lupus dlm olga dan tv swasta

Upload: audrianherdy

Post on 14-Apr-2018

273 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    1/136

    www.rajaebookgratis.com

    OLGA & TV SWASTA

    By : Hilman H

    1. GA GA GA GO GO GOYANG!

    KALO ada berita seru soal goyangnya Radio Ga Ga, percayalah! Ini

    bukan gara-gara antena pemancar Radio Ga Ga yang tinggi

    menusuk langit,_ dan kadang-kadang jadi tempat nongkrong

    capung pacaran itu kesambar petir. Juga bukan lantaran Radio Ga

    Ga udah dikuasai lagu dangdut seperti album minggu TV, yang

    bikin para pendengarnya pada goyang-goyang. Bukan. Bukan

    karena itu. Yang betul, Radio Ga Ga, radio yang punya penyiarbernama Olga, ditinggalkan para penyiar andalannya. Mereka

    rame-rame pada ngungsi ke televisi swasta! Inilah yang bikin

    Radio Ga Ga goyang luar-dalam. Guncang lahir dan batin.

    Televisi swasta memang lagi marak. Bukan cuma marak

    siarannya, tapi juga marak oleh (ehm!) dampak-dampak sosial

    ekonomi yang ditimbulkannya. (Idih, kayak omongan pejabat aja,

    ya?) Tapi buktinya ya itu tadi, para penyiar Radio Ga Ga yang

    semula sangat loyal, akhirnya rela minggat dari Radio Ga Gakarena ngiler sama TV swasta! Umumnya mereka pindah karena

    alasan pengen tambah ngetop, dan dapet penghasilan yang lebih

    gede.

    Bermula dari Eja Sasmita. Salah satu penyiar andalan Radio Ga Ga

    itu, tanpa ada angin dan -ujan, mendadak minta berenti.

    Usut punya usut, ternyata Eja ditawarin untuk bergabung dengan

    salah satu stasiun TV swasta. Mulanya Eja, yang pula ngerangkap

    jadi Redaktur Musik Ga Ga itu, cuek aja. Tapi setelah dibujukdengan berbagai iming-iming, toh akhirnya Eja nyerah juga. Eja

    sebetulnya kadung cinta sama Ga Ga. Apalagi selama ini Eja gak

    niat nyari duit. Selama ini doski kerja cuma buat hepi aja. Sebab

    di Ga Ga, Eja cukup banyak punya fans cewek-cewek cantik, yang

    kalo nasib lagi mujur, bisa dilaba. Tapi setelah dipikir-pikir,

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    2/136

    www.rajaebookgratis.com

    ngelaba cewek-cewek itu nggak ada artinya dibanding kerja di TV

    swasta. Apalagi di TV swasta kemungkinan besar Eja bisa dapat

    fans cewek lebih banyak lagi. Ini yang bikin benteng pertahanan

    Eja ambrol.

    "Gila, gue harus gimana, nih?" desah Eja pada Aswin, sangoperator baru Ga Ga, di studionya.

    "Kenapa, Ja?" tanya Aswin heran.

    "Itu TV swasta nawarin gue kerja dengan gaji di atas sejuta

    sebulan dan sebuah Vitara warna ijo cincau buat kendaraan

    pribadi gue! Oh, hati gue deg-degan, tapi gimana, gue udah

    telanjur cinta ama Ga Ga?" desah Eja.

    Keandalan Eja Sasmita sebagai penyiar memang sangat dikenal.

    Cowok keren yang suka jajan siomai 6 biji tapi selalu ngaku 4 biji

    kalo bayar ini, jago memprogram acara-acara musik. Salah satu

    acara yang diasuh Eja adalah Top Action. Lagu yang dapat tangga

    di situ emang yang bener-bener lagi hit. Maka Eja dianggap pas

    menebak selera remaja. Makanya anak-anak muda. yang doyan

    musik di Jakarta pasti kenal siapa Eja. Orang-orang penyalur

    kaset di Glodok juga tau siapa Eja. Apalagi orang-orang radio.

    Bahkan bukan sekali dua Eja dibujuk dengan segepok uang olehpara produser kaset, asal salah satu lagunya bisa masuk Top

    Action, tapi Eja nggak bergeming. Yah, Eja memang nggak ada

    duanya. Bapaknya cuma bikin satu.

    "Menurut gue lo terima aja tawaran itu. Kerja di TV prospeknya

    bagus. Masa depannya cerah. Tuanya indah. Daripada di sini? Apa

    yang lo harap di sini? Cewek? Ah, masak iya dalam hidup cuma

    cewek aja yang lo pikirin?" bujuk Aswin.

    Eja memijit-mijit ujung jidatnya dengan jari telunjuk dan jempol

    tangan kanannya. Udara dingin di studio tak mampu membuat

    Eja tenang.

    "Ah, gue bingung! Gue betul-betul bingung. Gue seperti

    dihadapkan pada buah lobi-lobi. Dimakan asem, kagak dimakan

    bikin iler gue netes!" tukas Eja.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    3/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Ja, sekarang ini eranya TV. Ini masa depannya TV. Siapa yang

    bisa menguasai TV, maka dia yang akan memimpin dunia. Paling

    nggak kalo lo kerja di TV lo bisa kenal para penguasa dunia,

    sebab acara Dunia Dalam Berita setiap malam selalu diisi oleh

    para penguasa dunia. Hehehe....""Gue tau itu. Tapi gue amat sangat bingung! Gimana juga, Radio

    Ga Ga udah ikut ngebesarin gue. Gue belajar mulai dari nol,

    sampe akhirnya gue jadi programmer jempolan."

    "Ja; nggak ada gunanya lo inget-inget masa lalu. Sekarang ya

    sekarang. TV swasta lagi nge-trend, itu yang perlu lo inget. Nah,

    daripada bingung, terima aja tawaran itu. Buat masa depan lo

    juga," bujuk Aswin lagi.

    "Iya deh, gue nyerah. Selamat tinggal Radio Ga Ga, selamat

    tinggal, sayang...! Oh!" Air mata Eja menetes. Tes... tes....

    Eja lalu menciumi semua kaset yang ada di ruang studio. Semua

    plat, semua CD (bukan celana dalam, lho!), semua cat, semua

    mikser, semua pembersih head, pokoknya semua yang ada di

    studio, semua yang pernah setia menemaninya selama bertugas

    sebagai penyiar Radio Ga Ga. Bahkan bukan cuma sekali

    nyiumnya. Tapi berkali-kali. Sampe bibir Eja jontor. Aswinbingung. Hampir saja ia ikut dicium Eja kalo tak cepat lari keluar

    studio.

