otonomi partai di tingkat lokal dalam penentuan ... - …

104
OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik pada Departemen Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh DIRWAN KALAM SAHIRSAN E 111 14 305 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 21-Feb-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON

KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Politik pada Departemen Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik

Oleh

DIRWAN KALAM SAHIRSAN

E 111 14 305

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON

KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Politik pada Departemen Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik

Oleh

DIRWAN KALAM SAHIRSAN

E 111 14 305

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON KEPALA

DAERAH DI SULAWESI SELATAN

(Studi Kasus : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui

Partai Amanat Nasional dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah tahun 2018)

Disusun dan diajukan oleh

Dirwan Kalam Sahirsan

E111 14 305

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Pada tanggal ………….

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,

Pembimbing I

Prof. Dr. Muh. Kausar Bailusy, MA NIP : 195206061981031020

Pembimbing II

A. Ali. Armunanto, S.IP, M.Si NIP : 198011142008121003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan

FISIP Unhas

Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si NIP : 196412311989031027

Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP Unhas

A. Ali. Armunanto, S.IP, M.Si

NIP : 198011142008121003

Page 4: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

LEMBAR PENERIMAAN

SKRIPSI

OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN CALON KEPALA

DAERAH DI SULAWESI SELATAN

(Studi Kasus : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat

Nasional dalam menghadapi Pemilihan Gubernur tahun 2018)

Disusun dan diajukan oleh

Dirwan Kalam Sahirsan

E111 14 305

Dinyatakan telah memenuhi syarat oleh panitia ujian skripsi

Pada Program Studi Ilmu Politik

Departemen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Makassar, ………………………..

Menyetujui,

PANITIA UJIAN

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Kausar Bailusy, MA ( ………………………)

Sekretaris : Andi Ali Armunanto, S.IP, M.Si ( ………………………)

Anggota : Dr. Muhammad Saad, MA ( ………………………)

Anggota : Dr. Ariana Yunus, M.Si ( ………………………)

Anggota : Endang Sari, S.IP, M.Si ( …………………….)

Page 5: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabbarakatu,

Pertama – tama, penulis mengucapkan puji syukur atas rahmat dan hidayah yang

diberikan tuhan yang maha kuasa, karena berkat rahmat dan karunianya penulis masih diberikan

kesehatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul,”Otonomi partai di tingkat lokal dalam

penentuan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan ( Studi : Penjaringan Calon Gubernur

Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat Nasional dalam menghadapi Pemilihan Gubernur tahun

2018). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari pandangan subyektif penulis dalam

melakukan analisis, sehingga kajian dan analisis bersama diperlukan untuk meningkatkan sifat

ilmiah dari skripsi. Penulis juga meminta pembaca untuk memasukan saran dan kritikan terhadap

setiap detail penulisan dalam skripsi ini. Permohonan maaf apabila dalam skripsi ini ditemukan

kesalahan penulisan dikarenakan keterbatasan penulis dalam mencermati setiap aspek

penulisan.

Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua ayahanda Ir. H. Sahirsan, M.Sc dan

ibunda Hj. Siti Hajrah, SE yang telah memotivasi penulis selama menempuh Pendidikan strata

satu di Prodi Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Kepada kakak dan adikku kak Dzicky Kalam,

dek Ilmi Kalam, dek Ikramin Kalam dan sibungsu Putri Rahayu Kalam, semoga dengan gelar

yang didapat penulis, bisa memacu semangat untuh menempuh dan menyelesaikan pendidikan

setinggi-tingginya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar yang namanya tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada bapak Prof. Dr. Muhammad Kausar Bailusy, MA selaku pembimbing I

yang telah membantu mengarahkan isi dan detail penulisan dalam skripsi ini ,serta bapak Andi

Ali Armunanto, M.Si selaku pembimbing dua yang banyak memberikan masukan dan arahan

dalam pengerjaan skripsi penulis . Tanpa bimbingan dari kedua pembimbing penulis maka skripsi

ini tidak akan terlihat maksimal dalam pengerjaannya. Selain itu, penulis juga menyampaikan

rasa terimakasih kepada :

Page 6: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

1. Dekan FISIP Unhas, Prof. Dr. Alimuddin Unde beserta jajarannya, Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si, Wakil Dekan Bidang Perencanaan, Keuangan

dan Sumber Daya, Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Si dan Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Rahmat Muhammad, M.Si

2. Ketua Departemen Ilmu Politik dan pemerintahan, Dr. H. Andi Syamsu Alam, M.Si, serta

Sekretaris Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Andi Naharuddin, M.Si

3. Ketua Program Studi Ilmu Politik, Andi Ali Armunanto yang juga merupakan Pembimbing

Akademik penulis. Serta para Dosen Ilmu Politik FISIP Unhas, Prof. Dr. Muh. Kausar

Bailusy, MA ; Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si ; Prof. Dr. Muhammad, M.Si; Prof. Dr.

M.Basir,M.ag, Dr. Muh. Saad, MA, Dr. Ariana, M.Si, Dr. Sukri, M.Si, Dr. Gustiana A.

Kambo, M.Si, Andi Naharuddin, M.Si, Sakina Nadir, M.Si, Endang Sari, M.Si, Zulhajar,

MA, Dr. Imran, M.Si, Kak Fayah, dan Kak Dian. Terimakasih atas pengetahuan yang

diberikan selama penulis menempuh Pendidikan di kampus.

4. Staff Ilmu Politik dan Pemerintahan terkhusus kepada Ibu Hasnah dan Pak Mursalim yang

telah membantu dan memberikan motivasi bagi banyak mahasiswa ilmu politik

5. Informan yang telah bersedia diwawancarai penulis Pak Ashabul Kahfi, Pak Usman Lonta,

Pak Irwandi Natsir, Pak Syamsuddin Karlos, Pak Fikri Yasin, Pak Windiarto Kardono dan

Pak Raji N. Sitepu. Penulis mengucapkan apresiasi dan rasa terimakasih karena telah

meluangkan waktunya untuk menjadi Informan penulis.

6. Staff DPP Partai Amanat Nasional terkhusus kepada Ibu Imel Alvina yang mengarahkan

penulis dalam wawancara di Kantor DPP PAN

7. Staff DPW PAN Sulawesi Selatan dan DPD PAN Kota Makassar terkhusus kepada

Sekretaris DPD PAN Kota Makassar kak Ardi

8. Teman – teman seperjuangan di Makassar, Fiki, Fikram, Fandy, Anjas, Andika, Aswan,

Muno dan Ichank

Page 7: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

9. Keluarga Besar Himapol FISIP Unhas yang telah menjadi tempat berproses paling

menyenangkan selama di kampus. Terimakasih karena telah menyediakan ruang

berproses bagi penulis

10. Kawan-kawan Amandemen yang menjadi rumah dan teman berproses selama tiga tahun

terakhir ( All Mukmin, Asfarno, Ardiansyah, Ade, Ana, Ashabuddin, Afra, Citra, Fendi,

Faldos, Fajrin, Finy, Fida, Fitri, Gaus, Ganang, Guntur, Husnul, Ilham, Ichwan, Ica, Iya,

Nindy, Ona, Rahmi, Rifky, Ram, Rini, Supri, Syarfan, Tuti, Tere, Uci, Yayat, Yusran,

Yunita, dan Yusuf ) terimakasih telah menemani proses di Himapol dan ruang kuliah.

11. Kawan-kawan seperjuangan di KEMA FISIP UNHAS dan DPO Himapol FISIP Unhas

12. Tempat berproses yang telah memberikan warna dan kesan bagi penulis, Sobat Bumi

Makassar, HIPMI PT Unhas, Unit Persatuan Catur Unhas, IMKB Makassar, dan teman-

teman di Pertamina Foundation Scholarship (PFS5)

13. Penjaga gerbang FISIP Unhas dan Mace-mace di kantin sospol yang menyediakan

logistik bagi penulis.

Selebihnya terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh teman-teman yang terlupa dan

tidak bisa penulis tuliskan satu-persatu, sesungguhnya kalian tetap teringat sebagai catatan

akhir kuliah di kehidupan kemahasiswaan penulis. Akhirnya penulis menyadari atas segala

keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Sekian dan terima kasih.

Makassar, 26 Januari 2018

Dirwan Kalam Sahirsan

Page 8: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

ABSTRAK

Dirwan Kalam Sahirsan. Otonomi Partai di Tingkat Lokal dalam Penentuan Calon Kepala

Daerah di Sulawesi Selatan (Studi : Penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan melalui Partai

Amanat Nasional dalam Menghadapi Pilgub tahun 2018). Dibimbing oleh Muhammad Kausar

Bailusy dan Andi Ali Armunanto.

Otonomi partai politik di tingkat lokal adalah diskursus menarik dalam kajian kepartaian.

Kewenangan yang dimiliki pimpinan tingkat pusat dan pimpinan tingkat lokal partai politik dalam

menentukan calon kepala daerah dapat menyebabkan perbedaan dukungan dalam partai politik,

termasuk Partai Amanat Nasional. Dinamika politik PAN sering diwarnai perbedaan dukungan

antara DPP PAN dan DPW PAN dalam mendukung calon kepala daerah. Perbedaan dukungan

juga terjadi antara DPP PAN dan DPW PAN Sulawesi Selatan dalam melaksanakan Pilgub tahun

2018. Penjaringan calon gubernur di DPW PAN Sulawesi Selatan awalnya mengusulkan

pasangan Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar ke DPP PAN. Usulan DPW PAN Sulawesi

Selatan berbeda dengan DPP PAN yang justru menerbitkan rekomendasi dukungan ke pasangan

Nurdin Abdullah dan Sudirman Sulaiman. DPP PAN adalah penentu kebijakan tertinggi PAN,

sehingga keputusan DPP PAN mendukung Nurdin Abdullah sebagai calon gubernur harus diikuti

kader PAN di Sulawesi Selatan. Kekuatan DPP PAN dalam menentukan calon gubernur tidak

menciptakan otonomi partai di tingkat lokal, karena proses penjaringan calon di tingkat lokal dapat

dibatalkan oleh keputusan partai politik di tingkat pusat.

Penelitian bertujuan menggambarkan bagaimana implementasi partai politik di tingkat

lokal dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan. Penulis menggunakan tipe

penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Penentuan informan

dilakukan dengan Teknik purposive sampling. Analisis data penelitian menggunakan Teknik

kualitatif yang informasinya diperoleh melalui wawancara dan dikategorisasikan kemudian

diperkuat oleh studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa DPW PAN Sulawesi Selatan tidak otonom dalam

menentukan calon gubernur di Sulawesi Selatan. Hasil penjaringan calon gubernur DPW PAN

Sulawesi Selatan yang diusulkan ke DPP PAN tidak memiliki kekuatan untuk menentukan calon

gubernur usungan PAN. Prinsip-prinsip dasar partai yang demokratis belum tercermin dalam

penentuan calon gubernur di Internal PAN. Perbedaan dukungan antara DPP PAN dan DPW

PAN Sulawesi Selatan memperlihatkan kesan terbaginya fungsionaris PAN di Sulawesi Selatan

di mata masyarakat.

Kata Kunci : Pilkada, Calon Gubernur, PAN, Otonomi

Page 9: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

HALAMAN JUDUL............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii

LEMBAR PENERIMAAN ………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………… v

ABSTRAK ………………………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah………............................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Institusionalisme Baru ………………………………. 10

2.2 Konsep partai politik ……………………....................................... 13

2.2.1 Partai politik dalam teori demokrasi……………….….. 18

2.2.2 Institusionalisasi partai politik ................................... 20

2.2.3 Penjaringan calon dalam partai politik ....................... 25

2.2.4 Konsep otonomi partai politik .................................... 27

2.3 Kerangka Pemikiran …………..................................................... 30

2.4 Skema Berfikir ………................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe dan Dasar Penelitian ............................................................ 34

3.2 Lokasi Penelitian.......................................................................... 35

3.3 Teknik penentuan Informan ......................................................... 35

3.4 Jenis Data Penelitian .................................................................... 37

3.4.1 Data Primer.................................................................. 37

3.4.2 Data Sekunder …………………………………………... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 38

3.5.1 Wawancara ………………………………………………. 38

3.5.2 Studi Pustaka dan Dokumen ………………………….. 39

3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Page 10: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

4.1 Gambaran Partai Amanat Nasional ................................................. 40

4.1.1 Profil Partai Amanat Nasional........................................ 42

4.1.2 Visi dan Misi…. …………………………………………... 43

4.1.3 Logo dan Lambang Gambar Partai............................... 44

4.2 Gambaran Umum DPW PAN Sulawesi Selatan…....................... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Derajat Kesisteman (systemnees)................................................. 50

5.1.1 Demokrasi Internal …………......................................... 52

5.1.2 Keutuhan Organisasi ..…………………………………... 57

5.2 Kemandirian pengambilan keputusan (Decision Autonomy) ........ 63

5.3 Derajat Identitas Nilai (Value Identify ) …………………..………... 70

5.4 Derajat Pengetahuan Publik (Reification) …………………………. 74

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 78

6.2 Saran …… ………………………………………………………….… 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 11: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

1

BAB I

Pendahuluan

Pasca jatuhnya pemerintahan orde baru ditahun 1998, Indonesia mulai

mengalami perbaikan dan penyempurnaan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Perbaikan dan penyempurnaan tersebut terjadi karena masyarakat

Indonesia menginginkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang

mencirikan negara demokratis, egaliter, memihak masyarakat sipil,

membebaskan dan memberi ruang gerak bagi setiap warga negara. Salah satu

ciri kehidupan berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan oleh masyarakat

Indonesia adalah proses pemilihan umum (Pemilu) yang jujur, bersih, dan adil.

Proses Pemilu dalam demokrasi merupakan bentuk pengakuan terhadap hak-

hak politik individu yang dilakukan dengan memberikan kebebasan pada

individu untuk menentukan wakilnya dalam pemerintahan.

Perbaikan penting yang dilaksanakan Indonesia pasca Orde Baru

adalah perbaikan dalam melaksanakan proses Pemilu. Pemilu merupakan

sebuah wujud dari bentuk penerapan sistem demokrasi yang mengusung asas

kebebasan dan dalam pelaksanaannya harus menjamin bahwa seluruh rakyat

Indonesia memiliki hak yang sama untuk diwakili oleh orang-orang yang

mereka pilih. Menurut Samuel P. Hutingtont sebuah sistem politik sudah dapat

dikatakan demokratis bila para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat

Page 12: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

2

dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan bersih, dan

dalam system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan

hampir semua penduduk dewasa berhak memberikan suara1

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004

secara langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung. Penyelenggaraan

tersebut didukung dengan semangat otonomi daerah yang telah digulirkan

pada tahun 1999. Dengan dibukanya keran demokrasi di zaman reformasi

maka pada tahun 2005 untuk pertama kalinya Indonesia melakukan pemilihan

kepala daerah secara langsung. Terbukanya ruang – ruang demokrasi hingga

tataran lokal melalui Pilkada di Indonesia diharapkan dapat melahirkan kepala

daerah yang merupakan representasi dari masyarakat. Pilkada juga

diharapkan menjadi ajang pendidikan dan pelembagaan partai politik pada

lembaga – lembaga politik di tingkat lokal.

Demokrasi membuat Partai politik mempunyai peranan yang sangat

penting dalam setiap sistem yang diselenggarakan. Partai politik memainkan

peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan

dengan warga negara. Partai politik memiliki peran penting sebagai kendaraan

politik masyarakat untuk terlibat dalam proses pemerintahan. Partai politik

1 Ahmad Solikhin, “ Menimbang pentingnya desentralisasi partai politik di Indonesia”, Journal of Governance Vol. 2, No. 1 (2017) : 2

Page 13: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

3

bertanggungjawab dalam menyediakan calon kepala daerah dan calon wakil

kepala daerah yang kompeten dalam pemilihan kepala daerah. Partai politik

dalam menjalankan perannya pada proses pemilihan kepala daerah hanya

dapat dilakukan jika partai politik dapat terlembaga dengan baik

Partai politik merupakan institusi yang dianggap penting dan sine qua

non (harus ada) dalam sistem demokrasi modern saat ini. Keberadaan partai

politik dalam proses Pilkada dapat dilihat pada proses melakukan penjaringan

calon kepala daerah sebelum dipilih langsung oleh masyarakat. Penjaringan

calon dalam Pilkada adalah hal pertama yang harus dilakukan partai politik

sebelum pilkada berlangsung. Menurut Ramney, seleksi atau penjaringan

calon adalah proses partai politik memutuskan orang-orang yang secara

hukum layak memegang jabatan elektif dan dimasukan dalam surat suara dan

dalam komunikasi pemilu sebagai calon atau daftar calon yang

direkomendasikan dan didukungnya.2 Penjaringan calon dalam partai politik

biasanya bersifat terbuka atau tertutup. Semakin terbuka pernjaringan calon

dalam partai politik dapat meningkatkan ruang demokrasi dan menghasilkan

keputusan yang bersifat kolektif dan menarik simpati masyarakat. Penjaringan

calon secara terbuka dapat dilakukan dengan melibatkan kader partai politik

hingga sampai tingkatan kader akar rumput bahkan masyarakat.

