Download - Otitis Media Serosa

Transcript
Page 1: Otitis Media Serosa

BAB 1

PENDAHULUAN

Istilah otitis media berarti bahwa ada adalah peradangan pada telinga tengah.

Otitis media dapat dikaitkan dengan infeksi atau steril., Otitis media biasanya

disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi ke telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Kadang-kadang otitis media yang dapat disebabkan oleh jamur (Candida,

Aspergillus) atau patogen lainnya, seperti virus herpes. Dalam situasi ini, biasanya

terdapat masalah dengan fungsi kekebalan tubuh atau ada lubang (perforasi) pada

gendang telinga. Orang dengan diabetes melitus sangat rentan terhadap patogen yang

tidak biasa seperti Pseudomonas. Di bagian dunia yang belum berkembang,

Tuberkulosis harus dipertimbangkan.1

Otitis media steril biasanya disebut otitis media serosa, atau "SOM".

Berbagai media otitis serosa biasanya tidak menyakitkan. Biasanya ada cairan

berwarna yang jelas atau kekuningan di belakang gendang telinga. Berbagai serosa

sering dikaitkan dengan alergi tetapi juga dapat terjadi dari berbagai sumber-sumber

potensial lainnya termasuk pengobatan radiasi atau virus. Otitis media serosa dapat

dikaitkan dengan kedua gangguan pendengaran dan vertigo.1

Otitis media serosa adalah peradangan non bakterial mukosa kavum timpani

yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau mukus).

Cairan efusi ini terjadi karena adanya tekanan negatif dalam telinga tengah yang

disebabkan obstruksi tuba Eustachius. Otitis media serosa lebih banyak terdapat pada

anak-anak yang telah sembuh dari otitis media akut. Biasanya disebut glue ear.

Cairan efusi ini pada orang dewasa sering terjadi setelah mengalami radioterapi,

barotrauma (misalnya penyelam), dan disfungsi tuba Eustachius akibat infeksi atau

alergi saluran pernapasan atas.1

1

Page 2: Otitis Media Serosa

BAB 2

ANATOMI TELINGA TENGAH

BAB 3

FISIOLOGI TELINGA TENGAH

Telinga adalah alat indera yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang

ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi

di sekitar kita tanpa harus melihatnya. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian

luar, bagian tengah dan bagian dalam.2,3

Gambar 1. Anatomi Telinga tengah1

2.1 Telinga Tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporal

yang dilapisi oleh membran mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran

yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilimfa

telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu

panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan,

ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang dengan antrum

mastoid.4,5

2

Page 3: Otitis Media Serosa

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior,

dinding lateral, dan dinding medial, yaitu: Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang,

yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis

temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan meningens dan lobus

temporalis otak di dalam fossa kranii media ; Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis

tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa.

Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus superior V. Jugularis interna.

;Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus dibentuk oleh lempeng tipis

tulang yang memisahkan kavum timpani dari A. Carotis interna ; Pada bagian atas

dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih

bawah menuju tuba Eustachius, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke

dalam saluran untuk M. Tensor timpani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini

diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip

selat; Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak

beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk

kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon M. Stapedius.;

Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.2 , 3 , 4 , 5

 

2.1.1 Membran Timpani Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang

berwarna kelabu mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan,

dan lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat

lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena

cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "reflek cahaya", yang memancar ke

anterior dan inferior dari umbo.4,5,9

 Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya

tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulkus timpanikus, di

bagian atasnya berbentuk insisura. Dari sisi-sisi insisura ini berjalan dua plika, yaitu

plika mallear anterior dan posterior, yang menuju ke prosessus lateral mallei. Daerah

segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas

dan disebut pars flaksida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium

mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membran timpani oleh membran

3

Page 4: Otitis Media Serosa

mukosa. Membran timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya

dipersarafi oleh N.Auriculotemporal dan Ramus Aurikular N. Vagus.4,5

 Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar

dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan

oleh lengkung pertama koklea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang

promontorium terdapat fenestra vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh

basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilimfa skala vestibuli telinga

dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra kokleae, yang

berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari

fenestra ini terdapat perilimfa ujung buntu skala timpani.4,5

 Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang

pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini

menyokong M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan

membentuk takik, disebut processus kokleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M.

Tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu

manubrium mallei.2,3,4,5

 Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium

dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia kanalis nervi facialis.

Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang

pyramis.5

4

Page 5: Otitis Media Serosa

Gambar 3. Membran Timpani11

2.1.2.1 Tulang Pendengaran

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu

tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang

kompak tanpa rongga sumsum tulang.5

Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,

processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus

lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus.

Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan

ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial

membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada

pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil

yang dihubungkan dengan dinding anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen.

Processus lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plika mallearis anterior

dan posterior membran timpani.3,5,9

Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan

bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah di belakang dan

sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi

5

Page 6: Otitis Media Serosa

dengan caput stapedis. Bayangannya pada membran timpani kadang-kadang dapat

dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan

dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh sebuah ligamen.6,7

Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan

bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan

tempat insersio M. Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan

melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra

vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.2,3,4

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran15

2.1.2.2 Otot Telinga Tengah

Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.. M. Tensor

timpani terletak dalam saluran di atas tuba Eustachius, tendonnya berjalan mula-

mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil

untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke

dalam gagang maleus. Tendo M. Stapedius berjalan dari tonjolan tulang

berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi

ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam

getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2 , 4 , 5

2.1.2.3 Tuba Eustachius

6

Page 7: Otitis Media Serosa

Tuba Eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah,

depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian lateral tuba

Eustachius adalah tulang dan dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa.

Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara

kanalis karotikus terletak di bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan

melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor

superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran

timpani.4,5

 

2.1.2.4 Antrum Mastoid

Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa

ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus ad

antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.4 

Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad

antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan

cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum

suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semisirkularis

posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen

timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fossa kranii media dan lobus

temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum

dengan cellulae mastoideae.4

2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis,

medial terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari

sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranceus, tersusun dari

sejumlah saccus dan duktus membranosa di dalam telinga dalam osseus.4,5

7

Page 8: Otitis Media Serosa

Gambar 5. Telinga Dalam16

2.1.3.1 Telinga Dalam Osseus

Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, kanalis

semisirkularis, dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam

substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan

bening, yaitu perilimfa, yang di dalamnya terdapat labyrinthus membranceus.4,5

Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus,

terletak posterior terhadap koklea dan anterior terhadap kanalis semisirkularis.

Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis

stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra kokleae yang ditutupi oleh

membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus

telinga dalam membranceus.4,5,8

Ketiga kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis superior,

posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap kanalis

mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Kanalis bermuara ke

dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama

oleh dua kanalis. Di dalam kanalis terdapat duktus semisirkularis.2 , 3 , 5

Kanalis semisirkularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus

terhadap sumbu panjang os petrosa. Kanalis semisirkularis posterior juga

8

Page 9: Otitis Media Serosa

vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Kanalis

semisirkularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus adantrum,

di atas kanalis nervi facialis.2,5

Koklea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian

anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus kokleae,

dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah

putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga

bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan

basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari koklea inilah yang

tampak sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.3 , 4 , 5

Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus

akustikus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Koklearis.

Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol

kedalam kanalis dan membagi kanalis ini. Membran basilaris terbentang dari

pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah

kanalis koklearis menjadi skala vestibuli di sebelah atas dan skala timpani di

sebelah bawah. Perilimfa di dalam skala vestibuli dipisahkan dari cavum timpani

oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilimfa di

dalam skala timpani dipisahkan dari cavum timpani oleh membran timpani

secundaria pada fenestra kokleae.5 , 1 1

2.1.3.2 Telinga Dalam Membranceus

Telinga dalam membranceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan

berisi endolimfa dan dikelilingi oleh perilimfa. Telinga dalam membranceus

terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus;

tiga duktus semisirkularis, yang terletak di dalam kanalis semisirkularis osseus;

dan duktus koklearis yang terletak di dalam koklea. Struktur-struktur ini saling

berhubungan dengan bebas.2,4,13

Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan

dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan duktus endolimfatikus oleh

duktus utriculosaccularis.13

9

Page 10: Otitis Media Serosa

Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah

dijelaskan di atas. Duktus endolimfatikus, setelah bergabung dengan duktus utriculo

saccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus

endolimfatikus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan

posterior pars petrosa ossis temporalis.13

Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus

yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan

lain.13

Duktus semisirkularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis

semisirkularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak

lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala

mulai atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau

berkurang, kecepatan gerak endolimfa di dalam duktus semisirkularis akan

berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding duktus semisirkularis.

Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla duktus

semisirkularis.13

Duktus koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan

berhubungan dengan sacculus melalui duktus reuniens. Epitel sangat khusus

yang terletak di atas membran basilaris membentuk organ Corti (organ spiralis)

dan mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran.2,13

2.2 Otitis Media Serosa

2.2.1 Definisi Otitis media serosa adalah peradangan non bacterial mukosa kavum

timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serosa atau

mukus).14

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di

telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah

dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis

media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan

apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).10

10

Page 11: Otitis Media Serosa

Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretorik, otitis media musin, glue ear.

2.2.2 Etiologi Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama.

Gangguan tersebut dapat terjadi pada:14

- Peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi

- Pembesaran adenoid dan tonsil

- Tumor nasofaring

2.2.3 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di

saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya

saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih

akan membunuh bakteri dan sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga

tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan

lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang

telinga.

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang

mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat

adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan

yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang

terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid.

Faktor yang berperan utama dalam keadan ini adalah terganggunya fungsi tuba

Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid

hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring,

barotrauma, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik

sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah

(efusi ditelinga tengah).

11

Page 12: Otitis Media Serosa

Gambar 6. Patofisiologi otitis media17

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu

karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan

organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan

pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun

cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45

desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan

yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek

gendang telinga karena terjadi perbedaan tekanan.

Gambar 7. Patofisiologi otitis media17

2.2.4 Klasifikasi10

2.2.4.1 Otitis media serosa akut

12

Page 13: Otitis Media Serosa

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga secara

tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat

disebakan antara lain oleh:

- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh

tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.

- Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan

infeksi virus pada jalan nafas atas.

- Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan

keadaan alergi pada jalan nafas atas

- Idiopatik

Gambar 8. Otitis media serosa akut18

2.2.4.2 Otitis media serosa kronik

Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya

sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga

tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis

sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada

telinga yang berlangsung lama.

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan

otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media

serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu

dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.

13

Page 14: Otitis Media Serosa

Sekret pada otitis ,media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka

disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa

dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Gambar 9. Otitis media serosa kronik18

2.2.5 Diagnosis

1. Anamnesa3,4 :

a. Pendengaran berkurang

b. Rasa tersumbat pada telinga

c. Suara sendiri terdengar lebih nyaring / berbeda pada telinga yang sakit

(diplacusis binauralis)

d. Rasa sedikit nyeri (saat awal tuba Eustachius terganggu)

2. Pemeriksaan fisik :

a. Pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga pada penilaian

otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga,

diberikan tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam kavum timpani,

maka udara itu akan tertekan sehingga membran timpani akan terdorong ke

dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan

menjadi lamban atau tidak terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada

otitis media serosa, membran timpani tampak berwarna kekuningan, sementara

pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus tampak

14

Page 15: Otitis Media Serosa

pendek, retraksi dan berwarna putih kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau

gelembung otitis media serosa dapat tampak lewat membran timpani yang

semitransparan. Membran timpani dapat berwarna biru atau keunguan bila ada

produk-produk darah dalam telinga2

- otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat membran timpani

retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara (air bubbles) atau

permukaan cairan dalam kavum timpani (air fluid level)

- otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat membran timpani

utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan.

b. Reflek cahaya berubah atau menghilang.

c. Garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi10

3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana)

a. Audiogram : tuli konduktif

b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan

didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas

2.2.6 Penatalaksanaan Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat

medis dan kemudian jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik,

antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba Eustachius dan hiposensitisasi

alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas

memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet

perlu dibatasi. Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan

kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak

berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya

gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung, dan

hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan selama

3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90 % pasien.

Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini terdiri dari

suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan seringkali juga pemasangan suatu

tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang tekanan ini berfungsi sebagai

ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke dalam telinga atengah, dengan

15

Page 16: Otitis Media Serosa

demikian menghilangkan keadaan vakum, dan membiarkan cairan mengalir dan

diabsorpsi.2

Gambar 10. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa19

Antibiotik yang digunakan19 :

- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin

333 mg p.o 7-10 hari

- Lini kedua : Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875 mg 7-10

hari atau Sefalosporin generasi 3.

16

Page 17: Otitis Media Serosa

Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan

lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya

gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali

bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran minimal,

atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan pendekatan yang

lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran timpani, retraksi yang dalam,

gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan indikasi untuk miringotomi

segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam

jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering kali

berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat

bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah

menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat

memulihkan pendengaran dan membenarkan membran timpani yang mengalami

retraksi berat terutama bila ada tekanan negative yang menetap.2

Gambar 11. Miringotomi Dan Pemasangan Tuba20

17

Page 18: Otitis Media Serosa

Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar

tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga.

Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan

kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak

sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau

memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-kasus tertentu

dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada kasus-kasus

demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes telinga harus

diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih terpasang.2 Gagalnya

penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram mastoid dan penilaian lebih

lanjut.

Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat

menjadi membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang di

sebelah area tuba Eustachius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah

telinga berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid

adalah dengan sinar-X. Ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar adenoid

yang menghalangi daerah Eustachius. Sebuah perkiraan kasar dari ukuran adenoid

juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel. Jika amandel sangat besar,

adenoid biasanya membesar.2

Gambar 12. Adenoidektomi20

18

Page 19: Otitis Media Serosa

Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan.

Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar

sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun sebagian besar anak

tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi pada anak dengan

jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang masih dalam

penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti

menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi.2

Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling sering,

masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas: sinusitis, alergi

berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan dan antibiotik

biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan mengalir. Pada

beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung atau sinus yang

mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan diperlukan oleh pasien.

Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau Medrol, dapat diberikan

selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam membersihkan cairan

ketika pengobatan lain gagal.16

2.2.7 Diagnosis banding14

Diagnosis banding pada otitis media serosa adalah :

- Otitis media supuratif akut tipe kataral

- Massa pada nasofaring

- Gangguan kongenital pada tuba Eustachius

2.2.8 Komplikasi 21

Komplikasi yang dapat terjadi pada otitis media serosa adalah otitis media

supuratif kronik (OMSK), labirinitis, mastoiditis, meningitis.

2.2.9 Prognosis

Otitis media dengan efusi (OME) adalah penyebab utama gangguan

pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada

anak-anak muda tertunda dari umur 10 tahun, dan kehilangan pendengaran

19

Page 20: Otitis Media Serosa

konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis

media dengan efusi telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran sensorineural.

Kedua prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada

otitis media dengan efusi. Paparan kronis metabolit asam arakidonat dapat

menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan kadang-kadang menyebabkan

tuli sensorineural permanen.21

Secara umum prognosis otitis media dengan efusi baik,dan biasanya hilang

dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan tanpa intervensi. Pengobatan

dapat mempercepat proses ini. Intervensi bedah dapat meningkatkan penyembuhan

pada otitis media dengan efusi tetapi efek untuk perkembangan bicara dan bahasa

masihkontroversial.21

2.2.10 Pencegahan

Modifikasi berikut dapat membantu mengurangi frekuensi otitis media dengan efusi

(OME)21:

Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba

Eustachius.

