overview - apindo.or.id · harmonisasi perizinan memang tidak berarti peniadaan fungsi ......

8
OVERVIEW Investasi memiliki peran sebagai salah satu tumpuan pendorong perekonomian, dimana tiga pilar ekonomi Indonesia di masa depan akan terdiri dari investasi, industri, dan ekspor. Sebagai tumpuan perekonomian, investasi memiliki beberapa tujuan, seperti mendukung pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, mengubah ekonomi yang berbasis konsumsi menjadi ekonomi berbasis produksi, meningkatkan pendapatan nasional melalui pajak, serta mendorong pemerataan ekonomi. Dalam beberapa waktu belakangan ini sebenarnya telah banyak pengusaha dari berbagai negara dari Eropa maupun Amerika, juga Singapura dan China yang ingin masuk ke Indonesia. Hal tersebut tak lepas dari proyeksi perkembangan ekonomi global ke depan yang cenderung mengarah ke Asia. Banyak yang menegaskan bahwa Eropa dan Amerika merupakan masa lalu. Ke depan adalah waktunya Asia. Kelancaran akan masuknya arus investasi seringkali terkendala berbagai hambatan terkait permasalahan kepastian dan sinkronisasi peraturan. Iklim investasi Indonesia butuh kepastian dan sinkronisasi peraturan dari pemerintah untuk mendorong masuknya investasi ke Indonesia. Meskipun Indonesia sudah mendapat peringkat Investment Grade, namun dengan lambatnya kondisi kepastian dan sinkronisasi peraturan antara pusat dan daerah serta antar instansi di Indonesia, masih dianggap kalangan dunia usaha sebagai hambatan utama bagi perbaikan iklim investasi. Permasalahan terkait kepastian dan sinkronisasi peraturan dapat menjadi hambatan utama bagi aliran investasi. Bagi kalangan dunia usaha kepastian peraturan dan kebijakan antar instansi yang belum sinkron, harus segera dibenahi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Semua pengusaha pasti butuh kepastian agar operasional usaha dapat berjalan dengan baik. Kepastian peraturan antara pusat dan daerah, serta kebijakan antar lembaga yang belum sinkron, harus segera dibenahi. Kepastian dan sinkronisasi peraturan dan kebijakan sudah sangat ditunggu oleh kalangan dunia usaha dalam negeri sehingga dapat mengembangkan usahanya agar dapat bersaing dengan pengusaha luar negeri. Dunia usaha Indonesia tidak takut terhadap masuknya pengusaha luar negeri, karena sebagian dari mereka pasti akan menggandeng pengusaha lokal. Mereka (pengusaha luar negeri) tidak mungkin jalan sendiri sehingga ini merupakan peluang yang akan menguntungkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pengusaha di Indonesia. PERLAMBATAN EKONOMI Sumber : BPS PERTUMBUHAN EKONOMI 2011-2015 PERTUMBUHAN INDUSTRI DALAM 20 TAHUN TERAKHIR (%) Sumber : BPS, 2015. Policy Brief Paket Kebijakan Ekonomi & Simplifikasi Regulasi Pusat–Daerah Dalam Mendukung Peningkatan Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional No. 0 / / / Juni 2016 CABANG INDUSTRI 1994 2004 2010 2011 2012 2013 2014 INDUSTRI PENGOLAHAN 10.87 6.38 4.74 6.14 5.74 5.56 4.86 a. Industri M i g a s 7.84 -1.95 0.56 -0.94 -2.8 -1.76 -2.27 1). Pengilangan Minyak Bumi 3.39 -0.23 1.25 0.53 -1.93 1.14 1.32 2). Gas Alam Cair 10.99 -3.22 0.01 -2.15 -3.53 -4.26 -5.53 b. Industri tanpa Migas 11.4 7.51 5.12 6.74 6.42 6.1 5.34 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 18.85 1.39 2.78 9.14 7.57 3.34 7.24 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 6.96 4.06 1.77 7.52 4.27 6.06 2.35 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5.94 -2.07 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7.33 4). Kertas dan Barang cetakan 13.95 7.61 1.67 1.4 -4.75 4.45 6.15 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 11.09 9.01 4.7 3.95 10.5 2.21 1.27 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 19.72 9.53 2.18 7.19 7.8 3 1.52 7). Logam Dasar Besi & Baja 6.44 -2.61 2.38 13.06 5.86 6.93 4.21 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9.62 17.67 10.38 6.81 7.03 10.54 6.05 9). Barang lainnya 12.12 12.77 3 1.82 -1.13 -0.7 8.91

