panduan seminar konsentrasi -...

46
Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi - 1 PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2 0 1 7

Upload: lamdieu

Post on 02-Mar-2019

276 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 1

PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2 0 1 7

Page 2: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 2

PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI

1. Pengertian Makalah

Makalah adalah suatu karya tulis ilmiah mahasiswa mengenai suatu topik tertentu yang tercakup

dalam ruang lingkup suatu perkuliahan. Makalah ini umumnya merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan suatu perkuliahan, baik berupa kajian pustaka maupun hasil kegiatan perkuliahan

lapangan.

2. Karakteristik Makalah

Makalah mahasiswa yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Diangkat dari suatu kajian literatur dan atau laporan pelaksanaan kegiatan lapangan.

b. Ruang lingkup makalah berkisar pada cakupan permasalahan dalam suatu mata kuliah.

c. Memperlihatkan kemampuan mahasiswa tentang permasalahan teoritis yang dikaji atau

dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip atau teori yang berhubungan dengan perkuliahan.

d. Memperlihatkan kemampuan para mahasiswa dalam memahami isi dari sumber-sumber yang

digunakan.

e. Menunjukkan kemampuan mahaiswa dalam merangkai berbagai sumber informasi sebagai

satu kesatuan sintesis yang utuh.

3. Sistematika Makalah

Secara garis besar makalah yang ditulis mahasiswa terdiri dari tiga bagian pokok sebagai berikut

:

a. Bab I. Pendahuluan, memuat tentang persoalan yang akan dibahas antara lain meliputi

latar belakang masalah, fokus dan rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah dan

sistematika uraiannya.

Page 3: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 3

b. Bab II. Metode Penelitian, memuat tentang metode penelitian yang digunakan seperti

ruang lingkup penulisan, pendekatan studi, populasi dan sampel, teknik pengambilan

sampel, metoda analisa, dan sebagainya.

c. Bab III. Hasil dan Pembahasan, yakni bagian yang memuat tentang kemampuan

penulis dalam mendemonstrasikan kemampuannya untuk menjawab persoalan atau

masalah yang dibahasnya. Pada bagian isi boleh terdiri dari lebih satu bagian sesuai

dengan permasalahan yang dikaji.

d. Bab IV. Penutup, yakni bagian yang memuat pemaknaan dari penulis terhadap diskusi

atau pembahasan masalah berdasarkan kriteria dan sumber-sumber literatur atau data

lapangan. Kesimpulan ini mengacu kepada hasil pembahasan permasalahan dan bukan

merupakan ringkasan dari isi makalah.

Dengan rincian sistematika sebagai berikut:

COVER JUDUL ....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Permasalahan

1.3. Tujuan Penulisan

1.4. Landasan Teori (Skripsi: Bab II Tinjauan Pustaka)

1.5. Sistematika Penulisan

BAB II. METODE PENELITIAN

2.1. Ruang Lingkup

2.2. Jenis dan Sumber Data

2.3. Teknik Pengumpulan Data

2.4. .............. dst, disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum (Skripsi: Bab IV. Gambaran Umum)

3.2. Analisa Data

3.3. ............. dst, disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan

BAB IV. PENUTUP

Page 4: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 4

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

Penulisan Bab harus mengikuti sistematika penulisan makalah sebagaimana yang ditetapkan di

atas, sedangkan untuk sub bab tergantung permasalahan dan tujuan yang diteliti dan ditulis,

terkecuali untuk Bab I mengenai Pendahuluan harus terdiri atas 4 (empat) sub bab, dan Bab IV

terdiri atas 2 (dua) sub bab sebagaimana yang dijelaskan di atas.

4. Seminar

Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu atas makalah yang

dipilih oleh seorang mahasiswa dan diberi tanggapan berupa masukan, pertanyaan oleh Dosen

penguji Seminar.

5. Persyaratan Seminar

a. Persyaratan Administrasi

1. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

pada semester/tahun akademik yang berjalan (dibuktikan dengan kartu mahasiswa yang

berlaku dan bukti terdaftar).

2. Telah menyelesaikan semua kewajiban keuangan sampai dengan semester/tahun akademik

yang bersangkutan (dibuktikan dengan bukti-bukti pembayaran).

3. Direncanakan di Kartu Rencana Studi (KRS) semester berjalan.

b. Persyaratan Akademik

1. Telah memperoleh total kredit minimal 137 SKS dari total SKS yang ditawarkan kurikulum

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih

2. Telah menempuh dan lulus mata kuliah yang telah menjadi prasyarat penyusunan proposal

ataupun seminar konsentrasi. Sebanyak-banyaknya lima mata kuliah dengan nilai 1(D) yang

tersebar sebagai berikut, satu nilai D untuk MKDU bukan pada mata kuliah agama dan

Pancasila dan empat nilai D untuk MKK. Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk

skripsi/makalah dan seminar konsentrasi.

Page 5: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 5

6. Pengajuan Seminar

Untuk memberikan arah dan men-sistematisasi-kan prosedur pengajuan makalah untuk seminar,

maka perlu dijelaskan prosedur pengajuan makalah seminar dengan urutan sebagai berikut :

a. Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta seminar dari Dosen

penanggung jawab konsentrasi.

b. Setelah makalah disetujui, peserta seminar diperkenankan untuk mengikuti seminar makalah

sesuai jadwal yang disepati. Makalah yang telah selesai dibuat diserahkan kepada Dosen

pengasuh mata kuliah konsentrasi atau dosen mata kuliah pengganti skripsi sebanyak dosen

yang mengasuh mata kuliah tersebut, yang selanjutnya untuk dipresentasikan oleh

mahasiswa sesuai dengan jadwal.

c. Makalah harus telah diterima oleh masing-masing dosen pengasuh mata kuliah selambat-

lambatnya 1 (satu) hari sebelum makalah tersebut diseminarkan.

d. Makalah harus dijilid rapi dengan sampul berwarna merah.

7. Pelaksanaan Seminar

a. Komponen Seminar

Komponen seminar terdiri dari dosen pengasuh mata kuliah atau dosen penanggung jawab

konsentrasi dan Peserta Seminar.

1. Peserta seminar harus hadir 20 menit sebelum pelaksanaan seminar dimulai.

2. Peserta seminar harus berpakaian rapi (kemeja putih celana panjang/rok hitam dan

bersepatu).

3. Apabila dalam pelaksanaan seminar dalam waktu 30 menit dosen penguji tidak hadir, maka

seminar dibatalkan dan akan ditentukan dikemudian hari oleh dosen pengasuh mata kuliah

atau deosen penanggung jawab konsentrasi.

b. Tata Tertib Pelaksanaan

Page 6: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 6

4. Apabila telah dinyatakan layak menurut dosen penguji seminar, maka mahasiswa dinyatakan

lulus mata kuliah seminar konsentrasi.

c. Tata Cara Penyajian Seminar

1. Penyaji seminar menyajikan/memberikan penjelasan makalahnya selama maksimum 20

menit.

