otonomi partai di tingkat lokal dalam penentuan ... - …
TRANSCRIPT
OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON
KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu
Politik pada Departemen Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
Oleh
DIRWAN KALAM SAHIRSAN
E 111 14 305
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON
KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu
Politik pada Departemen Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
Oleh
DIRWAN KALAM SAHIRSAN
E 111 14 305
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON KEPALA
DAERAH DI SULAWESI SELATAN
(Studi Kasus : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui
Partai Amanat Nasional dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah tahun 2018)
Disusun dan diajukan oleh
Dirwan Kalam Sahirsan
E111 14 305
Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Pada tanggal ………….
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Pembimbing I
Prof. Dr. Muh. Kausar Bailusy, MA NIP : 195206061981031020
Pembimbing II
A. Ali. Armunanto, S.IP, M.Si NIP : 198011142008121003
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan
FISIP Unhas
Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si NIP : 196412311989031027
Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP Unhas
A. Ali. Armunanto, S.IP, M.Si
NIP : 198011142008121003
LEMBAR PENERIMAAN
SKRIPSI
OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON KEPALA
DAERAH DI SULAWESI SELATAN
(Studi Kasus : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat
Nasional dalam menghadapi Pemilihan Gubernur tahun 2018)
Disusun dan diajukan oleh
Dirwan Kalam Sahirsan
E111 14 305
Dinyatakan telah memenuhi syarat oleh panitia ujian skripsi
Pada Program Studi Ilmu Politik
Departemen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar, ………………………..
Menyetujui,
PANITIA UJIAN
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Kausar Bailusy, MA ( ………………………)
Sekretaris : Andi Ali Armunanto, S.IP, M.Si ( ………………………)
Anggota : Dr. Muhammad Saad, MA ( ………………………)
Anggota : Dr. Ariana Yunus, M.Si ( ………………………)
Anggota : Endang Sari, S.IP, M.Si ( …………………….)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabbarakatu,
Pertama – tama, penulis mengucapkan puji syukur atas rahmat dan hidayah yang
diberikan tuhan yang maha kuasa, karena berkat rahmat dan karunianya penulis masih diberikan
kesehatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul,”Otonomi partai di tingkat lokal dalam
penentuan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan ( Studi : Penjaringan Calon Gubernur
Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat Nasional dalam menghadapi Pemilihan Gubernur tahun
2018). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari pandangan subyektif penulis dalam
melakukan analisis, sehingga kajian dan analisis bersama diperlukan untuk meningkatkan sifat
ilmiah dari skripsi. Penulis juga meminta pembaca untuk memasukan saran dan kritikan terhadap
setiap detail penulisan dalam skripsi ini. Permohonan maaf apabila dalam skripsi ini ditemukan
kesalahan penulisan dikarenakan keterbatasan penulis dalam mencermati setiap aspek
penulisan.
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua ayahanda Ir. H. Sahirsan, M.Sc dan
ibunda Hj. Siti Hajrah, SE yang telah memotivasi penulis selama menempuh Pendidikan strata
satu di Prodi Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Kepada kakak dan adikku kak Dzicky Kalam,
dek Ilmi Kalam, dek Ikramin Kalam dan sibungsu Putri Rahayu Kalam, semoga dengan gelar
yang didapat penulis, bisa memacu semangat untuh menempuh dan menyelesaikan pendidikan
setinggi-tingginya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar yang namanya tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada bapak Prof. Dr. Muhammad Kausar Bailusy, MA selaku pembimbing I
yang telah membantu mengarahkan isi dan detail penulisan dalam skripsi ini ,serta bapak Andi
Ali Armunanto, M.Si selaku pembimbing dua yang banyak memberikan masukan dan arahan
dalam pengerjaan skripsi penulis . Tanpa bimbingan dari kedua pembimbing penulis maka skripsi
ini tidak akan terlihat maksimal dalam pengerjaannya. Selain itu, penulis juga menyampaikan
rasa terimakasih kepada :
1. Dekan FISIP Unhas, Prof. Dr. Alimuddin Unde beserta jajarannya, Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si, Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan
dan Sumber Daya, Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Si dan Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Rahmat Muhammad, M.Si
2. Ketua Departemen Ilmu Politik dan pemerintahan, Dr. H. Andi Syamsu Alam, M.Si, serta
Sekretaris Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Andi Naharuddin, M.Si
3. Ketua Program Studi Ilmu Politik, Andi Ali Armunanto yang juga merupakan Pembimbing
Akademik penulis. Serta para Dosen Ilmu Politik FISIP Unhas, Prof. Dr. Muh. Kausar
Bailusy, MA ; Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si ; Prof. Dr. Muhammad, M.Si; Prof. Dr.
M.Basir,M.ag, Dr. Muh. Saad, MA, Dr. Ariana, M.Si, Dr. Sukri, M.Si, Dr. Gustiana A.
Kambo, M.Si, Andi Naharuddin, M.Si, Sakina Nadir, M.Si, Endang Sari, M.Si, Zulhajar,
MA, Dr. Imran, M.Si, Kak Fayah, dan Kak Dian. Terimakasih atas pengetahuan yang
diberikan selama penulis menempuh Pendidikan di kampus.
4. Staff Ilmu Politik dan Pemerintahan terkhusus kepada Ibu Hasnah dan Pak Mursalim yang
telah membantu dan memberikan motivasi bagi banyak mahasiswa ilmu politik
5. Informan yang telah bersedia diwawancarai penulis Pak Ashabul Kahfi, Pak Usman Lonta,
Pak Irwandi Natsir, Pak Syamsuddin Karlos, Pak Fikri Yasin, Pak Windiarto Kardono dan
Pak Raji N. Sitepu. Penulis mengucapkan apresiasi dan rasa terimakasih karena telah
meluangkan waktunya untuk menjadi Informan penulis.
6. Staff DPP Partai Amanat Nasional terkhusus kepada Ibu Imel Alvina yang mengarahkan
penulis dalam wawancara di Kantor DPP PAN
7. Staff DPW PAN Sulawesi Selatan dan DPD PAN Kota Makassar terkhusus kepada
Sekretaris DPD PAN Kota Makassar kak Ardi
8. Teman – teman seperjuangan di Makassar, Fiki, Fikram, Fandy, Anjas, Andika, Aswan,
Muno dan Ichank
9. Keluarga Besar Himapol FISIP Unhas yang telah menjadi tempat berproses paling
menyenangkan selama di kampus. Terimakasih karena telah menyediakan ruang
berproses bagi penulis
10. Kawan-kawan Amandemen yang menjadi rumah dan teman berproses selama tiga tahun
terakhir ( All Mukmin, Asfarno, Ardiansyah, Ade, Ana, Ashabuddin, Afra, Citra, Fendi,
Faldos, Fajrin, Finy, Fida, Fitri, Gaus, Ganang, Guntur, Husnul, Ilham, Ichwan, Ica, Iya,
Nindy, Ona, Rahmi, Rifky, Ram, Rini, Supri, Syarfan, Tuti, Tere, Uci, Yayat, Yusran,
Yunita, dan Yusuf ) terimakasih telah menemani proses di Himapol dan ruang kuliah.
11. Kawan-kawan seperjuangan di KEMA FISIP UNHAS dan DPO Himapol FISIP Unhas
12. Tempat berproses yang telah memberikan warna dan kesan bagi penulis, Sobat Bumi
Makassar, HIPMI PT Unhas, Unit Persatuan Catur Unhas, IMKB Makassar, dan teman-
teman di Pertamina Foundation Scholarship (PFS5)
13. Penjaga gerbang FISIP Unhas dan Mace-mace di kantin sospol yang menyediakan
logistik bagi penulis.
Selebihnya terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh teman-teman yang terlupa dan
tidak bisa penulis tuliskan satu-persatu, sesungguhnya kalian tetap teringat sebagai catatan
akhir kuliah di kehidupan kemahasiswaan penulis. Akhirnya penulis menyadari atas segala
keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Sekian dan terima kasih.
Makassar, 26 Januari 2018
Dirwan Kalam Sahirsan
ABSTRAK
Dirwan Kalam Sahirsan. Otonomi Partai di Tingkat Lokal dalam Penentuan Calon Kepala
Daerah di Sulawesi Selatan (Studi : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui Partai
Amanat Nasional dalam Menghadapi Pilgub tahun 2018). Dibimbing oleh Muhammad Kausar
Bailusy dan Andi Ali Armunanto.
Otonomi partai politik di tingkat lokal adalah diskursus menarik dalam kajian kepartaian.
Kewenangan yang dimiliki pimpinan tingkat pusat dan pimpinan tingkat lokal partai politik dalam
menentukan calon kepala daerah dapat menyebabkan perbedaan dukungan dalam partai politik,
termasuk Partai Amanat Nasional. Dinamika politik PAN sering diwarnai perbedaan dukungan
antara DPP PAN dan DPW PAN dalam mendukung calon kepala daerah. Perbedaan dukungan
juga terjadi antara DPP PAN dan DPW PAN Sulawesi Selatan dalam melaksanakan Pilgub tahun
2018. Penjaringan calon gubernur di DPW PAN Sulawesi Selatan awalnya mengusulkan
pasangan Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar ke DPP PAN. Usulan DPW PAN Sulawesi
Selatan berbeda dengan DPP PAN yang justru menerbitkan rekomendasi dukungan ke pasangan
Nurdin Abdullah dan Sudirman Sulaiman. DPP PAN adalah penentu kebijakan tertinggi PAN,
sehingga keputusan DPP PAN mendukung Nurdin Abdullah sebagai calon gubernur harus diikuti
kader PAN di Sulawesi Selatan. Kekuatan DPP PAN dalam menentukan calon gubernur tidak
menciptakan otonomi partai di tingkat lokal, karena proses penjaringan calon di tingkat lokal dapat
dibatalkan oleh keputusan partai politik di tingkat pusat.
Penelitian bertujuan menggambarkan bagaimana implementasi partai politik di tingkat
lokal dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan. Penulis menggunakan tipe
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Penentuan informan
dilakukan dengan Teknik purposive sampling. Analisis data penelitian menggunakan Teknik
kualitatif yang informasinya diperoleh melalui wawancara dan dikategorisasikan kemudian
diperkuat oleh studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa DPW PAN Sulawesi Selatan tidak otonom dalam
menentukan calon gubernur di Sulawesi Selatan. Hasil penjaringan calon gubernur DPW PAN
Sulawesi Selatan yang diusulkan ke DPP PAN tidak memiliki kekuatan untuk menentukan calon
gubernur usungan PAN. Prinsip-prinsip dasar partai yang demokratis belum tercermin dalam
penentuan calon gubernur di Internal PAN. Perbedaan dukungan antara DPP PAN dan DPW
PAN Sulawesi Selatan memperlihatkan kesan terbaginya fungsionaris PAN di Sulawesi Selatan
di mata masyarakat.
Kata Kunci : Pilkada, Calon Gubernur, PAN, Otonomi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii
LEMBAR PENERIMAAN ………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah………............................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Institusionalisme Baru ………………………………. 10
2.2 Konsep partai politik ……………………....................................... 13
2.2.1 Partai politik dalam teori demokrasi……………….….. 18
2.2.2 Institusionalisasi partai politik ................................... 20
2.2.3 Penjaringan calon dalam partai politik ....................... 25
2.2.4 Konsep otonomi partai politik .................................... 27
2.3 Kerangka Pemikiran …………..................................................... 30
2.4 Skema Berfikir ………................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe dan Dasar Penelitian ............................................................ 34
3.2 Lokasi Penelitian.......................................................................... 35
3.3 Teknik penentuan Informan ......................................................... 35
3.4 Jenis Data Penelitian .................................................................... 37
3.4.1 Data Primer.................................................................. 37
3.4.2 Data Sekunder …………………………………………... 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 38
3.5.1 Wawancara ………………………………………………. 38
3.5.2 Studi Pustaka dan Dokumen ………………………….. 39
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Partai Amanat Nasional ................................................. 40
4.1.1 Profil Partai Amanat Nasional........................................ 42
4.1.2 Visi dan Misi…. …………………………………………... 43
4.1.3 Logo dan Lambang Gambar Partai............................... 44
4.2 Gambaran Umum DPW PAN Sulawesi Selatan…....................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Derajat Kesisteman (systemnees)................................................. 50
5.1.1 Demokrasi Internal …………......................................... 52
5.1.2 Keutuhan Organisasi ..…………………………………... 57
5.2 Kemandirian pengambilan keputusan (Decision Autonomy) ........ 63
5.3 Derajat Identitas Nilai (Value Identify ) …………………..………... 70
5.4 Derajat Pengetahuan Publik (Reification) …………………………. 74
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 78
6.2 Saran …… ………………………………………………………….… 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1
BAB I
Pendahuluan
Pasca jatuhnya pemerintahan orde baru ditahun 1998, Indonesia mulai
mengalami perbaikan dan penyempurnaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Perbaikan dan penyempurnaan tersebut terjadi karena masyarakat
Indonesia menginginkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mencirikan negara demokratis, egaliter, memihak masyarakat sipil,
membebaskan dan memberi ruang gerak bagi setiap warga negara. Salah satu
ciri kehidupan berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan oleh masyarakat
Indonesia adalah proses pemilihan umum (Pemilu) yang jujur, bersih, dan adil.
Proses Pemilu dalam demokrasi merupakan bentuk pengakuan terhadap hak-
hak politik individu yang dilakukan dengan memberikan kebebasan pada
individu untuk menentukan wakilnya dalam pemerintahan.
Perbaikan penting yang dilaksanakan Indonesia pasca Orde Baru
adalah perbaikan dalam melaksanakan proses Pemilu. Pemilu merupakan
sebuah wujud dari bentuk penerapan sistem demokrasi yang mengusung asas
kebebasan dan dalam pelaksanaannya harus menjamin bahwa seluruh rakyat
Indonesia memiliki hak yang sama untuk diwakili oleh orang-orang yang
mereka pilih. Menurut Samuel P. Hutingtont sebuah sistem politik sudah dapat
dikatakan demokratis bila para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
2
dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan bersih, dan
dalam system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan
hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara1
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004
secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung. Penyelenggaraan
tersebut didukung dengan semangat otonomi daerah yang telah digulirkan
pada tahun 1999. Dengan dibukanya keran demokrasi di zaman reformasi
maka pada tahun 2005 untuk pertama kalinya Indonesia melakukan pemilihan
kepala daerah secara langsung. Terbukanya ruang – ruang demokrasi hingga
tataran lokal melalui Pilkada di Indonesia diharapkan dapat melahirkan kepala
daerah yang merupakan representasi dari masyarakat. Pilkada juga
diharapkan menjadi ajang pendidikan dan pelembagaan partai politik pada
lembaga – lembaga politik di tingkat lokal.
Demokrasi membuat Partai politik mempunyai peranan yang sangat
penting dalam setiap sistem yang diselenggarakan. Partai politik memainkan
peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan
dengan warga negara. Partai politik memiliki peran penting sebagai kendaraan
politik masyarakat untuk terlibat dalam proses pemerintahan. Partai politik
1 Ahmad Solikhin, “ Menimbang pentingnya desentralisasi partai politik di Indonesia”, Journal of Governance Vol. 2, No. 1 (2017) : 2
3
bertanggungjawab dalam menyediakan calon kepala daerah dan calon wakil
kepala daerah yang kompeten dalam pemilihan kepala daerah. Partai politik
dalam menjalankan perannya pada proses pemilihan kepala daerah hanya
dapat dilakukan jika partai politik dapat terlembaga dengan baik
Partai politik merupakan institusi yang dianggap penting dan sine qua
non (harus ada) dalam sistem demokrasi modern saat ini. Keberadaan partai
politik dalam proses Pilkada dapat dilihat pada proses melakukan penjaringan
calon kepala daerah sebelum dipilih langsung oleh masyarakat. Penjaringan
calon dalam Pilkada adalah hal pertama yang harus dilakukan partai politik
sebelum pilkada berlangsung. Menurut Ramney, seleksi atau penjaringan
calon adalah proses partai politik memutuskan orang-orang yang secara
hukum layak memegang jabatan elektif dan dimasukan dalam surat suara dan
dalam komunikasi pemilu sebagai calon atau daftar calon yang
direkomendasikan dan didukungnya.2 Penjaringan calon dalam partai politik
biasanya bersifat terbuka atau tertutup. Semakin terbuka pernjaringan calon
dalam partai politik dapat meningkatkan ruang demokrasi dan menghasilkan
keputusan yang bersifat kolektif dan menarik simpati masyarakat. Penjaringan
calon secara terbuka dapat dilakukan dengan melibatkan kader partai politik
hingga sampai tingkatan kader akar rumput bahkan masyarakat.
