pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia

3
Pandangan Psikoanalitik Tentang Hakikat Manusia Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya. Sigmund Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego dan super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang paling penting adalah insting seksual dan insting agresi yang menggerakkan manusia untuk hidup dengan prinsip pemuasan diri. Dengan demikian fungsi ide adalah mendorong manusia untuk memuaskan kebutuhannya setiap saat sepanjang hayat tetapi fungsi ide untuk menggerakkan tersebut ternyata tidak dapat leluasa menjalankan fungsinya karena menghadapi lingkungan yang tidak dapat diterobos begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan yang tidak dapat dilanggar begitu saja. Lain halnya dengan ide maka fungsi ego adalah menjembatani tuntutan ide dengan realitas dunia luar. Dia mengatur dan mengarahkan pemenuhan ide dalam memuaskan instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi kepribadian, sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tidak tanpa arah. Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan oleh fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang ketiga yakni super ego. Super ego tumbuh berkat interaksi antaraindividu dan lingkungannya yang terdiri dari aturan, nilai, moral, adat istiadat, tradisi, dsb. Dalam hal ini fungsi super ego adalah mengawasi agar tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan, nilai, moral, adat istiadat, yang telah meresap pada diri seseorang. Dengan demikian super ego memiliki fungsi control dari dalam diri individu. Demikianlah bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interaksi antara ide, ego dan super ego menduduki peranan perantara antara ide dengan lingkungan dan antara ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super ego dapat dilihat dalam kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada dua ekstrem. Seseorang yang didominasi idenya tingkah lakunya impulsive, dan seseorang yang didominasi super egonya cenderung berperilaku moralistik. Dari pandangan yang tradisional di atas berkembanglah paham baru yang disebut neoanalitik. Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak seperti binatang yang digerakkan oleh tenaga dalam (innate energy). Tingkah laku manusia itu banyak yang terlepas dan tidak dapat disangkutkan dari dalam. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menanggapi berbagai jenis perangsang dan perwujudan diri itu hanya sebagian saja yang dapat dianggap sebagai hasil tenaga dalam. Pada masa bayi, manusia memang menanggapi dunia dengan insting-instingnya untuk memenuhi kebutuhannya misalnya lapar. Namun, tingkah laku instingtif tersebut makin dewasa makin berkurang dan akhirnya sebagian besar tingkah laku tersebut didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya. Kaum neoanalis pada dasarnya masih meyakini adanya komponen ide, ego dan super ego, namun lebih menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu. Ego tidak dipandang sebagai fungsi pengarah perwujudan ide saja, melainkan sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan tanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. http://rajaboda.blogspot.com/2012/08/pandangan-psikoanalitik-tentang-hakikat.html

Upload: lia-oktafiani

Post on 20-Jul-2015

95 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia

Pandangan Psikoanalitik Tentang Hakikat Manusia

Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.

Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.

Sigmund Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego dan super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan

berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang paling penting adalah insting seksual dan insting agresi yang menggerakkan manusia untuk hidup dengan prinsip pemuasan diri. Dengan demikian fungsi ide adalah mendorong

manusia untuk memuaskan kebutuhannya setiap saat sepanjang hayat tetapi fungsi ide untuk menggerakkan tersebut ternyata tidak dapat leluasa menjalankan fungsinya karena

menghadapi lingkungan yang tidak dapat diterobos begitu saja. Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan yang tidak dapat dilanggar begitu saja. Lain halnya dengan ide maka fungsi ego adalah menjembatani tuntutan ide dengan realitas

dunia luar. Dia mengatur dan mengarahkan pemenuhan ide dalam memuaskan instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi kepribadian,

sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tidak tanpa arah. Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan oleh fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang ketiga yakni super ego.

Super ego tumbuh berkat interaksi antaraindividu dan lingkungannya yang terdiri dari aturan, nilai, moral, adat istiadat, tradisi, dsb. Dalam hal ini fungsi super ego adalah mengawasi agar

tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan, nilai, moral, adat istiadat, yang telah meresap pada diri seseorang. Dengan demikian super ego memiliki fungsi control dari dalam diri individu.

Demikianlah bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interaksi antara ide, ego dan super ego menduduki peranan perantara antara ide dengan lingkungan dan antara ego dengan super

ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super ego dapat dilihat dalam kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada dua ekstrem. Seseorang yang didominasi idenya tingkah lakunya impulsive, dan seseorang yang

didominasi super egonya cenderung berperilaku moralistik. Dari pandangan yang tradisional di atas berkembanglah paham baru yang disebut

neoanalitik. Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak seperti binatang yang digerakkan oleh tenaga dalam (innate energy). Tingkah laku manusia itu banyak yang terlepas dan tidak dapat disangkutkan dari dalam. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk

menanggapi berbagai jenis perangsang dan perwujudan diri itu hanya sebagian saja yang dapat dianggap sebagai hasil tenaga dalam. Pada masa bayi, manusia memang menanggapi

dunia dengan insting-instingnya untuk memenuhi kebutuhannya misalnya lapar. Namun, tingkah laku instingtif tersebut makin dewasa makin berkurang dan akhirnya sebagian besar tingkah laku tersebut didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya.