    Oh, good-bye!" ucap Eja mengucapkan salam terakhir buat Radio

    Ga Ga. Yah, akhirnya seorang Eja pergi meninggalkan Radio Ga

    Ga.

    So pasti keluarnya Eja dari Radio Ga Ga menyentak kalbu semua

    orang Ga Ga. Dan diam-diam para penyiar lain berharap dapat

    tawaran dari TV swasta seperti halnya Eja. Akibatnya Radio Ga Ga

    makin goyang, begitu besoknya Mbak Santi, asisten Mbak Vera,

    yang jagoan nyari iklan ikutan pindah ke TV swasta. Kayaknya

    mereka kompakan. Padahal enggak. Ini cuma kebetulan saja.

    Nggak ada yang merekayasa kepindahan mereka, kecuali mereka

    sendiri yang memang tergiur dengan TV swasta.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    4/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    5/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    6/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    7/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    8/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    9/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Kenapa saya sampai lupa bikin regenerasi. Oh!" Kening Ray

    berdenyut-denyut.

    ***

    Kini suasana Radio Ga Ga makin genting! Seminggu setelah orang-orang andal Ga Ga keluar, muncul banyak tanggapan dari para

    pendengar setia Radio Ga Ga. Mereka menelepon dan bertanya,

    "Hei, pada ke mana, nih, orang-orang jagoannya Ga Ga? Kok,

    nggak pernah kedengaran lagi suaranya?"

    "A-anu," jawab Ray berkeringat dingin, "mereka lagi pada cuti...."

    "Cuti, kok, rame-rame, sih?" protes si pendengar lagi. "Apa

    mereka udah nggak butuh kita-kita lagi, ya?"

    "Oh, t-tidak, tidak. Ga Ga masih butuh kamu semua. Mereka kita

    kasih cuti massal. Biar asyik gitu, lho."

    Taunya perhatian bukan cuma datang dari pendengar, tapi juga

    dari seorang wartawan tabloid yang mendesak Ray untuk

    wawancara, walau Mas Ray sudah ngumpet selama tiga hari tiga

    malam di WC kantor. Mas Ray tau, pasti wartawan itu bakal

    nanyain para penyiar Radio Ga Ga yang pada keluar.

    Akhirnya setelah berjuang dengan keras, wawancara terlaksana

    juga dengan Mas Ray yang masih tetap di dalam WC.

    "Ngemeng-ngemeng pade ke mane, nih, tukang cuap-cuap andelan

    ente?" tanya si wartawan tabloid yang rupanya berasal dari Betawi

    itu dari luar WC.

    Mas Ray dengan cara yang kurang sistematis dan ruwet, bilang ke

    wartawan itu kalau para penyiarnya pada keluar karena memang

    udah dipersiapkan oleh Radio Ga Ga. Karena Radio Ga Ga mautampil lebih keren nantinya. Jawaban itu keluar dari dalam WC.

    "Jadi konkretnyeaje, deh, gimane?" kejar si wartawan tabloid.

    "Ya begitu, jadi yang tua-tua itu kita singkirkan dulu buat

    digantiin same yang muda-muda. Ini kan perlu, supaya kita nggak

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    10/136

    www.rajaebookgratis.com

    menyiksa para orang tua itu dengan menyuruhnya terus-menerus

    menduduki jabatan," Ray asal jawab.

    "Tapi mereka belum terlalu tua, kan?" tanya wartawan.

    "Ya, ya, dari usia memang belum terlalu tua, tapi kita kepengenlebih fresh lagi. Anda tau Olga, kan? Nah, kita pengen semua

    penyiar di sini sepantaran dialah...."

    "Mereka sudah dipersiapkan sejak kapan?"

    "Ya, setahun yang lalu."

    "Bisa saya bertemu dengan mereka?"

    "Oh, nanti! Nanti saja. Mereka sedang dikarantina. "

    "Tapi apa mereka dijamin bisa menjaga reputasi Ga Ga?"

    "Saya jamin! Flexi Save... oh sori, itu mah iklan bank!"

    Wawancara antara si wartawan dan Mas Ray berlangsung selama

    tiga hari tiga malam. Tapi nampaknya si wartawan merasa belum

    puas untuk segera menuliskan laporannya. Karena menurut si

    wartawan masih terlalu banyak fakta yang dipalsukan. Karena itu

    si wartawan menyempatkan diri untuk bertemu Eja Sasmita, Santi

    Tulatulit, Vivi Noviana, dan Rieta Bule. Yah, ternyata ulet juga

    wartawan tabloid dari Betawi itu, karena biasanya wartawan kita

    sudah cukup puas dengan segala fakta yang dipalsukan. Akhirnya

    jerih payah si wartawan Betawi membawa hasil. Karena dari Eja cs

    dia mendapat fakta berharga, yang berlawanan dengan apa yang

    telah didapat dari Ray.

    "Hih, enak aja dia bilang kita ditendang!" bantah Eja. "Asal tau aja,

    kita keluar dari radio Ga Ga bukan karena ditendang, tapi karena

    pindah ke TV swasta. Bahkan waktu saya bilang mau keluar, dia

    seperti ingin menangis! Tadinya saya nggak tega. Tapi sekarang,

    setelah saya tau dia ngomong begitu ke Mas, saya jadi nyesel,

    kenapa nggak dari dulu aja saya tinggalkan Ga Ga! Brengsek si

    Ray itu!" sam bung Eja penuh emosi.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    11/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    12/136

    www.rajaebookgratis.com

    Para karyawan Ga Ga bergerombol di depan pintu kerja Mas Ray.

    Sedetik, dua detik, belum ada reaksi. Tapi lewat setengah menit

    kemudian, mereka mendengar auman yang amat dahsyat!

    "Huaaaaa! Huaaaa! Huuuu, huuuu, huuuuaaaa!"

    "Betul, kan, kata saya!" teriak Retno.

    "Yes!" teriak. semua karyawan sambil mengepalkan tangan kayak

    orang menang lotre!

    ***

    Sore itu di rumah Olga. Tabloid itu sudah lecek. Tapi diambil dan

    dibaca lagi oleh Olga.

    "E-m-p-a-t P-e-n-y-i-a-r R-a-d-i-o G-a-G-a H-e-n-g-k-a-n-g...," desis

    Olga, entah untuk yang keberapa kalinya.

    Dan Olga sedih. Dia tak tega radionya goyang seperti itu.

