pamali pada masyarakat kristen suatu kajian …

44
i PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN SOSIO-TEOLOGIS TERHADAP GEREJA KRISTEN SUMBA JEMAAT KABALIDANA CABANG MILLA ATE DI DESA UMBAROTTOK SUMBA BARAT DAYA Oleh : Maria Fransiska Eka Putri Ayu Lede 712015067 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Ilmu Teologi, Fakultas Teologi Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

i

PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN

SUATU KAJIAN SOSIO-TEOLOGIS TERHADAP GEREJA KRISTEN

SUMBA JEMAAT KABALIDANA CABANG MILLA ATE DI DESA

UMBAROTTOK SUMBA BARAT DAYA

Oleh :

Maria Fransiska Eka Putri Ayu Lede

712015067

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi : Ilmu Teologi, Fakultas Teologi

Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

ii

Page 3: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

iii

Page 4: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

iv

Page 5: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

v

Page 6: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Pamali Pada Masyarakat Kristen Suatu Kajian Sosio Teologis Terhadap Gereja

Kristen Sumba Jemaat Kabalidana Cabang Milla Ate Di Desa Umbarottok Sumba

Barat Daya” mulai dari seminar proposal, riview jurnal dan penyelesaian penulisan

TA. Penelitian dan penulisan tugas akhir ini merupakan syarat kelulusan dan guna

mendapatkan gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Ilmu Teologi Fakultas

Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Berkat bantuan dari beberapa pihak,

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang terlibat mulai

dari awal menggerjakan tugas akhir hingga penyelesaian tugas akhir, yaitu kepada:

1. Keluarga tercinta, terkhususnya kedua orang tua, Samuel Ngongo Lede dan

Theresiana Bulu, yang selalu memberi dukungan doa, kasih sayang,

motivasi, semangat dan materi kepada penulis selama proses perkuliahan

hingga menyelesaikan pendidikan. Kepada adik-adik tersayang, Fanti Lede,

Jimmi Ate, si kembar adit dan aril, dan semua keluarga besar yang juga

selalu memberikan dukungan baik itu moral dan moril sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan.

Seluruh angkatan, dosen, pegawai dan staff tata usaha serta cleaning servise

Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana atas seluruh pelayanan,

kerja sama, dan dukungan bagi kami, khususnya penulis selaku mahasiswi

Fakultas Teologi.

2. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu dan Dr. David Samiyono selaku dosen

pembimbing yang selalu sabar dan penuh ketulusan serta tanggung jawab

untuk membimbing, menuntun, dan mengarahkan, serta memberikan

semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

3. Pdt. Prasetyawan Koesworo selaku supervisor lapangan PPL I – VIII, dan

mama Pdt. Sofiani Talo, selaku supervisor lapangan PPL X atas seluruh

dukungan dan bimbingan selama penulis melakukan proses PPL, tidak

hanya sebagai upaya memenuhi tuntutan pendidikan, tetapi juga sebagai

Page 7: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

vii

sumber pengalaman dan pengetahuan lapangan yang sangat bermanfaat

bagi penulis.

4. Seluruh majelis dan jemaat GKS Kenduwela yang menjadi tempat bagi

penulis mendapatkan berbagai pembelajaran serta pengalaman untuk

menjadi seorang pendeta yang dapat melayani dengan baik.

5. Angkatan 2015 tersayang yang tidak pernah memiliki rasa malu ketika

bersama, selalu solid dalam keadaan apapun meskipun sudah sibuk dengan

berbagai urusan masing-masing namun tetap meluangkan waktu untuk

dapat bercerita bersama terutama dalam mengisi hari-hari penulis sampai

dapat menyelesaikan Pendidikan dengan baik.

6. Bacot Family atau yang biasa disebut Salah Fakultas yang masih mau

menjadi keluarga sampai penulis mengakhiri studi di UKSW. Ada banyak

suka dan duka serta berbagai masalah yang dilalui bersama tidak membuat

bacot family terpisah namun semakin memperkuat kekeluargaan. Untuk

Agi Manafe, Angel Dima, Inger Manimoy, Lena Bani, Vian silahoij, Desi

Thene, Filda Lakumani, Rano Ginting, Maron Burupau, terimakasih masih

mau berteman sampai saat ini dan untuk selamanya. KALIAN TERBAIK.

7. Saudara terkasih Veronika Maria Goreti Ghunu, Yustina Albertha Bela,

Yunifa Manu Milla serta setiap orang yang sudah seperti saudara namun

tidak bisa disebutkan tetapi akan selalu hadir dalam setiap untaian doa.

Kalian dihadirkan Tuhan untuk melengkapi hidup penulis, mungkin tanpa

dukungan doa, motivasi, canda-tawa, serta berbagai bahan gosip yang kita

biacarakan penulis tidak akan bisa sampai ke tahap ini. KALIAN

LUARBIASA.

8. Monica keju dan andreas yang senantiasa setia menemani penulis dalam

keadaan apapun dan meskipun dalam kesibukan selalu menyempatkan

waktu untuk berkumpul bersama. Penulis sangat bersyukur kita dapat

bertemu dalam perbedaan di IICF penulis tidak menyangka sampai saat ini

kita masih berteman dengan baik, saling berbagi sukacita melalui canda

tawa, gibahan tentang orang lain, maupun materi dewasa hehe. Jangan

pernah melupakan, dan jangan pernah berhenti merindu memang sedih

Page 8: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

viii

ketika nantinya akan berpisah tetapi setidaknya ada kenangan yang pernah

kita ukir, Luv yaaaaa.

9. Keluarga PERWASUS terkhususnya angkatan 15 yang senantiasa

menghiasi kehidupan penulis selama berada di UKSW, kos Candy Ladies

tercinta yang mau menerima penulis untuk menjadi keluarga dalam satu

atap meskipun berbagai masalah terus menghampiri tetapi kita masih tetap

bersama hingga penulis menyelesaikan studi.

10. Segala warung makan di wilayah kemiri terkhususnya warung makan bu

Tuntun yang menjual makanan dengan harga anak kos sehingga daging

babi, daging ayam, gorengan serta sayuran dapat dinikmati dalam satu

piring. Untuk warung sayur bude penulis sangat mengucapkan terimakasih

untuk bahan makanan dengan harga terjangkau tanpa harus berbelanja ke

pasar raya. Makanan yang dinikmati oleh penulis sangat membantu penulis

dengan perut yang selalu terisi penuh sehingga membuat penulis semangat

dalam mengerjakan Tugas Akhir.

Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Penulis

memohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam penulisan naskah Tugas

Akhir ini. Terimakasih

Salatiga, 10 Agustus 2019

Maria Fransiska Eka Putri Ayu Lede

Page 9: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

ix

MOTTO

I can do all things through Christ which

strengtheneth me

(Philippinas 4 : 13)

Page 10: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALITI DAN PUBLIKASI ................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi-viii

MOTTO ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

1. PENDAHULUAN ....... ........................................................................... 1

1.1. Latar belakang .................................................................................. 1

1.2. Metode penelitian ............................................................................. 6

2. LANDASAN TEORI .............................................................................. 8

2.1. Kebudayaan ....................................................................................... 9

2.2. Tabu................................................................................................. 11

3. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 15

3.1. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................. 15

3.2.Situasi geografis kecamatan wejewa barat desa waimangura ......... 17

3.3.Keadaan Demografis ......................................................................... 18

3.4. Kondisi Perekonomian ................................................................... 18

3.5.Sistem Kekerabatan ........................................................................... 19

3.6.Keagamaan ........................................................................................ 20

3.7.Pamali ................................................................................................ 21

4. ANALISA ............................................................................................. 26

4.1.Pamali dalam Sosiologi ..................................................................... 26

4.2.Analisis Teologi ................................................................................ 29

5. PENUTUP ............................................................................................. 31

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 31

5.2. Saran ............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34

Page 11: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

xi

ABSTRAK

Agama menjadi suatu aspek penting dalam kehidupan manusia dan agama

juga sebagai sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan. Namun tidak semua

memiliki keyakinan terhadap agama. Salah satunya kepercayaan terhadap arwah

para leluhur yang diyakini pada sebuah tempat maupun benda disebut Pamali dan

hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukan komunikasi yang disebut

ketua adat. Agama juga berkaitan dengan kebudayaan yang dimana kebudayaan

adalah hal yang berhubungan dengan akal dan budi manusia terhadap sesuatu. Dua

komponen antara agama dan kebudayaan akan memunculkan yang disebut tabu.

Tabu adalah hal yang dipahami sebagai sesuatu yang terlarang. Penulis melihat

sesuatu hal menarik ketika ada orang Kristen yang juga berpartisipasi dalam

upacara adat dan masih mempercayai Pamali. Terkadang Pamali dihubungkan

dengan berbagai cerita mitos yang dipercayai masyarakat setempat sehingga tujuan

dari penulisan ingin melihat pemahaman terhadap Pamali serta alasan-alasan dasar

yang membuat orang Kristen masih mempercayai Pamali. Penelitian akan

dilakukan di Desa Umbarottok terkhususnya pada Jemaat Gereja Kristen Sumba

(GKS) Kabalidana cabang Milla Ate dengan metode penelitian yang digunakan

yaitu kualitatif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan melaui observasi serta

wawancara. Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan ialah apa dan

mengapa orang Kristen masih melakukan dan menaati Pamali. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan bahwa pamali sebagaimana diartikan sebagai aturan yang

dipercayai dapat membawa kedamaian jika ditaati dan membawa malapetaka jika

dilanggar. Hal tersebut terjadi di Gereja Kristen Sumba (GKS) Kabalidana cabang

Milla Ate yang masyarakatnya mempercayai perihal Marapu. Karena hal tersebut

sebagai bentuk kebudayaan masyarakat setempat dan hal yang tabu bagi jemaat.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya bentuk-bentuk Pamali seperti tidak boleh

meludah atau mengeluarkan kata kasar didalam rumah adat karena rumah adalah

kebanggaan para leluhur, oleh karena itu kedisiplinan dan sopan santun diterapkan

dalam rumah adat.

Kata kunci : Pamali, masyarakat kristen, kebudayaan, gereja kristen sumba (gks)

jemaat kabalidana cabang milla ate.

Page 12: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara

Timur, Indonesia yang adalah hasil dari pemekaran Kabupaten Sumba Barat pada

UU No 16 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Sumba Barat Daya dalam

Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4692) sehingga menjadi salah satu Kabupaten dari 21 Kabupaten/ kota Madya di

Provinsi Nusa Tenggara Timur1. Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan salah

satu Kabupaten yang berada di pulau Sumba dengan jumlah penduduk masyarakat

Sumba Barat Daya pada tahun 2015 mencapai 300 jiwa2 menurut Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Sumba Barat Daya dengan ibukota yaitu Tambolaka.

