outlook pertanian 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · kebijakan pembangunan pertanian...

75
OUTLOOK PUS K B PEN K 0 K PERTANIAN 2010- Oleh: Prajogo U. Hadi Sri Hery Susilowati Muchjidin Rachmat Dewa K.S. Swastika Reny Kustiari Sri Nuryanti SAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN NGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 -2025

Upload: doantruc

Post on 24-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

0

OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025

Oleh:

Prajogo U. HadiSri Hery SusilowatiMuchjidin RachmatDewa K.S. Swastika

Reny KustiariSri Nuryanti

PUSAT SOSIAL EKONOMI DANKEBIJAKAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2011

0

OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025

Oleh:

Prajogo U. HadiSri Hery SusilowatiMuchjidin RachmatDewa K.S. Swastika

Reny KustiariSri Nuryanti

PUSAT SOSIAL EKONOMI DANKEBIJAKAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2011

0

OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025

Oleh:

Prajogo U. HadiSri Hery SusilowatiMuchjidin RachmatDewa K.S. Swastika

Reny KustiariSri Nuryanti

PUSAT SOSIAL EKONOMI DANKEBIJAKAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2011

Page 2: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

1

I. PENDAHULUAN

Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat

subsektor yaitu Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, Subsektor Perkebunan

dan Subsektor Peternakan. Target-target utama yang ingin dicapai oleh Kementan adalah:

(1) Pencapaian swasembada untuk gula, kedelai dan daging sapi dan swasembada

berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) Peningkatan diversifikasi pangan; (3) Peningkatan

nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan (4) Peningkatan kesejahteraan petani. Di tingkat

makro, sasaran yang ingin dicapai mencakup PDB, neraca perdagangan, investasi

pertanian, penyerapan tenaga kerja dan nilai tukar petani (Kementan, 2010).

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian target-target tersebut

diatas. Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebut adalah

melakukan analisis outlook pertanian. Sehubungan dengan itu, maka tujuan kegiatan

penyusunan outlook komoditas pertanian ini, sesuai dengan Surat Penugasan Kepala Pusat

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Nomor 1026/KP.440/A.9/10/2011 adalah: (1)

Melakukan analisis kinerja komoditas pertanian periode 2000-2010; (2) Melakukan analisis

prospek komoditas pertanian jangka pendek periode 2010-2014 dan jangka panjang periode

2011-2025; dan (3) Menyusun buku “Outlook Komoditas Pertanian 2011-2025”.

Keluaran yang diharapkan dari analisi ini adalah satu set data dan informasi

mengenai: (1) Kinerja komoditas pertanian periode 2000-2010; (2) Prospek komoditas

pertanian jangka pendek periode 2010-2014 dan jangka panjang periode 2011-2025; dan

(3) Tersusunnya buku “Outlook Pertanian 2010-2025”.

Analisis outlook ini dibatasi pada variabel-variabel sebagai berikut: (1) Untuk

tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan adalah luas areal, produksi, ekspor, impor,

PDB, investasi dan penyerapan tenaga kerja; dan (2) Untuk peternakan.adalah populasi,

jumlah pemotongan (khusus untuk ternak besar seperti sapi potong, sapi perah, kerbau dan

kuda, dan ternak kecil seperti kambing, domba dan babi), produksi daging (ternak besar,

ternak kecil, dan unggas), telor (ayam dan itik), dan susu, serta ekspor, impor, PDB,

investasi dan penyerapan tenaga kerja.

Dengan adanya hasil analisia outlook ini akan dapat diketahui perkiraan

perkembangan luas areal, produksi, ekspor, impor, PDB, investasi dan penyerapan tenaga

kerja subsektor tanaman tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor

perkebunan, serta populasi, jumlah pemotongan, produksi daging, telor dan susu, ekspor-

impor, PDB, investasi dan penyerapan tenaga kerja pada subsektor peternakan.

Page 3: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

2

II. PENDEKATAN

Kegiatan penyusunan outlook komoditas pertanian ini dibatasi hanya mencakup

proyeksi kuantitatif yang menyangkut produksi, PDB, neraca perdagangan, investasi, dan

penyerapan tenaga kerja pertanian. Pendekatan yang digunakan untuk proyeksi produksi

cukup sederhana, yaitu dengan mempertimbangkan trend (historical trend) periode 2000-

2010.

Namun trend tersebut tidak bisa digunakan begitu saja untuk memproyeksikan

produksi periode 2010-2014 dan periode 2011-2025 karena dua alasan. Pertama, pola

perkembangan produksi, dan lain-lain, selama periode 2000-2010 mungkin bervariasi,

sehingga perlu dilihat scatter diagram selama periode tersebut. Berdasarkan scatter diagram

tersebut, kemudian dipilih segmen waktu terakhir yang menunjukkan perkembangan yang

lebih smooth. Dengan data segmen waktu terakhir ini kemudian dihitung trendnya untuk

digunakan sebagai basis proyeksi produksi periode berikutnya. Kedua, adanya faktor

pembatas ekspansi produksi, utamanya ketersediaan lahan pertanian yang makin terbatas.

Karena itu, dalam membuat proyeksi, perlu dibuat skenario penurunan trend setiap tahun,

tergantung pada jenis komoditasnya, terlepas dari target-target pertumbuhan yang telah

ditetapkan pemerintah, termasuk target laju pertumbuhan PDB sektor pertanian.

Metode penghitungan trend rata-rata per tahun menggunakan persamaan semi-

logaritma karena dengan cara ini variasi antar tahun diperhitungkan secara statistik. Metode

pertumbuhan geometric yang hanya menggunakan data awal dan akhir periode tidak

digunakan karena tidak memperhitungkan variasi antar tahun.

Untuk menghitung trend pada segmen waktu terpilih untuk proyeksi (misalnya 2005-

2010), maka hanya data dalam segmen waktu ini yang digunakan. Sementara untuk

proyeksi 2010-2014 dan 2011-2025 digunakan pendekatan sebagai berikut: (1) Gunakan

koefisien trend hasil penghitungan trend untuk segmen waktu terakhir terpilih, misalnya

5%/tahun, sebagai basis trend awal; dan (2) Kurangi trend tersebut sebesar 5% untuk trend

tahun 2011 sehingga menjadi 0.95*5% = 4.75%/tahun, dan untuk tahun 2012 adalah

0.95*4.75% = 4.51%, dan seterusnya untuk tahun-tahun berikutnya. Persentase penurunan

trend tersebut bisa lebih besar atau lebih kecil dari 5%, dan bisa juga dipercepat, tergantung

pada kondisi masing-masing komoditas. Untuk komoditas perkebunan tanaman keras,

dimana perluasan areal menggunakan areal hutan, penurunan trend akan lebih cepat pada

periode 2020-2025 dibanding periode sebelumnya karena makin banyak kritik dari dunia

internasional terhadap pembukaan hutan di Indonesia untuk perkebunan. Untuk komoditas

pangan dan hortikultura juga akan mengalami hal yang serupa. Trend produksi bisa saja

dipercepat melalui perbaikan teknologi, namun produktivitas tanaman ada batas

Page 4: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

3

maksimumnya sesuai dengan sifat geneticnya, sehingga trend produktivitas juga ada

batasnya dan pada suatu saat produktivitas akan stagnan.

Untuk membuat proyeksi PDB, perlu dibuat analisis regresi logaritma ganda terlebih

dahulu dengan menggunakan data tahun 2000-2010, dimana total produksi menjadi variabel

penjelas. Pendekatan ini mengambil logika bahwa besarnya PDB dipengaruhi oleh total

produksi. Mungkin saja metode tersebut kurang tepat, karena seharusnya menggunakan

jumlah nilai produksi bukan jumlah kuantitas produksi. Tetapi karena data harga produsen

tidak selalu ada maka metode tersebut hanya untuk pendekatan saja sehingga

penghitungan proyeksi PDB ada dasarnya, walaupun kasar (tidak diambil begitu saja dari

langit). Dengan menggunakan parameter elastisitas total produksi dan laju pertumbuhan

total produksi, maka proyeksi PDB dapat dihitung. Selanjutnya, kebutuhan investasi dan

penyerapan tenaga kerja di masing-masing subsector dapat diperoleh dengan menghitung

elastisitas investasi atau jumlah penyerapan tenaga kerja terhadap jumlah produksi dalam

subsector yang bersangkutan dikalikan dengan laju pertumbuhan total produksi.

Page 5: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

4

III. KINERJA 2000-2010

3.1. Komoditas Pangan

3.1.1. Perkembangan Luas Panen

Tabel 3.1.1. Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Utama diIndonesia, 2000-2010 (ha).

Tahun Padi Jagung Kedele K.Hijau K.Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu

2000 11,793,575 3,500,318 824,484 131,312 683,554 194,262 1284,040

2001 11, 89,997 3,285,866 678,848 339,252 654,838 181,926 1317,912

2002 11,521,166 3,109,448 544,522 313,563 646,953 177,275 1276,533

2003 11, 488,034 3,358,511 526,796 344,558 683,537 197,455 1244,543

2004 11,922,974 3,356,914 565,155 311,863 723,434 184,546 1255,805

2005 11,839,060 3,625,968 621,541 318,337 720,526 178,336 1213,460

2006 11,86,430 3,346.000 580,534 309,103 706,753 176,507 1227,459

2007 12,147,637 3,630.000 459,116 306,207 660,480 176,932 1201,481

2008 12,327,425 4,001,724 590,956 278,139 633,922 174,561 1204,933

2009 12,883,576 4,160,659 722,791 288,125 622,149 183,874 1175,666

2010 13,118,120 4,133,785 672,242 258,157 620,563 181,073 1183,047Laju (% / th):2000-2005 0.36 0.91 -5.70 12.20 1.76 -0.79 -1.29

2005-2010 2.27 4.02 3.72 -3.87 -3.34 0.53 -0.72

2000-2010 1.18 2.44 -0.70 1.93 -0.76 -0.56 -1.03

3.1.2. Perkembangan Produktivitas

Tabel 3.1.2. Perkembangan Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Utama diIndonesia, 2000-2010 (ku/ha).

Tahun Padi Jagung Kedelai K Tanah K Hijau U Kayu U Jalar2000 44.01 27.65 12.34 10.77 8.95 125.30 94.08

2001 43.88 28.45 12.18 10.82 8.87 129.41 96.62

2002 44.69 30.88 12.36 11.10 9.19 132.49 99.94

2003 45.38 32.41 12.75 11.50 9.73 148.84 100.83

2004 45.36 33.52 12.80 11.58 9.95 154.68 103.05

2005 45.74 31.78 13.00 11.61 10.08 159.22 106.37

2006 46.20 34.70 12.88 11.86 10.23 162.83 105.05

2007 47.05 36.60 12.91 11.95 10.53 105.01 106.64

2008 48.94 40.78 13.13 12.15 10.72 180.57 107.80

2009 50.00 42.30 13.50 12.15 10.79 187.50 107.48

2010 50.10 44.30 13.70 12.56 11.30 202.20 113.27Laju

2000-2010(%/th)

1.39 4.60 1.04 1.46 2.36 3.78 1.56

Page 6: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

5

3.1.3. Perkembangan Produksi

Tabel 3.1.3. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Utama di Indonesia,2000-2010 (ton).

Tahun Padi Jagung Kedele K. Hijau K.Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu2000 51,898,900 9,676,900 1,017,600 289,880 736,483 1,827,687 16,089,000

2001 50,460,800 9,347,200 826,900 301,020 708,770 1,749,070 17,054,600

2002 51,489,700 9,654,100 673,100 288,090 718,071 1,771,642 16,913,100

2003 52,137,600 10,886,400 671,600 335,220 786,000 1,991,000 18,523,800

2004 54,088,500 11,252,200 723,500 310,410 837,500 1,901,800 19,424,700

2005 54,151,100 11,523,900 808,100 320,960 836,300 1,896,970 19,321,200

2006 54,454,937 11,609,463 747,611 316,134 838,096 1,854,238 19,986,640

2007 57,157,435 13,287,527 592,534 322,487 789,089 1,886,852 12,617,000

2008 60,325,925 16,317,252 775,710 298,059 770,054 1,881,761 21,756,991

2009 64,398,890 17,629,748 974,512 286,234 763,527 1,947,311 21,990,381

2010 65,980,670 17,844,676 905,015 291,705 779,228 2,051,046 23,918,118Laju (%/th):2000-2005 1.24 4.43 -4.44 2.15 3.50 1.58 3.99

2005-2010 4.41 4.41 4.66 -2.44 -1.88 1.53 5.42

2000-2010 2.58 6.91 0.25 -0.12 0.73 0.96 2.74

3.1.4. Perkembangan Perdagangan

Tabel 3.1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Tanaman Pangan Utama diIndonesia, 2000-2010 (US$).

Tahun Beras Jagung Kedele KTanah Ubijalar UbiKayu2000 11,129,300 4,984,000 159,000 2,201,862 1,888,384 10,750,6722001 10,778,871 10,500,000 358,000 8,216,617 1,964,629 16,627,3232002 4,584,327 3,334,000 4,508,611 6,871,834 3,721,624 10,036,3082003 720,870 5,517,000 6,303,174 9,153,232 3,821,644 3,355,0832004 1,462,186 9,074,000 6,703,110 7,655,578 5,208,844 57,345,8592005 9,087,080 9,048,000 3,152,573 14,214,662 11,113,460 12,639,6502006 625,854 4,305,603 8,405,990 10,743,155 6,259,034 16,683,5692007 905,665 18,503,000 32,049,014 5,715,626 6,197,464 43,426,3382008 935,086 28,906,247 8,252,100 14,070,293 6,593,920 35,871,3782009 2,036,774 19,219,000 8,030,426 11,050,955 6,052,634 32,371,4192010 435,460 11,235,027 5,709,300 11,544,784 4,768,308 28,595,772

Laju (%/th)2000-2010 -25.48 13.31 32.40 10.02 10.91 13.88

Page 7: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

6

Tabel 3.1.5. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Tanaman Pangan Utama di Indonesia,2000-2010 (US$).

Tahun Beras Jagung Kedele KTanah Ubijalar UbiKayu2000 320,788.294 157,949.000 557,148,000 13,391,032 5,214.000 02001 135,968.439 125,512.000 494,232,000 36,965,470 0 10,084,3972002 344,929.303 137,982.000 582,475,032 45,613,311 5,182.000 5,000,1622003 294,610.273 168,658.000 706,753,132 43,147,215 0 33,563,6422004 64,948.048 177,675.000 967,957,301 45,707,875 2,732.000 10,445,7882005 53,753.361 30,850.000 493,212,716 44,086,910 16,372.000 24,632,5092006 133,905.420 277,497.733 809,055,650 59,526,740 98,493.000 70,284,4892007 157,722.748 151,613.000 1,200,950,532 48,273,073 123,249.000 77,822,9962008 123,783.147 87,395.332 732,721,934 102,529,656 7,275.000 57,948,3912009 107,954.608 107,379.000 647,702,910 179,108,665 49,649.000 49,912,3482010 209,442,732 409,623,035 758,387,652 199,694,730 40,754 119,643,541

Laju (%/th)2000-2010 25.35 34.13 3.81 15.33 27.57 29.19

3.1.5. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Tabel 3.1.6. Perkembangan PDB Tanaman Pangan di Indonesia,2000-2010.

Tahun PDB PertSempit (Rp’ m)

PDB Pangan(Rp’m)

Kontribusi(%)

2000 168,672 111,324 66.002001 175,635 113,020 64.352002 181,905 115,926 63.732003 188,506 119,165 63.222004 193,134 122,612 63.492005 197,959 125,802 63.552006 204,297 129,549 63.412007 211,245 133,889 63.382008 222,146 141,800 63.832009 231,315 149,058 64.442010 236,636 151,750 64.132011* 193,148 125,382 64.91

Laju (%/th)2000-05 3.20 2.532005-010 3.76 4.052000-10 3.34 3.22

Page 8: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

7

3.2. Komoditas Hortikultura

3.2.1. Status Komoditas Hortikultura

Tanaman hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias (florikultura),

dan tanaman obat (biofarmaka). Berdasarkan Kepmentan Nomor 511/Kpts/PD.9/2006,

komoditas hortikultura yang perlu ditangani adalah sebanyak 323 jenis komoditas yang

terdiri dari buah-buahan 60 jenis, sayuran 80 jenis, tanaman hias 117 jenis, dan tanaman

obat 66 jenis. Secara umum, komoditas hortikultura bercirikan: jenisnya sangat banyak

tetapi masing-masing jenis dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, mudah rusak dan life

time-nya pendek, pada umumnya dibutuhkan dalam bentuk segar, dan tergantung pada

selera konsumen yang cenderung cepat berubah.

Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dan sayuran, merupakan komoditas

strategis karena perannya dalam pencapaian Pola Pangan Harapan untuk memenuhi

“gizi bermutu dan berimbang”. Komoditas hortikultura selain menjadi sumber karbohidrat,

protein, dan lemak nabati, yang sangat penting adalah juga menjadi sumber vitamin,

mineral, serat, antioksidan, senyawa yang berkhasiat obat, dan senyawa-senyawa

berguna lainnya. Oleh karena itu, produk hortikultura perlu selalu tersedia setiap saat

dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman dikonsumsi, harga yang terjangkau, serta

mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen

merupakan pasar yang sangat potensial, dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan

tingkat konsumsi hortikultura.

Komoditas hortikultura juga merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis

yang tinggi, sehingga usaha hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat

petani dan pelaku usaha lainnya, baik yang skala mikro, kecil, menengah maupun besar.

Usaha hortikultura mempunyai keunggulan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, jenisnya

sangat beragam, ketersedian sumber daya (alam, buatan dan manusia) dan teknologi

pendukung, serta potensi pasar di dalam negeri maupun di luar negeri yang terus

meningkat.

3.2.2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Produk hortikultura buah dan sayur merupakan bahan pangan sebagai sumber

utama vitamin, mineral, serat, antioksidan, dan energi yang sangat baik bagi kesehatan. Di

samping dikonsumsi segar, produk buah, sayuran dan tanaman obat juga berperan sebagai

bahan dasar produk olahan dalam industri pangan dan industri kesehatan.

Produksi komoditas hortikultura dari tahun ke tahun cenderung meningkat khususnya

pada komoditas buah, sayur, tanaman obat dan beberapa jenis tanaman hias. Peningkatan

Page 9: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

8

produksi buah dan sayur dilatarbelakangi besarnya permintaan buah dan sayur ini akibat

pertambahan penduduk, peningkatan kesadaran penduduk akan manfaat buah dan sayur

bagi kesehatan serta peningkatan kesejahteraan.

Upaya peningkatan produksi hortikultura dilakukan melalui perluasan area panen dan

peningkatan produktivits. Dalam tahun 2000-2010, secara keseluruhan produksi komoditas

hortikultura mengalami peningkatan dari 17.34 juta ton menjadi 31.18 juta ton, atau

peningkatan sebesar sebesar 3,68%/tahun. Peningatan terbesar terjadi pada kelompok

tanaman hias dengan laju sebesar 10.16%/th, menyusul kelompok Tanaman Obat dengan

laju 5,45 %/tahun, diikuti kelompok Buah sebesar 4,98%/tahun dan kelompok sayuran

sebesar 1.32 %/tahun.

Peningkatan produksi buah dan sayuran terutama karena peningkatan luas panen

yaitu masing masing sebesar 1.97%/tahun dan 2.25%/tahun, sementara produktivitas buah

hanya meningkat 0.58%/tahun dan bahkan produktivitas sayuran menurun 1.28%/tahun.

Pada tanaman obat peningkatan produksi terjadi karean kontribusi luas panen yang

meningkat sebesar 2.72%/tahun dan produktivitas sebesar 2.60%/tahun. Sedangkan

peningkatan Tanaman obat terjadi karena perbaikan teknologi yang mampu meningkatkan

produktivitas yang tinggi yaitu sebesar 15.34%/tahun sementara luas panen cenderung

menurun sebesar 11.05%/tahun (Tabel 3.2.1).

Tabel 3.2.1. Laju Pertumbuhan Luas Panen, Produksi dan ProduktivitasKomoditas Hortikultura Tahun 2000-2010 (%/tahun).

Komoditas Luas panen Produksi ProduktivitasBuah 1.97 4.98 0.58Sayur 2.25 1.32 -1.28Tanaman Obat 2.72 5.45 2.60Tanaman Hias -11.05 10.16 15.34

Total 2.64 3.68 2.68Keterangan: Selengkapnya pada Lampiran 3.2.1 sampai Lampiran 3.2.3.

Dengan produksi diatas, konsumsi buah dan sayuran masing-masing berada pada

tingkat 32,59 kg dan 40,66 kg per kapita per tahun. Tingkat konsumsi tersebut masih di

bawah rekomendasi Organisasi Pangan Dunia (FAO) yaitu 73 kg per kapita per tahun.

Tingkat konsumsi buah dan sayuran masyarakat Indonesia relatif tertinggal dibandingkan

dengan di negara-negara lainnya di Asia Tenggara, apalagi dibandingkan dengan negara-

negara maju. Permintaan konsumen yang rendah mengakibatkan jumlah produksi tidak

mampu didorong hingga melebihi jumlah permintaan. Oleh karena itu, konsumsi komoditas

hortikultura perlu dinaikkan. Produk hortikultura umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar,

Page 10: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

9

namun demikian pengembangan pasar produk olahan meningkat pesat. Sejalan dengan itu

permintaan bahan baku produk hortikultura untuk industri terus meningkat.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam peningkatan produksi masih

beragam, yang mencakup: (1) Usaha budidaya komoditas hortikultura sebagian besar

berskala mikro dan kecil, bahkan hanya diusahakan sebagai tanaman pekarangan,

lokasinya terpencar, dan penerapan GAP masih sangat terbatas; (2) Kurangnya

ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk perluasan areal tanam, dimana lahan untuk

komoditas hortikultura digunakan secara tumpang sari atau bergiliran dengan tanaman

pangan; (3) Sistem pengairan belum baik, dimana sebagian besar lahan hortikultura masih

tergantung pada hujan; (4) Ketersediaan dan penggunaan benih bermutu varietas unggul

masih terbatas; (5) Keterbatasan penyediaan dan penerapan inovasi tekologi pada

prapanen dan pascapanen, dimana penelitian dan pengembangan masih kurang fokus

dalam mengatasi permasalahan di dalam usaha tani hortikultura; (6) Serangan OPT masih

tinggi, sistem peringatan dini belum berkembang, penerapan PHT masih terbatas,

pengendalian OPT masih banyak yang menggunakan pestisida sehingga residunya dapat

mengganggu kesehatan atau keamanan pangan; (7) Terjadinya perubahan iklim dan cuaca

yang ekstrim; (8) Kondisi infrastruktur yang kurang memadai (jalan, sumber air, sistem

irigasi dan listrik); (9) Kurangnya kemampuan SDM, baik manajerial maupun teknis dalam

usaha hortikultura; dan (10) Kelembagaan pedagang belum berkembang dan pola

hubungan pedagang besar – menengah – kecil – mikro belum tertata secara baik.