    Tapi yang membuatnya lebih goyang lagi adalah ketika kemaren

    sore, ada salah seorang direksi TV swasta menelepon Olga. Dia

    berminat memakai Olga untuk memandu salah satu acara kuis di

    TV- nya. Olga tentu aja jadi pusing. Dia sebetulnya ingin

    mengikuti jejak keempat kawannya. Tapi Olga nggak enak samaMbak Vera. S lama ini Mbak Vera sangat baik sama Olga. Olga

    nggak tega menyakiti hati Mbak Vera. Apalagi Mbak Vera wanti-

    wanti berpesan supaya Olga nggak usah ikut-ikutan jejak

    temannya.

    "Ol Makan dulu!" teriak Mami dari luar.

    Olga tersentak. Tabloid di tangannya jatuh. Tapi Olga

    memungutnya lagi.

    "Bentar, Mi!" jawab Olga.

    "Kalau gitu temani Mami nonton tipi, dong! Ceritanya seru, nih!

    Kalau nonton sendirian nggak enak, Ol!" teriak Mami lagi.

    Olga keluar dan menemui maminya.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    13/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    14/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    15/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    16/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    17/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Aye belon lapar, Mak!" Somad sok manja. Emak makin gedek. Itu

    bulu ketek udah menyemburat kayak tembako dari sela-sela

    pangkal lengan, masih sok manja. Jijai, batin si Emak.

    "Perut aye masih pul teng." Somad mengelus-elus perutnya.

    "Gile lot Lo ngegadoin sarung bantal ape, udah gini ari masih

    belon lapar juga?" sembur Emak kalap.

    "Iye, iye, aye makan," kata Somad kemudian. Tapi dalam hatinya,

    "Sebodo, sebodo.....

    Somad makan dengan tidak selera. Tapi nasi setengah bakul

    sempet ludes.

    "Naa, gitu, dong. Sedih boleh aje, tapi makan kudu jalan terus!"tuah Emak.

    Setelah makan Somad masuk kamar lagi dan mengurung diri lagi.

    Dan kembali bicara, "Sebodo, sebodo, sebodo!"

    "Aduh!" keluh Emak sebel.

    ***

    Somad jadi agak gokil. Gara-garanya sebetulnya sepele. Ia udah

    seminggu lebih kagak pernah dengar suara lembut Olga. Ooo, jadi

    Olga?

    "Iye, aye begini gara-gara Olga," desah Somad di depan cermin

    segitiganya, "Oh, mirror mirror on the wall, di mana, sih, Olga

    sekarang?"

    "Mad, udah siang! Makan dulu!" Untuk yang kesekian kalinya

    emaknya memanggil mengajak Somad makan siang together!

    "Ntar aje, Mak. Aye masih kenyang!" Somad ngasih alasan yang

    sama.

    "Eh, dua hari lalu lo bisa makan banyak, kok, sekarang jadi males

    makan lagi, sih!"

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    18/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    19/136

    www.rajaebookgratis.com

    Somad kemudian makan sambil memikirkan usaha-usaha yang

    sekiranya dilakukan agar masalahnya bisa selesai.

    "Perasaan dia udah seminggu lebih kagak siaran di Radio Ga Ga.

    Atau jangan-jangan sakit? Atau lagi sibuk ulangan?" Somad

    berpikir-pikir.

    "Nambah lagi, Mad?" tawar emaknya.

    "Eh, Mak, di kampung kite yang telepon umumnya kagak rusak di

    sebelah mane lagi, ye?" tanya Somad tiba-tiba. Riang.

    "Naa, gitu, dong! .Udah lama banget Emak kagak ngeliat senyum

    riangnya lo. Telepon umum yang belum rusak adanya di

    perempatan jalan deket kelurahan!"

    "Sip!" Somad meletakkan piringnya dan segera menukar bajunya

    dengan baju yang paling bagus. Dan tak lupa meminyaki

    rambutnya.

    "Gue mau telepon ke Radio Ga Ga. Untung gue inget nomornye di

    luar kepale. Ah, syukur-syukur yang ngangkat langsung si Olga.

    Hm, gue harus pake minyak wangi dulu, nih!"

    Somad keluar kamar dengan kegantengan tersendiri.

    "Ck, ck, ck...." Emaknya kagum. "Lo, mau ke mana siang-siang

    begini tampil menor?"

    "Mau nelepon!" jawab Somad mantap.

    "Ya, ampun. Cuma mau nelepon aja dan sebegitu rupe?"

    "Mak, masih nyimpen minyak wangi, gak?" tanya Somad gak

    peduli dengan celetukan emaknya.

    "Kayaknya ade dikit di kamar," saut Emak Somad sambil terus

    memandang takjub ke anaknya. "Alhamdulillah, die udah b robe."

    Setelah memakai minyak wangi, Somad pergi menuju perempatan

    jalan dekat kelurahan. Jaraknya cukup jauh dari rumah Somad.

    Tapi bagi Somad tak masalah. .

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    20/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    21/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Eh, Tong, teleponnya rusak. Pake yang di deket wartel aje, tapi di

    sono kudu pake kartu," kata orang itu.

    "Oh, makasih, Pak." Somad menuju kantor wartel. "Eh, ape tadi

    kata tu bapak? Kudu pake kartu?"

    Somad menghampiri sebuah warung dan membeli dua gepok

    kartu gapleh.

    "Biar nelepon Olga-nya bisa lamaan dikit!" tukas Somad bego.

    Alhasil begitu sampe di tempat telepon kartu, Somad jadi bahan

    cekakakan orang-orang sewartel.

    "Eh, Tong, bukan pake kartu gituan!" jelas seorang ibu setelah

    puas ngakak. "Lo kudu beli kartu telepon di wartel. Ah, dasarbego, lo!"

    Somad malu.

    "Makasih, Mpok, atas pemberitahuannya." Somad berjalan masuk

    ke dalam wartel. Selang beberapa waktu, Somad berhasil

    menghubungi Radio Ga Ga. Begitu telepon di sana diangkat,

    Somad cepat-cepat merapikan sisiran rambutnya.

    "Halo, Radio Ga Ga, selamat siang!" tegas suara di seberang sana.

    "Bismillah...," Somad berdoa dulu. "Eh, i... iya selamat siang."

    "Mau bicara dengan siapa?" tanya suara di Ga Ga itu lagi.

    "Apa aye bisa bicara dengan Neng Olga?" tanya Somad amat

    sopan.

    "Dari siapa, nih?" tanya suara itu lagi.

    "Dari teman deketnye, S-O-M-A-D."