Bentuk perekonomian yang merupakan penopang hidup masyarakat Sumba Barat

Daya yaitu berbisnis, bertani, buruh batu persegi, Pegawai Negeri Sipil (PNS),

pekerja kantoran dan berwirausaha tetapi tidak dapat di sangkal bahwa kemiskinan

merajalela di kabupaten ini. Harga yang berlaku menurut lapangan usaha pada

tahun 2010-2016 kisarannya mencapai 300 juta dengan penggunaan produk

domestik3. Letak geografis Kabupaten Sumba Barat Daya yaitu 9º,18 – 10º,20 LS

(Lintang Selatan) dan 118º,55 – 120º,23 BT (Bujur Timur)4. Kabupaten Sumba

Barat Daya memiliki luas wilayah 1.445,77 Km2. Wilayah ini sudah termasuk di

dalam kecamatan, kelurahan, dan desa. Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki 8

kecamatan yang terbagi dalam beberapa desa dan kelurahan yang berjumlah 94 desa

dan 2 kelurahan yang tiap desa sudah memiliki pemimpin yang mengatur

wilayahnya sehingga dapat mengatur berbagai pendataan. Jika melihat kembali

asal-usul orang Sumba sendiri yang merupakan kaum imigran yang datang ke pulau

Sumba melalui Tanjung Sasar dan muara Sungai Pandawai5yang saat itu mulai

menyebar ke seluruh penjuru pulau Sumba. Perlu di ketahui Kabupaten Sumba

1 https://sbdkab.go.id./lama/index.php/selayang-pandang/pemerintah-daerah 2 https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/ 3https://sumbabaratdayakab.bps.go.id/ 4 http://sbdkab.go.id/lama/index.php/selayang-pandang/geografi 5F.D WELLEM, “ INJIL DAN MARAPU”suatu studi Historis-Teologi tentang

Perjumpaan Injil dengan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1990. Hal 33

Page 13: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

2

Barat Daya memilki batas-batas wilayah yang memisahkan satu wilayah dengan

wilayah lainnya.

Batas-batas wilayah Sumba Barat Daya berikut6 :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanahrighu, Kecamatan

Loli dan Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat.

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lamboya, Kabupaten

Sumba Barat, Samudera Hindia.

Desa yang berada di Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki ceritanya masing-

masing. Berbicara tentang Kabupaten Sumba Barat Daya tidak terlepas dari

berbagai bentuk adat-istiadat yang menjadi sebuah kemelakatan dalam diri

masyarakat setempat karena adat-istiadat itu sendiri berhubungan langsung dengan

tingkah laku kehidupan mereka. Kembali pada desa-desa yang memiliki ceritanya

masing-masing di lihat dari nama-nama desa yaitu desa marokot yang memiliki arti

kering di karenakan desa tersebut memiliki daratan yang kering atau sumber mata

air yang sulit dijangkau lalu desa wannomuttu yaitu kampung yang pernah terbakar7.

Agama menjadi suatu aspek penting dalam daerah ini yang membuat

masyarakat memiliki pedoman untuk menjalani kehidupan, melalui agama

masyarakat Sumba Barat Daya boleh merasakan kasih Allah terlepas dari

pekabaran injil sehingga agama Kristen dapat hadir dalam kabupaten Sumba Barat

Daya, namun tidak semua orang meyakini kepercayaan pada agama Kristen namun

ada juga yang memiliki keyakinan pada leluhur yang sudah mendahului mereka

yaitu Marapu merupakan kepercayaan masyarakat setempat terhadap arwah

leluhur8.

Berbicara tentang Marapu terlebih dahulu mari kita melihat pendapat dari para

ahli : menurut L. Onvlee berpendapat bahwa kata Marapu terdiri dari dua kata ,

6 http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/potensi/district/50-kabupaten-sumba-barat-daya 7 Hasil wawancara via telepon dengan bapak Samuel Ngongo Lede, 15 Juni 2018 8 Hasil wawancara via telepon dengan bapak Samuel Ngongo lede, 15 Juni 2018

Page 14: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

3

yaitu ma dan rapu. Kata ma berarti “yang” sedangkan kata rapu berarti

“tersembunyi” itu berarti Marapu yang tersembunyi atau sesuatu yang

tersembunyi, yang dapat di lihat9. Selain Onvlee ada Yewangoe yang mempunyai

pendapat berbeda yaitu Yewangoe mengatakan bahwa terdapat kemungkinan kata

Marapu terdiri dari dua kata, yaitu kata mera dan appu. Mera berarti “serupa”

dan appu berarti “nenek moyang” jadi Marapu artinya serupa dengan nenek

moyang 10 . Berangkat dari beberapa pengertian tentang Marapu maka bisa di

katakan bahwa Marapu berkenaan dengan kepercayaan yang sudah ada secara

turun temurun dan sudah tertanam di dalam perilaku kehidupan masyarakat dan

rasa ketaatan untuk menghargai para leluhur yang sudah mendahului mereka.

Ada sebuah kepercayaan dalam Marapu yaitu Pamali merupakan sebuah

keyakinan pada tempat maupun benda yang diyakini memiliki penjaga dan

memiliki kekuatan sakral dan hanya orang-orang tertentu yang dapat memasuki,

menginjakkan kaki maupun memegang benda yang disakralkan sehingga hanya

ketua adat (rato adat) yang di berikan kepercayaan. Sebuah kampung yang masih

meyakini Pamali ialah kampung bernama Pumawo (artinya: tempat berteduh dari

sinar matahari) terletak di desa Waimangura kecamatan Wejewa Barat, Kabupaten

Sumba Barat Daya provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebuah tempat yang masih di

yakini memiliki penghuni oleh penduduk kampung Pumawo yaitu sebuah pohon

yang terletak di belakang rumah, pantangan yang ada ialah tidak boleh berkata kasar

dekat pohon kemudian tidak boleh buang air kecil sembarangan dan barang hasil

curian tidak boleh melewati pohon. Konsekuensi yang di terima ketika melanggar

larangan ialah akan mendapatkan sakit sampai bisa meninggal, tergantung bentuk

pelanggaran yang dilakukan. Cara yang dilakukan untuk meminta maaf ialah

membawa persembahan semacam ayam maupun babi yang sering digunakan. Ini

menandakan bahwa mereka bersedia untuk meminta maaf.

Inilah yang menjadi suatu hal menarik dari Pamali yang menjadi fokus

penelitian penulis yaitu orang Kristen yang berpartisipasi di dalam upacara adat dan

9F.D WELLEM, “ INJIL DAN MARAPU”suatu studi Historis-Teologi tentang Perjumpaan

Injil dengan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1990. Hal 41 10F.D WELLEM, “ INJIL DAN MARAPU”suatu studi Historis-Teologi tentang Perjumpaan

Injil dengan Masyarakat Sumba pada Periode 1876-1990. Hal 41

Page 15: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

4

juga tetap mempercayai Pamali dari melihat simbol, perkataan, maupun berbagai

acara adat yang berisi larangan-larangan tetap dilakukan merupakan salah satu

penghargaan ataupun kepercayaan yang masih tetap di yakini meskipun sudah

menganut suatu agama Nasional. Bukan hanya itu saja berbagai larangan benar-

benar di patuhi karena rasa takut pada konsekuensi yang akan di alami. Jadi bukan

saja penduduk setempat yang belum menganut agama Marapu percaya akan Pamali

tetapi orang Kristen juga mempercayai Pamali.

Terkadang Pamali dihubungkan dengan berbagai cerita mitos yang dipercayai

masyarakat setempat. Hal ini membuat pemahaman mereka akan larangan-larangan

yang ada semakin kuat dan tetap hidup didalam lingkungan mereka. Mitos yang

secara turun-temurun diceritakan membuat mereka meyakini akan larangan-

larangan yang ada seperti tidak boleh duduk di depan pintu karena akan menutupi

“sesuatu” yang akan masuk ke dalam rumah. Dalam buku ”Strategi Kebudayaan”

oleh Peursesn dikatakan bahwa mitos merupakan suatu pedoman hidup ke depan,

itu berarti bahwa segala sesuatu yang di percaya merupakan suatu yang sudah

terjadi di masa lampau dan menjadi sebuah tolak ukur dalam menghadapi masa

depan yang berhubungan dengan perilaku dan cara hidup. Tentang kebudayaan

lebih di tegaskan lagi oleh Peursen “kebudayaan meliputi segala perbuatan

manusia, seperti misalnya cara ia menghayati kematian dan membuat upacara-

upacara untuk menyambut peristiwa itu, demikian juga mengenai kelahiran,

seksualitas, cara mengolah makanan, pertanian dll11. Jika melihat kebudayaan di

Kabupaten Sumba Barat Daya segala sesuatu kegiatan yang di lakukan baik

pekerjaan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak terlepas antara hubungan

dengan kebudayaan maupun lingkungan, ketika ingin membangun rumah mereka

harus mengadakan acara adat, hal ini juga merupakan bentuk penghargaan kepada

leluhur, Peursen menekankan pada perilaku manusia yang setiap saat dapat

berubah-ubah maka dari itu di harapkan kebudayaan manusia dapat mengalami

berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan zaman karena berkenaan dengan

kebudayaan yang dibentuk oleh manusia di terima, di ubah maupun menolaknya.

11Prof. Dr. C. A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, (Yogyakarta :BPK Gunung Mulia,

1976), cetakan pertama, hal. 10-11.

Page 16: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

5

Sama halnya dengan buku “Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan” oleh Dr.

Hans J. Daeng yang menekankan tentang hubungan antara manusia dan lingkungan

tempat kebudayaan berkembang. Bahwa segala bentuk upacara adat yang di

lakukan tidak dapat terlepas kaitannya dengan alam. Dalam buku Hans Daeng di

katakan bahwa “ kelompok etnik Jawa menyebut petungan dalam peruntungan

hari-hari baik dan nahas seseorang, kelompok-kelompok etnik lainnya di Nusa

Tenggara Timur misalnya menemukan saat baik dan hari baik setelah

berkonsultasi pada letak urat di hati ayam atau hati babi”12. Di Kabupaten Sumba

Barat Daya digunakan simbol-simbol dalam berbagai ritual adat untuk melakukan

komunikasi atau melambangkan suatu hal gaib, contohnya seperti darah ayam atau

isi dalam ayam yaitu tali perut ketika ingin mengetahui hari baik untuk melakukan

suatu acara besar dan biasanya di lakukan oleh rato adat (ketua adat). Dalam buku

“Totem dan Tabu” oleh Sigmund Freud ada pembahasan tentang totem itu sendiri,

yang berarti Totem terutama adalah nenek moyang atau leluhur dari suku juga roh

penjaga atau roh pelindung mereka13. Manusia tidak bisa sepenuhnya melepaskan

diri atau meninggalkan kebudayaan mereka, karena bukan sesuatu yang salah

melainkan karena manusialah yang menciptakan kebudayaan itu sendiri, rasa takut

untuk meninggalkan kepercayaan mistis menyebabkan mereka memiliki

pemahaman yang sudah tertanam sejak turun-temurun sehingga mendarah daging

didalam diri.