Upload: lydang

Post on 29-Jun-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

OVERVIEW Investasi memiliki peran sebagai salah satu tumpuan pendorong perekonomian, dimana tiga pilar ekonomi Indonesia di masa depan akan terdiri dari investasi, industri, dan ekspor. Sebagai tumpuan perekonomian, investasi memiliki beberapa tujuan, seperti mendukung pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, mengubah ekonomi yang berbasis konsumsi menjadi ekonomi berbasis produksi, meningkatkan pendapatan nasional melalui pajak, serta mendorong pemerataan ekonomi. Dalam beberapa waktu belakangan ini sebenarnya telah banyak pengusaha dari berbagai negara dari Eropa maupun Amerika, juga Singapura dan China yang ingin masuk ke Indonesia. Hal tersebut tak lepas dari proyeksi perkembangan ekonomi global ke depan yang cenderung mengarah ke Asia. Banyak yang menegaskan bahwa Eropa dan Amerika merupakan masa lalu. Ke depan adalah waktunya Asia. Kelancaran akan masuknya arus investasi seringkali terkendala berbagai hambatan terkait permasalahan kepastian dan sinkronisasi peraturan. Iklim investasi Indonesia butuh kepastian dan sinkronisasi peraturan dari pemerintah untuk mendorong masuknya investasi ke Indonesia. Meskipun Indonesia sudah mendapat peringkat Investment Grade, namun dengan lambatnya kondisi kepastian dan sinkronisasi peraturan antara pusat dan daerah serta antar instansi di Indonesia, masih dianggap kalangan dunia usaha sebagai hambatan utama bagi perbaikan iklim investasi. Permasalahan terkait kepastian dan sinkronisasi peraturan dapat menjadi hambatan utama bagi aliran investasi. Bagi kalangan dunia usaha kepastian peraturan dan kebijakan antar instansi yang belum sinkron, harus segera dibenahi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Semua pengusaha pasti butuh kepastian agar operasional usaha dapat berjalan dengan baik. Kepastian peraturan antara pusat dan daerah, serta kebijakan antar lembaga yang belum sinkron, harus segera dibenahi. Kepastian dan sinkronisasi peraturan dan kebijakan sudah sangat ditunggu oleh kalangan dunia usaha dalam negeri sehingga dapat mengembangkan usahanya agar dapat bersaing dengan pengusaha luar negeri. Dunia usaha Indonesia tidak takut terhadap masuknya pengusaha luar negeri, karena sebagian dari mereka pasti akan menggandeng pengusaha lokal. Mereka (pengusaha luar negeri) tidak mungkin jalan sendiri sehingga ini merupakan peluang yang akan menguntungkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pengusaha di Indonesia.

PERLAMBATAN EKONOMI

Sumber : BPS

PERTUMBUHAN EKONOMI 2011-2015 PERTUMBUHAN INDUSTRI DALAM 20 TAHUN TERAKHIR (%)

Sumber : BPS, 2015.

Policy Brief Paket Kebijakan Ekonomi & Simplifikasi Regulasi Pusat–Daerah

Dalam Mendukung Peningkatan Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional No. 0 / / / Juni 2016

