karl may - winnetou

371
PENGANTAR Bilamana saya merenungkan orang Indian, selalu terbayang juga tentang orang Turki . Mungkin ini sekilas tampak aneh, tapi sungguh beralasan. Walaupun di antara keduanya hanya terdapat sedikit persamaannya, namun mereka serupa dalam suatu hal, bahwa sepertinya mereka bagian dari masa lalu. Orang Turki selalu dibandingkan dengan orang sakit, sementara bagi barangsiapa yang tahu selukbeluk orang Indian, menjulukinya sebagai orang sekarat. Benar, bangsa kulitmerah ini sedang sekarat! Dari kepulauan Tanah-Api sampai melampaui danau-danau besar di Amerika Utara tergeletak raksasa yang gering, dicampakkan oleh nasib pahit yang tidak mengenal belaskasihan. Mereka telah berjuang sekuat tenaga untuk mengubah nasib buruknya, tetapi sia-sia. Kekuatannya kian melemah dari hari ke hari, napasnya tinggal tersengal, dan semangat yang dari waktu ke waktu memberi kehidupan terhadap tubuh mereka kini telah padam. Suatu isyarat bahwa maut sudah dekat menjemput. Apakah mereka bersalah atas kematian yang belum saatnya ini? Apakah mereka pantas ditimpa nasib sekejam itu? Jika benar bahwa semua yang hidup memiliki hak untuk hidup dan jika prinsip ini berlaku untuk semua orang tanpa kecuali, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, maka orang kulitmerah pun memiliki hak yang sama untuk hidup, seperti halnya dengan orang kulitputih. Mereka juga boleh menuntut hak untuk mengembangkan diri dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan sesuai dengan jati dirinya. Tentu saja orang bisa membantahnya dengan berkata bahwa orang Indian tidak memiliki pembawaan dasar untuk membentuk suatu negara. Benarkah demikian? Saya katakan, tidak! Sayang, saya tidak bisa memaparkan alasan- alasannya karena saya tidak bermaksud untuk menulis karangan ilmiah tentang hal itu. Orang-orang kulitputih mendapat kesempatan untuk berkembang secara alami. Secara bertahap mereka beralih dari budaya berburu ke budaya menggembala ternak, kemudian dari sana ke budaya bercocoktanam dan akhirnya mencapai budaya industri. Proses ini berlangsung selama ratusan tahun. Sementara itu orang kulitmerah tidak mendapat kesempatan itu karena mereka tidak diberi waktu. Sebagai pemburu mereka harus membuat loncatan yang besar dari tahap pertama ke tahap terakhir. Ketika mereka dituntut untuk berubah, orang sama sekali tidak berpikir bahwa mereka akan gagal dan akan terluka akibat perubahan itu. Bahwa pihak yang lemah harus menyingkir demi pihak yang kuat, ini merupakan hukum yang kejam. Namun karena hukum itu sudah menyebar dalam alam dan sudah mendapat pengakuan, maka kita harus menerima bahwa kekejaman seperti itu hanya merupakan pembenaran kristiani, karena bukankah kebijakan hakiki yang mendasari hukum itu adalah juga cintakasih sejati? Apakah kita boleh mengatakan bahwa kepunahan suku Indian berhubungan dengan pembenaran kekejaman seperti di atas? Ketika orang kulitputih tiba, mereka disambut oleh orang Indian bukan saja dengan ramah, tapi bahkan juga dengan semacam suatu penghormatan sakral. Imbalan apa yang kemudian diperoleh orang Indian? Jelas dengan sendirinya bahwa tanah yang ditempati orang Indian adalah milik mereka. Tetapi tanah itu kemudian dirampas orang kulitputih. Setiap orang yang pernah membaca kisah terkenal tentang "Conquistadores" pasti tahu bahwa di sana telah terjadi pertumpahan darah dan tindakan penuh kekejaman. Dan metode seperti ini terus diterapkan

Upload: fahmi-r-wahi

Post on 26-Nov-2015

1.853 views

Category:

Documents


366 download

TRANSCRIPT

  • PENGANTAR

    Bilamana saya merenungkan orang Indian, selalu terbayang juga tentang orang Turki . Mungkin ini sekilas tampak aneh, tapi sungguh beralasan. Walaupun di antara keduanya hanya terdapat sedikit persamaannya, namun mereka serupa dalam suatu hal, bahwa sepertinya mereka bagian dari masa lalu. Orang Turki selalu dibandingkan dengan orang sakit, sementara bagi barangsiapa yang tahu selukbeluk orang Indian, menjulukinya sebagai orang sekarat.

    Benar, bangsa kulitmerah ini sedang sekarat! Dari kepulauan Tanah-Api sampai melampaui danau-danau besar di Amerika Utara tergeletak raksasa yang gering, dicampakkan oleh nasib pahit yang tidak mengenal belaskasihan. Mereka telah berjuang sekuat tenaga untuk mengubah nasib buruknya, tetapi sia-sia. Kekuatannya kian melemah dari hari ke hari, napasnya tinggal tersengal, dan semangat yang dari waktu ke waktu memberi kehidupan terhadap tubuh mereka kini telah padam. Suatu isyarat bahwa maut sudah dekat menjemput.

    Apakah mereka bersalah atas kematian yang belum saatnya ini? Apakah mereka pantas ditimpa nasib sekejam itu?

    Jika benar bahwa semua yang hidup memiliki hak untuk hidup dan jika prinsip ini berlaku untuk semua orang tanpa kecuali, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok, maka orang kulitmerah pun memiliki hak yang sama untuk hidup, seperti halnya dengan orang kulitputih. Mereka juga boleh menuntut hak untuk mengembangkan diri dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan sesuai dengan jati dirinya. Tentu saja orang bisa membantahnya dengan berkata bahwa orang Indian tidak memiliki pembawaan dasar untuk membentuk suatu negara. Benarkah demikian? Saya katakan, tidak! Sayang, saya tidak bisa memaparkan alasan-alasannya karena saya tidak bermaksud untuk menulis karangan ilmiah tentang hal itu. Orang-orang kulitputih mendapat kesempatan untuk berkembang secara alami. Secara bertahap mereka beralih dari budaya berburu ke budaya menggembala ternak, kemudian dari sana ke budaya bercocoktanam dan akhirnya mencapai budaya industri. Proses ini berlangsung selama ratusan tahun. Sementara itu orang kulitmerah tidak mendapat kesempatan itu karena mereka tidak diberi waktu. Sebagai pemburu mereka harus membuat loncatan yang besar dari tahap pertama ke tahap terakhir. Ketika mereka dituntut untuk berubah, orang sama sekali tidak berpikir bahwa mereka akan gagal dan akan terluka akibat perubahan itu.

    Bahwa pihak yang lemah harus menyingkir demi pihak yang kuat, ini merupakan hukum yang kejam. Namun karena hukum itu sudah menyebar dalam alam dan sudah mendapat pengakuan, maka kita harus menerima bahwa kekejaman seperti itu hanya merupakan pembenaran kristiani, karena bukankah kebijakan hakiki yang mendasari hukum itu adalah juga cintakasih sejati? Apakah kita boleh mengatakan bahwa kepunahan suku Indian berhubungan dengan pembenaran kekejaman seperti di atas?

    Ketika orang kulitputih tiba, mereka disambut oleh orang Indian bukan saja dengan ramah, tapi bahkan juga dengan semacam suatu penghormatan sakral. Imbalan apa yang kemudian diperoleh orang Indian? Jelas dengan sendirinya bahwa tanah yang ditempati orang Indian adalah milik mereka. Tetapi tanah itu kemudian dirampas orang kulitputih. Setiap orang yang pernah membaca kisah terkenal tentang "Conquistadores" pasti tahu bahwa di sana telah terjadi pertumpahan darah dan tindakan penuh kekejaman. Dan metode seperti ini terus diterapkan

  • belakangan. Orang kulitputih datang dengan memasang senyum manis di wajah, tetapi menyelipkan pisau tajam di pinggang berikut senjata api yang siap ditembakkan di tangan. Mereka menjanjikan cintakasih dan perdamaian dalam omongan, namun menebar kebencian dan pertumpahan darah. dalam kenyataan Orang kulitmerah harus menyingkir setapak demi setapak. Pada mulanya mereka diberi hak "istimewa" atas wilayah teritorialnya. Tetapi setelah beberapa saat mereka dikejar dan diusir keluar dari tanahnya sendiri, semakin hari semakin jauh. Orang kulitputih "membeli" tanah dari orang Indian tanpa membayarnya, atau menukarkannya dengan barang tak berharga yang tidak bisa dipakai oleh orang Indian. Bahkan secara diam-diam mereka disuguhkan racun yang disembunyikan di dalam "Air-api" berikut kemudian penyakit cacar dan penyakit-penyakit lain yang lebih parah dan menjijikkan. Penyakit itu menghancurkan seluruh suku Indian dan desa-desanya. Jika kulitmerah menuntut haknya, kulitputih menjawab dengan mesiu dan peluru. Dan mereka pun harus menyingkir dari senjata kulitputih yang lebih handal. Karena kecewa, mereka membalas dendam dengan membunuh setiap kulitputih yang dijumpai. Akibatnya, pembantaian massal yang resmi terhadap kulitmerah pun tak terelakkan lagi. Oleh karena itu, mereka yang sebenarnya adalah pemburu yang penuh percaya diri, gagah, berani, mencintai kebenaran, jujur, dan setiakawan; kini berubah menjadi orang yang licik, penuh prasangka dan suka berbohong. Tetapi mereka tidak bisa berbuat lain, karena bukan mereka, melainkan orang kulitputihlah yang bersalah atas semua yang terjadi.

    Apa yang terjadi dengan kawanan mustang yang dulu biasa mereka tangkap dengan gesit dari atas kuda tunggangan, kemana perginya kawanan itu sekarang? Dimana mereka kini bisa mendapat lagi bison yang menjadi santapannya seperti ketika ribuan kawanan itu masih berkeliaran di hutan-hutan prairie? Sekarang apa sumber nafkah mereka? Apakah dari tepung gandum dan daging yang dibagikan kepada mereka? Lihatlah, betapa banyak bubuk kapur dan bahan asing lain yang terdapat dalam tepung itu. Siapa yang dapat menyantapnya? Jika sebuah suku dijanjikan seratus ekor lembu yang sangat tambun, hanya dalam beberapa hari lembu itu telah berubah menjadi dua atau tiga sapi tua yang begitu kurus bahkan burung ruak pun enggan menyantapnya. Atau haruskah orang kulitmerah hidup dengan bercocoktanam? Apakah mereka bisa mengharapkan hasil panenan, sementara mereka tidak mempunyai hak dan terus didesak serta tidak diberi tempat untuk menetap?

    Dulu mereka kelihatan begitu percaya diri dan anggun ketika berkendara melintasi padang sabana yang luas seraya diterpa oleh lambaian surai kudanya. Dan kini mereka kelihatan sengsara dan hina dengan pakaian compang-camping yang tidak mampu menyembunyikan kesengsaraannya. Mereka yang dulu mempunyai tenaga sangat kuat sehingga mampu membunuh seekor beruang dengan tangan kosong, kini seperti anjing kudisan yang kelaparan dan berkeliaran dari rumah ke rumah untuk mengemis sekerat daging atau untuk ... mencurinya!

    Begitulah, mereka sudah menjadi orang sekarat yang siap dijemput maut. Dan kita berdiri terharu di samping tempat tidurnya tetapi menutup mata terhadap nasibnya. Berdiri di samping tempat tidur seseorang yang akan meninggal merupakan pengalaman yang menyedihkan. Tapi kesedihan itu akan menjadi seratus kali lipat jika yang mati itu adalah sebuah sukubangsa. Banyak pertanyaan akan muncul, terutama: apa yang dapat dihasilkan oleh sukubangsa ini jika mereka diberikan waktu dan tempat untuk mengembangkan semua bakat dan kemampuannya? Bukankah itu berarti sebuah budaya yang khas harus hilang dari peradaban manusia bersama punahnya bangsa ini? Bangsa yang sedang

  • menghadapi maut ini tidak mampu menyesuaikan diri dengan budaya lain karena mereka memiliki keunikan tersendiri. Haruskah mereka dibunuh karena alasan itu? Apakah mereka tidak bisa ditolong? Mengapa bison-bison bisa dipindahkan ke Taman Nasional Montana dan Wyoming agar binatang ini tidak punah, sementara orang Indian yang menjadi tuan tanah di sana tidak diberikan tempat tinggal agar mereka bisa hidup dengan damai dan berkembang secara maksimal?