3.2.3. Perkembangan Perdagangan

Di pasar domestic, produk hortikultura Indonesia saat ini sebagian besar masuk ke

pasar tradisional. Sementara proporsi produk buah dan sayur domestik di pasar modern

masing-masing baru mencapai sekitar 21,4% dan 16,2%, namun terus tumbuh sejalan

dengan berkembangnya peran pasar modern. Saat ini, setidaknya terdapat 2.000 unit pasar

modern dan 5.000 toko yang memasarkan produk hortikultura. Kinerja perdagangan produk

hortikultura dii pasar domestik tersebut dinilai belum optimal, disamping masih banyak

produk dengn mutu yang belum terstandarkan. Pasokan ke pasar cenderung fluktuatif, yang

sangat dipengaruhi oleh musim sehingga terjadi fluktuasi harga yang sangat tajam antar

waktu. Kondisi rantai tataniaga yang panjang dan menempatkan kekuatan pedagang

mengakibatkan adanya selisih margin yang besar antara harga yang diterima petani dan

harga yang dibayar konsumen.

Dalam perdagangan internasional, Indonesia berada pada posisi net importer yaitu

nilai impor lebih besar dibanding nilai ekspor. Hal ini sejalan dengan masih relatif sangat

kecilnya pangsa nilai ekspor Indonesia dibandingkan dengan pangsa pasar dunia dan

Page 11: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

10

pertumbuhan ekspor juga lambat, sementara nilai impor tumbuh cepat yang jauh melebihi

nilai ekspor. Defisit perdagangan terutama terjadi pada kelompok komoditas buah dan

sayur, sementara pada tanaman obat dan tanaman hias menunjukkan surplus perdagangan,

walaupun nilainya lebih kecil daripada nilai defisit perdagangan buah dan sayur. Kinerja

perdagangan komoditas hortikultura terangkum dalam Tabel 3.2.2.

Tabel 3.2.2. Neraca Perdagangan Komoditas Hortikultura, 2005-2009 (US$ juta)

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total2005 -84.01 -77.4 4.52 13.18 -143.712006 -193.03 -131.56 4.05 14.77 -305.772007 -355.51 -214.29 5.50 7.44 -556.862008 -239.12 -270.67 8.86 6.21 -494.722009 -464.01 -258.47 10.95 7.79 -703.74

Sumber : Ditjen Hortikultura (2010)

3.2.4. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Pembangunan subsektor hortikultura telah memberikan sumbangan yang cukup

berarti, baik bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari

Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber

pendapatannya dari subsektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan

pendapatan masyarakat (Tabel 3.2.3).

Tabel 3.2.3. Perkembangan PDB Riil Subsektor Hortikultura, 2000 -2010 (Rp’milyar)

Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Hortikultura2000 22,865 14,006 397 2,711 39,9782001 24,886 15,244 432 2,950 43,5122002 29,168 17,867 506 3,458 50,9992003 30,819 18,878 535 3,654 53,8852004 32,512 19,915 564 3,854 56,8452005 35,341 21,648 613 4,190 61,7922006 39,124 24,023 686 4,805 68,6382007 42,618 26,169 748 5,234 74,7682008 47,892 29,407 840 5,881 84,0212009 48,974 30,072 859 6,014 85,9192010 50,809 31,130 1073 6,441 89,453

Laju (%/th) 6.71 7.61 9.34 8.22 3.95

Nilai PDB hortikultura terus meningkat dari tahun ke tahun. Angka PDB hortikultura

tahun 2005 mencapai 61,79 trilyun rupiah atau 21.91% dari total PDB Sektor Pertanian

(Ditjen Hortikultura, 2006). Pada tahun 2010, PDB subsector hortikultura diprediksikan

Page 12: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

11

sebesar 153,22 trilyun rupiah atau menyumbang sebesar 21% terhadap PDB Sektor

Pertanian yang diprediksi sebesar 737,87 trilyun rupiah. PDB subsector hortikultura terbesar

di sumbang oleh komoditas buah-buahan (50,6%), disusul sayuran (29,0%), tanaman hias

(5.3%) dan tanaman obat (4.1%). Pada tahun 2010, PDB subsector hortikultura

diproyeksikan sebasar 89.45 trilyun rupiah, atau meningkat sebasar 3.95%/tahun.

Peningkatan terbesar ditunjukkan oleh kelompok tanaman obat dan tanaman hias.

sebagaimana terangkum dalam Tabel 3.2.3.

3.2.5. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian (SP) tahun 2003, dari 24,9 juta rumah tangga

pertanian yang ada terdapat sekitar 8,4 juta rumah tangga yang bekerja di bidang

hortikultura. Jumlah ini meningkat 76,69% dibandingkan dengan SP tahun 1993 yang

berjumlah 5.04 juta rumah tangga. Penyerapan tenaga kerja pertanian di subsektor

hortikultura pada kegiatan on farm cenderung terus meningkat sejalan dengan

berkembangnya usaha komoditas hortikultura. Rata-rata peningkatan penyerapan tenaga

kerja hortikultura berkisar 5-35%/tahun. Angka penyerapan tenaga kerja tersebut mencakup

lapangan kerja dalam arti luas, yang terdiri dari sektor produksi (on farm), pasca panen dan

kegiatan pendukung usaha hortikultura lain seperti perbenihan, penyediaan sarana produksi

(pupuk, obat-obatan, dll.), pengolahan dan pemasaran hasil.

Sementara data dari Ditjen Hortikultura menunjukkan bahwa pada tahun 2004

jumlah tenaga kerja hortikultura di tingkat on-farm adalah 2,95 juta orang dan pada tahun

2010 diprediksi mencapai 4 juta orang atau meningkat 4.7%/tahun (Tabel 3.2.4). Serapan

tenaga kerja terbesar berasal dari komoditas sayuran, disusul tanaman buah-buahan,

tanaman obat dan tanaman hias.

Tabel 3.2.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sub Sektor Hortikultura, 2004-2010 (‘000 orang).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total2004 587.17 2337.11 19.45 1.74 2945.472005 662.85 2433.56 20.52 1.92 3118.852006 743.01 2545.44 22.62 2.31 3313.362007 807.87 2642.53 23.75 2.48 3476.632008 872.75 2739.62 24.74 2.66 3639.762009 937.62 2836.71 25.62 2.84 3802.792010* 1002.49 2933.81 26.42 3.02 3965.74

Laju (%/th) 9.68 3.32 12.22 6.13 4.70Sumber : Ditjen Hortikultura (2009); *Angka Sementara

Page 13: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

12

3.3. Subsektor Perkebunan

3.3.1. Status Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan terdiri diri tanaman tahunan atau tanaman keras (perennial

crops) dan tanaman setahun/semusim (seasonal crops). Tanaman keras utama adalah

kelapa sawit, kelapa, karet, kakao, kopi, teh, cengkeh dan jambu mete, sedangkan tanaman

setahun/semusim adalah tebu/gula, tembakau, lada, dan panili1. Hampir semua jenis

komoditas perkebunan tersebut, kecuali tebu/gula dan tembakau, merupakan komoditas

ekspor andalan dan sumber devisa penting (net exporter) di subsektor perkebunan, bahkan

di sektor pertanian. Sementara produksi komoditas tebu/gula dan tembakau masih belum

cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga masih perlu diimpor (net

importer). Posisi komoditas tembakau masih dilematis karena di satu sisi merupakan salah

satu sumber pendapatan penting negara dari cukai tembakau dan rokok, sedangkan dari sisi

lain kurang mendukung kesehatan dan bertentangan dengan konvensi tembakau dunia

yang sudah diratifikasi oleh seluruh negara di dunia kecuali Indonesia.

3.3.2. Perkembangan Luas Areal dan Produksi

Pola pertumbuhan luas areal dan produksi komoditas perkebunan selama 2000-2010

ditunjukkan pada Tabel 3.3.1. Pola pertumbuhan umumnya mengalami perubahan selama

periode lima tahun terakhir (2005-2010) dibanding selama periode lima tahun sebelumnya

(2000-2005), Kelapa sawit mengalami pertumbuhan luas areal yang spektakuler yaitu dari

4.98% menjadi 7.30% per tahun sehingga pada tahun 2010 mencapai luas lebih dari 8 juta

ha, yang merupakan areal komoditas perkebunan paling luas. Pertumbuhan produksinya

juga luar biasa walaupun mengalami pelambatan, yaitu dari 10.15% menjadi 8.09%

sehingga produksinya pada tahun 2010 mencapai lebih dari 23.7 juta ton minyak sawit

(CPO) dan minyak inti sawit (PKO).

Laju pertumbuhan luas areal dan produksi yang spektakuler pada komoditas kelapa

sawit tersebut disebabkan oleh kenaikan harga CPO di pasar dunia yang cepat sebagai

akibat dari meningkatnya permintaan dunia akan komoditas ini dan meningkatnya harga

minyak mentah (crude oil) dunia. Insentif harga yang makin tinggi tersebut menyebabkan

sebagian areal komoditas perkebunan lain dan bahkan areal komoditas pangan terkonversi

menjadi areal kelapa sawit. Namun pembukaan hutan secara besar-besaran untuk

perluasan areal, utamanya oleh perkebunan besar swasta, mendapatkan kritikan dari

negara-negara lain karena kegiatan tersebut dapat mengganggu keseimbangan alam dunia,

1 Komoditas lain adalah pala, serat-seratan (kapas, rami, dll) dan minyak-minyakan (jarak pagar, jarakkepyar), dan lain-lain tidak dicakup dalam analisis ini karena produksinya masih sangat terbatas.

Page 14: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

13

dimana Indonesia mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga areal rain forest

sebagai salah satu paru-paru dunia. Karena itu pada tahun 2011 dilakukan moratorium

kelapa sawit untuk mengendalikan penebangan hutan guna perluasan areal kelapa sawit.

Tabel 3.3.1. Laju Pertumbuhan Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan Utama,2000-2010

KomoditasLuas Areal Produksi

Pertumbuhan (%/tahun) Luas 2010(ha)

Pertumbuhan (%/tahun) Prod 2010(ha)2000-2005 2005-2010 2000-2005 2005-2010

Kelapa sawit 4.98 7.30 8,036,431 10.15 8.09 23,712,013Kelapa 0.23 0.04 3,808,263 0.08 1.14 3,266,448Karet -0.64 0.94 3,445,121 8.33 1.22 2,591,935Kakao 8.90 6.63 1,651,539 10.97 2.39 844,626Kopi -0.28 -0.15 1,268,476 3.11 1.04 684,076Cengkeh 1.36 1.11 470,045 3.88 7.06 110,807Tebu/Gula 1.51 2.45 434,257 5.31 4.43 2,694,227Tembakau -4.94 1.14 193,916 -5.57 -1.58 122,276Lada 4.16 -0.82 186,296 1.26 1.84 84,218Teh -2.05 -2.51 124,573 0.34 -0.79 150,342Panili 11.05 -0.48 27,256 3.67 1.86 3,059Jambu mete 16.02 -11.01 1,020 12.39 1.12 145,081Keterangan: Data selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 3.3.1 dan Lampiran 3.3.2.

Komoditas perkebunan lainnya yang luas areal dan produksinya juga mengalami

pertumbuhan sangat cepat adalah kakao, walaupun melambat selama periode 2005-2010

dibanding selama periode 2000-2005. Untuk luas areal, laju pertumbuhannya melambat dari

8.90% menjadi 6.63% per tahun, namun produksinya mengalami pelambatan pertumbuhan

yang drastis yaitu dari 10.97% menjadi hanya 2.39% per tahun. Laju pertumbuhan luas areal

yang cepat disebabkan oleh permintaan pasar dan harga dunia yang meningkat, walaupun

sebagian areal kakao dikonversi menjadi areal kelapa sawit di beberapa wilayah, utamanya

Sumatera. Namun masalah paling berat yang dialami komoditas kakao adalah meluasnya

hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di wilayah sentra kakao Sulawesi Selatan yang

berdampak negatif terhadap pertumbuhan produksi kakao nasional selama periode 2005-

2010. Program Gerakan Nasional Kakao (Gernas Kakao) berupaya mengatasi masalah

hama PBK tersebut, disamping memperbaiki mutu buah kakao rakyat yang masih rendah

karena tidak dilakukan fermentasi. Jika masalah hama PBK dapat diatasi secara lebih baik,

maka laju pertumbuhan produksi tersebut bisa dipacu menjadi lebih cepat lagi di masa

datang.

Luas areal komoditas karet hanya mengalami percepatan pertumbuhan yang

marjinal pada periode 2005-2010, sementara produksinya mengalami pelambatan laju

Page 15: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

14

pertumbuhan yang sangat signifikan, yaitu dari 8.33% pada periode 2000-2005 menjadi

hanya 1.22% pada periode 2005-2010. Laju permintaan karet di pasar dunia sedikit

melemah karena terjadinya resesi ekonomi di negara-negara maju seperti AS, Eropa dan

Jepang, dimana laju permintaan terhadap otomotif melambat yang berdampak pada

melambatnya pertumbuhan permintaan akan ban kendaraan bernotor yang bahan bakunya

adalah karet alam.

Luas areal kopi terus menurun, namun pertumbuhan produksinya masih positif

walaupun melambat. Persaingan dengan kopi asal negara-negara lain, utamanya Brazil dan

Vietnam yang mutu kopinya lebih bagus (jenis Arabika), berdampak menekan pertumbuhan

produksi kopi Indonesia yang mutunya kurang bagus (jenis Robusta). Disamping itu,

peranan kopi Indonesia lebih sebagai bahan pencampur (blending material) di negara-

negara pengimpor seperti AS dan Eropa.

Untuk komoditas tebu/gula, luas arealnya terus meningkat dengan laju yang makin

cepat, yaitu dari 1.51% menjadi 2.45% per tahun. Namun pertumbuhan produksinya

melambat dari 5.31% menjadi 4.43% per tahun, yang masih tergolong cukup cepat.

Perkembangan yang cukup pesat ini disebabkan oleh adanya program pemerintah yaitu

revitalisasi kebun tebu (utamanya program “bongkar ratoon”) dan revitalisasi pabrik gula.

Reviltalisasi kebun tebu telah mampu meningkatkan kandungan gula dalam nira tebu,

sedangkan revitalisasi pabrik gula telah dapat memperbaiki ekstraksi nira dari tebu dan

rendemen gula yang dihasilkannya.

Kemunduran yang terjadi pada luas areal dan produksi komoditas teh disebabkan

oleh adanya persaingan yang makin ketat dari produk-poduk teh dari luar negeri. Disamping

itu, pertumbuhan yang pesat pada industri air mineral dan minuman ringan (soft drink)

lainnya juga berdampak negatif terhadap perkembangan teh nasional. Walaupun industri teh

sudah mencoba mempoduksi produk-produk baru (teh hijau, dan lain-lain), masih belum

mampu mendongkak pertumbuhan produksi komoditas ini.

Pertumbuhan negatif yang terjadi pada komoditas tembakau disebabkan oleh tidak

adanya lagi dukungan pemerintah dalam perluasan areal, disamping turunnya permintaan

akan rokok per kapita karena makin mahalnya harga rokok sebagai akibat dari cukai rokok

yang makin tinggi. Karena itu banyak industri rokok yang tutup, utamanya yang berskala

kecil, sehingga permintaan akan tembakau oleh industri rokok dalam negeri menurun.

Bersamaan dengan itu, laju permintaan dunia akan daun dan produk tembakau juga

melambat karena makin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan bahaya asap rokok

terhadap kesehatan bagi perokok aktif dan perokok pasif. Sementara laju pertumbuhan

produksi teh yang negatif disebabkan oleh industri minuman pesaing berat bagi teh yang

Page 16: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

15

tumbuh sangat pesat, disamping produk teh Indonesia di pasar dunia juga dikalahkan oleh

produk teh asal negara-negara lain. Produksi tanaman perkebunan lain seperti lada, jambu

mete, kapas dan panili masih tumbuh positif selama 2005-2010, bahkan laju peningkatan

produksi kapas meningkat sangat drastis,

Tabel 3.3.2. Pangsa Produksi Komoditas Perkebunan Menurut TipeManajemen, Tahun 2010 (%).

Komoditas PerkebunanRakyat

Perkebunan BesarTotal

Negara SwastaKelapa sawit 38.81 10.40 50.79 100Kelapa 97.45 0.07 2.48 100Karet 79.68 9.74 10.58 100Kakao 91.60 4.36 4.03 100Kopi 95.81 2.10 2.09 100Cengkeh 98.25 0.30 1.45 100Tebu/Gula 51.32 13.66 35.02 100Tembakau 66.98 2.29 30.37 100Lada 100.00 0 0 100Teh 23.14 52.57 24.29 100Panili 100.00 0 0 100Jambu mete 100.00 0 0 100

Sumber: Statistik Perkebunan, berbagai komoditas, 2009-2011.

Produksi beberapa komoditas perkebunan tersebut seluruhnya dihasilkan oleh

Perkebunan Rakyat (PR), yaitu jambu mete, lada dan panili (Tabel 3.3.2). Sementara itu,

produksi beberapa komoditas lainnya sebagian besar dihasilkan oleh PR dan sebagian kecil

oleh Perkebunan Besar, yaitu kelapa, kakao, karet, kopi, cengkeh, tembakau, dan tebu/gula.

Peranan Perusahaan Besar Swasta dalam memproduksi gula dan tembakau juga cukup

signifikan. Komoditas yang lebih banyak diproduksi oleh perkebunan besar adalah kelapa

sawit, utamanya Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan the utamanya oleh Perkebunan

Besar Negara (PBN).

3.3.3. Perkembangan Perdagangan

Produksi semua komoditas perkebunan yang disebutkan diatas diekspor ke negara-

negara lain, kecuali gula yang selama ini Indonesia masih melakukan impor. Sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 3.3.3, nilai ekspor sebagian besar komoditas perkebunan selama

periode 5 tahun pertama (2000-2005) cenderung meningkat, yang bervariasi dari lambat

(1.23%/tahun) sampai sangat cepat (27.38%/tahun). Sebagian besar komoditas perkebunan

selama periode ini mengalami pertumbuhan nilai ekspor yang sangat cepat yang bervariasi

dari 10.44% smpai dengan 27.38% per tahun. Hanya lada dan panili yang mengalami laju

Page 17: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

16

pertumbuhan nilai ekspor yang negatif. Total nilai ekspor mengalami pertumbuhan yang

sangat cepat yaitu 21.35% per tahun.

Tabel 3.3.3. Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Utama,2000-2009.

Komoditas

Ekspor Impor Neraca 2009Laju (%/th) Nilai 2009

(US$’000)

Laju (%/th) Nilai 2009(US$’000)

Nilai(US$'000) %2000-

20052005-2009

2000-2005

2005-2009

Kelapa sawit 27.38 31.92 11,605,431 8.73 26.75 16,822 11,588,609 99.86

Karet 25.03 7.86 3,241,534 -12.22 27.82 18,918 3,222,616 99.42

Kakao 12.05 19.08 1,413,535 35.11 11.66 119,321 1,294,214 91.56

Kopi 10.44 15.08 824,015 -5.04 31.82 24,012 800,003 97.09

Kelapa 17.03 9.62 422,127 103.88 -93.79 148 421,979 99.96

Teh 1.23 8.53 171,628 17.11 14.40 12,537 159,091 92.70

Lada -23.45 26.28 140,313 -54.77 20.92 1,528 138,785 98.91

Jambu mete 17.82 6.80 82,650 -2.08 110.38 3,997 78,653 95.16

Cengkeh 11.78 -31.42 5,586 -225.27 94.37 112 5,474 97.99

Panili -7.96 -1.57 5,087 8.84 -7.27 157 4,930 96.91

Tembakau 6.49 9.82 172,629 4.81 15.18 290,170 -117,541 -68.09

Tebu 20.81 26.59 62,454 10.82 -4.29 585,873 -523,419 -838.1

Total 21.33 22.23 18,146,989 8.64 4.10 1,073,595 17,073,394 94.08Keterangan: Data selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 3.3.3 untuk ekspor, Lampiran 3.3.4 untuk impor danLampiran 3.3.5 untuk neraca ekspor-impor.

Pada periode 5 tahun kedua (2005-2009), laju pertumbuhan nilai ekspor sebagian

komoditas meningkat, yaitu kelapa sawit, kakao, kopi, the, tembakau dan tebu, sebagian

mengalami pelambatan yaitu karet, kelapa, dan jambu mete, namun laju pertumbuhan

masih tergolong cepat yaitu sekitar 6.80% sampai dengan 31.92% per tahun. Ada komoditas

yang semula nilai ekspornya mengalami pertumbuhan positif berubah menjadi negatif yaitu

cengkeh dan kapas. Sementara nilai ekspor panili masih menurun tetapi dengan laju yang

melambat. Total nilai ekspor selama periode 2005-2009 meningkat lebih cepat yaitu 22.23%

per tahun dibanding pada periode 2000-2005 sebesar 21.33% per tahun.

Pada tahun 2009, total nilai ekspor 12 komoditas perkebunan tersebut mencapai

sekitar US$ 18.1 milyar. Penyumbang nilai ekspor terbesar adalah kelapa sawit (63.95%),

disusul karet (17.86%), kakao (7.79%), kopi (4.54%) dan kelapa (2.33%), sementara 8

komoditas lain hanya memberikan sumbangan nilai ekspor yang kecil (0.004-0.95%).

Nilai impor mayoritas komoditas perkebunan sangat kecil, sangat fluktuatif dan laju

pertumbuhannya selama periode 2005-2009 jauh lebih kecil dibanding selama periode

2000-2005 (Tabel 3.3.3). Hanya 2 komoditas yang nilai impornya besar yaitu gula dan

tembakau, yang selama periode 2005-2009 cenderung menurun untuk gula yaitu 4,29%

Page 18: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

17

sedangkan untuk tembakau meningkat 15.18% per tahun, yang selama periode sebelumnya

masing-masing meningkat 10.82% untuk gula dan 4.81% untuk tembakau.

Pada tahun 2009, total nilai impor mencapai sekitar US$ 1,074 juta, yang 54.57% di

antaranya adalah impor gula, 27.03% impor tembakau dan 11.11% impor kakao. Nilai impor

yang besar pada gula disebabkan produksi gula belum mencukupi kebutuhan nasional.

Demikian pula, nilai impor tembakau cukup besar karena untuk menutupi kekurangan bahan

bakau pabrik rokok sebagai akibat kurangnya pasokan dan mahalnya harga bahan baku

produksi dalam negeri, sementara harga impor lebih murah. Impor kakao masih diperlukan,

utamanya sebagai bahan pencampur untuk meningkatkan mutu produk coklat (barang jadi)

hasil pengolahan industri coklat.

Mayoritas komoditas perkebunan merupakan penghasil devisa negara, dimana nilai

perdagangan internasionalnya mempunyai surplus. Pada tahun 2009, surplus tersebut

mencapai sekitar 5-11,589 juta US$ dengan persentase sekitar 91.56-99.96% dari nilai

ekspornya. Sementara 2 komoditas lainnya, yaitu gula dan tembakau, mengalami defisit

masing-masing US$ 523.4 juta dan US$ 117.5 juta. Total surplus mencapai US$ 17,074

juta. Kontribusi terbesar terhadap surplus perdagangan adalah kelapa sawit (67.87%),

disusul karet (18.87%), kakao (7.58%), kopi (4.69%) dan kelapa (2.47%), sementara

komoditas-komoditas lainnya kurang dari 1%. Komoditas gula dan tembakau bukan

penghasil devisa melainkan penguras devisa.