CABANG INDUSTRI 1994 2004 2010 2011 2012 2013 2014

INDUSTRI PENGOLAHAN 10.87 6.38 4.74 6.14 5.74 5.56 4.86 a. Industri M i g a s 7.84 -1.95 0.56 -0.94 -2.8 -1.76 -2.27 1). Pengilangan Minyak Bumi 3.39 -0.23 1.25 0.53 -1.93 1.14 1.32 2). Gas Alam Cair 10.99 -3.22 0.01 -2.15 -3.53 -4.26 -5.53 b. Industri tanpa Migas 11.4 7.51 5.12 6.74 6.42 6.1 5.34 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 18.85 1.39 2.78 9.14 7.57 3.34 7.24 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 6.96 4.06 1.77 7.52 4.27 6.06 2.35 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5.94 -2.07 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7.33 4). Kertas dan Barang cetakan 13.95 7.61 1.67 1.4 -4.75 4.45 6.15 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 11.09 9.01 4.7 3.95 10.5 2.21 1.27 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 19.72 9.53 2.18 7.19 7.8 3 1.52 7). Logam Dasar Besi & Baja 6.44 -2.61 2.38 13.06 5.86 6.93 4.21 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9.62 17.67 10.38 6.81 7.03 10.54 6.05 9). Barang lainnya 12.12 12.77 3 1.82 -1.13 -0.7 8.91

Dari dua tabel di atas, secara keseluruhan, perekonomian nasional dalam beberapa tahun terakhir dihadapkan pada beberapa tantangan, antara lain :

1) Perlambatan ekonomi (paling lambat sejak 2009, jauh dari harapan 7,00%). 2) Investasi meningkat tapi penyebaran tidak merata (masih terpusat di Pulau Jawa). 3) kenaikan Indeks Harga Konsumen / IHK (sejak tahun 2012 sudah terdapat perubahan sebesar

20,14% – Inflasi dikarenakan faktor supply side). 4) Pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (selama Januari s/d Juni 2015 IKK turun sebesar 7%) 5) Perlambatan industri (kondisi terbaik performansi industri terjadi pada tahun 1994). 6) Penurunan kinerja perdagangan luar negeri (sejak tahun 2012 s/d 2014 terjadi perlambatan ekspor

yang signifikan).

INVESTASI : Salah Satu Tumpuan Pemulihan Ekonomi

Sebagai respon terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi, sejak 9 September 2015 hingga saat ini Pemerintah telah mengeluarkan 12 Paket Kebijakan Ekonomi. Presiden dalam silaturahmi dan pertemuan dengan dunia usaha di Jakarta pada 9 Juli 2015 lalu telah menegaskan bahwa tiga pilar ekonomi Indonesia masa depan bertumpu pada investasi, industri, dan ekspor. Data BKPM pada Lampiran 1 memperlihatkan jumlah proyek investasi PMDN dan PMA beserta besaran nilainya sepanjang tahun 2015. Data dalam Lampiran 2 memperlihatkan target investasi PMDN dan PMA 2016 yang rata-rata naik 18,5% dan 12,6% versus realisasi tahun 2015.

REGULASI DAN IKLIM INVESTASI

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Dalam Negeri RI, saat ini proses penyelesaian dan sinkronisasi peraturan-peraturan pusat dan daerah yang bermasalah masih berlangsung. Oleh karena itu dunia usaha berkeyakinan bahwa urgensi terhadap sinkronisasi berbagai UU dan peraturan (pusat dan daerah) yang tumpang tindih harus segera diselesaikan. Tahun 2016 diharapkan dapat menjadi tahun pembuktian Kabinet Kerja, melalui K/L (Kementerian / Lembaga) terkait dalam membereskan permasalahan tersebut, dan tidak dapat ditunda lagi. Lampiran 3 menunjukkan data perkembangan jumlah Kecamatan, Kelurahan, dan Desa berdasarkan Permendagri 18/2013. Pembentukan dan penyusunan peraturan daerah semestinya harus terbebas dari kepentingan-kepentingan politik yang menghambat dunia investasi dan memperpanjang jalur birokrasi. Kondisi tersebut akan mengakibatkan terhambatnya investasi di berbagai daerah yang potensial, yang pada akhirnya menyebabkan dunia usaha mengalami kesulitan dalam berusaha di Indonesia.

