan oleh lembaga penguji.

Page 89: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

81 Tata cara penamaan invensi

Pasal 44 (1) Pemegang nomor pendaftaran wajib menyerahkan bahan aktif standar

sebanyak 1 (satu) gram dan sertifikat analisisnya setiap 2 (dua) tahun sekali kepada Direktur Jenderal yang selanjutnya disimpan pada laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3).

(2) Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan tahunan mengenai produksi dan peredaran pestisida serta bahan aktifnya yang meliputi impor, ekspor dan jual beli di dalam negeri paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun kalender berakhir, dan laporan 6 (enam) bulanan mengenai produksi dan peredaran pestisida terbatas kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal dengan menggunakan format seperti tercantum dalam Lampiran XVI Peraturan ini.

(3) Pemegang nomor pendaftaran pestisida wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan yang menjadi tanggung jawabnya serta mengambil langkah-langkah penanggulangannya apabila terjadi penyimpangan, kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri maupun bersama aparat Pemerintah.

BAB IX SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 45

Terhadap lembaga penguji dan/atau laboratorium penguji yang terbukti tidak menjamin kerahasiaan dan kebenaran hasil pengujian yang dilakukannya diberikan teguran tertulis oleh Direktur Jenderal dan dilaporkan kepada pejabat yang berwenang untuk dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 46 Petugas yang melayani pendaftaran yang terbukti tidak menjamin kerahasiaan data pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dikenakan sanksi disiplin pegawai sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Page 90: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 82

Pasal 47 Pemohon yang yang terbukti mengedarkan pestisida yang sedang dalam proses pendaftaran, dikenakan sanksi pembatalan permohonan pendaftaran dan izin pestisida sampai dengan proses penyidikan oleh pejabat yang berwenang sampai memperoleh kekuatan hukum.

Pasal 48 (1) Pemegang nomor pendaftaran yang terbukti tidak mencantumkan seluruh

keterangan yang dipersyaratkan pada label sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat (5) dan atau tidak melaporkan adanya perubahan pemegang pendaftaran dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran dan izinnya.

(2) Pemegang nomor pendaftaran yang terbukti tidak menjamin mutu pestisida yang diproduksi dan/atau diedarkan, dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran dan izinnya.

(3) Pemegang nomor pendaftaran yang tidak memproduksi dan atau tidak

mengimpor formulasi pestisida yang didaftarkannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 serta tidak membuat laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) selama 2 (dua) tahun berturut-turut dikenakan sanksi pencabutan nomor dan izin pendaftaran.

(4) Pemegang nomor pendaftaran yang tidak melaporkan perubahan asal bahan

aktif sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (1) huruf d dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran dan izin.

(5) Pemegang nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(2), ayat (3) dan ayat (4) wajib menarik pestisida dari peredaran selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pencabutan Nomor Pendaftaran dan Izin.

BAB X KETENTUAN PESTISIDA BERBAHAN AKTIF METIL BROMIDA

Pasal 49

(1) Pestisida berbahan aktif metal bromide diberikan izin sementara berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, dengan jumlah yang diedarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (kuota nasional) pada tahun yang bersangkutan.

Page 91: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

83 Tata cara penamaan invensi

(2) Izin sementara sebagaimana dimaksud Pasal 11 huruf b untuk pestisida berbahan aktif metil bromida diberikan oleh Menteri atas saran dan/atau pertimbangan Komisi Pestisida.

(3) Izin sementara pestisida berbahan aktif metil bromida sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, dan dapat didaftarkan ulang dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.

(4) Pendaftaran ulang izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sebelum masa izin berakhir.

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 50

(1) Pestisida yang telah mendapat nomor pendaftaran dan izin tetap atau

izin sementara sebelum peraturan ini diterbitkan, dinyatakan masih tetap berlaku.

(2) Permohonan nomor pendaftaran dan izin tetap atau izin sementara yang sedang atau sudah dilakukan pengujian sebelum peraturan ini diterbitkan berlaku ketentuan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2009.

