pancasila (ham)
TRANSCRIPT
NAMA : SETO PRABOWO EPSA
NIM : H1A110086
MK : PANCASILA
1. Uraikan yang menurut pendapat anda adalah sebuah pelanggaran HAM yang pernah
terjadi di Indonesia!
Indonesia secara tiba-tiba dikejutkan oleh pertikaian etnis yang terjadi di wilayah
provinsi Kalimantan Tengah pada pertengahan bulan Februari tahun 2001. Pertikaian yang
secara umum melibatkan etnis Dayak dan Madura ini diperkirakan telah mengakibatkan
1373 orang meninggal dunia, 93 orang luka-luka, lebih dari 5000 orang hilang dan tidak
ditemukan sampai saat ini, 1304 rumah beserta 250 kendaraan bermotor dirusak dan dibakar
serta sebanyak 88164 orang mengungsi (Data Dinaskertrans dan Kepolisian Daerah
Kalimantan Tengah).
Pertikaian terjadi dikarenakan berbagai aspek dan terdapat banyak perbedaan
pandangan terhadap penyebab terjadinya konflik. Pertikaian yang bermula di Kota Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur ini dengan cepat menyebar ke kota lainnya seperti Palangka
Raya, Kab. Kotawaringin Barat dan Kab. Kapuas.
Berikut Kasus Pelanggaran HAM yang terjadi saat konflik antar etnis di Kalimantan
Tengah:
a. Pembunuhan berencana (Perampasan hak hidup seseorang)
b. Penjarahan
c. Pemusnahan harta benda milik orang lain
d. Pemerkosaan
e. Penganiayaan
f. Tindakan yang menyebabkan orang lain mengalami gangguan psikologis atau trauma
yang berkepanjangan
g. Tindakan melawan hukum lainnya
1
2. Apa yang anda dapat lakukan untuk mengurangi/menghilangkan pelanggaran HAM
tersebut?
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM
kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi untuk menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.
Dalam masalah ini hal yang bisa saya lakukan sebagai mahasiswa untuk mengurangi
atau menghilangkan pelanggaran HAM di atas adalah dengan mengupayakan mediasi antara
kedua etnis yang bertikai agar akar masalahnya jelas dan dapat diselesaikan secara baik-baik.
Dengan demikian pertikaian dan pertumpahan darah yang sia-sia dapat dihindari. Selain itu
menjaga hubungan baik dan saling menghormati antara etnis yang berbeda juga sangat
penting agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
3. Buatlah pemecahan masalah yang seharusnya dilakukan atas pelanggaran HAM
tersebut!
Pada Saat konflik berlangsung, dan setelah konflik mulai reda berikut langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi permasalahan di lapangan maupun secara tekhnis peraturan bukan lapangan yaitu dengan menempuh jalur Hukum, di Kalimantan Tengah :
Pemerintah Mengambil Keputusan sesuai dengan Landasan Hukum yang mengacu pada HAM dan daerah operasi Militer untuk konflik. Rapat Paripurna Komnas HAM tanggal 3 April 2001 menyepakati pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Sampit/Kalteng yang selanjutnya dituangkan dalam SK Nomor 024/KOMNAS HAM/ V/ 2001 tanggal 5 Mei 2001.
Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Sampit/Kalteng didasarkan atas :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
c. Keputusan Rapat Paripurna Komnas HAM tanggal 3 April 2000.
d. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 024/KOMNAS HAM/V/2001 tanggal 5 Mei 2001 tentang Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Sampit/Kalimantan Tengah.
2
e. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 027/KOMNAS HAM/V/2001 tanggal 5 Mei 2001 tentang Pengangkatan Nara Sumber, Asisten Penyelidikan dan staf Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Propinsi Kalimantan Tengah.
f. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 33/KOMNAS HAM/VII/2001 tanggal 27 Juli 2001Tentang Penetapan Pengangkatan Nara Sumber Tambahan KPP HAM Sampit/Kalteng.
g. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 34/KOMNAS HAM/VII/2001 tentang Perpanjangan Kerja KPP HAM Sampit/Kalteng
Tugas KPP HAM Sampit/Kalteng adalah :
a. Mengumpulkan dan mencari berbagai data, informasi dan fakta tentang berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang berat pada saat dan setelah terjadinya kerusuhan antar etnis di Sampit dan Palangka Raya.
