panduan pelaksanaan ssn

139
Belajar Untuk Masa Depanku i KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004

Upload: nandang-sukmara

Post on 30-Jun-2015

3.750 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

Panduan Pelaksanaan SSN

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

i

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang

Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan

Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah

Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam

era keterbukaan dan globalisasi.

Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian

Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan

tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada

akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat

dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas,

maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada

peningkatan mutu pendidikan.

Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun

berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan

kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan

program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait

dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga

diharapkan dapat terpenuhi.

Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan,

sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP

menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program

dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah.

Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan

program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah,

efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan,

sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya.

Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama

dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program

atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama

tahun anggaran 2010.

Jakarta, Januari 2010

Direktur Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama,

Didik Suhardi, SH., M.Si

NIP. 196312031983031004

Page 2: Panduan pelaksanaan ssn
Page 3: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................. iii

BAGIAN I: .....................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

A. ..Latar Belakang..................................................................................................3

B. ..Tujuan dan Sasaran ..........................................................................................4

C. ..Pengertian.........................................................................................................5

E....Indikator Keberhasilan ......................................................................................9

F. ...Landasan Hukum............................................................................................10

BAB II PENGEMBANGAN RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL...........11

A. ..Persiapan ........................................................................................................11

B. ..Pelaksanaan Pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN).........................26

BAB III TUGAS DAN FUNGSI JAJARAN BIROKRASI DALAM

PENGEMBANGAN SSN...............................................................................57

A. ..Sekolah...........................................................................................................57

B. ..Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota..................................................................57

C. ..Dinas Pendidikan Provinsi ..............................................................................58

D. ..Direktorat Pembinaan SMP.............................................................................59

BAB IV SUPERVISI, MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN...................61

A. ..Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan RINTISAN SSN.................................61

B. ..Evaluasi Hasil Pelaksanaan Program...............................................................61

C. ..Pelaksana Supervisi, Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan........................62

D. ..Pelaporan Pelaksanaan....................................................................................63

BAB V PENUTUP........................................................................................................65

BAGIAN II: ..................................................................................................................71

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................73

A. ..Latar Belakang................................................................................................73

B. ..Tujuan ............................................................................................................74

BAB II RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH SERTA RENCANA

KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH BAGI RINTISAN

SEKOLAH STANDAR NASIONAL (RKS DAN RKAS-SSN)......................75

A. ..Pengertian Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan

dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN

RKAS) - SSN .................................................................................................75

B. ..Tujuan ............................................................................................................77

C. ..Landasan Hukum............................................................................................78

D. ..Tim Pengembang RKS DAN RKAS-SSN.......................................................78

BAB III IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROGRAM DALAM RKS DAN

RKAS BAGI SEKOLAH RINTISAN SSN.....................................................81

A. ..Pentingnya Pengembangan Program Ritisan SSN ...........................................81

B. ..Pengembangan Program Sekolah bagi Rintisan SSN.......................................81

C. ..Jangka Waktu Pelaksanaan Program Rintisan SSN .........................................82

D. ..Implementasi Pengembangan Aspek-aspek Pendidikan sebagai Program

Sekolah SSN...................................................................................................83

E....Proses Penyusunan RKS DAN RKAS Rintisan SSN.......................................89

BAB IV PENUTUP..................................................................................................... 104

LAMPIRAN-1: ........................................................................................................... 105

BAGIAN III: ............................................................................................................... 111

Page 4: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 113

A. ..Latar Belakang.............................................................................................. 113

B. ..Tujuan Umum............................................................................................... 114

C. ..Dasar Hukum................................................................................................ 114

D. ..Sasaran ......................................................................................................... 115

BAB II PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT PEMBINAAN

RINTISAN SSN ........................................................................................... 117

A. ..Latar Belakang.............................................................................................. 117

B. ..Tujuan Umum Pemberian Dana Block Grant bagi SSN................................. 117

C. ..Maksud dan Tujuan....................................................................................... 118

D. ..Proporsi Biaya Bantuan Blockgrant SSN dan Rincian Program

Pengembangan Rintisan SSN ........................................................................ 119

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 127

BAGIAN IV:............................................................................................................... 129

A. PENDAHULUAN ......................................................................................... 131

B. PENGERTIAN .............................................................................................. 131

C. TUJUAN........................................................................................................ 132

D. SISTEMATIKA LAPORAN.......................................................................... 132

E....PENUTUP.................................................................................................... 135

Page 5: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 1

BAGIAN I:BAGIAN I:BAGIAN I:BAGIAN I:

KONSEP DAN PELAKSANAANKONSEP DAN PELAKSANAANKONSEP DAN PELAKSANAANKONSEP DAN PELAKSANAAN

PEPEPEPEMBINAAN MBINAAN MBINAAN MBINAAN RINTISAN SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONSTANDAR NASIONSTANDAR NASIONSTANDAR NASIONAL AL AL AL (S(S(S(SSNSNSNSN) UNTUK ) UNTUK ) UNTUK ) UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Page 6: Panduan pelaksanaan ssn
Page 7: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemeritah Nomor 25 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah, yang diperbaharui dalam Undang-undang 32 Tahun 2004 telah mendorong perubahan besar pada sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia. Dalam Undang-undang tersebut banyak sektor yang diserahkan pengelolaannya ke pemerintah daerah, salah satu sektor yang didekonsentrasikan adalah sektor pendidikan, sementara pemerintah pusat sebatas menyusun acuan dan standar yang bersifat nasional. Walaupun pengelolaan pendidikan menjadi kewenangan kabupaten/kota, tetapi pengelolaan tersebut harus mengacu pada standar yang ditetapkan secara nasional.

Terkait dengan itu Pasal 35 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Standar Nasional Pendidikan (selanjutnya disingkat SNP) dijadikan landasan (pedoman) pengembangan satuan pendidikan. SNP tersebut dimaksudkan sebagai acuan pengembangan dan pengendalian pendidikan, antara lain pengembangan kurikulum, kompetensi lulusan, penilaian, proses pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 juga menyebutkan standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

Dalam rangka penetapan standarisasi pendidikan juga lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ketentuan tentang SNP tentunya akan berupa dokumen, yang menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 yang telah diwujudkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah tersebut. Untuk memudahkan bagi sekolah maupun masyarakat pada umumnya dalam memahami bagaimana wujud sekolah yang telah memenuhi SNP diperlukan contoh nyata, berupa keberadaan Sekolah Standar Nasional. Dengan adanya Sekolah Standar Nasional, masyarakat dapat memperoleh gambaran nyata tentang penyelenggaraan pendidikan yangmengacu pada Sekolah Standar Nasional.

Dalam kerangka itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menyelengarakan rintisan pengembangan Sekolah Standar Nasional pada jenjang SMP, dan selanjutnya disebut SMP Sekolah Standar Nasional (SSN). SSN diharapkan dapat memberikan wujud nyata SMP yang dimaksudkan dalam SNP dan menjadi acuan atau rujukan sekolah lain dalam pengembangan sekolah, sesuai dengan standar nasional. Sekolah lain yang sejenis diharapkan dapat bercermin untuk memperbaiki diri dalam menciptakan iklim psiko-sosial sekolah untuk menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang bermutu, bermakna, dan menyenangkan sekaligus mencerdaskan. Selain itu, dengan adanya SSN, diharapkan SMP-SMP lain yang berada pada daerah/wilayah yang sama dapat terpacu untuk terus mengembangkan diri dan mencapai prestasi dalam berbagai bidang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. SSN diharapkan juga berfungsi sebagai patok duga (bench mark) bagi sekolah dalam mengembangkan diri menuju layanan pendidikan yang baik dan komprehensif. Sekolah-sekolah yang dijadikan rintisan SSN inilah nantinya diharapkan menjadi sekolah mandiri dan termasuk dalam kelompok atau jenis jalur pendidikan formal mandiri.

Page 8: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 4

Di setiap kabupaten/kota diharapkan minimal terdapat sebuah SSN, yang dikembangkan dari SMP yang ada di daerah. Namun demikian, karena kondisi pendidikan, khususnya keberadaan sekolah di setiap kabupaten/kota sangat bervariasi, maka dimungkinkan ada beberapa kabupaten/kota yang memiliki lebih dari satu SMP yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP), sehingga dapat dikategorikan sebagai SSN, sebaliknya mungkin ada kabupaten/ kota yang tidak atau belum memiliki SMP yang dapat dikategorikan sebagai SSN, karena SMP yang terbaik di kabupaten/kota tersebut masih belum memenuhi syarat minimal yang ditetapkan dalam SNP. Selanjutnya mengingat keterbatasan anggaran dan daya dukung lainnya, pada tahap rintisan, Direktorat Pembinaan SMP telah dan akan menangani beberapa SMP untuk dijadikan rintisan SSN, sesuai dengan jumlah SMP yang ada di kabupaten/kota yang bersangkutan. Dengan demikian, jika pada kabupaten/kota tertentu terdapat banyak SMP yang sudah memenuhi SNP, sedangkan alokasi rintisannya kurang dari itu, perlu ada seleksi atau pemilihan untuk menentukan sekolah yang dijadikan rintisan SSN, dengan mempertimbangkan skor awal kinerja sekolah dan pertimbangan lain seperti faktor geografis, demografis, dan fokus pengembangan kewilayahan, serta pola kebijakan daerah.

Setelah terpilih SMP sebagai SSN, diharapkan dapat mengembangkan diri menjadi SMP yang benar-benar memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan dapat menjadi rujukan bagi sekolah lain yang pada akhirnya semua SMP layak masuk dalam kelompok jalur pendidikan formal mandiri. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan dapat melakukan pembinaan, sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Untuk mencapai standar tersebut perlu ditetapkan beberapa strategi pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN) pada pereode tertentu.

B. Tujuan dan Sasaran

Panduan ini dikembangkan dengan tujuan, sebagai berikut: 1. Membantu berbagai pihak untuk memahami pengertian SMP Standar

Nasional (SSN). 2. Memandu jajaran birokasi atau instansi yang ditunjuk pada tingkat

pusat/provinsi/kabupaten/kota, dalam memilih SMP yang saat ini telah ada untuk ditetapkan menjadi SMP/Sekolah Standar Nasional (SSN).

3. Memandu sekolah yang dietapkan sebagai SSN, dalam mengelola sekolah dengan baik, sehingga mampu menjadi rujukan bagi sekolah di sekitarnya.

4. Memandu jajaran birokrasi atau instansi yang terkait pada tingkat pusat/ provinsi/kabupaten/kota, dalam membina sekolah, agar mampu berkembang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SNP.

5. Memberikan gambaran model pengelolaan sekolah berdasarkan sistim perundang-undangan yang ada, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah maupun Permendiknas yang berkaitan erat dengan Pola pengembangan sistim persekolahan yang ideal.

Tujuan dilaksanakannya SSN antara lain adalah: 1. Sebagai rintisan terwujudnya SMP yang memenuhi kriteria minimal

sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan 2. Sebagai rintisan untuk menuju sekolah mandiri sesuai dengan SNP yang

memenuhi kriteria sekolah formal mandiri 3. Untuk menjadikan model SMP yang sesuai dengan SNP, sehingga dapat

dijadikan rujukan bagi sekolah sekitarnya.

Page 9: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 5

4. Sebagai rintisan sekolah untuk diarahkan menuju sekolah standar nasional.

5. Sebagai persiapan awal sekolah menuju sekolah bertaraf internasional.

Sasaran rintisan SMP Standar Nasional (SSN) adalah SMP negeri dan swasta yang memenuhi persyaratan atau kriteria yang ditetapkan sebagai SSN.

C. Pengertian

Seperti yang telah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang dimaksudkan dengan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP tersebut mencakup standar kompetensi lulusan, standar isi, proses pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana-prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian. Di lihat dari cara pandang pendidikan sebagai suatu sistem, atau cara berpikir sistemik juga dapat diasumsikan bahwa standar nasional pendidikan dapat dibingkai dalam tiga sub-sistem yakni : komponen input, proses dan output.

Pengertian dari masing-masing isi cakupan SNP tersebut adalah:

1. Standar kompetensi lulusan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan minimal peserta didik, yang mencakup kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif, yang harus dimilikinya untuk dapat dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

2. Standar isi pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman materi pelajaran yang dikemas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator dan dijabarkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.

3. Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang mencakup penetapan metode, strategi, termasuk juga penyiapan bahan ajar pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan, sesuai dengan sistim perudang-undangan yang berlaku.

5. Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang trlah ditetapkan.

Page 10: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 6

6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar pembiayaan (biaya operasi satuan pendidikan) adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik.

Dalam upaya memandu sekolah dan jajaran penyelenggara pendidikan di daerah, Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan Buku Panduan Pelaksanaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Standar Nasional (selanjutnya disingkat dengan SSN) yang intinya memuat aspek-aspek layanan pendidikan minimum yang seharusnya diberikan oleh Pemerintah dan atau pemerintah daerah dalam pembinaan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), sesuai atau mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) tersebut. Diharapkan panduan ini akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan khsusnya pada jenjang SMP di seluruh Indonesia. Selanjutnya dalam rangka pembinaan, khususnya pembinaan sekolah berdasarkan pada tingkatan kondisi standar pelayanan minimal serta prestasi yang dicapai didasarkan pada pengelompokan atau kategori sekolah sesuai dengan aturan yuridis yang ada.

D. Pengkategorian Sekolah

Untuk melihat dan mengkaji keberadaan SSN (sekolah formal Mandiri) dalam hubungannya dengan peng-kategori-an sekolah secara nasional dalam konteks perundang-undangan yang ada. Pengelompokan penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berdasarkan UU No. 20/2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 11 dan 16 disebutkan bahwa terdapat beberapa kategori atau jenis sekolah di Indonesia. Kategori sekolah tersebut dapat digambarkan atau diilustrasikan secara skematik dalam suatu garis kontinum. Dalam konteks ini jenis sekolah dilihat dari kedekatan dengan kondisi lokal Indonesia.

Sekolah jenis pertama, pada ujung kontinum paling kiri adalah sekolah formal

standar atau sekolah potensial (calon SSN), yaitu sekolah yang relatif masih banyak kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005. Kedelapan SNP tersebut adalah standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Ditegaskan dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah formal standar adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari SNP atau sekolah yang diproyeksikan memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam pembinaan sekolah.

Page 11: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 7

Sekolah jenis kedua, adalah kategori sekolah formal mandiri atau disebut dengan sekolah standar nasional (SSN). Sekolah kategori ini adalah sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP, meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Sekolah standar nasional di samping harus memenuhi standar nasional pendidikan seperti diamanatkan dalam PP 19 tahun 2005, juga harus memiliki standarisasi dari kedelapan aspek tersebut secara nasional. Dengan demikian apabila sudah ditetapkan sebagai SSN diharapkan keberadaan SSN di seluruh Indonesia memiliki karakteristik yang identik atau hampir sama.

Sekolah jenis ketiga, adalah kategori sekolah formal mandiri dan atau memiliki keunggulan lokal. Ditegaskan dalam pasal 14 PP Nomor 19 Tahun 2005 bahwa sekolah kategori ini dapat dikategorikan dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, IPTEK, estetika atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 disebutkan bahwa sesuai amanat UUSPN No. 20 tahun 2003 pada setiap provinsi dan kabupaten/kota secara bertahap dikembangkan sekurang-kurangnya terdapat satu sekolah berbasis keunggulan lokal.

Sekolah jenis keempat, adalah kategori sekolah bertaraf internasional (SBI). Dalam Buku Pedoman Sistem Penyelenggaraan SBI untuk Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen dijelaskan bahwa SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan pengertian ini, SBI dapat dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X, dimana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang terdiri atas 8 komponen utama yaitu: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan, dan penilaian. Dengan kata lain, satuan pendidikan yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional diselenggarakan setelah satuan pendidikan yang bersangktan memenuhi ketentuan Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan ini ditegaskan lagi dalam Buku Penjaminan Mutu Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2007) bahwa SBI adalah sekolah yang memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) ditambah dengan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT). Kurikulumnya mengacu pada SNP yg diperkaya, diperdalam, diperluas, dan dikembangkan sesuai dengan standar pendidikan negara-negara yang tergabung dalam Organization of Economic Cooperation Development (OECD) dan negara maju lainnya. Di samping itu, lulusannya minimal menguasai penggunaan satu bahasa asing secara aktif dan diterima di satuan pendidikan luar negeri yang terakreditasi atau diakui di negaranya. Implementasi kebijakan sekolah bertaraf internasional (SBI), maka pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pembinaan sekolah tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam UUSPN Th 2003 pasal 50 ayat 3 yang secara ekplisit mengamanatkan bahwa “pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”. Amanat ini jelas mencerminkan ada kewajiban pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah

Page 12: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 8

untuk mendorong minimal satu sekolah di tingkat kabupaten/kota untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

Dalam implementasi penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), meskipun lulusannya diharapkan memiliki kualitas yang berstandar/bertaraf internasional, namun sistem penyelenggaraannya menggunakan sistem pendidikan nasional Indonesia, baik kurikulum, pendidik, penyelenggaraan pengajaran, pengelonaan sekolah dan ketentuan-ketentuan lain yang menjadi aturan-aturan umum penyelenggaraan satuan pendidikan. Berangkat dari kenyataan tersebut, maka perlu ditegaskan SBI adalah sekolah Indonesia yang menerapkan SNP Indonesia plus pengayaan/penguatan/pendalaman internasional yang digali dari sekolah-sekolah/lembaga-lembaga pendidikan dari dalam dan luar negeri yang sudah memiliki kualifikasi internasional. Dengan demikian pengembangan SBI tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar tersebut.

Selanjutnya ditegaskan dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 bahwa pemerintah berkewajiban mendorong sekolah-sekolah kategori potensial (calon SSN), sekolah standar nasional (SSN), dan SSN dengan keunggulan lokal agar benar-benar pada akhirnya mampu mencapai SBI. Bagi sekolah jenis formal standar atau potensial wajib didorong agar secara bertahap menjadi sekolah formal mandiri atau SSN, dan setelah menjadi sekolah formal mandiri atau sekolah keunggulan lokal yang memenuhi SSN atau SSN sepenuhnya, juga selanjutnya wajib didorong agar menjadi SBI. Dengan demikian, keempat jenis sekolah tersebut sepenuhnya merupakan sekolah nasional yang secara utuh harus memenuhi dan berstandar nasional.

Di samping ”sekolah nasional”, terdapat jenis sekolah lain yang dapat diselenggarakan di Indonesia, adalah sekolah franchise asing atau sekolah yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing, yaitu merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah asing yang terakreditasi di negaranya diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan di wilayah NKRI dengan menggunakan kurikulum asing, dengan catatan wajib memberikan pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik warga negara Indonesia (WNI) dan wajib bekerjasama dengan lembaga pendidikan di wilayah NKRI yaitu dengan mengikutsertakan pendidik dan tenaga kependidikan dari Indonesia.

Sekolah yang berada pada garis kontinum paling ujung kanan (ektrim ke kanan) adalah sekolah asing. Sekolah ini diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah NKRI, yang peserta didiknya adalah warga negara

SEKOLAH

ASING

SEKOLAH

FRANCHISE

ASING

SBI SEKOLAH

POTENSIAL/FOR

MAL STANDAR

SSN/

FORMAL

MANDIRI

SSN/ KEUNGGUL

AN LOKAL

Page 13: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 9

asing dan menggunakan sistem yang berlaku di negara yang bersangkutan atas persetujuan Pemerintah Republik Indonesia. Kategori sekolah ini, Pemerintah Indonesia tidak membuat regulasi yang sifatnya pembinaan, namun hanya sekedar memberikan legitimasi (pengakuan) dalam rangka pemberian izin operasional.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeteksi keberhasilan program. Untuk program SSN, secara umum indikator keberhasilan secara komprehensif ditetapkan pada akhir program 3 tahunan (sesuai dengan kontrak), mengingat setiap sekolah memiliki skala prioritas program yang harus dilaksanakan pada setiap tahun. Oleh karena itu indikator keberhasilan tiap tahun akan dilihat dari keberhasilan program tahunan, sedangkan indikator keberhasilan 3 tahunan ditetapkan sebagai berikut. 1. memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara

lengkap. 2. memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap, dari silabus sampai

dengan RPP untuk kelas VII – IX semua mata pelajaran. 3. Memiliki bahan ajar berbasis sekolah, minimal mata pelajaran yang di-

UN-kan. 4. menerapkan pembelajaran kontektual untuk kelas VII – IX semua mata

pelajaran. 5. Rata-rata gain score minimal 0,6 dari tahun 1 sampai tahun 3 untuk

semua mata pelajaran 6. Rata-rata pencapaian ketuntasan kompetensi minimal 75 % 7. Kondisi guru 90 % minimal berpendidikan S-1 pada tahun ke-3 8. Penguasaan kompetensi, 20% guru bersertifikat kompetensi melalui uji

sertifikasi. 9. Rasio jumlah rombel dan jumlah kelas 1 : 1 (tidak boleh double shift) 10. Jumlah siswa per rombel maksimal 32 untuk semua kelas (kelas VII, VIII,

dan IX) 11. Rata-rata jam mengajar guru berkisar antara 22 – 26 12. Jumlah laboratorium minimal 1 lab IPA, dan Laboratorium Multi-media

(minimal sesuai dengan standar Sarana) 13. Memiliki akses telpon pada lab multimedia, guru, dan kepala sekolah 14. Memiliki ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BP, ruang Tata Usaha,

kamar kecil yang cukup dan memadai (sesuai dengan Standar Sarana) 15. memiliki ruang perpustakaan (termasuk ruang baca) sesuai Standar

Sarana/prasarana 16. sudah melaksanakan secara konsisten aspek-aspek dalam manajemen

berbasis sekolah (otonomi/kemandirian, keterbukaan, kerjasama, akun-tabilitas dan sustainabilitas)

17. Memiliki perangkat media pembelajaran untuk semua mata pelajaran sesuai dengan SPM.

18. Sudah melaksanakan sistim penilaian yang komprehensif (ulangan harian, UTS, UAS, ulangan kenaikan kelas) dengan teknik penilaian yang variasi (sesuai Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian)

Page 14: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 10

F. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan sebagai landasan pengembangan Sekolah Standar Nasioanal (SSN) adalah produk-produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan sekolah antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa “pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Pusat dan Daerah

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional

5. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)

6. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Standar Implementasi Kepmendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Standar Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan prasarana

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

20. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009-2013.

Page 15: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 11

BAB II

PENGEMBANGAN RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

A. Persiapan 1. Sosialisasi

Sosialisasi tentang rintisan SMP Standar Nasional (SSN/Sekolah Formal Mandiri) sangat penting agar semua pihak memahami apa yang dimaksud dengan SSN, latar belakang dikembangkan serta tahapan pengembangannya. Sosialisasi disampaikan secara terbuka, intensif dan menyeluruh kepada jajaran pendidikan melalui berbagai bentuk sosialisasi, seperti pertemuan langsung di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan tingkat sekolah. Khusus pada tingkat sekolah, materi sosialisasi juga termasuk mendiseminasikan format penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKS DAN RKAS) secara sistematis, komprehensif dan terpadu. Di samping itu sosialisasi juga dilakukan secara luas kepada masyarakat, khususnya dilakukan melalui bahan tertulis yang disebarluaskan kepada berbagai pihak, teristimewa pihak-pihak yang terkait langsung dengan pendidikan.

Tahap sosialisasi dilakukan melalui serangkaian pertemuan, semiloka, diskusi, workshop dan penyebarluasan berbagai dokumen, meliputi:

• Penyampaian informasi kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota beserta jajarannya, yang dilakukan pada forum rapat kerja maupun forum sejenisnya serta melalui workshop yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.

• Penerbitan dokumen yang terkait dengan SSN, sebagai bahan rujukan bagi jajaran birokrasi pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Bahan tersebut juga disebarluaskan ke berbagai pihak serta masyarakat dalam berbagai forum.

Tahap sosialisasi ini sangat penting, khususnya jajaran Dinas Pendidikan dan sekolah agar dapat membantu dalam pelaksanaan seleksi calon rintisan SSN (SSN Baru) di kabupaten/kota. Untuk itu, sosialisasi ini akan terus dilakukan dengan berbagai cara dan teknik serta sarana atau media yang sesuai agar masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan pengembangan sekolah standar nasional (SSN).

2. Mekanisme Seleksi

Seleksi SMP calon rintisan SSN dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan sekolah yang memiliki karakteristik awal sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), sehingga cocok dijadikan rintisan SSN. Nantinya rintisan SSN diharapkan mempunyai kemampuan untuk melakukan berbagai inovasi secara terus menerus, khususnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang didukung oleh sumber daya yang memadai serta sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Inovasi yang dimaksud terutama yang berkaitan dengan peningkatan proses pembelajaran, namun demikian aspek-aspek lainnya juga tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu dalam rangka seleksi semua

Page 16: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 12

aspek, terutama yang menyangkut 8 standar dalam SNP harus dapat diungkap dalam seleksi SSN.

Seleksi calon rintisan SSN diharapkan dapat memilih sekolah yang terdepan dalam inovasi dan terbaik dalam prestasi, baik bidang akademik maupun non-akademik minimal di tingkat kabupaten/kota. Jika hal itu dicapai, rintisan SSN akan menjadi inspirator dan motivator, bahkan dinamisator bagi sekolah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan. Di samping itu pemilihan SSN juga diprioritaskan sekolah yang memiliki potensi kuat untuk berkembang, karena melalui sekolah standar nasional ini diharapkan daerah memiliki sumberdaya manusia yang kuat untuk menyiapkan diri menggali potensi dan kekayaan daerah. Khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan berwawasan nasional, serta memiliki prestasi yang berskala nasional.

Namun demikian, mengingat rintisan SSN diharapkan juga dapat berperan sebagai model pengembangan sekolah, bagi sekolah-sekolah di sekitarnya, maka SSN sebaiknya merupakan sekolah “biasa” dan bukan sekolah yang memiliki karateristik “khusus” yang tidak dapat ditiru oleh sekolah lain, misalnya memiliki dukungan dana yang sangat kuat, sehingga sulit untuk ditiru sekolah lain. Oleh karena itu, jika SMP seperti itu, telah memenuhi syarat yang dituntut oleh SNP, dikategorikan sebagai rintisan SSN Mandiri. Dengan demikian, rintisan SSN Mandiri adalah SMP yang telah memenuhi SNP tetapi tidak terpilih sebagai rintisan SSN oleh pemerintah, karena alokasi rintisan SSN di kabupaten/kota setempat lebih sedikit dibanding yang memenuhi syarat dan karena memiliki ciri khusus sebagaimana telah dijelaskan pada pengertian tentang rintisan SSN di atas.

Bertolak dari pemikiran tersebut, seleksi memiliki dua tujuan, yaitu: (1) untuk mendapatkan calon rintisan SMP SSN dan (2) mendapatkan SMP yang termasuk sebagai SSN Mandiri. Sebagaimana disebutkan terdahulu, rintisan harus dapat berfungsi sebagai model pengembangan sekolah, sehingga harus dipilih dari sekolah “biasa”. Sementara itu SMP yang memiliki karateristik khusus yaitu rintisan SSN Mandiri karena hampir sepenuhnya memenuhi syarat dalam SNP.

1) Kriteria Seleksi Calon Rintisan SSN Mengingat ada dua tujuan seleksi, maka juga ada dua kriteria seleksi. Pertama kriteria untuk calon rintisan SSN, sedangkan yang kedua kriteria untuk calon “SSN Mandiri”.

a. Kriteria Seleksi Calon Rintisan SSN

Jumlah SMP yang memenuhi syarat mungkin lebih besar dibanding alokasi rintisan SSN yang tersedia, sehingga perlu dilakukan seleksi untuk mendapatkan sekolah yang paling sesuai dengan kriteria sebagai sekolah standar nasional pendidikan.

Kriteria pemilihan calon rintisan SSN terdiri dari dua, yaitu kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum diterapkan untuk seleksi awal dan hanya sekolah yang memenuhi kriteria umum ini yang dapat mengikuti seleksi tahap berikutnya dengan menggunakan kriteria khusus.

1)) Kriteria Umum

Kriteria umum dimaksudkan untuk menyeleksi sekolah atas dasar indikator keberadaan (eksistensi) sekolah yang mudah didapat. Indikator tersebut dikaitkan dengan kesesuaiannya sebagai SNP

Page 17: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 13

dan kesesuaian dengan ciri untuk menjadi model bagi sekolah lainnya. Dengan adanya seleksi ini, diharapkan jumlah sekolah yang mengikuti seleksi tahap berikutnya sudah berkurang, sehingga memudahkan pekerjaan di lapangan. Selanjutnya SMP negeri maupun swasta dapat diusulkan untuk menjadi calon rintisan SSN, asalkan memenuhi kriteria umum, yaitu:

a) Memiliki rata-rata UN tahun 2007/2008 minimal 6,50 dan UN tahun 2008/2009 minimal 7,00.

b) Memiliki jumlah rombongan belajar minimal 9 dan maksimal 27, dengan asumsi setiap rombel jumlah siswa untuk kelas VII dan VIII 32 siswa (sesuai Permendiknas tentang Sarana dan Prasarana).

c) Luas lahan minimal sesuai dengan luas lahan minimal pada Permendiknas No. 24 tentang Standar Sarana dan Prasarana yang sudah di-konversi ditambah 10 %-nya, berdasarkan jumlah rombel dan kriteria gedung (lantai 1, 2, dan 3), dengan asumsi pada tiga tahun ke depan tidak boleh menambah rombel untuk yang luas lahannya termasuk kriteria minimal, seperti Tabel di bawah.

d) Tidak double shift (apabila masih double shift maksimal 30 % dengan harapan selama pembinaan selama 3 tahun harus sudah tidak double shift), dengan asumsi luas lahannya mencukupi.

e) Termasuk sekolah yang tergolong kategori baik di kabupaten/kota yang bersangkutan, yaitu memiliki karakteristik baik dan cukup terhadap delapan standar dalam SNP.

f) Sekolah memiliki potensi kuat untuk berkembang, g) Bukan sekolah yang didukung oleh yayasan yang memiliki

pendanaan yang kuat, baik dari dalam maupun luar negeri. h) Sekolah dengan nilai akreditasi minimal A.

Selanjutnya sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan tersebut di atas akan dikonsultasikan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sekaligus dikunjungi sebagai sekolah sasaran verifikasi. Sekolah-sekolah yang telah ditetapkan dalam daftar awal menjadi sekolah calon SSN akan dikunjungi (verifikasi faktual/lapangan). Kunjungan ke sekolah memiliki dua dua tujuan: (1) melakukan verifikasi kondisi nyata sekolah untuk dicocokan dengan profil sekolah yang didapat dari Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas dan atau dari sekolah melalui Dinas pendidikan kabupaten/kota, dan (2) melakukan penilaian kinerja sekolah.

Tabel 1. LUAS LAHAN MINIMUM DAN LUAS LANTAI MINIMUM UNTUK SSN

BERDASARKAN PERMENDIKNAS NO.24 TH 2007

1. Luas Lahan

Komposisi siswa per rombel : Kls VII=32 ; Kl VIII=32 ; Kls IX=32

NO Banyaknya Rombel

Luas lahan minimum terhadap peserta didik (m2/peserta didik)

Bangunan 1 lt Bangunan 2 lt Bangunan 3 lt

1 7

-

9

3.400

-

4.372

1.848

-

2.376

1.232

-

1.584

Page 18: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 14

2 10

-

12

4.826

-

5.791

2.618

-

3.141

1.744

-

2.093

3 13

-

15

6.248

-

7.210

3.395

-

3.917

2.263

-

2.611

4 16

-

18

7.675

-

8.634

4.163

-

4.683

2.780

-

3.128

5 19

-

21

9.096

-

10.053

4.937

-

5.457

3.295

-

3.642

6 22

-

24

10.518

-

11.474

5.709

-

6.228

3.816

-

4.163

7

25

-

27

11.936

-

12.891

6.480

-

6.998

4.336

-

4.683

2. Luas Lantai

Komposisi siswa per rombel : Kls VII=32 ; Kl VIII=32 ; Kls IX=32

NO Banyaknya Rombel

Luas lantai minimum terhadap peserta didik (m2/peserta didik)

Bangunan 1 lt Bangunan 2 lt Bangunan 3 lt

1

7

-

9

1.010

-

1.299

1.109

-

1.426

1.109

-

1.426

2

10

-

12

1.434

-

1.720

1.571

-

1.885

1.571

-

1.885

3

13

-

15

1.860

-

2.146

2.030

-

2.342

2.038

-

2.352

4

16

-

18

2.284

-

2.569

2.499

-

2.811

2.499

-

2.811

5

19

-

21

2.706

-

2.990

2.961

-

3.273

2.961

-

3.273

6

22

-

24

3.126

-

3.410

3.421

-

3.732

3.428

-

3.740

7

25

-

27

3.552

-

3.836

3.888

-

4.199

3.888

-

4.199

2) Kriteria Khusus

Kriteria khusus pada dasarnya didasarkan kepada kinerja sekolah. Oleh karena itu, penilaian lebih banyak difokuskan pada aspek-aspek yang terkait dengan proses perkembangan sekolah dikaitkan dengan standar nasional pendidikan (PP 19 tahun 2005 dan Permendiknas turunannya). Kriteria khusus secara garis besar mencakup ke-delapan standar pada SNP, dan masing-masing indicator (aspek) tersebut akan diuraikan/dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan/pernyataan yang mencerminkan kondisi sekolah berdasarkan ke-delapan aspek seperti tersebut di atas. Ke-delapan indikator tersebut adalah :

a) Bagaimana pelaksanaan program yang berkaitan dengan standar isi/kurikulum/KTSP.

b) Bagaimana pelaksanaan program terkait dengan program yang berhubungan dengan standar proses pembelajaran,

c) Bagaimana ketercapaian lulusan (kompetensi lulusan). d) Bagaimana kondisi/keadaan tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan di sekolah. e) Bagaimana kondisi sarana dan prasarana sekolah. f) Bagaimana pelaksanaan model manajemen/pengelolaan

sekolah. g) Bagaimana standar pembiayaan sekolah.

Page 19: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 15

h) Bagaimana standar penilaian di yang diterapkan sekolah.