(3) Permohonan nomor pendaftaran dan izin tetap atau izin sementara yang belum dilakukan pengujian sebelum peraturan ini diterbitkan, diproses sesuai ketentuan dalam peraturan ini.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51 Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/SR.140/10/2009 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

Page 92: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 84

Pasal 52

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 April 2011 MENTERI PERTANIAN,

ttd

SUSWONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 232

Page 93: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

85 Tata cara penamaan invensi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/SR.140/10/2011

TENTANG

PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

28/Permentan/SR.130/5/2009 telah ditetapkan pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah;

b. bahwa untuk melindungi kelestarian fungsi lingkungan, keanekaragaman hayati, konsumen/pengguna, dan memberikan kepastian usaha bagi produsen/pelaku usaha pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah yang diedarkan di wilayah negara Republik Indonesia harus memenuhi standar mutu dan terjamin efektivitasnya;

c. bahwa sehubungan dengan adanya perubahan organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk meningkatkan pelayanan dan kepastian dalam pemberian nomor pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah;

d. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, perlu meninjau kembali Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Tahun 3478)

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);

Page 94: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 86

4. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999, Nomor 190 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3910);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk

Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen (LembaranNegara Tahun 2001 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4126);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2002 tentang Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4224) juncto Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4362);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang

Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4498);

10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 797/Kpts/TP.830/10/1984 tentang Pemasukan Media Pertumbuhan Tanaman Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

Page 95: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

87 Tata cara penamaan invensi

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANGPUPUK ORGANIK,

PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran

hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

2. Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah.

3. Pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis dan/atau alami, organik dan/atau mineral berbentuk padat dan/atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan/atau biologi tanah.

4. Formula pupuk organik adalah komposisi bahan-bahan organik dan mineral penyusun pupuk organik.

5. Formula pupuk hayati adalah komposisi mikroba/mikrofauna dan bahan pembawa penyusun pupuk hayati.

6. Formula pembenah tanah adalah komposisi bahan-bahan organik sintetis dan/atau alami, mineral sintetis dan/atau alami penyusun pembenah tanah.

7. Formula khusus adalah formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah yang dipesan khusus oleh pengguna dan tidak untuk diedarkan secara bebas.

Page 96: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 88

8. Rekayasa formula pupuk organik adalah serangkaian kegiatan rekayasa, baik secara kimia, fisika, dan/atau biologi untuk menghasilkan formula pupuk organik.

9. Rekayasa formula pupuk hayati adalah serangkaian kegiatan rekayasa pupuk hayati, baik secara kimia, fisika, dan/atau biologi untuk menghasilkan formula pupuk hayati.

10. Rekayasa formula pembenah tanah adalah serangkaian kegiatan rekayasa pembenah tanah, baik secara kimia, fisika, dan/atau biologi untuk menghasilkan formula pembenah tanah.

11. Pengujian mutu pupuk organic adalah analisis kandungan hara, unsure logam berat dan mikroba patoge yang dilakukan di laboratorium sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan.

12. Pengujian mutu pupuk hayati adalah analisis kandungan jenis, populasi dan fungsi mikroba/mikrofauna, serta patogenisitas di laboratorium sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan.

13. Pengujian mutu pembenah tanah adalah analisis kandungan bahan utama dan bahan aktif dan/atau unsur logam berat atau unsur lainnya dalam pembenah tanah yang dilakukan di laboratorium sesuai dengan persyaratan mutu yang ditetapkan.

14. Sertifikat hasil uji mutu adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga yang terakreditasi untuk menyatakan bahwa produk telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

15. Surat keterangan mutu adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh lembaga uji mutu untuk menyatakan bahwa produk telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

16. Standar mutu adalah besaran parameter yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dalam bentuk SNI, atau yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dalam bentuk Persyaratan Teknis Minimal.

17. Pengujian efektivitas pupuk organik adalah kegiatan uji lapang atau rumah kaca untuk mengetahui pengaruh dari pupuk organik terhadap pertumbuhan dan/atau produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan, atau peningkatan kesuburan tanah.

