panduan mengelola informasi publik …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara...

39
PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK TERHADAP KEKERASAN ANAK DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEI 2013

Upload: doantuyen

Post on 01-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

PANDUAN

MENGELOLA INFORMASI

PUBLIK TERHADAP

KEKERASAN ANAK

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INFORMASI

DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MEI 2013

Page 2: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2

Sambutan Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi ................................................................... 3

Sambutan Direktur Jenderal Informasi Dan Komunikasi Publik ............................................................. 4

Pendahuluan ........................................................................................................................................... 5

Mengapa Diperlukan Suatu Panduan Mengelola Informasi Publik Tentang Kekerasan Terhadap

Anak .................................................................................................................................................... 5

Tempat terjadinya Kekerasan ................................................................................................. 8

Persentase Lingkungan Kekerasan .......................................................................................... 9

Anak Sebagai Pelaku Kekerasan .............................................................................................. 9

Peran Media .......................................................................................................................... 13

Rekomendasi ......................................................................................................................... 17

Panduan ................................................................................................................................................ 19

Mengelola Informasi Publik Tentang Kekerasan Terhadap Anak ..................................................... 19

Kebijakan Perlindungan Anak ............................................................................................... 20

Kiat Kerjasama Dengan Media .............................................................................................. 21

Pengelolaan Isu ..................................................................................................................... 23

Tips Membuat Berita Tentang Kekerasan Terhadap Anak Yang Baik ................................... 24

Fakta Pemberitaan ................................................................................................................................ 28

Contoh Berita Memihak Korban ........................................................................................... 28

Contoh Berita yang Tidak Memihak Korban ......................................................................... 28

Contoh Aduan tentang Kekerasan di Media Televisi ............................................................ 30

Referensi ............................................................................................................................................... 32

Judul Paparan ........................................................................................................................ 32

Undang-Undang Perlindungan Anak ..................................................................................... 32

Undang-Undang Kekerasan Terhadap Anak (KDRT) ............................................................. 32

Lampiran ............................................................................................................................................... 33

Page 3: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Sambutan Direktur Pengolahan dan Penyediaan

Informasi

Kekuatan Sebuah Publikasi

Salam,

The power of publicity atau kekuatan sebuah publikasi dapat lebih dahsyat dari

gelombang Tsunami. Betapa tidak, publikasi yang dimuat di sebuah media massa

dapat dengan begitu cepat beredar, menjangkau publik seluas-luasnya lintas

wilayah, lintas golongan dan lintas waktu. Hal ini berkaitan dengan sebuah teori

komunikasi yang dikenal sebagai “Cultivation Theory”, menggambarkan betapa

sangat kuatnya pengaruh media massa terhadap pembentukan opini publik.

Sedemikian rupa sehingga apapun yang dimuat atau diberitakan dalam sebuah

media apakah itu cetak atau elektronik dapat mempengaruhi

pembaca/pemirsa/pendengarnya. Seorang anak yang terobsesi dengan filem

Superman misalnya, melakukan praktek terjun bebas tanpa ada rasa takut.

Terkait dengan unsur-unsur di atas, khususnya pemberitaan/publikasi seputar

Kekerasan Terhadap Anak yang marak terjadi belakangan ini, merupakan

tanggungjawab kita bersama sebagai komunikator, apakah kita sebagai wartawan,

praktisi hubungan masyarakat (humas) ataupun pengelola advertising agency, agar

materi yang dilempar ke masyarakat tidak semakin memojokkan atau menambah

penderitaan para korban.

Untuk itulah, kami merasa sangat mendesak guna menyusun suatu Panduan

Mengelola Informasi Publik tentang Kekerasan Terhadap Anak. Buku ini tidaklah

dimaksud untuk mendikte sahabat-sahabat yang tentu saja sudah sangat ahli di

bidang komunikasi. Panduan ini diharapkan dapat menjadi pegangan kita dalam

membuat publikasi/pemberitaan yang lebih memperhatikan posisi anak-anak korban

kekerasan.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak, Kanit PPA Direktorat Reskrim Umum Polda

DIY, Universitas Islam Negeri Yogyakarta Sunan Kalijaga, Universitas Negeri

Yogyakarta, The Jakarta Post, Jogja dan Harian Bernas, Jogja yang telah memberi

masukan berarti bagi penyusunan buku pedoman ini. Marilah kita gunakan

kekuatan publikasi melalui sistem pemberitaan yang berimbang

Dedet Surya Nandika

Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Page 4: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Sambutan Direktur Jenderal Informasi Dan

Komunikasi Publik

Publikasi Ramah Anak

Salam,

Aspek-aspek kehidupan masyarakat saat ini berkembang sedemikian rupa mengikuti

perkembangan jaman termasuk juga teknologi informasi. Pergeseran nilai-nilai

dalam keluarga merupakan salah satu aspek yang turut terpengaruh arus dinamika

kehidupan. Mulai dari makna keluarga sebagai institusi terkecil namun dasar dalam

masyarakat, hingga nilai seorang anak dalam keluarga. Kekerasan Terhadap Anak

(KTA) yang marak terjadi di sekitar kita adalah sebuah kenyataan sangat

memprihatinkan. Saya yakin setiap kita ingin melakukan apa saja yang dapat

menekan tindak kekerasan, termasuk jika itu dapat meringankan penderitaan

korban.

Sebagai suatu institusi, Kementerian Komunikasi dan Informatika bukan saja

banyak berhubungan dengan media massa, namun sangat dibantu dalam

menjalankan perannya. Untuk itu kami ingin mengajak mitra pers, praktisi hubungan

masyarakat (humas), pengelola advertising agency, dan siapa saja yang dalam

pekerjaan atau profesinya banyak bersentuhan dengan pemberitaan atau publikasi,

guna berbela rasa terhadap anak-anak korban kekerasan di negeri ini. Caranya,

dengan, mengelola sedemikian rupa bentuk-bentuk pemberitaan dan publikasi agar

lebih berperspektif pada sensivitas gender. Artinya, bagaimana didalam materi

publikasi tersebut tidak semakin memperburuk penderitaan korban. Misalnya,

menampilkan profil korban atau keluarganya secara jelas atau menggunakan kata-

kata yang melecehkan korban.

Semoga buku Panduan Mengelola Informasi Publik tentang Kekerasan Terhadap

Anak ini dapat digunakan sebagai pegangan kita bersama untuk menyusun

pemberitaan ataupun materi publikasi yang ramah anak, namun secara content

tetap berkualitas, informatif dan edukatif.

Freddy H. Tulung

Direktur Jenderal Informasi & Komunikasi Publik

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Page 5: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Pendahuluan

Mengapa Diperlukan Suatu Panduan Mengelola Informasi Publik

Tentang Kekerasan Terhadap Anak

Kasus-kasus kekerasan terhadap anak kian hari kian menunjukkan

peningkatan yang signifikan baik dalam kuantitas maupun kualitas sebagaimana

dilansir sejumlah lembaga terkait maupun organisasi peduli anak lainnya di tanah

air. Kekerasan terhadap anak banyak terjadi dalam keseharian tanpa disadari,

apakah itu di lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan dan masyarakat. Lebih

memprihatinkan, biasanya pelaku kekerasan berasal dari lingkungan terdekat anak

itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah pergeseran nilai. Dulu ada istilah

banyak anak banyak rejeki, namun di zaman sekarang ada anggapan itu berubah.

Semakin banyak anak, hidup akan menjadi semakin sulit, arti kasarnya banyak

anak akan membawa musibah.

Permasalahan yang ada saat ini adalah

Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak anak

Masih belum samanya pemahaman Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah tentang kekerasan terhadap anak

Penghapusan kekerasan terhadap anak belum menjadi prioritas

Masih belum tersedianya data anak secara komprehensif di tingkat

provinsi/kabupaten/kota

Alokasi anggaran belum sepadan dengan kebutuhan program yang akan

dilaksanakan

Lemahnya koordinasi antar K/L (Kementerian/ Lembaga) Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota

Masih belum seragamnya pemahaman aparat penegak hukum terhadap

penerapan/pengenaan pasal-pasal dalam kasus–kasus perlindungan anak

yang mengakibatkan lemahnya penegakan hukum .

(Sutarti Sadewo, perwakilan dari Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak. Disampaikan dalam acara FGD Panduan Mengelola

lnformasi Publik Tentang Kekerasan Terhadap Anak Berperspektif Sensitivitas Gender,

diselenggarakan Ditjen IKP, Kemkominfo,Yogyakarta, 27 Maret 2013)

Dari Perspektif Sosiologis, pengertian kekerasan itu sendiri cukup luas,

bergantung dari bagaimana kita melihatnya. Kekerasan dapat bersifat structural

atau simbolik. Jadi tidak hanya terbatas pada kekerasan yang bersifat fisik.

Kekerasan anak yang bersifat struktural adalah kekerasan yang ditimbulkan oleh

struktur-struktur buatan manusia seperti negara, agama, dan kapitalisme. Atas nama

ideologi tertentu, aktor-aktor pelaku kekerasan struktural melakukan tindak

kekerasan terhadap anak.

Page 6: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Kekerasan sruktural negara misalnya, melalui sistem pendidikan bisa juga

melakukan tindak kekerasan. Misalnya, dengan pemberlakukan kurikulum sarat

beban pada pendidikan prasekolah maupun sekolah dasar. Anak Taman Kanak-

kanak (TK) dijejali materi pelajaran yang padat seperti berhitung, membaca, dan

menulis. Padahal usia anak pra sekolah adalah usia bermain, dan bermain adalah

hak anak. Seharusnya TK hanya menjadi taman bermain, bukan tempat untuk

menempa pengetahuan yang berlebihan. Jika itu yang terjadi maka hal itu

merupakan bentuk kekerasan negara terhadap anak.

Meminjam istilah Foucault, sekolah adalah sarana efektif untuk pendisiplinan.

Namun, dalam beberapa hal pendisiplinan tak dapat diberlakukan secara seragam.

Hal ini merupakan bentuk i kekerasan struktural lainnya terhadap anak sekolah yaitu

penerapan metode pembelajaran yang top down, mendikte, dan behavioristik.