2 Petter, B. Guy. 2001.”Institusional Theory in Political Science”. London : Continum
4
Terkait dengan pemaparan penulis di atas, maka penulis tertarik
mengangkat fenomena keotonomian partai politik di tingkat lokal dalam
melakukan penjaringan calon kepala daerah. Fenomena tersebut sengaja
penulis angkat sebagai bahan penelitian karena melihat besarnya peranan
yang dimiliki oleh pimpinan tingkat pusat partai politik pada saat penjaringan
calon kepala daerah berlangsung. Untuk lebih menfokuskan penelitian
ditetapkan Partai Amanat Nasional sebagai objek dalam penelitian. Penetapan
PAN sebagai objek penelitian karena penulis beranggapan bahwa masalah
yang dihadapi PAN dalam melakukan penjaringan calon kepala daerah dapat
menggambarkan fenomena yang penulis paparkan di atas.
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai politik yang berdiri pada
tanggal 23 Agustus 1998. Sebagai partai politik yang lahir pasca jatuhnya
pemerintahan Soeharto, PAN berlandaskan Pancasila dan berasaskan pada
akhlak politik yang berlandaskan agama. Sejak berdiri tahun 1998, PAN telah
memberikan banyak kontribusi bagi sistem politik Indonesia. Pada Pemilu
tahun 2014, PAN berhasil menempati posisi kelima perolehan suara terbanyak
dengan mengantongi 7,59% suara nasional.3 Sebagai partai politik, PAN
berhasil mengantarkan banyak kepala daerah di Indonesia untuk
menyelenggarakan pemerintahan daerah.
3 BBC NEWS, Online, http://www.bbc.com /Indonesia/berita_indonesia/2014/05/140509_rakpitulasi_kpu , diakses pada 29 November 2017
5
Penjaringan calon yang dilakukan setiap partai politik di Indonesia
memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri, tidak terkecuali dengan
penjaringan calon yang di lakukan oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam
menghadapi proses pemilihan kepala daerah DPW PAN berkewajiban untuk
mendirikan Tim Pilkada. Tim Pilkada adalah lembaga Ad Hoc yang didirikan
DPW PAN dengan tujuan menjaring dan mengusulkan nama-nama calon
kepala daerah untuk diusul ke DPW PAN. Nama-nama yang diusulkan Tim
Pilkada akan dibahas DPW PAN dalam rapat pleno untuk mengerucutkan
beberapa calon terbaik. Calon tersebut kemudian diusulkan ke DPP PAN untuk
dipilih dan diterbitkan sebuah rekomendasi partai politik.
Pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan tahun 2018, PAN memiliki
dilematis dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur, ini
terjadi karena PAN memiliki dua rekomendasi dalam mengusung calon kepala
daerah Sulawesi Selatan. Awalnya rekomendasi PAN diserahkan kepada
pasangan Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar, akhir tahun 2017
rekomendasi tersebut beralih ke pasangan Nurdin Abdullah dan Sudirman
Sulaiman.4 Rekomendasi kedua yang dikeluarkan oleh DPP PAN dilakukan
tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan DPW PAN Sulawesi Selatan. Padahal
4 Muh. Hasim Arfah, Hasil Rapat Terbatas: DPW dan DPD PAN se-Sulsel Tetap Usung IYL-Cakka, Makassar.Tribunnews.com, 2017, Diakses tanggal 2 November 2017, http://makassar.tribunnews.com/2017/09/20/hasil-rapat-terbatas-dpw-dan-dpd-pan-se-sulsel-tetap-usung-iyl-cakka?page=all
6
berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PAN,
Bab XVII tentang pencalonan kepala pemerintahan, pasal 70, poin dua
menjelaskan bahwa penentuan dan penetapan calon gubernur oleh DPP PAN
dilakukan berdasarkan usulan DPW PAN.5
Status bakal calon menjadi calon gubernur di Sulawesi Selatan
setidaknya dibutuhkan 17 Kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 pasal 40 ayat 1 tentang
syarat dukungan partai politik tingkat daerah :
“ ….. pasangan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling
sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah atau 25% (dua puluh lima persen) dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan.”6
Pasca rekomendasi DPP PAN beralih ke Nurdin Abdullah, Ichsan Yasin
Limpo hanya mendapat dukungan tujuh kursi dari jumlah kursi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan. Dengan perolehan kursi
yang tidak mencukupi, maka Ichsan Yasin Limpo tidak bisa mencalonkan diri
melalui jalur partai politik. Sedangkan rivalnya, Nurdin Abdullah yang didukung
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6 kursi, Partai Demokrasi Indonesia
5 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PAN 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015
7
Perjuangan (PDIP) 5 kursi , Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3 kursi, dan
Partai Amanat Nasional (PAN) 9 kursi. Nurdin Abdullah telah mengantongi 23
kursi dari jumlah kursi di DPRD dan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri
sebagai gubernur di Sulawesi Selatan.
Kader PAN di tingkat lokal pendukung Ichsan Yasin Limpo dalam
tahapan ujian, jauh sebelum rekomendasi untuk Nurdin Abdullah diterbitkan
DPP PAN, kader PAN di Sulawesi Selatan sudah diinstruksikan untuk bekerja
mendukung Ichsan Yasin Limpo. Tidak ingin malu dan dianggap tidak
konsisten, secara bersamaan kader PAN di Sulawesi Selatan menolak
rekomendasi baru yang diterbitkan oleh DPP PAN.7 PAN Sulawesi Selatan
memiliki rekam jejak yang dekat dengan keluarga Yasin Limpo. Sejak kakak
Ichsan Yasin Limpo, Syahrul Yasin Limpo, mencalonkan diri dalam Pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2007, PAN menjadi salah satu partai
pengusung Syahrul Yasin Limpo pada periode pertama dan kedua
pencalonannya dipilkada Sulawesi Selatan. Pilkada Kabupaten Gowa tahun
2015, PAN juga termasuk partai politik pengusung anak Ichsan Yasin Limpo.
Survei Polltracking menempatkan elektabilitas Ichsan Yasin Limpo berada
pada posisi empat besar dan merupakan pesaing kuat bakal calon gubernur
7 Andi Aan Pranata, PAN tak Solid Dukung Nurdin Abdullah di Pilgub Sulsel, news.metrotvnews.com, 2017, diakses tanggal 1 November 2017 , http://news.metrotvnews.com/read/2017/10/23/777171/pan-tak-solid-dukung-nurdin-abdullah-di-pilgub-sulsel
8
Sulawesi selatan lainnya,8 sehingga tidak ada alasan kuat PAN di tingkat lokal
beralih dukungan ke pasangan calon lain.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat
Judul: “ Otonomi Partai di Tingkat Lokal dalam Penentuan Calon Kepala
Daerah di Sulawesi Selatan” studi tentang Penjaringan Calon Gubernur
Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat Nasional dalam menghadapi
Pemilihan Gubernur tahun 2018
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah implementasi otonomi partai politik di tingkat lokal dalam
menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum penulis
bertujuan menggambarkan dan menganalisis keotonomian partai politik di
tingkat lokal dalam menentukan calon kepala daerah yang diusung Partai
Amanat Nasional di Sulawesi Selatan
8 Muhammad Abdurrahman, tiga cagub sulsel bersaing ketat di Survei Poltracking, detik.com, 2017, diakses tanggal 4 November 2017, https://m/detik.com/news/berita/3656114/3-cagub-sulsel-bersaing-ketat-di-survei-poltracking
9
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademik
1. Bahan informasi ilmiah peneliti lain yang ingin melihat bagimana otonomi
partai politik dalam menentukan calon kepala daerah.
2. Memperkaya kajian ilmu politik dalam upaya pengembangan Ilmu
pengetahuan.
Manfaat Praktis
1. Bahan rujukan masyarakat yang berminat dalam memahami realitas politik
yang terjadi khususnya dalam partai politik.
2. Acuan Partai Politik melakukan seleksi calon kepala daerah dalam proses
Pilkada
10
BAB II
Tinjauan Pustaka
Bagian ini akan membahas tinjauan secara teoritis mengenai otonomi
partai politik di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah (Studi
tentang penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan dalam menghadapi
Pilgub tahun 2018). Adapun konsep dan teori yang digunakan untuk
menggambarkan dan menyelesaikan masalah adalah Pendekatan
institusionalisme baru dan konsep partai politik
2.1. Pendekatan Institusionalisme baru
Institusionalisme baru adalah sebuah pendekatan dalam ilmu politik dan
merupakan pembaharuan dari pendekatan sebelumnya yaitu
institusionalisme lama. Pendekatan Institusionalisme baru merupakan sebuah
bentuk penyimpangan dari pendekatan Institusionalisme lama.9 Perbedaan
mendasar antara institusionalisme baru dan institusionalisme lama terletak
pada sudut pandang kedua pendekatan terhadap negara. Institusionalisme
9 Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar ilmu politik”, ( Jakarta ; Gramedia Pustaka, 2013 ), hlm. 96
11
lama memandang negara secara statis, sedangkan institusionalisme baru
memandang negara secara dinamis dan dapat diperbaiki.10
Institusionalisme baru banyak dipengaruhi pendekatan perilaku yang
muncul pasca institusionalisme lama. Aturan konstitusi dan praktek
menentukan kesesuaian perilaku spesifik aktor dalam situasi yang spesifik
pula.11 Untuk memahami pendekatan institusionalisme baru dapat dilihat dari
(a) sifat dari institusi, sebagai setting terorganisir yang dilakukan oleh aktor
politik, (b) proses yang menerjemahkan struktur dan peraturan menjadi sebuah
dampak politik, dan (c) proses yang menerjemahkan perilaku manusia
kedalam sebuah struktur dan peraturan yang menetapkan, mempertahankan,
mengubah atau menghilangkan institusi.12
March dan Olsen, pengguna pendekatan institusionalisme baru
berpendapat bahwa pusat dari analisis ilmu politik bisa ditempatkan pada
individu dan sifat utilitarian yang lebih besar, asumsi dan metodologi.13 Lebih
lanjut, March dan Olsen juga melihat aktor individu memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi bentuk dan fungsi konstitusi politik yang lebih otonom.
10 Ibid. 11 Oxford University press, “The Oxford Handbook of political Institutions”, ( New York : Oxford University press, 2006 ), hlm. 3 12 Ibid 13 B. Guy Petter,”Institutional teori in political science”, ( London : Continum, 2001), hlm. 25
12
Menurut Angela Penebianco, pendekatan dalam studi ilmu politik,
intitusionalisme baru memberikan prioritas lebih besar terhadap dinamika
tentang terbentuknya organisasi dan hubungan antara berbagai elemen atau
faksi yang berbeda di dalamnya. Pendekatan ini tidak menyangkal bahwa
berkompetisi untuk memperoleh suara dapat mendorong partai politik
melakukan reformasi internal dan memodifikasi strukturnya. Penekanan peran
pola hubungan intrapartai yang ada dalam penjaringan memungkinkan
berkumpulnya partai politik dalam bentuk organisasional tunggal yang
optimal.14
Inti dari institusionalisme baru yang dirumuskan oleh Robert E. Godin
adalah :
1) Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang
dibatasi secara kolektif
2) Pembatasan tersebut terdiri dari institusi-institusi yaitu pola norma dan pola
peran serta perilaku dari mereka yang memegang peran tersebut
3) Disisi lain, pembatasan tersebut juga memberikan keuntungan bagi individu
dan kelompok yang menjalankan proyeknya
4) Hal tersebut terjadi karena pembatasan tersebut juga menimbulkan
preferensi dan motivasi dari aktor dan kelompok-kelompok
14 David Mars dan Gery Stoker, Theory and Methods in Political Science (Teori dan Metode dalam llmu Politik), terjemahan Helmi Mahadi dan Shohifullah, Bandung, Nusa Media, 2010, hal. 116 13
13
5) Pembatasan tersebut mewujudkan, memelihara dan memberi peluang
serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok masing-
masing 15
Pendekatan Institusionalisme baru sangat baik digunakan pada negara-
negara yang baru membebaskan diri dari cengkraman rezim yang otoriter.
Kebebasan berpolitik yang didapatkan pada era reformasi membuat partai
politik sebagai lembaga politik melakukan pembenahan pada sistem dan aktor
yang ada di dalamnya. Pendekatan institusionalisme baru sesuai jika
digunakan pada organisasi yang sedang melakukan pembenahan.
Pendekatan ini sengaja penulis masukan karena dalam penelitian ini aktor dan
kelompok mengambil peran besar dalam mempengaruhi sebuah sistem.
2.2 Konsep Partai Politik
Semua negara yang memilih menjadi negara demokratis tentu tidak
lepas dari masalah yang berkaitan dengan partai politik dan sistem pemilihan
umum. Partai politik selalu menjadi pembahasan yang menarik untuk
memperbaiki suatu negara dengan pinsip demokrasi. Partai politik dibentuk
dengan anggapan bahwa diperlukan sebuah organisasi yang bisa mewadahi
15 Robert E. Godin, “Institution and their design”, (Cambridge: Cambridge University Press, 1996) hlm. 20
14
orang-orang yang mempunyai pemikiran serupa, sehingga pemikiran dan
orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Partai politik adalah organisasi yang
dibentuk untuk memperebutkan kursi kekuasaan di pemerintahan agar dapat
melaksanakan kebijakan-kebijakan alternatif yang partai politik susun.
Pendekatan Institusional memandang partai politik sebagai lembaga
yang memiliki struktur dan fungsi untuk mencapai tujuan.16 Menurut Siggmund
Neumann dalam modern political parties mengemukakan bahwa partai politik
adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Secara sederhana, partai politik
adalah organisasi yang bertujuan untuk saling berebut kekuasaan, akan tetapi
perebutan kekuasaan tersebut dilakukan secara terstruktur dan dilaksanakan
dengan aturan – aturan yang disepakati Bersama.
Carl J. Fiedrich mendefinisikan partai politik sebagai sekelompok
manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini kemanfaatan yang bersifat idiil
16 Arifin, Rahman, 2002, Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif Struktural Fungsional dalam Skripsi Noor Asty Baalwy “Rekruitmen Politik Partai Nasional Demokrat dalam Proses Institusionalisasi Partai di Kota Makassar” hal. 21
15
maupun materil kepada anggotanya.17 Dalam defenisi tersebut dapat dilihat
kedekatan antara partai politik dengan kekuasaan. Partai politik ada yang
berada dalam lingkaran kekuasaan dan ada partai politik yang mencoba untuk
merebut kekuasaan. Perebutan kekuasaan partai politik diklaim bertujuan
untuk memperbaiki negara dan tercapainya kepentingan publik.
Menurut Edmund Burke, partai politik adalah kumpulan orang-orang
yang bersatu untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui usaha
bersama mereka berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yang mereka
semua sepakati18 Secara umum, orang-orang yang terlibat dalam partai politik
memiliki tujuan, cita-cita dan orientasi yang sama. Orang-orang tersebut
kemudian disebut dengan kader partai politik masuk dalam struktur atau
anggota partai politik dan mencoba untuk saling mremperebutkan pengaruh,
mereka berada di tengah-tengah masyarakat dan mencoba meyakinkan
masyarakat akan peran dari partai politik dimana mereka berada.
Partai politik sebagai sebuah organisasi politik terus mengalami gerak
yang dinamis dan memiliki ciri penting sebagai identitas politiknya. Fungsi
strategis partai politik dalam sistem politik menjadi kunci utama
keberlangsungan partai politik hingga saat ini. Cliston Roster menyebut tidak
17 Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”( Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama: 2008),Hal.404 18 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, terj. Ahmad Asnawi, (Jakarta: Nusa Media, 2014 ), hlm. 4
16
ada demokrasi tanpa politik dan tidak ada politik tanpa partai politik.
Masyarakat demokrasi memiliki partai politk, dan partai politik dalam negara
demokratis cenderung menuju ke arah perbaikan dan pelembagaan.
Menurut Firmanzah, peran dan fungsi partai politik terbagi atas dua yaitu
fungsi internal dan fungsi eksternal19 . Fungsi Internal partai politik ditujukan
untuk anggota partai politik. Fungsi Internal dilakukan dengan pembinaan,
Pendidikan, pengkaderan dan pembekalan bagi anggota partai politik demi
langgengnya ideologi partai, sedangkan fungsi eksternal partai politik ditujukan
untuk masyarakat dan negara. Fungsi ini dilakukan dengan mengadakan
kegiatan yang menjadikan masyarakat dan negara menjadi lebih baik.
