p t k ' asani

35
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VII SMP NEGERI 14 AMBON Oleh: Asani, S.Ag. M.Pd.I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran, yang didukung oleh keadaan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk dilakukan pembelajaran. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan untuk memahami materi ajar, dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang telah ditentukan dan disepakati oleh guru guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru (termasuk guru PAI) sangat berperan penting dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru PAI dituntut untuk kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru PAI harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar sebagai bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru PAI harus profesional dalam membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik

Upload: tsabitul-azmi

Post on 04-Jul-2015

631 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: P T K ' ASANI

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE

INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI KELAS VII SMP NEGERI 14 AMBON

Oleh: Asani, S.Ag. M.Pd.I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis menyediakan

berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran, yang didukung oleh

keadaan yang kondusif serta sarana dan prasarana yang menunjang untuk dilakukan

pembelajaran. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan untuk memahami materi

ajar, dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang telah ditentukan dan disepakati

oleh guru guna mencapai tujuan pendidikan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru (termasuk guru PAI) sangat berperan

penting dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi peserta didik.

Sehubungan dengan itu, guru PAI dituntut untuk kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru

PAI harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar sebagai

bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru PAI harus profesional dalam

membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.

Guru PAI juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya.

Artinya, guru harus mampu membentuk dan membangkitkan rasa cinta serta nafsu belajar

peserta didik.

Di samping itu juga, seorang guru PAI dituntut untuk bisa melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan pokok pembahasan.

Metode mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran, disamping kecakapan seorang guru PAI serta kesiapan dari peserta didik untuk

Page 2: P T K ' ASANI

menerima materi pelajaran. Metode mengajar yang ideal adalah sebuah strategi yang dapat

menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tujuan dari pokok

pembelajaran dapat tercapai. Hal ini tidak terlepas juga dengan kelengkapan sarana dan

prasarana yang ada di Sekolah.

Dalam pembelajaran di kelas penggunaan metode untuk menyampaikan materi-materi

pelajaran sering kali mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal seperti

kemampuan guru PAI dalam memberikan materi, tanggapan atau respon peserta didik kurang,

dan suasana kelas yang tidak kondusif.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya

pembelajaran. Dalam pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan

kemampuan berfikir. Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik

untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai

informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika peserta didik selesai dari

sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak dapat mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran

berfikir tidak digunakan secara baik dalam setiap pembelajaran di dalam kelas. Guru PAI, tidak

dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena pembelajaran

hanya diarahkan agar peserta didik bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sistematis dan terencana yang dilakukan

untuk membantu peserta didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Wina Sanjaya,

2006: 78). Dalam proses penyampaian materi pelajaran Agama Islam sering ditemukan seorang

guru hanya mengarahkan peserta didik untuk menguasai dan menghafal materi pelajaran, mereka

tidak menekankan kepada peserta didik pada proses berfikir kritis dan sistematis sehingga

peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Akibatnya? Peserta didik hanya

pintar secara teoritis, akan tetapi perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma agama.

Page 3: P T K ' ASANI

Untuk menyiasati permasalahan tersebut, guru PAI di SMP Negeri 14 Ambon harus

mampu mengarahkan dan memandu peserta didik dalam memilih dan menerapkan metode

pembelajaran yang memberi kebebasan dan kepercayaan kepada peserta didik untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Hal ini

diharapkan supaya peserta didik di SMP Negeri 14 Ambon dapat mengembangkan daya berfikir

mereka sehingga bisa menemukan dan memahami materi-materi yang diterima. Dalam hal ini,

metode Inquiry adalah metode yang sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI

Pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Ambon dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-

kaidah metode pembelajran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Dalam menggunakan

metode Inquiry yang merupakan metode penyelidikan yang memperhatikan proses mental

peserta didik, guru PAI melakukannya dengan proses kegiatan sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;

