panduan teknis pembentukan warga peduli aids

10
PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS Sub : Pemberdayaan Masyarakat 2006 Riki Febrian | 1 Latar Belakang Upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan melibatkan LSM telah menjadi salah satu strategi utama intervensi yang di lakukan di banyak Kota di Jawa Barat, isu keterampilan dan keahlian LSM dalam menjangkau kelompok risiko tinggi secara massif menjadi formula keberhasilan angka cakupan di lapangan. Keberhasilan tersebut sudah barang tentu membawa semua pihak pada isu lain yang mungkin sebelumnya belum terpikirkan, karena ternyata LSM memiliki banyak keterbatasan dalam melaksanakan kegiatannya di lapangan secara berkelanjutan sehingga sulit untuk di lanjutkan oleh masyarakat secara mudah, murah dan memiliki nilai kesesuaian. Salah satu factor pendorong konsep ini mengacu pada hasil evaluasi Pelaksanaan program penanggulangan HIV-AIDS di kalangan Penasun PKBI Jawa Barat dan evaluasi tahunan seluruh LSM di hotel Sabang 2007 yang sampai dengan saat ini masih di rasakan dan berlaku di lapangan, yaitu : 1. Faktor Perilaku, (1). Masih rendahnya kesadaran penasun untuk mengakses layanan ke puskesmas, (2). Belum terbiasanya penasun untuk melakukan pengambilan materi HR dan mengakses layanan kesehatan ke puskesmas 2. Faktor Layanan, (1). Terbatasnya komunikasi antara pkm dan penasun yang berujung pada rendahnya kepercayaan penasun kepada puskesmas, (2). Keterbatasan jam operasional puskesmas dalam memberikan layanan Harm Reduction, (3). Keterbatasan petugas lapangan dalam melakukan pendampingan kepada penasun dengan rata – rata rasio 1;75, (4). Beberapa (tidak semua) lokasi puskemas pelaksana program harm reduction tidak berada pada area konsentrasi penasun, (5). Keterbatasan sikap dan pemerataan kesiapan petugas puskemas dalam memberikan layanan (terkonsentrasi pada hanya beberapa petugas) 3. Faktor Sosial, (1) masih terbatasnya keterlibatan masyarakat luas dalam mendistribusikan informasi di lingkungan terdekatnya, (2). Terbatasnya dukungan secara politis maupun kebijakan penanggulangan HIV-AIDS, (3). Terlambatnya pemenuhan kebutuhan yang seharusnya disediakan oleh pemerintah. Saat ini, beberapa Komisi Penanggulangan AIDS telah berupaya melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dan telah berhasil mengungkap fenomena gunung es yang selama ini menjadi pertanyaan semua pihak, guna mengefektifkan hal tersebut, dalam pelaksanaannya LSM tidak dapat bekerja sendirian namun diperlukan sebuah kerjasama yang komprehensif dengan seluruh komponen masyarakat, dikarenakan masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang spesifik terhadap wilyahnya masing – masing. Sehigga pengetahuan dan pemahaman mengenai HIV-AIDS yang menjadi dasar awal pergerakan seharusnya bukan lagi hanya milik segelintir orang saja termasuk LSM melainkan harus menjadi milik semua komponen yang ada di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda/remaja, ibu rumah tangga, dan kelompok – kelompok lainnya. Kesetaraan pemahaman dan kepemilikikan

Upload: ekodarmawan

Post on 14-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 1

Latar Belakang

Upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan melibatkan LSM telah menjadi salah satu strategi utama

intervensi yang di lakukan di banyak Kota di Jawa Barat, isu keterampilan dan keahlian LSM dalam

menjangkau kelompok risiko tinggi secara massif menjadi formula keberhasilan angka cakupan di

lapangan.

Keberhasilan tersebut sudah barang tentu membawa semua pihak pada isu lain yang mungkin

sebelumnya belum terpikirkan, karena ternyata LSM memiliki banyak keterbatasan dalam melaksanakan

kegiatannya di lapangan secara berkelanjutan sehingga sulit untuk di lanjutkan oleh masyarakat secara

mudah, murah dan memiliki nilai kesesuaian.