Secara lebih rinci Miriam Budiadjo menyebutkan fungsi partai politik
adalah sebagai berikut20 :
1. Partai Politik sebagai sarana komunikasi politik
Masyarakat modern yang kompleks dan luas dibutuhkan sebuah wadah
untuk menampung segala pendapat dan keinginan yang berkembang di
tengah masyarakat. Wadah tersebut dijalankan oleh partai politik . partai politik
berfungsi sebagai komunikan dan komunikaotor yang menampung aspirasi
dari masyarakat dan meneruskannya ke pemerintah, sebaliknya partai politik
19 Muhammad Labolo, Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, ( Jakarta : Rajawali Press, 2015 ), hlm. 16 20 Ibid .
17
menerima kebijakan dari pemerintah dan menyampaikannya kepada
masyarakat.
2. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
Sosialisasi berarti upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga
menjadi lebih dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat luas. Sedangkan
sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada
anggota masyarakat.
Dalam hal ini partai politik mencoba mengenalkan dan menanamkan
ideologi partai politik kepada anggota masyarakat. Pengenalan nilai-nilai partai
politik tersebut dilakukan dengan cara formal maupun non formal. Partai politik
biasanya melakukannya dengan pendidikan politik dan indoktrinasi politik
3. Partai politik sebagai rekruitmen politik
Rekrutmen politik adalah proses mencari atau mengajak seseorang
yang turut aktif dalam kegiatan politik dan menjadi anggota partai politik. Partai
politik turut memperluas partisipasi politik masyarakat dengan mengajak
seseorang yang dianggap berbakat dan memiliki kecakapan dalam bidang
politik untuk menjadi anggota partai politik. Partai politik menaruh harapan
dengan rekruitmen yang dilakukan dapat menghasilkan kader berprestasi
dalam bidang politik serta mampu mengisi jabatan-jabatan dan sebagai
penerus partai politik.
18
4. Partai politik sebagai pengendali konflik
Masyarakat yang demokratis dan majemuk perbedaan pendapat dan
konflik adalah hal yang biasa terjadi. Semakin majemuk masyarakat dalam
suatu wilayah maka kepentingan dan aspirasi yang ada juga semakin
beragam. Keinginan untuk menyampaikan aspirasi dan tidak menghargai
perbedaan adalah salah satu pemicu konflik dalam masyarakat majemuk.
Sistem politik di negara yang demokratis, partai politik memiliki peran dan
fungsi untuk mengendalikan konflik yang berlangsung di tengah masyarakat.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui wakil-wakil partai politik dalam
Dewan Perwakilan Rakyat maupun partai politik bisa turun langsung ke
masyarakat.
2.2.1 Partai politik dalam teori demokrasi
Diskursus seputar demokrasi seolah menjadi perbincangan hangat
yang tidak ada habisnya. Pada abad ke-21 yang dikenal sebagai abad
kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi, demokrasi masih menjadi
pilihan utama berbagai negara di belahan dunia.21 Demokrasi seperti yang
diutarakan oleh Jhosep A. Schrumpter dalam bukunya Socialism, capitalism
21 Aryantha Sivadibert purba,” Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi Di Indonesia”, Jurnal Politik muda vol. 4, No. 1 (2015) : 2
19
and democracy, ”Demokrasi merupakan pengaturan kelembagaan untuk
sampai pada keputusan – keputusan politik yang menyadari kebaikan umum
dan membuat masyarakat memutuskan masalah – masalahnya sendiri melalui
pemilihan individu – individu untuk berkumpul dalam rangka melaksanakan
kehendaknya.”22
Demokrasi telah melahirkan banyak konsensus di antaranya adalah
mengakui partai politik sebagai penunjang keberhasilan demokrasi. Menurut
Scattchsneider partai politik menciptakan demokrasi dan demokrasi modern
tidak terbayangkan tanpa adanya partai politik.23 Demokrasi dalam partai
politik berfokus pada suara mayoritas masyarakat. Partai politik menginginkan
kemenangan mayoritas dalam setiap Pemilu, setelah berkuasa dalam
pemerintahan partai politik mulai bertanggungjawab untuk mendapatkan
mayoritas pemenang pada pemilu berikutnya.24 Partai politik dalam teori
demokrasi dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu dasar kohesif partai, basis sosial
partai dan demokrasi internal.25 Demokrasi internal merupakan bagian penting
dalam keberadaan partai politik. Demokrasi Internal berfungsi agar partai
politik dapat berbicara sebagai suara otentik dari segmen sosial yang
22 Joseph A Scrumphter ,”kapitalisme, sosialisme, dan demokrasi”,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) , hlm. 411 23 Elmer E Schatschneider, Party Government , ( New York : Harper and row, 1942), hlm.1 24 Katz & Crotty, Op. Cit., 53 25 Ibid.,
20
diwakilinya. Fokus perhatian dari demokrasi internal adalah agar rakyat atau
segmen sosial dapat melegitimasi dominasi partai politik pada saat pemilihan.
Nilai dari demokrasi internal adalah menjadikan internal partai politik lebih
terinstitusionalisasi dengan membuat pemimpin partai politik lebih
bertanggungjawab atas kepemimpinan yang dipegangnya. Demokrasi internal
dalam partai politik memungkinkan anggota partai politik bisa menjadi peserta
dalam pengambilan kebijakan.
2.2.2 Institusionalisasi partai politik
Samuel P. Hutingtont menyatakan bahwa Institusionalisasi adalah
proses yang dilakukan organisasi dan prosedur untuk mendapatkan nilai dan
stabilitas (For Huntington, 'Institutionalization is the process by which
organizations and procedures acquire value and stability).26 Institusionalisasi
atau partai yang terlembagakan mengarahkan partai politik tetap berada dalam
posisi teratur dan stabil. Lemahnya institusionalisasi dalam partai politik
memiliki konsekuensi negatif pada akuntabilitas dalam pemilihan. Partai politik
yang tidak terlembaga dengan baik berpotensi untuk melahirkan pemimpin
26 Samuel Huntington, Political Order in Changing Societies, (New Haven : Yale University Press, 1968), chap. 1.
21
yang membenci partai politik dan hanya menganggap partai politik sebagai
kendaraan dalam pemilu.
Konsep mengenai pelembagaan partai politik telah banyak
dikemukakan para ahli, salah satunya adalah konsepsi pelembagaan partai
politik yang dikemukakan oleh Vicky Randall dan Lars Svasand, merujuk dari
beberapa dimensi pelembagaan partai politik yang dikemukakan oleh
Huntington, Panebianco, dan Kenneth Janda.27 Vicky Randall dan Lars
Svasand kemudian merumuskan bahwa :
“ … Pelembagaan partai politik dipahami sebagai proses pemantapan
partai politik baik dalam wujud perilaku yang memola maupun dalam
sikap atau budaya ( process by which the party becomes established
in terms both of integrated patterns of behaviour and of attitudes,
or culture ).”
Sistem pelembagaan partai politik lebih mudah dimengerti dengan
menggunakan konsep dari Vicky Randall dan Lars Svasand. Dalam perspektif
politiknya Vicky Randall dan Lars Svasand mengelompokan pelembagaan
partai politik dalam dua dimensi utama yaitu dimensi internal dan dimensi
eksternal, kemudian dibagi dalam dua divisi yaitu divisi struktur dan sikap ( This
model distinguishes firstly two main dimensions of party institutionalization, an
27 Muhammad Luthfi, PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT LOKAL (Studi tentang Pelembagaan Partai Golkar di Kabupaten SinjaiPasca Kekalahan pada Pemilu 2009), Academia.edu, diakses pada tanggal 11 Desember 2017
22
internal and an external and, secondly, within these two dimensions, a further
division between what we shall call 'structural' and more attitudinal aspects ).28
Apabila aspek dan dimensi yang dipaparkan lars dan randall dipersilangkan
maka akan mendapatkan empat dimensi utama yaitu :
1. Derajat kesisteman (Systemness)
Derajat kesisteman adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik,
termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut aturan, persyaratan,
prosedur, dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan dalam Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai politik. AD/ART partai
politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci sehingga mampu berfungsi
sebagai pedoman dan prosedur penuntun perilaku dalam melaksanakan
semua fungsi partai politik. Suatu partai politik dapat dikatakan sudah
melembaga dari segi kesisteman bila partai politik melaksanakan fungsinya
semata-mata menurut AD/ART yang dirumuskan secara komprehensif dan
rinci itu. Derajat kesisteman suatu partai politik bervariasi menurut: (a) asal-
usul partai politik, yaitu apakah dibentuk dari atas, dari bawah, atau dari atas
yang disambut dari bawah; (b) siapakah yang lebih menentukan dalam partai
politik: seorang pemimpin yang disegani atau pelaksanaan kedaulatan
anggota menurut prosedur dan mekanisme yang ditetapkan organisasi
28 Vicky Randall dan Lars Svasand, Party Institusionalization in New Democracies, dalam Jurnal Party Politics, Vol.8No.1, pp. 5-29. London: Sage Publication.
23
sebagai suatu kesatuan; (c) siapakah yang menentukan dalam pembuatan
keputusan: faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara keseluruhan; dan (d)
bagaimana partai memelihara hubungan dengan anggota dan simpatisan,
yaitu apakah dengan klientelisme (pertukaran dukungan dengan pemberian
materi) atau menurut konstitusi partai (AD/ART).
2. Derajat Identitas Nilai ( Value Influsion )
Identitas nilai berkait dengan orientasi kebijakan dan tindakan partai politik
menurut ideologi atau platform partai politik. Identitas nilai tidak hanya tampak
pada pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan partai politik tetapi juga
tampak pada basis sosial pendukungnya. Lapisan sosial atau golongan
masyarakat memberi dukungan kepada partai politik karena mengidentifikasi
orientasi politiknya dengan ideologi atau platform partai politik. Derajat identitas
nilai suatu partai politik berkaitan dengan (a) hubungan partai politik dengan
kelompok populis tertentu (popular bases), yaitu apakah suatu partai politik
mengandung dimensi sebagai gerakan sosial yang didukung kelompok populis
tertentu, seperti buruh, petani, dunia usaha, kelas menengah, komunitas
agama tertentu, komunitas kelompok etnik tertentu, dan (b) pengaruh
klientelisme dalam organisasi, yaitu apakah hubungan partai politik dengan
anggota cenderung bersifat instrumentalis (anggota selalu mengharapkan
tangible resources berupa materi dari partai politik) ataukah lebih bersifat
24
ideologis (anggota mengenal dan mengharapkan partai politik bertindak
berdasarkan identifikasi terhadap ideologi partai politik).
3. Derajat Otonomi (Decisional Autonomy)
Derajat otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan berkait
dengan hubungan partai politik dengan aktor luar partai politik, baik dengan
sumber otoritas tertentu (penguasa, pemerintah), maupun dengan sumber
dana (pengusaha, penguasa, negara atau lembaga luar), dan sumber
dukungan massa (organisasi masyarakat). Pola hubungan suatu partai politik
dengan aktor di luar partai politik dapat berupa: (a) hubungan ketergantungan
kepada aktor luar, (b) hubungan itu bersifat saling tergantung (interdependen),
dan (c) hubungan itu berupa jaringan (linkage) yang memberi dukungan
kepada partai politik.
4. Pengetahuan Publik (Reification)
Derajat pengetahuan publik tentang partai politik merujuk pertanyaan
apakah keberadaan partai politik itu telah tertanam pada imajinasi publik
seperti dimaksudkan partai politik itu. Yang menjadi isu utama di sini bukan
terutama tentang sikap masyarakat mengenai partai politik umumnya, tetapi
tentang corak dan kiprah masing-masing partai politik bagi masyarakat. Bila
sosok dan kiprah partai politik tertentu telah tertanam pada imajinasi publik
seperti dimaksudkan partai politik, maka pihak lain baik individu maupun
25
lembaga di masyarakat akan menyesuaikan aspirasi dan harapannya atau
sikap dan perilaku mereka dengan keberadaan partai politik.
2.2.3 Penjaringan calon dalam partai politik
Seleksi atau penjaringan calon adalah salah satu hal pertama yang
dilakukan partai politik sebelum Pemilu berlangsung29. Penjaringan calon
dilakukan partai politik untuk menyediakan dan menyeleksi calon sebelum
dipilih secara luas melalui sistem Pemilu. Mereka yang terpilih melalui hasil
seleksi partai politik menjadi penentu dominan dalam menentukan bagaimana
profil dan kinerja partai politik kepada masyarakat.
Penjaringan calon adalah salah satu indikator yang dapat mengukur
keberhasilan partai politik dalam menyediakan calon terbaik dan dapat dipilih
oleh masyarakat. Pertarungan calon dalam penjaringan calon biasanya lebih
sengit, dalam beberapa kasus calon kompeten yang diinginkan masyarakat
terhalangi pencalonannya karena kursi partai politik telah diambil oleh kandidat
yang berkuasa atas partai politik.
29 Katz & Crotty, Op. Cit., 178
26
Berikut adalah kerangka analitis untuk mempelajari seleksi atau
penjaringan calon yang dibahas dalam handbook partai politik sebagai kriteria
seleksi yang banyak dipakai dalam sistem kepartaian30 :
1. Selektorat, adalah badan yang dibentuk beranggotakan satu orang
atau lebih (banyak) untuk melakukan seleksi calon. Selektorat dapat
berupa kewenangan yang diberikan oleh partai politik kepada
penyeleksi ( badan atau orang ) dan biasa merujuk pada ke
Inklusifitas atau keeksklusifitas partai politik.
2. Pencalonan, adalah tentang siapa yang berhak mencalonkan
dalam partai politik tertentu. Pencalonan berkaitan dengan status
yang dimiliki oleh seseorang dalam partai politik, dan apakah karena
status yang dimilikinya tersebut dia berhak untuk mencalonkan
dalam partai politik. Status yang dimaksud disini adalah apakah
status seseorang sebagai warga negara berhak mencalonkan dalam
partai politik tersebut, atau harus menjadi anggota partai politik, atau
harus menjadi anggota partai politik dengan persyaratan tambahan.
3. Desentralisasi, menurut Lijhpart (1984) metode seleksi partai dapat
dilihat sebagai desentralisasi dengan dua pengertian yaitu
desentralisasi bersifat teritotiral dimana selektorat partai politik lokal
30 Ibid., hlm. 180 - 186
27
dapat mencalonkan calon partai politik, atau desentralisasi yang
bersifat fungsional dimana keterwakilan dalam kelompok tertentu.
4. Voting versus penunjukan, dalam seleksi calon ada dua metode
yang biasa digunakan yaitu penggunaan voting atau penunjukan.
Voting digunakan dimana peran suara diperhitungkan dalam
menyeleksi calon dan dilakukan tanpa intervensi dari kekuasaan
apapun. Dalam voting suara mayoritas adalah pemenang.
Sedangkan penunjukan dibuat lebih sederhana tanpa melakukan
prosedural pemilihan suara.
2.2.4 Konsep otonomi Partai Politik
Untuk memahami konsep otonomi partai politik, terlebih dahulu kita
harus memahami konsep devolusi partai politik. Devolusi adalah pelimpahan
kekuasaan dari pemerintah pusat dari suatu negara berdaulat kepada
pemerintah pada tingkat subnasional, seperti tingkat regional, lokal, atau
negara bagian.31 Devolusi kepartaian telah menjadi diskursus menarik di
Eropa Barat selama tiga dekade terakhir.32 Pembaharuan dalam devolusi
dapat digunakan partai politik untuk menganalisis bagaiamana partai politik
berinteraksi dengan lingkungan kelembagaan mereka. Devolusi merupakan
31 Wikipedia.org 32 Jonathan Hopkin,” DEVOLUTION AND PARTY POLITICS IN BRITAIN AND SPAIN”, (London : London School & Economis, 2007) hlm.1
28
bentuk distribusi kekuasaan yang menginisiasi terbentuknya pemerintahan
dan lembaga yang otonom.