Judul tugas akhir saya adalah “ Pamali pada Masyarakat Kristen suatu kajian

Sosio-Teologis terhadap Gereja Kristen Sumba Jemaat Kabalidana cabang Milla

Ate di Desa Umbarottok Sumba Barat Daya” sehingga tujuan saya menulis judul

tersebut berangkat dari pemahaman masyarakat tentang Pamali yang tentunya

orang Kristen juga menjadi pelaku didalamnya, pemikiran-pemikiran ini tentunya

menjadi hal penting yang perlu kembali dilihat oleh Gereja bahwa pemahaman yang

telah ada sejak dahulu menjadi suatu pembelajaran bagi Gereja bahwa hal-hal ini

hadir dan hidup serta bertumbuh bersama dengan Gereja. Mungkin saja ketika

orang Kristen yang sebelumnya penganut kepercayaan Marapu belum melepaskan

12Dr Hans J. Daeng Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan dari Tinjauan Antropologis

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cetakan III, hal. 6 13Sigmund Freud, Totem dan Tabu, (Yogyakarta : CV Solusi Distribusi, 2017), cetakan

pertama, hal. 10

Page 17: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

6

kebiasaan yang pernah dilakukannya. Dari tulisan ini saya bermaksud memberikan

kontribusi terhadap Gereja tentang hubungan orang Kristen dan Pamali sehingga

dapat menjadi tolak ukur dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang

diangkat oleh penulis sebagai penelitian adalah apa dan mengapa orang Kristen

masih melakukan dan menaati Pamali? Ditinjau dari pendekatan sosio-teologis.

Tujuan penelitian ini ialah ingin mengkaji tentang alasan-alasan orang Kristen

masih melakukan dan menaati Pamali.

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan maka harapan dari

penelitian ini di bagi menjadi 2 bagian:

Secara teoritis: dapat memberikan kontribusi serta sumbangsih kepada

Gereja dalam kesadaran bahwa Pamali tidak selamanya terlepas dari

hubungan dengan orang Kristen dan hal inilah yang perlu kembali menjadi

pertimbangan Gereja.

Secara praktis: dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi

Gereja dalam mencari informasi bagi penelitian yang lebih lanjut.

Metode Penelitian

Sifat Penelitian yang akan di gunakan di dalam penelitian ini ialah penelitian

secara kualitatif bertitik tolak pada dari paradigma fnomologis yang objektivitasnya

dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh

individu atau kelompok sosial tertentu dan relevan denga tujuan dari penelitian itu14.

Penelitian kualitatif ini dilakukan pada sebuah latar alamiah atau juga pada sebuah

konteks keutuhan (entity)15. Paradigma alamiah memberi tekanan pada penggunaan

tekhnik kualitatif16.

Jenis penelitian yang akan digunakan didalam penelitian ini ialah secara

deskriptif. Data yang akan di kumpulkan berupa kata-kata, gambar yang

14 Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989)

hal v (dalam kata sambutan) 15 Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif…hal 4 16 Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif…hal 16

Page 18: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

7

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah di teliti dan juga data

tersebut mungkin akan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya17.

Waktu dalam melakukan penelitian ini yaitu pada tahun 2019. Tempat yang

di tentukan berdasarkan penelitian yang akan di lakukan yaitu di Kabupaten Sumba

Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Maksud penulis memilih lokasi ini

karena lebih dapat di jangkau karena ada beberapa wilayah yang belum memiliki

jaringan telekomunikasi dan juga ingin memperkenalkan Kabupaten Sumba Barat

Daya.

Subjek penelitian yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu

orang Kristen seperti jemaat, majelis dan guru injil yang masih menaati larangan

dalam Pamali tentang kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan sehari-hari yang

mempunyai hubungan dengan Pamali. Penelitian ini akan dilakukan pada usia 20-

85 tahun.

Metode pengumpulan data yang digunakan ialah:

a) Observasi: dalam tahap ini pengamatan akan menggunakan alat bantu

sebagai penunjang penelitian yaitu kamera dan video. Observasi yang di

lakukan oleh pengamat dengan sasaran benda diam jika ada keraguan pada

diri peneliti dan jika sasarannya adalah suatu proses, pengulangan

pengamatan hampir tidak mungkin dilakukan kecuali peneliti mempunyai

rekaman video atau film yang dapat menunjukkan proses yang di amati18.

Kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang di gambarkan akan terjadi19.

b) Wawancara: wawancara akan di lakukan melalui Tanya jawab dengan

narasumber yaitu beberapa jemaat majelis, guru injil, tokoh adat serta

beberapa penduduk setempat. Pertanyaan yang di berikan sesuai dengan

fokus dan pertanyaan yang tersruktur penelitian dan meminta keterangan

17 Lexi J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif…hal 6 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993),hal. 197 19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…hal 234

Page 19: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

8

atau pendapat tentang suatu hal dengan alat bantu rekaman suara, video atau

gambar pada saat wawancara berlangsung20.

Penulis menjabarkan sistematika penulisan ke dalam lima bagian. Bagian

pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bagian kedua, akan membahas tentang teori sosio-teologis yang di gunakan. Bagian

ketiga akan membahas hasil penelitian dari data di lapangan yang telah

dikumpulkan yaitu kegiatan orang Kristen yang berhubungan dengan Pamali.

Bagian keempat akan berisi tentang analisa dari data lapangan. Bagian kelima yaitu

penutup yang akan berisi tentang kesimpulan serta saran-saran yang akan menjadi

kontribusi bagi penelitian mendatang.

LANDASAN TEORI

Berdasarkan latar belakang, penulis menggunakan landasan teori

kebudayaan yang sesuai dengan kehidupan masyarakat yang dimana kebudayaan

merupakan hasil karya manusia itu sendiri dan kemudian menjadi suatu identitas

masyarakat. Kebudayaan dipahami penulis sebagai suatu kebiasaan yang terbentuk

dalam lingkungan masyarakat dan melekat didalam kehidupan sehari-hari. Suatu

kelompok masyarakat dapat dikenal melalui kebudayaan mereka, dimulai dari cara

berbicara, tingkah laku, adat istiadat.

Dalam kebudayaan ada sesuatu hal yang dianggap tabu seperti, suatu

wilayah, tempat dan benda. Tabu dipahami penulis sebagai sebuah keyakinan

terhadap hal yang suci maupun kotor. Tabu hadir didalam masyarakat karena

disebabkan aturan-aturan yang berasal dari kebudayaan. Seiring berjalannya waktu,

meskipun perkembangan teknologi terus maju hal yang dianggap tabu masih tetap

diyakini keberadaannya.

Berdasarkan beberapa pemahaman inilah penulis menggunakan teori

kebudayaan dan tabu karena teori ini berkaitan dengan pamali. Pamali bukan

menjadi hal tabu menurut masyarakat yang tidak meyakini namun pamali dapat

20 Michael H. Walizer, Aruef Sadiman, Paul L. Wienir, Metode dan Analisis Penelitian

Mencari Hubungan Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,1993) hal. 277

Page 20: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

9

menjadi hal yang tabu bagi masyarakat yang meyakini. Pamali merupakan

pemahaman tentang suatu larangan yang dipercayai sejak zaman para leluhur,

pamali hadir melalui kebudayaan masyarakat setempat yang meyakini bahwa ada

semacam daya kekuatan yang bersumber dari roh nenek moyang. Seperti larangan

meminta garam di malam hari, perempuan yang dilarang duduk di depan pintu,

kubur yang tidak boleh disentuh, dan berbagai larangan lainnya. Beberapa larangan

tersebut sudah diyakini secara turun-temurun oleh masyarakat, inilah yang menjadi

suatu ciri khas dalam teori kebudayaan yang didalamnya hadir keyakinan tentang

hal yang tabu.

Kebudayaan

Secara etimologis, kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi yang artinya akal atau budi21.

Meskipun akar kata kebudayaan berbeda-beda namun dapat dikatakan kebudayaan

berkenaan dengan budi atau akal. Definisi klasik yang dikemukakan oleh Tylor

yang adalah seorang antropolog terkemuka mengatakan dalam bukunya yang

terkenal berjudul primitive culture tentang kebudayaan adalah sesuatu yang

kompleks mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian moral, hukum, adat-

istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai

anggota masyarakat22.

Dalam perspektif sosiologi, kebudayaan sebagaimana dikemukakan oleh

Bertrand, adalah segala pandangan hidup yang dipelajari dan diperoleh oleh

anggota-anggota masyarakat23. Kebudayaan dibentuk oleh manusia dan kemudian

manusialah yang akan mengoreksi maupun merubahnya sesuai dengan aturan-

aturan yang berlaku. Linton dalam bukunya tentang the cultural background of

personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah hasil konfigurasi dari sebuah

tingkah laku dan hasil yang unsur-unsur pembentuknya didukung kemudian

21 Dr.H. Sulasman, M. Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori

hingga Aplikasi ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2013) Cetakan 1, hal. 17 22 Dr.H. Sulasman, M. Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori

hingga Aplikasi, hal 18 23 Dr.H. Sulasman, M. Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori

hingga Aplikasi, hal 18

Page 21: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

10

diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu24. Kebudayaan hadir ditengah-tengah

masyarakat sebagai sebuah hasil pembentukan yang disepakati antara anggota

masyarakat secara turun-temurun. Ki Hajar dewantara mendefinisikan kebudayaan

sebagai “buah budi manusia, yaitu hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh

kuat, yaitu zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk

mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupannya

guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan

damai25.

Kata kebudayaan berarti culture, culture sendiri berasal dari bahasa Latin

yaitu ‘colere’ yang memiliki arti bercocok tanam. ‘culture’ dapat dimaknai sebagai

segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam26. Jika

melihat konsep kebudayaan itu sendiri memiliki dua sisi. Pertama, konsep

kebudayaan yang bersifat materialistis yang berarti kebudayaan sebagai sistem hasil

adaptasi di lingkungan alam atau sistem untuk mempertahankan kehidupan

masyarakat. Kajian ini lebih ditekankan pada pandangan positivisme atau

metodologi dalam ilmu pengetahuan alam. Kedua, konsep kebudayaan yang

bersifat idealistis yang memandang semua fenomena eksternal sebagai manifestasi

suatu sistem internal27. Kajian ini lebih ditekankan pada pendekatan fenomenologi.

Konsep kebudayaan yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagaimana

yang dikemukakan ole Cliffort Geertz menganggap kebudayan sebagai jaringan-

jarigan itu, dan analisis atasnya lantas tidak merupakan sebuah ilmu eksperimental

untuk mencari hukum melainkan sebuah ilmu yang bersifat interpretatif untuk

mencari makna 28 . Manusia membayangkan dalam kehidupannya bahwa ada

semacam kekuatan-kekuatan serta berbagai tujuan yang hadir dari dirinya sendiri.

Namun disisi lain dalam buku Peursen tentang strategi kebudayaan disitu dijelaskan

24 Dr.H. Sulasman, M. Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori

hingga Aplikasi, hal 18 25 Dr.H. Sulasman, M.Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori

hingga Aplikasi, hal 19 26Dr.H. Sulasman, M.Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori hingga

Aplikasi, hal 21

27 Dr.H. Sulasman, M.Hum dan Setia Gumilar, M. Si, Teori-teori kebudayaan dari Teori hingga Aplikasi, hal 35

28 Clifford Geertz, Tafsir kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1992) cetakan ke 7 hal.5

Page 22: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

11

bahwa zaman sekarang kebudayaan dapat diartikan sebagai sebuah manifestasi

kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang29. Kebudayaan meliputi

segala perbuatan manusia dimulai dari upacara kematian, seksualitas, cara

mendapatkan makanan, membuat alat-alat maupun berbagai kegiatan lainnya

hingga kepercayaan kepada hal mitos dan berujung kepada hal-hal yang masih

dianggap tabu.