Melalui metode ini, para guru memosisikan anak didik sebagai obyek pasif yang

harus diberi informasi pengetahuan sekehendak guru. Siswa tidak diberi peluang

untuk berpikir lain, dan menjadi subyek aktif yang mengembangkan imajinasi dan

daya kreasi. Metode yang mematikan imajinasi siswa semacam itu masih banyak

mewarnai cara mengajar di lembaga pendidikan kita.

Selain pendidikan formal, pendidikan agama yang tidak memadai dapat pula

menjadi suatu tindak kekerasan terhadap anak. Selama ini dengan

mengatasnamakan Tuhan, anak disuruh berdoa dalam frekuensi tinggi dan menurut

kerangka berpikir para orangtua. Berdoa adalah ajaran keutamaan yang baik, tetapi

mestinya disesuaikan dengan dunia dan fitrah anak. Ketika binatang piaraan

kesayangannya sedang sakit atau hilang misalnya, maka biarlah anak berdoa

sesuai dengan dunianya yaitu untuk kesembuhan binatang piaraannya. Bukan

dengan doa-doa, yang jika dicermati isinya, tentang dunia yang jauh dari mereka

seperti peperangan atau kejahatan. Sehingga anak sejak dini sudah digelisahkan

tentang surga dan neraka. Kapitalisme juga dapat menyumbang kekerasan

struktural terhadap anak, bentuknya bisa lewat dunia hiburan, atau menjadikan anak

sebagai obyek pasar. lklan-iklan banyak sekali yang menggunakan anak sebagai

sarana akumulasi kapital, sehingga anak tereksploitasi oleh konsumsi. Anak

dijadikan mesin hasrat untuk berkonsumsi. Akibatnya, dunia anak kehilangan

kehangatannya untuk berinteraksi dengan Iingkungan sekitar. Tak heran jika

sekarang, terutama anak kelas menengah, banyak yang terkena obesitas, dan

kerapuhan tulang, karena kurang gerak.

Industri mainan mengondisikan anak hanya sebagai obyek pasar dan menjadi

kering interaksi sosialnya. Oleh perusahaan kapitalistik, anak-anak dibuat

kehilangan daya sensitivitas sosialnya, karena hanya bermain dengan obyek

material, game, dan playstation. Hal mana dapat dilakukan seorang diri, tanpa perlu

teman bermain.

Selain produk mainan, anak juga di suguhkan berbagai produk makanan yang

sarat dengan kandungan karsinogenik. Berbagai jajan di sekolah memiliki

Page 7: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

kandungan tinggi zat kimia, seperti pengawet, pewarna, pemanis, dan MSG. Jajanan

tersebut ibarat vampire yang mengepung dalam canda-ria dunia anak. Harga murah,

mudah didapat, gurih dan menarik secara penampilan. Akibatnya, jika disuruh

memilih, mungkin sayuran dan buah-buahan menjadi pilihan kesekian bagi anak-

anak.

Di luar kekerasan-kekerasan tersebut, terdapat pula kekerasan yang

dilakukan oleh institusi keluarga akibat ketidaktahuan. Misalnya, anak ditaruh di

depan ketika mengendarai sepeda motor, selain angin dan debu langsung menerpa,

posisi anak tidak aman. Demikian halnya jika orangtua membiarkan anak-anak

bermain di pinggir jalan, sungai, atau tempat berbahaya lain tanpa diawasi, atau

ketika menyeberang jalan menempatkan posisi anak di sisi berlawanan arus lalu

lintas.

Kesemua itu adalah bentuk kekerasan struktural terhadap anak yang

berbahaya, terjadi di mana-mana, tanpa disadari.

(Disampaikan oleh Sugeng Bayu Wahyono, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta,

dan Pascasarjana Fisipol UGM, dalam FGD Panduan Mengelola lnformasi Publik Tentang

Kekerasan Terhadap Anak Berperspektif Sensitivitas Gender, diselenggarakan Ditjen IKP,

Kemkominfo,Yogyakarta, 27 Maret 2013)

Contoh-contoh kekerasan yang dijelaskan di muka hanyalah sebagian dari

fakta kekerasan yang terjadi. Jika kita tinjau dari pengertian KTA itu sendiri, maka

praktek kekerasan lebih luas lagi. KTA adalah semua bentuk perlakuan

menyakitkan secara fisik maupun emosional, pelecehan seksual, penelantaran,

eksploitasi komersial atau eksploitasi lain yang mengakibatkan cidera, ataupun

kerugian nyata yang potensial membahayakan kesehatan , kelangsungan hidup ,

tumbuh kembang atau martabat anak.

KTA dapat juga disorot dari sisi gender, terjadi pada anak perempuan maupun

anak laki-laki. Biasanya dalam masyarakat patriarkhis, anak perempuan lebih rentan

mengalami kekerasan dari pada anak laki-laki. Hal tersebut biasanya terjadi karena

diskriminasi terhadap anak perempuan yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan

yang kompleks. Misalnya tentang warisan atau pendidikan. Bagi keluarga-keluarga

dengan ekonomi terbatas, maka yang menjadi prioritas mengenyam pendidikan

lebih tinggi biasanya pada anak laki-laki. Sangat disayangkan hingga saat ini belum

ada data terpilah tentang kekerasan terhadap anak menurut jenis kelamin.

Empat macam kekerasan terhadap anak lainnya dan yang umumnya terjadi adalah

Kekerasan Anak Fisik, Kekerasan Anak Psikis, Kekerasan Anak Seksual dan

Kekerasan Anak Sosial.

Page 8: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Tempat terjadinya Kekerasan

Menurut Study on Violence against Children Outline ada lima tempat terjadinya

kekerasan terhadap anak yaitu:

Kekerasan di lingkungan rumah dan keluarga (Violence in the home and

family) merupakan yang paling sering terjadi dimana orangtua memukul

anaknya ketika sang anak berbuat salah ;

Kekerasan di lingkungan sekolah dan lingkungan pendidikan (Violence in

school and education settings) di lingkungan ini kerap terjadi kekerasan pada

siswa baik yang dilakukan oleh para guru ataupun siswa lain ;

Kekerasan di dalam Institusi lain, seperti perawatan/pengasuhan termasuk

anak yang berkonflik dengan hukum (Violence in other institusional settings,

orphanages, including children in conflict with the law);

Kekerasan di komunitas dan jalan (Violence in the community and on the

streets) yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak

jalanan;

Kekerasan di lingkungan kerja (Violence in work situation).

Grafik berikut memberi gambaran tentang prosentase KTA menurut lingkungan

dimana terjadi kekerasan tersebut. Data menunjukkan, tingkat kekerasan di

lingkungan keluarga adalah yang tertinggi dibandingkan di lokasi lain yakni sekolah

dan masyarakat. Sementara itu, tingkat kekerasan dengan anak sebagai pelakunya

juga relatif tinggi.

Page 9: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Persentase Lingkungan Kekerasan

Sumber: Maria Ulfah Anshor – Paparan FGD Kekerasan Terhadap Anak,

Yogya 27 April 2013

Anak Sebagai Pelaku Kekerasan

Dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak bermunculan kasus-kasus

anak yang melakukan kekerasan pada anak-anak lain di lingkungan sekitarnya. Hal

yang biasanya terjadi adalah anak melakukan tindak kekerasan kepada adik atau

anak yang lebih muda dibandingkan dengan perlakuan kepada teman sebaya.

Tindak kekerasan yang dilakukan anak bermacam-macam sebagaimana dapat kita

ikuti pada grafik berikut.

Page 10: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Bentuk Kekerasan yang Sering Dilakukan oleh Anak

Sumber: Maria Ulfah Anshor – Paparan FGD Kekerasan Terhadap Anak, Yogya 27 April 2013

Bentuk tindak kekerasan yang paling sering dilakukan oleh anak kepada yang

lebih muda/adik atau teman sebaya adalah “menjewer”, “mencubit“ dan

“membentak dengan suara keras dan kasar”:

Mencubit kepada yang lebih muda/adik persentasenya paling besar yaitu 51, 9 %,

membentak dengan suara keras dan kasar 36,5 % dan terakhir menjewer sebesar

29%. Persentase kepada teman sebaya lebih rendah dibandingkan kepada yang

lebih muda yakni mencubit sebanyak 44,1 %, membentak dengan suara kasar 26,1

% dan menjewer 21,8%.

Page 11: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Dominasi bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan keluarga

Sumber: Maria Ulfah Anshor – Paparan FGD Kekerasan Terhadap Anak, Yogya 27 April 2013

Kekerasan yang dialami oleh anak di lingkungan keluarga baik yang

dilakukan oleh ayah, ibu maupun saudara, secara terperinci dapat dilihat pada tabel

di atas sebagai berikut:

Cubitan 51,1 % dilakukan oleh ibu, 32 % dilakukan oleh ayah dan diikuti oleh

saudara sebesar 28,7 %.

Kekerasan psikis dalam keluarga, seperti membandingkan dengan saudara

/anak lainya, persentase ibu menempati urutan tertinggi sebesar 43.4%,

diikuti 37,3 % yang dilakukan oleh ayah dan yang dilakukan oleh saudara

sebesar 20 %.

Kekerasan yang dilakukan dengan membentak dengan suara keras/kasar;

persentase tertinggi sebesar 48,1% dilakukan oleh ayah, diikuti 45,5 % oleh

ibu dan 31,7 % oleh saudara.

Mengata-ngatai anak dengan menyebut anak bodoh, nakal, pemalas dan

lainnya persentase tertinggi sebesar 35,3 % dilakukan oleh ayah, disusul ibu

29,9 % dan oleh saudara sebesar 22%.

Ada tiga faktor yang menjadi pemicu KTA di dalam sebuah Keluarga

Pertama, disfungsi keluarga, dimana peran orang tua tidak berjalan

sebagaimana seharusnya. Peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran

ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, tidak ditemukan

dalam keluarga.

Kedua, faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi atau

kondisi keluarga yang mengalami himpitan ekonomi.