Konsep devolusi pertama kali muncul di Britania Raya pada akhir tahun
1990-an. Devolusi telah memberikan kontribusi pada perdebatan tentang
bagaimana partai politik bekerja secara internal dan menunjukan luasnya cara
yang digunakan partai politik untuk mengatasi dinamika internal partai politik
serta menfilter kelemahan organisasi. Devolusi partai politik banyak
mempengaruhi partai politik khususnya partai-partai yang berada di kawasan
negara bagian Britania Raya. Sebelum devolusi berlangsung, beberapa
kebijakan dan struktur partai politik di negara bagian ditunjuk langsung oleh
pimpinan partai politik di London. Pelimpahan wewenang dari pusat ke negara
bagian dapat menciptakan konflik baru pada partai politik penguasa sebelum
devolusi berlangsung33
Pelimpahan kewenangan dari pusat ke negara bagian di Britania Raya
menghadirkan elit-elit baru dalam negara bagian atau regional dari partai
politik. Partai politik yang bersaing memperebutkan kekuasaan di tahun 1900-
an harus benar-benar mempertahankan dan menjaga konflik internal mereka
agar tetap mendapatkan pemilih. Kematangan pemimpin partai politik dalam
mempengaruhi struktur wilayah di tingkat lokal menjadi ancaman tersendiri
33 Jonathan Hopkins dan Bradburry,” British statewide parties and multilevel politics. Publius: the journal of federalism”, 36 (1). pp. 135-152.
29
bagi tingkatan pusat. Devolusi yang terjadi di Britania Raya juga mensolidkan
beberapa partai politik seperti partai liberal demokrat yang semakin solid dalam
memenangkan beberapa pertarungan politik di beberapa negara bagian.34
Kekuatan pusat dalam mengontrol bagian di wilayah lokal sangat
mempengaruhi kinerja partai politik sebagai sebuah siklus.
Tingkatan otonomi partai politik dapat dilihat dengan menggunakan
beberapa indikator untuk mengungkap keotonomian partai politik.35 Indikator
pertama adalah dalam melihat struktur keanggotaan partai politik. Apakah
dengan mendaftarkan diri dalam partai politik tingkat wilayah (local) kita sudah
dapat terdaftar pula pada partai politik tingkatan nasional. Di Indonesia kita
dapat menjumpai partai multilevel, partai tersebut membentuk bagan yang
struktural dari pusat ke tingkat lokal, mendaftarkan diri pada partai polititingkat
lokal akan ikut mendaftarkan diri pula pada tingkat nasional. Beda halnya yang
terjadi di Provinsi Aceh, beberapa partai politik di Aceh yang terdaftar dalam
pemilu hanya beroperasi dalam tingkatan lokal. Indikator keotonomian partai
politik lainnya adalah dengan melihat perekrutan personil politik. Perekrutan
personil sering menjadi masalah dalam partai multilevel.
Indikator lain yang dapat digunakan dalam mengamati otonomi dengan
melihat keuangan dan kontrol atas tingkatan partai politik yang lebih rendah.
34 Ibid. 35 Katz & Crotty, Op. Cit, Hlm. 482
30
Partai politik yang sentralistik memiliki kontrol keuangan dari pusat, sedangkan
partai yang desentralisir memberikan kewenangan pada partai tingkat lokal
untuk mengatur rumah tangga kepartaiannya sendiri. Partai politik dapat
melibatkan kader partai dalam pengambilan keputusan di partai politik yang
telah otonom dan terlembaga dengan baik.
2.4 Kerangka pemikiran
Fenomena PAN dalam melakukan penjaringan calon kepala daerah di
Sulawesi Selatan, penulis menggunakan beberapa teori dan konsep yang
dijabarkan di atas. Teori dan konsep yang dipaparkan menjelaskan berbagai
perspektif dalam menganalisa Implementasi otonomi partai politik dalam
melaksanakan Pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018. Pemaparan dapat
menjelaskan perbedaan pandangan antara DPP dan DPW PAN Sulawesi
Selatan dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur.
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai politik di
Indonesia yang terlibat dalam pemilihan kepala daerah secara serentak tahun
2018. Dalam mengusung calon di internal partai politik, PAN memiliki
perbedaan dukungan antara DPP PAN dan DPW PAN Sulawesi Selatan yang
didukung DPD PAN dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil
gubernur
31
Perbedaan dukungan antara DPP dan DPW PAN Sulawesi Selatan
mengakibatkan diterbitkannya dua rekomendasi yang dipegang oleh masing-
masing calon gubernur. Sebelum rekomendasi kedua diterbitkan oleh DPP
PAN, internal DPW PAN Sulawesi Selatan memiliki pandangan yang sama
untuk mengusung Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar dalam Pilkada. DPP
PAN mengalihkan rekomendasi baru ke pasangan Nurdin Abdullah dan
Sudirman Sulaiman. Perpindahan rekomendasi tersebut terjadi karena saat
mendekati hari pendaftaran Pilkada Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar
dianggap tidak berhasil mencukupkan partai koalisi untuk terdaftar sebagai
calon gubernur dan calon wakil gubernur.
Polemik yang terjadi dalam internal PAN adalah rekomendasi yang
dikeluarkan untuk pasangan Nurdin Abdullah dan Sudirman Sulaiman tidak
disetujui oleh sebagian besar DPW dan DPD PAN Sulawesi Selatan.
Perbedaan pandangan yang terjadi antara DPP dan DPW PAN Sulawesi
Selatan membuat situasi internal PAN tidak satu dukungan. DPW PAN
Sulawesi Selatanyang didukung oleh mayoritas DPD PAN menyatakan
kesiapannya menerima sanksi jika memiliki perbedaan pandangan dengan
DPP PAN dalam mengusung calon kepala daerah.
Partai politik di tingkat lokal tidak diberikan kewenangan untuk
menentukan calon gubernur dan calon wakil gubernur. Dilihat dari
32
rekomendasi baru yang diterbitkan untuk Nurdin Abdullah dan Sudirman
Sulaiman tidak sesuai dengan harapan kader DPW PAN Sulawesi Selatan di
tingkat lokal. Polemik DPP dan DPW PAN atas rekomendasi yang diinginkan
memiliki kekuatan masing-masing. DPP PAN memiliki kekuatan rekomendasi
dan penetapan calon, sedangkan keterlibatan secara teknis dalam
pertarungan politik nantinya adalah DPW dan DPD PAN.
Pendekatan yang digunakan penulis untuk melihat tingkat keotonomian
partai politik di tingkat lokal adalah pendekatan Institusionalisme baru, partai
politik dalam teori demokrasi, Konsep dan fungsi partai politik dan konsep
otonomi partai politik. Penjelasan terperinci penulis bahas dalam bab
berikutnya, Semua teori, konsep dan pendekatan yang digunakan memiliki
hubungan antara satu dengan yang lainnya.
33
2.4 Skema Berfikir
Dari kerangka berfikir di atas, maka dibuatlah skema sebagai berikut :
TIDAK ADA
OTONOMI
NURDIN ABDULLAH
SUDIRMAN SULAIMAN
ICHSAN YASIN LIMPO
ANDI MUDZKAR
PILGUB
SULSEL
2018
34
BAB III
Metode Penelitian
Dalam bab ini dibahas lima aspek yaitu, lokasi penelitian, tipe penelitian
dan dasar penelitian, teknik penentuan informan, sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
3.1 Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif . Penelitian diarahkan
untuk menggambarkan fakta dengan argumen yang tepat. Penelitian
dimaksudkan mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan
mengenai Implementasi otonomi Partai Amanat Nasional dalam menentukan
calon gubernur yang diusung melalui partai politik .
Pendekatan yang digunakan adalah dengan metode studi kasus (Case
Study). Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Penggunaan metode
tersebut bertujuan menggambarkan sifat dan fenomena yang berlangsung
35
pada saat penelitian. Metode tersebut diharapkan mengungkap batasan-
batasan dalam melakukan penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua lokasi berbeda. Penelitian pertama
dilakukan di kantor DPW PAN Sulawesi Selatan berlokasi di Provinsi Sulawesi
Selatan. DPW PAN Sulawesi Selatan diambil karena merupakan representasi
PAN yang mengimplementasikan keotonomian partai di tingkat lokal.
Penelitian selanjutnya dilakukan di kantor DPP PAN yang berlokasi di
Kabayoran Baru, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. DPP PAN dijadikan
objek penelitian karena DPP PAN merupakan pengambil keputusan tertinggi
PAN.
3.3. Teknik penentuan Informan
Menurut Spadeley, ”informan memiliki beberapa pertimbangan dan
kriteria khusus untuk dijadikan informan” , diantaranya adalah :
1) Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian. Subjek
biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi di luar
kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.
36
2) Subjek terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang
menjadi sasaran penelitian.
3) Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
4) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.
Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik purposive
sampling, pemilihan dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan penilaian penulis mengenai siapa yang pantas
dijadikan sampel penelitian.
Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan informan pada
penelitian adalah:
1. Orang yang mengetahui seluk beluk proses penjaringan calon gubernur
dan calon wakil gubernur
2. Pimpinan partai politik yang bertanggungjawab dalam pengambilan
keputusan di tingkat lokal
3. Orang yang terlibat dalam pemenangan pemilu dan pilkada partai politik
37
3.3. Jenis Data Penelitian
Penulis menggunakan data yang sesuai dengan objek penelitian dan
memberikan gambaran objek penelitian. Adapun sumber yang digunakan
dalam penelitian terdiri atas :
3.3.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui studi lapangan dengan
menggunakan teknik wawancara. Data primer merupakan data utama yang
diperoleh melalui informan dengan menggunakan teknik wawancara.
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui komunikasi langsung
dengan informan. Peneliti turun langsung ke daerah penelitian untuk
mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti hasil wawancara dan data
dari partai politik.
Adapun informan yang didapatkan adalah :
1. Fikri Yasin (Wasekjend DPP PAN )
2. Windiarto Kardono (Wasekjend DPP PAN )
3. Raji N. Sitepu (Wasekjend DPP PAN)
4. Ashabul Kahfi ( Ketua DPW PAN Sulawesi Selatan)
5. Syamsudin Karlos (Tim Pilkada DPW PAN Sulawesi Selatan)
6. Usman Lonta (Ketua KPPW PAN Sulawesi Selatan)
7. Irwandi Natsir (Ketua BAPILU PAN Sulawesi Selatan)
38
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan
dengan cara membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis lainnya
yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penulis lebih banyak mengkaji
dan menganalisis informasi yang terdapat dalam buku Pedoman Partai
Amanat Nasional (Buku Saku Partai Amanat Nasional ) dan AD/ART Partai
Amanat Nasional, kedua litelatur lebih dalam mengkaji Partai Amanat
Nasional, selain itu terdapat situs-situs atau website yang diakses untuk
memperoleh data yang lebih akurat. Data sekunder dimaksudkan sebagai data
penunjang untuk melengkapi penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Wawancara
Penelitian menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan
alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
menggunakan pedoman (guide) wawancara.
39
3.4.2 Studi Pustaka dan Dokumen
Pengumpulan data dilakukan dengan membaca sumber-sumber
literatur berupa buku, majalah, koran dan beberapa situs tentang Partai
Amanat Nasional. Literatur ini adalah sumber data tertulis yang terbagi
dalam dua kategori, yaitu sumber resmi dan tidak resmi. Sumber resmi
dibuat oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga, sedangkan
sumber tidak resmi dibuat oleh individu tidak atas nama lembaga
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu kualitatif yang
informasinya diperoleh melalui wawancara dan dikategorisasikan
kemudian bersama informasi yang diperoleh melalui penelusuran
kepustakaaan untuk mempertajam analisis tentang kecenderungan
penemuan penelitian. Analisa bertujuan agar temuan-temuan dari
kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih
mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara
terperinci. Sehingga pertanyaan dalam penelitian bisa terjawab dengan
maksimal.
40
BAB IV
Gambaran Lokasi Penelitian
Bab ini menjelaskan secara khusus mengenai gambaran umum Partai
Amanat Nasional (PAN) sebagai objek dan lokasi penelitian otonomi partai
politik di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah di Sulawesi
Selatan. Penelitian pertama dilakukan di sekretariat DPW PAN Sulawesi
Selatan yang beralamat di jalan Sultan Alauddin no. 259 D, Makassar. Setelah
mendapatkan keterangan dari informan di DPW PAN, peneliti melanjutkan ke
sekretariat DPP PAN di Jalan Senopati no. 113, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
4.1 Gambaran Partai Amanat Nasional
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai politik yang lahir
pada masa transisi Orde Baru ke Reformasi. Sebagian besar pendiri PAN
adalah tokoh nasional yang berhasil mengantarkan Indonesia ke era reformasi.
PAN berdiri dan dideklarasikan di Jakarta, pada tanggal 23 Agusutus 1998 dan
disahkan berdasarkan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tgl. 27 Agustus
2003.36 Sebagai sebuah partai politik yang dipelopori oleh tokoh-tokoh gerakan
36 https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Amanat_Nasional - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas.mht. diakses pada tanggal 30 November 2017
41
tahun 1998, PAN berupaya melanjutkan cita-cita reformasi melalui sebuah
partai politik. Pada awal didirikannya PAN diprakarsai oleh 50 orang tokoh,
diantaranya adalah Prof. Dr. H. Amin Rais, Goenawan Muhammad, Abdillah
Toha, Dr. Rizal Ramli, , Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim,
Drs. Faisal Basri, M.A, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.
Kelahiran PAN dipelopori oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), yang
merupakan salah satu gerakan reformis pada tahun 1998.37 MARA adalah
sebuah gerakan yang melawan penympangan – penyimpangan Orde baru dan
memiliki pengaruh besar pada saat reformasi. Sebelum PAN terbentuk, tokoh-
tokoh yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat sepakat untuk
membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB).38 Tidak lama setelah dibentuk pada
tanggal 5-6 Agustus di Bogor, Partai Amanat Bangsa berubah nama menjadi
Partai Amanat Nasional.
Sebagai partai politik, PAN berdasarkan Pancasila dan berasaskan
akhlak politik yang berlandaskan agama.39 Tujuan didirikannya PAN adalah
untuk mewujudkan Indonesia baru yang menjunjung tinggi dan menegakkan
nilai-nilai iman dan taqwa, kedaulatan rakyat, keadilan sosial, kemakmuran dan
37 Ibid. 38 Eidi Krina Sembiring, Profil Partai Amanat Nasional, Nasional.Sindonews.com, 2013, diakses pada tanggal 30 November 2017 , https://nasional.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-1357715588 39 Pasal 4, ayat 1-2, Anggaran Dasar Partai Amanat Nasional , Kongres IV di Bali
42
kesejahteraan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiga
identitas yang dijunjung PAN adalah moralitas agama, kemanusiaan, dan
kemajemukan. Walaupun PAN bersifat terbuka dan mandiri, namun banyak
kalangan yang melihat Muhammadiyah sebagai basis terbesar PAN.40
Dalam perjalanan politiknya, PAN telah empat kali melakukan
pergantian pemimpin. Pada tahun berdirinya, PAN pertama kali dipimpin oleh
Prof. Dr. H. Amin Rais, memimpin PAN dari tahun 1998 sampai taun 2004.
Pada tahun 2004, PAN sebagai peserta Pemilu mencalonkan Amin Rais
sebagai calon presiden dan berhasil mengantongi 15% suara nasional. PAN
berhasil menduduki posisi ke lima dalam perolehan jumlah kursi di Parlemen
tahun 2014. Perolehan 15% suara nasional dan kader yang solid membuat
PAN memiliki kekuatan politik mumpuni dalam Pilkada tahun 2018 dan Pemilu
tahun 2019.
4.1.1 Profil Partai Amanat Nasional
Ketua : Zulkifli Hasan
Didirikan : 23 Agustus 1998 (19 tahun)
Sekretariat : Jl. Senopati No.113, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Ideologi : Pancasila
40 Detik News, Partai Amanat Nasional, 2008, diakses pada tanggal 30 November 2017 https://news.detik.com/parpol/d-1059859/partai-amanat-nasional-9
43
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai yang berasaskan Pancasila
dan besifat terbuka, majemuk, dan mandiri bagi warga negara Indonesia, laki-laki
dan perempuan yang berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis
maupun agama, dan mandiri. Partai politik ini menjadikan agama sebagai
landasan moral dan etika berbangsa dan bernegara, menghargai harkat dan
martabat manusia serta kemajemukan dalam memperjuangkan kedaulatan
rakyat, keadilan sosial, dan kehidupan bangsa yang lebih baik mewujudkan
Indonesia sebagai bangsa yang makmur, maju, mandiri dan bermartabat.41
4.1.2 Visi dan Misi
Visi PAN yang lahir pasca jatuhnya rezim Orde Baru 1998 adalah42
“ Terwujudnya PAN sebagai partai politik terdepan dalam mewujudkan
masyarakat madani yang adil dan makmur, pemerintahan yang baik dan
bersih di dalam negara Indonesia yang demokratis dan berdaulat, serta
diridhoi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa”.
Sedangkan misi PAN adalah sebagai berikut43:
• Mewujudkan kader yang berkualitas.