    "Sompret?"

    "Somad. Somad bin Indun. Anak cakep dari Kampung Ceger!"

    "Olga gak ada!" jawab suara itu ketus.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    22/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    23/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    24/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    25/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    26/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Baik, Bang!" Somad lalu menuju kantor satpam. Tapi begitu ia

    mau masuk, di depan pintu kantor keamanan itu dia menemukan

    pengumuman bertuliskan "SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK".

    "Wah, pegimane aye bisa lapor, kalo aye kagak boleh masuk?"

    Somad bingung. "Oh, mungkin lapornya dari sini kali."

    "Assalamualaikuuum!" Somad berteriak. Lalu keluarlah kepala

    satpam. Dia langsung menginterogasi Somad habis-habisan.

    Apakah Somad bersih lingkungan.? Suka demonstrasi?

    Keluarganya ada yang turunan PKI? Pernah ikutan mogok bareng

    buruh? Pokoknya semua ditanyain. Dan alhamdulillah, meskipun

    makan waktu lama, Somad bisa lolos juga dari interogasi

    tersebut.

    "Sekarang saya boleh masuk, Pak?" tanya Somad.

    "Silakan!"

    Somad masuk ke dalam Radio Ga Ga. Suasananya sepi. Tidak

    seperti dulu lagi. Di ruang tamu Ga Ga, Somad berjumpa dengan

    seorang resepsionis manis. Namanya Mita.

    "Permisi, Mpok, aye mau numpang tanya?" sapa Somad.

    "Ssst," desis 'Mita. "Apa nggak lihat tulisan itu?"

    Somad lalu memalingkan wajahnya dan terlihatlah sebuah

    pengumuman lagi. "JANGAN BERISIK!"

    Somad terpaksa memelankan volume suaranya. Terus terang ini

    pekerjaan susye. Orang Betawi rata-rata ngomongnya cablak. Kalo

    disuruh ngomong pelan sama aja nyeksa.

    "Begini, Mpok, aye mau nanya tentang Olga," bisik Somad ke

    kuping Mita.

    "Wah, maaf, ya? Saya harus pake masker dulu," tukas Mita.

    "Aye mau tanye tentang Olga."

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    27/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    28/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    29/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    30/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Mau ngeliat sukaan aye."

    "Di mana?"

    "Di kelurahan."

    "Di kelurahan? Emang ada ape di kelurahan? Ada dangdutan?"

    "Sukaan aye si Olga sekarang udah pindah ke TV. Aye mau lihat

    dia di TV kelurahan, Nyak."

    "Ha?" Emak Somad kaget.

    ***

    Di kelurahan, orang-orang kampung udah banyak yang ngejogrok,

    mau nonton film seri Dan sejak kedatangan Somad, di situ terjadihiruk-pikuk. Somad dikeroyok orang sekampungo Gara-garanya,

    dengan cueknya Somad mengganti-ganti saluran TV, untuk

    mencari Olga yang lagi siaran. Jelas aja orang sekampung yang

    lagi nonton Si Doel, sewot berat. Kenikmatannya terganggu. Dan

    jelas aja Olga nggak ada di TV, wong TV swasta baru tempat Olga

    kerja belum siaran.

    Antenanya aja belum dipasang!

    3. AMBURADUL

    TANPA penyiar andalan, Radio Ga Ga jelas ibarat garem tanpa

    sayur. Yang ada cuma asiiin... melulu. Yah, semua orang juga tau,

    bahwa bagian terbesar bagi denyut kehidupan Radio Ga Ga ada di

    bibir para penyiar andalan itu. Maka begitu mereka pada

    hengkang satu per satu, suasana di Radio Ga Ga pun jadi serba

    nggak menentu. Suram dan buram seperti kertas merang. Lesu

    dan beku seperti kuburan di tengah hari bolong, saat para roh

    gentayangan yang ada di situ lagi pada tidur nyenyak. Akibatnya

    para pendengar yang dulu, nggak peduli siang maupun malam,

    terus menempelkan kupingnya di Radio Ga Ga, kini turun drastis.

    Mungkin cuma tinggal dua orang aja yang masih jadi pendengar

    setia Radio Ga Ga, yaitu Mbak Vera dan Mas Ray.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    31/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    32/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    33/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    34/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    35/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    36/136

    www.rajaebookgratis.com

    kekurangan atas yang diberikan Radio Ga Ga pada saya. Saya

    udah merasa cukup. Apalagi masih ditambah dengan perhatian

    dan kebaikan Mbak Ver pada saya selama ini."

    "Kalo memang begitu alasan kamu, Ol, Mbak Ver nggak berani

    memaksa kamu lagi. Malah Mbak Ver respek sama keputusankamu. Kamu memang beda sama penyiar lain, yang keluar dari

    Radio Ga Ga cuma lantaran pengen dapet penghasilan yang lebih

    gede."

    "Maafin saya ya, Mbak Ver!"

    "Nggak apa-apa, Ol. Mbak Ver maklum."

    "Tolong sampein juga permintaan maaf saya sama Mas Ray, ya,

    Mbak Ver!"

    "So pasti, dong! Udah ya, Ol, masih ada yang mesti Mbak kerjain,

    nih!"

    "Daaag.... Mbak Ver, kapan-kapan saya telepon balik, deh!"

    Mbak Ver meletakkan gagang telepon dengan perasaan sedih.

    Matanya basah, tapi karena kelilipan. Belum lagi Mbak Ver sempat

    menghela napas panjang, tiba-tiba pintu terbuka. Mas Ray masuk

    ke ruang kerjanya.

    "Gimana, Ver, gagal?" tanya Mas Ray tanpa basa-basi lagi.

    Wajahnya cemas.

    Mbak Ver diam aja.

    "Gagal, Ver?" tanya Mas Ray lagi.

    Mbak Ver masih bingung seperti nenek-nenek abis naik jet

    coaster.

    Akhirnya Mas Ray nggak tahan lagi, dan bertanya sekeras-

    kerasnya bak komandan upacara memberi komando.

    "Veraaa... kamuuuu gagaaal, nggaaak, grak?!"

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    37/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    38/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Justru itu, mulai sekarang kita harus berpikir, tanpa Olga radio

    ini nggak akan hancur."

    "Aduh, Vera, kamu mulai berbelit-belit lagi. Maksud kamu apa,

    sih?"

    "Mulai sekarang kita harus belajar dewasa. Kita harus belajar

    tidak bergantung pada siapa pun. Kita harus bisa mengerem radio

    ini dari ambang kehancuran."