b. Menganalisa akar masalah penyebab meletusnya konflik antar etnis di Sampit dan Palangka Raya untuk dapat menyampaikan alternatif solusi menciptakan perdamaian menuju rekonsiliasi.
c. Menyelidiki tingkat keterlibatan aparatur negara atau badan atau kelompok lain dalam pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi sejak diundangkannya Undang-Undang Pengadilan HAM No. 26/2000.
d. Mencocokan antara temuan-temuan bukti di lapangan dengan data-data yang dihimpun secara komperehensif dan terpadu.
e. Merumuskan dan menyampaikan hasil penyelidikan kepada Rapat Paripurna sebagai dasar penyusunan rekomendasi Komnas HAM untuk diteruskan menjadi penyidikan oleh Kejaksaan Agung.
KPP HAM Sampit/Kalteng melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan dan diperpanjang selama 1 bulan sejak tanggal 5 Mei 2001 sampai dengan tanggal 5 September 2001.
Kepolisian Republik Indonesia Daerah Kalimantan Tengah telah menangkap puluhan masyarakat local (Etnis Dayak) yang terlibat langsung dalam kerusuhan tetapi setelah proses penyidikan dilakukan mereka dilepas kembali, dengan alasan ada tekanan dari ketua adat masyarakat setempat.
Rekonsiliasi perjanjian damai antara kedua pihak, yaitu etnis dayak sebagai warga asli dan etnis Madura sebagai pendatang menghasilkan beberapa keputusan yaitu :
1. Pemerintah harus segera menghentikan pembunuhan dan pembasmian terhadap etnis Madura di Kal-Teng.
2. Menyerukan agar aparat bertindak tegas jangan berat sebelah.
3. Menyerukan kepada Pemerintah untuk memberikan bantuan makanan dan kesehatan kepada para pengungsi yang hampir puluhan ribu jiwa
3
4. Menyerukan kepada LSM HAM untuk segera mengadakan infestigasi terhadap pelanggaran HAM di Sampit.
5. Mendesak Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum untuk segera mengadili Provokator yang mendalangi kerusuhan Sampit. Menyerukan kepada tokoh-tokoh partai politik dan pimpinan-pimpinan organisasi Islam untuk mendesak Pemerintah agar menghentikan kerusuhan di Kal-Teng dan bertindak tegas.
6. Meminta kepada etnis Madura untuk meninggalkan Kalimantan Tengah secepatnya sampai keadaan benar-benar kembali normal. Dan tidak membuat tindakan-tindakan yang memicu konflik susulan.
7. Meminta kepada Pemerintah Pusat untuk menarik Pasukan Nasional keluar dari Wilayah Kalteng.
8. Pembebasan Wilayah Daerah dari DOM menjadi Siaga I.
Proses Perjanjian Perdamaian berikutnya dibahas tiga Bulan setelah diterbitkannya perjanjian ini. Serta segala Proses Hukum yang menyangkut Konflik akan diserahkan kepada pemerintah Daerah Kalimantan Tengah. Pengembalian para Warga Pendatang yang berada di provinsi Kalimantan Tengah
dilakukan secara bertahap dan seluruh biaya ditanggung oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten daerah Konflik.
Pengawalan Keamanan Warga Pendatang non-Madura juga diperketat agar tidak menjadi korban amukan atau menjadi konflik susulan yang berkepanjangan.
Pengamanan Daerah Konflik yang memiliki aset barang berharga agar tidak terjadi penjarahan dan kasus kejahatan lainnya.
Pengamanan dengan bentuk razia senjata tajam dan senjata api, pemberlakuan jam malam serta pengamanan pos-pos kepolisian ditingkatkan.
Serta pengamanan Masyarakat dalam bentuk Lainnya.
Dari usaha-usaha pemerintah diatas, telah terlaksana dengan baik dan tepat, khususnya masalah dilapangan yang berdampak positive dengan tidak meluasnya konflik ke berbagai daerah di Kalimantan Tengah bahkan Kalimantan, tetapi dalam proses hukum terutama menyangkut masalah Pelanggaran HAM tidak dapat terselesaikan sampai kasus ini dinyatakan ditutup oleh Komnas HAM bahkan sampai sekarang.
4