41 Website resmi Partai Amanat Nasional, www.pan.or.id/tentang-pan , terakhir diakses pada tanggal 30 November 2017 42 Ibid. 43 Ibid.
44
• Mewujudkan PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat
• Mewujudkan PAN sebagai partai yang modern berdasarkan sistem dan
manajemen yang unggul serta budaya bangsa yang luhur.
• Mewujudkan Indonesia baru yang demokratis, makmur, maju, mandiri
dan bermartabat.
• Mewujudkan tata pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan
kehidupan bangsa.
• Mewujudkan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, bermartabat,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta dihormati dalam pergaulan
internasional.
4.1.3 Logo dan Lambang Gambar Partai
Filosofi Logo
“ … Matahari putih yang bersinar cerah dilatarbelakangi segi empat
warna biru dengan tulisan PAN dibawahnya, merupakan simbolisasi
bahwa Partai Amanat Nasional membawa suatu pencerahan baru
menuju masa depan Indonesia yang lebih baik”
45
Makna Logo
“ … Simbol Matahari dengan yang bersinar terang, merefleksikan
matahari merupakan sumber cahaya, sumber kehidupan.Warna putih
sebagai ekspresi dari kebenaran, keadilan dan semangat baru.
Pancaran sinar merupakan refleksi dari kemajemukan. Bujur sangkar
berwarna biru tua merupakan cerminan laut dan langit yang
merefleksikan kemerdekaan dan demokrasi “
4.2 Gambaran Umum DPW PAN Sulawesi Selatan
Dewan Pimpinan Wilayah disingkat DPW Partai Amanat Nasional
adalah pimpinan eksekutif tertinggi dalam memimpin partai politik di tingkat
Provinsi Sulawesi Selatan untuk masa jabatan lima tahun.44 DPW PAN
memiliki fungsi untuk melaksanakan kerja-kerja partai politik di tingkat provinsi
terutama terkait konsolidasi, koordinasi, dan Optimalisasi kegiatan partai politik
dalam menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Dalam menjalankan fungsinya, DPW PAN Sulawesi Selatan memiliki beberapa
kewenangan di antaranya adalah membentuk lembaga otonom dan sayap
partai politik yang dapat mendukung kinerja PAN. DPW PAN Sulawesi Selatan
44 Anggaran Rumah Tangga Partai, BAB III tentang pengorganisasian, Pasal 15, poin 1
46
juga berwenang melaksanakan konsolidasi dengan Dewan Pimpinan Daerah,
Dewan Pimpinan Ranting, dan Pimpinan Rayon.
Dalam menjalankan fungsi kepartaiannya, DPW PAN Sulawesi Selatan
merupakan representasi pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Provinsi
Sulawesi Selatan. Sebagai representasi pimpinan eksekutif, DPW PAN
Sulawesi Selatan diberikan kewenangan sesuai Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga partai. DPW PAN Sulawesi Selatan menaungi 24
DPD Kabupaten/Kota.
Pemilu tahun 2014, DPW PAN Sulawesi Selatan berhasil menempati
posisi ke empat setelah mengantongi 9,24% suara.45 Dengan perolehan suara
ini, PAN memiliki kekuatan politik yang diperhitungkan di Sulawesi Selatan.
Arah dan dukungan PAN pada pencalonan kepala daerah tahun 2018 bisa
mempengaruhi peroleh suara, sehingga Nurdin Abdullah dan Ichsan Yasin
Limpo berebut dalam memperoleh rekomendasi PAN.
45 Febrian, Rekapitulasi Pileg Sulsel masih kuning, Nasional.Kompas, terakhir di akses pada tanggal 1 desember 2017 http://nasional.kompas.com/read/2014/05/06/0446588/Rekapitulasi.Suara.Pileg.2014.Sulawesi.Selatan.Masih.Kuning.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Partai politik memiliki peranan penting dalam keberlangsungan
demokrasi suatu negara. Penataan dan pelembagaan partai politik merupakan
kunci keberhasilan demokrasi. Partai politik tidak hanya berfungsi sebagai
sarana komunikasi politik yang menghubungkan masyarakat dengan
pemerintah, fungsi penting partai politik lainnya adalah melakukan rekruitmen
kepala daerah dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam
politik dan menjadi selektorat untuk menjaring dan menghadirkan calon terbaik
untuk dipilih dalam proses demokrasi. Pelembagaan dalam fungsi rekruitmen
dan penjaringan menjadi penting bagi partai politik agar dapat melahirkan figur
kompeten dan meningkatkan kualitas kinerja partai politik.
Penjaringan calon kepala daerah melalui partai politik di tingkat lokal
dapat dilakukan dengan baik, jika pimpinan pusat partai politik memberikan
kewenangan dan kepercayaan penuh terhadap partai politik di tingkat lokal
untuk melakukan penjaringan dan pengusulan kepala daerah. Kewenangan
yang tumpang tindih antara pimpinan partai politik di tingkat pusat dan
pimpinan partai politik di tingkat lokal dapat menimbulkan konflik internal partai
politik. Ketidakjelasan kewenangan partai politik dikarenakan Anggaran Dasar
48
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai politik yang multitafsir dan
undang-undang yang mensentralkan kewenangan pada tingkat pusat.
Perbedaan pandangan antara pimpinan tingkat pusat dan pimpinan
tingkat lokal dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur
Partai Amanat Nasional (PAN) di Sulawesi Selatan terjadi karena DPP PAN
menerbitkan rekomendasi baru yang tidak sesuai harapan kader di tingkat
lokal. Perbedaan pandangan dalam internal PAN merupakan salah satu contoh
dilematisnya pembagian kewenangan partai politik di Indonesia. Pimpinan
partai politik di tingkat pusat menginginkan kewenangan yang lebih besar untuk
menghimpun kekuatan partai politik secara nasional, sedangkan pimpinan
partai politik di tingkat lokal merasa bahwa aspirasi kader di tingkat lokal tidak
tersalurkan, karena pengambilan keputusan dan penentuan berada ditataran
pusat.
Dalam Bab pembahasan penulis memaparkan hasil penelitian tentang
“Otonomi partai di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah di
Sulawesi Selatan ( Studi kasus : Penjaringan Calon Gubernur melalui Partai
Amanat Nasional dalam menghadapi Pilgub tahun 2018) sesuai rumusan
masalah ,” Bagaimanakah implementasi otonomi partai ditingkat lokal
dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan.”
49
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan implementasi
otonomi Partai Amanat Nasional di tingkat hanya sebatas melakukan
rekruitmen, penjaringan dan pengusulan calon gubernur ,sedangkan
penentuan calon kepala daerah sepenuhnya adalah kewenangan pusat.
Proses yang dilakukan DPW PAN Sulawesi Selatan tidak memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi penentuan calon kepala daerah. Penulis menyatakan
ada dua hal mendasar yang membuat PAN di tingkat lokal tidak otonom yaitu
proses di tigngkat lokal yang tidak mempengaruhi penentuan calon gubernur
dan harus taatnya kader partai oleh calon gubernur yang ditetapkan pusat.
Penulis melihat ketidakotonomian DPW PAN Sulawesi Selatan terjadi
karena mekanisme partai politik tidak dijalankan dengan baik dan pengambilan
keputusan yang dikuatkan oleh Undang-undang No. 10 tahun 2016.
Mekanisme partai dalam mengusung calon kepala daerah seharusnya
dilakukan dengan menetapkan calon kepala daerah yang berdasarkan usulan
DPW PAN Sulawesi Selatan, akan tetapi karena mekanisme partai yang belum
sepenuhnya dijalankan dengan baik maka DPP PAN langsung menetapkan
calon kepala daerah.
Untuk melihat lebih jauh tentang implementasi otonomi Partai Amanat
Nasional, maka penulis menggunakan pendekatan Institusionalisme baru
50
dengan melihat perspektif dari Vicky Randall dan Lars Svasan yang
mengemukakan dimensi dalam proses institusionalisasi partai politik :
5.1. Derajat kesisteman (systemnees)
Derajat kesisteman adalah proses partai politik dalam melaksanaan
fungsi-fungsi partai politik, termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut
aturan, persyaratan, prosedur dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan
dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai
politik. AD/ART partai politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci
sehingga mampu berfungsi sebagai pedoman dan prosedur penuntun perilaku
dalam melaksanakan semua fungsi partai politik. Partai politik dapat
melembaga dari segi kesisteman bila partai politik melaksanakan fungsinya
semata-mata menurut AD/ART yang dirumuskan secara komprehensif dan
rinci.
Derajat kesisteman digunakan untuk melihat tingkat pelembagaan
partai politik, namun tingkat keotonomian partai politik juga ditentukan dengan
melihat sistem yang berjalan dalam partai politik. Derajat kesisteman partai
politik terdiri dari : (a) asal-usul partai politik, yaitu apakah dibentuk dari atas,
dari bawah, atau dari atas yang disambut dari bawah; (b) siapakah yang lebih
menentukan dalam partai politik: seorang pemimpin yang disegani atau
51
pelaksanaan kedaulatan anggota menurut prosedur dan mekanisme yang
ditetapkan organisasi sebagai suatu kesatuan; (c) siapakah yang menentukan
dalam pembuatan keputusan: faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara
keseluruhan; dan (d) bagaimana partai memelihara hubungan dengan anggota
dan simpatisan, apakah dengan klientelisme (pertukaran dukungan dengan
pemberian materi) atau menurut konstitusi partai (AD/ART).
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai politik yang berlandaskan
Pancasila dan berasaskan akhlak politik berlandaskan agama yang membawa
rahmat bagi sekalian alam. PAN adalah partai politik dengan basis massa
besar secara nasional, sehingga PAN menjadi partai politik yang
diperhitungkan secara nasional. PAN dalam menjalankan kegiatan politiknya
berpedoman pada AD/ART PAN. Menurut Vicky Randall dan Lars Svasand
(2002), sebuah organisasi yang memiliki aturan dan tujuan formal, partai politik
dapat terlihat melembaga dengan baik jika partai politik tersebut mapan dalam
pola-pola perilaku, sikap dan budaya secara terintegrasi.
PAN terdiri dari struktur organisasi di tingkat pusat yaitu DPP PAN dan
di tingkat lokal terdiri dari DPW, DPD, DPC dan DPRt. Kewenangan tertinggi
berada di tingkat DPP PAN yang berfungsi untuk melakukan konsolidasi
dengan struktur di bawahnya. Dalam penjaringan dan penentuan calon
gubernur dan calon wakil gubernur melalui PAN, ketentuan dan pelaksanaan
52
berada di tingkat DPP dan DPW. Seperti diungkapkan oleh Windiarto Kardono
sebagai Wasekjend DPP PAN :
“ …… Kalau terkait kewenangan antara DPP dan DPW sebenarnya di
PAN itu secara jelas mengatur kewenangan berjenjang dalam
menentukan calon kepala daerah dan itu diatur dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga partai, kalau itu pemilihan setingkat
bupati atau walikota maka akan ditentukan di DPW provinsi, kalau itu
untuk gubenur maka akan ditentukan di pusat, tapi dalam hal lain
sebagainya bisa saja langsung ditentukan dan calonnya daftarkan diri
di pusat” 46
5.1.1. Demokrasi Internal
Demokrasi internal adalah cara untuk menuntut pimpinan partai politik
bertanggung jawab atau dalam model principal agent dapat dipandang sebagai
cara menegakan kontrol anggota partai sebagai principal atas pejabat partai
politik. Partai Amanat Nasional (PAN) dalam menerapkan demokrasi internal
partai selalu mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) yang sesuai dengan hasil kongres IV di Bali. Dalam proses
penjaringan dan penentuan calon gubernur dan calon wakil gubernur di
Sulawesi Selatan ditemukan ketidaksesuaian antara Anggaran Rumah Tanga
46 Wawancara Informan Windiarto Kardono, 26 Desember 2017
53
partai politik dan pelaksanaan penentuan calon gubernur dan calon wakil
gubernur di tingkat pusat dan di tingkat lokal.
DPW PAN Sulawesi Selatan sebagai pimpinan partai politik di tingkat
lokal belum menjalankan fungsi rekruitmen dan penjaringan dikarenakan
dinamika PAN yang tinggi pada pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018. Salah
satu dari empat fungsi partai politik adalah melakukan rekruitmen politik.47
Seperti yang diungkapkan oleh Ashabul Kahfi sebagai ketua DPW PAN Sulsel
“ …… khusus untuk yang kemarin ini (Pilkada Sulawesi Selatan), karena
begitu tingginya dinamika yang terjadi di PAN dalam pilgub ini yah,
sehingga tidak ada pendaftaran yang kami buka untu pilgub. Jadi untuk
pilgub kali ini PAN tidak membuka pendaftaran tapi mempersilahkan
para calon untuk mendaftar di DPP “ 48
Informan menjelaskan dalam pilgub tahun 2018 DPW PAN Sulawesi
Selatan tidak membuka pendaftaran untuk pasangan calon gubernur dan calon
wakil gubernur karena besarnya dinamika yang terjadi dalam PAN, sebagai
alternatif karena tidak dibukanya pendaftaran DPW PAN Sulawesi Selatan
mempersilahkan calon yang ingin mendaftar untuk langsung mendaftarkan diri
ke DPP PAN. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Syamsudin karlos
47 Labolo, Op. Cit 48 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, 14 Desember 2017
54
sebagai bendahara DPW PAN Sulawesi Selatan dan bagian dari tim pilkada
Sulawesi Selatan.
“ ….. saya kira kita tidak melakukan pendaftaran, jadi pak Nurdin tidak
melakukan pendaftaran karena PAN sendiri tidak membuka
pendaftaran.” 49
Polemik lain terkait derajat kesisteman partai politik juga ditemukan di
DPP PAN. PAN dalam pengambilan keputusan seharusnya berdasarkan
Anggaran Rumah Tangga PAN pada BAB XVII tentang pencalonan kepala
pemerintahan pasal 70 ayat 2 menyatakan bahwa
“ ….. penentuan calon gubernur dan/atau calon wakil gubernur
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat berdasarkan usulan Dewan
Pimpinan Wilayah. ” 50
Pemberian rekomendasi ke dua untuk pasangan Nurdin Abdullah dan
Sudirman Sulaiman, apabila ditetapkan dalam bentuk Surat Ketetapan (SK) ,
maka Surat Ketetapan tidak sejalan dengan Anggaran Rumah Tangga PAN.
Ketidaksesuaian antara rekomendasi yang terbit dengan usulan partai di
tingkat DPW berpotensi menjadi salah satu bentuk pelanggaran dalam internal
PAN. DPW PAN Sulawesi Selatan ketika melakukan proses penjaringan calon
gubernur memutuskan untuk mengusulkan Ichsan Yasin Limpo dan Andi
49 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, 13 Desember 2017 50 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PAN, hasil kongres IV di Bali
55
Mudzakar. Menurut Syamsudin Karlos,” kalau usulan dari DPW Pak Ichsan
sebenarnya.”51 dukungan DPP PAN untuk Nurdin Abdullah dan Sudirman
Sulaiman baru sebatas rekomendasi partai politik . Seperti yang diungkapkan
Fikri Yasin, selaku Wasekjend DPP PAN bidang pemenangan pemilu
menyatakan
“ ….. Kebijakan partai itu boleh menerbitkan dua rekomendasi,yang
tidak boleh itu SK. Rekomendasi itu satu tingkat di bawah SK, yang
dimaksud SK itu adalah B1KWK. Rekomendasi itu boleh, karena
didalam rekomendasi itu isinya surat tugas. “ 52
Frank J. Surouf menggambarkan partai politik sebagai raksasa politik
berkepala tiga (Three-headed political giant). Surouf menggambarkan partai
politik sebagai sebuah struktur sosial, dalam tiap struktur kepartaian
menjalankan fungsi, peran, tanggung jawab dan corak aktivitas yang beragam
dalam sistem politik, serta saling berhubungan antara satu struktur dengan
struktur yang lain. Ketiga struktur tersebut antara lain; Partai politik di kantor
pusat (Party in the central office), Partai politik dalam pemerintahan (Party in
the goverment), dan partai politik pada akar rumput (Party in the Electorate).
Partai politik dikantor pusat (Party in the office) menggambarkan organisasi
formal partai politik, yang terdiri dari pemimpin partai politik, aktivis partai politik
51 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, Op. Cit 52 Wawancara Informan Fikri Yasin, 21 Desember 2017
56
dan anggotanya. Apabila pimpinan partai politik melakukan pelanggaran,
maka ada masalah dalam party in the office dalam tipologi Surouf.