Daya saing suatu komoditas dapat diukur dengan berbagai indikator, yang salah

satunya adalah pangsa produksi di tingkat dunia dan perkembangannya selama periode

tertentu. Tabel 3.3.4 menunjukkan bahwa 4 komoditas perkebunan Indonesia mempunyai

pangsa produksi yang sangat tinggi dan meningkat pada tahun 2009 dibanding 2005 dan

menempati posisi pertama di dunia di antara sekian banyak negara produsen, yaitu

cengkeh, kelapa sawit, panili dan kelapa. Posisi kedua di dunia ditempati oleh karet, kakao

dana lada, dimana pangsa produksi karet dan kakao Indonesia meningkat sedangkan untuk

pala menurun. Posisi ke tiga, kelima, keenam, ketujuh dan kesebelas dunia diduduki oleh

pala, kopi, tembakau, jambu mete, teh dan gula.

Posisi Indonesia yang cukup sampai dengan sangat tinggi tersebut merupakan

indikator bahwa Indonesia menempati posisi yang cukup sampai sangat penting dalam

memproduksi komoditas perkebunan tersebut di dunia. Sementara pangsa produksi yang

meningkat pada tahun 2009 dibanding 2005 mengindikasikan daya saing produk

perkebunan Indonesia yang makin tinggi, yaitu cengkeh, kelapa sawit, kelapa, karet, kakao,

dan jambu mete. Di masa datang, daya saing dan posisi Indonesia di dunia dalam

memproduksi komoditas perkebunan perlu ditingkatkan atau minimal dipertahankan jangan

Page 19: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

18

sampai turun. Program-program revitalisasi perkebunan perlu ditingkatkan dengan

perencanaan dan mutu pelaksanaan yang lebih baik lagi.

Tabel 3.3.4. Posisi Indonesia dalam Produksi Komoditas PerkebunanDunia Tahun 2005 dan 2009.

KomoditasPangsa (%) Rangking

Indonesia2009

Jumlah NegaraProdusen

20092005 2009

Cengkeh 74.51 77.23 1 12Kelapa sawit 45.01 55.04 1 92Panili 45.07 44.44 1 9Kelapa 31.62 34.95 1 14Karet 24.13 27.64 2 29Kakao 15.86 19.60 2 58Lada 20.44 17.73 2 41Kopi 8.73 8.41 5 56Tembakau 2.27 2.52 6 128Jambu mete 4.25 4.33 6 30Teh 4.90 4.05 7 46Gula 2.23 1.50 11 103

3.3.4. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Sektor pertanian dalam arti sempit terdiri dari Subsketor Tanaman Bahan Makanan,

Subsektor Perkebunan dan Subsektor Peternakan. Perkembangan PDB Sektor Pertanian

Sempit dan PDB Subsektor Perkebunan selama 2000-2009 diperlihatkan pada Tabel 3.3.5.

Selama periode 2000-2005, laju pertumbuhan PDB Subsektor Perkebunan lebih cepat

dibanding PDB Sektor Pertanian (sempit), yaitu masing-masing 3.96% dan 3.09% per tahun.

Namun pada periode 2005-2009 terjadi yang sebaliknya, yaitu masing-masing menjadi

3.65% dan 3.96% per tahun. Lebih cepatnya laju pertumbuhan PDB Sektor Pertanian

disebabkan oleh program-program pembangunan pertanian oleh pemerintah yang makin

terfokus kepada Subsektor Tanaman Bahan Makanan, utamanya beras, untuk mencapai

swasembada dalam rangka penguatan ketahanan pangan nasional. Hal ini terbukti bahwa

laju pertumbuhan PDB Subsektor Tanaman Bahan Makanan pada periode 2005-2009 yang

hampir dua kali lipat dibanding pada periode 2000-2005, yaitu masing-masing 4.26% dan

2.42%. Namun Subsektor Perkebunan memberikan kontribusi terhadap PDB Sektor

Pertanian yang sedikit lebih tinggi yaitu dari rata-rata 20% pada periode 2000-2004 menjadi

20.15% pada periode 2005-2009.

Page 20: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

19

Tabel 3.3.5. Perkembangan PDB Sektor Pertanian danSubsektor Perkebunan, Tahun 2000-2009.

TahunPertanian

Sempit(Rp’ milyar)

PerkebunanPDB

(Rp’ milyarPangsa

(%)2000 170,077.9 32,491.4 19.12001 175,634.9 34,845.2 19.82002 181,485.3 37,073.3 20.42003 188,505.7 38,693.9 20.52004 193,133.5 38,849.3 20.12005 197,959.2 39,810.9 20.12006 204,296.8 41,318.0 20.22007 211,308.4 43,199.2 20.42008 222,211.2 44,785.5 20.22009 231,322.3 45,887.1 19.8

Laju (%/th):2000-2005 3.09 3.96 -2005-2009 3.96 3.65 -

3.4. Komoditas Peternakan

3.4.1. Status Komoditas Peternakan

Daging merupakan bahan pangan utama sumber protein hewani. Kekurangan

konsumsi daging, terutama pada masa pertumbuhan, dapat menyebabkan lambatnya

pertumbuhan badan dan intelegensia anak-anak. Sompotan (2011) mengungkapkan

bahwa kekurangan konsumsi daging merupakan ancaman bagi kecerdasan anak.

Menurut Ariani (2004), pangan dari sumber hewani merupakan salah satu kelompok

pangan yang sangat berperan dalam pembentukan kualitas sumberdaya manusia.

Hal ini disebabkan bahan pangan tersebut mengandung asam amino esensial,

seperti lisin, dan treonin. Oleh karena itu, pangan sumber protein hewani sangat

penting bagi pertumbuhan, intelegensia, dan daya tahan tubuh manusia terhadap

berbagai penyakit.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization = FAO)

pada tahun 2008 menetapkan bahwa konsumsi daging segar untuk hidup sehat adalah 33

kg per kapita per tahun (Sompotan, 2011). Namun data statistik dari FAO menunjukkan

bahwa pada tahun 2009 konsumsi daging utama masyarakat Indonesia baru mencapai rata-

rata 8,62 kg per kapita per tahun, yang terdiri dari 6,17 kg daging unggas, 2,13 kg daging

sapi dan kerbau, serta 0,32 kg daging kambing dan domba. Faktor utama penyebab

rendahnya tingkat konsumsi daging adalah rendahnya daya beli masyarakat,

sedangkan daging merupakan komoditas pangan yang harganya mahal. Faktor lain

Page 21: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

20

adalah rendahnya produksi daging, terutama daging sapi yang berasal dari ternak

dari dalam negeri.

Salah satu jenis usaha ternak yang prospektif dalam memenuhi kebutuhan daging

adalah peternakan ayam, terutama ayam ras, baik pedaging maupun petelur. Simatupang

dan Maulana (2006) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan peternakan ayam ras

pedaging cukup pesat. Hal ini telah menjadikan daging ayam ras sebagai jenis daging yang

paling banyak dihasilkan di indonesia. Pada periode 1990-1999, produksi daging ayam ras

rata-rata 412.639 ton per tahun, melampaui produksi daging sapi yang rata-rata 316.535 ton

per tahun dalam periode yang sama. Produksi daging ayam ras juga melampaui produksi

daging unggas lainnya.

Berbeda dengan produksi daging ayam yang tumbuh pesat, pertumbuhan produksi

daging sapi masih memprihatinkan. Ilham (2009) mengungkapkan bahwa Indonesia

menghadapi masalah lambatnya pertumbuhan produksi daging dalam negeri, terutama

daging sapi. Manajemen dan teknologi pemeliharaan ternak sapi masih rendah. Menurut

Ilham et al (2009), lambatnya pertumbuhan produksi daging sapi disebabkan oleh sebagian

besar usaha ternak sapi merupakan usaha peternakan rakyat dengan ciri-ciri sebagai

berikut: (1) Skala usaha kecil yaitu 2-4 ekor per peternak; (2) Hanya sebagai usaha

sambilan dengan tujuan untuk tabungan; dan (3) Menggunakan teknologi sederhana.

Rendahnya laju pertumbuhan produksi daging sapi juga diungkapkan oleh Simatupang dan

Maulana (2006), yaitu bahwa dalam periode 1990-1999 produksi daging sapi tumbuh hanya

rata-rata 1,11% per tahun dan bahkan menurun tajam menjadi -0,91% per tahun dalam

periode 2000-2005. Penurunan pertumbuhan produksi daging sapi terutama disebabkan

oleh menurunnya kapasitas produksi usaha ternak sapi potong secara absolut. Populasi

ternak sapi potong menurun dari rata-rata 11,28 juta ekor per tahun pada periode 1990-1999

menjadi 10,71 juta ekor per tahun pada periode 2000-2005.

Selama beberapa dekade terakhir, produksi daging dari sapi dalam negeri belum

bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi daging sapi dalam negeri masih dilakukan melalui

impor, baik sapi hidup maupun daging sapi beku. Pada tahun 2011 tidak kurang dari 500

ribu ekor sapi hidup dan 58 ribu ton daging sapi diimpor dari luar negeri terutama dari

Australia (Suhendra, 2011a; Purnomo, 2011; dan FAO, 2011). Ketergantungan pada impor

daging akan sangat melemahkan kondisi ketahanan pangan nasional, terutama daging

sebagai sumber protein hewani.

Untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada daging impor, maka pemerintah

Indonesia bertekad untuk mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2014.

Page 22: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

21

Pencanangan program swasembada daging sapi tahun 2014 dituangkan dalam Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program

Swasembada Daging Sapi 2014.

3.4.2. Perkembangan Populasi dan Pemotongan Ternak

Selama dekade terakhir, populasi ayam tumbuh rata-rata 5,97%/tahun selama

periode 2000-2005 dan 3,19%/tahun selama periode 2005-2009. Meskipun pertumbuhannya

menurun, pertumbuhan selama periode 2000-2009 masih tetap tinggi yaitu rata-rata 3,69

persen per tahun (Tabel 3.4.1). Pertumbuhan yang tinggi dipacu oleh pertumbuhan populasi

ayam ras pedaging (broiler) yang berkembang pesat dengan pertumbuhan rata-rata

5,14%/tahun selama periode 2005-2009 (Ditjennak, 2011).

Tabel 3.4.1. Perkembangan Populasi dan Pemotongan Ternak di Indonesia, 2000-2009

Uraian Ayam Itik SapiPotong Kerbau Kambing +

DombaPopulasi:

Rataan 2000-2005 1.094.447 34.324 10.859.967 2.355.487 20.528.777Rataan 2005-2009 1.246.870 36.592 11.637.020 2.047.348 23.911.356Rataan 2000-2009 1.162.610 35.650 11.266.540 2.224.117 22.099.312Laju 2000-2005 (%/th) 5,97 0,83 -1,12 -1,43 1,66Laju 2005-2009 (%/th) 3,19 7,40 4,91 -3,16 4,39Laju 2000-2009 (%/th) 3,69 2,15 1,38 2,75 3,14

Pemotongan:Rataan 2000-2005 (ekor/th) 1.296.187 22.870 1.738.538 200.371 5.389.667Rataan 2005-2009 (ekor/th) 1.692.006 32.617 1.702.828 224.176 6.386.980Rataan 2000-2009 (ekor/th) 1.483.001 27.659 1.720.959 214.623 5.921.290% Pemotongan 2000-2005 118,42 67,36 8,51 16,03 26,26% Pemotongan 2005-2009 135,39 89,57 11,02 14,69 26,65% Pemotongan 2000-2009 126,77 77,88 9,78 15,33 26,75

Keterangan: Populasi ayam dan itik dalam ribu ekor; kerbau, sapi, dan kambing dalam ekor.Selengkapnya pada Lampiran 3.4.1.

Dalam periode yang sama, jumlah pemotongan ayam melampaui populasinya, baik

pada periode 2000-2005 maupun 2005-2009. Ini berarti bahwa Indonesia masih mengimpor

ayam hidup dari luar negeri. Impor ayam hidup bisa berupa bibit ayam (DOC) karena impor

ayam hidup siap potong tidak diizinkan. Sampai saat ini pemerintah secara resmi masih

melarang impor daging ayam dan ayam hidup untuk mencegah penyebaran penyakit.

Namun pada tahun 2010 ada kasus temuan 4 juta ekor ayam impor dari Malaysia dan

Singapura (Suhendra, 2011b). Pada periode 2005-2009, jumlah pemotongan ayam rata-rata

1.692,01 juta ekor per tahun. Data ini menunjukkan bahwa impor ayam hidup masih tinggi,

rata-rata 445,14 juta ekor per tahun selama periode 2005-2009.

Page 23: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

22

Populasi itik tidak sebesar populasi ayam, yaitu rata-rata 34,32 juta ekor per tahun

selama periode 2000-2005, yang meningkat menjadi rata-rata 36,59 juta ekor per tahun

pada periode 2005-2009. Pertumbuhan populasi itik rata-rata 0,83%/tahun selama periode

2000-2005 dan 7,40%/tahun selama periode 2005-2009. Berbeda dengan ayam,

pemotongan itik tidak melampaui populasinya, yang mencerminkan tidak adanya impor itik

hidup. Pemotongan itik rata-rata 22,87 juta ekor/tahun atau 67,36% dari populasinya selama

periode 2000-2005, dan 32,62 juta ekor/tahun atau 89,57% dari populasinya selama periode

2005-2009.

Populasi sapi potong rata-rata adalah 10.859,97 juta ekor/tahun pada periode 2000-

2005 dan 11.637,02 juta ekor/tahun selama periode 2005-2009. Dalam periode yang sama,

populasi sapi potong menurun rata-rata adalah 1,12%/tahun selama 2000-2005 dan

meningkat lagi menjadi 4,91%/tahun selama periode 2005-2009. Peningkatan ini diduga

disebabkan oleh peningkatan kelahiran anak sapi (pedet) dan impor sapi induk dan bakalan,

terutama dari Australia.

Jumlah pemotongan sapi rata-rata 1,74 juta eko/tahun selama periode 2000-2005,

kemudian menurun menjadi rata-rata 1,70 juta ekor/tahun selama 2005-2009. Selama

periode 2000-2009, pemotongan sapi rata-rata mencapai 1,72 juta ekor/tahun atau sekitar

15% dari populasinya pada periode 2000-2009. Jika jumlah sapi yang dipotong melampaui

kelahiran anak sapi dalam negeri, maka impor sapi hidup akan terus meningkat. Jika itu

yang terjadi, maka swasembada daging pada tahun 2014 akan sulit dicapai.

Sumber daging ruminansia besar lainnya adalah kerbau. Selama dekade terakhir

(2000-2009), populasi ternak ini rata-rata adalah 2,22 juta ekor/tahun. Populasi kerbau pada

periode yang sama menurun rata-rata 2,75%/tahun. Secara absolut, jumlah kerbau yang

dipotong rata-rata adalah 214.623 ekor/tahun pada periode 2000-2009, yang merupakan

9,65% dari populasi pada periode yang sama. Meskipun persentase kerbau yang dipotong

relatif kecil terhadap populasi, populasinya terus menurun. Fakta ini menunjukkan bahwa

jumlah kerbau yang lahir jauh lebih kecil daripada yang dipotong. Hal ini diduga disebabkan

oleh tidak adanya penerapan teknologi maju dalam pembibitan kerbau. Kerbau umumnya

dipelihara secara sederhana dengan pemberian pakan hijauan seadanya (tanpa konsentrat)

dan banyak yang digunakan sebagai tenaga pembajak di sawah.

Selain ruminansia besar, ruminansia kecil (kambing dan domba/kado) juga

merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging. Populasi kambing dan domba rata-rata

20,53 juta ekor/tahun selama periode 2000-2005 dan 23,91 juta ekor/tahun selama 2005-

2009. Pemotongan kedua jenis ternak ini rata-rata mencapai 5,39 juta ekor/tahun (26,26%

Page 24: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

23

dari populasi) pada periode 2000-2005, dan 6,39 juta ekor/tahun (26,64% dari populasi)

pada periode 2005-2009.

Jika populasi kado betina seimbang dengan kado jantan, maka total kado yang

dipotong hampir 54% dari populasi kado betina. Ini berarti bahwa untuk mempertahankan

populasi kado, angka kelahiran anak kado harus mencapai 54 ekor dari tiap 100 ekor

kambing-domba betina per tahun.

3.4.3. Perkembangan Produksi Daging, Susu dan Telor

Daging

Sejalan dengan populasi dan pemotongan ayam dan itik, produksi daging unggas

rata-rata 1,06 juta ton/tahun pada periode 2000-2005 dan 1,32 juta ton/tahun pada periode

2005-2009 atau rata-rata 1,18 juta ton/tahun selama periode 2000-2009 (Tabel 3.4.2).

Pertumbuhan produksi daging unggas rata-rata 7,26%/tahun pada periode 2000-2005 dan

5,19%/tahun selama periode 2005-2009.

Tabel 3.4.2. Produksi Daging di Indonesia, 2000-2009 (ton)

Tahun Unggas Sapi & Kerbau Kado Total

2000 817.740 385.795 44.890 1.248.4252001 923.520 382.329 48.702 1.354.5512002 1.104.790 372.599 58.170 1.535.5592003 1.138.960 410.350 63.860 1.613.1702004 1.213.120 487.810 57.130 1.758.0602005 1.147.060 396.800 50.600 1.594.4602006 1.284.681 439.729 65.014 1.789.4242007 1.339.945 381.236 63.615 1.784.7962008 1.380.530 431.543 66.027 1.878.1002009 1.434.590 442.819 74.106 1.951.515

Rataan:2000-2005 1.057.532 405.947 53.892 1.517.3712005-2009 1.317.361 418.425 63.872 1.799.6592000-2009 1.178.494 413.101 59.211 1.650.806

Laju (%/th):2000-2005 7,26 2,77 3,35 5,872005-2009 5,19 2,01 7,79 4,532000-2009 5,54 1,34 4,26 4,41

Produksi daging unggas dari pemotongan dalam negeri terus meningkat, namun

belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, sehingga Indonesia masih

Page 25: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

24

mengimpor daging unggas. Selama periode 2005-2009, net impor daging unggas rata-rata

mencapai 7.705 ton/tahun.

Produksi daging sapi dan kerbau juga meningkat dari rata-rata 405.947 ton/tahun

pada periode 2000-2005 menjadi 418.425 ton/tahun selama periode 2005-2009. Selama

periode 2005-2009, produksi daging sapi dan kerbau meningkat rata-rata 2,01%/tahun.

Volume dan pertumbuhan produksi daging sapi belum mampu memenuhi kebutuhan

konsumsi dalam negeri, sehingga masih mengimpor daging sapi.

Produksi daging kambing dan domba juga meningkat dari rata-rata 53.892 ton/tahun

selama periode 2000-2005 menjadi 63.872 ton/tahun selama periode 2005-2009. Selama

periode 2005-2009, pertumbuhan produksi daging kambing rata-rata 7,79%/tahun. Namun

demikian, produksi daging kambing belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging kambing dalam negeri, Indonesia masih

mengimpor daging kambing.

Susu dan Telur

Komoditas peternakan utama yang menghasilkan susu adalah sapi perah dan

kambing, namun dalam analisis outlook ini hanya akan menganalisis produk susu sapi.

Secara umum kinerja pertumbuhan populasi sapi perah dan Indonesia selama dekade

terakhir ini menunjukkan arah yang positif. Populasi sapi perah dan produksi susu tampak

fluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat.

Populasi sapi perah dan produksi susu meningkat dengan laju pertumbuhan masing-

masing sebesar 3.41% dan 6.41% persen per tahun, selama tahun 2000-2010 (Tabel 3.4.3).

Populasi sapi perah naik dari sekitar 354 ribu ekor pada 2000 menjadi 495 ribu ekor,

sedangkan produksi susu meningkat dari 495.7 ton pada 2000 menjadi 927.8 ton pada

2010. Keberadaan koperasi susu di tingkat peternak dan lembaga persusuan secara vertical

sampai ke tingkat pusat dengan GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) diduga turut

mendorong berkembangnya usaha persusuan pada periode tersebut. Namun, peternak

mengeluhkan kondisi harga yang sering tidak stabil, ditambah lagi harga pakan yang

cenderung meningkat setiap tahunnya dan lahan untuk rumput yang terbatas.

Dalam rangka meningkatkan produksi susu dalam negeri, Pemerintah juga telah

menetapkan beberapa program, antara lain memberikan Bantuan Langsung Sapi (BLS)

senilai 200 Milyar rupiah kepada kelompok petani/peternak. Selain itu juga sebelumnya

Pemerintah juga telah menyalurkan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Program ini juga

ditujukan untuk meningkatkan konsumsi susu segar oleh masyarakat, sebagaimna telah

dikemukakan sebelumnya bahwa konsumsi susu per kapita Indonesia masih sangat rendah

Page 26: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

25

sekitar 7-8 liter/tahun. Saat ini kebutuhan susu dalam negeri hanya 30% dipenuhi dari dalam

negeri sedangkan 70% berasal dari impor. Hal ini menjadi tantangan Pemerintah untuk

meningkatkan produksi susu lokal yang diharapkan dapat terpenuhi melalui program

tersebut. Tantangan lain yang dihadapi adalah skala pengusahaan petani masih sangat kecil

yaitu kurang dari empat ekor, yang idealnya adalah 8 ekor sapi per petani.

Tabel 3.4.3. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Ayam Petelur serta ProduksiSusu dan Telur di Indonesia, 2000-2010.

Tahun

Susu TelurPopulasi

Sapi Perah(‘000 ekor)

ProduksiSusu

(‘000 ton)

PopulasiAyam Petelur

(juta ekor)

ProduksiTelur

(‘000 ton)2000 354.253 495.650 69.366 5032001 346.998 479.950 70.254 5382002 358.386 493.400 78.039 6142003 373.753 553.400 79.206 6122004 364.062 549.900 93.416 7622005 361.351 535.960 84.790 6812006 369.008 616.550 100.202 8172007 374.067 567.680 111.489 9442008 457.577 647.000 107.955 9562009 474.701 881.800 111.418 9102010 495.231 927.800 116.188 959Laju

(%/tahun) 3.51 6.41 5.48 6.65

Sumber : BPS, Statistik Peternakan (berbagai terbitan), diolah

Sapi perah adalah ternak penghasil susu yang dengan proses pasteurisasi dan

sterilisasi maka produk susu tersebut dapat langsung dikonsumsi. Jadi permintaan akan

ternak sapi perah tergantung dari permintaan produk susunya itu sendiri. Pada tahun 1979

produksi susu mencapai 72.200 ton sedangkan konsumsi susu mencapai 532.700 ton. Ini

menunjukkan bahwa hanya 13.5% susu dalam negeri yang mampu memenuhi permintaan

konsumen tersebut. Artinya 86.5 persen kekurangan susu tersebut dipenuhi dari impor susu

luar negeri. Begitu pula dengan tahun-tahun berikutnya, permintaan akan susu belum

mampu dipenuhi oleh produksi susu dalam negeri (Firman, 2007).

Perkembangan peningkatan produksi sapi perah hingga tahun 1999 kental dengan

campur tangan pemerintah, baik dalam pengaturan pemasaran,tataniaga,impor sapi perah

memaksa IPS membeli susu segar koperasi dengan mengkaitkan ijin impor susu dengan

penyerapan susu segar koperasi. Untuk hal ini koperasi mendapat dana dalam bentuk

pengadaan bibit sapi perah impor untuk dibagikan kepada anggotanya sebagai pinjaman.