Salah satu factor pendorong konsep ini mengacu pada hasil evaluasi Pelaksanaan program

penanggulangan HIV-AIDS di kalangan Penasun PKBI Jawa Barat dan evaluasi tahunan seluruh LSM di

hotel Sabang 2007 yang sampai dengan saat ini masih di rasakan dan berlaku di lapangan, yaitu :

1. Faktor Perilaku, (1). Masih rendahnya kesadaran penasun untuk mengakses layanan ke puskesmas, (2). Belum terbiasanya penasun untuk melakukan pengambilan materi HR dan mengakses layanan kesehatan ke puskesmas

2. Faktor Layanan, (1). Terbatasnya komunikasi antara pkm dan penasun yang berujung pada rendahnya kepercayaan penasun kepada puskesmas, (2). Keterbatasan jam operasional puskesmas dalam memberikan layanan Harm Reduction, (3). Keterbatasan petugas lapangan dalam melakukan pendampingan kepada penasun dengan rata – rata rasio 1;75, (4). Beberapa (tidak semua) lokasi puskemas pelaksana program harm reduction tidak berada pada area konsentrasi penasun, (5). Keterbatasan sikap dan pemerataan kesiapan petugas puskemas dalam memberikan layanan (terkonsentrasi pada hanya beberapa petugas)

3. Faktor Sosial, (1) masih terbatasnya keterlibatan masyarakat luas dalam mendistribusikan informasi di lingkungan terdekatnya, (2). Terbatasnya dukungan secara politis maupun kebijakan penanggulangan HIV-AIDS, (3). Terlambatnya pemenuhan kebutuhan yang seharusnya disediakan oleh pemerintah.

Saat ini, beberapa Komisi Penanggulangan AIDS telah berupaya melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dan telah berhasil mengungkap fenomena gunung es yang selama ini menjadi pertanyaan semua pihak, guna mengefektifkan hal tersebut, dalam pelaksanaannya LSM tidak dapat bekerja sendirian namun diperlukan sebuah kerjasama yang komprehensif dengan seluruh komponen masyarakat, dikarenakan masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang spesifik terhadap wilyahnya masing – masing. Sehigga pengetahuan dan pemahaman mengenai HIV-AIDS yang menjadi dasar awal pergerakan seharusnya bukan lagi hanya milik segelintir orang saja termasuk LSM melainkan harus menjadi milik semua komponen yang ada di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda/remaja, ibu rumah tangga, dan kelompok – kelompok lainnya. Kesetaraan pemahaman dan kepemilikikan

Page 2: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 2

permasalahan HV-AIDS dapat menjadi tonggak pembentukan situasi yang kondusif dalam mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV-AIDS dan korban penyalahgunaan narkoba. Guna mengefektifkan pelaksanaan penanggulangan HIV-AIDS secara berdaya guna dan berkelanjutan,

peran masyarakat umum menjadi salah satu focus utama dalam konsep ini.

Pembagian Peran Sebelum lebih jauh memahami konsep ini, perlu kiranya kita memahami duhulu pembagian peran dari kelompok – kelompok pelaksana yang saat ini sudah memulai kegiatan penanggulangan HIv-AIDS, diantaranya:

1. Kelompok Pelaksana Inti, terdiri dari Puskesmas dan LSM HIV-AIDS 2. Kelompok Pelaksana Penggerak, terdiri dari kelompok – kelompok yang ada di masyarakat

perorangan maupun organisasi kemasyarakatan selain LSM HIV-AIDS Efektifitas dari kedua kelompok akan dapat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan strategi kerjasama, dengan meningkatkan peran – peran sebagai berikut ; Peran Puskesmas adalah sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan No. 457/MENKES/SK/X/2003 telah menetapkan SPM Bidang Kesehatan yang terdiri atas 26 jenis pelayanan dengan 47 indikator yang harus dilaksanakan oleh seluruh Kabupaten/Kota, dan 7 jenis pelayanan dengan 7 indikator yang harus diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota tertentu yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah yang merupakan permasalahan kesehatan masyarakat dan terkait dengan kesepakatan global, salah satunya permasalahan HIV-AIDS. Berikut peran minimal yang dapat dilakukan oleh puskesmas terkait dengan melaksanakan strategi kerjasama penanggulangan HIV-AIDS di puskesmas, adalah ;

