orasi ilmiah
DESCRIPTION
PERAN PDAM INTAN BANJARDALAM IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MDGs 2015PendahuluanAir perkotaan menjadi isu penting menjelang abad ke 21 ini, karena:a. UrbanisasiTRANSCRIPT
1
ORASI ILMIAH
PERAN PDAM INTAN BANJAR
DALAM IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MDGs 2015
1. Pendahuluan
Air perkotaan menjadi isu penting menjelang abad ke 21 ini, karena:
a. Urbanisasi
Tahun 2000 ditandai dengan fenomena global, bahwa lebih dari separoh penduduk
dunia memilih tinggal di perkotaan. Tidak terkecuali di wilayah layanan PDAM
Intan Banjar, yaitu wilayah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Pada tahun
2010 jumlah populasi di Kota Banjarbaru meningkat dua kali lipat dibandingkan
tahun 2009. Selain menuntut pertambahan air secara kuantitatif, urbanisasi juga
membawa serta peningkatan limbah antropogenik yang berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan, terutama lingkungan perairan, yang menjadi
sumber air baku untuk air olahan (Basri, et.al., 2012)
Sumber air baku PDAM Intan Banjar sebagian besar berasal dari air permukaan,
yaitu sungai dan irigasi. Kini sumber air tersebut terancam oleh berbagai dampak
negatif dari berbagai kegiatan, misalnya pertambangan yang mengkontribusi
berbagai partikel tererosi sama halnya dengan penebangan hutan untuk berbagai
kegiatan perkebunan dan pembalakan hutan. Pertambangan ilegal juga diduga
menggunakan logam berat berbahaya, misalnya merkuri. Logam berat sebagai
pencemar masuk ke badan air.
Limbah domestik yang bersumber kegiatan budidaya di permukiman warga,
berupa limbah organik memicu terjadinya eutrofikasi di badan air. Penambahan
konsetrasi Senyawa Nitrogen yang berasal dari kegiatan pertanian di kawasan
tangkapan air, akhirnya terbawa oleh air larian dan jatuh ke badan air. Kesuburan
perairan meningkat dan menimbulkan blooming, pertumbuhan yang cepat dari
berbagai tumbuhan air yang mengganggu kualitas dan kuantitas air baku.
2
Selain itu tingginya nilai coli fecal di badan air air sungai menunjukan tingginya
kontaminasi air sungai oleh tinja (Basry and Krisdianto, 2012). Budaya hidup di
sempadan sungai tidak hanya memudahkan akses terhadap sumber air, tapi lebih
banyak mberikan tekanan ekologis dan melakukan over-eksploitasi terhadap
lingkungan perairan.
Alih fungsi lahan dan berbagai kegiatan pemanfaatan lahan secara illegal di
bagian hulu sungai telah merubah bentang alam daerah tangkapan air. Dinamika
perubahan yang tidak diiringi dengan percepatan kegiatan konservasi hutan dan
air di hulu sungai Riam Kanan berpotensi mengancam keberlangsungan pasokan
air untuk PDAM Intan Banjar di masa datang. Metode pemeliharaan saluran
irigasi Riam Kanan dengan cara mengeringkan saluran telah terbukti menjadi
penyebab diskontinuitas layanan air bersih bagi masyarakat di Kota Banjarbaru
dan Kabupaten Banjar, karenanya harus dicari pola lain yang tidak mengganggu
pelayanan air bersih kepada masyarakat (Krisdianto, et.al, 2010)
b. Perubahan iklim
Peningkatan suhu bumi kini diakui membawa dampak lainnya termasuk
menurunnya jumlah air permukaan. Jumlah air di bumi tetap jumlahnya, tetapi
yang dapat diolah semakin sedikit. Musim kemarau kini sangat cepat
menyebabkan keringnya badan air dan danau. Waduk Riam Kanan sebagai
sumber air baku utama PDAM Intan Banjar juga menyusut drastis di musim
kemarau dalam beberapa tahun terakhir. Demikian pula permukaan air sumur
dalam milik PDAM Intan Banjar dan beberapa sumur pantau mengindikasikan
adanya penurunan permukaan air yang signifikan (Basri et.al, 2010).