Page 27: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

26

Peternak harus mengembalikan pinjaman dari hasil susu dan harus mengikuti semua aturan

koperasi (Yusdja, 2008).

Komoditas telur yang dianalisis dalam bab pembahasan ini adalah telur yang berasal

dari ayam petelur (layer). Perkembangan populasi ayam petelur dan produksi telur dapat

dilihat pada Tabel 3.4.3 di atas. Pertumbuhan produksi telur tampak lebih cepat

dibandingkan dengan populasi ayam petelur pada periode 2000-2010, yaitu masing-masing

sebesar 5.48% dan 6.65% per tahun. Ini mengimplikasikan adanya peningkatan

produktivitas ayam petelur, yaitu sekitar 1.29% per tahun.

Penurunan populasi ayam petelur dan produksi telur terjadi pada saat terjadi wabah

flu burung. Pada 2005, populasi ayam petelur dan produksi telur mengalami penurunan

masing-masing sebesar 9.69% dan 11.24% dibandigkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadinya wabah flu burung sangat merugikan peternak Indonesia.

Pada periode setelah wabah flu burung terjadi perbaikan populasi ayam telur dan

porduksi telur. Hal ini ditunjukkan oleh laju pertumbuhan masing-masing sebesar 3.7% dan

4% per tahun. Terjadi sedikit peningkatan produktivitas ayam petelur yaitu sekitar 0.3% per

tahun selama 2006-2010. Rendahnya peningkatan produktifitas ini diduga karena harga

pakan yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu, sehingga peternak menurunkan

kualitas dan kuantitas pakan.

3.4.4. Perkembangan Neraca Perdagangan Daging

Seperti telah disebutkan di depan, produksi daging unggas dari pemotongan ternak

dalam negeri belum mampu memenuhi konsumsi dalam negeri. Meskipun impor daging

unggas selama periode 2000-2005 menurun rata-rata 21,85%/tahun, volumenya masih

tergolong tinggi, yaitu rata-rata 4.000 ton/tahun (Tabel 3.4.4). Selama periode 2005-2009,

impor daging unggas meningkat menjadi rata-rata 5.020 ton/tahun dengan pertumbuhan

rata-rata 3,89%/tahun. Secara keseluruhan, dalam dekade terakhir volume impor daging

unggas rata-rata 4.483 ton/tahun dengan pertumbuhan rata-rata -11,31%/tahun. Di sisi lain,

volume ekspor daging ayam relatif sangat kecil dibandingkan dengan impor, sehingga net

impor daging ayam masih relatif tinggi, yaitu rata-rata 2.415 ton/tahun selama periode 2000-

2005 dan meningkat menjadi 4.971 ton/tahun selama periode 2005-2009. Pada periode

2005-2009, net impor daging unggas meningkat rata-rata 3,77%/tahun.

Volume impor daging sapi selama dekade terakhir masih terus meningkat. Pada

periode 2000-2005 impor daging sapi rata-rata 22.575 ton/tahun dengan laju pertumbuhan

rata-rata -4,61%/per tahun. Pada periode 2005-2009, impor meningkat menjadi rata-rata

Page 28: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

27

45.609 ton/tahun dengan laju pertumbuhan rata-rata 19,56%/tahun. Seperti halnya daging

ayam, ekspor daging sapi juga relatif sangat kecil dibandingkan dengan impornya. Oleh

karena itu, net impor daging sapi masih sangat besar yaitu rata-rata 22.452 ton/tahun pada

periode 2000-2005 dan meningkat menjadi rata-rata 45.569 ton/tahun selama periode 2005-

2009.

Untuk daging kambing dan domba (kado), masih terdapat impor rata-rata 599

ton/tahun dengan pertumbuhan rata-rata 6,97%/tahun selama periode 2000-2005. Pada

periode 2005-2009, impor daging kado rata-rata 649 ton/tahun, namun pertumbuhannya

menurun menjadi rata-rata -9,14%/tahun. Seperti halnya daging unggas dan daging sapi,

volume ekspor daging kado juga sangat kecil, sehingga net impor daging kado rata-rata 523

ton/tahun pada periode 2000-2005 dan 647 ton/tahun selama 2005-2009.

Tabel 3.4.4. Perkembangan Neraca Perdagangan Daging di Indonesia, 2000 2009

TahunUnggas Sapi & Kerbau Kado

Impor Ekspor NetImpor Impor Ekspor Net

Impor Impor Ekspor NetImpor

2000 14.658 750 13.908 36.047 39 36.008 592 35 557

2001 1.717 1.841 -124 22.085 92 21.993 692 86 606

2002 1.148 3.070 -1.922 16.221 85 16.136 482 300 182

2003 669 3.708 -3.039 15.288 270 15.018 476 17 459

2004 1.536 121 1.415 17.318 199 17.119 520 4 516

2005 4.274 20 4.254 28.492 52 28.440 829 10 819

2006 3.905 29 3.876 34.004 55 33.949 712 0 712

2007 6.329 86 6.243 52.279 31 52.248 571 1 570

2008 5.613 63 5.550 55.131 30 55.101 568 1 567

2009 4.979 46 4.932 58.138 29 58.109 565 0 565

Rataan:

2000-2005 4.000 1.585 2.415 22.575 123 22.452 599 75 523

2005-2009 5.020 49 4.971 45.609 39 45.569 649 2 647

2000-2009 4.483 973 3.509 33.500 88 33.412 601 45 555

Laju (%/th):

2000-2005 -21,85 -51,56 -21,09 -4,60 5,92 -4,61 6,97 -22,16 8,02

2005-2009 3,89 23,15 3,77 19,52 -13,58 19,56 -9,14 -96,84 -8,86

2000-2009 -11.31 -26.61 -10.81 5.45 -3.23 5.46 -0.51 -39.82 0.33

3.4.5. Perkembangan Konsumsi Daging

Dengan memanfaatkan data produksi pada Tabel 3.4.2 dan net impor pada Tabel

3.4.4, dapat dihitung volume daging yang tersedia untuk konsumsi dalam negeri yang

merupakan penjumlahan antara produksi dan net impor. Ketersediaan daging untuk

konsumsi dan konsumsi per kapita disajikan pada Lampiran 3.4.3

Page 29: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

28

Pada periode 2000-2005, daging unggas, daging sapi/kerbau, dan daging kado yang

tersedia untuk konsumsi berturut-turut rata-rata 1,06 juta ton, 428.400 ton, dan 54.415 ton

per tahun, sehingga ketersediaan daging untuk konsumsi rata-rata 1,54 juta ton/tahun.

Dengan rataan jumlah penduduk pada peiode tersebut 217,61 juta jiwa per tahun, maka

konsumsi per kapita daging unggas, daging sapi/kerbau, dan daging kado rata-rata 4,86 kg,

1,97 kg, dan 0,25 kg per tahun. Untuk semua daging, konsumsi per kapita pada periode

2000-2005 rata-rata 7,08 kg/tahun.

Pada periode 2005-2009, ketersediaan daging unggas, daging sapi/kerbau, dan

daging kado berturut-turut rata-rata 1,32 juta ton, 463.995 ton, dan 64.519 ton per tahun.

Dengan rataan jumlah penduduk pada periode ini 229,85 juta jiwa/tahun, maka konsumsi

per kapita daging unggas, daging sapi/kerbau, dan daging kado rata-rata 5,75 kg, 2,02 kg,

dan 0,28 kg per tahun. Untuk semua daging tersebut, konsumsi per kapita pada periode

2005-2009 rata-rata 8,05 kg per tahun. Pada tahun 2009, konsumsi ketiga kelompok daging

tersebut sebesar 8,58 kg per kapita (Lampiran 3.4.3). Tingkat konsumsi ini masih jauh dari

sasaran yang direkomendasikan FAO, yaitu 33 kg/kapita/tahun (Sompotan, 2011). Fakta

ini menunjukkan bahwa konsumsi daging masyarakat Indonesia baru mencapai 26

persen dari rekomendasi FAO. Oleh karena itu, masih diperlukan langkah-langkah

strategis untuk meningkatkan produksi dan konsumsi daging penduduk Indonesia.

3.4.6. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Sumbangan sub sektor peternakan dalam pendapatan nasional bruto (PDB) selama

dekade terakhir relatif kecil meskipun pada lima tahun terakhir mempunyai kecenderungan

yang meningkat, seperti terlihat pada Gambar 3.4.1. Secara nominal sumbangan sektor

pertanian terhadap total PDB meningkat rata-rata 9,31%/tahun selama periode 2000-2005

dan 22,17%/tahun selama periode 2005-2009. Pada periode yang sama, sumbangan

sektor peternakan terhadap PDB juga meningkat 8,19% dan 21,94% per tahun masing-

masing selama periode 2000-2005 dan 2005-2009, seperti disajikan pada Lampiran 3.4.4.

Page 30: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

29

Gambar 3.4.1. Kontribusi Relatif Sektor Pertanian Dalam Total PDBIndonesia, 2000-2009.

Secara relatif sumbangan sektor pertanian pada PDB rata-rata 15,26% selama 2000-

2005 dan 13,91% selama periode 2005-2009. Sementara itu, pada periode yang sama sub

sektor peternakan hanya menyumbang terhadap total PDB rata-rata 1,93% selama periode

2000-2005 dan 1,64% selama periode 2005-2009. Sumbangan sektor pertanian pada

periode 2000-2005 secara relatif menurun rata-rata 5,29%/tahun dan meningkat lagi rata-

rata 3,89%/tahun selama periode 2005-2009. Demikian juga sumbangan sub sektor

peternakan terhadap total PDB secara relatif menurun rata-rata 5,71%/tahun selama periode

2000-2005 dan meningkat 3,85%/tahun selama periode 2005-2009.

Pertumbuhan positif kontribusi relatif sektor pertanian termasuk sub sektor

peternakan terhadap total PDB pada periode 2005-2009 mencerminkan lebih baiknya

pertumbuhan sektor pertanian dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya dalam periode

tersebut. Menurut Ilham (2007), sub sektor peternakan berpotensi untuk dijadikan sumber

pertumbuhan baru pada sektor pertanian, selain karena pertumbuhannya dalam sektor

pertanian, juga karena mempunyai efek pengganda yang besar, baik di hulu (industri pakan)

maupun di hilir (industri pangan olahan).

3.5. Perkembangan Investasi Pertanian

3.5.1. Jenis Investasi

Selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010), Indonesia banyak diminati investor

asing (PMA) dan domestik (PMDN) untuk melakukan investasi termasuk di sektor pertanian

dan perikanan. Data realisasi investasi modal asing dan dalam negeri menunjukkan bahwa

nilai dan jumlah unit investasi mengalami peningkatan secara signifikan (Tabel 3.5.1).

-

5.00

10.00

15.00

20.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

T a h u n

Kon

trib

usi p

d G

NP

(%)

Pertanian Tan Pangan Peternakan

Page 31: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

30

Tabel 3.5.1. Perkembangan Realisasi Nilai dan Jumlah Proyek InvestasiPMA dan PMDN, 2000-2010.

TahunPMA PMDN

Nilai(US$ juta)

Jumlah(unit)

Nilai(Rp’ milyar)

Jumlah(unit)

2000 95,63 18 1.918,22 202001 79,43 17 1.121,67 152002 18,05 3 387,24 42003 221,23 12 194,45 112004 186,54 13 526,98 82005 230,11 27 3.192,64 262006 403,44 25 3.558,77 282007 290,11 28 4.997,96 212008 154,29 14 1.234,48 72009 150,16 13 2.621,92 252010 773,67 187 9.080,83 231Laju

(%/tahun) 19 16 21 17

Sumber: Kementerian Pertanian (2011).

Laju pertumbuhan nilai PMA dan PMDN selama kurun waktu tersebut masing-

masing adalah sebesar 19% dan 21% per tahun. Jumlah proyek investasi keduanya juga

cenderung meningkat rata-rata 16% dan 17% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

investasi di Indonesia layak secara ekonomi sehingga tetap menarik bagi investor untuk

melakukan investasi walaupun pada masa krisis ekonomi global (2008-2009) PMA dan

PMDN menurun tajam dalam nilai dan jumlah proyek investasi. Perekonomian dunia

berangsur pulih, sehingga nilai dan jumlah proyek investasi melonjak tajam pada tahun

2010, sehingga laju rata-rata pertumbuhan nilai dan jumlah investasi PMA dan PMDN

menjadi positif kembali. Nilai PMA pada tahun 2010 meningkat hampir tiga kali lipat

dibanding tahun 2007 (tahun sebelum krisis). Demikian juga dengan nilai PMDN, pada 2010

meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2007.

Implikasi dari kinerja investasi PMA dan PMDN 2000-2010 adalah, perekonomian

Indonesia tidak mengalami dampak jangka panjang akibat krisis ekonomi global 2008-2009,

sehingga menciptakan iklim usaha yang mendukung investasi berkembang dari sisi asal

modal maupun kelompok bidang lapangan industri, sebagaimana akan dibahas dalam sub

bagian 1.2.

Page 32: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

31

3.5.2. Investasi Pertanian menurut Subsektor

Berdasar kelompok bidang lapangan industri (Lampiran 3.5.1) dalam realisasi

investasi 2000-2010 menunjukkan bahwa PMA mempunyai lebih banyak bidang lapangan

industri dibandingkan PMDN. Investor asing mengusahakan 15 bidang lapangan industri,

sedangkan investor domestik hanya 11 bidang lapangan industri, namun keduanya

didominasi oleh subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan dan peternakan (Tabel

3.5.2 dan 3.5.3).

Tabel 3.5.2. Perkembangan Nilai Realisasi PMA menurut SubsektorPertanian, 2000-2010 (US$ juta).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2000 4,5 0,0 64,1 13,52001 10,9 0,0 53,1 2,42002 9,0 0,0 0,0 10,02003 2,7 0,0 216,5 1,12004 1,9 0,0 159,0 20,22005 4,7 0,0 166,9 52,82006 5,3 0,0 346,6 18,82007 24,3 0,0 38,3 44,72008 0 0,0 147,4 4,52009 10,0 0,0 132,5 2,52010 14,5 0,0 736,4 4,7Laju

(%/tahun) 3,9 -16,8 25,6 -0,1

Sumber:

Tabel 3.5.3. Perkembangan Nilai Realisasi PMDN Menurut SubsektorPertanian, 2000-2010 (Rp’ milyar).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2000 1.899,2 7,5 11,6 0,02001 123,8 0,0 615,9 210,62002 0,0 0,0 263,6 123,72003 0,0 0,0 130,9 29,92004 0,0 0,0 507,4 19,62005 25,3 0,0 3.054,1 108,32006 124,5 0,0 3.345,1 72,02007 189,6 0,0 4.689,8 113,82008 149,8 0,0 1.037,4 30,62009 113,4 0,0 2.195,8 288,02010 276,8 16,2 8.612,6 174,2Laju

(%/tahun) 4,9 12,7 61,8 24,4

Sumber:

Page 33: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

32

Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa selama 2000-2010 subsektor

hortikultura kurang diminati investor. Kecuali investasi PMA untuk subsektor peternakan,

semua investasi menunjukkan laju pertumbuhan positif. Laju pertumbuhan investasi PMA

tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan, yaitu 25,6%/tahun, disusul subsektor tanaman

pangan 3,9%/tahun. Sementara itu, investasi pada subsektor peternakan cenderung

menurun 0,1%/tahun. Realisasi PMA pada subsektor hortikultura menurun 16,8%/tahun.

Subsektor perkebunan selain diminati oleh investor asing, juga banyak diminati oleh

investor dalam negeri. Selama 2000-2010, PMDN pada subsektor ini meningkat

61,8%/tahun, disusul subsektor peternakan 24,4%/tahun, subsektor hortikultura

12,7%/tahun dan subsector tanaman pangan 4,9%tahun. Nilai investasi PMDN untuk

subsektor hortikultura sangat rendah, namun selam 2000-2010 cenderung naik dengan

adanya investasi pada tahun 2000 dan 2010, sehingga perubahannya menghasilkan laju

pertumbuhan yang besar, walaupun dalam realisasinya terdapat kekosongan investasi dari

tahun 2001-2009 (Tabel 3.5.3).

Investasi pada subsektor tanaman perkebunan didominasi oleh perkebunan tanaman

buah-buahan penghasil minyak (Oleaginous), yaitu pembukaan perkebunan kelapa sawit.

Dengan adanya moratorium lahan pada tahun 2011, maka dalam analisa proyeksi jangka

menengah (2010-2014) dan panjang (2015-2025) diasumsikan bahwa akan terjadi

penurunan laju pertumbuhan setiap tahun pada tahun-tahun berikutnya sebesar 5% dari

tahun sebelumnya.

Page 34: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

33

IV. PROSPEK JANGKA PENDEK (2011-2014)

4.1. Komoditas Pangan

4.1.1. Produksi

Tabel 4.1.1. Proyeksi jangka Menengah Komoditas Tanaman Pangan, 2014-2025 (ton)

Tahun Beras Jagung Kedele K.Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu2010 65,980,670 17,844,676 905,015 291,705 779,228 2,051,0462011 69,389,661 20,002,902 935,093 291,385 784,598 2,069,7172012 72,974,783 22,422,154 966,171 291,064 790,005 2,088,5592013 76,745,135 25,134,003 998,281 290,745 795,450 2,107,5722014 80,710,289 28,173,837 1,031,459 290,425 800,932 2,126,758

Laju (%/th)2010-2014

Page 35: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

34

4.2. Komoditas Hortikultura

4.2.1. Status Komoditas Hortikultura

Selain berperan sebagai bahan pangan masyarakat, hortikultura juga mempunyai

peranan penting dalam hal penyediaan lapangan kerja dan berusaha, penyedia bahan baku

industri, kesehatan manusia, sosial budaya, dan pariwisata. Komoditas hortikultura terutama

tanaman obat (biofarmaka) mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan

memperbaiki kesehatan manusia.

Kecenderungan masyarakat untuk “back to nature” dewasa ini, permintaan

konsumen terhadap obat (jamu) dan suplemen makanan herbal terus meningkat di dalam

negeri maupun luar negeri. Komoditas hortikultura juga sangat penting dalam kehidupan

sosial budaya masyarakat, terkait dengan keindahan baik indoor maupun outdoor,

acara/upacara budaya, dan kegiatan lain yang memerlukan tanaman hias, buah dan

sayuran. Komoditas hortikultura juga berperan besar dalam pariwisata, antara lain

menyediakan buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias di tempat wisata, hotel,

restoran/rumah makan, agrowisata, dll. . Kondisi ini memacu peningkatan kebutuhan akan

obat tradisional maupun fitofarmaka. Produksi tanaman hias menunjukkan fluktuasi produksi

sebagai akibat perubahan preferensi konsumen seperti halnya yang terjadi pada

mode/fashion.

Subsektor hortikultura harus dibangun berbasis pada kekayaan sumberdaya genetik

nasional yang memiliki kespesifikan keunggulan dan cita rasa yang tidak dapat disaingi oleh

produk serupa dari negara lain. Dengan mengatur pola produksi, kapasitas produksi, dan

proses produksi yang ramah lingkungan akan diperoleh produk yang bersih dan berdaya

saing global. Mengingat permintaan pasar meningkat pesat, maka proses produksi

hortikultura akan berkembang ke lokasi baru bersamaan dengan penerapan program

intensifikasi di lahan yang telah mapan. Seiring dengan membesarnya volume kegiatan

usaha hortikultura di dalam negeri, dampak pengembangan subsektor ini dapat dirasakan

dari peningkatan kinerja pembangunan ekonomi dari tahun ke tahun.

4.2.2. Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas

Dari potensi plasma nuftah yang dimiliki Indonesia, baru sekitar 323 komoditas

hortikultura teridentifikasi mempunyai nilai ekonomi dan sekitar 70 komoditas yang tercatat

sebagai data statistik di dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa prospek pengembangan

komoditas hortikultura masih dapat ditingkat, khusunya bagi pengembangan komoditas baru

untuk membangun trend pasar yang berdampak terhadap penumbuhan kegiatan ekonomi

di tengah masyarakat.

Page 36: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

35

Dalam tahun 2000-2014 umum produksi komoditas hortikultura diproyeksikan

mengalami peningkatan sebesar 4.55%/tahun. Peningatan terbesar terjadi pada kelompok

tanaman hias dengan laju sebesar 9.58 %/th, menyusul kelompok Tanaman Obat dengan

laju 8.30%/tahun, diikuti kelompok Buah sebesar 5.65%/tahun dan kelompok sayuran

sebesar 2.54%/tahun. Dengan proyeksi tersebut, maka dalam tahun 2014 produksi buah

akan mencapai 21,33 juta ton, sayuran sebasar 11,44 juta ton, tanaman obat sebesar 0,61

juta ton dan tanaman hias sebesar 0,40 juta ton.

Peningkatan produksi buah dan tanaman hias terutama terjadi karena peningkatan

produktivitas yaitu masing masing dengan laju 3,92%/tahun dan 11,87%/tahun, semantara

laju luas`areal buah sebesar 1,79%/tahun dan luas panen tanaman hias malah cenderung

menurun 4.01%/tahun. Produksi sayuran dan tanaman obat terjadi karena kontribusi

pertambahan luas panen yang meningat masing masing sebesar 2,42%/tahun dan

6.29%/tahun, sementara produktivitas sayuran dan tanaman obat meningkat masing

masing sebesar 0,12%/tahun dan 2.17%/tahun (Tabel 4.2.1)

Tabel 4.2.1. Proyeksi Pertumbuhan Luas Panen, Produksi dan ProduktivitasKomoditas Hortikultura Tahun 2000 -2014 (%/tahun)

Komoditas Luas Panen Produksi ProduktivitasBuah 1.79 5.65 3.92Sayur 2.42 2.54 0.12Tanaman Obat 6.29 8.30 2.17Tanaman Hias -4.01 9.58 11.87

Total 2.18 4.55 1.52

4.2.3. Produk Domestik Bruto

Sejalan dengan peningkatan produksi hortikultura, maka PDB juga akan meningkat.

Dalam tahun 2014 PDB hortikultura diproyeksikan sebasar 103,59 trilyun rupiah atau

peningkatan dengan laju 6.51%/tahun (Tabel 4.2.2). Kelompok komoditas buah akan

memberikan kontribusi PDB hortikultura terbesar yaitu senilai 58.8 trilyun rupiah (56.8%),

disusul kelompok sayuran sebasar 36,04 trilyun rupiah (34,8%), kelompok tanaman hias

sebasar 7,46 trilyun rupiah (7,2%) dan kelompok tanaman obat senilai 1,24 trilyun rupiah

(1,2%).

Dilihat dari laju pertumbuhan masing-masing, sampai dengan tahun 2014

pertumbuhan PDB terbesar terjadi pada kelompok komoditas tanaman obat sebesar

7.7%/tahun, disusul tanaman hias 6,9%/tahun, kelompok buah 6.64%/tahun dan sayuran

6.46%/tahun.