2. Merumuskan masalah yang ditemukan;

3. Merumuskan hipotesis;

4. Merancang dan melakukan eksperimen;

5. Mengumpulkan dan menganalisis data;

6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: obyektif, jujur, hasrat

ingin tahu,terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab (Wina Sanjaya, 2006: 78)

Berangkat dari semua uraian di atas, penulis ingin mengajukan proposal penelitian

dengan judul:

” MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI METODE INQUIRY DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VII SMP 14 AMBON ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai

berikut:

Page 4: P T K ' ASANI

1. Kurangnya kemampuan guru PAI dalam memberikan/menyajikan materi;

2. Metode mengajar guru yang lebih mengarahkan peserta didik untuk menghafal materi;

3. Kurangnya tanggapan atau respon peserta didik;

4. Suasana kelas yang kurang kondusif.

C. Rumusan Masalah.

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah melalui metode inquiry, prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI

pada kelas VII SMP Negeri 14 Ambon dapat ditingkatkan ?

2. Adakah hambatan yang dihadapi oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 14 Ambon, serta bagaimana mengatasinya ?

D. Tujuan Penelitian.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan:

1. Untuk menguji manfaat metode inquiry, guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik

dalam pembelajaran PAI di kelas VII SMP Negeri 14 Ambon.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh guru PAI dalam upaya meningkatkan

prestasi belajar peserta didik melalui metode inquiry di kelas VII SMP Negeri 14 Ambon,

selanjutnya menawarkan solusi alternatif pemecahannya.

E. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

1. Secara teoritis.

Hasil penelitan ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori dan metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Page 5: P T K ' ASANI

2.Secara praktis.

a. Bagi guru:

1) Sebagai bekal, dan menjadi pengalaman praktis dalam mengaktualisasikan pengetahuan

dan keterampilan yang telah diperoleh melalui kajian literatur, tentang berbagai metode

pembelajaran modern yang sedang berkembang dan dikembang saat ini;

2) Dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah khasanah keilmuwan khususnya

bagi guru PAI .

b. Bagi Peserta didik, PTK ini diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi

PAI, serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya dalam pembelajaran PAI, khususnya bagi

kelas VII SMP Negeri 14 Ambon.

c. Bagi obyek penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan dan

evaluasi bagi guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik di SMP Negeri 14

Ambon.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Metode Inquiry.

1. Pengertian Inquiry.

Inquiry berasal dari bahasa Inggris “Inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan.

Carlin dan Sund mengemukakan bahwa Inquiry adalah the process of investigating a problem

(proses penyelidikan masalah). Sedangkan secara terminologi Inquiry adalah proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

Page 6: P T K ' ASANI

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari Inquiry merupakan berfikir dengan baik

dalam memecahkan permasalahan. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk

belajar dalam situasi berfikir. Disamping itu didukung dengan adanya naluri manusia yang serba

ingin mengetahui apa yang menurut mereka belum mengerti. Dengan demikian, hal ini dapat

diimplementasikan bahwa kepada peserta didik hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang

meliputi apa yang diajarkan, jenis kondisi belajar sehingga mereka memperoleh pandangan baru.

Metode Inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar

berfikir ilmiah pada diri peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran ini peserta didik

lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta

didik benar-benar ditempatkan sebagai subyek yang belajar.

Dalam hal pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran

melalui penjelasan guru PAI secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri

inti dari materi pelajaran itu sendiri. Dengan adanya hal tersebut peserta didik akan lebih kreatif

dan inovatif sehingga jalannya pembelajaran lebih aktif dan tercipta nuansa belajar yang

menyenangkan.

Sedangkan metode Inquiry menurut Slameto ( 1991: 38 ) adalah : Cara penyampaian bahan

pengajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mengembangkan

potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu

sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui

proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.

Metode Inquiry menurut Gulo berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh rasa percaya diri.

Adapun Piaget mengemukakan bahwa ; metode Inquiry merupakan metode yang

mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar

melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan

Page 7: P T K ' ASANI

mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang

lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain

(Hamzah B. Uno, 2006: 10).