Deregulasi Penanaman Modal HARMONISASI PERATURAN PERIZINAN UNTUK PERCEPATAN INVESTASI

• Penghilangan Izin gangguan (HO), Izin Tempat Usaha, Izin Prinsip Bagi UMKM

• Pemangkasan Izin Lingkungan dengan menyederhanakan izin AMDAL di Kawasan Industri

• Pemangkasan Perizinan yang menghambat investasi dan birokrasi, terutama di daerah

Harmonisasi perizinan memang tidak berarti peniadaan fungsi pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, namun memastikan fungsi itu berjalan dengan baik, lebih efisien, lebih efektif sehingga tidak terjadi kendala dalam berusaha dan berinvestasi. Lampiran 4 dan Lampiran 5 memperlihatkan Deregulasi Penanaman Modal serta strategi penyederhanaan perizinan Penanaman Modal.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI DAN PENYEDERHANAAN REGULASI

Sebagai respon terhadap perlambatan ekonomi, sejak 9 September 2015 Pemerintah telah mengeluarkan 12 Paket Kebijakan Ekonomi yang antara lain diarahkan dalam rangka revitalisasi industri manufaktur, mendorong pengembangan UMKM, perbaikan iklim investasi, pengembangan konektivitas, dan percepatan pembangunan infrastruktur. Intinya adalah penyelarasan, pengurangan, penyederhanaan, penegakan dan kepastian Peraturan, Birokrasi, dan Fasilitas / Insentif. Sebagian besar Paket Kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah tersebut memang telah memenuhi kebutuhan / keinginan dunia usaha. Namun, dunia usaha tetap mengharapkan agar Paket-Paket Kebijakan tersebut diikuti dengan sinkronisasi regulasi terkait, agar tidak berbenturan sehingga tujuan dari Paket Kebijakan tersebut dapat tercapai dan dinikmati dunia usaha.

Sumber : Kementerian Dalam Negeri RI, 2016.

PAKET I – 9 September 2015 (124 regulasi) :

MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI :

mengurangi regulasi dan birokrasi

PAKET II – 29 September 2015 (15 regulasi) :

PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA: Kemudahan

perizinan investasi dan insentif devisa hasil ekspor

PAKET III – 7 Oktober 2015 (8 regulasi) :

AKSES PEMBIAYAAN DAN PENGURANGAN

BIAYA PRODUKSI : Perluasan KUR, Fasilitasi jasa

keuangan, pembiayaan ekspor, fasilitas pertanahan, dan

insentif listrik, BBM, Gas bagi industri

PAKET IV – 15 Oktober 2015 (10 regulasi) :

JAMINAN SISTIM PENGUPAHAN DAN

PENGAMANAN PHK : sistem pengupahan yang adil,

sederhana dan terproyeksi serta Kredit Usaha Rakyat

(KUR) yang lebih murah dan luas.

PAKET V – 22 Oktober 2015 (3 regulasi) :

REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN

SYARIAH : insentif pajak bagi perusahaan dan

pembiayaan real estate, kemudahan pembiayaan syariah

PAKET VI – 6 November 2015 (5 regulasi) :

MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH

PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU

OBAT : insentif KEK, pengairan, dan sistim eletronik

(INSW) pengadaan bahan baku obat

Menyelaraskan

Mengurangi

Menyederhanakan

Penegakan & Kepastian

186 Regulasi (Peraturan, Birokrasi, dan

Fasilitas / Insentif)

TINDAK LANJUT PAKET-PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

Dua belas Paket Kebijakan Ekonomi tersebut merupakan langkah debirokratisasi dan deregulasi terhadap ratusan peraturan (PP, Perpres, Inpres, Permen, Perka, Peraturan BI/OJK, Kepmen, Instruksi Menteri, Perdirjen, dan MoU).

Selain kepatuhan penyelesaian regulasi, tentu tidak kalah pentingnya adalah penguatan koordinasi dan kerjasama serta kepatuhan substansi baik itu oleh Kementerian / Lembaga (K/L) maupun Pemda agar tujuan dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi dapat mengakomodir kebutuhan dunia usaha. Artinya, K/L maupun Pemda harus segera menindaklanjuti dengan merubah peraturan-peraturan yang ada, dan menyesuaikan perubahannya agar sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Sebagai tindak lanjut Paket Kebijakan di daerah, kerjasama dengan Pemda antara lain diwujudkan dalam bentuk penyediaan dan pembebasan lahan bagi pembangunan infrastruktur, kawasan industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta kawasan Berikat. Kerjasama lain yang sedang dilakukan adalah dukungan kepada PTSP daerah terhadap kebijakan perbaikan iklim investasi untuk mendukung implementasi penyederhanaan perijinan UMKM, perusahaan baru, dan investasi di beberapa sektor.

