olga thd dm

8

Click here to load reader

Upload: nelly-oktoliani

Post on 13-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nelly

TRANSCRIPT

Page 1: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004 71

Olahraga dan Diabetes Melitus

Theresa C Tjindrawati Ongko, Soegianto WibisonoSMF Penyakit Dalam RS Adi Husada UndaanSurabaya

Abstrak. Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang sudah mendunia danmenimbulkan komplikasi jangka pendek dan panjang yang menyebabkan kerugianekonomi dan sosial yang besar. Dalam perkembangannya angka prevalensi diabetesmelitus makin tinggi, karena itu semua pihak harus bersama-sama mencegah danmenanggulangi ledakan diabetes melitus mulai dari sekarang. Pilar pengelolaan dia-betes melitus saat ini adalah edukasi, perencanaan makan, olahraga dan intervensifarmakologi. Olahraga, suatu kegiatan yang murah, mudah dan dapat dikerjakansetiap waktu, aman selama olahraga ini dipersiapkan dan dimonitor dengan baik,sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Pembahasanmeliputi patofisiologi, penyuluhan dan motivasi. Evaluasi penderita DM sebelumolahraga, persiapan olahraga, rekomendasi olahraga untuk penderita DM tipe 2, danrekomendasi olahraga untuk penderita DM tipe 1.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 2: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

Olahraga dan Diabetes Melitus

Theresa C Tjindrawati Ongko, Soegianto WibisonoSMF Penyakit Dalam RS Adi Husada UndaanSurabaya

Abstrak. Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang sudah mendunia danmenimbulkan komplikasi jangka pendek dan panjang yang menyebabkan kerugianekonomi dan sosial yang besar. Dalam perkembangannya angka prevalensi diabetesmelitus makin tinggi, karena itu semua pihak harus bersama-sama mencegah danmenanggulangi ledakan diabetes melitus mulai dari sekarang. Pilar pengelolaan dia-betes melitus saat ini adalah edukasi, perencanaan makan, olahraga dan intervensifarmakologi. Olahraga, suatu kegiatan yang murah, mudah dan dapat dikerjakansetiap waktu, aman selama olahraga ini dipersiapkan dan dimonitor dengan baik,sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Pembahasanmeliputi patofisiologi, penyuluhan dan motivasi. Evaluasi penderita DM sebelumolahraga, persiapan olahraga, rekomendasi olahraga untuk penderita DM tipe 2, danrekomendasi olahraga untuk penderita DM tipe 1.

Pendahuluan

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yangsudah mendunia dan menimbulkan komplikasi jangkapendek dan panjang yang menyebabkan kerugianekonomi dan sosial yang besar. Dari berbagaipenelitian epidemiologis di Indonesia, sekitar tahun1980-an didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5-2,3%pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. DalamDiabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation)tercantum perkiraan penduduk Indonesia di atas 20tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi prevalensiDM sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000pasien DM akan berjumlah 5,6 juta dan berdasarkanpola pertambahan penduduk pada tahun 2020 nantiakan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes dari 178 jutapenduduk di atas 20 tahun. Suatu jumlah yang besardan beban yang berat, karenanya semua pihak harusikut serta untuk mencegah dan menanggulangitimbulnya ledakan DM ini mulai dari sekarang.1

Pilar pengelolaan DM adalah edukasi, perencanaanmakan, olahraga dan intervensi farmakologis. Dalamtulisan ini akan dibahas khususnya mengenaiolahraga, salah satu pilar pengelolaan DM, suatukegiatan yang murah, mudah dan dapat dikerjakansetiap waktu, aman selama olahraga ini dipersiapkandan dimonitor dengan baik, sehingga timbul perasaan

sehat dan nyaman pada penderita DM dan dapatmeningkatkan kualitas hidup para penderita DM.

Patofisiologi

Olahraga bermanfaat untuk menurunkan berat badandan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.Sekalipun tidak terjadi penurunan berat badan,peningkatan sensitivitas insulin serta penurunan kadarglukosa darah tetap terjadi, namun tentu sajapenderita DM yang mengalami penurunan beratbadan akan mendapat manfaat yang lebih besar.2

Selama olahraga, konsumsi oksigen seluruh tubuhdapat meningkat sampai 20 kali lipat, dan mungkindapat meningkat lebih tinggi lagi pada otot-otot yangsedang bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan energipada saat olahraga, cadangan glikogen dan trigliseridaotot, asam lemak bebas yang berasal dari trigliseridajaringan lemak, dan glukosa dilepaskan dari hati.Untuk mempertahankan fungsi sistem saraf pusat,kadar glukosa darah harus sungguh diperhatikanselama olahraga. Hipoglikemia selama olahraga jarangterjadi pada individu non-diabetik. Pengaturanmetabolik yang mempertahankan normoglikemiaselama olahraga terutama melalui pengaturanhormon. Penurunan insulin plasma dan tersedianya