Metode Inquiry menurut Wina Sanjaya (2006: 90) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Dari sekian banyak pengertian yang disampaikan para ahli tentang metode Inquiry maka

secara garis besar metode Inquiry adalah sebuah metode yang menekankan proses berfikir secara

sistematis, kritis, dan analitis kepada peserta didik didik untuk mencari dan menemukan jawaban

sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap

percaya diri (Ibnu Setiawan, 2007: 67).

Dengan demikian, dalam pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry peserta didik

tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu

dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya, peserta didik

akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya bila ia menguasai materi pelajaran.

Adapun tujuan utama pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry adalah menolong

peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelaktual dan ketrampilan berfikir mereka

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu

mereka.

2. Langkah-Langkah Dalam Metode Inquiry

Mengenai langkah-langkah yang diambil dalam penerapan metode Inquiry bisa saja

antara pendidik yang satu dengan lainnya saling berbeda, karena secara teoritis banyak sekali

langkah-langkah ilmiah yang ditawarkan para ahli untuk pelaksanaan metode tersebut. Hal ini

bertujuan supaya dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis,

atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental peserta didik

(Ibnu Setiawan, 2007: 67).

Page 8: P T K ' ASANI

Dengan demikian, dalam metode Inquiry peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai

materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Peserta didik yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan

berfikir secara optimal, namun sebaliknya peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan

berfikirnya mpeserta didikala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Diantara yang disebutkan E. Mulyasa (2007: 93), bahwa metode Inquiry merupakan

metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;

b. Merumuskan masalah yang ditemukan;

c. Merumuskan hipotesis.

d. Merancang dan melakukan eksperimen.

e. Mengumpulkan dan menganalisis data.

f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni:obyektif, jujur, hasrat ingin

tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Adapun Gulo menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan peserta didik melalui

pembelajaran metode Inquiry adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan;

b. Merumuskan hipotesis.

c. Mengumpulkan data.

d. Analisis data.

e. Membuat kesimpulan.

Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melakspeserta didikan pendekatan

Inquiry/discovery; (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Menetapkan

jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, (c) Peserta didik mencari

Page 9: P T K ' ASANI

informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab suatu permasalahan/hipotesis, (d)

Menarik kesimpulan jawaban/generalisasi, dan (e) Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi

dalam situasi baru.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 94 ), bahwa pelaksanaan metode Inquiry dapat mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi.

b. Merumuskan masalah.

c. Mengajukan hipotesis.

d. Mengumpulkan data.

e. Menguji hipotesis.

f. Merumuskan kesimpulan.

Metode Inquiry menurut Ahmad Zayadi (2005: 17) adalah : Suatu teknik atau cara yang

dipergunakan guru PAI untuk mengajar di depan kelas, dimana guru PAI membagi tugas

meneliti suatu masalah ke kelas. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-

masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka

mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka

di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya

hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno

kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang

terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan peserta didik, hal itu perlu

diperhatikan.

Meskipun para ahli pendidikan dalam mengatakan metode Inquiry berbeda beda, yakni

ada yang menyebut sebagai strategi pembelajaran, model pembelajaran, dan teknik

pembelajaran, inti ataupun esensi dari semua itu tidak jauh beda. Terkadang hanya beda istilah

saja atau dari segi pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan masing- masing ahli pendidikan

mempunyai latarbelakang yang tidak sama.

Page 10: P T K ' ASANI

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode Inquiry diatas, maka secara umum

pembelajaran dengan metode ini dapat dilakspeserta didikan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah untuk dipecahkan.

b. Merumuskan hipotesis.

c. Mengumpulkan data.

d. Menguji hipotesis.

e. Membuat kesimpulan.

B. Pendidikan Agama Islam.

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.

Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti

bimbingan yang diberikan pada peserta didik. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris dengan kata education yang berarti pendidikan.