PDAM Intan Banjar memerlukan paling sedikit 1000 ha lahan untuk reservoir
penyimpan air atau embung untuk merespon kekurangan air di musim kemarau
sampai pada tahun 2020. Di daerah perkotaan sangat sulit mencari lahan seluas
tersebut. Sebab itu interkoneksi reservoir di masa depan harus direncanakan
secara terpadu bersama dengan perencanaan infrastruktur perkotaan lainnya.
Bahkan harus dikembangkan secara terintegrasi dalam water scarcity design
concept.
3
c. Kebijakan dan politik pembangunan
Air menjadi perhatian internasional, bahkan aksesibilitas rakyat untuk
mendapatkan air bersih sudah menjadi hak azasi manusia (PBB 2010). Pemerintah
RI telah merespon dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 7 tentang
Sumber Daya Air dan PP 16 tentang Sistem Penyediaan Air Minum dan begitu
pula adanya percepatan sambungan rumah ( 10 juta sambungan) yang di-
launching oleh Bapak Jusuf Kalla dan dilanjutkan dengan program FEW (Food
Energy and Water ). Berbagai kerjasama dan bantuan untuk pengembangan
system pelayanan air perkotaan di tawarkan. Percepatan peningkatan sambungan
baru untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), belum sepenuhnya dapat
diakomodasi oleh berbagai peraturan. Sehingga seringkali menghambat
kontinuitas percepatan yang dimaksudkan. Maka upaya sinkronisasi berbagai
peraturan perlu dilakukan. Era transparansi dan perwujud serta penegakan hukum
sebagai acuan tidak sepenuhnya diimplementasikan secara akuntabel di
masyarakat. Akibatnya persoalan pelayanan public dalam bentuk peningkatan
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan air bersih seringkali terhambat
(Young, 2011)
2. Konsep
a. Air Perpipaan
Air adalah kebutuhan primer, air bersih mutlak diperlukan menjaga
keberlangsungan kehidupan di habitat perkotaan. Namun pengembangan sebuah
perkotaan tidak dapat lepas begitu saja dari sejarah pembangunan perkotaan,
umumnya telah gi bentang alam perkotaan akibat konversi pemanfaatan lahan
menyebabkan kesukaran memperoleh air bersih secara langsung dari sumber-
sumber air bersih. Masyarakat perkotaan harus mendapatkan air bersih melalui
sistem perpipaan dan tidak boleh lagi menggunakan sumur seperti sudah
diterapkan di Malaysia dan Singapura. Perkotaan sebagai artificial habitat, tidak
hanya menyediakan layanan yang baik bagi penduduknya, tetapi sekaligus
menhasilkan limbah dan berbagai kontaminan yang dapat berakibat buruk bagi
penghuni perkotaa.
Kesukaran pemasangan pipa di kawasan pekotaan adalah bahwa di kawasanperkotaan hampir seluruh jalan telah diaspal, bahu jalan dibeton dan saluran-
4
saluran sanitasi telah dicor sehingga menyulitkan dalam pemasangan pipa danmendeteksi kebocoran. Koordinasi pengembangan infrastruktur perkotaan dalamimplementasinya masih belum sepenuhnya sesuai dengan berbagai guideline yangtersedia. Ego sektoral masih sering memberikan kesan yang kental, ketimbangmengembangan system koordinasi yang sinergis dalam melayani masyarakatsecara bersama-sama untuk menciptakan liveable cities.
b. Zona Air MinumPenetapan pelayanan air minum ZAM oleh PDAM menjadi mimpi sekaligusembrio pelayanan air perkotaan yang tepat dan harus dikembangkan terusmenerus. Penyediaan layanan air minum untuk masyarakat adalah mimpiindahnya PDAM di seluruh Indonesia. Walaupun belum sepenuhnya mampumelayani masyarakat dengan kualitas dan kuantitas setara air minum, wacana iniharus segera diwujudkan dalam skala zonasi-zonasi tertentu.