Ketiga, pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga. Orang tua dan

saudara sekandung terutama kakak sering menganggap bahwa anak adalah

seseorang yang tidak tahu apa-apa.

Page 12: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

KTA di Sekolah Bentuk dan Pelaku

Sumber: Maria Ulfah Anshor – Paparan FGD Kekerasan Terhadap Anak, Yogya 27 April 2013

Kekerasan yang dialami oleh anak di lingkungan sekolah baik yang dilakukan

oleh guru, teman sekelas dan teman lain kelas, secara terperinci dapat dilihat pada

tabel diatas sebagai berikut:

Dalam memberikan jeweran 31,8 % dilakukan oleh guru lalu 22 % dilakukan

oleh teman sekelas dan diikuti oleh teman lain kelas sebesar 13,1 %.

Kekerasan yang dilakukan dengan mencubit; persentase tertinggi sebesar

49,1% dilakukan oleh teman sekelas, diikuti oleh guru sebesar 36,9 % dan

teman lain kelas sebesar 30,8 %.

Kekerasan yang dilakukan dengan membentak dengan suara keras/kasar

guru dan teman sekelas mempunyai posisi berimbang sebesar 34,8 %,

sementara yang dilakukan teman lain kelas mencapai 24,8 %.

Menghina dihadapan teman persentase tertinggi sebesar 29 % dilakukan oleh

teman sekelas, diikuti oleh teman lain kelas sebesar 20,7 % dan oleh guru

sebesar 13%

Di luar tabel di atas, beberapa perlakuan yang mengacu pada tindak kekerasan

terhadap anak oleh guru atau sekolah dapat berbentuk tekanan atau diskriminatif.

Pada sekolah-sekolah favorite misalnya, dimana mereka saling berkompetisi

terhadap hasil akhir sekolah yakni memicu anak-anak didik untuk meraih nilai

tertinggi khususnya pada pelajaran-pelajaran prestise seperti Matematika,

Pengetahuan Alam, Fisika. Di satu sisi hal ini mengabaikan anak-anak yang lemah

di mata pelajaran tersebut, meski mungkin mereka dominan pada pelajaran lain

seperti kesenian, bahasa atau olah raga. Pada kasus ini, sekolah kemudian tidak

lagi memperhatikan proses belajar. Pada anak-anak yang dianggap dapat „merusak

citra‟ yakni yang memiliki nilai rendah, hanya diberi dua pilihan, tidak naik kelas atau

dinaikkan kelas tetapi pindah sekolah.

Page 13: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Kekerasan terhadap anak seringkali juga terjadi pada anak-anak dalam kondisi

khusus misalnya anak-anak yang cenderung aktif atau mengarah autis. Pihak

sekolah sejak awal menyadari kondisi anak-anak seperti ini, tetap menerima mereka

untuk menjalani pendidikan bersama anak-anak lainnya. Namun dikarenakan anak-

anak khusus tersebut dalam beberapa hal tidak dapat menyeimbangi teman-

temannya baik dari segi sosial maupun kemampuan belajarnya, seringkali mendapat

perlakuan menyakitkan secara fisik maupun emosional, pelecehan atau

penelantaran.

Ada beberapa faktor pemicu seorang guru berpotensi sebagai pelaku

kekerasan:

adanya masalah dalam keluarga

masalah pribadi

perspektif anak yang minim

manajemen sekolah yang kurang profesional, sehingga anak menjadi objek

bisnis sekolah

sedang berada dalam tekanan, frustrasi, atau bermasalah

mengajar sekadar “pekerjaan antara” sebelum mendapat pekerjaan lain yang

dianggap lebih baik.

Namun tidak semua sekolah selalu ada kekerasan, ada juga sekolah yang

ramah anak, tidak ada bullying, baik secara fisik maupun psikis di dalam sekolah.

Sarana dan prasarana didesain ramah dengan lingkungan siswa dan personalia

sekolah terasa nyaman. Tidak hanya dalam ruangan kelas maupun di kantin, ada

pemberitahuan mengenai makanan-makanan yang berbahaya bagi anak. Selain itu,

kantin tersebut juga sudah disertifikasi oleh dinas kesehatan yang menyatakan

bahwa makanan yang dijual bebas dari zat-zat berbahaya. Sekolah yang ramah

anak harusnya juga menyediakan kontak-kontak penting di sekolah dan yang paling

utama adalah tersedianya bimbingan konseling.

Peran Media

Bagaimana kekerasan yang terjadi dapat diketahui?

Ada beberapa cara dan akses untuk dapat mengetahui seberapa jauh dan

seberapa tinggi tingkat kekerasan terhadap anak yang terjadi dalam masyarakat. Di

bawah ini data-data relevan tentang kekerasan.

Kekerasan Terhadap Anak (KTA) yang Dilaporkan, Ditemukan, Dan Dipantau Komisi

Perlindungan Anak Indonesia:

Page 14: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Data Pengaduan KPAI Tahun 2011 - Maret 2013

Klaster/Bidang Tahun

Jenis Pengaduan Investigasi

Langsung Jumlah

Langsung Surat Telp Media

Anak

Bermasalah

Hukum (ABH)

dan Kekerasan

Jan - Des

2011 109 105 47 492 5 758

Jan - Des

2012 157 118 212 1.287 6 1.780

Jan -

Maret

2013

27 0 0 291 4 322

Bagan di atas menunjukkan media-media yang digunakan oleh masyarakat

untuk menyampaikan pengaduan Kekerasan Terhadap Anak (KTA), atau cara dari

pihak-pihak terkait untuk memperoleh informasi seputar KTA. Dari data-data yang

ditunjukkan, tampak bahwa sarana pengaduan yang banyak digunakan adalah

melalui media massa. Bahkan peningkatan penggunaan media pada dua tahun

terakhir sangat pesat. Pada kurun waktu Januari-Desember 2012 pengaduan

melalui media mencapai 1.287 kasus. Sementara data per Maret 2013 telah

mencapai 291 kasus, sangat signifikan dibanding 3 jenis saluran pengaduan lainnya.

Hal ini juga menunjukkan bahwa media massa memiliki peranan penting

terhadap perkembangan isu-isu terkait sekaligus memberikan pengaruh terhadap

pembentukan opini publik. Mengapa demikian? Dikarenakan kriteria dari media

massa baik cetak maupun elektronik adalah menjangkau publik secara luas dan

cepat, lintas wilayah dan lintas waktu.

Page 15: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Peran media massa juga dapat dilihat pada grafik berikut.

Sumber: Data olahan Direktorat Pengolahan dan Penyediaan Informasi, Kemkominfo,

April 2013

Berdasarkan tren grafik diatas, data ABH dan kekerasan terhadap anak yang

dilaporkan melalui media pada tahun 2012 tampak naik pesat dibandingkan tahun

sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka sangat dipahami bahwa media merupakan

sarana strategis dan efektif dalam hal pengelolaan informasi. Di satu sisi ada istilah

bad news is good news yaitu berita yang „luar biasa‟ termasuk yang mengandung

unsur kekerasan atau horor adalah yang dicari pembaca/pemirsa/pendengarnya

Sifat dari pemberitaan semacam ini mengacu pada fungsi media massa sebagai

sarana hiburan. Tetapi kita tak dapat mengabaikan fungsi lain dari media massa

yakni sebagai sumber informasi, pendidikan, sekaligus kontrol sosial.

Beberapa aspek dalam pemberitaan di media massa menyangkut hal-hal sebagai

berikut,

Istilah koran kuning dan koran putih. Konotasi Koran kuning adalah media

yang cenderung memuat berita-berita panas, mencekam, penuh sensasi,

rumors atau gossip. Singkat kata, berita-berita yang seringkali tidak

mengabaikan segi kualitas, akurasi, pun etika jurnalistik. Pada kenyataannya

berita semacam ini banyak diminati khususnya oleh masyarakat golongan

menengah ke bawah. Sedangkan Koran putih, dikenal sebagai media yang

109105

47

492

5

157 118212

1.287

627

0 0

291

4

Langsung Surat Telp Media

Jenis Pengaduan Investigasi Langsung

Data Anak Bermasalah Hukum (ABH) dan Kekerasan

Jan - Des 2011

Jan - Des 2012

Jan - Maret 2013

Page 16: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

dalam pemberitaan lebih mengedepankan kaidah-kaidah jurnalistik yang

berlaku.

Sering terjadi media memproduksi berita yang datanya masih belum valid. Ini

disebabkan oleh informasi yang bocor, sehingga wartawan mengetahui

informasi lebih dulu dibanding orang yang berada langsung di institusi

tersebut.

Media juga biasa bermain prosa atau ritme. Kadang media merekonstruksi

sendiri kejadian melalui surat tanda bukti lapor, melakukan reka ulang sendiri

dan dengan prosa sendiri.

Media kadang mem-blow up secara berlebihan. Kondisi dimana belum ada

kesepahaman dan kesepakatan, antara pembuat keputusan (policy maker),

aparatur penegak hukum, tentang kasus kekerasan terhadap anak.

Bukannya media tidak memberikan solusi, tetapi kasus itu selalu ada.

Kadang media menghadapi situasi dimana saat informasi ditindaklanjuti

dalam pemberitaan, belum selesai satu kasus, sudah ada kasus lainnya.

Mereka tidak bisa melakukan indepth news. Melakukan follow up suatu

kasus sering diabaikan karena untuk media cetak khususnya surat kabar

harian, memproduksi berita setiap hari, mencari berita setiap hari, sehingga

terkadang tidak fokus pada satu kasus karena kasus itu datang terus dan

terus.

Contoh kasus kekerasan yang terjadi pada siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Wonokromo, Bantul, yang diblow-up secara besar.

Kasus siswi MAN Wonokromo ini terjadi pada tahun 2011, tapi baru diblow-up

tahun 2012. Salah seorang siswi dilecehkan oleh guru yang juga tetangga

korban. Pada kasus ini, terkesan korban di diskriminasi, diteror oleh pihak

sekolah. Guru sebagai peran utama sempat dipindah, tapi hanya sementara

waktu. Kemudian ia kembali mengajar di MAN Wonokromo, sehingga korban

sering berhadapan dengan pelaku. Hal ini membuat korban mengalami

trauma, teringat kejadian yang telah dia alami. Akibatnya, korban yang

termasuk siswi pandai, mengalami penurunan prestasi. Tanpa tedeng aling-

aling, sekolah mencabut beasiswa Bantuan Operasional Sekolah (BOS)-nya

dicabut.