2 Petter, B. Guy. 2001.”Institusional Theory in Political Science”. London : Continum

Page 14: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

4

Terkait dengan pemaparan penulis di atas, maka penulis tertarik

mengangkat fenomena keotonomian partai politik di tingkat lokal dalam

melakukan penjaringan calon kepala daerah. Fenomena tersebut sengaja

penulis angkat sebagai bahan penelitian karena melihat besarnya peranan

yang dimiliki oleh pimpinan tingkat pusat partai politik pada saat penjaringan

calon kepala daerah berlangsung. Untuk lebih menfokuskan penelitian

ditetapkan Partai Amanat Nasional sebagai objek dalam penelitian. Penetapan

PAN sebagai objek penelitian karena penulis beranggapan bahwa masalah

yang dihadapi PAN dalam melakukan penjaringan calon kepala daerah dapat

menggambarkan fenomena yang penulis paparkan di atas.

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai politik yang berdiri pada

tanggal 23 Agustus 1998. Sebagai partai politik yang lahir pasca jatuhnya

pemerintahan Soeharto, PAN berlandaskan Pancasila dan berasaskan pada

akhlak politik yang berlandaskan agama. Sejak berdiri tahun 1998, PAN telah

memberikan banyak kontribusi bagi sistem politik Indonesia. Pada Pemilu

tahun 2014, PAN berhasil menempati posisi kelima perolehan suara terbanyak

dengan mengantongi 7,59% suara nasional.3 Sebagai partai politik, PAN

berhasil mengantarkan banyak kepala daerah di Indonesia untuk

menyelenggarakan pemerintahan daerah.

3 BBC NEWS, Online, http://www.bbc.com /Indonesia/berita_indonesia/2014/05/140509_rakpitulasi_kpu , diakses pada 29 November 2017

Page 15: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

5

Penjaringan calon yang dilakukan setiap partai politik di Indonesia

memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri, tidak terkecuali dengan

penjaringan calon yang di lakukan oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam

menghadapi proses pemilihan kepala daerah DPW PAN berkewajiban untuk

mendirikan Tim Pilkada. Tim Pilkada adalah lembaga Ad Hoc yang didirikan

DPW PAN dengan tujuan menjaring dan mengusulkan nama-nama calon

kepala daerah untuk diusul ke DPW PAN. Nama-nama yang diusulkan Tim

Pilkada akan dibahas DPW PAN dalam rapat pleno untuk mengerucutkan

beberapa calon terbaik. Calon tersebut kemudian diusulkan ke DPP PAN untuk

dipilih dan diterbitkan sebuah rekomendasi partai politik.

Pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan tahun 2018, PAN memiliki

dilematis dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur, ini

terjadi karena PAN memiliki dua rekomendasi dalam mengusung calon kepala

daerah Sulawesi Selatan. Awalnya rekomendasi PAN diserahkan kepada

pasangan Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar, akhir tahun 2017

rekomendasi tersebut beralih ke pasangan Nurdin Abdullah dan Sudirman

Sulaiman.4 Rekomendasi kedua yang dikeluarkan oleh DPP PAN dilakukan

tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan DPW PAN Sulawesi Selatan. Padahal

4 Muh. Hasim Arfah, Hasil Rapat Terbatas: DPW dan DPD PAN se-Sulsel Tetap Usung IYL-Cakka, Makassar.Tribunnews.com, 2017, Diakses tanggal 2 November 2017, http://makassar.tribunnews.com/2017/09/20/hasil-rapat-terbatas-dpw-dan-dpd-pan-se-sulsel-tetap-usung-iyl-cakka?page=all

Page 16: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

6

berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PAN,

Bab XVII tentang pencalonan kepala pemerintahan, pasal 70, poin dua

menjelaskan bahwa penentuan dan penetapan calon gubernur oleh DPP PAN

dilakukan berdasarkan usulan DPW PAN.5

Status bakal calon menjadi calon gubernur di Sulawesi Selatan

setidaknya dibutuhkan 17 Kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 pasal 40 ayat 1 tentang

syarat dukungan partai politik tingkat daerah :

“ ….. pasangan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling

sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah atau 25% (dua puluh lima persen) dari akumulasi

perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan.”6

Pasca rekomendasi DPP PAN beralih ke Nurdin Abdullah, Ichsan Yasin

Limpo hanya mendapat dukungan tujuh kursi dari jumlah kursi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan. Dengan perolehan kursi

yang tidak mencukupi, maka Ichsan Yasin Limpo tidak bisa mencalonkan diri

melalui jalur partai politik. Sedangkan rivalnya, Nurdin Abdullah yang didukung

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6 kursi, Partai Demokrasi Indonesia

5 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PAN 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015

Page 17: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

7

Perjuangan (PDIP) 5 kursi , Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3 kursi, dan

Partai Amanat Nasional (PAN) 9 kursi. Nurdin Abdullah telah mengantongi 23

kursi dari jumlah kursi di DPRD dan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri

sebagai gubernur di Sulawesi Selatan.

Kader PAN di tingkat lokal pendukung Ichsan Yasin Limpo dalam

tahapan ujian, jauh sebelum rekomendasi untuk Nurdin Abdullah diterbitkan

DPP PAN, kader PAN di Sulawesi Selatan sudah diinstruksikan untuk bekerja

mendukung Ichsan Yasin Limpo. Tidak ingin malu dan dianggap tidak

konsisten, secara bersamaan kader PAN di Sulawesi Selatan menolak

rekomendasi baru yang diterbitkan oleh DPP PAN.7 PAN Sulawesi Selatan

memiliki rekam jejak yang dekat dengan keluarga Yasin Limpo. Sejak kakak

Ichsan Yasin Limpo, Syahrul Yasin Limpo, mencalonkan diri dalam Pemilihan

Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2007, PAN menjadi salah satu partai

pengusung Syahrul Yasin Limpo pada periode pertama dan kedua

pencalonannya dipilkada Sulawesi Selatan. Pilkada Kabupaten Gowa tahun

2015, PAN juga termasuk partai politik pengusung anak Ichsan Yasin Limpo.

Survei Polltracking menempatkan elektabilitas Ichsan Yasin Limpo berada

pada posisi empat besar dan merupakan pesaing kuat bakal calon gubernur

7 Andi Aan Pranata, PAN tak Solid Dukung Nurdin Abdullah di Pilgub Sulsel, news.metrotvnews.com, 2017, diakses tanggal 1 November 2017 , http://news.metrotvnews.com/read/2017/10/23/777171/pan-tak-solid-dukung-nurdin-abdullah-di-pilgub-sulsel

Page 18: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

8

Sulawesi selatan lainnya,8 sehingga tidak ada alasan kuat PAN di tingkat lokal

beralih dukungan ke pasangan calon lain.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat

Judul: “ Otonomi Partai di Tingkat Lokal dalam Penentuan Calon Kepala

Daerah di Sulawesi Selatan” studi tentang Penjaringan Calon Gubernur

Sulawesi Selatan melalui Partai Amanat Nasional dalam menghadapi

Pemilihan Gubernur tahun 2018

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah implementasi otonomi partai politik di tingkat lokal dalam

menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum penulis

bertujuan menggambarkan dan menganalisis keotonomian partai politik di

tingkat lokal dalam menentukan calon kepala daerah yang diusung Partai

Amanat Nasional di Sulawesi Selatan

8 Muhammad Abdurrahman, tiga cagub sulsel bersaing ketat di Survei Poltracking, detik.com, 2017, diakses tanggal 4 November 2017, https://m/detik.com/news/berita/3656114/3-cagub-sulsel-bersaing-ketat-di-survei-poltracking

Page 19: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

9

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik

1. Bahan informasi ilmiah peneliti lain yang ingin melihat bagimana otonomi

partai politik dalam menentukan calon kepala daerah.

2. Memperkaya kajian ilmu politik dalam upaya pengembangan Ilmu

pengetahuan.

Manfaat Praktis

1. Bahan rujukan masyarakat yang berminat dalam memahami realitas politik

yang terjadi khususnya dalam partai politik.

2. Acuan Partai Politik melakukan seleksi calon kepala daerah dalam proses

Pilkada

Page 20: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

10

BAB II

Tinjauan Pustaka

Bagian ini akan membahas tinjauan secara teoritis mengenai otonomi

partai politik di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah (Studi

tentang penjaringan Calon Gubernur Sulawesi Selatan dalam menghadapi

Pilgub tahun 2018). Adapun konsep dan teori yang digunakan untuk

menggambarkan dan menyelesaikan masalah adalah Pendekatan

institusionalisme baru dan konsep partai politik

2.1. Pendekatan Institusionalisme baru

Institusionalisme baru adalah sebuah pendekatan dalam ilmu politik dan

merupakan pembaharuan dari pendekatan sebelumnya yaitu

institusionalisme lama. Pendekatan Institusionalisme baru merupakan sebuah

bentuk penyimpangan dari pendekatan Institusionalisme lama.9 Perbedaan

mendasar antara institusionalisme baru dan institusionalisme lama terletak

pada sudut pandang kedua pendekatan terhadap negara. Institusionalisme

9 Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar ilmu politik”, ( Jakarta ; Gramedia Pustaka, 2013 ), hlm. 96

Page 21: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

11

lama memandang negara secara statis, sedangkan institusionalisme baru

memandang negara secara dinamis dan dapat diperbaiki.10

Institusionalisme baru banyak dipengaruhi pendekatan perilaku yang

muncul pasca institusionalisme lama. Aturan konstitusi dan praktek

menentukan kesesuaian perilaku spesifik aktor dalam situasi yang spesifik

pula.11 Untuk memahami pendekatan institusionalisme baru dapat dilihat dari

(a) sifat dari institusi, sebagai setting terorganisir yang dilakukan oleh aktor

politik, (b) proses yang menerjemahkan struktur dan peraturan menjadi sebuah

dampak politik, dan (c) proses yang menerjemahkan perilaku manusia

kedalam sebuah struktur dan peraturan yang menetapkan, mempertahankan,

mengubah atau menghilangkan institusi.12

March dan Olsen, pengguna pendekatan institusionalisme baru

berpendapat bahwa pusat dari analisis ilmu politik bisa ditempatkan pada

individu dan sifat utilitarian yang lebih besar, asumsi dan metodologi.13 Lebih

lanjut, March dan Olsen juga melihat aktor individu memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi bentuk dan fungsi konstitusi politik yang lebih otonom.

10 Ibid. 11 Oxford University press, “The Oxford Handbook of political Institutions”, ( New York : Oxford University press, 2006 ), hlm. 3 12 Ibid 13 B. Guy Petter,”Institutional teori in political science”, ( London : Continum, 2001), hlm. 25

Page 22: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

12

Menurut Angela Penebianco, pendekatan dalam studi ilmu politik,

intitusionalisme baru memberikan prioritas lebih besar terhadap dinamika

tentang terbentuknya organisasi dan hubungan antara berbagai elemen atau

faksi yang berbeda di dalamnya. Pendekatan ini tidak menyangkal bahwa

berkompetisi untuk memperoleh suara dapat mendorong partai politik

melakukan reformasi internal dan memodifikasi strukturnya. Penekanan peran

pola hubungan intrapartai yang ada dalam penjaringan memungkinkan

berkumpulnya partai politik dalam bentuk organisasional tunggal yang

optimal.14

Inti dari institusionalisme baru yang dirumuskan oleh Robert E. Godin

adalah :

1) Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang

dibatasi secara kolektif

2) Pembatasan tersebut terdiri dari institusi-institusi yaitu pola norma dan pola

peran serta perilaku dari mereka yang memegang peran tersebut

3) Disisi lain, pembatasan tersebut juga memberikan keuntungan bagi individu

dan kelompok yang menjalankan proyeknya

4) Hal tersebut terjadi karena pembatasan tersebut juga menimbulkan

preferensi dan motivasi dari aktor dan kelompok-kelompok

14 David Mars dan Gery Stoker, Theory and Methods in Political Science (Teori dan Metode dalam llmu Politik), terjemahan Helmi Mahadi dan Shohifullah, Bandung, Nusa Media, 2010, hal. 116 13

Page 23: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

13

5) Pembatasan tersebut mewujudkan, memelihara dan memberi peluang

serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok masing-

masing 15

Pendekatan Institusionalisme baru sangat baik digunakan pada negara-

negara yang baru membebaskan diri dari cengkraman rezim yang otoriter.

Kebebasan berpolitik yang didapatkan pada era reformasi membuat partai

politik sebagai lembaga politik melakukan pembenahan pada sistem dan aktor

yang ada di dalamnya. Pendekatan institusionalisme baru sesuai jika

digunakan pada organisasi yang sedang melakukan pembenahan.

Pendekatan ini sengaja penulis masukan karena dalam penelitian ini aktor dan

kelompok mengambil peran besar dalam mempengaruhi sebuah sistem.

2.2 Konsep Partai Politik

Semua negara yang memilih menjadi negara demokratis tentu tidak

lepas dari masalah yang berkaitan dengan partai politik dan sistem pemilihan

umum. Partai politik selalu menjadi pembahasan yang menarik untuk

memperbaiki suatu negara dengan pinsip demokrasi. Partai politik dibentuk

dengan anggapan bahwa diperlukan sebuah organisasi yang bisa mewadahi

15 Robert E. Godin, “Institution and their design”, (Cambridge: Cambridge University Press, 1996) hlm. 20

Page 24: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

14

orang-orang yang mempunyai pemikiran serupa, sehingga pemikiran dan

orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Partai politik adalah organisasi yang

dibentuk untuk memperebutkan kursi kekuasaan di pemerintahan agar dapat

melaksanakan kebijakan-kebijakan alternatif yang partai politik susun.

Pendekatan Institusional memandang partai politik sebagai lembaga

yang memiliki struktur dan fungsi untuk mencapai tujuan.16 Menurut Siggmund

Neumann dalam modern political parties mengemukakan bahwa partai politik

adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai

kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang

mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Secara sederhana, partai politik

adalah organisasi yang bertujuan untuk saling berebut kekuasaan, akan tetapi

perebutan kekuasaan tersebut dilakukan secara terstruktur dan dilaksanakan

dengan aturan – aturan yang disepakati Bersama.

Carl J. Fiedrich mendefinisikan partai politik sebagai sekelompok

manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan

partainya dan berdasarkan penguasaan ini kemanfaatan yang bersifat idiil

16 Arifin, Rahman, 2002, Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif Struktural Fungsional dalam Skripsi Noor Asty Baalwy “Rekruitmen Politik Partai Nasional Demokrat dalam Proses Institusionalisasi Partai di Kota Makassar” hal. 21

Page 25: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

15

maupun materil kepada anggotanya.17 Dalam defenisi tersebut dapat dilihat

kedekatan antara partai politik dengan kekuasaan. Partai politik ada yang

berada dalam lingkaran kekuasaan dan ada partai politik yang mencoba untuk

merebut kekuasaan. Perebutan kekuasaan partai politik diklaim bertujuan

untuk memperbaiki negara dan tercapainya kepentingan publik.

Menurut Edmund Burke, partai politik adalah kumpulan orang-orang

yang bersatu untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui usaha

bersama mereka berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yang mereka

semua sepakati18 Secara umum, orang-orang yang terlibat dalam partai politik

memiliki tujuan, cita-cita dan orientasi yang sama. Orang-orang tersebut

kemudian disebut dengan kader partai politik masuk dalam struktur atau

anggota partai politik dan mencoba untuk saling mremperebutkan pengaruh,

mereka berada di tengah-tengah masyarakat dan mencoba meyakinkan

masyarakat akan peran dari partai politik dimana mereka berada.

Partai politik sebagai sebuah organisasi politik terus mengalami gerak

yang dinamis dan memiliki ciri penting sebagai identitas politiknya. Fungsi

strategis partai politik dalam sistem politik menjadi kunci utama

keberlangsungan partai politik hingga saat ini. Cliston Roster menyebut tidak

17 Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”( Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama: 2008),Hal.404 18 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, terj. Ahmad Asnawi, (Jakarta: Nusa Media, 2014 ), hlm. 4

Page 26: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

16

ada demokrasi tanpa politik dan tidak ada politik tanpa partai politik.

Masyarakat demokrasi memiliki partai politk, dan partai politik dalam negara

demokratis cenderung menuju ke arah perbaikan dan pelembagaan.

Menurut Firmanzah, peran dan fungsi partai politik terbagi atas dua yaitu

fungsi internal dan fungsi eksternal19 . Fungsi Internal partai politik ditujukan

untuk anggota partai politik. Fungsi Internal dilakukan dengan pembinaan,

Pendidikan, pengkaderan dan pembekalan bagi anggota partai politik demi

langgengnya ideologi partai, sedangkan fungsi eksternal partai politik ditujukan

untuk masyarakat dan negara. Fungsi ini dilakukan dengan mengadakan

kegiatan yang menjadikan masyarakat dan negara menjadi lebih baik.