Setiap aspek atau indikator dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan yang memiliki bobot dan penilaian menggunakan skala 1,2,3, dan 4 untuk kondisi yang berskala kontinum, dan skala 1 dan 4 untuk kondisi berskala dikotomis. Selanjutnya sekolah yang dikunjungi (diverifikasi), selain dinilai berdasarkan kriteria khusus, juga diminta untuk menyusun profil sekolah dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS) sebagai persyaratan untuk penilaian selanjutnya. RKS DAN RKAS tersebut selanjutnya dikirim ke Direktorat Pembinaan SMP untuk dinilai dengan instrumen penilaian yang telah dikembangkan. Skor hasil penilaian kinerja sekolah dan skor penilaian RKS DAN RKAS kemudian digabung sebagai dasar memilih dan menetapkan sekolah sebagai SSN.

b. Kriteria Calon “ SSN Mandiri”

Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa SSN Mandiri adalah SMP yang sebagian besar secara mandiri telah menunjukkan perkembangan sangat baik, sehingga hampir sepenuhnya memenuhi persyaratan yang ditentukan pada SNP. Kriteria seleksi untuk SSN Mandiri terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut:

1)) Kriteria Umum

Sebagaimana pada seleksi calon rintisan SSN, kriteria umum pada seleksi calon “SSN Mandiri” juga dimaksudkan untuk menyeleksi sekolah atas dasar indikator keberadaan sekolah. Indikator tersebut dikaitkan dengan kesesuaiannya sebagai SNP dan kesesuaian dengan ciri untuk menjadi model bagi sekolah lainnya. Dengan adanya seleksi ini, diharapkan jumlah sekolah yang mengikuti seleksi tahap berikutnya sudah berkurang, sehingga memudahkan pekerjaan di lapangan. Selanjutnya SMP negeri maupun swasta dapat diusulkan untuk menjadi calon “SSN Mandiri”, asalkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki rata-rata UN pada tahun 2007/2008 sebesar minimal 6,75 dan UN pada tahun 2008/2009 minimal 7,25 dan bukan sebagai calon sekolah bertaraf internasional.

b) Memiliki prestasi bidang akademik diluar UN, misalnya LKIR, olimpiade MIPA, lomba mengarang dan lainnya, minimal juara 1, 2, dan 3 tingkat kabupaten/kota.

c) Memiliki prestasi di bidang non akademik, misalnya olahraga, kesenian dan lainnya, minimal pernah mencapai juara 1, 2, dan 3 tingkat kabupaten/kota.

d) Memiliki sumberdaya manusia (kepala sekolah/wakil kepala sekolah, guru, tata usaha/karyawan) yang cukup dalam kuantitas maupun kualitas. Pada dasarnya SDM (khususnya Guru) yang ada di sekolah harus mencapai minimal 80% dari persyaratan pada SNP.

e) Memiliki sarana-prasarana (lahan, gedung dan peralatan) yang dapat mendukung kegiatan pendidikan secara baik. Pada dasarnya sarana-prasarana yang dimiliki sekolah harus mencapai minimal 80% dari persyaratan pada SNP.

f) Memiliki dukungan finansial yang kuat dari masyarakat (khususnya dari Yayasan bagi sekolah swasta)

Page 20: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 16

g) Memiliki profil sekolah dengan mengacu delapan SNP yang masing-masing komponen rata-rata terpenuhi minimal 80%

h) Memiliki dukungan dari masyarakat, yang ditunjukkan dari rasio pendaftar dengan siswa baru yang diterima minimal 1,5:1, dan RAPBS yang sesuai dengan pembiayaan minimal sama dengan SSN.

i) Nilai akreditasi sekolah minimal A.

SMP dinyatakan memenuhi syarat menjadi “SSN Mandiri” jika memenuhi 80% dari skor maksimal kinerja sekolah.

2)) Kriteria Khusus Kriteria khusus untuk memilih SSN Mandiri adalah kriteria penilaian terhadap proses pengelolaan pendidikan yang ditunjukkan dengan kinerja sekolah. Seperti pada persyaratan rintisan SSN, instrument kinerja juga dikembangkan dari delapan aspek dalam SNP dijabarkan menjadi indicator-indikator, dan selanjutnya dikembangkan menjadi butir pertanyaan/pernyataan. Butir-butir pertanyaan tersebut yang digunakan untuk mengukur kinerja sekolah. Selanjutnya penilaian dengan kriteria khusus dapat dinyatakan sebagai “SSN Mandiri” jika skor penilaian mencapai minimal 90% dari skor maksimal kinerja sekolah.

Mekanisme Seleksi Sekolah Calon SSN

Mengingat seleksi calon SSN terdiri dari dua jenis, maka mekanisme seleksi juga terdiri dari dua, yaitu: (a) mekanisme seleksi calon rintisan SSN dan (b) mekanisme seleksi calon “SSN Mandiri”.

a. Mekanisme Seleksi Calon Rintisan SSN

Mekanisme pemilihan SMP calon rintisan SSN, ditunjukan pada Gambar-1 dengan rincian sebagai berikut:

1) Direktorat Pembinaan SMP merumuskan dan menyusun pedoman seleksi calon rintisan SSN, kemudian melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran pendidikan, utamanya Dinas Pendidikan tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.

2) Berdasarkan data di Sistem Informasi Pendidikan di Depdiknas, khususnya Profil Sekolah, dan atau usulan sekolah calon SSN dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan Provinsi, Direktorat Pembinaan SMP menilai sekolah-sekolah yang memenuhi kriteria umum sebagai pintu awal seleksi SSN (UN, luas lahan, jumlah rombel, dan tidak double shift) untuk setiap kabupaten/kota.

3) SMP yang lolos seleksi pada butir (2), kemudiaan dicermati profilnya berdasarkan data pada Sistem Informasi Pendidikan pada Depdiknas. Sekolah yang terpilih tersebut disebut sekolah yang lolos seleksi Tahap I dan disebut daftar pendek (short pendek).

4) SMP yang lolos seleksi tahap I (short list) dikonsultasikan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Konsultasi dilakukan dengan secara bersama-sama mengunjungi sekolah yang bersangkutan, sebagai awal penilaian kinerja sekolah. Selanjutnya penilaian kinerja sekolah dari petugas verifikasi tersebut digunakan sebagai skor kinerja sekolah. Di samping skor kinerja sekolah, petugas juga diminta untuk mengumpulkan/meminta data-data pendukung kinerja sekolah, yang berupa dokumen-dokumen sekolah (porto folio) sebagai kelengkapan penilaian kinerja sekolah.

Page 21: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 17

5) Penilaian kinerja sekolah dilakukan dengan mengunjungi sekolah dan menggunakan kriteria khusus (yang dikembangkan dari indikator-indikator penilaian berdasarkan 8 aspek dalam SNP). Setiap aspek mempunyai bobot tertentu dan untuk memperoleh nilainya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada masing-masing aspek. Semua hasil perkalian dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai kumulatif (total) untuk masing-masing sekolah. Berdasarkan pada nilai tersebut, yang dijumlahkan dengan penilaian porto folio (oleh Dit. PSMP) dibuat urutan peringkat dari nilai terbesar hingga terkecil. Proses penilaian dilakukan oleh Tim khusus yang dibentuk oleh Direktorat Pembinaan SMP untuk menjamin idependensi dan obyektivitas penilaian.

6) Jika dari hasil verifikasi ternyata ada sekolah yang kondisi nyatanya jauh berbeda atau berada di bawah data profil sekolah yang terdapat dalam Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas atau data dari Dinas pendidikan setempat, maka sekolah tersebut dinyatakan gugur. Namun demikian apabila sekolah yang hasil verfikasinya menunjukkan sama atau tidak jauh berbeda atau lebih baik dibanding profil sekolah di Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas dan kinerja sekolah (termasuk porto folio) menunjukkan skor yang baik (≥ 275 dengan skor maksimum 400) dinyatakan lolos dan diminta untuk menyusun RKS DAN RKAS dan profil sekolah pada saat pelaksanaan Workshop SSN didiskusikan bersama.

7) Petugas dari Direktorat Pembinaan SMP /Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membantu sekolah dengan mem-berikan pelatihan singkat bagaimana cara menyusun dan menyempurnakan RKS DAN RKAS dan profil sekolah. Bagaimana cara menyusun dan menyempurnakan RKS DAN RKAS sekolah dapat mengacu pada Buku MBS yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMP. Namun demikian program-program yang dikembangkan harus mengacu pada fokus pengembangan SSN, sesuai dengan indikator-indikator pencapaian yang telah ditetapkan.

8)

Profil SMP

Negeri/Swasta

Lolos

Kriteria ?

T

Y

Gugur Seleksi Sekolah Tahap I,

berdasarkan Kriteria Umum

Calon rintisan SSN berdasarkan kriteria

umum.

T

Seleksi Sekolah Tahap II,

berdasarkan Kriteria Khusus (Kinerja dan porto folio) dari

Verifikasi Langsung ke

Sekolah

Lolos

Verifikasi?

Gugur

Y

T

Page 22: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 18

Gambar-1. Mekanisme Seleksi Rintisan SSN

8) RKS DAN RKAS dan profil sekolah yang telah disusun dan disyahkan

oleh unsur sekolah dikirim ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk selanjutnya diteruskan ke Direktorat Pembinaan SMP.

9) Direktorat Pembinaan SMP melakukan seleksi tahap III, dengan cara melakukan penilaian RKS DAN RKAS dan profil sekolah. Hasil penilaian tersebut kemudian digabungkan dengan skor kinerja sekolah dan porto folio, sehingga menjadi skor total kinerja sekolah.

10) Berdasarkan skor akhir tersebut, selanjutnya Direktorat Pembinaan SMP menetapkan SMP yang ditunjuk sebagai rintisan SSN. Keputusan tersebut diberitahukan kepada sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota serta Dinas Pendidikan tingkat Provinsi.

b. Mekanisme Seleksi Calon “ SSN Mandiri”

Mekanisme pemilihan calon ”SSN Mandiri ” adalah sebagai berikut:

1) Direktorat Pembinaan SMP merumuskan dan menyusun pedoman seleksi calon ”SSN Mandiri ”, kemudian melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran pendidikan, utamanya Dinas Pendidikan tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota.

2) Berdasarkan kriteria umum dan kriteria khusus dari Direktorat Pembinaan SMP, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi dengan melakukan verifikasi terhadap SMP yang memenuhi syarat baik kriteria umum maupun khusus, terutama pembakuan instrumen untuk calon SSN Mandiri.

3) Calon ”SSN Mandiri” yang telah diverifikasi selanjutnya dianalisis secara mendalam sebelum diputuskan dan ditetapkan sebagai ”SSN Mandiri”., oleh Direktorat PSMP

4) SSN Mandiri yang telah ditetapkan selanjutnya diinformasikan ke sekolah, Dinas pendidikan Kabupaten/kota, dan Dinas Pendidikan provinsi.

Seleksi Tahap III: Sekolah diminta

menyusun RPS dan Profil Sekolah.

RPS dinilai oleh Tim

Dit.Pembinaan SMP. Sekolah

dinilai berdasarkan skor gabungan

kinerja, porto folio sekolah dan

RKS DAN RKAS

Lolos Kinerja

Sekolah & RKS

DAN RKAS Gugur

Penandatangan Kontrak sbg Rintisan SSN.

Rintisan SSN

Calon SSN berdasarkan Kriteria

Khusus. Setiap sekolah

memperoleh skor kinerja dan porto

folio sekolah.

T

Page 23: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 19

3. Penetapan Sekolah Standar Nasional (SSN)

Secara umum Direktorat Pembinaan SMP dalam melakukan penetapan sekolah sebagai rintisan SSN dan pelaksanaan pembinaannya mengacu pada pentahapan atau strategi pokok sebagai berikut: a. Pendataan sekolah yang memenuhi kriteria tertentu sebagai calon

rintisan SSN. b. Pelaksanaan verifikasi ke sekolah atau penyeleksian usulan dari Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota atau Dinas Pendidikan Provinsi (khusus untuk sekolah-sekolah yang dikelola oleh Dinas Provinsi) bagi calon rintisan SSN dengan kriteria tertentu

c. Penilaian RKS DAN RKAS d. Penetapan sekolah sebagai rintisan SSN e. Pelaksanaan workshop SSN f. Penyaluran dana bantuan SSN g. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan hasil-hasil program SSN di

sekolah rintisan SSN. Urutan tersebut di atas merupakan kronologis penetapan SSN reguler, sedangkan untuk SSN Mandiri sama point-nya kecuali butir (f). Namum demikian secara rinci dalam kaitannya dengan jenis/pengelompokan SSN dapat diuraikan sebagai berikut : a. Penetapan Rintisan SSN

Penetapan rintisan SSN dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP berdasarkan mekanisme penilaian dan verfikasi sebagai bagian dari proses seleksi. Sekolah yang terpilih sebagai rintisan SSN tentunya sekolah yang lolos seleksi tahap I (dengan kriteria umum), lolos seleksi tahap II (dengan kriteria khusus) dan lolos seleksi tahap III, berupa verifikasi berkas dan penilaian terhadap RKS DAN RKAS serta Profil Sekolah yang disusunnya. Rangkaian tahapan akhir dari penetapan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan hasil seleksi tahap III, Direktorat Pembinaan SMP menetapkan sekolah yang terpilih sebagai rintisan SSN, dan memberitahuan keputusan tersebut kepada sekolah yang bersangkutan dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

b) Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN menerima bantuan dana block grant setelah melaksanakan Workshop dengan kategori baik. Untuk itu Direktorat Pembinaan SMP mengirimkan berkas kontrak antara sekolah dan Direktorat Pembinaan SMP, yang berisi perjanjian kerja sebagai rintisan sekolah standar nasional. Kontrak perjanjian tersebut merupakan perjanjian bantuan kepada sekolah dan kesepakatan pemenuhan syarat, kewajiban dan tanggungjawab untuk melaksanakan program-program inovatif yang telah dirumuskan pada RKS DAN RKAS.

c) Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS) yang dikirim oleh sekolah, menjadi bagian dari kontrak tersebut pada butir (b). Artinya dana bantuan dari Direktorat Pembinaan SMP akan digunakan oleh sekolah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam RKS dan RKAS yang diajukan.

d) Setelah kontrak ditandatangani oleh Kepala Sekolah, dana block grant SSN akan dikirimkan ke sekolah melalui Bank terdekat yang ditunjuk

Page 24: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 20

oleh sekolah dengan nomor rekening sekolah dan bukan nomor rekening pribadi kepala sekolah. Apabila dana bantuan telah diterima, sekolah harus segera menyampaikan informasi tersebut kepada Direktorat Pembinaan SMP sebagai upaya cek silang.

e) Sekolah harus melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan dengan melibatkan semua komponen sekolah (warga sekolah) dan dilakukan dengan sungguh-sungguh serta penuh rasa tanggung jawab.

b. Penetapan “SSN Mandiri”

Penetapan “SSN Mandiri” dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP atas usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi, dan atau usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota yang telah diseleksi oleh Dinas Pendidkan Provinsi dan atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Rangkaian penetapan “SSN Mandiri” adalah sebagai berikut: a) Berdasarkan usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Dinas

Pendidikan Kabupaten/kota, Direktorat Pembinaan SMP mencermati nama-nama SMP yang akan ditetapkan sebagai “SSN Mandiri”. Jika masih ada yang meragukan dilakukan klarifikasi dan setelah semua sesuai, selanjutnya dilakukan penetapan.

b) Penetapan ”SSN Mandiri” dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP atas usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota dan setelah diverifikasi Tim Direktorat Pembinaan SMP bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota.

c) Penetapan “SSN Mandiri” tersebut diberitahukan kepada sekolah yang bersangkutan, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi.

4. Rencana Pengembangan SSN

Pengembangan SSN dilakukan secara intens, terarah, terencana, bertahap berdasarkan sekala prioritas karena alasan-alasan keterbatasan sumberdaya, dan mempertimbangkan keberagaman status sekolah-sekolah yang ada saat ini. Untuk itu, pengembangan SSN periode 2009-2011 difokuskan pada tiga fase berikut yaitu: (1) fase rintisan, (2) fase konsolidasi, dan (3) fase kemandirian.

Pertama, dalam fase rintisan, pengembangan SSN difokuskan pada pengembangan kemampuan/kapasitas dan modernisasi pada semua jajaran birokrasi Depdiknas mulai dari sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, provinsi sampai pusat. Pengembangan kapasitas yang dimaksud meliputi pengembangan sumberdaya manusia (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung, kepala dinas, dsb.) dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb.), pengembangan kelembagaan (manajemen pada semua urusan, organisasi, administrasi, kepemimpinan, kewirausahaan, dsb.) dan pengembangan sistem (legislasi, regulasi, kebijakan, dsb.) pada semua lapisan Depdiknas. Pengembangan kapasitas dilakukan secara runtut mulai dari penilaian terhadap kondisi nyata saat ini, perumusan kondisi SSN yang diharapkan (standar), dan pengembangan kapasitas yang dilakukan melalui berbagai upaya seperti misalnya pelatihan, lokakarya, diskusi kelompok terfokus, dan studi banding. Dalam fase rintisan dilakukan modernisasi, terutama teknologi

Page 25: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 21

komunikasi informasi (information communication technology/ICT). SSN harus sudah menerapkan komunikasi secara digital/ICT yang canggih dan mutakhir untuk kelancaran pengambilan keputusan, kebijakan, perencanaan, pengawasan, dan memudahkan akses informasi SSN oleh masyarakat luas sehingga pencitraan publik terhadap SSN dapat diwujudkan. Oleh karena itu, sistem informasi manajemen SSN yang canggih dan mutakhir sudah harus diupayakan dalam fase rintisan.

Kedua, dalam fase konsolidasi, semua upaya yang telah dilakukan dalam fase rintisan (pengembangan kapasitas) ditelaah secara bersama mengenai praktek-praktek yang baik (best practices) dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik (lessons learned). Hasil telaah kemudian didiskusikan bersama oleh semua SSN melalui lokakarya untuk berbagi pengalaman dan hasilnya dapat dijadikan patokan bersama untuk pengembangan SSN. Pengembangan SSN secara kompak, cerdas, dinamis dan lincah merupakan upaya utama dalam fase konsolidasi. Oleh karena itu, dalam fase ini harus diupayakan tegaknya kesepakatan dan komitmen terhadap tata nilai, terbentuknya sistem dan prosedur kerja, tersusun dan tertatanya tugas dan fungsi serta struktur organisasi, dan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan SSN.

Ketiga, dalam fase kemandirian, SSN diharapkan telah mencapai kemandirian yang kuat, yang ditunjukkan oleh tumbuhnya tindakan atas prakarsa sendiri dan bukan dari kehendak pihak lain, progresif dan ulet seperti tampak pada usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya; berinisiatif, yaitu mampu berfikir dan bertindak secara orisinal dan kreatif; dan kemantapan yang ditunjukkan oleh kepercayaan diri dalam menyelenggarakan SSN. Pada fase ini, SSN diharapkan telah mampu bersaing secara regional dan nasional yang ditunjukkan oleh kepemilikan daya saing yang tangguh dalam lulusan, kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasara, pendanaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan yang tangguh. Secara lebih singkat, SSN telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing secara regional dan nasional.

Secara tabuler, program-program strategis dan tonggak-tonggak kunci keberhasilan SSN dalam tiga tahun setiap fase, yaitu fase rintisan, fase konsolidasi, dan fase kemandirian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1: Program-program Strategis dan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan dan 3 fase pengembangan

Tonggak-tonggak Kunci

keberhasilan

Program-program Strategis

2010 2011 2012

1. Fase Rintisan

a. Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia (pendidik & tenaga ke-pendidikan)

b. Pengembangan kapasitas sumberdaya selebihnya (dana, peralatan, per-lengkapan, bahan)

Page 26: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 22

c. Pengembangan kapasitas kelembagaan (manajemen, organisasi, administrasi, sistem informasi)

d. Pengembangan kapasitas sistem (ke-bijakan, legislasi dan regulasi)

e. Pemodernisasian sistem informasi ma-najemen pendidikan dengan ICT

f. Penguatan peran masyarakat melalui komite sekolah dan dewan pendidikan

2. Fase Konsolidasi

a. Telaah praktek-praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik

b. Saling tular praktek-praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik antar SSN

c. Tegaknya kesepakatan dan dan ko-mitmen terhadap tata nilai SSN

d. Terterapkannya sistem dan prosedur kerja yang mantap

e. Tertatanya tugas dan fungsi serta struk-tur organisasi

f. Terlaksananya tata kelola yang baik

g. Terterapkannya teamwork SSN yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah antar instansi yang terlibat dalam SSN

3. Fase kemandirian

a. Tumbuhnya prakarsa sendiri untuk me-majukan SSN

b. Keprogresifan dan keuletan SSN

c. Kemampuan berfikir dan kesanggupan bertindak secara orisinal dan kreatif (inisiatif)

d. Kemantapan SSN dalam bersaing secara regional dan nasional

Ilustrasi tonggak-tonggak kunci keberhasilan seperti tersebut di atas, merupakan “tahapan makro” pengembangan sekolah dilihat dari 3 fase pengembangan, yakni fase rintisan, fase konsolidasi, dan fase kemandirian. Selanjutnya di bawah diilustrasikan tonggak-tonggak kunci keberhasilan dikaitkan dengan pengembangan sekolah jangka menengah (4 tahun) yang menjadi pedoman Rencana jangka menengah sekolah, dengan komponen utama sekolah (output, proses, dan input). Ilustrasi tonggak-tonggak kunci keberhasilan ini menjadi contoh pedoman/ “standar” sekolah standar nasional yang harus dicapai dalam pereode waktu tertentu, seperti Tabel dibawah.

Page 27: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 23

Tabel 2: Program-program Strategis dan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan dalam Rencana jangka memengah Sekolah Standar Nasional berdasarkan Program

Tonggak-Tonggak Kunci Keberhasilan Program – program strategis berdasarkan

komponen/aspek 2010 2011 2012 2013

1 Output

a. Prosesntase kelulusan yangmasuk di sekolah favorit tingkat provinsi

b. Kejuaraan akademik/non-akademik tingkat provinsi/nasional

c. Kejuaraan olimpiade nasional (matematika, fisika dll)

d. Rata-rata UN dan US

e. Dll

2 Proses (PBM)

a. Pelaksanaan strategi pembelajaran

mutkahir (CTL, Cooperative learning, quantum learning dsb)

Proses (Manajemen)

a. Kelengkapan dan keakuratan Rencana

lima tahuan

b. Kelengkapan dan keakuratan Rencana

satu tahuan

c. Penerapan MBS secara konsisten

d. Kepemilikan “kemitraan” dengan warga

sekolah dan masyarakat

e. Dll

Proses (Kepemimpinan)

a. Kepemilikan forum publikasi Rencana jangka menengah dan pendek

b. Budaya yang kondusif dalm PBM

c. Penerapan demokratisasi di sekolah

d. Kepemilikan regulasi sekolah yang dilaksanakan secara konsisten

e. Kepemilikan usaha-usaha sekolah

g. Dll.

Proses (Sistim Penilaian)

a. Kepemilikan bank soal yang baik

b. Kepemilikan sistim validasi soal

c. Kepemilikan dokumen penilaian yang lengkap

d. Kepemilikan standar penilaian

3 Input (Kurikulum)

a. Kepemilikan dokumen kurikulum secara

lengkap (KTSP lengkap)

b. Kepemilikan tim pengembang kurikulum yang handal

Input (Guru)

a. Kecukupan jumlah guru

b. Kepemilikan jumlah guru yang

Page 28: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 24

Tonggak-Tonggak Kunci Keberhasilan

Program – program strategis berdasarkan komponen/aspek 2010 2011 2012 2013

bersertifikasi

c. Kepemilikan jumlah guru yang berkualifikasi S1

Input (Kepala Sekolah)

a. Kecukupan kualifikasi kepala sekolah (S-

2)

b. Kepemilikan kepala sekolah yang bersertifikasi (Cakep)

c. Kompetensi kepala sekolah yang memenuhi standar

d. Kepemilikan kepala sekolah yang

berpengalaman dalam bidang manajemen

e. Dll

Input (Tenaga Pendukung)

a. Kecukupan Jumlah ideal pustakawan

b. Kecukupan jumlah ideal laboran

c. Kecukupan jumlah ideal teknisi komputer

d. Kecukupan jumlah ideal Karyawan

e. Kepemilikan pustakawan yg kompeten

f. Kepemilikan laboran yg kompeten

g. Kepemilikan teknisi komputer yg

kompeten

h. Kepemilikan Karyawan yg kompeten

i. Dll

Input (Organisasi dan Admiistrasi)

a. Kepemilikan tupoksi yang jelas

b. Kepemilikan sistim administrasi yang

lengkap dan mutakhir

c. Kepemilikan SIM yang mutakhir

Input (Sarana dan Prasarana)

a. Kepemilikan lahan yang mencukupi

b. Kepemilikan ruang kelas yang cukup

c. Kepemilikan jumlah siswa per kelas yang ideal (32 siswa per rombel)

d. Kepemilikan fasilitas ICT yang ideal

e. Kepemilikan buku pelajaran yang ideal (1:1) dan referensi (1:3)

f. Kepemilikan ruang baca yang memadai

g. Berlangganan jurnal, buletin dsb

h. Kepemilikan komputer perpustakaan

i. Kepemilikan jaringan internet

j. Kepemilikan Laboratorium (IPA, Bahasa,

dan IPS)

k. Kepemilikan Lab. Komputer yang ideal

l. Kepemilikan software yg selalu update

m. Kepemilikan kantin yang memadai

n. Kepemilikan mebeler yang memadai

Page 29: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 25

Tonggak-Tonggak Kunci Keberhasilan

Program – program strategis berdasarkan komponen/aspek 2010 2011 2012 2013

o. Kepemilikan lingkungan sekolah yang

sehat dan bersih

p. Kepemilikan sarana OR yangmemadai

q. Kepemilikan ruang audiotorium

r. Kepemilikan komputer untuk guru yang

memadai

s. Kepemilikan bahan dan peralatan P3K

t. Kepemilikan toilet untuk laki-laki dan perempuan yangmecukupi

u. Kepemilikan sistim sanitasi yang bersih

yang bertandar kesehatan

v. Kepemilikan tempat bermain yang memadai

w. Kepemilikan tempat ibadah yang mencukupi

Input (Kesiswaan)

a. Kepemilikan Regulasi penerimaan siswa

baru yang profesional dan trasparan

b. Kepemilikan program pembinaan dan pembimbingan siswa yang jelas

Input (Pembiayaan)

a. Kepemilikan Regulasi pembiayaan

pendidikan yang jelas dan rinci

b. Kepemilikan sarana untuk penggalanan

dana sekolah

c. Kepemilikan aturan yang jelas dalam sistim pertanggung-jawaban keuangan

Input (Regulasi sekolah)

a. Penerapan regulasi sekolah secara

konsisten

Input (Hubungan masyarakat)

b. Kepemilikan wadah hubungan antara

sekolah dengan masyarakat

c. Kadar pelibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah

Input (Kultur sekolah)

a. Kadar pengembangan budaya yang

kondusif (harapan yang tinggi, keunggulan, dan wawasan ke depan

yang positif)

b. Kepemilikan sarana yang membangkitkan komitmen yang tinggi dan penciptaan

rasa aman.

c. Kepemilikan regulasi yang menciptakan rasa tanggung jawab yang tinggi

d. Kepemilikan regulasi yang menciptakan suasana yang harmonis dan etos kerja

yang tinggi.

Page 30: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 26

Tabel di atas merupakan ilustrasi ”tonggak-tonggak kunci keberhasilan” secara mikro, yang merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS dan RKAS). Item-item program hanya merupakan contoh pengembangan

sekolah, selanjutnya sekolah dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah, disesuikan dengan kebutuhan sekolah.

B. Pelaksanaan Pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN)

1. Pembentukan Tim Pengembangan SSN di sekolah Tim pengembangan SSN yang sudah ditetapkan oleh sekolah berasal dari unsur-unsur sekolah, antara lain kepala sekolah, guru, tenaga adminsitratif (karyawan), siswa, dan komite sekolah serta stakeholder sekolah lainnya. Setelah SMP ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional, khususnya rintisan SSN, maka sekolah (diwakili oleh kepala sekolah) akan menandatangani kontrak perjanjian pelaksanaan kegiatan dengan Direktorat Pembinaan SMP sebagai jaminan pelaksanaan program yang sesuai dengan usulan yang terdapat dalam RKS DAN RKAS disertai dengan bantuan dana untuk mendukung kelancaran proses kegiatan. Selanjutnya Tim pengembangan SSN dibentuk untuk memperjelas tugas pokok dan fungsi masing-masing personil yang akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan program SSN.

Dana bantuan sekolah standar nasional diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP kepada sekolah dalam bentuk block-grant untuk digunakan sebagai biaya melakukan berbagai inovasi program-program sekolah yang tercantum pada RKS DAN RKAS, dalam rangka meningkatkan prestasi dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai. Selanjutnya sifat dana bantuan tersebut sebagai dana tambahan di samping dana lain yang ada di sekolah untuk mendukung program yang bersifat inovatif, komprehensif dan berkelanjutan. Di samping itu, dana bantuan tersebut juga berguna sebagai dana rangsangan (stimulus) untuk meningkatkan motivasi warga sekolah dalam meningkatkan prestasi, baik prestasi yang bersifat akademik maupun non-akademik.

Dana bantuan yang diberikan kepada sekolah bersifat sementara dan pada saatnya akan dihentikan (berjangka waktu kurang lebih 3 tahun). Untuk itu, kepada sekolah standar nasional yang menerimanya, diharapkan dapat memanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan kegiatan yang mendukung prestasi dan peningkatan mutu pendidikan dengan teknis penggunaan merujuk pada aturan perundang-undangan dan ketentuan keuangan yang berlaku. Pemanfaatan dana seyogyanya diprioritaskan untuk kegiatan-kegiatan yang esensial untuk peningkatan prestasi sekolah pada khususnya, dan untuk mencapai standar-standar yang telah ditetapkan dalam SNP pada khususnya.

Bagi “SSN Mandiri” yang tidak mendapatkan dana block grant wajib melaksanakan program pengembangan sekolah, sesuai dengan RKS DAN RKAS yang telah disusun. RKS DAN RKAS untuk “SSN Mandiri” juga disusun berdasarkan kebutuhan sekolah dan berdasarkan renstra kabupaten/kota, provinsi maupun renstra pusat. Mengingat SSN adalah program nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah kabupaten/kota seharusnya juga mendukung sekolah yang ditunjuk atau ditetapkan sebagai SSN, dengan memberikan dana pendamping terhadap dana yang diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP. Demikian pula Komite Sekolah

Page 31: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 27

khususnya dan masyarakat pendidikan pada umumnya diharapkan juga menggalang dana untuk mendukung program ini.

Selanjutnya sekolah yang telah ditetapkan sebagai SSN mempunyai kewajiban untuk melaksanakan program secara sungguh-sungguh sesuai dengan usulan dalam RKS DAN RKAS. Dalam melaksanakan program, sekolah diharapkan dapat melakukan kerjasama yang harmonis dan terbuka, penuh tanggungjawab dan memegang akuntabilitas yang tinggi, baik dalam pelaksanaan program maupun penggunaan dana bantuannya. Di samping itu secara bertahap juga perlu dibangun kemandirian sekolah dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati. Kemandirian yang dimaksud tidak terlepas dari prinsip MBS, yakni kemandirian dalam hal pengelolaan dan pendanaan.

Sekolah rintisan SSN harus siap dipantau dan dievaluasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Direktorat Pembinaan SMP atau lembaga lain yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan SMP. Bagi rintisan SSN, dana bantuan rintisan SSN harus dikelola secara transparan, akuntabel, dan menggunakan prinsip kehati-hatian, sehingga penggunaannya dapat diketahui oleh seluruh warga sekolah. Komite Sekolah diharapkan secara aktif memantau pelaksanaan program-program sekolah rintisan SSN, termasuk penggunaan dana bantuan dari Direktorat Pembinaan SMP. Bagi “SSN Mandiri”, dana yang diperoleh sekolah dari masyarakat harus dikelola secara transparan dan akuntabel, serta terbuka untuk diketahui oleh warga sekolah.

2. Penyusunan RKS DAN RKAS Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS) menjadi perangkat/instrumen penting bagi perkembangan dan kemajuan sekolah. Dengan RKS DAN RKAS sekolah dapat merencanakan program sekolah, baik rencana jangka menengah (4 tahun), maupun rencana jangka pendek (1 tahun). Selanjutnya RKS DAN RKAS disusun dengan tujuan untuk: (1) menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; (2) mendukung koordinasi antar pelaku (unsur) sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah, antar sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antar waktu; (4) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (5) mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan (6) menjamin tercapainya penggunaan sumber-daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Dari sisi ketercakupan sebaiknya RKS DAN RKAS mencakup semua aspek makro pendidikan, yakni : a. Pemerataan kesempatan: persamaan kesempatan, akses, dan

keadilan atau kewajaran. Contoh-contoh perencanaan pemerataan kesempatan misalnya: bea siswa untuk siswa miskin, peningkatan angka melanjutkan, pengurangan angka putus sekolah, dsb. Dalam konteks peningkatan mutu aspek-aspek pemerataan dapat dicover dalam kegiatan akademik dan non-akademik.

b. Peningkatan kualitas. Kualitas pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan output, dengan catatan bahwa output sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input. Contoh-contoh perencanaan kualitas misalnya, pengembangan input

Page 32: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 28

siswa, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, konselor, pustakawan, laboran, dsb.), pengembangan sarana dan fasilitas sekolah, seperti : pengembangan lab IPA, lab Bahasa, Lab IPS, lab multimedia, dan laboratoriuym lainnya, pengembangan media pembelajaran, pengembangan ruang/kantor, rasio (siswa/guru, siswa/kelas, siswa/ sekolah), pengembangan bahan ajar, pengembangan model pembelajaran (pembelajaran tuntas, pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, dsb.), pengembangan lingkungan pembelajaran yang kondusif, pengembangan komite sekolah, dsb. Peningkatan kualitas siswa (UN, US, keterampilan kejuruan, kesenian, olahraga, karya ilmiah, keagamaan, ke-disiplinan, karakter, budi-pekerti, dsb.)

c. Peningkatan efisiensi. Efisiensi merujuk pada hasil yang maksimal dengan biaya yang wajar. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal merujuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efisiensi eksternal merujuk kepada hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomik dan non-ekonomik) yang didapat setelah kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Contoh-contoh perencanaan peningkatan efisiensi misalnya: peningkatan angka kelulusan, rasio keluaran/masukan, angka kenaikan kelas/transisi, penurunan angka mengulang, angka putus sekolah, dan peningkatan angka kehadiran serta peningkatan pembiayaan pendidikan peserta didik.

d. Peningkatan relevansi. Relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan dengan kebutuhan (needs), baik kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan pembangunan yang meliputi berbagai sektor dan sub-sektor. Contoh-contoh perencanaan relevansi misalnya; program keterampilan kejuruan/ kewirausahaan/usaha kecil bagi siswa-siswa yang tidak melanjutkan, kurikulum muatan lokal, pendidikan kecakapan hidup bagi siswa yang berpotensi tidak melanjutkan, dsb.

e. Pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas sekolah adalah upaya-upaya yang dilakukan secara sistematik untuk menyiapkan kapasitas sumberdaya sekolah (sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya), pengembangan kelembagaan sekolah, pengembangan manajemen sekolah, dan pengembangan sistem sekolah agar mampu dan sanggup menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam kerangka untuk meng-hasilkan output yang diharapkan serta menghasilkan pola pengelolaan sekolah yang ”good governance” dan akuntabel.