    "Aduh, Vera, kamu tau itu terlalu sulit buat saya?"

    "Jelas sulit, karena selama ini Mas Ray nggak pernah mau belajar.

    Selama ini segala sesuatunya sangat mudah bagi Mas Ray, karena

    Mas Ray- selalu mengandalkan fasilitas orangtua. Itu makanya

    Mas Ray jadi males belajar. Karena Mas Ray pikir, semua ini Mas

    Ray peroleh tanpa harus memeras keringat. Akibatnya mental

    Mas Ray bukan mental pengusaha yang baik. Nggak tahan

    banting. Dan gampang stres," tukas Mbak Ver bak saluran got di

    kampung yang mau dikunjungi Pak Lurah, lancar tanpa hambatan

    karena buru-buru dibersihin.

    Mas Ray terperangah. Nggak nyangka Mbak Ver bakal ngomong

    begitu. Maka Mas Ray pun berkata, "Lho, kok kamu jadi ngeritik

    saya?"

    "Apa boleh buat. Soalnya kritik itu perlu supaya Mas Ray maju."

    "Ya, tapi kenapa mendadak kamu bisa ngomong begitu?"

    "Karena saya pikir di sinilah titik masalahnya. Mas Ray harus

    dibangkitkan. Mas Ray nggak boleh terus melempem kayak

    krupuk kurang jemur. Selama ini nggak ada yang pernah berani

    ngeritik Mas Ray. Orangtua Mas Ray juga terlalu memanjakan Mas

    Ray. Ini kemandulan kreativitas namanya."

    "Baiklah, Vera, saya sadar sekarang juga."

    "Nggak perlu secepat itu. Ini bukan fragmen TV. Buat apa cepet-

    cepet sadar. Mending Mas Ray berpikir dulu selama beberapa hari

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    39/136

    www.rajaebookgratis.com

    ini. Kalaupun akhirnya Mas Ray nggak sadar-sadar, juga nggak

    apa-apa," tukas Mbak Vera dengan napas ngos-ngosan.

    Mas Ray mulai menjewer-jewer kupingnya sendiri, karena

    begitulah kebiasaan Mas Ray kalau bingung harus berbuat apa.

    ***

    Selama beberapa hari ini Mas Ray cuma bengong di kamar

    kerjanya, sambil sesekali menjewer-jewer kupingnya hingga

    kuping itu mirip cabe. Yah, Mas Ray masih bingung harus

    melakukan langkah apa supaya Radio Ga Ga selamat dari jurang

    kehancuran. Memang Mas Ray udah sadar, tapi Mas Ray kan

    nggak bisa pinter secepat itu. Apalagi selama ini Mas Ray udah

    telanjur malas mikir. Sementara itu Mbak Ver sibuk negosiasi kesana kemari membujuk-bujuk beberapa gelintir pemasang iklan,

    supaya nggak membatalkan kontraknya.

    Sementara itu, selama Mas Ray masih bingung, keadaan Radio Ga

    Ga juga makin parah. Menurut rating dari tim riset yang perlu

    dicurigai keabsahannya, jumlah pendengar Radio Ga Ga cuma

    tinggal beberapa gelintir. Paling cuma mereka yang betul-betul

    setia, yang masih mau nyetel Radio Ga Ga. Sedang untuk iklan,

    berkat kegigihan dan keluwesan Mbak Ver, masih ada yang maupasang. Dalam kondisi amburadul begini, Ucup yang udah lama

    nafsu pengen jadi manajer produksi, merasa dapat peluang. Maka

    Ucup pun berusaha menangguk di air keruh. Sebab biasanya air

    keruh banyak ikan lelenya.

    Selagi Mas Ray menjewer-jewer kupingnya, tiba-tiba pintu

    diketuk.

    "Nggak dikunci!" sambut Mas Ray acuh tak acuh.

    Ucup masuk lengkap dengan cengir bajingnya, dan selembar map

    lusuh yang terkempit di keteknya. Sebetulnya map itu tadi masih

    baru, tapi karena terus-terusan dikempit di ketek, akhirnya lusuh

    juga terkena keringat ketek Ucup.

    "Siang, Mas Ray," tukas Ucup ramah.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    40/136

    www.rajaebookgratis.com

    Mas Ray memicingkan matanya, seperti sudah bisa menduga apa

    maksud Ucup.

    "Kalau kamu mau keluar kayak yang lain itu, cepat bilang. Ambil

    pesangon di kasir, dan cepat minggat dari sini sebelum kamu

    saya usir," Mas Ray berkata ketus. Tapi Ucup sama sekali nggakterpengaruh. Dia masih nyengir yang dianggapnya manis, walau

    hasilnya malah bener-bener mirip bajing.

    "Mas Ray jangan salah kira. Saya sama sekali nggak ada niat cabut

    dari sini. Saya justru mengkritik keras teman-teman saya yang

    pada keluar itu."

    Mas Ray membuang cemberutnya mendengar omongan Ucup

    yang rada simpatik itu.

    Hm... lantas mau apa?" gumam Mas Ray.

    "Saya tau keadaan Radio Ga Ga lagi kritis. Jadi alangkah kurang

    etis ninggalin Radio Ga Ga dalam kondisi begitu. Pada saat ini

    yang dibutuhkan adalah loyalitas. Tapi, loyalitas aja nggak cukup.

    Kita juga harus melakukan langkah inovasi demi kemajuan Radio

    Ga Ga."

    "Wah, omongan kamu udah mulai berbelit-belit kayak Mbak Ver,Cup. Langsung aja, deh."

    "Begini, kalau soal loyalitas rasanya saya nggak perlu diragukan

    lagi. Di saat orang pada keluar, saya malah tetap bertahan di sini,"

    ucap Ucup bangga.

    "Tapi menurut Mbak Ver, kamu nggak keluar karena nggak ada

    yang mau nampung kamu!" serobot Mas Ray.

    Ucup nyengir kering.

    "Mungkin Mbak Ver salah informasi. Lagian, apa itu penting? Ada

    atau nggak ada yang mau nampung saya, buktinya saya tetap di

    sini. Itu artinya saya lebih setia dari yang lain."

    "Iyalah. Sekarang apa rencana kamu?