18. Pengujian efektivitas pupuk hayati adalah kegiatan uji lapang atau rumah kaca untuk mengetahui pengaruh dari pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan, peningkatan kesuburan tanah atau kesehatan tanah.

19. Pengujian efektivitas pembenah tanah adalah kegiatan uji laboratorium dan/atau rumah kaca atau lapangan untuk mengetahui pengaruh dari pembenah tanah terhadap perbaikan sifat fisik dan/atau kimia dan/atau biologi tanah dan produktivitas tanaman.

Page 97: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

89 Tata cara penamaan invensi

20. Persyaratan teknis minimal pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah adalah standar mutu yang dipersyaratkan dan ditetapkan dalam peraturan ini.

21. Pengadaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah adalah kegiatan penyediaan pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah baik berasal dari produksi dalam negeri maupun dari luar negeri.

22. Peredaran adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah di dalam negeri baik untuk diperdagangkan maupun tidak.

23. Penggunaan adalah kegiatan pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah oleh pengguna.

24. Surat Rekomendasi adalah keterangan yang didasarkan pada hasil uji efektivitas yang dikeluarkan oleh Lembaga Uji Efektivitas.

25. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 26. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan

Perizinan Pertanian.

Pasal 2

(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan pengadaan, pendaftaran, peredaran, penggunaan, dan pengawasan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

(2) Tujuan pengaturan ini untuk melindungi kelestarian fungsi lingkungan, keanekaragaman hayati tanah, konsumen/pengguna dan memberikan kepastian usaha bagi produsen/pelaku usaha pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

Pasal 3

(1) Ruang lingkup peraturan ini meliputi pengadaan, persyaratan pendaftaran, tatacara pendaftaran, biaya pendaftaran dan lembaga uji, lembaga uji, peredaran, penggunaan, pengawasan, kewajiban, pembinaan dan sanksi.

(2) Pupuk organik untuk Sistem Pangan Organik tidak diatur dalam peraturan ini.

Pasal 4

(1) Formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah yang akan diproduksi dan diedarkan untuk keperluan sektor pertanian harus memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, diberi label kemasan dan didaftar oleh Menteri.

Page 98: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 90

(2) Menteri dalam memberikan nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.

BAB II PENGADAAN

Pasal 5

(1) Pengadaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dapat

dilakukan melalui produksi dalam negeri atau pemasukan dari luar negeri. (2) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan teknis minimal serta terjamin efektivitasnya.

(3) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang berasal dari luar

negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memenuhi standar mutu dan terjamin efektifitasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus lulus uji risiko lingkungan.

(4) Pupuk hayati yang mengandung mikroba transgenik selain memenuhi standar

mutu dan terjamin efektivitasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang keamanan hayati produk rekayasa genetika.

(5) Pengadaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan usaha bidang sarana produksi pertanian.

Pasal 6

(1) Badan usaha yang akan memproduksi pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah harus mendapat izin dari Bupati/ Walikota setempat.

(2) Bupati/Walikota dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memerhatikan peraturan perundang-undangan di bidang perindustrian.

Pasal 7 (1) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang diproduksi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus berasal dari formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah hasil rekayasa.

Page 99: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

91 Tata cara penamaan invensi

(2) Formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar mutu serta terjamin efektivitasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).

(3) Persyaratan teknis minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)

seperti tercantum pada Lampiran I sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 8

(1) Pemasukan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat dilakukan badan usaha bidang sarana produksi pertanian setelah mendapat izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemasukan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina pertanian.

BAB III

PERSYARATAN PENDAFTARAN

Pasal 9

(1) Untuk mendapatkan nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, prmohonan pendaftaran formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah harus melengkapi: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan/atau Tanda Daftar Usaha

Perdagangan (TDUP) dan/atau Surat Persetujuan Penanaman Modal; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. Surat keterangan domisili/ Kartu Tanda Penduduk (KTP); e. pernyataan yang berhak menandatangani surat dalam rangka

pendaftaran dan perizinan; f. Konsep label kemasan; g. Surat tanda bukti pendaftaran merek/sertifikat merek dari instansi yang

berwenang; dan h. Melampirkan sertifikat SNI bagi pupuk yang telah mendapatkan sertifikat

SNI dari Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Page 100: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 92

(2) Pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemilik formula yang bersangkutan atau kuasanya.