3. Penyusunan RAPBS

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) menjadi salah satu bagian Rencana Kerja.kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana pengembangan Sekolah yang cukup penting dan strategis dalam pengembangan sekolah. RAPBS menjadi salah satu indikator utama pengembangan sekolah di masa-masa yang akan datang. Besar kecilnya RAPBS sangat ditentukan oleh kepiawaian kepala sekolah dalam mengelola sekolah, di samping juga kemampuan kepala sekolah dalam menggali dana, di luar dana dari pemerintah. Selanjutnya RAPBS disusun dengan tujuan untuk: (1) memberikan arah yang jelas program sekolah dalam kurun waktu tertentu (mis. 4 tahunan); (2) memprediksi kegiatan-

Page 33: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 29

kegiatan sekolah di masa yang akan datang; (3) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi pendanaan pada kegiatan-kegiatan sekolah; (4) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (5) mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam hal dukungan finansial ; dan (6) menjamin tercapainya penggunaan sumber dana secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Di lihat dari sisi fokus pengembangan dan program yang harus dilakukan oleh sekolah, pada dasarnya diarahkan pada pencapaian 8 aspek standar pendidikan seperti pada PP No. 19 tahun 2005, yakni : a. Pengembangan standar isi pendidikan, mencakup lingkup materi dan

tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.

b. Pengembangan standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan, menantang, mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

c. Pengembangan standar kompetensi lulusan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan menulis. Kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar kompetensi lulusan pada jenjang SMP diarahkan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan SMP dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri.

d. Pengembangan standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Kompetensi adalah tingkat kemampuan minimal yang harus dipenuhi seorang pendidik untuk dapat berperan sebagai agen pembelajaran. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang SMP meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai Standar Nasional Pendidikan, yang dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik, yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

Page 34: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 30

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

e. Pengembangan sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Implementasi program sarana dan prasarana ini dikembangkan berdasarkan Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana.

f. Pengembangan standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan. Pengelolaan SMP menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam perencanaan program, penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kegiatan pembelajaran, pendayagunaan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasana pendidikan, penilaian kemajuan hasil belajar, dan pengawasan. Implementasi program berkaitan dengan pengelolaan dikembangkan berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar pengelolaan.

g. Pengembangan standar pembiayaan mengatur komponen dan besarnya biaya operasional satuan pendidikan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal.

h. Pengembangan standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemampuan, dan kemajuan hasil belajar. Penilaian digunakan untuk: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; memperbaiki proses pembelajaran; dan menentukan kelulusan peserta didik. Selanjutnya implementasi pengembangan penilaian dikembangkan berdasarkan Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang pengembangan standar penilaian.

4. Strategi dan Fokus Pengembangan Program SSN

Terdapat dua hal yang utama dalam rangka pengembangan SSN hingga mencapai pemenuhan SNP yang diinginkan, yaitu strategi pencapaian dan program-program yang bisa dikembangkan. Strategi pencapaian lebih berorientasi sebagai cara dan upaya untuk mencapai tujuan SSN agar menjadi sekolah yang benar-benar sesuai dengan Standar Nasional

Page 35: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 31

Pendidikan. Sedangkan program-program yang dikembangkan merupakan sasaran yang akan dihasilkan sesuai dengan SNP tersebut.

a. Strategi Pencapaian Standar Nasional Pendidikan bagi SSN Seperti dijelaskan terdahulu, bahwa Sekolah Standar Nasional (SSN) tentunya sudah memiliki layanan pendidikan yang memenuhi standar tertentu. Dengan demikian SSN tentu telah memiliki input, proses maupun output yang cukup baik. Oleh karena itu, terdapat lima (5) strategi pengembangan pencapaian SNP bagi sekolah yang terpilih sebagai SSN diarahkan kepada lima aspek, yaitu dengan melaksanakan MBS, mengembangkan inovasi pembelajaran, menciptakan komunitas belajar di sekolah, mengembangkan profesionalisme guru dan menggalang dukungan masyarakat.

1) Melaksanakan MBS Secara Konsisten

Rintisan Manajemen Berbasis Sekolah (sebelumnya digunakan istilah MPMBS/Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) di SMP telah dimulai pada tahun 1999 dan pada tahun 2004, sebelum didesentralisasikan mencakup 3000 sekolah. Perubahan MPMBS ke menjadi MBS dilatarbelakangi dengan adanya kebijakan dalam perundang-undangan yang menetapkan pemberlakuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di lembaga pendidikan, termasuk di lingkungan sekolah menengah pertama (SMP). Dalam pelaksanaan MBS, agak berbeda dengan penekanan dalam MPMBS yang terkonsentrasi pada peningkatan mutu. Dalam MBS untuk melihat keberhasilan pelaksanaan MBS, ditetapkan rambu-rambu keberhasilan pelaksanaan MBS, antara lain : transparansi, kerjasama, kemandirian, akuntabilitas, dan partisipasi.

Terkait dengan pelaksanaan MBS hasil evaluasi yang dilakukan oleh Tim dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung dan Universitas Negeri Surabaya menunjukkan bahwa sekitar 85% sekolah tersebut mampu melaksanakan MBS dengan baik. MBS ternyata mampu mendorong sekolah untuk menyusun dan melaksanakan program-program sekolah yang didasarkan pada kondisi obyektif sekolah dan mampu menumbuhkan iklim kerja yang kondusif.

Namun harus disadari bahwa, sebagaimana disebutkan dalam banyak referensi, pelaksanaan MBS memerlukan perubahan pola pikir dan bahkan budaya kerja, termasuk kultur sekolah. Oleh karena itu MBS tidak dapat segera memberikan dampak pada peningkatan mutu. Mengapa? Karena MBS lebih menekankan pada proses manajemen yang seharusnya dilakukan di sekolah, agar terjadi kewenangan sekolah dalam mengelola pendidikan, sekolah mampu menyusun dan melaksanakan program-program yang sesuai dengan kondisi obyektifnya, terjadi keterbukaan manajemen, terjadi iklim kerja yang baik dan terjadi kerjasama sinergis antara semua warga sekolah. Situasi dan kondisi itulah yang pada saatnya akan memunculkan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Dalam MBS telah tercantum pada UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua UU tersebut mengamanatkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilakukan

Page 36: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 32

dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah, sehingga sudah seharusnya SSN menerapkan prinsip tersebut. Selanjutnya juga ditekankan pada buku panduan ini bahwa melalui MBS ada 6 aspek yang didorong untuk dikembangkan di sekolah, yaitu kemandirian/otonomi, kerjasama, keterbukaan, fleksibilitas, akuntabilitas dan sustainibilitas. Untuk memandu sekolah bagaimana melaksanakan MBS, Direktorat Pembinaan SMP telah menerbitkan buku Panduan MBS. Sekolah juga disarankan membaca referensi lain dan bahkan melihat pengalaman sekolah lain yang dianggap sukses (best practices).

Oleh karena itu, SSN sebagai salah satu program pembinaan sekolah menuju sekolah yang mandiri, seyogyanya dapat melaksanakan MBS secara konsisten dengan indikator-indikator ketercapaian seperti yang tercantum dalam Buku MBS, diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah lain yang ingin menerapkan MBS. Hal ini penting, karena SMP yang menjadi rintisan MBS baru 6.000 buah atau sekitar 25 % dari SMP di seluruh Indonesia.

2) Mengembangkan Inovasi Pembelajaran

Salah satu aspek yang belum tumbuh baik pada sekolah rintisan MBS adalah kemampuan sekolah untuk melakukan inovasi pembelajaran. Pada hal, berbagai studi menunjukkan bahwa justru inovasi itulah yang secara langsung meningkatkan mutu pendidikan. MBS lebih merupakan wahana untuk mendorong sekolah mampu dan berani melakukan inovasi. Ruang gerak yang diberikan kepada sekolah untuk menyusun program yang sesuai dengan kondisi setempat (kemandirian), pada dasarnya merupakan dorongan kepada sekolah untuk melakukan inovasi. Dengan kata lain, MBS tidak mampu meningkatkan mutu pendidikan, jika sekolah tidak melakukan inovasi-inovasi, khususnya dalam pembelajaran. Oleh karena itu Sekolah Standar Nasional (SSN) harus mampu melakukan inovasi, khususnya dalam pembelajaran. Selanjutnya dalam inovasi pembelajaran ini ditekankan juga pada pengembangan materi pembelajaran seiring dengan pengembangan materi bahan ajar sebagaimana ditetapkan dalam rambu-rambu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar, sekolah pada umumnya masih cenderung melakukan penambahan jam belajar atau seringkali disebut les/belajar tambahan untuk peningkatan mutu. Pada hal pembelajaran pada jam yang tercantum dalam jawal pelajaran belum berjalan secara maksimal. Banyak ahli pendidikan menganalogikan kecenderungan penambahan jam belajar, dengan istilah “jam kerja belum digunakan secara baik, tetapi justru meminta jam lembur”. Belum lagi jika dikaitkan bahwa siswa juga dapat kelelahan mengikuti tambahan jam pelajaran, sehingga tidak dapat lagi belajar ketika sampai di rumah.

Oleh karena itu, SSN harus lebih memfokuskan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas pembelajarannya dan bukan sekedar penambahan jam belajar. Banyak inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Kurikulum berbasis kompetensi, pembelajaran kontekstual, pendidikan kecakapan hidup, pembelajaran berbasis masalah, quantum learning adalah beberapa

Page 37: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 33

contoh inovasi pembelajaran. SSN harus mengkaji berbagai model inovasi tersebut, kemudian berupaya mencoba dan menemukan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik (modalitas belajar) siswa serta kondisi lingkungan sekolah.

Inovasi pembelajaran tidak hanya yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan kesiswaan seperti lomba karya tulis, lomba olahraga dan kesenian, kepramukaan, bakti sosial dapat merupakan inovasi pembelajaran. Namun demikian inovasi tersebut harus tetap bermuara pada peningkatan hasil belajar, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Selanjutnya inovasi juga dapat berkembang di luar kelas, yang sering disebut ”out door learning”. Out door learning (pembelajar-an di luar kelas) merupakan salah satu wahana pembelajaran yang sangat sesuai untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran kontekstual. Dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa dapat diajak untuk mengamati, melakukan, dan mencermati obyek tertentu untuk mencapai pemahaman yang komprehensif dan bermakna untuk obyek tertentu.

Jika dicermati, fokus pengembangan “sekolah inovatif” pada dasarnya perubahan ada pada model pembelajaran, yaitu agar siswa senang belajar (joyful learning) dan siswa mempelajari sesuatu kompetensi yang bermakna bagi dirinya saat ini dan perkembangannya di masa datang (meaningful learning). Pola seperti ini ternyata mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena ini SSN perlu mempelajari berbagai inovasi yang telah dilakukan oleh “sekolah yang telah melaksanakan berbagai program inovatif” dan kemudian merancang inovasi pembelajaran yang diyakini sesuai dengan karateristik siswanya maupun lingkungan sekolah.

3) Mengembangkan Lingkungan Sekolah yang kondusif.

Apabila sebuah perpustakaan yang suasananya sejuk, buku-buku tertata rapi, meja serta kursi tertata dengan setting belajar, dan di situ sudah banyak orang-orang yang sedang asyik membaca, apa yang kita akan lakukan? Terhadap pertanyaan itu pada umumnya, kita akan menjawab: “Ya kita akan terdorong ikut membaca, bahkan kita akan sungkan saat berjalan dengan sepatu bersuara”. Jika di suatu sekolah, guru dan siswa tampak membaca dan membuat rangkuman, kemudian memajangnya pada majalah dinding yang terpajang rapi, apa yang dilakukan siswa baru? Dia akan membaca majalah dinding itu, dan secara perlahan akan ikut membuat rangkuman dan ikut memajangnya.

Dua pertanyaan dan jawaban di atas menunjukkan bahwa siswa akan terdorong untuk ikut membaca dan menulis, karena situasi di perpustakaan dan sekolah itu menyenangkan dan kebanyakan guru dan siswa membaca serta menulis rangkuman. Kondisi itu yang sedikit banyak menggambarkan sekolah sebagai bentuk mini dari komunitas belajar, dapat ditumbuh-kembangkan. Lingkungan di sekolah itu, baik fisik maupun lingkungan sosial harus dapat mendorong komunitas siswa untuk selalu dan selalu meningkatkan kegiatan belajar, demikian juga dalam konteks sosial, pimpinan sekolah, guru termasuk siswa secara bersama-sama mendorong ke sekolah mengarah pada kondusivitas sosial untuk kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain lingkungan sekolah (fisik dan non fisik)

Page 38: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 34

harus dirancang untuk mengembangkan komunitas belajar siswa menuju pada optimalisasi prestasi sekolah, termasuk siswa.

Program kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan, keamanan dan kekeluargaan dapat diarahkan untuk menumbuhkan situasi sekolah yang kondusif bagi perkembangan komunitas belajar. Di samping itu penciptaan ruang-ruang atau sudut-sudut sekolah yang memungkinkan digunakan oleh siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sekolah. Dengan demikian, program tersebut dapat disinergikan dengan upaya untuk mengembangkan komunitas belajar di sekolah.

Pengembangan komunitas belajar di sekolah dapat dimulai dengan menata lingkungan fisik, misalnya melalui program 7 K, sehingga nyaman dan kondusif untuk belajar. Bersamaan dengan itu, kebiasaan belajar ditumbuhkaan dan pimpinan serta guru menjadi rujukan. Kegiatan membaca, membuat rangkuman, mendiskusikan hasil bacaan dan bahkan membahas fenomena aktual yang terjadi di masyarakat dapat dikaitkan dengan inovasi pembelajaran. Guru dapat menugasi siswa untuk membaca suatu buku yang relevan, kemudian membuat rangkuman. Tugas itu dapat diberikan sebelum topik tersebut dibahas/ diterangkan, sebagai pemanasan sehingga saat pembahasan siswa telah siap. Di samping itu dapat juga ditugaskan sesudah topik dibahas, sebagai pendalaman. Tugas dapat diberikan secara individu maupun kelompok, karena yang dipentingkan membiasakan siswa untuk membaca, membuat rangkuman, berdiskusi dan menampilkan hasil rangkuman kepada umum.

Topik yang dibahas dapat juga berupa topik aktual dan dibahas secara lintas mata pelajaran. Banyaknya pengangguran akibat krisis ekonomi dapat dijadikan topik untuk dibahas secara lintas mata pelajaran. Meledaknya pabrik Petrokimia di Gresik Jawa Timur dapat dijadikan topik bahasan mata pelajaran Sains bahkan lintas mata pelajaran dengan Pengetahuan Sosial. Munculnya fenomena alam semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo juga dapat dijadikan kajian Geografi fisik dan wahana pembelajaran fenomena geologis dalam memahami peristiwa tersebut. Guru Bahasa Indonesia dapat meminta siswa membaca topik aktual di koran dan kemudian merangkum dan membahasnya dan hasilnya di tempel di majalah dinding. Tentu saja guru harus memberi contoh dan aktif mendampingi ketika siswa melakukan kegiatan seperti itu.

Di beberapa sekolah, pola seperti tersebut di atas telah dilaksanakan dan ternyata mampu mendorong tumbuhnya komunitas belajar di sekolah. Sekali lagi guru harus menjadi teladan dalam suka membaca, mendiskusikan fenomena aktual dengan siswa, menulis rangkuman atau artikel serta memberi komentar, khususnya berupa pujian bagi siswa/kelompok siswa yang giat belajar. Beberapa ahli menyatakan bahwa jika sekolah mampu menumbuhkan komunitas belajar di lingkungannya, maka tugas pembelajaran selanjutnya akan mudah, karena semua warga sudah terbiasa untuk belajar.

Page 39: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 35

4) Mengembangkan Profesionalisme Guru dan Tenaga Kependidikan

Guru merupakan faktor kunci sudah dibahas pada uraian di depan. Namun banyak fakta menunjukkan profesional guru belum maksimal. Bahkan program PKG yang dilaksanakan pada tahun 1980-an banyak dinilai berhasil meningkatkan mutu guru, ternyata tidak mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Artinya guru tambah pandai, tetapi siswanya belum tambah pandai. Jika diasumsinya tugas guru adalah “me-mandai-kan” siswa, kasus itu menunjukkan bahwa guru tambah pandai, tetapi kinerjanya belum optimal. Oleh karena itu sekolah yang ditunjuk sebagai SSN harus memiliki program untuk meningkatkan kinerja profesional guru.

Kasus pada PKG yang diuraikan di atas harus menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam pengembangan SSN. Pada SSN, pengembang-an guru tidak boleh berhenti pada guru menjadi pandai, tetapi harus sampai guru mampu menunjukkan kinerja profesionalnya, yaitu membimbing siswa dalam belajar. Peningkatan kinerja guru ini bukan hanya diukur dari sisi gurunya, tetapi harus dilihat sejauhmana guru tersebut dapat men-transfer pengetahuan ke pada siswa. Di samping itu dalam proses pembinaan siswa juga perlu dikembangkan prinsip ”learning how to learn”, belajar bagaimana mengajarkan metode belajar, sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal.

Pada uraian di atas kinerja terkait dengan kemampuan dan komitmen kerja. Oleh karena itu, dalam pengembangan kinerja profesional guru, komitmen kerja juga harus mendapat perhatian. Komitmen kerja seseorang akan meningkat jika yang bersangkutan merasa dipercaya, mendapat penghargaan dari hasil kerjanya, merasa mendapatkan keadilan di tempat kerja dan mendapatkan tantangan untuk menunjukkan kemampuannya. Oleh karena itu SSN perlu berupaya menciptakan situasi kerja yang memberikan perasaan tersebut pada setiap guru dan karyawan.

Pemberian dorongan kepada guru untuk mencobakan gagasan pembaharuan atau inovasi, merupakan salah satu cara memberikan kepercayaan, sekaligus tantangan untuk menunjukkan kemampuannya. Mereka harus didorong untuk tidak takut gagal dan tidak dicemooh kalau gagal. Mereka yang bekerja keras atau berhasil harus mendapatkan penghargaan, sehingga dapat membedakan siapa yang kerja keras dan siapa yang tidak, siapa yang berhasil membuat inovasi dan siapa yang tidak. Penghargaan tidak selalu berupa uang, tetapi dapat berupa rekognisi, kemudahan kenaikan pangkat, ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan sebagainya.

Pengalaman menunjukkan sentuhan-sentuhan psikologi dan religius ternyata mampu meningkatkan komitmen kerja. Pelatihan yang bernuansa achivement motivation training (AMT) dan pelatihan kecerdasan spiritual kini banyak dilakukan oleh berbagai instansi dan terbukti mampu meningkatkan gairah kerja karyawan. Oleh karena itu SSN juga perlu menerapkan pendekatan tersebut dalam pelatihan yang dilaksanakan. Jika perlu belajar kepada instansi yang telah sukses melaksanakannya. Artinya, SSN harus mampu meningkatkan profesional guru dan peningkatan itu harus sampai pada peningkatan kinerja yang diukur dari peningkatan hasil belajar siswa.

Page 40: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 36

Di samping itu, untuk melaksanakan MBS dengan baik dan dalam upaya pencapaian program-program yang telah dicanangkan sekolah, maka mutlak diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki jiwa kepimpinan (leadhership) yang tangguh. Beberapa ciri kepemimpinan kepala sekolah yang tangguh adalah mampu untuk: mempengaruhi, memberdayakan, memobilisasi, membimbing, membentuk kultur, memberi contoh teladan, menjaga integritas, berani mengambil resiko, melakukan inovasi dan eksperimentasi, memotivasi, menghargai martabat manusia yang lebih tinggi daripada yang lain, menghargai seseorang atas kontribusinya, bertindak responsif dan proaktif, memahami dan mengembangkan dirinya, menerapkan organisasi belajar, serta menghargai kebhinekaan dan meresolusi konflik.

5) Menggalang Partisipasi Masyarakat

Pada uraian di depan telah disebutkan bahwa di masyarakat terdapat potensi besar yang dapat mendukung kegiatan sekolah. Apalagi SSN tentunya berada di lingkungan masyarakat yang cukup potensial. Oleh karena itu, SSN harus berupaya keras menggalang partisipasi masyarakat (termasuk orangtua siswa dan alumni) guna mendukung program sekolah. Pola penggalangan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan sumbangan finansial, pemikiran, tenaga, sampai dengan sumbangan material untuk mengembangkan sekolah sesuai dengan Rencana pengembangan Sekolah yang telah ditetapkan bersama.

Penggalangan potensi masyarakat semakin penting mengingat kemampuan pemerintah guna mendukung program pendidikan sangat terbatas, sementara pendidikan yang bermutu memerlukan berbagai dukungan fasilitas yang memadai. Di samping itu untuk mengem-bangkan sekolah yang bermutu juga diperlukan dukungan tenaga guru dan tenaga kependidikan yang bagus. Oleh karena itu SSN harus melakukan identifikasi potensi yang dapat digali, yang berada di lingkungan sekolah, misalnya keahlian, fasilitas, dan anggaran yang dapat didayagunakan sebagai sumber belajar untuk menuju pendidikan yang lebih berkualitas.

Sehubungan dengan hal tersebut, Depdiknas telah menerbitkan Kepmendiknas no. 044/U/2002 yang memuat tentang pembentukan Komite Sekolah, yang diharapkan berperan sebagai representasi stakeholder sekolah dan berfungsi untuk memberi saran/pertimbangan dalam pengambilan kebijakaan dan program sekolah, mendukung pelaksanaan program tersebut, menjadi mediator antara sekolah dengan pihak-pihak lain, serta mengontrol pelaksanaan program sekolah. Di samping itu dengan Kepmendiknas tersebut dapat dijadikan payung hukum optimalisasi Komite sekolah dalam ikut serta mengembangkan sekolah, mulai dari prencanaan, implementasi dan evaluasi. Dengan demikian sekolah dapat “memanfaatkan” Komite Sekolah untuk membantu penggalangan potensi masyarakat.

Beberapa pengalaman empiris menunjukkan bahwa sekolah yang berkualifikasi baik lebih mudah menggalang partisipasi masyarakat, dibanding sekolah yang kurang baik (bermutu). Hal itu dapat dimengerti, karena orang akan lebih terdorong berpartisipasi atau membantu, jika yakin bantuan itu akan memberikan hasil nyata. Di

Page 41: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 37

samping itu sedah menjadi ”rahasia umum” bahwa banyak sekolah-sekolah yang menarik dana, tetapi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu, dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat, sekolah SSN harus menunjukkan contoh-contoh keberhasilan, sekaligus mempertanggung jawabkan secara terbuka dan lebih dahulu keberhasilan-keberhasilan sekolah.

Partisipasi masyarakat akan mudah ditumbuhkan, apabila masyarakat ikut terlibat dalam membuat perencanaan kebijakan/keputusan tentang apa yang akan dikerjakan dan dilakukan oleh sekolah melalui perencanaan RKS DAN RKAS. Oleh karena itu, dalam setiap perencanaan kebijakan atau penyusunan program, SSN perlu melibatkan Komite Sekolah, bahkan stakeholder secara lebih luas. Dengan cara itu, dapat diharapkan masyarakat akan terdorong untuk membantu/berpartisipasi, karena merasa ikut memutuskan atau menyusun programnya.

Termasuk dalam kelompok masyarakat yang perlu digalang partisipasinya adalah alumni. Sekolah yang baik pada umumnya memiliki alumni yang tersebar di berbagai tempat dan pekerjaan, bahkan ada sebagian yang masih sekolah atau kuliah. Alumni seperti itu merupakan potensi sangat besar, sehingga jika dapat digalang akan memberikan dukungan besar guna pengembangan sekolah. Peluang seperti ini perlu dioptimalkan, mengingat untuk mengembangkan sekolah yang baik perlu bantuan finansial yang cukup besar, di samping sumbangan pemikiran dalam pengembangan sekolah.

Sudah banyak contoh sekolah yang mampu menggalang partisipasi alumninya. Dukungan dapat berupa sumbangan dana, bantuan fasilitas tertentu, bantuan jejaring untuk menghubungkan sekolah dengan instansi tertentu, bahkan alumni yang masih berstatus mahasiswa dapat memberikan bantuan bagi adik-adiknya (siswa) yang akan mengikuti UN atau tes melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Contoh sebuah sekolah di kabupaten yang sebagian besar alumninya bekerja sebagai penjual jamu di Jakarta, ternyata sekolah tersebut mampu menggalang partisipasi alumninya sehingga mampu membangun ruang keterampilan dengan 20 buah komputer.

Lima fokus pengembangan SSN yang dijelaskan di atas harus menjadi program utama dan harus dijadikan arah ketika sekolah rintisan SSN menyusun RKS DAN RKAS. Hal itu bukan berarti program yang lain tidak boleh dikembangkan, tetapi sebagaimana disebutkan pada terdahulu, sekolah yang menjadi SSN tentunya sudah tidak disibukkan dengan sarana-prasarana minimal yang harus dimiliki sekolah, sehingga arah pengembangnya harus diarahkan ke hal-hal yang bersifat inovatif. Dengan demikian arah pengembangan SSN seyogyanya lebih diprioritaskan pada hal-hal yang inovatif, baik yang berkaitan dengan aspek manajemen maupun aspek pengajaran.

Perlu juga diingat bahwa sekolah yang menjadi rintisan SSN diharapkan dapat berfungsi sebagai sekolah model, yang akan menjadi rujukan bagi sekolah lain dalam mengembangkan diri sampai memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jika sekolah tersebut dapat melakukan berbagai inovasi, khususnya yang terkait dengan 5 fokus pengembangan tersebut, maka akan dapat dijadikan rujukan bagi sekolah lain atau paling tidak dijadikan

Page 42: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 38

bahan banding bagaimana cara mengelola sekolah agar mampu memenuhi standar nasional pendidikan. Hal ini menjadi penting mengingat SSN diharapkan dapat menjadi ”pusat keunggulan” bagi sekolah-sekolah di sekitarnya.

b. Program-program Pengembangan dan Hasil-hasil yang Diharapkan bagi Pelaksana Rintisan SSN

Seperti dijelaskan terdahulu, bahwa SMP Standar Nasional (SSN)

tentunya sudah memiliki layanan pendidikan yang memenuhi standar tertentu. Standar tertentu tersebut adalah Standar Nasional Pendidikan. Komponen-komponen SNP mencakup delapan aspek, yaitu standar isi, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pembiayaan, proses pendidikan, proses pengelolaan, penilaian dan kompetensi lulusan. Dengan demikian, fokus pengembangan dan hasil-hasil yang diharapkan tercapai sesuai dengan SNP pada rintisan sekolah SSN paling tidak mencakup semua komponen SNP tersebut. Dengan menggunakan minimal lima strategi pencapaian di atas, maka diharapkan dapat dihasilkan SSN yang memenuhi tuntutan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

1) Pengembangan Standar Isi (Kurikulum)

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, yang dimaksudkan dengan standar isi pendidikan adalah mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik, sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

a) Kelompok Mata Pelajaran dan Kedalaman Isi Standar isi pendidikan mengatur kerangka dasar kurikulum, beban belajar, kalender akademik, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar isi mencakup lingkup dan kedalaman materi pembelajaran untuk memenuhi standar kompetensi lulusan. Kurikulum SMP terdiri dari: kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran ikut mewarnai pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik. Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik. Pelaksanaan semua kelompok mata pelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia pada SMP dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

Page 43: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 39

bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata pelajaran estetika pada SMP dimaksudkan untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada SMP dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportifitas dan kesadaran hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual maupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah. Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia serta Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP diamalkan sehari-hari oleh peserta didik di dalam dan di luar sekolah, dengan contoh pengamalan diberikan oleh setiap pendidik dalam interaksi sosialnya di dalam dan di luar sekolah, serta dikembangkan menjadi bagian dari budaya sekolah. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam (sekurang-kurangnya terdiri dari fisika, kimia, dan biologi), ilmu pengetahuan sosial (sekurang-kurangnya terdiri dari ketatanegaraan, ekonomika, sosiologi, antropologi, sejarah, dan geografi), keterampilan/ kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. Kelompok mata pelajaran estetika pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada SMP dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Page 44: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 40

b) Beban Belajar Beban belajar untuk SMP diperhitungkan dengan menggunakan jam pembelajaran per minggu per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan dan ciri masing-masing.

c) Kurikulum Kecakapan Hidup Kurikulum untuk SMP dapat memasukkan pendidikan

kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok keimanan dan ketakwaan, pendidikan akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika, atau pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

d) Kurikulum Muatan Lokal Kurikulum untuk SMP dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok keimanan dan ketakwaan, pendidikan akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika, atau pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

e) Kalender pendidikan Waktu pembelajaran yang dituangkan dalam kalender

pendidikan atau kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

f) Aspek-aspek yang Dikembangkan dalam Program-program Rintisan SSN bidang Standar Isi (Kurikulum)

Program-program yang dapat dikembangkan dalam standar isi (kurikulum) ini antara lain:

• Pengembangan kurikulum satuan pendidikan (dengan berbagai jenis muatan kurikulum sesuai dengan ketentuan SNP)

• Penyusunan kalender pendidikan

• Pengembangan pemetaan KBK untuk semua mata pelajaran

• Pengembangan silabus untuk semua mata pelajaran

• Pengembangan sistem penilaian untuk semua mata pelajaran

• Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk semua mata pelajaran

• Penyusunan beban belajar

Pengembangan isi tersebut dilakukan baik untuk kelas VII, VIII maupun kelas IX. Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

Page 45: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 41

• Terdokumentasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dijalankan sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip KBK.

• Tersedianya perangkat pembelajaran secara lengkap (pemetaan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran), untuk semua mata pelajaran di semua jenjang/tingkatan kelas.

• Terdokumentasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah

• Terdokumentasikannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang lengkap dan komprehensif.

• Terdokumentasikannya materi bahan ajar yang up to date dan mutakhir, serta dikembangkan berbasis IT

• Dan terdapat peningkatan lain yang terkait dengan standar isi pendidikan

2) Pengembangan Standar Proses Pendidikan

a) Standar Proses Pendidikan dalam SNP Dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, bahwa yang dimaksud dengan standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007). Dalam proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan, menantang, mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Dalam proses pem-belajaran pendidik memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran maupun dalam berprilaku sehari-hari.

Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan yang baik. Perencanaan harus didukung oleh sekurang-kurangnya dokumen kurikulum, silabus untuk setiap mata pelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks pelajaran, pedoman penilaian, dan alat/media pembelajaran. Pelaksanaan harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran per peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik.

Penilaian proses pembelajaran pada SMP untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi harus menggunakan berbagai teknik penilaian, termasuk ulangan, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam satu tahun. Penilaian proses pembelajaran untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi harus mencakup observasi dan evaluasi harian secara individual terhadap peserta didik, serta observasi dan evaluasi akhir secara individual yang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester. Penilaian proses pembelajaran harus mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pengawasan

Page 46: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 42

mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

b) Program Pengembangan Standar Proses Pembelajaran pada Rintisan SSN

Dalam upaya-upaya menuju kepada standar proses pendidikan sebagaimana halnya ditentukan oleh SNP, maka bagi rintisan SSN diharapkan mengembangkan berbagai program dan kegiatan, diantaranya adalah:

• Pengembangan dan inovasi-inovasi metode pengajaran pada semua mata pelajaran, khususnya penerapan metode atau strategi pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning)

• Pengembangan dan inovasi-inovasi bahan pembelajaran

• Pengembangan dan inovasi-inovasi sumber pembelajaran

• Pengembangan dan inovasi-inovasi model-model pengelolaan atau manajemen kelas

• Pengembangan materi bahan ajar melalui inovasi teknologi dalam pembelajaran.

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas telah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran, utamanya CTL

• Terdapat peningkatan inovasi bahan pembelajaran, baik secara kualitas maupun kuantitas

• Terdapat peningkatan inovasi sumber pembelajaran, baik secara kualitas maupun kuantitas

• Terdapat pengembangan materi bahan ajar melalui inovasi teknologi dalam pembelajaran

• Terdapat peningkatan inovasi pengelolaan kelas/pengelolaan pembelajaran dan sebagainya

3) Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan

Sebagaimana dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, bahwa yang dimaksud dengan standar kompetensi lulusan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan (sesuai dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006). Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan menulis. Kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar kompetensi lulusan pada jenjang SMP diarahkan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

Page 47: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 43

lanjut. Standar kompetensi lulusan SMP dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri.

Adapun beberapa program dan kegiatan yang dapat dikembangkan oleh rintisan SSN yang berkaitan dengan standar kompetensi lulusan pendidikan ini antara lain:

• Pengembangan standar kelulusan atau GSA pada setiap tahunnya

• Pengembangan standar pencapaian ketuntasan kompetensi pada tiap tahun atau semester pada setiap mata pelajaran

• Pengembangan kejuaraan lomba-lomba bidang akademik

• Pengembangan kejuaraan lomba-lomba bidang non akademik

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terdapat peningkatan Gain Score Achievement (GSA) pada setiap semester atau tahun, terhadap pencapaian ketuntasan kompetensi untuk semua mata pelajaran

• Terdapat peningkatan rata-rata pencapaian Gain Score Achievement (GSA) pada tahun terhadap mata pelajaran yang di-UN-kan berdasarkan kepada standar kelulusan yang ditetapkan.

• Terdapat kegiatan-kegiatan sekolah yang berbasis ekonomi kreatif.

• Terdapatnya pengembangan kegiatan yang berbasis keunggulan lokal.

• Terdapat peningkatan prestasi non akademik tiap tahunnya

• Dan sebagainya

4) Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan

Pengertian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan menurut PP 19 Tahun 2005 Tentang SNP adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan (Permendiknas No18 Tahun 2007). Selanjutnya dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Kompetensi adalah tingkat kemampuan minimal yang harus dipenuhi seorang pendidik untuk dapat berperan sebagai agen pembelajaran. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang SMP meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sesuai Standar Nasional Pendidikan, yang dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik, yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

Page 48: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 44

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkin-kannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik pendidikan minimum untuk pendidik pada tingkat SMP adalah: diploma empat (D-IV) dan atau sarjana (S1).

Tenaga kependidikan pada SMP sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, Wakil kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah. Tenaga Kependidikan pada pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Persyaratan untuk menjadi kepala SMP meliputi: berstatus guru SMP; memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundangan yang berlaku; dan memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.

Adapun program-program dan kegiatan yang dapat dikembangkan oleh rintisan SSN mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan ini antara lain:

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek profesionalitas

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek pedagogik

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek sosial

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi pendidik aspek kepribadian

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi tenaga TU dan lainnya

• Pengembangan atau peningkatan kompetensi kepala sekolah

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah terhadap kinerja pendidik dan tenaga TU atau lainnya

• Peningkatan dan penyesuaian tenaga pendidik dikaitkan dengan latar belakang pendidikan.