    Namun apa gunanya pertanyaan ini jika kematian mereka tidak bisa dihindari lagi? Apa gunanya kita mengecam jika semuanya sudah terlambat? Saya hanya bisa mengeluh tetapi tidak bisa mengubah apa pun. Saya hanya bisa berkabung tetapi tidak mampu menghidupkan kembali orang mati! Ya ... itulah saya. Tetapi saya mengenal orang Indian dalam waktu yang lama. Di antara mereka, saya mengenal seorang yang cerdas, berwibawa, baik hati dan hingga kini dia masih tetap hidup dalam hati dan ingatan saya. Dia adalah teman paling baik, setia dan rela berkorban. Dia memiliki tipe asli orang Indian. Dan ketika bangsa ini dihancurkan, dia pun turut gugur, dia hilang dari kehidupan karena terkena peluru dari seorang musuh. Saya menyayangi dia tiada duanya dan sampai sekarang saya mengagumi bangsa yang nyaris punah ini. Dan dia adalah putra terbaik dari bangsa ini. Seandainya bisa, saya akan memberikan nyawa saya agar dia tetap hidup seperti dia yang ratusan kali telah mempertaruhkan nyawanya demi saya. Saya tidak rela dia gugur setelah dia muncul sebagai dewa penolong bagi para sahabatnya. Namun kiranya hanya jasadnya saja yang musnah sedangkan namanya akan tetap hidup dalam buku ini, seperti halnya dalam hati saya. Dialah Winnetou, kepala suku yang agung dari sukubangsa Apache.

    Dengan buku ini saya ingin mengenangnya. Dan jika para pembaca mampu melihatnya dengan matahati dan kemudian membuat penilaian yang adil terhadap suatu sukubangsa yang memiliki kepala suku itu sebagai pahlawannya, maka saya merasa sangat tersanjung. Pengarang

  • BAB SATU

    SEORANG GREENHORN

    Pembaca yang budiman, tahukah Anda, apa makna kata greenhorn? Ini

    adalah sebuah julukan yang sangat menjengkelkan dan bernada menghina. Green

    artinya hijau dan kata horn diartikan alat peraba. Jadi greenhorn1 adalah orang

    yang masih hijau, pendatang baru dan belum berpengalaman di suatu daerah. Dia

    bertindak hati-hati dan memasang alat peraba baik-baik supaya tidak ditertawakan.

    Greenhorn adalah seseorang yang tidak beranjak dari kursinya ketika

    seorang lady2 meminta ingin duduk di situ; dia menyalami tuan rumah terlebih

    dahulu, kemudian baru membungkukkan badannya kepada nyonya rumah dan

    anakdaranya. Dia seseorang yang terbalik mengisi senapannya. Mula-mula dia

    memasukkan sumbat, kemudian peluru dan terakhir mesiu ke dalamnya.

    Greenhorn tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali, atau dia hanya bisa berbahasa

    Inggris yang dibuat-buat. Baginya, Inggris yankee3 atau gaya bahasa orang

    pedalaman sama-sama memuakkan, sehingga sama sekali tidak pernah terpikir

    olehnya untuk mempelajari, apalagi mengucapkannya. Greenhorn menganggap

    racoon4 sebagai opossum5 dan menganggap wanita blasteran negro dengan

    kulitputih seorang quadroone6.

    Greenhorn merokok cerutu tetapi membenci Sir7 yang mengunyah

    tembakau dan meludahkannya. Jika ditampar oleh seorang Paddy (Irlandia),

    Greenhorn akan berlari mengadu kepada seorang jurudamai dan bukannya

    menembak saja orang itu sebagaimana layaknya yankee sejati. Greenhorn

    menganggap jejak kalkun sebagai jejak beruang dan menganggap kapal layar

    sebagai kapal uap Mississippi. Greenhorn tidak ragu-ragu meletakkan sepatu

    bootnya yang kotor di atas dengkul penumpang yang lain, dia pun tidak malu

    menyeruput supnya dengan bunyi seperti bison yang sekarat. Greenhorn

    menggotong sebanyak mungkin karet spons pembersih wajah dan lima kilo sabun

    demi kebersihan tubuhnya di padang prairie. Dia juga menyelipkan sebuah kompas,

    namun setelah tiga atau empat hari kemudian jarumnya menunjukkan ke semua

    1 Dalam bhs. Indonesia, maknanya adalah: pemula yang sok tahu. Menurut asalusul kata yang sebenarnya, greenhorn berarti anak sapi yang tanduknya belum sepenuhnya tumbuh, jadi konotasinya seseorang yang belum sepenuhnya dewasa. Sedang horn yang diartikan sebagai alat peraba (dari jenis binatang insek), itu adalah kekeliruan si pengarang. 2 Nyonya (bhs. Ingris). 3 Nama olok-olok orang Amerikat Serikat bagian Utara. 4 Sejenis binatang pemakan daging, berbulu abu-abu-cokelat dengan bercak hitam seperti topeng di matanya. 5 Binatang malam, berbulu tebal, bermoncong panjang. 6 Seperempat keturunan negro. 7 Tuan (bhs. Inggris).

  • arah kecuali ke utara. Greenhorn mencatat delapanratus ungkapan bahasa Indian,

    tapi ketika bertemu dengan seorang kulitmerah untuk pertama kalinya, baru

    teringat olehnya, bahwa catatan itu terkirim ke rumah dalam surat terakhir,

    sehingga dia tidak bisa mempelajarinya.

    Greenhorn membeli mesiu, dan ketika menembak untuk pertama kalinya,

    dia baru tahu, seseorang telah memberinya bubuk arang yang dihaluskan.

    Greenhorn telah mempelajari ilmu astronomi selama sepuluh tahun, dan selama itu

    pula dia mengamati bintang-bintang di angkasa, namun dia tidak tahu jam berapa

    saat ini. Greenhorn menyelipkan pisau Bowie ke ikatpinggangnya sehingga jika dia

    membungkuk, mata pisaunya akan menusuk pahanya sendiri. Greenhorn akan

    membuat api unggun besar saat berada di Wild West, sehingga nyalanya berkobar

    menjulang setinggi pohon, dan dia kaget ketika dipergoki dan ditembaki oleh

    orang-orang Indian. Greenhorn adalah greenhorn, dan julukan greenhorn semacam

    itu dahulu melekat juga pada diri saya.

    Tetapi orang keliru kalau mengira saya peduli dengan julukan yang

    menyakitkan itu, karena memang menjadi ciri khas setiap greenhorn yang lebih

    suka menganggap orang lain greenhorn daripada dirinya sendiri. Sebaliknya, saya

    merasa pandai dan berpengalaman, karena saya telah mengenyam pendidikan

    tinggi dan tidak pernah gentar menghadapi ujian! Dulu, ketika saya masih remaja,

    saya sama sekali tidak berpikir bahwa kehidupanlah tempat belajar yang

    sesungguhnya yang menguji siswanya setiap saat dan mereka harus lulus

    menempuh ujian ini.

    Situasi yang tidak menguntungkan di tanah-air dan dorongan naluri telah

    membawa saya menyeberangi samudra menuju Amerika, tempat yang kala itu jauh

    lebih baik dan menguntungkan untuk karier seorang anak muda yang ulet. Di

    negara-negara Timur sebenarnya pun saya bisa menemukan kehidupan yang

    berkecukupan, tapi ada dorongan dalam diri saya untuk pergi ke Barat. Dalam

    waktu singkat saya bekerja dari suatu tempat ke tempat lain dan mendapatkan

    uang begitu banyak, sehingga saya sampai di St. Louis dalam kondisi sejahtera

    lahir batin. Di sana keberuntungan membawa saya ke sebuah keluarga Jerman,

    tempat saya mondok sebagai seorang guru pribadi. Di keluarga ini saya berkenalan

    dengan Mr. Henry seorang pembuat senapan sejati, yang hasil karyanya dikerjakan

    dengan sentuhan seni. Dengan kebanggaan orang kuno dia menyebut dirinya the

    gunsmith8.

    8 Si pembuat senapan (bhs. Inggris).

  • Jika dilihat dari roman mukanya, tampaknya Mr. Henry tidak pernah bergaul

    dengan orang lain selain dengan keluarga yang ditinggalinya. Dia bahkan melayani

    pelanggannya dengan kasar dan ketus, sehingga mereka ke sana semata-mata

    hanya karena kwalitas barangnya. Tapi sebenarnya dia seorang yang sangat baik

    hati dan bersahabat. Dia kehilangan istri dan anaknya dalam suatu peristiwa yang

    menyedihkan yang tidak pernah diceritakannya. Kendati demikian saya menduga

    berdasarkan sebagian ceritanya, bahwa mereka terbunuh dalam suatu

    perampokan. Kejadian itu membuatnya menjadi begitu kasar. Mungkin dia tidak

    menyadari bahwa dia sangat kasar; tetapi sebetulnya pribadinya lembut dan baik.

    Saya sering melihat matanya berkaca-kaca jika saya bercerita tentang kampung

    halaman dan keluarga saya, tempat hati saya selalu berlabuh.

    Saya tidak tahu, mengapa orang tua itu menaruh simpati yang begitu besar

    terhadap saya, padahal saya masih muda dan masih asing di matanya. Sampai

    suatu saat dia mengatakannya kepada saya. Sejak saya menumpang di sana, dia

    lebih sering berkunjung daripada sebelumnya, menyimak pelajaran dan bercakap-

    cakap dengan saya seusai pelajaran. Dan akhirnya dia mengundang saya ke

    rumahnya. Undangan semacam ini belum pernah diberikan kepada orang lain.

    Karena itu saya bersikap waspada menanggapi undangannya. Sikap ini rupanya

    tidak disukainya. Sampai hari ini, saya masih ingat betapa marahnya dia, ketika

    suatu malam saya berkunjung, dan dia menerima saya tanpa menjawab ucapan

    good evening9 saya.

    Di manakah Anda kemarin?

    Di rumah.

    Dan kemarin dulu?

    Juga di rumah.

    Jangan bohong!

    Saya tidak bohong, Mr. Henry!

    Pshaw! Anak-anak muda seperti Anda diibaratkan seperti burung yang

    tidak pernah tinggal di sarangnya. Mereka akan ngeluyur ke mana saja kecuali ke

    keluarganya sendiri.

    Kalau begitu menurut Anda, ke manakah saya boleh pergi?

    Tentu saja ke sini, ke rumah saya! Sudah lama saya ingin menanyakan

    sesuatu kepada Anda.

    Mengapa tidak ditanyakan?

    Tentu saja karena saya belum mau.

    9 Selamat Petang (bhs. Inggris).

  • Lalu kapan maunya?

    Mungkin sekarang.

    Tanyakan saja, jangan segan-segan, jawab saya sambil duduk di bangku

    tempat dia bekerja.

    Dia memandang saya dengan heran sambil menggelengkan kepalanya dan

    berkata,

    Segan? Apakah saya harus meminta ijin lebih dahulu kepada seorang

    greenhorn seperti Anda apabila saya hendak bertanya?

    Greenhorn? tanya saya sambil mengerutkan dahi, karena saya merasa

    benar-benar tersinggung. Saya kira perkataan Anda itu tidak disengaja dan hanya

    salah lidah, Mr. Henry!

    Jangan tersinggung, Sir! Perkataan itu saya ucapkan dengan sengaja. Anda

    memang seorang greenhorn. Memang benar Anda mempunyai banyak

    pengetahuan. Sungguh mengagumkan apa yang dipelajari orang di Jerman! Anda

    bahkan sudah tahu jarak bintang di langit yang dulu ditulis oleh Raja Nebukadnezar

    pada batu prasasti. Anda tahu ilmu bumi, ilmu alam dan ilmu lainnya. Dan karena

    itu Anda menjadi sombong! Tetapi kira-kira limapuluh tahun lagi, Anda baru akan

    menyadari apa yang diperlukan untuk kepandaian yang sesungguhnya! Apa yang

    Anda ketahui sampai saat ini sama sekali tidak berarti. Dan kepintaran Anda masih

    kurang. Anda sama sekali tidak bisa menembak!

    Dia mengatakan itu dengan nada yang sangat menghina dan dengan penuh

    keyakinan seolah-olah dia tahu pasti akan hal ini.

    Tidak bisa menembak? Hm! jawab saya sambil tersenyum. Inikah yang

    ingin Anda tanyakan pada saya?

    Ya, memang! Sekarang apa jawaban Anda?

    Beri dulu saya senapan yang baik, baru akan saya jawab.

    Dia meletakkan laras senapan yang sedang disekrupinya, kemudian berdiri

    mendekati saya, memastikan dengan pandangan heran dan berseru,

    Memberi Anda senjata, mana mungkin! Senapan saya hanya boleh

    dipergunakan oleh orang yang layak memegangnya.

    Saya juga layak, saya menganggukkan kepala.

    Dia memandang saya sekali lagi, kemudian duduk kembali, mulai lagi

    mengerjakan laras senapannya dan bergumam,

    Dasar greenhorn! Kesombongannya benar-benar membuat saya kesal!

    Saya membiarkannya, karena saya mengenali wataknya. Saya mengambil

    sebatang cerutu dan menyulutnya. Seperempat jam lamanya kami saling diam.

  • Namun, dia tidak tahan lagi. Dia membawa laras itu ke arah lampu, memeriksanya

    dan mengatakan,

    Menembak itu lebih sulit daripada meneropong bintang atau membaca

    tulisan pada prasasti Nebukadnezar. Mengerti? Apakah Anda pernah memegang

    sebuah senjata di tangan?

