osteopeni
TRANSCRIPT
1. GEJALA DAN TANDA
1. Gejala :
1. Nyeri
2. Imobilitas
3. Depresi, ketakutan, dan rasa rendah diri karena keterbatasan fisik
4. Tanda
1. Pemendekan tinggi badan (> 1,5 inchi), kifosis, atau lordosis
2. Fraktur tulang punggung, panggul, pergelangan tangan
3. Kepadatan tulang rendah pada pemeriksaan radiografi
2. STRATEGI TERAPI
Terapi farmakologi dan non farmakologi osteoporosis memiliki tujuan :
4. mencegah terjadinya fraktur dan komplikasi
5. pemeliharaan dan meningkatkan densitas mineral tulang
6. mencegah pengeroposan tulang
7. mengurangi morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan osteoporosis
(Chisholm-burns et.al , 2008).
Obat yang digunakan dalam terapi osteopenia, yaitu :
8. Kalsium
Mekanisme kerja obat
Kalsium berfungsi sebagai integritas sistem saraf dan otot, untuk kontraktilitas jantung
normal dan koagulasi darah. Kalsium berfungsi sebagai kofaktor enzim dan mempengaruhi
aktivitas sekresi kelenjar endokrin dan eksokrin
Data farmakokinetik
9. Absorpsi
Absorpsi kalsium dari saluran pencernaan dengan difusi pasif dan transpor aktif.
Kalsium harus dalam bentuk larut dan terionisasi agar bisa diabsorpsi. Vitamin D
diperlukan untuk absorpsi lasium dan meningkatkan mekanisme absorpsi. Absorpsi
meningkat dengan adanya makanan. Ketersediaan oral pada orang dewasa berkisar dari
25% hingga 35% jika diberikan dengan sarapan standar. Absorpsi dari susu sekitar 29%
dalam kondisi yang sama.
10. Distribusi
Kalsium secara cepat didistribusikan ke jaringan skelet. Kalsium menembus plasenta
dan mencapai kosentrasi yang lebih tinggi pada darah fetah dibanding darah ibu. Kalsium
juga didistribusikan dalam susu.
11. Ekskresi
Kalsium dieksresikan melalui feses, urin dan keringat.
Kontraindikasi
Kalsium dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalsemia dan fibrilasi ventrikuler
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsium yaitu gangguan gastrointestinal
ringan, bradikardia, aritmia, dan iritasi pada injeksi intravena (Anonim, 2008).
12. Vitamin D
Mekanisme kerja obat
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperoleh dari sumber alami (minyak hati
ikan) atau dari konversi provitamin D (7-dehidrokolesterol dan ergosterol). Pada manusia,
suplai alami vitamin D tergantung pada sinar ultraviolet untuk konversi 7-dehidrokolesterol
menjadi vitamin D3 atau ergosterol menjadi vitamin D2. Setelah pemaparan terhadap sinar
uv , vitamin D3 kemudian diubah menjadi bentuk aktif vitamin D (Kalsitriol) oleh hati dan
ginjal. Vitamin D dihidroksilasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi 25-hidroksi-vitamin D3
(25-[OH]- D3 atau kalsifediol). Kalsifediol dihidroksilasi terutama di ginjal menjadi 1,25-
dihidroksi-vitamin D (1,25-[OH]2-D3 atau kalsitriol) dan 24,25-dihidroksikolekalsiferol.
Kalsitriol dipercaya merupakanbentuk vitamin D3 yang paling aktif dalam menstimulasi
transport kalsium usus dan fosfat.
Kontraindikasi
Vitamin D dikontraindikasikan dengan hiperkalsemia, bukti adanya toksistas vitamin D,
sindrom malabsorpsi, hipervitaminosis D, sensitivitas abnormal terhadap efek vitamin D,
penurunan fungsi ginjal.
Efek samping
efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi vitamin D ini yaitu sakit kepala, mual,
muntah, mulut kering dan konstipasi.
13. Biofosfonat
Mekanisme kerja obat
Biofosfonat bekerja terutama pada tulang. Kerja farmakologi utamanya adalah inhibisi
resorpsi tulang normal dan abnormal. Tidak ada bukti bahwa biofosfonat dimetabolisme.
Biofosfonat utnuk menoptimalkan manfaat klinis harus dengan dosis yang tepat dan
meminimalkan resiko efeksamping terhadap saluran pencernaan. Semua bifosfonat sedikit
diabsorpsi (bioavaibilitas 1-5%).
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi biofosfonat yaitu mual, nyeri abdomen
dan dyspepsia (Anonim, 2008).
14. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
Raloxifene merupakan agonis estrogen pada jaringan tulang tetapi merupakan antagonis
pada payudara dan uterus. Raloxifen meningkatkan BMD tulang belakang dan pinggul
sebesar 2-3% dan menurunkan fraktur tulang belakang. Fraktur non-vertebral tidak dapat
dicegah dengan raloxifene.
Mekanisme kerja
Raloxifene merupakan reseptor estrogen selektif yang mengurangi resorpsi tulang dan
menurunkan pembengkokan tulang.
Data farmakokinetik
15. Absorpsi
Raloxifene diabsorpsi secara cepat setelah pemberian oral dengan sekitar 60% dosis
oral absorpsi.
16. Distribusi
Volume distribusi nyata sebesar 2348L/kg dan tidak tergantung dosis. sekitar 95%
raloxifene dan konjugat monoglukoronid terikat pada protein plasma.
17. Metabolisme
Raloxifene mengalami metabolisme lintas pertama menjadi konjugat glukoronid dan
tidak dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450.
18. Ekskresi
Raloxifene terutama diekskresikan pada feses dan urin.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pada SERMs ini yaitu pada wanita hamil dan menyusui. hipersensitif
raloxifene (Anonim, 2008).
19. Kalsitonin
Mekanisme kerja
Bersama dengan hormon paratiroid, kalsitonin berperan dalam mengatur homeostasis Ca
dan metabolisme Ca tulang. Kalsitonin dilepaskan dari kelenjar tiroidketika terjadi
peningkatan kadar kalsium serum.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ketika mengkonsumsi kalsitonin yaitu mual, muntah, flushing
(Anonim, 2008).
20. Estrogen dan terapi hormonal
Mekanisme kerja
Estrogen menurunkan aktivitas osteoklas, menghambat PTH secara periferal,
meningkatkan konsentrasi kalsitriol dan absorpsi kalsium di usus, dan menurunkan ekskresi
kalsium oleh ginjal. Penggunaan estrogen dalam jangka waktu lamatanpa diimbangi
progesteron meningkatkan risiko kanker endometrium pada wanita yang uterusnya utuh.
Kontraindikasi
Estrogen ini kontraindikasi dengan wanita hamil dan menyusui, kanker estrogen-
independent (Anonim, 2008).
21. Fitoestrogen
Isoflavonoid (protein kedelai) dan lignan (flaxseed) merupakan bentuk estrogen dimana
efeknya terhadap tulang dapat disebabkan aktivitas agonis reseptor estrogen tulang atau efek
terhadap osteoblas dan osteoklas. beberapa studi isoflavon menggunakan dosis yang lebih
besar dilaporkan dapat menurunkan penanda resorpsi tulang dan sedikit meningkatkan
densitas (Anonim, 2008).
22. Testosteron
Penurunan konsentrasi testosteron tampak pada penyakit gonad, gangguan pencernaan dan
terapi glukokortikoid. Berdasarkan penelitian terapi testosteron ini dapat meningkatkan BMD
dan mengurangi hilangnya massa tulang pada pasien osteoporosis laki-laki (Dipiro et.al ,
2005).
23. Teriparatide
Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuk tulang.
Teriparatide merupakan produk rekombinan yang mewakili 34 asam amino pertama dalam
PTH manusia. Teriparatide meningkatkan formasi tulang, perubahan bentuk tulang dan
jumlah osteoblast beserta aktivitasnya sehingga massa tulang akan meningkat. Teriparatide
disarankan oleh FDA kepada wanita postmenopouse dan laki-laki yang memiliki resiko
tinggi terjadi fraktur. Efikasi dari teriparatide ini dapat meningkatkan BMD. PTH analog
sangat penting dalam pengelolaan pasien osteoporosis yang memiliki risiko tinggi patah
tulang karena PTH merangsang pembentukan tulang baru. Kontraindikasi teriparatide ini
yaitu pada pasien hiperkalsemia, penyakit metabolik tulang lainnya dan kanker otot (Dipiro
et.al , 2005).
Hasil penelitian terbaru membuktikan bahwa obat teriparatide berperan lebih baik
dibanding alendronate dalam meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi patah tulang
belakang pada pasien dengan osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid (glucocorticoid-
induced osteoporosis) (Anonim, 2010).
24. Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid meningkatkan reabsorbsi kalsium. Berdasarkan penelitian pasien yang
mengkonsumsi diuretik tiazid memiliki massa tulang lebih besar dan fraktur yang lebih
sedikit. Diuretik tiazid ini diberikan ketika pasien osteoporosis dengan glukokortikoid yang
lebih besar dari 300mg dari jumlah kalsium yang dikeluarkan dalam urin selama lebih dari 24
jam (Dipiro et.al , 2005).