ag rev 01 rn 09032015.docx

125
VALIDASI METODE ANALISIS UJI DISOLUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM OBAT TABLET SALUT ENTERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Laporan Praktik Kerja Industri PT Merck Tbk. Tahun Ajaran 2014/2015 oleh: Andrea Gilang Fauzi 115706909 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK

Upload: scribdandre

Post on 18-Nov-2015

270 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

xgsb

TRANSCRIPT

VALIDASI METODE ANALISIS UJI DISOLUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM OBAT TABLET SALUT ENTERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)Laporan Praktik Kerja Industri PT Merck Tbk.Tahun Ajaran 2014/2015

oleh:Andrea Gilang Fauzi115706909

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIAPusat Pendidikan dan Pelatihan IndustriSekolah Menengah Kejuruan SMAKBogor2014

iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh:

Rahayu Ningsih, S.Si, MPDwika Riandari, M. SiNIP 19660726 200212 2 001Pembimbing I,Pembimbing II,

Disahkan Oleh :Kepala Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor,

Dra. Hadiati AgustineNIP 19570817 198103 2 002

KATA PENGANTARLaporan Praktik Kerja Industri ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas semester VIII di Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor. Di semester VIII ini para siswa wajib melaksanakan Praktik Kerja Industri selama 4 bulan di dunia industri. Setelah melaksanakan Prakerin, para siswa wajib untuk menulis laporan yang berisikan tentang kegiatan yang mereka lakukan selama masa prakerin. Laporan Prakerin ini berjudul Validasi Metode Uji Disolusi Nattrium Diklofenak dalam Obat Tablet Salut Enterik.Adapun isi dari Laporan ini meliputi Pendahuluan, Tinjuan Umum Institusi Prakerin, Kegiatan di Laboratorium, Hasil dan Pembahasan, serta Kesimpulan dan Saran. Bagian-bagian di dalamnya membahas tentang kegiatan yang dilakukan selama masa prakerin. Terutama tentang validasi metode uji disolusi diklofenak dalam obat tablet salut enterik. Validasi metode uji yang dilakukan mengacu kepada prosedur standar international yaitu United State Pharmacopeia (USP).Puji dan Syukur juga Saya naikan Ke Hadirat Tuhan Y.M.E, yang telah menganugerahi segala kepandaian dan segala yang baik kepada penulis. Sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. Dra. Hj. Hadiati Agustine selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor. 2. Dra. Leni Liedarsino selaku Senior Manager Product Development PT. Merck Tbk.3. Ibu Amilia Sari Ghani selaku Waka Bidang Hubungan Kerja Industri.4. Ibu Rahayu Ningsih, S.Si, MP selaku Pembimbing Institusi PT. Merck Tbk atas bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis.5. Ibu Dwika Riandari, M.Si selaku Pembimbing di Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor.6. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung selama prakerin dan penulisan laporan ini.7. Bapak dan Ibu Guru beserta seluruh staf pegawai Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor.8. Pak Kamto, Pak Arief, Mas Ade, Kak Dina, Kak Ismi, Kak Galih, Kak Cepi, dan Mas Dedi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama melakukan kegiatan prakerin.9. Annisa Indah Pratiwi, Anida Maulidina Nurhayati, Farihah Naafiumamah, dan Megie Noviani Wongso selaku rekan selama prakerin di PT Merck Tbk.10. Seluruh teman-teman angkatan 57 Quinsena Quark atas kebersamaan dan semangatnya.11. Seluruh pihak yang telah membantu dengan keikhlasannya hingga terselesaikannya laporan ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan Prakerin ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang mampu menghasilkan perbaikan-perbaikan yang bermanfaat dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan Prakerin ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor khususnya.

Bogor, Februari 2015 Penulis,

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiiDAFTAR GAMBARvDAFTAR TABELviDAFTAR LAMPIRANviiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Tujuan Prakein2C.Materi Prakerin2D.Waktu dan Tempat Pelaksanaan Prakerin3E.Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin3BAB II TINJAUAN UMUM INSTITUSI PRAKERIN4A.Profil PT Merck Tbk41.Sejarah42.Visi dan Misi PT Merck Tbk6B.Produk Yang Diproduksi6C.Struktur Organisasi7D.Tata Letak dan Fasilitas Bangunan7E.Disiplin kerja8F.Administrasi Laboratorium9BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM DAN TINJAUAN PUSTAKA10A.Latar Belakang Pemilihan Judul Laporan10B.Masalah dan Pentingnya Masalah10C.Kegiatan di Laboratorium11D.Tinjauan Pustaka111.Validasi Metode112.Obat153.Tablet194.Uji Disolusi255.Natrium Diklofenak316.Kromatografi Cair Kinerja Tinggi34E.Metode Analisis421.Preparasi Reagent422.Preparasi Larutan Standar443.Kondisi Disolusi464.Kondisi Kromatografi465.Preparasi Larutan Spike untuk Uji Akurasi466.Preparasi Sampel477.Sampel498.Penetapan validasi50BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN531.Uji Kesesuaian Sistem532.Uji Spesifisitas543.Uji Linearitas544.Uji Akurasi565.Uji Presisi591.Keterulangan (Repeatability)592.Ketertiruan (Reproducibility)606.Uji Ketahanan631.Uji Stabilitas Larutan Standar dan Sampel632.Variasi Prosedur65BAB V SIMPULAN DAN SARAN67A.SIMPULAN67B.SARAN67DAFTAR PUSTAKA68LAMPIRAN70

DAFTAR GAMBARGambar 1 PT Merck Tbk. Indonesia4Gambar 2 Tahapan Penguraian Obat27Gambar 3 Tahapan Penguraian Obat di dalam Tubuh27Gambar 4 Alat disolusi metode basket29Gambar 5 Alat disolusi metode paddle30Gambar 6 Rumus Bangun Na Diklofenak31Gambar 7 Pembentukan Prostaglandin32Gambar 8 Instrumentassi KCKT39Gambar 9 Kurva Linearitas Standar tahap asam55Gambar 10 Kurva Linearitas Standar tahap buffer56Gambar 11 Hasil Uji Stabilitas Larutan Standar tahap asam63Gambar 12 Hasil Uji Stabilitas Larutan Standar tahap buffer64Gambar 13 Hasil Uji Stabilitas Larutan Sampel tahap asam64Gambar 14 Hasil Uji Stabilitas Larutan Sampel tahap buffer65

DAFTAR TABELTabel 1 Tabel 1 Preparasi Deret Standar Linearitas tahap asam45Tabel 2 Preparasi Deret Standar Linearitas tahap buffer45Tabel 3 Preparasi Sampel Uji Akurasi tahap asam48Tabel 4 Preparasi Sampel Uji Akurasi tahap buffer49Tabel 5 Variasi Prosedur Paameter KCKT52Tabel 7 Hasil Uji Kesesuaian Sistem53Tabel 8 Hasil Uji Akurasi tahap asam57Tabel 9 Hasil Uji Akurasi tahap buffer58Tabel 10 Hasil Uji Keterulangan tahap asam59Tabel 11 Hasil Uji Keterulangan tahap buffer60Tabel 12 Hasil Uji Ketertiruan tahap asam61Tabel 13 Hasil Uji Ketertiruan tahap buffer62Tabel 18 Hasil Uji Variasi Prosedur Parameter KCKT tahap asam65Tabel 19 Hasil Uji Variasi Prosedur Parameter KCKT tahap buffer66

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Rumus Perhitungan laju disolusi70Lampiran 2 Rumus Perhitungan laju disolusi untuk uji akurasi71Lampiran 3 Kromatogram Uji Spesifisitas73Lampiran 4 Tabel Uji Linearitas77Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Ketegaran78Lampiran 6 Stuktur Organisasi PT Merck Tbk.86

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangSemakin berkembangnya zaman, pembangunan di berbagai sektor yang terjadi di Indonesia pun semakin berkembang. Salah satunya adalah sektor industri, perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih telah membawa kemajuan yang signifikan dalam sektor industri. Dengan perkembangan tersebut, tentunya tantangan yang dihadapi masyarakat industri juga akan semakin berat dan terus meningkat. Maka disinilah peran Sekolah Menengah Kejuruan untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap menghadapi tantangan tersebut dan dapat membangun negeri ke arah yang lebih baik.Sebagaimana SMK lainnya di Indonesia, Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor memiliki Visi dan Misi yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan profesional yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha usaha dan dunia industri baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Dari tujuan tersebutlah maka SMK-SMAK Bogor perlu untuk membangun kemitraan dengan dunia industri, dimana dunia industri turut membantu sekolah melalui kegiatan Praktik Kerja Industri. Praktik Kerja Industri ini adalah sebagai sarana bagi para siswa SMK untuk belajar tentang dunia industri yang akan mereka hadapi dengan cara terjun langsung ke lapangan dan menjadi bagian dari dunia industry tersebut. Dalam Praktik Kerja Industri ini, siswa dapat melihat, mempelajari, dan mempraktikkan prosedur dan peralatan modern yang tidak dapat dipelajari disekolah secara langsung. Dan juga siswa dapat belajar untuk menyiapkan dan menyesuaikan mental dengan lingkungan dan disiplin kerja di dunia industri. Sehingga setelah lulus dari sekolah dapat menjadi seorang analis kimia yang terampil, kreatif, dan bermoral.

B. Tujuan PrakerinAdapun tujuan umum diadakannya kegiatan Praktik Kerja Industri adalah sebagai berikut:a. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan sebagai bekal untuk masuk ke dunia industry sebagai seorang analis kimia.b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam penggunaan instrument untuk analisis yang lebih modern dibandingkan fasilitas yang ada di sekolah.c. Memberikan wawasan kepada siswa tentang aspek-aspek yang termasuk ke dalam ruang lingkup dunia kerja industri, antara lain yaitu: struktur organisasi, disiplin kerja, pemeliharaan lingkungan dan keselamatan kerja.d. Memperkenalkan calon lulusan tenaga analis kimia SMK SMAK Bogor kepada instansi tempat Prakerin.e. Mendapatkan masukan dan saran untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di SMK SMAK Bogor.

C. Materi PrakerinMateri pembelajaran di dalam Praktik Kerja industri terdiri atas: 1. Struktur organisasi, fungsi organisasi, disiplin kerja, dan administrasi (terutama administrasi laboratorium) institusi siswa melaksanakan Prakerin.2. Pengetahuan tentang komoditi yang dianalisis, baik secara teoritis maupun praktis. 3. Pengetahuan tentang metoda analisis kimia yang dilaksanakan secara teoritis maupun praktis. 4. Pengetahuan tentang proses pengendalian mutu.Secara umum materi yang diberikan adalah latihan analisis kimia yang merupakan pekerjaan sehari-hari dan bukan dititik beratkan pada penelitian.

