pakaikan aku baju merah

1
PAKAIKAN AKU BAJU MERAH ! Dalam pekerjaan rangkapku sebagai pendidik dan penyedia peralatan kesehatan, aku bekerja menangani sejumlah anak yang tertular virus penyebab AIDS. Pertalianku dengan anak-anak istimewa ini merupakan karunia dalam hidupku. Mereka mengajariku berbagai hal, tapi aku terutama belajar bahwa keberanian besar dapat ditemukan dalam paket kecil. Marila kuceritakan tentang Tyler! Tyler lahir dengan tertular HIV dan ibunya juga tertular. Sejak awal kehidupannya, ia tergantung padfa pengobatan yang membuatnya bertahan hidup. Waktu ia berusia 5(lima) tahun, sebuah selang dimasukkan lewat operasi ke dalam pembuluh darah di dadanya. Selang ini disambungkan pada sebuah pompa yang dibawanya dalam tas punggung kecil. Obat-obatan dikaitkan pada pompa ini secara terus menerus dan dikirimkan melalui pipa ke dalam aliran darahnya. Sewaktu-waktu ia juga membutuhkan oksigen tambahan untuk membantu pernafasannya. Tyler tak mau menyerahkan sesaatpun masa kanak-kanaknya pada penyakit yang mematikan ini. Sudah tak aneh lagi menemukannya bermain dan berlari-lari di halaman belakang, mengenakan tasnya yang penuh obat dan menyeret tangki oksigen dalam kereta kecilnya. Semua yang mengenal Tyler kagum pada kebahagiaan murninya untuk dapat hidup dan kekuatan yang didapatnya dari sikapnya itu. Ibu Tyler sering menggodanya dengan mengatakan padanya bahwa ia bergerak begitu cepat sehingga dia harus memberinya pakaian merah. Dengan begitu, kalau sang ibu mengintip keluar jendela untuk memeriksanya bermain di halaman, ia bisa menemukannya dengan cepat. Penyakit menakutkan ini akhirnya menguras tenaga dari orang yang bahkan mirip dinamo kecil seperti Tyler. Sakitnya menjadi kian parah, dan sayangnya, begitu pula ibunya yang tertular HIV. Pada waktu kelihatan jelas bahwa ia tak akan bertahan hidup, ibu Tyler berbicara padanya tentang kematian. Ia menghiburnya dengan mengatakan pada Tyler bahwa dirinya juga akan mati dan cepat menyusulnya ke surga. Beberapa hari sebelum kematiannya, Tyler memberiku isyarat untuk mendekat ke ranjang rumah sakitnya dan berbisik, “Aku bakal mati sebentar lagi. Aku tidak takut! Kalau aku mati, aku mau dipakaikan baju merah. Mama janji akan menyusul ke surga. Aku pasti sedang main waktu mama datang, dan aku ingin memastikan bahwa mama bisa menemukanku!”

Upload: elisabeth-dea-resitarani

Post on 10-Apr-2016

224 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sdetwdaf

TRANSCRIPT

Page 1: Pakaikan Aku Baju Merah

PAKAIKAN AKU BAJU MERAH !

Dalam pekerjaan rangkapku sebagai pendidik dan penyedia peralatan kesehatan, aku bekerja menangani sejumlah anak yang tertular virus penyebab AIDS. Pertalianku dengan anak-anak istimewa ini merupakan karunia dalam hidupku. Mereka mengajariku berbagai hal, tapi aku terutama belajar bahwa keberanian besar dapat ditemukan dalam paket kecil. Marila kuceritakan tentang Tyler!

Tyler lahir dengan tertular HIV dan ibunya juga tertular. Sejak awal kehidupannya, ia tergantung padfa pengobatan yang membuatnya bertahan hidup. Waktu ia berusia 5(lima) tahun, sebuah selang dimasukkan lewat operasi ke dalam pembuluh darah di dadanya. Selang ini disambungkan pada sebuah pompa yang dibawanya dalam tas punggung kecil. Obat-obatan dikaitkan pada pompa ini secara terus menerus dan dikirimkan melalui pipa ke dalam aliran darahnya. Sewaktu-waktu ia juga membutuhkan oksigen tambahan untuk membantu pernafasannya.

Tyler tak mau menyerahkan sesaatpun masa kanak-kanaknya pada penyakit yang mematikan ini. Sudah tak aneh lagi menemukannya bermain dan berlari-lari di halaman belakang, mengenakan tasnya yang penuh obat dan menyeret tangki oksigen dalam kereta kecilnya. Semua yang mengenal Tyler kagum pada kebahagiaan murninya untuk dapat hidup dan kekuatan yang didapatnya dari sikapnya itu. Ibu Tyler sering menggodanya dengan mengatakan padanya bahwa ia bergerak begitu cepat sehingga dia harus memberinya pakaian merah. Dengan begitu, kalau sang ibu mengintip keluar jendela untuk memeriksanya bermain di halaman, ia bisa menemukannya dengan cepat.

Penyakit menakutkan ini akhirnya menguras tenaga dari orang yang bahkan mirip dinamo kecil seperti Tyler. Sakitnya menjadi kian parah, dan sayangnya, begitu pula ibunya yang tertular HIV. Pada waktu kelihatan jelas bahwa ia tak akan bertahan hidup, ibu Tyler berbicara padanya tentang kematian. Ia menghiburnya dengan mengatakan pada Tyler bahwa dirinya juga akan mati dan cepat menyusulnya ke surga.

Beberapa hari sebelum kematiannya, Tyler memberiku isyarat untuk mendekat ke ranjang rumah sakitnya dan berbisik, “Aku bakal mati sebentar lagi. Aku tidak takut! Kalau aku mati, aku mau dipakaikan baju merah. Mama janji akan menyusul ke surga. Aku pasti sedang main waktu mama datang, dan aku ingin memastikan bahwa mama bisa menemukanku!”