ZAM menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi semua PDAM untukberinovasi. PDAM Intan Banjar memanfaatkan kesempatan ini untuk persiapkandiri, antara lain dengan menentukan zonasi pelayanan, membuat kerangka regulasimanajemennya, mempersiapkan system quality control. Dalam waktu dekatlaboratorium air PDAM Intan Banjar akan diakreditasi. PDAM jugamempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dengan mendirikan pusatpelatihan pengelolaan air bersih. Pusat pelatihan ini akan berkolaborasi berbagaiperguruan tinggi dan balai penelitian Nasional dan International.
c. MDGs
Target MDG’s mampu melayani 80% penduduk perkotaan untuk mendapatkan airbersih adalah tantangan sekaligus kesempatan bagi PDAM untuk berkembang,walaupun target nasional diturunkan menjadi 68,8% padatahun 2015. CapaianMDGs bukan hanya persoalan kemampuan memberikan pelayanan public yanglebih baik, lebih dari itu hal ini adalah prestasi sekaligus prestise Indonesia dimata dunia. Pencapaian target MDGs tidaklah mungkin dapat, diraih hanyadengan mengandalkan perbaikan infrastruktur, lebih dari itu harus didukungdengan peningkatan kualitas SDM. Kualitas SDM menjadi factor kunci untukmencapai efisiensi dan efektivitas pengembangan informasi dan inovasi (WHO,2012)
5
d. Bonus DemografiPerubahan struktur demografi satu decade ke depan, peningkatan jumlah usiaproduktif akan memerlukan dukungan yang kuat. Peningkatan tenaga produktif iniakan diikuti oleh peningkatan beragam produk. Tentunya diperlukan ketahananair yang relevan dengan tuntutan kemajuan, ini berarti air bersih diperlukan dalamjumlah yang lebih besar. PDAM sekali lagi harus terus–menerus melakukanreposition and up-grade. Kontribusi kualitas dan kuantitas air bersih akanberkorelasi positif untuk menyiapkan dn mengembangkan kelompok kerjaproduktif menjadi keunggulan SDM dan secara kuantitatif akan mendorongpeningkatan kuantitas dan Indonesia menjadi house of production.
Diantara berbagai tekanan kompetisi global, Indonesia menjadi salah satu dariIndonesian Tiger, selain Singapore, Korea, Malaysia, Taiwan. PDAM harusmampu mendukung lahirnya tenaga-tenaga produktif yang sehat, unggul lahir danbatin, serta cinta tanah air. Kegagalan menciptakan tenaga-tenaga produktif yangunggul akan mengarakan masyarakat Indonesia menjadi buyer teknologi yangtidak cerdas dan menjadikan negeri ini seperti sebuah tempat sampah berbagailimbah eksperimen teknologi dari berbagai bangsa yang menguasai teknologi. Airbersih, air berkualitas yang cukup jumlahnya sangat mungkin mampu menjagakesehatan, kecerdasan dan membawa generasi yang akan datang lebih mencintaitanah airnya, Indonesia.