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    41/136

    www.rajaebookgratis.com

    Ucup menarik napas kuat-kuat. Saking kuatnya, berkas-berkas

    kerja Mas Ray yang ada di meja sampai ketarik dan nempel di

    lubang idung Ucup. Dan ketika Ucup mengembuskan napas,

    berkas-berkas itu pun berhamburan ke mana-mana. Ketika

    suasana udah mulai tenang, Ucup baru mulai ngomong."Berhari-hari lamanya saya tirakat, dan puasa nggak makan dan

    nggak minum makanan dan minuman tetangga saya yang sudah

    dimakan dan diminum, akhirnya saya sampai pada keputusan,

    bahwa saya bukan cuma bisa menyelamatkan Radio Ga Ga dari

    lembah kehancuran, tapi saya juga bisa membuat Radio Ga Ga

    lebih maju dari keadaan semula."

    Mas Ray mendelik. Kaget dan girang bercampur di hatinya. Yah,

    pada saat bingung begitu, siapa sih yang nggak girang ngeliat adaorang yang bisa menolong?

    "Yang betul kamu, Cup?" tanya Mas Ray penuh semangat.

    "Kenapa nggak, saya punya konsep yang bagus demi kemajuan

    Radio Ga Ga. Saya rasa konsep Radio Ga Ga yang lama udah

    nggak bisa dipakai lagi. Saya akan ubah sasaran Radio Ga Ga yang

    semula buat para ABG, jadi buat para janda."

    Mas Ray menelan ludah yang menyekat di tenggorokannya.

    "Kok begitu?"

    "Yah, karena sebetulnya cuma para jandalah yang punya banyak

    waktu buat ngedengerin radio. Di saat para janda itu kesepian di

    rumah, radiolah alternatif mereka buat membunuh kesepiannya.

    Apalagi kalo yang kita puter lagu dangdut, yang kebanyakan

    menyuarakan penderitaan dan suara hati para janda-ditanggung

    para janda itu nggak akan lepas dari Radio Ga Ga. Selain itu, perlujuga Mas Ray tau, para janda adalah pasar potensial bagi setiap

    produk. Karena mereka begitu konsumtifnya membeli segala alat-

    alat kecantikan demi mendapatkan pasangan baru. Maka saya

    berani jamin, pasti radio kita bakal banjir iklan. Itu artinya, dalam

    tempo kurang dari setengah tahun, Mas Ray bakal kaya! Untuk

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    42/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    43/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    44/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    45/136

    www.rajaebookgratis.com

    Sementara itu Ucup baru aja memesan sepiring penuh somay di

    ruangannya dari Pak Sabar.

    Mbak Vera cepat-cepat menyembunyikan dirinya di kulkas.

    4. KADO KEJUT AN

    PAGI itu Papi dan Olga sama-sama kecelenya ketika buru-buru ke

    meja makan abis selesai pakaian.

    "Lho, kok nggak ada apa-apa, Ol?" tanya Papi heran. Ia udah rapi

    mau ke kantor, dan Olga yang kebetulan masuk pagi, mau nebeng

    bapaknya ke sekolah.

    "Iya, nekat juga Mami nggak bikin sarapan!" balas Olga.

    "Mana udah jam setengah delapan! Ke mana Mami? Mamiiii..."

    panggil Papi.

    Tak ada sahutan. Terpaksa Olga dan Papi berpencar mencari

    Mami. Mau minta pertanggungjawaban Mami karena nggak bikin

    sarapan. Papi mencari di kamar, Olga mencari di gudang.

    Ternyata Mami ada di teras belakang. Rambutnya dirol, sambil

    baca majalah wanita. Di kupingnya nyantol headphone walkman

    milik Olga. Asyik sendiri. Kepala Mami bergoyang-goyang ke kiridan ke kanan. Papi tentu kaget melihat Mami sesantai itu di pagi

    yang sesibuk ini.

    Mamiii!!! pekik Papi.

    Mami cuek, malah Olga yang kaget. Soalnya Olga lagi nyari Mami

    di tempat sepatu. Tuk! Sebuah sepatu jatuh menimpa kepala

    Olga. Olga buru-buru lari ke arah jeritan Papi.

    Mami apa-apaan, sih? Enak-enakan sementara Papi kayakkebakaran bulu ketek. Mana sar apan? Udah jam setengah

    delapan!" semprot Papi.

    Mami melepas headphone; "Sarapan?"

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    46/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    47/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    48/136

    www.rajaebookgratis.com

    trend remaja nongkrong di gelanggang remaja. Olahraga kek, ikut

    sanggar kek, ngapain kek Pokoknya bikin-bikin sesuatu. Sekarang

    kok udah nggak nge-trend.

    "Mungkin gara-gara TV swasta!" celetuk Wina tiba-tiba.

    "Apa?" Olga yang lagi asyik membaca formulir kaget tiba-tiba

    Wina ngomong begitu. "Kamu ngomong apa, Win?"

    "Ah, enggak" Wina langsung sadar. "Itu, ngeliat anak-anak pada

    ngecengin barang-barang mewah, mungkin gara-gara kebanyakan

    ngeliatin iklan di TV swasta kali, ya?"

    Olga mengikuti arah telunjuk Wina yang menunjuk

    "Gimana nggak kepengen coba, tiap hari santapan kita iklanmelulu di TV. Yang tadinya puas makan masakan rumah bikinan

    Mami, sekarang pengen nyobain nongkrong di fastfood macam

    inil" ujar Wina lagi.

    Olga kembali menekuni formulirnya. "Baguslah kalo begitu. Gue

    dukung nongolnya TV Swasta baru ini..."

    "Kok malah mendukung?" Wina protes.

    "Iya, dong." Wajah Olga mendekat ke Wina. "Sini gue jelasin teorigue, sekarang kan ada remote-control. Orang gampang aja

    memindahmindah saluran TV. Nah, makin banyak TV, makin

    banyak pilihan. Berarti pas iklan muncul, buru-buru aja ganti ke

    saluran lain yang kebetulan nggak ada iklannya. Kalo TV

    swastanya cuma satu, kita kan jadi terpaksa melototin TV yang

    itu-itu aja. Berikut iklan-iklannya...."

    "Atau matiin aja TV-nya, susah-susah amat," sambung Wina.

    "Iya, iya. Kamu tuh jangan kayak orang lain. Suka nyari-nyari

    kambing hitam. Orang doyan belanja, katanya kebanyakan nonton

    iklan. Orang pada berantem, katanya kebanyakan nonton film

    action di TV. Ah, padahal siapa sih yang maksa kita nonton TV?

    Nggak ada, kan? Kalo nggak suka, ya matiin aja. Kita kan bebas

    aja, nggak ada yang maksain. Emangnya kita bangsa bego apa,

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    49/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    50/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    51/136

    www.rajaebookgratis.com

    gambar Lakers, kaos rugby, de el el. Lucu-lucu, sih. Dan Wina

    ngoleksi sejak dia kecil. Entah kenapa tu makhluk begitu tergila-

    gilanya sama kaos.