2. Penyajian makalah seminar secara singkat dengan materinya sebagai berikut :

a. Judul Makalah

b. Latar Belakang

c. Perumusan masalah

d. Metode Penelitian

e. Pembahasan

f. Simpulan dan saran

3. Media dan sarana Penyajian. a. LCD

b. White Board

c. Sound system (Pendukung Sarana Komunikasi)

8. Penilaian Seminar

a. Penilaian seminar makalah adalah kegiatan evaluasi terhadap kemampuan peserta

seminar mengenai materi seminar yang dipresentasikan dengan komponen penilaian yang

telah ditentukan.

b. Aspek yang dinilai sebagai penyaji makalah seminar, meliputi :

Penilaian Khusus :

- Judul

- Latar Belakang

- Perumusan masalah

- Metode Penelitian

- Pembahasan/isi makalah

- Kesimpulan dan saran

Page 7: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 7

Penilaian Umum :

- Sikap dan Sopan Santun

- Kemampuan Presentasi

- Kemampuan Menanggapi Pertanyaan

c. Ketentuan Penilaian

1. Penyaji makalah seminar yang belum layak disajikan menurut dosen pennguji tidak akan

diberikan nilai, dan penyajian makalah seminar tersebut harus diulang kembali dengan

jadwal yang akan ditetapkan kemudian oleh dosen penanggung jawab seminar

konsentrasi.

2. Apabila makalah yang diseminarkan menurut dosen penguji mengalami perbaikan, maka

nilai akan diberikan setelah makalah tersebut diperbaiki dan dinyatakan benar oleh dosen

penguji.

3. Penilaian diberikan kepada semua unsur penilaian yang dinyatakan dalam angka absolut.

FORM PENILAIAN MAKALAH SEMINAR

KONSENTRASI : ............................................

Nama Mahasiswa : ......................................................................................................... N I M : .........................................................................................................

Judul Makalah : .........................................................................................................

Penilaian Komponen Skor Bobot Nilai

A. Khusus Judul 10

Latar Belakang 10

Rumusan Masalah 10

Metode Penelitian 10

Pembahasan 20

Kesimpulan dan Saran 10

Page 8: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

Panduan Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi - 8

B. Umum Sikap dan Sopan Santun 10

Kemampuan Presentasi 10

Kemampuan Menanggapi 10

Total

Nilai Akhir = (Total/100)

Jayapura, .................................... 2014

Dosen Penguji

( ..........................................................)

Page 9: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

9

CONTOH MAKALAH

ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN FISKAL DAERAH

KABUPATEN MIMIKA

MAKALAH

Diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi persayaratan mata kuliah

Seminar Konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Daerah

MARYAM TAMHER

NIM. 0120440567

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2 0 1 5

Page 10: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era reformasi di Indonesia memberikan peluang bagi perubahan paradigma

pembangunan nasional, dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan

pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah yang mulai dilaksanakan oleh pemerintah

Republik Indonesia pada awal tahun 2000 dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22

Tahun 1999. Undang-undang ini telah banyak memberi keleluasaan bagi pemerintah daerah

di Indonesia untuk lebih banyak berkiprah dalam memberikan pelayanan maupun penyediaan

berbagai macam infrastruktur dalam upaya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya

tanpa ada intervensi yang berlebihan dari pemerintah pusat. Seiring dengan perkembangan

perspektif ideal tentang otonomi daerah, maka pada tahun 2004 lahirlah Undang-Undang No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penyempurnaan peraturan

perundangan sebelumnya.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tidak terlepas dari Undang-Undang N0. 33 Tahun

2004 yang mengatur perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dengan diundangkannya peraturan ini maka secara yuridis, pemerintah daerah memiliki

kewenangan ekonomi dalam mengatur segala urusan di daerahnya. Dalam melakukan

penyelenggaraan pemerintahan daerah, masalah pembiayaan tidak dapat dilepaskan. UU No.

Page 11: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

11

33 Tahun 2004 membahas masalah pendanaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

Salah satu komponen utama pelaksanaan utama pelaksanaan desentralisasi dalam

otonomi daerah adalah desentralisasi fiskal yakni pembiayaan otonomi daerah. Apabila

pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif, dan diberikan kebebasan dalam

pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung

sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD), termasuk surcharge of taxes, pinjaman, maupun dana Perimbangan dari Pemerintah

Pusat (Ismail dan Sidik dalam Rositawati, 2009).

Hal serupa juga dinyatakan oleh Koswara (2000:5) yakni daerah otonom harus

memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangannya

sendiri, mengelola dan menggunakan sumber keuangan sendiri yang cukup memadai untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangungan daerahnya.

Masalah keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam UU No. 33

Tahun 2004. Undang-undang ini secara tegas meyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan

berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Pendapatan Asli Daerah antara lain berupa pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Penerimaan dari pendapatan asli daerah inilah yang diharapkan menjadi sumber pembiayaan

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah sehingga tujuan untuk

meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Page 12: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

12

Pendapatan Asli Daerah merupakan tolok ukur terpenting bagi kemampuan daerah

dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah serta mencerminkan

kemandirian fiskal suatu daerah. Sebagaimana Santoso (1995:20), mengemukakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang

merupakan modal utama bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah. Meskipun Pendapatan Asli Daerah tidak seluruhnya dapat membiayai

kegiatan pembangunan, tetapi merupakan indikasi derajat kemandirian fiskal suatu

pemerintah daerah.

Kabupaten Mimika sebagai suatu daerah pemekaran baru telah berupaya untuk

melaksanakan otonomi daerah. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah mendorong

Kabupaten Mimika untuk berupaya mengelola sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh

sumber dana untuk membiayai kegiatan pembangunan. Pada tahun 2013, Kabupaten Mimika

hanya memperoleh PAD sebesar Rp. 138,7 milyar. Jumlah ini mengalami penurunan dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, Kabupaten Mimika memiliki PAD sebesar Rp. 344,6 milyar.

Jumlah ini meningkat sangat tajam bila dibandingkan dengan PAD tahun sebelumnya, yang pada

tahun 2011 Kabupaten Mimika memiliki PAD sebesar Rp. 126,9 milyar. Pada tahun 2010 Kabupaten

Mimika memiliki PAD sebesar Rp. 99,7 milyar. Jumlah ini mengalami sedikit peningkatan dari tahun

2009 dimana Kabupaten Mimika memperoleh PAD sebesar Rp. 99,1 milyar.

Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan nyata yang di berikan oleh

masyarakat setempat guna mendukung status otonom yang di berikan kepada daerahnya.

Tanda dukungan dalam bentuk besarnya perolehan PAD penting artinya bagi suatu

pemerintah daerah agar memiliki keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan

Page 13: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

13

sehari-hari maupun pembangunan yang ada di wilayahnya. Glynn Cochrane pakar dari bank

dunia berpendapat bahwa batas 20 persen perolehan PAD merupakan batas minimum untuk

mejalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20 persen tersebut, maka

daerah tersebut akan kehilangan kredibilitas sebagai kesatuan yang mandiri.(Lutfi, 2006;

dalam Haluk, 2013).