72

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

glukagon tampaknya diperlukan untuk peningkatanawal produksi glukosa hepatik selama olahraga danpada olahraga dalam jangka waktu yang lama,peningkatan glukagon plasma dan katekolamintampaknya memegang peranan penting. Mekanismeadaptasi hormon-hormon ini tidak terjadi padapenderita yang mengalami defisiensi insulin, DMtipe 1. Konsekuensinya, pada penderita DM tipe 1ini kadar insulin dalam sirkulasi terlalu rendahkarena terapi yang tidak adekuat; pengeluaranhormon-hormon yang berlawanan efek denganinsulin dilepaskan berlebihan oleh tubuh saatolahraga, mengakibatkan peningkatan glukosa darahyang tinggi dan badan keton dan bahkan dapatmenyebabkan terjadinya ketoasidosis diabetik.Sebaliknya, adanya insulin dalam kadar tinggi karenapemberian insulin dari luar, dapat mengurangi ataubahkan menghambat peningkatan mobilisasi glukosadan substrat lainnya yang dirangsang pengeluarannyasaat olahraga dan hipoglikemia dapat terjadi. Hal yangsama dapat terjadi pada penderita DM tipe 2 yangmenjalani terapi insulin atau sulfonilurea, tetapi secaraumum hipoglikemia selama olahraga cenderung jarangmenjadi persoalan bagi penderita DM tipe 2 karenasesungguhnya pada penderita tipe 2, olahraga dapatmeningkatkan sensitivitas insulin dan membantudalam menurunkan kadar glukosa darah sampai bataskisaran normal.3

Penyuluhan dan Motivasi

Walaupun sebagian besar penderita DM masihmemerlukan intervensi farmakologis untuk kontrolkadar glukosa darah yang adekuat, olahraga dan dietharus diperhatikan sebagai pilar utama karena umumnyapenderita DM meninggal akibat sekuele penyakitvaskular sedangkan olahraga meningkatkan perbaikantekanan darah, profil kadar lemak darah dan kesegaranparu-jantung, sehingga olahraga sangat baik dalammengurangi risiko penyakit jantung daripada hanyasekedar mengontrol kadar glukosa darah.

Kenyataan yang ada saat ini sesuai denganperkembangan modern , pola hidup sebagian besarpenderita DM yang telah terbentuk bertahun-tahunadalah pola hidup yang kurang bergerak, banyakduduk, dan tidak berpengalaman dalam programolahraga yang terstruktur. Yang pertama-tama dapatdilakukan adalah mendorong penderita DM untuk

meningkatkan aktivitas sehari-harinya sepertimenggunakan tangga daripada lift, berjalan kaki kepasar, berkebun, memarkir kendaraan beberapa meterlebih jauh, atau jika memungkinkan minimal 100 meterdari pintu masuk, mengerjakan pekerjaan rumahtangga beberapa menit lebih lama. Semua nasihat,dorongan atau “resep” ini akan meyakinkanpenderita DM betapa pentingnya aktivitas fisik ini.Rasa percaya diri dan nyaman yang timbul selamaolahraga juga akan meningkatkan motivasi penderitaDM untuk meningkatkan intensitas latihanjasmaninya. Mungkin pertama-tama dengan berenangsecara rutin, atau ikut kelas aerobik, atau jikamemungkinkan berlari atau bersepeda karena harusdiingat pula resiko-resiko yang mungkin terjadimisalnya terlukanya kaki/ persendian pada olahraga“high impact“ seperti aerobik dan berlari.

Penderita DM harus selalu diingatkan dan diberimotivasi akan manfaat olahraga karena akanmegurangi kemungkinan komplikasi jangka panjangDM. Menyebutkan komplikasi hiperglikemia danhiperinsulinemia agak abstrak, jadi lebih baikmendiskusikan bagaimana mengurangi kemungkinanrisiko-risiko serangan jantung dan lain-lain hal yangpraktis dan sederhana (misalnya penurunan BB,peningkatan kemampuan olahraga) sehingga motivasipenderita DM akan ditingkatkan.4

Selain membahas manfaat, harus diketahui pularisiko-risiko yang mungkin terjadi; secara umum risikodan komplikasi olahraga pada penderita DM tipe 2hampir sama dengan individu usia paruh baya ataukelebihan BB. Karena itu diperlukan anamnesispenyaring dan pemeriksaan fisik sebelumnya; evaluasiuntuk pertimbangan bentuk-bentuk olahraga apakahyang boleh, baik dilakukan dan apa yang dilarangatau harus dilakukan dengan hati-hati/di bawahpengawasan.