• Peningkatan kuantitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terdapat peningkatan jumlah tenaga pendidikan dan kependidikan sesuai kebutuhan sekolah

Page 49: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 45

• Terdapat peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sesuai SNP

• Terselenggaranya SME (supervisi, monitoring, dan evaluasi) tiap tahun khususnya tentang kinerja sekolah

• Terselenggaranya SME (supervisi, monitoring, dan evaluasi) tiap tahun khususnya tentang kinerja pendidik

• Terselenggaranya SME (supervisi, monitoring, dan evaluasi) tiap tahun khususnya tentang kinerja kepala sekolah

• Terselenggaranya supervisi klinis tiap tahun khususnya kepada pendidik pada semua mata pelajaran

• Dan sebagainya

5) Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengertian standar Prasarana dan sarana pendidikan menurut PP Nomor 19 tahun 2005 Tentang SNP, dan ditegaskan ulang dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Standar prasarana pendidikan mencakup persyaratan minimal dan wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan lahan, tentang, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana pendidikan mencakup persyaratan minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Lahan satuan pendidikan meliputi sekurang-kurangnya lahan untuk bangunan satuan pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat. Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahan per peserta didik. Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang, serta letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan yang menjadi pengumpan masukan peserta didik.

Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut. Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan kesehatan lingkungan. Standar rasio luas ruang kelas per peserta didik, rasio luas bangunan per peserta didik, dan rasio luas lahan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri. Standar kualitas bangunan minimal pada SMP adalah kelas

Page 50: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 46

B. Standar keragaman buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah minimal judul buku di perpustakaan satuan pendidikan. Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan per peserta didik.

Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan. Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium multimedia, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia. Standar jumlah peralatan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik. Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses ke sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan. Pemeliharaan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai.

Adapun program-program dan kegiatan yang dapat dikembangkan oleh rintisan SSN mengenai standar prasarana dan sarana baik secara kuantitas maupun kualitas antara lain:

• Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi media pembelajaran untuk semua mata pelajaran

• Peningkatan dan pengembangan serta inovasi-inovasi peralatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran

• Pengembangan prasarana pendidikan dan atau pembelajaran

• Penciptaan atau pengembangan lingkungan belajar yang kondusif

• Peningkatan dan pengembangan peralatan laboratorium IPA, laboratorium Multimedia, dan laboratorium lainnya

• Pengembangan jaringan telpon/fax, baik bagi peserta didik, pendidik maupun tenaga kependidikan

• Pengembangan atau peningkatan peralatan/bahan perawatan sarana dan prasarana pendidikan

• Pengembangan penggunaan dan pemeliharaan serta perawatan sarana dan prasarana pendidikan.

• Pengembangan peralatan dan inovasi-inovasi pusat-pusat sumber belajar

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran tiap mata pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan (khususnya CTL)

• Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas peralatan pembelajaran tiap mata pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan (khususnya CTL)

• Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana pendidikan dan atau pembelajaran

Page 51: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 47

• Terdapat peningkatan kuantitas dan kualitas media dan peralatan pembelajaran praktik tiap mata pelajaran untuk semua jenjang kelas, selaras dengan strategi pembelajaran yang diterapkan (khususnya CTL)

• Terpasangnya jaringan internet, baik dalam lab komputer peserta didik, guru maupun kepala sekolah

• Terlaksananya perawatan prasarana, peralatan, dan media pembelajaran atau sekolah secara berkala

• Terdapat prasarana sumber-sumber belajar yang memadai (perpustakaan, pusat media pembelajaran audio visual, dll), khususnya yang diarahkan pada pengembangan sarana dan prasarana berbasis teknologi.

• Dan sebagainya

6) Pengembangan Standar Pengelolaan Pendidikan

Seperti dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, dan ditegaskan ulang dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007 bahwa yang dimaksudkan dengan standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan. Pengelolaan SMP menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas dalam perencanaan program, penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kegiatan pem-belajaran, pendayagunaan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasana pendidikan, penilaian kemajuan hasil belajar, dan pengawasan.

Pada satuan pendidikan SMP kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh satu orang wakil kepala satuan pendidikan. Keputusan akademik pada satuan pendidikan ditetapkan oleh rapat dewan pendidik. Rapat dewan pendidik dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada mutu, dan apabila keputusan dengan prinsip musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan ditetapkan atas dasar suara terbanyak. Pada jenjang pendidikan SMP melibatkan Komite Sekolah. Komite Sekolah sekurang-kurangnya terdiri dari anggota masyarakat yang mewakili orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, praktisi pendidikan, dan pendidik, yang memiliki wawasan, kepedulian dan komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman atau aturan yang sekurang-kurangnya mengatur tentang: Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; Kalender kegiatan pendidikan, yang menunjukkan seluruh kategori aktifitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; Struktur organisasi satuan pendidikan; Pembagian tugas di antara pendidik; Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; Peraturan akademik; Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan

Page 52: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 48

pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat.

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan. Rencana kerja tahunan merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (lima) tahun. Rencana kerja meliputi sekurang-kurangnya: kalender pendidikan atau akademik yang meliputi sekurang-kurangnya jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur; jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya; mata pelajaran yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada; penugasan pendidik pada mata pelajaran dan kegiatan lainnya; buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran; jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran; pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai; program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program; jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah; rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir. Rencana kerja harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah.

Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan berpedoman kepada rencana kerja tahunan. Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. Untuk jenjang SMP, pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan yang tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan harus mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah. Pelaksanaan kegiatan yang perlu atau mendesak tetapi tidak diprogramkan di dalam rencana kerja tahunan dilaksanakan secara ad-hoc dan bertanggung jawab. Pelaksanaan kegiatan tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah dan kemudian dipertanggungjawabkan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah.

Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, pemeriksaan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pemimpin satuan pendidikan dan komite sekolah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan. Pemantauan dilakukan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan. Supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik. Supervisi mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Pedoman Program Penjaminan Mutu yang diterbitkan oleh Departemen. Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan.

Page 53: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 49

Pada jenjang pendidikan SMP laporan oleh pendidik ditujukan kepada pemimpin satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan kepada pemimpin satuan pendidikan, berisi pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Untuk pendidikan SMP, laporan oleh pemimpin satuan pendidikan ditujukan kepada komite sekolah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Setiap pihak yang menerima laporan wajib menindak lanjuti laporan tersebut untuk meningkatkan mutu dan kesehatan satuan pendidikan, termasuk memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.

Adapun beberapa program dan kegiatan yang dapat dikembangkan atau ditingkatkan pada standar pengelolaan pendidikan bagi rintisan SSN antara lain: • Pengembangan atau pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau rencana pengembangan sekolah (RKS DAN RKAS) tiap tahun, baik untuk jangka pendek, maupun menengah.

• Pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan cara membuat dan pembagian tugas-tugas secara jelas

• Pengembangan struktur dan keorganisasian sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah

• Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien

• Mendukung pengembangan perangkat penilaian

• Pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah

• Implementasi MBS mengenai kemandirian/otonomi sekolah, transparansi, akuntabilitas, partisipasi/kerjasama, fleksibilitas, dan kontinyuitas baik mengenai program, keuangan, hasil-hasil program serta lainnya oleh pihak manajemen sekolah (lihat pedoman pelaksanaan MBS pada Buku MBS yang diterbitkan oleh Dit. Pembinaan SMP)

• Pelaksanaan supervisi, monitoring dan evaluasi oleh sekolah tentang kinerja sekolah

• Pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah atau tim yang dibentuk oleh sekolah

• Penggalangan partisipasi masyarakat (pemberdayaan komite sekolah)

• Membuat jaringan informasi akademik di internal maupun eksternal sekolah (SIM)

• Membuat atau menciptakan jaringan kerja yang efektif dan efisien baik secara vertikal dan horisontal

• Implementasi model-model manajemen: POAC, PDCA, dan model lain yang pada dasarnya mengembangkan aspek-aspek manajemen untuk pengembangan standar-standar pendidikan

• Mengembangkan Income Generating Activities atau unit-unit produksi/usaha di sekolah maupun kerjasama dengan pihak lain untuk menggalang partisipasi masyarakat

• Melaksanakan dan membuat pelaporan-pelaporan kepada berbagai pihak yang relevan, baik menyangkut bidang akademik, non akademik atau manajemen sekolah lainnya

Page 54: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 50

• Dan sebagainya.

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terdapat dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah atau RKS DAN RKAS tiap tahun, baik untuk jangka pendek, maupun menengah.

• Terdapat dokumen pengembangan pendayagunaan SDM sekolah dengan cara membuat dan pembagian tugas-tugas secara jelas beserta pelaksanaannya

• Terdapat struktur dan keorganisasian sekolah sesuai dengan kebutuhan sekolah beserta tupoksi dan pedoman-pedoman kerjanya

• Terlaksananya pembelajaran secara efektif dan efisien dengan dibuktikan oleh prestasi yang dicapai dan pemanfaatan input pendidikan yang ada

• Tersedianya kelengkapan administrasi sekolah sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi standar e-goverment yang efisien dan efektif

• Mengimplementasikan MBS dengan indikator pencapaian sekolah/ manajemen mampu: mandiri/otonom, transparan, akuntabel, melakukan partisipasi/kerjasama dengan masyarakat dan lainnya, program-program dan pengelolaan yang fleksibilitas, dan terdapat kontinyuitas baik mengenai program, keuangan, hasil-hasil program serta lainnya oleh pihak manajemen sekolah

• Kepemimpinan kepala sekolah mampu melaksanakan ciri-ciri sebagai leader (kepala sekolah) yang tangguh

• Terselenggaranya penggalangan partisipasi masyarakat (pem-berdayaan komite sekolah) secara optimal dalam berbagai bentuk/ bidang

• Terdapat jaringan informasi akademik di internal maupun eksternal sekolah (SIM)

• Terdapatnya pengembangan kegiatan-kegiatan sekolah yang berbasis ekonomi kreaitif.

• Terciptanya jaringan kerja yang efektif dan efisien baik secara vertikal dan horisontal

• Terdapat berbagai model pengembangan pengelolaan sekolah

• Terdapat sistem pengelolaan dalam Income Generating Activities atau unit-unit produksi/usaha di sekolah maupun kerjasama dengan pihak lain untuk menggalang partisipasi masyarakat secara profesional

• Terdapat dokumen laporan kepada berbagai pihak yang relevan, baik menyangkut bidang akademik, non akademik atau manajemen sekolah lainnya

• Dan sebagainya.

7) Pengembangan Standar Pembiayaan Pendidikan

Seperti dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP bahwa standar pembiayaan mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi

Page 55: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 51

satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Biaya investasi termasuk untuk biaya penyediaan sarpras, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung seperti daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Dalam upaya membantu memenuhi dan mencapai standar biaya pendidikan yang memadai, maka bagi rintisan SSN dapat mengembangkan program atau kegiatan yang didasarkan atas musyawarah dan mufakat serta persetujuan dari stakeholder (termasuk Komite Sekolah) serta sesuai dengan koridor peraturan perundangan yang berlaku, seperti:

• Pengembangan jalinan kerja dengan penyandang dana, baik donatur tetap maupun tidak tetap

• Penggalangan dana dari berbagai sumber termasuk dari sponsor

• Penciptaan usaha-usaha di sekolah atau di luar sekolah sebagai Income Generating Activities (IGA).

• Pendayagunaan potensi sekolah dan lingkungan yang menghasilkan keuntungan ekonomik

• Menjalin kerjasama dengan alumni, khususnya untuk penggalangan dana pendidikan

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terjalin kerjasama dengan penyandang dana, baik tetap maupun ridak tetap dan terdapat pemasukan dana

• Tertdapat usaha nyata sekolah dalam hal IGA atau unit produksi sekolah (koperasi, toko, kantin, dll)

• Terdapat jalinan kerjasama dengan alumni dalam penggalangan dana

• Dan sebagainya

8) Pengembangan Standar Penilaian Pendidikan

Dijelaskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, dan Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemampuan, dan kemajuan hasil belajar. Penilaian digunakan untuk: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; memperbaiki proses pembelajaran; dan menentukan kelulusan peserta didik.

Page 56: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 52

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ujian, ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan melalui: pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk mengikuti ujian akhir satuan pendidikan, peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan .

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan penilaian akhir pada setiap satuan pendidikan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik dari penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik sejak awal hingga akhir masa studi. Ujian akhir dilakukan untuk semua mata pelajaran kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menentukan kelulusan peserta didik.

Ujian nasional merupakan penilaian bersifat nasional atas pencapaian standar kompetensi lulusan oleh peserta didik hasilnya dapat dibandingkan baik antar satuan pendidikan, antara daerah, maupun antar waktu. BSNP menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti peserta didik untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh peserta didik, satuan pendidikan, dan/atau program pendidikan. Rata-rata tahunan hasil Ujian Nasional yang diperoleh program pendidikan dan/atau satuan pendidikan dipertimbangkan dalam akreditasi satuan pendidikan dan/atau program pendidikan.

Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai : salah satu instrumen dalam pemetaan mutu satuan pendidikan dan/atau program pendidikan; salah satu dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; bahan pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik dari program pendidikan dan/atau satuan pendidikan;

Page 57: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 53

dan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian kompetensi peserta didik pada Ujian Nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.

Setiap peserta didik berhak mengikuti Ujian Nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. Setiap peserta didik wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional tanpa dipungut biaya. Ujian Nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BSNP. Dalam teknis pelaksanaan Ujian Nasional di tingkat provinsi, BSNP bekerja sama dengan LPMP, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. Pada jenjang SMP, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Soal pada Ujian Nasional mewakili seluruh cakupan materi yang ada pada standar kompetensi lulusan dari mata pelajaran yang diujikan. Standar kompetensi pada mata pelajaran yang diujikan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri. Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Menteri. Peserta ujian nasional memperoleh Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disebut SKHUN yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. Jadual pelaksanaan Ujian Nasional ditetapkan oleh Menteri.

Peserta didik dinyatakan lulus setelah: menyelesaikan seluruh program pembelajaran; memperoleh nilai minimal baik pada evaluasi akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ; lulus ujian akhir kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan; dan lulus Ujian Nasional. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan ditetapkan oleh BSNP.

Diharapkan bahwa rintisan SSN untuk mampu mencapai standar penilaian sesuai SNP tidak memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu perlu mengembangkan, peningkatkan dan melaksanakan beberapa program dan kegiatan penilaian seperti:

• Pengembangan perangkat model-model penilaian pembelajaran.

• Implementasi model evaluasi pembelajaran: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dll

• Pengembangan instrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai model evaluasi

• Pengembangan pedoman-pedoman evaluasi sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau BSNP

• Pengembangan lomba-lomba, uji coba, dan sejenisnya dalam upaya peningkatan standar nilai atau ketuntasan kompetensi

• Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan penilaian dalam rangka pengembangan perangkat

Page 58: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 54

penilaian sampai dengan analisa dan pelaporan hasil belajar peserta didik

• Melaksanakan kerjasama dengan pihak lain untuk melaksanakan tes atau uji coba prestasi peserta didik secara periodik

• Dan sebagainya

Sebagai sekolah standar nasional (SSN), maka target yang harus dicapai dalam aspek ini antara lain ditunjukkan oleh indikator-indikator:

• Terdapat perangkat penilaian berbagai ragam untuk semua mapel semua jenjang kelas/tingka

• Terselenggara berbagai model evaluasi: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dll

• Terdapat dokumen pengembangan bank soal

• Terdapat berbagai macam lomba, uji coba, dan jenis lainnya untuk peningkatan prestasi peserta didik

• Dan sebagainya

5. Pelaksanaan Program Setelah SMP ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional, khususnya rintisan SSN, maka sekolah akan menandatangani kontrak perjanjian pelaksanaan kegiatan dengan Direktorat Pembinaan SMP sebagai jaminan pelaksanaan program yang sesuai dengan usulan terdapat dalam RKS DAN RKAS disertai dengan bantuan dana untuk mendukung kelancaran proses kegiatan. Selanjutnya dana bantuan sekolah standar nasional diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP kepada sekolah dalam bentuk block-grant untuk digunakan sebagai biaya stimulan melakukan berbagai inovasi program-program sekolah yang tercantum pada RKS DAN RKAS, dalam rangka meningkatkan prestasi dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai.

Seperti telah diuraikan di atas sifat dana bantuan tersebut sebagai dana tambahan di samping dana lain yang ada di sekolah untuk mendukung program yang bersifat inovatif dan berkelanjutan. Selain itu, dana bantuan tersebut juga berguna sebagai rangsangan untuk meningkatkan motivasi warga sekolah dalam meningkatkan prestasi, baik prestasi yang bersifat akademik maupun non-akademik. Selanjutnya di samping dana tersebut diberikan sebagai dana rangsangan, juga bersifat sementara dan pada saatnya akan dihentikan. Untuk itu, kepada sekolah standar nasional yang menerimanya, diharapkan dapat memanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan kegiatan yang mendukung prestasi dan peningkatan mutu pendidikan dengan teknis penggunaan merujuk pada aturan perundang-undangan dan ketentuan keuangan yang berlaku. Khusus untuk “SSN Mandiri” yang tidak mendapatkan dana block grant, namun tetap wajib melaksanakan program pengembangan sekolah, sesuai dengan RKS DAN RKAS yang telah disusun.

Mengingat SSN adalah program nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah kabupaten/kota seharusnya juga mendukung sekolah yang ditetapkan sebagai SSN, dengan memberikan dana pendamping terhadap dana yang diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP. Di samping dari pemerintah daerah, masyarakat sekolah juga harus ikut serta berpartisipasi dalam pengembangan sekolah. Demikian pula Komite Sekolah yang

Page 59: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 55

merupakan partner sekolah dalam mengembangkan sekolah diharapkan juga dapat menggalang dana untuk mendukung program ini.

Selanjutnya sekolah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan program secara sungguh-sungguh sesuai dengan usulan dalam RKS DAN RKAS. Dalam melaksanakan program, sekolah diharapkan dapat melakukan kerjasama yang harmonis dan terbuka, penuh tanggungjawab dan memegang akuntabilitas yang tinggi, baik dalam pelaksanaan program maupun penggunaan dana bantuannya. Hal ini menjadi penting dalam membangun sinergi antara sekolah (kepala sekola, guru, dan unsur sekolah lainnya) dengan masyarakat. Dengan demikian masyarakat pada umumnya (school community) memiliki rasa memiliki dan bertanggung jawab secara penuh program-program yang telah ditetapkan melalui RKS DAN RKAS.

Sekolah rintisan SSN harus siap dipantau dan dievaluasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Direktorat Pembinaan SMP atau lembaga lain yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan SMP. Bagi rintisan SSN, dana bantuan rintisan SSN harus dikelola secara transparan, dan akuntabel sehingga penggunaannya dapat diketahui oleh seluruh warga sekolah. Komite Sekolah diharapkan secara aktif memantau pelaksanaan program-program sekolah rintisan SSN, termasuk penggunaan dana bantuan dari Direktorat Pembinaan SMP. Bagi “SSN Mandiri”, dana yang diperoleh sekolah dari masyarakat dan atau pihak lain harus dikelola secara transparan, akuntabel dan siap diketahui oleh warga sekolah.

6. Jadual Pelaksanaan Jadual pelaksanaan program SSN dilaksanakan mulai tahun ajaran baru (Juli s/d Juni tahun berikutnya) pada setiap tahun ajaran. Pelaksanaan program yang mengikuti tahun ajaran tersebut dimaksudkan untuk menselaraskan dan mensinkronkan antara kegiatan pembelajaran dan kegiatan program SSN. Sekolah diharapkan dapat mulai program-program tersebut dengan mem-pertimbangkan aspek kemanfaatan, ketersediaan dana maupun ketersediaan sumber daya manusia. Aspek kemanfaatan dimaksudkan program kegiatan dapat dilakukan dengan segera mungkin jika menyangkut program-program yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum/pembelajaran di sekoah. Aspek ketersediaan dana dipertimbangkan sejak pembuatan RKS DAN RKAS, sehingga program-program yang memerlukan dana besar diperhitungkan dengan pencairan dana. Aspek ketersediaan sumber daya manusia, diharapkan tidak memprogramkan kegiatan-kegiatan yang berpotensi akan terhambat oleh ketersediaan sumber daya manusia. Oleh karena itu jadual harus diperhitungkan secara cermat agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak banyak mengalami kendala-kendala yang mendasar.

7. Supervisi Supervisi program kegiatan bertujuan untuk mengetahui dan mengatasi masalah-masalah dalam proses pelaksanaan program. Supervisi dilaksanakan pada pertengahan program berlangsung, dengan harapan dapat dideteksi problem-problem yang terjadi sekaligus dapat diatasi dan diberikan solusi, sehingga program kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Supervisi dalam program SSN dapat berupa supervisi klinis, sehingga supervisor diharapkan dapat memberikan solusi langsung kepada sekolah berkaitan dengan kendala-kendala program yang sedang berjalan. Adapun aspek-aspek yang disupervisi juga tidak lepas dari fokus pengembangan program yang terdiri dari 8 aspek antara lain : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

Page 60: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 56

standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Kegiatan supervisi ini dapat dilaksanakan oleh jajaran Pusat, Dinas Pendidikan Provinsi maupun unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.

Page 61: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 57

BAB III TUGAS DAN FUNGSI JAJARAN BIROKRASI

DALAM PENGEMBANGAN SSN

Program Rintisan Sekolah Standar Nasional merupakan salah satu program Direktorat Pembinaan SMP yang mengkhususnya pada program peningkatan mutu. Di samping itu Rintisan Sekolah Standar Nasional (SSN) merupakan

program nasional, sehingga semua pihak berperanserta, sesuai dengan bidangnya. Oleh karena itu berikut ini diuraikan secara singkat tugas dan fungsi atau peran serta untuk masing-masing pihak, dari tingkat sekolah sampai pada tingkat Direktorat Pembinaan SMP.

A. Sekolah

Pada tingkat sekolah, sebagai rintisan Sekolah Standar Nasional (SSN) memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Bagi calon rintisan SSN, sekolah menerima kunjungan Direktorat

Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi/Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang me-lakukan verfikasi lapangan berdasarkan data dari Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas, dalam proses berifikasi ini diharapkan ada kecocokan antara data dari Sistim Informasi Pendidikan dengan data lapangan yang sebenarnya.

b. Bagi calon rintisan SSN maupun calon “SSN Mandiri”, memberikan informasi yang sebenarnya kepada Tim Direktorat Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi/Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang melakukan penilaian kinerja sekolah pada proses verifikasi.

c. Bagi calon rintisan SSN dan SNN Mandiri, bersama Komite Sekolah dan atau Yayasan (SSN Mandiri) mengikuti workshop tentang cara menyusun RKS DAN RKAS, yang diberikan oleh Tim dari Direktorat Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

d. Bersama Komite Sekolah dan atau Yayasan (SSN Mandiri) menyusun RKS DAN RKAS dan profil sekolah sesuai dengan panduan yang dijelaskan pada workshop tersebut di atas dan mengirimkannya ke Direktorat PSMP melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

e. Jika ditetapkan sebagai rintisan SSN menandatangani surat perjanjian pemberian Block Grant yang dikirimkan oleh Direktorat Pembinaan SMP, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Bagi sekolah rintisan SSN menerima dana bantuan block grant dari Direktorat Pembinaan SMP harus menggunakan dana sesuai dengan alokasi dalam RKS DAN RKAS yang telah disusun dan disetujui oleh Direktorat Pembinaan SMP.

g. Melaksanakan program-program yang telah disusun dalam RKS DAN RKAS dengan sebaik-baiknya dan menyusun serta mengirimkan laporan dan atau ringkasan laporan, sesuai dengan ketentuan dalam panduan ini.

B. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sebagai pembina sekolah Sekolah Standar Nasional (SSN), di tingkat kabupaten/kota memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Melakukan diskusi konsultatif dengan Direktorat Pembinaan SMP dan atau

Dinas Pendidikan Provinsi tentang sekolah yang telah dinyatakan lolos seleksi tahap I berdasarkan data di Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas

Page 62: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 58

maupun usulan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, melalui verifikasi/ kunjungan ke sekolah.

b. Bersama dengan Direktorat Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi melakukan diskusi atau usulan/masukan keberadaan sekolah (termasuk data pendukung/porto folio), berkaitan dengan status dan eksistensi sekolah.

c. Bersama dengan Direktorat Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi melakukan koordinasi dalam pelaksanaan workshop singkat kepada sekolah calon rintisan SSN, tentang cara penyusunan RKS DAN RKAS dan penulisan profil sekolah.

d. Menerima RKS DAN RKAS dan ringkasan RKS DAN RKAS yang disusun oleh sekolah, dan kemudian mengirimkannya ke Direktorat pembinaan SMP di Jakarta.

e. Bersama dengan Direktorat Pembinaan SMP/Dinas Pendidikan Provinsi melakukan pembinaan, supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN.

C. Dinas Pendidikan Provinsi

Dinas Pendidikan Provinsi bersama Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, sebagai pembina sekolah Sekolah Standar Nasional (SSN), di tingkat provinsi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Mengikutsertakan staf dalam lokakarya/workshop atau kegiatan lain dalam

konteks pengembangan sekolah yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan SMP, tentang konsep SSN, pemilihan sekolah rintisan SSN, fokus pengembangan sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN, penyusunan RKS DAN RKAS bagi sekolah rintisan SSN, pembinaan bagi sekolah rintisan SSN dan pola pelaporan sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN. Staf tersebut selanjutnya dapat dikembangkan sebagai Tim Pengembang SSN di provinsi.

b. Bersama dengan Direktorat Pembinaan SMP berpartisipasi dalam memilih sekolah yang lolos seleksi tahap I berdasarkan kriterian umum untuk calon rintisan SSN, berdasarkan data pada Sistem Informasi Pendidikan di Depdiknas dan atau rekomendasi/usulan dari Dinas Kabupaten/kota.

c. Atas nama Direktorat Pembinaan SMP mengkonsultasikan hasil seleksi tahap I kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan bersama dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan verfikasi ke sekolah yang dinyatakan lolos seleksi tahap I, khusunya untuk calon rintisan SSN.

d. Bersama Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan penilaian kinerja sekolah pendahuluan dan hasilnya digunakan untuk merangking sekolah calon rintisan SSN di kabupaten/kota yang bersangkutan, sebagai bahan pertimbangan untuk diusulkan sebagai calon rintisan SSN..

e. Bersama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan workshop singkat kepada sekolah calon rintisan SSN, tentang cara menyusun RKS DAN RKAS dan profil sekolah.

f. Bersama dengan Direktorat Pembinaan SMP melakukan penilaian terhadap RKS DAN RKAS yang disusun oleh calon rintisan SSN, dengan menggunakan format penilaian yang telah disiapkan.

g. Bersama Direktorat Pembinaan SMP melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan workshop, khususnya dalam hal pendanaan, sehingga Dinas Provinsi sebagai pelaksana dana Dekon mengkoordinasikan sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai SSN untuk mengelola dana secara komprehensif, transparan dan akuntabel.

Page 63: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 59

h. Bersama Direktorat Pembinaan SMP dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan, supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap sekolah rintisan SSN.

i. Untuk calon “SSN Mandiri”, Dinas Pendidikan Provinsi menerima usulan dan pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan melakukan koordinasi dalam pelaksanaan verfikasi sekolah, serta melakukan klarifikasi untuk sekolah yang meragukan.

j. Bersama Dinas Pendidikan kabupaten/kota berdasarkan hasil verfikasi, mengusulkan calon “SSN Mandiri” ke Direktorat Pembinaan SMP.

D. Direktorat Pembinaan SMP

Direktorat Pembinaan SMP Departemen Pendidikan Nasional bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, sebagai pembina sekolah Sekolah Standar Nasional (SSN), di tingkat pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun panduan SSN, yang mencakup antara lain: argumentasi

pentingnya rintisan SSN, fokus pengembangan pada sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN, pola seleksi sekolah calon SSN dan pola pelaksanaan program SSN.

b. Menyusun kriteria seleksi sekolah calon rintisan SSN, yang mencakup kriteria umum dan kriteria khusus, serta tata cara pelaksanaan seleksinya.

c. Melakukan sosialisasi program rintisan SSN, baik melalui rapat dinas, lokakarya, dan bentuk lain dalam penyebarluasan panduan pembinaan SSN.

d. Melakukan lokakarya tentang konsep SSN, pemilihan sekolah rintisan SSN, fokus pengembangan sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN, penyusunan RKS DAN RKAS bagi sekolah rintisan SSN, pembinaan bagi sekolah rintisan SSN dan pola pelaporan sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN. Lokakarya diikuti oleh Tim dari Dinas Pendidikan Provinsi. Tim tersebut yang nantinya akan bertugas sebagai Tim Pengembang SSN di tingkat provinsi.

e. Khusus untuk rintisan SSN, Direktorat Pembinaan SMP bersama Dinas Pendidikan Provinsi memilih sekolah yang lolos selekasi tahap I dengan kriteria umum, dengan menggunakan data pada Sistem Informasi Pendidikan Depdiknas dan atau usulan dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Sekolah-sekolah tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan bersama-sama Dinas Pendidikan Provinsi melakukan verfikasi lapangan dan melakukan penilaian kinerja sekolah.

f. Bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memberikan skor kinerja sekolah, khusunya untuk rintisan SSN, sehingga sekolah calon rintisan SSN dapat dibuat rangking untuk setiap kabupaten.

g. Bersama-sama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Kabupaten/Kota melakukan pelatihan singkat kepada sekolah calon SSN, khususnya bagi rintisan SSN, tentang penyusunan RKS DAN RKAS.

h. Bersama Dinas Pendidikan Provinsi melakukan penilaian dan seleksi terhadap RKS DAN RKAS yang disusun oleh sekolah calon SSN, khususnya untuk rintisan SSN, dengan menggunakan format penilaian yang telah ditetapkan.

i. Berdasarkan skor kinerja sekolah yang diberikan Tim Penilai dari Pusat/Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta skor RKS DAN RKAS yang dibuat sekolah, menetapkan sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN.

Page 64: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 60

j. Menyiapkan surat kontrak antara Direktorat Pembinaan SMP dengan sekolah yang ditunjuk sebagai rintisan SSN. Kontrak tersebut merupakan bentuk perjanjian kerja antara Direktorat Pembinaan SMP dan sekolah rintisan SSN.

k. Berdasarkan surat kontrak, mengirimkan dana bantuan block grant ke rekening sekolah.

l. Untuk “SSN Mandiri”, Direktorat Pembinaan SMP menetapkan nama-nama sekolah atas dasar usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota,selanjutnya memberitahuan penetapan tersebut kepada sekolah yang bersangkutan, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi.

m. Bersama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pada sekolah rintisan SSN.

Page 65: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 61

BAB IV SUPERVISI, MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Sebagaimana lazimnya pembinaan sekolah pada umumnya, maka dalam pembinaan RINTISAN SSN ini juga akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinyu dan berkesinambungan. Bahkan untuk hal ini akan dilakukan lebih ketat, mengingat sebagai rintisan sekolah standar nasional memerlukan perhatian yang lebih oleh semua pihak yang terkait. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi ini dilakukan adalah dalam kerangka pembinaan sekolah sebagai penyelenggara RINTISAN SSN, baik oleh pusat maupun daerah.

A. Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan RINTISAN SSN

Supervisi adalah proses memberikan berbagai masukan kepada sekolah berkaitan dengan hambatan-hambatan yang dialami skeolah dalam pelaksanaan berbagai program. Dalam pelaksanaan supervisi diharapkan supervisor dapat memberikan solusi secara langsung kepada pihak sekolah agar dapat mengatasi masalah secara tepat, cepat, dan jitu. Supervisi difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran mikro (di dalam kelas) yang memiliki potensi menghambat proses pembelajaran. Hal-hal yang menjadi fokus supervisi antara lain : a) kurikulum, b) proses pembelajaran, c) proses penilaian, d) pengembangan bahan ajar, e) pengembangan strategi pembelajaran, f) pengembangan manajemen sekolah dan kelas, dan sebagainya. Sedangkan monitoring adalah suatu kegiatan, bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan RINTISAN SSN, apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, sejauhmana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program RINTISAN SSN. Monitoring lebih berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring ini dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk mensukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan bersama-sama antara pusat dan daerah (termasuk komite sekolah) melakukan monitoring ini sesuai dengan kapasitas dan tugas tanggungjawabnya masing-masing.

Beberapa aspek yang akan dilakukan dalam monitoring terutama adalah tentang: (a) program-program sekolah yang bersifat pengembangan/ peningkatan sumber daya sekolah dan lainnya (seperti pengembangan SKL, kurikulum, peningkatan SDM, pengembangan fasilitas, dll), (b) proses belajar mengajar di sekolah, (b) proses manajerial di sekolah, (d) peran serta orang tua siswa/komite sekolah/daerah, dan (e) aspek-aspek lain yang terkait dengan proses penyelenggaraan RINTISAN SSN, terutama program-program yang mengacu pada pemenuhan 8 standar nasional pendidikan, sesuai dengan PP 19 Tahun 2005.

Dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun monitoring dilakukan oleh pusat, dan diharapkan frekuensi monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh daerah (dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota) lebih dari pada itu. Prinsipnya, makin sering dilakukan kegiatan ini oleh daerah, maka akan makin memberikan dampak positif bagi sekolah dalam pengembangkan program-programnya.

B. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Program

Page 66: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 62

Kegiatan evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan pembinaan RINTISAN SSN dan sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada waktu akhir tahun kegiatan/akhir tahun ajaran, sehingga dilakukan setiap satu tahun sekali. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pada umumnya setelah program berjalan (sekitar bulan ke 10/11) dari mulai sekolah melaksanakan program-programnya. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada bulan ke 10/11 dengan asumsi apabila sekolah melaksanaan program dengan baik maka pada bulan tersebut paling tidak (80 – 90) % dari program sudah terlaksana.

Tujuan utama kegiatan evaluasi ini antara lain: (a) untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) untuk mengetahui keberhasilan program, (c) untuk bahan masukan dalam perencanaan pembinaan RINTISAN SSN tahun berikutnya, (d) untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan program, (e) untuk memberikan penilaian layak tidaknya dilanjutkan sebagai RINTISAN SSN, dan (f) secara umum untuk melakukan pembinaan bagi sekolah RINTISAN SSN agar pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang lebih baik/meningkat secara signifikan. Di samping itu pelaksanaan evaluasi juga untuk mengidentifikasi dan men-justifikasi item-item program yang belum dapat terlaksana dan kendala-kendala utama yang dihadapi oleh sekolah, sehingga progam tidak dapat dilaksanakan secara optimal.