Secara lebih rinci Miriam Budiadjo menyebutkan fungsi partai politik

adalah sebagai berikut20 :

1. Partai Politik sebagai sarana komunikasi politik

Masyarakat modern yang kompleks dan luas dibutuhkan sebuah wadah

untuk menampung segala pendapat dan keinginan yang berkembang di

tengah masyarakat. Wadah tersebut dijalankan oleh partai politik . partai politik

berfungsi sebagai komunikan dan komunikaotor yang menampung aspirasi

dari masyarakat dan meneruskannya ke pemerintah, sebaliknya partai politik

19 Muhammad Labolo, Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, ( Jakarta : Rajawali Press, 2015 ), hlm. 16 20 Ibid .

Page 27: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

17

menerima kebijakan dari pemerintah dan menyampaikannya kepada

masyarakat.

2. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

Sosialisasi berarti upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga

menjadi lebih dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat luas. Sedangkan

sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada

anggota masyarakat.

Dalam hal ini partai politik mencoba mengenalkan dan menanamkan

ideologi partai politik kepada anggota masyarakat. Pengenalan nilai-nilai partai

politik tersebut dilakukan dengan cara formal maupun non formal. Partai politik

biasanya melakukannya dengan pendidikan politik dan indoktrinasi politik

3. Partai politik sebagai rekruitmen politik

Rekrutmen politik adalah proses mencari atau mengajak seseorang

yang turut aktif dalam kegiatan politik dan menjadi anggota partai politik. Partai

politik turut memperluas partisipasi politik masyarakat dengan mengajak

seseorang yang dianggap berbakat dan memiliki kecakapan dalam bidang

politik untuk menjadi anggota partai politik. Partai politik menaruh harapan

dengan rekruitmen yang dilakukan dapat menghasilkan kader berprestasi

dalam bidang politik serta mampu mengisi jabatan-jabatan dan sebagai

penerus partai politik.

Page 28: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

18

4. Partai politik sebagai pengendali konflik

Masyarakat yang demokratis dan majemuk perbedaan pendapat dan

konflik adalah hal yang biasa terjadi. Semakin majemuk masyarakat dalam

suatu wilayah maka kepentingan dan aspirasi yang ada juga semakin

beragam. Keinginan untuk menyampaikan aspirasi dan tidak menghargai

perbedaan adalah salah satu pemicu konflik dalam masyarakat majemuk.

Sistem politik di negara yang demokratis, partai politik memiliki peran dan

fungsi untuk mengendalikan konflik yang berlangsung di tengah masyarakat.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui wakil-wakil partai politik dalam

Dewan Perwakilan Rakyat maupun partai politik bisa turun langsung ke

masyarakat.

2.2.1 Partai politik dalam teori demokrasi

Diskursus seputar demokrasi seolah menjadi perbincangan hangat

yang tidak ada habisnya. Pada abad ke-21 yang dikenal sebagai abad

kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi, demokrasi masih menjadi

pilihan utama berbagai negara di belahan dunia.21 Demokrasi seperti yang

diutarakan oleh Jhosep A. Schrumpter dalam bukunya Socialism, capitalism

21 Aryantha Sivadibert purba,” Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi Di Indonesia”, Jurnal Politik muda vol. 4, No. 1 (2015) : 2

Page 29: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

19

and democracy, ”Demokrasi merupakan pengaturan kelembagaan untuk

sampai pada keputusan – keputusan politik yang menyadari kebaikan umum

dan membuat masyarakat memutuskan masalah – masalahnya sendiri melalui

pemilihan individu – individu untuk berkumpul dalam rangka melaksanakan

kehendaknya.”22

Demokrasi telah melahirkan banyak konsensus di antaranya adalah

mengakui partai politik sebagai penunjang keberhasilan demokrasi. Menurut

Scattchsneider partai politik menciptakan demokrasi dan demokrasi modern

tidak terbayangkan tanpa adanya partai politik.23 Demokrasi dalam partai

politik berfokus pada suara mayoritas masyarakat. Partai politik menginginkan

kemenangan mayoritas dalam setiap Pemilu, setelah berkuasa dalam

pemerintahan partai politik mulai bertanggungjawab untuk mendapatkan

mayoritas pemenang pada pemilu berikutnya.24 Partai politik dalam teori

demokrasi dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu dasar kohesif partai, basis sosial

partai dan demokrasi internal.25 Demokrasi internal merupakan bagian penting

dalam keberadaan partai politik. Demokrasi Internal berfungsi agar partai

politik dapat berbicara sebagai suara otentik dari segmen sosial yang

22 Joseph A Scrumphter ,”kapitalisme, sosialisme, dan demokrasi”,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) , hlm. 411 23 Elmer E Schatschneider, Party Government , ( New York : Harper and row, 1942), hlm.1 24 Katz & Crotty, Op. Cit., 53 25 Ibid.,

Page 30: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

20

diwakilinya. Fokus perhatian dari demokrasi internal adalah agar rakyat atau

segmen sosial dapat melegitimasi dominasi partai politik pada saat pemilihan.

Nilai dari demokrasi internal adalah menjadikan internal partai politik lebih

terinstitusionalisasi dengan membuat pemimpin partai politik lebih

bertanggungjawab atas kepemimpinan yang dipegangnya. Demokrasi internal

dalam partai politik memungkinkan anggota partai politik bisa menjadi peserta

dalam pengambilan kebijakan.

2.2.2 Institusionalisasi partai politik

Samuel P. Hutingtont menyatakan bahwa Institusionalisasi adalah

proses yang dilakukan organisasi dan prosedur untuk mendapatkan nilai dan

stabilitas (For Huntington, 'Institutionalization is the process by which

organizations and procedures acquire value and stability).26 Institusionalisasi

atau partai yang terlembagakan mengarahkan partai politik tetap berada dalam

posisi teratur dan stabil. Lemahnya institusionalisasi dalam partai politik

memiliki konsekuensi negatif pada akuntabilitas dalam pemilihan. Partai politik

yang tidak terlembaga dengan baik berpotensi untuk melahirkan pemimpin

26 Samuel Huntington, Political Order in Changing Societies, (New Haven : Yale University Press, 1968), chap. 1.

Page 31: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

21

yang membenci partai politik dan hanya menganggap partai politik sebagai

kendaraan dalam pemilu.

Konsep mengenai pelembagaan partai politik telah banyak

dikemukakan para ahli, salah satunya adalah konsepsi pelembagaan partai

politik yang dikemukakan oleh Vicky Randall dan Lars Svasand, merujuk dari

beberapa dimensi pelembagaan partai politik yang dikemukakan oleh

Huntington, Panebianco, dan Kenneth Janda.27 Vicky Randall dan Lars

Svasand kemudian merumuskan bahwa :

“ … Pelembagaan partai politik dipahami sebagai proses pemantapan

partai politik baik dalam wujud perilaku yang memola maupun dalam

sikap atau budaya ( process by which the party becomes established

in terms both of integrated patterns of behaviour and of attitudes,

or culture ).”

Sistem pelembagaan partai politik lebih mudah dimengerti dengan

menggunakan konsep dari Vicky Randall dan Lars Svasand. Dalam perspektif

politiknya Vicky Randall dan Lars Svasand mengelompokan pelembagaan

partai politik dalam dua dimensi utama yaitu dimensi internal dan dimensi

eksternal, kemudian dibagi dalam dua divisi yaitu divisi struktur dan sikap ( This

model distinguishes firstly two main dimensions of party institutionalization, an

27 Muhammad Luthfi, PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT LOKAL (Studi tentang Pelembagaan Partai Golkar di Kabupaten SinjaiPasca Kekalahan pada Pemilu 2009), Academia.edu, diakses pada tanggal 11 Desember 2017

Page 32: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

22

internal and an external and, secondly, within these two dimensions, a further

division between what we shall call 'structural' and more attitudinal aspects ).28

Apabila aspek dan dimensi yang dipaparkan lars dan randall dipersilangkan

maka akan mendapatkan empat dimensi utama yaitu :

1. Derajat kesisteman (Systemness)

Derajat kesisteman adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik,

termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut aturan, persyaratan,

prosedur, dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan dalam Anggaran

Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai politik. AD/ART partai

politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci sehingga mampu berfungsi

sebagai pedoman dan prosedur penuntun perilaku dalam melaksanakan

semua fungsi partai politik. Suatu partai politik dapat dikatakan sudah

melembaga dari segi kesisteman bila partai politik melaksanakan fungsinya

semata-mata menurut AD/ART yang dirumuskan secara komprehensif dan

rinci itu. Derajat kesisteman suatu partai politik bervariasi menurut: (a) asal-

usul partai politik, yaitu apakah dibentuk dari atas, dari bawah, atau dari atas

yang disambut dari bawah; (b) siapakah yang lebih menentukan dalam partai

politik: seorang pemimpin yang disegani atau pelaksanaan kedaulatan

anggota menurut prosedur dan mekanisme yang ditetapkan organisasi

28 Vicky Randall dan Lars Svasand, Party Institusionalization in New Democracies, dalam Jurnal Party Politics, Vol.8No.1, pp. 5-29. London: Sage Publication.

Page 33: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

23

sebagai suatu kesatuan; (c) siapakah yang menentukan dalam pembuatan

keputusan: faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara keseluruhan; dan (d)

bagaimana partai memelihara hubungan dengan anggota dan simpatisan,

yaitu apakah dengan klientelisme (pertukaran dukungan dengan pemberian

materi) atau menurut konstitusi partai (AD/ART).

2. Derajat Identitas Nilai ( Value Influsion )

Identitas nilai berkait dengan orientasi kebijakan dan tindakan partai politik

menurut ideologi atau platform partai politik. Identitas nilai tidak hanya tampak

pada pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan partai politik tetapi juga

tampak pada basis sosial pendukungnya. Lapisan sosial atau golongan

masyarakat memberi dukungan kepada partai politik karena mengidentifikasi

orientasi politiknya dengan ideologi atau platform partai politik. Derajat identitas

nilai suatu partai politik berkaitan dengan (a) hubungan partai politik dengan

kelompok populis tertentu (popular bases), yaitu apakah suatu partai politik

mengandung dimensi sebagai gerakan sosial yang didukung kelompok populis

tertentu, seperti buruh, petani, dunia usaha, kelas menengah, komunitas

agama tertentu, komunitas kelompok etnik tertentu, dan (b) pengaruh

klientelisme dalam organisasi, yaitu apakah hubungan partai politik dengan

anggota cenderung bersifat instrumentalis (anggota selalu mengharapkan

tangible resources berupa materi dari partai politik) ataukah lebih bersifat

Page 34: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

24

ideologis (anggota mengenal dan mengharapkan partai politik bertindak

berdasarkan identifikasi terhadap ideologi partai politik).

3. Derajat Otonomi (Decisional Autonomy)

Derajat otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan berkait

dengan hubungan partai politik dengan aktor luar partai politik, baik dengan

sumber otoritas tertentu (penguasa, pemerintah), maupun dengan sumber

dana (pengusaha, penguasa, negara atau lembaga luar), dan sumber

dukungan massa (organisasi masyarakat). Pola hubungan suatu partai politik

dengan aktor di luar partai politik dapat berupa: (a) hubungan ketergantungan

kepada aktor luar, (b) hubungan itu bersifat saling tergantung (interdependen),

dan (c) hubungan itu berupa jaringan (linkage) yang memberi dukungan

kepada partai politik.

4. Pengetahuan Publik (Reification)

Derajat pengetahuan publik tentang partai politik merujuk pertanyaan

apakah keberadaan partai politik itu telah tertanam pada imajinasi publik

seperti dimaksudkan partai politik itu. Yang menjadi isu utama di sini bukan

terutama tentang sikap masyarakat mengenai partai politik umumnya, tetapi

tentang corak dan kiprah masing-masing partai politik bagi masyarakat. Bila

sosok dan kiprah partai politik tertentu telah tertanam pada imajinasi publik

seperti dimaksudkan partai politik, maka pihak lain baik individu maupun

Page 35: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

25

lembaga di masyarakat akan menyesuaikan aspirasi dan harapannya atau

sikap dan perilaku mereka dengan keberadaan partai politik.

2.2.3 Penjaringan calon dalam partai politik

Seleksi atau penjaringan calon adalah salah satu hal pertama yang

dilakukan partai politik sebelum Pemilu berlangsung29. Penjaringan calon

dilakukan partai politik untuk menyediakan dan menyeleksi calon sebelum

dipilih secara luas melalui sistem Pemilu. Mereka yang terpilih melalui hasil

seleksi partai politik menjadi penentu dominan dalam menentukan bagaimana

profil dan kinerja partai politik kepada masyarakat.

Penjaringan calon adalah salah satu indikator yang dapat mengukur

keberhasilan partai politik dalam menyediakan calon terbaik dan dapat dipilih

oleh masyarakat. Pertarungan calon dalam penjaringan calon biasanya lebih

sengit, dalam beberapa kasus calon kompeten yang diinginkan masyarakat

terhalangi pencalonannya karena kursi partai politik telah diambil oleh kandidat

yang berkuasa atas partai politik.

29 Katz & Crotty, Op. Cit., 178

Page 36: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

26

Berikut adalah kerangka analitis untuk mempelajari seleksi atau

penjaringan calon yang dibahas dalam handbook partai politik sebagai kriteria

seleksi yang banyak dipakai dalam sistem kepartaian30 :

1. Selektorat, adalah badan yang dibentuk beranggotakan satu orang

atau lebih (banyak) untuk melakukan seleksi calon. Selektorat dapat

berupa kewenangan yang diberikan oleh partai politik kepada

penyeleksi ( badan atau orang ) dan biasa merujuk pada ke

Inklusifitas atau keeksklusifitas partai politik.

2. Pencalonan, adalah tentang siapa yang berhak mencalonkan

dalam partai politik tertentu. Pencalonan berkaitan dengan status

yang dimiliki oleh seseorang dalam partai politik, dan apakah karena

status yang dimilikinya tersebut dia berhak untuk mencalonkan

dalam partai politik. Status yang dimaksud disini adalah apakah

status seseorang sebagai warga negara berhak mencalonkan dalam

partai politik tersebut, atau harus menjadi anggota partai politik, atau

harus menjadi anggota partai politik dengan persyaratan tambahan.

3. Desentralisasi, menurut Lijhpart (1984) metode seleksi partai dapat

dilihat sebagai desentralisasi dengan dua pengertian yaitu

desentralisasi bersifat teritotiral dimana selektorat partai politik lokal

30 Ibid., hlm. 180 - 186

Page 37: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

27

dapat mencalonkan calon partai politik, atau desentralisasi yang

bersifat fungsional dimana keterwakilan dalam kelompok tertentu.

4. Voting versus penunjukan, dalam seleksi calon ada dua metode

yang biasa digunakan yaitu penggunaan voting atau penunjukan.

Voting digunakan dimana peran suara diperhitungkan dalam

menyeleksi calon dan dilakukan tanpa intervensi dari kekuasaan

apapun. Dalam voting suara mayoritas adalah pemenang.

Sedangkan penunjukan dibuat lebih sederhana tanpa melakukan

prosedural pemilihan suara.

2.2.4 Konsep otonomi Partai Politik

Untuk memahami konsep otonomi partai politik, terlebih dahulu kita

harus memahami konsep devolusi partai politik. Devolusi adalah pelimpahan

kekuasaan dari pemerintah pusat dari suatu negara berdaulat kepada

pemerintah pada tingkat subnasional, seperti tingkat regional, lokal, atau

negara bagian.31 Devolusi kepartaian telah menjadi diskursus menarik di

Eropa Barat selama tiga dekade terakhir.32 Pembaharuan dalam devolusi

dapat digunakan partai politik untuk menganalisis bagaiamana partai politik

berinteraksi dengan lingkungan kelembagaan mereka. Devolusi merupakan

31 Wikipedia.org 32 Jonathan Hopkin,” DEVOLUTION AND PARTY POLITICS IN BRITAIN AND SPAIN”, (London : London School & Economis, 2007) hlm.1

Page 38: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

28

bentuk distribusi kekuasaan yang menginisiasi terbentuknya pemerintahan

dan lembaga yang otonom.

Konsep devolusi pertama kali muncul di Britania Raya pada akhir tahun

1990-an. Devolusi telah memberikan kontribusi pada perdebatan tentang

bagaimana partai politik bekerja secara internal dan menunjukan luasnya cara

yang digunakan partai politik untuk mengatasi dinamika internal partai politik

serta menfilter kelemahan organisasi. Devolusi partai politik banyak

mempengaruhi partai politik khususnya partai-partai yang berada di kawasan

negara bagian Britania Raya. Sebelum devolusi berlangsung, beberapa

kebijakan dan struktur partai politik di negara bagian ditunjuk langsung oleh

pimpinan partai politik di London. Pelimpahan wewenang dari pusat ke negara

bagian dapat menciptakan konflik baru pada partai politik penguasa sebelum

devolusi berlangsung33

Pelimpahan kewenangan dari pusat ke negara bagian di Britania Raya

menghadirkan elit-elit baru dalam negara bagian atau regional dari partai

politik. Partai politik yang bersaing memperebutkan kekuasaan di tahun 1900-

an harus benar-benar mempertahankan dan menjaga konflik internal mereka

agar tetap mendapatkan pemilih. Kematangan pemimpin partai politik dalam

mempengaruhi struktur wilayah di tingkat lokal menjadi ancaman tersendiri

33 Jonathan Hopkins dan Bradburry,” British statewide parties and multilevel politics. Publius: the journal of federalism”, 36 (1). pp. 135-152.