2

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PrakerinPrakerin dilakukan di unit atau bagian pada perusahaan atau lembaga penelitian yang terkait dengan analis kimia. Institusi yang dipilih penyusun adalah PT Merck Tbk yang berlokasi di Jalan T.B. Simatupang No.8 Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kode pos 13760. Nomor telepon : (021)28565600, fax (021)28565601. Penyusun melaksanakan prakerin di Divisi Departemen Product Development : 835, pada bagian Analytical Development. Prakerin dilakukan selama empat bulan terhitung mulai 3 November 2014 hingga 28 Februari 2015.Comment by Rahayu Ningsih [2]: Ini apa?E. Tujuan Pembuatan Laporan PrakerinSeusai melaksanakan Prakerin, siswa/siswi diwajibkan untuk membuat laporan Prakerin. Laporan Prakerin tersebut berisikan tentang kegiatan dan materi yang diberikan kepada siswa selama melaksanakan Praktik Kerja Industri atas persetujuan pembimbing, adapun tujuannya adalah sebagai berikut1. Sebagai media untuk mengetahui sejauh mana siswa/siswi peserta Prakerin telah mempelajari dan memahami materi yang telah diberikan selama proses Prakerin berlangsung.2. Sebagai koleksi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di institusi Prakerin sehingga dapat menambah pengetahuan baik penyusun maupun pembaca.3. Sebagai wujud tanggung jawab siswa dalam melaksanakan kewajibannya serta melatih siswa untuk dapat membuat laporan kerja dan mempertanggung jawabkannya.

BAB II TINJAUAN UMUM INSTITUSI PRAKERINA. Profil PT Merck Tbk1. SejarahPada awal pendiriannya, Merck adalah sebuah apotek bernama Engel Apotheke yang didirikan oleh Jacob Merck pada tahun 1668 di kota Darmstadt, Jerman. Apotek ini menjual obat-obatan dan bahan kimia. Barulah pada tahun 1827, Immanuel Merck mendirikan pabrik obat-obatan yang diantaranya adalah alkaloid dan beberapa senyawa kimia. Hingga saat ini pabrik tersebut telah berkembang menjadi perusahaan farmasi multinasional dan berubah nama menjadi Merck KgaA. Gambar 1 PT Merck Tbk. Indonesia

Pada tanggal 14 Oktober 1970, Merck KgaA membangun cabang di Indonesia dengan nama PT Merck Indonesia (PTMI). Kemudian memulai pembangunan fasilitas produksi Farmasi dan Kantor Umum 2 tahun kemudian. PTMI memulai produksi farmasi pada April 1974 dan membuat perjanjian lisensi dengan Astra lima tahun sesudahnya yaitu pada 1979. PTMI menjadi perusahaan publik pada tahun 1981 dengan menawarkan saham kepada publik dan merupakan salah satu perusahaan pertama yang terdaftar di Bursa Saham Indonesia. Sebagian besar saham dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor pusat di Jerman. Pada masa itu pemerintah Indonesia mewajibkan perusahaan farmasi asing untuk memproduksi sedikitnya satu bahan baku kuat, sehingga tahun 1983 PT Merck Indonesia membangun fasilitas produk kimia. Thiamin Disulfida merupakan salah satu produksi kimia yang pertama pada tahun 1985, lalu PTMI memulai bisnis Obat Bebas pada tahun1993 dan mendapat 12 sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk semua fasilitas produksi.Pada tahun 2000, perusahaan mulai menggunakan sistem SCALA. Sistem ini memudahkan akses data dan pencarian informasi. Dalam rangka penerapan identitas korporat Merck secara global, pada tahun 2002 nama perseroan berubah menjadi PT Merck Tbk. Kini PT Merck Tbk menjalankan usaha pada tiga sector utamanya yaitu:1. Farmasi MerckDivisi Farmasi Merck mengembangkan, membuat dan memasarkan obat-obatan dengan formula yang inovatif.2. Kimia Merck Merck menawarkan ragam bahan kimia yang sangat luas untuk aplikasi teknologi yang canggih. Di Indonesia, PT. Merck Tbk. memiliki dua sektor bisnis kimia yaitu Perfomance Materials dan Merck Millipore. Departemen Performance Meterials mencakup produk-produk pigmen, termasuk di dalamnya produk untuk aplikasi kosmetik. Departemen ini merupakan pemimpin global untuk produk-produk kristal cair yang digunakan untuk layar televisi, PC dan elektronik lainnya.Departemen Merck Millipore mencakup produk-produk untuk aplikasi bisnis Bioscience, Lab Solutions, Process Solutions. Departemen ini menyediakan alat uji kadar logam dan reagen unuk penelitian protein, solusi sel kultur, serta layanan penemuan obat bagi perusahaan biofarmasi, laboratorium kimia untuk penelitian analisis dan laboratorium rumah sakit.3. Merck SeronoMerck Serono mengkhususkan diri pada pengobatan kanker, penyakit menurunnya fungsi syaraf, kemandulan, endkrin dan penyakit metabolisme, penyakit kardiovaskular serta berbagai kondisi lainnya dengan kebutuhan medis yang sulit.2. Visi dan Misi PT Merck Tbka. Visi:Kami di PT Merck Tbk, dihargai oleh seluruh pemegang kepentingan karena kesuksesan kami yang berkelanjutan, berkesinambungan, dan di atas pangsa pasar pada bidang yang kami jalankan.b. Misi:Kami di PT Merck Tbk memberikan nilai tambah bagi :1. Pelanggan kami, melalui perluasan kesempatan pada usaha mereka dalam jangka panjang, membentuk kemitraan yang saling menguntungkan.2. Konsumen kami, melalui penyediaan produk-produk yang aman dan bermanfaat.3. Pemegang saham kami, melalui pencapaian hasil usaha yang berkesinambung dan berarti.4. Karyawan kami, melalui penciptaan lingkungan kerja yang aman dan pemberian kesempatan yang sama bagi semua.5. Lingkungan kami, melalui teladan yang kami berikan dalam bentuk tindakan perlindungan dan dukungan masyarakat sekitar.

B. Produk Yang DiproduksiDi bidang farmasi, PT Merck Tbk memproduksi dan menjual merek farmasi terkemuka sepertiseperti Neurobion, Sangobion, Illiadin, Becombion, dan Glucophage dengan fasilitas bersertifikat cGMP.C. Struktur OrganisasiPT. Merck Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang farmasi. PT. Merck Tbk terdiri dari lima divisi masing-masing dipimpin oleh seorang direktur. Berikut divisi PT. Merck Tbk:1. Divisi Merck Serono.2. Divisi Consumen Health Care (CHC).3. Divisi Chemicals.4. Divisi Human Resources.5. Divisi GMS.Comment by Rahayu Ningsih [3]: Ini dapat dari mana? Tolong check dan kenapa dengan Ipe berbeda? Saya juga koreksi dan minta konfirmasi dari Ipe6. Divisi Finance and Controlling.Divisi GMS terdiri dari 6 bagian,1. Quality Assurance (QA) and Quality Control (QC) Departement.2. Production Departemen.3. Supply Chain Management (SCM).4. Engineering Departement.5. Operation Excellent.6. Product Development.Product Development terdiri dari 3 bagian, yaitu:a. Analytical Development.b. Galenic Development.c. Packaging Development.D. Tata Letak dan Fasilitas BangunanPT Merck Tbk didirikan dalam bentuk Perusahaan Modal Asing berdasarkan undang-undang No.1/1976 dengan izin mendirikan bangunan diatas area seluas 22.257 m2 dan luas bangunan 4.694 m2. Sejak pertama kali didirikan PT Merck Tbk berlokasi di Jl. TB Simatupang No.8 Pasar Rebo, Jakarta Timur. PT Merck dibagi atas 3 gedung, yaitu:1. Gedung pertama merupakan kantor, terdiri dari ruang President Director, Departemen Finance & accounting, Departemen Pembelian (Procurement), Departemen Human Resource (HR), Departemen General Affair (GA), Depatemen HSE (Health Safety Environment), Divisi Chemical dan Departemen IS.2. Gedung kedua terdiri atas ruang produksi pharma, gedung bahan baku (Raw Material), gudang bahan pengemas (packaging materials), gudang obat jadi (finished goods), ruang laboratorium pengawasan mutu/QC (Quality Control), ruang Production Manager, ruang Quality Assurance Manager, ruang Engineering Manager, ruang Quality Control Manager, ruang Product Development Manager, dan beberapa fasilitas umum.3. Gedung ketiga adalah gedung yang baru dibangun pada tahun 2010 yang digunakan sebagai laboratorium Product Development.E. Disiplin kerjaPT. Merck Tbk bergerak dibidang industri Farmasi dan Kimia. Sehingga dalam kegiatan produksinya sangat menerapkan proses industri farmasi CPOB. CPOB merupakan suatu konsep mengenai prosedur atau langkah langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang diproduksi senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. PT. Merck Tbk. telah memperoleh sertifikat CPOB pada tanggal 19 April 1993. Diterapkannya konsep CPOB bertujuan untuk menjamin agar obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (BPOM, 2006). Bagian Analytical Development PT. Merck Tbk dipimpin oleh seorang Associate Analytical Development Manager. Dengan fungsi sebagai berikut :1. Mengembangkan dan memvalidasi metode pengujian untuk digunakan selama validasi pembersihan.2. Memecahkan masalah kimia analitik yang kompleks.3. Mentransfer metode analisis baru ke Laboratorium Pengawasan Mutu.4. Pengujian stabilitas untuk produk dengan formulasi baru.5. Pengujian mutu produk trial.6. Pengembangan metode analisis untuk produk baru dan bahan baku baru.7. Validasi / verifikasi metode analisis baru (produk dan bahan baku).F. Administrasi LaboratoriumDalam kegiatan analisis rutin yang dilakukan di laboratorium Product Development dokumentasi harus dilakukan dengan baik. Hal ini bertujuan apabila terdapat masalah ketidaksesuaian pada hasil dapat mudah ditelusuri. Dokumentasi meliputi, yaitu sebagai berikut:1. Form Permintaan Analisis2. Pembelajaran Literatur3. Desain Trial4. Laporan Trial5. Metode Analisis6. Protokol Validasi7. Laporan Validasi8. Transfer Metoda Analisis