Pada saat persidangan, tidak dihadirkan hakim perempuan, padahal ini

kasusnya pelecehan seksual terhadap perempuan. Setelah adanya desakan

dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), baru diajukan hakim perempuan. Dalam persidangan, kuasa hukum

pelaku berupaya mencari kesalahan korban. Antara lain, korban dianggap

penipu yakni dengan mencuri umur saat mendaftar sekolah. Jadi pada saat

Page 17: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

kejadian, korban sudah berumur 18 tahun dan dianggap sudah bukan anak-

anak lagi. Selain itu, korban juga dituduh memalsukan surat tanda lahir serta

dianggap memanipulasi data ijasah pada waktu SMP. Ditambah lagi, selama

persidangan, korban harus bersaksi dihadapan pelaku dan dikonfrontir

dengan pelaku. Dalam vonis, pelaku dibebaskan dan kembali mengajar di

MAN Wonokromo.

Dalam kasus ini, walaupun media sudah memblow-up secara besar-besaran,

tapi korban tetap menjadi pihak dirugikan. Pelaku tetap bebas mengajar di

sekolah yang sama dan beasiswa korban tetap dicabut.

Memberikan perlindungan yang aman terhadap anak dan berperspektif terhadap

gendernya, bukan hanya diberikan media, tetapi juga oleh stakeholder yang lain

serta penegak hukum

(Disampaikan oleh Rosihan Anwar, Staf Redaksi Bernas, Jogja, dalam FGD Panduan

Mengelola lnformasi Publik Tentang Kekerasan Terhadap Anak Berperspektif Sensitivitas

Gender, diselenggarakan Ditjen IKP, Kemkominfo,Yogyakarta, 27 Maret 2013)

Rekomendasi

Dari berbagai penjelasan mengenai kekerasan terhadap anak diatas, berikut

adalah beberapa rekomendasi dari Kementerian dan pihak terkait, seperti Kepolisian

dan pihak media yang dapat mengurangi tindak kekerasan terhadap anak,

diantaranya adalah:

dari pihak K/L

Mendorong informasi yang dapat diterima publik secara sistemik, meliputi isi

hukum (content of law), struktur hukum (structure of law) dan budaya hukum

(culture of law).

Mendorong informasi KTA dan penanganannya secara komprehensif

(kesehatan, sosial dan hukum) yang mudah diakses dan tanpa diskriminasi.

Informasi yang mendorong terwujudnya pengarus utamaan perlindungan

anak dalam kebijakan pembangunan di pusat dan daerah

Mempublikasi model-model perlindungan anak yang sistemik, sebagai

kebijakan nasional, seperti Sekolah Ramah Anak (SRA) yang didukung oleh

struktur dan aparatur yang memadai untuk mengawal implementasi dan

pengawasannya. Menyosialisasikan atau menyebut bahwa salah satu kriteria

kota ramah anak adanya Telepon Sahabat Anak (TeSA) 129.

Menginformasikan lembaga-lembaga layanan terhadap korban KTA meliputi

kesehatan, sosial dan hukum yang dapat diakses oleh semua korban KTA di

semua level, di perkotaan dan perdesaan tanpa diskriminasi.

Menginformasikan cara dan alur rehabilitasi terhadap korban KTA yang

dilakukan secara komprehensif dan tuntas di tingkat komunitas.

Page 18: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Informasi yang dapat mendorong peningkat pengawasan publik berbasis

komunitas terhadap berbagai tindak kekerasan terhadap anak dengan

meningkatkan saran dan prasarana, ketrampilan Sumber Daya Manusia yang

memadai semacam Tim Reaksi Cepat Satgas Pengawasan Anak.

dari pihak Kepolisian Republik Indonesia

Kepolisian Republik Indonesia, mengeluarkan Peraturan Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Ruang

Pelayanan Khusus (RPK) dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi Atau Korban Tindak

Pidana. Dalam peraturan ini, ada mekanisme pelayanan tugas dalam memberikan

perlindungan terhadap korban kekerasan terhadap anak. Penerimaan laporan/aduan

dari masyarakat dalam masalah perempuan dan anak sebagai korban

kejahatan/kekerasan, dilayani oleh Polisi Wanita (Polwan), anggota Unit Pelayanan

Perempuan dan Anak (UPPA), yang selanjutnya dibawa ke RPK unit PPA.

Jika kondisi korban kritis, lakukan tindakan penyelamatan dengan merujuk ke

pusat pelayanan terpadu atau rumah sakit terdekat. Untuk mencari dan

mengumpulkan barang bukti, lakukan verifikasi pembuatan laporan oleh anggota

UPPA dan bila perlu mendatangi tempat kejadian perkara.

Untuk kasus yang tidak memenuhi unsur pidana, upayakan bantuan melalui

konseling dan pendekatan psikologis/kerjasama dengan fungsi yang tersedia di

lingkungan Polri, instansi terkait/mitra kerja di luar Polri. Apabila diperlukan, dapat

merujuk korban ke pusat pelayanan terpadu/ rumah sakit, lembaga bantuan hukum,

psikolog, lembaga swadaya masyarakat/instansi terkait lainnya.

Bila kasus yang ditangani memenuhi unsur pidana akan dilakukan penyidikan

perkara, dalam hal ini diperlukan koordinasi yang harmonis antara unit PPA dengan

pengemban/pelaksana fungsi pelayanan masyarakat dan penyidik/penegak hukum,

baik dilingkungan Polri maupun diluar lingkungan Polri.

Page 19: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Panduan

Mengelola Informasi Publik Tentang Kekerasan Terhadap Anak

Pada bab sebelumnya telah diuraikan data-data mengenai kekerasan

terhadap anak, dimana angkanya makin meningkat dari tahun ke tahun dengan jenis

kekerasan yang makin beragam dan hampir sebagian besar pelaku kekerasan

dilakukan oleh orang tua. Telah dijelaskan juga faktor-faktor pencetus kekerasan

dan banyak aspek mengapa kekerasan dalam lingkungan keluarga kerap terjadi

dimana keluarga seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk tumbuh kembang

anak.

Berbicara mengenai kekerasan secara umum, maka kita bisa memulai dari

bagaimana kekerasan terjadi dilihat dari tahapannya.

1. Sistem nilai

2. Realitas sosial ekonomi, budaya

3. Perilaku

Pada tingkat sistem nilai yang dibentuk dari filsafat Pancasila, budaya dan

agama, maka sistem nilai sebenarnya akan membentengi masyarakat dari

kekerasan, membuat masyarakat menjauhi kekerasan. Namun, pada kenyataannya

tingkat realitas sosial , ekonomi dan budaya, membuat sistem nilai tidak berdaya

mencegah kekerasan yang ada di masyarakat. Jika negara tidak berwibawa

mencegah kekerasan yang terjadi di dalam masyarakat, dengan sendirinya

kekerasan akan meluas.

Kekerasan disini bukan hanya kekerasan fisik, tetapi lebih luas lagi. Banyak

kasus kekerasan yang ada di masyarakat disebabkan oleh kemiskinan,

penggangguran, pendidikan yang rendah, dan kebodohan. Contoh lain yaitu

pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan sesuatu yang patut dibanggakan. Di

satu sisi kondisi ini memungkinkan tumbuhnya golongan kelas ekonomi menengah

dengan daya beli yang tinggi. Namun, karena tidak diikuti dengan antisipasi

terhadap kesejangan ekonomi yang makin lebar, sehingga melahirkan kekerasan di

masyarakat.

Interpretasi agama yang salah di masyarakat juga dapat melahirkan

kekerasan. Misalnya, ajaran bahwa istri dan anak yang bersalah boleh dipukul.

Page 20: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Bukan nilai-nilai dalam agamanya yang salah namun intreprentasi masyarakat yang

tidak tepat. Itulah beberapa contoh bagaimana sistem nilai yang tidak teraplikasi

dengan baik ketika dihadapkan pada realitas sosial di masyarakat. Hal itu akan

melahirkan masyarakat yang secara tak sadar melestarikan kejahatan.

Program-program Kementerian seyogyanya memahami realitas kehidupan

mayarakat. Untuk itulah, kebijakan informasi publik yang disusun oleh pemerintah

harus mampu menyentuh tatatan kehidupan masyarakat.

Kebijakan Perlindungan Anak

Kebijakan Perlindungan Anak dilakukan dengan pendekatan sistem yang

komprehensif. Artinya, sistem yang menangani kekerasan dimana berbagai isu

ditangani secara komprehensif dan terintegrasi, bukan terpisah, reaktif, dan ad hoc.

Komponen sistem perlindungan anak tersebut berada dalam kerangka legal

dan perundang-undangan yang memiliki dua unsur. Pertama, Sistem

Kesejahteraan Sosial untuk Anak dan Keluarga yang meliputi dukungan keluarga,

pengasuhan anak, konseling, kesehatan, pendidikan. Kedua, Sistem Peradilan,

mencakup pengasuhan anak, peradilan anak, adopsi, saksi dan korban anak.

Sistem Perlindungan Anak sendiri merupakan strategi yang meliputi

pencegahan dan penanganan anak dari segala bentuk kekerasan , eksploitasi,

penelantaran dan perlakuan salah.