Tingkat keotonomian DPW PAN Sulawesi Selatan berdasarkan derajat
kesisteman partai politik hanya sebatas untuk melakukan perekrutan,
penjaringan dan pengusulan. Kewenangan terbesar dalam penentuan calon
gubernur masih dimiliki DPP PAN. Syamsudin Karlos menyatakan :
“ Kalau hak otonom dalam melakukan penjaringan maka 100% kita
punya hak otonom. Yang kita tidak punya kewenangan 100%
menentukan siapa yang diusung, inilah kekurangan yang paling banyak
sekarang. Karena ditentukan oleh pusat, sehingga kadang-kadang apa
yang diinginkan dari bawah tidak diinginkan dari atas, jadi semua partai
seperti itu. Jadi ditentukan pusatnya sementara kadang-kadang lain
keinginan dari bawah “53
Sama halnya dikatakan Irwandi Natsir sebagai ketua BAPILU DPW PAN
Sulawesi Selatan :
“ Saat ini orang sudah tidak berbicara tentang otonomi jika berkaitan
dengan rekomendasi partai kepada calon kepala daerah, karena
Undang-undang memberikan kewenangan kepada Dewan Pimpinan
Pusat (DPP) untuk mengeluarkan Surat Keputusan tentang siapa yang
akan diusung atau dicalonkan” 54
53 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, Op.Cit 54 Wawancara Informan Irwandi Natsir, 13 Desember 2017
57
Menurut Richard S. Katz dan William Crotty tingkat keotonomian partai
politik dapat dilihat dari struktur keanggotaan partai, perekrutan personil dan
kontrol atas keuangan serta kontrol atas partai politik yang lebih rendah.
Kewenangan partai politik yang desentralisir memberikan kewenangan partai
politik di tingkat lokal untuk mengatur aktivitas kepartaiannya secara mandiri
dan tetap berlandaskan aturan nasional.
5.1.2 Keutuhan Organisasi
Berdasarkan hasil penelitian penulis, penulis melihat dampak
dikeluarkannya rekomendasi PAN yang kedua untuk pasangan Nurdin
Abdullah dan Sudirman Sulaiman melahirkan dinamika Internal PAN
menjelang Pilkada. Dinamika Pilkada PAN dilihat dari beberapa fungsionaris
DPW PAN Sulawesi Selatan masuk dalam tim Ichsan Yasin Limpo dan
beberapa fungsionaris masuk dalam tim Nurdin Abdullah55 . Seperti yang
diungkapkan Ashabul Kafi :
“ ….. Ini kan kau bertanya kasus, jadi untuk kasus Pilgub memang
sangat dinamis, kenapa masih terjadi seperti yang anda katakan.
Kenapa masih ada kader yang masih ke pak Ichsan , karena adanya
55 Muh. Hasim Arfah, Usman Lonta Jadi Sekretaris Tim Pemenangan IYL, Irwandi Masuk Sekretariat Gabungan NA, Makassar.Tribunnews.com, 2017, diakses tanggal 31 Desember 2017, http://makassar.tribunnews.com/2017/11/21/usman-lonta-jadi-sekretaris-tim-pemenangan-iyl-irwandi-masuk-sekretariat-gabungan-na
58
hubungan kedekatan yang cukup lama terjalin selama ini. Saudaranya
pak Syahrul ,dua periode kita usung. Kemudian pak Ichsan juga kita
sudah usung dua periode di Kepala Daerah Gowa, bahkan ketiga
kalinya sehingga karena kedekatan emosional itu menjadikan kami
sedikit sulit untuk langsung mengalihkan kepada calon lain dalam hal ini
pak Profesor. Kemudian yang kedua, kebersamaan dengan (khusus
tentang pilgub) pak Ichsan ini sudah cukup lama, sudah setahunan kita
sama – sama di PAN. ini kan tiba-tiba beralih, lari dari 100 tiba-tiba
direm, jadi kita butuh sedikit adaptasi. Tapi saya yakin dinamika itu
insyaallah, tidak akan menimbulkan perpecahan di PAN karena kami
sudah cukup lama menghadapi dinamika di tingkat pilgub.” 56
Dalam keterangan informan membenarkan bahwa masih ada kader
yang tetap pada rekomendasi pertama dan mendukung Ichsan Yasin Limpo
dan Andi Mudzakar. Menurut informan, alasan mengapa masih ada kader
yang menetap di rekomendasi pertama karena telah membangun kedekatan
emosional yang cukup lama. PAN Sulsel memiliki rekam jejak yang dekat
dengan keluarga Yasin Limpo.57 Sejak kakak Ichsan Yasin Limpo, Syahrul
Yasin Limpo mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan
tahun 2007, PAN sudah menjadi salah satu partai politik pengusung Syahrul
Yasin Limpo pada periode pertama dan kedua pada tahun 2012. Pada Pilkada
Kabupaten Gowa tahun 2015, PAN menjadi partai pengusung anak Ichsan
56 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, Op. Cit 57 Rizal, PAN Sulsel Tak Bisa Dipisahkan dari Keluarga Yasin Limpo, Pilkada.rakyatku.com, online http://pilkada.rakyatku.com/read/68398/2017/10/06/pan-sulsel-tak-bisa-dipisahkan-dari-keluarga-yasin-limpo, diakses 31 Desember 2017
59
Yasin Limpo, Adnan Purchita Yasin Limpo yang maju melalui jalur Independen.
Elektabilitas Ichsan Yasin Limpo selalu berada pada posisi empat besar dan
merupakan pesaing kuat dari bakal calon Gubernur Sulawesi selatan lainnya.
Sehingga tidak ada alasan kuat PAN di tingkat lokal mengorbankan
kesetiaannya dan beralih dukungan ke pasangan calon gubernur lain.
Dampak yang ditimbulkan dari terbaginya pandangan di internal PAN
Sulawesi Selatan seperti yang diungkapkan Syamsuddin Karlos :
“ ….. Saya kira yang paling berat adalah mengarahkan kader, karena
biasanya kalau kader sudah terlanjur berteman, biasanya kita bawa ke
jalur partai kan, itu aja beratnya.”58
Dampak lain juga diutarakan oleh Irwandi Natsir :
“ ….. Pasti berpengaruh walau memang kita masih tentatif
mempersiapkan strategi pemenangan, sangat tergantung siapa calon
dan penetrasi dilakukan pada tingkat kader serta tingkat penerimaan
kader terhadap calon yang di SK kan oleh DPP.”59
Berdasarkan pemaparan Informan di atas penulis melihat dampak yang
dirasakan DPW PAN Sulawesi Selatan adalah kesulitan mengarahkan kader
yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan Ichsan Yasin Limpo
untuk mendukung rekomendasi baru yang dikeluarkan oleh DPP PAN pada
pasangan Nurdin Abdullah. Dampak lain yang dirasakan PAN adalah
58 Wawancara Informan syamsudin Karlos,Op. Cit 59 Wawancara Informan irwandi Natsir, Op. Cit
60
persiapan strategi pemenangan Pilkada karena calon gubernur yang diusung
masih tentatif, sehingga penyusunan strategi Pilkada belum bisa berjalan.
Menurut penulis dampak dari ketetapan yang dikeluarkan tidak berdasarkan
usulan di tingkat lokal dapat membuat partai politik tidak menjalankan fungsi
rekruitmen berdasarkan aspirasi lokal, karena proses di tingkat lokal tidak
mempengaruhi keputusan di tingkat pusat.
PAN sebagai partai politik berdiri tahun 1998 sudah memiliki banyak
pengalaman dalam mengatasi dinamika partai politik. Beberapa fungsionaris
PAN menyatakan bahwa dinamika adalah hal lumrah terjadi dalam Internal
PAN dan selesai begitu ada keputusan pasti dari DPP PAN. Seperti dikatakan
oleh Raji N. Sitepu selaku Wasekjend DPP PAN :
“ ….. Kalau terbiasa saya kira setiap pilkada tentu ada dinamikanya,
apa lagi hampir 20 tahun kita seperti ini, sudah biasa hal seperti ini tidak
terlalu menggangu kualitas partai, tidak pernah konfliknya terlalu
meluas . Selama itu belum SK semua dikasi ruang untuk mencari yang
terbaik itu, jadi itu kenapa rekomendasi ada untuk mencari rekomendasi
yang terbaik, nanti waktu yang akan menjawab. ”60
Informan lain menyatakan apabila Surat Ketetapan sudah diterbitkan
(bukan lagi rekomendasi), maka seluruh kader PAN wajib untuk menaati,
seperti yang diungkapkan Fikri Yasin :
60 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, 22 Desember 2017
61
“ ….. yah pinalti, pinalti pemecatan. Kalau dia terang-terangan umpama
sekarang DPP sudah mengeluarkan (SK) di Pilgub, tapi kalau dia tiba-
tiba pasang badan, jadi kita harus pecat.” 61
Untuk mengatasi perbedaan pandangan dalam Pilgub Sulawesi
selatan, Ashabul Kahfi sebagai ketua DPW PAN Sulawesi Selatan, mencoba
untuk memahami konteks pelanggarannya terlebih dahulu sehingga bisa
mengambil keputusan yang lebih arif. Ashabul Kahfi membenarkan bahwa bagi
partai politik keputusan partai politik adalah utama, sehingga tidak ada alasan
kader tidak mengindahkan keputusan partai politik. Seperti diungkap Ashabul
Kahfi :
“ ….. Kita lihat konteksnya dulu, selama itu masih dalam batas - batas
toleran, saya masih bisa memahami. untuk Sulawesi Selatan, kita tidak
bisa serta merta hitam putih, jadi kita harus bisa lebih arif memahami.
tetapi di atas segala-galanya, sebagai kader partai politik itu tetap harus
patuh terhadap keputusan partai politik, dan kemudian jika masih ada
perbedaan dukungan, kita butuh lebih arif. Saya yakin mereka akan
kembali.” 62
perbedaan dukungan menjelang Pilkada dianggap oleh fungsionaris PAN
sebagai dinamika wajar menjelang Pilkada. Seperti dikatakan oleh Wasekjend
61 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit 62 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, Op. Cit
62
DPP PAN, Raji N Sitepu dalam melihat dinamika internal PAN yang biasa
terjadi menjelang Pilkada :
“ ….. Sulsel Provinsi yang besar, Sulsel bukan seperti Gontor yang kecil.
Bisa dibilang barometernya kalau menang di Sulawesi Selatan kita bisa
mempengaruhi secara nasional. Jadi kalau masih ada yang di Ichsan
biasa sajalah, dinamika politik. finalnya itu yang dijanuari, semua kader
ditingkat PAN Akan patuh pada itu.”63
Fungsionaris PAN mengakui ada dinamika dan perbedaan pandangan
setelah rekomendasi kedua untuk Nurdin Abdullah terbit, akan tetapi
fungsionaris PAN di tingkat DPW PAN Sulawesi Selatan dan DPP PAN yakin
setelah Surat Ketetapan PAN untuk kepala daerah terbit PAN kembali bersatu.
Duverger menyebutkan serangkaian lingkaran konsentris dari
solidaritas partai politik yang terus meningkat dengan menggunakan istilah-
istilah seperti pendukung, pengikut, militan dan propaganda sebagai deskripsi
yang berguna tentang keterikatan partai, dan lebih dekat dengan sifat
partisipasinya dibanding keanggotaan formal.64 Hal tersebut menggambarkan
bahwa tingkat keterikatan partai politik menenukan isi ikatan sosiologis yang
menyatukan komunitas. Pendukung Ichsan Yasin Limpol dalam DPW PAN
63 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit 64 Katz & Crotty, Op. Cit., 494
63
Sulawesi Selatan menggambarkan bentuk ikatan sosiologis dan
memperlihatkan wujud partisipasi kepartaian.
5.2 Kemandirian pengambilan keputusan (Decision Autonomy)
Derajat otonomi partai politik berkaitan dalam pembuatan keputusan
dengan hubungan partai dan aktor dari luar partai, baik dengan sumber otoritas
( Kekuasaan ), maupun dengan sumber dana ( Ekonomi ) dan sumber
dukungan yang berasal dari organisasi masyarakat tertentu. Pengambilan
keputusan DPP dan DPW PAN Sulawesi Selatan mengacu pada Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai termasuk dalam peraturan partai.
Seperti yang penulis jelaskan di atas, pengambilan keputusan PAN diputuskan
oleh satu jenjang lebih tinggi di atasnya, akan tetapi dalam proses penjaringan
dan penentuan calon kepala daerah diputuskan berdasarkan usulan di tingkat
lokal.
Mekanisme penjaringan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan
dilakukan dengan membentuk tim pilkada tingkat DPW. Tim pilkada tersebut
berfungsi untuk melakukan rekruitmen, penjaringan dan pengusulan. Usul
yang ditentukan oleh DPW kemudian diseleksi oleh tim pilkada di DPP PAN,
dan kemudian diputuskan Ketua Umum dan Sekjend DPP PAN. Sama halnya
64
yang diungkapkan oleh tim pilkada DPW PAN Sulawesi Selatan, Syamsuddin
Karlos ;
“ …… Jadi tim Pilkada membuka pendaftaran, para kandidat mendaftar
kemudian setelah itu kita lakukan fit and proper test bagaimana calon
itu kelayakannya dalam mengenal daerahnya setelah itu kita ajukan ke
DPP Pusat. jadi kita disini (DPW PAN Sulsel) tidak ada yang kita
gugurkan, sampai di tingkat wilayah tidak ada yang kita gugurkan jadi
langsung kita kirim semuanya ke DPP” 65
Usulan nama yang dikirim ke tingkat pusat oleh DPW PAN Sulawesi
Selatan kemudian diteruskan ke tim Pilkada di tingkat DPP PAN. Setelah
penjaringan tim Pilkada DPP PAN, nama tersebut diberikan ke Sekretaris
Jenderal dan Ketua Umum untuk menerbitkan Surat Ketetapan. Seperti yang
diungkap Fikri Yasin sebagai berikut :
“ ….. Kalau otoritas itu adanya di DPP, tapi sebelum memutuskan DPW
itu diajak ngobrol semua, karena yang mengsulkan ke pusat itu DPW,
orang itu dijaring dulu semua, administrasinya itu diusul ke pusat, dan
kitalah yang memutuskan , calon diusulkan atas usulan DPW, kan ada
berkasnya, kitakan tidak tahu siapa nama-namanya, bisa saja satu
calon, dua calon, jadi bisa saja berapa nama calon. Tapi yang
memutuskan itu otoritasnya DPP. Tapi jarang sekali yang kita keluarkan
itu di luar yang kita usulkan itukan nggak mungkin. “66
65 Wawancara Informan syamsudin Karlos,Op. Cit 66 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit
65
Seperti yang penulis jelaskan pada dimensi kesisteman, dalam Pilkada
Sulawesi Selatan tahun 2018, DPW PAN Sulawesi Selatan tidak membuka
pendaftaran, akan tetapi memperbolehkan calon yang ingin mendaftar sebagai
calon gubernur PAN, langsung mendaftarkan diri ke tingkat DPP PAN.
Perbedaan pengambilan keputusan saat DPP PAN menerbitkan rekomendasi
kedua untuk pasangan Nurdin Abdullah, sementara usulan partai ditingkat
DPW PAN Sulawesi Selatan adalah pasangan Ichsan Yasin Limpo.