Mencermati perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mimika

selama periode tahun 2009 – 2013 yang cenderung fluktuatif tersebut maka penulis mencoba

untuk menganalisis secara lebih mendalam melalui penelitian yang berjudul Analisis Tingkat

Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten Mimika.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan konsep-konsep pemikiran yang dipaparkan dalam latar belakang

sebelumnya maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan spesifik yang menjadi perhatian

dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Bagaimana tingkat pertumbuhan PAD dan efektifitas penerimaan PAD di Kabupaten

Mimika Tahun Anggaran 2009 - 2013?

2. Bagaimana tingkat pertumbuhan Pendapatan Daerah dan efektifitas penerimaan

Pendapatan Daerah di Kabupaten Mimika Tahun Anggaran 2009 - 2013?

3. Bagaimana tingkat kemandirian fiskal Kabupaten Mimika Tahun Anggaran 2009 -

2013?

Page 14: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

14

1.3. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran

yang jelas tentang keuangan daerah Kabupaten Mimika agar dapat menjadi basis informasi

bagi pengelolaan keuangan daerah kabupaten Mimika. Sedangkan, secara khusus, tujuan

yang ingin dicapai dari studi ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pertumbuhan PAD dan efektifitas penerimaan PAD di Kabupaten

Mimika Tahun Anggaran 2009 - 2013.

2. Mengetahui tingkat pertumbuhan Pendapatan Daerah dan efektifitas penerimaan

Pendapatan Daerah di Kabupaten Mimika Tahun Anggaran 2009 - 2013.

3. Mengetahui tingkat kemandirian fiskal (keuangan daerah) di Kabupaten Mimika Tahun

Anggaran 2009 - 2013.

1.4. Landasan Teoritis

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kebijaksanaan keuangan

tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang

berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya yang di maksud agar penyusunan, pemantauan,

pengendalian dan evaluasi APBD mudah dilakukan. Pada sisi yang lain Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk meliihat

atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja.

APBD sebagai rencana kerja keuangan daerah adalah sangat penting dalam rangka

penyelengaraan fungsi daerah otonom. Boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat/wadah

Page 15: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

15

untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan

melalui berbagai kegiatan dan program, dimana saat tertentu manfaatnya benar-benar

dirasakan oleh masyarakat umum.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan

instrumen kebijakan yang dipakai, sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan

kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, DPRD dan pemerintah daerah harus

berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan

kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing daerah serta dapat

memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan

akuntanta publik. Suatu anggaran yang telah direncanakan dengan pelaksanakan yang tertib

dan disiplin sehingga tujuan atau sasarannya dapat dicapai secara berdayaguna dan

berhasilguna.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, menyebutkan bahwa

penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran

tertentu. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun

anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran

kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran

kas daerah dalam periode tahun tertentu yang manjadi beban daerah.

B. Hubungan APBD dengan Otonomi Daerah

Kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah

khususnya di bidang pengelolaan keuangan daerah dapat dianalisis dari kinerja aparatur

Page 16: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

16

pemerintah daerah. Kinerja diartikan sebagai bentuk prestasi atau hasil dari perilaku pekerja

tertentu yang merupakan fungsi dan komponen kemampuan (ability), dukungan (support),

dan usaha (effort), untuk mengukur sebagian besar kinerja aparatur pemerintah daerah yang

dapat diukur dengan kriteria efektivitas dan efisiensi.

Mardiasmo (1999: 11) mengemukakan bahwa salah satu aspek dari pemerintah

daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan

anggaran daerah. Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

merupakan isntrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya

pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah seharusnya

dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat

bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pambangunan, alat otoritas pengeluaran di

masa yamg akan datang. Ukuran standar dan evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua

aktivitas diberbagai unit karja. Penetuan besarnya penerimaan/pendapatan dan

pengeluaran/belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anggaran mempunyai lima kegunaan pokok yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai

alat pengawasan kerja. Dengan melihat kegunaan pokok dari anggaran tersebut maka

pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat berfungsi sebagai: pertama,

fungsi perencanaan, dalam perencanaan APBD adalah penentuan tujuan yang akan dicapai

sesuai dengan kebijaksanaan yang telah disepakati misalnya target penerimaan yang akan

dicapai, jumlah investasi yang akan ditambah, rencana pengeluaran yang akan dibiayai.

Kedua, fungsi koordinasi anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan

tindakan berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi, agar dapat bekerja secara

Page 17: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

17

selaras ke arah tercapainya tujuan yang diharapkan. Ketiga, fungsi komunikasi jika yang

dikehendaki dapat berfungsi secara efisien maka saluran komunikasi terhadap berbagai unit

dalam penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan,

pelaksanaan, dan penyimpangan yang timbul dapat teratasi. Keempat, fungsi motivasi

anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan. Kelima, fungsi pengendalian dan

evaluasi, anggaran dapat berfungsi sebagai alat-alat pengendalian yang pada dasarnya dapat

membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan

penyimpangan yang timbul dan penyimpangan tersebut sebagai dasar evaluasi atau penilaian

prestasi dan sekaligus merupakan umpan balik pada masa yag akan datang.

Perkembangan APBD terutama disisi pendapatan daerah dapat menjadi dasar

perencanaan jangka pendek (satu tahun) dengan asumsi bahwa perkembangan yang akan

terjadi pada satu tahun ke depan relatif sama. Pendapatan asli daerah merupakan pencerminan

dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan apabila pemerintah pusat menjadika

PAD sebagai kriteria utama dalam pemberian otonomi kepada daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan

segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah

dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran perintah sebagai katalisator

dan fasilitator karena pihak pemerintah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan

pembangunan yang akan dicapai. Sebagai katalisatir dan fasilitator tentunya membutuhkan

berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya pembangunan secara

berkesinambungan.

Page 18: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

18

Sumber pembiayaan pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah

penerimaan daerah sendiri, karena sumber ini yang wujud partisipasi langsung masyarakat

suatu daerah mendukung proses pembangunan. Pengelolaan keuangan daerah sangat besar

pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan

berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya tergantung

pada cara mengelola keuangannya. Dalam hal ini pengelola keuangan daerah mengandung

beberapa kepengurusan di mana kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan

administrasi dan kepengurusan khusus atau sering di sebut pengurusan bendaharaan.

Pengurusan umum erat hubungannya dengan penyelenggaraan tugas daerah di segala

bidang yang membawa akibat pada pengeluaran dan yang mendatangkan penerimaan guna

menutup pengeluran rutin sendiri. Oleh karena itu, semakin banyak dan beratnya tugas daerah

dengan kemungkinan keadaan keuangan yang terbatas, maka perlu adanya efisiensi terhadap

rencana-rencana yang akan dijalankan pada masa yang akan datang. Sampai saat ini berbagai

kebijakan telah diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan daerah di bidang keuangan daerah, karena aspek keuangan daerah menjadi

sesuatu yang penting, sebab untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan

daerah dibutuhkan dana atau biaya yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali dan mengelola

pendapatan asli daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah daerah.