    Tentu saja!

    Kapan?

    Sudah lama dan seringkali.

    Juga membidik dan menarik pelatuknya?

    Ya.

    Dan kena?

    Tentu saja!

    Tiba-tiba dia meletakkan laras senapan yang sedang dikerjakannya,

    memandang saya lagi dan berkata,

    Ya kena. Tapi apanya yang kena?

    Sasarannya, tentu saja.

    Apa? Apakah Anda benar-benar mau membohongi saya?

    Saya berkata yang sesungguhnya, saya tidak bohong.

    Persetan, Sir! Orang tidak akan percaya. Saya yakin, tembakan Anda hanya

    mengenai tembok dan itu pun jika tingginya sembilan meter dan panjangnya

    tigapuluh meter. Tapi Anda berbicara begitu serius dan yakin, sehingga membuat

    orang jengkel. Saya bukan kanak-kanak, tahu! Greenhorn dan kutubuku seperti

    Anda tidak bisa menembak! Selama ini Anda hanya sibuk menggeluti buku-buku

    berbahasa Turki, Arab dan bahasa-bahasa konyol lainnya dan Anda masih sempat

    menyisihkan waktu untuk latihan menembak? Ambillah senapan tua yang

    tergantung itu dan bidiklah seolah-olah Anda hendak menembak. Senapan itu

    adalah senapan pembunuh beruang, senapan terbaik yang pernah saya gunakan.

    Saya beranjak mengambil bedil itu dan membidik.

    Halloo! serunya sambil melompat. Diapakan itu? Anda mengangkat

    senapan itu seperti mengangkat sebuah tongkat saja, padahal itu senapan terberat

    yang saya kenal! Apakah Anda sekuat itu?

    Sebagai jawaban, saya mencengkeram pinggangnya lalu mengangkatnya

    tinggi-tinggi dengan tangan kanan.

    Thunder-storm! teriaknya. Lepaskan saya. Anda ternyata jauh lebih kuat

    daripada Bill!

    Bill? Siapakah dia?

  • Dia anak saya, yang ah lupakan saja! Dia sudah meninggal seperti yang

    lainnya. Dia bisa tumbuh menjadi pemuda yang tangkas, tetapi meninggal ketika

    saya tidak ada. Perawakan Anda mirip dengannya, bahkan mata dan bentuk mulut

    Anda mirip, karena itu saya anggap Anda ..., ah, itu bukan urusan Anda!

    Ungkapan kesedihan yang dalam terpancar di wajahnya . Dia mengusap

    wajah dengan tangannya, kemudian melanjutkan kisahnya dengan suara yang lebih

    bersemangat,

    Tapi, Sir, sungguh sayang jika tenaga otot Anda hanya dimanfaatkan untuk

    menulis buku, seharusnya Anda berlatih fisik!

    Tetapi saya selalu berlatih!

    Sungguh?

    Ya!

    Bertinju?

    Bertinju tidak ada di negeri saya, tetapi senam dan gulat saya ikut.

    Berkuda?

    Ya.

    Bermain anggar?

    Saya pernah menjadi guru anggar.

    Hei jangan membual!

    Anda mau mencoba?

    Terima kasih! Cukup, saya harus bekerja. Duduklah kembali.

    Dia kembali ke tempat kerjanya, dan saya duduk kembali. Kami terdiam

    cukup lama. Tampaknya Henry sibuk berpikir tentang sesuatu yang penting. Tiba-

    tiba dia menengadah dan bertanya,

    Sudah pernahkan Anda belajar matematika?

    Dulu itu salah satu bidang kegemaran saya.

    Aritmatika, geometri?

    Tentu saja.

    Pengukuran tanah?

    Itu kegemaran saya juga. Saya sangat sering bekerja di lapangan dengan

    teodolit tanpa tahu kegunaannya.

    Dan dapat mengukur, benar-benar mengukur?

    Ya, saya dulu sering ikut serta dalam pengukuran horisontal dan vertikal,

    meskipun saya tidak merasa sebagai ahli geodesi.

    Well sangat bagus, sangat bagus!

    Mengapa Anda tanyakan itu, Mr. Henry?

  • Karena saya mempunyai alasan untuk itu, tahu! Anda tidak perlu

    mengetahuinya sekarang, Anda akan mendengarnya kelak. Saya harus tahu dulu,

    apakah Anda bisa menembak.

    Kalau begitu, cobalah saya!

    Sudah tentu Anda akan saya coba. Jam berapa Anda besok mulai

    mengajar?

    Pukul delapan.

    Datanglah pukul enam, kita akan pergi ke lapangan tembak, tempat saya

    mencoba senapan saya.

    Mengapa sepagi itu?

    Karena saya tidak mau menunggu lebih lama. Saya sangat penasaran dan

    ingin membuktikan bahwa Anda benar-benar seorang greenhorn. Untuk hari ini

    rasanya sudah cukup, saya masih mempunyai pekerjaan lain.

    Laras senapan itu sudah selesai dikerjakan, dan sekarang dia mengambil

    sepotong besi poligon10 dari sebuah lemari. Ujung besi itu dikikirnya sampai halus.

    Saya lihat tiap permukaannya memiliki sebuah lubang.

    Demikian asyiknya dia bekerja, sehingga tampaknya dia lupa akan

    kehadiran saya. Matanya berbinar-binar dan jika dia mengamati hasil karyanya

    tersirat rasa bangga di wajahnya. Potongan besi ini pasti sangat berharga baginya.

    Saya ingin tahu apa yang sedang dikerjakannya. Karena itu saya bertanya,

    Apakah itu bagian dari sebuah senapan, Mr. Henry?

    Ya, jawabnya, seolah-olah dia sudah lupa bahwa saya masih ada di sana.

    Tetapi saya tidak mengenal sistem senapan yang mempunyai bagian

    seperti itu.

    Ya memang, senapan ini belum selesai dirakit. Tapi pasti akan jadi

    senapan Henry.

    Oh. sebuah penemuan baru?

    Yes!

    Kalau begitu, saya minta maaf karena telah menanyakannya! Ini tentu

    rahasia!

    Dia memeriksa tiap-tiap lubang dengan seksama dan memutar besi itu

    berkali-kali ke segala arah. Kemudian dia coba menyesuaikannya dengan bagian

    belakang laras senapan lalu berkata,

    Ya, ini rahasia. Tetapi saya percaya pada Anda, Anda bisa menyimpan

    rahasia meskipun Anda betul-betul masih seorang greenhorn. Karena itu saya ingin

    10 Persegi banyak

  • mengatakan bahwa senapan ini akan menjadi senapan pendek, sebuah repertir

    yang dapat menembakkan duapuluh lima peluru.

    Tidak mungkin!

    Jaga mulut Anda! Saya tidak bodoh untuk melakukan suatu yang mustahil!

    Tetapi bukankah Anda harus membuat lubang-lubang untuk menyimpan

    duapuluhlima peluru?

    Saya sudah membuatnya juga.

    Tempat tersebut pasti besar dan tidak praktis, sehingga mengganggu.

    Sebaliknya, saya hanya membuat satu tempat, praktis dan sama sekali

    tidak mengganggu. Besi inilah tempatnya.

    Hm! Saya tidak mengerti bidang Anda, tetapi bagaimana dengan suhu

    tinggi pada laras senapan akibat tembakan itu?

    Justru bahan dan pembuatan laras inilah rahasia saya. Di samping itu,

    apakah selalu perlu melepaskan duapuluhlima tembakan berturut-turut?

    Jarang sekali.

    Jadi besi ini akan berputar, keduapuluhlima lubang itu masing-masing akan

    memuat sebuah peluru. Pada setiap peluru yang ada di dalamnya akan tepat

    berhadapan dengan lubang laras. Sudah bertahun-tahun lamanya saya memikirkan

    kemungkinan ini, tetapi belum pernah dapat saya laksanakan. Sepertinya baru

    sekarang akan berhasil. Nama saya, Gunsmith, sekarang sudah dikenal sebagai

    pembuat senapan. Jika ciptaan saya ini berhasil, saya akan sangat terkenal dan

    mendapat banyak uang.

    Dan mendapat tambahan beban moral.

    Dia memandang saya dengan tercengang, lalu bertanya,

    Beban moral? Mengapa?

    Anda kira, seorang pembunuh tidak punya beban moral?

    Zounds! Maksud Anda, apakah saya seorang pembunuh?

    Sekarang memang belum!

    Atau saya akan menjadi pembunuh?

    Ya, bukankah membantu orang melakukan pembunuhan dosanya sama

    besar dengan orang yang melakukan pembunuhan itu sendiri?

    Persetan, saya tidak akan membantu sebuah pembunuhan.

    Memang bukan membantu sebuah pembunuhan, melainkan pembantaian

    besar-besaran.

    Bagaimana mungkin? Saya tidak mengerti.

    Jika Anda membuat senapan yang dapat menembakkan duapuluhlima

    peluru berturut-turut dan senapan itu jatuh ke tangan orang yang tidak

  • bertanggungjawab, maka di padang prairie, di hutan, di ngarai, akan terjadi

    pembantaian mengerikan. Dan orang-orang Indian yang malang akan ditembak

    seperti coyote11 dan dalam beberapa tahun lagi mereka akan punah. Apakah Anda

    akan membiarkan hal itu terjadi?

    Dia memandang saya tanpa menjawab.

    Dan jika setiap orang bisa membeli senapan berbahaya ini, maka dalam

    waktu singkat, Anda akan memusnahkan ribuan orang, juga mustang, bison dan

    semua jenis binatang buas lainnya yang diperlukan orang Indian untuk hidupnya.

    Ratusan bahkan ribuan pemburu liar akan menggunakan senapan Anda dan pergi

    menuju ke wilayah Barat. Banjir darah manusia dan binatang akan membasahi

    tanah ini dan tidak lama lagi daerah-daerah tersebut menjadi tidak berpenghuni.

    s death! serunya kemudian. Apakah Anda ini benar-benar pendatang

    baru dari Germany?

    Ya.

    Dan belum pernah ke sini sebelumnya?

    Belum.

    Dan belum pernah juga di Wild West sini?

    Belum.

    Ooh jadi Anda benar-benar greenhorn, walaupun begitu Anda banyak

    bicara, seolah-olah andalah nenek moyang orang Indian dan sudah ribuan tahun

    hidup di sini dan sampai sekarang masih hidup! Anak muda, hendaknya Anda

    jangan coba-coba membuat hati saya panas. Seandainya perkataan Anda itu

    menjadi kenyataan, tak pernah terpikirkan oleh saya untuk mendirikan pabrik

    senjata. Saya orang yang kesepian dan ingin menyendiri, saya tidak berniat

    mendirikan perusahaan dan mempunyai banyak pegawai.

    Tetapi sebenarnya Anda bisa menjadi kaya dengan membuat hak paten

    atas penemuan Anda dan menjualnya.

    Tunggu sajalah, Sir! Sampai sekarang nafkah saya lebih dari cukup. Saya

    kira saya masih dapat hidup dengan layak tanpa menjual paten saya. Sekarang

    pulanglah! Saya tidak mau mendengar nasihat anak kemarin sore yang belum

    berpengalaman, tapi sudah berani menasihati orang tua.

    Perkataannya itu sama sekali tidak membuat saya berkecil hati. Dia selalu

    begitu, dan saya maklum apa yang dia maksud. Dia menyayangi saya, bertekad

    semaksimal mungkin untuk mendukung dan melayani saya. Kami berjabatan

    tangan, dan setelah itu saya pergi.

    11 Sejenis serigala prairie.

  • Saya tidak menduga, betapa pentingnya arti malam itu bagi saya, dan tidak

    terbersit dalam benak saya, bahwa senjata tua pembunuh beruang yang berat dan

    senjata laras pendek yang belum selesai itu berperan begitu besar dalam

    kehidupan saya kemudian. Saya gembira menyongsong esok hari, karena

    sesungguhnya saya telah bisa menembak dengan baik dan merasa sangat yakin,

    bahwa saya akan lulus ujian menembak di hadapan teman tua yang unik itu.

    Saya datang tepat pukul enam pagi. Dia sudah menunggu saya, menjabat

    tangan saya dan berkata sambil tersenyum sinis,

    Welcome, Sir! Roman muka Anda nampak seakan-akan Anda yakin akan

    menang. Apakah Anda mengira bahwa Anda dapat menembak tembok yang saya

    maksud tadi malam?

    Saya harap begitu.

    Well, kita pergi sekarang. Saya membawa senapan yang ringan, dan Anda

    membawa senapan pembunuh beruang. Saya malas membawa benda seberat itu.

    Dia menyandang senapan ringan berlaras dua, dan saya memanggul

    senapan tua itu. Sesampainya di lapangan tembak, dia mengisi kedua senapan itu

    dan menembakkannya dua kali. Kemudian giliran saya. Saya belum mengenal

    senapan ini, sehingga tembakan yang pertama hanya mengenai lingkaran luar.