1. Memberikan pelayanan medis umum dan HIV-AIDS kepada penasun dan kelompok risiko lainnya sesuai dengan tata cara, alur, dan mekanisme yang telah diatur oleh pemerintah.

2. Melakukan monitoring kesehatan pasien penasun dan pasien kelompok risiko tinggi lainnya yang memerlukan perawatan rumah termasuk yang terkait dengan gejala opportunistik ODHA.

3. Memberikan pelayanan informasi pencegahan penularan HIV-AIDS dikalangan penasun, kelompok risiko risiko tinggi lainnya dan warga masyarakat

4. Memberikan pelayanan materi pencegahan HIV-AIDS berupa jarum steril dan kondom bagi bagi kelompok risiko tinggi dan warga masyarakat yang membutuhkan.

5. Melakukan pencatatan administrasi pasien penasun dan kelompok risiko tinggi lainnya yang mengakses layanan medis maupun materi sesuai dengan tata cara, alur, dan mekanisme yang telah diatur oleh pemerintah.

6. Melakukan supervisi dan kunjungan ke setiap pos informasi dan layanan HIV-AIDS yang di selenggarakan oleh warga dan penasun sebagai bentuk bantuan sukarela yang berada di wilayah kerja puskesmas.

7. Melakukan advokasi kepada pemerintah tingkat kelurahan dan Kecamatan bersama – sama dengan warga penasun dan LSM dalam memastikan keberlanjutan pelaksanaan penanggulangan HIV-AIDS di Puskesmas

Page 3: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 3

Peran LSM adalah sebagaimana yang telah diatur oleh masing – masing LSM dalam melakukan intervensi HIV-AIDS di kalangan kelompok risiko tinggi. Berikut peran minimal yang dapat dilakukan LSM terkait dengan melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-di kelompok risiko tinggi, adalah ;

1. Melakukan pemetaan terhadap wilayah area konsentrasi penasun dan kelompok risiko tinggi yang berada di wilayah kerja puskesmas maupun di luar wilayah kerja puskesmas.

2. Memberikan informasi pencegahan penularan HIV-AIDS dan layanan puskesmas kepada penasun, kelompok risiko tinggi dan warga masyarakat

3. Mengelola perilaku penasun dan kelompok risiko tinggi secara individual maupun kelompok dan segala perubahannya agar dapat mengakses layanan yang diberikan oleh puskesmas.

4. Menyiapkan dan memfasilitasi kegiatan – kegiatan pertemuan, pelatihan maupun penyuluhan yang di selenggarakan oleh masyarakat maupun pemerintah.

5. Membantu puskesmas dalam melakukan monitoring kesehatan pasien penasun dan kelompok risiko tinggi lainnya yang memerlukan perawatan rumah termasuk yang terkait dengan gejala opportunistik ODHA.

6. Menyiapkan dan memfasilitasi kesiapan kader dan pos informasi serta layanan HIV-AIDS sebagai bentuk bantuan sukarela masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas.

7. Melakukan advokasi kepada pemerintah tingkat kelurahan dan Kecamatan bersama – sama dengan Puskemas, warga dan penasun.

Peran Kader Warga, adalah peran – peran yang tidak memberatkan yang terintegrasi dalam kehidupan social di masyarakat sesuai dengan nilai – nilai dan norma yang berlaku di wilayahnya Berikut peran minimal yang dapat di lakukan kader/masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di kelompok risiko tinggi, adalah :

1. Tokoh utama dalam mengidentifikasi penasun dan memberikan informasi HIV-AIDS dan narkoba kepada masyarakat luas termasuk keluarga penasun dan pasangan penasun.