3. Teoria. Ketahanan air (Water resilient)
Ketahanan air menyakut kecukupan baik kuantitas dan kualitas serta kontinuitas .Jumlah air yang cukup sangat bergantung kepada perkembangan budaya, ekonomidan kegiatan pembangunan. Segala upaya untuk menjaga sustainabilitas air untukrakyat harus dilakukan. Ketahanan air tidak hanya menyangkut soal kekuatan/atau ketahanan menghadapi kelangkaan air. Tidak pula sekedar menyiapkanstrategi jangka panjang dan action plan jangka pendek, lebih dari itu ketahananharus dimaknai sebagai tawaran yang memberikan kesempatan untuk berinovasidi berbagai aspek dalam upaya mencari, mengolah, dan mendistribusikan airkepada masyarakat (Young, 2011)PDAM Intan Banjar menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkanpenguatan strategi transmisi dan distribusi dengan target mendapatkan sumber airbaku mendekati power house di waduk Riam kanan. Demikian pula perbaikan
6
jaringan perpipaan di perkotaan dan pemukiman dengan system yang terpantaumelalui teknologi remote sensing dan GIS.
b. Water Scarcity DesignKonsep kelangkaan air harus dikembangkan sejalan dan terintegrasi denganperkembangan perkotaan. Konsep liveable cities tidak hanya menjadikanperkotaan sebagai tempat berkompetisi secara ekonomi, melainkan sebuah habitatyang nyaman untuk menjalankan hidup yang produktif dalam berbagai skala danstruktur kehidupan. Dengan demikian pengembangan kota tidak dapat dilakukanmelebihi daya dukung alam. Tiga pembatas yang harus diperhitungkan adalahketersedian secara berkesinambungan dari energy, makanan dan air (Energy, Foodand Water).Ketiadaan tiga hal tersebut akan berdampak tingginya biaya hidup, penurunankesejahteraan, peningkatan kemiskinan di perkotaan dan akhirnya mengarahkankota menjadi abandon cities, kota yang dihindari.Dalam konsep water scarcity design, air tidak dapat diperlakukan hanya sebagaisenyawa kimia yang diperlukan oleh aktivitas biologis saja, dan secara kultural airbukanlah the common property. Lebih dari itu air mengandung the precious valueyang harus dikuasai, dijaga, dan dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyatdengan derajat keamanan dan prioritas tertinggi. Secara teknis negara harus mulaimengatur siklus hidrologi secara bertanggung jawab. Menjaga polusi udara untuktidak melewati ambang batas yang memungkikan terjadinya kontaminasi terhadapkualitas uap air dan presipitasi. Di darat Pemerintah bertugas secara tegasmenetapkan, melindungi dan menjaga daerah tangkapan air dari semua kegiatanatau kejadian yang menurunkan kualitas dan kuantitas air baku.
Pemerintah juga harus menjamin air yang disampaikan kepada mayarakat cukupjumlahnya untuk memenuhi kebutuhan dasar kegiatan masyarakat dankualitasnya memenuhi syarat yang telah ditetapkan untuk menjaga kualitas SDM.Upaya PDAM menurunkan kebocoran, up-grade WTP, menerapkan systempenjaminan kualitas terhadap air olahan yang diproduksi oleh PDAM sangatrelevan dengan upaya pengembangan dengan konsep water scarcity design.
4. PendekatanSelama delapan tahun terakhir PDAM telah melakukan berbagai upaya melalui empatpilar pendekatan untuk mengembangkan kapasitas perusahaan sebagai berikut,
7
a. Konsolidasi Organisasi dan SumberdayaDi awal tahun 2005 sistem administrasi tidak berjalan dengan baik. Berbagai arsipkegiatan perusahaan tidak terkodifikasi dan sebagian data kepegawaian hilangdan terselip. Perubahan dimulai dengan melengkapi dan memperbaiki PerdaPDAM. Demikian pula membangun citra dimulai sebagai awal perubahan. Brandimaging dilakukan untuk membangkitkan etos kerja.