Page 39: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

29

bagi tingkatan pusat. Devolusi yang terjadi di Britania Raya juga mensolidkan

beberapa partai politik seperti partai liberal demokrat yang semakin solid dalam

memenangkan beberapa pertarungan politik di beberapa negara bagian.34

Kekuatan pusat dalam mengontrol bagian di wilayah lokal sangat

mempengaruhi kinerja partai politik sebagai sebuah siklus.

Tingkatan otonomi partai politik dapat dilihat dengan menggunakan

beberapa indikator untuk mengungkap keotonomian partai politik.35 Indikator

pertama adalah dalam melihat struktur keanggotaan partai politik. Apakah

dengan mendaftarkan diri dalam partai politik tingkat wilayah (local) kita sudah

dapat terdaftar pula pada partai politik tingkatan nasional. Di Indonesia kita

dapat menjumpai partai multilevel, partai tersebut membentuk bagan yang

struktural dari pusat ke tingkat lokal, mendaftarkan diri pada partai polititingkat

lokal akan ikut mendaftarkan diri pula pada tingkat nasional. Beda halnya yang

terjadi di Provinsi Aceh, beberapa partai politik di Aceh yang terdaftar dalam

pemilu hanya beroperasi dalam tingkatan lokal. Indikator keotonomian partai

politik lainnya adalah dengan melihat perekrutan personil politik. Perekrutan

personil sering menjadi masalah dalam partai multilevel.

Indikator lain yang dapat digunakan dalam mengamati otonomi dengan

melihat keuangan dan kontrol atas tingkatan partai politik yang lebih rendah.

34 Ibid. 35 Katz & Crotty, Op. Cit, Hlm. 482

Page 40: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

30

Partai politik yang sentralistik memiliki kontrol keuangan dari pusat, sedangkan

partai yang desentralisir memberikan kewenangan pada partai tingkat lokal

untuk mengatur rumah tangga kepartaiannya sendiri. Partai politik dapat

melibatkan kader partai dalam pengambilan keputusan di partai politik yang

telah otonom dan terlembaga dengan baik.

2.4 Kerangka pemikiran

Fenomena PAN dalam melakukan penjaringan calon kepala daerah di

Sulawesi Selatan, penulis menggunakan beberapa teori dan konsep yang

dijabarkan di atas. Teori dan konsep yang dipaparkan menjelaskan berbagai

perspektif dalam menganalisa Implementasi otonomi partai politik dalam

melaksanakan Pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018. Pemaparan dapat

menjelaskan perbedaan pandangan antara DPP dan DPW PAN Sulawesi

Selatan dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur.

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai politik di

Indonesia yang terlibat dalam pemilihan kepala daerah secara serentak tahun

2018. Dalam mengusung calon di internal partai politik, PAN memiliki

perbedaan dukungan antara DPP PAN dan DPW PAN Sulawesi Selatan yang

didukung DPD PAN dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil

gubernur

Page 41: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

31

Perbedaan dukungan antara DPP dan DPW PAN Sulawesi Selatan

mengakibatkan diterbitkannya dua rekomendasi yang dipegang oleh masing-

masing calon gubernur. Sebelum rekomendasi kedua diterbitkan oleh DPP

PAN, internal DPW PAN Sulawesi Selatan memiliki pandangan yang sama

untuk mengusung Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar dalam Pilkada. DPP

PAN mengalihkan rekomendasi baru ke pasangan Nurdin Abdullah dan

Sudirman Sulaiman. Perpindahan rekomendasi tersebut terjadi karena saat

mendekati hari pendaftaran Pilkada Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakar

dianggap tidak berhasil mencukupkan partai koalisi untuk terdaftar sebagai

calon gubernur dan calon wakil gubernur.

Polemik yang terjadi dalam internal PAN adalah rekomendasi yang

dikeluarkan untuk pasangan Nurdin Abdullah dan Sudirman Sulaiman tidak

disetujui oleh sebagian besar DPW dan DPD PAN Sulawesi Selatan.

Perbedaan pandangan yang terjadi antara DPP dan DPW PAN Sulawesi

Selatan membuat situasi internal PAN tidak satu dukungan. DPW PAN

Sulawesi Selatanyang didukung oleh mayoritas DPD PAN menyatakan

kesiapannya menerima sanksi jika memiliki perbedaan pandangan dengan

DPP PAN dalam mengusung calon kepala daerah.

Partai politik di tingkat lokal tidak diberikan kewenangan untuk

menentukan calon gubernur dan calon wakil gubernur. Dilihat dari

Page 42: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

32

rekomendasi baru yang diterbitkan untuk Nurdin Abdullah dan Sudirman

Sulaiman tidak sesuai dengan harapan kader DPW PAN Sulawesi Selatan di

tingkat lokal. Polemik DPP dan DPW PAN atas rekomendasi yang diinginkan

memiliki kekuatan masing-masing. DPP PAN memiliki kekuatan rekomendasi

dan penetapan calon, sedangkan keterlibatan secara teknis dalam

pertarungan politik nantinya adalah DPW dan DPD PAN.

Pendekatan yang digunakan penulis untuk melihat tingkat keotonomian

partai politik di tingkat lokal adalah pendekatan Institusionalisme baru, partai

politik dalam teori demokrasi, Konsep dan fungsi partai politik dan konsep

otonomi partai politik. Penjelasan terperinci penulis bahas dalam bab

berikutnya, Semua teori, konsep dan pendekatan yang digunakan memiliki

hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Page 43: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

33

2.4 Skema Berfikir

Dari kerangka berfikir di atas, maka dibuatlah skema sebagai berikut :

TIDAK ADA

OTONOMI

NURDIN ABDULLAH

SUDIRMAN SULAIMAN

ICHSAN YASIN LIMPO

ANDI MUDZKAR

PILGUB

SULSEL

2018

Page 44: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

34

BAB III

Metode Penelitian

Dalam bab ini dibahas lima aspek yaitu, lokasi penelitian, tipe penelitian

dan dasar penelitian, teknik penentuan informan, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

3.1 Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif . Penelitian diarahkan

untuk menggambarkan fakta dengan argumen yang tepat. Penelitian

dimaksudkan mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang

ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan

mengenai Implementasi otonomi Partai Amanat Nasional dalam menentukan

calon gubernur yang diusung melalui partai politik .

Pendekatan yang digunakan adalah dengan metode studi kasus (Case

Study). Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian

secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat

penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Penggunaan metode

tersebut bertujuan menggambarkan sifat dan fenomena yang berlangsung

Page 45: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

35

pada saat penelitian. Metode tersebut diharapkan mengungkap batasan-

batasan dalam melakukan penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua lokasi berbeda. Penelitian pertama

dilakukan di kantor DPW PAN Sulawesi Selatan berlokasi di Provinsi Sulawesi

Selatan. DPW PAN Sulawesi Selatan diambil karena merupakan representasi

PAN yang mengimplementasikan keotonomian partai di tingkat lokal.

Penelitian selanjutnya dilakukan di kantor DPP PAN yang berlokasi di

Kabayoran Baru, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. DPP PAN dijadikan

objek penelitian karena DPP PAN merupakan pengambil keputusan tertinggi

PAN.

3.3. Teknik penentuan Informan

Menurut Spadeley, ”informan memiliki beberapa pertimbangan dan

kriteria khusus untuk dijadikan informan” , diantaranya adalah :

1) Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau

medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian. Subjek

biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi di luar

kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

Page 46: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

36

2) Subjek terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang

menjadi sasaran penelitian.

3) Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi.

4) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan

informasi.

Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik purposive

sampling, pemilihan dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan penilaian penulis mengenai siapa yang pantas

dijadikan sampel penelitian.

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan informan pada

penelitian adalah:

1. Orang yang mengetahui seluk beluk proses penjaringan calon gubernur

dan calon wakil gubernur

2. Pimpinan partai politik yang bertanggungjawab dalam pengambilan

keputusan di tingkat lokal

3. Orang yang terlibat dalam pemenangan pemilu dan pilkada partai politik

Page 47: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

37

3.3. Jenis Data Penelitian

Penulis menggunakan data yang sesuai dengan objek penelitian dan

memberikan gambaran objek penelitian. Adapun sumber yang digunakan

dalam penelitian terdiri atas :

3.3.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui studi lapangan dengan

menggunakan teknik wawancara. Data primer merupakan data utama yang

diperoleh melalui informan dengan menggunakan teknik wawancara.

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui komunikasi langsung

dengan informan. Peneliti turun langsung ke daerah penelitian untuk

mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti hasil wawancara dan data

dari partai politik.

Adapun informan yang didapatkan adalah :

1. Fikri Yasin (Wasekjend DPP PAN )

2. Windiarto Kardono (Wasekjend DPP PAN )

3. Raji N. Sitepu (Wasekjend DPP PAN)

4. Ashabul Kahfi ( Ketua DPW PAN Sulawesi Selatan)

5. Syamsudin Karlos (Tim Pilkada DPW PAN Sulawesi Selatan)

6. Usman Lonta (Ketua KPPW PAN Sulawesi Selatan)

7. Irwandi Natsir (Ketua BAPILU PAN Sulawesi Selatan)

Page 48: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

38

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan

dengan cara membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis lainnya

yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penulis lebih banyak mengkaji

dan menganalisis informasi yang terdapat dalam buku Pedoman Partai

Amanat Nasional (Buku Saku Partai Amanat Nasional ) dan AD/ART Partai

Amanat Nasional, kedua litelatur lebih dalam mengkaji Partai Amanat

Nasional, selain itu terdapat situs-situs atau website yang diakses untuk

memperoleh data yang lebih akurat. Data sekunder dimaksudkan sebagai data

penunjang untuk melengkapi penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Wawancara

Penelitian menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan

alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah wawancara mendalam. Proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan

menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Page 49: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

39

3.4.2 Studi Pustaka dan Dokumen

Pengumpulan data dilakukan dengan membaca sumber-sumber

literatur berupa buku, majalah, koran dan beberapa situs tentang Partai

Amanat Nasional. Literatur ini adalah sumber data tertulis yang terbagi

dalam dua kategori, yaitu sumber resmi dan tidak resmi. Sumber resmi

dibuat oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga, sedangkan

sumber tidak resmi dibuat oleh individu tidak atas nama lembaga

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu kualitatif yang

informasinya diperoleh melalui wawancara dan dikategorisasikan

kemudian bersama informasi yang diperoleh melalui penelusuran

kepustakaaan untuk mempertajam analisis tentang kecenderungan

penemuan penelitian. Analisa bertujuan agar temuan-temuan dari

kasus-kasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih

mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara

terperinci. Sehingga pertanyaan dalam penelitian bisa terjawab dengan

maksimal.

Page 50: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

40

BAB IV

Gambaran Lokasi Penelitian

Bab ini menjelaskan secara khusus mengenai gambaran umum Partai

Amanat Nasional (PAN) sebagai objek dan lokasi penelitian otonomi partai

politik di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah di Sulawesi

Selatan. Penelitian pertama dilakukan di sekretariat DPW PAN Sulawesi

Selatan yang beralamat di jalan Sultan Alauddin no. 259 D, Makassar. Setelah

mendapatkan keterangan dari informan di DPW PAN, peneliti melanjutkan ke

sekretariat DPP PAN di Jalan Senopati no. 113, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan.

4.1 Gambaran Partai Amanat Nasional

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai politik yang lahir

pada masa transisi Orde Baru ke Reformasi. Sebagian besar pendiri PAN

adalah tokoh nasional yang berhasil mengantarkan Indonesia ke era reformasi.

PAN berdiri dan dideklarasikan di Jakarta, pada tanggal 23 Agusutus 1998 dan

disahkan berdasarkan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tgl. 27 Agustus

2003.36 Sebagai sebuah partai politik yang dipelopori oleh tokoh-tokoh gerakan

36 https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Amanat_Nasional - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas.mht. diakses pada tanggal 30 November 2017

Page 51: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

41

tahun 1998, PAN berupaya melanjutkan cita-cita reformasi melalui sebuah

partai politik. Pada awal didirikannya PAN diprakarsai oleh 50 orang tokoh,

diantaranya adalah Prof. Dr. H. Amin Rais, Goenawan Muhammad, Abdillah

Toha, Dr. Rizal Ramli, , Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim,

Drs. Faisal Basri, M.A, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.

Kelahiran PAN dipelopori oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), yang

merupakan salah satu gerakan reformis pada tahun 1998.37 MARA adalah

sebuah gerakan yang melawan penympangan – penyimpangan Orde baru dan

memiliki pengaruh besar pada saat reformasi. Sebelum PAN terbentuk, tokoh-

tokoh yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat sepakat untuk

membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB).38 Tidak lama setelah dibentuk pada

tanggal 5-6 Agustus di Bogor, Partai Amanat Bangsa berubah nama menjadi

Partai Amanat Nasional.

Sebagai partai politik, PAN berdasarkan Pancasila dan berasaskan

akhlak politik yang berlandaskan agama.39 Tujuan didirikannya PAN adalah

untuk mewujudkan Indonesia baru yang menjunjung tinggi dan menegakkan

nilai-nilai iman dan taqwa, kedaulatan rakyat, keadilan sosial, kemakmuran dan

37 Ibid. 38 Eidi Krina Sembiring, Profil Partai Amanat Nasional, Nasional.Sindonews.com, 2013, diakses pada tanggal 30 November 2017 , https://nasional.sindonews.com/read/705233/12/profil-partai-amanat-nasional-1357715588 39 Pasal 4, ayat 1-2, Anggaran Dasar Partai Amanat Nasional , Kongres IV di Bali

Page 52: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

42

kesejahteraan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiga

identitas yang dijunjung PAN adalah moralitas agama, kemanusiaan, dan

kemajemukan. Walaupun PAN bersifat terbuka dan mandiri, namun banyak

kalangan yang melihat Muhammadiyah sebagai basis terbesar PAN.40

Dalam perjalanan politiknya, PAN telah empat kali melakukan

pergantian pemimpin. Pada tahun berdirinya, PAN pertama kali dipimpin oleh

Prof. Dr. H. Amin Rais, memimpin PAN dari tahun 1998 sampai taun 2004.

Pada tahun 2004, PAN sebagai peserta Pemilu mencalonkan Amin Rais

sebagai calon presiden dan berhasil mengantongi 15% suara nasional. PAN

berhasil menduduki posisi ke lima dalam perolehan jumlah kursi di Parlemen

tahun 2014. Perolehan 15% suara nasional dan kader yang solid membuat

PAN memiliki kekuatan politik mumpuni dalam Pilkada tahun 2018 dan Pemilu

tahun 2019.

4.1.1 Profil Partai Amanat Nasional

Ketua : Zulkifli Hasan

Didirikan : 23 Agustus 1998 (19 tahun)

Sekretariat : Jl. Senopati No.113, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Ideologi : Pancasila

40 Detik News, Partai Amanat Nasional, 2008, diakses pada tanggal 30 November 2017 https://news.detik.com/parpol/d-1059859/partai-amanat-nasional-9

Page 53: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

43

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai yang berasaskan Pancasila

dan besifat terbuka, majemuk, dan mandiri bagi warga negara Indonesia, laki-laki

dan perempuan yang berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis

maupun agama, dan mandiri. Partai politik ini menjadikan agama sebagai

landasan moral dan etika berbangsa dan bernegara, menghargai harkat dan

martabat manusia serta kemajemukan dalam memperjuangkan kedaulatan

rakyat, keadilan sosial, dan kehidupan bangsa yang lebih baik mewujudkan

Indonesia sebagai bangsa yang makmur, maju, mandiri dan bermartabat.41

4.1.2 Visi dan Misi

Visi PAN yang lahir pasca jatuhnya rezim Orde Baru 1998 adalah42

“ Terwujudnya PAN sebagai partai politik terdepan dalam mewujudkan

masyarakat madani yang adil dan makmur, pemerintahan yang baik dan

bersih di dalam negara Indonesia yang demokratis dan berdaulat, serta

diridhoi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa”.

Sedangkan misi PAN adalah sebagai berikut43:

• Mewujudkan kader yang berkualitas.

41 Website resmi Partai Amanat Nasional, www.pan.or.id/tentang-pan , terakhir diakses pada tanggal 30 November 2017 42 Ibid. 43 Ibid.

