pancasila

1
TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA NAMA : Yunuta Lufiana NIM : 131810101015 FAKULTAS : MIPA KELAS : PCL 02 Sistem Noken dalam Demokrasi Indonesia dalam Proses Pemilihan Umum Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilakukan secara langsung,umum,bebas dan rahasia (Luber) jujur dan adil (Jurdil) berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 dalam NKRI. LuberJurdil merupakan hak Warga Negara dalam proses Pemilihan Umum, Masyarakat bisa secara bebas dan rahasia memilih Calon sesuai hati nuraninya, Jujur dan Adil tentunya Pemilu dilaksanakan tanpa adanya kecurangan yang mencederai demokrasi di Indonesia ini. Namun berbeda dengan sistem noken yang dilakukan di papua . Sistem noken di papua adalah sistem pemilihan umum dengan mekanisme adanya kesepakatan dari Masyarakat setempat yang dilakukan pada Tempat Pemungutan Suara (TPS), dengan surat kuasa yang akan diisikan pada noken. Sistem noken ini sudah berlaku di Papua selama empat dekade, tepatnya sejak pemilu tahun 1971. sisten noken atau ikat mayoritas dilakukan daearah tersebut ada di daerah pegunungan tengah Papua. Dalam proses pemilu di Papua, sistem noken tersebut dalam prakteknya ada dua cara. Cara pertama, melalui kesepakatan dari masyarakat dengan ketua adat setempat di Papua untuk memilih salah satu calon, baik calon dari Pileg, Pilkada, maupun pasangan calon di Pilpres. Cara kedua adalah dengan model ikat. Mirip dengan model noken, hanya saja dalam model ini masyarakat adat Papua tidak punya banyak pilihan selain pilihan yang diarahkan oleh kepala suku atau kepala adat setempat. metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakuakn pemilu yang jujur, bebas, dan rahasia Karena semua orang tahu siapa yang meraka pilih. Sebagian masyarakat merasa sistem noken tidak demokratis dan sudah mencederai azas pemilu Indonesia ini, namun kita juga harus melihat dari aspek hukum yang lainnya, Provinsi Papua adalah Provinsi yang diberikan hak istimewa oleh konstitusi kita, dalam pasal 18B ayat (1) dan (2) UUD RI Tahun 1945 dijelaskan dalm pasal 18B ayat (1), “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintah Daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dalam undang-undang” Artinya kebiasaan adat masyarakat papua menggunakan koken dalam Pemilihan Umum dianggap sah secara hukum, karena itu merupakan hak tradisional Papua yang mendekatkan pada musyawarah untuk memilih Pemimpin. Untuk kedepannya sistem noken harus dikonsolidasikan agar penerapannya dapat dilaksanakan lebih tertib untuk menghindari adanya kecurangan yang mencederai demokrasi di Indonesia ini. Dengan demikian, tidak ada lagi pihak yang mempersoalkan sistem pemilihan yang telah menjadi salah satu warisan budaya adat Indonesia, khususnya masyarakat Papua tersebut.

Upload: yunita-lufiana

Post on 25-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

NAMA : Yunuta Lufiana NIM : 131810101015 FAKULTAS : MIPA KELAS : PCL 02

Sistem Noken dalam Demokrasi Indonesia dalam Proses Pemilihan Umum

Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilakukan

secara langsung,umum,bebas dan rahasia (Luber) jujur dan adil (Jurdil)

berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 dalam NKRI. LuberJurdil

merupakan hak Warga Negara dalam proses Pemilihan Umum, Masyarakat bisa

secara bebas dan rahasia memilih Calon sesuai hati nuraninya, Jujur dan Adil

tentunya Pemilu dilaksanakan tanpa adanya kecurangan yang mencederai

demokrasi di Indonesia ini. Namun berbeda dengan sistem noken yang dilakukan

di papua .

Sistem noken di papua adalah sistem pemilihan umum dengan mekanisme adanya

kesepakatan dari Masyarakat setempat yang dilakukan pada Tempat Pemungutan

Suara (TPS), dengan surat kuasa yang akan diisikan pada noken. Sistem noken ini

sudah berlaku di Papua selama empat dekade, tepatnya sejak pemilu tahun 1971.

sisten noken atau ikat mayoritas dilakukan daearah tersebut ada di daerah

pegunungan tengah Papua.

Dalam proses pemilu di Papua, sistem noken tersebut dalam prakteknya

ada dua cara. Cara pertama, melalui kesepakatan dari masyarakat dengan ketua

adat setempat di Papua untuk memilih salah satu calon, baik calon dari Pileg,

Pilkada, maupun pasangan calon di Pilpres. Cara kedua adalah dengan model ikat.

Mirip dengan model noken, hanya saja dalam model ini masyarakat adat Papua

tidak punya banyak pilihan selain pilihan yang diarahkan oleh kepala suku atau

kepala adat setempat. metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakuakn

pemilu yang jujur, bebas, dan rahasia Karena semua orang tahu siapa yang meraka

pilih. Sebagian masyarakat merasa sistem noken tidak demokratis dan sudah

mencederai azas pemilu Indonesia ini, namun kita juga harus melihat dari aspek

hukum yang lainnya, Provinsi Papua adalah Provinsi yang diberikan hak istimewa

oleh konstitusi kita, dalam pasal 18B ayat (1) dan (2) UUD RI Tahun 1945

dijelaskan dalm pasal 18B ayat (1),

“Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintah Daerah yang

bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dalam undang-undang”

Artinya kebiasaan adat masyarakat papua menggunakan koken dalam Pemilihan

Umum dianggap sah secara hukum, karena itu merupakan hak tradisional Papua

yang mendekatkan pada musyawarah untuk memilih Pemimpin.

Untuk kedepannya sistem noken harus dikonsolidasikan agar

penerapannya dapat dilaksanakan lebih tertib untuk menghindari adanya

kecurangan yang mencederai demokrasi di Indonesia ini. Dengan demikian, tidak

ada lagi pihak yang mempersoalkan sistem pemilihan yang telah menjadi salah

satu warisan budaya adat Indonesia, khususnya masyarakat Papua tersebut.