    Dan tanpa ajakan kedua, Olga dan Wina udah berada di toko yang

    jual aneka kaos unik-unik.

    "Ini lucu, Ol," ujar Wina sambil menarik kaos bergambar Marilyn

    Monroe.

    Olga mengintip harganya, "Ah, masih kemurahan, Win. Yang

    kerenan dikit, dong! Kan buat gue tampil di TV!"

    "Sok tau!" desis Wina. "Oke, kalo lo nantangin. Kita ke London

    Boy. Kaosnya canggih-canggih!"

    "Siapa takut?" tantang Olga.

    Wina menyeret Olga ke tempat kaos yang lebih keren.

    "Gimana kalo yang ini?" Semenit kemudian Wina sudah

    menemukan kaosnya. Warna hitam, dengan tulisan yang keren.

    "Itu bagus?" tanya Olga ngetes.

    ''Jangan bloon. Semua orang juga tau ini keren. Ayo, pasti takut

    harganya mahal!"

    "Nggak!" Olga menggeleng. "Cuma ragu aja. Apa bener itu yang

    paling bagus?"

    "Jangan macem-macem, Ol. Lo kan tau gue paling maniak kaos."

    "Jangan-jangan mirip kaos elo, Win?"

    "Nggak. Dari dulu emang gue pengen punya kaos ini, cuma lagi

    bokek terus. Daripada dibeli orang, mending lo beli, Ol. Soalnyasayang, tinggal satu-satunya. Minimal kalo lo beli kan gue bisa

    ikut ngeliat...."

    "Ya, udah. Gue ambil!" Dengan cepat Olga merampas kaos yang di

    tangan Wina, dan membawanya ke kasir.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    52/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    53/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    54/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Udah. Makanya Papi minta pendapat kamu, Ol. Tunggu, ya." Papi

    lalu pergi secepat kilat. Nggak .sampai sepuluh detik, udah

    muncul lagi dengan sesuatu yang dibungkus. Bendanya panjang.

    "Apaan tuh, Pi? Pacul?" tebak Olga sekenanya.

    "Sembarangan. Ini buat obat ngambek Mami. Moga-moga setelah

    menerima ini, ngambek Mami ilang, dan mau bikin sarapan lagi....

    Ini Papi beli dengan susah payah."

    "Apa isinya?" tanya Olga sambil memegang benda panjang itu. .

    "Stik golf mini dengan bolanya."

    "STIK GOLF????" pekik Olga.

    "Sssst!!!!" Papi membungkam mulut Olga.

    ''Jangan buka rahasia! Nanti nggak surprise lagi!"

    Olga gondok. "Terang aja nggak surprise! Nggak pernah surprise!

    Terang aja Mami ngambek! Papi kurang perhatian sama Mami!

    Buat apa stik golf mini buat Mami? Papi kan selalu begitu. Egois.

    Kalo ngasih apa-apa ke Mami, pasti bukan benda yang Mami suka.

    Tapi yang Papi suka. Supaya Papi yang bisa menikmati! Payah!"

    "Eh, kok kamu yang sewot, Ol?" protes Papi.

    "Gimana nggak sewot coba. Papi nggak kapok-kapok. Pantes Mami

    ngambek terus. Tahun lalu, pas Mami ultah, Papi kasih apa,

    coba?"

    Papi mikir sejenak. "Ng... kasih pancingan!"

    "Tuh, kan. Pancingan. Mami mana hobi mancing? Mami ngomel-

    ngomel, soalnya Papi juga yang akhirnya pake itu pancing sampaipatah!"

    "Tapi kan ikannya buat Mami. Buat dimasak. Itu kan lebih bagus,

    daripada ngasih ikan? Ingat pepatah bijak, berilah pancing,

    jangan beri ikan. Kalau memberi ikan, sekali makan sudah habis,

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    55/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    56/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    57/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    58/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    59/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    60/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    61/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    62/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    63/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    64/136

    www.rajaebookgratis.com

    Akibatnya banyak yang curiga Sri Heruni sebetulnya memang

    pedagang jamu asli yang nekat ikut screentest, biar bisa jadi

    penyiar teve. Ini kasus biasa. Dalam sejarah screen test, nggak

    jarang ada peserta yang sebetulnya cuma ikut-ikutan doang.

    Modalnya asal nekat, dan wajah yang mereka anggap cantik.Padahal intelektualitas dan kemampuan lain yang dibutuhkan

    untuk jadi penyiar, sama se ali nggak punya. Tujuan mereka juga

    sederhana tapi sekaligus berat, yaitu kepengen ngetop.

    Bahkan kadang mereka rela melakukan apa saja asal bisa ngetop.

    Beda banget sama Olga waktu pengen. jadi penyiar di Radio Ga

    Ga. Waktu itu motivasi Olga cuma pengen beli sepatu roda pake

    duit sendiri. Yah, anak-anak sekarang memang lebih suka

    menjual bungkusan daripada isi. Atau jangan-jangan anak-anaksekarang memang cuma punya bungkusan, daripada isi?

    Olga tersentak waktu nomor dadanya dipanggil. Lamunan Olga

    buyar. Jatuh dan berceceran di lantai. Olga maju dengan perasaan

    tenang. Sebetulnya Olga memang nggak gitu ambisi jadi penyiar

    teve. Olga ke sini bukan atas kemauannya sendiri, tapi atas

    undangan orang teve swasta ini yang datang ke Radio Ga Ga.

    Dasar Olga, apa-apa pengen nyoba, akhirnya Olga ikut. Tapi

    seperti yang udah-udah, Olga ikut dengan tanpa beban. Makanyawaktu Olga disuruh nyanyi, atau disuruh berakting ini-itu, Olga

    menjalaninya dengan tanpa beban. Anehnya, para tim penilai

    malah pada manggu -manggut tanda puas. Ya, barangkali juga

    karena Olga udah biasa siaran di Radio Ga Ga. Jadi waktu dites

    membawakan sebuah pengantar siaran, Olga terkesan luwes dan

    memikat. Olga juga keliatan nggak begitu grogi berada di depan

    kamera. Yang ini mungkin karena Olga udah biasa beraksi di

    depan kamera pocket Wina dengan gayanya yang centil. Idiiih...

    apa hubungannya? Apalagi waktu disuruh nyanyi, nggak berentr-berenti meski si sutradara udah teriak "Cut!" puluhan kali. Habis

    para manajer yang lagi khusyuk rapat di ruang sebelah, protes

    keras karena terganggu.