    Tembakan yang kedua jauh lebih baik dan yang ketiga tepat di tengah. Tembakan

    selanjutnya menembus lubang yang telah dibuat oleh tembakan ketiga. Keheranan

    Mr. Henry makin menjadi-jadi, saya juga harus mencoba senjatanya dan ketika

    hasilnya sama, dia berteriak,

    Kalau tidak karena kerasukan setan, Anda seorang westman12 sejati, Sir!

    Belum pernah saya melihat greenhorn seperti itu!

    Saya tidak kesurupan, Mr. Henry, kata saya sambil tertawa. Saya tidak

    mau berteman dengan setan.

    Menjadi westman adalah tugas bahkan kewajiban Anda, apakah Anda tidak

    berminat?

    Mengapa tidak!

    Well, lihat saja nanti, apa yang bisa dilakukan oleh greenhorn seperti Anda?

    Apakah Anda juga bisa menunggang kuda?

    Kalau terpaksa.

    Kalau terpaksa? Hm! Jadi tidak sebaik Anda menembak?

    12 Istilah ciptaan pengarang. Maksudnya adalah man of the west atau lebih tepatnya frontierman yang konotasinya adalah: perintis atau pioner daerah Barat, pemburu prairie, dan sejenisnya. Supaya otentik, istilah keliru ini tetap dipertahankan.

  • Pshaw! Naik ke punggung kuda adalah yang paling sulit. Tapi jika saya

    sudah duduk di atas, tidak ada kuda yang melemparkan saya.

    Dia melihat saya dengan pandangan menyelidik, apakah saya serius atau

    berkelakar, sementara itu saya menunjukkan wajah bersungguh-sungguh, dan dia

    berkata,

    Anda serius? Apakah Anda berpegang pada surainya? Kalau begitu Anda

    keliru. Memang benar, bahwa naik ke punggung kuda yang paling sulit, karena

    Anda harus melakukannya sendiri, sedangkan turun jauh lebih mudah dan cepat

    karena kudalah yang menjatuhkan.

    Tetapi kuda tidak akan melemparkan saya!

    Begitu? Kita lihat saja nanti! Maukah Anda mencobanya?

    Dengan senang hati.

    Kalau begitu, marilah! Sekarang baru pukul tujuh, dan Anda masih punya

    waktu satu jam. Kita ke rumah Jim Korner, pedagang kuda. Dia mempunyai kuda

    putih yang bisa Anda pakai.

    Kami kembali ke kota dan mencari pedagang kuda itu. Di sana terdapat

    lahan ternak yang luas, yang dikelilingi oleh banyak istal. Korner datang sendiri

    menyambut dan menanyakan maksud kedatangan kami.

    Anak muda ini bilang, bahwa tidak ada seekor kuda pun mampu

    melemparkannya dari pelana, tukas Henry. Apa pendapat Anda, Mr. Korner?

    Apakah Anda mengijinkannya menunggangi kuda putih itu?

    Pedagang itu memandang saya dengan penuh keraguan, kemudian

    mengangguk tanda setuju dan menjawab,

    Susunan tulangnya tampak bagus, selain itu leher anak muda biasanya

    tidak mudah patah seperti orang tua. Jika gentleman13 ini ingin mencoba kuda

    putih saya, silahkan saja, saya tidak keberatan.

    Dia memberi perintah kepada anak buahnya dan tidak berapa lama

    keluarlah dua orang pembantunya menuntun kuda berpelana dari istal. Kuda itu

    sangat liar dan meronta-ronta karena ingin melepaskan diri. Mr. Henry mulai

    mengkhawatirkan saya, dan meminta saya untuk mengurungkan niat, tetapi saya

    tidak merasa takut. Lagipula kesempatan ini saya anggap sebagai kehormatan.

    Saya diberi sebuah cemeti dan pemacu pada sepatu lars. Kemudian saya melompat

    ke atas pelana, tetapi baru berhasil setelah beberapa kali mencoba. Setelah saya

    duduk di atas pelana, kedua pembantu itu segera minggir, dan kuda itu melonjak-

    lonjak ke atas dan ke samping. Saya memegangi pelana meskipun belum duduk,

    13 Tuan terhormat (bhs. Inggris).

  • tetapi segera saya memasukkan kaki ke sanggurdi. Kuda itu mulai melawan,

    namun usahanya sia-sia. Ketika ia tidak berhasil menakut-nakuti saya, dia menuju

    ke dinding untuk melemparkan saya. Tetapi dengan beberapa pukulan cambuk

    yang keras, saya menghalaunya kembali ke tengah lapangan. Kini kuda itu mulai

    berjuang sekeras-kerasnya melawan saya, sementara saya pun mengerahkan

    seluruh kemampuan saya yang hanya sedikit waktu itu karena kurang latihan. Saya

    tekan kuda itu sekuat tenaga dengan paha saya, dan akhirnya kuda itu dapat

    dikalahkan. Ketika saya turun dari punggung kuda, kedua kaki saya gemetar

    karena tegang, sedang binatang itu bersimbah peluh dan mulutnya berbuih. Tetapi,

    sekarang ia menuruti setiap perintah saya.

    Pedagang kuda itu mengkhawatirkan keadaan kudanya, dia menyelimuti

    kudanya dan perlahan-lahan menuntunnya kian kemari, kemudian berpaling

    kepada saya,

    Anak muda, saya tidak menduga, tadi saya merasa yakin Anda akan

    terjatuh ke tanah pada lompatan pertama. Tentu saja Anda tidak perlu membayar,

    dan jika Anda mau membantu, datanglah lagi untuk menjinakkan kuda itu. Sepuluh

    dollar tidak penting bagi saya, karena ini bukan kuda yang murah, dan jika kuda ini

    jinak, maka saya akan mendapat keuntungan besar.

    Kalau Anda setuju, akan saya lakukan dengan senang hati, jawab saya.

    Sejak saya turun, Henry belum berkata sepatah kata pun, hanya

    menggelengkan kepala. Kemudian dia bertepuk tangan sambil berteriak,

    Greenhorn ini benar-benar luar biasa dan istimewa! Bukannya kuda yang

    melemparkannya ke bawah, malahan dia yang menggencet kuda setengah mati.

    Siapa yang mengajari Anda, Sir?

    Kebetulan saja, saya pernah disuruh menjinakkan seekor kuda Hongaria

    yang agak liar, yang tidak mau ditunggangi orang. Lambat laun saya

    menjinakkannya, tapi nyaris celaka.

    Terima kasih untuk kuda yang semacam itu! Saya mengagumi kursimalas

    tua saya, yang tidak pernah memberontak kalau saya duduki. Mari kita pergi,

    kepala saya sudah pening. Tetapi tidak sia-sia. Saya telah melihat Anda menembak

    dan berkuda. Anda telah melakukannya dengan sangat baik.

    Kami pulang ke rumah masih-masing. Selama dua hari saya tidak bertemu

    dia dan saya tidak punya kesempatan untuk mencarinya. Tetapi pada hari

    berikutnya, dia datang mengunjungi saya. Dia tahu, bahwa saya libur.

    Maukah Anda berjalan-jalan dengan saya? tanyanya.

    Ke mana?

    Ke seorang gentleman, yang ingin berkenalan dengan Anda.

  • Mengapa saya?

    Coba Anda bayangkan, dia belum pernah melihat seorang greenhorn.

    Kalau begitu saya ikut, dia akan berkenalan dengan kita.

    Saya tahu di balik ajakannya, dia merencanakan suatu kejutan. Kami

    menyusuri jalan dan sampailah di sebuah kantor dengan sebuah pintu kaca yang

    besar. Begitu cepatnya dia masuk, sehingga saya tidak sempat membaca huruf

    emas yang tertera di atas pintu kaca itu, tapi saya yakin, saya sempat melihatlihat

    kata office dan surveying. Dan ternyata saya tidak salah.

    Di dalam kantor itu ada tiga orang pria, yang menyambut kami dengan

    ramah dan sopan dan kelihatan penasaran. Beberapa peta dan gambar tergeletak

    di atas meja, selain itu juga terdapat beberapa macam alat pengukuran. Kami

    berada di sebuah kantor geodesi.

    Saya tidak tahu apa maksud teman saya ini membawa saya ke mari. Dia

    tidak menjelaskan kepada saya dan tampaknya ini hanya kunjungan biasa.

    Sebentar kemudian percakapan itu menjadi menarik sampai akhirnya pembicaraan

    beralih ke benda-benda yang ada di atas meja itu. Ini menguntungkan saya,

    karena saya bisa terlibat lebih banyak dalam percakapan mengenai hal-hal itu

    daripada tentang situasi Amerika yang belum saya kenal.

    Hari ini Henry tampak sangat tertarik pada ilmu ukur tanah. Dia banyak

    bertanya dan ingin mengetahui semua hal dan saya asyik menerangkan

    penggunaan alat-alat itu serta menjabarkan gambar peta dan rancangannya. Saya

    benar-benar greenhorn sejati, karena tidak tahu arah pertanyaan-pertanyaan itu.

    Baru setelah saya menguraikan hakekat dan perbedaan pengukuran yang terdapat

    pada koordinat, metode kutub dan diagonal, pengukuran perimeter, ketiga pria itu

    mengedipkan matanya kepada si pembuat senapan. Kini mengertilah saya

    maksudnya. Saya bangkit dari tempat duduk untuk memberi isyarat kepada Henry,

    bahwa saya ingin pergi. Dia tidak menoleh dan kami diantar dengan lebih ramah

    lagi.

    Ketika kami sudah jauh dan tidak terlihat dari kantor tadi, Henry berhenti

    serta meletakkan tangannya di bahu saya dan berkata dengan wajah berseri-seri,

    Sir, anak muda, greenhorn. Anda telah membuat saya sangat senang. Saya

    benar-benar bangga pada diri Anda.

    Mengapa?

    Karena anda telah memenuhi bahkan melampaui perkiraan dan harapan

    saya!

    Perkiraan? Harapan? Saya tidak mengerti.

  • Anda pun tidak perlu mengerti. Penjelasannya sangat sederhana. Anda

    pernah mengatakan, bahwa Anda paham tentang pengukuran tanah. Dan untuk

    membuktikan bahwa Anda tidak membual, saya membawa Anda kepada para

    gentleman tadi. Mereka adalah kenalan saya dan telah menguji kecakapan Anda.

    Ternyata Anda lulus.

    Membual? Mr. Henry, kalau Anda menganggap saya seperti itu, saya tidak

    akan datang lagi ke rumah Anda!

    Jangan tersinggung! Anda jangan merenggut kebahagiaan orang tua

    seperti saya. Karena itu akan membuat kesan saya terhadap Anda berubah. Seperti

    Anda ketahui, ada kemiripan antara Anda dengan anak saya! Sudahkah Anda

    mendatangi pedagang kuda itu?

    Setiap pagi.

    Dan menunggangi kuda putih itu lagi?

    Ya.

    Apakah ada harapan dapat menjinakkan kuda itu?

    Saya yakin. Hanya saya ragu, apakah orang yang akan membelinya dapat

    menguasainya seperti saya. Ia sudah terbiasa dengan saya dan akan melemparkan

    orang lain ke tanah.

    Saya senang, senang sekali, tampaknya ia hanya mau ditunggangi

    greenhorn. Mari lewat jalan sini! Saya tahu, di seberang sana ada dining-house

    terkenal, tempat makan dan minum yang enak. Anda telah lulus ujian dan kita

    harus merayakannya.

    Saya tidak memahami Mr. Henry. Dia sepertinya telah berubah. Dia yang

    biasanya menyendiri dan pemalu, kini ingin makan di sebuah restoran! Wajahnya

    pun lain dari biasanya dan suaranya terdengar lebih ramah dan ceria daripada

    sebelumnya. Kata ujian menarik perhatian saya, tapi mungkin saja kata itu tidak

    berarti.

    Sejak saat itu setiap hari dia mengunjungi saya dan memperlakukan saya

    seolah-olah dia takut kehilangan saya. Tetapi tampaknya saya tidak boleh

    membanggakan diri dulu, karena dia masih tetap menyebut saya dengan istilah

    greenhorn yang menyebalkan itu.

    Anehnya, pada waktu yang bersamaan sikap keluarga yang saya tinggali

    juga berubah. Orang tuanya jadi lebih memperhatikan saya, sedangkan anak-

    anaknya menjadi lebih ramah. Saya memergoki mereka ketika mereka

    memandangi saya secara diam-diam. Saya tidak paham arti tatapan seperti itu.

    Bagi saya sebenarnya perhatian itu sangat ramah dan tidak punya maksud

    terselubung.

  • Kira-kira tiga minggu setelah kunjungan kami ke kantor itu, suatu petang

    nyonya rumah meminta saya untuk tidak keluar rumah, sebab saya akan diundang

    makanmalam oleh keluarga itu. Mr. Henry akan datang, dan selain itu mereka juga

    mengundang dua orang pria, yang salah satunya bernama Sam Hawkens, seorang

    westman yang terkenal. Sebagai seorang greenhorn, saya belum pernah

    mendengar nama itu, tetapi saya senang akan berkenalan dengan pemburu yang

    ulung dan terkenal itu.