2. Tokoh Kuci dalam mengajak teman sepemakaiannya untuk mendapatkan informasi kesehatan dan layanan di Puskesmas

3. Mencari dan mencatat korban penyalahgunaan narkoba dan Orang dengan HIV-AIDS di lingkungan tempat tinggal

4. Menemani dan memberikan dukungan untuk berhenti memakai narkoba kepada teman sepemakaiannya

5. Membantu menyiapkan dana kesehatan bagi penasun dan odha melalui “perelek” atau kegiatan lainnya.

6. Membantu warga tidak mampu dalam pengurusan SKTM dan GAKIN 7. Mengidentifikasi sumber daya yang dapat mempermudah penanganan kasus di lingkungan

tempat tinggal 8. Mengunjungi dan mendukung keluarga penasun dan odha di Rumah Sakit maupun di rumah.

Satu hal yang mungkin penting dalam mengintegrasikan peran – peran ini adalah adanya kemungkinan dukungan legitimasi atau support dalam bentuk kebijakan dari pemerintah setempat (pemda/Dinkes) agar terjadi sebuah kepercayaan dan kerjasama yang optimal, misalnya perlu dipikirkan bagaimana

Page 4: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 4

mekanisme dalam menyiapkan kader masyarakat yang akan terlibat dalam kelompok penggerak seperti yang disebutkan di atas dan bagaimana mekanisme naungan dari pemerintah setempat terhadap kader tersebut. WARGA PEDULI AIDS Secara defenitif, Warga Peduli AIDS adalah warga yang memiliki kesiapan, kemampuan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam mencegah dan mengatasi masalah masalah yang ditimbulkan oleh penyakit medis akibat perilaku dalam hal Ini HIV-AIDS beserta penyakit penyerta lainnya secara mandiri dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Warga Peduli AIDS dapat terdiri dari perorangan, kelompok maupun organisasi yang memiliki minat yang sama serta memiliki kepedulian serta cepat tanggap dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif di lingkungannya sesuai dengan norma norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. SISTEM KELOMPOK PEDULI Fokus utama dalam konsep Warga Peduli AIDS adalah bagaimana mengintegrasikan sistem dan tatanan yang selama ini sudah ada dan berkembang di masyarakat ke dalam isu HIV-AIDS sehingga fasilitator maupun pihak yang akan mengembangkan konsep ini tidak perlu lagi mebuat dan mengembangkan system baru, cukup mengenalkan dan meningkatkan system yang sudah ada. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat tidak merasa asing dan cukup faham terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Sistem yang akan dikembangkan sebagai tahap dalam kelompok – kelompok peduli AIDS adalah :

A. Sistem pendataan, Masyarakat sebagai warga yang keseharian hidup dan bersosialisasi di lingkungannya sudah barang tentu akan sangat mengenal anggota masyarakat lainnya terkait dengan situasi dan kondisi terbaru yang berkembang saat ini, dengan menambahkan isu HIV-AIDS maka masyarakat akan dapat dengan mudah mengenali siapa saja anggota masyarakatnya yang memiliki risiko tertular HIV-AIDS, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya beberapa laporan masyarakat kepada LSM terdekat terkait dengan remaja atau pemuda yang memiliki masalah dengan pemakaian narkoba dengan segala jenis pemakaiannya, system ini masih perlu dikembangkan secara formal oleh pemerintah dengan tetap memperhatikan factor konfidensialitas dan kemudahan penanganan baik secara medis maupun social.

B. Sistem Dana kesehatan warga, Sistem ini bukan lah system baru di masyarakat, kebiasaan masyarakat mengumpulkan iuaran warga dalam bentuk uang maupun beras (perelek) merupakan sebuah potensi besar dalam menggalang dana kesehatan maupun untuk melakukan kegiatan terkait dengan isu HIV-AIDS. Bekerja dari warga dan untuk warga sebagai sebuah wujud silih asih, silih asuh dan silih asah merupakan sebuah slogan yang dapat dihidupkan kembali di masyarakat.