b. Pengembangan Sumberdaya ManusiaPengembangan sumberdaya manusia melalui berbagai pelatihan, kegiatan outbonddan berbagai competence assessment serta melalui peningkatan pendidikanformal, telah dilakukan dan menghasilkan pemetaan kompetensi karyawan, salahsatunya adalah penerapan KPI (key performance indicator) untuk mengukur danmematok kinerja karyawan kita telah menghasilkan system peringkat karyawan,reorganisasi struktur. Demikian akhirnya terbentuk system apresiasi berbasiskinerja dan terbentuknya perencanaan dan anggaran berbasis kinerja. KualitasSDM menjadi dasar inovasi dan unggulan system nilai di PDAM Intan Banjar
c. Pengembangan Partisipasi StakeholdersStrategi, perencanaan, program dan aksi yang solid, menarik perhatian parastakeholders. Partisipasi mereka diwujudkan secara konkrit dalam bentukpenyertaan modal. Rapat Umum Penyerta Modal di tahun 2007 mencatatpartisipasi sebesar 12,5 Milyar Rupiah dan sampai dengan tahun 2012 menjadi84,5 Milyar Rupiah dalam bentuk fresh money d luar aset seperti jaringanperpipaan dan aset lainnya. Para penyerta modal tersebut adalah pemerintahProvinsi Kalimantan Selatan, Pemerintah Kabupaten Banjar dan Pemerintah KotaBanjarbaru.
d. Pengembangan Investasi
Investasi dikembangkan bersamaan dengan terbangunnya partisipasi stakeholders. Peran serta Pemerintah Pusat, daerah Provinsi Kalimantan Selatan,Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru serta pihak swasta terus dikembangkansesuai dengan peraturan yang telah tersedia. Ketertarikan investor terhadapPDAM tidak lepas dari pertimbangan kenaikan jumlah asset PDAM Intan Banjaryang terus meningkat dari 11,01 Milyar pada tahun 2003 dan saat ini mencapai195,8 Milyar Rupiah (September 2012), serta pengelolaan PDAM yangprofesional.
8
e. Partisipasi Pengembangan Kawasan Pembangunan:i. Regionalisasi PDAM
Mengantisipasi perkembangan dan kebutuhan PDAM di KalimantanSelatan, Pangeran Haji Khairul Saleh, Bupati Banjar pada tahun 2009telah menggagas perlunya regionalisasi PDAM se-Kalimantan Selatan. Halini disampaikan untuk mendinamisasi PDAM, memudahkan penggunaansumberdaya bersama, mempercepat kemajuan pelayanan air bersih kepadamasyarakat.PDAM Intan Banjar turut berpartisipasi dan siap untuk mempelopori .
ii. Regionalisasi Pembangunan BanjarbakulaKonsep percepatan pembangunan ekonomi Kalimantan Selatanmembutuhkan semangat collective dan pemanfaatan sumberdaya bersamasecara efisien. Satu diantaranyanya adalah masalah air bersih. Integrasiprogram pengembangan air bersih ke dalam konsep Banjarbakula. Konsepintegrasi percepatan pengembangan pelayanan air bersih dalam konteksBanjarbakula digagas oleh Rudi Resnawan, wakil Gubernur KalimantanSelatan. Konsep ini merespon semangat regionalisasi PDAM yang digagasoleh Pangeran Haji Hairul Saleh yang bersifat internal dan bertujuanmengoptimalkan sumberdaya PDAM se-Kalimantan Selatan untukmemperbesar kapasitas perusahaan. Sedangkan konsep integrasi air bersihdalam konteks Banjarbakula menekankan upaya peningkatan danpercepatan peningkatan pelayanan air bersih dalam kawasan regionalpembangunan di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru,Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut. Untuk ini PemerintahProvinsi telah merencanakan penganggaran sebesar 800 Milyar Rupiahdimulai pada tahun 2013.Dalam hal ini PDAM Intan Banjar berperan memediasi, mendukung danberperan aktif, terutama dalam upaya membuat kajian perencanaanpenyadapan sumber air baku di waduk Riam Kanan yang diusulkan dandidukung oleh Pemerintah Pusat sebagian telah disetujui oleh PemerintahPusat sebesar kurang lebih 400 milyar rupiah.