Selain itu, berdasarkan UU No. 23/2014 tentang Pemda, daerah dalam menetapkan kebijakan daerah wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Inisiatif dan inovasi yang diambil oleh Pemda hendaknya dilakukan secara berhati-hati mengikuti kebijakan Pusat dengan memberikan insentif bagi kemudahan berusaha dan perbaikan iklim investasi, bukan kebijakan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan melemahkan daya saing.

PAKET VII – 7 Desember 2015 (5 regulasi) :

INSENTIF PAJAK DAN SERTIFIKASI TANAH :

Mendorong daya saing industri padat karya melalui insentif

PPh Pasal 21 dan kemudahan sertifikasi tanah

PAKET VIII – 21 Desember 2015 (3 regulasi) :

KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI MRO DAN

MINYAK : one map policy yang mempermudah

penyelesaian konflik lahan, upaya meningkatkan produksi

minyak nasional, dan mendorong usaha perawatan pesawat

terbang

PAKET IX – 27 Januari 2016 (7 regulasi) :

INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK :

Pemenuhan listrik rakyat, stabilisasi pasokan daging, dan

agregator ekspor UKM untuk pengembangan logistik desa ke

pasar global

PAKET X – 11 Februari 2016 (1 regulasi) :

KETERBUKAAN INVESTASI : perubahan kebijakan DNI yang

menjamin efektivitas pelaksanaan investasi, meningkatkan

perlindungan dan pengembangan UMKM dan koperasi, serta

mendorong investasi teknologi tinggi, padat modal, dan wisata

PAKET XI – 29 Maret 2016 (5 regulasi) :

AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN

INDUSTRI FARMASI / ALKES : Kredit Usaha Rakyat

Berorientasi Ekspor, insentif BPHTB bagi DIRE, manajemen

resiko untuk kelancaran arus barang (INSW), dan

pengembangan industri farmasi / alkes

PAKET XII – 29 April 2016 :

KEMUDAHAN BERUSAHA : Menaikkan peringkat Ease

of Doing Business (EoDB) di Indonesia melalui sejumlah

perbaikan baik dari aspek peraturan maupun prosedur

perizinan dan biaya, agar peringkat EoDB Indonesia –

terutama bagi UMKM – semakin meningkat

TANTANGAN & RESPON KEBIJAKAN – DEREGULASI UNTUK

MENDORONG INVESTASI : PANDANGAN APINDO

Deregulasi Aturan Ijin Usaha

Penerapan sistem pelayanan perijinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bukanlah

kunci satu-satunya untuk mengundang investasi. PTSP hanyalah sebagian dari upaya penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi. Justru yang lebih penting adalah melakukan reformasi regulasi (deregulasi) peraturan yang berlaku yang bersifat tidak ramah investasi. Banyaknya regulasi di bidang usaha harus dikaji kembali melalui regulatory impact assesment.

Tujuan regulasi daerah di bidang usaha bukanlah semata untuk meraup pendapatan yang berakibat ekonomi biaya tinggi bagi investor. Regulasi dalam bentuk Perda dan Perkada harus bertujuan untuk menciptakan kepastian dan keamanan berusaha dengan mempertimbangkan potensi ekonomi, budaya, tenaga kerja, infrastruktur, keuangan daerah, dan tidak boleh bertentangan dengan Perda lain, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.

Dunia usaha mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah melakukan deregulasi peraturan terkait ijin usaha. Namun di lapangan, aturan terkait ijin usaha yang masih tumpang tindih dan memberatkan masih cukup banyak terutama di tingkat daerah. Oleh karena itu, upaya deregulasi perlu dilakukan dengan lebih terinstitusionalisasi dan lebih cepat hingga mencapai ke level daerah.

