organ prostat
DESCRIPTION
Organ ProstatTRANSCRIPT
1. Organ Prostat
a. Fosfatase Asam
Fosfatase adalah enzim yang bekerja pada senyawa yang mengandung satu gugus-
gugus fosfat sehingga terjadi pemotongan gugus fosfat (suatu aktivitas yang disebut
ortofosfat ester monohidrat). Sifat lain fosfatase adalah bahwa enzim-enzim ini
memperlihatkan aktivitas optimal pada rentang pH yang berbeda. Enzim yang aktif optimal
pada pH 5 disebut fosfatase asam (ACP), dan yang paling aktif pada pH 9 disebut fosfatase
alkali (ALP) (Sacher dan McPherson, 2004).
Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan
didapatkan dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam
sumsum tulang, eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase
asam total serum dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat
yang merupakan isoenzim fosfatase asam (Bio Medika, 2012).
Banyak jaringan berisi ACP, tetapi yang paling banyak mengandung adalah kelenjar
prostat, eritrosit, dan trombosit. ACP dalam serum diukur terutama untuk menemukan adanya
dan luas menyebarnya karsinoma prostat. Peningkatan ACP dari eritrosit tidak mempunyai
makna diagnostik, biarpun pada penyakit gaucher dan bermacam-macam penyakit tulang
metabolik ditemukan kadar yang tinggi
Aplikasi Klinis : ACP bentuk prostat digunakan secara luas untuk diagnosis klinis.
Penerapan utamanya adalah dalam evaluasi karsinoma prostat untuk metastasis dan
pertumbuhan lokal tumor. Fosfatase asam kurang bermanfaat untuk mendeteksi karsinoma
prostat yang pertumbuhannya belum melampaui kapsul. Radioimmunoassay memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi daripada pengukuran aktivitas enzim sehingga lebih banyak
memberi hasil positif-palsu saat melakukan pemeriksaan penyaring karsinoma prostat
terhadap sejumlah besar pria. ACP prostat dengan Radioimmunoassay (RIA) atau aktivitas
enzim dapat digunakan untuk memantau rekurensi kanker prostat setelah prostatektomi.
Pemakaian penting ACP lainnya adalah dalam evaluasi medikolegal perkosaan. Aktivitas
fosfatase asam dalam specimen apusan vagina yang diambil saat pemeriksaan dalam pada
kasus yang diduga merupakan perkosaan adalah bukti yang memperkuat bahwa telah terjadi
hubungan kelamin, karena dalam keadaan normal vagina tidak atau kurang memperlihatkan
aktivitas ACP (Sacher dan McPherson, 2004).
2. Pankreas
a. Lipase
Penguraian trigliserida makanan menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol
dikatalis oleh enzim-enzim yang secara kolektif disebut lipase (LIP), yang disekresikan dari
pancreas ke dalam duodenum bersama dengan enzim pencernaan pancreas lainnya (Sacher
dan McPherson, 2004).
Aplikasi Klinis : Karena lipase ditemukan hamper secara eksklusif di pancreas, maka
peningkatan lipase dalam serum sangat spesifik untuk penyakit pancreas. Walaupun amilase
lebih sering digunakan sebagai pemeriksaan penyaring untuk penyakit pankreas, namun
keunggulan lipase adalah bahwa zat ini tidak dibersihkan melalui urin sehingga dapat tetap
tinggi. Jika kadar lipase tinggi maka mengindikasikan terjadinya pankreatitis akut (Sacher
dan McPherson, 2004).
b. Amilase
Amilase adalah suatu enzim pencernaan yang dalam keadaan normal bekerja untuk
memecah kanji menjadi kelompok-kelompok karbohidrat yang lebih kecil dan akhirnya
menjadi monosakarida. Sumber organ utama amilase adalah kelenjar liur dan pankreas
(Sacher dan McPherson, 2004).
Aplikasi klinis: Peradangan pankreas menyebabkan pengeluaran amilase dan enzim
pankreas lain ke dalam sirkulasi. Pada pankreatitis akut, kadar amilase serum meningkat
dalam 6 sampai 24 jam selama beberapa hari, dan kembali normal dalam 2 sampai 7 hari.
Amilase pankreas dapat meningkat tajam dalam serum setelah pemberian obat-obat yang
menyebabkan konstriksi sfingter duktus pankreatikus (misalnya, morfin) sehingga ekskresi
normal ke dalam usus terhambat dan terjadi peningkatan penyerapan amilase ke dalam
sirkulasi (Sacher dan McPherson, 2004).
Tetapi kadar amilase serum tak bisa membantu dalam pemeriksaan pankreatitis
kronos walaupun kadang-kadang sedikit meningkat (Rubenstein, dkk, 2007).