Tabu

Menurut ensiklopedia Nasional Indonesia tabu diartikan sebagai sebuah

tindakan, objek atau perilaku yang dilarang dan dihambat, sebuai tindakan

penghambat, istilah ini diambil dari Bahasa polinesia sesuatu yang sakral, pantang

dilanggar, dan aslinya berkaitan dengan objek-objek yang disisihkan bagi praktik-

praktik dan kebiasaan-kebiasaan religius, dan larangan bagi khalayak untuk satu

dua hal. Penggunaan kontemporer terhadap istilah ini jauh lebih luas hingga

mencakup ke dunia politik, perniagaan, seni, dsb30. Sesuatu yang terlarang terhadap

suatu benda maupun tempat yang diyakini oleh masyarakat yang ada secara turun-

temurun. Benar atau tidak, secara ilmiah tabu sering dimaksudkan untuk

melindungi manusia, tetapi ada banyak alasan lain tentang keberadaan tabu yang

dinyatakan namun tidak masuk akal secara logika manusia tetapi, kembali lagi

kepada kepercayaan terhadap tabu yang sudah di yakini sejak dulu. Dalam buku

Freud tentang “Totem dan Taboo”, dikatakan bahwa tabu merupakan sesuatu yang

mencabang ke dua arah yang berlawanan. Di satu sisi ia berarti kudus, suci; tetapi

di sisi lain, ia berarti aneh, berbahasa, terlarang dan kotor31. Dalam tabu terkandung

konsep menjaga; tabu dapat terekspresikan dalam pelarangan dan sebuah

pembatasan32. Tabu merupakan sesuatu yang dianggap suci, ada sebuah pelarangan

tidak dapat disentuh, tidak sembarangan diucapkan, sebuah larangan atau

pantangan. Tabu dianggap sebagai sumber daya roh yang terkandung dalam diri

orang atau roh.

29 Prof. Dr. C. A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan,(Yogyakrta : BPK Gunung Mulia,

1976) cetakan pertama, hal. 10 30 Ensiklopedia Nasional 31 Sigmund Freud, Totem dan Tabu, (Yogyakarta: Immortal Publishing dan Octopus,

2017) cetakan 1, hal. 34 32 Sigmund Freud, Totem dan Tabu, hal. 34

Page 23: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

12

Di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita dapati ada sebuah kehidupan

yang berada di dua wilayah yang terpisah; wilayah Yang sakral dan wilayah Yang

Profan. Yang Profan merupakan sebuah bidang kehidupan yang didalamnya ada

berbagai macam kegiatan yang bisa dikatakan tidak terlalu penting untuk dilakukan,

terkadang dilakukan secara teratur dan acak. Kemudian yang Sakral adalah suatu

hal yang bersifat abadi, sangat penting, dari masa ke masa secara turun-temurun

selalu diingat dan tak mudah dilupakan, suatu wilayah yang supranatural, sesuatu

yang ekstraordinasi. Jika dilihat Yang Profan adalah sesuatu yang cepat dilupakan,

tidak teramat penting dilakukan maka berbeda dengan Yang Sakral adalah sesuatu

yang abadi, penuh subtansi dan realitas. Yang Profan merupakan dunia bagi

manusia untuk berbuat berbagai kesalahan dan selalu mengalami perubahan. Yang

Sakral adalah tempat berdiamnya roh para leluhur dan juga tempat terciptanya

segala keteraturan dan berbagai kesempurnaan33.

Bagi masyarakat primitif sendiri meyakini bahwa ada sebuah kekuatan

berasal dari Yang Sakral tersebut. Mereka meyakini bahwa ada semacam kekuatan

yang luar biasa yang mengatur kehidupan mereka sehingga dari keyakinan inilah

Yang Sakral itu dianggap sama dengan realitas34. Dari hal inilah agama memiliki

sebuah tugas bagaimana agar dapat memahami sesuatu Yang Sakral tersebut untuk

dapat memahami dan benar-benar merasakan dan kemudian dapat memberikan

pemahaman secara baik agar seseorang dapat keluar dalam artian memahami situasi

sejarahnya yang dapat ditempatkan sesuai dengan keadaan masa kini. Meskipun

seperti itu tidak dipungkiri juga bahwa Yang Sakral tetap merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pikiran dan aktivitas manusia yang dimaknai dalam berbagi

segi kehidupan sehingga manusia tidak dapat hidup tanpanya, hal ini dibuktikan

melalui keberadaan manusia yang melihat bahwa Yang Sakral berada di segala

penjuru. Berbagai riset-riset yang dikumpulkan mengenai totemisme ini berhasil

menemukan petunjuk yang sangat luarbiasa berharga, yaitu tidak ada satupun

agama lain yang dianut oleh masyarakat Aborigin selain totemisme. Tidak ada

satupun para ahli yang berhasil mengungkap apa sebenarnya makna totemisme.

33 Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011) edisi baru 2011,

hal. 233-234. 34 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011) cetakan

pertama, hal. 26-27

Page 24: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

13

Mereka mengambarkan bahwa masyarakat tribal itu dibagi dalam beberapa

klanyang dimana tiap klan memiliki binatang masing-masing sebagai kepercayaan

mereka35. Paling penting bahwa mereka menganggap binatang tersebut sebagai

sesuatu yang Sakral. Lambang atau simbol-simbol binatang totem tersebut bagi

masyarakat merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi setiap klan yang

memujanya. Karena binatang yang disembah bukan saja bagian dari Yang Sakral

melainkan sebuah perwujudan dan contoh yang sempurna dari Yang Sakral36.

Masyarakat primitif memandang sakral terhadap sesuatu yang dapat

menimbulkan manfaat, kebaikan, dan bencana. Jika dilihat dan mengamati benda-

benda itu secara lahiriah dapat dikaitkan tidak jauh berbeda dengan benda-benda

lain yang dikenal sehari-hari, tetapi benda-benda tersebut dapat dilihat sebagai

sesuatu yang berharga dan penting dikarenakan sikap manusia itu sendirilah yang

menyebabkan benda itu menjadi sakral. Namun tidak semua hal dianggap suci,

berkaitan dengan berbagai hal yang dapat mencemari sesuatu yang sakral itu.

Sehingga berbagai hal tersebut dipagari agar tidak tercemar dengan menggunakan

berbagai larangan-larangan atau yang disebut dengan tabu yaitu ada benda yang

tidak boleh disentuh, dimakan atau didekati. Itulah sebabnya muncul berbagai

kegiatan untuk menjaga kelestarian suatu yang sakral itu37.

Kehidupan masyarakat primitif tidaklah jauh dari sesuatu hal yang berbau

magis. Mulai dari pekerjaan, usaha, maupun kebiasaan-kebiasaan hingga peralatan

yang digunakan tidak pernah terlepas dari yang namanya magis. Hal ini disebabkan

perbuatan mereka selalu dihubungkan dengan kekuatan-kekuatan yang ada di alam

gaib. Masyarakat primitif kurang menggunakan kemampuan rasionya, namun lebih

menguntungkan pada hal-hal magis38. Berbicara tentang tabu tentunya berkenaan

dengan tingkah laku manusia itu sendiri. Dalam buku Peursen yang berjudul

Strategi Kebudayaan disitu dikatakan sesuatu tentang mitos yang berarti cerita yang

di jadikan sebagai pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Mitos

35 Sigmund Freud, Totem dan Tabu, hal. 9 36 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011) cetakan

pertama, hal. 26-27 37 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011) cetakan pertama, hal. 26-27.

38 Prof.Dr.C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, hal 37

Page 25: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

14

dapat mengatasi makna cerita, mitos dapat memberikan arah kepada kelakuan

manusia, melalui mitos manusia dapat mengambil bagian dalam kejadian-kejadian

sekitarnya.

Perlu diketahui tentang fungsi dari mitos yaitu pertama: menyadarkan

manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib, mitos membantu manusia agar dapat

menghayati daya-daya kekuatan yang ada sebagai sesuatu kekuatan yang

mempengaruhi dan dapat menguasai alam kehidupan sukunya 39 . Kedua: mitos

berhubungn erat dengan jaminan kehidupan masa kini dan yang ketiga memberikan

pengetahuan tentang dunia. Inti sikap hidup mitis ialah bahwa kehidupan ini ada,

ajaib, berkuasa, penuh daya kekuatan40. Bersama dengan kesadaran tersebut maka

timbullah cerita-cerita yang dianggap dapat menjamin kehidupan manusia.

Ada beberapa jenis tabu yang hadir di dalam lingkungan masyarakat

primitive yaitu:41

1. Melindungi orang penting seperti kepala suku dan barang-barang dari

marabahaya

2. Menjaga yang lemah seperti perempuan, anak-anak dan orang pada

umumnya.

3. Melindungi diri dari bahaya yang muncul akibat merawat atau menyisir

rambut mayat maupun diakibatkan karena memakan makanan tertentu.

4. Menjaga peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seperti kelahiran,

perkawinan dan fungsi seksual maupun dari gangguan pihak lain.

5. Mengamankan manusia dari murka atau kuasa dewa-dewa dan roh-roh

6. Mengamankan bayi yang belum lahir dan anak kecil dari berbagai

tindakan-tindakan tertentu.

7. Tabu juga di berlakukan untuk melindungi kekayaan, ladang, alat-alat

maupun melindungi milik seseorang dari pencurian.

Ada juga yang disebut dengan Tabu penguasa yang diberikan kepada

kepala suku maupun pemimpin, hal ini di buktikan melalui makanan sisa yang tidak

39Prof.Dr.C.A. Van peursen, Strategi Kebudayaan, hal. 38 40Prof. Dr. C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, hal 39-41 41 Sigmund Freud, Totem dan Tabu, hal. 36

Page 26: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

15

boleh dimakan kemudian ketika mengetahui bahwa makanan tersebut adalah

makanan sisa yang ditinggalkan kepala suku dan orang-orang akan mengatakan

bahwa hal tersebut merupakan pelanggaran, maka dampak yang akan diterima

seperti kejang-kejang hingga mati42.

Selain itu juga ada tabu yang disebut dengan Tabu orang mati yang berda

didalam lingkungam masyarakat primitif. Jika seseorang melakukan kontak dengan

orang mati maupun mengikuti upacara penguburan maka akan dianggap sebagai

sesuatu tindakan yang kotor dan kemudian akan dikucilkan atau diboikot43.

Menurut Geertz manusia merupakan makhluk simbolik, dilihat dari symbol-

simbol yang digunakan untuk berkomunikasi 44 . Ada makna yang terkandung

didalam simbol tersebut, Geertz melihat bahwa manusia merupakan makhuk yang

memintal jaringan makna itu sendiri dan jaringan makna itulah yang disebut

“kebudayaan”. Ada manusia yang berupaya menafsirkan berbagai hal magis dalam

kehidupannya, bahwa hal itu terjadi karena ada sesuatu kesalahan di masa lampau

yang mengikuti mereka.