C. Sistem rujukan, begitu mudahnya seseorang ketika harus membuat surat keterangan pindah,

KTP, atau yang lainnya, dan semua orang sudah cukup tahu bagaimana alur pembuatan kebutuhan surat surat tersebut.

Page 5: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 5

sistem ini pula yang dapat di pakai di masyarakat, Misalnya ketika terjadi kasus HIV-AIDS setiap individu masyarakat dapat menindaklanjutinya dengan sebuah kerjasama dengan melibatkan RT/RW dan puskesmas sebagai tempat rujukan terakhir dalam pemenuhan kesehatan namun Jika warga tersebut memerlukan bantuan pengurusan surat – surat bagi kemudahan biaya, kelurahan dan kecamatan dapat mempermudah proses pembuatannya sesuai dengan aturan yang berlaku.

D. Sistem kerjasama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat, sesuai dengan perannya, puskesmas perlu turun andil dalam kerjasama ini. Puskesmas tidak dapat bekerja sendirian, perlu adanya wadah yang di bangun dalam mengakomodir kepedulian dan keterlibatan warga dalam penanggulangan HIV-AIDS ini. Puskesmas dapat membentuk layanan – layanan di luar puskesmas dengan masyarakat sebagai tokoh utama pelaksana kegiatannya, lihat lah bagaimana Posyandu bekerja di masyarakat. Posyandu merupakan keberhasilan puskesmas dalam mengembangkan layanan diluar puskesmas/gedung.

Berikut langkah langkah yang dapat di tempuh sebagai tahapan dalam membentuk dan menjalankan ke empat system tersebut di atas, dimana mekanisme system tersebut dilaksanakan oleh masyarakat dengan membentuk struktur peduli sebagai berikut :

1. Keluarga Peduli AIDS Peran :

a. Waspada jika melihat anggota keluarganya yang memiliki tanda risiko penggunaan narkoba dan gejala penyakit akibat infeksi oportunistik

b. Dampingi anggota keluarganya untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas c. Motivator bagi anggota keluarga yang menggunakan narkoba dan HIV positif d. Dampingi dan dukung anggota keluarga yang sedang melakukan terapi narkoba

maupun ARV

2. Penasun peduli AIDS (LSM dapat membantu pembentukan struktur ini) Peran :

a. Mengajak teman sepemakaiannya untuk mendapatkan informasi kesehatan dan layanan di Puskesmas

b. Menemani dan memberikan dukungan kepada teman sepemakaiannya c. Tidak menularkan dan ditularkan virus yang dialaminya kepada teman

sepemakaiannya dan yang lainnya d. Membantu puskesmas dalam mendistribusikan informasi dan materi Harm Reduction

melalui Hotspot/pos Informasi.

3. Warga Peduli AIDS Peran :

a. Mencari dan mencatat korban penyalahgunaan narkoba dan Orang dengan HIV-AIDS di lingkungan tempat tinggal

b. Menyiapkan dana kesehatan warga c. Membantu warga tidak mampu dalam pengurusan SKTM dan GAKIN d. Mengidentifikasi sumber daya yang dapat mempermudah penanganan kasus di

lingkungan tempat tinggal

Page 6: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 6

e. Mengunjungi dan menemani keluarga korban penyalahguna narkoba dan HIV positif di Rumah Sakit/Rumah

f. Menjadi pemberi informasi pertama di lingkungan tempat tinggal

4. Kelurahan Peduli AIDS Peran :

a. Menyiapkan dan membantu keperluan administrasi pengurusan SKTM dan GAKIN warga yang tidak mampu khususnya warga yang HIV positif dan tidak mampu.

b. Mendukung pelaksanaan program peduli AIDS di wilayahnya dengan memasukan program HIV-AIDS dalam program kelurahan.

c. Mengembangkan kader terlatih lain di wilayah kerja kelurahan atas bantuan dan kerjasama dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan

d. Menyiapkan dan mengembangkan sarana serta prasarana layanan kesehatan bagi penasun dan ODHA di puskesmas

e. Mendukung mobilisasi warga dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan perawatan

f. Mendukung mobilisasi warga dengan memberikan penghargaan sesuai dengan kebiasaan dan tata cara yang biasa dilakukan

g. Memberikan kebijakan pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Wilayahnya serta mengawasi pelaksanaannya dalam bentuk monitoring secara berkala dengan melibatkan pihak lain di tingkat RT dan RW.

