pandangan metodologis karl popper

4
Pada masa itu, Karl Popper melakukan kritik terhadap kecenderungan metodologi sains yang didominasi oleh Positivisme. Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang bahkan sampai detik ini masih berjaya dan dianggap sebagai aksioma oleh para saintis maupun masyarakat umum. Karl Popper mengajukan sebuah gagasan yang menarik mengenai falsifikasi. Penggunaan istilah falsifikasi adalah untuk menyatakan bahwa setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang mendahuluinya atau suatu keadaan yang salah, tidak benar, tidak correct. Dalam filsafat ilmu Karl Popper, selama suatu teori belum bisa difalsifikasi, maka ia akan dianggap benar. Artinya, keyakinan kebenaran teori tersebut tidak mutlak, hanya merupakan keyakinan yang memadai. Namun ketika teori itu difalsifikasi, maka akan menimbulkan keyakinan mutlak bahwa teori tersebut salah. Artinya yang akan memberikan keyakinan mutlak adalah falsifikasi, bukan verifikasi. Contoh, “Semua zat akan memuai jika dipanaskan”. Teori ini telah menjadi sebuah mitos selama berabad-abad dalam dunia fisika. Namun dalam paradigma filsafat ilmu Popper, teori tersebut tidaklah dianggap sebagai kebenaran mutlak. Namun ia akan dianggap benar dengan keyakinan yang memadai. Kemudian terjadi penemuan air yang mendekati titik beku dapat menggugurkan teori itu. Inilah yang dimaksud dengan falsifikasi oleh Karl Popper. “ Dengan senang hati saya mengakui bahwa falsifikasionis seperti saya sendiri jauh lebih suka berusaha memecahkan persoalan yang menarik dengan melakukan dugaan yang berani, walaupun (dan terutama) apabila tidak lama kemudian ternyata salah, daripada mengulang suatu rangkaian kebenaran-basi yang tidak relevan. Kami lebih suka ini karena kami percaya bahwa begitulah caranya kita dapat belajar dari kesalahan – kesalahan kita, dan setelah mengetahui bahwa dugaan kita salah, kita akan belajar banyak tentang kebenaran, dan akan makin mendekati kebenaran.” a. Pembelaan Popper yang tidak memadai

Upload: rizky-nabila

Post on 28-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas filsafat ilmu

TRANSCRIPT

Page 1: Pandangan Metodologis Karl Popper

Pada masa itu, Karl Popper melakukan kritik terhadap kecenderungan metodologi sains yang didominasi oleh Positivisme. Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang bahkan sampai detik ini masih berjaya dan dianggap sebagai aksioma oleh para saintis maupun masyarakat umum. Karl Popper mengajukan sebuah gagasan yang menarik mengenai falsifikasi. Penggunaan istilah falsifikasi adalah untuk menyatakan bahwa setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang mendahuluinya atau suatu keadaan yang salah, tidak benar, tidak correct.

Dalam filsafat ilmu Karl Popper, selama suatu teori belum bisa difalsifikasi, maka ia akan dianggap benar. Artinya, keyakinan kebenaran teori tersebut tidak mutlak, hanya merupakan keyakinan yang memadai. Namun ketika teori itu difalsifikasi, maka akan menimbulkan keyakinan mutlak bahwa teori tersebut salah. Artinya yang akan memberikan keyakinan mutlak adalah falsifikasi, bukan verifikasi. Contoh, “Semua zat akan memuai jika dipanaskan”. Teori ini telah menjadi sebuah mitos selama berabad-abad dalam dunia fisika. Namun dalam paradigma filsafat ilmu Popper, teori tersebut tidaklah dianggap sebagai kebenaran mutlak. Namun ia akan dianggap benar dengan keyakinan yang memadai. Kemudian terjadi penemuan air yang mendekati titik beku dapat menggugurkan teori itu. Inilah yang dimaksud dengan falsifikasi oleh Karl Popper.

“ Dengan senang hati saya mengakui bahwa falsifikasionis seperti saya sendiri

jauh lebih suka berusaha memecahkan persoalan yang menarik dengan melakukan

dugaan yang berani, walaupun (dan terutama) apabila tidak lama kemudian ternyata

salah, daripada mengulang suatu rangkaian kebenaran-basi yang tidak relevan. Kami

lebih suka ini karena kami percaya bahwa begitulah caranya kita dapat belajar dari

kesalahan – kesalahan kita, dan setelah mengetahui bahwa dugaan kita salah, kita

akan belajar banyak tentang kebenaran, dan akan makin mendekati kebenaran.”

a. Pembelaan Popper yang tidak memadai

Buku Popper berjudul “ The Problem of the Empirical Base”, ia menguraikan suatu

pandangan tentang observasi dan keterangan-observasi yang memperhitungkan fakta

bahwa keterangan-observasi yang tidak fallibel tidak dihasilkan langsung melalui persepsi

indera. Pandangan Popper menyoroti pentingnya perbedaan antara keterangan - observasi

publik di satu pihak dan pengalaman-pengalaman persepsual pribadi pengaman individual di

lain pihak.