Pada pankreatitis kronik, degenerasi sel asinar sering terjadi, menyebabkan hilangnya
produksi amilase dan lipase. Keadaan inilah yang merendahkan sensitivitas amilase maupun
lipase dalam mendeteksi penyakit kronik sampai di bawah 50% (Harr, 2002).
3. Jantung
a. Kreatin kinase (CK)
Kreatin kinase adalah senyawa alami yang berasal dari glisin dan arginin. Senyawa ini
banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot rangka, dan dalam
konsentrasi rendah pada jaringan otak. Sumber makanan yang mengandung banyak senyawa
kreatin kinase yaitu ayam, daging sapi, telur. CK adalah suatu molekul dimerik yang terdiri
dari sepasang monomer berbeda yang disebut M (berkaitan dengan otot), dan B (berkaitan
dengan otak), sehingga terdapat tiga isoenzim yang dapat terbentuk : CK1 (BB), CK2 (MB),
dan CK3
(MM). Isoenzim-isoenzim tersebut dibedakan dengan proses elektroforesis,
kromatografi pertukaran ion, dan presipitasi imunokimia. Sumber jaringan utama CK adalah
otak dan otot polos (BB), otot jantung (MB dan MM), dan otot rangka (Riswanto, 2010).
Aktivitas CK dasar dalam serum orang sehat bergantung pada massa otot tubuh dan
pada olahraga. Dengan demikian orang yang kurus atau kurang gerakan biasanya memiliki
aktivitas CK serum dalam rentang 30-50 U/liter sedangkan orang yang berotot dan banyak
olahraga memiliki kadar antara 500-1000 U/L (Sacher dan McPherson, 2004).
Aplikasi klinis: Pemakaian utama CK untuk kepentingan klinis biasanya untuk
mendeteksi infark miokardium akut (IMA). Biasanya untuk melihat/ membuktikkan serum
berasal dari jantung dilakukan pengukuran isoenzim CK. Kemunculan CK-MB dalam serum
menandakan asal dari miokardium. Kadar CK-MB pada serum setelah IMA bergantung pada
volume jaringan yang mengalami infark setelah pembebasan CK-MB ekstrasel dan pada
difusi enzim kedalam miokardium yang tidak mengalami infark, tempat enzim diserap
melalui pembuluh dan masuk dalam sirkulasi. Biasanya CK-MB muncul di serum 6 jam
setelah IMA dan lenyap dari sirkulasi dalam 34-36 jam (Sacher dan McPherson, 2004).
b. Troponin
Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen aktin
intrasel. Interaksi molekular ini diperantarai oleh tropomiosin dan komplek troponin yang
terdiri dari tiga polipeptida yaitu:
Troponin C ( TnC), mengikat kalsium dan bertanggung jawab dalam proses pengaturan
aktifasi filamen tipis selama kontraksi otot skelet dan jantung. Berat molekulnya adalah
18.000 Dalton.
Troponin I (TnI) dengan berat molekul 24.000 Dalton merupakan subunit penghambat
yang mencegah kontraksi otot tanpa adanya kalsium dan troponin.
Troponin T (TnT) berat molekulnya 37.000 Dalton bertanggung jawab dalam ikatan
kompleks troponin terhadap tropomiosin (Tarigan, 2003).
c. Laktat Dehidrogenase
LDH (Laktat Dehidrogenase) adalah enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan
katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. Enzim ini tersebar luas terutama dijaringan
ginjal, rangka, hati, dan miokardium. LDH meningkat sampai puncak 24-48 jam stelah
infark,dan tetap abnormal 1-3 minggu kemudian.
d. Mioglobin
Mioglobin adalah suatu cytoplasmic hemoprotein yang terekspresi didalam otot skelet
dan otot jantung, yang dapat reversibel mengikat oksigen melalui residu heme, yaitu suatu
rantai porphyrin dan komplex ion besi. Struktur mioglobin ditemukan pertama kali oleh
Kendrew 1958. Mioglobin sebagai mobile carrier bagi oksigen, terbentuk didalam jaringan
otot sebagai respons atas kebutuhan oksigen pada mitokondria. Mioglobin dapat berikatan
dengan oksigen secara reversibel sehingga dapat menfasilitasi transport oksigen dari sel darah
merah menuju mitokhondria.
Aplikasi klinis: Troponin T kardiak merupakan suatu petanda serologik yang dapat
digunakan sebagai alat diagnostik untuk menentukan kerusakan miokard, ditemukan 100%
meningkat pada penderita Infark miokard akut. Pemeriksaan ini bila dilakukan 4-8 jam
setelah onset nyeri dada mempunyai sensitifitas yang tinggi dalam mendeteksi Infark
miokard akut, walaupun hanya mikroinfark. Penelitian telah membuktikan adanya
peningkatan TnT pada penderita IMA, dan berkesimpulan bahwa pemeriksaan TnT
merupakan salah satu alat serodiagnostik yang efisien dalam mendeteksi nekrosis sel miokard
(Tarigan, 2003).