Evaluasi Penderita DM Sebelum Olahraga

Sebelum melakukan suatu program olahraga, seorangpenderita DM harus menjalani evaluasi medis yangrinci. Pemeriksaan evaluasi ini harus dengan hati-hatimenyaring kemungkinan adanya/terjadinyakomplikasi makrovaskular dan mikrovaskular yangdapat bertambah buruk/parah dengan programolahraga. Identifikasi daerah yang menjadi perhatianakan memudahkan menyusun “resep” olahraga yang

73

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

Page 4: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

cocok untuk tiap-tiap pribadi penderita DM dan dapatmeminimalisasi risiko pada penderita DM.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik harusdifokuskan pada gejala dan tanda-tanda penyakityang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah,mata, ginjal, kaki dan sistem saraf.3,5

a. Jantung/Sistem Kardiovaskular

Suatu tes olahraga bertingkat akan membantu jikaseorang penderita DM akan mengikuti programolahraga dengan intensitas sedang sampai tinggi(lihat tabel 1 dengan intensitas no. 3 s/d 6).Penderita DM disebut beresiko tinggi dengandasar penyakit jantung jika memenuhi salah satudi antara kriteria-kriteria di bawah ini:=> Usia >35 tahun=> Usia >25 tahun dan menderita

DM tipe 2 selama >10 tahunDM tipe 1 selama >15 tahun

=> Adanya faktor resiko tambahan kelainan arterikoroner

=> Adanya komplikasi mikrovaskular (retinopatiproliferatif atau nefropati, termasukmikroalbuminuri

=> Kelainan vaskular perifer=> Neuropati otonom

Pada penderita DM yang merencanakan olahragadengan intensitas rendah (<60% denyut jantungmaksimal) seperti berjalan; dokter cukupmenggunakan pertimbangan klinis untukmerekomendasikan perlu/ tidaknya suatu stress tesolahraga (exercise stress test).

Pasien dengan kelainan arteri koroner harusmenjalani evaluasi ketat untuk repon iskemik waktuolahraga, ambang batas iskemik, dan kemungkinanterjadinya aritmia saat olahraga. Juga dalam banyakkasus harus dilakukan evaluasi fungsi sistolikventrikel kiri saat istirahat dan responnya saatolahraga.

Tabel 1. Klasifikasi intensitas olahraga, berdasarkan padaolahraga selama 60 menit3

* Nilai maksimal merupakan nilai yang dapat dicapaiorang dewasa normal selama olahraga maksimal

Iskemia yang asimtomatik dan tanpa nyeri seringterjadi dan merupakan masalah yang sulit padapenderita dengan diabetes. Adanya iskemia yangasimtomatik ini dapat menjadi sumber kecemasantersendiri pada penderita DM dan dokter/klinisiharus berusaha mencari/mengenali batas aman suaturegimen olahraga bagi penderita ini. Walaupunbeberapa pasien tidak mengalami angina yang tipikal,mereka mungkin mempunyai riwayat batasterjadinya angina yang bisa ditelusuri dengananamnesis yang lengkap dan mendetail. Tes padajantung dapat digunakan untuk mengidentifikasibatas iskemia, dan dapat menjadi petunjuk untukmenentukan olahraga apa yang tepat. Walaupun olahraga dapat menurunkan tekanandarah untuk jangka panjang, kenaikan tekanandarah secara akut selama olahraga lebih banyakterjadi pada penderita DM dibandingkan individunormal. Hipotensi setelah olahraga dapat menjadimasalah juga dengan makin banyaknyapenggunaan preparat penghambat angiotensinconverting enzyme (ACE).

Tes olahraga dapat memberikan kesempatanmenilai kapasitas kerja, adanya iskemia dan batasterjadinya, aritmia, respon hipertensi maksimal atauortostatik selama atau setelah olahraga. Umumnyadisetujui bahwa suatu tes stress olahraga bertingkat untukpenderita >35 tahun adalah tepat. Rekomendasipenggunaan alat imaging dalam mengevaluasi toleransiolahraga pada penderita DM masih bervariasi.3,5

b. Pembuluh Darah: Kelainan Arteri Perifer

Evaluasi adanya kelainan arteri perifer berdasarkanpada tanda dan gejala yang meliputi: klaudikasiointermiten, kaki yang dingin, nadi lemah/tidak ada,

<35<353535--54545555--69697070--8989>90>90100100

<20<202020--39394040--59596060--8484>85>85100100

1.1. Sangat ringanSangat ringan2.2. RinganRingan3.3. SedangSedang4.4. BeratBerat5.5. Sangat beratSangat berat6.6. MaksimalMaksimal**

Denyut jantung maksimal Denyut jantung maksimal (%)(%)VOVO22 maxmaxIntensitasIntensitas

Intensitas relatifIntensitas relatif

<35<353535--54545555--69697070--8989>90>90100100

<20<202020--39394040--59596060--8484>85>85100100

1.1. Sangat ringanSangat ringan2.2. RinganRingan3.3. SedangSedang4.4. BeratBerat5.5. Sangat beratSangat berat6.6. MaksimalMaksimal**

Denyut jantung maksimal Denyut jantung maksimal (%)(%)VOVO22 maxmaxIntensitasIntensitas