Pasal 10

Label kemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ditulis dalam Bahasa Indonesia, paling kurang memuat:

a. nama dagang; b. nomor pendaftaran; c. kandungan hara (khusus untuk pupuk) dengan batas toleransi yang

ditetapkan dalam Peraturan ini sebagaimana pada Lampiran; d. isi atau berat bersih; e. masa edar; f. nama dan alamat produsen atau importir; g. tanggal, bulan dan tahun produksi; h. petunjuk penggunaan; i. bahan aktif dan tujuan penggunaan (khusus untuk pembenah tanah).

Pasal 11

(1) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang didaftarkan harus diberikan penamaan tersendiri, yang merupakan identitas dari setiap formula yang akan diedarkan.

(2) Satu formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula

pembenah tanah tidak boleh didaftarkan oleh pemohon dengan menggunakan nama dagang formula/ merek yang sama atau hampir sama dengan nama dagang/formula lain yang terdaftar dan hanya menggunakan satu nama dagang formula/merek.

(3) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut: a. tidak berkaitan dengan nama unsur/ jenis yang menunjukkan formula

pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah tanah; b. setiap penamaan formula pupuk organik, formula pupuk hayati

dan/atau formula pembenah tanah yang didaftarkan harus dilampiri bukti telah melakukan pendaftaran merek dari instansi berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI); dan

c. penamaan formula tidak bersifat agitatif seperti misalnya kata- kata “dahsyat”, “hebat”, “super” atau “ampuh”.

Page 101: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

93 Tata cara penamaan invensi

BAB IV

TATA CARA PENDAFTARAN

BAGIAN KESATU PERMOHONAN PENDAFTARAN

Pasal 12 Permohonan pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat dengan dilampiri persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 menggunakan formulir model-1 seperti tercantum pada Lampiran II sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 13 (1) Kepala Pusat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung

sejak menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 harus sudah selesai melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan memberikan jawaban ditolak atau diterima.

(2) Permohonan ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila masih

ada kekurangan persyaratan sebagaimana dalam Pasal 9. (3) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh Kepala Pusat

disampaikan kepada dengan disertai alasan penolakan secara tertulis menggunakan formulir model-2 seperti tercantum pada Lampiran III sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Permohonan diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 telah lengkap dan benar.

(5) Permohonan yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

selanjutnya oleh Kepala Pusat disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jenderal untuk dimohonkan proses teknis, menggunakan formulir model-3 pada Lampiran IV sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Page 102: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 94

Bagian Kedua Pengujian

Pasal 14

(1) Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), harus sudah menerbitkan surat kepada pemohon untuk melakukan uji mutu menggunakan formulir model-4 seperti tercantum pada Lampiran V sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(2) Pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Lembaga yang terakreditasi atau ditunjuk seperti tercantum pada Lampiran VI sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(3) Lembaga Pengujian dalam melakukan pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti metode standar seperti tercantum pada Lampiran VII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Hasil Pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh Laboratorium Uji disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada pemohon, untuk dilakukan penilaian teknis hasil uji mutu sesuai dengan persyaratan SNI atau Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan/atau Pembenah Tanah seperti tercantum pada Lampiran VIII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(5) Penilaian teknis sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja.

Pasal 15

(1) Untuk formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula

pembenah tanah yang telah memiliki sertifikat SNI tidak dilakukan pengujian mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(2) Formula pupuk organik, formula pupuk hayati dan/atau formula pembenah

tanah yang telah memiliki sertifikat SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mendapatkan nomor pendaftaran harus melampirkan sertifikat SNI sesuai peraturan perundang- undangan.

Page 103: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

95 Tata cara penamaan invensi

Pasal 16

(1) Apabila penilaian teknis hasil pengujian mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) tidak memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal memberitahukan kepada pemohon melalui Kepala Pusat secara tertulis disertai alasan menggunakan formulir model-5 seperti tercantum dalam Lampiran IX sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini, selanjutnya pemohon dapat mengajukan permohonan pengujian mutu ulang.

