pai
DESCRIPTION
dwdeTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDalam kehidupan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial ia
senantiasa mengalami warna warni kehidupan. Ada kalanya senang, tentram dan
gembira. Tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia juga kadang
kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya, ini
menunjukan bahwa manusia senantiasa mengalami dinamika kehidupan.
Berbagai macam cara dilakukan agar manusia dapat menyalurkan rasa
senang, tenang dan gembira atau dengan kata lain agar manusia memperoleh
kebahagiaan dan terhindar dari hal-hal yang mengecewakan.Mampu tidaknya
seseorang dalam mencapai keinginannya tergantung dari vitalitas, temperamen,
watak serta kecerdasan seseorang.Vitalitas merupakan semangat hidup, pusat
tenaga seseorang, ia merupakan dasar kepribadian dan merupakan unsur
penting yang ikut menentukan kemampuan berprestasi, dan bersifat dinamis.
Setiap orang memiliki vitalitas yang berbeda ada yang kuat ada juga lemah.
Kepribadian juga merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Ia akan ikut menentukan sukses tidaknya seseorang. Kepribadian
meskipun ia merupakan faktor yang penting dalam kejiwaan dan berada pada
tataran rohani namun wujudnya dapat terlihat pada tingkah laku dan sikap hidup
seseorang.
1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah memberikan pemahaman
tentang akhlaq seorang pribadi muslim yang diimplementasikan terhadap diri
sendiri
1.2.2 Tujuan- Pemahaman tehadap akhlaq seorang muslim khusunya terhadap diri
sendiri
- Aplikasi pemahaman akhlaq terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari
– hari
BAB II PRIBADI SEORANG MUSLIM
2.1 Pengertian Kepribadian MuslimKata kepribadian telah menjadi kosa kata umum dalam percakapan
sehari-hari, tidak jarang dari kita yang belum paham benar pengertian
kepribadian secara etimologi maupun menurut pendapat para ahli. Dalam
literatur ilmu jiwa kata kepribadian secara etimologi berasal dari kata Personality
(bahasa Inggris) ataupun persona (bahasa latin), yang berarti kedok atau topeng.
Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung, maksudnya untuk
menggambarkan prilaku, watak, atau pribadi seseorang. Dari makna kata
tersebut diatas kemudian terumuskan pengertian kepribadian, antara lain oleh
Gordon W. allpert mengatakan: Kepribadian adalah oganisasi yang dimanis di
dalam individu dari sistem-sistem psikophisik yang menentukan penyesuaian diri
yang unik terhadap lingkungannya.
Para intelektual Muslim telah mendefinisikan kepribadian yakni
merupakan bentuk integrasi antara sistem kalbu, akal dan nafsu manusia yang
menimbulkan tingkah laku. Substansi nafsani memiliki tiga daya yaitu kalbu atau
fitrah ilahiyah, akal atau fitrah insani dan nafsu atau firah hayawaniah.
Kepribadian pada dasarnya merupakan perpaduan antara ketiga daya tersebut,
hanya saja biasanya ada salah satu diantaranya yang mendominasi yang lain.
Al Kindi mendefinisikan jiwa adalah an nafs nathiqah substansinya
bersifat ilahi rabbani yang berasal dari cahaya (nur) sang pencipta . Oleh karena
itu jiwa atau hati harus senantiasa dihidupkan dengan cahaya ilahi. Dalam Islam
hati yang hidup adalah sumber kebaikan dan kematian hati adalah sumber
keburukan. Akar semua kebaikan dan kebahagiaan seorang hamba adalah
kesempurnaan hidup dan cahayanya. Hati yang sehat dan hidup akan bisa
membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Kepribadian seorang Muslim berarti menuntut agar jiwanya selalu hidup dengan
nur ilahi. Inilah yang membedakan antara kepribadian menurut konsep Islam.
Kepribadian Islam merupakan ciri khas, watak maupun karakter umat Islam.
Kepribadian Muslim atau sering disebut akhlak Islami yaitu prilaku seorang
Muslim yang merupakan perpaduan harmonis antara kalbu, akal dan fitrah
insani.
Jika dilihat dari definisi definisi tersebut maka kepribadian adalah buah
dari akhlak karena akhlak itu sendiri adalah sistem kerja rohani yang terdapat
dalam jiwa manusia.
Kadang-kadang dalam kondisi tertentu terjadi perubahan tingkah laku.
Hal ini disebabkan karena salah satu substansi jiwa mendominasi yang lainnya.
Jika dalam interaksi seseorang didominasi oleh nafsu maka yang muncul ialah
sifat pendusta, egois, bakhil, suka mengacau dan amarah. Hal ini dalam psikologi
Islam dinamakan jiwa yang sedang sakit. Tetapi apabila yang mendominasi akal
dan kalbu maka yang muncul adalah sifat-sifat terpuji dan ma’rifat kepada Allah,
inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan .
Hasil kerja kalbu atau kepribadian yang didominasi dengan kalbu akan
menghasilkan kepribadian mutmainah wujudnya kepribadian atas dasar iman,
Islam, dan ikhsan. Sedangkan kepribadian yang didominasi dengan akal akan
menghasilkan kepribadian lawwamah, suatu kepribadian yang berdasarkan
sosial moral dan rasional. Dan kepribadian yang didominasi leh nafsu
menghasilkan kepribadian amarah, ia bersifat produktif, kreatif dan konsumtif.
Oleh karena itu kepribadian ada yang menarik dan ada yang tercela.
Kepribadian yang menarik ialah kepribadian yang memiliki sifat-sifat positif
seperti rajin, sabar, pemurah dan suka menolong. Sedangkan kepribadian yang
tercela yaitu kepribadian yang negatif seperti pemalas, pemarah, kikir, sombong
dan sebagainya.
2.2 Struktur Kepribadian Substansi jiwa menurut para filosof maupun psikolog Islam terdiri atas
tiga bagian yaitu jasmani, rohani dan nafsani atau nafsu. Substansi jasmani
berupa organisme fisik manusia ia lebih sempurna dibanding makhluk-makhluk
yang lain bersifat lahiriyah yang memiliki unsur-unsur tanah, udara, api, dan air,
ia akan hidup jika diberi daya hidup atau al bayah . Substansi ruh adalah
substansi yang merupakan kesempurnaan awal. Al Gazali menyebutnya lathifah
yang halus dan bersifat ruhani. Ruh sudah ada ketika tubuh belum ada dan tetap
ada meskipun jasadnya telah mati. Fathur Rahman menyatakan bahwa ruh
adalah amanah, karena itu ia memiliki keunikan dibanding dengan makhluk yang
lain. Dengan amanah inilah ia menjadi kalifah di muka bumi . Substansi nafsani
berarti jiwa, nyawa atau ruh, konotasinya ialah kepribadian dan substansi psiko
fisik manusia. Nafs ini merupakan gabungan dari jasad dan ruh. Karena itu nafs
adalah potensi jasadi dan rohani. Ia berupa potensi aktualisasinya akan
membentuk suatu kepribadian Muslim yaitu merupakan perpaduan harmonis
antara kalbu, akal dan nafsani.
Struktur kepribadian Islam merupakan perpaduan harmonis antara kalbu,
akal, dan nafsani.
1. Al Qalb atau kalbu merupakan materi organik yang memiliki system
kognisi yang berdaya emosi.
Al Gazali menyatakan bahwa kalbu memiliki insting yang disebut al nur al
ilahy dan al bashirah al bathinah (mata batin) . Kalbu dalam arti jasmani adalah
jantung (heart) bukan hati (lever). Kalbu dalam artian rohani ialah menunjukan
kepada hati nurani (conscience) dan ruh (soul) . Kalbu ini berfungsi sebagai
pemandu, pengontrol dan pengendali struktur nafs yang lain. Apabila kalbu ini
berfungsi normal maka manusia menjadi baik sesuai dengan fitrah aslinya.
Karena kalbu memiliki nature ilahiyah yang dipancarkan dari Tuhan. Ia tidak saja
mampu mengenal fisik dan lingkungannya tetapi juga mampu mengenal
lingkungan spiritual ketuhanan dan keagmaan.
2. Akal secara estimologi memiliki arti al imsak (menahan) al Ribath (ikatan) al
Bajr (menahan) al Naby (melarang) dan manin (mencegah) .
Berdasarkan makna ini maka yang disebut orang berakal adalah orang
yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat
maka rasionalitynya mampu bereksistensi. Dengan akal seseorang mampu
membedakan yang baik dan yang buruk, yang menguntungkan dan merugikan.
Akal mampu memperoleh pengetahuan dengan daya nalar (al Nazhr) dan daya
argumentatif.
Akal terbagi menjadi dua yaitu akal dharuri dan akal muktasabah. dharuri
aitu akal yang dapat mengetahui secara mudah. Akal muktasabah ialah akal
yang baru mengetahui dengan cara diusahakan, akal muktasabah terbagi dua
yaknu muktasabah duniawi ialah akal yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan keduniawiyan. Akal muktasabah ukhrawi
yakni akal yang digunakan untuk mencapai akhirat
3. Nafsani
Nafsu merupakan daya nafsani, ia memiliki dua kekuatan yaitu, al-
Ghadhabiyah dan al-Syahwaniyah. Al-Ghadhabiyah adalah suatu daya yang
berpotensi untuk menghindari segala hal yang membahayakan. Ghadab dalam
psikoanalisa disebut defenci (pertahanan, pembelaan dan penjagaan), yaitu
suatu tindakan untyk melindungi egonya sendiri terhadap kesalahan,
kecemasan, dan rasa malu atas perbuatannya sendiri, sedang syahwat dalam
psikologi disebut appetite yaitu hasrat atau keinginan atau hawa nafsu,
prinsipnya adalah kenikmatan. Apabila keinginannya tidak dipenuhi maka
terjadilah ketegangan, prinsip kerjanya adalah sama dengan prinsip kerja
binatang, baik binatang buas yang suka menyerang maupun binatang jinak yang
cenderung pada nafsu seksual.