Intensitas relatifIntensitas relatif

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

74

Page 5: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

atrofi jaringan subkutan dan kerontokan rambut.Penanganan yang mendasar untuk klaudikasiointermiten adalah berhenti merokok dan programolahraga yang diawasi. Terabanya nadi dorsalispedis dan tibial posterior tidak menyingkirkankemungkinan adanya perubahan iskemia pada kaki.Jika ada suatu kecurigaan mengenai aliran darah kakidan ibu jari kaki pada pemeriksaaan fisik, dapatdilakukan pemeriksaan dengan Doppler padapergelangan kaki.3,5

c. Mata: Retinopati

Pada penderita DM yang mengalami retinopatidiabetik proliferatif yang aktif, aktivitas berat dapatmemicu perdarahan vitreus dan lepasnya retina.Penderita-penderita ini harus menghindari jenisolahraga anaerobik dan aktivitas fisik yangmenegangkan, menggelegar/bergemuruh danseperti manuver Valsava/mengejan.

Berdasarkan pengalaman Klinik Joslin diAmerika Serikat (AS), derajat retinopati diabetikdipakai untuk menyusun tingkat resiko olahragasehingga dapat membuat “resep” olahraga untuktiap-tiap individu yang lebih cocok. Tabel 2 diambildari The Health Professional’s Guide to Diabetes andExercise, dengan sedikit modifikasi.3,5

Tabel 2. Pertimbangan pembatasan aktivitas padaretinopati diabetik3

RD, retinopati diabetikRDNP, retinopati diabetik nonproliferatifRDP, retinopati diabetik proliferatif

d. Ginjal: Nefropati

Rekomendasi aktivitas fisik spesifik tidak diberikanuntuk pasien dengan nefropati insipien(mikroalbuminuri >20 mg/menit) atau nefropatiovert (mikroalbuminuri >200 mg/menit). Penderita

DM dengan nefropati overt seringkali sudah sangatmenurun kapasitas aktivitas fisiknya yang akhirnyaakan membatasi sendiri ruang gerak aktivitas sehari-harinya. Walaupun tidak ada alasan yang jelas untukmembatasi aktivitas ringan sampai sedang, namunaktivitas fisik dengan intensitas berat danmenegangkan/menguras tenaga seharusnya dilarangpada penderita DM ini kecuali tekanan darahnyaselalu dimonitor dengan hati-hati selama olahraga.3,5

e. Kaki: Neuropati Perifer

Neuropati perifer dapat menyebabkan hilangnyasensasi protektif pada kaki. Neuropati perifer yangsignifikan menunjukkan indikasi untuk membatasiolahraga yang menahan beban/weight bearingexercise. Olahraga pada kaki yang sudah tidaksensitif dapat memicu terjadinya ulkus dan fraktur.Evaluasi neuropati perifer dapat dilakukan denganmemeriksa refleks-refleks tendon dalam, sensasigetaran (dengan garpu tala), dan sensasi posisi.Sensasi raba terbaik diperiksa denganmenggunakan sehelai benang Semmes-Weinstein.Ketidakmampuan mendeteksi sensasi denganbenang ukuran 5,07(10 g) menunjukkan adanyakehilangan sensasi protektif. Sangat dianjurkanuntuk memeriksa ada/tidaknya kaki yang melepuh,ulkus, dan masalah-masalah lainnya. Tabel 3menjukkan aktivitas fisik yang dikontraindikasikandan yang direkomendasikan untuk pasien yangkehilangan sensasi protektif pada kaki.3,5

Tabel 3. Olahraga pada penderita diabetik yangkehilangan sensasi protektif.3,5

f. Sistem Saraf: Neuropati Otonom

Adanya neuropati otonom dapat membatasikapasitas aktivitas fisik seseorang danmeningkatkan risiko kejadian kardiovaskularselama aktivitas fisik itu. Neuropati otonomikjantung dapat diketahui dari gejala-gejala: takikardi

Berenang, Tai ChiBersepedaMendayungOlahraga dengan kursi, olahraga dengan lengan dan olahraga lainnya yang tidak menahan beban

TreadmillBerjalan dalam waktu lamaJoggingStep exercises

Olahraga yang direkomendasikanOlahraga yang dikontraindikasikan

Berenang, Tai ChiBersepedaMendayungOlahraga dengan kursi, olahraga dengan lengan dan olahraga lainnya yang tidak menahan beban

TreadmillBerjalan dalam waktu lamaJoggingStep exercises

Olahraga yang direkomendasikanOlahraga yang dikontraindikasikan2-4 bulan (mungkin perlu pembedahan laser)

Aktivitas yang meningkatkan tekanan darah sistolik, mengejan tinju, olahraga kompetitif yang berat

Ditentukan status medikRDNP berat

1-2 bulan (mungkin perlu pembedahan laser)

Aktivitas yang menegangkan, angkat berat, jogging, high impact aerobik, olahraga dengan raket, meniup terompet