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba

yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengasuh, mendidik, dan memelihara. Adapun pendidikan

secara terminologi, banyak pakar yang memberikan pengertian yang berbeda, antara lain

Langeveld mengatakan, “Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa

kepada peserta didik yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.” Sementara itu, John

Dewey mengatakan, “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental

secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”

Dalam konteks yang sama Ki Hajar Dewantara mengatakan, “Pendidikan adalah

menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya.”

Page 11: P T K ' ASANI

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk menyiapkan peserta

didik menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlak mulia dan kecerdasan

berfikir melalui bimbingan dan latihan. Orang tersebut tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan

cara menjalankan ajaran-ajarannya.

Mengenai pengertian pendidikan agama Islam banyak para pakar pendidikan yang

memberikan definisi secara berbeda diantaranya adalah sebagai berikut:

Zakiah Darajat menjelaskan sebagai berikut:

a. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta

didik didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan

ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup ( way of life ).

b. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilakspeserta didikan berdasarkan

ajaran Islam.

c. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yang

berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik didik agar nantinya setelah selesai

dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadi ajaran agama Islam itu

sebagai suatu pandangan hidupnya demi kaselamatan hidup di dunia maupun di akhirat

kelak (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2006: 132).

Page 12: P T K ' ASANI

H. M. Arifin dalam Zuhairini, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah,

“Usaha orang dewasa Muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkah dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) peserta didik didik melalui ajaran

islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan (Abdul Majid dan Dian Andayani,

2006: 132).

Jadi pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci

Alqur`an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan

pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam masyarakat

hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.”

Hal ini sesuai dengan rumusan UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Agama Islam bahwa “ Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta

didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak

mulia”.

Dari sekian banyak pengertian pendidikan agama Islam di atas pada dasarnya saling

melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni agar peserta didik dalam aktivitas

kehidupannya tidak lepas dari pengalaman agama, berakhlak mulia dan berkepribadian utama,

berwatak sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Dasar Pelaksanaan PAI

Adapun dasar pelaksanaan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Dasar Yuridis/ Hukum.

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD`45 bab XI Pasal 29 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

a) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa,

Page 13: P T K ' ASANI

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing

dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

c) Dan juga pasal 31 UUD 1945 ayat 1-5.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu pada bab V tentang peserta didik, pasal 12 ayat (1) bagian a-c .

e. Alqur`an.

Alqur`an adalah firman Allah yang telah disampaikan kepada manusia secara mutawatir.

Firman Allah yang telah menyatakan tentang dasar pendidikan agama Islam yakni :

Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Alqur`an) dengan perintah kami. Sebelum

kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (Alqur`an) dan tidak mengetahui apakah iman itu,

tetapi kami menjadikan Alqur`an itu cahaya, yang kami tunjukakan dengan siapa kami

kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi

petunjuk kepada jalan yang lurus. ( QS Al-Syura [42]:52 ).

c. Sunnah.

Hadits Nabi Saw.yang dapat di jadikan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam, antara

lain hadis dari Adam Bin Abi Dzaib Bin Abdurrahman dari Abu Hurairah r.a., berkata, bersabda

Rasulullah Saw.: “ Setiap peserta didik yang di lahirkan dalam keadaan fitrah ( suci ), tetapi

kedua orang tuanyalah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana hewan

yang juga melahirkan hewan, semua kalian bisa merasakan diantara itu ada yang buruk

mukanya.” (HR.Bukhari ).

3. Ruang Lingkup Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Page 14: P T K ' ASANI

a. Ruang Lingkup PAI

Ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMP meliputi keserasian dan keseimbangan

antara :

1) Keimanan

2) Alqur`an/Hadits.

3) Akhlak.

4) Fiqih/Ibadah.

5) Tarikh.

b. Metode Pembelajaran PAI.

1). Metode Ceramah.

2). Metode Demonstrasi.

3). Metode Drill.

4). Metode Tanya Jawab.

5). Metode Diskusi.

6). Metode Sosio-Drama Dan Bermain Peranan.

7). Metode Problem Solving.

8). Metode Menyelidik.