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM DAN TINJAUAN PUSTAKAA. Latar Belakang Pemilihan Judul LaporanKegiatan di laboratorium Product Development meliputi analisis rutin pengembangan metode, pemeriksaan stabilitas produk dengan formulasi baru, validasi metode, dan pemeriksaan kadar zat aktif dalam bahan baku yang akan digunakan. Dalam analisis produk multivitamin dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif menggunakan metode kromatografi, pemeriksaan kadar air menggunakan Karl Fisher, waktu hancur obat dengan menggunakan alat disintegrator dan pemeriksaan stabilitas produk dalam kurun waktu dan suhu tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan.Pemilihan judul laporan prakerin didasarkan pada pekerjaaan analisis yang dilakukan oleh siswa selama masa prakerin, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang dari pekerjaan yang dilakukan selama melakukan kegiatan prakerin. Sesuai dengan tugas bagian Analytical Development yaitu melakukann penegembangan metode analisis terhadap suatu produk baru ataupun produk yang telah mengalami perubahan komposisi, sebelum metode tersebut digunakan untuk analisis rutin di laboratorium uji, metode yang dikembangkan tersebut harus melalui tahapan validasi metode terlebih dahulu, validasi metode ini juga merupakan salah satu tugas bagian Analytical Development. B. Masalah dan Pentingnya MasalahMetode analisis yang akan digunakan di laboratorium uji sebelumnya harus divalidasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui bahwa metode tersebut telah sesuai dengan persyaratan dan tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itulah, metode analisis hasil percobaan terhadap produk baru ataupun produk yang telah mengalami perubahan komposisi harus melewati tahapan validasi metode uji terlebih dahulu.C. Kegiatan di LaboratoriumLaboratorium Product Development PT. Merck Tbk bertanggung jawab melakukan validasi terhadap metode analisis baru yang akan diterapkan dan melakukan trial terhadap formulasi-formulasi terbaru yang sedang dibuat. Laporan ini mengacu pada salah satu kegiatan yang dilakukan laboratorium yaitu Validasi Metode Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Obat Tablet Salut Enterik Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.D. Tinjauan Pustaka1. Validasi MetodeValidasi metode adalah konfirmasi bahwa suatu metode dapat memenuhi persyaratan tujuan penggunaannya, yaitu melakukan uji untuk kerja metode yang bersangkutan dan mengumpulkan bukti atau hasilnya. Menurut CPOB Validasi adalah suatu proses pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur kegiatan, sistem kelengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan mencapai hasil yang diinginkan.Menurut American Chemical Society ( ACS ), validasi adalah kemampuan untuk mendapatkan data yang akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya adalah hal yang penting dalam kimia analitik terutama dalam bidang pengembangan penemuan dan manufaktur dari produk-produk farmasi. Menurut CPOB jenis-jenis prosedur analisis yang harus divalidasi :a. Uji identifikasib. Uji kuantitatif bentuk aktif bahan atau produkc. Uji kuantitatif komponen terpilih lainnya dalam suatu produk obatd. Uji kuantitatif kandungan cemarane. Uji batas untuk mengendalikan cemaranTujuan dari validasi metode adalah:a. Membuktikan bahwa prosedur yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang dicapai.b. Menjamin bahwa prosedur penetapan kadar dapat dipercayac. Menjamin keterulangan prosedur penetapan kadard. Menjamin Mutu obatAda beberapa protokol yang harus dikerjakan dalam melaksanakan validasi metode, antara lain :a. Uji Kesesuaian SistemSistem kromatografi terutama kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) harus diuji dahulu sebelum digunakan untuk analisis, melalui uji kesesuaian sistem agar mendapatkan keyakinan tentang keefektifan sistem kromatografi sehingga data analisis yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam mennyimpulkan suatu hasil pengujian. Hal ini karena banyak faktor yang dapat memberikan perbedaan hasil uji seperti kolom yang walaupun jenisnya sama, umur kolom, komposisi dan pH larutan fase gerak (Snyder, 1997).Parameter uji kesesuaina sistem dapat digunakan sebagai petunjuk mendesain pengoperassian kromatografi ini, meliputi:a. Keberulangan penyuntikanKeberulangan penyuntikan ditetapkan dengan penyuntikan berulang larutan analait dan dinyatakan dalam simpangan baku relatif (RSD)

b. Daya pemisahan (Resolusi)Daya pemisahan adalah ukuran daya pisah dua puncak kromatogram yang terelusi berdekatan dari dua komponen yang terdapat dalam larutan yang terpisahkan, sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif secara akurat. Nilai resolusi yang lebih besar dari 1,5 menunjukan pemisahan yang baik (Snyder, 1997) c. Efisiensi KolomEfisiensi kolom dinyatakan sebagai jumlah lempeng teoritis per meter (N) yang merupakan ukuran ketajaman kromatogram. Kinerja kolom yang berubah ditunjukan dari lebar kromatogram yang berbeda pada analisis berulang sehingga memberikan nilai efisiensi kolom yang berbeda. Jumlah lempeng teoritis yang lebih besar dari 10000/m dianggap cukup memadai untuk analisis (Jatnika, 2007)d. Faktor Ikutan (kesimetrisan)Faktor ikutan (Tailing Factor) merupakan ukuran kesimetrisan suatau kromatogram. Nilai Tf bertambah jika kromatogram makin terlihat berekor. Kecermatan kromatogram berkurang apabila faktor ikutan bertambah karena rekorder/pencatat sukar menentukan dimana dan kapan kromatogram berakhir sehingga mempengaruhi perhitungan luas kromatogram. Nilai Tf lebih kecil dari 2.0 menunjukan ukuran kesimetrisan kromatogram baik sehingga kromatogram dapat digunakan untuk analisis (Jatnika, 2007).e. Faktor kapasitas (k)Faktor Kapasitas menyatakan kemampuan senyawa tertentu berinteraksi dengan sistem kromatografi dan mementukan retensi dari senyawa terlarut. Faktor ini merupakan perbandingan waktu atau jumlah senyawa dalam fase diam dan dalam fase gerak (Syder, 1997). Jika k kurang dari satu, maka elusinya sangat cepat sehingga senyawa sedikit diretensi oleh kolom dan kromatogram senyawa terelusi dekat dengan kromatogram senyawa yang tidak diretensi, menunjukan pemisahan yang terjadi buruk. Jika nilai k sangat besar (antara 20-30), waktu elusinya sangat lama sehingga tidak berguna untuk analisis. Nilai k yang ideal dalah diantara 1-10. b. AkurasiMenurut Internasional Organitation for Standaritation ( ISO ), akurasi didefinisikan sebagai kesesuaian antara hasil analisis dengan nilai benar analit. Akurasi sering dinyatakan sebagai persentase perolehan kembali. Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan matriks di dalam contoh uji terhadap pereaksi yang digunakan atau untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan. Secara umum dikenal tiga cara yang digunakan untuk pengecekan akurasi metode uji, yaitu:1. Uji Pungut Ulang (Recovery Test)2. Uji Relatif terhadap akurasi metode baku3. Uji terhadap Standar Reference Material (SRM)Akurasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan/keakurasian analisa zat aktif dalam sampel dengan menggunakan metode yang sedang divalidasi. Zat aktif yang ditambahkan dalam masing-masing sampel memiliki konsentrasi yang berbeda. Sampel disini adalah campuran dari zat aktif dengan placebo (bahan pengisi fungsional).c. PresisiPresisi merupakan derajat keterulangan suatu kelompok data hasil uji diantara hasil-hasil itu sendiri, dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator. Presisi dilakukan dengan pengukuran ulang terhadap suatu sampel kemudian hasil pengukuran tersebut dihitung Simpangan Baku Relatifnya (Realtive Standar Deviation (RSD)) dan dibandingkan dengan suatu range standar. Presisi dapat dibagi dengan tiga tingkatan yaitu keterulangan ( repeatibility ), ketertiruan ( Reproducibility ), presisi antara ( Intermediete Precission ) ( BPOM, 2003 ). d. LinearitasPengujian Linearitas dilakukan dengan membuat kurva linearitas untuk menentukan jangkauan keakuratan dari metode tersebut. Kurva dibuat dengan cara memplot konsentrasi larutan standar zat aktif dengan berbagai konsentrasi dengan luas area sampel yang dihasilkan dari pembacaan alat. Bertambah naiknya konsentrasi harus sebanding dengan besarnya/bertambah luasnya area sampel. Semakin Linear kurva yang dihasilkan maka keakuratan metode uji tersebut semakin baik.e. SpesifitasParameter ini dilakuakn untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan mampu mendeteksi dan mengukur secara tepat dan spesifik suatu analit atau zat aktif murni yang terdapat bersama komponen lainnya dalam contoh ( CPOB, 2001 ).f. Ketegaran (Robustness)Ketegaran (Robustness) merupakan ukuran kemampuan metode untuk tidak terpengaruh atau bertahan terhadap pengaruh kecil. Pengaruh tersebut dilakukan secara sengaja dengan menbuat variasi dalam faktor metode yang memberikan indikasi reabilitas metode normal pada pengujian. Contoh perubahan atau variasi parameter metode analisis adalah stabilitas larutan sampel. Apabila pengukuran peka terhadap variasi kondisi analisis maka kondisi tersebut harus dikendalikan atau harus berhati-hati terhadap kondisi tersebut. Kesesuaian sistem harus ditetapkan pada evaluasi ketegaran untuk menjamin keabsahan metode analisis tetap terpelihara ketika digunakan (Jatnika, 2007).2. ObatObat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1989). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 193/KabB.VII/71 memberikan defenisi berikut untuk obat : Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan lainnya (Joenoes, 2001). Obat-obat yang digunakan dalam terapi dapat dibagi dalam 4 (empat) golongan besar yaitu : Obat farmakodinamis, Obat kemoterapeutis, Obat tradisional dan Obat diagnosis (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007).Berdasarkan mekanisme aksi dan efek penggunaannya, obat dapat dipisahkan menjadi sebagai berikut:1) Analgetik, merupakan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Contoh: asetaminofen, aspirin, dan kodein.2) Antipiretik, merupakan obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Contoh: asetaminofen, asam asetilsalisilat, metampiron, salisilamid, dan asam mefenamat.3) Antibiotik, merupakan obat yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Contoh: ampisilin, penisilin, rifampisin,dan tetracycline.4) Antiinflamasi, merupakan obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Contoh: aspirin, benorilat, piroksikam, fenilbutazon, ketoprofen.5) Antitusif, merupakan obat yang digunakan untuk menekan batuk. Contoh: dekstrometorfan hidrobromida.6) Ekpektoran, merupakan obat yang digunakan untuk mempertinggi sekresi dari saluran pernafasan atau mencairkan riak agar mudah dikeluarkan. Contoh: amonium klorida, bromheksin hidroklorida, gliseril guaiakolat.7) Antihistamin, merupakan obat yang digunakan untuk melawan atau memblokir pekerjaan histamin, dapat menyembuhkan adanya alergi, dan anafilaktik, biasanya sebagian besar memiliki efek kantuk. Contoh: CTM, prometazin HCl, difenhidramin HCl.Berdasarkan bentuknya, sediaan obat dapat digolongkan menjadi sediaan padat, cair, semi padat, dan gas.1) Sediaan Padata) Serbuk (Pulvis)Serbuk adalah campuran homogen kering dua atau lebih obat yang dihaluskan, dapat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah maupun sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat yang kering (Ansel, 1989)b) GranulGranul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil dengan diameter 2-4 m dengan atau tanpa vehikulum. Pada umumnya granul berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Granul dapat dibuat dengan cara melembapkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang sudah lembap pada celah ayakan dengan ukuran lubang yang sesuai dengan ukuran granul yang diinginkan. Contoh sediaan granul: obat-obat laksansia (senokot granules). (Ansel, 1989)c) TabletTablet merupakan sediaan padat kompak yang dicetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung. Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.d) Kapsul (Capsulae)Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih macam obat dan bahan inert lainnya yang dimasukkan dalam cangkang keras atau lunak yang dapat melarut. Biasanya cangkang terbuat dari gelatin, metil selulosa, atau dari pati dan bahan lain yang sesuai. e) Pil (Pilulae)Pil adalah sediaan padat yang berbentuk bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian secara oral. Pil biasanya memiliki berat 60-300 mg. 2) Sediaan Caira) EliksirEliksir adalah sediaan obat berupa larutan dengan zat aditif seperti gula, pengawet, pewangi, dan pewarna, sehingga memiliki rasa dan bau yang sedap. Biasanya sebagai pelarut digunakan etanol 90 % dan ditambahkan gliserol, sorbitol, dan propilen glikol. (Sari, 2011)b) Sirup Sirup adalah sediaan obat berupa larutan pekat gula yang biasanya ditambahkan sorbitol (polialkohol) dalam jumlah sedikit untuk meningkatkan kelarutan bahan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. (Sari, 2011)c) EmulsiEmulsi adalah sediaan cair yang berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya. Pada umumnya emulsi distabilkan oleh zat pengemulsi.d) SuspensiSuspensi adalah sediaan cair yang mengandung fase yang terdiri dari partikel padat yang tidak larut terdispersi dalam fase cair. Contoh: suspensi oral (susu), suspensi tetes telinga (guttae auriculares).e) InjeksiInjeksi adalah sediaan obat steril yang berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parental, disuntikkan melalui kulit.3) Sediaan Semi Padata) SalepSalep adalah sediaan obat yang mengandung bahan obat yang larut/ terdispersi dalam basis salep yang cocok. Basis salep dapat dikelompokkan dalam basis hidrokarbon (vaselin, parafin), salep absorpsi (lanolin), dan basis yang larut dalam air (polietilen glikol).b) Krim (Cremores)Krim adalah bentuk sediaan obat yang mengandung satu atau lebih bahan obat berupa emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol rantai panjang dalam air dan emulsi air dalam minyak sebagai pelunak dan pencuci. Sebagai penstabil, biasanya ditambahkan antioksidan dan zat pengawet, seperti nipagin-nipasol.c) Gel (Jelly)Gel adalah bentuk sediaan obat yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut dalam basis, biasanya berupa mucilago atau gum, berbentuk jernih dan tembus cahaya. Gel pada umumnya lebih encer daripada salep dengan atau tanpa lilin. d) Pasta Pasta adalah bentuk sediaan obat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang mengandung bahan padat 40-50 % dan tidak memberikan rasa berminyak pada pemakaian secara topikal.4) Sediaan Gasa) AerosolAerosol adalah sediaan obat yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif obat yang dapat dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung, mulut, atau paru-paru. Contoh: obat asma.3. TabletNama tablet (tabuletta atau tabletta) berasal dari tabuletta piring pipih, papan tipis. Beberapa farmakope dijumpai penandaan tablet sebagai kompressi (comprimere = dicetak bersama), juga sebagai komprimat dan dengan demikian menunjukkan cara membuatnya. Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai dengan menggunakan suatu tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, dan bentuk cakram, juga bentuk seperti telur atau peluru. Keberhasilan dimiliki bentuk bundar, lebih atau kurang bentuknya cembung ganda atau bentuk cakram. Besarnya garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, bobot tablet 0,1 1 gram (Voight, 1994). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (tahan karat) (Agoes, 2008).Tablet dapat berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pembasah. Tablet dapat digunakan untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Berbagai bentuk khusus tablet dimaksudkan untuk menghindari, mencegah, atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang (Syamsuni, 2006).Tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat ditempat yang kelembabannya rendah, serta terlindung dari temperatur yang tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai dengan pengering dalam kemasannya. Tablet yang dapat rusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya sinar / cahaya agar dapat bertahan lebih lama (Ansel, 1989).a. Keunggulan Bentuk Sediaan TabletTablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang sangat populer, dimana hampir sebagian besar bentuk sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet. Hal ini didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh tablet, yaitu : a) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.b) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.c) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim.d) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang ongkos pembuatannya paling rendah.e) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yangbermonogram atau berhiasan timbul.f) Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak segera terjadi.g) Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.h) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah diproduksi dalam skala besar.i) Tablet merupakan sediaan solid oral yang memiliki sifat pencampuan kimia, mekanik, dan stabilitas mikroorganisme yang paling baik (Lachman dkk, 2008)b. Kelemahan Bentuk Sediaan Tablet Adapun beberapa kelemahan dari bentuk sediaan obat sebagai tablet adalah sebagai berikut:a. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.b. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar larut atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavaibilitasobat cukup.c. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyalutan terlebih dahulu. Pada jalan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar terbaik serta lebih murah (Lachman dkk, 2008).c. Bahan tambahan pada tabletUntuk membuat obat dalam bentuk sediaan tablet, diperlukan beberapa jenis zat tambahan berupa:a) Zat pengisi, dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan saccharum lactis, amylum manihot, calcii phospas, calcii carbonas, dan zat lain yang cocok.b) Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat merekat. Zat pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam larutan.c) Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah manthot kering, gelatinum, agar-agar, natrium alginate.d) Zat pelican, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Senyawa asam stearate dengan logam, asam stearate, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk digunakan sebagai zat pelican. Zat pelican pada umumnya bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu penambahan zat pelican tidak boleh terlalu banyak.e) Bahan-bahan pembantu seperti zat pewarna, zat perasa dan zat pemanis. Zat pewarna yang diizinkan sering ditambahkan pada formulasi tablet untuk menambah nilai estetik atau untuk identitas produk. Kebanyakan zat pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya akan memudar jika terpapar cahaya. (Wisnu, 2014)d. Pembuatan tabletDalam pembuatan tablet, zat aktif dan zat-zat lain (kecuali bahan pelicin) dibuat granul (butiran kasar) terlebih dahulu karena serbuk halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik makan dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak mudah retak (Anief, 1994).Granulasi adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengalir serbuk dengan jalan membentuk bulatan-bulatan atau agregat-agregat dalam bentuk beraturan yang disebut granul (Lachman dkk, 2008). Cara membuat granul ada 2 macam (Anief 1994), yaitu:1. Cara basahPembuatan granul cara basah dilakukan dengan cara zat aktif, zat pengisi, dan zat penghancuran dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada komponen campuran. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40o-50o C. Setelah kering diayak kembali uantuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelican dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.2. Cara kering atau disebut slugging atau pre compression.Pembuatan granul dengan cara kering dilakuan dengan cara zat aktif, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelican dicampur dan dibuat dengan cara kempa atau cetak (slugging). Setelah itu tablet yang terbentuk dipecah menjadi granul lalu diayak, lalu akhirnya tablet dapat dicetak.Berdasarkan metode pembuatannya, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan cara memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut Kaplet. (Departemen Kesehatan RI, 1995).Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekana yang diberikan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet yang dibuat dengan cara cetak biasanya lebih lunak dibandingkan dengan yang dibuat dengan cara pengempaan, sehingga tablet semacam itu akan lebih mudah larut (Lachman dkk, 2008).Untuk maksud dan tujuan tertentu, tablet biasanya disalut dengan zat penyalut yang cocok, biasanya berwarna ataupun tidak. Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari udara, kelembapan ataupun cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan lebih baik, dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Berikut ini adalah macam-macam tablet yang disalut:1. Tablet bersalut gula. Tablet ini sering disebut dragee. Penyalutan dilakukan dengan larutan gula dalam bejana penyalutan untuk mengkilapkan yang diputar dengan motor penggerak yang dilengkapi dengan alat penghisapdan sistem penghembus udara panas.2. Tablet bersalut kempa. Tablet inti yang sudah jadi mengalami proses seperti, yaitu granul halus dan kering dikempa disekitar tablet inti. Tablet seperti ini sering disebut tablet dalam tablet. Tablet salut kempa lebih sepat proses pembuatannya dan lebih ekonomis. Tetapi proses pembuatannya harus bebas lembap serta tidak terjadi inkompati bilitas tablet karena lembap.3. Tablet bersalut selaput. Tablet ini dilapisi oleh lapisan tipis dengan penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet.4. Tablet bersalut enteric. Tablet ini adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relative tidak larut dalam asam lambung tetapi larut dalam usus halus. Penyalutan enteric dimaksudkan:a) Agar obat tidak mengiritasi perutb) Dikehendaki agar obat berkhasiat dalam usus.c) Menghindari obat menjadi inaktif dalam cairan lambung, yaitu karena pH rendah atau dirusak enzim digestif dalam perut.e. Penyimpanan TabletPenyimpanan tablet dilakukan dalam wadah tertutup rapat, ditempatkan pada tempat yang sejuk dan terlindung cahaya. Wadah yang digunakan harus diberi etiket. Dalam etiket wadah atau kemasan tablet harus disebutkan nama tablet atau nama zat aktifnya dan jumlah atau zat-zat yang berkhasiat dalam tiap tablet (Anief, 1994).4. Uji Disolusi Comment by Rahayu Ningsih [4]: Tolong tambahkan literaturenya (sitasi)a. Prinsip Uji DisolusiUji disolusi merupakan parameter penting dalam pengukuran bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas sendiri adalah persentase obat yang mencapai sirkulasi sistemik dalam keadaan utuh/ aktif. Uji disolusi terutama berperan dalam penentuan pendahuluan dari faktor-faktor formulasi dan berbagai metode pembuatan yang akan mempengaruhi bioavailabilitas obat. Sehingga dapat dilihat hubungan antara uji disolusi dengan bioavailabilitas obat ialah sangat berkaitan dengan efikasi obat.