Page 54: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

44

• Mewujudkan PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat

• Mewujudkan PAN sebagai partai yang modern berdasarkan sistem dan

manajemen yang unggul serta budaya bangsa yang luhur.

• Mewujudkan Indonesia baru yang demokratis, makmur, maju, mandiri

dan bermartabat.

• Mewujudkan tata pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan

kehidupan bangsa.

• Mewujudkan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, bermartabat,

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta dihormati dalam pergaulan

internasional.

4.1.3 Logo dan Lambang Gambar Partai

Filosofi Logo

“ … Matahari putih yang bersinar cerah dilatarbelakangi segi empat

warna biru dengan tulisan PAN dibawahnya, merupakan simbolisasi

bahwa Partai Amanat Nasional membawa suatu pencerahan baru

menuju masa depan Indonesia yang lebih baik”

Page 55: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

45

Makna Logo

“ … Simbol Matahari dengan yang bersinar terang, merefleksikan

matahari merupakan sumber cahaya, sumber kehidupan.Warna putih

sebagai ekspresi dari kebenaran, keadilan dan semangat baru.

Pancaran sinar merupakan refleksi dari kemajemukan. Bujur sangkar

berwarna biru tua merupakan cerminan laut dan langit yang

merefleksikan kemerdekaan dan demokrasi “

4.2 Gambaran Umum DPW PAN Sulawesi Selatan

Dewan Pimpinan Wilayah disingkat DPW Partai Amanat Nasional

adalah pimpinan eksekutif tertinggi dalam memimpin partai politik di tingkat

Provinsi Sulawesi Selatan untuk masa jabatan lima tahun.44 DPW PAN

memiliki fungsi untuk melaksanakan kerja-kerja partai politik di tingkat provinsi

terutama terkait konsolidasi, koordinasi, dan Optimalisasi kegiatan partai politik

dalam menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.

Dalam menjalankan fungsinya, DPW PAN Sulawesi Selatan memiliki beberapa

kewenangan di antaranya adalah membentuk lembaga otonom dan sayap

partai politik yang dapat mendukung kinerja PAN. DPW PAN Sulawesi Selatan

44 Anggaran Rumah Tangga Partai, BAB III tentang pengorganisasian, Pasal 15, poin 1

Page 56: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

46

juga berwenang melaksanakan konsolidasi dengan Dewan Pimpinan Daerah,

Dewan Pimpinan Ranting, dan Pimpinan Rayon.

Dalam menjalankan fungsi kepartaiannya, DPW PAN Sulawesi Selatan

merupakan representasi pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Provinsi

Sulawesi Selatan. Sebagai representasi pimpinan eksekutif, DPW PAN

Sulawesi Selatan diberikan kewenangan sesuai Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga partai. DPW PAN Sulawesi Selatan menaungi 24

DPD Kabupaten/Kota.

Pemilu tahun 2014, DPW PAN Sulawesi Selatan berhasil menempati

posisi ke empat setelah mengantongi 9,24% suara.45 Dengan perolehan suara

ini, PAN memiliki kekuatan politik yang diperhitungkan di Sulawesi Selatan.

Arah dan dukungan PAN pada pencalonan kepala daerah tahun 2018 bisa

mempengaruhi peroleh suara, sehingga Nurdin Abdullah dan Ichsan Yasin

Limpo berebut dalam memperoleh rekomendasi PAN.

45 Febrian, Rekapitulasi Pileg Sulsel masih kuning, Nasional.Kompas, terakhir di akses pada tanggal 1 desember 2017 http://nasional.kompas.com/read/2014/05/06/0446588/Rekapitulasi.Suara.Pileg.2014.Sulawesi.Selatan.Masih.Kuning.

Page 57: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

47

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Partai politik memiliki peranan penting dalam keberlangsungan

demokrasi suatu negara. Penataan dan pelembagaan partai politik merupakan

kunci keberhasilan demokrasi. Partai politik tidak hanya berfungsi sebagai

sarana komunikasi politik yang menghubungkan masyarakat dengan

pemerintah, fungsi penting partai politik lainnya adalah melakukan rekruitmen

kepala daerah dengan membuka ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

politik dan menjadi selektorat untuk menjaring dan menghadirkan calon terbaik

untuk dipilih dalam proses demokrasi. Pelembagaan dalam fungsi rekruitmen

dan penjaringan menjadi penting bagi partai politik agar dapat melahirkan figur

kompeten dan meningkatkan kualitas kinerja partai politik.

Penjaringan calon kepala daerah melalui partai politik di tingkat lokal

dapat dilakukan dengan baik, jika pimpinan pusat partai politik memberikan

kewenangan dan kepercayaan penuh terhadap partai politik di tingkat lokal

untuk melakukan penjaringan dan pengusulan kepala daerah. Kewenangan

yang tumpang tindih antara pimpinan partai politik di tingkat pusat dan

pimpinan partai politik di tingkat lokal dapat menimbulkan konflik internal partai

politik. Ketidakjelasan kewenangan partai politik dikarenakan Anggaran Dasar

Page 58: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

48

dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai politik yang multitafsir dan

undang-undang yang mensentralkan kewenangan pada tingkat pusat.

Perbedaan pandangan antara pimpinan tingkat pusat dan pimpinan

tingkat lokal dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur

Partai Amanat Nasional (PAN) di Sulawesi Selatan terjadi karena DPP PAN

menerbitkan rekomendasi baru yang tidak sesuai harapan kader di tingkat

lokal. Perbedaan pandangan dalam internal PAN merupakan salah satu contoh

dilematisnya pembagian kewenangan partai politik di Indonesia. Pimpinan

partai politik di tingkat pusat menginginkan kewenangan yang lebih besar untuk

menghimpun kekuatan partai politik secara nasional, sedangkan pimpinan

partai politik di tingkat lokal merasa bahwa aspirasi kader di tingkat lokal tidak

tersalurkan, karena pengambilan keputusan dan penentuan berada ditataran

pusat.

Dalam Bab pembahasan penulis memaparkan hasil penelitian tentang

“Otonomi partai di tingkat lokal dalam penentuan calon kepala daerah di

Sulawesi Selatan ( Studi kasus : Penjaringan Calon Gubernur melalui Partai

Amanat Nasional dalam menghadapi Pilgub tahun 2018) sesuai rumusan

masalah ,” Bagaimanakah implementasi otonomi partai ditingkat lokal

dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan.”

Page 59: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

49

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan implementasi

otonomi Partai Amanat Nasional di tingkat hanya sebatas melakukan

rekruitmen, penjaringan dan pengusulan calon gubernur ,sedangkan

penentuan calon kepala daerah sepenuhnya adalah kewenangan pusat.

Proses yang dilakukan DPW PAN Sulawesi Selatan tidak memiliki kekuatan

untuk mempengaruhi penentuan calon kepala daerah. Penulis menyatakan

ada dua hal mendasar yang membuat PAN di tingkat lokal tidak otonom yaitu

proses di tigngkat lokal yang tidak mempengaruhi penentuan calon gubernur

dan harus taatnya kader partai oleh calon gubernur yang ditetapkan pusat.

Penulis melihat ketidakotonomian DPW PAN Sulawesi Selatan terjadi

karena mekanisme partai politik tidak dijalankan dengan baik dan pengambilan

keputusan yang dikuatkan oleh Undang-undang No. 10 tahun 2016.

Mekanisme partai dalam mengusung calon kepala daerah seharusnya

dilakukan dengan menetapkan calon kepala daerah yang berdasarkan usulan

DPW PAN Sulawesi Selatan, akan tetapi karena mekanisme partai yang belum

sepenuhnya dijalankan dengan baik maka DPP PAN langsung menetapkan

calon kepala daerah.

Untuk melihat lebih jauh tentang implementasi otonomi Partai Amanat

Nasional, maka penulis menggunakan pendekatan Institusionalisme baru

Page 60: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

50

dengan melihat perspektif dari Vicky Randall dan Lars Svasan yang

mengemukakan dimensi dalam proses institusionalisasi partai politik :

5.1. Derajat kesisteman (systemnees)

Derajat kesisteman adalah proses partai politik dalam melaksanaan

fungsi-fungsi partai politik, termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut

aturan, persyaratan, prosedur dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan

dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai

politik. AD/ART partai politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci

sehingga mampu berfungsi sebagai pedoman dan prosedur penuntun perilaku

dalam melaksanakan semua fungsi partai politik. Partai politik dapat

melembaga dari segi kesisteman bila partai politik melaksanakan fungsinya

semata-mata menurut AD/ART yang dirumuskan secara komprehensif dan

rinci.

Derajat kesisteman digunakan untuk melihat tingkat pelembagaan

partai politik, namun tingkat keotonomian partai politik juga ditentukan dengan

melihat sistem yang berjalan dalam partai politik. Derajat kesisteman partai

politik terdiri dari : (a) asal-usul partai politik, yaitu apakah dibentuk dari atas,

dari bawah, atau dari atas yang disambut dari bawah; (b) siapakah yang lebih

menentukan dalam partai politik: seorang pemimpin yang disegani atau

Page 61: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

51

pelaksanaan kedaulatan anggota menurut prosedur dan mekanisme yang

ditetapkan organisasi sebagai suatu kesatuan; (c) siapakah yang menentukan

dalam pembuatan keputusan: faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara

keseluruhan; dan (d) bagaimana partai memelihara hubungan dengan anggota

dan simpatisan, apakah dengan klientelisme (pertukaran dukungan dengan

pemberian materi) atau menurut konstitusi partai (AD/ART).

Partai Amanat Nasional (PAN) adalah partai politik yang berlandaskan

Pancasila dan berasaskan akhlak politik berlandaskan agama yang membawa

rahmat bagi sekalian alam. PAN adalah partai politik dengan basis massa

besar secara nasional, sehingga PAN menjadi partai politik yang

diperhitungkan secara nasional. PAN dalam menjalankan kegiatan politiknya

berpedoman pada AD/ART PAN. Menurut Vicky Randall dan Lars Svasand

(2002), sebuah organisasi yang memiliki aturan dan tujuan formal, partai politik

dapat terlihat melembaga dengan baik jika partai politik tersebut mapan dalam

pola-pola perilaku, sikap dan budaya secara terintegrasi.

PAN terdiri dari struktur organisasi di tingkat pusat yaitu DPP PAN dan

di tingkat lokal terdiri dari DPW, DPD, DPC dan DPRt. Kewenangan tertinggi

berada di tingkat DPP PAN yang berfungsi untuk melakukan konsolidasi

dengan struktur di bawahnya. Dalam penjaringan dan penentuan calon

gubernur dan calon wakil gubernur melalui PAN, ketentuan dan pelaksanaan

Page 62: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

52

berada di tingkat DPP dan DPW. Seperti diungkapkan oleh Windiarto Kardono

sebagai Wasekjend DPP PAN :

“ …… Kalau terkait kewenangan antara DPP dan DPW sebenarnya di

PAN itu secara jelas mengatur kewenangan berjenjang dalam

menentukan calon kepala daerah dan itu diatur dalam Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga partai, kalau itu pemilihan setingkat

bupati atau walikota maka akan ditentukan di DPW provinsi, kalau itu

untuk gubenur maka akan ditentukan di pusat, tapi dalam hal lain

sebagainya bisa saja langsung ditentukan dan calonnya daftarkan diri

di pusat” 46

5.1.1. Demokrasi Internal

Demokrasi internal adalah cara untuk menuntut pimpinan partai politik

bertanggung jawab atau dalam model principal agent dapat dipandang sebagai

cara menegakan kontrol anggota partai sebagai principal atas pejabat partai

politik. Partai Amanat Nasional (PAN) dalam menerapkan demokrasi internal

partai selalu mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) yang sesuai dengan hasil kongres IV di Bali. Dalam proses

penjaringan dan penentuan calon gubernur dan calon wakil gubernur di

Sulawesi Selatan ditemukan ketidaksesuaian antara Anggaran Rumah Tanga

46 Wawancara Informan Windiarto Kardono, 26 Desember 2017

Page 63: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

53

partai politik dan pelaksanaan penentuan calon gubernur dan calon wakil

gubernur di tingkat pusat dan di tingkat lokal.

DPW PAN Sulawesi Selatan sebagai pimpinan partai politik di tingkat

lokal belum menjalankan fungsi rekruitmen dan penjaringan dikarenakan

dinamika PAN yang tinggi pada pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018. Salah

satu dari empat fungsi partai politik adalah melakukan rekruitmen politik.47

Seperti yang diungkapkan oleh Ashabul Kahfi sebagai ketua DPW PAN Sulsel

“ …… khusus untuk yang kemarin ini (Pilkada Sulawesi Selatan), karena

begitu tingginya dinamika yang terjadi di PAN dalam pilgub ini yah,

sehingga tidak ada pendaftaran yang kami buka untu pilgub. Jadi untuk

pilgub kali ini PAN tidak membuka pendaftaran tapi mempersilahkan

para calon untuk mendaftar di DPP “ 48

Informan menjelaskan dalam pilgub tahun 2018 DPW PAN Sulawesi

Selatan tidak membuka pendaftaran untuk pasangan calon gubernur dan calon

wakil gubernur karena besarnya dinamika yang terjadi dalam PAN, sebagai

alternatif karena tidak dibukanya pendaftaran DPW PAN Sulawesi Selatan

mempersilahkan calon yang ingin mendaftar untuk langsung mendaftarkan diri

ke DPP PAN. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Syamsudin karlos

47 Labolo, Op. Cit 48 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, 14 Desember 2017

Page 64: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

54

sebagai bendahara DPW PAN Sulawesi Selatan dan bagian dari tim pilkada

Sulawesi Selatan.

“ ….. saya kira kita tidak melakukan pendaftaran, jadi pak Nurdin tidak

melakukan pendaftaran karena PAN sendiri tidak membuka

pendaftaran.” 49

Polemik lain terkait derajat kesisteman partai politik juga ditemukan di

DPP PAN. PAN dalam pengambilan keputusan seharusnya berdasarkan

Anggaran Rumah Tangga PAN pada BAB XVII tentang pencalonan kepala

pemerintahan pasal 70 ayat 2 menyatakan bahwa

“ ….. penentuan calon gubernur dan/atau calon wakil gubernur

ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat berdasarkan usulan Dewan

Pimpinan Wilayah. ” 50

Pemberian rekomendasi ke dua untuk pasangan Nurdin Abdullah dan

Sudirman Sulaiman, apabila ditetapkan dalam bentuk Surat Ketetapan (SK) ,

maka Surat Ketetapan tidak sejalan dengan Anggaran Rumah Tangga PAN.

Ketidaksesuaian antara rekomendasi yang terbit dengan usulan partai di

tingkat DPW berpotensi menjadi salah satu bentuk pelanggaran dalam internal

PAN. DPW PAN Sulawesi Selatan ketika melakukan proses penjaringan calon

gubernur memutuskan untuk mengusulkan Ichsan Yasin Limpo dan Andi

49 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, 13 Desember 2017 50 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PAN, hasil kongres IV di Bali

Page 65: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

55

Mudzakar. Menurut Syamsudin Karlos,” kalau usulan dari DPW Pak Ichsan

sebenarnya.”51 dukungan DPP PAN untuk Nurdin Abdullah dan Sudirman

Sulaiman baru sebatas rekomendasi partai politik . Seperti yang diungkapkan

Fikri Yasin, selaku Wasekjend DPP PAN bidang pemenangan pemilu

menyatakan

“ ….. Kebijakan partai itu boleh menerbitkan dua rekomendasi,yang

tidak boleh itu SK. Rekomendasi itu satu tingkat di bawah SK, yang

dimaksud SK itu adalah B1KWK. Rekomendasi itu boleh, karena

didalam rekomendasi itu isinya surat tugas. “ 52

Frank J. Surouf menggambarkan partai politik sebagai raksasa politik

berkepala tiga (Three-headed political giant). Surouf menggambarkan partai

politik sebagai sebuah struktur sosial, dalam tiap struktur kepartaian

menjalankan fungsi, peran, tanggung jawab dan corak aktivitas yang beragam

dalam sistem politik, serta saling berhubungan antara satu struktur dengan

struktur yang lain. Ketiga struktur tersebut antara lain; Partai politik di kantor

pusat (Party in the central office), Partai politik dalam pemerintahan (Party in

the goverment), dan partai politik pada akar rumput (Party in the Electorate).

Partai politik dikantor pusat (Party in the office) menggambarkan organisasi

formal partai politik, yang terdiri dari pemimpin partai politik, aktivis partai politik

51 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, Op. Cit 52 Wawancara Informan Fikri Yasin, 21 Desember 2017

Page 66: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

56

dan anggotanya. Apabila pimpinan partai politik melakukan pelanggaran,

maka ada masalah dalam party in the office dalam tipologi Surouf.

