otitis media serosa
DESCRIPTION
Otitis Media SerosaTRANSCRIPT
![Page 1: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah otitis media berarti bahwa ada adalah peradangan pada telinga tengah.
Otitis media dapat dikaitkan dengan infeksi atau steril., Otitis media biasanya
disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi ke telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Kadang-kadang otitis media yang dapat disebabkan oleh jamur (Candida,
Aspergillus) atau patogen lainnya, seperti virus herpes. Dalam situasi ini, biasanya
terdapat masalah dengan fungsi kekebalan tubuh atau ada lubang (perforasi) pada
gendang telinga. Orang dengan diabetes melitus sangat rentan terhadap patogen yang
tidak biasa seperti Pseudomonas. Di bagian dunia yang belum berkembang,
Tuberkulosis harus dipertimbangkan.1
Otitis media steril biasanya disebut otitis media serosa, atau "SOM".
Berbagai media otitis serosa biasanya tidak menyakitkan. Biasanya ada cairan
berwarna yang jelas atau kekuningan di belakang gendang telinga. Berbagai serosa
sering dikaitkan dengan alergi tetapi juga dapat terjadi dari berbagai sumber-sumber
potensial lainnya termasuk pengobatan radiasi atau virus. Otitis media serosa dapat
dikaitkan dengan kedua gangguan pendengaran dan vertigo.1
Otitis media serosa adalah peradangan non bakterial mukosa kavum timpani
yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau mukus).
Cairan efusi ini terjadi karena adanya tekanan negatif dalam telinga tengah yang
disebabkan obstruksi tuba Eustachius. Otitis media serosa lebih banyak terdapat pada
anak-anak yang telah sembuh dari otitis media akut. Biasanya disebut glue ear.
Cairan efusi ini pada orang dewasa sering terjadi setelah mengalami radioterapi,
barotrauma (misalnya penyelam), dan disfungsi tuba Eustachius akibat infeksi atau
alergi saluran pernapasan atas.1
1
![Page 2: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB 2
ANATOMI TELINGA TENGAH
BAB 3
FISIOLOGI TELINGA TENGAH
Telinga adalah alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang
ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi
di sekitar kita tanpa harus melihatnya. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian
luar, bagian tengah dan bagian dalam.2,3
Gambar 1. Anatomi Telinga tengah1
2.1 Telinga Tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporal
yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran
yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilimfa
telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu
panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan,
ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang dengan antrum
mastoid.4,5
2
![Page 3: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/3.jpg)
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior,
dinding lateral, dan dinding medial, yaitu: Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang,
yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis
temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan meningens dan lobus
temporalis otak di dalam fossa kranii media ; Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis
tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa.
Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus superior V. Jugularis interna.
;Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus dibentuk oleh lempeng tipis
tulang yang memisahkan kavum timpani dari A. Carotis interna ; Pada bagian atas
dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih
bawah menuju tuba Eustachius, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke
dalam saluran untuk M. Tensor timpani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini
diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip
selat; Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak
beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk
kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon M. Stapedius.;
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.2 , 3 , 4 , 5
2.1.1 Membran Timpani Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang
berwarna kelabu mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan,
dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat
lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "reflek cahaya", yang memancar ke
anterior dan inferior dari umbo.4,5,9
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya
tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulkus timpanikus, di
bagian atasnya berbentuk insisura. Dari sisi-sisi insisura ini berjalan dua plika, yaitu
plika mallear anterior dan posterior, yang menuju ke prosessus lateral mallei. Daerah
segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas
dan disebut pars flaksida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium
mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membran timpani oleh membran
3
![Page 4: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/4.jpg)
mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya
dipersarafi oleh N.Auriculotemporal dan Ramus Aurikular N. Vagus.4,5
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar
dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan
oleh lengkung pertama koklea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang
promontorium terdapat fenestra vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh
basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilimfa skala vestibuli telinga
dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra kokleae, yang
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari
fenestra ini terdapat perilimfa ujung buntu skala timpani.4,5
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang
pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini
menyokong M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan
membentuk takik, disebut processus kokleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M.
Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu
manubrium mallei.2,3,4,5
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium
dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia kanalis nervi facialis.
Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang
pyramis.5
4
![Page 5: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/5.jpg)
Gambar 3. Membran Timpani11
2.1.2.1 Tulang Pendengaran
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang
kompak tanpa rongga sumsum tulang.5
Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,
processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus
lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus.
Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan
ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial
membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada
pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil
yang dihubungkan dengan dinding anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen.