9). Metode Karya Wisata.

10). Metode Resitasi.

11). Metode Sistem Regu ( Team Teaching )

12). Metode Proyek.

13. Metode Kerja Kelompok.

14). Metode Brainstorming.

15). Metode Praktek.

16). Role-Play.

17). Case-Study.

18). Metode Inquiry. Metode yang peserta didiknya dilepas bebas untuk menemukan sesuatu

melalui proses:Asimilasi ( memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif peserta

didik yang telah ada )ako-modasi ( mengadadakan perubahan-perubahan ), atau penyesuaian

Page 15: P T K ' ASANI

dalam struktur kognitif yang lama hingga cocok dan sesuai dengan fenomena baru yang

diamat.

C. Aplikasi Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Aplikasi metode Inquiry dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah proses

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menekankan pada proses berfikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

Metode Inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya metode Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek

belajar dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru PAI secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan

sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru PAI

dan peserta didik. Oleh sebab itu kemampuan guru PAI dalam menggunakan teknik bertanya

merupakan syarat utama dalam melakukan Inquiry. Metode Inquiry merupakan bentuk dari

pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam pelaksanaannya peserta didik memegang peran yang sangat

dominan dalam proses pembelajaran.

Tujuan penggunaan metode Inquiry adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara

sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Dengan demikian, dalam penggunaan metode ini peserta didik tak hanya dituntut agar menguasai

materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode.

Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode

mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan ataupun kelemahannya. Jika guru PAI

memahami sifat masing-masing tersebut maka ia akan lebih mudah menetapkan metode yang

paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya. Winarno Surahkmad

Page 16: P T K ' ASANI

mengatakan bahwa dalam pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Peserta didik didik

Peserta didik didik merupakan manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di

Sekolah, guru PAI yang berkewajiban untuk mendidiknya. Peserta didik didik tentunya berasal

dari latar belakang yang berbeda, tinggi rendahnya kemampuan peserta didik didik dalam

menerima dan menangkap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar

merupakan tolak ukur kecerdasan peserta didik didik.

Jumlah peserta didik didik dalam kelas juga memberikan pengaruh dalam penentuan

metode. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah peserta didik didik dalam kegiatan

belajar mengajar. Semakin banyak jumlah peserta didik maka semakin mudah terjadi konflik dan

cenderung sukar dikelola. Perbedaan individu peserta didik didik pada aspek biologis,

intelektual, dan psikologis sebagaimana di sebut diatas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan

metode belajar mengajar.

b. Tujuan.

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam

kegiatan mengajar akan mempengaruhi kemampuan yang akan dimiliki peserta didik didik,

sehingga kegiatan belajar mengajarpun akan dipengaruhinya. Maka metode yang digunakan

haruslah disesuaikan dengan taraf kemampuan yang hendak di isi kedalam setiap diri peserta

didik didik.

c. Situasi.

Situasi dalam kegiatan belajar mengajar yang guru PAI ciptakan tentunya harus selalu

berubah dari hari ke hari. Kalau tidak maka akan timbul kejenuhan peserta didik didik sihingga

mengurangi konsentrasi mereka menerima materi pelajaran.

d. Fasilitas.

Page 17: P T K ' ASANI

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang kegiatan belajar peserta didik didik di Sekolah.

Sebelum menentukan suatu metode seharusnya seorang guru PAI harus memperhatikan fasilitas

yang ada, jangan sampai setelah menentukan metode pengajaran ternyata tidak ada fasilitas yang

menunjang sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif.

e. Guru PAI .

Setiap guru PAI tentunya memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Ketrampilan setiap

guru PAI pun pasti berbeda sesuai dengan pendidikan yang telah ditempuhnya. Apalagi

pengalaman mengajar, semakin lama seorang guru PAI mengajar maka ketrampilan dia dalam

menggunakan metode tentunya lebih baik daripada yang belum berpengalaman.

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan dan

pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru PAI yang dapat mempengaruhi

pemilihan dan penentuan metode mengajar.