Tingkat keotonomian DPW PAN Sulawesi Selatan berdasarkan derajat

kesisteman partai politik hanya sebatas untuk melakukan perekrutan,

penjaringan dan pengusulan. Kewenangan terbesar dalam penentuan calon

gubernur masih dimiliki DPP PAN. Syamsudin Karlos menyatakan :

“ Kalau hak otonom dalam melakukan penjaringan maka 100% kita

punya hak otonom. Yang kita tidak punya kewenangan 100%

menentukan siapa yang diusung, inilah kekurangan yang paling banyak

sekarang. Karena ditentukan oleh pusat, sehingga kadang-kadang apa

yang diinginkan dari bawah tidak diinginkan dari atas, jadi semua partai

seperti itu. Jadi ditentukan pusatnya sementara kadang-kadang lain

keinginan dari bawah “53

Sama halnya dikatakan Irwandi Natsir sebagai ketua BAPILU DPW PAN

Sulawesi Selatan :

“ Saat ini orang sudah tidak berbicara tentang otonomi jika berkaitan

dengan rekomendasi partai kepada calon kepala daerah, karena

Undang-undang memberikan kewenangan kepada Dewan Pimpinan

Pusat (DPP) untuk mengeluarkan Surat Keputusan tentang siapa yang

akan diusung atau dicalonkan” 54

53 Wawancara Informan Syamsudin Karlos, Op.Cit 54 Wawancara Informan Irwandi Natsir, 13 Desember 2017

Page 67: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

57

Menurut Richard S. Katz dan William Crotty tingkat keotonomian partai

politik dapat dilihat dari struktur keanggotaan partai, perekrutan personil dan

kontrol atas keuangan serta kontrol atas partai politik yang lebih rendah.

Kewenangan partai politik yang desentralisir memberikan kewenangan partai

politik di tingkat lokal untuk mengatur aktivitas kepartaiannya secara mandiri

dan tetap berlandaskan aturan nasional.

5.1.2 Keutuhan Organisasi

Berdasarkan hasil penelitian penulis, penulis melihat dampak

dikeluarkannya rekomendasi PAN yang kedua untuk pasangan Nurdin

Abdullah dan Sudirman Sulaiman melahirkan dinamika Internal PAN

menjelang Pilkada. Dinamika Pilkada PAN dilihat dari beberapa fungsionaris

DPW PAN Sulawesi Selatan masuk dalam tim Ichsan Yasin Limpo dan

beberapa fungsionaris masuk dalam tim Nurdin Abdullah55 . Seperti yang

diungkapkan Ashabul Kafi :

“ ….. Ini kan kau bertanya kasus, jadi untuk kasus Pilgub memang

sangat dinamis, kenapa masih terjadi seperti yang anda katakan.

Kenapa masih ada kader yang masih ke pak Ichsan , karena adanya

55 Muh. Hasim Arfah, Usman Lonta Jadi Sekretaris Tim Pemenangan IYL, Irwandi Masuk Sekretariat Gabungan NA, Makassar.Tribunnews.com, 2017, diakses tanggal 31 Desember 2017, http://makassar.tribunnews.com/2017/11/21/usman-lonta-jadi-sekretaris-tim-pemenangan-iyl-irwandi-masuk-sekretariat-gabungan-na

Page 68: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

58

hubungan kedekatan yang cukup lama terjalin selama ini. Saudaranya

pak Syahrul ,dua periode kita usung. Kemudian pak Ichsan juga kita

sudah usung dua periode di Kepala Daerah Gowa, bahkan ketiga

kalinya sehingga karena kedekatan emosional itu menjadikan kami

sedikit sulit untuk langsung mengalihkan kepada calon lain dalam hal ini

pak Profesor. Kemudian yang kedua, kebersamaan dengan (khusus

tentang pilgub) pak Ichsan ini sudah cukup lama, sudah setahunan kita

sama – sama di PAN. ini kan tiba-tiba beralih, lari dari 100 tiba-tiba

direm, jadi kita butuh sedikit adaptasi. Tapi saya yakin dinamika itu

insyaallah, tidak akan menimbulkan perpecahan di PAN karena kami

sudah cukup lama menghadapi dinamika di tingkat pilgub.” 56

Dalam keterangan informan membenarkan bahwa masih ada kader

yang tetap pada rekomendasi pertama dan mendukung Ichsan Yasin Limpo

dan Andi Mudzakar. Menurut informan, alasan mengapa masih ada kader

yang menetap di rekomendasi pertama karena telah membangun kedekatan

emosional yang cukup lama. PAN Sulsel memiliki rekam jejak yang dekat

dengan keluarga Yasin Limpo.57 Sejak kakak Ichsan Yasin Limpo, Syahrul

Yasin Limpo mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan

tahun 2007, PAN sudah menjadi salah satu partai politik pengusung Syahrul

Yasin Limpo pada periode pertama dan kedua pada tahun 2012. Pada Pilkada

Kabupaten Gowa tahun 2015, PAN menjadi partai pengusung anak Ichsan

56 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, Op. Cit 57 Rizal, PAN Sulsel Tak Bisa Dipisahkan dari Keluarga Yasin Limpo, Pilkada.rakyatku.com, online http://pilkada.rakyatku.com/read/68398/2017/10/06/pan-sulsel-tak-bisa-dipisahkan-dari-keluarga-yasin-limpo, diakses 31 Desember 2017

Page 69: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

59

Yasin Limpo, Adnan Purchita Yasin Limpo yang maju melalui jalur Independen.

Elektabilitas Ichsan Yasin Limpo selalu berada pada posisi empat besar dan

merupakan pesaing kuat dari bakal calon Gubernur Sulawesi selatan lainnya.

Sehingga tidak ada alasan kuat PAN di tingkat lokal mengorbankan

kesetiaannya dan beralih dukungan ke pasangan calon gubernur lain.

Dampak yang ditimbulkan dari terbaginya pandangan di internal PAN

Sulawesi Selatan seperti yang diungkapkan Syamsuddin Karlos :

“ ….. Saya kira yang paling berat adalah mengarahkan kader, karena

biasanya kalau kader sudah terlanjur berteman, biasanya kita bawa ke

jalur partai kan, itu aja beratnya.”58

Dampak lain juga diutarakan oleh Irwandi Natsir :

“ ….. Pasti berpengaruh walau memang kita masih tentatif

mempersiapkan strategi pemenangan, sangat tergantung siapa calon

dan penetrasi dilakukan pada tingkat kader serta tingkat penerimaan

kader terhadap calon yang di SK kan oleh DPP.”59

Berdasarkan pemaparan Informan di atas penulis melihat dampak yang

dirasakan DPW PAN Sulawesi Selatan adalah kesulitan mengarahkan kader

yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan Ichsan Yasin Limpo

untuk mendukung rekomendasi baru yang dikeluarkan oleh DPP PAN pada

pasangan Nurdin Abdullah. Dampak lain yang dirasakan PAN adalah

58 Wawancara Informan syamsudin Karlos,Op. Cit 59 Wawancara Informan irwandi Natsir, Op. Cit

Page 70: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

60

persiapan strategi pemenangan Pilkada karena calon gubernur yang diusung

masih tentatif, sehingga penyusunan strategi Pilkada belum bisa berjalan.

Menurut penulis dampak dari ketetapan yang dikeluarkan tidak berdasarkan

usulan di tingkat lokal dapat membuat partai politik tidak menjalankan fungsi

rekruitmen berdasarkan aspirasi lokal, karena proses di tingkat lokal tidak

mempengaruhi keputusan di tingkat pusat.

PAN sebagai partai politik berdiri tahun 1998 sudah memiliki banyak

pengalaman dalam mengatasi dinamika partai politik. Beberapa fungsionaris

PAN menyatakan bahwa dinamika adalah hal lumrah terjadi dalam Internal

PAN dan selesai begitu ada keputusan pasti dari DPP PAN. Seperti dikatakan

oleh Raji N. Sitepu selaku Wasekjend DPP PAN :

“ ….. Kalau terbiasa saya kira setiap pilkada tentu ada dinamikanya,

apa lagi hampir 20 tahun kita seperti ini, sudah biasa hal seperti ini tidak

terlalu menggangu kualitas partai, tidak pernah konfliknya terlalu

meluas . Selama itu belum SK semua dikasi ruang untuk mencari yang

terbaik itu, jadi itu kenapa rekomendasi ada untuk mencari rekomendasi

yang terbaik, nanti waktu yang akan menjawab. ”60

Informan lain menyatakan apabila Surat Ketetapan sudah diterbitkan

(bukan lagi rekomendasi), maka seluruh kader PAN wajib untuk menaati,

seperti yang diungkapkan Fikri Yasin :

60 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, 22 Desember 2017

Page 71: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

61

“ ….. yah pinalti, pinalti pemecatan. Kalau dia terang-terangan umpama

sekarang DPP sudah mengeluarkan (SK) di Pilgub, tapi kalau dia tiba-

tiba pasang badan, jadi kita harus pecat.” 61

Untuk mengatasi perbedaan pandangan dalam Pilgub Sulawesi

selatan, Ashabul Kahfi sebagai ketua DPW PAN Sulawesi Selatan, mencoba

untuk memahami konteks pelanggarannya terlebih dahulu sehingga bisa

mengambil keputusan yang lebih arif. Ashabul Kahfi membenarkan bahwa bagi

partai politik keputusan partai politik adalah utama, sehingga tidak ada alasan

kader tidak mengindahkan keputusan partai politik. Seperti diungkap Ashabul

Kahfi :

“ ….. Kita lihat konteksnya dulu, selama itu masih dalam batas - batas

toleran, saya masih bisa memahami. untuk Sulawesi Selatan, kita tidak

bisa serta merta hitam putih, jadi kita harus bisa lebih arif memahami.

tetapi di atas segala-galanya, sebagai kader partai politik itu tetap harus

patuh terhadap keputusan partai politik, dan kemudian jika masih ada

perbedaan dukungan, kita butuh lebih arif. Saya yakin mereka akan

kembali.” 62

perbedaan dukungan menjelang Pilkada dianggap oleh fungsionaris PAN

sebagai dinamika wajar menjelang Pilkada. Seperti dikatakan oleh Wasekjend

61 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit 62 Wawancara Informan Ashabul Kahfi, Op. Cit

Page 72: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

62

DPP PAN, Raji N Sitepu dalam melihat dinamika internal PAN yang biasa

terjadi menjelang Pilkada :

“ ….. Sulsel Provinsi yang besar, Sulsel bukan seperti Gontor yang kecil.

Bisa dibilang barometernya kalau menang di Sulawesi Selatan kita bisa

mempengaruhi secara nasional. Jadi kalau masih ada yang di Ichsan

biasa sajalah, dinamika politik. finalnya itu yang dijanuari, semua kader

ditingkat PAN Akan patuh pada itu.”63

Fungsionaris PAN mengakui ada dinamika dan perbedaan pandangan

setelah rekomendasi kedua untuk Nurdin Abdullah terbit, akan tetapi

fungsionaris PAN di tingkat DPW PAN Sulawesi Selatan dan DPP PAN yakin

setelah Surat Ketetapan PAN untuk kepala daerah terbit PAN kembali bersatu.

Duverger menyebutkan serangkaian lingkaran konsentris dari

solidaritas partai politik yang terus meningkat dengan menggunakan istilah-

istilah seperti pendukung, pengikut, militan dan propaganda sebagai deskripsi

yang berguna tentang keterikatan partai, dan lebih dekat dengan sifat

partisipasinya dibanding keanggotaan formal.64 Hal tersebut menggambarkan

bahwa tingkat keterikatan partai politik menenukan isi ikatan sosiologis yang

menyatukan komunitas. Pendukung Ichsan Yasin Limpol dalam DPW PAN

63 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit 64 Katz & Crotty, Op. Cit., 494

Page 73: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

63

Sulawesi Selatan menggambarkan bentuk ikatan sosiologis dan

memperlihatkan wujud partisipasi kepartaian.

5.2 Kemandirian pengambilan keputusan (Decision Autonomy)

Derajat otonomi partai politik berkaitan dalam pembuatan keputusan

dengan hubungan partai dan aktor dari luar partai, baik dengan sumber otoritas

( Kekuasaan ), maupun dengan sumber dana ( Ekonomi ) dan sumber

dukungan yang berasal dari organisasi masyarakat tertentu. Pengambilan

keputusan DPP dan DPW PAN Sulawesi Selatan mengacu pada Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai termasuk dalam peraturan partai.

Seperti yang penulis jelaskan di atas, pengambilan keputusan PAN diputuskan

oleh satu jenjang lebih tinggi di atasnya, akan tetapi dalam proses penjaringan

dan penentuan calon kepala daerah diputuskan berdasarkan usulan di tingkat

lokal.

Mekanisme penjaringan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan

dilakukan dengan membentuk tim pilkada tingkat DPW. Tim pilkada tersebut

berfungsi untuk melakukan rekruitmen, penjaringan dan pengusulan. Usul

yang ditentukan oleh DPW kemudian diseleksi oleh tim pilkada di DPP PAN,

dan kemudian diputuskan Ketua Umum dan Sekjend DPP PAN. Sama halnya

Page 74: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

64

yang diungkapkan oleh tim pilkada DPW PAN Sulawesi Selatan, Syamsuddin

Karlos ;

“ …… Jadi tim Pilkada membuka pendaftaran, para kandidat mendaftar

kemudian setelah itu kita lakukan fit and proper test bagaimana calon

itu kelayakannya dalam mengenal daerahnya setelah itu kita ajukan ke

DPP Pusat. jadi kita disini (DPW PAN Sulsel) tidak ada yang kita

gugurkan, sampai di tingkat wilayah tidak ada yang kita gugurkan jadi

langsung kita kirim semuanya ke DPP” 65

Usulan nama yang dikirim ke tingkat pusat oleh DPW PAN Sulawesi

Selatan kemudian diteruskan ke tim Pilkada di tingkat DPP PAN. Setelah

penjaringan tim Pilkada DPP PAN, nama tersebut diberikan ke Sekretaris

Jenderal dan Ketua Umum untuk menerbitkan Surat Ketetapan. Seperti yang

diungkap Fikri Yasin sebagai berikut :

“ ….. Kalau otoritas itu adanya di DPP, tapi sebelum memutuskan DPW

itu diajak ngobrol semua, karena yang mengsulkan ke pusat itu DPW,

orang itu dijaring dulu semua, administrasinya itu diusul ke pusat, dan

kitalah yang memutuskan , calon diusulkan atas usulan DPW, kan ada

berkasnya, kitakan tidak tahu siapa nama-namanya, bisa saja satu

calon, dua calon, jadi bisa saja berapa nama calon. Tapi yang

memutuskan itu otoritasnya DPP. Tapi jarang sekali yang kita keluarkan

itu di luar yang kita usulkan itukan nggak mungkin. “66

65 Wawancara Informan syamsudin Karlos,Op. Cit 66 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit

Page 75: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

65

Seperti yang penulis jelaskan pada dimensi kesisteman, dalam Pilkada

Sulawesi Selatan tahun 2018, DPW PAN Sulawesi Selatan tidak membuka

pendaftaran, akan tetapi memperbolehkan calon yang ingin mendaftar sebagai

calon gubernur PAN, langsung mendaftarkan diri ke tingkat DPP PAN.

Perbedaan pengambilan keputusan saat DPP PAN menerbitkan rekomendasi

kedua untuk pasangan Nurdin Abdullah, sementara usulan partai ditingkat

DPW PAN Sulawesi Selatan adalah pasangan Ichsan Yasin Limpo.