(2) Apabila penilaian teknis hasil pengujian mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal menerbitkan surat kepada pemohon untuk melaksanakan pengujian efektivitas meng- gunakan formulir model-6 seperti tercantum pada Lampiran X sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(3) Uji efektivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

Lembaga Pengujian Efektivitas seperti tercantum pada Lampiran XI sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Lembaga Uji Efektivitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam

melakukan pengujian efektivitas mengikuti metode standar seperti tercantum pada Lampiran XII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(5) Laporan hasil uji efektivitas dan rekomendasi uji efektivitas oleh lembaga

uji disampaikan kepada Direktur Jenderal untuk dilakukan penilaian teknis hasil uji efektivitas sesuai dengan Ketentuan Lulus Uji Efektivitas pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah seperti tercantum pada Lampiran XIII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(6) Lembaga Uji Efektivitas dalam menyusun laporan uji efektivitas sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) mengikuti metode standar seperti tercantum pada Lampiran XIV Sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(7) Lembaga Uji Efektifitas dalam menyusun rekomendasi hasil uji efektivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (5), mengikuti metode standar seperti tercantum pada Lampiran XV sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(8) Direktur Jenderal dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja telah selesai melakukan penilaian teknis hasil uji efektivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

Page 104: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 96

Bagian Ketiga Pemberian Nomor Pendaftaran

Pasal 17

(1) Apabila dari penilaian teknis hasil pengujian efektivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (8) tidak memenuhi persyaratan, Direktur Jenderal memberitahukan kepada pemohon melalui Kepala Pusat secara tertulis disertai alasan menggunakan formulir model-7 seperti tercantum pada Lampiran XVI sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(2) Apabila dari penilaian teknis hasil pengujian efektivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (8) memenuhi persyaratan, selanjutnya Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, menerbitkan nomor pendaftaran.

(3) Tata cara penomoran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah meliputi Nomor Pendaftaran, Jenis Formula, Bentuk Formula dan Tahun Lahir sebagaimana tercantum pada Lampiran XVII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

(4) Nomor pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat.

Page 105: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

97 Tata cara penamaan invensi

Pasal 18

(1) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) berlaku

untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun, dan dapat didaftar ulang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya.

(2) Untuk daftar ulang ganjil (pertama, ketiga, .... dst) formula pupuk

organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang telah terdaftar dilakukan uji mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(3) Untuk daftar ulang genap (kedua, keempat, .... dst) formula pupuk

organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang telah terdaftar dilakukan uji mutu dan uji efektifitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 16.

(4) Pendaftaran ulang ganjil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa berlaku nomor pendaftaran berakhir.

(5) Pendaftaran ulang genap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kerja sebelum masa izin berakhir.

Pasal 19

(1) Perubahan nama dagang, kemasan dan/atau warna pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dapat dilakukan, dan wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal melalui Kepala Pusat untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran dan diproses lebih lanjut penetapannya oleh Direktur Jenderal.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk perubahan formula pupuk.

(3) Perubahan formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi komposisi, sumber bahan baku, dan/atau bentuk pupuk.

(4) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah dilakukan uji ulang mutu dan efektivitas.

Page 106: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 98

BAB V BIAYA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN

Pasal 20

Biaya pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) harus disetorkan ke Kas Negara yang besar dan tatacaranya ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 21

(1) Biaya pengujian pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah yang dilakukan oleh Lembaga Uji milik Pemerintah merupakan penerimaan Negara Bukan Pajak, harus disetor ke Kas Negara yang besar dan tata caranya ditetapkan sesuai peraturan perundang- undangan.

(2) Biaya pengujian pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah yang dilakukan oleh Lembaga Uji milik swasta, besar dan tatacaranya ditetapkan

oleh lembaga uji bersangkutan.