Low impact aerobik, berenang, berjalan, bersepeda statis olahraga ketahanan

RDP

4-6 bulanAktivitas yang secara dramatis meningkatkan tensi, angkat berat/power lifting, mengejan berat

Ditentukan status medikRDNP sedang6-12 bulanDitentukan status medikDitentukan status medikRDNP ringan12 bulanDitentukan status medikDitentukan status medikTidak ada RD

Reevaluasi okular

Olahraga yang dilarangOlahraga yang diperbolehkanTingkat RD

2-4 bulan (mungkin perlu pembedahan laser)

Aktivitas yang meningkatkan tekanan darah sistolik, mengejan tinju, olahraga kompetitif yang berat

Ditentukan status medikRDNP berat

1-2 bulan (mungkin perlu pembedahan laser)

Aktivitas yang menegangkan, angkat berat, jogging, high impact aerobik, olahraga dengan raket, meniup terompet

Low impact aerobik, berenang, berjalan, bersepeda statis olahraga ketahanan

RDP

4-6 bulanAktivitas yang secara dramatis meningkatkan tensi, angkat berat/power lifting, mengejan berat

Ditentukan status medikRDNP sedang6-12 bulanDitentukan status medikDitentukan status medikRDNP ringan12 bulanDitentukan status medikDitentukan status medikTidak ada RD

Reevaluasi okular

Olahraga yang dilarangOlahraga yang diperbolehkanTingkat RD

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

75

Page 6: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

saat istirahat (>100 kali per menit), ortostatik(turunnya tekanan sistolik > 20 mmHg saat berdiri ),atau gangguan-gangguan lain pada sistem sarafotonom meliputi kulit, pupil, gastrointestinal, atausistem kemih-kelamin.Kematian mendadak dan iskemi miokard tanpa

gejala (silent) sering terjadi pada neuropati otonomikjantung. Skintigrafi miokardial dengan thallium padasaat istirahat dan stress merupakan tes noninvasifyang tepat untuk menilai adanya dan meluasnyapenyakit arteri koroner makrovaskular padapenderita-penderita ini. Hipotensi dan hipertensisetelah aktivitas fisik yang bersemangat cenderungterjadi pada penderita dengan neuropati otonom,khususnya saat memulai suatu program olahraga.Karena penderita-penderita ini juga mungkinmengalami gangguan termoregulasi, maka harusdianjurkan untuk menghindari olahraga/aktivitas fisikdiruangan/lingkungan yang ekstrim panas atau dingindan memperhatikan hidrasi yang adekuat. Secaraumum yang direkomendasikan untuk penderita-penderita ini adalah aktivitas sehari-hari yang tidakterlalu berat, di mana perubahan ringan pada denyutjantung dan tekanan darah masih dapat diakomodasi.Jika berolahraga, diperlukan pemanasan danpendinginan yang lebih lama.3,5

Tabel 4. Pengujuan Saraf Otonom5

Persiapan Sebelum Olahraga

Mempersiapkan penderita diabetes untuk suatuprogram olahraga yang aman dan dapat dinikmatidengan nyaman, sama pentingnya dengan olahragaitu sendiri. Penderita muda yang terkontrol statusmetaboliknya dapat megikuti hampir semua aktivitasdengan aman. Olahraga ketahanan tinggi denganbeban dapat dilakukan penderita diabetes muda.

Program latihan dengan beban sedang yangmenggunakan beban ringan dan pengulangan dapatdigunakan untuk mempertahankan kekuatan tubuhbagian atas pada hampir semua penderita DM. Usiaparuh baya dan usia lanjut harus didorong untuk aktifsecara fisik. Proses penuaan menyebabkan degenerasi otot,ligamentum, tulang-tulang, dan sendi dan ketidakaktifanserta diabetes dapat menimbulkan masalah. Sebelummemulai suatu program olahraga, penderita dengandiabetes harus diskrining apakah mengalami komplikasiseperti yang telah dibahas terdahulu.

Rekomendasi standar untuk penderita diabetes samadengan individu non-diabetik yaitu pemanasan danpendinginan yang tepat. Suatu pemanasan mencakup5-10 menit aktivitas aerobik (berjalan, mengayuh, dll)dengan intensitas rendah. Sesi pemanasan ini dilakukanuntuk mempersiapkan otot-otot rangka, jantung, danparu-paru untuk suatu peningkatan progresif dalamintensitas olahraga. Setelah pemanasan singkat,otot-otot harus diregangkan lebih kurang 5-10 menit, yangterutama otot otot yang akan dipakai secara aktif untukjenis olahraga tersebut, tetapi melakukan pemanasanuntuk seluruh otot lebih optimal hasilnya. Pendinginanmencakup lebih kurang 5-10 menit dan secara bertahapmenurunkan frekuensi jantung ke tingkat sebelummelakukan olahraga.