Perpindahan rekomendasi DPP PAN ke Nurdin Abdullah membuat sejumlah

DPW dan DPD PAN Sulawesi Selatan bereaksi. Reaksi yang diperlihatkan

kader PAN di Sulawesi Selatan adalah dengan mengeluarkan komitmen untuk

tetap mendukung Ichsan Yasin Limpo – Andi Muzakar sebagai Calon Gubernur

dan Calon Wakil Gubernur Sulawesi Selatan berdasarkan hasil rekomendasi

pertama DPP PAN.67 Alasan DPP PAN menerbitkan rekomendasi kedua untuk

pasangan Nurdin Abdullah, seperti yang diungkap Wasekjend DPP PAN, Raji

N. Sitepu sebagai berikut :

“ ….. kalau di politik itu bisa berubah, ada juga ada hal-hal yang perlu

dipertimbangkan, seperti konstalasi di tingkat nasional, dinamika di

tingkat nasional, memang harus masuk di situ kita bisa jadikan itu salah

satu parameter. Lokal itu bukan porsinya, ini berbicara soal elit disini,

dan mungkin tidak tertulis. Kalau dipolitik, ada hal-hal yang di luar formal

67 Muh. Nasrudin, Rekomendasi PAN beralih ke NA, Sulsel tetap solid dukung IYL-Cakka Makassar.terkini.id, online , https://makassar.terkini.id/rekomendasi-pan-beralih-na-sulsel-tetap-solid-dukung-iyl-cakka/ , diakses 1 Januari 2018

Page 76: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

66

bisa mempengaruhi. Misalnya kalau Nurdin Abdullah, ada partai yang

mengusungnya dari PDI-P, kita kan dipolitik itu tidak mungkin berkawan

terus selamanya. Mungkin bisa berbicara tentang koalisi nasional, jadi

di Sulsel mungkin ada hal-hal tertentu. Ini bukan kesewenang-

wenangan partai, tentu pasti DPP atau ketua umum melakukannya

untuk kepentingan partai jangka Panjang.”68

Penyebab lain seperti diungkapkan Wasekjend DPP PAN, FIkri Yasin :

“ ….. Rekomendasi ini kami berikan tugasnya ada dua, satu

mendapatkan partai koalisi, yang kedua untuk mendapatkan wakil, dan

yang ketiga kami memberikan kamu waktu satu bulan, apabila dalam

waktu satu bulan kamu tidak memenuhi syarat maka rekomendasi kami

cabut.” 69

Dari keterangan Informan di atas, alasan rekomendasi DPP PAN

berpindah dari Ichsan Yasin Limpo ke Nurdin Abdullah adalah karena

ketidakmampuan IchsanYasin Limpo untuk mencukupkan koalisi partai

pendukung dan untuk kepentingan partai politik jangka panjang. Setelah

rekomendasi DPP PAN beralih ke Nurdin Abdullah, Ichsan Yasin Limpo hanya

mendapat dukungan 7 kursi dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan, yaitu kursi dari dukungan PPP. Dengan

perolehan kursi yang tidak mencukupi, maka Ichsan Yasin Limpo tidak bisa

mencalonkan diri melalui jalur partai politik. Sedangkan rivalnya, Nurdin

68 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit. 69 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit

Page 77: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

67

Abdullah yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6 kursi,

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 5 kursi , Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) 3 kursi, dan tambah lagi dengan Partai Amanat Nasional (PAN)

9 kursi. Jika ditotal secara keseluruhan maka Nurdin Abdullah telah

mengantongi 23 kursi dari jumlah kursi di DPRD dan telah memenuhi syarat

mencalonkan sebagai calon gubernur di Sulawesi Selatan.

Menurut Ranney, seleksi calon adalah proses yang dengannya partai

politik memutuskan mana orang-orang yang secara hukum layak memegang

jabatan elektif akan dimasukan dalam surat suara dan dalam komunikasi

pemilu sebagai calon atau daftar calon yang didukungnya.70 Berdsarkan

pengertian yang dijelaskan oleh Ranney, Ichsan Yasin Limpo tidak bisa

dicalonkan secara hukum karena tidak memenuhi perhitungan kursi di DPRD

Sulsel. Untuk bisa menaikan status bakal calon menjadi calon gubernur di

Sulawesi Selatan setidaknya dibutuhkan 17 Kursi di DPRD Provinsi Sulsel.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 pasal 40 ayat 1 tentang

syarat dukungan partai politik dalam tingkat daerah ,maka pasangan calon jika

telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% (dua puluh persen)

dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau 25% (dua puluh lima

70 Katz & Crotty, Op. Cit., 4178

Page 78: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

68

persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di daerah yang bersangkutan71.

Pengambilan keputusan dan derajat otonomi partai politik di Sulawesi

Selatan sudah dilakukan dengan melibatkan banyak pihak dalam tataran lokal.

Akan tetapi pengambilan keputusan tetap berada pada kewenangan penuh

DPP PAN yang tidak hanya dikuatkan AD/ART PAN juga diatur lebih lanjut

dalam UU. No. 10 tahun 2016 pasal 42 ayat 4a yang berbunyi :

“ ….. Dalam hal pendaftaran pasangan calon sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) tidak dilaksanakan oleh pimpinan Partai Politik tingkat

Kabupaten/Kota, pendaftaran pasangan calon yang telah disetujui

Partai Politik tingkat Pusat, dapat dilaksanakan oleh pimpinan Partai

Politik tingkat Pusat.” 72

Menurut keterangan Usman Lonta, UU No. 10 tahun 2016 adala

permasalahan yang membatasi otonomi kepartaian di tingkat lokal. Tidak ada

kesesuaian antara otonomi daerah pemerintahan yang semakin desentralisasi

dan pengambilan keputusan partai politik yang cenderung oligarki. Ungkap

Usman Lonta selaku ketua KPPW PAN Sulawesi Selatan :

71 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang 72 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang pasal 42 ayat 4a

Page 79: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

69

“ ….. yang tidak luput dari perhatian adalah keingninan mayoritas orang-

orang yang ada di daerah. Kalau dalam Bahasa Makassar itu ada filosofi

orang makassar, “ parinta I taua irolona” perintahlah orang sesuai

dengan kemauannya, itu filosofi pemerintahan orang makassar. jadi ,

kalau pemerintahan di Makassar dia melihat kecenderungan

masyarakat yang diinginkan. Jadi pengejewantahan demokrasi pada

semua kegiatan semua mengiyakan demokrasi, dan tentu ini harapan-

harapannya tentu begini, yang menurut saya Undang-undang induknya

ini yang perlu direvisi kembalikan, kasi sejalan tehadap otonomi

pemerintahan dan otonomi partai. “73

Raji N. Sitepu mengatakan bahwa dalam PAN tetap ada otonomi dalam

pengambilan keputusan di DPW PAN Sulawesi Selatan, akan tetapi otonomi

partai politik tidak dapat diberikan sepenuhnya, karena ada hal-hal yang

dibatasi dalam anggaran dasar PAN. Berikut tanggapan dari Raji N. Sitepu :

“ ….. Kalau Otonomi dalam arti mencari itu bukan otonomi yang seluas-

luasnya, mana mungkinkan, tetap juga ada hal tertentu, yang ada

tentang kewenangan luar negeri itu dipusat kan. kalau otonomi jelas ada

yang kita berikan di DPP. tapi ini kan tetap kita melibatkan DPW ada

forum yang melibatkan DPW. Kenapa harus di pusat, itu kan kita semua

punya cita-cita besar partai yang merasakan Pancasila, ……. kenapa

harus DPP, Undang-undang kita, aturan KPU semua harus melibatkan

DPP .”74

73 Wawancara informan Usman Lonta, 12 Desember 2017 74 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit

Page 80: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

70

Berdasarkan penelitian, penulis melihat bahwa tidak ada derajat

keotonomian dalam Partai Amanat Nasional di tingkat lokal. DPW PAN

Sulawesi Selatan hanya menjalankan dan menaati perintah dan keputusan

partai di tingkat pusat. DPW PAN Sulawesi Selatan dalam proses seleksi calon

sudah mengusulkan Ichsan Yasin Limpo, akan tetapi berdasarkan mekanisme

dan struktural DPP PAN dapat membatalkan dan menerbitkan rekomendasi

baru. Akibatnya adalah hasil penjaringan calon kepala daerah di tingkat DPW

PAN Sulawesi Selatan tidak memiliki posisi berarti dalam derajat pengambilan

keputusan dan cenderung dipaksakan untuk menaati keputusan DPP PAN.

5.3. Derajat Identitas Nilai (Value Identify )

Randall dan Svasand (2002) mengemukakan bahwa Identitas nilai (

value Identify) merupakan suatu kondisi dimana para aktor yang ada di dalam

partai politik dan konstituennya mampu mendapatkan, mengidentifikasi, dan

memiliki komitmen. Derajat Identitas nilai merupakan suatu dimensi yang

menjadikan ideologi dan platform sebagai identitas untuk menarik konstituen.

Penerapan prinsip dasar dan nilai dalam aktivitas partai politik harus

berdasarkan dengan ideologi dan platform yang diangkat.

Setiap partai politik di Indonesia memiliki paltform yang berbeda-beda,

namun tak jarang ditemukan ideologi partai politik yang cenderung sama

Page 81: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

71

antara partai satu dengan partai lainnya. PAN adalah partai yang berasaskan

akhlak keagamaan dan berlandaskan Pancasila dalam menjalankan aktifitas

politiknya. DPW PAN Sulawesi Selatan sebagai bagian integral dari Partai

Amanat Nasional di Indonesia hadir untuk mengimplementasikan seluruh

tujuan dan usaha-usaha yang telah direncanakan berdasarkan identifikasi

terhadap ideologi partai politik, hal ini tertuang dalam AD/ART dan pedoman

organisasi partai. Akan tetapi pelibatan kader secara inklusif dapat

meningkatkan kualitas demokrasi suatu partai politik.

Menurut Austin Ranney salah satu ciri fundamental yang dimiliki oleh

partai politik adalah hadirnya beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan

sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai

berdasarkan identifikasi tertentu. Keberhasilan partai politik menanamkan nilai

dan identitas kepartaian kepada anggotanya merupakan bentuk komitmen

pelembagaan partai politik. Masyarakat yang bergabung dalam partai politik

karena memiliki kesamaan cara pandang untuk melakukan perbaikan di

masyarakat.

Platform PAN terdiri dari beberapa prinsip yang dibagi kedalam

beberapa dimensi yang menjadi perjuangan PAN. PAN memiliki prinsip dasar

dalam menjalankan fungsi kepartaiannya :

Page 82: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

72

1. Partai Amanat Nasional adalah partai politik yang memperjuangkan

kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan keadilan sosial.

2. Partai Amanat Nasional mencita-citakan suatu masyarakat

Indonesia yang demokratis, berkeadilan sosial, otonom dan mandiri.

3. Partai Amanat Nasional merupakan partai yang menghormati dan

mendorong kemajemukan.

4. Partai Amanat Nasional menentang segala bentuk kediktatoran,

totaliterisme dan otoriterisme, karena berlawanan dengan harkat

dan martabat manusia, memasung kebebasan dan menghancurkan

hukum.

5. Partai Amanat Nasional akan bersaing dengan parta-partai lain

secara terbuka, adil dan jujur untuk meraih dukungan rakyat.

Demokrasi adalah salah satu upaya yang ingin diwujudkan dalam

prinsip dasar PAN. Menurut Hebernas setiap subjek yang mampu berbicara

dan bertindak boleh ikut serta dalam diskursus demokrasi.75 Bentuk

pengambilan keputusan partai politik yang sentralistik dan eksklusif tidak

menggambarkan prinsip demokrasi dalam partai politik. Pengambilan

keputusan di PAN diputuskan secara eksklusif dan sentralistik. Pengambilan

75 F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, (Yogyakarta : Kanisius, 2009), hlm. 210

Page 83: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

73

keputusan diputuskan berdasarkan keputusan Ketua Umum dan Sekretaris

Jenderal. Seperti yang diungkapkan Fikri Yasin :

“ ….. Kalau penanganan pilkada yang bertanggungjawab Yanri

Susanto, kalau sudah masuk dalam penetapan itu Sekjend dan Ketua

Umum .”76

Menurut penulis partai politik bukanlah Lembaga swasta yang dimiliki

perorangan atau sekelompok elit tertentu, sehingga pengambilan keputusan

secara desentralisasi dan inklusif menjadi kebutuhan masyarakat akan partai

politik. Identitas kepartaian hanya akan diperoleh jika anggota partai politik

merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan di partai politik.

Mendesentralisas dan menginklusifkan pengambilan keputusan dalam partai

politik dapat meningkatkan tingkat kepercyaan masyarakat terhadap partai

politik

Prinsip dasar PAN menentang segala bentuk kediktatoran, totaliterisme

dan otoriterisme. Untuk mewujudkan prinsip dasar PAN dapat dilakukan

dengan memperbaiki mekanisme dalam internal PAN. PAN juga harus

mengerti cara untuk mempraktekan prinsip dasar dalam menjalankan fungsi

kepartaian. pengambilan keputusan yang tidak tersentral ke tingkat pusat

adalah salah satu bentuk dari prinsip dasar PAN, sehingga menginklusifkan

76 Wawancara Informan Fikri Yasin, Op. Cit

Page 84: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

74

pengambilan keputusan ke tingkat lokal adalah salah satu bentuk

pengejewantahan prinsip dasar PAN.

Seperti hal yang diungkapkan oleh Raji N. Sitepu :

“ ….. Inikan dalam kerangka besar, semua dari negara, dari

kebangsaan. Partai politik ada platformnya, begitu semua kader sudah

masuk, semua harus paham itu,”77

5.4. Derajat Pengetahuan Publik (Reification)

Derajat Pengetahuan publik atau reification merupakan upaya partai

politik untuk mencitrakan dirinya sebaik mungkin di mata publik. Partai politik

menjadi penghubung utama antara masyarakat dan negara di sebagian besar

negara penganut demokrasi. Partai politik selalu berupaya untuk mencari

pemilih mayoritas dalam masyarakat agar dapat memenangkan pemilihan.

Simpati publik kepada partai politik merupakan penentu keberlangsungan

partai politik. Salah satu cara yang dilakukan partai politik untuk menarik

simpati publik adalah menghadirkan figur-figur calon kepala daerah yang

kompeten dan dikenal masyarakat.

77 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit

Page 85: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

75

PAN berhasil menduduki posisi ke lima dalam perolehan jumlah kursi di

parlemen nasional tahun 2014. Sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan PAN

menempati perolehan suara terbesar ke empat dengan perolehan sembilan

kursi di DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Rekam jejak PAN di Sulawesi

Selatan memang terbilang baik, beberapa calon kepala daerah yang diusung

PAN selalu memenangkan Pilkada di Sulawesi Selatan. Pilkada Sulawesi

selatan dua periode berturut-turut, DPW PAN Sulawesi Selatan menjadi salah

satu partai politik pemenang koalisi untuk Syahrul Yasin Limpo. Kedekatan

PAN dalam pemerintahan keluarga Yasin Limpo memperlihatkan

kemungkinan PAN untuk mendukung Ichsan Yasin Limpo.

Gambaran PAN di Pilkada Sulawesi Selatan tahun 2018 berkembang di

mata masyarakat dan media terjadi perpecahan di Internal PAN Sulawesi

Selatan. Beberapa fungsionaris PAN menyatakan perbedaan dukungan yang

terjadi dalam internal PAN dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil

gubernur adalah dinamika yang terjadi dalam partai politik, sedangkan kader

PAN yang tidak mengikuti keputusan partai politik merupakan personalia yang

memiliki prinsip untuk mendukung kandidat tertentu : seperti yang diungkap

oleh Usman Lonta :

“ ….. Sebenarnya nda terbagi, PAN ini satu, cuman memang, adanya

pilihan-pilihan lain mereka katakan sudah terlanjur berada disitu,

apalagi orang yang sudah terbiasa memegang prinsip persaudaaran

Page 86: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

76

dan persahabatan biasanya nda muda kembali tetapi secara

kelembagaan sudah itu, tapi person-person yang ada didalamnya

meskipun itu kurang elok tapi inilah kenyataan kenyataan yang sudah

terjadi.”78

Selain itu karena posisi PAN yang sangat strategis dalam Pilkada

Sulawesi Selatan tahun 2018, PAN menjadi salah satu komponen keberhasilan

dalam memenangkan Pilkada bagi para kandidat. Citra PAN di mata

masyarakat sudah identik dengan kata ummat yang juga merupakan slogan

besar Muhammadiyah. Sehingga pola dan basis dukungan PAN sudah jelas,

banyak calon mencoba untuk mencalonkan diri melalui Partai Amanat

Nasional. Seperti diungkapkan oleh Raji N. Sitepu :

“ ….. inikan sulsel kenapa bisa ada sesuatu, atau menganggap PAN ini

jadi harus diganggu dulu, itu media kan, dibelakang media kan ada

kekuatan di belakang media. Misalnya, PAN sama PDI-P disanakan

tentu ada orang yang tidak nyaman, inikan jarang-jarang juga, tentu dia

pakai media, jadi soal rekomendasi ada itu tidak masalah, kalau

ditempat lain kenapa tidak besar mungkin media tidak menyoroti, “79

Berdasarkan keterangan Informan yang diperoleh penulis melihat

dinamika dan perbedaan pandangan yang terjadi dalam internal PAN adalah

salah satu bentuk pelembagaan partai politik . Perbedaan pandangan yang

diterima oleh pimpinan partai politik adalah salah satu bentuk wujud demokrasi

78 Wawancara informan Usman Lonta, Op. Cit. 79 Wawancara Informan Raji N. Sitepuh, Op. Cit

Page 87: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

77

di internal PAN , selama personalia yang berbeda tidak membawa atribut partai

politik. Pengalaman PAN telah lama terlibat dalam Pilkada menganggap

dinamika politik sebagai hal yang lumrah terjadi dalam internal PAN.

Perbedaan pandangan yang tidak sesuai keputusan DPP PAN, akan

diselesaikan berdasarkan mekanisme partai.

Penulis melihat rekomendasi yang berikan untuk Nurdin Abdullah dan

Sudirman Sulaiman akan memberikan usaha bagi PAN untuk mengenalkan

kembali Nurdin sebagai calon yang diusung PAN. Pendukung PAN yang sudah

terlanjur ke Ichsan perlu dilakukan upaya oleh DPW PAN Sulawesi Selatan

untuk mengubah arah pandangnya.