5. Indikator Keberhasilan ImplementasiPDAM Intan Banjar dalam proses perkembangannya tidak lepas dari berbagai upayauntuk memberikan pelayanan public yang memuaskan. Dengan berbagai kendalayang ada telah banyak terobosan yang dilakukan sehingga membuahkan hasil sepertiyang dituliskan di dalam Tabel 1 berikut ini,
9
Tabel 1. Indikator kuantitatif perkembangan PDAM Intan Banjar.
10
Tabel di atas hanya sebuah ilustrasi kecil yang menggambarkan secara kuantitatif dinamika
positif perkembangan PDAM Intan Banjar. Indikator-indikator kualitatif banyak yang tidak
dapat diuraikan disini karena keterbatasan waktu. Diharapkan uraian kecil ini dapat
menyimpulkan kisah sukses PDAM Intan Banjar selama delapan tahun terakhir dan dapat
memberikan inspirasi bagi kita semua.
6. Penutup
Kerangka perjuangan PDAM Intan Banjar meraih keberhasilan tentu saja berasal dari
kemauan yang kuat “insan air” untuk melakukan perubahan, khususnya merubah cara kerja,
as business as usual, menjadi pelayanan yang “memanusiakan”, menghargai masyarakat, ikut
terlibat membangun “care and share” bersama masyarakat dan stake holders. Kami
mengembangkan “awareness” bersama masyarakat untuk melihat air bukan hanya untuk
mencuci, tapi memberikan nilai tambah kepada nilai kehidupan, kebahagian lahir dan bathin,
serta kesejahteraan. Untuk itu kami menambah ilmu kami, seperti di AK TIRTA ini,
melahirkan inovasi, mengolah informasi dan mengembangkan komunikasi. Kami
mengemasnya dalam paket-paket peningkatan kualitas SDM, yang isinya berupa penciptaan
nilai (creating value) yang dibungkus dengan nilai tambah (added value) yang bermanfaat
untuk masyarakat dan kami berbagi, air bersih kami kontribusikan kepada masyarakat. Kami
tidak “menjual” air, “cuma maambil upah manimba banyu”. Air diperlukan untuk hidup,
mendampingi entitas kehidupan makluk Allah SWT, yang menciptakan manusia dengan
tubuh yang berisi 80% adalah air, sebab itu kami hanya mengantarkan air bersih yang berisi
doa, semoga menjadi berkah untuk “urang banua”.
11
Daftar Pustaka
Basri, M.R and Krisdianto (2012). Environmental stressors along Riam Kanan River: Threatfor sustainability raw water supply in BBM metropolitan. The proceeding ofInternational Conference on water supply management system and social capital,Makassar, Indonesia. July 16-17, 2012.
Basri, M.R., Sirang, K., Shadiq, F., Jauhari, A., I, Ridwan and H. Prasetya.(2011). Policystudies of the use of underground water resources in Banjarbaru City. In Kobayashi, K.,Suryono and Ari, I.R.D. (2010). Water supply management system and social capital.Vol 3. Universitas Brawijaya Press. Chapter 18.
Krisdianto and Haryanti, N.H., I. Ridwan and Nurlina. (2010). Spatial structure of watershedRiam Kanan as water catchment to support raw water supply sustainability for BBMmetropolis. In Kobayashi, K., Suryono and Ari, I.R.D. (2010). Water supplymanagement system and social capital. Vol 3. Universitas Brawijaya Press. Chapter 28.
WHO.(2012).UN-water global annual assessment of sanitation and drinking-water (GLAAS)2012 report: the challenge of extending and sustaining services. Switzerland.p:10
Young, M.D.(2011). Water, investing in natural capital. UNEP.pp:40
Cave, K.A.(2002). (Urban watershed management (Detroit, Michigan). In France, R.L.(ed).2002. Handbook of water sensitivity planning and design. Chapter II-9.