Page 37: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

36

Tabel 4.2.2. Proyeksi PDB Hortikultura, 2010-2014

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total2000 22,864.84 14,005.97 396.65 2,710.732 39,978.22010 50,809.19 31,129.57 1,073.43 6,440.602 89,452.82011 52,816.45 32,359.37 1,115.84 6,695.042 92,986.72012 54,823.70 33,589.17 1,158.24 6,949.483 96,520.62013 56,830.96 34,818.97 1,200.65 7,203.924 100,054.52014 58,838.21 36,048.76 1,243.06 7,458.365 103,588.4

Laju (%/th) 6.64 6.46 7.70 6.90 6.51

4.2.4. Perdagangan

Globalisasi dan liberalisasi perdagangan menyebabkan semakin terintegrasinya

sistem perdagangan produk-produk pertanian Indonesia ke dalam perdagangan pertanian

dunia seperti: pembentukan harga dan preferensi konsumen yang semakin mengarah

kepada preferensi yang bersifat universal. Dinamika yang bersifat multi-facet tersebut

membawa pengaruh terhadap kinerja agribisnis hortikultura nasional dan tidak mungkin bisa

dihindari, namun sekaligus memberikan peluang dan tantangan yang harus dihadapi dalam

pembangunan hortikultura kedepan.

Pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan dihapuskannya berbagai

hambatan perdagangan antar negara, namun juga dapat menimbulkan masalah jika

komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing dengan negara lain sehingga

pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditas impor, yang pada gilirannya akan

merugikan petani. Kecenderungan tersebut tampaknya terus meningkat, yang ditandai oleh

makin intensnya upaya dominasi melalui kaidah-kaidah pengintegrasian sistem ekonomi dan

non ekonomi lintas negara, baik berupa pasar, perusahaan multi nasional, produksi,

finansial maupun investasi, dan lain-lain ke dalam skala global bersamaan dengan nuansa

persaingan antar negara yang makin tajam.

Dalam jangka pendek, sampai dengan tahun 2014, perdagangan hortikultura akan

menghadapi persaingan pasar dunia yang makin tajam, terutama dengan Negara satu

ASEAN kawasan seperti Thailand, Malaysia dan Vietnam. Hal ini karena produk yang

diperdagangkan relatif sama yaitu produk tropis. Sejalan dengan penguatan agribisnis

hortikultura dalam negeri juga akan diikuti oleh meningkatnya permintaan akan produk

hortikultura yang makin beragam. Pasar domestik yang besar tidak cukup dipenuhi oleh

pasar produksi dalam negeri sehingga impor tidak terbendung, terutama buah dan sayuran.

Pada komoditas tanaman hias akan terjdi peningkatan perdagangan sejalan dengan

peningkatan kemampuan industri tanaman hias domestik, dan sejalan dengan itu ekspor

Page 38: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

37

produk tanaman hias akan mengalami peningkatan. Pada sisi lain berkembangnya pasar

dan kemampuan industri pengoalahan domestik telah menghela peningkatan produksi

bahan baku tanaman obat, peningkatan kualitas produk yang dihasilkan akan

menumbuhkan ekspor

4.2.5. Penyerapan Tenaga Kerja

Keberhasilan pembangunan hortikultura kedepan akan sangat ditentukan oleh

kemampuan pelaku usaha hortikultura, baik yang bergerak di bidang usahatani (on farm),

maupun pasca panen, pengolahan dan pemasaran. Untuk itu kualitas sumber daya manusia

hortikultura, baik pelaku usaha, maupun petugas lapang/pembina, pakar, pemerintah dan

pemerhati lain menjadi unsur sentral penentu keberhasilan.

Pertumbuhan usaha agribisnis hortikultura dengn sendirinya akan membuka peluang

lapangan kerja baru di masyarakat. Sampai dengan tahun 2014, penyerapan tenaga kerja

pada kegiatan on farm akan meningkat menjadi 4,6 juta jiwa atau peningkatan sebesar 91%

dalam kurun waktu 14 tahun, atau 4.43%/tahun (Tabel 4.2.4). Apabila diperhitungkan usaha

agribisnis secara keseluruhan, dengan asumsi pertumbuhan penyerapan lapangan kerja

sama, maka dalam tahun 2014 agribisnis hortikultura diproyeksikan akan menyerap tenaga

kerja sebesar 13.7 juta jiwa, suatu kenaikan sebesar 138% dibandingkan penyerapan

tenaga kerja tahun 2003 sebesar 8.4 juta jiwa. Penyerapan tenaga kerja terbesar adalah

pada usaha sayuran (71.9%) menyusul usaha buah (27,3%), sementara usaha tanaman

obat dan tanaman hias relatif rendah (di bawah 1%).

Tabel 4.2.4. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Hortikultura Tahun 2000-2014 (orang)

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hhias Total2000 351.18 2,051.57 5.87 1.49 2,410.112010 1,002.49 2,933.81 26.42 3.02 3,965.742011 1,067.37 3,030.89 27.15 3.21 4,128.622012 1,132.24 3,127.98 27.83 3.39 4,291.432013 1,197.11 3,225.07 28.45 3.57 4,454.202014 1,261.99 3,322.17 29.03 3.75 4,616.93

Laju (%/th) 8.52 3.25 9.39 5.87 4.43

4.3. Komoditas Perkebunan

4.3.1. Luas Areal dan Produksi

Sebagian besar komoditas perkebunan diproyeksikan masih akan mengalami

pertumbuhan luas areal dan produksi selama 2010-2014, dengan laju pertumbuhan luas

Page 39: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

38

areal sekitar 0.04-5.73% dan laju pertumbuhan produksi sekitar 0.004-8.85% per tahun

(Tabel 4.3.1). Jambu mete, kelapa sawit dan kakao masih akan mengalami pertumbuhan

luas areal yang cepat, sedangkan lainnya lambat (tebu dan cegkeh) dan sangat lambat

(kelapa, karet, dan lada).

Tabel 4.3.1. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Komoditas PerkebunanUtama, Tahun 2010-2014.

Komoditas

Luas Areal ProduksiLaju

2010-2014(%/th)

Luas2014(ha)

Laju2010-2014

(%/th)

Produksi2014(ton)

Kelapa sawit 5.33 9,892,260 8.75 33,165,165Kelapa 0.32 3,857,784 0.17 3,289,052Karet 0.30 3,486,548 1.74 2,777,600Kakao 5.73 2,063,553 4.18 995,127Kopi -0.84 1,226,631 -0.53 669,820Cengkeh 1.38 496,529 2.70 123,263Tebu 2.39 477,299 4.13 3,167,811Lada 0.85 192,699 0.57 86,171Tembakau -0.24 192,083 -0.22 121,226Teh -2.45 112,821 -1.11 143,791Panili -0.47 26,749 -0.33 3,019Jambu mete 0.04 1,022 0.004 145,106Keterangan: Data selengkapnya diperlihatkan pada Lampiran 4.3.1.

Untuk produksi, laju pertumbuhan yang cepat dialami oleh kelapa sawit, kakao, dan

tebu, sedangkan pertumbuhan lambat terjadi pada cengkeh dan karet, dan pertumbuhan

sangat lambat dialami oleh kelapa, lada dan jambu mete. Sementara itu, 4 komoditas

diproyeksikan akan mengalami penurunan luas areal dan produksi, yaitu teh, kopi, panili dan

tembakau, yaitu sekitar 0.24-2.45% per tahun untuk luas areal dan sekitar 0.22-1.11% per

tahun untuk produksi.

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan pada tahun 2014 diproyeksikan

seperti pada Tabel 4.3.1, yaitu sekitar 1,022 ha sampai 9,892,260 ha untuk luas areal dan

3,019 ton samai 33,165,165 ton untuk produksi. Lima komoditas akan tetap mendominasi

luas areal, yaitu kelapa sawit, kelapa, karet, kakao dan kopi.

4.3.2. Perdagangan

Nilai ekspor komoditas perkebunan utama selama 2010-2014 diproyeksikan

sebagian besar akan meningkat dan sebagian kecil menurun (Tabel 4.3.2). Komoditas yang

akan meningkat nilai ekspornya adalah yang berasal dari kelapa sawit, karet, kakao, kelapa,

Page 40: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

39

lada, jambu mete, tebu, dan cengkeh dengan laju peningkatan yang bervariasi dari 0.96-

18.54%. Sementara komoditas yang menurun nilai ekspornya adalah yang berasal dari kopi,

the, panili dan tembakau dengan laju penurunan yang bervariasi sekitar 0.30-1.52%.

Komoditas dengan laju peningkatan nilai ekpor paling cepat adalah yang berasal dari kelapa

sawit (18.54%) dan tebu (17.27%). Proyeksi nilai ekspor yang meningkat atau menurun

berkorelasi dengan perkembangan produksi pada masa sebelumnya (existing). Secara total,

laju peningkatan nilai ekspor diproyeksikan akan meningkat rata-rata 16.71% dan pada

tahun 2014 total nilai ekpor akan mencapai sekitar US$83 milyar dengan kontribusi utama

dari kelapa sawit, karet dan kakao.

Tabel 4.3.2. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan KomoditasPerkebunan Utama, 2010-2014.

Komoditas

Nilai Ekspor Nilai Impor NeracaLaju

2010-2014(%)

Nilai2014

(US$’000)

Laju2010-2014

(%)

Nilai2014

(US$’000)

Nilai2014

(US$’000)%

Kelapa sawit 18.54 76,956,702 -6.12 8,331 76,948,371 99.99Karet 5.24 5,721,958 -1.01 16,892 5,705,066 99.70Kakao 7.49 3,157,210 -8.11 47,192 3,110,018 98.51Kopi -1.49 697,079 1.78 29,213 667,865 95.81Kelapa 1.21 482,530 -0.14 146 482,384 99.97Lada 0.95 155,801 -0.82 1,395 154,406 99.10Jambu mete 5.61 151,729 -7.92 1,594 150,134 98.95Teh -1.52 144,784 6.14 24,343 120,441 83.19Tebu 17.27 367,360 -4.64 345,000 22,359 6.09Cengkeh 2.40 7,276 -12.10 27 7,250 99.63Panili -0.30 4,920 0.76 171 4,749 96.53Tembakau -0.34 166,290 0.44 304,762 -138,471 -83.27Total 16.71 88,013,639 -2.43 779,066 87,234,573 99.11

Total nilai impor komoditas perkebunan selama 2010-2014 diproyeksikan akan

menurun 2.43% (Tabel 4.3.2). Komoditas-komoditas yang nilai ekspornya diproyeksikan

akan meningkat, nilai impornya diproyeksikan akan menurun dan sebaliknya jika proyeksi

nilai ekpornya menurun. Total nilai impor pada tahun 2014 diproyeksikan akan mencapai

US$779 juta.

Neraca perdagangan hampir semua komoditas perkebunan, kecuali tembakau,

selama 2010-2014 diproyeksikan akan mengalami surplus sebesar 6.09-99.99%, sedangkan

tembakau mengalami deficit 83.27%. Total surplus perdagangan pada tahun 2014

diproyeksikan akan mencapai sekitar US$ 87 milyar, atau surplus 99.11%. Surplus terbesar

adalah pada kelapa sawit, diikuti karet dan kakao. Ini menunjukkan bahwa mayoritas

Page 41: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

40

komoditas perkebunan adalah pencetak devisa negara, sementara tembakau adalah

penguras devisa.

4.3.3. Produk Domestik Bruto

PDB riil subsector perkebunan pada periode 2010-2014 diproyeksikan aakn

meningkat rata-rata 2.75%/tahun. Dengan laju pertumbuhan ini, maka PDB rill diproyeksikan

akan meningkat dari Rp 45,887 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 52,641 milyar pada

athun 2014. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 4.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2010-2014 (Rp’ milyar).

4.4. Komoditas Peternakan

4.4.1. Produksi

Daging

Untuk prospek jangka pendek, tingkat pertumbuhan awal yang digunakan untuk

melakukan proyeksi produksi dan konsumsi adalah pertumbuhan selama periode terakhir

(2005-2009). Selain itu, skenario ini mengasumsikan bahwa pertumbuhan produksi daging

dan penduduk sejak 2010 menurun 5%/tahun dari rataan pertumbuhan 2005-2009,

sehingga pertumbuhan tahun-tahun berikutnya tidak sama. Sedangkan pertumbuhan

konsumsi per kapita diasumsikan mengikuti pertumbuhan periode 2005-2009. Hasil proyeksi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

2009PDB Kebun 45,887

40

komoditas perkebunan adalah pencetak devisa negara, sementara tembakau adalah

penguras devisa.

4.3.3. Produk Domestik Bruto

PDB riil subsector perkebunan pada periode 2010-2014 diproyeksikan aakn

meningkat rata-rata 2.75%/tahun. Dengan laju pertumbuhan ini, maka PDB rill diproyeksikan

akan meningkat dari Rp 45,887 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 52,641 milyar pada

athun 2014. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 4.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2010-2014 (Rp’ milyar).

4.4. Komoditas Peternakan

4.4.1. Produksi

Daging

Untuk prospek jangka pendek, tingkat pertumbuhan awal yang digunakan untuk

melakukan proyeksi produksi dan konsumsi adalah pertumbuhan selama periode terakhir

(2005-2009). Selain itu, skenario ini mengasumsikan bahwa pertumbuhan produksi daging

dan penduduk sejak 2010 menurun 5%/tahun dari rataan pertumbuhan 2005-2009,

sehingga pertumbuhan tahun-tahun berikutnya tidak sama. Sedangkan pertumbuhan

konsumsi per kapita diasumsikan mengikuti pertumbuhan periode 2005-2009. Hasil proyeksi

2009 2010 2011 2012 2013 201445,887 47,165 48,478 49,827 51,215 52,641

40

komoditas perkebunan adalah pencetak devisa negara, sementara tembakau adalah

penguras devisa.

4.3.3. Produk Domestik Bruto

PDB riil subsector perkebunan pada periode 2010-2014 diproyeksikan aakn

meningkat rata-rata 2.75%/tahun. Dengan laju pertumbuhan ini, maka PDB rill diproyeksikan

akan meningkat dari Rp 45,887 milyar pada tahun 2009 menjadi Rp 52,641 milyar pada

athun 2014. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 4.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2010-2014 (Rp’ milyar).

4.4. Komoditas Peternakan

4.4.1. Produksi

Daging

Untuk prospek jangka pendek, tingkat pertumbuhan awal yang digunakan untuk

melakukan proyeksi produksi dan konsumsi adalah pertumbuhan selama periode terakhir

(2005-2009). Selain itu, skenario ini mengasumsikan bahwa pertumbuhan produksi daging

dan penduduk sejak 2010 menurun 5%/tahun dari rataan pertumbuhan 2005-2009,

sehingga pertumbuhan tahun-tahun berikutnya tidak sama. Sedangkan pertumbuhan

konsumsi per kapita diasumsikan mengikuti pertumbuhan periode 2005-2009. Hasil proyeksi

201452,641

Page 42: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

41

produksi daging adalah seperti disajikan pada Tabel 4.4.1. Total produksi daging pada tahun

2014 adalah sebesar 2,39 juta ton yang sebagian besar (75,41%) merupakan daging

unggas, sementara daging sapi dan kerbau hanya 20,24%, dan daging kambing dan domba

4,35 persen dari total produksi daging.

Tabel 4.4.1 Proyeksi Produksi Daging di Indonesia, 2009-2014 (ton)

Tahun Unggas Sapi/Kerbau Kado Total2009 1.434.590 442.819 74.106 1.951.5152010 1.509.090 451.705 79.876 2.040.6702011 1.583.540 460.316 85.783 2.129.6392012 1.657.757 468.652 91.811 2.218.2202013 1.731.568 476.715 97.939 2.306.2222014 1.804.810 484.507 104.150 2.393.467

Untuk konsumsi, pertumbuhan per kapita diasumsikan masih tetap mengikuti

pertumbuhan periode 2005-2009, yaitu berturut-turut 4,30%, 3,01%, dan 8,55% untuk

daging unggas, daging sapi dan kerbau serta daging kambing dan domba. Dengan laju

pertumbuhan ini, konsumsi untuk semua jenis daging sampai tahun 2014 diproyeksikan

akan melampaui proyeksi produksi. Jika rasio antara produksi dengan konsumsi dijadikan

indikator swasembada, maka tidak ada satu jenis dagingpun yang mencapai swasembada

sampai tahun 2014 (Tabel 4.4.1), terlebih lagi daging sapi yang dicanangkan mencapai

swasembada pada tahun 2014. Dengan pertumbuhan yang hanya 2,01%/tahun selama

periode 2005-2009 dan cenderung menurun, maka tanpa terobosan yang berarti,

swasembada daging sapi tidak akan pernah tercapai.

Tabel 4.4.2. Proyeksi Konsumsi dan Tingkat Swasembada Daging di Indonesia, 2009-2014.

TahunKonsumsi Daging (ton) Tingkat Swasembada (%)*

Unggas Sapi/Kerbau Kado Total Unggas Sapi/

Kerbau Kado Total

2009 1.439.522 500.928 74.671 2.015.121 99,66 88,40 99,24 96,842010 1.518.385 521.868 81.971 2.122.223 99,39 86,56 97,44 96,162011 1.600.671 543.379 89.934 2.233.984 98,93 84,71 95,38 95,332012 1.686.520 565.476 98.618 2.350.613 98,29 82,88 93,10 94,372013 1.776.074 588.173 108.086 2.472.333 97,49 81,05 90,61 93,282014 1.869.485 611.488 118.406 2.599.379 96,54 79,23 87,96 92,08

*) = (Produksi/Konsumsi)*100%

Page 43: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

42

Susu dan Telur

Populasi sapi perah diproyeksikan akan meningkat dari 498.6 ribu ekor pada 2011

menjadi 507 ribu ekor pada tahun 2014. Sementara itu, produksi susu sapi diproyeksikan

meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan populasi sapi perah, yaitu dari 961.48 ribu

ton pada tahun 2011 naik menjadi 1059.19 ribu ton pada tahun 2014. Hal ini

mengimplikasikan produktifitas sapi perah diproyeksikan juga akan meningkat dari 1.87

ton/ekor naik menjadi 2.09 ton/ekor (Tabel 4.4.3.).

Tabel 4.4.3. Proyeksi Populasi Sapi Perah dan Ayam Petelur serta Produksi Susu danTelur di Indonesia, 2010-2014.

Tahun

Susu Telur

PopulasiSapi Perah(‘000 ekor)

ProduksiSusu

(‘000 ton)

Produk-tifitas

(ton/ekor)

PopulasiAyam

Petelur(juta ekor)

ProduksiTelur (‘000

ton)

Produk-tifitas

(kg/ekor)

2010 495.23 927.80 1.87 116.18 959.00 8.252011 498.60 961.48 1.93 121.32 1021.94 8.422012 501.82 994.64 1.98 126.42 1085.34 8.592013 504.90 1027.22 2.03 131.46 1149.30 8.742014 507.84 1059.19 2.09 136.44 1213.65 8.90

Sementara itu, populasi ayam petelur diproyeksikan akan meningkat dari 121.32 juta

ekor pada 2011 menjadi 136.44 juta ekor pada 2014, dan produksi telur diproyeksikan akan

meningkat lebih tinggi lagi dibandingkan dengan populasi ayam petelur, yaitu dari 1021.94

ribu ton pada 2011 naik menjadi 1213.65 ribu ton pada 2014. Hal ini mengimplikasikan

bahwa produktifitas ayam petelur meningkat dengan laju pertumbuhan yang relatif besar,

yaitu dari 8.42 kg/ekor pada 2011 naik menjadi 8.9 kg/ekor pada 2014 (Tabel 4.4.3).

4.4.2. Produk Domestik Bruto

PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan meningkat dari Rp 108.56 triliun

pada 2011 menjadi Rp 128.69 triliun pada 2014 (Gambar 4.4.1). Agar hal ini tercapai maka

pemerintah harus selalu berupaya menjaga kestabilan harga input dan harga output

peternakan sehingga hal ini dapat memacu peternak untuk meningkatkan skala

produksinya. Hal ini menjadi penting karena sebagian besar permintaan produk peternakan

dipenuhi oleh produk impor yang pada gilirannya akan menguras devisa negara.

Page 44: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

43

Gambar 4.4.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Peternakan, 2010-2014 (Rptriliun).

4.5. Investasi Pertanian

Berdasar data realisasi PMA dan PMDN pertanian untuk empat subsektor, dilakukan

proyeksi jangka pendek untuk periode 2011-2014 dengan menggunakan dasar laju

pertumbuhan tahun 2000-2010 yang dikoreksi dengan tingkat penurunan sebesar 5% setiap

tahun. PMA dalam jangka pendek diproyeksikan meningkat untuk subsector perkebunan

sebesar 31,2%/tahun dan subsector tanaman pangan 11,1%/tahun. Sementara itu, untuk

subsektor peternakan dan hortikultura kemungkinan akan turun masing-masing dengan laju

rata-rata 3,2% dan 4,0% per tahun (Tabel 4.5.1). Dalam jangka pendek, moratorium lahan

tidak menunjukkan pengaruh pada laju peningkatan investasi pada subsektor tanaman

perkebunan.

Tabel 4.5.1. Proyeksi Jangka Pendek Nilai PMA menurut Subsektor,2010-2014 (US$ juta).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2010 14,5 0,0 736,4 4,72011 16,2 0,0 929,9 5,12012 18,0 0,0 1.162,1 5,42013 19,9 0,0 1.437,7 5,82014 21,9 0,0 1.761,5 6,1Laju

(%/tahun) 11,1 -4,0 31,2 -3,2

0

20

40

60

80

100

120

140

2010PDB Ternak 108.56

43

Gambar 4.4.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Peternakan, 2010-2014 (Rptriliun).

4.5. Investasi Pertanian

Berdasar data realisasi PMA dan PMDN pertanian untuk empat subsektor, dilakukan

proyeksi jangka pendek untuk periode 2011-2014 dengan menggunakan dasar laju

pertumbuhan tahun 2000-2010 yang dikoreksi dengan tingkat penurunan sebesar 5% setiap

tahun. PMA dalam jangka pendek diproyeksikan meningkat untuk subsector perkebunan

sebesar 31,2%/tahun dan subsector tanaman pangan 11,1%/tahun. Sementara itu, untuk

subsektor peternakan dan hortikultura kemungkinan akan turun masing-masing dengan laju

rata-rata 3,2% dan 4,0% per tahun (Tabel 4.5.1). Dalam jangka pendek, moratorium lahan

tidak menunjukkan pengaruh pada laju peningkatan investasi pada subsektor tanaman

perkebunan.

Tabel 4.5.1. Proyeksi Jangka Pendek Nilai PMA menurut Subsektor,2010-2014 (US$ juta).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2010 14,5 0,0 736,4 4,72011 16,2 0,0 929,9 5,12012 18,0 0,0 1.162,1 5,42013 19,9 0,0 1.437,7 5,82014 21,9 0,0 1.761,5 6,1Laju

(%/tahun) 11,1 -4,0 31,2 -3,2

2010 2011 2012 2013 2014108.56 113.28 118.20 123.34 128.69

43

Gambar 4.4.1. Proyeksi PDB Riil Sektor Peternakan, 2010-2014 (Rptriliun).

4.5. Investasi Pertanian

Berdasar data realisasi PMA dan PMDN pertanian untuk empat subsektor, dilakukan

proyeksi jangka pendek untuk periode 2011-2014 dengan menggunakan dasar laju

pertumbuhan tahun 2000-2010 yang dikoreksi dengan tingkat penurunan sebesar 5% setiap

tahun. PMA dalam jangka pendek diproyeksikan meningkat untuk subsector perkebunan

sebesar 31,2%/tahun dan subsector tanaman pangan 11,1%/tahun. Sementara itu, untuk

subsektor peternakan dan hortikultura kemungkinan akan turun masing-masing dengan laju

rata-rata 3,2% dan 4,0% per tahun (Tabel 4.5.1). Dalam jangka pendek, moratorium lahan

tidak menunjukkan pengaruh pada laju peningkatan investasi pada subsektor tanaman

perkebunan.