Page 19: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

19

C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang di peroleh daerah

yang dipungut berdasarkan Peraturaan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 18). Sumber Pendapatan Asli Daerah, diperoleh

dari : Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah yang dipeeroleh dari

orang pribadi atau badan. Mardiasmo (2004) menyatakan pajak daerah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang –undangan yang berlaku,yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Retribusi daerah,yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikanoleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupa defiden yang dibayarkan

kepada daerah atau juga dengan memanfaatkan kekayaan daerah seperti penyewaaan tanah dan

bangunan daerah yang dapat mendatangkan tambahan bagi penerimaan daerah. Jenis pendapatan

yang tergolong dari hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan ini antara lain, bagian laba

defiden dan lain-lain PAD yang sah.

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dapat berupa hasil penjualan barang milik daerah,

penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan bermotor,cicilan rumah dinas, penerimaa atas

kekayaan daerah, sumbangan pihak ketiga, penerimaan jasa giro (kas daerah) dan lain-lain.

Page 20: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

20

D. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim dan Abdullah (2002) mengemukakan

mengenai hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otomoni daerah,

terutama pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah, yaitu sebagai berikut:

1. Pola hubungan instruktif,

2. Pola hubungan konsultatif,

3. Pola hubungan partisipatif,

4. Pola hubungan delegatif,

Pelaksanaan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Daerah bartujuan

untuk mengatasi masalah kesenjangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah (vertical imbalances)

serta kesenjangan antar daerah (horisontal ambalaces).

Bertolak dari teori tersebut, karena adanya potensi sumberdaya alam dan sunber daya

manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan dan tingkat kemandirian antar

daerah. Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah (dari sisi

keuangan) dapat di kemukakan tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan daerah

Kemampuan

Keuangan

Tingkat Kemandirian

(%) Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 % – 25% Instruktif

Rendah 25% – 50% Konsultatif

Sedang 50% – 75% Partisipatif

Tinggi 75% - 100% Delegatif

Sumber : Halim (2002:189)

Page 21: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

21

Pemerintah pusat pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi

distribusi, fungsi stabiitasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribus dan stabilisasi pada umumnya

lebih efektif dan tepat dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi oleh

Pemerintah Daerah yang lebih mengetahui kebutuhan, kondisi dan situasi masyarakat

setempat. Pembagian ketiga fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam

penentuan dasar-dasar perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah (Warsito dkk, 2008:48).

E. Desentralisasi Fiskal Daerah

Desentralisasi fiskal daerah menunjukan seberapa besar ketergatungan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat dalam membiayai pembangunan. Menurut Halim (2004)

desentralisasi fiskal memiliki berbagi keuntungan, yakni (1) meningkatnya demokrasi akar

rumput (2) perlindungan atas kebebasan dan hak asasi manusia, (3) meningkatkan efisiensi

melalui pendelegasian kewenangan, (4) meningkatkan kualitas pelayanan dan (5)

meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial.

Kemandirian fiskal daerah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari

otonomi daerah secara keseluruhan.Menurut Mardiasmo (1999) disebutkan bahwa manfaat

adanya kemandirian fiskal adalah :

a) Mendorong peningkatan partisipasi prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam

pembangunan serta akan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di

seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya serta potensi yang tersedia di daerah.

Page 22: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

22

b) Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran penghambilan keputusan

publik ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah yang memiliki informasi lebih lengkap.

Dari hal tersebut di atas kemandirian fiskal daerah menggambarkan kemampuan

pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) seperti pajak daerah.

Retribusi dan lain-lainkarna itu otonomi daerah dan pembangunan daerah bisa di wujudkan

hanya apabila disertain kemandirian fiskal yang efektif.Ini berari bahwa pemerintahan daerah

secara finansial harus bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak

mungkin menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi dan sebagainya

(Radianto,1997).

Kemudian untuk mengukur seberapa besar kemandirian fiskal suatu daerah

digunakan Ukuran Derajat Kemandirian Fiskal Daerah/ Derajat Otonomi Fiskal Daerah

(DKFD/DOFD) yaitu rasio antara PAD dengan total penerimaan APBD pada tahun yang

sama, tidak termasuk transfer dari pemerintah pusat (Radianto,1997).

Sementara itu Sidik (2004) menyatakan bahwa desentralisasi memiliki peran yang

strategis sebagai salah satu piranti kebijakan fiskal pemerintah, yang ditunjukan untuk (1)

menyelaraskan dengan kebijakan ketahanan fiskal yang berkesinambungan dalam konteks

kebijakan ekonomi mikro, (2) memperkecil ketimpangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah, (3) mengoreksi ketimpangan antar daerah dalam kemampuan keuangan, (4)

menigkatkan akuntabilitas, efektifitas, dan efisiensi dalam rangka peningkatan kinerja

pemerintahan daerah, (5) meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat serta (6)

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sektor publik.

Page 23: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

23

Salah satu aspek penting dari otonomi daerah secara keseluruhan adalah

desentralisasi fiskal daerah (otonomi fiskal). Pengertian otonomi fiskasl daerah

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah seperti pajak, retribusi dan lain-lain. Karna itu pemerintah daerah secara financial

harus bersifat independen terhadap pemeritah pusat dengan jalan sebanyak mungkin

menggali sumber-sumber PAD (Radianto, 1997:42).

Menurut Radianto, kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan masih sering

mengalami kendala berupa rendahnya kemampuan daerah dalam meningkatkan PADnya.

Indikator rendahnya kemampuan daerah ini dapat dilihat dari Indeks Kemampuan Rutin

(IKR) daerah. Yang diperoleh dari besarnya perubahan PAD terhadap pengeluaran rutin

daerah dalam presentase tahun yang sama.

Realitas hubungan fiskal antara pemerintah pusat dengan pemerintah derah ditandai

dengan tingginya kontrol pusat terhadap pembangunan daerah. Hal ini terlihat jelas dari

rendahnya PAD terhadap totak pendapatan daerah dibandingkan dengan total subsidi yang

di drob dari pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total

pendapatan daerah (Kuncoro, 1997:408)

Menurut Sugiyanto (2000:2), ukuran yang digunakan adalah perbandingan antara

PAD terhadap pengeluaran pemerintah kota/kabupaten. Rumusan perhitungannya R/E (R =

PAD dan E = Anggaran Pengeluaran). Apabila rasio tersebut semakin tinggi, berarti

kecenderungan tingkat kemandirian tersebut akan semakin besar.

Page 24: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

24

F. Kerangka Pikir

Keuangan daerah Kabupaten Mimika tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerahnya (APBD). Salah satu sisi dalam struktur APBD Kabupaten Mimika adalah

Pendapatan Daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu unsur

pembentuk pendapatan daerah. Dalam rangka otonomi daerah yang sedang berlangsung saat

ini, peneliti ingin menganalisis mengenai tingkat kemampuan keuangan daerah Kabupaten

Mimika yang dilakukan dengan cara membandingkan pendapatan asli daerah Kabupaten

Mimika dengan pendapatan daerahnya. Selain itu, peneliti juga mengkaji tingkat

pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Mimika dan menganalisis efektifitas pendapatan

daerahnya dengan cara membandingkan realisasi pendapatan daerah dengan target yang

ditetapkan. Analisis yang sama dilakukan pula terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten

Mimika.