Ada beberapa pertimbangan yang penting danspesifik untuk penderita DM. Olahraga aerobikdirekomendasikan tetapi harus hati-hati karenaolahraga ini melibatkan kaki yang sangat penting bagisebagian besar penderita DM. Penggunaan silika geldan kaus kaki dari bahan poliester atau katun-poliesteruntuk mencegah melepuh dan membuat kaki keringpenting untuk meminimalisasi trauma pada kaki.Penggunaan sepatu yang baik juga penting danterutama harus ditekankan pada penderita DMdengan neuropati perifer. Penderita juga harusdiajarkan untuk memonitor sendiri secara hati-hatimengenai adanya luka lepuh,dan kerusakan yangpotensial terjadi pada kaki mereka, baik sebelummaupun sesudah olahraga. Hidrasi yang baik jugapenting, karena dehidrasi dapat mempengaruhi kadarglukosa darah dan secara tidak langsung fungsijantung juga.2,3,6,7

Sebelum mempersiapkan penderita, harus diketahuirisiko-risiko dan masalah-masalah yang potensial terjadisaat olahraga. Tabel 5 menunjukkan risiko/masalah yangpotensial terjadi selama olahraga.

<10 mmHg11-15 mmHg

>16 mmHgRespon tekanan darah saat menggenggam tangan terus menerus (peningkatan tekanan darah diastolik)

>30 mmHg11-29 mmHg

<10 mmHgSimpatik

Respon tekanan darah saat berdiri(penurunan tekanan darah sistolik)

<1,001,01 – 1,03>1,04Respon langsung frekuensi jantung saat berdiri (ratio 30:15)

<10 x/menit11-14 x/menit

>15 x/menitVariasi frekuensi jantung (interval R-R)selama pernafasan dalam (frekuensi jantung maksimal-minimum)

<1,101,11-1,20>1,21Parasimpatik

Respon frekuensi jantung dengan manuver Valsava (Valsava ratio)

AbnormalBorderlineNormalPengujian menggambarkan fungsi

<10 mmHg11-15 mmHg

>16 mmHgRespon tekanan darah saat menggenggam tangan terus menerus (peningkatan tekanan darah diastolik)

>30 mmHg11-29 mmHg

<10 mmHgSimpatik

Respon tekanan darah saat berdiri(penurunan tekanan darah sistolik)

<1,001,01 – 1,03>1,04Respon langsung frekuensi jantung saat berdiri (ratio 30:15)

<10 x/menit11-14 x/menit

>15 x/menitVariasi frekuensi jantung (interval R-R)selama pernafasan dalam (frekuensi jantung maksimal-minimum)

<1,101,11-1,20>1,21Parasimpatik

Respon frekuensi jantung dengan manuver Valsava (Valsava ratio)

AbnormalBorderlineNormalPengujian menggambarkan fungsi

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

76

Page 7: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

Tabel 5. Masalah risiko potensial saat olahraga5

Berdasarkan risiko/masalah yang potensial terjadisaat olahraga atau sesudahnya, maka beberapalangkah spesifik seharusnya diterapkan untukmenghindari risiko-risiko tersebut di atas, yaitu:1. Mengukur kadar glukosa darah sebelum, saat,

dan sesudah olahraga- Jika kadar glukosa darah <100 mg/dl, makan snack

dengan karbohidrat 15-20 gram sebelum olahraga- 100-250 mg/dl, tidak perlu makan snack- >250 mg/dl, dengan keton atau >300 mg/dl

tanpa keton, tunda olahraga, serum keton harusdiperiksa; hiperglikemia dan dehidrasi harusdiatasi/ditangani.

Untuk menghindari hipoglikemia, janganberolahraga saat aktivitas insulin mencapaipuncaknya,mempertimbangkan penggunaanHumalog Insulin, menghindari sulfonilurea,berhati-hati akan efek hipoglikemi yang tertundayang dapat terjadi 6-28 jam setelah suatu olahragaberat, dan dapat terjadi meskipun kadar glukosadarah normal selama olahraga dan tidaktergantung usia atau beratnya penyakit, umumnyaterjadi malam hari.

2. Menyesuaikan jumlah kalori/asupan makananMakanan seharusnya telah tercerna 1-2 jamsebelum olahraga.Untuk olahraga dalam waktu lama atau berat, mulaimeningkatkan asupan kalori 24 jam sebelumnya.Tambahan karbohidrat untuk olahraga spontan/ yangtidak direncanakan, 20-30 g per 30 menit olahraga.Jika menggunakan larutan glukosa, 1 botol per 30menit olahraga berat, karbohidrat yang dimakanharus mudah diserap oleh tubuh.