Dalam Antropoligi ada suatu pendekatan yang digunakan yaitu

hermeneutik. Hermeneutik berkaitan dengan Bahasa dan merupakan kajian yang

berasal studi karya sastra atau Bahasa yaitu studi tentang teks 45 . Pendekatan

hermeneutik digunakan sebagai sebuah alat dalam menafsirkan kebudayaan itu

sendiri melalui sebuah dokumen dalam suatu karya sastra.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Cabang Milla Ate merupakan sebuah lokasi yang menjadi tempat

dilakukannya penelitian terhadap Pamali pada orang Kristen. Oleh sebab itu,

sebelum membahas tentang Pamali pada orang Kristen maka terlebih dahulu akan

membahas tentang lokasi penelitian yaitu Desa Waimangura.

42 Sigmund Freud, Totem dan tabu hal. 67 43 Sigmund Freud, Totem dan Tabu, hal. 80 44 Moh Soehadha, Fakta dan tanda agama suatu Tinjauan Sosio-antropologi

(Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia,2014) cetakan 1, hal. 81 45 Moh Soehadha, Fakta dan tanda agama suatu Tinjauan Sosio-antropologi. Hal 80

Page 27: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

16

Situasi Geografis Kecamatan Wejewa Barat desa Waimangura

Wilayah suku Wewewa dapat dikatakan sangat besar melebihi luas wilayah

dari suku-suku lainnya di Kabupaten Sumba Barat Daya. Selain luas wilayah yang

sangat besar dari segi jumlah penduduk terbilang lebih banyak dari pada suku lain

dan terbagi dalam berbagai sub-suku (kabizu) dan secara administratif terakomodir

dalam empat wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Wewewa Timur dengan ibu

kota Elopada, Kecamatan Wewewa Barat dengan ibu kota Waimangura,

Kecamatan Wewewa Utara dengan ibu kota Palla serta Kecamatan Wewewa

Selatan dengan ibu kota Manola. Secara singkat, deskripsi wilayah Suku Wewewa

yang akan dijabarkan adalah wilayah Suku Wewewa barat tempat peneliti

melakukan penelitian yaitu wilayah suku Wewewa di Kecamatan Wewewa Barat,

Desa Waimangura46.

Dahulu kala ada seorang yang berkuasa di desa Waimangura, yang

memimpin pertama kali di desa ini yang bernama Rato Dimu. Rato Dimu ini

merupakan tuan tanah pertama yang berada dalam daerah tersebut maka dialah yang

diberi kepercayaan untuk menjadi kepala desa pertama kali di desa Waimangura.

Nama desa Waimangura ini diambil dari arti mata air yang berada di desa

Waimangura yaitu wee artinya air dan ngura artinya tidak pernah habis, jadi dapat

dikatakan Waimangura adalah mata air yang tidak pernah habis47. Setelah Rato

Dimu meninggal dunia, jabatannya sebagai kepala desa digantikan oleh anaknya

sampai dengan anak bungsunya48.

Desa Waimangura merupakan desa induk yang berada dalam wilayah

Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Penduduk lebih dominan berasal dari suku Wewewa sendiri di

samping penduduk lain yang menetap karena alasan tertentu seperti pekerjaan.

Adapun desa Waimangura berdekatan dengan desa Langgalete dan Desa

Watulabar. Secara keseluruhan desa Waimangura memiliki luas wilayah 11. 700

KM yang sudah tergabung dalam lahan sekolah, kantor desa, pasar, lahan pertanian,

46 repository.unwira.ac.id/3238/3/BAB%20II.pdf 47 Wawancara dengan Bapak Marten Dappa. Penduduk setempat di Desa Umbarottok,

13 Februari 2019. Pukul 12.00 WITA 48 Wawancara dengan bapak Agustinus Gono Ate. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 12 Februari 2019. Pukul 10.00 WITA

Page 28: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

17

rumah penduduk, bangunan- bangunan seperti bank, koperasi, dan lain-lain.

Wilayah ini dapat digolongkan sebagai daerah dataran tinggi, dan dikategorikan

sebagai daerah dengan tingkat kesuburan yang baik sesuai dengan usaha

penduduk49.

Sebelum teknologi dan berbagai fasilitas memadai dengan maksimal, di

daerah ini akses jalannya tidak seperti saat ini, namun seiring berjalannya waktu

dengan berbagai rencana pembangunan yang dilakukan jalur darat mulai direnovasi

dengan timbunan tanah dan juga ada beberapa jalur yang sudah diaspal. Melalui

kerja sama dengan beberapa PT (perseroan terbatas) yang ada di Kabupaten Sumba

Barat Daya, hingga saat ini perbaikan akses jalan masih terus dijalankan apalagi

ada begitu banyak daerah juga yang masih kesulitan dalam kebutuhan listrik

sehingga ketika akses jalan dipermudah maka bantuan listrik pun dapat sampai

hingga daerah-daerah terpencil50.

Desa Waimangura merupakan wilayah pangan. Hal ini dibuktikan melalui

berbagai macam hasil bumi yang sudah banyak dihasilkan di tempat ini seperti

kemiri, kopi, kelapa, sirih, pinang, cengkeh, coklat dan dari hasil perkebunan seperti

jagung dan padi.51 Waktu untuk menanam pun hanya dapat dilakukan paling cepat

pada bulan Agustus jika musim hujan telah tiba namun jika hujan tiba lebih lambat

maka waktu menanam akan dilakukan pada bulan September. Kalau untuk padi

ladang, waktu menanam akan dilakukan paling cepat pada bulan Oktober

tergantung curah hujan. Dari berbagai hasil bumi yang berada di desa Waimangura,

sudah ada beberapa hasil bumi yang sudah sampai ke luar Pulau Sumba seperti

kelapa, kemiri yang dijual ke kota Surabaya52. Penduduk asli di Desa Waimangura

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa Wewewa yang juga

disebut Bahasa ibu. Salah satunya adalah suku Weeleo53 . Kecuali orang-orang

49 Wawancara dengan Bapak Samuel Ngongo Lede. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 7 Januari 2019. Pukul 10.00 WITA 50 Wawancara dengan Bapak Yohanes Dappa Moda. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 7 Januari 2019. Pukul 10.00 WITA 51 Wawancara dengan Bapak Agustinus Gono Ate. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 12 Februari 2019. Pukul 10.00 WITA 52 Wawancara dengan Bapak Darius Dairo Ngongo. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 12 Februari 2019. Pukul 10.00. WITA 53 Wawancara dengan Bapak Marten Dappa. Pnedudk setempat di Desa Umbarottok, 13

Februari 2019. Pukul 12.00 WITA

Page 29: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

18

pendatang yang belum cukup menguasai bahasa daerah maka mereka akan

menggunakan Bahasa Indonesia54.

Keadaan Demografis

Menurut data kantor desa Waimangura pada tahun 2017, penduduk Desa

Waimangura memiliki jumlah penduduk sebesar 3595 jiwa dengan jumlah kepala

keluarga 649 jiwa, untuk jumlah penduduk sesuai kelamin : jumlah laki-laki ada

1836 jiwa dan perempuan berjumlah 1759 jiwa. Dalam beberapa waktu ke depan

akan ada desa yang mekar terpisah dari desa Waimangura. Pendatang yang ada pada

umumnya karena dalam masa tugas sebagai guru, pegawai kantor maupun

pedagang dan juga karena adanya kawin mawin55.

Menurut kepala desa Waimangura pertumbuhan penduduk di desa

Waimangura dari tahun ke tahun mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik

dari pada sebelumnya, pertambahan penduduk terus mengalami peningkatan.

Untuk pembangunan di desa Waimangura sudah lebih baik karena dahulu

penduduk yang masih memiliki rumah beratapkan alang sekarang sudah diperbaiki

menjadi rumah yang beratapkan seng dan tembok batu, rumah-rumah adat yang

sudah di renovasi. Berkenaan dengan pendidikan di desa Waimangura sudah ada

lulusan sarjana kemudian sudah sudah ada sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah

Atas (SMA), Sekolah Menengah Teknik Kejuruan (SMTK), menurut data desa

Waimangura jumlah penduduk yang tidak tamat Sekolah Dasar berjumlah 218 jiwa,

jumlah yang sudah tamat Sekolah Dasar ada 227 jiwa, yang sudah tamat Sekolah

Menegah Umum (SMU) berjumlah 170 jiwa, dan jumlah yang sudah

menyelesaikan perguruan tinggi berjumlah 34 jiwa56.

Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian di desa Waimangura berjalan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Masyarakat di desa Waimangura melakukan usaha

pekerjaan dimulai dari profesi sebagai petani, pedagang, pegawai kantor, pedagang

54 Wawancara dengan bapak Samuel Ngongo lede. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 7 Januari 2019. Pukul 10.00 WITA 55 Data kantor desa Waimangura dari tahun 2018 56 Wawancara dengan Bapak Yakub Malo selaku kepala Desa di Umbarottok, 28 Februari

2019. Pukul 10.00 WITA

Page 30: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

19

kaki lima, dan pendeta. Masyarakat setempat memanfaatkan potensi alam seperti

padi, jagung, kopi, cengkeh, kemiri, umbi-umbian sebagai pemenuhan kebutuhan

hidup. Salah satu hasil alam yang sudah di jual sampai ke kota Surabaya yaitu

kelapa, cengkeh, dan kemiri57. Pasar yang ada di desa Waimangura adalah pasar

mingguan yang di buka pada hari Sabtu tetapi pada hari-hari lain tetap ada pedagang

yang menjajakan barang jualan mereka, adapun barang-barang yang di jual seperti

kebutuhan sandang dan pangan, selain berjulan di pasar ada juga pedagang yang

berjualan di sepanjang emperan toko, adapun barang-barang yang di jual seperti siri

pinang, sayur-sayuran, tomat, lombok dan kue-kue58.

Menurut data dari kantor desa Waimangura rata-rata pendapatan penduduk

di desa Waimangura pada tahun 2017, sebagai berikut:

Pekerjaan Rata-rata pendapatan perbulan

Petani Rp 1.000.000

Pedagang Rp. 1. 500.000

Pegawai tenaga kontrak 1. Golongan rendah (Rp. 2.000.000)

2. Golongan atas (Rp. 5.000.000- Rp.

6.000.000)

Selain itu juga sudah ada Bank yaitu Bank NTT (Nusa Tenggara Timur)

saja kemudian koperasi simpan pinjam yang berada pada lokasi yang mudah

dijangkau59.

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan yang dibangun berpusat pada sistem Wanno Kalada

(kampung besar). Sistem ini berorientasi pada kabizu yang artinya suku. Wanno

kalada (kampung besar) awalnya di bangun oleh nenek moyang yang tinggal dan

menetap dalam umakalada (rumah besar) yang di bangun dalam kampung besar

lalu membuka lahan pertanian dan melakukan berbagai pekerjaan penunjang hidup.