5. Kecamatan Peduli AIDS Peran :

a. Menyiapkan dan membantu keperluan administrasi pengurusan SKTM dan GAKIN warga yang tidak mampu

b. Mendukung pelaksanaan program peduli AIDS di wilayahnya dengan mendorong seluruh Kelurahan yang ada di wilayah kerjanya (sesuai dengan Instruksi Walikota jika ada)

c. Menyiapkan dan mengembangkan sarana serta prasarana layanan kesehatan bagi penasun dan ODHA di puskesmas

d. Mendukung mobilisasi kelurahan dengan memberikan penghargaan sesuai dengan kebiasaan dan tata cara yang biasa dilakukan

e. Memberikan kebijakan pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Wilayahnya (kepada kelurahan) serta mengawasi pelaksanaannya dalam bentuk monitoring secara berkala dengan melibatkan pihak lain di tingkat Kota.

Pengembangan lain dapat di lakukan dengan membentuk Forum Warga Peduli AIDS tingkat Kecamatan dan Tingkat Kota jika struktur yang lebih kecil telah berjalan dan semua lini dapat menjalankan perannya secara optimal.

Page 7: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 7

Salah satu indicator struktur tersebut telah berjalan adalah kita dapat melihat dengan adanya inisiatif Warga Peduli AIDS dalam membentuk Pos Informasi HIV-AIDS di Masyarakat, Pos Informasi ini menjadi sebuah keuntungan ganda karena :

1. Puskesmas lebih mudah dalam melakukan layanan di luar Puskesmas/gedung dalam memberikan perawatan dan dukungan secara medis kepada pasien pasien yang HIV Positif.

2. Mempermudah Puskesmas dalam memonitoring perkembangan kasus dan penanganannya. 3. Membantu Pemerintah dalam mempercepat penyebarran informasi dan kampanye di

Masyarakat. 4. Membantu masyarakat itu sendiri agar tercipta lingkungan yang sehat dan bermartabat.

Beberapa LSM sudah cukup berhasil dalam memfasilitasi dan menciptakan layanan di masyarakat yang di sebut “pos informasi HIV” ini di wilayah kerja puskesmas, sampai dengan saat ini Pos Informasi tersebut masih tidak bertuan karena belum tahu siapa yang dapat membantu mensupervisi, mengelola dan membina potensi pos informas tersebut, mungkin puskesmas sendiri belum mengetahui keberadaannya yang ada di tengah tengah wilayah kerjanya sendiri. Sekilas POs Informasi HIV –AIDS Warga sebagai layanan di luar puskesmas/gedung Selain posyandu yang dapat di integrasikan oleh puskesmas dalam meningkatkan penyebaran informasi dan layanan HIV-AIDS, berikut penjelasan pos infromasi HIV-AIDS warga yang selama ini sudah difasilitasi oleh LSM sebagai bentuk bantuan sukarela masyarakat terhadap upaya penanggulangan HIV-AIDS : Pos informasi HIV-AIDS Warga dilakukan secara tetap dan berkesinambungan, kader/Warga Peduli AIDS menjadi tokoh utama yang mengelola pos informasi ini, hal ini bertujuan untuk :

1. Menjadi pusat informasi HIV-AIDS dan dampak buruk penggunaan narkoba di masyarakat, dengan kegiatan ; a. Menyusun dan mengelola kegiatan penyuluhan kepada kelompok warga masyarakat (Tarka,

majlis Ta’lim, PKK, sekolah/kampus, dll) bersama sama dengan puskesmas dan LSM. b. Memberikan layanan konseling umum terkait narkoba dan HIV-AIDS kepada masyarakat

umum c. Memberikan layanan pendistribusian media pencegahan bagi penasun (jarum suntik dan

kondom) beserta pencatatannya Jika Memungkinkan (beberapa sudah berfungsi) d. Melakukan layanan mobile VCT dan pemeriksaan kesehatan dasar bekerjasama dengan

puskesmas dan LSM e. Melakukan diskusi bulanan dengan penasun dan warga masyarakat dengan mengangkat issu