Secara substansi, pada dasarnya evaluasi ini adalah evaluasi kinerja sekolah RINTISAN SSN. Dengan demikian materi yang dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan, baik yang termasuk dalam SNP dan Permendiknas turunannya serta yang lebih penting lagi adalah aspek-aspek pendidikan yang dikembangkan dan dijalankan di sekolah. Beberapa aspek pokok pendidikan yang merupakan kisi-kisi yang dikembangkan dalam instrumen evaluasi antara lain: pengembangan SKL, pengembangan kurikulum (SK,KD,indikator, silabus, RPP, pengembangan bahan ajar, dan perangkat penilaian, serta pendukung lainnya), pengembangan dan pelaksanaan proses pembelajaran, pengembangan sarana dan prasarana/fasilitas, pengembangan SDM (guru, tenaga administrasi, laboran dll), pengembangan manajemen sekolah, sumber dana dan besarnya dana pendidikan, dan pengembangan serta pelaksanaan penilaian.

Secara metodologis, evaluasi ini dilakukan menggunakan pendekatan expost facto, yaitu mengungkap apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah/pihak lain terkait dalam pembinaan RINTISAN SSN. Dalam evaluasi ini tidak dilakukan sampling responden, artinya semua sekolah yang melaksanakan RINTISAN SSN akan dievaluasi. Instrumen dikembangkan dalam bentuk inventory dan porto folio dari aspek-aspek pendidikan RINTISAN SSN seperti dijelaskan di atas. Untuk kelengkapan data agar lebih komprehensif, maka instrumen juga dikembangkan dalam bentuk isian terbuka (kualitatif dan kuantitatif). Sumber data diambil dari para pengelola RINTISAN SSN, kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kab/Kota. Selanjutnya hasil analisis dari data evaluasi ini akan disampaikan kembali ke sekolah dan pihak lain terkait untuk dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan program RINTISAN SSN tahun berikutnya.

C. Pelaksana Supervisi, Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan

Pelaksana kegiatan monitoring dan evaluasi dalam implementasi program RINTISAN SSN terdiri dari :

Page 67: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 63

1. Tim Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Direktorat Pembinaan SMP

Direktorat Pembinaan SMP melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pada semua program. Kegiatan ini dilaksankan pada akhir program kegiatan untuk mengetahui keberhasilan program dilihat dari berbagai aspek. Untuk program-program RINTISAN SSN Indikator-indikator penilaian disesuaikan dengan rencana program yang direncanakan melalui RPS-SSN, sehingga yang lebih diprioritaskan adalah implementasi program RINTISAN SSN yang mencerminkan pelaksanaan 8 aspek dalam SNP.

2. Tim Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Provinsi

Selain Direktorat Pembinaan SMP, untuk melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi (SME) juga dilibatkan Tim SME dari tingkat provinsi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meng-efisiensi-kan waktu dan dana, terutama bagi sekolah-sekolah yang sulit dijangkau. Tim SME provinsi akan membantu pelaksanaan SME, sekaligus juga melakukan monitoring pelaksanaan program melalui hirarki birokrasi (Dinas Pendidikan Provinsi). Supervisi dan monitoring dari provinsi ini penting dilakukan untuk menjamin pelaksanaan program dan transparansi kegiatan-kegiatan di sekolah sebagai RINTISAN SSN, di samping untuk memperpendek rentang-kendali dalam prinsip pembinaan sekolah.

3. Tim Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota

Selain Direktorat Pembinaan SMP, Tim SME Provinsi, sebagai pelaksana supervisi, monitoring dan evaluasi juga dilibatkan tim SME dari kabupaten/kota (khususnya bagi sekolah-sekolah yang jauh dari provinsi). Tim ini pada umumnya justru sangat berperan dalam memberikan masukan-masukan ke tim provinsi maupun tim Pusat, dengan asumsi bahwa mereka yang paling memungkinkan melihat perkembangan sekolah dari segala aspek. Dari sisi birokrasi tim kabupaten/kota sangat memungkinkan untuk melakukan pembinaan secara terus menerus, bahkan dengan pembinaan tersebut dimungkinkan apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan program secara dini dapat diidentifikasi, sehingga kesalahan-kesalahan yang fatal dapat dihindari.

4. Laporan Supervisi, Monitoring dan Evaluasi

Laporan supervisi, monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah secara komprhensif. Di samping itu secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di masing-masing sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan. Dengan demikian program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.

D. Pelaporan Pelaksanaan 1. Tingkat Sekolah

Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN diwajibkan membuat pelaporan. Pelaporan yang dimaksudkan di sini adalah tentang semua hal yang dijalankan sekolah beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangannya. Selanjutnya pelaporan oleh sekolah dilakukan pada setiap akhir semester 1 dan akhir tahun yang berisi keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran (Bulan Januari -Juli).

Page 68: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 64

Hal-hal pokok yang harus dilaporkan antara lain meliputi pengembangan, pelaksanaan penyelenggaraan RINTISAN SSN, dan hasil-hasilnya tentang: (a) SKL, (b) kurikulum secara lengkap, (c) proses pembelajaran, (d) ketenagaan, (e) sarana/fasilitas, (f) pengelolaan/manajemen, (g) pembiayaan, (h) pola rekruitmen siswa baru, (i) kerjasama dengan pihak lain (Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kab/Kota, lembaga lainnya), (j) hasil-hasil akademik dan non akademik siswa, (k) dan hal-hal lain yang terjadi di sekolah yang berkaitan langsung dengan pengembangan/pembinaan RINTISAN SSN.

Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu untuk provinsi, kabupaten/kota, komite sekolah, dan sekolah, yang harus dilegalisir atau disetujui oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat. Selanjutnya sistematika dan format pelaporan umum maupun khusus keuangan dapat dilihat pada Buku Panduan tentang Pelaporan Keuangan. Pada prinsipnya pelaporan harus mencakup aspek-aspek yang dilaksanakan oleh sekolah, kendala-kendala dan cara mengatasinya, serta rekomendasi/saran untuk program pengembangan pada tahun-tahun yang akan datang.

2. Tingkat Kabupaten/Kota

Pelaporan di tingkat kabupaten/kota dibuat berdasarkan laporan dari sekolah RINTISAN SSN yang ada di kabupaten/kota dimana sekolah berada. Pelaporan kabupaten/kota ini penting mengingat sekolah-sekolah RINTISAN SSN di samping dibina secara terus menerus oleh pusat (Direktorat Pembinaa SMP), juga harus ada sinergi pembinaan dari unsur birokrasi di daerah tersebut. Dengan demikian di tingkat kabupaten/kota cq Dinas pendidikan kabupaten/kota harus membuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Laporan tersebut selanjutnya dikirim oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota ke provinsi masing-masing.

3. Tingkat Provinsi

Pelaporan di tingkat provinsi dibuat berdasarkan laporan dari kabupaten-kabupaten yang ada di wilayahnya. Pelaporan tingkat provinsi harus dibuat mengingat pembinaan SMP-SSN harus dilakukan secara komprehensif dan integratif, di samping itu pembinaan juga harus dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan pembinaan tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat provinsi cq Dinas pendidikan provinsi harus membuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk kabupaten-kabupaten atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Di tingkat provinsi selanjutnya dibuat “ringkasan laporan” masing-masing sekolah untuk bahan pembinaan sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.

4. Tingkat Direktorat Pembinaan SMP

Pelaporan di tingkat pusat (Direktorat Pembinaan SMP) merupakan kompilasi dan agregasi semua laporan, baik dari sekolah, kabupaten/kota maupun provinsi, yang dikemas dalam “rekapitulasi laporan” yang akan dikompilasi pada saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi pada akhir tahun ajaran. Di samping itu di tingkat pusat juga akan dipetakan sekolah-sekolah RINTISAN SSN di seluruh Indonesia. Pemetaan sekolah ini menyangkut keberadaan sekolah yang meliputi aspek-aspek seperti yang telah ditetapkan dalam SNP dan kendala-kendala utama pelaksanaan program-program Sekolah standar nasional. Identifikasi kendala ini penting dalam rangka mengevaluasi program-program berikutnya.

Page 69: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 65

BAB V PENUTUP

Pembinaan RINTISAN SSN pada jenjang SMP sangat membutuhkan adanya sistem pengelolaan komprehensif, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pemantauan serta evaluasi hingga mencapai suatu sistem pembinaan RINTISAN SSN yang benar-benar sesuai dengan ketentuan.

Direktorat Pembinaan SMP pada dasarnya memberikan kesempatan yang luas kepada pemerintah daerah (dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi), yayasan, dan sekolah untuk menentukan pola mana yang dikehendaki untuk RINTISAN SSN di daerahnya. Namun demikian, secara realistis tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi SMP di Indonesia sangat beragam, baik dalam hal mutu maupun berbagai komponen pendukungnya. Oleh karena itu, untuk awal-awal rintisan SSN pada jenjang pendidikan SMP akan dimulai dengan mengacu kepada kondisi lapangan tersebut. Bentuknya adalah dengan memberikan intervensi kepada sekolah yang dipilih sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam kurun waktu tertentu sampai dengan sekolah tersebut bisa mandiri. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan semua pihak dalam upaya memperoleh kesamaan pandangan dan tanggungjawab terhadap pembinaan RINTISAN SSN pada jenjang SMP tersebut.

Buku panduan Pelaksanaan ini masih memiliki kekurangan, namun demikian diharapkan bisa membantu semua pihak untuk menyelenggarakan sekolah standar nasional (SSN). Diharapkan juga adanya masukan yang konstruktif dan bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan buku panduan ini.

Page 70: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 66

Lampiran 1.

Tabel 3. Standar SSN pada Jenjang Pendidikan SMP

No

Komponen Standar SSN

A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah favorit di tingkat kabupaten/provinsi

2. Menguasai dan terampil menggunakan ITC 3. Terdapat juara nasional dalam bidang: olah raga, kesenian, kesehatan, dan budaya 4. Mampu menyelesaikan tugas – tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik 5. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah 6. Mampu melaksanakan eksperiman dalam pengembangan pengetahuan dan

keterampilan 7. Mampu menemukan/membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai

karya 8. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar

9. Memperoleh kejuaraan olimpiade nasional dalam bidang: matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau lainnya Iditunjukkan dengan sertifikat internasional)

10. NUAN rata-rata tinggi (> 7,0) 11. Memiliki kemampuan penguasaan teknologi dasar 12. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual,

kelompok/kolektif (lokal, nasional, dan regional) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan

13. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

14. Memiliki dokumen dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan

15. Menguasai budaya bangsa lain 16. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang pemahaman budaya bangsa lain

dari lulusan 17. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik

lingkungan sosial, fisik maupun budaya. 18. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain, bangsa, dll 19. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan

lulusan B Proses

1. Proses belajar mengajar

2. Manajemen 3. Kepemimpin

an 4. Sistim

penilaian

1. Memiliki program-program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru, dll 2. Menerapkan beberapa strategi PBM: student centered, reflective learning, active

learning, enjoyble dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning revolution, dan contextual learning.

3. Memiliki RKS DAN RKAS: rencana jangka menengah 4. Memiliki RKS DAN RKAS: rencana jangka satu tahunan 5. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan dana 6. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan

barang/benda 7. Terdapat kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan lainnya 8. Menerapkan MBS: terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang

mencerminkan transparansi dan akuntabel. 9. Melaksanakan manajemen sekolah menurut aspek dan fungsinya yang mengarah

ISO (9001:2000) 10. Memiliki publikasi rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah 11. Memiliki suasana/budaya sekolah yang menjamin terjadinya PBM yang kondusif. 12. Memiliki penerapan demokratisasi di sekolah 13. Memiliki pembagian tugas, pemberian pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas

kepada warga sekolah. 14. Memiliki usaha-usaha sekolah yang mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk

membantu penyelenggaraan sekolah 15. memiliki sistim penilaian yang tersusun dengan rapi dan terencana 16. memiliki bank soal sebagai data base sistim penilaian 17. memiliki sistim administrasi validasi soal secara menyeluruh 18. memiliki dokumen penilaian yang lengkap, komprehensif dan rapi

Page 71: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 67

No

Komponen Standar SSN

19. memiliki standar penilaian sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan C Input

1. Kurikulum 1. Memiliki dokumen kurikulum sekolah (KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan bahan ajar) sesuai SNP

2. Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas 3. Memiliki tim pengembang kurikulum di sekolah

2. Guru dan guru BK 4. Jumlah guru terpenuhi sesuai type sekolah 5. Kualifikasi guru 100% minimal S1 6. Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan kesesuaian guru 7. Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru 8. Semua guru mampu menggunakan ICT dalam PBM

3. Kepala Sekolah 9. Kualifikasi kepsek 100% minimal S2 10. Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru dan kepala sekolah 11. Mampu menggunakan ICT 12. Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal 5 tahun

5. Tenaga Pendukung :

a. Pustakawan b. Laboran c. Teknisi komputer d. Kepala TU e. Tenaga adm. Keuangan & akuntansi f. Tenaga adm Kepegawaian g. Tenaga adm.akademik h. Tenaga adm sarpras i. Tenaga adm kesekretariatan

13. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 14. Bidang pendidikan: diutamakan kepustakaan 15. Memiliki sertifikat pustakawan 16. Pengalaman kerja sebagai pustakawan: minimal 5 tahun

17. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA/SMK 18. Bidang pendidikan: IPA/Tekniki 19. Memiliki sertifikat laboran 20. Pengalaman kerja sebagai laboran: minimal 5 tahun 21. Memiliki sertifikat komputer

22. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 23. Bidang pendidikan: komputer/TI 24. Pengalaman kerja sebagai teknisi: minimal 5 tahun 25. Memiliki sertifikat komputer

26. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal S1 27. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan 28. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun 29. Memiliki sertifikat komputer

30. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 31. Bidang pendidikan: akuntansi 32. Memiliki sertifikat sebagai akuntan 33. Pengalaman kerja sebagai adm keuangan: minimal 5 tahun 34. Memiliki sertifikat komputer

35. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3 36. Bidang pendidikan: manajemen SDM 37. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun 38. Memiliki sertifikat komputer

39. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA 40. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan 41. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi pendidikan : minimal 5 tahun 42. Memiliki sertifikat komputer

43. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA 44. Bidang pendidikan: administrasi sarpras 45. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm sarpras: minimal 5 tahun 46. Memiliki sertifikat komputer

47. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMK/SMA 48. Bidang pendidikan: kesekretariatan 49. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi kesekretariatan: minimal 5 tahun 50. Memiliki sertifikat komputer

5. Organisasi & Administrasi

1. Memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah 2. Memiliki tupoksi yang jelas 3. Memiliki sistem administrasi lengkap 4. Memiliki SIM yang mutakhir

Page 72: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 68

No

Komponen Standar SSN

6. Sarana & Prasarana

a. Umum: b. Perpustakaan c.LabFisika,Kimia,Bahasa, IPS d. Lab Komputer e. Kantin f. Auditorium g. Sarana OR h. Pusat belajar & riset guru i.Penunjang adm sekolah j. Unit kesehatan

1. Luas tanah sesuai dengan Permendiknas No. 24 (bergantung rombel dan spesifikasi lantainya)

2. Luas Ruang kelas > 63 m2 3. Jumlah siswa per rombel: 32 anak 4. Memiliki fasilitas ICT per kelas per tingkat 5. O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh siswa untuk membaca dan studi mandiri 6. Memiliki buku teks dalam bentuk cetak atau digital untuk setiap mata pelajaran 1:1

(1 buku : 1 siswa); buku referensi 1:3 (1 buku: 3 siswa) 7. Berlangganan jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dsb 8. Memiliki komputer untuk perpustakaan, termasuk untuk multimedia 5 buah 9. Memiliki ruang baca yang memadai 10. Tersedia akses internet yang terhubung dengan jaringan

11. Memiliki satu Lab IPA, multi media dan keterampilan 12. Setiap Lab memiliki peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan spec. 13. Luas laboratorium minimal sesuai dengan SPM dalam SNP dan ber AC untuk

kapasitas maksimum 32 siswa per rombel 14. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC 15. Memiliki jumlah komputer sesuai dengan rata-rata jumlah siswa (maksimum 32

siswa per rombel) 16. Memiliki software yang selalu update 17. Memiliki teknisi komputer dengan jumlah yang memadai untuk membantu

pelaksanaan pembelajaran dan perawatan komputer 18. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam lab. Komputer 19. Memiliki satu kantin yang dapat menampung pejajan secara memadai 20. Memiliki mebeler yang memadai sesuai dengan jumlah pejajan 21. Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan bersih 22. Menyediakan makanan bergizi, fresh dan Terjangkau bagi warga sekolah 23. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC 24. Memiliki mebeler dan peralatan yang memadai untuk pertemuan dan untuk

kegiatan siswa (misalnya: pertemuan orang tua siswa, wisuda, pentas seni, teater, pameran hasil karya siswa, dsb.)

25. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna 26. Memiliki prasarana olah raga dengan ukuran yang memadai dan dapat digunakan

untuk berbagai jenis kegiatan olah raga 27. Memiliki sarana olah raga yang memadai untuk berbagai jenis kegiatan olah raga 28. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan

kegiatan dan perawatan olah raga 29. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna sarana dan

prasarana olah raga 30. Memiliki ruangan untuk sumber belajar dan riset guru dengan luas yang memadai

dan yang dilengkapi dengan komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1 : 5, dan dilengkapi media pembelajaran

31. Memiliki buku referensi baik cetak maupun digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya

32. Memiliki mebeler bagi guru untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. termasuk untuk kelompok diskusi

33. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi 34. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai 35. Memiliki mebeler yang memadai untuk berbagai jenis administrasi 36. Memiliki server minimum 2 buah 37. Memiliki komputer dengan jumlah yang memadai untuk berbagai kegiatan

administrasi 38. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi 39. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC 40. Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar untuk P3K

Page 73: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 69

No

Komponen Standar SSN

k. Toilet l. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi m. Tempat ibadah

41. Memiliki tenaga profesional yang dapat menangani pelaksanaan P3K 42. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan 43. Memiliki ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan ukuran

yang memadai dan sesuai dengan jumlah warga sekolah 44. Memiliki sistem sanitasi yang baik dan memadai untuk menjamin kebersihan dan

kesehatan 45. Memiliki jumlah air yang memadai untuk mendukung sistem sanitasi 46. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu perawatan toilet 47. Memiliki tempat bermain yang memadai 48. Memiliki tempat berkreasi yang menjamin kreativitas siswa 49. Memiliki tempat untuk rekreasi yang memadai, misalnya taman dan pepohonan

yang rindang 50. Memiliki tempat ibadah yang memadai dan sesuai dengan agama masing-masing

warga sekolah 7. Kesiswaan 1. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan

dipublikasikan. 2. Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan

pembimbingan siswa. 3. Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan evaluasi

dengan standar internasional. 8. Pembiayaan 1. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah. 2. Menghimpun/ menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi. 3. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan

prinsip manajemen berbasis sekolah. 9. Regulasi Seko-

lah 1. Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah, baik yang bersifat yuridis maupun yang

bersifat moral. 2. Menegakan regulasi sekolah diterapkan secara adil dan teratur terhadap semua

warga sekolah. 10.Hubungan

Masyarakat 5. Memiliki hubungan antara sekolah-masyarakat, baik menyangkut substansi

maupun strategi pelaksanaanya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas. 6. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui

strategi-strategi: (1) memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak langsung secara individual, dsb.); (2) menciptakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat

11. Kultur Sekolah 1. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.

2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan membangkitkan komitmen tinggi bagi warga sekolah

3. Memiliki regulasi sekolah yang mampu menciptakan rasa keadilan dan memacu semangat kerja ataupun berprestasi

4. Memberikan kesempatan, hak, dan rasa tanggungjawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah

5. Menciptakan hubungan harmonis, kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat kerja (etos kerja) yang tinggi.

Page 74: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 70

LAMPIRAN – 2 :

Pengembangan Kisis-Kisi Instrumen Supervisi, Monitoring dan

Evaluasi

No

KOMPONEN DAN ASPEK INDIKATOR-INDIKATOR

1. Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Lulusan (kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, aklak mulia, keterampilan untuk hidup, dan pendidikan lanjut)

2. Standar Isi/Kurikulum Kerangka Dasar Kurikulum Struktur Kurikulum Beban Belajar KTSP Kalender Pendidikan

3. Standar Proses/PBM

Perencanaan proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran Penilaian Belajar Pengawasan proses pembelajaran

4. Standar Tenaga Pendidik dan Ke-pendidikan

Guru Kepala Sekolah Tenaga administratif Tenaga perpustakaan Tenaga laboratorium

5. Standar Sarana dan Prasarana Lahan Bangunan Kelengkapan prosarana dan prasarana

6. Standar Pengelolaan Rencana Kerja sekolah Pelaksanaan Rencana Kerja sekolah Pengawasan dan Evaluasi

7. Standar Pembiayaan Biaya investasi Biaya Operasional Biaya Personil Transparansi dan Akuntabilitas

8. Standar Penilaian Penilaian oleh pendidik Penilaian oleh satuan pendidikan Penilaian oleh pemerintah

Page 75: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 71

BAGIAN II:BAGIAN II:BAGIAN II:BAGIAN II:

PENYUSUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN PENYUSUNAN

RENCANA KERJA/KEGIATAN DRENCANA KERJA/KEGIATAN DRENCANA KERJA/KEGIATAN DRENCANA KERJA/KEGIATAN DAN ANGGARAN AN ANGGARAN AN ANGGARAN AN ANGGARAN

SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH

RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(RKS DAN RKAS RINTISAN SSN)

Page 76: Panduan pelaksanaan ssn
Page 77: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 73

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, khususnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) DAN Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang standar Pengelolaan, maka ke depan setiap sekolah pada semua jenjang, termsuk SMP, harus memenuhi SNP tersebut. Salah satu upaya untuk mencapai SNP seperti yang ditentukan, maka setiap sekolah wajib membuat Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS). Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS) ini wajib dibuat oleh setiap sekolah, baik sekolah (SMP) yang termasuk kelompok rintisan, potensial, nasional, maupun yang internasional. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini dipergunakan oleh tiap sekolah sebagai pedoman dalam penylenggaraan pendidikan, baik untuk jangka panjang, menengah maupun jangka pendek (satu tahun). Diharapkan pada semua jenis kelompok sekolah tersebut dapat menggunakan satu bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKS DAN RKAS) yang sama (terutama formatnya). Perbedaannya terletak pada isi, kedalaman, dan luasan atau cakupan program sesuai dengan kondisi sekolah dan tuntutan masyarakat sekitar. Perbedaan lainnya adalah lama waktu pencapaian SNP, dimana bagi sekolah yang memiliki potensi lebih tinggi akan mencapai SNP relatip lebih cepat, demikian pula sebaliknya. Namun demikian harapannya adalah semua sekolah tersebut dalam kurun waktu tertentu mencapai SNP sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan Sekolah standar nasional maka setiap SMP yang ditunjuk sebagai rintisan diwajibkan membuat Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang selanjutnya disebut dengan RKS DAN RKAS-SSN. Hal ini didasari oleh beberapa alasan, diantaranya adalah: (a) RKS DAN RKAS-SSN merupakan dasar untuk menyelenggarakan sistim pendidikan di sekolah, mengingat di dalamnya memuat semua aspek yang akan ditempuh menuju keberhasilan sekolah yang diinginkan; (b) SSN-SMP mengembangkan berbagai aspek pendidikan, khususnya yang terkait dalam SNP, baik aspek Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kurikulum (Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator-indikator kompetensi), Proses Pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, prasarana dan sarana pendidikan, manajemen sekolah, sistem penilaian, dan pembiayaan (dana dan sumber dana), pengembangan lingkungan sekolah, hubungan kerjasama dengan stakeholder, dan budaya sekolah; (c) RKS DAN RKAS-SSN sebagai dasar untuk melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi atas keterlaksanaan dan hasil-hasil pendidikan yang dicapai dalam penyelenggaraan sekolah; (d) RKS DAN RKAS-SSN dipergunakan sebagai dasar dalam pengembangan sistim pendidikan untuk jangka menengah dan jangka panjang; (e) RKS DAN RKAS-SSN dipergunakan juga oleh Pemerintah Daerah dan Pusat untuk merencanakan program-program pendidikan secara nasional; dan (f) RKS DAN RKAS-SSN dipergunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dari berbagai pertimbangan tersebut di atas dapat dimaknai bahwa RKS DAN RKAS-SSN pada dasarnya adalah suatu rencana pengembangan sekolah yang

Page 78: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 74

terkait dengan kegiatan dan anggaran yang dipergunakan sebagai suatu sarana untuk mengatasi adanya kesenjangan antara kondisi nyata sekolah yang ada sekarang terhadap kondisi idealnya sebagai SSN di masa datang. Oleh karena itu dipandang sangat penting adanya suatu panduan pembuatan RKS DAN RKAS-SSN, yang mampu memberikan arah dan pegangan bagi tiap sekolah dalam rangka penyelenggaraan SSN di sekolahnya. Di samping itu dengan adanya RKS DAN RKAS-SSN juga dapat dijadikan alat untuk mengontrol secara internal semua warga sekolah dalam mengembangkan sekolah.

B. Tujuan

Tujuan Panduan RKS DAN RKAS-SSN ini disusun antara lain adalah untuk: 1. Memberikan panduan bagi sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN

dalam membuat Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (KAS/RPS)

2. Memberikan panduan bagi semua Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam membuat Rencana Pengembangan Pendidikan Kabupaten/Kota (RPPK).

3. Memberikan panduan bagi semua Dinas Pendidikan Provinsi dalam membuat Rencana Pengembangan Pendidikan Provinsi (RPPP) di daerahnya;

4. Memberikan panduan bagi semua sekolah rintisan SSN dalam mencapai standar nasional, sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah dan daerahnya;

5. Memberikan panduan bagi semua stakeholder di sekolah dan daerah dalam mengembangkan Sekolah Standar Nasional di wilayahnya;

Page 79: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 75

BAB II RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH SERTA RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH BAGI RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

(RKS DAN RKAS-SSN)

A. Pengertian Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana Pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS) - SSN

Pada dasarnya RKS DAN RKAS-SSN tidak jauh berbeda dengan RPS bagi sekolah-sekolah pada umumnya. RKS dan RKAS untuk sekolah potensial, SSN maupun RSBI dan atau kelompok sekolah-sekolah yang dikembangkan berdasarkan UUSPN, PP 19 tahun 2005 dan Permendiknas No. 19 Tahun 2007, dari sisi format dan sistematikanya sama. Perbedaannya terletak pada substansi yang dikembangkan di dalam RKS DAN RKAS itu sendiri. Substansi untuk kelompok sekolah rintisan, dan potensial, yang dikembangkan dalam RKS DAN RKAS belum mengembangkan secara mendalam hal-hal yang terkait dengan SNP, Kalaupun sudah dikembangkan pada umumnya baru terbatas pada hal-hal yang pokok dan mengarah pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sedangkan bagi kelompok sekolah sebagai SSN, substansi yang tercerminkan dalam program-program sekolah yang dikembangkan dalam RKS DAN RKAS telah mendekati atau mengarah pada pemenuhan 8 aspek yang ada dalam SNP. Selanjutnya RKS DAN RKAS-SSN adalah sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia menuju sekolah yang benar-benar memiliki kualifikasi sesuai dengan SNP. RKS DAN RKAS-SSN merupakan dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah sekarang dan yang akan datang dalam rangka untuk mencapai perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan sebagai suatu sekolah berstandar nasional. Dengan kata lain, RKS DAN RKAS-SSN adalah suatu rangkaian rencana yang menggambarkan adanya berbagai upaya sekolah dan pihak lain yang terkait untuk mengatasi berbagai persoalan sekolah yang ada saat ini yaitu belum mencapai standar nasional, yaitu terpenuhinya berbagai kriteria sebagai sekolah yang berstandar nasional. Dengan kata lain, RKS DAN RKAS berisi sasaran, program dan kegiatan untuk mengatasi kesenjangan yang ada antara kenyataan dengan idealnya sebagai sekolah standar nasional. Lebih jelasnya dapat diilustrasikan dalam gambar 3 di bawah ini. Pada kenyataannya, sekolah-sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN masih terdapat kekurangan apabila dibandingkan dengan kriteria yang ideal sebagai sekolah standar nasional, bahkan di daerah-daerah tertentu keberadaan SSN masih jauh dari ideal, baik ditinjau dari berbagai aspek sebagaimana ditetapkan dalam SNP. Lebih jauh lagi, dari masing-masing aspek tersebut kekurangan yang ada dalam tiap indikatornya juga sangat bervariasi. Misalnya Standar kompetensi lulusan yang terdiri dari : standar kelulusan, prestasi akademik, prestasi non-akademik, kondisi siswa, dan kepribadian siswa. Selanjutnya aspek Standar isi, standar proses, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian yang secara umum belum memenuhi kriteria sebagaimana disebutkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang menjadi tolok ukur kinerja sekolah secara umum. Oleh karena itu secara diagramatik dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Page 80: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 76

Gambar 3. Kesenjangan antara kondisi sekolah saat ini dengan kondisi sekolah

yang diharapkan Sementara itu, sekolah yang disebut sebagai SSN harus memenuhi kriteria atau standar pendidikan nasional, seperti yang telah ditetapkan dalam PP 19 tahun 2005. Dengan demikian, terdapat ketidaksesuaian atau terdapat kesenjangan antara yang ada dengan yang diharapkan sebagai sekolah standar nasional. Kesenjangan inilah sebagai suatu persoalan yang harus diatasi atau dirubah menjadi sama atau sesuai dengan standar/kriteria ideal sebagai sekolah standar nasional. Upaya-upaya sekolah dan pihak lain untuk mengatasi persoalan tersebut harus dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah atau Rencana pengembangan Sekolah (RKS DAN RKAS), yang dikembangkan dan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan dalam sistim perundang-undangan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diberikan pengertian bahwa RKS DAN RKAS-SSN adalah suatu rencana sekolah yang memuat berbagai upaya, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada pada tiap aspek dan indikator pendidikan, sehingga secara bertahap dapat dikurangi atau dihilangkan berbagai persoalan tersebut. Pada pereode waktu tertentu (pembinaan selama 3 tahun), sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai SSN diharapkan akan benar-benar mencapai standar nasional pendidikan, sehingga pada akhir pembinaan dapat mencapai fase kemandirian dan atau untuk mempersiapkan sekolah menuju pada status yang lebih tinggi, yakni sekolah bertaraf internasional. Oleh karena itu, sekolah harus berupaya mengatasi berbagai persoalan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan sampai akhirnya semua dapat diatasi

KONDISI SEKOLAH SAAT INI:

1. Standar Kompetensi Lulusan:

2. Standar Isi/Kurikulum

3. Standar Proses/PBM

4. Standar Tenaga Pendidik dan

dan Kependidikan

5. Standar Sarana dan prasarana 6. Standar Pengeolaan 7. Standar pembiayaan

8. Standar Penilaian 9. Lingkungan sekolah 10. Budaya Sekolah 11. Kerjasama dg instansi lain

12. Lainnya

KONDISI SEKOLAH YANG

DIHARAPKAN (IDEAL) SSN:

1. Standar Kompetensi Lulusan:

2. Standar Isi/Kurikulum

3. Standar Proses/PBM

4. Standar Tenaga Pendidik dan

dan Kependidikan

5. Standar Sarana dan prasarana 6. Standar Pengeolaan 7. Standar pembiayaan

8. Standar Penilaian 9. Lingkungan sekolah 10. Budaya Sekolah

11. Kerjasama dg instansi lain

12. Lainnya

STRATEGI: RKS DAN RKAS (Berisi upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah kondisi sekolah saat ini

menuju SSN yang diharapkan masa datang berdasarkan kesenjangan yang ada)

KESEN-

JANGAN

Page 81: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 77

dan memenuhi kriteria standar nasional. Usaha dan berbagai upaya tersebut harus dituangkan dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKS DAN RKAS) yang dapat menggambarkan arah pengembangan sekolah, sasaran, program-program dan kegiatan yang akan dijalankan, biaya yang diperlukan, keterlibatan stakeholder, hal-hal lain yang diperlukan dan target-target keberhasilan yang direncanakan akan dicapai. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah serta Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKS DAN RKAS) – SSN ini pada akhirnya akan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan sekolah dalam penyelenggaraan sistim pendidikan secara nasional. Ditinjau dari sisi manajemen umum, maka RKS DAN RKAS-SSN juga dapat berperan penting untuk menentukan keberhasilan suatu sekolah berstandar nasional, sehingga kesalahan dalam pembuatan RKS DAN RKAS-SSN akan mengindikasikan akan terjadinya kegagalan pelaksanaan maupun hasil-hasil yang diharapkan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan dalam hal penyusunan RKS DAN RKAS-SSN mempertimbangkan segala aspek yang dapat mempengaruhi kesempurnaan RKS DAN RKAS itu sendiri, misalnya tentang: (a) kemampuan memahami potensi sumber daya sekolah dan lingkungan, (b) kemampuan memahami kelemahan dan ancaman terhadap pelaksanaan program, (c) kemampuan membaca peluang yang ada untuk dijadikan dasar penentuan program, (d) keterlibatan stakeholder dalam penyusunan RKS, dan (e) ketepatan pemilihan prioritas ataupun keruntutan program yang dikembangkan dalam RKS DAN RKAS-SSN. Makin baik RKS DAN RKAS disusun, maka akan makin memberikan kemudahan dan kepastian langkah bagi sekolah khususnya dan pihak lain pada umumnya dalam melakukan pengontrolan, pembinaan, penilaian dan evaluasi berhasil tidaknya sekolah menyelenggarakan rintisan SSN. Oleh karena itu, RKS DAN RKAS-SSN memiliki peran dan kedudukan yang sangat strategis terhadap eksistensi penyelenggaraan sistim pendidikan pada umumnya dan sekolah standar nasional pada khususnya.