57 Wawancara dengan Bapak Marten Dappa. Penduduk setempat di Desa Umbarottok,

13 Februari 2019. Pukul 12.00 WITA 58 Wawancara dengan Bapak Yohanes Dappa Moda. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok ,7 Januari 2019. Pukul 10.00 WITA 59 Wawancara dengan Bapak Samuel Ngongo Lede. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 7 Januari 2019. Pukul 10.00 WITA

Page 31: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

20

Tujuan dari hadirnya Wanno Kalada merupakan sebuah bukti sejarah bagi

keturunan selanjutnya agar dapat mengingat leluhur mereka. Fungsi dari Wanno

Kalada ini adalah sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar ketika mengadakan

sebuah upacara adat. Seseorang yang telah diberikan kepercayaan untuk menjaga

Uma Kalada dipilih dengan mengadakan upacara adat untuk mengetahui siapa yang

diberikan kepercayaan60. Uma Kalada adalah penentu keturunan bagi suatu suku

dan tiap rumah memiliki suku dan pemimpinnya masing-masing. Ada beberapa

acara adat sebagai wadah berkumpulnya berbagai keluarga besar yaitu pesta wolek

yang mengharuskan setiap keluarga untuk hadir mengambil bagian dalam acara

tersebut dengan membawa persembahan masing-masing, jika ada keluarga yang

tidak ikut serta maka akan disebut orang di luar pagar (orang yang tidak tahu

kedudukan). Salah satu cara untuk memulihkan hal tersebut dengan mengadakan

upacara adat dengan membawa barang sesuai permintaan adat sepeti ayam maupun

anak babi. Perbedaan antara kampung besar dan rumah besar ialah jika kampung

besar di dalamnya terdiri dari berbagai macam suku berbeda dan rumah besar yang

di dalamnya hanya terdiri dari satu suku dengan pemimpinnya61.

Sistem keturunan penduduk di desa Waimangura adalah sistem patrilineal

(alur keturunan yang berasal dari pihak ayah). Penduduk menerapkan sistem ini

bagi keturunan mereka, marga yang diberikan bagi anak-anak adalah marga yang

berasal dari ayah dan juga dalam hal harta warisan maka yang berhak menerima

adalah anak laki-laki. Sistem ini didasarkan melalui belis (mahar) yang diberikan

oleh laki-laki kepada perempuan sehingga otomatis perempuan harus menurut

kepada laki-laki62.

Keagamaan

Masyarakat di Desa Waimangura memiliki 2 agama yaitu Kristen Protestan

dan Katholik, juga kepercayaan masyarakat setempat yaitu kepercayaan terhadap

Marapu. Kedua agama ini memiliki tempat ibadahnya sendiri. Gereja Kristen

60 Wawancara denganBbapak Yohanes Dappa Moda. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 12 Februari 2019. Pukul 10.00 WITA 61 Wawancara dengan Bapak Darius Dairo Ngongo. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 13 Februari 2019. Pukul 12.00 WITA 62 Wawancara dengan Bapak Samuel Ngongo Lede. Penduduk setempat di Desa

Umbarottok, 7 Januari 2019.Pukul 10.00 WITA

Page 32: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

21

Sumba (GKS) berjumlah 4 dan Katholik berjumlah 1. Untuk jumlah penganut

kepercayaan Marapu sudah semakin berkurang karena sudah banyak penduduk

yang masuk agama Kristen maupun Katholik63 . Meskipun sudah banyak yang

masuk ke dalam agama Kristen maupun Katholik namun hubungan dengan Marapu

tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Hal ini disebabkan masih ada hutang adat yang

belum diselesaikan. Dalam Marapu ada yang disebut dengan janji maupun

tanggungan adat jadi meskipun sudah tidak berada dalam kepercayaan terhadap

Marapu lagi, tetapi jika masih ada urusan yang belum diselesaikan dalam adat maka

ia harus menyelesaikannya hingga tuntas 64 . Contohnya: anak yang berada di

Perguruan Tinggi. Ada orang tua yang berjanji dalam adat bahwa setelah anak

mereka lulus kuliah maka akan memberikan babi maupun kerbau sebagai korban

persembahan kepada arwah nenek moyang. Selain itu juga penduduk meyakini

bahwa mereka hidup dalam lingkup kebudayaan yang merupakan sebuah identitas

tentang sejarah nenek moyang mereka65.

Pamali

Pamali merupakan sebuah larangan pada sebuah tempat maupun benda.

Pamali dianggap sebagai larangan yang sakral seperti tempat yang tidak boleh

ditempati dan dimasuki oleh siapapun dan hanya orang tertentu saja yang

diperbolehkan seperti tokoh-tokoh adat yang boleh memasuki tempat tersebut66.

Pamali adalah suatu tanda yang diberikan leluhur yang kemudian dijadikan sebuah

kepercayaan yang sakral. Ada banyak bentuk pamali yang sering terjadi yaitu :

a) Larangan memasuki atau menyentuh sebuah batu kubur nenek

moyang, Hal seperti ini sering terjadi di berbagai desa di daerah Wejewa

ada beberapa batu kubur yang dianggap penting dan tidak boleh di ganggu

hanya orang tertentu yang di perbolehkan. Sanksi atau akibat yang diterima

jika melanggar pamali tersebut bermacam- macam misalnya; sakit

mendadak,mandul, hewan peliharaan mati dan lain-lain, biasanya jika

63 Wawancara denganBbapak Lede Gono selaku ketua adat di Desa Umbarottok, 7

Januari 2019. Pukul 12.00 WITA 64 Wawancara dengan dengan ibu Paulina Lali Pora. Jemaat di Gereja Kristen Sumba

Jemaat Kabalidana cabang Milla Ate, 7 Januari 2019. Pukul 13.00 WITA 65 Wawancara dengan bapak Marten Dappa, 13 Februari 2019 66 Wawancara dengan bapak Samuel Sairo Lende selaku guru injil di cabang Milla Ate, 25

Agustus 2018. Pukul 12.00 WITA

Page 33: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

22

terjadi seperti ini maka yang harus dilakukan untuk membayar pamali atau

denda agar hukumannya dapat hilang biasanya mereka akan mengadakan

upacara adat dengan mempersiapkan barang yang sesuai dengan

permintaan adat biasanya berupa uang, hewan (babi atau ayam), parang dan

bahan makanan67.

b) Tanduk kerbau merupakan lambang bagi sebuah keluarga yang

menandakan keluarga tersebut merupakan keluaraga kerajaan. Tanduk

kerbau ini berada dalam rumah adat. Ada beberapa tanduk kerbau yang di

anggap pamali atau tidak boleh di ganggu apalagi dicuri. Jika tanduk ini

dicuri dan tidak dikembalikan maka sanksi atau hukuman yang didapat

sangat berat dan bisa berakibat pada kematian. Jadi barang yang dicuri akan

segera dikembalikan dengan sendirinya68.

c) Tempat persembahan bagi para leluhur , tempat ini biasanya berada

pada pohon besar , batu besar dan beberapa peralatan dan rumah adat.

Tempat-tempat ini akan dipenuhi persembahan ketika adanya musim panen

dan acara adat. Nama lain yang disebut untuk tempat persembahan ini ialah

natara eri69. Tempat yang sangat keramat dan yang boleh memasuki tempat

ini hanya tokoh adat yang diperbolehkan saja sesuai dengan peraturan dalam

adat, jika ada orang yang sembarang memasuki tempat ini biasanya

mendapat musibah berupa sakit yang berat sampai akibat yang fatal seperti

kematian atau tiba- tiba hilang ,untuk menyelesaikan masalah ini biasanya

keluarga dari korban akan mengadakan upacara adat memohon ampun

kepada leluhur dengan mengadakan ritual adat dengan mengorbankan babi

atau ayam70.

d) Hasil kebun terbakar. Hasil kebun yang terbakar sama sekali tidak dapat

digunakan lagi, namun masyarakat setempat meyakini bahwa tanaman yang

terbakar itu pun memilki jiwa maka dilakukanlah sebuah upacara adat

67 Wawancara dengan bapak lede gono, 7 Januari 2019 68 Wawancara dengan ibu Paulina Lali Pora, 7 Januari 2019 69 Wawancara dengan bapak Lede Gono, 7 Januari 2019 70 Wawancara dengan saudara Ariyanto Sofian Gono. Gereja Kristen Sumba Jemaat

Kabalidana cabang Milla Ate, 7 Januari 2019. Pukul 14.00 WITA

Page 34: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

23

dengan diringi gong dan tambur. 71 Dalam Bahasa daerahnya disebut

kamaika (memanggil jiwa-jiwa tanaman yang terbakar)72.

e) Tidak boleh meludah atau mengeluarkan kata kasar sembarang

didalam rumah adat. Dihargai dan di hormati adalah kebanggaan para

leluhur, karna itu kedisiplinan dan sopan santun juga sering di terapkan

dalam adat istiadat. Dalam Bahasa daerah tempat ini disebut kerredoka

(bale-bale kecil) yang diyakini memiliki penghuni. Hukuman yang diterima

dari pamali ini biasanya nya bersifat ringan misalnya; luka di bagian tubuh

tertentu dan hal ini masih bisa di toleransi oleh leluhur tanpa harus

melakukan upacara adat. Apabila hal ini berulang kali dilakukan akan

berakibat pada hukuman yang sangat berat seperti kematian73.

f) Upacara adat dengan menggunakan tikar adat (tikar khusus adat).

Ketika mengadakan ritual adat di butuhkan sebuah tikar adat, dalam Bahasa

daerah disebut kalenda sebagai tempat duduk bagi ketua adat dan orang-

orang yang memiliki kepentingan dalam ritual tersebut. Tikar yang

digunakan bukanlah sembarang tikar, karena tikar ini hanya boleh

digunakan saat melangsungkan acara adat, pindahan perempuan, dan

syukuran adat74.

g) Tempat menyimpan siri pinang bagi para leluhur. Tempat penyimpana

ini bukanlah penyimpanan siri pinang yang sembarangan, dalam Bahasa

daerah disebut kaleku biasanya masyarakat setempat meyakini bahwa

sebelum melakukan ritual adat maka terlebih dahulu mereka harus

menyimpan siri pinang pada tempat yang disediakan bagi para arwah

leluhur seperti tas yang sudah rusak, tas tenun yang dipakai leluhur semasa

hidupnya75.

h) Larangan berkata kasar saat Petir dan Guntur (marapu kalada). Salah

satu pamali ini sampai saat ini masih sangat dipegang oleh masyarakat

71 Wawancara dengan Bapak Samuel Ngongo Lede, 7 Januari 2019 72 Wawancara dengan Bapak Lede Gono, 7 Januari 2019 73 Wawancara dengan Bapak Lede Wolla. Pendudk setempat di Desa Umbarottok ,7

Januari 2019. Pukul 12.00 WITA 74 Wawancara dengan bapak Ngongo Kii. Penduduk setempat di Desa Umbarottok, 7

Januari 2019. Pukul 12.00 WITA 75 Wawancara dengan ibu Paulina Lali Pora, 7 Januari 2019

Page 35: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

24

setempat. Jika ada kejadian salah satu rumah yang disambar oleh petir maka

secepat mungkin keluarga yang tertimpa musibah harus segera melakukan

upacara adat yang disebut saiso dan harus mengorbankan babi maupun

kerbau dengan jangka waktu acara diadakan selama satu minggu76.

i) Larangan mendekati sebuah pohon besar. Dalam sebuah kampung besar

biasanya ada sebuah pohon besar yang dilarang untuk mendekati maupun

membuang kotoran dan berkata kasar dekat pohon tersebut.seperti pohon

beringin yang dalam Bahasa daerah disebut Maliti. Masyarakat setempat

meyakini bahwa dalam pohon tersebut bersemayam arwah yang menjaga

pohon tersebut. Sanksi yang ada jika melanggar ialah maka dpaat terkena

sakit, mengalami gangguan jiwa sampai meninggal dunia. Cara untuk

menghilangkannya dengan mengadakan upacara adat dengan waktu yang

telah ditentukan oleh ketua adat dengan jaminan membawa ayam maupun

babi. Pohon ini terletak di belakang rumah dan di pinggir kebun77.

j) Perempuan yang belum sepenuhnya dibayar belis (belum pindah suku)

dilarang untuk memasuki ruang tamu dalam rumah besar. Masyarakat

setempat juga meyakini bahwa seorang perempuan yang belum dibayar

belisnya walaupun sudah tinggal bersama lelaki namun belum pindah suku

dan memiliki anak sekalipun, tidak dapat untuk mengambil bagian di ruang

tamu atau tempat dilakukannya ritual adat dlam rumah besar, hanya boleh

berada di ruangan dapur. Ia dapat bergabung setelah menyelesaikan

pembelisan secara penuh78.