HIV-AIDS dan narkoba. 2. Membantu puskesmas dalam melaksanakan layanan di luar puskesmas/gedung atas supervise

dan pembinaan dari puskesmas setempat. Kreteria Wilayah Warga Peduli AIDS Hampir setiap wilayah memiliki kemungkinan untuk di jadikan basis partisipasi Warga Untuk Peduli terhadap isu HIV-AIDS, dengan kreteria minimal sebagai berikut :

1. Di tunjuk oleh Pemerintah (Dinas Kesehatan/Puskesmas) bisa juga diberikan SK kepada wilayah tersebut sesuai dengan aturan dan mekanisme yang berlaku.

Page 8: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 8

2. Memiliki data dan peta risiko HIV-AIDS yang akurat dan selalu diperbaharui 3. Sudah terbentuk kemitraan antara warga dan institusi kesehatan setempat 4. Telah terbentuk pengorganisasian penghubung (kader) terlatih 5. Memiliki sarana kesehatan dasar dan unit – unit kesehatan lainnya seperti Puskesmas dan

posyandu 6. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kesehatan berbasis masyarakat. 7. Belum memiliki program penanggulangan HIV-AIDS 8. Memiliki Sumber Daya Manusia yang siap dan mau untuk berpartisipasi mencegah serta

menanggulangi HIV-AIDS di wilayahnya. Monitoring dan Evaluasi Dalam melaksanakan Konsep Warga Peduli AIDS, Kecamatan dan Kelurahan merupakan lini terdepan untuk mensinergikan antara pendekatan lintas sektor dan masyarakat dengan pendekatan sosial budaya secara komprehensif utamanya dalam mempercepat penurunan Angka Kematiorang dengan HIV-AIDS (ODHA). Sebagai suatu gerakan, Warga Peduli AIDS sekiranya dapat memberikan kontribusi yang dirasakan manfaatnya dengan adanya data, dana kesehatan masyarakat, rujukan dan kerjasama, dengan adanya sistem tersebut, maka pemerintahan dan kebijakan sektor pemerintah perlu menyesuaikan agar dapat bersinergi dan terintegrasi dengan program dan kegiatan lain yang ada pada daerah. Oleh karena itu diperlukan sebuah rencana monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan secara bersama sama antara Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan, KPA dan Puskesmas dengan melibatkan Kelurahan, kecamatan serta LSM dan Warga Peduli AIDS itu sendiri. Monitoring dan evaluasi ini sedikitnya adalah upaya pengembangan dan perhatian pemerintah terhadap Warga Peduli AIDS (WPA) melalui upaya peninjauan, penilaian dan penghargaan.

Guna mendorong pelaksanaan Kegiatan Warga Peduli AIDS ini, salah satu monitoring dan evaluasi ini perlu dilaksanakan melalui penilaian untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan di masyarakat terutama di tingkat Kecamatan dan Keluarahan, Dengan adanya penilaian Kecamatan dan Keluarahan Warga Peduli AIDS diharapkan dapat memberikan kontribusi peran yang lebih optimal Peninjauan, Penilaian dan Penghargaan (P3)

Nilai dan bobot perlu ditetapkan dalam sebuah peninjauan, penilaian dan penghargaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing masing wilayah dengan alur dan mekanisme sebagai berikut :

1. Peninjauan, penilaian dan penghargaan dilakuakn secara berkala sesuai dengan kesepakatan bersama yang didiskusikan melalui rapat Peninhjauan, penilaian dan penghargaan Warga Peduli AIDS di tingkat kota.