Berdasarkan aspek farmakokinetik, obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian akan mengalami proses absorpsi, dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi sistemik untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, sehingga dapat diperoleh efek terapi yang diinginkan. Sebelum mengalami proses absorpsi, sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktifnya akan melarut. Proses pelepasan zat aktif obat dari sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia zat tersebut serta formulasi sediaannya. Salah satu sifat zat aktif yang penting ialah kelarutannya dalam saluran cerna. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan meningkatkan kelarutan zat aktifnya.Kecepatan melarutnya zat aktif dari sediaan obat pada waktu tertentu dalam kondisi tertentu (cairan lambung/ usus) disebut dengan laju disolusi. Pengujian laju disolusi yang dipakai dan dikembangkan secara luas ialah secara in vitro. Hal yang diharapkan dari uji disolusi ini ialah menunjukkan pelepasan obat dari sediaan dapat mendekati 100 % dan laju disolusi/ kelarutan yang seragam pada sediaan yang sama. Batas disolusi suatu obat telah dijelaskan dalam masing-masing monografi sediaan obat (USP-NF). Uji laju disolusi in vitro ini merupakan aspek yang penting dalam uji stabilitas obat karena merupakan parameter utama dalam mempertahankan efikasi obat, dan berlaku untuk sediaan oral padat, seperti tablet dan kapsul, namun tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak dan tablet kunyah.

Adapun tahapan disolusi obat dalam tubuh dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2 Tahapan Penguraian Obat

Gambar 3 Tahapan Penguraian Obat di dalam Tubuhb. Metode Uji DisolusiDalam United State Pharmacopeia cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Disolusi merupakan pengujian yang objektif dalam hal menetapkan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat. Karena kemampuan absorbs obat dipengaruhi oleh kemampuan melarutnya obat dalam tubuh, maka uji disolusi merupakan pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui kemampuan melarutnya obat dalam tubuh (Ansel, 2008)Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul atau tablet terdiri dari:1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah.2. Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung pengaduk3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 mL, bertutup dan di tengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan pengaduk da nada lubang tempat masuk pada tiga tempat, dua untuk memindahkan sampel dan satu untuk menempatkan thermometer.Berdasarkan United State Pharmacopeia, metode pengujian laju disolusi yang digunakan dan dikembangkan adalah sebagai berikut:1) Metode Keranjang (Rotating Basket)Alat ini terdiri dari bejana (vessel) bertutup yang terbuat dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml, motor penggerak dengan kecepatan yang dapat diatur, dan keranjang baja stainless berbentuk silinder. Bejana direndam dalam penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi di dalam bejana pada 37 0,5 C selama pengujian. Tinggi bejana dengan volume 1 liter ialah 160-210 mm dan diameter bagian dalam berukuran 98-106 mm, berbentuk silinder dengan dasar hemisferik, serta memiliki tutup yang terdapat lubang untuk pengaduk, termometer, dan tempat memasukkan sampel. Sedangkan keranjang baja memiliki diameter 1 inci dengan tinggi 1,375 inci, dan ukuran kasa 40 mesh yang dihubungkan ke motor penggerak oleh suatu tiang silinder, serta dapat diputar dengan kecepatan antara 25-150 rpm. (USP-NF 34, 2011)Sebuah tablet atau kapsul diletakkan dalam keranjang saringan stainless dan dicelupkan ke dalam media disolusi (sesuai dalam monografi) yang terdapat dalam bejana 900-1000 ml. Keranjang stainless dihubungkan kepada sebuah motor yang kecepatannya konstan sesuai monografi selama pengukuran. Suhu media di dalam bejana dipertahankan pada 37 0,5 C. Jarak antara bagian bawah bejana dengan keranjang di dalamnya ialah 25 2 mm. Pada waktu tertentu sampel pada media disolusi diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. (Wati, 2012)

Gambar 4 Alat disolusi metode basket2) Metode Dayung (Paddle Apparatus)Pada metode dayung pada dasarnya sama dengan metode keranjang, hanya saja fungsi keranjang saringan stainless diganti dengan dayung (paddle) untuk mengaduk sediaan obat. Dayung yang digunakan berbentuk seperti pisau dan terdiri dari tongkat sebagai elemen pengaduk. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke dasar bejana berisi media disolusi sebelum diaduk pada 37 0,5 C.