    Karena saya tinggal serumah, saya tidak perlu menunggu tibanya waktu

    yang ditentukan. Beberapa menit sebelum waktunya, saya sudah berada di dining-

    room14. Di sana saya terkejut, melihat penataan ruang yang tidak seperti biasanya,

    tampaknya akan ada pesta.

    Si kecil Emmy yang baru berumur lima tahun berada sendirian di ruang itu.

    Dia membenamkan jarinya ke dalam manisan stroberi lalu menjilatnya. Ketika saya

    masuk, dia menarik jarinya dan menyibak rambutnya yang pirang. Saat saya

    mengangkat telunjuk untuk memberinya teguran keras, cepat-cepat dia

    menghampiri saya dan berbisik. Agar saya tidak marah, ia mau membuka suatu

    rahasia yang dijaganya selama beberapa hari ini, meskipun hati kecilnya merasa

    bersalah. Karena merasa kurang mengerti, saya menyuruh dia mengulanginya.

    Jawabnya tetap sama,

    Your farewell-feast.

    Pesta perpisahanku! Itu tidak mungkin! Siapa tahu, anak itu berkata begitu

    agar saya tidak marah. Saya tersenyum, kemudian mendengar suara orang yang

    bercakap-cakap di ruangtamu. Para tamu telah datang. Dan saya pun ke

    ruangtamu untuk menyambut mereka. Tiga orang tamu datang bersamaan.

    Ternyata mereka sudah sepakat datang bersama-sama. Henry memperkenalkan

    seorang pemuda ganteng yang acuh tak acuh dan kaku, yang dipanggil Mr. Black;

    dan kemudian Sam Hawkens, seorang westman.

    Dia seorang westman! Saya akui terus terang, wajah saya mungkin bengong

    ketika memandangnya. Sosok seperti itu tidak pernah saya lihat sebelumnya, dan

    kelak saya akan bertemu dengan sosok-sosok lain yang lebih aneh lagi. Orang itu

    berpenampilan sangat mencolok, ditambah lagi gayanya berdiri di ruangan yang

    indah itu seperti berdiri di tengah hutan belantara saja. Dia tetap mengenakan

    topinya sambil memegang senjata di tangan. Orang pasti membayangkan

    demikian:

    14 Ruang makan (bhs. Inggris).

  • Bahwa di bawah topi tebalnya yang lusuh dan usang dia pasti selalu berpikir

    keras. Di sekitar hidungnya yang besar dan menakutkan serta besar pula

    bayangannya -sehingga cocok untuk dijadikan jam matahari-, tampak jambangnya

    yang tumbuh tak terurus. Karena jambangnya yang lebat itu, selain hidung, yang

    tampak adalah kedua mata kecilnya yang cerdik. Kedua mata itu tampak sangat

    hidup dan penuh selidik. Dengan pancaran mata yang berseri-seri dia memandangi

    saya. Kami saling mengamati dengan seksama. Kelak saya tahu alasannya

    mengapa dia begitu tertarik kepada saya.

    Organ bagian atas tersebut bertumpu pada tubuh yang tertutup rapat

    hingga ke lutut oleh jas berburu dari kulit yang sudah usang yang diperuntukkan

    bagi orang yang lebih gemuk. Karena itu manusia kerdil itu tampak seperti anak

    kecil yang bermain-main dengan memakai baju tidur kakeknya. Di bawah jasnya

    yang longgar, tampak kedua kakinya yang kurus dan bengkok yang terbungkus

    oleh leggin15 ketat yang sudah usang. Tampaknya leggin itu dibuat duapuluh tahun

    yang lalu. Dan dia juga mengenakan sepasang sepatu lars yang juga longgar, yang

    jika perlu masih bisa muat satu orang lagi.

    Westman terkenal ini memegang senapan. Ketika saya perhatikan dengan

    teliti, barang tersebut lebih mirip sebuah gada ketimbang sebuah senapan. Pada

    saat itu, tidak terbayang oleh saya adanya figur pemburu prairie yang unik melebihi

    dia. Namun tidak lama kemudian saya mengenal dan menghargai karakter asli

    orang ini.

    Setelah memperhatikan saya dengan seksama, dia bertanya kepada Henry

    dengan suara kecil seperti suara kanak-kanak,

    Apakah ini si greenhorn muda yang Anda ceritakan itu, Mr. Henry?

    Yes. orang yang ditanya mengangguk.

    Well! Saya menyukainya. Saya harap, dia juga menyukai Sam Hawkens,

    hihihihi!

    Dengan tawa yang aneh dan khas yang kelak akan saya dengar ribuan kali,

    dia berpaling ke arah pintu yang kini terbuka. Tuan dan Nyonya rumah memasuki

    ruangan dan menyalami pemburu itu dengan ramah sehingga saya menduga

    mereka telah mengenal dia sebelumnya. Kemudian mereka mengajak kami

    memasuki ruang makan. Kami mengikuti ajakan ini. Saya heran hingga saat itu

    Sam Hawkens belum juga melepaskan topi dan senjatanya. Baru setelah kami

    duduk, dia berkata sambil menunjuk senjatanya,

    15 Bahan penutup dari paha hingga ke telapak kaki.

  • Seorang westman sejati tidak akan jauh dari senjatanya, begitu pula

    dengan saya. Saya tidak akan jauh dari si Liddy, senjata saya. Saya akan

    menggantungkannya pada paku dinding itu.

    Oh, jadi dia menamai senjatanya Liddy! Kelak saya tahu, bahwa para

    pemburu prairie mempunyai kebiasaan memperlakukan senjatanya seperti makhluk

    hidup dan memberinya nama. Dia menggantungkan senjata serta topi yang unik di

    tempat tersebut. Ketika dia melepas topi, betapa terkejutnya saya melihat seluruh

    rambutnya menempel pada topinya. Sangat mengherankan, kepalanya tidak

    berkulit dan berwarna kemerahan. Nyonya rumah menjerit dan anak-anak

    berteriak dengan sangat keras. Dia berpaling kepada kami dan berkata dengan

    tenang,

    Jangan terkejut, ladies dan meschschurs16, tidak ada apa-apa! Dulu saya

    punya rambut sendiri yang tidak kalah indahnya dengan rambut anak-anak itu, dan

    tidak seorang pun berani menyangkalnya. Sampai pada suatu hari saya berjumpa

    dengan lusinan orang suku Pawnee, mereka mencukur rambut saya dan menguliti

    kepala saya. Mula-mula saya sangat terganggu, tetapi lama kelamaan saya

    terbiasa, hihihihi! Kemudian saya pergi ke Tekama dan membeli scalp17 baru yang

    kalau saya tidak salah disebut wig dan saya beli seharga tiga gulungan besar bulu

    beaver18. Bagi saya tidak masalah, karena kulit kepala yang baru lebih praktis dari

    yang sebelumnya, terutama pada musim panas. Wig itu hanya dilepas, jika saya

    berkeringat, hihihihi!

    Dia menggantungkan topinya di atas senapannya dan memasang kembali

    wignya. Kemudian dia melepaskan jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi.

    Jas ini sudah berkali-kali ditambal dan dipermak dengan sobekan kulit, sehingga

    pakaian itu menjadi kaku dan tebal dan hampir tidak tertembus panah Indian.

    Kini tampak sangat jelas kakinya yang kurus dan bengkok. Tubuh bagian

    atasnya tertutup rompi pemburu yang terbuat dari kulit. Pada ikat pinggangnya

    terselip satu pisau dan dua pistol. Ketika dia duduk kembali di kursi, mula-mula dia

    memandang saya, kemudian nyonya rumah, dengan pandangan ingin tahu dan

    bertanya,

    My lady, bukankah lebih baik jika sebelum makan, kita sampaikan rencana

    kita terlebih dahulu kepada greenhorn ini, kalau saya tidak salah?

    16 Tuan-tuan (dialek Barat, asal dari bhs. Prancis). 17 Orang Indian menguliti kulit kepala (scalp) lawannya sebagai tanda kemenangan. 18 Berang-berang, sejenis binatang berbulu tebal yang hidup di pinggiran sungai.

  • Ungkapan kalau saya tidak salah telah menjadi kebiasaannya. Nyonya

    rumah mengangguk lalu berpaling kepada saya. Sambil menunjuk pada tamu yang

    lebih muda, ia berkata,

    Mungkin Anda belum tahu bahwa Mr. Black ini akan menggantikan Anda.

    Menggantikan ... saya? tanya saya dengan terkejut.

    Ya, hari ini kita merayakan perpisahan Anda, kami terpaksa mencari guru

    baru.

    Perpisahan... saya?

    Syukurlah, waktu itu wajah saya tidak dipotret, karena bagaimanapun juga

    pasti kelihatan sangat tolol.

    Ya, perpisahan Anda, Sir. Nyonya rumah mengangguk sambil tersenyum

    ramah. Sementara itu perasaan saya tidak menentu, karena itu tidak ada alasan

    untuk tersenyum. Ia menambahkan,

    Sebenarnya Anda harus mengundurkan diri dulu, tapi kami tidak akan

    menghalangi kebahagiaan yang akan segera Anda raih. Kami menyayangkan

    kepergian Anda, tapi doa kami menyertai Anda. Semoga Tuhan melindungi

    perjalanan Anda besok pagi!

    Berangkat? Besok? Ke mana? tanya saya dengan berat hati.

    Sam Hawkens yang berdiri di sebelah saya, menepuk bahu saya sambil

    tertawa.

    Ke mana? Ke daerah Barat bersama saya. Anda telah lulus ujian dengan

    gemilang, hihihihi! Para surveyor yang lain akan berangkat besok dan tidak dapat

    menunggu Anda. Anda mau tidak mau harus ikut. Saya, Dick Stone dan Will Parker

    yang akan bertugas sebagai pemandu. Kita berangkat menuju pegunungan

    Canadian dan terus ke New Mexico. Saya tidak berpikir, Anda akan tinggal di sini

    dan tetap menjadi greenhorn!

    Kini saya mulai mengerti. Semuanya telah direncanakan tanpa

    sepengetahuan saya. Saya akan bekerja sebagai surveyor, pengukur tanah,

    mungkin untuk salah satu jalur kereta api panjang yang sudah direncanakan.

    Betapa senangnya saya! Saya sama sekali tidak perlu bertanya. Saya menerima

    informasi itu begitu saja. Semuanya berkat Henry. Dia memegang tangan saya dan

    berkata,

    Saya sudah mengatakan pada Anda, mengapa saya suka pada Anda. Anda

    di sini bersama orang-orang baik, tapi pekerjaan sebagai guru privat sama sekali

    tidak cocok untuk Anda, Sir. Anda harus pergi ke daerah Barat. Karena itulah saya

    menghubungi perusahaan Atlantic and Pacific Company dan memintanya untuk

  • menguji Anda tanpa sepengetahuan Anda. Anda telah lulus dengan baik. Ini surat

    pengangkatan Anda.

    Dia memberikan dokumen itu kepada saya. Ketika saya membaca surat itu

    dan mengetahui berapa besar gaji saya, mata saya terbelalak. Selanjutnya dia

    berkata,

    Anda akan berkuda, jadi butuh seekor kuda yang bagus. Kuda putih yang

    sudah Anda jinakkan itu sudah saya beli dan akan saya berikan kepada Anda. Anda

    juga perlu memiliki senjata dan untuk itu Anda boleh membawa senjata tua

    pembunuh beruang yang berat itu, yang sudah tidak saya perlukan. Dengan

    senjata itu, saya yakin tembakan-tembakan Anda akan selalu tepat pada sasaran.

    Apa pendapat Anda, Sir, he?

    Mula-mula saya tidak kuasa berbicara, kemudian, ketika saya sudah bisa

    menguasai diri, saya ingin menolak semua pemberian itu, tetapi tidak berhasil.

    Orang-orang baik ini telah bertekad untuk menyenangkan hati saya, dan kalau

    saya bersikeras menolak semua hadiah itu, hal itu akan sangat menyinggung

    perasaan mereka. Untuk mengakhiri percakapan tersebut, paling tidak untuk

    sementara waktu, nyonya rumah mengambil tempat duduk dan kami yang lain

    terpaksa mengikuti tindakannya. Kami mulai makan dan pokok pembicaraan tadi

    tidak disinggung lagi.

    Baru sesudah makan, saya tahu, apa yang seharusnya saya ketahui. Rel

    kereta yang akan dibangun itu terbentang dari St. Louis hingga ke pantai Pasifik

    melalui daerah teritorial Indian, New Mexico, Arizona dan California. Menurut

    rencana, jalur ini dibagi dalam beberapa seksi penelitian dan pengukuran. Seksi

    tempat saya dan tiga orang ahli survey lapangan lainnya yang bekerja di bawah

    pengawasan seorang Insinyur Kepala, berada di lokasi daerah hulu Rio Pecos dan

    Pegunungan Canadian sebelah selatan.