Processus lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plika mallearis anterior
dan posterior membran timpani.3,5,9
Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan
bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah di belakang dan
sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi
5
![Page 6: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/6.jpg)
dengan caput stapedis. Bayangannya pada membran timpani kadang-kadang dapat
dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan
dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah ligamen.6,7
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan
bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan
tempat insersio M. Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan
melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra
vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.2,3,4
Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran15
2.1.2.2 Otot Telinga Tengah
Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.. M. Tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba Eustachius, tendonnya berjalan mula-
mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil
untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke
dalam gagang maleus. Tendo M. Stapedius berjalan dari tonjolan tulang
berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi
ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam
getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2 , 4 , 5
2.1.2.3 Tuba Eustachius
6
![Page 7: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/7.jpg)
Tuba Eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah,
depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian lateral tuba
Eustachius adalah tulang dan dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa.
Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara
kanalis karotikus terletak di bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan
melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor
superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani.4,5
2.1.2.4 Antrum Mastoid
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa
ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus ad
antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.4
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad
antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semisirkularis
posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen
timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fossa kranii media dan lobus
temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum
dengan cellulae mastoideae.4
2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis,
medial terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranceus, tersusun dari
sejumlah saccus dan duktus membranosa di dalam telinga dalam osseus.4,5
7
![Page 8: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 5. Telinga Dalam16
2.1.3.1 Telinga Dalam Osseus
Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, kanalis
semisirkularis, dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam
substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan
bening, yaitu perilimfa, yang di dalamnya terdapat labyrinthus membranceus.4,5
Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus,
terletak posterior terhadap koklea dan anterior terhadap kanalis semisirkularis.
Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis
stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra kokleae yang ditutupi oleh
membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus
telinga dalam membranceus.4,5,8
Ketiga kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis superior,
posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap kanalis
mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Kanalis bermuara ke
dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama
oleh dua kanalis. Di dalam kanalis terdapat duktus semisirkularis.2 , 3 , 5
Kanalis semisirkularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus
terhadap sumbu panjang os petrosa. Kanalis semisirkularis posterior juga
8
![Page 9: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/9.jpg)
vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Kanalis
semisirkularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus adantrum,
di atas kanalis nervi facialis.2,5
Koklea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian
anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus kokleae,
dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga
bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan
basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari koklea inilah yang
tampak sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.3 , 4 , 5
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus
akustikus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Koklearis.
Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol
kedalam kanalis dan membagi kanalis ini. Membran basilaris terbentang dari
pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah
kanalis koklearis menjadi skala vestibuli di sebelah atas dan skala timpani di
sebelah bawah. Perilimfa di dalam skala vestibuli dipisahkan dari cavum timpani
oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilimfa di
dalam skala timpani dipisahkan dari cavum timpani oleh membran timpani
secundaria pada fenestra kokleae.5 , 1 1
2.1.3.2 Telinga Dalam Membranceus
Telinga dalam membranceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan
berisi endolimfa dan dikelilingi oleh perilimfa. Telinga dalam membranceus
terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus;
tiga duktus semisirkularis, yang terletak di dalam kanalis semisirkularis osseus;
dan duktus koklearis yang terletak di dalam koklea. Struktur-struktur ini saling
berhubungan dengan bebas.2,4,13
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan
dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan duktus endolimfatikus oleh
duktus utriculosaccularis.13
9
![Page 10: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/10.jpg)
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah
dijelaskan di atas. Duktus endolimfatikus, setelah bergabung dengan duktus utriculo
saccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolimfatikus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan
posterior pars petrosa ossis temporalis.13
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus
yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan
lain.13
Duktus semisirkularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis
semisirkularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak
lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala
mulai atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau
berkurang, kecepatan gerak endolimfa di dalam duktus semisirkularis akan
berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding duktus semisirkularis.
Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla duktus
semisirkularis.13
Duktus koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui duktus reuniens. Epitel sangat khusus
yang terletak di atas membran basilaris membentuk organ Corti (organ spiralis)
dan mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran.2,13
2.2 Otitis Media Serosa
2.2.1 Definisi Otitis media serosa adalah peradangan non bacterial mukosa kavum
timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau
mukus).14
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah
dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis
media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan
apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).10
10
![Page 11: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/11.jpg)
Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretorik, otitis media musin, glue ear.