Tabel 4.5.1. Proyeksi Jangka Pendek Nilai PMA menurut Subsektor,2010-2014 (US$ juta).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2010 14,5 0,0 736,4 4,72011 16,2 0,0 929,9 5,12012 18,0 0,0 1.162,1 5,42013 19,9 0,0 1.437,7 5,82014 21,9 0,0 1.761,5 6,1Laju

(%/tahun) 11,1 -4,0 31,2 -3,2

2014128.69

Page 45: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

44

Nilai PMDN dalam jangka pendek diproyeksikan akan meningkat untuk semua

subsektor (Tabel 4.5.2) dan menurut laju pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut adalah

subsector perkebunan (59,8%/tahun), subsector peternakan (18,0%tahun), subsektor

tanaman pangan (16,7%/tahun) dan subsector hortikultura (3,0%/tahun). Hal ini juga

menunjukkan bahwa susbsektor perkebunan lebih diminati para investor, terutama untuk

perkebunan tanaman penghasil minyak (Oleaginous) yaitu kelapa sawit. Apabila dalam PMA

subsektor peternakan cenderung tumbuh menurun, maka dalam PMDN realisasi dan jumlah

proyeknya cenderung meningkat. Hal ini sejalan dengan salah satu program pemerintah

yang saat ini sedang berlangsung, yaitu Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014.

Tabel 4.5.2. Proyeksi Jangka Pendek Nilai PMDN menurut Subsektor, 2000-2010 (Rp Milyar).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2010 276,8 16,2 8.612,6 174,22011 230,8 0,0 16.279,3 170,82012 194,3 0,0 30.046,3 167,62013 165,1 0,0 54.185,2 164,62014 141,6 0,0 95.540,4 161,8Laju

(%/tahun) 16,7 3,0 59,8 18,0

Berdasarkan kelompok bidang lapangan industri, baik untuk PMA maupun PMDN

menunjukkan kesamaan bahwa bidang pada subsektor tanaman yang banyak diminati

adalah tanaman serealia selain padi, kacang-kacangan dan biji-bijian penghasil minyak.

Untuk subsektor perkebunan adalah perkebunan tebu, tanaman semusim, tanaman

penghasil minyak, tanaman bahan minuman, tanaman rempah-rempah, tanaman

aromatik/penyegar, narkotika dan obat serta tanaman tahunan lainnya. Investasi pada

subsektor peternakan meliputi usahaternak sapi, kerbau dan ternak lainnya.

Page 46: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

45

V. PROSPEK JANGKA PANJANG (2014-2025)

5.1. Komoditas Pangan

5.1.1. Produksi

Tabel 5.1.1. Proyeksi Jangka Panjang Komoditas Tanaman Pangan, 2014-2025 (ton)

Tahun Beras Jagung Kedele K.Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu2014 80,710,289 28,173,837 1,031,459 290,425 800,932 2,126,7582015 82,795,298 30,120,973 1,048,599 290,115 806,307 2,145,6092016 84,934,170 32,202,678 1,066,024 289,804 811,717 2,164,6272017 87,128,296 34,428,252 1,083,738 289,494 817,164 2,183,8142018 89,379,104 36,807,639 1,101,747 289,185 822,648 2,203,1712019 91,688,057 39,351,470 1,120,055 288,875 828,168 2,222,7002020 93,938,228 41,935,126 1,137,737 288,575 833,575 2,241,8692021 96,243,622 44,688,414 1,155,698 288,274 839,017 2,261,2032022 98,605,594 47,622,472 1,173,942 287,974 844,495 2,280,7052023 101,025,532 50,749,168 1,192,475 287,674 850,009 2,300,3742024 103,504,859 54,081,151 1,211,300 287,375 855,559 2,320,2132025 106,045,033 57,631,897 1,230,422 287,076 861,145 2,340,223

Laju (%/th)2014-20192019-2025

Page 47: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

46

5.2. Komoditas Hortikultura

5.2.1. Status Komoditas Hortikultura

Pertumbuhan hortikultura kedepan dinilai mempunyai prospek yang sangat baik.

Optimisme tersebut didasarkan kepada adanya potensi yang belum didayagunakan baik

sumberdaya alam, genetic dan potensi pasar. Potensi pengembangan hortikultura sangat

besar mencakup keanekaragaman varietas dan kondisi tanah agroklimat sangat kondusif

bagi untuk kegiatan produksi berbagai jenis buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan

tanaman biofarmaka. Potensi tersebut belum didayagunakan secara optimal. Semantara itu,

membaiknya kondisi perekonomian di dalam negeri dan internasional akan menumbuhkan

permintaan terhadap produk hortikultura yang beragam.

Kualitas hidup penduduk Indonesia tahun 2025 akan meningkat dibandingkan tahun

2010. Hal ini diikuti dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. Preferensi konsumsi

penduduk akan mengarah pada pola makan sehat dengan mengurangi konsumsi

karbohidrat dan memperbanyak konsumsi produk hortikultura untuk pemenuhan serat,

vitamin, mineral dan penyegar stamina tubuh. Selain itu perubahan gaya hidup pun akan

terjadi yang diindikasikan dengan peningkatan kebutuhan tanaman hias, khususnya untuk

keindahan lingkungan sekitar. Peningkatan permintaan tersebut mendorong berkembangnya

kegiatan produksi yang diikuti dengan tumbuhnya sektor pendukung di tingkat hulu dan hilir.

Potensi Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga

usaha hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat petani dan pelaku usaha

lainnya, baik skala mikro, kecil, menengah maupun besar. Usaha hortikultura mempunyai

keunggulan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, jenisnya sangat beragam, ketersediaan

sumber daya (alam, buatan dan manusia) dan teknologi pendukung, serta potensi pasar di

dalam dan di luar negeri yang terus meningkat.

Dalam tahun 2025 diprediksi agribisnis hortikultura akan berada pada tahap maju,

sehingga sub sektor hortikultura akan mempunyai peran dalam ekonomi nasional, baik

dalam pendapatan nasional (PDB), sumber lapangan kerja dan pendapatan masyarakat,

maupun devisa. Permintaan domestik akan produk hortikultura akan meningkat cukup besar

yang didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut: (1) Jumlah penduduk tahun 2025

akan bertambah menjadi 285 juta jiwa; dan (2) Konsumsi produk hortikultura akan

meningkat tajam sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2025 yang akan

berada pada level ekonomi sedang-menengah dengan pendapatan masyarakat Indonesia

US$ 13 ribu per kapita.

Proyeksi membaiknya kondisi perekonomian nasional pada tahun 2025 akan

berdampak positif bagi pembangunan subsektor hortikultura di dalam negeri. Perbaikan

Page 48: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

47

kondisi ekonomi tahun 2025 yang dipicu oleh perubahan mendasar kebijakan akan

berdampak positif terhadap perbaikan iklim usaha hortikultura. Investasi hortikultura

diperkirakan akan berkembang di semua lini di dalam sistem agribisnis.

Di sisi lain, permintaan pasar internasional juga akan meningkat sejalan dengan

membaiknya kondisi ekonomi di berbagai negara. Hal ini berdampak terhadap peningkatan

peluang ekspor yang potensial sebagai penerimaan devisa negara. Akumulasi permintaan

pasar domestik dan internasional perlu diantisipasi dengan peningkatan kegiatan di sektor

produksi. Sejalan dengan hal tersebut, sektor-sektor pendukung juga akan tumbuh

mengikuti intensitas kegiatan sektor produksi. Pada akhirnya terbangun jaringan kerja

ekonomi yang bersifat lintas sektoral yang secara agregat berpengaruh terhadap

pertumbuhan perekonomian nasional.

5.2.2. Luas panen, produksi dan produktivitas

Berdasarkan perkiraan optimis terhadap dinamika nasional dan global, produksi

hortikultura pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 39.5 juta ton atau peningkatan

sebasar 227% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2000 akan meningkat rata-rata

3.18%/tahun. Pertumbuhan tertinggi diproyeksikan akan terjadi pada tanaman hias dengan

laju 7,19%/tahun dan tanaman obat 6.38%/tahun. Sementara produksi buah meningkat

3.59%/tahun dan sayuran 2.27%/tahun (Tabel 5.2.1).

Tabel 5.2.1. Proyeksi Laju Pertumbuhan Luas Panen, Produksi dan ProduktivitasKomoditas Hortikultura, Tahun 2000-2025 (%/tahun)

Komoditas` Luas panen Produksi ProduktivitasBuah 1.65 3.59 1.99Sayur 2.17 2.27 0.10Tanaman Obat 5.04 6.38 1.43Tanaman Hias 2.99 7.19 2.78Total 1.98 3.18 0.71

Pada tahun 2025, produksi buah diproyeksikan akan mencapai 23.8 juta ton (naik

119.4% dibanding tahun 2010), produksi sayuran 14.16 juta ton (naik 135.5% dibanding

tahun 2010), produksi tanaman obat 0.92 juta ton (naik 203.8% dibanding tahun 2010, dan

produksi tanaman hias 39.55 juta ton (naik 126.8% dibanding tahun 2010).

Kenaikan produksi hortikultura terjadi karena peningkatan luas area panen dan

peningkatan produktivitas. Secara keseluruhan luas panen hortikultura pada tahun 2000-

2025 akan meningkat dengan laju 1.98%/tahun. Pertumbuhan luas panen lebih cepat terjadi

pada tanaman obat 5.04%/tahun, disusul Tanaman hias sebesar 2.99%/tahun, sayuran

2.17%/tahun dan buah 1.65%/tahun. Pada tahun 2025 luas tanaman buah diproyeksikan

Page 49: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

48

seluas 23.8 juta ha; sayuran 14.16 juta ha, tanaman obat 0,94 juta ha dan tanaman hias

0.64 juta hektar.

Produktifitas hortikultura tahun 2000-2025 akan meningkat dengan laju 0,71%/tahun.

Laju kenaikan produktifitas paling tinggi terjadi pada tanaman hias yaitu 2.78%/tahun sejalan

dengan penerapan inovasi teknologi yang cepat. Kenaikan produktifitas juga terjadi pada

tanaman buah sebesar 1.99%/thun, tanaman obat 1.43%/tahun dan sayuran 0,1%/tahun.

Kenaikan produksi hortikultura berarti pula kenaikan ketersediaan produk hortikultura

di masyarakat, sehingga konsumsi per kapita masyarakat Indonesia akan produk

hortikultura akan mengalami peningkatan. Dalam tahun 2010 – 2025 konsumsi buah dan

sayuran akan meningkat masing masing dari 32,6 kg/kapita/tahun dan 40,7 kg/kapita/tahun

menjadi masing-masing sebesar 75 kg/kapita/tahun atau meningkat sebesar 130% untuk

buah dan 84,3% untuk sayuran. Dengan kondisi demikian maka konsumsi buah dan

sayuran pada tahun 2025 akan memenuhi standar minimal FAO sebesar 73 kg/kapita/tahun.

5.2.3. Produk Domestik Bruto

PDB pada hortikultura tahun 2025 diproyeksikan sebesar 142.46 trilyun rupiah atau

peningkatan sebesar 156% dibandingkan tahun 2000 dengan laju peningkatan sebesar

4.90%/tahun (Tabel 5.2.2). Besarnya nilai PDB pada tahun 2025 tersebut merupakan 356%

dibandingkan PDB tahun 2000 atau peningkatan 159% dibandingkan PDB tahun 2010.

Kelompok komoditas buah akan memberikan kontribusi PDB hortikultura terbesar yaitu

56.7%, disusul kelompok sayuran 34.0%, kelompok tanaman hias 7,8% dan kelompok

tanaman obat 1,2%.

Tabel 5.2.2. Proyeksi PDB Riil Subsektor Hortikultura, Tahun 2000-2025 (Rp’milyar)

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total2000 22,864.84 14,005.97 396.65 2,710.73 39,978.22015 60,845.47 37,278.56 1,285.46 7,712.81 107,122.32016 62,742.07 38,231.72 1,383.20 8,299.22 110,656.22017 64,745.79 39,452.68 1,427.37 8,564.26 114,190.12018 66,749.51 40,673.64 1,471.55 8,829.30 117,724.02019 68,753.23 41,894.60 1,515.72 9,094.34 121,257.92020 70,756.95 43,115.57 1,559.89 9,359.39 124,791.82021 72,760.67 43,630.74 1,860.72 1,0073.57 128,325.72022 74,764.39 44,832.26 1,911.96 1,0350.98 131,859.62023 76,768.11 46,033.79 1,963.20 1,0628.39 135,393.52024 78,771.84 47,235.32 2,014.44 10,905.80 138,927.42025 80,775.56 48,436.84 2,065.68 11,183.21 142,461.3

Laju (%/th) 4.87 4.78 6.26 5.45 4.90

Page 50: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

49

Dilihat dari laju pertumbuhan masing-masing kelompok komoditas, dalam jangka

panjang sampai dengan tahun 2025 pertumbuhan PDB terbesar terjadi pada kelompok

komoditas tanaman obat yaitu 6kelompok sayuran 4.78%/tahun.

5.2.4. Perdagangan

Dengan peningkatan produksi juga dimungkinkan terjadinya peningkatan ekspor.

Dirjen Hortikultura memproyeksikan dalam tahun 2010-2025 ekspor produk hortikultura

meningkat dari US$ 297,1 juta menjadi US $ 970 juta atau peningkatan 226,5%. Sementara

Impor produk hortikultura dapat ditekan, sehingga pada tahun 2025 Indonesia mencapai

surplus perdagangan produk hortikultura.

Peningkatan ekspor terutama didorong oleh ekspor produk tanaman hias dan

tanaman obat. Pada tahun 2025, Indonesia diperkirakan akan menempati posisi kelima

terbesar pemasok bunga potong di wilayah Asia setelah Jepang, China, India dan Korea

Selatan. Sementara itu, pada tahun 2025 produksi tanaman obat diperkirakan akan

mencapai 0.942 juta ton dengan luas areal 41,9 ribu ha, yang juga akan berkontribusi dalam

perdagangan hortikultura dunia.

5.2.5. Penyerapan Tenaga Kerja

Peran SDM pelaku usaha akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan

hortikultura kedepan. Pengusaha/pelaku usaha pada komoditas hortikultura tersebut adalah

pelaku produksi/petani, pelaku pemasaran (pedagang, pengepul, supplier, pengecer/

retailer, dll), pelaku usaha pengolahan produk hortikultura, pelaku penyedia sarana produksi

untuk komoditas hortikultura (penangkar benih, penjual pupuk, dll.), dan lain sebagainya.

Disamping itu, peran dari petugas lapang/pembina, pakar dan pemerintah juga makin

penting.

Pertumbuhan usaha agribisnis hortikultura akan menciptakan peluang lapangan

kerja baru dari masyarakat. Pada tahun 2025 kegiatan on farm hortikultura akan menyerap

tenaga kerja sebesar 6.4 juta jiwa. Penyerapan tenaga kerja terbesar adalah usaha

sayuran (68.54%) menyusul usaha buah (30.84%), tanaman obat sebasar 0.53% dan

tanaman hias 0,09% (Tabel 5.2.3). Apabila diperhitungkan usaha agribisnis secara

keseluruhan, dengan asumsi pertumbuhan penyerapan lapangan kerja yang sama, maka

pada tahun 2025 agribisnis hortikultura diproyeksikan akan menyerap tenaga kerja sebesar

19.7 juta jiwa atau 170% dibandingkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014.

Page 51: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

50

Tabel 5.2.3. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikultura, Tahun2000-2025 (000 orang).

Tahun Buah Sayur T. Obat T. Hias Total2000 351.18 2,051.57 5.87 1.49 2,410.112014 1,261.99 3,322.17 29.03 3.75 4,616.932015 1,326.86 3419.26 29.57 3.93 4,779.612016 1,391.73 3,516.35 30.08 4.11 4,942.272017 1,456.61 3,613.44 30.56 4.29 5,104.892018 1,521.48 3,710.53 31.02 4.47 5,267.492019 1,586.35 3,807.62 31.45 4.65 5,430.072020 1,651.22 3,904.71 31.86 4.83 5,592.622021 1,716.11 4,001.81 32.25 5.02 5,755.162022 1,780.97 4,098.89 32.62 5.21 5,917.682023 1,845.84 4,195.98 32.98 5.38 6,080.182024 1,910.72 4,293.08 33.32 5.56 6,242.672025 1,975.59 4,390.17 33.65 5.74 6,405.14

Laju (%/tahun) 6.52 2.92 5.85 4.96 3.77

5.3. Komoditas Perkebunan

5.3.1. Luas Areal dan Produksi

Dalam jangka panjang (2014-2025), sebagian besar komoditas perkebunan

diproyeksikan masih akan mengalami pertumbuhan luas areal dan produksi selama dengan

laju pertumbuhan luas areal sekitar 0.04-10.74% dan laju pertumbuhan produksi sekitar

0.002-9.05% selama 11 tahun (Tabel 5.3.1). Kapas, kakao dan kelapa sawit masih akan

mengalami pertumbuhan luas areal areal yang cepat, sementara kopi, teh, tembakau dan

panili akan mengalami penurunan luas areal. Untuk produksi, laju pertumbuhan yang cepat

dialami oleh kelapa sawit dan kapas, sedangkan kopi, teh, tembakau dan panili akan

mengalami penurunan luas areal.

Luas areal dan produksi komoditas perkebunan pada tahun 2025 diproyeksikan

sekitar 1,026 ha sampai 17,155,619 ha untuk luas areal dan 2,916 ton sampai 61,198,230

ton untuk produksi. Lima komoditas akan tetap mendominasi luas areal, yaitu kelapa sawit,

kelapa, kakao, karet, dan kopi.

Dalam jangka panjang, komoditas perkebunan akan dihadapkan pada persaingan

dengan sesama komoditas perkebunan di dalam negeri dan komoditas perkebunan negara

lain di pasar dunia. Komoditas kelapa sawit, karet dan kakao masih akan tetap menjadi

komoditas andalan, baik di dalam negeri maupun di pasar global. Pesaing utama Indonesia

untuk kelapa sawit, yaitu Malaysia sudah ditundukkan oleh Indonesia dari segi kuantitas

Page 52: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

51

produksi karena unggul dalam ketersediaan lahan dan tenaga kerja. Demikian pula, untuk

karet, Indonesia sudah mengalahkan Malaysia dan akan mengalahkan Thailand yang saat

ini masih merupakan produsen utama. Untuk kakao, pasar masih bagus dan masalahnya

tinggal mengatasi hama penggerek buah kakao (PBK).

Tabel 5.3.1. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Komoditas Perkebunan,2014-2025.

KomoditasLuas Areal Produksi

Laju2014-2025(%/tahun)

Luas2025(ha)

Laju2014-2025(%/tahun)

Produksi2025(ton)

Kelapa sawit 5.01 17,155,619 5.49 61,198,230Kelapa 0.31 3,992,029 0.20 3,360,121Kakao 5.37 3,723,523 3.85 1,520,743Karet 0.29 3,598,649 0.83 3,052,245Kopi -0.81 1,122,411 -0.54 631,333Tebu 2.28 613,052 2.59 4,229,695Cengkeh 1.32 574,095 1.63 147,942Lada 0.81 210,736 0.56 91,658Tembakau -0.23 187,312 -0.18 118,836Teh -2.38 86,797 -1.41 123,317Kapas 10.74 75,970 9.05 16,192Panili -0.45 25,453 -0.32 2,916Jambu mete 0.04 1,026 0.02 145,383

5.3.2. Perdagangan

Nilai ekspor komoditas perkebunan utama selama 2014-2025 diproyeksikan

sebagian besar akan meningkat dan sebagian kecil menurun (Tabel 5.3.2). Komoditas yang

akan meningkat nilai ekspornya adalah yang berasal dari kelapa sawit, karet, kakao, kelapa,

lada, tebu (produk sampingan), jambu mete, dan cengkeh dengan laju peningkatan yang

bervariasi dari 0.26-261.76% selama 11 tahun. Sementara komoditas yang menurun nilai

ekspornya adalah yang berasal dari kopi, teh, panili dan tembakau dengan laju penurunan

yang bervariasi sekitar 3.14-19.46% selama 11 tahun. Komoditas dengan laju peningkatan

nilai ekpor paling cepat adalah yang berasal dari kelapa sawit (261.76%) dan tebu

(226.15%). Proyeksi nilai ekspor yang meningkat atau menurun berkorelasi dengan proyeksi

produksi. Secara total, laju peningkatan nilai ekspor diproyeksikan akan meningkat 213,29%

selama 11 tahun dan pada tahun 2025 total nilai ekpor akan mencapai sekitar US$ 112.5

milyar dengan kontribusi utama dari kelapa sawit, karet dan kakao.

Page 53: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

52

Total nilai impor komoditas perkebunan selama 2014-2025 diproyeksikan akan

menurun rata-rata 15.91% (Tabel 5.3.2). Komoditas-komoditas yang nilai ekspornya

diproyeksikan akan meningkat, nilai impornya diproyeksikan akan menurun dan sebaliknya

jika proyeksi nilai ekpornya menurun. Total nilai impor pada tahun 2025 diproyeksikan akan

mencapai US$768 juta.

Tabel 5.3.2. Proyeksi Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan KomoditasPerkebunan Indonesia, 2014-2025

Komoditas

Ekspor Impor NeracaLaju

2014-2025(%/th)

Nilai 2025(US$'000)

Laju2014-2025

(%/th)

Nilai 2025(US$'000)

Nilai 2025(US$’000) %

Kelapa sawit 261.76 100,320,840 -37.20 7,640 100,313,200 99.99Karet 33.15 5,608,291 -5.52 16,964 5,591,327 99.70Kakao 115.29 4,406,946 -59.39 31,750 4,375,196 99.28Kopi -15.92 641,402 22.52 32,202 609,200 94.98Kelapa 16.50 523,066 -1.72 144 522,922 99.97Lada 10.96 163,390 -8.67 1,338 162,052 99.18Tebu 226.15 460,630 -29.19 324,983 135,647 29.45Teh -19.46 127,802 130.28 39,197 88,605 69.33Jambu mete 0.26 82,893 -0.37 3,980 78,913 95.20Cengkeh 18.17 7,456 -59.02 24 7,433 99.68Panili -3.20 4,849 8.57 177 4,672 96.35Tembakau -3.14 164,354 4.27 309,485 -145,131 -88.30Total 213.29 112,511,920 -15.91 767,885 111,744,036 99.32

Neraca perdagangan hampir semua komoditas perkebunan, kecuali tembakau,

selama 2014-2025 diproyeksikan akan mengalami surplus sebesar 29.45-99.99%,

sedangkan tembakau mengalami deficit 88.30%. Total surplus perdagangan pada tahun

2025 diproyeksikan akan mencapai sekitar US$ 111.7 milyar, atau surplus 99.32%. Surplus

terbesar adalah pada kelapa sawit, diikuti karet dan kakao. Ini menunjukkan bahwa

mayoritas komoditas perkebunan adalah pencetak devisa negara, dan hanya tembakau

yang menjadi komoditas penguras devisa.