    Ketiga pemandu, Sam Hawkens, Dick Stone dan Will Parker akan membawa

    kami ke sana. Di sana kami akan bertemu dengan serombongan westman yang

    tangguh, yang bertugas menjaga keamanan kami. Selain itu tentu saja ada

    perlindungan dari semua prajurit. Benar-benar di luar dugaan saya, baru hari ini

    semua itu dijelaskan yang tentunya agak terlambat. Tetapi meskipun demikian,

    penjelasan bahwa semua kebutuhan kami akan dipenuhi, membuat hati saya

    tenang. Tidak ada lagi yang harus saya lakukan, selain memperkenalkan diri pada

    kolega-kolega saya yang telah menunggu di kediaman Insinyur Kepala. Dengan

    didampingi Henry dan Sam Hawkens, saya pergi ke sana dan disambut dengan

    sangat ramah. Mereka tahu, bahwa saya pasti terkejut dan karena itu tidak

    mempermasalahkan keterlambatan saya.

  • Ketika keesokan harinya, setelah saya berpamitan pada keluarga Jerman

    itu, saya pergi ke rumah Henry. Belum sempat saya mengucapkan atas jasanya,

    dia sudah mengguncang-guncang tangan saya dengan tulus sambil berkata kasar,

    Sudahlah, Sir! Saya menyuruh Anda pergi, hanya supaya senjata tua saya

    bisa digunakan lagi. Kalau Anda kembali, carilah saya dan ceritakan, apa yang telah

    Anda alami. Nanti akan terbukti, apakah Anda masih seperti sekarang dan tetap

    tidak mempercayai definisi greenhorn seperti yang tercantum dalam buku-buku.

    Dia mendorong saya keluar menuju pintu, namun sebelum menutupnya,

    saya melihat matanya berkaca-kaca.

  • BAB DUA

    KLEKIH-PETRA

    Ketika itu kami berada di penghujung musim gugur yang cerah di Amerika

    Utara dan sudah lebih dari tiga bulan kami bekerja. Tetapi pekerjaan kami belum

    juga selesai, sementara seksi-seksi lainnya kebanyakan sudah pulang ke

    rumahnya. Ada dua alasannya.

    Pertama, kami bekerja di daerah yang sulit. Rel keretaapi harus dibangun

    menyusuri aliran Sungai Canadian melewati padang prairie. Jadi jalur kereta akan

    dibangun sampai ke mata air sungai itu. Padahal menurut rancangan, jalur itu

    seharusnya dibangun dari New Mexico melalui deretan lembah dan bukit. Seksi

    kami bekerja antara Sungai Canadian dan New Mexico dan kami harus terlebih

    dahulu menemukan arah yang tepat. Untuk itu kami harus sering menghabiskan

    waktu untuk berkuda guna melakukan penjelajahan yang melelahkan dan

    pengukuran-pengukuran sebagai perbandingan sebelum kami dapat mengerjakan

    pekerjaan yang sesungguhnya. Selain itu, keadaan makin dipersulit karena

    ternyata kami bekerja pada tempat yang sangat berbahaya. Di tempat itu

    berkeliaran suku-suku Kiowa, Comanche, dan Apache yang sama sekali tidak mau

    menerima bahwa keretaapi akan melalui daerah yang dianggap miliknya. Kami

    harus sangat berhati-hati dan waspada. Tentu saja hal itu sangat mempersulit serta

    memperlambat kerja kami.

    Untuk menghindari suku-suku Indian ini, kami tidak diperkenankan untuk

    berburu karena pasti kami akan meninggalkan jejak yang bisa dibaca oleh orang

    Indian. Kami mendatangkan semua kebutuhan dari Santa F yang diangkut dengan

    pedati. Sayangnya pengangkutan kiriman tersebut tidak tentu, sehingga kami

    seringkali tidak bisa melanjutkan pekerjaan karena harus menunggu kedatangan

    pedati-pedati itu.

    Alasan kedua, kerjasama anggota dalam tim. Seperti sudah disinggung, di

    St. Louis saya disambut dengan baik oleh Insinyur Kepala dan ketiga surveyor.

    Sambutan ini membuat saya berharap, bahwa kami bisa bekerjasama dengan baik

    dan sukses. Ternyata saya dikecewakan.

    Ternyata teman-teman sekerja itu adalah yankee tulen, yang memandang

    saya sebagai greenhorn, Dutchman1 yang tidak berpengalaman, dan menghina

    saya dengan sebutan itu. Mereka ingin menerima gaji tetapi tidak ingin bekerja

    1 Nama olok-olok untuk orang Jerman

  • keras. Sebagai orang Jerman yang jujur, saya menjadi batu sandungan dan mereka

    bermaksud menyingkirkan saya. Saya tidak terpengaruh dan terus bekerja. Bahkan

    setelah lama bekerja, saya sadar bahwa sebenarnya mereka tidak berubah. Mereka

    membebani saya dengan pekerjaan yang paling berat, sedangkan mereka sendiri

    bekerja seringan mungkin. Saya tidak keberatan, karena saya selalu berprinsip,

    bahwa untuk menjadi kuat, orang harus lebih banyak berbuat.

    Mr. Bancroft, sang Insinyur Kepala adalah yang paling terpelajar di antara

    mereka. Sayangnya, dia gemar minum brandy2. Sudah beberapa tong minuman

    yang memabukkan itu dikirim dari Santa F. Sejak saat itu dia lebih

    memperhatikan brandynya ketimbang peralatan pengukuran. Pernah terjadi, dia

    tergeletak di tanah dalam kondisi mabuk berat setengah hari lamanya. Riggs,

    Marcy dan Wheeler, ketiga surveyor itu dan juga saya harus ikut membayar

    minuman itu setelah mereka berlomba minum dengan Bancroft. Bisa dibayangkan,

    orang-orang ini pun seringkali berada di bawah pengaruh minuman keras itu.

    Karena saya tidak minum setetes pun, tentu saja saya satu-satunya yang bekerja.

    Sementara itu mereka yang berada di bawah pengaruh alkohol hanya bisa

    meneguk minuman itu lalu tertidur. Menurut saya, Wheeler adalah orang yang

    paling baik di antara mereka, karena dia mengerti, bahwa saya bekerja keras untuk

    mereka padahal itu bukan kewajiban saya. Dalam kondisi seperti itu wajar bila

    pekerjaan kami tidak cepat selesai.

    Kelompok lainnya juga tidak bisa diharapkan. Ketika kami tiba di tempat

    kami berkumpul, kami menjumpai dua belas westman yang telah menunggu

    kedatangan kami. Sebagai pendatang baru, mula-mula saya sangat menghargai

    mereka. Tetapi segera saya tahu, bahwa saya bekerja dengan orang-orang yang

    bermoral sangat rendah.

    Mereka seharusnya melindungi dan membantu pekerjaan kami. Untunglah

    selama tiga bulan penuh tidak terjadi apa yang saya khawatirkan karena mendapat

    perlindungan yang kurang aman. Sementara itu mengenai prestasi kerja mereka

    dapat saya katakan dengan penuh keyakinan, bahwa kedua belas pemalas terparah

    dari Amerika ini hanya bisa bersenang-senang.

    Betapa menyedihkan harus menegakkan kedisiplinan dalam situasi seperti

    itu!

    Bancroft diberi gelar dan menerima tugas sebagai seorang pemimpin dan dia

    pun bertingkah laku demikian. Namun tidak seorang pun mematuhinya. Jika dia

    memberi perintah, orang malah menertawakannya. Karena itu dia mengeluarkan

    2 Sejenis minuman keras.

  • kata makian yang jarang saya dengar, lalu menghampiri tong brandy untuk

    melampiaskan kekesalannya. Riggs, Marcy dan Wheeler pun tidak jauh berbeda

    kelakuannya. Karena itu sebenarnya saya mempunyai alasan yang sangat kuat

    untuk mengambil alih pimpinan. Saya memang melakukannya tetapi dengan cara

    yang tidak kentara. Seorang pemuda yang tidak berpengalaman seperti saya tentu

    saja tidak akan dihormati sungguh-sungguh oleh orang-orang itu. Seandainya saya

    begitu berani berkata dengan nada memerintah, maka pasti saya akan

    ditertawakan. Tidak, saya harus bertindak dengan tenang dan berhati-hati, kira-

    kira seperti seorang wanita yang cerdik, yang tahu cara mengendalikan suami yang

    nakal, tanpa sepengetahuan si suami. Setiap hari saya dipanggil greenhorn kira-

    kira sepuluh kali oleh para westman yang setengah liar dan sulit diatur ini. Tetapi

    tanpa sadar mereka menuruti perintah saya. Dengan sengaja saya membiarkan

    mereka berpikir, bahwa mereka mengikuti keinginannya sendiri.

    Dalam urusan itu saya mendapat bantuan yang besar dari Sam Hawkens,

    dan kedua sahabatnya yakni Dick Stone serta Will Parker. Ketiga orang ini sangat

    jujur dan mereka juga pemburu yang berpengalaman, cerdik dan berani. Pada

    waktu pertemuan pertama kami di St. Louis, sifat-sifat itu tidak nampak pada diri

    Sam. Nama mereka terkenal di mana-mana. Mereka sering berpihak kepada saya

    dan menarik diri dari orang lain tanpa membuat orang-orang itu merasa

    tersinggung. Terlebih-lebih Sam, dia bisa menarik perhatian kelompok yang

    membangkang itu seperti apa yang dia inginkan, meskipun dengan caranya yang

    aneh. Walaupun setiap kali dia memerintahkan sesuatu dengan suara yang

    setengah keras dan agak lucu, tetapi hal itu selalu dikerjakan oleh mereka sehingga

    tugas saya menjadi ringan.

    Antara saya dan Sam diam-diam telah terjalin hubungan batin, saya

    mengartikan hubungan itu sebagai sebuah dukungan moril. Dia selalu melindungi

    saya, dan bagi saya, dia seperti seseorang yang tidak perlu ditanyai apakah dia

    setuju atau tidak. Saya hanya seorang greenhorn sementara dia adalah seorang

    westman yang berpengalaman, yang kata-kata dan tindakannya harus saya turuti.

    Setiap saat jika ada waktu dan kesempatan, dia memberi saya pelajaran teori dan

    praktek yang diperlukan di dunia Wild West dan harus dikuasai. Walau kelak saya

    mendapat pelajaran yang lebih tinggi dari Winnetou, harus saya akui bahwa Sam

    Hawkenslah guru yang meletakkan dasar bagi pendidikan saya. Sam bahkan

    mengajari saya melempar lasso dan mengijinkan saya berlatih melempar senjata

    berbahaya ini pada tubuhnya yang kecil dan pada kudanya. Ketika saya semakin

    berkembang dan suatu hari berhasil mengalungkan jerat pada setiap lemparan, dia

    sangat kegirangan dan berseru,

  • Ya itu bagus, tuan muda, begitulah caranya! Tetapi jangan menjadi

    sombong! Seorang kepala sekolah kadang-kadang harus memuji muridnya yang

    paling bodoh, agar murid itu belajar keras dan tidak mengulang kelas. Saya sudah

    menjadi guru beberapa westman muda seperti Anda. Mereka mempelajarinya jauh

    lebih mudah dan jauh lebih cepat memahami daripada Anda. Tetapi kalau Anda

    terus berlatih, mungkin saja orang tidak perlu menyebut Anda greenhorn lagi

    setelah enam atau delapan tahun. Sampai di sini Anda boleh merasa senang

    dengan pengalaman sebelumnya, bahwa seorang tolol sekali pun bisa menyamai

    atau bahkan melebihi seorang yang ahli, kalau saya tidak salah!

    Dia tampaknya mengatakan itu dengan sungguh-sungguh dan saya pun

    mendengarnya dengan seksama, tetapi saya tahu betul, sebenarnya dia bermaksud

    lain.

    Dari semua pelajaran ini, prakteklah yang paling saya senangi. Seandainya

    Sam Hawkens tidak ada, saya begitu disibukkan oleh pekerjaan sehingga saya

    tidak bisa menyempatkan diri untuk berlatih ketrampilan yang seharusnya dimiliki

    oleh seorang pemburu prairie. Di samping itu kami berlatih secara diam-diam.

    Latihan ini selalu dilakukan di tempat yang sangat jauh dari perkemahan, sehingga

    orang lain tidak bisa melihat kami. Sam memang menginginkan demikian. Ketika

    suatu saat saya menanyakan alasannya, dia menjawab,

    Semuanya demi Anda, Sir. Anda kurang terampil dalam perkara seperti itu,

    sehingga saya bahkan harus merasa malu dengan kemampuan Anda jika orang-

    orang lain melihat kita. Nah, sekarang Anda tahu alasannya, hihihihi. Camkanlah

    itu baik-baiki!

    Akibatnya seluruh anggota kelompok menganggap saya tidak bisa

    memegang senjata atau berkelahi. Tetapi hal itu tidak membuat saya sakit hati.

    Meskipun ada kendala-kendala yang mengganggu pekerjaan kami seperti

    yang sudah disebutkan sebelumnya, namun akhirnya pekerjaan kami mengalami

    kemajuan, sehingga mungkin seminggu lagi kami sudah bisa melanjutkan ke seksi

    berikutnya. Untuk menyampaikan hal itu, kami harus mengirim seorang kurir.