3. Penggunaan insulin harus disesuaikanMenggunakan insulin lebih dari 1 jam sebelum olahragaMenyuntikkan insulin di bagian yang tidakberperan/ aktif dalam olahraga, absorpsi diabdomen adalah yang paling cepat absorpsinyadan paling dapat diandalkan.Mengurangi jumlah insulin yang kerjanya jangkapendek sebelum olahraga:- mengurangi 30% untuk olahraga kurang dari 1 jam- mengurangi 40% untuk olahraga 1-2 jam- mengurangi 50% untuk olahraga lebih dari 3 jam

4. Monitoring adanya luka lepuh di kaki, ulkus dankomplikasi-komplikasi, problem-problem lainnya

5. Pemeriksaan laboratorium meliputi HbA1c, profillipid, mikroalbuminuria pada urin, EKGPenderita yang merencanakan suatu programolahraga khusus yang teratur harus menjalani testoleransi olahraga (exercise tolerance testing; ETT),penderita DM yang berisiko tinggi mungkinmemerlukan ETT dengan imaging.2,5-7

Tabel 6. Menunjukkan hal-hal yang berguna untukmenghindari risiko akibat olahraga3

Rekomendasi Olahraga untuk Penderita DM Tipe 2

1. Skrining:- Mencari komplikasi-komplikasi vaskular dan

neurologik termasuk kelainan jantung iskemik silent- Stress EKG pada penderita >35 tahun

2. Program Olahraga:- Tipe aerobik- Intensitas: 50-70% kapasitas aerobik maksimum- Durasi: 20-60 menit- Frekuensi: 3-5 kali per minggu- Menghindari komplikasi dengan:

a. pemanasan dan pendinginanb. memilih secara hati-hati tipe olahraga dan

intensitasnya

Akibat/Konsekuensi komplikasi yang sudah ada sebelumnya:- Neuropati perifer yang menyebabkan luka di kaki (robeknya kulit, fraktur, infeksi)- Kelainan arteri koroner yang menyebabkan iskemi/infark miokard- Neuropati otonom yang menyebabkan aritmia (memanjangnya interval QT)

Memburuknya komplikasi yang sudah ada:- Retinopati (belum terbukti dengan baik)- Proteinuria (akut)

Hipoglikemia:- Kelebihan insulin

* Terlalu banyak insulin sebelum olahraga* Peningkatan sensitivitas insulin yang dirangsang selama olahraga* Peningkatan absorpsi dari tempat injeksi* Efek medikasi (sulfonilurea, insulin sekretagog)

- Insufisiensi glukosa/karbohidrat* Olahraga spontan yang tidak direncanakan* Kalori diet yang sangat rendah

Hiperglikemia:- Insufisiensi insulin

* Peningkatan produksi glukosa hepatik, ketogenesis- Kelebihan glukosa

Akibat/Konsekuensi komplikasi yang sudah ada sebelumnya:- Neuropati perifer yang menyebabkan luka di kaki (robeknya kulit, fraktur, infeksi)- Kelainan arteri koroner yang menyebabkan iskemi/infark miokard- Neuropati otonom yang menyebabkan aritmia (memanjangnya interval QT)

Memburuknya komplikasi yang sudah ada:- Retinopati (belum terbukti dengan baik)- Proteinuria (akut)

Hipoglikemia:- Kelebihan insulin

* Terlalu banyak insulin sebelum olahraga* Peningkatan sensitivitas insulin yang dirangsang selama olahraga* Peningkatan absorpsi dari tempat injeksi* Efek medikasi (sulfonilurea, insulin sekretagog)

- Insufisiensi glukosa/karbohidrat* Olahraga spontan yang tidak direncanakan* Kalori diet yang sangat rendah

Hiperglikemia:- Insufisiensi insulin

* Peningkatan produksi glukosa hepatik, ketogenesis- Kelebihan glukosa

Perawatan kaki yang baik:! Sepatu yang cocok dan sesuai ukurannya! Inspeksi adanya benda asing dalam sepatu! Inspeksi adanya luka lepuh, ulkus, kalus, kelainan struktur fisik lainnya! Hindari penggunaan plester pada kaki

Monitor kadar glukosa sendiri:! Memakai gelang atau kalung identifikasi penderita DM! Rencana olahraga yang konsisten, “waktu” dalam berolahraga! Pemanasan yang tepat! Pendinginan yang adekuat! Hidrasi yang adekuat! Olahraga bersama partner yang sudah mengetahui kondisi dan sanggup bertindak saat

menghadapi masalah! Jadwal yang tepatPerawatan kaki yang baik:! Sepatu yang cocok dan sesuai ukurannya! Inspeksi adanya benda asing dalam sepatu! Inspeksi adanya luka lepuh, ulkus, kalus, kelainan struktur fisik lainnya! Hindari penggunaan plester pada kaki

Monitor kadar glukosa sendiri:! Memakai gelang atau kalung identifikasi penderita DM! Rencana olahraga yang konsisten, “waktu” dalam berolahraga! Pemanasan yang tepat! Pendinginan yang adekuat! Hidrasi yang adekuat! Olahraga bersama partner yang sudah mengetahui kondisi dan sanggup bertindak saat

menghadapi masalah! Jadwal yang tepat

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

77

Page 8: olga thd dm

DEXA MEDIA, No. 2, Vol. 17, April - Juni 2004

c. edukasi penderitad. monitoring glukosa darah oleh penderita

sendiri dan keseluruhane. program olahraga oleh dokter/petugas medik.

