pajak parkir

5
Pengertian Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan kendaraan bermotor. Sedangkan yang dimaksud parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendraan yang tidak bersifat sementara. Objek Pajak Parkir Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Klasifikasi tempat parkir di luar badan jalan yang dikenakan Pajak Parkir adalah : a. Gedung parkir; b. Pelataran parkir; c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran; dan d. Tempat penitipan kendaraan bermotor. Bukan Objek Pajak Parkir a. Penyelenggaraan parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan tempat parkir oleh BUMN tidak dikecualikan sebagai objek pajak parkir. b. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri. c. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing, dan perwakilan lebaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik. Ketentuan tentang pengecualian pengenaan pajak parkir bagi perwakilan lembaga – lembaga internasional berpedoman kepada keputusan Menteri Keuangan. d. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan perturan daerah, antara lain penyelenggaraan tempat parkir di tempat

Upload: sindyamalia

Post on 11-Jul-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pajak dan reetribusi daerah

TRANSCRIPT

Pengertian

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

kendaraan bermotor. Sedangkan yang dimaksud parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendraan

yang tidak bersifat sementara.

Objek Pajak Parkir

Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor. Klasifikasi tempat parkir di luar badan jalan yang dikenakan Pajak Parkir

adalah :

a. Gedung parkir;

b. Pelataran parkir;

c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran; dan

d. Tempat penitipan kendaraan bermotor.

Bukan Objek Pajak Parkir

a. Penyelenggaraan parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan tempat

parkir oleh BUMN tidak dikecualikan sebagai objek pajak parkir.

b. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya

sendiri.

c. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan Negara asing, dan perwakilan lebaga-

lembaga internasional dengan asas timbal balik. Ketentuan tentang pengecualian pengenaan pajak

parkir bagi perwakilan lembaga – lembaga internasional berpedoman kepada keputusan Menteri

Keuangan.

d. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan perturan daerah, antara lain

penyelenggaraan tempat parkir di tempat peribadatan an sekolah serta tempat – tempat lainnya

yang diatur lebih lanjut oleh bupati / walikota.

Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir

Pada pajak parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan

bermotor. Sedangkan yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut

bayaran. Dengan demikian, pada pajak parkir subjek pajak dan wajib pajak tidak sama. Konsumen yang

melakukan parkir merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sementara pengusaha

yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi

kewenangan untuk memungut pajak konsumen (subjek pajak).

Dasar Pengenaan Pajak Parkir

Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada

penyelenggara tempat parkir. Jumlah yang seharusnya dibayar termasuk potongan harga parkir dan pakir

cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir. Dasar pengenaan pajak parkir dapat ditetapkan

dengan peraturan daerah. Sewa/tarif parkir sebgai dasar pengenaan pajak parkir yang dikelola secara

monopoli dapat diatur dengan peraturan daerah.

Tarif Pajak Parkir

Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar tiga puluh persen dan ditetapkan dengan peraturan

daerah kabupaten / kota yang bersangkutan.

Perhitungan Pajak Parkir

Pajak Terutang = tarif pajak x dasar pengenaan pajak

= tarif pajak x jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada

penyelenggara tempat parkir

Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Parkir

Pada pajak parkir, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim

atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan buapti/walikota. Dalam pengertian masa pajak

bagian dari bulan dihitung dengan satu bulan penuh.

Tahun pajak, yaitu jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim kecuali apabila wajib pajak

mengunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

Pajak yang terutang merupakan pajak parkir yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam

masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak parkir yang

ditetapkan oleh pemerintahdaerah kabupaten/kota setempat. Saat pajak terutang dalam masa pajak terjadi

pada saat pelayanan atau pembayaran di tempat parkir.

Pajak parkir yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat penyelenggaraan parkir di luar

badan jalan berlokasi. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang hanya terbatas

atas setiap tempat parkir di luar badan jalan yang memungut bayaran yang berlokasi dan terdaftar dalam

lingkup wilayah administrasinya.

CARA PEMUNGUTAN, PENETAPAN PAJAK PARKIR

1. Cara pemungutan

Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan atau diserahkan kepada pihak ketiga. Namun

dimungkinkan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara

lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman sura-surat kepada wajib pajak, atau

penghimpunan data objek dan subjek pajak. Kegiatan yang tidak dapat diserahkan kepada

pihak ketga adalah perhitungan besarnya pajak terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan

penagihan pajak.

2. Penetapan pajak

Setiap wajib pajak yang membayar sendiri pajaknya wajib menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunaka STPD.

Ketentuan ini menunjukkan pada dasarnya merupakan sistem self assesement.

Walaupun demikian, dalam pemungutan pajak dimungkinkan penetapan pajak ridak

diserahkan sepenuhnya kepada wajib pajak, tetapi ditetapkan oleh kepala daerah. Terhadap

wajib pajak yang pajaknya ditetapkan oleh bupayi/walikota, jumlah pajak trutang ditetapkan

dengan menerbitkan SKPD. Wajib pajak tetap memasukkan SPTPD, tetapi tanpa perhitungan

pajak. Umumnya SPTPD dimasukkan bersamaan dengan pendataan yang dilakukan oleh

petugas Dinas Pendapatan Daerah kabupaten/kota atau petugas lain yang ditunjuk.

PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN PAJAK PARKIR

1. Pembayaran pajak parkir

Pajak parkir terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan

daerah, misalnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berukutnya dari masa pajak yang

setelah berakhirnya masa pajak. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan SKPDKB,

SKPDKBT, SKPDN, Surat Keputusan Pembetulan, Surat keputusan Keberatan, DAN Putusan

Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, pajak yang

dimaksud harus dilunasi paling lambat 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

Pembayaran pajak dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh

walikota/bupati sesuai waktu yang ditentukan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan

SPTD. Pebayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSPT (Surat Setoran Pajak).

Pembayaran harus dilakukan sekaligus lunas

2. Penagihan pajak parkir

Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi setelaj jatuh tempo pembayaran maka

bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan penagihan pajak. Penagihan pajak

dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat

Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan terlebih dahulu

memberikan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yag sejenis.

Apabila jumlah pajak yang terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam

jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran akan ditagi dengan Surat Paksa. Tindakan

penagihan yang dilakkan dengan surat paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan,

pelelangan, pencegahan, dan penyanderaan apabila wajib pajak tetap tidak mau melunasi

utang pajak sebagaimana mestinya.