2.2.2 Etiologi Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama.
Gangguan tersebut dapat terjadi pada:14
- Peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi
- Pembesaran adenoid dan tonsil
- Tumor nasofaring
2.2.3 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dan sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga
tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan
lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang
telinga.
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid.
Faktor yang berperan utama dalam keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba
Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid
hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring,
barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik
sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah
(efusi ditelinga tengah).
11
![Page 12: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/12.jpg)
Gambar 6. Patofisiologi otitis media17
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan
pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun
cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45
desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan
yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek
gendang telinga karena terjadi perbedaan tekanan.
Gambar 7. Patofisiologi otitis media17
2.2.4 Klasifikasi10
2.2.4.1 Otitis media serosa akut
12
![Page 13: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/13.jpg)
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat
disebakan antara lain oleh:
- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.
- Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada jalan nafas atas.
- Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan
keadaan alergi pada jalan nafas atas
- Idiopatik
Gambar 8. Otitis media serosa akut18
2.2.4.2 Otitis media serosa kronik
Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya
sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis
sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada
telinga yang berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan
otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media
serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu
dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
13
![Page 14: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/14.jpg)
Sekret pada otitis ,media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka
disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa
dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.
Gambar 9. Otitis media serosa kronik18
2.2.5 Diagnosis
1. Anamnesa3,4 :
a. Pendengaran berkurang
b. Rasa tersumbat pada telinga
c. Suara sendiri terdengar lebih nyaring / berbeda pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis)
d. Rasa sedikit nyeri (saat awal tuba Eustachius terganggu)
2. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga pada penilaian
otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga,
diberikan tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam kavum timpani,
maka udara itu akan tertekan sehingga membran timpani akan terdorong ke
dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan
menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada
otitis media serosa, membran timpani tampak berwarna kekuningan, sementara
pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak
14
![Page 15: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/15.jpg)
pendek, retraksi dan berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau
gelembung otitis media serosa dapat tampak lewat membran timpani yang
semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada
produk-produk darah dalam telinga2
- otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat membran timpani
retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air bubbles) atau
permukaan cairan dalam kavum timpani (air fluid level)
- otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat membran timpani
utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.
b. Reflek cahaya berubah atau menghilang.
c. Garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi10
3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana)
a. Audiogram : tuli konduktif
b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan
didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas
2.2.6 Penatalaksanaan Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat
medis dan kemudian jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik,
antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba Eustachius dan hiposensitisasi
alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas
memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet
perlu dibatasi. Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan
kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak
berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya
gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan
hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama
3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 % pasien.
Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari
suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu
tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai
ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan
15
![Page 16: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/16.jpg)
demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan
diabsorpsi.2
Gambar 10. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa19
Antibiotik yang digunakan19 :
- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin
333 mg p.o 7-10 hari
- Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10
hari atau Sefalosporin generasi 3.
16
![Page 17: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/17.jpg)
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan
lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya
gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali
bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal,
atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang
lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran timpani, retraksi yang dalam,
gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi
segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam
jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali
berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat
bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah
menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat
memulihkan pendengaran dan membenarkan membran timpani yang mengalami
retraksi berat terutama bila ada tekanan negative yang menetap.2
Gambar 11. Miringotomi Dan Pemasangan Tuba20
17
![Page 18: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/18.jpg)
Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar
tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga.
Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan
kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak
sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau
memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu
dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus
demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus
diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang.2 Gagalnya
penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih
lanjut.
Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat
menjadi membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang di
sebelah area tuba Eustachius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah
telinga berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid
adalah dengan sinar-X. Ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar adenoid
yang menghalangi daerah Eustachius. Sebuah perkiraan kasar dari ukuran adenoid
juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel. Jika amandel sangat besar,
adenoid biasanya membesar.2
Gambar 12. Adenoidektomi20
18
![Page 19: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/19.jpg)
Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan.
Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar
sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak
tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan
jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam
penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti
menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.2
Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling sering,
masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas: sinusitis, alergi
berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan dan antibiotik
biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir. Pada
beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang
mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien.
Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan
selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan
ketika pengobatan lain gagal.16
2.2.7 Diagnosis banding14
Diagnosis banding pada otitis media serosa adalah :
- Otitis media supuratif akut tipe kataral
- Massa pada nasofaring
- Gangguan kongenital pada tuba Eustachius
2.2.8 Komplikasi 21
Komplikasi yang dapat terjadi pada otitis media serosa adalah otitis media
supuratif kronik (OMSK), labirinitis, mastoiditis, meningitis.