Gambar 5 Alat disolusi metode paddlec. Media Uji DisolusiMedia disolusi yang biasanya digunakan dalam pengujian, yaitu sebagai berikut:1) Air suling biasa digunakan untuk bahan aktif yang kelarutannya tidak begitu dipengaruhi oleh pH.2) Larutan ionik merupakan media yang paling banyak digunakan, karena lebih mendekati cairan saluran pencernaan yang menjadi tempat larutnya bahan aktif obat dalam tubuh, contohnya: larutan HCl 0,1 N (pH= 1,2), larutan buffer dengan beragam nilai pH sesuai dengan nilai pH cairan pada saluran pencernaan.

5. Natrium Diklofenaka. Uraian Bahan

Gambar 6 Rumus Bangun Na Diklofenak1) Rumus molekul: C14H10Cl2NNaO2 2) Berat molekul: 318,133) Nama kimia: asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium 4) Nama lain: Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat 5) Pemerian: serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP 30 NF 25, 2007). 6) Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam alkohol metil. pH larutan 1% dalam air adalah antara 7.0 dan 8. (Sweetman, 2009). 7) pKa : 4,2 (Moffat, 2005)b. Farmakologi Ntrium DiklofenakNatrium Diklofenak adalah senyawa turunan asam fenilasetat. Natrium Dikofenak yang biasa disebut Kaflam, merupakan obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid). Obat-obatan jenis AINS sudah dikenal luas di dunia kedokteran yang digunakan sebagai obat analgesic, antiinflamasi, dan antipiretik (Neal, M.J., 2006). Analgesik atau analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa mengurangi atau menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang berkhasiat menurunkan suhu tubuh, dari suhu yang tinggi menjadi kembali normal. Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi).Obat yang termasuk dalam turunan diklofenak sampai saat ini dianggap lebih aman dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan ibuprofen dan aktif lebih lama di dalam tubuh dibandingkan dengan parasetamol. Obat golongan diklofenak merupakan COX-inhibitor nonselektif yang bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX). Enzim siklooksigenase berpean dalam produksi sejumlah zat kimia dalam tubuh, salah satunya prostaglandin. Prostaglandin ini diproduksi oleh tubuh sebagai respon dari cedera sehingga syaraf akan lebih sensitif terhadap rasa nyeri (Gunawan, 2009). Reaksi di bawah ini merupakan reaksi pembentukan prostaglandin.Comment by Rahayu Ningsih [5]: Aturan umum spasi sesudah titik 2 spasi, sesudah koma 1 spasi tolong dicheck untuk seluiruh teks [pada laporan ini

Gambar 7 Pembentukan ProstaglandinNatrium diklofenak diabsorbsi secara maksimal di dalam tubuh setelah pemberian peroral dengan kadar maksimal dalam plasma pada waktu 2 3 jam. Obat ini 99% terikat pada protein plasma. Metabolisme sebagian besar terjadi di dalam hati dan metabolit-metabolitnya diekskresikan dalam urin sebesar 65% dan di dalam empedu sebesar 35%.Obat obat AINS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Prostaglandin terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim siklooksigenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang dapat diatasi. COX itu sendiri ada dua jenis, yaitu disebut COX-1 dan COX-2. COX-1 selalu ada dalam tubuh secara normal, untuk membentuk prostaglandin yang dibutuhkan yang dibutuhkan oleh proses-proses normal tubuh, antara lain memberikan efek perlindungan terhadap mukosa lambung. Sedangkan COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya pada saat terjadi peradangan atau cedera, yang menghasilkan prostaglandin yang menjadi mediator nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yangperlu dihambat hanyalah COX-2 saja yang berperandalam peradangan, sedangkan COX-1 semestinya tetap dipertahankan. Tetapi, kebanyakan obat AINS bersifat tidak selektif sehingga akan menghambat enzim COX-1 dan COX-2 sekaligus (Gunawan, 2009). Sehingga obat ini bersifat dapat menghambat pembentukan prostaglandin pada peradangan sehingga dapat meredakan rasa nyeri, namuan juga dapat menghambat pembentukan prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung (Herlambang, 2014).c. Efek SampingEfek samping yang dapat terjadi meliputi distres gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa antiinflamasi non-steroid (AINS) lainnya. Peningkatan serum aminotransferases lebih umum terjadi dengan obat ini daripada dengan AINS lainnya. (Katzung, 2002).d. Sediaan Oral 3 kali sehari 25-50 mg garam-Na/K, rektal 1 kali sehari 50-100 mg, i.m. pada nyeri kolik atau serangan encok: 1-2 kali sehari 75 mg selama 1-3 hari. Pra dan pasca bedah dalam tetes mata 0,1% 3-5x 1 tetes, juga dalam krem/gel 1% (Tjay dan Rahardja, 2007).e. DosisDalam perdagangan natrium diklofenak tersedia dalam bentuk tablet setara 25 mg, 50 mg dan 100 mg, tablet salut enterik setara 50 mg, injeksi setara 25 mg/ml, 75 mg/ml, supositoria setara 50 mg, 100 mg, dan gel setara 10 mg/g (ISO, 2007).1. 2. 3. 4. 5. 6. Kromatografi Cair Kinerja TinggiComment by Rahayu Ningsih [6]: Tambahkan sitasinya dari mana1) Sejarah Singkat KromatografiProses kromatografi ditemukan pertama kalinya oleh Michael Tswett yang pada tahun 1906 berhasil melakukan pemisahan klorofil dari ekstrak tumbuh-tumbuhan didalam kolom kalsium karbonat menggunakan pelarut petroleum eter.Tswett menempatkan ekstrak hijau daun tersebut pada bagian atas kolom dan kemudian kedalam kolom tadi dituangkan petroleum eter. Petroleum eter mengalir berdasarkan gaya gravitasi bumi. Sambil bergerak, petroleum eter membawa serta komponen-komponen hijau daun tadi melalui kolom dan masing-masing komponen bergerak dengan kecepatan berbeda. Terjadilah pemisahan dari komponen-komponen ekstrak hijau daun tersebut didalam kolom, berupa pita-pita berwarna.Gejala ini menyebabkan proses pemisahan diatas disebut kromatografi. Nama kromatografi berasal dari dua kata yunani, kroma yang berarti warna dan grafi yang berarti menulis. Tetapi timbulnya warna tidak merupakan syarat mutlak agar suatu proses dapat digolongkan kedalam kromatografi. Dalam perkembangannya, jenis-jenis kromatografi makin banyak ditemukan dengan teknik pemisahan yang berdeda-beda.2) Perkembangan Kromatografi Cair Kinerja TinggiPada tahun 1941, karya Archer John Porter Martin dan Richard Laurence Millington Synge yang membahas mengenai sistem kromatografi gas membuahkan hadiah nobel. Hal inilah yang membuat sistem kromatografi gas makin berkembang. Syarat utama suatu sampel dapat dianalisis dengan kromatografi gas ialah harus dapat dijadikan uap pada suhu kerja kolom. Namun pada kenyataannya banyak senyawa yang tidak dapat dijadikan uap bahkan tidak dapat dipanaskan, seperti bahan farmasi, protein, polimer, dan zat warna. Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknik pemisahan beresolusi tinggi untuk menutupi kelemahan dari sistem kromatografi gas.Pada akhir tahun 1960-an, semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair. Sistem kromatografi cair yang dikembangkan merupakan perbaikan dari kinerja kromatografi cair sebelumnya yang umumnya memiliki efisiensi kolom yang rendah dan waktu pemisahan yang lama. Kromatografi cair sederhana, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Csaba Horvath pada tahun 1967 telah berhasil menyusun sebuah sistem kromatografi cair modern. Ia melakukan analisis terhadap senyawa nukleotida . Pada waktu yang sama sebuah kolom dengan ukuran mikro juga telah ditemukan. Sehingga penggabungan dua penemuan ini menghasilkan sebuah sistem kromatografi cair modern beresolusi tinggi, berkecepatan tinggi, bertekanan tinggi, berkinerja tinggi sehingga dinamakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).Alasan pengembangan kromatografi cair modern ini ialah dengan mempertimbangkan faktor penghambat perkembangan kromatografi cair sebelumnya. Hal tersebut ialah mengenai penurunan kecepatan difusi yang signifikan antara fase-fase kromatografi jika digunakan fase gerak (mobile phase) berupa cairan. Untuk meningkatkan kecepatan transfer massa dan kecepatan kesetimbangan antara fase diam dan fase gerak, dapat dilakukan dengan membuat partikel fase diam sekecil mungkin. Namun dengan ukuran partikel fase diam yang sangat kecil, maka diperlukan suatu sistem tekanan tinggi yang dapat mendorong cairan melewati kolom.3) Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja TinggiSaat ini KCKT digunakan untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, senyawa biologis, polimer alami dan sintetis, analisis impuritis suatu zat, analisis formulasi industri farmasi, analisis senyawa-senyawa non volatil, analisis molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion, pemisahan senyawa yang strukturnya hampir sama, serta pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sedikit (trace element) maupun dalam jumlah banyak. KCKT merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.Pada penerapannya KCKT sering kali digunakan untuk analisis asam-asam amino, asam-asam nukleat, senyawa aktif obat, produk sampingan suatu proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi, monitor sampel-sampel lingkungan, pemurnian senyawa dalam suatu campuran, memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran, serta sebagai kontrol kualitas. Namun KCKT juga memiliki keterbatasan yaitu jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh.4) Keunggulan Kromatografi Cair Kinerja TinggiKCKT memiliki banyak keuntungan dibandingkan kromatografi cair klasik, yaitu:1) Waktu analisis relatif lebih cepatWaktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Untuk analisis senyawa yang tidak rumit dapat dilakukan kurang dari 5 menit. Pada umumnya analisis sering dilakukan dalam 15-30 menit.2) Sensitivitas DetektorDetektor pada KCKT yang biasa digunakan yaitu detektor absorbansi UV-VIS dapat mendeteksi berbagai senyawa dalam jumlah nanogram (10-9 g). Detektor fluoresensi dan elektrokimia dapat mendeteksi dalam jumlah pikogram (10-12g).3) Kolom dapat digunakan kembaliBerbeda dengan kromatografi cair klasik, kolom pada KCKT dapat digunakan kembali. Banyak analisis dapat dilakukan dengan kolom yang sama. Akan tetapi, kolom tersebut turun mutunya bergantung pada jenis analit yang disuntikkan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang digunakan.4) Pemisahan Molekul Besar dan IonMolekul besar tidak bisa dipisahkan dengan kromatografi gas karena volatilitasnya yang rendah. Sedangkan untuk analisis ion, biasanya pada kromatografi gas menggunakan senyawa turunannya. KCKT dengan mekanisme pemisahan eksklusi dan penukar ion ideal untuk memisahkan molekul besar dan ion.5) Mudah memperoleh cuplikan kembaliSebagian besar detektor yang digunakan pada KCKT tidak bersifat dekstruktif sehingga komponen sampel dapat dikumpulkan kembali dengan mudah ketika melewati detektor. Untuk memperoleh cuplikan kembali biasanya pelarut dihilangkan dengan penguapan.5) Prinsip Kromatografi Cair Kinerja TinggiSampel yang akan dianalisis secara KCKT dipisahkan dari komponen sampel lainnya berdasarkan perbedaan distribusi komponen antara fase diam dan fase gerak. Sejumlah kecil sampel masuk ke dalam kolom pemisahan bersama aliran fase gerak. Kecepatan elusi sampel tergantung pada perbedaan polaritasnya dengan fase diam dalam kolom. Sehingga dapat dikatakan mekanisme pemisahan yang terjadi dalam sistem KCKT ditentukan oleh jenis kolom yang digunakan. Dibandingkan dengan kromatografi gas, KCKT memiliki mekanisme pemisahan lebih banyak, terdapat kemudahan untuk mengubah secara radikal sifat kimia dan kekuatan elusi dari fase gerak, dan fase penunjang, serta dapat diikatkan dengan lapisan sangat tipis bersifat polar atau nonpolar.Waktu elusi suatu komponen sampel hingga keluar peak komponen dalam kromatogram yang disebut dengan waktu retensi (tR), bersifat spesifik untuk setiap komponen, sehingga dapat digunakan untuk identifikasi suatu komponen. Selanjutnya dapat dilakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen sampel yang diinginkan dengan membandingkannya terhadap larutan standar. Sampel yang mengandung banyak komponen di dalamnya maka akan muncul banyak peak dalam kromatogram. Bahkan tak jarang peak- peak yang muncul dapat saling bertumpuk (overlap). Hal ini dapat menyulitkan proses identifikasi dan analisis komponen sampel. Oleh karena itu, dalam KCKT ini diperlukan tahapan preparasi yang baik agar komponen sampel dapat terpisahkan, dan tidak terganggu oleh impuritis lainnya.Proses elusi (pemisahan) dapat dilakukan baik secara isokratik maupun elusi gradien. Cara isokratik ialah apabila pemisahan menggunakan satu jenis pelarut dalam keadaan konstan atau komposisi fase gerak tetap selama proses elusi. Sedangkan elusi gradien ialah apabila komposisi fase gerak berubah-ubah selama proses elusi. Biasanya elusi gradien digunakan untuk meningkatkan resolusi pemisahan suatu campuran kompleks yang memiliki kisaran polaritas yang luas.f. Mekanisme Pemisahan dalam Sistem KCKTPemisahan dalam sistem KCKT dapat dilakukan dengan fase normal maupun fase terbalik. Fase normal menunjukkan fase diam yang digunakan lebih polar dibandingkan dengan fase geraknya. Sebaliknya fase terbalik menunjukkan fase diamnya kurang polar dibandingkan fase geraknya. Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kaliKCKT dikelompokkan menjadiKCKT fase normal danKCKT fase terbalik. Selain klasifikasi di atas, KCKT juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme interaksi komponen dengan fase diam, yaitu sebagai berikut :1) Adsorpsi2) Fase Terikat3) Penukar Ion4) Eksklusig. Instrumentasi KCKTKCKT mempunyai prinsip yaitu pemisahan komponen dari suatu campuran yang didasarkan pada perbedaan interaksi/kecepatan migrasi komponen (polar dan non polar) terhadap dua fasa, fasa gerak (eluent) dan fasa diam .