2. Perlunya Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode

secara akurat, guru PAI akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan

pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar peserta didik didik memiliki

ketrampilan tertentu maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.

Salah satu metode yang ditawarkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode

Inquiry. Metode Inquiry sangat penting diimplementasikan dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Model pembelajaran berupa pencarian dan penemuan jawaban sendiri dari suatu

masalah yang dipertanyakan ini berguna untuk melatih dan mengembangkan berfikir kritis dan

analitis bagi peserta didik dalam menghadapi situasi dan masalah. Selain itu sasaran lain untuk

melatih dan mengembangkan rasa tanggungjawab dalam menghadapi masalah yang mungkin

muncul dalam kehidupan bermasyarakat tempat ia kelak.

Jika dipahami, ada beberapa alasan yang menjadikan metode Inquiry sangat penting

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu :

Page 18: P T K ' ASANI

a. Karena metode Inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, artinya

menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar.

b. Penggunaan metode Inquiry dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara

sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental.

c. Melatih peserta didik untuk percaya terhadap dirinya sendiri dalam memperoleh

jawaban dari sebuah permasalahan dan mampu mempertahankan apa yang sudah ditemukan

dengan data-data yang diperoleh.

Dengan adanya beberapa alasan tersebut, maka sangat tepat dan sesuai apabila metode

Inquiry diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena dalam Islam sendiri

diperintahkan untuk mencari ilmu sampai negeri Cina bukan hanya sekedar menerima atau

mengadopsi saja. Dari isi Hadits ini jelas sekali bahwa dalam Islam sangat menekankan aspek

pencariaan bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Pencarian disini dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau

lebih khususnya peserta didik didik dalam menemukan sebuah khasanah keilmuan yang

tujuannya dapat dibuat sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Lebih

konkritnya peserta didik didik dapat mempelajari dan memahami isi dan maksud dari Alqur`an

dan Hadits yang dalam hal ini dapat dibimbing oleh guru PAI .

Memang terkadang dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak semuanya

harus menggunakan metode Inquiry, ada kalanya menggunakan metode-metode yang lain seperti

ceramah, diskusi, resitasi dan menghafal.

3. Langkah-Langkah Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Adapun langkah-langkah penggunaan metode Inquiry dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam adalah sebagai berikut :

Page 19: P T K ' ASANI

Dalam pelajaran di SMP ada materi tentang aturan-aturan Syariah Islam di kehidupan sehari-hari

dalam bentuk ibadah, yang meliputi : bagaimana cara wudlu, gerakan dalam sholat, cara

pelaksanaan qurban dan aqiqah. Jika metode Inquiry diaplikasikan dalam pembelajaran PAI,

misalnya dalam kasus “ bagaimana tata cara wudlu yang benar ?”, maka langkah konkret dalam

pencarian dan penemuan jawaban sendiri dari permasalahan yang dipertanyakan tersebut adalah :

a. Persiapan :

1) Guru PAI mengajukan dan merumuskan masalah, seperti kasus tata cara wudlu serta

mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Kemudian guru PAI menjelaskan batas-

batas masalah tersebut.

2) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberi permasalahan yang akan

dijawab.

3) Menjelaskan tujuan dan manfaat proses Inquiry.

a) Bahwa tujuan mengetahui tata cara wudlu, adalah dapat berwudlu sesuai syariat.

b) Manfaatnya berwudlu sesuai syariat bagi ibadah dan diri sendiri.

b. Pelaksanaan.

Bersama kelompoknya peserta didik mengidentifikasi masalah yang terjadi.

1) Bagaimana praktek wudlu yang selama ini mereka lakukan dan mereka lihat.

2) Melakukan hipotesis.

a) Peserta didik secara kelompok melakukan analisis masalah berdasarkan pengetahuan yang

telah diperoleh.

b) Kemudian merumuskan hipotesis jawaban masalah yang bersifat sementara tentang tata cara

wudlu dan anggota tubuh yang harus di basuh, contoh :

(1). Niat, membasuh tangan sampai pergelangan, berkumur, menghirup air ke hidung, membasuh

muka, membasuh kedua tangan sampai siku, membasuh sebagian kepala, membasuh kedua

telingga dan membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Hal ini yang biasanya dilakukan banyak

orang.