Nafsu merupakan struktur di bawah sadar dalam kepribadian manusia,
apabila manusia didominasi oleh nafsunya, maka ia tidak akan dapat
bereksistensi baik di dunia maupun diakhirat. Karena itu apabila kepribadian
seseorang didomonasi oleh nafsu maka prinsip kerjanya adalah mengejar
kenikmatan dunia, tetapi apabila nafsu tersebut dibimbing oleh kalbu cahaya ilahi
maka ghadabnya akan berubah menjadi kemampuan yang tinggi derajatnya
2.3 Ciri-ciri Kepribadian MuslimAl-Qur’an dan Hadits adalah dua pusaka Rasulullah SAW yang harus
selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian
aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan
pribadi muslim.
Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi
yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai
yang datang dari ALLAH SWT.
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim.
Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat
kepada ALLAH SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang
dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.
Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan
menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH. Seperti firman Allah dalam
surat Al An’am
“Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku,
semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam [6]:162).
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang
penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana
melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW
yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada ALLAH SWT maupun dengan
makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Rasulullah SAW diutus untuk
memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita
akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al
Qur’an. ALLAH berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”
(QS. Al-Qalam [68]:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada.
Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga
dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat.
Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus
dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan ALLAH
dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim
dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena
kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin
yang lemah. (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga
banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir,
misalnya firman Allah yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu
apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir” (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada
pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada
yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam
melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus
diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini
karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan Rasul-Nya.
ALLAH SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama
waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. ALLAH SWT
memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam
sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan
tak sedikit manusia yang rugi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola
waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif,
tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah
memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni
waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum
tua,senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang
ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam,
baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus
diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani
secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga
ALLAH menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional.
Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-
sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu
pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam
penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang
muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan
kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala
seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit
seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat
dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab
baginya mendapat rizki dari ALLAH SWT. Rezeki yang telah ALLAH sediakan
harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim.
Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia
berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan
seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan
berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik
dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR.
Qudhy dari Jabir)
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al
Qur’an dan Hadits. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-
masing. Wallahu’alam.
BAB IIIAKHLAQ MUSLIM TERHADAP DIRI SENDIRI
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri
pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan
sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Untuk menghindari hal yang dapat merusak akhlaq tersebut di atas maka
kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah
hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit
hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut.
Dengki.
Rasulullah bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda, "hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian
menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu
Dawud)
Munafiq.
Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Adapun
tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
, " . : ثالث المنافقين أيات صلعم االله رسول قال قال عنه الله رضي هريرة أبى عن
, خان اؤتمن وإذا أخلف وعد وإذا كذب حدث إذاDari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafiq
ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika
diberi amanat ia berkhianat." (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-
Nisa'i.
Dan adapun cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri
antara lain:
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain
3.1 Akhlaq Terhadap Diri Sendiria. Berakhlak terhadap jasmani.
Menjaga kebersihan dirinya, Islam menjadikan kebersihan
sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh
meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Beberapa adab Rasulullah
yang perlu ditiru terhadap diri sendiri :
- memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada
hari Jum'at, memakai wewangian dan selalu bersuci.
- Menjaga makan minumnya. Bersederhanalah dalam makan
minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam.
Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu
pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
- Tidak mengabaikan latihan jasmaninya ,Riyadhah atau latihan
jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimanapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh
Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga,
masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak
mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
Rupa diri,Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik.
Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-
camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang
mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah
orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya
sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah
yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak
melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak
melampau dan takabbur.
b. Berakhlak terhadap akalnya
Memenuhi akalnya dengan ilmu, Akhlak Muslim ialah menjaganya agar
tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan.
Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum,
salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu.
Ilmu fardh 'ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal
dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap
akalnya.
, Penguasaan ilmu.Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi
pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran
(kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu
ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab
Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah,
sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta
muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada
segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu
berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya
belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat
yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai
seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila
berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh
mereka.
c. Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu,
begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad.
Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
Bertaubat.
Bermuqarabah.
Bermuhasabah.
Bermujahadah.
Memperbanyak ibadah.
Menghadiri majlis Iman.
Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan.
Lantaran dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita.
Disamping itu kita perlu berdoa kepada Allah.
BAB IV KESIMPULAN
Pribadi islam merupakan perilaku yang mencerminkan seorang muslim
yang bersumber dari Alquran dan Hadits. Maka dari itu, sudah selayaknya umat
islam mengaplikasikan nilai – nilai Alquran dan Hadits dalam kehidupan sehari –
harinya. Ciri – ciri kepribadian seorang muslim antara lain :
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
10.Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Adapun akhlaq seorang muslim terhadap diri sendiri ialah :
a. Merawat jasmani
b. Berakhlak terhadap akalnya, dalam bentuk menambah ilmu dan
pengetahuannya
c. Berakhlak Terhadap Jiwa, yang berarti senantiasa bertaqwa kepada
Allah SWT