Page 25: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

25

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penulisan

Sumber: Alur Pikir Penulis, 2015.

1.5. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematis dan terstruktur yang terdiri atas 4 (empat) bab,

dimana masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut.

Bab I. Pendahuluan : memuat Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan,

Landasan Teoritis dan Sistematika Penulisan.

APBD

Kabupaten

Mimika

Pendapatan

Daerah

PAD

Target

Realisasi

Target

Realisasi

Efektifitas

Pendapatan

Daerah

Efektifitas

PAD

KKD

Page 26: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

26

Bab II. Metode Penelitian : memuat Pendekatan Studi, Jenis dan Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, dan Analisa Data.

Bab III. Hasil dan Pembahasan : memuat Gambaran PAD dan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mimika, Pertumbuhan PAD dan Efektifitas

Penerimaan PAD Kabupaten Mimika, Pertumbuhan

Pendapatan Daerah dan Efektifitas Penerimaan

Pendapatan Daerah Kabupaten Mimika, dan

perkembangan tingkat Kemandirian Fiskal (keuangan

daerah) di Kabupaten Mimika.

Bab IV. Penutup : memuat Kesimpulan dan Saran.

Page 27: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

27

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Pendekatan Studi

Secara garis besar studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif . Yang dimaksud

dengan pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis informasi

yang dapat dikuantitatifkan atau data yang dapat diukur dan dimanipulasi misalnya dalam

bentuk persamaan, tabel, grafk. Pendekatan kuantitatif dalam studi ini digunakan untuk

mempelajari berbagai kecenderungan, meramalkan dampak kebijakan yang diambil dan

memperkirakan persoalan-persoalan yang potensial terjadi, serta menjadi dasar pertimbangan

dalam pengembangan berbagai alternatif rencana yang akan diambil. Metode yang digunakan

dalam pendekatan ini adalah statistik deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk membuat

pencandraan atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

2.2. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam studi ini adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan sebuah data atau sekumpulan data yang diperoleh, diliput dan dikumpulkan dari

berbagai laporan yang telah dipublikasikan oleh beberapa institusi yang relevan. Data-data

sekunder yang akan diliput antara lain: (a) Laporan Target dan Realisasi PAD Kabupaten

Mimika, periode 2009-2013, (b) Laporan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten

Mimika, periode 2009-2013, (c) Ringkasan APBD Kabupaten Mimika, periode 2009-2013,

Page 28: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

28

(d) Mimika Dalam Angka Tahun 2013, dan (e) data sekunder lainnya tentang gambaran

umum wilayah Kabupaten Mimika, seperti keadaan geografis, pertumbuhan ekonomi dan

data penunjang lainnya. Data ini diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)

Kabupaten Mimika, Bagian Keuangan Kabupaten Mimika dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Mimika. Adapun teknik utama pengumpulan data yang digunakan dalam studi

ini antara lain studi kepustakaan dan dokumentasi.

2.3. Analisa Data

Untuk mencapai tujuan penulisan makalah sebagaimana ditetapkan sebelumnya,

maka digunakan beberapa metode analisis data antara lain: Rasio Pertumbuhan, ,Rasio

Efektifitas, dan Rasio Kemampuan Keuangan Daerah yang menunjukkan Tingkat

Kemandirian Fiskal Daerah.

Rasio Pertumbuhan

Pertumbuhan PAD = PAD Kab.Mimika t – PAD Kab.Mimika t-1

X 100% PAD Kab.Mimika t-1

Pertumbuhan PD = PD Kab.Mimika t – PD Kab.Mimika t-1

X 100% PD Kab.Mimika t-1

Rasio Efektifitas

Efektifitas PAD = Realisasi Penerimaan PAD Kab.Mimika

X 100% Target Penerimaan PAD Kab. Mimika

Page 29: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

29

Efektifitas PD = Realisasi Penerimaan PD Kab.Mimika

X 100% Target Penerimaan PD Kab. Mimika

Tabel 2.1

Kriteria Efektifitas Kinerja Keuangan

Pesentase Kinerja

Keuangan Kriteria

Di atas 100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

Di bawah 60% Tidak Efektif

Sumber: Depdagri, Kemendagri No. 690.900.327/1999

Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (KKD) / Tingkat Kemandirian Fiskal

Rasio KKD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab.Mimika

X 100% Realisasi Total Pendapatan Daerah (TPD) Kab.Mimika

Rasio kemandirian keuangan daerah atau biasanya disebut Rasio KKD menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi

sebagai sumber pendapatan yang diperlukan oleh daerah. Berikut adalah kategori tingkat

kemampuan keuangan daerah berdasarkan nilai rasio KKD.

Page 30: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

30

Tabel 2.2

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah,

Kemampuan Keuangan dan Pola Hubungan

Kemampuan Keuangan Rasio Kemandirian (%) Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif

Rendah 25 – 50 Konsultatif

Sedang 50 – 75 Partisipatif

Tinggi 75 – 100 Delegatif

Sumber : Halim (2002:189)

Paul Hersey dan Kenneth Blancard dalam Halim (2001 : 169) mengemukakan mengenai

hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama

pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, yaitu sebagai

berikut :

Pola Hubungan Instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada

kemandirian daerah pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah

secara finansial).

Pola Hubungan Konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang

dan lebih banyak pada pemberian konsultasi karena daerah dianggap sedikit lebih mampu

melaksanakan otonomi daerah.

Pola Hubungan Partisipatif, yaitu pola dimana peranan pemerintah pusat semakin

berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah otonom bersangkutan mendekati mampu

melaksanakan urusan otonom. Peran pemberian konsultasi beralih ke peran partisipasi

pemerintah pusat.

Page 31: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

31

Pola Hubungan Delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada lagi karena

daerah telah benar – benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

Pemerintah pusat siap dan dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi keuangan

kepada pemerintah daerah.

Page 32: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

32

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Daerah Kabupaten

Mimika

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mimika mengalami fluktuasi selama

periode penelitian, baik dilihat dari sisi target maupun realisasinya. Selama kurun waktu

tersebut perlu diketahui bahwa pencapaian realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten

Mimika selalu mampu melampaui target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2009 penerimaan

pendapatan asli daerah yang ditetapkan sebesar Rp.45,4 milyar mampu direalisasikan

sebesar Rp.99,1 milyar. Pada tahun 2010 target yang ditetapkan sebesar Rp.80,5 milyar dapat

direalisasikan sebesar Rp.99,7 milyar. Pada tahun 2011 target yang ditetapkan sebesar Rp.

120,1 milyar juga dapat direalisasikan sebesar Rp. 126,9 milyar. Dan pada tahun 2012 terjadi

peningkatan tajam dalam penetapan target pendapatan asli daerah yakni sebesar Rp. 327,1

milyar. Target yang tinggi tersebut ternyata mampu direalisasikan sebesar Rp. 344,6 milyar.