Kaum neoanalis pada dasarnya masih meyakini adanya komponen ide, ego dan super ego, namun lebih menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu. Ego tidak

dipandang sebagai fungsi pengarah perwujudan ide saja, melainkan sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan tanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. http://rajaboda.blogspot.com/2012/08/pandangan-psikoanalitik-tentang-hakikat.html

Page 2: Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia

HAKEKAT MANUSIA

Hakekat manusia itu bisa di pandang dari berbagai sudut, ada 3 pandangan terhadap hakekat manusia, tapi ke 3 hakekat manusia itu ada dalam setiap diri manusia, ketiganya saling

berinteraksi dan mempengaruhi dan resultan interaksi menghasilkan karakteristik manusia yang berbeda. 3 pandangan terhadap manusia adalah :

1. Pandangan Psikoanalitik Menurut kaum psikoanalis tradisional ( dalam Hansen dan Warner 1977 ) manusia di

gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instink. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakuknya tersebut semata – mata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan instink biologisnya.

Freud mengemukakan struktur kepribadian individu terbagi menjadi : a. Id meliputi 2 instik manusia yaitu : instink seksualitas dan instink

agresi. Fungsi Id yaitu mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya sepanjang hidupnya.

b. Ego Fungsi kepribadian yang menjembati Id dengan dunia luar

individu.Ego ini berfungsi atas dasar prinsip realitas, mengatur gerak – gerik id agar dalam memuaskan instinknya selalu memperhatkan lingkungan. Dengan demikian perwujudan

fungsi Id itu menjadi tidak tanpa arah. c. Super Ego Tumbuh berkat interaksi antara individu dengan

lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan ( yang meliputi perintah,

larangan, gajaran dan hukuman ), nilai, moral, adat dan tradisi

Dalam individu tingkah laku, id sebagai penggerak, ego sebagai pengatur dan pengarah dan super ego sebagai pengawas atau pengontrol.Sedangkan peranan ego dalam menjembatani id dan super ego dapat di ilhat dalam kaitannya dengan kecendrungan individu

untuk berada dua ekstrim : individu yang didominasi oleh idnya sehingga tingkah lakunya menjadi impulsive dan individu yang didominasi oleh suoer egonya sehingga tingkah lakunya

menjadi terlalu moralstik sehingga ego berperan agar individu tidak terjerumus pada salah satu ekstrim.

Kemudian berkembang paham neo-analitik yang berpendapat bahwa manusia

hendakna tidak secara mudah saja dianggap sebagai binatang yang di gerakkan oleh tenaga dalam ( innate energy ) yang ada pada dirinya. Kaum neo – analis mengakui adanya id, ego

dan super ego namu menekankan pentingnya ego sebagai pusat kepribadian individu.

2. Pandangan Humanistik Pandangan humanistic tentang manusia ( dalam Hansen,dkk 1977 ) menolak

pandangan freud.Rogers yang menokohi pandangan humanistic berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional, terisosialisasikan dan untuk brbagai hal dapat menetukan nasibnya sendiri.

Selanjutnya rogers mengemukakan bahwa manusia itu meruakan keppribadian yang tidak statis atau tidak kaku. Manusia pada hakekatnya dalam proses on becombing tidak pernah selesai, tidak prenah sempurna.

Sedangkan prinsip belajar humanistic itu adalah : Hasrat untuk belajar ( lamiah ), belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar dan

perubahan.

Page 3: Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia

Sedangkan menurut Abraham maslow motivasi amnesia di pengaruhi tingkat kebutuhan.

3. Pandangan Behavioristik

Kaum behavioristik menganggap bahwa tingkah laku manusa di pengaruhi oleh lingkungan. Hubungan itu di atur oleh hokum – hokum belajar, seperti teori pembiasan ( conditioning ) dan peniruan

Pandangan behavioristik sering di kritik sebagai pandangan yang merendahkan derajat manusia ( dehumanisasi ) karena pandangan ini mengingkari adanya cirri – cirri yang

amat penting yang ada pada manusia dan tidak ada pada mesin atau binatang seperti kemampuan memilih, menetapkan tujuan dan mencipta.

Pandangan behavioristik tidaklah mendehumanisasikan manusia, melainkan justru

men-dehomunkulisasikan manusia yaitu : mengatasi kekerdilan manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang didekati. Secara ilmiah kekerdilan manusia dapat

diatasi dan harkat manusia dipertinggi.

Setelah mengetahui hakekat manusia dari berbagai pandangan, upaya

pengorganisasian dan pengembanagn masyarakat ( PPM ) mampu memfasilitasi unsure positif yang ada di setiap komponen tersebut sehingga bisa meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. http://duniaku84.blogspot.com/2012/10/hakekat-manusia.html