Dunia usaha meminta agar juga dirumuskan peraturan yang bisa memberikan sanksi kepada kepala daerah yang menghambat investasi dan perkembangan dunia usaha. Para pengusaha sering mengalami hambatan dari Pemda di beberapa wilayah yang menghambat perijinan dan meminta bagian lebih dari proyek yang akan dikerjakan, misalnya di sektor perkebunan dan pertambangan.

Perda bermasalah bukan saja merugikan pelaku usaha, tetapi juga tenaga kerja. Karenanya, pemerintah jangan hanya menemukan Perda bermasalah lalu mempublikasikan di media. Yang lebih dibutuhkan adalah tindak lanjutnya, yakni dengan mencabutnya. Apabila telah ditemukan, tentu harus ditindaklanjuti dengan pencabutan.

APINDO menganggap bahwa tahun 2016 merupakan tahun pembuktian kinerja dan tidak dapat diundur lebih lama lagi hingga 2017 apalagi hingga 2018. Sehingga, faktor percepatan perbaikan dan penyempurnaan regulasi menjadi indikator krusial dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

************

Lampiran 1.

Realisasi Januari – Desember 2015 : Berdasarkan Lokasi

PMDN PMA

Sumber : BKPM, 2016.

Lampiran 2.

CAPAIAN BKPM 2015 TARGET BKPM 2016

periode Jan – Des

Realisasi Investasi

Rp 594,8 trilyun Rp 545,4 trilyun

naik 17,8% vs realisasi Jan–Des 2014 naik 14,4% vs target 2015

periode Jan – Des

Realisasi PMA

Rp 386,4 trilyun Rp 365,9 trilyun

naik 19,2% vs realisasi Jan–Des 2014 naik 12,6% vs target 2015

periode Jan – Des

Realisasi PMDN

Rp 208,4 trilyun Rp 179,5 trilyun

naik 15,0% vs realisasi Jan–Des 2014 naik 18,5% vs target 2015

Sumber : BKPM, 2016.

Lampiran 3.

Perbandingan Jumlah Daerah Otonom Sebelum Desentralisasi 1999 & Sesudah Desentralisasi

Lampiran 4. Deregulasi Penanaman Modal BENTUK DEREGULASI

DEREGULASI DEBIROKRATISASI PENEGAKAN HUKUM DAN

KEPASTIAN USAHA

• Mengurangi jumlah dengan menghilangkan duplikasi / redundansi / unjustified regulation

• Melakukan keselarasan (termasuk substansi antar peraturan maupun keselarasan dengan ketentuan persaingan usaha/competition check list)

• Melakukan konsistensi peraturan

• Simplifikasi perizinan seperti satu identitas pelaku usaha / profile sharing sedikit persyaratan perizinan, SOP, SLA yang jelas, dan kemudahan yang menyangkut pelimpahan kewenangan kepada PTSP (tempat, bentuk, waktu, biaya)

• Pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik

• Melalui mekanisme dan tempat penyelesaian kasus / friksi peraturan

• pemberantasan premanisme dan pungli

• Membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan

Sumber : BKPM.

Data Kecamatan,

Keluarahan dan Desa

Berdasarkan Permendagri

18 Tahun 2013

Lampiran 5.

Deregulasi Penanaman Modal STRATEGI PENYEDERHANAAN PERIZINAN

METODE Hapus, Gabung, Sederhanakan dan Limpahkan (HGSL) Penyederhaan administrasi proses perizinan

PENDEKATAN

Perizinan yang memerlukan waktu penyelesaian cukup lama : Perizinan Lingkungan, implementasi perizinan lingkungan di daerah. Yang termasuk kategori perizinan lingkungan adalah Izin Lingkungan, dan Izin Gangguan di daerah

HARMONISASI Pemetaan perizinan tumpang tindih Rapat koordinasi Interkem Rekomendasi HGSL

OUTPUT Proses izin yang lebih cepat, transparan, sederhana, efisien dan

terintegrasi

OUTCOME Akselerasi perekonomian nasional oleh dunia usaha

Sumber : BKPM.