Gambar 8 Instrumentassi KCKT1) Penampung Fase Gerak (Chamber)Penampung eluen harus digunakan suatu wadah yang tahan terhadap pelarut-pelarut organik/pelarut buffer lainnya. Biasanya wadah ini digunakan erlenmeyer atau botol yang dilengkapi dengan penutup dari teflon atau plastik. 2) PompaPompa berfungsi untuk mengalirkan eluen ke dalam kolom. Semua penghubung dalam sistem kromatografi harus terbuat dari bahan yang secara kimiawi tahan terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja, teflon, dan batu nilam. Pada sistem kromatografi cair yang relatif murah membutuhkan pompa yang baik. Syarat-syarat pompa yang baik antara lain:a) Dapat memompa fasa gerak secara konstan (0,1-10 ml/menit).b) Dapat memberikan tekanan yang cukup tinggi.c) Stabil/ tekanan bisa diatur.d) Memberikan gangguan noise yang rendah, tidak berdenyut, dan fluktuasi tekanan seminimal mungkin.e) Cara kerja sederhana.f) Cukup inert terhadap pelarut-pelarut umum yang digunakan.Ada tiga jenis pompa yang digunakan dalam sistem HPLC, yaitu :a) Pompa resiprokatingb) Pompa sistem pergantian (displacement pump)c) Pompa tekanan udara (pnumatic pump)Pompa yang umum digunakan dalam HPLC adalah tipe resiprokating (pompa dengan tekanan balik). Pompa ini menghasilkan pulse sehingga ditambah dengan alat pulse damper sehingga tidak berdenyut. Ada dua tipe resiprocating yaitu tipe piston tunggal dan tipe piston ganda. Biasanya tekanan maksimal yang dihasilkan pompa HPLC sekitar 5000 psi.3) InjektorInjektor adalah alat yang digunakan untuk memasukan contoh yang akan dianalisis. Sistem injeksi sampel merupakan keterbatasan dari sistem kromatografi cair. Masalah ini menyebabkan pelebaran puncak sebagai akibat kolom yang kelebihan kapasitas. Sebagai akibatnya volume injeksi harus dibatasi hingga kisaran maksimum 500l. Ada dua sistem pemasukan sampel :a) Sistem septum (menggunakan syring). Syiring yang digunakan harus memiliki kemampuan melawan tekanan 1500 psi. Aliran diberhentikan sementara saat injeksi dan dikembalikan setelah sampel masuk ke aliran fasa gerak.b) Sistem loop (loop sampler), sampel dimasukan kedalam alat dengan bantuan komputer. Kapasitas dari sistem loop sampler ini beragam, berkisar antara 0,5 hingga 500l.4) Kolom Kolom merupakan tempat pemisahan zat dari komponen-komponen yang dianalisis. Kolom merupakan jantung dari HPLC, keberhasilan atau kegagalan suatu analisis tergantung dari pemilihan yang tepat untuk sampel yang akan dianalisis. Kolom secara umum dibuat dari bahan tabung stainless steel, walaupun untuk tekanan dibawah 600 psi kolom kaca dapat digunakan.Kolom standar mempunyai diameter dalam antara 4-5 mm. Isi kolom harus berukuran homogen dan stabil secara mekanik. Diameter partikel berkisar antara 4-7 um. Panjang kolom standar berkisar antara 10-30 cm. Bila kecepatan analisis merupakan pertimbangan utama misalnya pada pekerjaan kontrol kualitas, kolom pendek (3-6 cm) akan sangat membantu.Kolom dengan diameter dalam yang kecil (2mm) di bandingkan dengan kolom standar pada kondisi isokratik akan menghasilkan waktu analisis yang sama. Beberapa kelebihan kolom berdiameter kecil dibandingkan dengan kolom standar:a) Konsumsi eluen 4 kali lebih hematb) Pelarut dengan kemurnian tinggi dapat digunakan mengingat konsumsinya yang rendah.c) Kepadatan pengemasan kolom lebih homogen d) Dengan permeabilitas kolom yang lebih baik pengemasan partikel kecil lebih mudah e) Penyebaran panas lebih merata, sehingga gradient atau perbedaan suhu sepanjang kolom lebih kecil. f) Sejumlah kolom pendek dapat digabung tanpa kehilangan efisiensi kolom. 5) DetektorDetektor adalah alat untuk mendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dalam kolom. Pendeteksi ini digunakan untuk menentukan komponen-komponen baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Didalam analisis kuantitatif sinyal detektor tergantung pada konsentrasi contoh.Detektor yang ideal mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :a) Sensitif.b) Mempunyai kestabilan dan keterulangan yang tinggi.c) Harus linier dengan kepekatan d) Mempunyai respon yang cepate) Tidak merusak analitf) Mudah digunakan dan dalam perawatannya.Berbagai macam detektor yang telah dikembangkan untuk kromatografi cairan, antara lain :a) Detektor Refraksi Indeks (RI)b) Detektor UV/Visiblec) Detektor Flouresenced) Detektor Hantaran/Elektrokimiae) Detektor Spektrum Massa6) Rekorder Rekorder/Data Prosesor/Pencatat adalah alat mencatat hasil pemisahan komponen-komponen zat yang dianalisis. Alat pencatat harus dapat mencatat puncak-puncak yang tajam yang dipisahkan dengan cepat, tidak dipengaruhi oleh noise dari aliran listrik.E. Metode Analisis1. Preparasi Reagenta) Media disolusi untuk tahap asamAsam Klorida 0,1 N:1) Sebanyak 78,20 ml Asam Klorida 25% dimasukkan ke dalam piala gelas 6000 ml.2) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 6000 ml sambil diaduk.b) Pelarut untuk tahap asamAsam Klorida 0,1 N:1) Sebanyak 13,04 ml Asam Klorida 25% dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml. 2) Ditambahkan air hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.Natrium Hidroksida 5 N:1) Ditimbang sebanyak 20,00 gram Natrium Hidroksida pellet, kemudian dimasukkan ke piala gelas 100 ml.2) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 100 ml sambil diaduk.Campuran HCl 0,1 N dan NaOH 5 N (900:20):1) Campurkan HCl 0,1 N dan NaOH 5 N dengan perbandingan 900:20 kemudian dihomogenkan.c) Media disolusi untuk tahap bufferLarutan A (Larutan Trisodium fosfat dodekahidrat 76 mg/mL):1) Ditimbang 114 gram Trisodium fosfat dodekahidrat, kemudian dimasukkan ke dalam piala gelas 2000 ml.2) Dilarutkan dengan air hingga volumenya 1500 ml, kemudian dihomogenkan.Asam Klorida 0,1 N:1) Sebanyak 58,7 ml Asam Klorida 25% dimasukkan ke dalam piala gelas 5000 ml.2) Ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga volumenya 4500 ml sambil diaduk.Media Disolusi tahap buffer (Buffer fosfat pH 6,8):1) HCl 0,1 N dan Larutan A dicampurkan dengan perbandingan 1 : 32) Larutan dihomogenkan kemudian pH-nya diatur hingga mencapai pH 6,8.d) Pelarut untuk tahap bufferBuffer fosfat pH 6,8:1) HCl 0,1 N dan Larutan A dicampurkan dengan perbandingan 1 : 3.2) Larutan dihomogenkan kemudian pH-nya diatur hingga mencapai pH 6,8.