2.2.9 Prognosis
Otitis media dengan efusi (OME) adalah penyebab utama gangguan
pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada
anak-anak muda tertunda dari umur 10 tahun, dan kehilangan pendengaran
19
![Page 20: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/20.jpg)
konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis
media dengan efusi telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran sensorineural.
Kedua prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada
otitis media dengan efusi. Paparan kronis metabolit asam arakidonat dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan kadang-kadang menyebabkan
tuli sensorineural permanen.21
Secara umum prognosis otitis media dengan efusi baik,dan biasanya hilang
dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan tanpa intervensi. Pengobatan
dapat mempercepat proses ini. Intervensi bedah dapat meningkatkan penyembuhan
pada otitis media dengan efusi tetapi efek untuk perkembangan bicara dan bahasa
masihkontroversial.21
2.2.10 Pencegahan
Modifikasi berikut dapat membantu mengurangi frekuensi otitis media dengan efusi
(OME)21:
Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba
Eustachius.
Identifikasi dan menghindari alergen yang dapat menyebabkan OME.
Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan
antibiotik dapat mengakibatkan resistensi bakteri meningkat.
Kurangnya ASI dapat membuat anak rentan terhadap infeksi telinga.
Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling
umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan OME). Vaksin flu juga
dapat membantu.
20
![Page 21: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah
dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis
media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan
apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Penyebab utama pada otitis media serosa adalah gangguan fungsi tuba
Eustachius. Keadaan ini dapat disebabkan oleh : peradangan kronik rongga hidung,
nasofaring, faring misalnya oleh alergi, pembesaran adenoid dan tonsil, tumor
nasofaring.
Otitis media serosa dapat dibagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis
media kronik. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak,
sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti
otoskop pneumatik, reflex cahaya, dan garpu tala. Untuk pemeriksan penunjang
dapat dilakukan timpanometri dan audiogram.
Penanganan pada otitis media serosa dapat bersifat medis dan bedah,
Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi
tuba Eustachius dan hiposensitasi. Jika masih terdapat cairan setelah 3 bulan
pengobatan maka merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini dapat berupa insisi
miringotomi, pengeluaran cairan, dan pemasangan tuba penyeimbang tekanan.
Prognosis pada otitis media umumnya baik, biasanya dapat menghilang
dalam beberapa minggu atau bulan, dan bertambah baik jika diberikan pengobatan
yang adekuat. Penanganan yang buruk dapat menyebabkan gangguan pendengaran
pada anak-anak.
21
![Page 22: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/22.jpg)
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Dikutip dari : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/otitis.html.
2. Boies, Adams.1997.Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta :EGC.
3. Ballantyne J and Govers J.1987. Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose,and
Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd.vol. 52.
4. Snell Richard.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Jakarta:EGC.
5. Dikutip dari : http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing.
6. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Pinna_(anatomy).
7. Anil, K.2007.Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology: Head and
Neck Surgery.Publisher: McGraw-Hill Medical.
8. Wonodirekso, S dan Tambajong J.1990. Organ - Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar
Histologi edisi V.Jakarta:EGC.
9. Dikutip dari : http://palaeos.com/vertebrates/bones/ear/incus.html.
10. Soepard Efiaty, Arsyad. Prof. Dr. Sp.THT(K), dkk.2010.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher; Edisi
keenam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
11. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Eardrum.
12. Sherwood, Laurale.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.Penerbit:
Jakarta:EGC.
13. Hall, John E. Guyton and Hall.2010. Textbook of Medical Physiology..Publisher: Saunders .
14. Harmadji Sri, Soepriyadi, Wisnubroto.2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Edisi III.. Surabaya : FK UNAIR..
15. Dikutip dari :
http://www.elu.sgul.ac.uk/rehash/guest/scorm/331/package/content/bones.htm.
16. Dikutip dari : http://www.britannica.com/EBchecked/media/532/The-two-
labyrinths-of-the-inner-ear.
17. Dikutip dari : http://www.jfponline.com/Pages.asp?AID=1430.
18. Dikutip dari : http://www.kids-ent.com/website/pediatric_ent/ear_infections/.
22
![Page 23: Otitis Media Serosa](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062313/55cf9de5550346d033afbb5e/html5/thumbnails/23.jpg)
19. Dikutip dari : http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/Pathway/SeriOtit.htm.
20. Dikutip dari : http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/serous-otitis-
media.php.
21. Dikutip dari : http://emedicine.medscape.com/article/860323-overview.
23