    Bancroft menjelaskan, bahwa dia akan melakukannya sendiri dengan membawa

    serta salah seorang westman sebagai pemandu. Penyampaian berita seperti itu

    sudah biasa, karena kami harus selalu berkomunikasi, baik dengan seksi

    sebelumnya maupun dengan seksi sesudahnya. Baru setelah itu saya tahu, bahwa

    insinyur yang menjadi pemimpin kami adalah seorang yang sangat rajin.

    Pada hari Minggu pagi ketika Bancroft akan berangkat, dia menganggap

    penting untuk mengadakan pesta perpisahan dengan acara minum-minum yang

    harus diikuti oleh semua orang. Saya sendiri tidak diundang dan Hawkens, Stone,

  • dan Parker juga tidak memenuhi undangan itu. Pesta minum-minum itu

    berlangsung sangat lama dan baru berhenti ketika Bancroft mulai berbicara

    melantur. Para pengikutnya pun sama mabuknya seperti Bancroft. Untuk

    sementara tidak ada lagi pembicaraan mengenai perjalanan yang direncanakannya.

    Dalam kondisi mabuk, mereka selalu melakukan hal yang sama, menyelinap ke

    belakang semak-semak untuk tidur.

    Apa yang bisa diperbuat sekarang? Kurir harus berangkat dan para pemabuk

    itu tertidur sampai sore. Satu-satunya jalan terbaik, sayalah yang harus berangkat.

    Tetapi bisakah saya pergi? Saya yakin, selama empat hari kepergian saya,

    pekerjaan kami akan tertunda. Ketika saya berunding dengan Sam Hawkens

    tentang hal itu, dia menunjuk dengan tangannya ke arah barat dan berkata,

    Anda tidak perlu berangkat, Sir. Anda bisa menitip pesan pada kedua orang

    yang datang itu .

    Ketika memandang ke arah yang ditunjuk, saya melihat dua orang

    penunggang kuda sedang mendekati kami. Keduanya berkulitputih, yang seorang

    saya kenal sebagai scout (pencari jejak). Dia telah beberapa kali mengantar berita

    kepada kami dari seksi terdekat. Di sampingnya ada seorang penunggang yang

    lebih muda. Dia tidak berpakaian seperti seorang pemburu prairie. Saya belum

    pernah melihatnya, dan pergi menyambut mereka. Ketika sudah berhadapan,

    mereka menghentikan kudanya. Orang yang tidak saya kenal itu menanyakan

    nama saya. Ketika saya menyebutkannya, dia memperhatikan saya dengan

    pandangan ramah dan berkata,

    Jadi, Anda pemuda Jerman yang mengerjakan semua pekerjaan di sini,

    sementara yang lain berbaring bermalas-malasan. Anda akan tahu, siapa saya

    kalau saya sebutkan nama saya, Sir! Nama saya White.

    White adalah nama kepala seksi terdekat di sebelah barat. Kami akan

    mengirim kurir kepadanya. Pasti dia sendiri mempunyai alasan, mengapa dia

    sendiri yang datang. Dia turun dari kuda, menjabat tangan saya dan melayangkan

    pandangannya ke arah perkemahan. Ketika dia melihat para pemabuk di belakang

    semak-semak dengan tong brandy, dia tersenyum sinis.

    Mereka mabuk ? tanya dia.

    Saya mengangguk.

    Semua?

    Ya. Mr. Bancroft berniat ke tempat Anda, namun sebelumnya ada pesta

    kecil, pesta perpisahan dengan minum-minum. Saya akan membangunkan dia dan

  • Jangan! dia memotong pembicaraan saya. Biarkan mereka tidur! Saya

    senang bisa bicara dengan Anda tanpa didengar oleh mereka. Marilah kita

    menyingkir dan jangan membangunkan mereka! Siapa ketiga pria yang berdiri di

    samping Anda?

    Sam Hawkens, Will Parker dan Dick Stone. Mereka adalah scout yang

    sangat handal.

    Ah, Hawkens, pemburu kecil yang hebat itu. Dia seorang pemburu yang

    tangkas! Saya sudah mendengar tentang dia. Ketiganya boleh bergabung dengan

    kita.

    Saya menuruti perintah itu dan melambaikan tangan pada mereka.

    Kemudian saya bertanya,

    Anda datang sendiri, Mr. White. Apakah ada sesuatu yang penting, yang

    Anda bawa untuk kami?

    Tidak ada, saya hanya ingin memeriksa dan saya juga ingin berbicara

    dengan Anda. Pekerjaan di seksi kami sudah selesai, sedangkan di seksi Anda

    belum.

    Penyebabnya adalah medan yang sulit dan saya ingin

    Saya tahu, saya tahu! dia memotong kalimat saya. Saya sudah tahu

    semuanya. Kalau saja Anda tidak bekerja keras tiga kali lipat daripada yang

    seharusnya, maka pekerjaan Bancroft pasti masih belum maju.

    Bukan begitu, Mr. White. Saya tidak tahu, bagaimana Anda bisa

    berpendapat keliru seperti itu. Saya bukan satu-satunya yang rajin. Itu memang

    kewajiban saya

    Tenang, Sir, tenang! Ada kurir yang selalu membawa berita dari seksi Anda

    kepada seksi kami dan sebaliknya. Saya telah memancing keterangan dari mereka,

    tanpa mereka sadari. Anda sangat rendah hati, Anda ingin melindungi para

    pemabuk ini. Tetapi saya ingin mengetahui kebenarannya. Sekarang saya

    menyaksikan sendiri, bahwa Anda begitu baik untuk berterus terang tentang

    mereka. Karena itu, saya tidak akan menanyai Anda. Saya akan bertanya kepada

    Sam Hawkens saja. Mari kita duduk di sini!

    Kami mendekat ke kemah. Dia duduk di rumput di depan kemah dan

    memberi isyarat dengan tangannya kepada kami agar melakukan hal yang sama.

    Ketika kami sudah duduk, dia mulai bertanya kepada Sam Hawkens, Stone dan

    Parker. Mereka menceritakan semua kebenaran kepada Mr. White tanpa melebih-

    lebihkan. Namun kadang-kadang saya memberikan komentar untuk menghaluskan

    kenyataan yang sebenarnya dan untuk membela rekan-rekan sekerja saya. Namun

  • komentar-komentar saya tidak dihiraukan oleh Mr. White. Sebaliknya berkali-kali

    dia meminta saya agar jangan menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya.

    Kemudian setelah dia mengetahui semuanya, dia meminta saya untuk

    menunjukkan gambar-gambar dan catatan harian kami. Sebenarnya saya tidak

    mau memenuhi keinginannya. Tetapi agar dia tidak tersinggung saya

    melakukannya juga karena saya tahu dia bermaksud baik. Dia memeriksa

    semuanya dengan seksama dan ketika dia bertanya pada saya, saya tidak bisa

    berbohong bahwa saya sendirilah yang menggambar dan menulis. Nyatanya tidak

    seorang pun dari rekan kerja saya yang menggoreskan pena atau menuliskan

    sebuah huruf.

    Tetapi dari catatan harian ini tidak terlihat, berapa jauh pengukuran yang

    dibuat oleh masing-masing, katanya. Anda sudah terlalu baik terhadap teman-

    teman Anda.

    Ketika itu Sam Hawkens memperhatikan dengan wajah yang cerdik.

    Rogoh saja sakunya, Mr. White! Di sana terdapat kaleng bekas ikan sardin.

    Ikan sardin sudah dikeluarkan dan kini di dalamnya diisi kertas-kertas. Pasti itu

    buku harian pribadi, kalau saya tidak salah. Isi buku harian itu pasti sangat

    berbeda dengan isi laporan resmi. Dalam laporan resmi dia menutup-nutupi

    kemalasan rekan-rekan sekerjanya.

    Sam tahu bahwa saya membuat catatan-catatan pribadi dan meletakkannya

    di dalam kaleng sardin yang sudah kosong. Saya merasa tidak enak karena Sam

    mengatakan hal itu. White meminta saya untuk menunjukkan catatan itu padanya.

    Apa yang harus saya lakukan? Pantaskah saya melindungi teman-teman yang

    memaksa saya harus membanting tulang untuk mereka tanpa pamrih, sementara

    mereka hanya diam saja? Saya tidak akan merugikan mereka. Selain itu rasanya

    tidak sopan menolak permintaan White. Karena itu, saya menyerahkan buku harian

    saya kepadanya, tetapi dengan syarat dia tidak boleh mengatakan kepada siapa

    pun tentang isinya.

    Dia membaca buku harian itu, mengembalikannya kepada saya dan berkata,

    Sebenarnya saya harus membawa catatan-catatan ini dan menyerahkannya

    kepada orang yang berwenang. Rekan-rekan kerja Anda adalah orang-orang yang

    tidak mampu dan tidak layak dibayar satu dollar pun. Sebaliknya Anda, mestinya

    Anda dibayar tiga kali lipat. Tetapi, terserah Anda. Saya hanya minta perhatian

    Anda, sebaiknya Anda menyimpan catatan pribadi ini dengan baik. Kelak catatan ini

    akan sangat bermanfaat. Sekarang mari kita bangunkan orang-orang terhormat

    itu.

  • Dia berdiri dan membuat keributan. Para gentlemen itu muncul dari balik

    semak dengan pandangan kosong dan wajah yang kusut. Bancroft hendak marah

    karena keributan itu menggangu tidurnya. Tetapi dia berubah sopan ketika saya

    mengatakan, bahwa Mr. White dari seksi terdekat datang. Keduanya belum pernah

    bertemu. Mula-mula Bancroft menawari tamunya segelas brandy. Tetapi dia

    menawari orang yang salah. White segera menggunakan tawaran ini sebagai alasan

    untuk menyindir. Sindiran seperti itu pasti belum pernah dilontarkan orang lain

    sebelumnya kepada Bancroft. Karena merasa heran dia diam sejenak, kemudian

    dia menghampiri White, memegang lengannya dan berteriak,

    Tuan, katakan segera siapa nama Anda?

    Nama saya, White. Anda pasti sudah pernah mendengarnya.

    Dan kedudukan Anda?

    Insinyur Kepala dari seksi terdekat.

    Apakah ada seseorang di antara kami yang boleh memberi perintah di seksi

    Anda?

    Saya kira tidak.

    Nah! Nama saya Bancroft dan saya Insinyur Kepala di seksi ini. Juga tidak

    seorang pun dari seksi Anda boleh memerintah saya, termasuk Anda, Mr. White.

    Memang benar bahwa kedudukan kita sama, kata White dengan tenang.

    Tidak seorang pun dari kita harus menerima perintah dari orang lain. Tetapi kalau

    yang seorang melihat bahwa yang lain itu merugikan usaha yang seharusnya

    dikerjakan bersama-sama, maka dia berkewajiban mengingatkan yang

    bersangkutan akan kesalahannya. Tampaknya waktu hidup Anda banyak

    dihabiskan bersama brandy. Saya hitung, di sini ada lima belas orang yang mabuk

    ketika saya tiba di sini dua jam yang lalu, dan ..

    Dua jam yang lalu? Bancroft memotong pembicaraannya. Jadi sudah lama

    Anda berada di sini?

    Memang, saya telah melihat peta-peta rancangan dan saya pun sudah

    mendapat penjelasan tentang siapa yang telah melakukannya. Ini memang benar-

    benar kehidupan pemalas. Hanya ada seorang yang mengerjakan seluruh

    pekerjaan, yaitu dia yang termuda di antara Anda semua!

    Bancroft berpaling pada saya dan mendengus.

    Pasti Andalah yang mengatakan hal itu dan bukan orang lain! Berbohonglah

    sekali lagi! Dasar pembohong, penghianat!

    Bukan, jawab White. Rekan muda ini justru telah bertindak sebagai

    gentleman dan dia hanya mengatakan hal-hal yang baik tentang Anda. Malahan dia

  • telah melindungi Anda. Saya sarankan, Anda meminta maaf padanya karena Anda

    telah menyebutnya pembohong dan penghianat.

    Minta maaf? Tidak akan! kata Bancroft sambil tertawa mengejek.

    Greenhorn ini tidak bisa membedakan segitiga dari segi empat, tetapi dia berlagak

    seperti seorang surveyor. Pekerjaan ini belum selesai karena semua yang dia

    lakukan salah dan kami harus membetulkannya. Kalau dia memfitnah dan

    menjelek-jelekkan kami pada Anda, maka.

    Dia berhenti bicara. Berbulan-bulan saya bersabar dan membiarkan orang-

    orang ini seenaknya berpendapat tentang saya. Kini tiba saatnya untuk

    menunjukkan kepada mereka, bahwa mereka keliru. Saya memegang lengan

    Bancroft dan menjepitnya sekeras mungkin, sehingga dia tidak bisa melanjutkan

    kalimatnya karena kesakitan. Lalu saya berkata,

    Mr. Bancroft, Anda terlalu banyak minum brandy dan tidak bisa tidur. Saya

    yakin, Anda masih mabuk dan perkataan Anda tadi di luar kesadaran Anda.