Perpindahan rekomendasi DPP PAN ke Nurdin Abdullah membuat sejumlah
DPW dan DPD PAN Sulawesi Selatan bereaksi. Reaksi yang diperlihatkan
kader PAN di Sulawesi Selatan adalah dengan mengeluarkan komitmen untuk
tetap mendukung Ichsan Yasin Limpo – Andi Muzakar sebagai Calon Gubernur
dan Calon Wakil Gubernur Sulawesi Selatan berdasarkan hasil rekomendasi
pertama DPP PAN.67 Alasan DPP PAN menerbitkan rekomendasi kedua untuk
pasangan Nurdin Abdullah, seperti yang diungkap Wasekjend DPP PAN, Raji
N. Sitepu sebagai berikut :
“ ….. kalau di politik itu bisa berubah, ada juga ada hal-hal yang perlu
dipertimbangkan, seperti konstalasi di tingkat nasional, dinamika di
tingkat nasional, memang harus masuk di situ kita bisa jadikan itu salah
satu parameter. Lokal itu bukan porsinya, ini berbicara soal elit disini,
dan mungkin tidak tertulis. Kalau dipolitik, ada hal-hal yang di luar formal
67 Muh. Nasrudin, Rekomendasi PAN beralih ke NA, Sulsel tetap solid dukung IYL-Cakka Makassar.terkini.id, online , https://makassar.terkini.id/rekomendasi-pan-beralih-na-sulsel-tetap-solid-dukung-iyl-cakka/ , diakses 1 Januari 2018
66
bisa mempengaruhi. Misalnya kalau Nurdin Abdullah, ada partai yang
mengusungnya dari PDI-P, kita kan dipolitik itu tidak mungkin berkawan
terus selamanya. Mungkin bisa berbicara tentang koalisi nasional, jadi
di Sulsel mungkin ada hal-hal tertentu. Ini bukan kesewenang-
wenangan partai, tentu pasti DPP atau ketua umum melakukannya
untuk kepentingan partai jangka Panjang.”68
Penyebab lain seperti diungkapkan Wasekjend DPP PAN, FIkri Yasin :
“ ….. Rekomendasi ini kami berikan tugasnya ada dua, satu
mendapatkan partai koalisi, yang kedua untuk mendapatkan wakil, dan
yang ketiga kami memberikan kamu waktu satu bulan, apabila dalam
waktu satu bulan kamu tidak memenuhi syarat maka rekomendasi kami
cabut.” 69
Dari keterangan Informan di atas, alasan rekomendasi DPP PAN
berpindah dari Ichsan Yasin Limpo ke Nurdin Abdullah adalah karena
ketidakmampuan IchsanYasin Limpo untuk mencukupkan koalisi partai
pendukung dan untuk kepentingan partai politik jangka panjang. Setelah
rekomendasi DPP PAN beralih ke Nurdin Abdullah, Ichsan Yasin Limpo hanya
mendapat dukungan 7 kursi dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan, yaitu kursi dari dukungan PPP. Dengan
perolehan kursi yang tidak mencukupi, maka Ichsan Yasin Limpo tidak bisa
mencalonkan diri melalui jalur partai politik. Sedangkan rivalnya, Nurdin
68 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit. 69 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit
67
Abdullah yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6 kursi,
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 5 kursi , Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) 3 kursi, dan tambah lagi dengan Partai Amanat Nasional (PAN)
9 kursi. Jika ditotal secara keseluruhan maka Nurdin Abdullah telah
mengantongi 23 kursi dari jumlah kursi di DPRD dan telah memenuhi syarat
mencalonkan sebagai calon gubernur di Sulawesi Selatan.
Menurut Ranney, seleksi calon adalah proses yang dengannya partai
politik memutuskan mana orang-orang yang secara hukum layak memegang
jabatan elektif akan dimasukan dalam surat suara dan dalam komunikasi
pemilu sebagai calon atau daftar calon yang didukungnya.70 Berdsarkan
pengertian yang dijelaskan oleh Ranney, Ichsan Yasin Limpo tidak bisa
dicalonkan secara hukum karena tidak memenuhi perhitungan kursi di DPRD
Sulsel. Untuk bisa menaikan status bakal calon menjadi calon gubernur di
Sulawesi Selatan setidaknya dibutuhkan 17 Kursi di DPRD Provinsi Sulsel.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 pasal 40 ayat 1 tentang
syarat dukungan partai politik dalam tingkat daerah ,maka pasangan calon jika
telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% (dua puluh persen)
dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau 25% (dua puluh lima
70 Katz & Crotty, Op. Cit., 4178
68
persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan71.
Pengambilan keputusan dan derajat otonomi partai politik di Sulawesi
Selatan sudah dilakukan dengan melibatkan banyak pihak dalam tataran lokal.
Akan tetapi pengambilan keputusan tetap berada pada kewenangan penuh
DPP PAN yang tidak hanya dikuatkan AD/ART PAN juga diatur lebih lanjut
dalam UU. No. 10 tahun 2016 pasal 42 ayat 4a yang berbunyi :
“ ….. Dalam hal pendaftaran pasangan calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) tidak dilaksanakan oleh pimpinan Partai Politik tingkat
Kabupaten/Kota, pendaftaran pasangan calon yang telah disetujui
Partai Politik tingkat Pusat, dapat dilaksanakan oleh pimpinan Partai
Politik tingkat Pusat.” 72
Menurut keterangan Usman Lonta, UU No. 10 tahun 2016 adala
permasalahan yang membatasi otonomi kepartaian di tingkat lokal. Tidak ada
kesesuaian antara otonomi daerah pemerintahan yang semakin desentralisasi
dan pengambilan keputusan partai politik yang cenderung oligarki. Ungkap
Usman Lonta selaku ketua KPPW PAN Sulawesi Selatan :
71 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang 72 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang pasal 42 ayat 4a
69
“ ….. yang tidak luput dari perhatian adalah keingninan mayoritas orang-
orang yang ada di daerah. Kalau dalam Bahasa Makassar itu ada filosofi
orang makassar, “ parinta I taua irolona” perintahlah orang sesuai
dengan kemauannya, itu filosofi pemerintahan orang makassar. jadi ,
kalau pemerintahan di Makassar dia melihat kecenderungan
masyarakat yang diinginkan. Jadi pengejewantahan demokrasi pada
semua kegiatan semua mengiyakan demokrasi, dan tentu ini harapan-
harapannya tentu begini, yang menurut saya Undang-undang induknya
ini yang perlu direvisi kembalikan, kasi sejalan tehadap otonomi
pemerintahan dan otonomi partai. “73
Raji N. Sitepu mengatakan bahwa dalam PAN tetap ada otonomi dalam
pengambilan keputusan di DPW PAN Sulawesi Selatan, akan tetapi otonomi
partai politik tidak dapat diberikan sepenuhnya, karena ada hal-hal yang
dibatasi dalam anggaran dasar PAN. Berikut tanggapan dari Raji N. Sitepu :
“ ….. Kalau Otonomi dalam arti mencari itu bukan otonomi yang seluas-
luasnya, mana mungkinkan, tetap juga ada hal tertentu, yang ada
tentang kewenangan luar negeri itu dipusat kan. kalau otonomi jelas ada
yang kita berikan di DPP. tapi ini kan tetap kita melibatkan DPW ada
forum yang melibatkan DPW. Kenapa harus di pusat, itu kan kita semua
punya cita-cita besar partai yang merasakan Pancasila, ……. kenapa
harus DPP, Undang-undang kita, aturan KPU semua harus melibatkan
DPP .”74
73 Wawancara informan Usman Lonta, 12 Desember 2017 74 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit
70
Berdasarkan penelitian, penulis melihat bahwa tidak ada derajat
keotonomian dalam Partai Amanat Nasional di tingkat lokal. DPW PAN
Sulawesi Selatan hanya menjalankan dan menaati perintah dan keputusan
partai di tingkat pusat. DPW PAN Sulawesi Selatan dalam proses seleksi calon
sudah mengusulkan Ichsan Yasin Limpo, akan tetapi berdasarkan mekanisme
dan struktural DPP PAN dapat membatalkan dan menerbitkan rekomendasi
baru. Akibatnya adalah hasil penjaringan calon kepala daerah di tingkat DPW
PAN Sulawesi Selatan tidak memiliki posisi berarti dalam derajat pengambilan
keputusan dan cenderung dipaksakan untuk menaati keputusan DPP PAN.
5.3. Derajat Identitas Nilai (Value Identify )
Randall dan Svasand (2002) mengemukakan bahwa Identitas nilai (
value Identify) merupakan suatu kondisi dimana para aktor yang ada di dalam
partai politik dan konstituennya mampu mendapatkan, mengidentifikasi, dan
memiliki komitmen. Derajat Identitas nilai merupakan suatu dimensi yang
menjadikan ideologi dan platform sebagai identitas untuk menarik konstituen.
Penerapan prinsip dasar dan nilai dalam aktivitas partai politik harus
berdasarkan dengan ideologi dan platform yang diangkat.
Setiap partai politik di Indonesia memiliki paltform yang berbeda-beda,
namun tak jarang ditemukan ideologi partai politik yang cenderung sama
71
antara partai satu dengan partai lainnya. PAN adalah partai yang berasaskan
akhlak keagamaan dan berlandaskan Pancasila dalam menjalankan aktifitas
politiknya. DPW PAN Sulawesi Selatan sebagai bagian integral dari Partai
Amanat Nasional di Indonesia hadir untuk mengimplementasikan seluruh
tujuan dan usaha-usaha yang telah direncanakan berdasarkan identifikasi
terhadap ideologi partai politik, hal ini tertuang dalam AD/ART dan pedoman
organisasi partai. Akan tetapi pelibatan kader secara inklusif dapat
meningkatkan kualitas demokrasi suatu partai politik.
Menurut Austin Ranney salah satu ciri fundamental yang dimiliki oleh
partai politik adalah hadirnya beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan
sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai
berdasarkan identifikasi tertentu. Keberhasilan partai politik menanamkan nilai
dan identitas kepartaian kepada anggotanya merupakan bentuk komitmen
pelembagaan partai politik. Masyarakat yang bergabung dalam partai politik
karena memiliki kesamaan cara pandang untuk melakukan perbaikan di
masyarakat.
Platform PAN terdiri dari beberapa prinsip yang dibagi kedalam
beberapa dimensi yang menjadi perjuangan PAN. PAN memiliki prinsip dasar
dalam menjalankan fungsi kepartaiannya :
72
1. Partai Amanat Nasional adalah partai politik yang memperjuangkan
kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan keadilan sosial.
2. Partai Amanat Nasional mencita-citakan suatu masyarakat
Indonesia yang demokratis, berkeadilan sosial, otonom dan mandiri.
3. Partai Amanat Nasional merupakan partai yang menghormati dan
mendorong kemajemukan.
4. Partai Amanat Nasional menentang segala bentuk kediktatoran,
totaliterisme dan otoriterisme, karena berlawanan dengan harkat
dan martabat manusia, memasung kebebasan dan menghancurkan
hukum.
5. Partai Amanat Nasional akan bersaing dengan parta-partai lain
secara terbuka, adil dan jujur untuk meraih dukungan rakyat.
Demokrasi adalah salah satu upaya yang ingin diwujudkan dalam
prinsip dasar PAN. Menurut Hebernas setiap subjek yang mampu berbicara
dan bertindak boleh ikut serta dalam diskursus demokrasi.75 Bentuk
pengambilan keputusan partai politik yang sentralistik dan eksklusif tidak
menggambarkan prinsip demokrasi dalam partai politik. Pengambilan
keputusan di PAN diputuskan secara eksklusif dan sentralistik. Pengambilan
75 F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, (Yogyakarta : Kanisius, 2009), hlm. 210
73
keputusan diputuskan berdasarkan keputusan Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal. Seperti yang diungkapkan Fikri Yasin :
“ ….. Kalau penanganan pilkada yang bertanggungjawab Yanri
Susanto, kalau sudah masuk dalam penetapan itu Sekjend dan Ketua
Umum .”76
Menurut penulis partai politik bukanlah Lembaga swasta yang dimiliki
perorangan atau sekelompok elit tertentu, sehingga pengambilan keputusan
secara desentralisasi dan inklusif menjadi kebutuhan masyarakat akan partai
politik. Identitas kepartaian hanya akan diperoleh jika anggota partai politik
merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan di partai politik.
Mendesentralisas dan menginklusifkan pengambilan keputusan dalam partai
politik dapat meningkatkan tingkat kepercyaan masyarakat terhadap partai
politik
Prinsip dasar PAN menentang segala bentuk kediktatoran, totaliterisme
dan otoriterisme. Untuk mewujudkan prinsip dasar PAN dapat dilakukan
dengan memperbaiki mekanisme dalam internal PAN. PAN juga harus
mengerti cara untuk mempraktekan prinsip dasar dalam menjalankan fungsi
kepartaian. pengambilan keputusan yang tidak tersentral ke tingkat pusat
adalah salah satu bentuk dari prinsip dasar PAN, sehingga menginklusifkan
76 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit
74
pengambilan keputusan ke tingkat lokal adalah salah satu bentuk
pengejewantahan prinsip dasar PAN.
Seperti hal yang diungkapkan oleh Raji N. Sitepu :
“ ….. Inikan dalam kerangka besar, semua dari negara, dari
kebangsaan. Partai politik ada platformnya, begitu semua kader sudah
masuk, semua harus paham itu,”77
5.4. Derajat Pengetahuan Publik (Reification)
Derajat Pengetahuan publik atau reification merupakan upaya partai
politik untuk mencitrakan dirinya sebaik mungkin di mata publik. Partai politik
menjadi penghubung utama antara masyarakat dan negara di sebagian besar
negara penganut demokrasi. Partai politik selalu berupaya untuk mencari
pemilih mayoritas dalam masyarakat agar dapat memenangkan pemilihan.
Simpati publik kepada partai politik merupakan penentu keberlangsungan
partai politik. Salah satu cara yang dilakukan partai politik untuk menarik
simpati publik adalah menghadirkan figur-figur calon kepala daerah yang
kompeten dan dikenal masyarakat.
77 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit
75
PAN berhasil menduduki posisi ke lima dalam perolehan jumlah kursi di
parlemen nasional tahun 2014. Sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan PAN
menempati perolehan suara terbesar ke empat dengan perolehan sembilan
kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Rekam jejak PAN di Sulawesi
Selatan memang terbilang baik, beberapa calon kepala daerah yang diusung
PAN selalu memenangkan Pilkada di Sulawesi Selatan. Pilkada Sulawesi
selatan dua periode berturut-turut, DPW PAN Sulawesi Selatan menjadi salah
satu partai politik pemenang koalisi untuk Syahrul Yasin Limpo. Kedekatan
PAN dalam pemerintahan keluarga Yasin Limpo memperlihatkan
kemungkinan PAN untuk mendukung Ichsan Yasin Limpo.
Gambaran PAN di Pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018 berkembang di
mata masyarakat dan media terjadi perpecahan di Internal PAN Sulawesi
Selatan. Beberapa fungsionaris PAN menyatakan perbedaan dukungan yang
terjadi dalam internal PAN dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil
gubernur adalah dinamika yang terjadi dalam partai politik, sedangkan kader
PAN yang tidak mengikuti keputusan partai politik merupakan personalia yang
memiliki prinsip untuk mendukung kandidat tertentu : seperti yang diungkap
oleh Usman Lonta :
“ ….. Sebenarnya nda terbagi, PAN ini satu, cuman memang, adanya
pilihan-pilihan lain mereka katakan sudah terlanjur berada disitu,
apalagi orang yang sudah terbiasa memegang prinsip persaudaaran
76
dan persahabatan biasanya nda muda kembali tetapi secara
kelembagaan sudah itu, tapi person-person yang ada didalamnya
meskipun itu kurang elok tapi inilah kenyataan kenyataan yang sudah
terjadi.”78
Selain itu karena posisi PAN yang sangat strategis dalam Pilkada
Sulawesi Selatan tahun 2018, PAN menjadi salah satu komponen keberhasilan
dalam memenangkan Pilkada bagi para kandidat. Citra PAN di mata
masyarakat sudah identik dengan kata ummat yang juga merupakan slogan
besar Muhammadiyah. Sehingga pola dan basis dukungan PAN sudah jelas,
banyak calon mencoba untuk mencalonkan diri melalui Partai Amanat
Nasional. Seperti diungkapkan oleh Raji N. Sitepu :
“ ….. inikan sulsel kenapa bisa ada sesuatu, atau menganggap PAN ini
jadi harus diganggu dulu, itu media kan, dibelakang media kan ada
kekuatan di belakang media. Misalnya, PAN sama PDI-P disanakan
tentu ada orang yang tidak nyaman, inikan jarang-jarang juga, tentu dia
pakai media, jadi soal rekomendasi ada itu tidak masalah, kalau
ditempat lain kenapa tidak besar mungkin media tidak menyoroti, “79
Berdasarkan keterangan Informan yang diperoleh penulis melihat
dinamika dan perbedaan pandangan yang terjadi dalam internal PAN adalah
salah satu bentuk pelembagaan partai politik . Perbedaan pandangan yang
diterima oleh pimpinan partai politik adalah salah satu bentuk wujud demokrasi
78 Wawancara informan Usman Lonta, Op. Cit. 79 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit
77
di internal PAN , selama personalia yang berbeda tidak membawa atribut partai
politik. Pengalaman PAN telah lama terlibat dalam Pilkada menganggap
dinamika politik sebagai hal yang lumrah terjadi dalam internal PAN.
Perbedaan pandangan yang tidak sesuai keputusan DPP PAN, akan
diselesaikan berdasarkan mekanisme partai.
Penulis melihat rekomendasi yang berikan untuk Nurdin Abdullah dan
Sudirman Sulaiman akan memberikan usaha bagi PAN untuk mengenalkan
kembali Nurdin sebagai calon yang diusung PAN. Pendukung PAN yang sudah
terlanjur ke Ichsan perlu dilakukan upaya oleh DPW PAN Sulawesi Selatan
untuk mengubah arah pandangnya.