Upaya pencegahan dan penanganan digolongkan kedalam tiga tingkat yakni :

1) Pencegahan dini (layanan primer)

2) Pengurangan resiko ( layanan sekunder)

3) Penanganan (layanan tersier)

Adapun langkah-langkah pencegahan mencakup hal-hal sebagai berikut,

o Perkuat resiliensi keluarga untuk menghadapi guncangan seperti akses terhadap transfer sosial dan kemampuan pengasuhan orangtua

o Tegakkan hukum

o Kembangkan strategi perubahan perilaku yang berdasarkan fakta

o Dokumentasikan kasus-kasus dan penyelesaiannya serta sebarluaskan praktik-praktik perubahan perilaku, program dan kegiatan yang baik dan berhasil.

o Tingkatkan anggaran untuk peningkatan kesadaraan dan perubahan perilaku serta pastikan bahwa layanan pendukung juga tersedia

Page 21: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Banyaknya kasus kekerasan yang dilihat, didengar dan dilaporkan oleh

masyarakt dan sebagian besar dimuat di media, disatu sisi merupakan hal yang

baik. Artinya, masyarakat memiliki keberanian dan kepedulian untuk terlibat aktif

dalam perlindungan anak, peduli terhadap tumbuh kembang anak dan sadar akan

hak-hak yang dimiliki oleh serorang anak.

Dari sisi media sendiri, dengan adanya Convention on the Rights of the Child

(CRC) yang disahkan oleh Majelis Umum PBB berdasarkan Resolusi 44/23 Tahun

1989 dimana CRC ini mencakup Perlindungan, Kelangsungan Hidup dan

Perkembangan Anak, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh media.

Bagaimana media meliput dan menayangkan suatu berita mengenai kekerasan

terhadap anak, baik anak sebagai korban maupun anak sebagai pelaku kekerasan.

Hendaknya peliputan dan pemberitaan fokus terhadap kepentingan si anak untuk

perlindungan, kelangsungan dan perkembangan anak, membantu masa pemulihan

pasca trauma, mendorong anak untuk terus bangkit dan beradaptasi dengan

lingkungan pasca kekerasan. Jika pemberitaan tidak mempunyai unsur-unsur

tersebut dan hanya menjadikan sebagai komoditi atau headline berita saja maka

sangat disayangkan bahwa anak hanya sebagai komoditi. Sementara peran media

hanya sebagai pencitraan.

Kementerian / Lembaga, Humas, LSM, tokoh masyarakat, pihak sekolah bisa

bekerja sama dengan media dalam peliputan dan pemberitaan mengenai kasus

kekerasan terhadap anak, baik anak sebagai korban maupun sebagai pelaku.

Hendaknya pemberitaan berimbang dengan memperhatikan hak-hak anak dan

bukan menambah beban penderitaan anak atau mengekspose penderitaan anak

sebagai bahan komersil berita.

Berikut adalah kiat-kiat bekerjasama dengan media mulai dari awal peliputan

sampai selesai pemberitaan. Pemantauan isi liputan hendaknya dilakukan terus

menerus dan memperhatikan efek hasil pemberitaan, baik dari sisi si anak maupun

dari sisi masyarakat sebagai pembaca. Apakah pemberitaan tersebut memberikan

pembelajaran yang berharga bagi masyarakat, lingkungan sekitar, pihak-pihak

terkait (keluarga, sekolah, peradilan)? Bagaimana efek dari pemberitaan itu terhadap

si anak? Apakah menambah trauma si anak atau membantu proses pemulihannya

?

Kiat Kerjasama Dengan Media

Pesan Utama

Identifikasi dan selesaikan 2-3 hal yang ingin Anda jelaskan.

Selalu kembalikan wawancara/diskusi ke inti persoalan

Page 22: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Bicara dengan satu suara

Apabila bekerja dalam koalisi, pastikan agar semua anggota memahami pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada pers.

Sebaiknya ditetapkan seorang juru bicara.

Berikan pers data selengkap-lengkapnya terkait persoalan yang akan ditulisHubungi pers secara langsung

Lakukan langkah proaktif - jangan hanya merespons isu-isu yang sudah menjadi berita, tapi berikan berita dan siaran pers.

Tulis surat kepada editor untuk memancing perdebatan – surat tersebut harus singkat dan langsung ke pokok persoalan

Berikan informasi yang mudah dipahami

Berikan informasi tertulis yang singkat dan jelas – misalnya, paket informasi atau pengarahan pers. Ini bisa meliputi informasi kontak, informasi mengenai isu yang diadvokasi, latar belakang isu, informasi mengenai pandangan yang bertentangan, fakta dan data statistik.

Jangan ragu berhadapan dengan pers, karena sebetulnya kita saling membutuhkan. Kita sebagai nara sumber, sementara pers memerlukan data dan informasi dari kita.

Bila kita yang berkompeten menghindar dari pers, mereka tetap punya cara untuk memperoleh informasi dari pihak lain termasuk pihak yang mungkin kurang memahami inti persoalan

Pengarahan/siaran pers

Ketahui tenggat dan waktu paling tepat untuk menghubungi pers.

Siapkan paket pers pada semua kegiatan.

Berikan pengarahan latar belakang sehingga para wartawan dapat melakukan penyelidikan sendiri.

Jadilah narasumber yang terpercaya

Jadilah narasumber yang terpercaya sehingga pers datang menemui dan untuk mendapatkan informasi resmi mengenai berbagai aspek kekerasan terhadap anak. Keterpercayaan saat berhubungan dengan para aktor yang peduli terhadap perlindungan anak dari kekerasan sangat berkaitan dengan tingkat keahlian teknis.

Tampil di TV dan radio

Tetap fokus pada pesan-pesan utama.

Adakan pelatihan teknik wawancara.

Evaluasi sosialisasi/advokasi

Page 23: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Catat dan evaluasi liputan pers serta belajarlah dari sosialisasi /advokasi sebelumnya.

Media memainkan peran sangat penting dalam mempromosikan pengawasan publik atas pelaksanaan perlindungan anak dari kekerasan dan dalam menyebarkan informasi mengenai reformasi perlindungan anak.

Kementerian atau lembaga dapat bekerja sama dengan media untuk memperkuat kampanye, sosialisasi atau advokasi peningkatan kesadaran dan advokasi mereka.

Para wartawan dan pihak lainnya yang bekerja dibidang media belum tentu mengenal perspektif perlindungan dan pemenuhan hak anak serta isu-isu kekerasan terhadap anak atau memahami cara berbicara maupun mendapatkan informasi dari anak-anak.

Selain itu, belum ada atau mungkin sedikit sekali panduan atau kebijakan yang berperspektif perlindungan dan pemenuhan hak anak di lembaga-lembaga media itu sendiri.

Kementerian atau lembaga dapat bekerja sama dengan media untuk melatih mereka mengenai bagaimana mengumpulkan informasi dan membuat laporan mengenai kasus-kasus dan isu-isu kekerasan terhadap anak dengan cara yang peka terhadap perspektif perlindungan dan pemenuhan hak anak.

Kesulitan media untuk mengakses anak sebagai saksi atau korban dari pelanggaran HAM tertentu seperti pemerkosaan, dapat didukung oleh kementerian atau lembaga dan para pendamping yang memfasilitasi proses ini. Termasuk dalam menyediakan pelayanan dan bantuan yang diperlukan kepada korban yang mau mempublikasikan kisah mereka.

Pengelolaan Isu

Setelah kita mengetahui keuntungan bekerjasama dengan media, maka hal

yang tak kalah penting adalah mengetahui kiat-kiat K/L dan Organisasi Sosial agar

lebih efektif memanfaatkan media. K/L dan Organisasi sangat penting memiliki

hubungan baik dengan media, agar pesan-pesan yang disampaikan oleh K/L dan

Organisasi sampai kepada masyarakat dengan baik.

Kiat-kiat dalam Pengelolaan Isu:

Manfaatkan media untuk menyebarkan pesan-pesan advokasi kepada

masyarakat sasaran yang luas.

Adakan kerja sama dengan surat kabar , stasiun radio masyarakat dan

stasiun televisi lokal, serta gerai media pemerintah.

Page 24: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Berikan pelatihan kepada para wartawan dan pihak-pihak lainnya yang

bekerja di bidang media mengenai perlindungan dan pemenuhan hak anak

dari kekerasan dan penggunaan bahasa yang peka terhadap perspektif anak.

a. Undang media hanya apabila ada hal penting yang ingin disampaikan.

b. Apabila Anda menggunakan data statistik, pastikan data tersebut akurat

Tampil di TV dan radio

a. Tetap fokus pada pesan-pesan utama.

b. Adakan pelatihan teknik wawancara.

Evaluasi sosialisasi/advokasi

Catat dan evaluasi liputan pers serta belajarlah dari sosialisasi /advokasi

sebelumnya.

Hal selanjutnya adalah Pembuatan Laporan Media yang tanggap terhadap

perspektif anak. Dalam mengomunikasikan gender para wartawan harus menyadari

bahwa masyarakat bisa terpinggirkan karena gender mereka. Oleh karena itu, kita

harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

Siapa yang diliput?

Dari perspektif apa?

Melalui lensa mana?

Mencerminkan stereotipe masyarakat yang mana?

Apakah berita tersebut membantu memajukan perlindungan dan pemenuhan

hak anak atau bahkan kesetaraan dan kesamaan gender dalam masyarakat.

Atau, apakah berita tersebut disampaikan dengan cara yang mendukung

sikap dan nilai-nilai tradisional?

Apakah masalah wanita atau pria dipisahkan dari masalah masyarakat secara

umum?

Tips Membuat Berita Tentang Kekerasan Terhadap Anak Yang Baik

Melaporkan Kekerasan

Framing dan Konteks

Page 25: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

a. Ketika suatu tindak kekerasan terjadi, sangat disarankan dalam

melaporkan kejadian tersebut wartawan tidak hanya terpaku pada

kejadian saat itu melainkan juga bagaimana peristiwa tersebut berproses

dan terjadi. Dengan cara ini wartawan bisa menyajikan konteks dari

suatu peristiwa dan memberikan pembaca gambaran yang lebih

komprehensif. Ini bisa dilakukan dengan menggali lebih dalam

latarbelakang suatu kejadian, kondisi atau situasi tertentu yang menyertai

kejadian itu.

b. Laporan yang hanya terfokus pada kejadian dan menekankan kekerasan

langsung, tidak memberikan penjelasan mengapa suatu tindak kekerasan

terjadi. Menjelajahi akar penyebab kekerasan dengan menganalisis

konteks kejadian memungkinkan pembaca memahami bahwa suatu

fenomena kekerasan tertentu adalah masalah bersama dari para

pemangku kepentingan termasuk masyarakat secara luas.