(2). Selain hal tersebut ada hal-hal sunnat wudlu yang perlu diperhatikan seperti mentigakalikan

basuhan, mendahulukan anggota yang kana dari yang kiri, menyelahi jari tangan dan kaki serta

jenggot, dan membaca doa setelah wudlu.

(3). Mengidentifikasikan buku-buku rujukan dengan mengumpulkan data dan pendapat, dalil dan

semua data yang relevan terhadap pembahasan “ tata cara wudlu “.

Page 20: P T K ' ASANI

(4). Menguji hipotesis (peserta didik berusaha menemukan jawaban yang dihadapinya dengan

data yang ada).

Setelah selesai guru PAI meminta kelompok masing-masing mempraktikkan wudlu

(mempresentasikan hipotesa ).

Guru PAI bersama peserta didik menguji hipotesis yang ada. Bagaimana tata cara wudlu yang

benar dan tertib, dengan cara :

(1) Dengan menguji sama dalil-dalil Alqur`an dan Hadits serta pendapat ulama ahli hukum

Islam.

(2) Mengkorelasikan atau menghubungkan antara hukum Islam. hipotesis dengan dalil dan

pendapat ulama

c. Evaluasi/Tindak Lanjut.

Membuat kesimpulan penemuan jawaban dari masalah yang telah selesai diuji.

Dalam langkah-langkah tersebut di atas memang tidak murni menggunakan metode Inquiry,

tetapi memadukan beberapa metode yang dibutuhkan dan saling melengkapi untuk memperoleh

hasil yang maksimal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Profil SMP Negeri 14 Ambon.

a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 14 Ambon.

b. Keadaan Guru dan Peserta didik SMP Negeri 14 Ambon

c. Keadaan Sarana dan Prasarana.

2. Aktivitas Pembelajaran SMP Negeri 14 Ambon.

a. Kegiatan Belajar Mengajar

Page 21: P T K ' ASANI

b. Kegiatan Ekstrakurikuler.

B. Rencana Tindakan serta Langkah-Langkahnya.

Proposal PTK ini direncanakan akan dilakukan dalam bentuk siklus, misalnya dalam

materi ”Tata cara berwudhu”. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Siklus I:

a. Persiapan :

1) Guru PAI mengajukan dan merumuskan masalah, seperti kasus tata cara wudlu serta

mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik, kemudian guru PAI menjelaskan

batas-batas masalah tersebut, misalnya:

a) Bagaiman “ tata cara berwudhu “ ?.

b) Guru PAI juga menjelaskan pengertian, wudlu dalam Islam, dalil- dalilnya tata cara

wudlu yang di praktekkan Rasulullah.

2) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberi permasalahan yang akan

dijawab.

3) Menjelaskan tujuan dan manfaat proses Inquiry.

a) Bahwa tujuan mengetahui tata cara wudlu, adalah dapat berwudlu sesuai syariat.

b) Manfaatnya berwudlu sesuai syariat bagi ibadah dan diri sendiri.

b. Pelaksanaan sekaligus Pengamatan

Bersama kelompoknya peserta didik mengidentifikasi masalah yang terjadi.

1) Bagaimana praktek wudlu yang selama ini mereka lakukan dan mereka lihat.

2) Melakukan hipotesis.

a) Peserta didik secara kelompok melakukan analisis masalah berdasarkan pengetahuan yang

telah diperoleh.

b) Kemudian merumuskan hipotesis jawaban masalah yang bersifat sementara tentang tata

cara wudlu dan anggota tubuh yang harus di basuh, contoh :

(1). Niat, membasuh tangan sampai pergelangan, berkumur, dan seterusnya, sebagaimana

yang biasanya dilakukan banyak orang.