Peningkatan target dan realisasi yang terlampau tinggi tersebut disebabkan oleh terjadinya

peningkatan dalam berbagai jenis pungutan pajak yang termasuk dalam pajak daerah. Selain

pajak daerah, juga terjadi peningkatan tajam pada pendapatan asli daerah lainya yang sah.

Namun sangat disayangkan karena pada tahun berikutnya yakni tahun 2013 penetapan target

pendapatan asli daerah mengalami penurunan tajam yakni menjadi Rp. 132,5 milyar. Walau

demikian, target yang ditetapkan masih dapat direalisasikan lebih banyak yakni sebesar Rp.

138,7 milyar.

Page 33: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

33

Gambar 3.1

Target dan Realisasi PAD Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2013

Sumber : Data Diolah, 2015.

Ditinjau dari sisi realisasi komponen PAD, pada tahun 2009 dan tahun 2012

komponen yang paling besar menyumbang untuk PAD adalah lain-lain PAD yang sah yaitu

sebesar Rp. 51,8 milyar dan Rp. 183,3 milyar. Pada tahun 2010, tahun 2011 dan tahun 2013

komponen PAD yang nilainya paling besar adalah pajak daerah yakni masing-masing sebesar

Rp. 55,6 milyar; Rp. 92,6 milyar dan Rp. 97,2 milyar. Sedangkan komponen PAD yang

paling kecil sumbangannya selama periode tahun 2009 – 2013 adalah bagian laba BUMD

yakni hanya sebesar Rp. 4 milyar sampai dengan Rp. 6 milyar.

Page 34: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

34

Selama periode tahun 2009 – 2013 komponen PAD yang memberikan kontribusi paling besar

adalah komponen lain-lain PAD yang sah dengan kontribusi sebesar Rp. 183,3 milyar yakni pada

tahun 2012. Pada tahun tersebut pajak daerah memberikan kontribusi sebesar Rp. 147,2 milyar,

retribusi daerah sebesar Rp. 8,5 milyar dan bagian laba BUMD memberikan kontribusi sebesar Rp.

5,4 milyar. Perkembangan realisasi penerimaan masing-masing komponen PAD dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.1.

Perkembangan Komponen PAD Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2014

Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba

Usaha Daerah

Lain-lain PAD

Yang Sah

2009 30,460,826,929.00 11,675,052,849.00 5,069,537,059.00 51,897,547,851.88

2010 55,665,685,102.00 18,210,356,611.00 5,404,610,318.00 20,430,252,563.03

2011 92,689,705,462.00 15,323,610,401.00 4,194,432,211.00 14,780,777,830.38

2012 147,207,122,335.00 8,575,534,524.00 5,488,830,016.00 183,343,858,740.70

2013 97,314,636,138.00 8,382,019,953.00 6,038,699,124.00 26,989,598,754.88

Sumber : Ringkasan APBD Mimika, 2014.

Realisasi pendapatan daerah Kabupaten Mimika selama kurun waktu tahun 2009 – 2013

selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 realisasi pendapatan daerah sebesar Rp. 988 juta,

meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp. 1,225 milyar, meningkat lagi pada tahun 2011 sebesar Rp.

1,301 milyar, pada tahun 2012 mencapai Rp. 1,350 milyar kemudian meningkat lagi menjadi Rp.

1,433 milyar di tahun 2013. Namun pada tahun 2009 dan tahun 2011 realisasi pendapatan daerah

lebih kecil dari targetnya. Tahun 2009 target pendapatan daerah ditetapkan sebesar Rp. 1,031 milyar

dan ternyata pendapatan daerah yang terealisasi hanya sebesar Rp. 988 juta. Sedangkan tahun 2011

target pendapatan daerah ditetapkan sebesar Rp. 1,317 milyar dan yang terealisasi hanya sebesar Rp.

1,301 milyar. Target dan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Mimika dapat dilihat pada gambar

berikut:

Page 35: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

35

Gambar 3.2

Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2013

Sumber : Data Diolah, 2015

Komponen pendapatan daerah Kabupaten Mimika terdiri dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD), pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Ditinjau dari sisi komponen

pendapatan daerah, selama kurun waktu 2009 – 2013 komponen yang menyumbang dengan jumlah

paling besar adalah pendapatan transfer, kemudian disusul PAD sedangkan lain-lain pendapatan yang

sah menyumbang dengan jumlah yang paling kecil. Realisasi komponen pendapatan daerah

Kabupaten Mimika dapat dilihat pada table berikut:

Page 36: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

36

Tabel 3.2.

Perkembangan Komponen Pendapatan Daerah

Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2013

Tahun PAD Pendapatan Transfer Lain- Lain

Pendapatan yang Sah

2009 99.102.964.688,88 868.622.452.942,00 20.665.800.000,00

2010 99.710.904.594,03 1.125.513.803.853,00 0

2011 126.988.525.904,38 1.174.657.082.560,00 0

2012 344.615.345.615,70 1.004.637.780.578,00 1.323.568.835,04

2013 138.724.953.969,88 1.289.613.572.194,00 4.705.100.000,00

Sumber : Ringkasan APBD Kabupaten Mimika, 2014

Pendapatan rata-rata dari komponen dana perimbangan selama kurun waktu

penelitian adalah sebesar Rp.353 milyar, rata –rata pendapatan dari komponen lain-lain

pendapatan yang sah sebesar Rp. 73 milyar sedangkan pendapatan rata-rata dari PAD

sebesar 6 milyar.

3.2. Pertumbuhan dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mimika

Pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mimika selama periode

tahun 2009 – 2013 menunjukkan angka yang variatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 23,27

persen. Pertumbuhan realisasi PAD cenderung meningkat mulai tahun 2009 – 2012 dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 0,61 persen pada tahun 2010, lalu meningkat lagi menjadi 27,36 persen pada

tahun 2011 dan kemudian meningkat tajam pada tahun 2012 dengan angka pertumbuhan sebesar

171,38 persen. Sedangkan pada tahun 2013 realisasi PAD Kabupaten Mimika mengalami

pertumbuhan yang negatif dengan angka sebesar – 59,74 persen. Pertumbuhan realisasi PAD tertinggi

terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 171,38 persen, dan pertumbuhan terendahnya terjadi pada tahun

2013 yakni sebesar -59,74 persen. Pertumbuhan negative ini terjadi karena adanya penurunan

Page 37: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

37

realisasi PAD dari Rp. 344,6 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp. 138,7 milyar pada tahun 2013.

Pertumbuhan realisasi PAD Kabupaten Mimika dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3.