Menyiasati Kompleksitas

a. Ketika menghadapi kejadian yang kompleks, kecenderungan yang

banyak terjadi di kalangan wartawan adalah menyederhanakan

kerumitan. Hal ini dilakukan antara lain dengan cara terburu-buru

mengatakan bahwa tindak kekerasan yang terjadi adalah hasil dari suatu

kegilaan tanpa terlebih dahulu menggali informasi yang lebih lengkap

mengenai peristiwa tersebut.

b. Pelaporan yang baik menuntut wartawan untuk mengidentifikasi banyak

pemangku kepentingan dalam suatu kejadian, mengeksplorasi

kepentingan di belakang posisi masing-masing pemangku kepentingan

dan memberi mereka kesempatan untuk mengekspresikan perspektif dan

kebutuhan masing-masing.

Nilai Layak Berita

a. Pemilihan berita sebaiknya didasarkan pada relevansi dari berita tersebut

bagi pembaca. Tanpa relevansi, jurnalisme akan kehilangan fungsinya

sebagai penyedia informasi dan hanya menjadi hiburan semata yang

lebih mengedapankan unsur kekerasan, darah dan air mata, emosi dan

selebritas demi pertimbangan laku jual semata.

b. Dengan pertimbangan relevansi, nilai berita dilihat sebagai panduan untuk

mencari cerita yang relevan, cerita yang memiliki dampak terhadap orang

lain termasuk para pemimpin dan masyarakat pada umumnya, serta

cerita yang memiliki kepentingan kemanusiaan.

Page 26: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Penggunaan Bahasa

a. Bahasa memberikan tantangan yang besar kepada wartawan saat

melaporkan suatu tindak kekerasan terhadap anak. Pemakaian kata-kata

sensasional dan bombastis terkadang digunakan sekadar untuk menarik

pembaca dan menaikkan oplah tanpa melihat dampaknya terhadap

korban maupun pelaku, terutama apabila pelaku kekerasan adalah juga

anak.

b. Hindarilah pengunaan istilah-istilah yang stereotip, menggeneralisasi dan

memberi label yang tidak perlu dan tidak relevan pada pelaku maupun

korban kekerasan anak.

c. Penggunaan nama samaran atau membuat samar gambar pelaku atau

korban kekerasan anak di media untuk menyembunyikan identitas yang

bersangkutan seringkali tidak ada artinya, karena bagian lain dari berita

yang sama seringkali memberi petunjuk yang jelas akan identitas pelaku

atau korban kekerasan anak.

Menciptakan Keseimbangan

a. Keseimbangan masih sering dipahami sebagai keseimbangan kuantitatif

yang memberikan alokasi waktu atau kolom yang sama panjang kepada

para pihak yang terkait. Keseimbangan seperti ini tidak menjamin

keseimbangan kualitatif yang memberikan kesempatan yang sama pada

para pemangku kepentingan untuk menjelaskan perpektif dan kebutuhan

mereka.

b. Keseimbangan kualitatif tidak tercipta oleh posisi waktu atau panjang

kolom yang sama melainkan karena kualitas komentar yang dibuat.

Sumber-sumber tidak biasa seringkali justru melengkapi cerita dengan

perspektif yang tidak biasa juga.

c. Untuk representasi yang memadai dari para aktor yang terlibat, wartawan

harus menyeimbangkan perspektif mereka berdasarkan relevansi isi

cerita dan keterlibatan para actor, bukan pada pengukuran kuantitatif.

Perlakuan Terhadap Pembaca

a. Bagaimana wartawan melihat dan memperlakukan pembaca atau

pemirsanya menentukan bagaimana mereka melihat peran mereka

sebagai pelapor kebenaran dan bagaimana mereka menentukan strategi

pelaporan.

b. Perspektif wartawan, khususnya manajemen media, yang melihat

pembaca atau pemirsa sebagai penerima pasif dari akhir mata rantai

produksi, membenarkan gaya pelaporan hiburan yang lebih murah dan

Page 27: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

lebih cepat diproduksi serta tidak memerlukan banyak sumber dana

keuangan dan manusia.

c. Wartawan dengan pandangan yang sebaliknya, melihat pembaca

sebagai anggota aktif dari masyarakat yang menggunakan informasi yang

diberikan media untuk membuat keputusan yang relevan bagi kehidupan

mereka sendiri. Mereka melihat pembaca tidak hanya memiliki hak atas

informasi tetapi juga memiliki kebutuhan akan informasi yang signifikan.

Dengan begitu, wartawan meresponnya dengan menyediakan akses

informasi berkualitas tinggi dan berorientasi kebenaran tanpa memihak.

Page 28: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Fakta Pemberitaan

Untuk memperoleh persepsi yang sama terhadap pemberitaan berperspektif

pada sensivitas gender, berikut adalah beberapa contoh pemberitaan di media

massa tentang kekerasan terhadap anak. Ada pemberitaan yang memihak korban,

ada juga pemberitaan yang tidak memihak korban atau malah menjadikan korban

sebagai hiburan. Sebagai contoh, mengambil berita tentang seorang guru yang

melakukan tindak kekerasan seksual terhadap muridnya.

Contoh Berita Memihak Korban

No Tanggal Media Judul

1 1 Maret 2013 Kompas.com Jokowi Dukung Sanksi untuk

Guru Asusila

2 3 Maret 2013 Kompas.com Kadisdik DKI: Siswi Korban

Seharusnya Tak Dimunculkan

3 3 Maret 2013 RakyatMerdekaOnline Oknum Guru Cabul Harus

Ditindak Tegas

4 1 April 2013 Kompas.com Pengacara: Satu Bukti Lagi,

Wakepsek Jadi Tersangka

Note: Diambil berita yang paling memihak pada korban

Kategori berita yang dimaksud memihak pada korban adalah mendekati aspek-

aspek berikut: mengedepankan kaidah jurnalistik, tidak menyebut/menampilkan

nama ataupun figur korban secara jelas namun menggunakan initial nama, tidak

mengekspolitasi korban maupun keluarganya semata-mata untuk unsur hiburan.

Contoh Berita yang Tidak Memihak Korban

No Tanggal Media Judul

1 1 Maret 2013 Kompas.com MA "Ngamuk" Dituduh Pacaran

dengan Guru. (Judul dianggap

melecehkan kredibilitas korban)

2 1 Maret 2013 Kompas.com Guru Diduga Lecehkan Siswi

"Ngaku" Hanya Korban. (Judul

dianggap melecehkan kredibilitas

korban)

Page 29: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

3 3 Maret 2013 RakyatMerdekaOnline Kadis Pendidikan DKI: Guru Cabul

SMAN 22 Tetap Dicopot! (Ilustrasi

dianggap melecehkan korban)

4 1 April 2013 Kompas.com Korban Pelecehan Seksual

Terintimidasi Respons di Internet.

(Ilustrasi dianggap melecehkan

korban)

5 23 April 2013 RakyatMerdekaOnline Pencabulan Guru Pada Murid

Adalah Perbuatan Jahiliyah.

(Ilustrasi dianggap melecehkan

korban)

Note: Diambil berita yang paling menjadikan korban sebagai hiburan

Kategori berita yang dimaksud menjadikan korban sebagai hiburan adalah

mendekati aspek-aspek berikut: menggunakan judul atau kata-kata yang

melecehkan korban, menyebut/menampilkan nama ataupun figur korban secara

jelas, mengekspolitasi korban maupun keluarganya semata-mata untuk unsur

hiburan.

Page 30: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Contoh Aduan tentang Kekerasan di Media Televisi

Contoh-contoh berikut diharapkan dapat memberi gambaran nyata kepada

kita sebagai pihak yang memberitakan, menyiar atau mempublikasikan suatu

materi/informasi, bahwasanya masyarakatpun secara kritis menolak unsur-unsur

yang bersifat kekerasan khususnya terhadap anak.

Nama : Adha Ardiyono

Daerah : JAWA TENGAH

Aduan : Pada sinetron ini (apakah ada judul sinetronnya?) ada adegan

Preman menendang perut wanita (Aisyah).

Sungguh tidak pantas, karena akan mempengaruhi psikologi

pemirsa.

Sumber : http://kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-submission/239

Nama : Ryan Rahadi

Daerah : JAWA TENGAH

Aduan : Acara televisi "Oh Ternyata" memberikan contoh-contoh negatif

seperti pembunuhan, balas dendam, dan sebagainya yang tidak

patut ditayangkan pada jam-jam primetime.

Sumber : http://kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-submission/238

Nama : Januar Trisuna Fahmi

Daerah : JAWA BARAT

Aduan : Kenapa ada iklan obat kuat yang notabene diperuntukan bagi orang

dewasa di Stasiun Televisi khusus anak? Saya perhatikan iklan

tersebut tayang pada jam-jam di mana anak-anak banyak

menonton acara kesukaan mereka. Adik saya berumur 8 dan 5

tahun menggemari acara di Space Toon, karena memang acaranya

banyak diperuntukan bagi anak-anak. Tapi kenapa ada iklan obat

kuat pada jam di mana anak-anak banyak menonton?

Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata.

Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-submission/231

Page 31: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Nama : HARIYANTO

Daerah : DKI JAKARTA

Aduan : saya keberatan penayangan berita kejahatan ibu yang membunuh

anaknya dengan dibenamkan ke air, hal ini bisa menjadi semacam

foto copy terhadap orang lain yang potensi berbuat jahat atau

cenderung bisa ditiru, mohon KPI bisa melarang semua berita dan

tayangan terkait dengan kejahatan seksual dan pembunuhan,

terima kasih

Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-aduan/view-submission/190

Sumber: pojok aduan – www. kpi.go.id

Page 32: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Referensi

Judul Paparan

1. KEKERASAN TERHADAP ANAK BERPERSPEKTIF SENSITIF GENDER -

Maria Ulfah Anshor, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

2. MASUKAN UNTUK FGD MENGELOLA INFORMASI PUBLIK TENTANG

KTA - Sutarti Sadewo, Deputi Perlindungan Anak Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

3. PERAN UPPA DALAM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP

PEREMPUAN DAN ANAK - Wiwik Dwi Khoriyanti, Kanit PPA Direktorat

Reskrim Umum, Polda DIY

4. KEKERASAN TERHADAP ANAK (PERSPEKTIF SOSIOLOGIS) - Sugeng

Bayu Wahyono, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta

5. MELIPUT DAN MENULIS BERITA KEKERASAN TERHADAP ANAK - Sri

Wahyuni, Redaktur Biro Yogyakarta, The Jakarta Post.