B. Tujuan Tujuan secara umum RKS DAN RKAS-SSN disusun oleh sekolah antara lain:

1. Sebagai dasar bagi sekolah dalam melaksanakan program-program sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah;

2. Sebagai dasar bagi sekolah untuk membuat target yang akan dicapai sebagai tonggak-tonggak keberhasilan sekolah dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang;

3. Sebagai dasar bagi sekolah untuk menentukan langkah-langkah strategis merubah dari kondisi nyata sekolah yang ada sekarang menuju kondisi sekolah yang diharapkan;

4. Sebagai dasar bagi sekolah untuk melaksanakan supervisi, monitoring, dan evaluasi keterlaksanaan program dan hasil-hasilnya dalam kerangka memperoleh umpan balik untuk memperbaiki RKS DAN RKAS selanjutnya;

5. Sebagai dasar bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi keterlaksanaan program dan hasil-hasilnya dalam kerangka melakukan pembinaan kepada sekolah penyelenggara Sekolah Standar Nasional;

6. Untuk memberikan gambaran kepada stakeholder sekolah (khususnya kepada orang tua siswa/masyarakat) terhadap segala bentuk program

Page 82: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 78

sekolah yang akan diselenggarakan, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Tujuan secara khusus (operasional) RKS DAN RKAS-SSN disusun oleh sekolah antara lain adalah: 1. Menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai

dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil. 2. Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah. 3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku

sekolah, antarsekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota, dan antarwaktu. 4. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasan. 5. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat, dan 6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber-daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan. 7. Sebagai dasar ketika melaksanakan monitoring dan evaluasi pada akhir

program C. Landasan Hukum

Penyusunan RKS dan RKAS ini didasarkan atas beberapa landasan hukum, diantaranya adalah: 8. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan

Pendidikan. 11. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 12. Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas/Madrasah 13. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah 14. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru 15. Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam

Jabatan 16. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan 17. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tenang Standar Penilaian Pendidikan 18. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana

Pendidikan. 19. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pembelajaran 20. Renstra Depdiknas Tahun 2009-2014

D. Tim Pengembang RKS DAN RKAS-SSN

Sesuai dengan prinsip-prinsip MBS yaitu otonomi/kemandirian, transparansi, akuntabel, fleksibel, partisipatif/kerjasama, dan sustainibilitas, maka dalam penyusunan RKS DAN RKAS-SSN diharuskan melibatkan berbagai pihak, khususnya semua warga sekolah dan komite sekolah serta stakeholder sekolah lainnya. Untuk merealisasikan prinsip-prinsip tersebut, maka dalam pengembangan RKS DAN RKAS-SSN di sekolah diharuskan membuat Tim Penyusun RKS DAN RKAS-SSN. Tim ini terdiri dari semua warga sekolah dan komite sekolah serta stakeholder sekolah lainnya. Tugas dan fungsi tim pengembang ini yang utama antara lain: (a) menyusun atau membuat RKAS (jangka menengah/RKS dan jangka pendek/RKAS); (b) bertanggung jawab terhadap keterlaksanaan RKS DAN RKAS-SSN; (c) mengevaluasi

Page 83: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 79

keterlaksanaan dan keberhasilan RKS DAN RKAS-SSN; (e) dan menyusun RKS DAN RKAS-SSN tahun berikutnya. Dalam hal keanggotaan sekurang-kurangnya tim pengembang ini terdiri atas: (a) kepala sekolah/wakil kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota; (b) Dewan guru sebagai anggota; (c) wakil kelas sebagai anggota; dan (d) komite sekolah sebagai anggota.

Page 84: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 80

Page 85: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 81

BAB III IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PROGRAM DALAM RKS

DAN RKAS BAGI SEKOLAH RINTISAN SSN

A. Pentingnya Pengembangan Program Ritisan SSN

Pengembangan program sekolah hendaknya diawali mulai pentahapan yang sistematis dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara akademik, yuridis, maupun sosial. Di samping itu, pengembangan program sekolah juga harus mempertimbangkan potensi dan kemampuan sekolah, sejauhmana kekuatan potensi sekolah dan lingkungan mendukung akan keterlaksanaan program, apakah banyak kelemahannya, dan apakah terdapat ancaman atau hambatan dalam pelaksanaan nantinya. Dengan demikian sekolah dapat menentukan seberapa besar peluang yang ada dari program yang dikembangkan untuk ditetapkan sebagai suatu rencana-rencana kegiatan yang dapat ditempuh dengan tingkat keberhasilan tinggi.

Sekolah yang programnya disusun tanpa mengindahkan berbagai pertimbangan di atas akan berdampak terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan, baik penyimpangan dalam bentuk perubahan atau penggantian program, kemacetan program, tidak terlaksananya program, banyaknya hambatan yang muncul sampai dengan penyimpangan keuangan. Terjadinya penyimpangan-penyimpangan program tersebut adalah merupakan suatu pemborosan dan kerugian dalam berbagai bidang, yang pada akhirnya dapat berakibat pada kegagalan keberhasilan yang diinginkan. Terlebih lagi bagi sekolah yang programnya tidak terukur, tidak jelas, tidak aplicable, dan tidak fokus, maka dampak yang terjadi akan lebih besar lagi dan potensi merugikan semua pihak. Terjadinya mis-manajemen sekolah juga disebabkan salah satunya adalah akibat dari kondisi program sekolah yang seperti itu. Demikian pula bilamana yang terjadi adalah sebaliknya. Pada sisi lain, kesuksesan sekolah dalam bentuk prestasi akademik maupun non akademik juga tidak lepas adanya program sekolah yang ditata dengan baik dan benar. Sustainibilitas keberhasilan sekolah bertaraf nasional dan internasional juga disebabkan adanya kejelasan program sekolah yang memiliki sifat jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, dipandang sangat penting adanya pengembangan program-program sekolah, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga dalam penyelenggaraan pendidikannya dapat terarah dan dengan langkah-langkah pelaksanaan yang mantap.

B. Pengembangan Program Sekolah bagi Rintisan SSN

Sebagai sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN, maka diwajibkan untuk membuat program-program sekolah untuk mencapai tujuan sebagai sekolah yang merintis menjadi sekolah berstandar nasional. Pengembangan program di sini memiliki bobot yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih bernuansa nasional, yang berbeda dengan program-program sekolah sebelum menjadi rintisan SSN. Dengan demikian, program sekolah yang dikembangkan adalah program-program yang inovatif. Artinya, dari beberapa program yang dikembangkan selain untuk memenuhi ketercapaian standar sekolah yang memiliki progam-program baku, juga harus mengembangkan berbagai program yang inovatif, yang lebih penting lagi adalah mengembangkan program yang merupakan terobosan baru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Page 86: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 82

Sebagaimana dalam pengembangan program sekolah pada umumnya, secara kuantitas, variasi, dan secara kualitas program yang dikembangkan dalam rintisan SSN, maka akan terdapat kondisi program yang berbeda-beda antara sekolah satu dengan lainnya. Hal ini didasarkan atas kondisi sekolah yang tidak sama pula. Suatu sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN sangat dimungkinkan mengembangkan program proses pembelajaran inovatif, akan tetapi sangat mungkin juga suatu sekolah hal tersebut bukan merupakan prioritas program karena telah melaksanakan dan mengembangkan berbagai program pembelajaran inovatif, yaitu semua guru mampu mengajar dengan berbasis teknologi, sehingga dapat mengembangkan secara optimal inovasi pembelajaran di dalam kelas. Demikian juga dari sisi manajemen, sangat mungkin sekolah sudah mengembangkan berbagai program inovasi manajemen berbasis sekolah yang relatif sudah baik. Oleh karena itu diharapkan suatu saat nantinya (satu pereode waktu pembinaan), semua sekolah rintisan SSN telah memenuhi semua kriteria berdasarkan pemenuhan standar nasional pendidikan yang relatif sama untuk delapan aspek pendidikan seperti disebutkan di atas. Tidak menutup kemungkinan suatu sekolah rintisan SSN dalam pengembangan program ini secara substansi berisi penyempurnaan kekurangan atau yang belum terpenuhi pada saat-saat sebelumnya. Sehingga sekolah tersebut telah menyelenggarakan program rintisan SSN sambil melaksanakan program penyempurnaan aspek-aspek pendidikan yang masih belum terlaksana. Standar yang dipakai sebagai acuan bahwa sekolah telah memenuhi standar nasional pendidikan yang terdiri dari delapan aspek dalam SNP.Selanjutnya pengembangan program rintisan SSN ini juga disusun dalam bentuk RKS DAN RKAS-SSN yang akan diatur dalam pembahasan selanjutnya dalam buku panduan ini.

C. Jangka Waktu Pelaksanaan Program Rintisan SSN

Seperti telah dijelaskan dalam Buku Panduan SSN terdahulu bahwa sekolah sebagai rintisan SSN yang ditetapkan oleh pemerintah pusat adalah selama kurun waktu tiga tahun. Maksud dari penetapan rintisan SSN tersebut dari sisi pembinaan akan diberikan ”pembinaan khusus” sementara selama tiga tahun bersama-sama antara pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMP), Pemerintah Daerah Tingkat Provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi), dan Pemerintah Daerah Tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota). Setelah kurun waktu tersebut diharapkan sekolah yang ditetapkan sebagai SSN benar-benar menjadi Sekolah Standar Nasional yang memenuhi kriteria seperti dalam PP 19 Tahun 2005. Dengan demikian dalam waktu pembinaan selama tiga tahun diharapkan sekolah-sekolah tersebut sudah dapat masuk dalam fase kemamdirian sebagai sekolah standar nasional. Setelah masuk dalam kriteria kemandirian, selanjutnya dalam hal ini tanggung jawab penyelenggaraan SSN ada pada pemerintah daerah bekerjasama dengan komite sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dalam pengembangan program sekolah juga dibuat dalam bentuk RKS DAN RKAS-SSN yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu program untuk jangka menengah (4 tahun), dan jangka pendek (satu tahun). Selanjutnya dalam pengembangan RKAS-SSN yang satu tahunan (jangka pendek) sebagai dokumen perencanaan sekolah merupakan penjabaran operasional dari RKS-SSN jangka menengah, yang selanjutnya sering disebut dengan Rencana satu tahunan. Sedangkan untuk RKS jangka menengah sebagai dokumen perencanaan sekolah disebut dengan Rencana 4 tahunan.

Page 87: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 83

D. Implementasi Pengembangan Aspek-aspek Pendidikan sebagai

Program Sekolah SSN

Sebagai sekolah yang ditetapkan menjadi rintisan SSN, maka tiap sekolah harus mengembangkan program ke arah pencapaian standar nasional pendidikan, baik untuk perencanaan program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Secara substansi, beberapa aspek yang harus dikembangkan dalam perencanaan program tersebut minimal adalah aspek standar kompetensi lulusan, standar isi (kurikulum), standar proses, standar kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar prasarana dan sarana, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Pengertian pengembangan dalam konteks ini ada dua, pertama sekolah menngadopsi sepenuhnya berbagai aspek pendidikan yang berlaku dari sekolah-sekolah yang relatif sudah memenuhi standar nasional pendidikan, baik sekolah negeri mapun swasta; kedua, sekolah memperluas dan memperdalam cakupan dari aspek-aspek pendidikan dari yang sudah ada sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perencaaan program tersebut adalah:

1. Secara ideal, RKS DAN RKAS rintisan SSN dua jenis, yaitu RKS/RPS

untuk jangka menengah (4 tahun) disebut dengan rencana 4 tahunan dan RKAS/RPS jangka pendek (satu tahun) disebut rencana tahunan. Bagi sekolah-sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN diwajibkan membuat RKS DAN RKAS yang jangka menengah dan jangka pendek;

2. Prosedur pembuatan RKS DAN RKAS mengacu pada langkah-langkah yang dipergunakan dalam pembuatan RKS DAN RKAS pada umumnya, demikian juga dalam hal proses pembuatannya;

3. Secara substansi, isi perencanaan program yang dikembangkan dalam RKS DAN RKAS rintisan SSN ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah masing-masing yang akan dijelaskan lebih lanjut;

Adapun aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam RKS DAN RKAS rintisan SSN berisi minimal adalah sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Tujuan pengembangan SKL ini adalah untuk memenuhi SKL SMP yang berstandar nasional dan akan diberlakukan di sekolah, sesuai dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Alternatip pertama dalam pengembangan SKL ini adalah dengan mengadopsi dari SKL yang ada di sekolah sejenis dengan kualifikasi yang identik. Secara bertahap sekolah diharapakan dalam jangka menengah mampu menerapkan sepenuhnya SKL yang sejajar dari sekolah negara lain. Alternatip kedua adalah mengembangkan dari SKL yang ada dari Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006. Langkah yang dapat ditempuh antara lain memperluas dan memperdalam serta menjabarkan dalam indikator-indikator yan lebih rinci cakupan SKL yang ada dalam Permendiknas tersebut.. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan SKL ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan SKL; b. Tersusunnya SKL yang lengkap dengan perangkat-perangkat

pendukungnya yang berlaku di sekolah; c. Dihasilkan perluasan dan pendalaman cakupan SKL nasional; d. Terdapat dokumen SKL yang lengkap di sekolah.

Page 88: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 84

2. Kurikulum

Tujuan dari pengembangan kurikulum ini adalah untuk memenuhi kebutuhan sekolah tentang kurikulum nasional, sebagai syarat mutlak ditetapkannya sekolah sebagai SSN. Pengembangan kurikulum, sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan sangat ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan sekolah. Alternatif pertama yang dapat ditempuh oleh sekolah adalah apabila SKL yang akan diberlakukan sepenuhnya mengadopsi dari sekolah-sekolah yang lain yang identik, maka kurikulum dikembangkan berdasarkan SKL nasional tersebut ke dalam suatu mata pelajaran tertentu. Pengembangan kurikulum tersebut terdiri dari beberapa Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator-indikator kompetensi yang lain. Selanjutnya disusun ke dalam silabus yang akan diberlakukan selama tiga tahun ajaran. Selanjutnya alternatif kedua apabila kurikulum yang akan dilaksanakan adalah merupakan perluasan dan pendalaman dari SKL yang telah ada, maka selanjutnya kurikulum tersebut dekembangkan lebih lanjut ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan beberapa Kompetensi Dasar (KD) serta indikator-indikator yang lain. Hasil dari pengembangan tersebut selanjutnya disusun ke dalam silabus yang akan dilaksanakan selama tiga tahun ajaran. Dari sisi pengembangan kurikulum baik alternatif pertama maupun kedua, kemudian diwadahi dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan alokasi waktu tertentu yang dirumuskan dalam struktur kurikulum yang akan berlaku. Apabila dari hasil pengembangan kurikulum alternatif pertama menghasilkan suatu mata pelajaran tertentu yang belum ada dalam struktur kurikulum sekolah, maka mata pelajaran tersebut dapat diberlakukan dengan nama mata pelajaran baru. Akan tetapi apabila hasil pengembangan kurikulum alternatif kedua, maka nama mata pelajarannya masih tetap sama, hanya substansi SK, KD, dan indikatornya yang lebih luas dan lebih dalam bertaraf internasional. Dalam pelaksanaan nantinya, kurikulum ini terbatas hanya diberlakukan kepada rombongan belajar/kelas yang ditetapkan sebagai kelas internasional. Secara bertahap diharapkan semua kelas menggunakan kurikulum dengan mata pelajaran yang telah ditetapkan.

Baik alternatif pertama maupun kedua, selanjutnya dikembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berlaku untuk selama tiga tahun pembelajaran. Semua itu kemudian disebut sebagai Kurikulum nasional yang berlaku di sekolah yang bersangkutan sebagai rintisan SSN. Sistematika dan format pembuatan kurikulum ini dapat mengacu dari ketentuan yang telah ada dan berlaku untuk KTSP. Selanjutnya bagi setiap sekolah sebagai rintisan SSN wajub memiliki dokumen kurikulum nasional yang disyahkan oleh Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan kurikulumm ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan

kurikulum nasional (sesuai dengan permendiknas No. 22 Tahun 2006); b. Tersusunnya kurikulum yang bertaraf nasional dan berlaku di sekolah; c. Tersusunnya SK-SK, seperti yang telah ditetapkan dalam standar isi yang

merupakan penjabaran dari SKL nasional; d. Tersusunnya KD-KD dan indikator-indikator standar kompetensi sebagai

penjabaran lebih rinci dari SK seperti yang telah ditetapkan;

Page 89: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 85

e. Tersusunnya RPP yang akan dipergunakan untuk proses pembelajaran; f. Ditetapkannya mata pelajaran-mata pelajaran tertentu sebagai wujud dari

pengembangan kurikulum; g. Terdapat dokumen seperangkat kurikulum dan pendukungnya di sekolah.

3. Proses Pembelajaran

Tujuan pengembangan proses pembelajaran ini antara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang baik dan inovatif dari tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan yang akan diberlakukan di sekolah. Prinsip pembelajaran yang diterapkan untuk menempuh SKL harus berstandar nasional. Untuk itu sekolah harus mengembangkan dan mendesain berbagai model pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan tuntutan kurikulum dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya: penerapan prinsip-prinsip CTL, pembelajaran tuntas, pembelajaran bermakna, problem solving, dan sebagainya. Untuk mengimplementasikan proses pembelajaran dengan berbagai strategi tersebut secara tepat, maka dapat dipergunakan berbagai media pembelajaran yang relevan, khususnya dalam penggunaan ICT.

Sebagai rintisan SSN, model-model pembelajaran (diskusi, tanya jawab, penugasan, eksperimen dan sebagainya) harus diimplementasikan di tingkat sekolah secara variatif berdasarkan karakteristik KD-KD-nya. Di samping itu, untuk lebih memberikan bekal kemampuan atau kompetensi siswa tentang penguasaan ICT, maka proses pembelajaran yang diterapkan dapat memanfaatkan sarana komputer secara optimal. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan proses pembelajaran ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan

Proses Pembelajaran; b. Ditetapkannya berbagai model atau metode pembelajaran berstandar

nasional sesuai tuntutan kurikulum yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan sekolah dan potensi sumber daya sekolah;

c. Ditetapkannya berbagai setrategi pembelajaran berstandar nasional berbasis ICT;

d. Tersusunnya berbagai program untuk mendukung keterlaksanaan proses pembelajaran berstandar nasional, sesuai dengan potensi sekolah;

e. Terlaksananya proses pembelajaran yang inovatif dan bermakna.

4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tujuan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang selalu berkembang yang mensyaratkan adanya SDM sekolah yang memiliki kompetensi dan kualifikasi mengajar dan mengelola sekolah. Persyaratan utama sekolah sebagai penyelenggara rintisan SSN adalah para guru, kepala sekolah, dan karyawan harus mampu mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang mengarah pada model pembelajaran efektif. Di samping itu, juga harus menguasai kompetensi seperti yang dipersyaratkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang guru dan dosen, yakni kompetensi profesional, personal, paedagogik, dan sosial. Selanjutnya kriteria/persyaratan tenaga pendidik dan kependidikan ditegaskan ulang dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Untuk itu pengembangan SDM mutlak harus dilakukan bagi sekolah yang menyelenggarakan rintisan SSN tersebut. Pengembangan yang dimaksudkan antara lain: (a) peningkatan kemampuan profesional bagi guru-guru (semua

Page 90: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 86

mata pelajaran), (b) peningkatan kemampuan manajerial bagi kepala sekolah dan jajarannya, (c) peningkatan kemampuan keterampilan teknis (profesional) bagi karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya); (d) peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing, dan (e) peningkatan kemampuan komputer dan internet bagi semua warga sekolah, serta (f) dan sebagainya. Selanjutnya hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan ini adalah: a. Tersusunnya program-program sekolah untuk meningkatkan kompetensi

dan kualifikasi SDM sekolah; b. Tersusunnya program sekolah untuk memenuhi jumlah tenaga pendidik

dan kependidikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang inovatif; c. Terpenuhinya kebutuhan SDM di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan

sebagai sekolah rintisan SSN.

5. Sarana/prasarana dan Fasilitas Pembelajaran

Tujuan pengembangan sarana dan fasilitas sekolah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum nasional (berdasarkan standar isi) dan mengacu pada Permendiknas No. 24 tentang standar sarana dan prasarana. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah baik prasarana, sarana, peralatan, media pengajaran, dan fasilitas lain yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Bagi sekolah penyelenggara rintisan SSN dituntut memiliki fasilitas memadai yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang inovatif. Oleh karena itu, penting tiap sekolah mengembangkan fasilitas ini baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mencapai standar nasional pendidikan. Kriteria atau standarisasi fasilitas pendidikan (sarana dan prasarana) juga telah dijabarkan dalam Perkendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.

Meskipun pengembangan fasilitas sangat ditentukan oleh kondisi sekolahnya masing-masing sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan, namun demikian secara umum sebagai rintisan SSN harus memiliki fasilitas pokok, seperti: (a) laboratorium Bahasa Inggris, (b) laboratorium IPA (Biologi, Fisika-Kimia), (c) laboratorium multi media (dengan komputer pentium 4), (d) jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Multi media, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), (e) pusat multi media, dan (f) peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll). Bentuk pengembangan sarana/fasilitas tersebut dapat ditempuh melalui berbagai cara, misalnya: (a) pemanfaatan dana bantuan block grant dari pusat, provinsi, dan kabupaten (khusus bukan untuk pembangunan gedung/ruang), (b) bantuan dari komite sekolah/orang tua siswa, (c) bantuan dari lembaga lain. Pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Diharapkan dalam waktu tiga tahun sejak ditetapkan sebagai rintisan SSN semua sarana/fasilitas dapat terpenuhi. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan fasilitas ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan

fasilitas sekolah berstandar nasional; b. Terpenuhinya fasilitas pokok sekolah bertaraf/berstandar nasional, seperti

fasilitas laboratorium Bahasa Inggris, laboratorium IPA (Biologi, Fisika-Kimia), laboratorium komputer (dengan komputer pentium 4), jaringan

Page 91: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 87

internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), pusat multi media, dan peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);

c. Terpenuhinya fasilitas pendukung sekolah berstandar nasional untuk pembelajaran/sekolah dan manajemen sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing;

6. Manajemen Dalam hal pengeloaan pendidikan secara yuridis telah ditegaskan dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan. Tujuan pengembangan manajemen/pengelolaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manajemen sekolah yang baik. Sebagai sekolah yang berstandar nasional, maka SSN dituntut juga mampu mengelola sistem pengajaran/ pendidikan di sekolah dengan model pengelolaan yang memenuhi syarat sesuai dengan rambu-rambu MBS. Bidang-bidang manajemen sekolah diharapkan secara bertahap dapat dilakukan secara profesional dan mengarah kepada manajemen berbasis sekolah yang transparan, mandiri, dan akuntabel.

Oleh karena itu, bagi sekolah yang menyelenggarakan SSN selama kurun waktu maksimal tiga tahun (dalam Pembinaan Direktorat) mengembangkan manajemen sekolah sebagai berikut: (a) menerapkan model manajemen berbasis sekolah secara penuh, (b) pengelolaan dalam berbagai aspek pendidikan dilakukan dengan pola manajemen berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya, (c) melakukan kerjasama dengan sekolah lain yang identif, dan (d) terdapat program/kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, (e) dan sebagainya. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan manajemen ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan

manajemen sekolah sesuai dengan rambu-rambu MBS; b. Diimplementasikannya model manajemen berbasis sekolah secara

penuh; c. Terdapat jalinan kerjasama dengan sekolah sejenis dan identik

karakteristik-nya. d. Terbangunnya model kepemimpinan yang kuat dan akuntabel. e. Terciptanya model manajemen yang memiliki kemandirian yang tinggi.

7. Pembiayaan

Tujuan pengembangan pembiayaan ini adalah untuk memenuhi standar biaya (unit cost) per anak per tahun sebagai siswa sekolah berstandar nasional, melalui pengembangan sumber pendanaan maupun perolehan dana pembinaan pendidikan berstandar nasional. Pembinaan pendidikan yang berstandar nasional memerlukan biaya yang besar, khususnya untuk keperluan pembinaan dan pengembangan fasilitas pembelajaran dan SDM sekolah serta operasionalisasi sekolah. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergi antara berbagai pihak antara sekolah, komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Direktorat Pembinaan SMP serta pihak lain yang relevan. Namun demikian, diharapkan secara bertahap sekolah bersama komite sekolah yang didukung oleh daerahnya masing-masing mampu secara mandiri dalam pembinaan pendidikan berstandar nasional.

Page 92: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 88

Pada tahap rintisan, sekolah yang ditetapkan sebagai SSN akan diberikan bantuan bersifat pancingan dari pusat (Dit. PSMP). Diharapkan dari daerah (provinsi dan Kabupaten/Kota) juga dapat memberikan kontribusi secara proporsional. Bantuan biaya yang diberikan tersebut pada tahap awal lebih diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan manajerial (membangun sistim perdidikan), fasilitas pembelajaran, yaitu berupa pemenuhan isi laboratorium, perpustakaan, multi media, peralatan pembelajaran di kelasl), peningkatan SDM, pemenuhan kebutuhan manajemen sekolah. Dengan demikian bukan untuk membangun gedung, ruang kelas, laboratorium, dan atau kunjungan ke sekolah lain. Di samping itu, juga untuk keperluan penambahan biaya operasional sekolah. Diharapkan dalam waktu tiga tahun sekolah tersebut sudah mampu memenuhi berbagai kebutuhan yang ada sebagai rintisan SSN dengan berbagai bantuan yang bersifat stimulan tersebut.

Beberapa usaha yang dapat ditempuh sekolah untuk pemenuhan kebutuhan biaya penyelenggaraan dan penggalian sumber-sumber biaya sebagai sekolah rintisan SSN tersebut antara lain adalah: (a) menjalin kerjasama dengan komite sekolah yang lebih intensif untuk manggali sumber-sumber dana yang ada di masyarakat, (b) melakukan kerjasama dengan dunia usaha/industri, (c) melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan ekonomi, (d) mengoptimasikan penggunaan bantuan yang diberikan dari pusat dan daerah, (e) dan usaha lain yang relevan. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, terutama kabupaten/kota, termasuk sekolah adalah jika bantuan dari pusat dihentikan, maka Pemda harus berupaya memberikan bantuan secara penuh, dengan cara memasukkan anggaran tersebut ke dalam APBD masing-masing setiap tahunnya. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan pembiayaan ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan

pembiayaan sekolah yang berstandar nasional; b. Diperolehnya banyak sumber pendanaan penyelenggaraan pendidikan

berstandar nasional, baik dari lingkungan sekitar sekolah, pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga lain, dunia usaha/industri, baik di pihak pemerinta maupun swasta;

c. Terpenuhinya standar pembiayaan pendidikan standar berstandar nasional per anak per tahun;

8. Penilaian

Sebagaimana dalam standar yang lain, penilaian merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan sekolah. Standarisasi penilaian sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan mencakup rambu-rambu penilaian yang harus dilaksanakan dalam satuan pendidikan. Tujuan pengembangan sistem penilaian ini adalah untuk memperoleh model sistem penilaian pendidikan yang valid dan berkualitas. Pada dasarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN adalah sama dengan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah yang lain, baik yang dibina oleh pusat maupun daerah, yaitu mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh BSNP atau Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Namun demikian, sebagai rintisan SSN, sekolah harus melakukan pengembangan sistem penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kualitas pendidikan yang senantiasa semakin tinggi dari waktu ke waktu.

Page 93: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 89

Beberapa hal pokok penilaian yang perlu dikembangkan sebagai SSN antara lain adalah: (a) standar nilai yang dipakai adalah standar-standar penilaian yang telah divalidasi oleh lembaga terkait, (b) bentuk perangkat penilaian dikembangkan dengan rambu-rambu yang telah dibakukan, (c) pada masa mendatang standar kelulusan diharapkan lebih mengutamakan kepada model penilaian atau acuan kriteria (lulus dan tidak lulus), di samping menggunakan kriteria penilaian dengan acuan norma untuk sementara waktu.

Sedangkan bentuk ujian akhir bagi siswa-siswa sekolah rintisan SSN kelas sembilan, direncanakan menggunakan pola penyelenggaraan sistim penilaian yang berstandar nasional. Dengan demikian, bagi lulusan SMP yang berstandar nasional akan mendapatkan pengakuan kualitas sekolah secara nasional. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari pengembangan penilaian ini adalah: a. Tersusunnya program-program yang dalam upaya pengembangan sistem

penilaian pendidikan di sekolah yang dibakukan secara nasional, khususnya dari standar isi;

b. Ditetapkannya berbagai standar nilai dalam berbagai bidang pelajaran; c. Ditetapkannya model penilaian sesuai tuntutan kurikulum sesuai dengan

tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; d. Dilaksanakannya berbagai model penilaian pembelajaran yang

berstandar nasional; e. Dilaksanakannya ujian akhir sekolah dengan pembakuan secara nasional

dengan rambu-rambu makro penilaian.; f. Terdapat dokumen penilaian di sekolah. Catatan: Sekolah dapat mengembangkan lebih dari 8 program sesuai kemampuan sekolah (lihat pada kriteria SSN-SMP).

E. Proses Penyusunan RKS DAN RKAS Rintisan SSN

Dalam penyusunan RKS DAN RKAS harus menerapkan prinsip-prinsip: pencapaian prestasi siswa, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), menyeluruh, tanggap terhadap perubahan, demand driven (berdasarkan kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review dan evaluasi. 1. Penyusunan dan Pelaksanaan RKS DAN RKAS Rintisan SSN

Faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah adalah konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan sekolah. Perencanaan sekolah yang baik akan memberikan kontribusi keberhasilan yang besar dalam implementasinya.

Desain RKS DAN RKAS

Implementasi RKS DAN RKAS

Evaluasi RKS DAN RKAS

Cakupan Isi RKS DAN

RKAS Kualitas RKS DAN RKAS

Kepatuhan Implementasi

dengan Desain RKS DAN RKAS

Kesesuaian Hasil

dengan Desain RKS DAN RKAS

Page 94: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 90

Sedangkan perencanaan yang jelek akan memberikan dampak yang jelek terhadap impelemntasinya. Oleh karena itu dalam setiap membuat RKS DAN RKAS, sekolah harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan strategis, kondisi sekolah saat ini, dan harapan masa datang. Alur berfikir dan keterkaitan antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sekolah dapat dilihat pada gambar 4.

2. Langkah-langkah Penyusunan RKS DAN RKAS Rintisan SSN

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa RKS DAN RKAS rintisan SSN berisi dua rencana pengembangan pendidikan ditinjau dari jangka waktunya, yaitu Rencana jangka menengah (empat tahunan), dan Rencana Operasional (Renop) Sekolah dalam jangka pendek (satu tahunan). Rencana empat tahunan menggambarkan suatu perencanaan pengembangan sekolah rintisan SSN yang menggambarkan tentang program-program sekolah yang akan dilaksanakan dan dicapai selama kurun waktu empat tahun. Program-program tersebut lebih bersifat garis besar, baik menyangkut fisik maupun non fisik, yang semuanya mengacu kepada pemenuhan standar nasional pendidikan. Sedangkan Rencana satu tahunan merupakan bagian tak terpisahkan dari Rencana empat tahunan, dan lebih merupakan penjabaran

Analisis Lingkungan Strategis

Situasi Pendidikan saat ini (belum menjadi SSN)

Situasi Pendidikan yang diharapkan (menjadi SSN)

Rencana Strategis (4 tahun)

Rencana Operasional (1 tahun)

Pelaksanaan Program

Supervisi, Monitoring & Evaluasi

Gambar 4. Penyusunan dan Pelaksanaan Perencanaan Sekolah

Kesenjangan

Page 95: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 91

operasional dari Rencana empat tahunan. Program-program dalam Rencana satu tahunan lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai dalam satu tahun. Dengan demikian Rencana empat tahunan dibuat pada awal tahun untuk empat tahun mendatang, sedangkan Rencana satu tahunan dibuat pada tahun pertama dari empat tahun yang akan dilaksanakan. Baik dalam Rencana empat tahunan maupun Rencana satu tahunan semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat diprediksi sebelumnya. Dalam hal program, baik Rencana empat tahunan maupun Rencana satu tahunan harus memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan dengan standar nasional.

Secara lebih rinci dalam pentahapan proses penyusunan RKS DAN RKAS rintisan SSN adalah sebagai berikut:

a. Langkah-langkah penyusunan Rencana empat tahunan dalam RKAS/

RPS rintisan SSN: 1) Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah

Dalam analisis ini pihak sekolah melakukan kajian tentang faktor-faktor eksternal sekolah, yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan. Berbagai faktor tersebut diantaranya adalah kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat dan nasional, kondisi geografis lingkungan sekolah, kondisi demografis masyarakat sekitar, kondisi perpolitikan, kondisi keamanan lingkungan, perkembangan globaliasasi, perkembangan IPTEK, regulasi/kebijakan pemerintah pusat dan daerah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dipergunakan untuk menentukan visi sekolah.

2) Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah saat ini Adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui semua unsur sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi pendidikan jenjang SMP pada umumnya di sekitar sekolah yang bersangkutan, khsusnya pada sekolah sejenis. Aspek atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji antara lain mengenai kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, laboran, tenaga perpustakaan, fasilitas atau sarpras, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan, sistem penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dirumuskan dalam ”education profile” pada suatu daerah yang dapat dipergunakan untuk menentukan ”status” atau potret pendidikan di SMP saat ini sebagai sekolah yang belum atau akan melaksanakan rintisan SSN. Hasil ini selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa empat tahun mendatang, sehingga dapat diketahui sejauhmana kesenjangan yang terjadi.

3) Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah yang diharapkan empat tahun kedepan

Sekolah melakukan suatu kajian atau penelaahan tentang cita-cita potret pendidikan di berstandar internasional di masa datang (khususnya dalam empat tahun mendatang). Dalam analisis ini melibatkan semua stakeholder sekolah, khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan

Page 96: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 92

kondisi sekolah yang benar-benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional. Diharapkan apa yang menjadi idealisme dalam lima tahun mendatang merupakan ”education profile yang ideal”, yaitu mampu sebagai SSN secara penuh, baik dalam hal standar nasional tentang SKL, standar kurikulum nasional, standar proses pembelajaran nasional, standar pendidik dan tenaga kependidikan nasional, standar kelulusan nasional, standar fasilitas nasional, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Hasil analisis ini selanjutnya akan dipergunakan untuk membandingkan dengan kondisi sekolah saat ini.

4) Menentukan kesenjangan antara situasi pendidikan sekolah saat

ini dan yang diharapkan empat tahun kedepan Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang idieal empat tahun mendatang, maka selanjutnya sekolah dapat menentukan kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan sasaran yang harus dicapai atau diatasi, sehingga apa yang diharapkan sekolah secara ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih antara kondisi nyata sekarang sebelum sebagai rintisan SSN dengan kondisi idealnya sebagai sekolah standar nasional (SSN) yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

5) Merumuskan visi sekolah rintisan SSN Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang sebagai sekolah berstandar nasional. Dalam menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan sebagai sekolah standar nasional. Berikut itu beberapa contoh perkembangan ke depan yang perlu diperhatikan, antara lain: (1) perkembangan iptek begitu cepat akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan termasuk teknologi pendidikan, (2) era global akan menyebabkan lalu lintas tenaga kerja sangat mudah, sehingga akan banyak tenaga kerja asing di Indonesia, sebaliknya banyak tenaga kerja Indonesia di luar negeri (3) era informasi yang menyebabkan siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber sehingga guru dan sekolah bukan lagi satu-satunya sumber informasi, (4) era global tampaknya juga berpengaruh terhadap perilaku dan moral manusia, sehingga sekolah diharapkan berperan menanamkan akhlaq kepada siswa, (5) kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan yang baik bagi anaknya ternyata paralel dengan persaingan antar sekolah untuk menggaet anak yang pandai dengan orangtua yang penuh perhatian, sehingga sekolah yang mutunya jelek akan ditinggalkan mereka, (6) di era AFTA akan dimulai bahasa Inggris akan sangat penting untuk sarana komunikasi di dunia kerja, (7) di era AFTA juga sangat mungkin terjadi pembukaan “cabang” sekolah luar negeri di kota besar di Indonesia, serta (8) masyarakat semakin faham bahwa pendidikan bukan hanya untuk hal-hal yang bersifat kognitif, sehingga prinsip multiple intelegence menjadi salah satu harapan, dan sebagainya.