Target, Realisasi dan Pertumbuhan Realisasi PAD Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2013

Tahun Target PAD Realisasi PAD Pertumbuhan

(%)

Rata-rata

Pertumbuhan (%)

2009 45,433,809,710.00 99,102,964,688.88

23,27

2010 80,516,212,750.00 99,710,904,594.03 0.61

2011 120,119,094,000.00 126,988,525,904.38 27.36

2012 327,126,240,691.00 344,615,345,615.70 171.38

2013 132,540,600,000.00 138,724,953,969.88 -59.74

Sumber : Data Diolah, 2015

Ditinjau dari efektifitas penerimaan PAD Kabupaten Mimika, selama periode tahun 2009

sampai dengan tahun 2013 besaran efektifitasnya masuk dalam kategori sangat efektif karena angka

yang diperoleh berada di atas 100 persen. Pada tahun 2009 diperoleh nilai efektifitas paling tinggi

yaitu sebesar 218,13 persen. Hal ini dikarenakan realisasi penerimaan PAD Kabupaten Mimika yang

diperoleh sebesar Rp. 99,1 milyar jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp. 45,4 milyar. Nilai

efektifitas terendah terjadi pada tahun 2013 yakni sebesar 104,67 persen karena target penerimaan

PAD yang ditetapkan sebesar Rp. 132,5 milyar hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 138,7 milyar.

Efektifitas realisasi penerimaan PAD Kabupaten Mimika dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 38: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

38

Tabel 3.4.

Efektifitas Penerimaan PAD Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2013

Tahun Target Realisasi Efektifitas (%) Keterangan

2009 45,433,809,710.00 99,102,964,688.88 218,13 Sangat Efektif

2010 80,516,212,750.00 99,710,904,594.03 123,84 Sangat Efektif

2011 120,119,094,000.00 126,988,525,904.38 105,72 Sangat Efektif

2012 327,126,240,691.00 344,615,345,615.70 105,35 Sangat Efektif

2013 132,540,600,000.00 138,724,953,969.88 104,67 Sangat Efektif

Sumber : Data Diolah, 2015

3.3. Pertumbuhan dan Efektifitas Pendapatan Daerah Kabupaten Mimika

Pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Mimika selama periode tahun 2009 –

2013 menunjukkan angka yang variatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,68 persen.

Pertumbuhan realisasi pendapatan daerah cenderung menurun mulai tahun 2009 – 2012 dengan

tingkat pertumbuhan sebesar 23,96 persen pada tahun 2010, lalu menurun tajam menjadi 6,24 persen

pada tahun 2011 dan kemudian menurun lagi pada tahun 2012 dengan angka pertumbuhan sebesar

3,76 persen. Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kabupaten

Mimika kembali mengalami peningkatan dengan angka sebesar 6,11 persen. Pertumbuhan realisasi

pendapatan daerah yang tertinggi dicapai pada tahun 2009 – 2010 yaitu sebesar 23,93 persen,

pertumbuhan sebesar ini dapat terjadi karena terjadi peningkatan realisasi pendapatan daerah yang

cukup drastis dari tahun 2009 sebesar Rp. 988,3 milyar menjadi Rp. 1,225 trilyun di tahun 2010 atau

terdapat selisih kenaikan pendapatan sebesar Rp. 3 milyar. Pertumbuhan realisasi pendapatan daerah

yang terendah terjadi pada tahun 2011 – 2012 yakni sebesar 3,76 persen, hal ini dikarenakan realisasi

pendapatan daerah tahun 2011 sebesar Rp. 1,301 trilyun hanya naik menjadi Rp. 1,350 trilyun pada

tahun 2012 atau terjadi peningkatan yang relative kecil yakni hanya sebesar Rp. 1,1 milyar.

Pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Mimika dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 39: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

39

Tabel 3.5.

Target, Realisasi dan Pertumbuhan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2013

Tahun Target PD Realisasi PD Pertumbuhan

(%)

Rata-Rata

Pertumbuhan (%)

2009 1,031,330,580,000.00 988,391,217,630.88 -

6,68

2010 1,200,572,226,350.00 1,225,224,708,447.03 23.96

2011 1,317,885,257,931.00 1,301,645,608,464.38 6.24

2012 1,304,036,735,531.00 1,350,576,695,028.74 3.76

2013 1,430,657,454,000.00 1,433,043,626,163.88 6.11

Sumber : Data Diolah, 2013

Ditinjau dari efektifitas penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Mimika, selama periode

tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 angka rasio efektifitasnya masuk dalam kategori sangat efektif

dan efektif. Kategori sangat efektif dicapai pada tahun 2010, tahun 2012 dan tahun 2013 dengan angka

rasio efektifitas masing-masing sebesar 102,05 persen; 103,57 persen; dan 100,17 persen. Sedangkan

kategori efektif dicapai pada tahun 2009 dengan angka rasio sebesar 95,84 persen dan tahun 2011

dengan angka rasio sebesar 98,77 persen. Pada tahun 2012 diperoleh rasio efektifitas paling tinggi

yaitu sebesar 103,57 persen. Hal ini dikarenakan realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten

Mimika yang diperoleh sebesar Rp. 1,350 trilyun jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp.

1,304 trilyun. Nilai efektifitas terendah terjadi pada tahun 2009 yakni sebesar 95,84 persen karena

target penerimaan pendapatan daerah yang ditetapkan sebesar Rp. 1,031 trilyun hanya dapat

direalisasi sebesar Rp. 988,3 milyar. Efektifitas realisasi penerimaan pendapatan daerah Kabupaten

Mimika dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 40: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

40

Tabel 3.6.

Efektifitas Penerimaan Pendapatan Daerah

Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2013

Tahun Target PD Realisasi PD Efektifitas Keterangan

2009 1,031,330,580,000.00 988,391,217,630.88 95.84 Efektif

2010 1,200,572,226,350.00 1,225,224,708,447.03 102.05 Sangat Efektif

2011 1,317,885,257,931.00 1,301,645,608,464.38 98.77 Efektif

2012 1,304,036,735,531.00 1,350,576,695,028.74 103.57 Sangat Efektif

2013 1,430,657,454,000.00 1,433,043,626,163.88 100.17 Sangat Efektif

Sumber : Data Diolah, 2015

3.4. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Mimika

Rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Mimika selama periode tahun 2009

sampai dengan tahun 2013 berkisar antara 8,14 – 25,52 persen. Tahun 2009 diperoleh rasio

kemandirian keuangan sebesar 10,03 persen, pada tahun 2010 diperoleh rasio kemandirian

keuangan sebesar 8,14 persen, pada tahun 2011 diperoleh rasio kemandirian keuangan

sebesar 9,76 persen, pada tahun 2012 diperoleh rasio kemandirian keuangan sebesar 25,52

persen, dan pada tahun 2013 diperoleh rasio kemandirian keuangan sebesar 9,68 persen.