e) Fase GerakLarutan AH:1) Asam fosfat 0,01 M dicampurkan dengan larutan Natrium Dihidrogen Fosfat 0,01 M dengan volume yang sama kemudian dihomogenkan.2) pH larutan kemudian diatur hingga pH nya 2,5Fase Gerak Natrium Diklofenak:1) Larutan AH dan Metanol dicampurkan dengan perbandingan 700 : 300 kemudian larutan dihomogenkan.2. Preparasi Larutan Standara) Larutan standar stok1) Sebanyak 12,5 mg Standar Natrium Diklofenak ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml.2) Dilarutkan dengan 5 ml NaOH 0,1 N, kemudian diencerkan dengan air hingga tanda tera, lalu dihomogenkan.b) Larutan standar untuk tahap asam1) Dipipet sebanyak 2,0 ml larutan standar stok natrium diklofenak kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap asam hingga tanda tera kemudian dihomogenkan Larutan Sa13) Dipipet sebanyak 2,0 ml larutan Sa1 kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml.4) Diencerkan dengan pelarut tahap asam hingga tanda tera kemudian dihomogenkan Larutan Sa25) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m, kemudian dimasukkan kedalam vial.c) Larutan standar untuk tahap buffer1) Dipipet sebanyak 2,0 ml larutan standar stok natrium diklofenak kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap buffer hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.3) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.

d) Larutan Standar untuk Uji Linearitas Tahap Asama. Larutan Standar Stok Linearitas 50% tahap asam1) Dipipet 2,0 ml larutan standar stok natrium diklofenak kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap asam hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.b. Deret Standar untuk uji linearitas tahap asam:1) Dibuat deret standar dengan konsentrasi larutan sesuai tabel dibawah ini:Tabel 1 Tabel 1 Preparasi Deret Standar Linearitas tahap asamNo.Tingkatan Konsentrasi (%)Volume Larutan LSa (ml)Volume akhir larutan (ml)Konsentrasi Larutan (ppm)

LSa11,01,050,00,2

LSa22,01,025,00,4

LSa35,02,020,01,0

LSa410,05,025,02,0

LSa512,010,020,04,0

2) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.e) Larutan Standar untuk Uji Linearitas Tahap Buffera. Larutan standar stok linearitas 250% tahap buffer1) Dipipet 10,0 ml larutan standar stok Natrium Diklofenak kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap buffer hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.b. Deret Standar untuk uji linearitas tahap buffer:1) Dibuat deret standar dengan konsentrasi larutan sesuai tabel dibawah ini: Tabel 2 Preparasi Deret Standar Linearitas tahap bufferNo.Tingkatan Konsentrasi (%)Volume Larutan LSa (ml)Volume akhir larutan (ml)Konsentrasi Larutan (ppm)

LSb130,03,025,06,0

LSb260,06,025,012,0

LSb3100,010,025,020,0

LSb4110,011,025,022,0

LSb5120,012,025,024,0

2) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.

3. Kondisi Disolusia. Tahap Asam:Media: HCl 0,1 NVolume: 900 mlMetode: Metode 2 (Metode Dayung)RPM: 50 rpmWaktu: 2 jamSuhu: 37oCb. Tahap Buffer:Media: Buffer fosfat pH 6,8Volume: 900 mlMetode: Metode 2 (Metode Dayung)RPM: 50 rpmWaktu: 45 menitSuhu: 37oC4. Kondisi KromatografiKolom: 4,6-mm x 25-cm; packing L7. LiChroCART LiChrospher 60 Rp-select B (5 m)Volume Injeksi: 10 LLaju Alir: 1,0 ml/menitFase Gerak: Metanol dan Buffer pH 2,5 (7 : 3)Detektor: UV VIS = 254 nmWaktu Pembacaan: 13 menitWaktu Retensi: Natrium Diklofenak : 11 menit5. Preparasi Larutan Spike untuk Uji Akurasia. Larutan Spike Stok1) Sebanyak 50,0 mg Standar Natrium Diklofenak ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.2) Dilarutkan dengan 10 ml NaOH 0,1 N, kemudian diencerkan dengan air hingga tanda tera, lalu dihomogenkan (Larutan A).

b. Larutan Spike Tahap Asam1) Dipipet sebanyak 25,0 ml Larutan A kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap asam hingga tanda tera, lalu dihomogenkan (Larutan Aa1).c. Larutan Spike Tahap Buffer1) Dipipet sebanyak 2,0 ml Larutan A kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 20 ml.2) Diencerkan dengan pelarut tahap buffer hingga tanda tera, lalu dihomogenkan (Larutan Ab1).6. Preparasi Sampela. Preparasi Sampel Tahap Asam1) Dimasukkan satu tablet ke masing-masing bejana yang telah diisi dengan media disolusi tahap asam.2) Disolusi dilakukan sesuai dengan kondisi yang ditetapkan.3) Setelah dua jam, tablet dari masing-masing bejana dikeluarkan dari bejana berisi media disolusi tahap asam, untuk selanjutnya tablet akan melalui proses disolusi tahap buffer.4) Sebanyak 20,0 ml NaOH 5 N ditambahkan ke dalam masing-masing bejana.5) Sebanyak 10,0 ml larutan sampel di dalam bejana dipipet kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. 6) Diencerkan dengan pelarut tahap asam hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.7) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.b. Preparasi Sampel Tahap Buffer1) Dimasukkan tablet yang telah melalui disolusi tahap asam ke masing-masing bejana yang telah diisi dengan media disolusi tahap buffer.2) Disolusi dilakukan sesuai dengan kondisi yang ditetapkan.3) Setelah 45 menit, diambil 20 ml larutan sampel di dalam bejana kemudian disaring dengan kertas saring.4) Filtrat yang didapatkan kemudian dipipet sebanyak 10,0 ml, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml.5) Diencerkan dengan pelarut tahap buffer hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.6) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.c. Preparasi Sampel untuk Uji Akurasi Tahap Asam1) Dimasukkan sejumlah plasebo dan larutan spike sesuai tabel dibawah ini, kedalam labu ukur 500,0 ml.Tabel 3 Preparasi Sampel Uji Akurasi tahap asamTingkatan Konsentrasi (%)Nama Spl.Jumlah Plasebo yang ditambahkan (mg)Vol. lar. spike. (mL)/lar. spikeKonsentrasi lar. Spike (mg/mL)Kadar di dalam tablet (mg/tab)Konsentrasi Lar. (g/mL)

1%SAa301.42.0 / Lar. Aa10.140.50.2

10%SBa298.92.0 / Lar. A1.45.02.0

25%SCa294.85.0 / Lar. A1.412.55.0

2) Dilarutkan dengan HCl 0,1 N kemudian diaduk selama 5 menit.Comment by Rahayu Ningsih [7]: Tolong dicheck format untuk teks selalu justified atau boleh rata kiri? Karena sebagian besar teks Andre rata kiri tolong dicheck sisanya ya..3) Ditambahkan 11,0 ml NaOH 5 N kemudian diaduk lagi selama 3 menit.4) Larutan disaring dengan kertas saring5) Kemudian filtratnya dipipet sebanyak 10,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml.6) Diencerkan dengan pelarut tahap asam kemudian dihomogenkan.7) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.d. Preparasi Sampel untuk Uji Akurasi Tahap Buffer1) Dimasukkan sejumlah plasebo dan larutan spike sesuai tabel dibawah ini, kedalam labu ukur 500,0 ml.

Tabel 4 Preparasi Sampel Uji Akurasi tahap bufferTingkatan Konsentrasi (%)Nama SplJumlah Plasebo yang ditambahkan (mg)Vol. lar. spike. (mL)/lar. spikeKonsentrasi lar. Spike (mg/mL)Kadar di dalam tablet (mg/tab)Konsentrasi Lar. (g/mL)

30%SAb293,46.0 / Lar. Ab11,415,06,0

100%SBb273,95.0 / Lar. A5,650.020.0

120%SCb268,46.0 / Lar. A5,660,024.0

2) Dilarutkan dengan Buffer pH 6,8 kemudian diaduk selama 5 menit.3) Larutan disaring dengan kertas saring4) Kemudian filtratnya dipipet sebanyak 10,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml.5) Diencerkan dengan pelarut tahap buffer kemudian dihomogenkan.6) Disaring dengan kertas saring membran 0,45 m kemudian dimasukkan ke dalam vial.7. Sampela. Sampel untuk uji selektifitas:1) Blako pelarut (pelarut tahap asam dan pelarut tahap buffer)2) Fase Gerak Fase gerak Na Diklofenak ( buffer pH 2,5 : methanol 300 : 700)3) Larutan Standar Larutan Standar tahap asam dan larutan standar tahap buffer4) Plasebo A plasebo yang disimpan pada kondisi ambien (suhu : 25oC Kelembapan: 60%)5) Plasebo B plasebo yang telah disimpan pada stress condition (suhu : 40oC Kelembapan: 75%) selama 7 hari6) Sampel NP1 Sampel obat tablet salut enterik yang disimpan pada kondisi ambien (suhu : 25oC Kelembapan: 60%)7) Sampel NP2 Sampel obat tablet salut enterik yang telah disimpan pada stress condition (suhu : 40oC Kelembapan: 75%) selama 7 harib. Sampel untuk uji Presisi1) Sampel NP1 Sampel obat tablet salut enterik yang disimpan pada kondisi ambien (suhu : 25oC Kelembapan: 60%)c. Sampel untuk uji ketahanan1) Sampel NP1 Sampel obat tablet salut enterik yang disimpan pada kondisi ambien (suhu : 25oC Kelembapan: 60%)d. Sampel untuk uji linearitas1) Larutan Standar linearitas (L1 L5) pada tahap asam dan tahap buffere. Sampel untuk uji akurasi1) Larutan A, B, dan C pada tahap asam dan tahap buffer8. Penetapan validasia. Uji Kesesuaian SistemUji Kesesuaian Sistem dilakukan dengan cara menerapkan metode pengukuran kepada larutan standar kemudian dilihat kesesuaian sistemnya (meliputi : faktor tailing (T), resolusi (R), faktor kapasitas (k), jumlah plat (N), RSD luas puncak, dan RSD waktu retensi) kemudian dibandingkan dengan syarat keterimaan yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan sebanyak lima kali pengulangan.b. Uji SpesifisitasUji Speifisitas atau Selektivitas dilakukan dengan mengukur luas puncak fase gerak, pelarut, placebo, standar, dan sampel, kemudian kromatogram yang didapatkan dibandingkan. Pengukuran dilakukan masing-masing satu kali terhadap pelarut tahan asam & tahap basa, fase gerak, placebo A dalam tahap asam & tahap basa, larutan standar konsentrasi 100% dalam tahap asam & basa, dan larutan sampel NP1 dan NP2 dalam tahap asam & tahap basa.c. Uji Presisi1) Uji Keterulangan (Repeatability)Uji Keterulangan dilakukan dengan cara mengukur luas puncak sampel homogen yang telah melalui tahap disolusi, kemudian dihitung laju disolusinya. Pengukuran dilakukan masing-masing dua kali terhadap enam kali pengulangan disolusi (enam bejana disolusi).2) Uji Ketertiruan (Reproducibility)Uji Ketertiruan dilakukan dengan cara mengukur luas puncak sampel homogen yang telah melalui tahap disolusi, kemudian dihitung laju disolusinya. Pengukuran dilakukan di laboratorium yang berbeda dan oleh analis yang berbeda. Pengukuran dilakukan masing-masing dua kali terhadap enam kali pengulangan disolusi (enam bejana disolusi).d. Uji AkurasiUji Akurasi dilakukan dengan cara mengukur luas puncak sampel yang mengandung konsentrasi zat aktif yang berbeda pada masing-masing tahap (tahap asam : 1, 10 dan 25% ; tahap basa : 30, 100, dan 120%). Pengerjaan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan dua kali pengukuran pada setiap masing-masing tingkatan konsentrasi. Untuk akurasi tahap asam, dihitung RSD % perolehan kembalinya (recovery rate), dan untuk tahap buffer dihitung rata-rata % perolehan kembali (recovery rate), dan % RSD keseluruhannya.Comment by Rahayu Ningsih [8]: Untuk Bahasa inggris diformat miring teks nya tolong dilakukan untuk semua isi teks