5.3.3. Produk Domestik Produk

PDB riil subsektor perkebunan selama 2014-2025 diproyeksikan akan meningkat

rata-rata 1.85%/tahun, sejalan dengan proyeksi produksi perkebunan untuk periode yang

sama. Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.3.1, PDB riil sektor perkebunan akan

meningkat dari Rp 52,641 milyar pada tahun 2014 menjadi Rp 64,709 milyar pada tahun

Page 54: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

53

2025. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 5.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2014-2025 (Rp’ milyar)

5.4. Komoditas Peternakan

5.4.1. Produksi

Daging

Hasil proyeksi produksi daging tahun 2014-2025 adalah seperti disajikan pada Tabel

5.4.1. Total produksi daging pada tahun 2015 adalah sebesar 2,48 juta ton, yang terdiri dari

75,71% daging unggas, 25,05% daging sapi dan kerbau, dan 17,38% daging kambing dan

domba (kado). Pada tahun 2025, total produksi daging diproyeksikan sebesar 3,26 juta ton.

Kontribusi daging unggas tetap mendominasi produksi daging, bahkan meningkat menjadi

77,75%. Sementara itu, kontribusi daging sapi dan kerbau serta daging kado terhadap total

produksi daging pada tahun 2025 diproyeksikan masing-masing 17,28% dan 18,93%.

Untuk konsumsi, pertumbuhannya melampaui proyeksi pertumbuhan produksi,

sehingga tingkat swasembada makin rendah. Dengan menggunakan rasio produksi

terhadap konsumsi sebagai indikator swasembada, maka tingkat swasembada daging pada

tahun 2015 dan 2025 masing-masing adalah 90.77% dan turun menjadi 73.68%. Penurunan

tingkat swasembada diproyeksikan terjadi pada daging unggas, daging sapi dan kerbau,

serta daging kambing dan domba (Tabel 5.4.2).

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

14 15 16PDB Kebun 52,64 53,25 53,88

53

2025. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 5.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2014-2025 (Rp’ milyar)

5.4. Komoditas Peternakan

5.4.1. Produksi

Daging

Hasil proyeksi produksi daging tahun 2014-2025 adalah seperti disajikan pada Tabel

5.4.1. Total produksi daging pada tahun 2015 adalah sebesar 2,48 juta ton, yang terdiri dari

75,71% daging unggas, 25,05% daging sapi dan kerbau, dan 17,38% daging kambing dan

domba (kado). Pada tahun 2025, total produksi daging diproyeksikan sebesar 3,26 juta ton.

Kontribusi daging unggas tetap mendominasi produksi daging, bahkan meningkat menjadi

77,75%. Sementara itu, kontribusi daging sapi dan kerbau serta daging kado terhadap total

produksi daging pada tahun 2025 diproyeksikan masing-masing 17,28% dan 18,93%.

Untuk konsumsi, pertumbuhannya melampaui proyeksi pertumbuhan produksi,

sehingga tingkat swasembada makin rendah. Dengan menggunakan rasio produksi

terhadap konsumsi sebagai indikator swasembada, maka tingkat swasembada daging pada

tahun 2015 dan 2025 masing-masing adalah 90.77% dan turun menjadi 73.68%. Penurunan

tingkat swasembada diproyeksikan terjadi pada daging unggas, daging sapi dan kerbau,

serta daging kambing dan domba (Tabel 5.4.2).

16 17 18 19 20 21 22 2353,88 54,51 55,15 55,80 56,46 58,02 59,62 61,27

53

2025. Dengan demikian, maka subsector perkebunan diharapkan akan memberikan

kontribusi dalam pembentukan PDB sektor pertanian dan PDB nasional.

Gambar 5.3.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Perkebunan Indonesia, 2014-2025 (Rp’ milyar)

5.4. Komoditas Peternakan

5.4.1. Produksi

Daging

Hasil proyeksi produksi daging tahun 2014-2025 adalah seperti disajikan pada Tabel

5.4.1. Total produksi daging pada tahun 2015 adalah sebesar 2,48 juta ton, yang terdiri dari

75,71% daging unggas, 25,05% daging sapi dan kerbau, dan 17,38% daging kambing dan

domba (kado). Pada tahun 2025, total produksi daging diproyeksikan sebesar 3,26 juta ton.

Kontribusi daging unggas tetap mendominasi produksi daging, bahkan meningkat menjadi

77,75%. Sementara itu, kontribusi daging sapi dan kerbau serta daging kado terhadap total

produksi daging pada tahun 2025 diproyeksikan masing-masing 17,28% dan 18,93%.

Untuk konsumsi, pertumbuhannya melampaui proyeksi pertumbuhan produksi,

sehingga tingkat swasembada makin rendah. Dengan menggunakan rasio produksi

terhadap konsumsi sebagai indikator swasembada, maka tingkat swasembada daging pada

tahun 2015 dan 2025 masing-masing adalah 90.77% dan turun menjadi 73.68%. Penurunan

tingkat swasembada diproyeksikan terjadi pada daging unggas, daging sapi dan kerbau,

serta daging kambing dan domba (Tabel 5.4.2).

24 2561,27 62,96 64,70

Page 55: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

54

Tabel 5.4.1. Proyeksi Produksi Daging Di Indonesia, 2010-2025 (ton).

Tahun Unggas Sapi/Kerbau Kado Total

2015 1.877.333 492.030 110.424 2.479.7872016 1.948.999 499.288 116.744 2.565.0302017 2.019.680 506.284 123.091 2.649.0552018 2.089.262 513.024 129.449 2.731.7352019 2.157.643 519.512 135.801 2.812.9562020 2.224.731 525.754 142.131 2.892.6162021 2.290.446 531.755 148.425 2.970.6262022 2.354.719 537.521 154.669 3.046.9092023 2.417.492 543.058 160.851 3.121.4012024 2.478.716 548.372 166.958 3.194.0472025 2.538.352 553.470 172.980 3.264.803

Seperti halnya dalam prospek jangka pendek, dalam prospek jangka panjangpun

tanpa terobosan yang berarti dalam pembangunan sub sektor peternakan swasembada

daging makin tidak tercapai. Dengan asumsi pertumbuhan produksi ternak dan penduduk

yang makin menurun dan pertumbuhan konsumsi per kapita tetap, maka senjang antara

produksi dengan konsumsi daging sampai tahun 2025 makin lebar, sehingga indikator

tingkat swasembada makin rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa di masa mendatang

impor daging akan makin meningkat.

Tabel 5.4.2. Proyeksi konsumsi dan tingkat swasembada daging di Indonesia, 2010-2025

TahunTotal Konsumsi Daging (ton) Tingkat Swasembada Daging (%)

Unggas Sapi/Kerbau

Kado Total Unggas Sapi/Kerbau

Kado Total

2014 1.869.485 611.488 118.406 2.599.379 96,54 79,23 87,96 92,08

2015 1.966.909 635.437 129.652 2.731.998 95,45 77,43 85,17 90,77

2016 2.068.512 660.036 141.905 2.870.453 94,22 75,65 82,27 89,36

2017 2.174.466 685.306 155.251 3.015.023 92,88 73,88 79,29 87,86

2018 2.284.951 711.263 169.786 3.166.001 91,44 72,13 76,24 86,28

2019 2.400.155 737.929 185.613 3.323.697 89,90 70,40 73,16 84,63

2020 2.520.274 765.323 202.844 3.488.441 88,27 68,70 70,07 82,92

2021 2.645.514 793.467 221.599 3.660.580 86,58 67,02 66,98 81,15

2022 2.776.090 822.383 242.010 3.840.483 84,82 65,36 63,91 79,34

2023 2.912.224 852.094 264.222 4.028.540 83,01 63,73 60,88 77,48

2024 3.054.152 882.622 288.389 4.225.163 81,16 62,13 57,89 75,60

2025 3.202.118 913.994 314.680 4.430.791 79,27 60,56 54,97 73,68

Untuk mengurangi ketergantungan pada impor daging (terutama daging sapi),

beberapa alternatif kebijakan yang dibutuhkan antara lain adalah: (1) Meningkatkan skala

Page 56: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

55

pemeliharaan ternak melalui program pembibitan sapi; (2) Memberikan bantuan kredit sapi

bakalan kepada petani/peternak; (3) Memperbaiki menejemen pemeliharaan sapi melalui

sekolah lapang peternakan sapi; dan (4) Menyediakan kredit lunak untuk sub sektor

peternakan, agar petani/peternak mampu membeli sapi bakalan dan menerapkan teknologi

pemeliharaan sapi, sesuai dengan teknologi yang diperoleh melalui sekolah lapang.

Susu dan Telur

Populasi sapi perah diproyeksikan akan tumbuh relatif lambat selama 2011-2025

yaitu 0.47% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka populasi sapi perah

diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi 498.6 ribu ekor, lalu meningkat lagi

pada tahun 2020 menjadi 522.90 ribu ekor dan kemudian menjadi 532.63 ribu ekor pada

tahun 2025 (Tabel 5.4.3).

Tabel 5.4.3. Proyeksi Populasi Sapi Perah dan Ayam Petelur serta Produksi Susu danTelur di Indonesia, 2011-2025.

Tahun

Susu TelurPopulasi

Sapi Perah(‘000 ekor)

ProduksiSusu Sapi(‘000 ton)

Produk-tifitas

(ton/ekor)

PopulasiAyam Petelur

(juta ekor)

ProduksiTelur

(‘000 ton)

Produk-tifitas

(kg/ekor)2011 498.60 961.48 1.93 121.32 1021.94 8.422012 501.82 994.64 1.98 126.42 1085.34 8.592013 504.90 1027.22 2.03 131.46 1149.30 8.742014 507.84 1059.19 2.09 136.44 1213.65 8.902015 510.66 1090.51 2.14 141.35 1278.20 9.042016 513.34 1121.14 2.18 146.19 1342.78 9.192017 515.91 1151.05 2.23 150.94 1407.24 9.322018 518.36 1180.23 2.28 155.60 1471.41 9.462019 520.70 1208.66 2.32 160.16 1535.15 9.592020 522.93 1236.31 2.36 164.62 1598.33 9.712021 525.06 1263.18 2.41 168.98 1660.82 9.832022 527.09 1289.26 2.45 173.23 1722.51 9.942023 529.03 1314.55 2.48 177.36 1783.29 10.052024 530.87 1339.04 2.52 181.39 1843.07 10.162025 532.63 1362.75 2.56 185.30 1901.76 10.26Laju

(%/tahun)0.47 2.45 1.99 2.96 4.31 1.39

Sejalan dengan proyeksi populasi sapi perah tesebut, produksi susu sapi

diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-2025 yaitu 2.45% per tahun. Dengan

laju pertumbuhan produksi susu sapi tersebut, maka produksi susu sapi diproyeksikan akan

meningkat pada tahun 2011 menjadi 961.48 ribu ton, lalu meningkat lagi pada tahun 2020

menjadi 1236.31 ribu ton dan kemudian menjadi 1362.75 ribu ton pada tahun 2025.

Page 57: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

56

Langkah ke depan yang perlu dilakukan antara lain adalah meningkatkan upaya

mencegahan penyakit berbahaya bagi ternak sapi perah dan memberikan bantuan kredit

kepada peternak rakyat guna pengembangan usaha.

Populasi ayam petelur diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-2025

yaitu 2.96% per tahun. Dengan laju pertumbuhan populasi ayam petelur tersebut, maka

populasi ayam petelur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi 121.32 juta

ekor, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 164.62 juta ekor dan kemudian menjadi

185.3 juta ekor pada tahun 2025 (Tabel 5.4.3).

Produksi telur diproyeksikan akan tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan dengan

populasi ayam petelur selama 2011-2025 yaitu 4.31% per tahun. Dengan laju pertumbuhan

produksi telur tersebut, maka produksi telur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011

menjadi 1021.94 ribu ton, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 1598.33 ribu ton

dan kemudian menjadi 1901.76 ribu ton pada tahun 2025.

5.4.2. Produk Domestik Bruto

PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-

2025 yaitu 4.22% per tahun. Dengan laju pertumbuhan PDB sub sektor peternakan tersebut,

maka PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi

Rp 108.56 triliun, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi Rp 166.11 triliun dan

kemudian menjadi Rp. 205.47 triliun pada tahun 2025 (Gambar 5.4.1).

Gambar 5.4.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Peternakan, 2010-2025 (Rp’triliun)

0

50

100

150

200

250

14 15PDB Ternak 128. 134.

56

Langkah ke depan yang perlu dilakukan antara lain adalah meningkatkan upaya

mencegahan penyakit berbahaya bagi ternak sapi perah dan memberikan bantuan kredit

kepada peternak rakyat guna pengembangan usaha.

Populasi ayam petelur diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-2025

yaitu 2.96% per tahun. Dengan laju pertumbuhan populasi ayam petelur tersebut, maka

populasi ayam petelur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi 121.32 juta

ekor, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 164.62 juta ekor dan kemudian menjadi

185.3 juta ekor pada tahun 2025 (Tabel 5.4.3).

Produksi telur diproyeksikan akan tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan dengan

populasi ayam petelur selama 2011-2025 yaitu 4.31% per tahun. Dengan laju pertumbuhan

produksi telur tersebut, maka produksi telur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011

menjadi 1021.94 ribu ton, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 1598.33 ribu ton

dan kemudian menjadi 1901.76 ribu ton pada tahun 2025.

5.4.2. Produk Domestik Bruto

PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-

2025 yaitu 4.22% per tahun. Dengan laju pertumbuhan PDB sub sektor peternakan tersebut,

maka PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi

Rp 108.56 triliun, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi Rp 166.11 triliun dan

kemudian menjadi Rp. 205.47 triliun pada tahun 2025 (Gambar 5.4.1).

Gambar 5.4.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Peternakan, 2010-2025 (Rp’triliun)

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24134. 140. 146. 152. 159. 166. 173. 180. 188. 196.

56

Langkah ke depan yang perlu dilakukan antara lain adalah meningkatkan upaya

mencegahan penyakit berbahaya bagi ternak sapi perah dan memberikan bantuan kredit

kepada peternak rakyat guna pengembangan usaha.

Populasi ayam petelur diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-2025

yaitu 2.96% per tahun. Dengan laju pertumbuhan populasi ayam petelur tersebut, maka

populasi ayam petelur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi 121.32 juta

ekor, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 164.62 juta ekor dan kemudian menjadi

185.3 juta ekor pada tahun 2025 (Tabel 5.4.3).

Produksi telur diproyeksikan akan tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan dengan

populasi ayam petelur selama 2011-2025 yaitu 4.31% per tahun. Dengan laju pertumbuhan

produksi telur tersebut, maka produksi telur diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011

menjadi 1021.94 ribu ton, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 1598.33 ribu ton

dan kemudian menjadi 1901.76 ribu ton pada tahun 2025.

5.4.2. Produk Domestik Bruto

PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan tumbuh relatif cepat selama 2011-

2025 yaitu 4.22% per tahun. Dengan laju pertumbuhan PDB sub sektor peternakan tersebut,

maka PDB sub sektor peternakan diproyeksikan akan meningkat pada tahun 2011 menjadi

Rp 108.56 triliun, lalu meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi Rp 166.11 triliun dan

kemudian menjadi Rp. 205.47 triliun pada tahun 2025 (Gambar 5.4.1).

Gambar 5.4.1. Proyeksi PDB Riil Subsektor Peternakan, 2010-2025 (Rp’triliun)

24 25196. 205.

Page 58: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

57

5.5. Investasi Pertanian

Hasil proyeksi jangka panjang (2011-2025) investasi pada empat subsektor

pertanian menunjukkan bahwa PMA akan mengalami peningkatan pada empat subsektor

dengan rata-rata laju pertumbuhan 11.1%/tahun untuk subsektor tanaman pangan,

0.6%/tahun untuk subsector hortikultura, 25.5%/tahun untuk subsector perkebunan, dan

0.2%/tahun untuk subsector peternakan (Tabel 5.5.1). Sementara PMDN dalam jangka

panjang diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada tiga subsektor, yaitu subsektor

tanaman pangan (4,8%/tahun), subsector perkebunan (54,0%/tahun) dan subsector

peternakan (7,1%/tahun). Subsektor hortikultura diproyeksikan akan mengalami penurunan

sebesar 0,5%/tahun.

Tabel 5.5.1. Proyeksi Jangka Panjang Nilai PMA menurut Subsektor, 2000-2010 (US$ juta).

Tahun T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan2015 24,0 0,0 2.138,6 6,52016 26,2 0,0 2.573,4 6,92017 28,4 0,0 3.070,5 7,32018 30,8 0,0 3.633,9 7,62019 33,2 0,0 4.267,4 8,02020 35,6 0,0 4.974,1 8,42021 38,1 0,0 5.756,7 8,82022 40,7 0,0 6.617,1 9,12023 43,2 0,0 7.556,6 9,52024 45,8 0,0 8.575,9 9,92025 48,5 0,0 9.674,9 10,2Laju

(%/tahun) 11,1 0,6 25,5 0,2

Berdasarkan hasil proyeksi jangka panjang, diketahui bahwa subsektor perkebunan

masih menjadi primadona investasi asing dan dalam negeri. Sebaliknya subsektor

peternakan lebih diminati oleh investor dalam negeri, sedangkan investor asing masih

berminat pada subsektor tanaman pangan.

Page 59: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

58

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2004. Analisis Situasi Ketersediaan Dan Konsumsi Pengan Hewani. MonographSeries No. 24. Prospek Usaha dan Pemasaran Beberapa Komoditas Pertanian. PusatPenelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Ilham, N. 2007. Alternatif Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan PDB Subsektor PeternakanDi Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol.5 (4): 335-357.

Ilham, N. 2009. Kelangkaan Produksi Daging: Indikasi dan Implikasi Kebiakannya. AnalisisKebijakan Pertanian. Vol. 7 (1): pp. 43-63.

Ilham, N., Y. Yusdja, A. R. Nurnanaf, B. Winarso, dan Supadi. 2009. Perumusan ModelPengembangan Skjala Usaha dan Kelembagaan Usaha Sapi Potong. Laporan HasilPenelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Kustiari, R., D.K.S. Swastika, Wahida, H.J. Purba, P. Simatupang, A. Purwoto, dan T.Nurasa. 2009. Model Proyeksi Jangka pendek Permintaan dan Penawaran KomoditasPertanian Utama. Laporan Akhir Hasil Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian. Bogor

Purnomo, S. 2011. Impor Sapi Australia Resmi Dibuka Lagi. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/07/110708_cattleimport.shtml. Downloaded: 11November 2011.

Simatupang, P. Dan M. Maulana. 2006. Propspek Penawaran dan Permintaan PanganUtama: Analisis Masalah, Kendala, dan Opsi Kebijakan Revitalisasi Produksi.Prosiding Seminar Sehari Hari Pangan Sedunia ke-XXVII, 26 Novemver 2006 diMakasar. ISBN. 797-3566-53-1.

Sompotan, J. 2011. Kurang Konsumsi Daging, Kecerdasan Anak Terancam.http://lifestyle.okezone.com/read/2011/10/12/195/514365/kurang-konsumsi-daging-kecerdasan-anak-terancam Downloaded: 8 November 2011.

Suhendra. 2011a. Realisasi Kuota Impor Sapi Bakal Meleset. Detik.com. http://finance.detik.com/read/2011/10/23/114520/1750288/4/realisasi-kuota-impor-sapi-bakal-meleset. Downloaded: 11 November 2011.

Suhendra. 2011b. Peternak Lokal Khawatir Serbuan Daging Ayam Impor Ilegal.detikFinance. http://finance.detik.com/read/2011/07/03/160111/1673403/4/peternak-lokal-khawatir-serbuan-daging-ayam-impor-ilegal. Downloaded: 28 November 2011.

Page 60: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

59

Lampiran 2.2.1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Thaun 2000-2010 (ton)

Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Total2000 9,127 7,981 179 97 17,3842001 12,249 8,228 210 118 20,8062002 14,076 8,476 240 140 22,9322003 15,372 8,723 271 162 24,5272004 16,377 8,970 301 184 25,8322005 17,198 9,217 332 205 26,9532006 17,893 9,465 362 227 27,9472007 18,494 9,712 393 249 28,8482008 19,025 9,959 424 271 29,,6782009 19,499 10,206 454 292 30,4522010 19,929 10,454 485 314 31,181

Laju (%/th) 4.98 1.32 5.45 10.16 3.68

Lampiran 2.2.2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Hortikultura Thaun 2000-2010 (ha)

Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Total2000 505,349 849,265 12,316 3,804 1,370,7342001 825,536 857,211 12,279 2,841 1,697,8672002 714,851 878,679 11,271 3,290 1,608,0912003 791,103 913,445 12,650 2,527 1,719,7252004 783,291 977,552 14,420 2,584 1,777,8472005 785,311 944,695 18,911 2,458 1,751,3762006 800,608 1,007,839 23,533 1,282 1,833,2622007 727,196 1,020,623 25,055 1,147 1,774,0212008 843,172 989,809 23,484 1,,287 1,857,7522009 880,637 1,070,331 21,220 1,548 1,973,7372010 719,763 1,103,890 17,853 1,902 1,843,408

Laju (%/th) 1.97 2.25 2.72 -11.05 2.64

Page 61: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

60

Lampiran 2.2.3. Perkembangan Produktivitas Komoditas Hortikultura Thaun 2000-2010 (ton/ha)

Tahun Buah Sayur T.Obat T Hias Total2000 13.22 9.48 15.64 25.30 12.682001 17.39 9.50 16.55 35.63 12.252002 19.58 9.51 17.30 48.54 14.262003 20.97 9.53 17.92 64.46 14.262004 21.92 9.54 18.46 83.62 14.532005 22.58 9.55 18.92 105.82 15.392006 23.06 9.57 19.32 130.08 15.242007 23.41 9.58 19.67 154.41 16.262008 23.65 9.59 19.98 175.97 15.982009 23.82 9.60 20.26 191.80 15.432010 23.93 9.61 20.51 199.91 16.91

Laju (%/th) 0.58 -1.28 2.6 15.34 2.68

Page 62: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

61

Lampiran 3.3.1. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Utama, Tahun 2000-2010 (ha)

Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sawit 4,158,077 4,713,435 5,067,058 5,283,557 5,284,723 5,453,817 6,594,914 6,766,836 7,363,847 7,873,294 8,036,431

Kelapa 3,691,414 3,897,467 3,884,850 3,913,130 3,797,004 3,803,614 3,788,892 3,787,989 3,783,074 3,799,124 3,808,263

Karet 3,372,421 3,344,767 3,318,359 3,290,112 3,262,267 3,279,391 3,346,427 3,413,717 3,424,217 3,435,270 3,445,121

Kakao 749,917 821,449 914,051 964,223 1,090,960 1,167,046 1,320,820 1,379,279 1,425,216 1,587,136 1,651,539

Kopi 1,260,687 1,313,383 1,372,184 1,291,910 1,303,943 1,256,272 1,308,732 1,295,912 1,295,110 1,266,235 1,268,476

Cengkeh 415,598 429,300 430,212 442,333 438,253 448,857 444,698 453,292 456,471 467,400 470,045

Tebu 340,660 344,441 350,722 335,725 344,793 381,786 396,441 427,799 436,505 422,953 434,257

Tembakau 239,737 260,738 256,081 256,801 200,973 198,212 172,234 198,054 196,627 204,450 193,916