3. Compliance:- Membuat olahraga dapat dinikmati- Lokasi yang nyaman- Umpan balik positif dari personil medik dan

keluarga.7

Rekomendasi Olahraga untuk Penderita DM Tipe 11. Skrining sebelum memulai suatu program olahraga:

- Suatu tes stress olahraga mungkin diperlukanuntuk menguji ada tidaknya abnormalitas fungsi

miokardial dan untuk menentukan intensitaskerja yang cocok untuk program olahraga

- Jenis olahraga harus diidentifikasi apakah tidakada kontraindikasi dengan semua komplikasispesifik yang sudah terjadi/ada

- Penderita harus mendapat konseling untukmengatur diet dan pemberian insulin

2. Kontrol metabolik sebelum olahraga:- Menghindari olahraga bila kadar glukosa

puasa >250 mg/dl dan terjadi ketosis dandengan perhatian khusus bila kadar glukosa>300mg/dl dan tidak terjadi ketosis

- Menambahkan asupan karbohidrat bila kadarglukosa darah <100 mg/dl

3. Monitoring glukosa darah sebelum dan sesudaholahraga:- Mengidentifikasi perlu tidaknya perubahan

pemberian insulin dan asupan makanan- Mempelajari respon glikemik untuk kondisi

olahraga yang berbeda4. Asupan makanan:

- Mengkonsumsi tambahan karbohidrat biladiperlukan untuk menghindari hipoglikemi

- Makanan yang berupa karbohidrat harus sudahtersedia saat dan setelah olahraga

5. Pemberian insulin:- Menghindari olahraga saat kerja insulin

mencapai puncaknya- Mengurangi dosis insulin saat olahraga sudah

direncanakan- Menyuntikkan insulin jauh dari anggota gerak

yang dipakai saat olahraga.5

Kesimpulan

Epidemi diabetes melitus tipe 2 yang ada di seluruhdunia berhubungan dengan menurunnya tingkataktivitas dan meningkatnya prevalensi obesitas. Karenaitu penting untuk meningkatkan aktivitas fisik/olahragasebagai suatu komponen vital untuk mencegah maupununtuk pengelolaan diabetes melitus tipe 2; karena olahragasecara konsisten memperbaiki kerja insulin dan menurunkanbeberapa resiko kardiovaskular. Konsentrasi glukosa darahmencerminkan keseimbangan antara pengambilan glukosaoleh otot rangka, dan konsentrasi antara insulin danhormon-hormon counter insulin. Harus diingat pula manfaatolahraga dalam memperbaiki abnormalitas metabolikdiabetes melitus tipe 2 terutama sangat besar bila dimulailebih dini saat masih terjadi resistensi insulin sampaiintoleransi glukosa dibanding bila sudah terjadi overhiperglikemia yang memerlukan obat anti diabetik sampaiakhirnya dengan insulin.

Untuk penderita DM tipe 1, olahraga harusditekankan sebagai regimen terapi tambahan yang amandalam berbagai bentuk yang sesuai dengan keinginandan tujuan penderita selain terapi utama lainnya.

Ada sejumlah risiko-risiko yang dapat terjadi saat dansetelah olahraga: hiperglikemia, hipoglikemia,memburuknya komplikasi yang sudah ada dan akibat darikomplikasi yang sudah ada, yang harus diperhatikansehingga dapat dilakukan tes-tes dan persiapan-persiapankhusus lainnya, dipilih jenis-jenis olahraga yang cocok untuksetiap penderita DM, beserta intensitas dan frekuensinyayang tepat sehingga dengan demikian olahraga dapatmemberikan manfaat yang lebih besar, aman, nyaman danmemperbaiki kualitas hidup seluruh penderita DM.

Daftar Pustaka1. Pranoto A. Konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia

2002. Practical approach in the management ofdiabetic complications. Surabaya, May 31, 2003

2. Baraz. Clinical Diabetes 1994; 12(4): 94-83. American Diabetes Association. Physical activity/

exercise and diabetes mellitus. Diabetes Care 2003;26(suppl 1): S73-7

4. Brock A. Beamer (2000). The Physician andsportsmedicine, vol 28, no 10, October 2000

5. Chipkin SR, Klugh SA, Chasan-Taber L. Exercise insecondary prevention and cardiac rehabilitation :exercise and diabetes. Cardiology Clinics 2001; l 19(3)

6. Fahey PJ, Stallkamp ET, Kwatra S. The athlete withtype I diabetes: managing insulin, diet andexercise. Am Fam Physician 1996; 53:1611-7

7. Landry. Clinical Sports Medicine 1992; 11:403-18

Theresa CTO, Soegianto W: Olahraga dan Diabetes Melitus

78