Undang-Undang Perlindungan Anak

(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002

TENTANG PERLINDUNGAN ANAK)

Undang-Undang Kekerasan Terhadap Anak (KDRT)

(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004

TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)

Page 33: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Lampiran

Bagi masyarakat, keluarga atau sekolah jika menghadapi persoalan-

persoalan kekerasan, sebaiknya mengetahui jalur untuk melakukan pengaduan.

Kalau itu bisa dilakukan, anak bisa protes terhadap tayangan yang tidak benar,

berani mengadu, itu akan luar biasa. Berikut ini daftar kontak telpon, alamat dan

lembaga terkait pengaduan terhadap masalah anak.

KPAI

Jl. Teuku Umar 10-12 Menteng Jakarta Pusat, 10350

Telepon : 021-31901446, email: [email protected].

Hubungi: Bapak Hendra dan Bapak Rizky

Komisi Nasional Perlindungan Anak

Jl. TB. Simatupang No.33 13760, Hotline Service 021-87791818,

Telepon : 021- 8416157, Fax : 021-8416158, email: [email protected]

TeSA 129 (Telepon Sahabat Anak 129)

Kemkominfo, Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Gedung Belakang B Lantai Dasar,

Jakarta Pusat, 10110,

Telepon: 129

www.tesa129.org

Kepolisian RI

Direktorat Reserse Kriminal Umum, Subdit Remaja Anak dan wanita,

Jl. Jenderal Sudirman No. 55 Jakarta 12190.

Telp (021) 5234302, 5234240. Fax (021) 5234070

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia

Jalan Medan Merdeka Barat No. 15, Jakarta 10110.

Telepon (021) 3842638, 3805563 Faksimile (021) 3805562, 3805559

Jalan Abdul Muis No.7, Jakarta 10110.

Telepon (021) 34835456

Situs: www.menegpp.go.id

Page 34: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

DAFTAR SEMENTARA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A)

Nama

Kabupaten/Kota

Nama dan Alamat Contact Person

1.

Kabupaten Pidie Jaya NAD

P2TP2A KABUPATEN PIDIE JAYA

Penanggungjawab Bupati Pidie Jaya Pembina : Asisten I Kab. Pidie Jaya Koordinator : Kepala BKBPP Pidie Jaya Ketua : Kabid PP dan PA Pidie Jaya

2. Kab. Nias (Sumut) Dibentuk: 2008

P2TP2A KABUPATEN NIAS Jl. Kartini I Kelurahan Pasar Gunung Sitoli, samping Dinas Kesehatan Kab. Nias HP: 081362074772/081361460944/ 085297042577

Ketua: Ros Okti Harefa Sekretaris: Christian Zai, Msi, APT

3. Kab. Bireuen (NAD) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kab. Bireun Jalan Medan-Banda Aceh Desa Paya Lipah Kecamatan Peusangan Kab. Bireun

Ketua: Dra. Asma AR Sekretaris: Nurmi, SE

4. Kab. Aceh Timur (NAD) Dibentuk: 2008

P2TP2A Kabupaten Aceh Timur Jl. Peutua Husen, Gampong Jawa Idi Rayeuk-Aceh Timur Telp/Fax. 0646.21213 E-Mail: [email protected] Blog: Info.P2TP2A Aceh Timur

Ketua Jamaluddin Sekretaris: Nursyamsiah

5. Kab. Aceh Tamiang (NAD) Dibentuk: 2006

P2TP2 Kabupaten Aceh Tamiang

Ketua: Kabag Sosial Sekretaris: Dewi Trianingsih, S.Ag

6. Kab. Nias (Sumut) Dibentuk: 2008

P2TP2A KABUPATEN NIAS Jl. Kartini I Kelurahan Pasar Gunung Sitoli, samping Dinas Kesehatan Kab. Nias HP: 081362074772/081361460944/ 085297042577

Ketua: Ros Okti Harefa Sekretaris: Christian Zai, Msi, APT

7. Kab. Tanah Datar (Sumbar) Dibentuk: 2006

P2TP2A ”Luhak Nan Tuo” Kabupaten Tanah Datar Jl. MT

Kepala Badan Taskin PMPKB: N.DT. Panduko, SH

Page 35: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Haryono No. 10 Batusangkar Telp. 0752-73792

8. Kab. Solok (Sumbar) Dibentuk: 2007

P2TP2A Kabupaten Solok

Ketua: Ny. Ar Suarman Sekretaris: Nurhasanah, SH

9. Kab. Agam (Sumbar) Dibentuk: 2008

P2TP2A “Siti Manggopoh” Kabupaten Agam

10. Kota Sawahlunto (Sumbar) Dibentuk: 2008

P2TP2A Kota Arang Sawahlunto

Ketua Umum: Yendri Ye’ti Erizal Sekretaris: Wisadono

11. Kota Bukittinggi (Sumbar) Dibentuk: 2009

P2TP2A ”Saayun Salangkah” Kota Bukittinggi

Ketua Umum: Ir. Hj. Asmet Amziz Sekretaris: Upik Sri Yunani, SPd Dra. Nurhuda

12. Kab. Limapuluh Kota (Sumbar) Dibentuk: 2009

P2TP2A “Luak Nan Bonsu” Kabupaten Limapuluh Kota Jalan Raya Negara Km-7 Tanjung Pati. Kecamatan Harau Kab. Limapuluh Kota Telp.0752-7754181

Ketua Umum: Ir. Nurmis Madiati, MT Sekretaris: Hj. Yenni Elvi, Amd.Keb

13. Kab. Batang Hari (Jambi) Dibentuk: 2008

P2TP2A Kabupaten Batang Hari - Jl. Gajah Mada Kelurahan Rengas Condong, Kecamatan Muara Bulian - Setda Pemda Kabupaten Batang Hari Jl. Jend Sudirman No. 1 Muara Bulian Telp: 0743-21045 Fax : 0743-21005

Ketua Umum: Ny. Yunninta Syahrirsah SY Sekretaris Umum: Zulkifli, S.IP

14. Kabupaten Tebo (Jambi) Dibentuk: 2009

Pusat Pelayanan Terpau Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Tebo

Ketua: Kabid Pemberdayaan Perempuan BPPKB Kab. Tebo Sekretaris: - Sekretaris Dinas Kesehatan Kab. Tebo - Sekretaris BPPKB Kab. Tebo

15. Kota Batam (Kepri) Dibentuk: 2004

Shelter P2K2PA Jl. Ir. Sutami Sekupang

Nurmadiah (0778) 7042003

16. Kab. Lampung Timur (Lampung) Dibentuk: 2007

Forum Pelayanan Terpadu Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Kab. Lampung

Ketua: Direktur RSUD Sukadana Sekretaris: Kabag Sosial Setdakab Lampung Timur

17. Kab. Lampung Selatan (Lampung) Dibentuk: 2006

Pos Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2) di 10 Kecamatan

18. Kabupaten Belitung Dibentuk 2010

P2TP2A Kabupaten Belitung Jl. Jend. Achmad Yani 12 Tanjungpandan - Belitung

0719 - 21288

19. Kota Bandung (Jabar) Dibentuk: 2002

(UPT P2TP2A) “BALE KARYA WANOJA” JL. IBRAHIM ADJIE NO. 84 KOTA BANDUNG TLP/FAX (022) 7230875

Page 36: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

20. Kab. Sukabumi (Jabar) Dibentuk: 2007

P2TP2A “BUMI PUTRI MANDIRI” Jl. Palbuan II No. 171 Sukabumi Telp: 0266-226988/0266-230736

21. Kab. Kuningan (Jabar) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kabupaten Kuningan

Ketua: Kabag Pemberdayaan Perempuan Sekretaris: Ismini, BA

22. Kab. Cirebon (Jabar) Dibentuk: 2008

Tim Gugus Tugas P2TP2A “SUMBER KASIH SAYANG” Kab. Cirebon

Ketua: Kabag PP Setda Kab. Cirebon Sekretaris: Kabag PP Setda Kab. Cirebon

23. Kab. Bogor (Jabar) Dibentuk: 2008

P2TP2A “SAYAGA” Ketua: Eusi Hidayat Sekretaris: Hj. Ivic Codariah

24. Kab. Purwakarta (Jabar) Dibentuk: 2008

P2TP2A Kabupaten Purwakarta

Ketua: Kepala Bidan KB dan PIA Kab. Purwakarta Sekretaris: Kasi Pengembangan Sumber Daya dan Organisasi Perempuan

25. Kota Bogor (Jabar) Dibentuk: 2009

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Bogor

Ketua: Hj. Fauziah Dani Budiarto (Ketua TP PKK Kota Bogor) Sekretaris: Kabid PP dan PA (BPM dan KB Kota Bogor)

26. Kota Cirebon (Jabar) Dibentuk: 2009

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Cirebon

Ketua Umum: Ka BPM, PP dan KB Kota Cirebon Sekretaris: Kasubbid PA

27. Kota Tegal (Jateng) Dibentuk: 2004

Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak (PUSPA)

28. Kab. Sragen (Jateng) Dibentuk: 2004

”Dewan Perlindungan Perempuan dan Anak” (DPPA) Jl. Aipda KS Tubun no. 48 Kuwung Sari, Sragen Kulon Sragen 57212 Telp: 0271-5890131

Ketua: Ny. Hj. Suparmi Wiyono (Ketua TP PKK Kab. Sragen) Sekretaris: Murdiyanti, SE (Kabag PP Setda Kab Sragen)