Penganut marapu percaya bahwa ada suatu kekuatan gaib yang

membuat mereka takut dan patuh yang membuat mereka merasa tertekan

dan terbebani, dari situlah apapun yang menjadi permintaan dalam pamali

pun harus dipenuhi. Tujuan dilakukannya upacara adat ini supaya dapat

menangkal berbagai musibah tersebut. Ada berbagai kendala yang membuat

masyarakat setempat yang masih menganut marapu tidak dapat

meninggalkan kepercayaan Pamali meskipun sampai saat ini. Salah satunya

76 Wawancara dengan saudara Ariyanto, 7 Januari 2019 77 Wawancara dengan bapak Samuel Ngongo Lede, 7 Januari 2019 78 Wawancara dengan bapak Dairo Renda. Penduduk setempat di Desa Umbarottok,7

Januari 2019. Pukul 12.00 WITA

Page 36: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

25

disebabkan karena masih adanya urusan-urusan dalam adat yang belum

terselesaikan, seperti janji mempersembahkan kerbau maupun babi maka

mau sampai kapanpun janji tersebut harus benar-benar ditepati meskipun

yang menjanjikan sudah meninggal maka yang akan melanjutkan janji

tersebut adalah keturunannya. Rasa takut terhadap arwah-arwah nenek

moyang yang akan mendatangkan musibah, hal ini disimpulkan melalui

berbagai kejadian yang menimpa mereka79.

Salah satu faktor utama yang membuat masyarakat Kristen tetap

menjadi penganut kepercayaan pamali ialah karena kebersamaan dalam

keluarga, ketika ada acara adat yang mengharuskan menanggung biaya

seperti membawa ayam, beras serta gula dan kopi maupun duduk bersama-

sama ketua adat maka harus dilakukan jika tidak maka akan dikatakan

sombong, dijauhkan oleh keluarga. Berbagai faktor yang membuat orang

Kristen tetap mempercayai marapu disebabkan yaitu karena kepercayaan

pada pamali sudah ada sejak dulu, cara berpikir tentang marapu yang terus

melekat dalam diri mereka, kepercayaan pada marapu ditafsirkan sebagai

sesuatu yang akan menjadi kenyataan nantinya. Faktor pendidikan yang

kurang sehingga pemahaman tentang marapu lebih mendominasi dan

malahan anak-anak lebih memahami pamali ketimbang pelajaran sekolah,

faktor ekonomi yang tidak stabil membuat jemaat harus mencari solusi

dalam marapu untuk menemukan jalan keluar. Rasa takut akan masalah

serta musibah yang terus menimpa membuat jemaat lebih memilih percaya

pada marapu dengan harapan hidup akan menjadi lebih baik dan aman80.

Segala aturan dalam marapu terkhususnya pamali semua berasal dari

nenek moyang kemudian diturunkan kepada anak-anaknya hingga saat ini.

Asal-usul kepercayaan pamali tidak diketahui secara pasti namun itulah

kepercayaan yang sudah mendarah daging dalam masyarakat. Secara

agama memiliki kepercayaan terhadap pamali dilarang namun secara

pariwisata maupun budaya marapu menjadi sebuah hal yang tetap

dipertahankan. Dan malahan menjadi sebuah identitas masyarakat setempat

79 Wawancara dengan Bapak Samuel Ngongo Lede, 7 Januari 2019 80 Wawancara dengan mama kefas. Penduduk setempat di Desa Umbarottok, 5 Januari

2019. Pukul 12.00 WITA

Page 37: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

26

meskipun lambat laun seiring perkembangan zaman kepercayaan pada

marapu akan hilang namun tidak sepenuhnya akan hilang karena akan

menjadi sejarah bagi masyarakat yang menjadi sebuah pengingat bagi

keturunan mereka81.

ANALISIS

Berdasarkan landasan teori pada bab II maka didapatkan beberapa hal

terkait dengan pamali di GKS Kabalidana cabang Milla ate serta lingkungan

penduduk setempat di Desa Umbarottok yaitu:

Pamali Dalam Sosiologi

Teori mengatakan bahwa ada beberapa hal pokok tentang budaya dan tabu

yaitu:

Mengatasi berbagai rintangan. Masyarakat meyakini bahwa taat pada aturan

dalam pamali membuat mereka dapat dijauhkan dari berbagai musibah, ketika ada

sebuah musibah yang menimpa mereka berbagai ritual akan diadakan seperti ritual

adat ketika rumah tersambar petir. Ada sebuah pamali tentang larangan berkata

kasar saat petir, tujuan dari pamali yang diyakini masyarakat ini adalah untuk

menghalau musibah yang akan datang. Namun jika rumah sudah terlanjur

tersambara petir maka diadakan upacara adat yang dinamakan saiso.

Tertib. Sesuai dengan data lapangan yang tersedia berkenaan dengan pamali yang

hadir dalam masyarakat maka pamali merupakan sarana dalam ketertiban

masyarakat setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan sistem kekerabatan yaitu

wannokalada. Dalam wannokalada ada berbagai suku di dalamnya dan jika

dikerucutkan lagi maka ada tiap-tiap rumah didalam wannokalada yang disebut

umakalada. Umakalada berisi satu suku besar yang memiliki aturannya terhadap

pamalinya sendiri.

Ketaatan. Pamali menjadikan masyarakat patuh terhadap perkataan pemimpin adat

yang dianggap mengetahui segala macam aturan dalam adat. Tentang sebab dan

akibat melanggar aturan dalam pamali, selain itu juga untuk mengetahui apa yang

81 Wawancara dengan bapak Lede Gono, selaku ketua adat, 7 Januari 2019

Page 38: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

27

harus dilakukan ketika ada musibah yang menimpa keluarga. Pemimpin adat yang

disebut rato adat dipercayai sebagai penyambung lidah dan juga orang yang

berkomunikasi dengan roh leluhur.

Larangan bagi khalayak. Pamali berlaku terhadap seluruh penduduk entah yang

sudah beragama maupun yang masih percaya terhadap kepercayaan masyarakat

setempat. seperti yang ada dalam data lapangan tentang tanduk kerbau yang tidak

boleh dicuri. Aturan ini berlaku bagi siapa saja.

Terlarang. Masyarakat setempat memberlakukan hal ini pada setiap tempat atau

benda yang ada di dalam rumah maupun luar rumah. Benda yang dianggap suci

dilarang untuk dipegang begitupun juga dengan tempat dilarang untuk dimasuki.

Data lapangan yang sesuai dengan hal ini ini adalah perempuan yang dilarang untuk

memasuki ruang tamu dalam rumah besar karena sebelum menyelesaikan belisnya.

Perempuan yang belum lunas belisnya belum bisa berpindah suku, oleh sebab itu

meskipun sudah mempunyai anak dan menetap satu rumah bersama suaminya harus

tetap melunasi hutang belis.

Sumber daya roh. Kepercayaan terhadap pamali timbul karena masyarakat

meyakini ada daya kekuatan yang dapat mendatangkan malapetaka dan juga

kekuatan yang dapat melindungi terkandung di dalamnya. Masyarakat menganggap

bahwa pamali merupakan hal yang sakral tempat berdiamnya roh para leluhur.

Menjaga kelestarian yang Sakral. Pamali merupakan salah satu upaya

masyarakat untuk memelihara kebudayaan mereka dan juga menjaga sejarah asal-

usul seperti tanduk kerbau, tikar adat, tempat menyimpan siri pinang. Jika tidak ada

pamali maka benda bersejarah maupun tempat-tempat bersejarah bisa saja dapat

hilang seiring berjalannya waktu namun dengan adanya pamali menjadi sebuah

pengingat bagi mereka bahwa peninggalan tersebut berasal dari zaman leluhur

mereka. Itulah sebabnya meskipun sudah memiliki agama pun mereka tidak dapat

selamanya meninggalkan kepercayaan terhadap pamali.

Pengikat Persatuan. Pamali menjadi suatu pengikat persatuan masyarakat, hal ini

dapat dilihat ketika adanya rumah yang tersambar petir maka tiap-tip keluarga akan

bergotong-royong untuk mengambil bagian berpartisipasi melaksanakan acara adat

tersebut. Ada yang membawa peralatan dapur, makanan maupun minuman hingga

membawa lauk pauk yang belum jadi seperti babi, ayam maupun kerbau. Meskipun

Page 39: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

28

anggaran yang dikeluarkan sangat besar namun mereka tetap ikut berpartisipasi.

Dari sini dapat dilihat bahwa Pamali bukan hanya saja sebuah larangan semata

tetapi sebagai sebuah pemersatu yang dimana tiap-tiap orang mematuhi berbagai

aturan di dalamnya dengan adanya harapan bahwa mereka juga dijauhkan dari

berbagai musibah. Jika ada keluarga yang tidak berpartisipasi maka masyarakat

setempat percaya roh nenek moyang akan mendatangi mereka dengan cara

merasuki.

Dalam landasan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan di Gereja

Kristen Sumba (GKS) Jemaat Kabalidana cabang Milla ate, masih ada jemaat yang

masih hidup dan mempercayai mitos yang sudah ada sejak turun-temurun atau

biasanya disebut sebagai kepercayaan terhadap Pamali (suatu larangan yang tidak

boleh dilanggar karena akan ada konsekuensi). Pamali menjadi sebuah hal yang

tetap diyakini sebagai kepercayaan yang hadir dalam lingkungan tempat jemaat

bertumbuh dan berinteraksi. Selain itu juga kebudayaan tercermin jelas dalam

lingkup keagamaan seperti kepercayaan masyarakat setempat kepada arwah leluhur

mereka. Hasil penelitian lapangan yang dilakukan memperlihatkan bahwa pamali

merupakan sebuah bentuk dari kebudayaan yag diciptakan oleh masyarakat

setempat. Seorang perempuan yang belum lunas belis tidak dapat memasuki ruang

tamu dalam rumah besar meskipun sudah memiliki anak dan sudah tinggal bersama

suaminya. Hal ini berlaku pada setiap perempuan yang belum pindah suku. Rasa

takut yang hadir dalam diri membuat mereka menaati aturan yang berlaku,

masyarakat setempat merasakan bahwa ada semacam kekuatan yang berada pada

tempat maupun benda.