BAB VI LEMBAGA UJI

Pasal 22 (1) Lembaga Pengujian yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (3) paling kurang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Lembaga Pengujian Mutu 1. memiliki bangunan laboratorium yang memenuhi persyaratan; 2. memiliki peralatan pengujian mutu pupuk organik, pupuk

hayati dan/atau pembenah tanah; 3. memiliki tenaga ahli atau analis di bidang pengujian mutu

pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah; 4. mampu melakukan analisis mutu pupuk organik, pupuk hayati dan/

atau pembenah tanah berdasarkan metode analisis yang ditetapkan; dan

5. mengikuti uji profisiensi, yaitu uji silang di laboratorium rujukan.

Page 107: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

99 Tata cara penamaan invensi

b. Lembaga Pengujian Efektivitas

1. memiliki peralatan untuk melakukan uji efektivitas; 2. memiliki lahan atau sarana lain yang cukup untuk melakukan

pengujian efektivitas; 3. memiliki tenaga ahli/pakar di bidang pengujian efektivitas

pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah berikut tenaga pelaksana lainnya; dan

4. mampu melakukan pengujian efektivitas berdasarkan metode pengujian yang ditetapkan.

(2) Verifikasi kelayakan Lembaga Uji Mutu dan Lembaga Uji Efektivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

BAB VII PEREDARAN

Pasal 23

(1) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang diedarkan

harus memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, diberi label dan didaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicantumkan dalam

kemasan kedap air yang penempatannya mudah dilihat, dibaca dengan jelas dan tidak mudah rusak.

BAB VIII PENGGUNAAN

Pasal 24

(1) Jenis dan penggunaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah

tanah dilakukan dengan memerhatikan produktivitas dan pelestarian fungsi lingkungan.

(2) Jenis dan tata cara penggunaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau

pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan tersendiri.

Page 108: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 100

(3) Apabila dalam penggunaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau

pembenah tanah terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan/atau fungsi lingkungan hidup, nomor pendaftaran dicabut.

BAB IX PENGAWASAN

Pasal 25

(1) Pengawasan pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk pembebah tanah dillakukan pada tingkat rekayasa formula, pengadaan, peredaran dan penggunaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara periodik

setiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 26

(1) Pengawasan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan sebagai berikut: a. pada tingkat rekayasa formula, menjadi kewenangan Menteri; b. pada tingkat pengadaan, peredaran dan penggunaan, menjadi

kewenangan bupati/walikota setempat di bawahkoordinasi gubernur. (2) Pengawasan atas pengadaan, peredaran dan penggunaan pupuk organik,

pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu di bawah koordinasi Direktur Jenderal dan Gubenur.

Pasal 27

(1) Pengawasan tingkat rekayasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a, dilakukan oleh petugas pengawas pupuk.

(2) Petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengawasan terhadap penerapan standar mutu pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah, pelaksanaan pengujian mutu dan efektivitas serta penggunaan nomor pendaftaran.

Page 109: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

101 Tata cara penamaan invensi

(3) Petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertanian yang diangkat dan diberhenti-kan oleh Menteri.

Pasal 28

(1) Pengawasan tingkat pengadaan, peredaran dan penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf b dilakukan oleh petugas pengawas pupuk yang ditunjuk Bupati/Walikota.

(2) Petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pegawai negeri sipil di lingkungan instansi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di bidang pembinaan dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penggunaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

Pasal 29

Badan usaha yang melakukan pengadaan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah, wajib mengizinkan petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 untuk melakukan pembinaan dan pengawasan di tempat usahanya.

Pasal 30

(1) Petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 ayat (1) berwenang : a. melakukan pemeriksaan terhadap proses produksi pupuk organik, pupuk

hayati dan/atau pembenah tanah; b. melakukan pemeriksaan terhadap sarana tempat penyimpanan dan cara

pengemasan; c. mengambil contoh pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah

tanah guna pengujian mutu; d. memeriksa dokumen dan laporan; e. melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan

pengadaan dan/atau peredaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

Page 110: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 102

(2) Dalam hal petugas pengawas pupuk mempunyai dugaan kuat bahwa telah terjadi pemalsuan dan/atau kerusakan pada pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang beredar, petugas pengawas pupuk harus segera melaporkan kepada Direktur Jenderal dan/atau Gubenur untuk menghentikan sementara peredaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah tersebut pada wilayah kerjanya paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak melakukan pengujian mutu.