Dari rasio kemandirian keuangan yang diperoleh dapat diketahui bahwa selama tahun

2009 – 2011 dan juga tahun 2013 kemampuan keuangan daerah Kabupaten Mimika

tergolong kategori rendah sekali. Hal ini menunjukkan hubungan pemerintah daerah

Kabupaten Mimika dengan pemerintah pusat memiliki pola hubungan Instruktif yakni

peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian daerah pemerintah daerah

Kabupaten Mimika (pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara

finansial). Kondisi ini terjadi karena PAD Kabupaten Mimika yang diperoleh pada tahun-

tahun tersebut sangat kecil dan belum mampu mencukupi kebutuhan belanja daerah sehingga

Page 41: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

41

memerlukan dana pusat yang lebih besar. Sedangkan pada tahun 2012, kemampuan

keuangan daerah Kabupaten Mimika hanya tergolong ketegori rendah. Hal ini menunjukkan

hubungan pemerintah daerah Kabupaten Mimika dengan pemerintah pusat memiliki pola

hubungan Konsultatif yakni campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang dan

lebih banyak pada pemberian konsultasi karena pemerintah daerah Kabupaten Mimika

dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah. Kondisi ini terjadi karena PAD

yang diperoleh Kabupaten Mimika pada tahun 2012 sedikit lebih mampu memenuhi

kebutuhan belanja daerah sehingga dana pusat menjadi semakin kecil.

Secara keseluruhan tingkat kemandirian fiskal Kabupaten Mimika rendah sekali.

Rasio kemandirian, kemampuan keuangan dan pola hubungan berdasarkan data fiskal

Kabupaten Mimika, tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.7

Tingkat Kemandirian Fiskal (Keuangan Daerah) Kabupaten Mimika

Tahun 2009 – 2013

Tahun PAD Pendapatan Daerah

Rasio

Kemandirian

(%)

Kemampuan

Keuangan

Pola

Hubungan

2009 99,102,964,688.88 988,391,217,630.88 10.03 Rendah Sekali Instruktif

2010 99,710,904,594.03 1,225,224,708,447.03 8.14 Rendah Sekali Instruktif

2011 126,988,525,904.38 1,301,645,608,464.38 9.76 Rendah Sekali Instruktif

2012 344,615,345,615.70 1,350,576,695,028.74 25.52 Rendah Konsultatif

2013 138,724,953,969.88 1,433,043,626,163.88 9.68 Rendah Sekali Instruktif

Sumber : Data Diolah, 2015.

Page 42: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

42

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Selama kurun waktu 2009 - 2013 realisasi PAD Kabupaten Mimika mengalami

pertumbuhan rata-rata 23,27 persen setiap tahunnya, dan efektifitas penerimaan

PAD sangat efektif setiap tahunnya.

2. Selama kurun waktu 2009 - 2013 pertumbuhan realisasi pendapatan daerah

Kabupaten Mimika terlihat fluktuatif dan cenderung menurun. Pendapatan daerah

mengalami pertumbuhan rata-rata 6,68 persen setiap tahunnya, dan efektifitas

penerimaan Pendapatan Daerah juga terlihat berfariasi karena memiliki kategori

efektif dan sangat efektif selama periode penelitian.

3. Selama periode penelitian, rasio kemampuan keuangan daerah yang diperoleh

berkisar antara 8,14 persen hingga 25,52 persen. Rasio tersebut menunjukkan

bahwa tingkat kemandirian fiskal daerah Kabupaten Mimika masih rendah sekali

dengan pola hubungan yang tercipta adalah Instruktif. Pola hubungan tersebut

menunjukkan bahwa peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada

kemandirian daerah atau dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah tidak mampu

melaksanakan otonomi daerah secara finansial.

Page 43: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

43

4.2. Saran dan Rekomendasi

Tingkat ketergantungan fiskal pemerintah daerah Kabupaten Mimika masih sangat

tinggi terhadap alokasi dari pemerintah pusat. Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu untuk

mengkaji secara lebih komprehensif terhadap potensi-potensi PAD yang selama ini belum

digali. Perlu di keluarkan peraturan daerah untuk mengatur pungutan terutama yang berasal

dari pajak daerah dan retribusi daerah.

Penerimaan yang telah dilakukan selama ini terhadap keempat komponen perlu untuk

dikelola secara arif dan bijaksana agar memberikan hasil yang maksimal bagi penerimaan

daerah pada masa yang akan datang.

Page 44: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

44

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2002, Bunga Rampai : Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Kedua, UPP AMP

YKPN, Yogyakarta;

Abdul Halim, 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta;

Abdul Halim, 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, UPP STIM YKPN, Yogyakarta;

Abdul Halim dan Syukriy Abdullah, 2002, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi Kasus Kabupaten / Kota

di Jawa dan Bali, Simposium Nasional Akuntansi VI;

Achmad Lutfi, 2006, Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah : Suatu

Upaya Dalam Optimalisasi Penerimaan PAD, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi :

Bisnis & Birokrasi, Volume XIV Nomor 1 Januari 2006, Departemen Ilmu Administrasi

FISIP UI, Depok;

Departemen Dalam Negeri, 1991, Pengukuran Kemampuan Daerah Dalam rangka Pelaksanaan

Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggungjawab, Badan Litbang Depdagri & FISIPOL

UGM, Jakarta;

Dispenda Kab.Mimika dan Sekolah Pasca Sarjana UGM, 2013, Potensi Pajak Daerah Kabupaten

Mimika, Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan).

Haluk Marlinus, 2013, Analisis Tingkat Kemandirian Fiskal Daerah Kabupaten Keerom, Skripsi

S1 Fakultas Ekonomi UNCEN Jayapura (tidak dipublikasikan).

Kuncoro Mudrajat, 1997, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP

YKPN, Yogyakarta;

Koswara, E., 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999. Suatu Telaahan dan Menyangkut Kebijakan, Pelaksanaan, dan

Kompleksitasnya, CSIS XXIX No. 1, 51 – 52;

Mardiasmo, 1999, Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: YKPN;

Mardiasmo, 2000, Paradigma Baru Pengelolaan Keuangan Daerah Untuk Menyongsong

Pelaksanaan Otonomi Daerah 2001, Makalah Seminar HIMMEP, Yogyakarta;

Mardiasmo, 2004, Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta;

Radianto, Elia, 1997, Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II, Suatu Studi di Maluku, Majalah

Prisma, Vol. XXVI No. 3 Tahun 1997, LP3ES, Jakarta;

Rositawati Rona, 2009, Sistem Pemungutan Pajak Daerah dalam Era Otonomi Daerah: Studi

Kasus di Kabupaten Bogor, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Page 45: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan

45

Santoso, A. 1995. Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebagai Sumber Utama

Pembiayaan Pembangunan Daerah, Temu Alumni dan Seminar Nasional Manajemen

Keuangan Daerah, Yogyakarta;

Sidik Machfud, 2004, Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal, Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta;

Sugiyanto, 2000, Kemandirian dan Otonomi Daerah, Media Ekonomi dan Bisnis Vol. XII No. 1

Juni 2000;

Warsito Kawedar, Abdul Rohman, dan Sri Handayani, 2007, Akuntansi Sektor Publik :

Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah, UNDIP

Press, Semarang.

Page 46: PANDUAN SEMINAR KONSENTRASI - dosen.ieuncen.ac.iddosen.ieuncen.ac.id/ag/wp-content/uploads/sites/3/2017/04/PANDUAN... · Dan tidak ada nilai 0 (E), kecuali untuk skripsi/makalah dan