Adat dibuat oleh manusia demi kepentingan manusia, karena kestabilan dan

tata tertib masyarakat diharap terpelihara melalui adat dan oleh adat. Salah satu

aspek penting pamali masih diyakini yaitu karena aturan yang ditaati masyarakat

seperti kubur batu yang tidak boleh disentuh, khususnya kubur para nenek moyang.

Masyarakat memahami hal tersebut karena mereka percaya bahwa ada kekuatan

alam yang tinggal didalamnya seperti tanduk kerbau yang tidak sembarangan

dicuri, masyarakat meyakini jika tanduk tersebut dicuri maka akan mendatangkan

bencana bagi si pencuri. Pamali merupakan sesuatu yang sakral bagi masyarakat

serta sebagai bentuk usaha manusia dalam memelihara dan merawat peninggalan

Page 40: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

29

para leluhur, melalui pamali masyarakat ikut mengambil bagian dan juga ikut

berpartisipasi dengan daya kekuatan yang ada di sekitar mereka. Ketika ada sebuah

musibah yang terjadi dalam suatu keluarga maka tindakan selanjutnya yang

dilakukan ialah dengan mengadakan upacara adat dengan tujuan untuk

menghilangkan malapetakan yang terjadi, biasanya suatu musibah terjadi karena

melanggar janji dalam adat atau ada larangan dalam pamali yang tidak dipatuhi.

Analis Teologis

Pamali jika dikaitkan secara teologis sebagaimana mestinya bahwa menurut

ajaran kristiani kedua komponen tersebut memiliki perbedaan. Pamali dipahami

masyarakat setempat sebagai sebuah larangan yang memiliki konsekuensi jika

dilanggar namun jika melihat dari sisi teologis maka pamali diartikan sebagai hal

yang tidak seharusnya diyakini oleh makhluk hidup karena, secara teologis sesuai

dengan ajaran agama bahwa akan ada kehidupan yang baik terlepas dari

kepercayaan terhadap para leluhur atau orang yang sudah dituakan. Pamali secara

teologis diyakini sebagai larangan yang memiliki daya kekuatan yang berasal dari

alam sebagai sebuah manifestasi kehidupan masyarakat terhadap hal-hal mistis

yang dapat dilihat dari berbagai larangan yang ada serta berbagai ritual adat yang

masih dilakukan. Selain itu juga Pamali dipahami sebagai sesuatu yang suci dan

kudus oleh masyarakat karena ada beberapa tempat maupun benda yang tidak

sembarangan disentuh maupun dimasuki. Dari ketaatan terhadap Pamali inilah

masyarakat merasakan kedamaian ketika dapat dijauhkan dan dilindungi dari

berbagai malapetaka.

Dalam Pamali, kuasa yang dianggap memegang kehidupan mereka ialah roh

para leluhur, bukan hanya itu saja masyarakat meyakini bahwa binatang-binatang

disekitar mereka merupakan penjelmaan dari leluhur mereka. Dalam buku

Dhavamoni tentang” fenomenologi agama” dikatakan tentang pengertian animisme

menurut E.B. Tylor bahwa animisme dipahami sebagai suatu sistem kepercayaan

dimana manusia religius khususnya orang primitif membubuhkan jiwa pada

manusia dan juga pada semua makhluk hidup dan benda mati82. Pamali dianggap

sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang dipatuhi. Masyarakat percaya bahwa roh

82 Mariasusai Dhavamony, fenomenologi agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995) cetakan ke-7, 66

Page 41: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

30

para leluhur yang mengatur hidup, mengatur kapan waktu yang baik untuk

melakukan panen, dan ketika ada musibah yang terjadi maka ada doa khusus yang

dipanjatkan bagi roh leluhur yang didoakan dalam bahasa daerah setempat. Jika

dilihat dari hal ini maka pamali merupakan bagian penting dalam proses kehidupan

masyarakat.

Kepercayaan terhadap roh leluhur menjadi sebuah penangkal dari kejahatan

yang merupakan kebutuhan akan suatu bentuk komunikasi dengan mereka serta

keselamatan yang dapat diperoleh oleh masyarakat melalui ketaatan terhadap

pamali. Seperti pamali untuk tidak menyentuh batu kubur nenek moyang. Jadi dapat

dilihat bahwa pamali bagi masyarakat setempat sebagai pelindung bagi mereka,

agar dijauhkan dari sakit, marabahaya. Konsekuensi yang diterima bagi seseorang

yang melanggar aturan dalam pamali ialah akan ada malapetaka yang menimpa

keluarga seperti sakit maupun usaha keluarga yang terganggu. Namun sebaliknya

jika mematuhi terhadap berbagai aturan dalam Pamali maka akan dijauhkan dari

musibah maupun malapetaka, masyarakat percaya jika segala usaha keluarga dalam

hal ini pekerjaan akan dilindungi oleh roh leluhur selain itu juga agar usaha-usaha

yang dikerjakan dapat berjalan dengan baik.

Ada berbagai macam pamali yang dipercayai seperti tempat khusus untuk

menaruh siri pinang bagi roh para leluhur tidak boleh digunakan secara

sembarangan. Selain itu juga masyarakat percaya bahwa setiap tanaman memiliki

jiwa sehingga jika ada gagal panen maupun terbakar maka akan dilakukan ritual

adat untuk memanggil roh tanaman tersebut serta juga menyediakan persembahan

seperti memotong hewan yaitu babi, kerbau dan juga ayam dalam upacara adat.

Masyarakat meyakini bahwa persembahan yang diberikan akan diterima para

leluhur. Selain itu masyarakat percaya bahwa ada pohon, kebun, serta rumah adat

yang memiliki penghuni sehingga dilarang untuk berkata kasar secara sembarangan

dan juga batu kubur nenek moyang yang tidak disentuh. Kemudian pamali secara

khusus bagi perempuan yang belum selesai pembelisan tidak dapat masuk ke dalam

ruang tamu rumah adat dan hanya bisa berada di dapur.

Page 42: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

31

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat dilihat bahwa

pamali merupakan hasil dari kebudayaan yang menjadi bagian dari mitos yang

adalah sebuah pedoman dalam menjalani kehidupanya. Dalam perkembangan

zaman, manusia dituntut untuk berubah sesuai dengan kebutuhannya termasuk

kebudayaan. Meskipun sudah banyak hal yang berubah namun belum tentu semua

dapat berubah termasuk kepercayaan masyarakat, sebelum agama dijadikan sebagai

sebuah landasan kepercayaan dalam kehidupan tidak dapat pungkiri bahwa sudah

ada kepercayaan yang terbentuk melalui kebudayaan manusia. Setiap kota, negara,

maupun daerah memiliki kepercayaannya masing-masing begitupun juga di pulau

Sumba terkhususnya di Desa Umbarottok.

Pamali berisi aturan-aturan yang dapat membawa kedamaian jika menaati

dan juga malapetaka jika dilanggar. Aturan-aturan tersebut dipercayai sudah hadir

sejak zaman para leluhur. Ada sebagian yang percaya dan ada juga yang sudah tidak

mempercayai pamali. Ketika seseorang sudah beragama tentunya dihimbau untuk

tidak bergantung kepada kepercayaan terhadap pamali, meskipun sebelum agama

nasional diakui sudah terlebih dahulu ada kepercayaan masyarakat setempat yaitu

Marapu. Agama juga menjadi suatu aspek penting dalam kehidupan manusia

terkhususnya Gereja Kristen Sumba (GKS) Kabalidana cabang Milla Ate. Namun

bagaimana jadinya ketika jemaat masih mempercayai pamali dan masih mengikuti

berbagai ritual adat.

Alasan pamali tetap dipercaya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

ialah pamali merupakan sebuah bentuk kebudayaan bagi masyarakat setempat dan

juga hal yang tabu bagi jemaat. Dua hal yang bertentangan tetapi pamali sudah

hidup diantara mereka melalui segala sesuatu yang mereka lakukan.

Permasalahannya ialah jemaat cabang Milla ate masih tetap percaya terhadap

pamali dan juga ikut berpartisipasi di dalam ritual adat yang dilakukan karena

ketika mengkaji tentang masyarakat dan lingkungan ternyata alasan pamali masih

dipercayai ialah lingkungan sekitar tempat masyarakat hidup masih sangat

memelihara peninggalan para leluhur termasuk segala aturan-aturan dan hukum

yang berlaku. Bukan hanya itu saja rasa takut yang hadir dalam diri mereka terhadap

Page 43: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

32

malapetaka yang bisa menimpa mereka. Ada juga jemaat yang yang masih memiliki

perjanjian dalam adat dan harus segera diselesaikan sehingga perlu melakukan

ritual adat. Kemudian pamali masih tetap dipercayai karena hal tersebut menjadi

sebuah identitas serta sebagai sebuah penghargaan pada leluhur.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang telah dianalisa dan dijelaskan

maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti ialah:

1. Gereja

Gereja perlu membuka diri dan juga perlu melihat keadaan jemaat

yang masih percaya terhadap pamali bukannya mengadili seakan-akan

pamali adalah hal yang kotor. Gereja semestinya memberikan pemahaman

serta jalan keluar yang baik kepada jemaat yang masih percaya terhadap

pamali agar jemaat pun juga merasa diperhatikan dan bukan dianggap

sebagai orang yang melenceng dari kebenaran firman Tuhan. Sebagai umat

beragama perlu menaati berbagai aturan keagamaan tetapi juga harus

menghargai kepercayaan masyarakat setempat.

2. Masyarakat Kristen

Sebagai umat beragama yang sudah menerima kebenaran firman

Tuhan sebaiknya tidak lagi menjadikan kepercayaan kepada para leluhur

sebagai landasan kehidupan. Hal ini bukan berarti harus melupakan sejarah,

namun ada baiknya dijadikan sebagai penghargaan terhadap para leluhur

dan juga segala peninggalan sejarah. Alangkah baiknya bersandar kepada

Tuhan dan mau mempercayai seluruh kehidupan hanya ke dalam

tanganNya.

Page 44: PAMALI PADA MASYARAKAT KRISTEN SUATU KAJIAN …

33

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (edisi kedua).

Yogyakarta.Tiara Wacana.

Freud, Sigmund. 2017. Totem dan Tabu. Yogyakarta. Immortal Publishing dan

Octopus.

Peurson, c.a. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Wellem, F.D. 2004. Injil dan Marapu. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Daeng, Hans J. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan

Antropologis.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Wazer, Michael H, Arief Sadiman dan Paul L. Wienir. 1986. Metode dan Analisis

Penelitian : Mencari Hubungan jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatf . Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Subagyo, Joko. 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta. Rineka

Cipta.

Peursen, C, A, Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: BPK Gunung Mulia.

Ghazali, Adeng, Muchtar. 2011. Antropologi Agama Upaya Memahami

Keragaman Kepercayaan,Keyakinan, dan Agama. Bandung:

ALFABETA.

Sulasman, H, dan Setia Gumilar. 2013. Teori-teori Kebudayaan Dari Teori Hingga

Aplikasi. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Pals, Daniel, L. 2011. Seven Theories of Religion. Jogjakarta: IRCiSoD.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: KANISIUS.

Soehadha, Moh. 2014. Fakta dan Tanda Agama Suatu Tinjauan Sosio-

Antropologis.

Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.