Sebagai sekolah rintisan SSN, maka visi sekolah dikembangkan dalam koridor nasional dengan tetap berkepribadian Indonesia. Artinya visi suatu sekolah rintisan SSN berkiblat pada visi global namun juga harus bermuatan nasionalisme. Hal itu penting difahami

Page 97: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 93

untuk menghindari terjadinya kekeliruan bahwa sekolah “bebas” menentukan visinya dan tidak terkait dengan kebijakan pihak lain. Di samping itu visi sekolah juga harus mempertimbangkan potensi yang dimiliki sekolah dan harapan masyarakat di sekitar sekolah. Artinya jenis dan mutu layanan pendidikan sebagai sekolah rintisan SSN seperti apa yang diharapkan oleh orangtua dan masyarakat sekitar sekolah dan daerahnya. Juga harus dipertimbangkan apa potensi yang dimiliki sekolah untuk mewujudkan harapan tersebut sebagai rintisan SSN. Rumusan visi sebagai sekolah rintisan SSN seharusnya memberikan isyarat:

a) Berorientasi ke masa depan menuju SSN secara utuh dan juga visi untuk jangka waktu yang lama.

b) Menunjukkan keyakinan masa depan sebagai rintisan SSN yang jauh lebih baik daripada sebelum menjadi SSN, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat/daerah.

c) Mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai dengan standar nasional.

d) Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat dan komitmen warga untuk mewujudkan sekolah yang berwawasan nasional.

e) Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah ke arah SSN secara penuh.

f) Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah sebagai rintisan SSN.

6) Merumuskan misi sekolah rintisan SSN

Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sebagai sekolah rintisan SSN. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan sekolah sebagai rintisan SSN yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada rumusan visi. Dalam hal ini, satu indikator misi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas.

7) Merumuskan tujuan sekolah selama empat tahun ke depan menuju SSN yang mandiri Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan sekolah sebagai rintisan SSN. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah (yaitu lima tahunan). Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Isi tujuan ini masih bersifat global dan komprehensif, baik isi yang mengarah pada pencapaian standar nasional pada aspek isi, proses, sarana, kelulusan, pengelolaan, pembiayaan, pendidik, maupun penilaian. Masing-masing aspek yang dikembangkan sebagai sekolah rintisan SSN, maka dalam tiap tujuan dirumuskan secara relatif umum atau belum terlalu operasional.

8) Merumuskan program-program strategis untuk mencapai visi, misi, dan tujuan jangka menengah sebagai sekolah rintisan SSN

Page 98: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 94

Rumusan yang dibuat oleh sekolah tentang program-program tiga tahunan dari sekolah rintisan SSN masih bersifat yang strategis saja. Artinya masih bersifat yang utama, pokok, urgen,dan komprehensif. Program strategis ini harus sesuai dengan rumusan tujuan sebelumnya. Dengan kata lain, program yang dirumuskan merupakan penjabaran isi dari tujuan yang akan dicapai selama kurun waktu empat tahun menuju SSN yang mandiri secara utuh. Program di sini belum operasional, hanya garis besarnya saja. Untuk selanjutnya program ini akan dijabarkan lebih kongkret dan terukur secara operasional nanti ke program dalam Rencana tahunan.

9) Menentukan strategi pelaksanaan pada sekolah rintisan SSN Setelah program dirumuskan, selanjutnya adalah menetukan strategi apa yang harus dijalankan untuk melaksanakan program tersebut secara efisien, efektif, jitu, dan tepat. Karakteristik strategi adalah yang sesuai dengan tuntutan program. Strategi yang salah akan menyebabkan tidak tercapainya program, demikian pula sebaliknya. Misalnya untuk pencapaian program pengembangan standar kurikulum yang berwawasan nasional, dimungkinkan berbeda strateginya dengan strategi untuk mencapai standar prasarana atau fasilitas pendidikan yang berstandar nasional. Oleh karena itu dalam perumusan strategi ini harus mempertimbangkan keterlibatan pihak lain terkait dan kemampuan sekolah itu sendiri.

10) Menentukan tonggak-tonggak kunci keberhasilan (milestone) Berdasarkan pada tujuan, program dan strategi pencapaiannya di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai (satu tahun, dua tahun atau empat tahun, dst). Misalnya dari program pencapaian sarana dan prasarana pendidikan dengan standar nasional, bentuk hasil yang akan dicapai sarana pendidikan apa saja dalam jangka tertentu bisa terwujud. Demikian pula untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari aspek-aspek pendidikan berstandar nasional yang lain.

11) Menentukan rencana biaya (alokasi dana) Selanjutnya sekolah sebagai rintisan SSN merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan lima tahun. Rencana biaya tersebut dapat dirumuskan per tahunnya, sehingga dalam waktu lima tahun akan diketahui jumlah biaya yang diperlukan dan dari sumber biaya mana saja. Untuk membantu keakuratan dalam rancangan biaya pertahunnya, maka rencana biaya untuk tahun pertama dapat dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan biaya di tahun kedua, ketiga, dan keempat. Ada kemungkinan suatu program biayanya makin lama makin berkurang karena telah terpenuhi sebelumnya, atau sebaliknya, suatu program makin lama makin banyak biayanya. Dan dalam batas waktu atau tahun tertentu baru menyusut besarnya biaya. Semua ini sangat tergantung dari kemampuan sekolah dan daerah masing-masing. Dalam membuat rencana anggaran ini dari setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan asalnya semua sumber dana, misalnya dana dari rutin atau daerah, dari pusat, dari komite sekolah, atau dari seumber dana lainnya. Tidak menutup kemungkinan dari sumber dana lain yang saat menyusun belum tahu asal muasalnya. Karena Rencana jangka menengah sifatnya global, maka seandainya terjadi

Page 99: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 95

perubahan besarnya biaya dan asal sumber dana juga tidak masalah. Perubahan tersebut akan nampak ketika sekolah menyusun Rencana tahunan pada tahun kedua, ketiga, dan keempat. Sebab Rencana empat tahunan hanya dibuat sekali saat awal tahun pertama saja atau dengan kata lain Rencana empat tahunan tidak boleh tiap tahun berubah, yang baru adalah Rencana tahunan-nya. Dengan penyusunan rencana anggaran yang baik dalam Rencana empat tahunan ini, akan sangat membantu sekolah dalam merumuskan strategi ke depan khususnya dalam pencapaian anggaran pendidikan (RAPBS) yang memenuhi pembiayaan penyelenggaraan pendidikan sebagai sekolah rintisan SSN.

12) Membuat rencana pemantauan dan evaluasi Sekolah sebagai rintisan SSN harus merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara jelas selama kurun waktu lima tahun. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan tujuan sebagai rintisan SSN. Pada akhirnya sekolah akan mengetahui kapan suatu target SSN secara penuh akan dicapai dengan pasti. Tanpa adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan tanpa ada kejelasan dan kepastian. Pemantauan juga dilakukan oleh pihak luar, khususnya dari pusat (Direktorat PSMP).

Demikian langkah-langkah dalam proses penyusunan Rencana empat tahunan, untuk selanjutnya berdasarkan Rencana empat tahunan tersebut kemudian disusun Rencana Tahunan. Contoh format Rencana empat tahunan dapat dilihat pada lampiran. Secara skematis, penyusunan Rencana empat tahunan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5:

Langkah-langkah Penyusunan Rencana empat tahunan Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) Rintisan SSN

Visi

VISI

Misi 1

Misi 2

Misi n

Program 1

Program 2

Program n

Tuju

Tujuan 1

Tujuan 2

Tujuan n

Lingkungan

Strategis

Kondisi saat

ini

Kesenjangan

kondisi

Harapan 4 th

yad

Lingkungan

Strategis

Rencana Strategi

Pelaksanaan

Tonggak-tonggak Kunci

Keberhasilan

Rencana Biaya

Monitoring & Evaluasi

Page 100: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 96

b. Langkah-langkah penyusunan Rencana satu tahunan atau RKAS

Rintisan SSN:

Rencana satu tahunan disusun berdasarkan Rencana empat tahunan, dan tidak boleh menyimpang dari Rencana empat tahunan. Sehingga antara Rencana empat tahunan dan Rencana satu tahunan harus terkait dan ada benang merahnya. Rencana empat tahunan dan satu tahunan inilah yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Adapun langkah-langkah penyusunan Rencana satu tahunan adalah sebagai berikut: 1) Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah 2) Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini 3) Melakukan analisis pendidikan sekolah satu tahun kedepan (yang

diharapkan) 4) Merumuskan kesenjangan antara pendidikan sekolah saat ini dan

satu tahun kedepan 5) Merumuskan tujuan tahunan/tujuan jangka pendek (sasaran) 6) Mengidentifikasi urusan-urusan sekolah yang perlu dilibatkan untuk

mencapai setiap sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya

7) Melakukan analisis SWOT (mengenali tingkat kesiapan masing-masing urusan sekolah melalui analisis SWOT)

8) Menyusun langkah-langkah pemecahan persoalan, yaitu mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan urusan sekolah.

9) Menyusun rencana program sekolah 10) Menentukan milestone (output apa & kapan dicapai) 11) Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana) 12) Menyusun rencana pelaksanaan program 13) Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi 14) Membuat jadwal pelaksanaan program 15) Menentukan penanggungjawab program/kegiatan Adapun yang menjadi ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan ketika menyusun Renop sekolah adalah: 1) Menggunakan strategi analisis SWOT 2) Analisis SWOT dilakukan setiap tahun 3) Rencana satu tahunan merupakan pemjabaran dari rencana empat

tahunan 4) Program yang direncanakan lebih operasional 5) Ada benang merah antara tujuan lima tahunan dan sasaran (tujuan)

satu tahunan 6) Rencana dan program sekolah harus memperhatikan hasil analisis

SWOT Secara skematis dalam menyusun Rencana satu tahuuan sekolah dapat dilihat pada gambar 6.

Page 101: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 97

situasi

operasional lingkungan sekolah

Analisis SWOT setiap fungsi dan

faktor-faktornya

Rencana, program dan anggaran untuk masing-masing

sasaran

Kesenjangan atau gap antara kondisi sekolah sekarang

dengan idealnya satu thn kedepan

Kondisi yang ideal diharapkan satu

Kondisi sekolah saat ini (saat sekarang)

Identifikasi fungsi-fungsi untuk

mencapai sasaran

Sasaran 1 Sasaran 2 Sasaran 3 ……….. ………..

Alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan

situasi operasional lingkungan sekolah

Merencanakan supervisi dan monev

Menentukan jadwal kegiatan

Menentukan penanggungjawab

Gambar 6: Langkah-langkah Penyusunan Rencana satu tahunan

Dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Rintisan SSN Secara lebih rinci penyusunan Rencana satu tahunan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Melakukan analisis lingkungan operasional sekolah (strategis)

Langkah ini pada prinsipnya adalah sama dengan analisis lingkungan strategis di atas. Perbedaannya adalah untuk analisis ini lebih menitikberatkan kepada lingkungan sekolah saja yang cakupannya lebih sempit dan berpengaruh langsung kepada operasional sekolah. Proses-proses ini termasuk menganalisis terhadap kebutuhan masyarakat/daerah setempat, potensi daerah, potensi sekolah, potensi masyarakat sekitar, potensi geografis sekitar sekolah, potensi ekonomi masyarakat sekitar sekolah, dan potensi lainnya. Termasuk di dalamnya juga tentang regulasi atau kebijakan daerah dan peta perpolitikan daerah setempat. Hasil kajian ini (baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas) dapat dipergunakan untuk membantu melakukan analisis pendidikan yang ada di sekolah saat sekarang ini.

2) Melakukan analisis pendidikan sekolah saat ini Adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui semua unsur internal sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Aspek atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji antara lain mengenai kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, laboran, tenaga

Page 102: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 98

perpustakaan, fasilitas atau sarpras, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan, sistem penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dirumuskan dalam ”school profile” sekolahnya yang dapat dipergunakan untuk menentukan ”status” atau potret sekolah saat ini. Hasil ini selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa satu tahun mendatang, sehingga dapat diketahui sejauhmana kesenjangan yang terjadi.

3) Melakukan analisis pendidikan sekolah satu tahun kedepan (yang diharapkan) Pada dasarnya analisis ini sama dengan yang dilakukan untuk analisis sebelumnya di renstra, bedanya disini untuk jangka waktu satu tahun. Sekolah melakukan suatu kajian atau penelaahan tentang cita-cita potret sekolah yang ideal di masa datang (khususnya dalam satu tahun mendatang). Dalam analisis ini melibatkan semua stakeholder sekolah, khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan kondisi sekolah yang benar-benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional.

4) Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang diharapkan satu tahun kedepan Dalam menentukan kesenjangan ini pada dasarnya sama ketika menyusun renstra. Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang idieal satu tahun mendatang, maka selanjutnya sekolah dapat menentukan kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan sasaran yang harus dicapai atau diatasi dalam waktu satu tahun, sehingga apa yang diharapkan sekolah secara ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih antara kondisi nyata sekarang dengan kondisi idealnya satu tahun ke depan.

5) Merumuskan tujuan sekolah selama satu tahun ke depan (disebut juga dengan sasaran atau tujuan situasional satu tahun) Sekolah menentukan atau merumuskan sasaran atau tujuan jangka pendek satu tahunan. Rumusan tujuan satu tahunan ini merupakan penjabaran lebih rinci, operasional, dan terukur dari tujuan empat tahunan. Oleh karena itu, tujuan disini tidak boleh berbeda atau menyimpang dari tujuan empat tahunan. Dalam perumusannya harus mengandung aspek ABCD (audience, behaviour, condition, dan degree). Secara substansi tujuan tersebut lebih mentitikberakan kepada tujuan pencapaian standar internasional dalam berbagai aspek pendidikan.

Tujuan satu tahun merupakan penjabaran dari tujuan sekolah yang telah dirumuskan berdasarkan pada kesenjangan/selisih/gap yang terjadi antara kondisi sekolah saat ini dengan tujuan sekolah untuk satu tahun ke depan sebagai rintisan SSN. Berdasarkan pada tantangan nyata tersebut, selanjutnya dirumuskan sasaran mutu yang akan dicapai oleh sekolah rintisan SSN. Sasaran harus menggambarkan mutu dan kuantitas berstandar internasional yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi keberhasilannya.

6) Mengidentifikasi Fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah untuk dikaji tingkat kesiapannya

Setelah sasaran atau tujuan tahunan ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Langkah ini harus dilakukan sebagai persiapan dalam melakukan analisis SWOT. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk

Page 103: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 99

meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi lulusan yang berstandar internasional adalah fungsi proses belajar pembelajaran berstandar nasional dan pendukung pembelajaran, seperti: ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan instruksional, sarana dan prasarana dengan standar nasional, serta hubungan sekolah dan masyarakat. Selain itu terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar, diantaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik sekolah.

Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi tidak sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan menyimpang dan tidak berguna untuk memecahkan persoalan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Agar lebih mudah, dalam identifikasi fungsi dibedakan fungsi-fungsi pokok yang berbentuk proses, misalnya KBM, latihan, pertandingan, dan sebagainya serta fungsi-fungsi yang berbentuk pendukung, yang berbentuk input misalnya ketenagaan, sarana-prasarana, anggaran, dan sebagainya. Pada setiap fungsi ditentukan pula faktor-faktornya, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal agar setiap fungsi memiliki batasan yang jelas dan memudahkan saat melakukan analisis.

Setelah fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran telah diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan masing-masing fungsi beserta faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).

7) Melakukan Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal.

Dalam melakukan analisis terhadap fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku ketentuan berikut: Untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal. Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan standar, kecermatan, kehati-hatian, pengetehuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang tepat.

Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor eksternal yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah ditetapkan diduga tidak akan dapat tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang.

Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan

Page 104: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 100

persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap dan mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.

Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya, maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda, disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama. Oleh karena itu dalam analisis SWOT harus dilakukan pada TIAP SASARAN. Format analisis SWOT dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 3. Contoh Format Analisis SWOT

8) Merumuskan dan Mengidentifikasi Alternatif Langkah-langkah Pemecahan Persoalan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat diidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi proses pembelajaran yang menjadi kelemahan adalah siswa kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari

AANNAALLIISSIISS ‘‘ SSWWOOTT ’’

Urusan &

Faktornya

Kriteria

Kesiapan

Kondisi

Nyata

Tingkat Kesiapan Faktor

A. Kurikulum

1. Faktor Internal

a. ………….

b. ………….

c. ………….

2. Faktor Eksternal

a. ………….

b. ………….

c. ………….

B. Ketenagaan

1. Faktor Internal

a. ………….

b. ………….

c. ………….

2. Faktor Eksternal

a. ………….

b. ………….

c. ………….

C. Dan seterusnya

Siap Tidak Siap

Kekuatan

(Strength)

Kelemahan

(Weakness)

Peluang

(Opportunity)

Ancaman

(Threat)

Kekuatan

(Strength)

Kelemahan

(Weakness)

Peluang

(Opportunity)

Ancaman

(Threat)

a. ………….

b. ………….

c. ………….

a. ………….

b. ………….

c. ………….

a. ……….

b. ……….

c. ……….

a. ……….

b. ……….

c. ……….

a. ………….

b. ………….

c. ………….

a. ………….

b. ………….

c. ………….

a. ……….

b. ……….

c. ……….

a. ……….

b. ……….

c. ……….

Page 105: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 101

menjelang pulang. Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.

Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari alternatif alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan. Dengan kata lain, alternative pemecahan masalah pada dasarnya merupakan cara mengatasi fungsi yang belum memenuhi kesiapan.

9) Menyusun Rencana Program Berdasarkan pada beberapa alternatif pemecahan persoalan yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut, sekolah ‘X’ selanjutnya menyusun program sesuai dengan kemampuan sekolah. Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu melaksanakan alternative pemecahan masalah dengan inovatif maksimal dan biaya minimal. Dari alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, Kepala sekolah sekolah bersama-sama dengan unsur Komite Sekolah, menyusun dan merealisasikan rencana dan program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta didik, baik secara moral maupun finansial.

C. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan/output apa dan kapan dicapai (milestone ) Berdasarkan pada tujuan atau sasaran satu tahunan dan program di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai dalam waktu satu tahun. Misalnya dari program pencapaian standar nasional aspek sarana dan prasarana pendidikan, bentuk hasil yang akan dicapai sarana pendidikan apa saja dalam jangka satu tahun bisa terwujud. Misalnya dalam empat tahun akan mencapai standar nasional, sarana pendidikan 100%, maka pada tahun pertama ini akan dicapai 25%-nya. Demikian pula untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari program-program lainnya (lihat Tabel 2 di Bagian I : Konsep dan Pelaksanaan).

D. Menyusun rencana biaya (besar dana, alokasi, sumber dana) Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan satu tahun. Dalam membuat rencana anggaran ini dari setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan asal semua sumber dana, misalnya dana dari rutin atau daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dari pusat, dari komite sekolah, atau dari sumber dana lainnya. Penyusunan rencana anggaran ini dituangkan ke dalam Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS) Rintisan SSN-SMP. Dalam penyusunannya harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dari masing-masing penyandang dana. Sangat dimungkinkan suatu program dibiayai dengan subsidi silang dari berbagai pos atau sumber dana. Program-program yang memerlukan bantuan dari pusat harus dialokasikan sumber dana dari pusat dengan sharing dari sekolah dan komite sekolah atau bahkan daerah. Pada era otonomi daerah ini, maka sekolah dan daerah memiliki kewajiban yang lebih besar dalam hal pemenuhan unit cost pendidikan anak/siswa. Dalam penyusunan anggaran di RAPBS, maka setiap program atau kegiatan harus nampak jelas, terukur, dan rinci untuk memudahkan dalam menentukan besarnya dana yang diperlukan.

Page 106: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 102

E. Menyusun rencana pelaksanaan program Perumusan atau penyusunan rencana pelaksanaan program ini lebih mengarah kepada kiat, cara, teknik, dan atau strategi yang jitu, efisien, efektif, dan feasibel untuk dilaksanakan. Cara di sini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada program tersebut. Beberapa cara yang bisa ditempuh misalnya dengan pelatihan atau workshop, seminar, lokakarya, temu alumni, kunjungan, in house training, matrikulasi, remedial, pengayaan, pendampingan, bimbingan teknis rutin, dan lainnya. Dalam perencanaan pelaksanaan harus mempertimbangkan alokasi waktu, ketersediaan dana, SDM, fasilitas, dan sebagainya.

F. Menyusun rencana Supervisi, pemantauan dan evaluasi Perumusan di sini pada dasarnya sama dan mengacu kepada rencana empat tahunan khususnya tentang rencana supervisi klinis, monitoring, dan evaluasi di sekolah. Sekolah merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara jelas selama kurun waktu satu tahun. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan tujuan dalam kurun waktu satu tahun tersebut. Pada akhirnya sekolah akan mengetahui program apa yang dapat dicapai dan kapan suatu target standar internasional akan dicapai dengan pasti. Tanpa adanya langkah ini sekolah akan cenderung berjalan tanpa ada kejelasan dan kepastian. Lebih daripada itu, sekolah akan memiliki daya tawar dengan pihak lain ketika berkepentingan untuk meningkatkan kemajuan sekolah.

G. Membuat jadwal pelaksanaan program Apabila program-program telah disusun dengan baik dan pasti, selanjutnya sekolah merencanakan alokasi waktu per mingguan atau bulanan atau triwulanan dan seterusnya sesuai dengan karakteristik program yang bersangkutan. Fungsi utama dengan adanya penjadwalan ini untuk pegangan bagi para pelaksana program dan sekaligus mengontrol pelaksanaan tersebut.

H. Menentukan penanggungjawab program/kegiatan Sekolah akhirnya harus menentukan siapa penanggungjawab suatu kegiatan/ program, kelompok program dan atau keseluruhan program. Dengan SK Kepala Sekolah, maka bagi tiap orang atau kelompok orang dapat menjadi penanggung jawab atau anggota pelaksana program/kegiatan. Pertimbangan utamanya adalah profesionalitas, kesesuaian, kewenangan, kemampuan, kesediaan, dan kesempatan yang ada. Azas proporsionalitas bisa dipertimbangkan kemudian. Keterlibatan pihak luar, seperti komite sekolah, tokoh masyarakat, dan sebagainya dapat dilibatkan sesuai dengan kepentingannya. Pada prinsipnya Rencana satu tahunan ini harus diketahui, disetujui, dan disyahkan oleh berbagai pihak terkait (Sekolah, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota).

I. Kriteria RKS DAN RKAS-SSN

Sebagai suatu perencanaan pengembangan sekolah yang bertaraf internasional, maka RKS DAN RKAS-SSN dapat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 107: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 103

NO

INDIKATOR RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH SERTA RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKS DAN RKAS)-

SSN

1 Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis lingkungan strategis sekolah

2 Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah saat ini

3 Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang diharapkan

4 Analisis kesenjangan (selisih 2 & 3)

5 Kelengkapan elemen Rencana empat tahunan

6 Cakupan jenis perencanaan (pemerataan, kualitas, efisiensi, relevansi, dan kapasitas).

7 Kemanfaatan serta kesesuaian rencana empat tahunan & rencana satu tahunan dengan permasalahan pendidikan

8 Kelayakan strategi implementasi rencana empat tahunan dan satu tahunan

9 Kelayakan rencana monitoring & evaluasi

10 Kecukupan, kemutakhiran, dan kerelevansian data

11 Kelayakan anggaran antara rencana pendidikan, pendapatan, dan rencana belanja

12 Tingkat partisipasi & keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan

13 Sustainabilitas SDM, EMIS, dana pendukung, dsb.

14 Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusunan RKS DAN RKAS

15 Kelengkapan elemen Recana satu tahunan

INFORMASI PENTING : Dalam pengembangan program-program SSN yang dikemas dalam RKS, bagi sekolah-sekolah yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) diharapkan tidak memprogramkan program-program yang sudah ada (baku) dalam DAK. Program-program yang tidak boleh duplikasi antara lain : a) akses (RKB, Rehab sedang, Rehab berat, rehab total, rehap susut, dan ruang perlustakaan), dan b) buku, alat IPA, bahasa, alat matematika, alat seni, alat OR, dan alat IPS.

Page 108: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 104

BAB IV PENUTUP

Panduan penyusunan RKS DAN RKAS Rintisan SSN-SMP ini dikembangkan sebagai model minimal untuk bisa dikembangkan lebih jauh tanpa mengurangi aspek-aspek yang ada. Panduan penyusunan ini dipergunakan oleh semua sekolah (SMP) rintisan SSN dalam rangka menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional. Panduan ini juga dapat dipergunakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam upaya pencapaian pendidikan yang efisien, efektif, relevan, dan berstandar nasional.

Isi utama yang harus dikembangkan dalam RKS DAN RKAS rintisan SSN-SMP tiap sekolah adalah semua aspek yang mengarah kepada Standar Nasional Pendidikan, berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari delapan aspek antara lain : a) kompetensi lulusan, b) isi, c) proses, d) Tenaga pendidik dan kependidikan, e) pengelolaan, f) sarana dan prasarana, g) pembiayaan, dan h) penilaian. Di samping itu juga mengacu pada Perrmendiknas yang merupakan penjabaran dari PP tersebut di atas. Diharapkan ke depan semua sekolah yang sebagai rintisan SSN ini benar-benar secara penuh menjadi sekolah berstandar nasional dalam segala aspek. Di samping itu diharapkan sekolah standar nasional dapat dijadikan sebagai model pengembangan sekolah di daerah, baik dalam model pengelolaan proses belajar mengajar maupun dalam hal manajemen sekolah.

Untuk itu diharapkan adanya masukan yang konstruktif terhadap panduan ini demi perbaikan dan penyempurnaan, sehingga dapat dipakai oleh semua pihak yang terkait seperti Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi dan semua pihak yang peduli dan menaruh perhatian besar terhadap pengembangan sekolah. .

Page 109: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 105

LAMPIRAN-1: FORMAT RENCANA KERJA/KEGIATAN DAN ANGGARAN (RKS DAN RKAS)

RINTISAN SSN:

I. RENCANA EMPAT TAHUNAN SEKOLAH :

A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS : B. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN SAAT INI: C. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN MASA DATANG (MISALNYA 4 TAHUN ATAU

20 TAHUN KE DEPAN):. D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA (KESENJANGAN KONDISI) ANTARA 4

TAHUN KE DEPAN DENGAN KONDISI NYATA PENDIDIKAN SAAT INI:

Tabel 1. Identifikasi Tantangan Nyata

No. Kondisi saat ini Kondisi yang

diharapkan (lima tahun ke depan)

Besarnya Tantangan Nyata

A PRESTASI SEKOLAH DAN LULUSAN (SKL) 1. …………. 2. DST B. PRASARANA, SARANA, DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. …………. 2. DST C TENAGA KEPENDIDIKAN / SDM 1. …………. 2. DST D. MANAJEMEN 1. …………. 2. DST E. PEMBIAYAAN (DANA DAN SUMBER DANA) 1. …………. 2. DST F. KURIKULUM 1. …………. 2. DST

E. VISI SEKOLAH F. MISI SEKOLAH G. TUJUAN SEKOLAH DALAM 4 TAHUN H. PROGRAM STRATEGIS I. STRATEGI PELAKSANAAN/PENCAPAIAN J. HASIL YANG DIHARAPKAN (TONGGAK-TONGGAK KUNCI KEBERHASILAN)

Page 110: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 106

Tabel 2. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan sekolah sebagai Rintisan SSN:

Tonggak-Tonggak Kunci Keberhasilan Sekolah NO

Aspek-aspek dari Program-program Strategis Th I Th II Th III Th IV Th V

A PRESTASI SEKOLAH DAN LULUSAN (SKL) 1. …………. 2. DST B. PRASARANA, SARANA, DAN MEDIA

PEMBELAJARAN

1. …………. 2. DST C TENAGA KEPENDIDIKAN / SDM 1. …………. 2. DST D. MANAJEMEN 1. …………. 2. DST E. PEMBIAYAAN (DANA DAN SUMBER DANA) 1. …………. 2. DST F. KURIKULUM 1. …………. 2. DST

a. MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) b. PEMBIAYAAN

Tabel 3. Tabulasi pembiayaan dalam Renstra sbb:

TAHUN DAN SUMBER DANA

TAHUN I TAHUN II

DST

SAMPAI

DENGAN

TH V

PROGRAM-PROGRAM

STRATEGIS

RUTIN

DINAS PROP

DINAS

KAB/KOTA

PUSAT

KOMITE

SEKOLAH

................

RUTIN

DINAS PROP

DINAS

KAB/KOTA

PUSAT

KOMITE

SEKOLAH

................

....................

....................

JUMLAH (RUPIAH)

I GAJI GURU DAN KARYAWAN

1………………………..

… DST .......

II PERAWATAN, BELANJA KANTOR, DLL

1……………………………

… DST .......

III PENGEMBANGAN SEKOLAH SEBAGAI RINTISAN SNN

A PENINGKATAN PRESTASI SEKOLAH/LULUSAN BERSTANDAR NASIONAL

1……………………………

… DST .......

B PENINGKATAN PRASARANA, SARANA, DAN MEDIA PEMBELAJARAN BERSTANDAR NASIONAL

1…………………………

… DST .......

C PENINGKATAN SDM (GURU, KEPALA SEKOLAH, KARYAWAN,DLL) BERSTANDAR NASIONAL

Page 111: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 107

1……………………………

… DST .......

D PENINGKATAN MANAJEMEN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL

1……………………………

… DST .......

E PENINGKATAN …………………………………………………………………………………

1……………………………

… DST .......

JUMLAH (RP) .....

....

. ..... ..... ..... ..... ... ..... ..... ..... ..... ..... .. ... .....

II. RENCANA SATU TAHUNAN SEKOLAH: SATU (1) TAHUN

A. ANALISIS LINGKUNGAN OPERASIONAL SEKOLAH B. ANALISIS PENDIDIKAN SEKOLAH SAAT INI C. ANALISIS PENDIDIKAN SEKOLAH 1 TAHUN KEDEPAN (YANG DIHARAPKAN)

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA SATU (1) TAHUN:

Tabel 4. Identifikasi tantangan nyata dalam satu tahun

No.

Kondisi saat ini Kondisi yang diharapkan

( 1 tahun ke depan)

Besarnya Tantangan Nyata

A PRESTASI SEKOLAH DAN LULUSAN 1. …………. 2. DST B. PRASARANA, SARANA, DAN MEDIA

PEMBELAJARAN

1. …………. 2. DST C TENAGA KEPENDIDIKAN / SDM 1. …………. 2. DST D. MANAJEMEN 1. …………. 2. DST E. PEMBIAYAAN (DANA DAN SUMBER

DANA)

1. …………. 2. DST F. ....................................... 1. …………. 2. DST

E. TUJUAN SITUASIONAL/SASARAN

F. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI/ KOMPONEN/URUSAN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI SETIAP SASARAN

G. ANALISIS SWOT:

Page 112: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 108

Tabel 5. Analisis SWOT

Tingkat Kesiapan Faktor

Komponen/Fungsi dan Faktornya

Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)

Kondisi Nyata Siap

Tidak Siap

(1) (2) (3) (4) (5)

A. INTERNAL

B. EKSTERNAL

H. ALTERNATIF LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN PERSOALAN:

Tabel 6. Alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan

Komponen/ Faktor yang TIDAK

SIAP Persoalan pada komponen/faktor

Altaernatif Pemecanahn Persoalan

I. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN:

Tabel 7. Rencana program dan kegiatan

ASPEK-ASPEK DARI PROGRAM OPERASIONAL (TAHUNAN)

TONGGAK-TONGGAK KUNCI KEBERHASILAN

J. PENGEMBANGAN PROGRAM, KEGIATAN, DAN RINCIAN KEGIATAN TIAP

SASARAN:

J. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)

Page 113: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 109

K. RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS)

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (RAPBS) RINTISAN -

SSN SMP : ......................................TAHUN AJARAN ..............................................

RAPBS TAHUN KE .................................

SUMBER DANA DAN ALOKASI ANGGARAN

PROGRAM DAN KEGIATAN

SPESIFIKASI,

SATUAN,

VOL,JMLH, U

NIT,

OR/BLN, D

LL

RUTIN

DIN

AS

PROVIN

SI

DIN

AS

KAB/KOTA

PUSA

T

KOMITE

SEKOLAH

......................

JUMLAH

(RUPIAH)

I. Gaji guru dan karyawan II. Maintenance 1) .............................................. 2) Dst III. PENINGKATAN PRESTASI SEKOLAH/LULUSAN BERSTANDAR NASIONAL

A. Sasaran ke-1: ........................... 1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1:

1) .............................................. 2) Dst

B. Sasaran ke-2:............Dst

1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1: 1) .............................................. 2) Dst

IV. PENINGKATAN PRASARANA, SARANA, DAN MEDIA PEMBELAJARAN BERSTANDAR NASIONAL

A. Sasaran ke-1: ...........................

1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1: 1) ..............................................

2) Dst

B. Sasaran ke-2:............Dst 1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1:

2) Dst

V. PENINGKATAN MANAJEMEN BERSTANDAR NASONAL

A. Sasaran ke-1: ...........................

1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1: 1) ..............................................

2) Dst

B. Sasaran ke-2:............Dst 1. Program 1: ............................... a. Kegiatan 1:

1) .............................................. 2) Dst

JUMLAH (RUPIAH)

.................... 20........ Mengetahui/Menyetujui Mengetahui/Menyetujui Mengetahui Mengetahui Kepala Dinas Provinsi Kepala Dinas Pen. Kab/Kota Komite Sekolah Kepala Sekolah (..............................) (..............................) (..............................) (.........................)

Page 114: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 110

L.. JADWAL KEGIATANL.. JADWAL KEGIATANL.. JADWAL KEGIATANL.. JADWAL KEGIATAN

J. PENANGGUNG JAWAB

K. LAMPIRAN

Beberapa dokumen yang harus dilampirkan dalam RKS DAN RKAS ini antara lain: 1. Profil sekolah lengkap 2. Nomor rekening sekolah 3. Copyan sertifikat tanah 4. Gambar layout sekolah 5. Gambar rencana pembangunan ruang/kantor/lab/bangunan lain jika memerlukan

bantuan dan Rencana Anggaran Bangunan 6. Master plan sekolah 7. SK dan susunan kepenguruan komite sekolah 8. Foto-foto profil sekolah yang dipandang perlu 9. Kalender pendidikan/akademik, 10. Jadwal penyusunan kurikulum 11. Penugasan pendidik pada mata pelajaran dan kegiatan lainnya, 12. Buku teks pelajaran yang dipakai, 13. Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, pengadaan, penggunaan,

dan persediaan minimal bahan habis pakai, 14. Dan lainnya yang dianggap relevan.