Lada 150,531 186,022 204,068 204,364 201,464 191,992 192,604 189,054 183,082 185,941 186,296

The 153,675 150,872 150,707 143,604 142,548 139,121 135,590 133,734 127,712 123,506 124,573

Panili 15,797 14,749 15,922 15,653 24,251 25,486 31,379 31,806 30,006 27,040 27,256

Kapas 11,553 10,715 9,372 6,357 7,720 5,982 6,263 13,737 11,729 12,622 14,934

Mete 9,868 1,028 1,128 7,835 6,676 6,691 253 253 994 1,020 1,020

Page 63: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

62

Lampiran 3.3.2. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Utama, Tahun 2000-2010 (ton)

Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sawit*) 8,400,610 10,072,148 11,453,414 12,545,556 13,097,660 14,336,147 20,821,018 21,197,670 21,047,746 23,189,152 23,712,013

Kelapa 3,044,528 3,163,018 3,098,496 3,254,854 3,054,511 3,096,844 3,131,158 3,193,266 3,239,672 3,257,970 3,266,448

Tebu 1,690,004 1,725,467 1,755,354 1,631,918 2,051,644 2,241,742 2,051,644 2,623,786 2,668,428 2,517,374 2,694,227

Karet 1,501,428 1,607,461 1,630,359 1,792,348 2,065,817 2,270,891 2,637,231 2,755,172 2,751,286 2,440,347 2,591,935

Kakao 421,142 536,804 571,155 698,816 691,704 748,828 769,386 740,006 803,594 809,583 844,626

Kopi 554,574 569,234 682,019 671,255 647,386 640,365 682,158 676,476 698,016 682,591 684,076

The 162,587 166,867 165,194 169,821 165,951 166,091 146,858 150,623 153,971 156,901 150,342

Mete 69,927 91,586 110,232 106,932 131,020 135,070 149,138 146,148 156,652 147,403 145,081

Tembakau 204,329 199,103 192,082 200,875 165,108 153,470 146,265 164,851 168,037 176,510 122,276

Cengkeh 59,878 72,685 79,009 76,471 73,837 78,350 61,408 80,404 70,535 82,033 110,807

Lada 69,087 82,078 90,181 90,740 77,008 78,328 77,533 74,131 80,420 82,834 84,218

Kapas 3,786 7,033 6,453 3,440 3,157 2,241 1,627 12,768 3,858 3,145 3,779

Panili 1,681 2,198 2,731 1,659 2,252 2,366 3,768 3,177 3,319 3,007 3,059

Page 64: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

63

Lampiran 3.3.3. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Perkebunan Utama, Tahun 2000-2009 (US$’000)

Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sawit b) 1,326,398 1,227,165 2,348,638 2,719,304 3,944,457 4,344,303 4,139,286 8,866,445 14,110,229 11,605,431Karet 888,623 786,197 1,037,562 1,494,811 2,180,029 2,582,875 4,321,525 4,868,700 6,023,323 3,241,534Kakao 341,860 389,262 701,034 621,022 546,560 664,338 852,778 924,157 1,268,914 1,413,535Kopi 326,256 188,493 223,916 258,795 294,113 503,836 586,877 636,319 991,458 824,015Kelapaa) 215,163 127,622 181,356 175,980 288,474 437,099 286,448 606,781 803,540 422,127Tembakau 71,287 91,404 76,684 62,874 90,618 117,433 107,787 124,423 133,196 172,629The 112,105 112,524 103,427 95,970 116,018 121,777 134,515 125,243 158,958 171,628Lada 221,090 100,507 89,197 93,445 58,897 58,468 77,258 132,495 185,701 140,313Mete 31,502 28,929 34,810 43,534 58,187 68,972 56,584 82,833 77,755 82,650Tebu c) 5,926 6,288 8,089 4,613 11,396 19,914 50,391 48,649 73,199 62,454Cengkeh 8,281 10,670 25,973 24,929 16,037 14,916 23,533 33,951 7,251 5,586Panili 8,503 19,309 19,160 19,275 16,501 5,347 5,891 6,066 5,565 5,087Kapas 19,812 18,495 19,098 52,292 50,396 50,379 225 5,905 701 700

Total 3,576,806 3,106,865 4,868,944 5,666,844 7,671,683 8,989,657 10,643,098 16,461,967 23,839,790 18,147,689

Page 65: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

64

Lampiran 3.3.4. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Perkebunan Utama, Tahun 2000-2009 (US$’000)

Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Tebu 290,099 254,217 216,431 223,778 269,490 593,301 544,431 1,048,269 363,504 585,873Tembakau 114,834 139,608 105,953 95,190 120,854 179,201 189,915 267,083 330,510 290,170Kakao 18,953 15,699 64,001 76,205 77,023 82,326 74,185 82,786 113,381 119,321Kopi 11,227 5,085 4,413 5,892 6,867 6,220 11,406 78,314 18,442 24,012Karet 18,120 6,557 7,334 15,555 6,876 6,441 12,926 13,327 24,204 18,918Sawit 6,424 2,524 4,745 3,267 5,094 8,366 2,494 7,036 8,953 16,822The 3,091 3,091 3,651 3,807 5,531 7,161 8,703 11,855 11,990 12,537Mete 353 165 0 25 494 83 65 1,718 1,743 3,997Lada 2,654 4,302 3,115 173 290 516 994 729 918 1,528Panili 254 858 1,346 3,732 2,430 206 274 119 228 157Kelapa*) 78 18 14 610 1,541 3,653 3,693 3,341 190 148Cengkeh 52,390 17,365 653 151 8 1 1 0 0 112Kapas 728,651 1,065,615 707,433 645,838 681,474 581,610 765 188 37 80Total 1,247,128 1,515,104 1,119,090 1,074,223 1,177,972 1,469,085 849,852 1,514,766 874,101 1,073,675

Page 66: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

65

Lampiran 3.3.5. Perkembangan Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan UTama, Tahun 2000-2009 (US$’000)

Komoditas 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Kelapa sawit**) 1,319,974 1,224,641 2,343,893 2,716,037 3,939,363 4,335,937 4,136,792 8,859,409 14,101,276 11,588,609Karet 870,503 779,640 1,030,228 1,479,256 2,173,153 2,576,434 4,308,599 4,855,373 5,999,119 3,222,616Kakao 322,907 373,563 637,033 544,817 469,537 582,012 778,593 841,371 1,155,533 1,294,214Kopi 315,029 183,408 219,503 252,903 287,246 497,616 575,471 558,005 973,016 800,003Kelapa*) 215,085 127,604 181,342 175,370 286,933 433,446 282,755 603,440 803,350 421,979The 109,014 109,433 99,776 92,163 110,487 114,616 125,812 113,388 146,968 159,091Lada 218,436 96,205 86,082 93,272 58,607 57,952 76,264 131,766 184,783 138,785Mete 31,149 28,764 34,809 43,509 57,693 68,889 56,519 81,115 76,012 78,653Cengkeh -44,109 -6,695 25,320 24,778 16,029 14,915 23,532 33,950 7,250 5,474Panili 8,249 18,451 17,814 15,543 14,071 5,141 5,617 5,947 5,337 4,930Kapas -708,839 -1,047,120 -688,335 -593,546 -631,078 -531,231 -540 5,717 664 620Tembakau -43,547 -48,204 -29,269 -32,316 -30,236 -61,768 -82,128 -142,660 -197,314 -117,541Tebu***) -284,173 -247,929 -208,342 -219,165 -258,094 -573,387 -494,040 -999,620 -290,305 -523,419Total 2,329,678 1,591,761 3,749,854 4,592,621 6,493,711 7,520,572 9,793,246 14,947,201 22,965,689 17,074,014

Page 67: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

66

Lampiran 3.4.1. Populasi dan Pemotongan Ternak di Indonesia, 1990-2009

TahunPopulasi Jumlah Pemotongan (ekor)

Ayam(rb ekor)

Itik(rb ekor)

Kerbau(ekor)

Sapi(ekor)

Kado(ekor) Ayam Itik Kerbau Sapi Kado

2000 859,497 29,035 2,405,280 11,008,000 19,992,590 1,004,900 15,322 224,000 1,695,370 4,489,0002001 960,164 32,068 2,333,430 11,137,700 19,865,020 1,125,500 25,689 213,000 1,784,040 4,870,0002002 1,218,410 46,001 2,402,990 11,297,600 20,189,780 1,353,800 24,200 207,000 1,692,830 5,820,0002003 1,204,310 33,863 2,459,430 10,504,100 20,532,800 1,397,140 23,610 199,000 1,789,850 6,386,0002004 1,149,370 32,573 2,403,300 10,532,900 20,856,150 1,488,640 24,678 182,346 1,733,360 5,713,0002005 1,174,930 32,405 2,128,490 10,679,500 21,736,320 1,407,140 23,722 176,881 1,735,780 5,060,0002006 1,188,810 32,481 2,166,610 10,875,100 22,769,850 1,575,180 27,255 215,000 1,733,360 6,501,4002007 1,275,400 35,867 2,085,780 11,514,900 24,329,870 1,663,710 49,000 241,000 1,500,000 6,361,5002008 1,253,430 39,840 1,930,720 12,256,600 24,752,740 1,904,000 34,420 282,000 1,730,000 6,602,0002009 1,341,780 42,367 1,925,140 12,859,000 25,968,000 1,910,000 28,690 206,000 1,815,000 7,410,000

Sumber: FAOStat 2011.

Page 68: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

67

Lampiran 3.4.2. Produksi dan Net Impor Daging di Indonesia, 1990-2009

TahunProduksi (ton) Net Impor (ton)

DagingUnggas

DagingSapi/Kerbau

DagingKado

TotalDaging

DagingUnggas

DagingSapi/Kerbau

DagingKado

TotalDaging

2000 817,740 385,795 44,890 1,248,425 319 36,008 557 36,8842001 923,520 382,329 48,702 1,354,551 -124 21,993 606 22,4752002 1,104,790 372,599 58,170 1,535,559 -1,922 16,136 182 14,3962003 1,138,960 410,350 63,860 1,613,170 -3,039 15,018 459 12,4382004 1,213,120 487,810 57,130 1,758,060 1,415 17,119 516 19,0502005 1,147,060 396,800 50,600 1,594,460 4,254 28,440 819 33,5132006 1,284,681 439,729 65,014 1,789,424 3,876 33,949 712 38,5372007 1,339,945 381,236 63,615 1,784,796 6,243 52,248 570 59,0612008 1,380,530 431,543 66,027 1,878,100 9,548 55,102 572 65,2222009 1,434,590 442,819 74,106 1,951,515 14,602 58,111 574 73,288

Sumber: FAOSTAT 2011.

Page 69: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

68

Lampiran 3.4.3. Ketersediaan dan Konsumsi Daging di Indonesia, 1990-2009

TahunTotal Ketersediaan Daging Penduduk

(000 jiwa)

Konsumsi/Kapita (kg)

Unggas Sapi &Kerbau Kado Total Unggas Sapi &

Kerbau Kado Total

2000 818,059 421,803 45,447 1,285,309 210,611 3.88 2.00 0.22 6.102001 923,396 404,322 49,308 1,377,026 213,395 4.33 1.89 0.23 6.452002 1,102,868 388,735 58,352 1,549,955 216,203 5.10 1.80 0.27 7.172003 1,135,921 425,368 64,319 1,625,608 219,026 5.19 1.94 0.29 7.422004 1,214,535 504,929 57,646 1,777,110 221,839 5.47 2.28 0.26 8.012005 1,151,314 425,240 51,419 1,627,973 224,607 5.13 1.89 0.23 7.252006 1,288,557 473,678 65,726 1,827,961 227,303 5.67 2.08 0.29 8.042007 1,346,188 433,484 64,185 1,843,857 229,919 5.86 1.89 0.28 8.022008 1,390,078 486,645 66,599 1,943,322 232,462 5.98 2.09 0.29 8.362009 1,449,192 500,930 74,680 2,024,803 234,951 6.17 2.13 0.32 8.62

Page 70: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

69

Lampiran 3.4.4. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDB Nasional, Tahun 2000-2009

TahunNominal PDB Sektor Pertanian (Rp’milliar) Persentase PDB Sektor Pertanian (%)

Pertanian TanamanPangan Peternakan Total PDB Pertanian Tanaman

Pangan Peternakan

2000 217.898 112.661 27.035 1.264.919 17,23 8,91 2,142001 263.328 137.752 34.285 1.684.281 15,63 8,18 2,042002 298.877 153.666 41.329 1.863.275 16,04 8,25 2,222003 305.784 157.649 37.354 2.013.675 15,19 7,83 1,862004 329.125 165.558 40.635 2.295.826 14,34 7,21 1,772005 364.169 181.332 44.203 2.774.281 13,13 6,54 1,592006 433.224 214.346 51.075 3.339.217 12,97 6,42 1,532007 541.932 265.091 61.325 3.950.893 13,72 6,71 1,552008 716.065 349.795 82.676 4.951.357 14,46 7,06 1,672009 858.252 418.964 104.040 5.613.442 15,29 7,46 1,85

Rataan:2000-2005 296.530 151.436 37.474 1.982.710 15,26 7,82 1,932005-2009 582.728 285.906 68.664 4.125.838 13,91 6,84 1,64

Laju (%/th):2000-2005 9,31 8,45 8,19 14,10 -5,29 -6,00 -5,712005-2009 22,17 21,65 21,94 18,03 3,89 3,37 3,852000-2009 14,22 13,38 12,90 16,01 -1,32 -1,94 -1,57

Page 71: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

70

Lampiran 5.2.1. Proyeksi Produksi Hortikultura Tahun 2000-2025 (000 ton )

Data Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Total

Aktual

2000 9,127 7,981 179 97 17,3842001 12,249 8,228 210 118 20,8062002 14,076 8,476 240 140 22,9322003 15,372 8,723 271 162 24,5272004 16,377 8,970 301 184 25,8322005 17,198 9,217 332 205 26,9532006 17,893 9,465 362 227 27,9472007 18,494 9,712 393 249 28,8482008 19,025 9,959 424 271 29,6782009 19,499 10,206 454 292 30,4522010 19,929 10,454 485 314 31,181

Proyeksi

2011 20,321 10,701 515 336 31,8722012 20,681 10,948 546 358 32,5322013 21,015 11,195 576 379 33,1662014 21,326 11,443 607 401 33,7762015 21,616 11,690 637 423 34,3661016 21,889 11,937 668 444 34,9392017 22,147 12,184 699 466 35,4962018 22,391 12,432 729 488 36,0392019 22,622 12,679 760 510 36,5702020 22,841 12,926 790 531 37,0892021 23,051 13,173 821 553 37,5982022 23,251 13,421 851 575 38,0982023 23,443 13,668 882 597 38,5892024 23,627 13,915 913 618 39,0732025 23,803 14,162 943 640 39,549

Laju (%/tahun)2000-2010 4.98 1.32 5.45 10.16 3.682000-2014 5.65 2.54 8.3 9.58 4.552000-2025 3.59 2.27 6.38 7.19 3.18

Page 72: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

71

Lampiran 5.2.2. Proyeksi Luas Panen Hortikultura Tahun 2000-2025 (ha)

Data Tahun Buah Sayur T.Obat T. Hias Hortikultura

Aktual

2000 505,349 849,265 12,316 3,804 1,370,7342001 825,536 857,211 12,279 2,841 1,697,8672002 714,851 878,679 11,271 3,290 1,608,0912003 791,103 913,445 12,650 2,527 1,719,7252004 783,291 977,552 14,420 2,584 1,777,8472005 785,311 944,695 18,911 2,458 1,751,3762006 800,608 1,007,839 23,533 1,282 1,833,2622007 727,196 1,020,623 25,055 1,147 1,774,0212008 843,172 989,809 23,484 1,287 1,857,7522009 880,637 1,070,331 21,220 1,548 1,973,7372010 719,763 1,103,890 17,853 1,902 1,843,408

Proyeksi

2011 846,999 1,112,326 24,855 1,678 1,985,8582012 861,244 1,136,905 26,073 1,846 2,026,0682013 875,489 1,161,484 27,291 2,074 2,066,3382014 889,734 1,186,063 28,510 2,363 2,106,6692015 903,979 1,210,642 29,728 2,711 2,147,0602016 918,224 1,235,221 30,946 3,121 2,187,5122017 932,469 1,259,800 32,164 3,591 2,228,0242018 946,714 1,284,379 33,383 4,121 2,268,5962019 960,959 1,308,958 34,601 4,711 2,309,2292020 975,204 1,333,537 35,819 5,362 2,349,9232021 989,449 1,358,116 37,038 6,074 2,390,6762022 1,003,694 1,382,695 38,256 6,846 2,431,4912023 1,017,939 1,407,274 39,474 7,678 2,472,3652024 1,032,184 1,431,853 40,693 8,571 2,513,3002025 1,046,429 1,456,432 41,911 9,524 2,554,296

Laju (%/th2000-2010 1.97 2.25 2.72 -11.05 2,642000-2014 1.79 2.42 6.29 -4.01 2.182000-2014 1.65 2.17 5.04 2.99 1.98

Page 73: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

72

Lampiran 5.2.3. Proyeksi Produktivitas Hortikultura Sampai Dengan Tahun 2025 (ton/ ha)

Data Tahun Buah Sayur T.Obat T Hias Hortikultura

Aktual

2000 13.22 9.48 15.64 25.30 12.682001 17.39 9.50 16.55 35.63 12.252002 19.58 9.51 17.30 48.54 14.262003 20.97 9.53 17.92 64.46 14.262004 21.92 9.54 18.46 83.62 14.532005 22.58 9.55 18.92 105.82 15.392006 23.06 9.57 19.32 130.08 15.242007 23.41 9.58 19.67 154.41 16.262008 23.65 9.59 19.98 175.97 15.982009 23.82 9.60 20.26 191.80 15.432010 23.93 9.61 20.51 199.91 16.91

Proyeksi

2011 23.99 9.62 20.73 200.08 16.052012 24.01 9.63 20.93 193.68 16.062013 24.00 9.64 21.12 182.86 16.052014 23.97 9.65 21.29 169.73 16.032015 23.91 9.66 21.44 155.90 16.011016 23.84 9.66 21.59 142.41 15.972017 23.75 9.67 21.72 129.83 15.932018 23.65 9.68 21.84 118.40 15.892019 23.54 9.69 21.96 108.17 15.842020 23.42 9.69 22.06 99.09 15.782021 23.30 9.70 22.16 91.07 15.732022 23.17 9.71 22.26 83.97 15.672023 23.03 9.71 22.34 77.70 15.612024 22.89 9.72 22.42 72.14 15.552025 22.75 9.72 22.50 67.21 15.48

laju(%/Tahun)

2000-2010 0.58 -1.28 2.6 15.34 2.682000-2014 3.92 0.12 2.17 11.87 1.522000-2014 1.99 0.1 1.43 2.78 0.71

Page 74: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

73

Lampiran 5.2.4. Proyeksi PDB Hortikultura Tahun 2025 Atas Dasar Harga Berlaku

Data Tahun Buah Sayur T.Obat T Hias Total

Aktual

2000 22,864.84 14,005.97 396.65 2,710.73 39,978.22001 24,886.00 15,244.04 431.71 2,950.35 43,512.12002 29,168.00 17,867.00 506.00 3,458.00 50,999.02003 30,818.60 18,878.08 534.63 3,653.69 53,885.02004 32,511.52 19,915.09 564.00 3,854.39 56,845.02005 35,340.87 21,648.22 613.08 4,189.82 61,792.02006 39,123.66 24,023.30 686.38 4,804.66 68,638.02007 42,617.76 26,168.80 747.68 5,233.76 74,768.02008 47,891.97 29,407.35 840.21 5,881.47 84,021.0

Proyeksi

2009 48,973.77 30,071.62 859.19 6,014.32 85,918.92010 50,809.19 31,129.57 1,073.43 6,440.60 89,452.82011 52,816.45 32,359.37 1,115.84 6,695.04 92,986.72012 54,823.70 33,589.17 1,158.24 6,949.48 96,520.62013 56,830.96 34,818.97 1,200.65 7,203.92 100,054.52014 58,838.21 36,048.76 1,243.06 7,458.36 103,588.42015 60,845.47 37,278.56 1,285.46 7,712.81 107,122.32016 62,742.07 38,231.72 1,383.20 8,299.21 110,656.22017 64,745.79 39,452.68 1,427.37 8,564.26 114,190.12018 66,749.51 40,673.64 1,471.55 8,829.30 117,724.02019 68,753.23 41,894.60 1,515.72 9,094.34 121,257.92020 70,756.95 43,115.57 1,559.89 9,359.39 124,791.82021 72,760.67 43,630.74 1,860.72 10,073.57 128,325.72022 74,764.39 44,832.26 1,911.96 10,350.98 131,859.62023 76,768.11 46,033.79 1,963.20 10,628.39 135,393.52024 78,771.84 47,235.32 2,014.44 10,905.80 138,927.42025 80775.56 48,436.84 2,065.68 11,183.21 142,461.3

Laju (%/th) 2000-2010 6.71 7.61 9.34 8.22 3.952000-2014 6.64 6.46 7.70 6.90 6.512000-2025 4.87 4.78 6.26 5.45 4.90

Page 75: OUTLOOK PERTANIAN 2010-2025 - pse.litbang.pertanian.go.id · Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian mencakup empat ... prospek komoditas pertanian jangka pendek

74

Lampiran 5.2.5. Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sub Sektor Hortikultura Th 2000 -2025

Data Tahun Buah Sayur T Obat T.Hias Horti

Aktual

2000 351.18 2,051.57 5.87 1.49 2,410.112001 397.47 1,864.81 12.51 1.16 2,275.952002 476.96 2,237.76 15.02 1.45 2,731.192003 620.05 2,309.09 19.54 1.61 2,950.292004 587.17 2,337.11 19.45 1.74 2,945.472005 662.85 2,433.56 20.52 1.92 3,118.85

Proyeksi

2006 743.01 2,545.44 22.62 2.30 3,313.362007 807.87 2,642.53 23.75 2.48 3,476.632008 872.75 2,739.62 24.74 2.66 3,639.762009 937.62 2,836.71 25.62 2.84 3,802.792010 1,002.49 2,933.80 26.42 3.02 3,965.742011 1,067.37 3,030.89 27.15 3.21 4,128.622012 1,132.24 3,127.98 27.83 3.39 4,291.432013 1,197.11 3,225.07 28.45 3.57 4,454.202014 1,261.99 3,322.17 29.03 3.75 4,616.932015 1,326.86 3,419.26 29.57 3.93 4,779.612016 1,391.73 3,516.35 30.08 4.11 4,942.272017 1,456.60 3,613.44 30.56 4.29 5,104.892018 1,521.48 3,710.53 31.02 4.47 5,267.492019 1,586.35 3,807.62 31.45 4.65 5,430.072020 1,651.22 3,904.71 31.86 4.83 5,592.622021 1,716.10 4,001.80 32.25 5.02 5,755.162022 1,780.97 4,098.89 32.62 5.20 5,917.682023 1,845.84 4,195.98 32.98 5.38 6,080.182024 1,910.72 4,293.08 33.32 5.56 6,242.672025 1,975.59 4,390.17 33.65 5.74 6,405.14

laju (%/th)2000-2010 9.68 3.32 12.22 6.13 4.702000-2014 8.52 3.25 9.39 5.87 4.432000-2025 6.52 2.92 5.85 4.96 3.77