78
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis uraikan
berdasarkan pengamatan penulis. Kesimpulan penulis sajikan berdasarkan
rumusan masalah yaitu bagaimana implementasi otonomi partai di tingkat lokal
dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan, sedangkan saran
merupakan rekomendasi penulis untuk bentuk penelitian yang serupa.
6.1 Kesimpulan
Analisis yang dilakukan dalam melihat otonomi Partai Amanat Nasional
di tingkat lokal dalam menentukan calon gubernur di Sulawesi Selatan, melalui
studi dokumen dan wawancara beberapa fungsionaris DPP dan DPW PAN
Sulawesi Selatan. Penulis melihat DPW PAN Sulawesi Selatan belum otonom
dalam menentukan Calon Gubernur Sulawesi Selatan. DPW PAN Sulawesi
Selatan hanya bertugas melakukan rekruitmen, penjaringan dan pengusulan,
sedangkan penentuan calon gubernur adalah sepenuhnya kewenangan DPP
PAN. Mekanisme yang dijalankan DPW PAN Sulawesi Selatan hanya bersifat
formalitas karena tidak memiliki kekuatan dalam menentukan calon gubernur
di Sulawesi Selatan.
79
Berdasarkan derajat kesisteman yang dijalankan Partai Amanat Nasional
dalam menentukan calon gubernur PAN di Sulawesi Selatan ditemukan
pelaksanaan yang tidak sesuai mekanisme dan AD/ART PAN.
Ketidaksesuaian pelaksanaan dapat dilihat dengan tidak dibukanya
pendaftaran calon gubernur oleh DPW PAN Sulawesi Selatan dan
ditetapkannya calon gubernur yang tidak berdasarkan usulan DPW PAN
Sulawesi Selatan oleh DPP PAN
Dilihat dari derajat kemandirian pengambilan keputusan, DPW PAN
Sulawesi Selatan belum otonom dalam menentukan calon gubernur karena
sangat dipengaruhi keputusan DPP PAN. Kewenangan DPP PAN yang sangat
besar menunjukan pengambilan keputusan di DPP PAN bersifat sentralistik.
Pengambilan keputusan PAN yang sentralistik dalam menentukan calon
gubernur dikuatkan dengan UU. No. 10 tahun 2016 yang mendukung
kewenangan penuh partai politik di tingkat pusat. Keputusan yang ditetapkan
oleh DPP PAN merupakan keputusan PAN yang harus ditaati oleh seluruh
kader PAN. Kader PAN akan dikenakan sanksi jika kader PAN tidak
melasanakan atau melawan keputusan PAN.
Dilihat dari derajat identitas nilai Prinsip dasar PAN berupaya untuk
mewujudkan demokrasi dan anti kediktatoran, totaliterisme dan otoriterisme,
akan tetapi pengambilan keputusan PAN yang masih berpusat ke DPP PAN
80
tidak menggambarkan prinsip pelaksanaan demokrasi. Pengambilan
keputusan yang demokratis hanya dapat dilakukan jika PAN melibatkan
anggota PAN secara desentralisasi dalam menentukan calon gubernur.
Pelibatan anggota PAN secara desentralisasi dapat menyalurkan dan
mendukung calon gubernur berdasarkan aspirasi kader PAN di tingkat lokal.
Derajat pengetahuan publik di PAN Sulawesi Selatan memperlihatkan
kepada masyarakat terbaginya fungsionaris DPW PAN Sulawesi Selatan ke
dua pasangan calon gubernur yang mendapatkan rekomendasi DPP PAN.
Rekomendasi kedua yang diterbitkan DPP PAN Sulawesi Selatan
menggambarkan dinamika internal PAN dalam menghadapi Pilgub Sulawesi
Selatan.
6.2 Saran
Pengambilan keputusan partai politik dapat berkeja secara maksimal jika
pengambilan keputusan dilakukan secara desentralisasi. Pengambilan
keputusan partai politik juga harus dilakukan berdasarkan mekanisme dan
AD/ART. Pimpinan partai politik yang mengambil keputusan tidak berdasarkan
mekanisme dan AD/ART partai politik dapat diberikan sanksi untuk menjadi
kontrol bagi pimpinan partai politik.
81
Pimpinan pusat partai politik seharusnya memberikan kekuatan terhadap
partai politik di tingkat lokal untuk terlibat menentukan calon kepala daerah.
Keterlibatan partai politik di tingkat lokal dalam menentukan calon kepala
daerah diperlukan agar kesan partai oligarkis dan sentralistik hilang dari
pandangan masyarakat. Penulis menilai masyarakat lebih dekat dengan partai
politik inklusif dengan melibatkan anggota partai politik di tingkat akar rumput
(grass root) bahkan masyarakat langsung melalui pemilihan pendahuluan.
Penentuan akhir calon kepala daerah hanya dapat dilakukan melalui
kesadaran setiap anggota partai politik, dengan mengedepankan kepentingan
partai politik dibanding kepentingan pribadi. Kesadaran anggota partai politik
dapat dilakukan melalui Pendidikan politik yang diberikan secara terus
menerus. Pendidikan politik juga dapat menjadi alat untuk meningkatkan
kesamaan identitas dan nilai dalam anggota partai politik.
82
DAFTAR PUSTAKA
Bailusy, Muh. Kausar .2012. Politik lokal dalam sistem otonomi daerah. Ciledug
: Penerbit Sejahtera kita,
Budiardjo, Meriam. 2008. Dasar-dasar ilmu politik (edisi revisi). Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Cuningham, Frank.2002. Theoris of Democracy. London: Roudledge ,
Hardiman, F. Budi.2009.Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta : Kanisius
Heywood, Andrew.2004. Political Theory. New York : Palgrave Macmilan
Hopkin, Jonathan. 2007. “Devolution Party Politics in Britain & Spain”. London
: London School & Economics
JA, Danny. 2006. Napak tilas reformasi politik Indonesia : talkshow Deny J.A.
dalam dialog actual radio delta FM. Yogyakarta : LKIS Yogyakarta
Katz S, Richard dan William Crotty. 2014. Handbook Partai Politik. Terj.
Ahmad asnawi. Jakarta : Nusa Media
Kristiadi J. 2008. Demokrasi dan etika bernegara. Yogyakarta : Kanisius
Labolo, Muhammad dan Teguh Ilham. 2015. Partai Politik dan Sistem
Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta : Rajawali Press.
Ober, Josiah.2007. What the Ancient Greeks Can Tell Us About Democracy.
Princeton/Stanford : Working Papers in Classic
Raco, J.R. 2010. Metode penelitian kualitatif. Jakarta : Grasindo
Schrumpter, Jhosep A. 2013 ,”kapitalisme, sosialisme, dan demokrasi. Terj.
Teguh wayuh . Yogyakarta : Pustaka pelajar
Subakti, Ramlan. 2011. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo
Petter, B. Guy. 2001.”Institusional Theory in Political Science”. London :
Continum
83
Sumber-sumber lain
Arfah, Muh. Hasim. 2017. Hasil rapat terbatas DPW dan DPD PAN Sulsel.
Tribunnews. Makassar. Publikasi melalui
http://makassar.tribunnews.com/2017/09/20/hasil-rapat-terbatas-dpw-dan-
dpd-pan-se-sulsel-tetap-usung-iyl-cakka?page=all .terakhir di iakses tanggal
2 November, 2017)
Inter parlementery Union.1998. democracy: its principles and achievement.
Geneva : The Inter Parlementery Union
Ilham. 2011. Indonesia Negara Demokrasi Terbesar Ketiga Dunia.
Nasional.tempo.co. Jakarta. Publikasi melalui
https://nasional.tempo.co/read/369489/indonesia-negara-demokrasi-terbesar-
ketiga-dunia . Diakses tanggal 26 Oktober, 2017)
Kamus Longman Dictionary of Contemporary English. 1982. Great Britania
Khanafi, Ridho Imawan. 2014. pemilihan langsung kepala daerah di
indonesia: beberapa catatan kritis untuk partai politik, Jurnal Penelitian
Politik, Vol. 11, No. 2
Purwaneni, Harteti.2004. Demokrasi Indonesia : dari masa ke masa. Jurnal
Administrasi Publik, Vol. 3, No.2,
Pranata, Andi Aan. 2017. PAN tak solid dukung Nurdin Abdullah di Pilgub
Sulsel. Metrotvnews.com. Jakarta. Publikasi melalui
http://news.metrotvnews.com/daerah/Rb1ZgRek-pan-tak-solid-dukung-
nurdin-abdullah-di-pilgub-sulsel terakhir di akses pada tanggal 1 November
2017
Purba, Aryantha Sivadibert, Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi Di
Indonesia”, Jurnal Politik muda vol. 4, No. 1 (2015) : 2
Rahman, Arifin. 2002, Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif Struktural
Fungsional dalam Skripsi Noor Asty Baalwy “Rekruitmen Politik Partai
Nasional Demokrat dalam Proses Institusionalisasi Partai di Kota Makassar”
84
Solikhin, Akhmad,2017. “Menimbang pentingnya desentralisasi partai politik
di Indonesia” ”. Journal of Governance vol. 2, no. 1
Stanford University. Democracy Education for Iraq—Nine Brief Themes.
https://web.stanford.edu/~ldiamond/iraq/DemocracyEducation0204.htm.
diakses 27 Oktober, 2017
Sivadibert, Aryantha. 2015. Potret pandangan Akademisi di Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UGM (JSP) : Mengenal permasalahan Demokrasi di
Indonesia. Jurnal Politik Muda. Volume 4. Nomor 1
Undang-undang RI, No. 32 , Tahun 2004. Pemerintahan daerah
Undang-undang RI, No. 8, tahun 2015, Perubahan atas Undang-undang
Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-undang
Undang-undang RI, No. 10, tahun 2016. Perubahan atas Undang-undang
Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-undang
85
L
A
M
P
I
R
A
N
86
Lampiran 1
Struktur Organisasi DPP PAN
Majelis Penasihat Partai
Ketua : Soetrisno Bachir
Wakil Ketua : Zulkifli Halim
Sekretaris : Nurhadi M Musawir
Bendahara : Sunartoyo
Pengurus Harian
Ketua Umum : Zulkifli Hasan
Wakil Ketua Umum Asman Abnur
Wakil Ketua Umum : Mulfachri Harahap
Wakil Ketua Umum : Suyoto
Wakil Ketua Umum : Ahmad Hanafi Rais
Wakil Ketua Umum : Bima Arya Sugiarto
Wakil Ketua Umum : Bara K Hasibuan
Ketua-ketua:
Ketua : Yandri Susanto
Ketua : Viva Yoga Mauladi
Ketua : Teguh Juwarno
Ketua : Achmad Hafisz Tohir
Ketua : Didik J Rachbini
Ketua : Totok Daryanto
Ketua : M Ali Taher Parasong
Ketua : Azis Subekti
Ketua : Riski Sadig
Ketua : Yahdil Abdi Harahap
Ketua : Noviantika Nasution
Ketua : Intan Fitriana Fauzi
Ketua ; Jon Erizal
Ketua : Andi Anzar Cakrawijaya
Ketua : M Najib
Ketua : Muhammad Reza Rajasa
Ketua : Eko Hendro Purnomo
Ketua : Raja Sapta Oktohari
Ketua : Ambia B Boestam
Ketua : Ashabul Kahfi
Ketua : Euis Fety Fatayaty
87
Ketua : Barnabas Yusuf Hura
Ketua : Dessy Ratnasari
Sekretaris Jendral : Eddy Suparno
Wakil Sekretaris jendral : Ahmad Yohan
Wakil Sekretaris jendral : Ahmad Mumtaz Rais
Wakil Sekretaris jendral : Andi Taufan Tiro
Wakil Sekretaris jendral : Anton Syafriuni
Wakil Sekretaris jendral : Dedi Setiawan Dolot
Wakil Sekretaris jendral : Wahyuni Refi
Wakil Sekretaris jendral : Amran Arfan
Wakil Sekretaris jendral : TB Luay Sofhani
Wakil Sekretaris jendral : Iswari Mukhtar
Wakil Sekretaris jendral : Saleh P Daulay
Wakil Sekretaris jendral : Rusli Halim
Wakil Sekretaris jendral : Ibnu M Bilaludin
Wakil Sekretaris jendral : Taufik Amrullah
Wakil Sekretaris jendral : Surya Imam Wahyudi
Wakil Sekretaris jendral : Rodi Khaelani
Wakil Sekretaris jendral : Sitti Hikmawatty
Wakil Sekretaris jendral : Yayuk Basuki
Wakil Sekretaris jendral : Windiarto Kardono
Wakil Sekretaris jendral : Inge Ingkiriwang
Wakil Sekretaris jendral : Togi Pangaribuan
Wakil Sekretaris jendral : Soni Sumarsono
Wakil Sekretaris jendral : Tutur Sutikno
Wakil Sekretaris jendral : Arif Mustafa Al-Buny
Wakil Sekretaris jendral : Alex Mahili
Wakil Sekretaris jendral : Yasmin Muntaz
Wakil Sekretaris jendral : Tanty Pupti
Wakil Sekretaris jendral : Fitriana Novita
Wakil Sekretaris jendral : Fikri Yasin
Bendahara Umum : Nasrullah
Bendahara : Chandra Tirta Wijaya
Bendahara : Indra Gobel
Bendahara : Laila Istiyana
Bendahara : Lexy Budiman
Bendahara : Nur Indah Fitriani
Bendahara : Wa Ode Nur Zainab
Bendahara : M Syafrudin
88
Bendahara : Jaorana Amiruddin
Bendahara : Wulandari Ramadani
Bendahara : Atina Riawati
Bendahara : Damayanti HakimTohir
Bendahara : Indira Chunda Thita Syahrul
Bendahara : Rosmaili Idris
Bendahara : Mariana Deden
Bendahara : Farah Valencia
Bendahara : Jamilah
Bendahara : Tutik Masria Widya
Bendahara : Dyah Hestu Lestari
Mahkamah Partai
Ketua : Yasin Kara
Anggota : Irham Jafar
Anggota : Ian Putra
Anggota : Abdul Hakam Naja
Anggota : Mashuri
Anggota : Ali Taher Parasong
89
Lampiran 2
Struktur Organisasi
DPW PAN Sulawesi Selatan
Susunan Pengurus DPW PAN Sulawesi Selatan Periode 2015-2020 adalah :
Ketua Umum : Ashabul Kahfi
Wakil Ketua : Yusran Paris
Wakil Ketua : Irwandi Natsir
Wakil Ketua : Usman Lonta
Wakil Ketua : Aswan
Wakil Ketua : Muhammad Irfan
AB
Wakil Ketua : Ilham
Burhanuddin
Wakil Ketua : Jamil Misbach
Wakil Ketua : Husmaruddin MP
Wakil Ketua : Abduh Bakrie
Pabe
Sekretaris Wilayah : Jamaluddin
Jafar
Bendahara : Syamsuddin
Karlos
Pusat-pusat dan Biro-biro
Ketua Pembinaan Organisasi dan Keanggotaan : Yusran Paris
Ketua Pemenangan Pemilu : Irwandi Natsir
Ketua Perkaderan : Usman Lonta
90
Ketua Penelitian dan Pengembangan : Irfan AB
Ketua KPPA : Andi Oci Ilham
Ketua Politik dan Hankam : Achmad A Cinnong
Ketua Pemerintahan dan Otonomi Daerah : Ilham Burhanuddin
Ketua Hukum dan HAM : Jamil Misbach
Ketua Advokasi dan Perjuangan Rakyat : Zamhari Shar
Ketua Komunikasi dan Informasi Publik : Halim Kamaruddin
Ketua Agama dan Pembinaan Kehormatan : Husmaruddin
Ketua Pendidikan dan Inovasi Iptek : Abdul Bakri Pabe
Ketua Kesehatan : Andi Nurbaya
Ketua Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : Rusdi
Ketua Pemberdayaan Koperasi dan UKM : Mukhtar Badewing
Ketua Pengembangan Perindustrian, Perdagangan : Haerumi Hamzah
Ketua Perbankan, Pasar Modal dan Moniter : Adjid Siradju
Ketua Pengembangan Seni Budaya dan Ekonomi : Nurkanita Maruddani
Ketua Pertanahan dan Reformasi Agraria : Dedy Ardiansyah
Ketua Kemandirian Energi dan Sumber Daya Mineral : Jamaluddin Bijaang
Ketua Lingkungan Hidup dan Kehutanan : Ahmad Pasima
91
Lampiran 3
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Partai Amanat Nasional
92
93
94