(2). Selain hal tersebut ada hal-hal sunnat wudlu yang perlu diperhatikan seperti

Page 22: P T K ' ASANI

mentigakalikan basuhan, mendahulukan anggota yang kana dari yang kiri, dan sebagainya.

(3). Mengidentifikasikan buku-buku rujukan dengan mengumpulkan data dan pendapat, dalil

dan semua data yang relevan terhadap pembahasan “ tata cara wudlu “.

(4). Menguji hipotesis (peserta didik berusaha menemukan jawaban yang dihadapinya

dengan data yang ada).

Setelah selesai guru PAI meminta kelompok masing-masing mempraktikkan wudlu

(mempresentasikan hipotesa ).

Guru PAI bersama peserta didik menguji hipotesis yang ada. Bagaimana tata cara wudlu

yang benar dan tertib, dengan cara :

(1) Dengan menguji secara bersama-sama tentang dalil-dalil Alqur`an dan Hadits serta

pendapat ulama ahli hukum Islam.

(2) Mengkorelasikan atau menghubungkan antara hukum Islam. hipotesis dengan dalil dan

pendapat ulama

c. Evaluasi/Tindak Lanjut.

Membuat kesimpulan penemuan jawaban dari masalah yang telah selesai diuji.

Dalam langkah-langkah tersebut di atas memang tidak murni menggunakan metode Inquiry,

tetapi memadukan beberapa metode yang dibutuhkan dan saling melengkapi untuk

memperoleh hasil yang maksimal.

2. Siklus II:

Sama prosesnya dengan siklus I, yaitu: perencanaan, pelaksnaan dan pengamatan, serta

evaluasi/tindak lanjut, dengan materi yang berbeda. Hasil kedua siklus tersebut akan menentukan

ada atau tidaknya siklus ke III dan seterusnya.

C. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data serta Analisis Data

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan instrumen sebagai berikut:

1. Observasi

2. Wawancara

3. DOkumentasi

Page 23: P T K ' ASANI

Dalam penelitian ini penulis akan menerapkan fakta berfikir serta metode analisis data

non statistik. Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi.

Metode deskriptif yang penulis gunakan pendekatan induktif, yaitu peneliti menganalisa

berangkat dari kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku

subyek penelitian atau situasi di lapangan) untuk kemudian dirumuskan menjadi konsep teori dan

prinsip.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : cv. Pustaka Setia,

1997.

Anshori, Isa. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Sidoarjo : Umsida Press, 2008.

Aly, Hery Noer. Watak Pendidikan Islam. Jakarta : Friska Agung Insani, 2003.

Bahri, Djamarah, Saiful dan Asma Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Rineka Cipta,

1997.

http://www.smpn 1 bantul.net/profil/selayang-pandang/

http://www.erlangga.co.id/pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Belajar Sains

Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik

Page 24: P T K ' ASANI

http://yastaki56.spaces.live.com/Blog/cns! Macam-macam Metode Pembelajaran.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah, dan

Perguru PAI an Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Mulyasa,E. Menjadi Guru PAI Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan

Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja rosda karya, 2007.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis. Jakarta :

Ciputat Pers, 2002.

N.K, Roestiyah. Didaktik Metodik. Jakarta : Bumi Aksara, 1994.

.......................... Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian. Jakarta : Bina Aksara, 1988.

Rahman Shaleh, Abdul. Pendidikan Agama Dan Pengembangan Watak Bangsa. Jakarta :

PT.Raja Grafindo Persada, 2005.

Rasyidin, Al dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Ciputat Press, 2005.

Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Dan Micro Teaching. Jakarta :Quantum Teaching,

2005.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada

Media Group, 2008.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian

al-Qur`an. Jakarta : Lentera Hati, 2002.

Slameto. Proses pembelajaran Dalam Sistem Kredit ( SKS ). Jakarta : Bumi Aksara, 1991.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003.

Page 25: P T K ' ASANI

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

1992.

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan

Teoritis-Praktis Dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007.

Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pers, 2002.

Yunus, Mahfud. Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya Agung, tt.s

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional, 1983.