Page 115: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 111

BAGIAN III:BAGIAN III:BAGIAN III:BAGIAN III: PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT

RINTISAN SERINTISAN SERINTISAN SERINTISAN SEKOLAH KOLAH KOLAH KOLAH STANDAR NASIONAL STANDAR NASIONAL STANDAR NASIONAL STANDAR NASIONAL (S(S(S(SSNSNSNSN)))) UNTUK UNTUK UNTUK UNTUK

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Page 116: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP 112

Page 117: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 113

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Landasan yuridis penyelenggaraan sistim pendidikan sebagaimana tercermin dalam UU Sistim Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) mengamanatkan bahwa dalam rangka mengembangkan berbagai program pendidikan secara nasional diperlukan pembinaan-pembinaan secara intensif, baik dari pusat (Direktorat PSMP), Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan kabupaten/kota, dan masyarakat. Dalam jangka panjang, pengembangan sekolah melalui pengembangan program SSN diharapkan dari waktu ke waktu mengalami kenaikan yang signifikan dari kualitas maupun kuantitas. Dalam rangka peningkatan mutu sekolah tersebut berbagai program telah dikembangkan, salah satunya adalah pengembangan sekolah standar nasional. Sebagai konsekuensi logis dari penyelenggaraan Sekolah Standar Nasional ini salah satunya adalah pemenuhan biaya bagi sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah standar nasional.. Sebagai SSN dituntut untuk mampu memenuhi semua aspek pendidikan berskala nasional, yaitu aspek standar kompetensi lulusan, kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan sistem penilaian. Untuk memenuhi kepentingan semua itu, maka konsekuensinya adalah dengan menyedikan biaya yang cukup tinggi, baik oleh sekolah, komite sekolah, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Ada dua hal yang ditempuh untuk dapat segera diselenggarakannya SSN di setiap daerah, yaitu pertama melaksanakan rintisan SSN secara bertahap dan berkelanjutan, dan kedua adalah secara bersama-sama antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat untuk bertanggung jawab dalam pembiayaan sekolah standar nasional, sesuai dengan amanat UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 46 ayat (1) tentang Pendanaan Pendidikan . Dengan pola sharing dana SSN ini, maka diharapkan akselerasi penyelenggaraan SSN akan makin cepat, sehingga dapat dipergunakan sebagai model bagi sekolah lain di setiap daerah, dan akan bergeser dari sekolah Potensial (calon SSN) menjadi sekolah yang berkualifikasi Sekolah Standar Nasional (SSN). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk tahapan rintisan SSN ini adalah dengan memberikan dana bantuan kepada sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SSN. Dana bantuan tersebut adalah dana pancingan (stimulus) untuk penyelenggaraan SSN, yang diarakhan pada pemenuhan SNP. Dana yang disiapkan oleh pusat bersama-sama dengan Dinas pendidikan kabupaten/kota dan masyarakat akan digunakan sebagai dana penyelenggaraan sekolah standar nasional melalui pengembangan program-program yang diarahkan pada pemenuhan Standar Nasional Pendidikan. Dana penyelenggaraan adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sekolah yang bersangkutan. Namun demikian sekali lagi perlu juga digaris-bawahi bahwa dana dari pusat sifatnya hanya pancingan dan sementara, sehingga sangat diperlukan adanya tambahan bantuan lain dari komite sekolah dan pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan amanat dalam PP No. 48 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 48 yang menyatakan bahwa “Tanggung Jawab peserta didik, orang tua, wali peserta didik dalam pendanaan..... ditujukan untuk : a) menutupi kekurangan pendanaan satuan pendidikan dalam memenuhi Standar Nasional pendidikan; dan b) mendanai program peningkatan mutu satuan pendidikan di atas Standar Nasional Pendidikan”

Page 118: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 114

Oleh karena itu, dipandang sangat penting disusunnya panduan penggunaan dana tersebut agar dapat dipergunakan secara optimal dan efisien oleh setiap penyelenggara rintisan SSN di daerah.

B. Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya panduan penggunaan dana ini adalah agar Kepala Sekolah dan jajarannya, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan pihak-pihak lain yang terkait setelah membaca dan memahami panduan ini dapat: 1. mengalokasikan dana bantuan secara proporsional pada aspek-aspek

pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, proses pembelajaran, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan fasilitaspembelajaran, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya berstandar nasional, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SSN;

2. menggunakan dana bantuan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SSN;

3. wajib mencari solusi tambahan dana untuk menjalankan program dan kegiatan sebagai rintisan SSN (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati, baik untuk penambahan bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SSN;

4. mempertanggungjawabkan penggunaan dana secara benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SSN;

5. mendorong semua pihak untuk secara terus menerus mengupayakan ketersediaan dana tiap tahun sesuai dengan kebutuhan sekolah sebagai rintisan SSN, mengingat dalam tahun tertentu bantuan dari pusat akan dihentikan.

Catatan:

Tujuan khusus penggunaan masing-masing dana bantuan dijelaskan pada bab-bab berikutnya.

C. Dasar Hukum

Sebagai dasar hukum penggunaan dana bantuan rintisan SSN ini antara lain adalah: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Kepres RI Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan APBN yang telah

dirubah dengan Kepres RI Nomor 72 Tahun 2004; 5. Kepmen Keuangan Nomor 331/M/V/9/1968 tentang Pedoman Bagi Pegawai

yang diberi tugas melakukan Pemeriksaan umum Kas pada para Bendahara/Pemegang Kas;

Page 119: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 115

6. Kepmen Keuangan Nomor 332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan Cara Mengerjakannya;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Pembentukan BPK. 8. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

D. Sasaran

Adapun sekolah sasaran (SMP) yang ditetapkan sebagai rintisan SSN dan akan mendapatkan bantuan dana blockgrant SSN ini (2010) adalah sejumlah 500 Sekolah standar nasional. Jumlah keseluruhan sekolah yang mendapatkan dana block grant terdistribusi dalam tiga angkatan. Angkatan 2008, 2009, dan 2010. Angkatan 2008 berjumlah 830 sekolah, angkatan 2009 berjumlah 530 sekolah, sedangkan angkatan 2010 direncanakan sebanyak 500 sekolah. Sehingga pada tahun 2010 sasaran sekolah standar nasional akan berjumlah 1860 sekolah (sekolah yang lama dan baru).

Page 120: Panduan pelaksanaan ssn
Page 121: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 117

BAB II PENGGUNAAN DANA BANTUAN BLOCK GRANT

PEMBINAAN RINTISAN SSN

A. Latar Belakang

Seperti telah dijelaskan dalam Buku Panduan SSN-SMP bahwa sejak tahun 2004 Direktorat Pembinaan SMP sampai sekarang ini telah melaksanakan pembinaan kepada sekolah-sekolah yang secara khusus dikelompokkan ke dalam Sekolah Standar Nasional (SSN). Kelompok SSN ini dipersiapkan dan dibina agar menjadi SSN mandiri atau SBI, oleh karenanya diberikan bantuan dana pancingan untuk mengembangkan delapan aspek standar nasional pendidikan. Di antara delapan SNP tersebut salah satunya adalah aspek fasilitas pendidikan. Pengembangan fasilitas pendidikan bagi SSN sampai saat ini berdasarkan pada hasil ME yang dilakukan Direktorat PSMP rata-rata belum mencapai standar yang diharapkan, termasuk di dalamnya adalah pada sekolah-sekolah potensial yang telah di-support untuk dipercepat menjadi sekolah standar nasional (SSN). Hal ini sangat wajar mengingat pemenuhan fasilitas pendidikan yang standar memerlukan biaya mahal, sementara itu kemampuan pemerintah terbatas dan partisipasi masyarakat belum optimal seperti yang diharapkan. Di lain pihak, sekolah yang menjadi calon rintisan SSN sangat membutuhkan fasilitas yang lebih daripada fasilitas yang berstandar nasional. Dengan kata lain, sebagai rintisan SSN dituntut memiliki fasilitas pendidikan yang berstandar nasional. Hal ini berarti membutuhkan biaya yang lebih besar lagi dibandingkan dengan ketika untuk pemenuhan fasilitas sekolah potensial. Di samping itu fasilitas pendidikan harus mendapatkan perhatian khusus, maka aspek-aspek pendidikan lainnya juga perlu diperhatikan, yaitu aspek standar kompetensi lulusan, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen, pembiayaan, dan penilaian dalam rangka penyelenggaraan rintisan SSN yang berstandar nasional. Selanjutnya untuk mengatasi kondisi aspek fasilitas pendidikan dan aspek-aspek lainnya tersebut sebelum sekolah menyelenggarakan rintisan SSN, maka perlu adanya berbagai upaya yang harus dilakukan oleh semua pihak (pusat, daerah, komite sekolah, dan sekolah), sehingga ketika sekolah melaksanakan rintisan SSN benar-benar telah siap. Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pusat (dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMP) adalah dengan memberikan dana bantuan block grant persiapan kepada sekolah rintisan SSN.

B. Tujuan Umum Pemberian Dana Block Grant bagi SSN

Adapun yang menjadi tujuan umum pemberian dana block grant adalah: b. Untuk memberikan pancingan dana secara umum bagi sekolah SSN,

agar ada pemahaman bagi sekolah dan semua stakeholder (komite sekolah/orang tua siswa, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi, Anggota DPRD, Dewan Pendidikan, Bappeda, dan sebagainya), bahwa pemberian dana block grant dimaksudkan untuk memancing kontribusi dari pihak lain.

c. Untuk mengatasi berbagai kekurangan/kelemahan sekolah dalam hal aspek pendidikan, yaitu aspek SKL, kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen,sarana/prasarana atau

Page 122: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 118

fasilitas pembelajaran, pembiayaan, dan penilaian, yang semuanya dipersiapkan mengarah kepada berstandar internasional.

d. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lain di sekolah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

C. Maksud dan Tujuan

Tujuan pembinaan rintisan SSN di sini adalah sekolah melaksanakan proses pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan kepada standar nasional, sebagaimana proses pendidikan seperti yang biasa diselenggarakan, perbedaannya terletak pada standarisasi sekolah. Beberapa proses penting yang dilakukan antara lain: pengembangan regulasi penerimaa siswa baru, proses pembelajaran dan penilaian, manajemen sekolah (terhadap unsur-unsur sekolah), dan pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak lain, yang kesemuanya itu berdasarkan standar nasional pendidikan.

Dalam rangka pembinaan ini sekolah telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan persiapan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Diharapkan persiapan yang dilakukan tersebut telah mengantarkan sekolah untuk benar-benar mampu menyelenggarakan rintisan SSN tanpa hambatan yang berarti. Selanjutnya pembinaan rintisan SSN ini memerlukan biaya operasional dan investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan berbagai pihak untuk bertanggungjawab dalam pembinaan ini, khususnya mengenai pembiayaan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat (Direktorat Pembinaan SMP) adalah memberikan bantuan dana block grant setiap tahun dalam kurun waktu tertentu. Diharapkan setelah dihentikan bantuan ini, sekolah dan pemerintah daerah bertanggungjawab untuk melanjutkannya. Sehingga bantuan ini juga hanya sebagai pancingan dan bersifat sementara saja. Secara khusus tujuan yang akan dicapai oleh sekolah menyelenggarakan rintisan SSN ini adalah:

1. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi lulusan dengan

standar nasional pendidikan; 2. untuk menghasilkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang

sudah diperkaya dan diberlakukan di sekolah: 3. untuk melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif berdasarkan

standar proses yang telah ditetapkan; 4. untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; 5. untuk meningkatkan prasarana, sarana, dan fasilitas pendidikan; 6. untuk menerapkan manajemen berbasis sekolah; 7. untuk menerapkan sistem penilaian yang akurat; 8. untuk meningkatkan sumber pendanaan dan biaya penyelenggaraan

pendidikan; Dari tujuan tersebut di atas dipandang penting untuk diberikan panduan penggunaan dana bantuan pembinaan ini, sehingga dapat membantu sekolah dan pihak lain yang terkait untuk secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap kesuksesan penyelenggaraan rintisan SSN.

Pada dasarnya penggunaan dana bantuan pembinaan sekolah ini menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai dengan dana

Page 123: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 119

bantuan ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah masing-masing. Namun demikian dalam kerangka pembinaan sebagai sekolah rintisan, maka penggunaan dana ini diberikan rambu-rambu pengalokasian dan proporsinya. Secara khsusus tujuan disusunnya panduan penggunaan dana bantuan pembinaan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca dan memahami dapat: 1. mengalokasikan dana bantuan pembinaan secara proporsional pada

aspek-aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana/prasarana dan fasilitas pembelajaran, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian;

2. menggunakan dana bantuan pembinaan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

3. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program dan kegiatan sebagai rintisan SSN (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati;

4. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan pembinaan secara benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,

D. Proporsi Biaya Bantuan Blockgrant SSN dan Rincian Program

Pengembangan Rintisan SSN

Besarnya pembiayaan dari dana bantuan blockgrant SSN untuk berbagai aspek pendidikan yang akan dikembangkan oleh sekolah sebagai rintisan SSN diatur secara proporsional sebagai berikut:

Tabel 1. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant SSN (Tahun pertama)

NO. PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SSN

PROPORSI (%) BESARNYA BIAYA

BANTUAN

1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) - 2. Program Pembuatan Kurikulum (KTSP) 20 3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar

(PBM) 25

4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

15

5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah

20

6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah

15

7. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta Implementasinya

-

8. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian

5

JUMLAH 100 *. Keterangan : Untuk program standar kompetensi lulusan dan penggalian dana tidak dibiayai dari Blok Grant SSN, tetapi tetap dijalankan dengan dana lain (komite, BOS, dll)

Tabel 2. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant SSN (Tahun kedua)

Page 124: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 120

NO. PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SSN

PROPORSI (%) BESARNYA BIAYA

BANTUAN

1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) - 2. Program Pembuatan Kurikulum (KTSP) 10 3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar

(PBM) 25

4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

15

5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah

20

6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah

20

7. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta Implementasinya

-

8. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian

10

JUMLAH 100 *. Keterangan : Untuk program standar kompetensi lulusan dan penggalian dana tidak dibiayai dari Blok Grant SSN, tetapi tetap dijalankan dengan dana lain (komite, BOS, dll) Tabel 3. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant SSN (Tahun ketiga)

NO. PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SSN

PROPORSI (%) BESARNYA BIAYA

BANTUAN

1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) - 2. Program Pembuatan Kurikulum (KTSP) 10 3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar

(PBM) 20

4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

15

5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah

20

6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah

20

7. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta Implementasinya

-

8. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian

15

JUMLAH 100 *. Keterangan : Untuk program standar kompetensi lulusan dan penggalian dana tidak dibiayai dari Blok Grant SSN, tetapi tetap dijalankan dengan dana lain (komite, BOS, dll) Ketentuan Umum: a. Dana bantuan ini hanya bersifat pancingan dan bersifat sementara. Sekolah harus

berupaya untuk menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan, demikian juga Daerah ikut bertanggungjawab terhadap biaya kebutuhan sekolah sebagai rintisan SSN. Dalam waktu tertentu biaya bantuan dari pusat akan dihentikan, dan selanjutnya menjadi tanggungjawab penuh sekolah, komite sekolah, dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota); Di samping itu proporsi pendanaan tiap tahun diharapkan 100-70-35 pada tahun pertama, kedua, dan ketiga, sehingga untuk melengkapi pendanaan pada tahun kedua dan ketiga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan masyarakat.

Page 125: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 121

b. Maksimal proporsi penggunaan dana bantuan rintisan SSN tiap program tersebut seperti yang telah ditetapkan di atas, dan apabila terdapat kekurangan biaya dapat ditambah dari sumber dana lain. Apabila program yang dikembangkan ternyata tidak memerlukan sebesar biaya sesuai dengan proporsi di atas (kelebihan), maka dapat ditambahkan untuk biaya pelaksanaan program dari aspek lain.

c. Proporsi penggunaan dana untuk tiap kegiatan di dalam tiap program besar ditentukan oleh sekolah sendiri bersama komite sekolah, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

d. Sekolah dapat menambah atau mengembangkan program lain dengan biaya dari sumber dana lainnya di luar 8 program di atas, sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pendanaannya ditanggung sepenuhnya oleh komite sekolah dan atau dari pemerintah daerah.

e. Secara lebih rinci, penggunaan dana tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini dan secara teknis dapat dilihat pada Buku “Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Block Grant SSN” .

1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Berstandar Nasional. Tujuan utama yang diharapkan dapat dicapai oleh sekolah adalah tersusun dan terdokumentasikannya SKL yang akan diberlakukan di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL ini adalah: a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan

SKL yang telah ditetapkan di tingkat sekolah; b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang siap

diberlakukan di sekolah; c. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL i di sekolah. d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah

masing-masing. Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding.

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

c. Proporsi biaya tidak dialokasikan pada SKL, baik tahun pertama, tahuyn kedua maupun tahun ketiga.

2. Program Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Tujuan utama program pengembangan kurikulum sekolah ini adalah untuk menghasilkan dokumen kurikulum sekolah yang akan diberlakukan di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah adalah: h. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau

menjabarkan standar isi dan SKL yang telah ditetapkan sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan pengembangan silabus;

Page 126: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 122

i. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran yang telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan untuk proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran;

j. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan bagian dari pengembangan kurikulum sekolah.

k. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding.

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

c. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20 % (tahun pertama), 10 % (tahun kedua), dan 10 % (tahun ketiga).

3. Program Pengembangan Proses Pembelajaran Sekolah Standar

Nasional Tujuan pengembangan program pembelajaran yang inovatif ini adalah untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang berkualitas dari tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, program-program yang akan dilaksanakan harus menghasilkan rambu-rambu pembelajaran yang diimplementasikan di lingkungan sekolah SSN, penggunaan media pembelajaran berbasis komputter dan internet serta ICT, implementasi metode pembelajaran dengan prinsip mastery learning (remedial, pengayaan, percepatan). Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan proses pembelajaran adalah: a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana

kegiatan pengelolaan atau manajemen pembelajaran yang berkualitas di kelas (kegiatan pengelolaan pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan remedial-pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll);

b. Program-program yang berupa kegiatan pembelajaran di kelas teori maupun praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru mengajar.

c. Program-program yang berupa pendampingan kepada guru dalam membuat instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau penerapan perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet.

d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding..

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

Page 127: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 123

c. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 25% (tahun pertama), 25 % (tahun kedua), dan 20 % (tahun ketiga).

4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tujuan pengembangan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan ini adalah untuk memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mensyaratkan adanya SDM sekolah yang memiliki kompetensi profesional, sosial, paedagogik, dan personal sesuai dengan sistim perundang-undangan yang ada. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan profesional bagi

guru-guru bidang studi; b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan teknis (komputer)

bagi karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya). c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan

dalam ICT sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi kepala sekolah dan jajarannya;

e. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan internet bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru, karyawan);

f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT dalam PBM

g. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding.

Apabila akan melaksanakan studi lanjut atau studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat atau biaya sendiri.

c. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 15 % (tahun pertama), 15 % (tahun kedua), dan 15 % (ketiga).

5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Tujuan program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas pembelajaran ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang telah dikembangkan. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah baik prasarana, sarana, peralatan, media pengajaran, dan fasilitas lain yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar dan manajemen di sekolah.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya

rencana pengembangan fasilitas dalam jangka pendek dan panjang; b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/

berstandar nasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, dan Fisika), laboratorium multi-media (melengkapi komputer dengan

Page 128: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 124

pentium 4), pemasangan atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab. Multi-media, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di kelas internasional (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);

c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang berupa ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah, penilaian, perkantoran, dll);

d. Program pengadaan fasilitas komputer (multi-media) untuk dipergunakan guru (di ruang guru), ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat media, ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan a. Bentuk atau jenis, jumlah dan spesifikasi lainnya disesuaikan dengan

tuntutan kurikulum sesuai dengan SNP. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding,

dan kegiatan kursus untuk siswa di luar sekolah. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

c. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20% (tahun pertama), 20 % (tahun kedua), dan 20 % (tahun ketiga).

6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Tujuan Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manajemen berbasis sekolah Sesuai Permendiknas No. 19 Tahun 2007)

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan

manajemen sekolah yang melibatkan berbagai pihak, baik untuk jangka pendek maupun menengah/panjang;

b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya).

c. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi model manajemen sekolah (misalnya biaya operasional). Program atau kegiatan utamanya adalah pendokumentasian konsep atau panduan umum manajemen sekolah berbasis sekolah

d. Program dan kegiatan untuk pen-dokumentasian berbagai panduan khusus pengelolaan dalam berbagai aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan, fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya.

e. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah sejenis dan identik untuk didesiminasikan ke sekolah.

f. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam jangka pendek maupun menengah/panjang.

Page 129: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 125

g. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan

dengan tuntutan kurikulum yang berkualitas dan kebutuhan sekolah. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding..

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

c. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 15% (tahun pertama), 20 % (tahun kedua), dan 20 % (tahun ketiga).

7. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan

Beserta Implementasinya Tujuan utama program ini adalah untuk memperoleh berbagai sumber dana untuk investasi dan operasional sekolah yang berstandar nasional. Tujuan lainnya adalah untuk memenuhi standar biaya (unit cost) per anak per tahun sebagai siswa sekolah berstandar nasional. Bantuan dari masyarakat/orang tua siswa dibolehkan sepanjang tidak mengikat, sukarela/iklas, tidak ditentukan besarnya, dan tidak ditentukan waktu pembayarannya.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program dan kegiatan untuk pembuatan pendokumentasian berbagai

rencana kegiatan yang akan dilakukan termasuk pembuatan panduan-panduan program dan proposal khusus dalam upaya memperoleh sumber dana dari berbagai pihak.

b. Program dan kegiatan dalam upaya penggalian sumber dana dan sekaligus penggalian dana, misalnya: (1) mengundang dan mengadakan pertemuan dengan stakeholder, khususnya komite sekolah/orang tua siswa; (2) mengundang dan mengadakan pertemuan dengan dunia usaha/industri untuk melakukan kerjasama secara nyata, khususnya dalam pendanaan pendidikan; (3) melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan ekonomi sesuai dengan potensi sekolah dan lingkungannya, baik usaha mandiri maupun kerjasama dengan pihak lain, dengan mengusahakan secara optimal bahwa bantuan ini dalam kurun waktu lima tahun bukan untuk investasi usaha ini. Biaya investasi usaha diambilkan dari sumber dana lain.

c. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan

dengan kebutuhan sekolah. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding..

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

c. Proporsi biaya aspek penggalian dana tidak dialokasikan dari dana bantuan pusat, meskipun demikian program penggalian dana harus dialokasikan melalui dana yang lain.

Page 130: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 126

8. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Tujuan utama program pengembangan dan implementasi sistem penilaian ini adalah untuk memperoleh model sistem penilaian pendidikan yang baik beserta implementasinya di sekolah. Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain: a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan

standar nasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai kondisi sekolah.

b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan panduan sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu dokumen standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll).

c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai berstandar internasional sesuai mapelnya;

d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal dalam berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan kurikulum internasional;

e. Kegiatan khusus penilaian dan analisis nilai oleh semua guru. f. Pada tahun ketiga, kegiatan pelaksanaan ujian akhir sekolah; g. Kegiatan khusus pendokumentasian nilai di sekolah. h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah

masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan: a. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan

dengan kebutuhan sekolah. b. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding..

Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 5% (tahun pertama), 10 % (tahun kedua), dan 15 % (tahun ketiga).

Page 131: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 127

BAB III PENUTUP

Pembinaan RINTISAN SSN pada jenjang SMP sangat membutuhkan adanya sistem pengelolaan komprehensif, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pemantauan serta evaluasi hingga mencapai suatu sistem pembinaan RINTISAN SSN yang benar-benar sesuai dengan ketentuan. Demikian halnya dengan pembiayaan, sebagai rintisan SSN memerlukan biaya investasi dan operasional yang banyak.

Pemerintah pusat yang dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMP pada dasarnya memiliki tanggungjawab yang besar terhadap rintisan ini. Peran ini makin lama akan menjadi makin kecil seiring dengan makin meningkatnya peran sekolah, komite sekolah, dan pemerintah daerah.

Panduan ini pada dasarnya memberikan gambaran dan rambu-rambu secara komprehensif bagi semua pihak, baik dalam hal penggunaan dana bantuan, penggalian sumber dana dan pendanaan, serta pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh sekolah. Diharapkan dengan adanya panduan ini persiapan dan penyelenggaraan rintisan SSN dapat berjalan dengan baik, menghasilkan tujuan yang akan dicapai secara optimal, dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat dalam pembinaan rintisan SSN.

Buku panduan ini masih memiliki kekurangan, namun demikian diharapkan bisa membantu semua pihak untuk menyelenggarakan sekolah bertaraf internasional. Diharapkan juga adanya masukan yang konstruktif dari semua pihak demi penyempurnaan buku ini.

Page 132: Panduan pelaksanaan ssn
Page 133: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 129

BAGIAN IV: PEMBUATAN LAPORAN

PELAKSANAAN DAN HASIL PROGRAM

SERTA PENGGUNAAN DANA

(LAPORAN AKHIR TAHUN AJARAN) PEMBINAAN SEKOLAH RINTISAN SSN

Page 134: Panduan pelaksanaan ssn
Page 135: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 131

A. PENDAHULUAN

Sekolah (SMP) yang ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai rintisan SSN wajib melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam berbagai aspek pendidikan, sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Sebagai penyelenggaraan pendidikan yang berstandar nasional, maka semua yang dilaksanakan tersebut harus menuju kepada rambu-rambu yang telah ditetapkan mengacu pada PP 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas yang merupakan jabaran dari PP tersebut di atas.

Diharapkan dalam pelaksanaan tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya seperti yang direncanakan dalam RKS DAN RKAS rintisan SSN, termasuk ketercapaian hasil-hasil yang telah direncanakan pula. Adanya hambatan dalam pelaksanaan diharapkan dapat diatasi oleh sekolah seoptimal mungkin, sehingga dapat mencapai kesuksesan penyelenggaraan rintisan SSN ini.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah dalam penyelenggaraan rintisan SSN ini, maka dituntut harus membuat laporan kepada pihak-pihak terkait (pusat, daerah, dan komite sekolah), baik mengenai pelaksanaan, hasil program maupun realisasi penggunaan dana rintisan SSN. Disamping itu, juga dalam kerangka pembinaan kepada sekolah oleh berbagai pihak tersebut. Untuk kepentingan tersebut, maka penting diberikan panduan pembuatan laporan ini, agar dapat dipergunakan oleh sekolah dengan semestinya.

B. PENGERTIAN Laporan yang dimaksudkan dalam panduan ini adalah suatu bentuk pertanggungjawaban oleh sekolah sebagai rintisan SSN terhadap pelaksanaan sasaran, program, dan kegiatan dan hasil-hasilnya, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam RPS rintisan SSN. Di samping itu, sekolah juga harus mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan dari berbagai pihak dalam melaksanakan rintisan SSN tersebut.

Khusus yang terkait dengan laporan ini, standar minimal laporan harus dipenuhi yaitu tepat isi (substansi), tepat saji (disajikan secara informatif), tepat mutu (sesuai dengan standar mutu), tepat alamat (kepada siapa dilaporkan), dan tepat waktu (laporan tidak tepat waktu adalah sia-sia).

Bentuk laporan ini ditinjau dari waktu pembuatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu laporan kemajuan dan laporan akhir tahun ajaran. Laporan kemajuan dibuat pada pertengahan tahun ajaran dan laporan akhir tahun ajaran dibuat pada bulan Mei. Laporan kemajuan pada pokoknya berisi tentang pelaksanaan yang sedang dan telah dijalankan serta penggunaan dananya, sedangkan hasil-hasil program sebatas yang telah dicapai. Sedangkan laporan akhir tahun ajaran berisi pelaksanaan, sekaligus hasil program dan juga penggunaan dananya. Baik pada laporan kemajuan maupun laporan akhir tahun ajaran, maka untuk laporan keuangan digabung menjadi satu laporan, disertai dengan bukti-bukti fisik yang relevan/mendukung laporan.

Kedua bentuk laporan tersebut minimal dibuat rangkap empat, yaitu ditujukan kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komite Sekolah, dan Arsip di sekolah, sedangkan laporan ke Direktorat PSMP dibuat ringkasan laporan (ringkasan program SSN/rekapitulasi pelaksanaan program) yang akan dikompilasi pada saat pelaksanaan ME.

Pelaksanaan pembuatan laporan harus melibatkan warga sekolah, transparan, dan jujur. Oleh karena itu, dengan adanya panduan ini diharapkan dapat memandu pembuat laporan, minimal sebagaimana yang ditentukan dalam format

Page 136: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 132

laporan di bawah ini. Sekolah dapat mengembangkan lebih luas sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

C. TUJUAN Tujuan disusunnya panduan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan jajarannya, Guru, Komite Sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya membaca dan memahami, diharapkan dapat:

1. membuat laporan pelaksanaan penyelenggaraan rintisan SSN pada akhir tahun ajaran;

2. membuat laporan pelaksanaan dan hasil-hasil penyelenggaraan rintisan SSN;

3. membuat laporan penggunaan dana pada akhir tahun ajaran;

4. dipergunakan juga sebagai rambu-rambu pelaksanaan penyelenggaraan rintisan SSN;

5. dipergunakan untuk melaksanakan supervisi, monitoring, dan evaluasi dalam penyelenggaraan rintisan SSN, termasuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kab/Kota, dan Direktorat PSMP;

D. SISTEMATIKA LAPORAN Dalam sistematika pelaporan program, pelaksanaan, hasil, dan penggunaan

keuangan dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai rintisan SSN secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasional

Berisi antara lain tentang: gambaran singkat profil sekolah, pentingnya sekolah sebagai rintisan SSN, dan manfaat adanya pelaporan pelaksanaan dan hasil-hasil sebagai rintisan SSN.

B. Tujuan

Berisi tentang maksud dan tujuan adanya pelaporan ini.

BAB II

SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN SERTA PELAKSANAANNYA

Berisi tentang uraian atau deskripsi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan sebagai rintisan SSN sebagaimana yang telah direncanakan dalam RKS DAN RKAS rintisan SSN, diantaranya adalah:

A. Sasaran/tujuan jangka pendek

Berisi tentang uraian atau deskripsi sasaran yang dilaksanakan

B. Program

Berisi tentang uraian atau deskripsi program-program yang dilaksanakan berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan

Page 137: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN) 133

C. Kegiatan

Berisi tentang uraian atau deskripsi secara rinci berbagai kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan program yang tertera dalam RKS DAN RKAS

D. Waktu/lama pelaksanaan/peserta/nara sumber

Berisi tentang waktu atau saat dan lamanya pelaksanaan program, sasaran, program (peserta) dan kegiatan-kegiatan apa saja yang tleah dilaksanakan, serta nara sumber yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

E. Tempat

Berisi tentang tempat pelaksanaan sasaran/program/kegiatan (sebutkan secara rinci baik di sekolah, maupun di tempat lain)

F. Biaya

Berisi tentang REALISASI biaya yang diperlukan per sasaran, program, dan kegiatan, termasuk diperoleh dari sumber dananya

G. Penanggungjawab

Berisi tentang masing-masing pananggung jawab tiap sasaran/program/kegiatan

H. Dukungan pihak lain

Berisi tentang uraian atau deskripsi dukungan dari komite sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan dari instansi/ lembaga lain dalam penyelenggaraan rintisan SSN, baik yang berupa kebijakan, dana, tenaga, fasilitas, dan sebagainya.

I. Kendala umum dan cara mengatasi

Berisi tentang uraian atau deskripsi kemungkinan ada kendala dalam penyelenggaraan rintisan SSN beserta cara-cara mengatasinya

J. Dan lainnya yang mendukung pelaksanaan sasaran dan program

K. Ringkasan pelaksanaan program, hasil-hasil, dan penggunaan dana

Berisi tentang rekapitulasi pelaksanaan penyelenggaraan rintisan SSN dan penggunaan keuangan yang diuraikan dalam bentuk atau format tabulasi seperti di bawah ini.

Page 138: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 134

Tabel 1. Rekapitulasi Pelaksanaan, Hasil, dan Penggunaan Keuangan Penyelenggaraan Rintisan SNN

PENCAPAIAN HASIL SUMBER BIAYA DAN PEMBIAYAAN

NO SASARAN PROGRAM KEGIATAN KUANTI

TAS KUALITAS PUSAT

PROVINSI

KAB/

KOTA

KOMITE SEKOLAH

, DLL JUMLAH

JUMLAH

Page 139: Panduan pelaksanaan ssn

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN)

135

BAB III KESIMPULAN

Berisi simpulan (ringkasan/ikhtisar) dari isi bab-bab sebelumnya.

LAMPIRAN:

1. Profil sekolah yang lengkap

2. Data lain yang relevan

Catatan Penting:

1. Pada dasarnya sistematika laporan kemajuan dan laporan akhir tahun ajaran adalah sama. Laporan yang bersifat kemajuan (laporan semesteran) tidak harus disertai dengan hasil, apabila belum dicapai hasil-hasilnya.

2. Sedangkan laporan akhir tahun ajaran harus disertai dengan hasil-hasil yang telah dicapai.

3. Laporan keuangan (penggunaan dana bantuan dan dana lainnya) menjadi satu dalam laporan ini, sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II (F). Bukti-bukti REALISASI penggunaan dana yang dilampirkan berupa Rekapitulasi penggunaan dana, kwitansi TIDAK PERLU DILAMPIRKAN. Semua yang berkaitan dengan penggunaan dana mengacu kepada peraturan yang ada (misalnya potongan pajak). Demikian juga untuk format-format tentang: Format Pemberian Honor, Format Pembelian Barang, Format Daftar Perbandingan Harga Barang, Format Laporan Pembukuan, Format Informasi Penggunaan Dana Per Sasaran, Format Buku Kas, Format Berita Acara Penutupan Kas, dan Format Rekapitulasi penggunaan dana.

4. Laporan penggunaan dan pertanggung-jawaban dana Block Grant dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Block Garant SSN.

E. PENUTUP

Panduan singkat pembuatan pelaporan ini diharapkan menjadi panduan bagi sekolah untuk memberikan laporan kemajuan (progress) tiap semester dan laporan akhir tahun ajaran. Isi panduan ini hanya bersifat garis besar saja, oleh karena itu bagi tiap sekolah diharapkan dapat mengembangkan lebih luas sesuai dengan tuntutan dan atau kondisi sekolah masing-masing.