(3) Apabila dari hasil pengujian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diketahui bahwa pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah tersebut tidak sesuai dengan label atau rusak, maka petugas pengawas pupuk mengusulkan kepada Gubenur setempat untuk menarik pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah tersebut dari peredaran.

(4) Ketentuan penarikan dan peredaran pupuk organik, pupuk hayati dan/ atau pembenah tanah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

Petugas pengawas pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 ayat (1) dapat ditunjuk sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB X

KEWAJIBAN PETUGAS, LEMBAGA DAN PEMEGANG NOMOR PENDAFTARAN

Pasal 32

(1) Petugas yang melayani pendaftaran, petugas penguji mutu dan petugas

penguji efektivitas wajib menjaga kebenaran dan kerahasiaan formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan.

(2) Lembaga pengujian wajib menjamin kerahasiaan formula pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang telah diuji.

(3) Direktur Jenderal wajib menyelenggarakan pengelolaan buku nomor

pendaftaran dan mencatat segala mutasi baik subyek maupun obyek pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

Page 111: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

103 Tata cara penamaan invensi

Pasal 33 (1) Pemegang nomor pendaftaran wajib mencantumkan seluruh keterangan yang

dipersyaratkan pada label dan kemasan yang didaftarkan.

(2) Pemegang nomor pendaftaran wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal setiap perubahan nomor pendaftaran untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran dandilakukan perubahan nomor pendaftaran.

(3) Pemegang nomor pendaftaran wajib membayar biaya pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan harus disetor ke Kas Negara yang besarnya ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 34

Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan tahunan mengenai pengadaan dan peredaran yang meliputi produksi dan/atau impor, jual beli di dalam negeri dan atau ekspor setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran XVIII sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 35

(1) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dapat beralih atau dialihkan, karena beberapa hal :

a. Pemegang nomor pendaftaran menunjuk pihak lain sebagai pemegang nomor pendaftaran;

b. Pemegang nomor pendaftaran mengalihkan kepemilikan formulanya kepada pihak lain;

c. penunjukan pihak lain sebagai pemegang nomor pendaftaran akibat adanya penggabungan perusahaan;

d. penggantian nama pemegang nomor pendaftaran.

(2) Pihak yang menerima pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyelesaikan pengalihan nomor pendaftaran dalam bentuk perjanjian, selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Jenderal untuk ditetapkan mengenai pengalihan dimaksud dan wajib dicatat dalam buku nomor pendaftaran.

Page 112: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 104

Pasal 36

(1) Pemegang nomor pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah wajib bertanggung jawab atas mutu produknya, dan wajib mencantumkan label pada kemasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

(2) Pemegang nomor pendaftaran wajib melaporkan kepada Direktur Jenderal

setiap perubahan nomor pendaftaran untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran dan dilakukan perubahan nomor pendaftaran.

BAB XI

PEMBINAAN

Pasal 37

(1) Pembinaan dilakukan terhadap produsen, importir dan lembaga uji. (2) Pembinaan terhadap produsen sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi

proses produksi dan mutu produksi yang dilakukan secara periodik untuk menghasilkan produk sesuai standar mutu.

(3) Pembinaan terhadap importir sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi uji mutu setiap pemasukan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah.

(4) Pembinaan terhadap lembaga uji mutu dan efektivitas sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk pemenuhan persyaratan sebagaimana persyaratan Pasal 22.

(5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktorat Jenderal.