e. Uji LinearitasUji Linearitas dilakukan dengan cara mengukur deret larutan standar yang konsentrasinya berbeda-beda (deret standar tahap asam : 1, 2, 5, 10, dan 25% ; deret standar tahap buffer : 30, 60, 100, 110, dan 120%). Hubungan linearitas antara respon dari analat dengan konsentrasinya ditunjukan dalam persamaan garis regresi dan % Y intersep. Pengerjaaan dilakukan dua kali pengulangan dengan dua kali pengukuran untuk masing-masing tingkatan konsentrasi pada larutan standar tahap asam dan tahap buffer.f. Uji Ketahanan1) Stabilitas Sampel dan StandarUji Stabilitas Sampel dan Standar ini dilakukan dengan menginjeksikan larutan sampel dan larutan standar Natrium Diklofenak dalam waktu analisis yang berbeda. Analisis dilakukan dengan satu kali injeksi sampel dan standar setiap selang waktu selama 72 jam. Injeksi dilakukan pada jam ke- 0, 4, 8, 12, 24, 48, dan 72.2) Variasi ProsedurUji ketahanan ini dilakukan dengan menguji kestabilan metode dengan cara melakukan sedikit modifikasi yang berbeda dari kondisi normalnya. Analisis dilakukan sebanyak enam kali pengulangan (enam bejana disolusi) yang masing-masing dilakukan pengukuran sebanyak dua kali. Variasi metode dilakukan pada dua parameter, yaitu:a) Variasi Prosedur pada parameter HPLCDilakukan Variasi prosedur pada pada parameter HPLC sesuai dengan kondisi dibawah ini:Tabel 5 Variasi Prosedur Paameter KCKTParameterKondisi NormalUji Ketegaran

(-)(+)

Laju Alir (ml / menit)1.00.951.05

Komposisi Fase Gerak Metanol : Larutan A700 : 300693 : 297707 : 303

pH Larutan A2.52.452.55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan uji yang telah dilakukan terhadap parameter-parameter validasi pada uji disolusi Natrium Diklofenak didalam tablet salut enterik, hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut1. Uji Kesesuaian SistemUji Kesesuaian Sistem dilakukan untuk mengetahui keefektifan sistem kromatografi sehingga data analisis yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil pengujian. Uji Kesesuaian Sistem dilakukan dengan cara menerapkan metode pengukuran kepada larutan standar yang diinjeksikan sebanyak lima kali pengulangan kemudian dilihat kesesuaian sistemnya (meliputi : faktor tailing (T), resolusi (R), faktor kapasitas (k), jumlah plat (N), RSD luas puncak, dan RSD waktu retensi) kemudian dibandingkan dengan syarat keterimaan yang telah ditetapkan. Tabel di bawah ini merupakan hasil dari Uji Kesesuaian Sistem untuk Validasi Disolusi Natrium Diklofenak pada Tahap Asam dan Tahap Buffer.Tabel 6 Hasil Uji Kesesuaian SistemParameterSyarat KeterterimaanHasil

Tahap AsamTahap Buffer

Faktor Ikutan (T)< 2,01,0751,144

Faktor Kapasitas (k)> 2,08,2118,198

Efisiensi Kolom (N) 200087197897

RSD Luas Area Puncak (%) 2,00,7800,234

RSD Waktu Retensi (%) 1,00,112Comment by Rahayu Ningsih [9]: Digit data sesuaikan dengan spesifikasi0,059

Dari hasil Uji Kesesuaian Sistem yang didapatkan, seluruh parameter memenuhi kriteria keterterimaan yang ditetapkan, hasil ini menujukan bahwa keefektivitas sistem kromatografinya cukup baik, sehingga data analisis yang dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil pengujian.2. Uji SpesifisitasUji spesifisitas dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada luas puncak pembacaan pada sampel yang disebabkan oleh pelarut, fase gerak, ataupun produk degradasi yang terdapat didalam sampel. Uji spesifisitas ini dilakukan dengan menginjeksikan pelarut tahap asam dan buffer, fase gerak, Sampel NP1 dan NP2 pada tahap asam dan buffer, serta plasebo A dan B pada tahap asam dan buffer. Kemudian kromatogram yang didapatkan dibandingkan dan dilihat apakah ada puncak dari komponen lain yang dapat mengganggu pembacaan luas puncak pada sampel. Kromatogram hasil uji selektifitas dapat dilihat pada lampiran.Dari hasil uji selektifitas yang dilakukan, tidak ditemukan adanya puncak dari komponen lain yang mengganggu puncak pembacaan dari Natrium diklofenak di dalam sampel. Hal ini menunjukan bahwa metode ini dapat memisahkan Natrium Diklofenak dari komponen lain dengan baik tanpa adanya puncak pembacaan yang bercampur ataupun bertumpukan.3. Uji LinearitasUji Linearitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan metode analisis untuk menunjukan respon/hasil uji secara langsung terhadap konsentrasi analit dalam sampel dan dalam rentang konsentrasi yang digunakan. Pengujian linearitas dilakukan terhadap beberapa tingkatan konsentrasi zat aktif. Tingkatan konsentrasi zat aktif pada tahap asam adalah sebesar 1%, 2%, 5%, 10%, dan 25% sedangkan pada tahap buffer sebesar 60%, 80%, 1005, 120% dan 140%. Hubungan linear antara respon analit dengan konsentrasi analit ditampilkan sebagai persamaan regresi dan dihitung %Y intersepnya. Berikut ini merupakan kurva hasil uji linearitas untuk tahap asam dan tahap buffer.

Gambar 9 Kurva Linearitas Standar tahap asamUji Linearitas tahap asam, koefisien korelasi yang didapatkan sebesar 1,000, nilai tersebut memenuhi syarat keterimaan sebesar 0,995. hal ini menunjukan bahwa korelasi antara luas puncak dan konsentrasi Natrium diklofenak dalam rentang 0,2 0,6 g/mL intersep yang didapatkan sebesar 1,069 angka tersebut menunjukan simpangan baku respon analit terhadap larutan sampel dengan konsentrasi nol. %Y intersep didapatkan sebesar 0,5%, % Y intersep dapat dihitung dari pembagian antara nilai intersep dengan luas area Natrium Diklofenak pada konsentrasi 100%. Karena pada saat pengujian tidak dilakukan pengukuran luas area larutan Natrium Diklofenak pada tingkat konsentrasi 100%, maka nilai luas area konsentrasi 100% didapatkan dari ekstrapolasi persamaan garis yang didapatkan. Syarat keterimaan %Y intersep adalah 3,0% agar garis linear tetap proporsional. Nilai slope didapatkan sebesar 9,921, nilai tersebut menunjukan besaran kenaikan respon pada setiap tingkatan konsentrasi.

Gambar 10 Kurva Linearitas Standar tahap bufferUji Linearitas tahap buffer, koefisien korelasi yang didapatkan sebesar 0.9999, nilai tersebut memenuhi syarat keterimaan sebesar 0,995. hal ini menunjukan bahwa korelasi antara luas puncak dan konsentrasi Natrium diklofenak dalam rentang 6,6768 26,7073 g/mL intersep yang didapatkan sebesar 1474,5 angka tersebut menunjukan simpangan baku respon analit terhadap larutan sampel dengan konsentrasi nol. %Y intersep didapatkan sebesar 0,7%, % Y intersep dapat dihitung dari pembagian antara nilai intersep dengan luas area Natrium Diklofenak pada konsentrasi 100%. Syarat keterimaan %Y intersep adalah 3,0% agar garis linear tetap proporsional. Nilai slope didapatkan sebesar 9,921, nilai tersebut menunjukan besaran kenaikan respon pada setiap tingkatan konsentrasi.4. Uji AkurasiPengujian Akurasi dilakukan untuk menunjukan kedekatan antara hasil percobaan dengan nilai sebenarnya, mengukur kesesuaian antara hasil dan nilai sebenarnya, dan dapat menggambarkan kesalahan sistematis. Uji Akurasi dilakukan dengan cara mengukur luas puncak sampel yang mengandung konsentrasi zat aktif yang berbeda pada masing-masing tahap (tahap asam : 1, 10 dan 25% ; tahap basa : 30, 100, dan 120%). Pengerjaan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan dua kali pengukuran pada setiap masing-masing tingkatan konsentrasi.Pengujian akurasi menggunakan larutan dengankadar zat aktif yang berbeda ini bertujuan untuk mengetahui tingkat akurasi metode pada beberapa tingkat konsentrasi. Berikut ini adalah tabel hasil uji akurasi pada tahap asam dan tahap buffer.Tabel 7 Hasil Uji Akurasi tahap asamNama Spl.Tingkat Konsentrasi (%)Uji Disolusi Natrium Diklofenak

Laju Disolusi Teoritis (%)Laju Disolusi Aktual (%)Perolehan Kembali (%)Rata-rata Perolehan KembaliRSD Perolehan Kembali

SAa.1.11,000,99851,0900109,16%109%1.6%

SAa.1.20,99851,0800108,16%

SAa.2.10,99851,0900109,16%

SAa.2.20,99851,0600106,16%

SAa.3.10,99851,1100111,17%

SAa.3.20,99851,1000110,17%

SBa.1.110,009,98828,650086,60%89%1.3%

SBa.1.29,98828,850088,60%

SBa.2.19,98828,900089,11%

SBa.2.29,98828,990090,01%

SBa.3.19,98828,930089,41%

SBa.3.29,98828,930089,41%

SCa.1.125,0024,970424,290097,28%95%1.9%

SCa.1.224,970424,450097,92%

SCa.2.124,970423,840095,47%

SCa.2.224,970423,560094,35%

SCa.3.124,970423,390093,67%

SCa.3.224,970423,470093,99%

Rata-rata97,77%

RSD ( 10.0%)9,0%

Tabel 8 Hasil Uji Akurasi tahap bufferNama Spl.Tingkat Konsentrasi (%)Laju Disolusi Natrium Diklofenak

Laju Disolusi Teoritis(%)Laju Disolusi Aktual (%)Perolehan Kembali (%)Rata-rata Perolehan KembaliRSD Perolehan Kembal