2. Peninjauan, Penilaian dan Penghargaan dilakukan secara bersama dan terdiri dari perwakilan ; (1) KPA, (2) Dinas Kesehatan, (3) Puskesmas, (4) Kecamatan, (5) Kelurahan, (6) Kader WPA atau bisa ditambahkan dengan pihak lain yang kompeten dan sesuai kapasitasnya seperti LSM dan sebagainya.

Page 9: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 9

3. Penilaian dimulai dari tingkat desa/kelurahan. Desa/Kelurahan melakukan penilaian sendiri (Self Assesment) tentang pelaksanaan Warga Peduli AIDS di desa/kelurahannya dengan cara mengisi format penilaian tingkat desa/kelurahan (Contoh Format di bawah - lampiran).

4. Kecamatan mengumpulan kuesioner penilaian dari masing-masing desa/kelurahan dan melakukan pengecekan ulang ke seluruh desa/kelurahan yang telah melakukan penilaian sendiri (self assesment).

5. Kecamatan menilai dirinya sendiri dan melaporkan hasilnya ke Kota/kabupaten beserta desa/kelurahan yang mendapatkan nilai terbaik berdasarkan hasil pengecekan ulang.

6. Kabupaten/Kota mengumpulkan kuesioner penilaian dari seluruh kecamatan dan melakukan pengecekan ulang/peninjauan ke seluruh Kecamatan dan menetapkan Kecamatan terbaik.

7. Kabupaten/Kota menetapkan dan mengajukan Kecamatan Warga Peduli AIDS terbaik ke tingkat

Kota/Kabupaten dan di ketahui oleh Pemerintah Provinsi untuk mendapatkan penghargaan yang

diberikan pada peringatan HARI AIDS Nasional yang setiap tahun di laksanakan setiap tanggal 01

Desember.

8. Hasil dari peninjauan, penilaian dan penghargaan ini dapat menjadi sebuah rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi agar menjadi sebuah kebijakan formal mengenai upaya pencegahan dan penanggulan HIV-AIDS secara tepat guna dan berhasil guna.

Dalam rangka membantu mempercepat penurunan angka kematian kasus HIV-AIDS di kalangan risiko tinggi, melalui Warga Peduli AIDS perlu dilakukan pembinaan secara berjenjang dan berkala serta dalam pelaksanaan operasional Warga Peduli AIDS diperlukan komitmen semua pihak, yaitu Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, pihak swasta, lembaga kemasyarakatan dan masyarakat dan lain sebagainya, untuk itu diperlukan pembinaan secara berkala dan berjenjang sebagai berikut :

1. Pemerintah kabupaten/kota/Dinas Kesehatan melakukan pemantauan dan pembinaan secara berkala kepada puskesmas yang di wilayahnya memiliki Warga Peduli AIDS.

2. Puskesmas melakukan pemantauan dan pembinaan secara berkala kepada kader WPA baik di tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan.

3. Kader WPA tingkat kecamatan melakukan pembinaan secara berkala kepada Kader WPA tingkat Desa/Kelurahan

4. Kader WPA tingkat kelurahan melakukan pembinaan secara berkala kepada Kader WPA tingkat RT dan RW

5. Kader WPA tingkat RW dan RT melakukan pembinaan secara berkala kepada Kader WPA tingkat Keluarga.

Dengan penilaian ini kabupaten/kota dan kecamatan dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan

kekurang berhasilannya dalam kegiatan Warga Peduli AIDS, sehingga diharapkan apabila berhasil dapat

mempertahankan keberhasilannya dan mengembangkannya. Apabila kurang berhasil maka

kabupaten/kota, kecamatan dan Desa/Kelurahan diharapkan mencari penyebab dan solusinya.

Page 10: Panduan Teknis Pembentukan Warga Peduli AIDS

PANDUAN SINGKAT TEKNIS PEMBENTUKAN WARGA PEDULI AIDS

Sub : Pemberdayaan Masyarakat

2006

Riki Febrian | 10

Lampiran – lampiran :

Lembar Penilaian Kota/Kabupaten

Lembar Penilaian Kecamatan

Lembar Penilaian Kelurahan