BAB XII KETENTUAN SANKSI

Pasal 38

Lembaga pengujian dan/atau laboratorium uji yang terbukti tidak menjamin kerahasiaan dan kebenaran hasil pengujian yang dilakukannya diberikan teguran oleh Direktur Jenderal dan dilaporkan kepada pejabat yang berwenang untuk dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 113: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

105 Tata cara penamaan invensi

Pasal 39 Petugas yang melayani pendaftaran yang terbukti tidak menjamin kerahasiaan data formula pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dikenakan sanksi disiplin pegawai sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

(1) Pemohon yang terbukti mengedarkan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang sedang dalam proses pendaftaran, dikenakan sanksi pembatalan permohonan pendaftaran sampai dengan proses penyidikan oleh pejabat yang berwenang memeroleh kekuatan hukum tetap.

(2) Sanksi pembatalan permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diumumkan secara terbuka kepada masyarakat.

Pasal 41

(1) Pemegang nomor pendaftaran yang terbukti tidak mencantumkan seluruh keterangan yang dipersyaratkan pada label kemasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 dan/atau tidak melaporkan adanya perubahan pemegang nomor pendaftaran dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran.

(2) Pemegang nomor pendaftaran yang terbukti tidak menjamin mutu pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang diproduksi dan/atau diedarkan, dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran.

(3) Pemegang nomor pendaftaran yang tidak memproduksi dan/atau tidak mengimpor pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang didaftarkannya dan tidak membuat laporan yang dimaksud dalam Pasal 34 selama 2 (dua) tahun berturut-turut dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran.

(4) Pencabutan nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) kepada pemegang nomor pendaftaran, produsen dan/atau importer wajib menarik pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dari peredaran paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan Keputusan Menteri tentang Pencabutan Nomor Pendaftaran.

Page 114: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 106

Pasal 42

Penarikan kembali pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dari peredaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (4) dilakukan oleh dan atas beban biaya pemegang nomor pendaftaran, produsen dan/atau importir pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang bersangkutan.

BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 43

(1) Produsen atau pemilik nomor pendaftaran pupuk organik, pupuk hayati

dan/atau pembenah tanah dapat melayani pesanan dengan formula khusus dalam bentuk fisik sesuai yang didaftarkan dan digunakan langsung oleh pemesan.

(2) Formula khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak harus didaftar sesuai dengan Peraturan ini.

Pasal 44

Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 sebelum digunakan pemesan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal melalui Direktur Pupuk dan Pestsida untuk mendapat pemantauan dan pengawasan dengan tembusan kepada Kepala Pusat.

Pasal 45

Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dilarang untuk diedarkan dan digunakan untuk kepentingan umum.

Pasal 46

(1) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah yang berasal dari luar negeri dilarang menggunakan bahan baku dari limbah industri.

(2) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah dapat berasal dari

limbah industri dalam negeri apabila memenuhi standar mutu, terjamin efektifitasnya dan harus lulus uji risiko lingkungan.

Page 115: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

107 Tata cara penamaan invensi

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 47

(1) Pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah yang telah terdaftar

sebelum Peraturan ini diundangkan, dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya nomor pendaftaran.

(2) Pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah sebelum Peraturan ini

diundangkan sedang atau telah dilakukan pengujian, tetap diproses pendaftarannya sesuai ketentuan sebelum Peraturan ini.

(3) Pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah sebelum Peraturan

ini diundangkan sedang dalam proses pendaftaran, tetapi belum dilakukan pengujian diberlakukan sesuai ketentuan Peraturan ini.

BAB XV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 48

Untuk pemasukan media pertumbuhan tanaman yang berupa tanah dan kompos sepanjang bukan pupuk organik, pupuk hayati dan/atau pembenah tanah, masih tetap berlaku Keputusan Menteri Nomor 797/Kpts/TP.830/10/1984.

Pasal 49

Dengan diundangkannya peraturan ini, maka Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 50

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini ditetapkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Page 116: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan umum penamaan invensi 108

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2011

MENTERI PERTANIAN,

ttd

SUSWONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2011

MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 664

Page 117: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

109 Tata cara penamaan invensi

Lampiran

Page 118: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,

Panduan penamaan invensi 110

Page 119: PANDUAN UMUM PENAMAAN INVENSI BADAN PENELITIAN …bpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_447.pdf · besar penutur, khususnya dalam bahasa Indonesia,