    Saya mabuk? Anda gila! jawabnya.

    Ya, mabuk! Karena kalau saya tahu Anda tidak mabuk dan dengan sengaja

    menggerutu seperti tadi, terpaksa saya harus membanting Anda ke tanah.

    Mengerti! Apakah Anda masih berani mengingkarinya?

    Saya masih mencengkeram lengannya kuat-kuat. Tentu dia tidak pernah

    mengira saya akan melakukan hal itu. Sekarang saya melihat dia ketakutan.

    Namun dia bukan orang yang lemah. Ekspresi wajah saya tampaknya membuat dia

    kaget. Meskipun dia tidak mengakui bahwa dia masih mabuk, tetapi dia juga tidak

    berani menyanggahnya. Karena itu dia meminta bantuan pada pemimpin kedua

    belas westman yang bernama Rattler. Seharusnya orang itu pun harus membantu

    kami.

    Mr. Rattler, Anda biarkan saja orang ini menyerang saya? Bukankah Anda

    di sini untuk melindungi kami?

    Rattler berperawakan tinggi besar dan tampaknya memiliki tenaga tiga

    sampai empat orang lelaki. Dia seorang pria kasar dan sekaligus teman minum

    Bancroft yang paling setia. Dia tidak menyukai saya dan sekarang dengan senang

    hati dia memanfaatkan kesempatan itu untuk melawan saya. Dengan cepat dia

    menghampiri saya dan memegangi lengan saya seperti yang masih saya lakukan

    terhadap Bancroft.

    Tidak, ini tidak bisa dibiarkan, Mr. Bancroft. Anak ini belum bisa memasang

    kaos kakinya dan sekarang mau mengancam orang dewasa serta menghina dan

    memfitnah mereka. Lepaskan tanganmu dari Mr. Bancroft, anak muda! Kalau tidak

    akan saya tunjukkan greenhorn macam apa kamu ini.

  • Perintah ini ditujukan kepada saya. Dia mengguncang-guncang tangan saya.

    Itu lebih baik bagi saya karena dia seorang lawan yang lebih kuat daripada sang

    Insinyur Kepala. Kalau saya memukulnya, pasti hasilnya lebih baik daripada kalau

    saya memukul Bancroft. Itu akan menunjukkan bahwa saya bukan pengecut. Saya

    menarik lengan saya dari tangannya dan menjawab,

    Saya seorang anak kecil, seorang greenhorn? Tarik kembali kata-kata Anda

    sekarang juga Mr. Rattler! Kalau tidak, saya akan membanting Anda ke tanah.

    Anda hendak membanting saya? dia tertawa. Greenhorn ini benar-benar

    konyol, sehingga .

    Dia tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena saya meninju pelipisnya,

    sehingga dia limbung seperti sebuah karung jatuh dan terkapar pingsan. Beberapa

    saat kemudian suasana hening. Kemudian salah seorang kawan Rattler berteriak,

    All devils! Apakah kita akan menonton saja Dutchman ini memukul

    pemimpin kita. Balas keparat ini!

    Dia menyergap saya. Saya menyambutnya dengan sebuah tendangan ke

    arah perutnya. Cara ini akurat untuk menjatuhkan lawan, namun saya harus

    menjaga keseimbangan badan karena hanya bertumpu pada satu kaki. Orang itu

    roboh. Pada saat yang sama, saya menindih badannya dan saya meninju pelipisnya

    sampai dia pingsan. Kemudian saya cepat-cepat melompat, mengeluarkan kedua

    revolver dari ikat pinggang dan berteriak,

    Siapa lagi, ayo maju!

    Teman-temannya sebenarnya ingin membalaskan dendam karena kedua

    temannya yang terkapar. Mereka saling melempar pandang seolah-olah bertanya.

    Tapi saya memperingatkan!

    Hei, dengarkan saya! Siapa berani melangkah ke arah saya atau

    mengambil senjata, akan saya tembak! Kalian mengira saya seorang greenhorn

    biasa seperti yang selalu kalian bayangkan. Akan saya buktikan bahwa seorang

    greenhorn Jerman dapat melawan dua belas westman macam kalian!

    Ketika itu Sam maju dan berdiri di samping saya sambil berkata,

    Dan saya, Sam Hawkens, ingin mengingatkan kalian, kalau saya tidak

    salah. Greenhorn muda dari Jerman ini berada di bawah perlindungan saya. Siapa

    berani menyentuh rambutnya sekali pun, sebutir peluru akan menembus tubuhnya.

    Kalian lihat bahwa saya sangat serius, hihihihi.

    Dick Stone dan Will Parker merasa berkewajiban untuk ikut berdiri di

    samping saya untuk menunjukkan bahwa mereka sependapat dengan Sam

    Hawkens. Tindakan mereka itu sangat berpengaruh pada pihak lawan. Mereka

    berpaling dari saya, menggumamkan umpatan dan ancaman serta mulai sibuk

  • menyadarkan kedua rekannya yang pingsan. Bancroft menganggap bahwa yang

    paling aman baginya adalah masuk ke dalam kemah. White memandang saya

    dengan terheran-heran. Sekarang dia menggelengkan kepala dan berbicara dengan

    nada penuh keheranan.

    Tetapi Sir, sungguh mengerikan! Saya tidak ingin berurusan dengan tangan

    Anda. Anda layak disebut Shatterhand, karena Anda telah merobohkan orang yang

    tinggi besar dengan sekali pukulan. Hal seperti itu belum pernah saya lihat

    sebelumnya.

    Julukan itu tampaknya membuat si Hawkens kecil merasa senang. Dia

    terkekeh-kekeh kegirangan,

    Shatterhand, hihihihi! Seorang greenhorn mendapat julukan pahlawan

    perang bahkan sehebat itu! Ya, kalau seorang greenhorn di bawah asuhan Sam

    Hawkens, pasti dia menjadi orang besar, kalau saya tidak salah. Shatterhand, Old

    Shatterhand! Seperti Old Firehand, westman terkenal yang juga kuat seperti seekor

    beruang. Bagaimana pendapat kalian tentang nama ini, Dick, Will?

    Saya tidak mendengar jawaban mereka karena saya harus memusatkan

    perhatian saya pada White. Dia menarik tangan saya dan menuntun saya ke pinggir

    lalu berkata,

    Saya benar-benar suka pada Anda, Sir. Apakah Anda mau ikut dengan

    saya?

    Mau atau tidak, Mr. White, saya tidak boleh.

    Mengapa?

    Karena kewajiban, saya harus tetap berada di sini.

    Pshaw! Saya yang bertanggung jawab.

    Itu tidak berguna bagi saya, kalau saya tidak bisa mempertanggung-

    jawabkannya sendiri. Saya telah dikirim ke sini, untuk membantu mengerjakan

    seksi ini, dan saya tidak boleh pergi, karena kami belum selesai.

    Bancroft akan menyelesaikannya bersama tiga rekannya.

    Ya, tetapi kapan dan bagaimana? Tidak, saya harus tinggal.

    Tetapi pikirkanlah, itu berbahaya bagi Anda!

    Mengapa?

    Anda masih bertanya juga? Anda seharusnya mengerti, bahwa orang-orang

    ini sudah menganggap Anda sebagai musuh.

    Saya tidak menganggap mereka musuh dan saya tidak melakukan apa-apa

    terhadap mereka.

  • Benar, atau tepatnya sampai sebelum peristiwa tadi. Tetapi sekarang

    setelah Anda merobohkan dua di antara mereka, timbul permusuhan antara Anda

    dan mereka.

    Mungkin. Tetapi saya tidak takut kepada mereka. Justru kedua pukulan

    saya tadi pasti telah membuat mereka segan terhadap saya. Selain itu mereka

    tidak akan berani menantang saya. Bagaimana pun Sam Hawkens, Stone dan

    Parker berpihak pada saya.

    Terserah Anda. Keinginan manusia sangat muluk, meskipun sering juga

    menjerumuskannya. Sebenarnya saya dapat memanfaatkan Anda. Tetapi maukah

    Anda mengantarkan saya pulang beberapa kilometer saja?

    Kapan?

    Sekarang.

    Anda mau segera berangkat, Mr. White?

    Ya, saya sudah tahu keadaan di sini, sehingga saya tidak perlu berlama-

    lama tinggal di sini.

    Tetapi Anda harus makan dulu, sebelum berangkat, Sir!

    Tidak usah. Kami membawa bekal di dalam tas pelana.

    Anda tidak ingin berpamitan dengan Bancroft ?

    Tidak.

    Tetapi bukankan Anda datang ke sini untuk membicarakan masalah

    pekerjaan dengannya?

    Memang. Tetapi hal itu bisa juga saya katakan pada Anda. Bahkan Anda

    akan lebih paham daripada dia. Semula saya ingin mengingatkan dia tentang orang

    kulitmerah.

    Apakah Anda melihat mereka?

    Tidak secara langsung, hanya dari jejak mereka. Kini sudah musimnya,

    mustang dan bison berpindah tempat, bergerak ke selatan. Pada saat itu orang

    kulitmerah meninggalkan kampungnya, untuk berburu dan mengumpulkan daging.

    Suku Kiowa tidak perlu ditakuti, karena sudah ada kesepakatan antara kita dengan

    mereka tentang rel kereta itu. Akan tetapi suku Comanche dan Apache belum tahu

    tentang itu. Karena itu kita tidak boleh terlihat oleh mereka. Untunglah, pekerjaan

    saya telah selesai dan saya akan meninggalkan daerah ini. Berusahalah agar Anda

    juga cepat selesai! Wilayah ini dari hari ke hari akan semakin berbahaya. Pasanglah

    pelana kuda Anda dan tanyakan Sam, apakah dia mau ikut?

    Tentu saja Sam mau.

    Sebenarnya hari ini saya mau bekerja. Tetapi ini hari Minggu. Pada hari ini

    setiap orang Kristiani berkumpul dan melaksanakan kewajiban agamanya,

  • sekalipun mereka berada di hutan belantara. Karena itu saya tidak bekerja. Saya

    mendatangi kemah Bancroft dan mengatakan kepadanya, bahwa hari ini saya tidak

    akan bekerja karena bersama Sam Hawkens saya akan mengantar White.

    Peduli amat dan semoga Anda celaka! jawabnya. Saya tidak

    mengharapkan bahwa doa yang kejam itu terkabul dalam waktu dekat.

    Sudah berapa hari saya tidak menunggang kuda. Kuda saya meringkik

    kegirangan ketika saya memasangkan pelana. Kuda itu sangat tahan uji dan saya

    akan sangat senang mengabarkan hal ini kepada si tua Henry, sang pembuat

    senapan.

    Kami berkuda dengan riang di hari musim gugur yang indah sambil

    berbincang tentang rencana pembuatan keretaapi yang hebat itu dan tentang

    segala hal yang ada di dalam hati kami. White memberikan petunjuk penting

    kepada saya yang berkaitan dengan penyambungan rel ke seksinya. Menjelang

    siang hari kami berhenti di tepi sebuah mata air untuk menikmati makanan

    seadanya. Kemudian White bersama scoutnya melanjutkan perjalanan, sedangkan

    kami masih tinggal beberapa saat sambil berbaring untuk membicarakan hal-hal

    yang bersifat keagamaan.

    Hawkens ternyata pria yang saleh namun dia tidak mau memperlihatkannya

    kepada orang lain. Sesaat sebelum kami berangkat pulang, saya membungkukkan

    badan ke mata air untuk menciduk air dan minum dengan tangan. Saat itu saya

    melihat jejak telapak kaki dalam air yang bening. Tentu saja saya memberitahu

    Sam. Dia mengamati jejak kaki itu dengan seksama dan berkata,

    Apa yang diperingatkan Mr. White kepada kita tentang Indian memang

    benar.

    Sam, maksud Anda, jejak ini berasal dari seorang Indian?

    Ya, jejak mokassin (sepatu Indian). Bagaimana perasaan Anda, Sir?

    Saya sama sekali tidak merasakan apa-apa.

    Fi! Anda pasti memikirkan atau merasakan sesuatu.

    Apa yang harus saya pikirkan, selain seorang Indian telah datang ke sini.

    Jadi Anda tidak takut ?

    Tidak.

    Ya, Anda tidak mengenal orang kulitmerah.

    Tapi saya berharap bisa berkenalan dengan mereka. Mereka pasti seperti

    manusia lain, seperti musuh-musuhnya dan teman-temannya. Karena itu saya

    tidak berniat memusuhi mereka. Jadi, saya kira, saya tidak perlu takut terhadap

    mereka.

  • Anda memang greenhorn, dan akan tetap begitu selamanya. Jangan yakin

    untuk dapat memperlakukan orang kulitmerah sebagaimana niat Anda itu.

    Kenyataannya akan sangat berbeda. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak akan

    bergantung pada keinginan Anda. Anda akan mengalaminya, saya harap

    pengalaman ini tidak harus dibayar dengan cedera atau bahkan nyawa Anda.

    Kapan kira-kira Indian itu berada di sini?

    Kira-kira dua hari yang lalu. Kita