“ Tiap keterangan empiris ilmiah dapat dikemukakan (dengan menguraikan

aturan-aturan eksperimennya, dsb.) sedemikian rupa sehingga siapapun yang

mengetahui teknik bersangkutan dapat mengujinya. Apabila sebagai hasil, si penguji

menolak keterangan itu, maka hal itu tidak akan memberikan kepuasan kepada kita

Page 2: Pandangan Metodologis Karl Popper

apabila ia hanya memberitahukan kepada kita segala rasa sangsinya atau perasaan

keyakinannya akan persepsinya saja. Apa yang harus si penguji lakukan ialah

merumuskan suatu keterangan yang bertentangan dengan keterangan kita, dan

memberikan instruksinya kepada kita untuk mengujinya. Apabila ia gagal beruat

demikian, kita hanya dapat menasehatinya untuk memandang sekali lagi dan mungkin

dengan lebih cermat eksperimen kita, dan memikirkannya sekali lagi.”

Inti sari dari pandangan Popper tentang keterangan-obsevasi adalah bahwa akseptabilitas mereka diukur dengan kemampuannya untuk dapat tahan uji. Yang gagal dalam ujian harus ditolak,sedangkan yang lulus dari segala ujian dipertahankan dengan percobaan. Popper menekankan pada peranan keputusan individu-individu atau grup-grup individu untuk menerima atau menolak apa yang disebut sebagai “keterangan dasar”. Ia menulis : ” Keterangan-keterangan dasar diterima sebagai hasil suatu keputusan atau persetujuan dan dalam batas itu mereka adalah konvensi-konvensi ”.

Penekanan Popper pada kesadaran keputusan individual telah memperkenalkan unsur subjektif yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang ia kemukakan tentang ilmu sebagai “suatu proses tanpa subjek”. Suatu keterangan –observasi dapat diterima dengan percobaan , pada suatu tingkat tertentu perkembangan ilmu apabila ia dapat bertahan terhadap segala ujian yang dimungkinkan oleh ilmu bersangkutan pada tingkat perkembangan ilmu itu.

Menurut pandangan kaum Popperian, keterangan-observasi yang membentuk dasar teori ilmiah adalah fallible. Popper menekankan hal ini dengan metafora yang sangat menarik :

“Dasar empiris ilmu yang objektif dengan demikian tidak ada yang absolut. Ilmu tidak terletak di atas satu batu besar yang kukuh. Struktur teorinya berdiri seakan-akan diatas rawa. Bagaikan rumah yang dibangun diatas tiang-tiang. Tiang-tiang itu dipancangkan ke dalam rawa, tapi tidak sampai pada suatu dasar yang wajar, dan apabila kita berhenti memancangkan tiang-tiang itu lebih dalam, maka itu bukan karena kita telah mencapai dasar rawa yang kukuh. Kita berhenti hanya karena merasa puas bahwa tiang-tiang itu telah cukup kuat untuk menahan bangunan itu, sekurang-kurangnya untuk sementara waktu.”

Akan tetapi justru karena keterangan-observasi adalah fallible dan penerimaannya hanya secara percobaan serta terbuka untuk di revisi, maka ia bertentangan dengan pandangan falsifikasionis. Teori - teori tidak dapat konklusif difalsifikasi , karena keterangan-observasi yang menjadi dasar untuk falsifikasi itu sendiri mungkin salah dilihat dari perkembangannya selanjutnya.

Page 3: Pandangan Metodologis Karl Popper

b. Popper tentang pendekatan ke Kebenaran

Sumbangan penting Popper dalam usaha untuk menerangkan bahwa ilmu adalah pencarian akan kebenaran, ialah pengakuannya akan arti penting ide untuk mendekat ke kebenaran. Misalnya mereka ingin bisa berkata bahwa teori Newton lebih dekat ke kebenaran daripada teori Galileo, walaupun kedua-duanya salah. Popper menyadari bahwa adalah penting baginya untuk membuat ide tentang mendekat ke kebenaran itu sedemikian rupa , sehingga masuk akal untuk mengatakan ,misalnya bahwa teori Newton merupakan pendekatan ke kebenaran yang lebih baik daripada teori Galileo. Popper menganggap kemajuan sebagai pendekatan beruntun ke kebenaran mempunyai ciri instrumentalis yang menyimpang dari aspirasi-aspirasinya yang realis.

Objektivitas Popper jika dibahas dari segi pandangan materialistis , dipandang sebagai objektivitas yang kepalang-tanggung. Kesalahan utama terlihat pada Popper . Bagi Popper, tujuan ilmu adalah “kebenaran”. Popper sering menulis seakan-akan eksistensi suatu metode ilmiah yang tepat, ditentukan oleh ilmuwan individual yang mempunyai sikap yang tepat. Popper menyebut hal ini sebagai metode ilmiah yang tepat dengan istilah rasionalisme kritis. Subjektivisme Popper menjadi jelas secar paradox, ketika ia membedakan tiga dunianya. Dunia 1 adalah dunia yang dihuni oleh objek-objek fisik dan dunia. Dunia 2 dihuni oleh proses berpikir subjektif. Dunia 3 dihuni oleh teori, problema, argument, dsb. Keputusan-keputusan Popper hanya mengenai penerimaan keterangan tunggal saja.

Notes :

a. Metodologi Popper tentang program-program riset ilmiah menjadikan pandangan

objektivis tentang ilmu didukung oleh Lakatos.