Identifikasi dan menghindari alergen yang dapat menyebabkan OME.

Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan

antibiotik dapat mengakibatkan resistensi bakteri meningkat.

Kurangnya ASI dapat membuat anak rentan terhadap infeksi telinga.

Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling

umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan OME). Vaksin flu juga

dapat membantu.

20

Page 21: Otitis Media Serosa

BAB III

KESIMPULAN

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di

telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah

dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis

media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan

apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

Penyebab utama pada otitis media serosa adalah gangguan fungsi tuba

Eustachius. Keadaan ini dapat disebabkan oleh : peradangan kronik rongga hidung,

nasofaring, faring misalnya oleh alergi, pembesaran adenoid dan tonsil, tumor

nasofaring.

Otitis media serosa dapat dibagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis

media kronik. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak,

sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti

otoskop pneumatik, reflex cahaya, dan garpu tala. Untuk pemeriksan penunjang

dapat dilakukan timpanometri dan audiogram.

Penanganan pada otitis media serosa dapat bersifat medis dan bedah,

Pengobatan medis termasuk antibiotik, antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi

tuba Eustachius dan hiposensitasi. Jika masih terdapat cairan setelah 3 bulan

pengobatan maka merupakan indikasi koreksi bedah. Koreksi ini dapat berupa insisi

miringotomi, pengeluaran cairan, dan pemasangan tuba penyeimbang tekanan.

Prognosis pada otitis media umumnya baik, biasanya dapat menghilang

dalam beberapa minggu atau bulan, dan bertambah baik jika diberikan pengobatan

yang adekuat. Penanganan yang buruk dapat menyebabkan gangguan pendengaran

pada anak-anak.

21

Page 22: Otitis Media Serosa

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Dikutip dari : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/otitis.html.

2. Boies, Adams.1997.Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta :EGC.

3. Ballantyne J and Govers J.1987. Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose,and

Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd.vol. 52.

4. Snell Richard.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Jakarta:EGC.

5. Dikutip dari : http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing.

6. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Pinna_(anatomy).

7. Anil, K.2007.Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology: Head and

Neck Surgery.Publisher: McGraw-Hill Medical.

8. Wonodirekso, S dan Tambajong J.1990. Organ - Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar

Histologi edisi V.Jakarta:EGC.

9. Dikutip dari : http://palaeos.com/vertebrates/bones/ear/incus.html.

10. Soepard Efiaty, Arsyad. Prof. Dr. Sp.THT(K), dkk.2010.Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher; Edisi

keenam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

11. Dikutip dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Eardrum.

12. Sherwood, Laurale.2006.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.Penerbit:

Jakarta:EGC.

13. Hall, John E. Guyton and Hall.2010. Textbook of Medical Physiology..Publisher: Saunders .

14. Harmadji Sri, Soepriyadi, Wisnubroto.2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu

Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Edisi III.. Surabaya : FK UNAIR..

15. Dikutip dari :

http://www.elu.sgul.ac.uk/rehash/guest/scorm/331/package/content/bones.htm.

16. Dikutip dari : http://www.britannica.com/EBchecked/media/532/The-two-

labyrinths-of-the-inner-ear.

17. Dikutip dari : http://www.jfponline.com/Pages.asp?AID=1430.

18. Dikutip dari : http://www.kids-ent.com/website/pediatric_ent/ear_infections/.

22

Page 23: Otitis Media Serosa

19. Dikutip dari : http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/Pathway/SeriOtit.htm.

20. Dikutip dari : http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/serous-otitis-

media.php.

21. Dikutip dari : http://emedicine.medscape.com/article/860323-overview.

23


Top Related