29. Kab. Kebumen (Jateng) Dibentuk: 2007

P2TP2A ”KARTIKA” (Kebumen, Aman, Ramah, Anti Kekerasan)

30. Kab. Banyumas (Jateng) Dibentuk: 2006

Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Penanganan Kekerasan Berbasis Gender dan Anak Kabupaten Banyumas

31. Kota Pekalongan (Jateng) Dibentuk : 2006

Lembaga Perlindungan Perempuan Perempuan dan Remaja (LPPAR) Jl. Majapahit No. 7 A Pekalongan

32. Kota Surakarta (Jateng) Dibentuk: 2006

a. Tim Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Surakarta (PTPAS) Kota Surakarta b. Tim Penanganan Korban Korban Kekerasan berbasis Gender untuk Perempuan dan Anak

Koordinator Umum: Kepala DKRPP dan KB Kota Surakarta

Page 37: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

33. Kota Magelang (Jateng) Dibentuk: 2007

P2TP2A ”CAHAYA MAGELANG” Jalan Pahlawan No. 92 Magelang. 56126 Telp: 0293-362461

Ketua: Ketua TP PKK Kota Magelang Sekretaris: Kabid KS, PP dan BPM, PKB

34. Kab. Klaten (Jateng) Dibentuk: 2009

P2TP2A ”Mutiara” Kabupaten Klaten

Ketua: Hj. Yani Sunarna (Ketua TP PKK Kab. Klaten) Sekretaris: Rocgaeningsing Ssos, Msi (Bag. Kesra)

35. Kab. Wonosobo (Jateng) Dibentuk: 2006

Komite Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Berbasis Gender Jalan Sindoro No 2-4 Wonosobo 56311 Telp. 0286-322218 Fax. 0286-321183

Ir. Lilik Retno Andriyani HP: 08122785145

36. Kab. Rembang (Jateng) Dibentuk: 2006

Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja (TKP2AR) Kabupaten Rembang

37. Kab. Jepara (Jateng) Dibentuk: 2005

Tim Pelaksana Korban Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Jepara

Ketua: Sekda Kabupaten Jepara Sekretaris: Kabag Pemberdayaan Masyarakat Setda Kabupaten Jepara

38. Kab. Grobogan (Jateng) Dibentuk: 2006

Lembaga Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan berbasis Gender dan Anak ”SWATANTRA” Kab. Grobogan Jalan Gatot Subroto No 6 Purwodadi-Grobogan Jawa Tengah 58111 Telp: 0292-421040 pes 211

Ketua Umum: Drs. Pudjo Albachrun, Msi Sekretaris Umum: Nunik Sungkowowati, SH

39. Kab. Purworejo (Jateng) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kabupaten Purworejo

Ketua: Dr. Lina Kurniawati, MPH (Ka BKBdan PPA) Sekretaris: Murdiyati, SE (Kabid PPPA, Badan KB dan PPA)

40. Kab. Bantul (DIY) Dibentuk: 2006

FPK2PA (Forum Penanganan Korban Kekerasan thd Perempuan dan Anak. d/a: Kompleks Rumah Dinas Bupati, Trirenggo Bantul Telp. 0274-367333

Ketua: Drs. Supriyono, MM Sekretaris: Dra. Suprihastuti

41. Kab. Sidoarjo (Jatim) Dibentuk: 2002

Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) Kabupaten Sidoarjo P3A Sidoarjo 031 8057037 08121706225 Luluk Fauziati 08123091570 Arie Cahyono 081332008909 Suagustono

42. Kota Madiun (Jatim) Dibentuk: 2005

Tim Pengelola Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan dan Anak (P2T-P2A) Kota Madiun

Ketua Umum: Sekda Kota Madiun Sekretaris: Kabid Peningkatan PP

Page 38: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

43. Kota Surabaya (Jatim) Dibentuk: 2007

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT-P2A) Kota Surabaya Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 10. Surabaya Telp/Fax : 031-5464707 Hotline KDRT Kota Surabaya 7003-9191

Ketua Pelaksana: Erba Uliantari, SH, Msi Sekretaris: Dra. Nismawati, Mkes Dra. Sri Endah H

44. Kab. Bondowoso (Jatim) Dibentuk: 2007

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Bondowoso

Ketua: Kepala Kantor PP Kab. Bondowoso Sekretaris: Unsur dari Kantor PP Kab. Bondowoso

Pacitan (Jatim) Dibentuk: 2008 P2TP2A Kabupaten Pacitan d/a: BKBPP Kabupaten Pacitan Jl. Imam Bonjol No. 1 Pacitan. Telp: 0357-881315 Fax : 0357-881134

Kepala BKBPP Dr. Eko Budiono, MM Ketua: Ketua TP PKK Kab. Pacitan

Kab. Buleleng (Bali) Dibentuk: 2007

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng

Ketua: Kepala Kantor PMD Kab. Buleleng Sekretaris: - Kasi PP Kantor PMD - Kasub Binkesmas, Dinas Kesehatan - Kasubbag Pemuda OR dan PP.

Kab. Karangasem (Bali) Dibentuk: 2007

P2TP2A Kabupaten Karangasem Alamat: Jalan Teuku Umar No. 2 Amlapura, Karangasem Telp: 0363-23242 HP : 08174722289 / 081236539298

Katua: Kepala BPPKB Sekretaris: Kabid PP dan PA Pelaksana Pelayanan: 1. Ni Nyoman Suparni 2. Ni Made Rusmini

Kabupaten Jembrana Dibentuk tahun 2011

P2TP2A Kabupaten Jembrana Pelindung : Bupati Jembrana Ketua : Kepala Kantor PPKB Kab. Jembrana Sekreataris : Kepala Seksi Kantor PPKB Kab. Jembrana

Kab. Bima (NTB) Dibentuk: 2008 P2TP2A “ASRI “ KABUPATEN BIMA

Ketua: Drs. Abdul Wahab, SH Sekretaris: Marfuah Saleh, SSos

Kab. Lombok Barat (NTB) Dibentuk: 2007

Pusat Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lombok Barat

Ketua Umum: Sekretaris: Baiq Fuji Qadami, SH

Kota Kupang (NTT) Dibentuk: 2007

P2TP2A Kota Kupang d/a: Setda Kota kupang Jl. Perintis Kemerdekaan No. 1 Kupang Telp: 0380-833106

Ketua Dra. Hanifa Z. Yoesoef, MSi Sekretaris: Drs. Gusti Beribe

Kab. Timor Tengah Selatan Dibentuk : 2009

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2) Kab. Timor Tengah Selatan

Ketua: Ny. Louisa Fobia-Mella Sekretaris: Rosalin Therik SIP

Kota Pontianak (Kalbar) Dibentuk: 2007

P2TP2A „PERMATA KHATULISTIWA” KOTA PONTIANAK Alamat: Jl. Ampera Kelurahan Sungai Jawi Kecamatan Pontianak Kota. Prov. Kalimantan Barat

Kab. Sambas (Kalbar) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Sambas

Ketua: Sekda Kab. Sambas Sekretaris: Ka Badan PP dan KB Kab. Sambas

Kab. Nunukan (Kaltim) Dibentuk: 2007

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Kabupaten

Ketua: Astuty Zainuddin, HZ Sekretaris: Dian Prima (DWP)

Page 39: PANDUAN MENGELOLA INFORMASI PUBLIK …202.89.117.80/files/docs/1390807277.pdf · mewarnai cara mengajar di ... yang biasanya terjadi pada lingkungan pengemis dan anak-anak jalanan;

Nunukan

Kota Bontang (Kaltim) Dibentuk: 2010

P2TP2A Kota Bontang

Kab. Kutai (Kaltim) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kab Kutai Di Tenggarong

Kota Banjarmasin (Kalsel) Dibentuk: 2009

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banjarnasin

Ketua Harian: Yurliani, SH (Kepala Pusat Studi Gender Unlam) Sekretaris: Hannnasiah, SE (Kasubbid PPA)

Kab. Hulu Sungai Utara (Kalsel) Dibentuk: 2009

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Hulu Sungai Utara

Ketua: Hj. Mis Anawiyah Sekretaris: Ahmad Nawawi Abdurrauf, S.Ag

Kota Manado (Sulut) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kota Manado d/a Jl. Pomurow, Kelurahan Tingkulu Manado 95119 Telp: 031-875007

Ketua: Ny. Adelina Monareh-Mokalu, SPd Sekretaris: Dra. Helena Kereh

Kab. Bolaang Mongondow (Sulut) Dibentuk: 2009

P2TP2A Kabupaten Bolaang Mongondow

Ketua: Dra. Hj. Mokoginta Rachmi Sekretaris: Erni Tungkagi

Kab. Parigi Moutong (Sulteng) Dibentuk: 2004

P2TP2A ” DJENGI NTONAMBARU PUTRI ” Kabupaten Parigi Moutong Jl. Trans Sulawesi No.06. Parigi. Telp : 0450 – 21887 0450 – 21448. Fax : 0450 – 21887 0450 – 21448.

Kab. Donggala (Sulteng) Dibentuk: 2008

P2TP2A “Madani” Ketua Umum: Ny. Hj. Mariati H. Ponulele Sekretaris: Zulfiah, S.Sos

Kota Palu (Sulteng) Dibentuk: 2006 P2TP2A Kota Palu Ketua Umum: Ny. Hj. Vera Rusdy Mastura Sekretaris: Irmayanti Pettalolo, SSos

Kota Kendari (Sultera) Dibentuk: 2008

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Kendari

Ketua: Ny. Ir. Zahra nurdin, Msi Sekretaris: Anita Rachman (SP Kendari)

Kota Makassar (Sulsel) Dibentuk: 2007

P2TP2A Kota Makassar d.a. Bag. Pemb. Perempuan Setda Kota Makassar Jl. Achmad Yani No.2 Makassar 90111 Telp: 316006

Ketua: Ir. Hj. Norma Bakir Sekretaris: Dra. Hj. Raminah

Kab. Buru (Maluku) Dibentuk: 2008 Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Kabupaten Buru

Kepala: Ny. Ritha S. Sukur, SE Sekretaris: Ny. Salma Yusuf, SH