Page 88: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

78

BAB VI

PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis uraikan

berdasarkan pengamatan penulis. Kesimpulan penulis sajikan berdasarkan

rumusan masalah yaitu bagaimana implementasi otonomi partai di tingkat lokal

dalam menentukan calon kepala daerah di Sulawesi Selatan, sedangkan saran

merupakan rekomendasi penulis untuk bentuk penelitian yang serupa.

6.1 Kesimpulan

Analisis yang dilakukan dalam melihat otonomi Partai Amanat Nasional

di tingkat lokal dalam menentukan calon gubernur di Sulawesi Selatan, melalui

studi dokumen dan wawancara beberapa fungsionaris DPP dan DPW PAN

Sulawesi Selatan. Penulis melihat DPW PAN Sulawesi Selatan belum otonom

dalam menentukan Calon Gubernur Sulawesi Selatan. DPW PAN Sulawesi

Selatan hanya bertugas melakukan rekruitmen, penjaringan dan pengusulan,

sedangkan penentuan calon gubernur adalah sepenuhnya kewenangan DPP

PAN. Mekanisme yang dijalankan DPW PAN Sulawesi Selatan hanya bersifat

formalitas karena tidak memiliki kekuatan dalam menentukan calon gubernur

di Sulawesi Selatan.

Page 89: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

79

Berdasarkan derajat kesisteman yang dijalankan Partai Amanat Nasional

dalam menentukan calon gubernur PAN di Sulawesi Selatan ditemukan

pelaksanaan yang tidak sesuai mekanisme dan AD/ART PAN.

Ketidaksesuaian pelaksanaan dapat dilihat dengan tidak dibukanya

pendaftaran calon gubernur oleh DPW PAN Sulawesi Selatan dan

ditetapkannya calon gubernur yang tidak berdasarkan usulan DPW PAN

Sulawesi Selatan oleh DPP PAN

Dilihat dari derajat kemandirian pengambilan keputusan, DPW PAN

Sulawesi Selatan belum otonom dalam menentukan calon gubernur karena

sangat dipengaruhi keputusan DPP PAN. Kewenangan DPP PAN yang sangat

besar menunjukan pengambilan keputusan di DPP PAN bersifat sentralistik.

Pengambilan keputusan PAN yang sentralistik dalam menentukan calon

gubernur dikuatkan dengan UU. No. 10 tahun 2016 yang mendukung

kewenangan penuh partai politik di tingkat pusat. Keputusan yang ditetapkan

oleh DPP PAN merupakan keputusan PAN yang harus ditaati oleh seluruh

kader PAN. Kader PAN akan dikenakan sanksi jika kader PAN tidak

melasanakan atau melawan keputusan PAN.

Dilihat dari derajat identitas nilai Prinsip dasar PAN berupaya untuk

mewujudkan demokrasi dan anti kediktatoran, totaliterisme dan otoriterisme,

akan tetapi pengambilan keputusan PAN yang masih berpusat ke DPP PAN

Page 90: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

80

tidak menggambarkan prinsip pelaksanaan demokrasi. Pengambilan

keputusan yang demokratis hanya dapat dilakukan jika PAN melibatkan

anggota PAN secara desentralisasi dalam menentukan calon gubernur.

Pelibatan anggota PAN secara desentralisasi dapat menyalurkan dan

mendukung calon gubernur berdasarkan aspirasi kader PAN di tingkat lokal.

Derajat pengetahuan publik di PAN Sulawesi Selatan memperlihatkan

kepada masyarakat terbaginya fungsionaris DPW PAN Sulawesi Selatan ke

dua pasangan calon gubernur yang mendapatkan rekomendasi DPP PAN.

Rekomendasi kedua yang diterbitkan DPP PAN Sulawesi Selatan

menggambarkan dinamika internal PAN dalam menghadapi Pilgub Sulawesi

Selatan.

6.2 Saran

Pengambilan keputusan partai politik dapat berkeja secara maksimal jika

pengambilan keputusan dilakukan secara desentralisasi. Pengambilan

keputusan partai politik juga harus dilakukan berdasarkan mekanisme dan

AD/ART. Pimpinan partai politik yang mengambil keputusan tidak berdasarkan

mekanisme dan AD/ART partai politik dapat diberikan sanksi untuk menjadi

kontrol bagi pimpinan partai politik.

Page 91: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

81

Pimpinan pusat partai politik seharusnya memberikan kekuatan terhadap

partai politik di tingkat lokal untuk terlibat menentukan calon kepala daerah.

Keterlibatan partai politik di tingkat lokal dalam menentukan calon kepala

daerah diperlukan agar kesan partai oligarkis dan sentralistik hilang dari

pandangan masyarakat. Penulis menilai masyarakat lebih dekat dengan partai

politik inklusif dengan melibatkan anggota partai politik di tingkat akar rumput

(grass root) bahkan masyarakat langsung melalui pemilihan pendahuluan.

Penentuan akhir calon kepala daerah hanya dapat dilakukan melalui

kesadaran setiap anggota partai politik, dengan mengedepankan kepentingan

partai politik dibanding kepentingan pribadi. Kesadaran anggota partai politik

dapat dilakukan melalui Pendidikan politik yang diberikan secara terus

menerus. Pendidikan politik juga dapat menjadi alat untuk meningkatkan

kesamaan identitas dan nilai dalam anggota partai politik.

Page 92: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

82

DAFTAR PUSTAKA

Bailusy, Muh. Kausar .2012. Politik lokal dalam sistem otonomi daerah. Ciledug

: Penerbit Sejahtera kita,

Budiardjo, Meriam. 2008. Dasar-dasar ilmu politik (edisi revisi). Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Cuningham, Frank.2002. Theoris of Democracy. London: Roudledge ,

Hardiman, F. Budi.2009.Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta : Kanisius

Heywood, Andrew.2004. Political Theory. New York : Palgrave Macmilan

Hopkin, Jonathan. 2007. “Devolution Party Politics in Britain & Spain”. London

: London School & Economics

JA, Danny. 2006. Napak tilas reformasi politik Indonesia : talkshow Deny J.A.

dalam dialog actual radio delta FM. Yogyakarta : LKIS Yogyakarta

Katz S, Richard dan William Crotty. 2014. Handbook Partai Politik. Terj.

Ahmad asnawi. Jakarta : Nusa Media

Kristiadi J. 2008. Demokrasi dan etika bernegara. Yogyakarta : Kanisius

Labolo, Muhammad dan Teguh Ilham. 2015. Partai Politik dan Sistem

Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta : Rajawali Press.

Ober, Josiah.2007. What the Ancient Greeks Can Tell Us About Democracy.

Princeton/Stanford : Working Papers in Classic

Raco, J.R. 2010. Metode penelitian kualitatif. Jakarta : Grasindo

Schrumpter, Jhosep A. 2013 ,”kapitalisme, sosialisme, dan demokrasi. Terj.

Teguh wayuh . Yogyakarta : Pustaka pelajar

Subakti, Ramlan. 2011. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo

Petter, B. Guy. 2001.”Institusional Theory in Political Science”. London :

Continum

Page 93: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

83

Sumber-sumber lain

Arfah, Muh. Hasim. 2017. Hasil rapat terbatas DPW dan DPD PAN Sulsel.

Tribunnews. Makassar. Publikasi melalui

http://makassar.tribunnews.com/2017/09/20/hasil-rapat-terbatas-dpw-dan-

dpd-pan-se-sulsel-tetap-usung-iyl-cakka?page=all .terakhir di iakses tanggal

2 November, 2017)

Inter parlementery Union.1998. democracy: its principles and achievement.

Geneva : The Inter Parlementery Union

Ilham. 2011. Indonesia Negara Demokrasi Terbesar Ketiga Dunia.

Nasional.tempo.co. Jakarta. Publikasi melalui

https://nasional.tempo.co/read/369489/indonesia-negara-demokrasi-terbesar-

ketiga-dunia . Diakses tanggal 26 Oktober, 2017)

Kamus Longman Dictionary of Contemporary English. 1982. Great Britania

Khanafi, Ridho Imawan. 2014. pemilihan langsung kepala daerah di

indonesia: beberapa catatan kritis untuk partai politik, Jurnal Penelitian

Politik, Vol. 11, No. 2

Purwaneni, Harteti.2004. Demokrasi Indonesia : dari masa ke masa. Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 3, No.2,

Pranata, Andi Aan. 2017. PAN tak solid dukung Nurdin Abdullah di Pilgub

Sulsel. Metrotvnews.com. Jakarta. Publikasi melalui

http://news.metrotvnews.com/daerah/Rb1ZgRek-pan-tak-solid-dukung-

nurdin-abdullah-di-pilgub-sulsel terakhir di akses pada tanggal 1 November

2017

Purba, Aryantha Sivadibert, Potret Pandangan Akademisi Di Jurnal Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik UGM (JSP) Mengenai Permasalahan Demokrasi Di

Indonesia”, Jurnal Politik muda vol. 4, No. 1 (2015) : 2

Rahman, Arifin. 2002, Sistem Politik Indonesia Dalam Perspektif Struktural

Fungsional dalam Skripsi Noor Asty Baalwy “Rekruitmen Politik Partai

Nasional Demokrat dalam Proses Institusionalisasi Partai di Kota Makassar”

Page 94: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

84

Solikhin, Akhmad,2017. “Menimbang pentingnya desentralisasi partai politik

di Indonesia” ”. Journal of Governance vol. 2, no. 1

Stanford University. Democracy Education for Iraq—Nine Brief Themes.

https://web.stanford.edu/~ldiamond/iraq/DemocracyEducation0204.htm.

diakses 27 Oktober, 2017

Sivadibert, Aryantha. 2015. Potret pandangan Akademisi di Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UGM (JSP) : Mengenal permasalahan Demokrasi di

Indonesia. Jurnal Politik Muda. Volume 4. Nomor 1

Undang-undang RI, No. 32 , Tahun 2004. Pemerintahan daerah

Undang-undang RI, No. 8, tahun 2015, Perubahan atas Undang-undang

Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti

undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati,

dan Walikota menjadi Undang-undang

Undang-undang RI, No. 10, tahun 2016. Perubahan atas Undang-undang

Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti

undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati,

dan Walikota menjadi Undang-undang

Page 95: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

85

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 96: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

86

Lampiran 1

Struktur Organisasi DPP PAN

Majelis Penasihat Partai

Ketua : Soetrisno Bachir

Wakil Ketua : Zulkifli Halim

Sekretaris : Nurhadi M Musawir

Bendahara : Sunartoyo

Pengurus Harian

Ketua Umum : Zulkifli Hasan

Wakil Ketua Umum Asman Abnur

Wakil Ketua Umum : Mulfachri Harahap

Wakil Ketua Umum : Suyoto

Wakil Ketua Umum : Ahmad Hanafi Rais

Wakil Ketua Umum : Bima Arya Sugiarto

Wakil Ketua Umum : Bara K Hasibuan

Ketua-ketua:

Ketua : Yandri Susanto

Ketua : Viva Yoga Mauladi

Ketua : Teguh Juwarno

Ketua : Achmad Hafisz Tohir

Ketua : Didik J Rachbini

Ketua : Totok Daryanto

Ketua : M Ali Taher Parasong

Ketua : Azis Subekti

Ketua : Riski Sadig

Ketua : Yahdil Abdi Harahap

Ketua : Noviantika Nasution

Ketua : Intan Fitriana Fauzi

Ketua ; Jon Erizal

Ketua : Andi Anzar Cakrawijaya

Ketua : M Najib

Ketua : Muhammad Reza Rajasa

Ketua : Eko Hendro Purnomo

Ketua : Raja Sapta Oktohari

Ketua : Ambia B Boestam

Ketua : Ashabul Kahfi

Ketua : Euis Fety Fatayaty

Page 97: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

87

Ketua : Barnabas Yusuf Hura

Ketua : Dessy Ratnasari

Sekretaris Jendral : Eddy Suparno

Wakil Sekretaris jendral : Ahmad Yohan

Wakil Sekretaris jendral : Ahmad Mumtaz Rais

Wakil Sekretaris jendral : Andi Taufan Tiro

Wakil Sekretaris jendral : Anton Syafriuni

Wakil Sekretaris jendral : Dedi Setiawan Dolot

Wakil Sekretaris jendral : Wahyuni Refi

Wakil Sekretaris jendral : Amran Arfan

Wakil Sekretaris jendral : TB Luay Sofhani

Wakil Sekretaris jendral : Iswari Mukhtar

Wakil Sekretaris jendral : Saleh P Daulay

Wakil Sekretaris jendral : Rusli Halim

Wakil Sekretaris jendral : Ibnu M Bilaludin

Wakil Sekretaris jendral : Taufik Amrullah

Wakil Sekretaris jendral : Surya Imam Wahyudi

Wakil Sekretaris jendral : Rodi Khaelani

Wakil Sekretaris jendral : Sitti Hikmawatty

Wakil Sekretaris jendral : Yayuk Basuki

Wakil Sekretaris jendral : Windiarto Kardono

Wakil Sekretaris jendral : Inge Ingkiriwang

Wakil Sekretaris jendral : Togi Pangaribuan

Wakil Sekretaris jendral : Soni Sumarsono

Wakil Sekretaris jendral : Tutur Sutikno

Wakil Sekretaris jendral : Arif Mustafa Al-Buny

Wakil Sekretaris jendral : Alex Mahili

Wakil Sekretaris jendral : Yasmin Muntaz

Wakil Sekretaris jendral : Tanty Pupti

Wakil Sekretaris jendral : Fitriana Novita

Wakil Sekretaris jendral : Fikri Yasin

Bendahara Umum : Nasrullah

Bendahara : Chandra Tirta Wijaya

Bendahara : Indra Gobel

Bendahara : Laila Istiyana

Bendahara : Lexy Budiman

Bendahara : Nur Indah Fitriani

Bendahara : Wa Ode Nur Zainab

Bendahara : M Syafrudin

Page 98: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

88

Bendahara : Jaorana Amiruddin

Bendahara : Wulandari Ramadani

Bendahara : Atina Riawati

Bendahara : Damayanti HakimTohir

Bendahara : Indira Chunda Thita Syahrul

Bendahara : Rosmaili Idris

Bendahara : Mariana Deden

Bendahara : Farah Valencia

Bendahara : Jamilah

Bendahara : Tutik Masria Widya

Bendahara : Dyah Hestu Lestari

Mahkamah Partai

Ketua : Yasin Kara

Anggota : Irham Jafar

Anggota : Ian Putra

Anggota : Abdul Hakam Naja

Anggota : Mashuri

Anggota : Ali Taher Parasong

Page 99: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

89

Lampiran 2

Struktur Organisasi

DPW PAN Sulawesi Selatan

Susunan Pengurus DPW PAN Sulawesi Selatan Periode 2015-2020 adalah :

Ketua Umum : Ashabul Kahfi

Wakil Ketua : Yusran Paris

Wakil Ketua : Irwandi Natsir

Wakil Ketua : Usman Lonta

Wakil Ketua : Aswan

Wakil Ketua : Muhammad Irfan

AB

Wakil Ketua : Ilham

Burhanuddin

Wakil Ketua : Jamil Misbach

Wakil Ketua : Husmaruddin MP

Wakil Ketua : Abduh Bakrie

Pabe

Sekretaris Wilayah : Jamaluddin

Jafar

Bendahara : Syamsuddin

Karlos

Pusat-pusat dan Biro-biro

Ketua Pembinaan Organisasi dan Keanggotaan : Yusran Paris

Ketua Pemenangan Pemilu : Irwandi Natsir

Ketua Perkaderan : Usman Lonta

Page 100: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

90

Ketua Penelitian dan Pengembangan : Irfan AB

Ketua KPPA : Andi Oci Ilham

Ketua Politik dan Hankam : Achmad A Cinnong

Ketua Pemerintahan dan Otonomi Daerah : Ilham Burhanuddin

Ketua Hukum dan HAM : Jamil Misbach

Ketua Advokasi dan Perjuangan Rakyat : Zamhari Shar

Ketua Komunikasi dan Informasi Publik : Halim Kamaruddin

Ketua Agama dan Pembinaan Kehormatan : Husmaruddin

Ketua Pendidikan dan Inovasi Iptek : Abdul Bakri Pabe

Ketua Kesehatan : Andi Nurbaya

Ketua Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : Rusdi

Ketua Pemberdayaan Koperasi dan UKM : Mukhtar Badewing

Ketua Pengembangan Perindustrian, Perdagangan : Haerumi Hamzah

Ketua Perbankan, Pasar Modal dan Moniter : Adjid Siradju

Ketua Pengembangan Seni Budaya dan Ekonomi : Nurkanita Maruddani

Ketua Pertanahan dan Reformasi Agraria : Dedy Ardiansyah

Ketua Kemandirian Energi dan Sumber Daya Mineral : Jamaluddin Bijaang

Ketua Lingkungan Hidup dan Kehutanan : Ahmad Pasima

Page 101: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

91

Lampiran 3

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Partai Amanat Nasional

Page 102: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

92

Page 103: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

93

Page 104: OTONOMI PARTAI DI TINGKAT LOKAL DALAM PENENTUAN ... - …

94