    Olga memang bukan peserta terakhir. Tapi menjelang pukul

    setengah empat, acara screentest pun selesai. Para kru dengan

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    65/136

    www.rajaebookgratis.com

    sigap membenahi lampu-lampu dan kamera. Pak Sanjaya buru-

    buru menemui para peserta screentest.

    "Kalian jangan pada pulang dulu, ya," katanya. "Kalena hasil.

    sclintes mau diumumin sekalang juga!"

    Waktu Pak Sanjaya pergi ke ruangannya, Chandra kembali

    mempertegas sesuatu yang sebetulnya sudah sangat jelas dan

    tegas. Ya, sebetulnya Chandra ngomong begitu cuma biar keliatan

    penting di mata anak-anak.

    "Kalian jangan daripada pulang dulu, ya, karena hasil daripada

    screen test mau diumumin sekarang daripada juga," cerocos

    Chandra.

    Olga yang udah siap-siap mau pulang, jadi mengurungkan

    niatnya.

    "Lho, katanya hasilnya baru diumumin tiga hari kemudian?"

    "Rencananya, sih, daripada gitu, tapi karena kebutuhan kita akan

    akan penyiar daripada sangat mendesak, terpaksa dipercepat,"

    jawab Chandra.

    Olga nurut.

    Sementara itu Chandra masih nyerocos terus, menyuruh anak-

    anak nunggu di Taman Buaya, atau kalau laper makan di warung

    terdekat. Jangan pergi jauh-jauh dari kantor, biar gampang

    dicarinya. Rapi Chandra nyerocos, Sri Heruni, Sinta, dan Sandra

    langsung nyamperin.

    "Kang Chandra udah makan belon?" tanya Sri Heruni.

    "Kita makan bareng, yuk, Mas!" ajak Sinta sebelon Chandra

    sempat menjawab.

    "Biar, deh, kita yang bayarin!" tawar Sandra.

    Ternyata Chandra menolak ajakan ketiga cewek itu. Sebetulnya

    Chandra cuma pura-pura. Karena tau pasarannya lagi naik, jadi ia

    sedikit tahan harga, biar nggak ditawar terlalu murah. Sebab,

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    66/136

    www.rajaebookgratis.com

    selain ketiga cewek itu, Chandra masih dirubung para peserta

    screentest lain. Cuma Olga aja yang rada males jual simpati ke

    Chandra.

    Ya, para cewek-cewek itu memang lagi jualan simpati ke Chandra.

    Mungkin mereka sadar kalo kemampuannya buat jadi penyiarteve masih minim, makanya mereka pada berlomba-lomba

    menarik simpati Chandra. Mereka yakin kalo Chandra termasuk

    orang yang menentukan bisa nggaknya mereka jadi penyiar.

    Karena itulah yang diomongin Chandra ke mereka. Makanya anak-

    anak itu berprinsip, kalo bisa merebut simpati Chandra, bisa

    dipastiin jalan jadi penyiar bakal lebih mulus.

    ***

    Saat-saat menunggu hasil pengumuman adalah saat-saat paling

    menegangkan. Olga sendiri yang sebetulnya nggak gitu ambisi,

    jadi ikut-ikutan tegang. Olga tegang sebab kalau sampe nggak

    lulus kan malu juga. Artinya kemampuan Olga masih terlalu jauh

    buat jadi penyiar teve. Padahal di Radio Ga Ga Olga sudah

    terhitung penyiar andalan yang banyak fansnya. Olga juga malu

    sama Ucup, atau anak-anak Radio Ga Ga lainnya. Mereka pasti

    bakal ngeledek Olga abis-abisan. Karena rencana Olga mau hijrah

    ke teve swasta udah diketahui orang sekantor. Sementara itusuasana tegang lama-kelamaan berubah jadi suasana kacau.

    Pasalnya para peserta lain makin lama makin rese aja. Sebab

    kebanyakan mereka sangat ambisi jadi penyiar. Mereka berharap

    tampangnya bisa nongol di teve, dan kemudian ngetop. Tapi

    mereka sendiri kayaknya yakin kalo kemampuannya nggak

    menunjang. Akibatnya mereka jadi gelisah tanpa juntrungan. Dan

    yang bikin kesel, mereka makin aktif mengejar-ngejar Chandra,

    karena memang cuma Chandra yang menyiapkan dirinya untukdikejar-kejar. Sementara Pak Sanjaya, dan tim penilai lainnya

    lebih suka mengurung diri di ruang kerjanya.

    "Akang udah punya pasangan belon, terus terang saya lagi kosong

    nih, Kang?" Sri Heruni makin aktif menyerang simpati Chandra.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    67/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    68/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Lho, apa kamu nggak tertarik jadi daripada penyiar?"

    "Ya tertarik, sih, makanya saya ke sini."

    "Kalo tertarik, saya bisa usahain keinginan daripada kamu itu."

    "Nggak, ah!"

    "Lho kenapa nggak? Saya punya daripada hubungan yang sangat

    luas di sini. Saya bisa bilang ke Pak Sanjaya, kalo kamu daripada

    berbakat. Saya jamin daripada kamu pasti masuk! Tapi tentu ada

    syaratnya."

    "Syarat apa?" tanya Olga sedikit tertarik.

    "Kamu masih kosong, kan?"

    "Kalo masih kosong, emangnya kenapa?"

    "Saya juga masih kosong, nih!"

    Olga pasang mimik kaget. "Astaga sebangkotan ini Mas masih

    kosong juga? Saya bisa bantu Mas pasang iklan ke biro jodoh,

    kalo mau?"

    Chandra cemberut. Sebetulnya Chandra mau ngomong sesuatu,

    tapi tiba-tiba sepotong tangan yang kukunya panjang-panjangmenarik Chandra.

    "Sebentar, ya, kita pinjem dulu," tukas Sandra yang udah nggak

    bisa menguasai diri lagi.

    Olga mengangguk semangat, seolah terlepas dari bencana.

    Sebentar kemudian Chandra pun sudah dikepung oleh para

    cewek yang memujanya. Ke cewek-cewek itu Chandra ngomong

    persis seperti yang dia omongin ke Olga. Jelas cewek-cewek itujadi makin salut sama Chandra. Cewek-cewek yang lagi dimabuk

    popularitas itu, betul-betul lupa kalo yang Chandra omongin bisa

    aja sebetulnya cuma gombal doang. Olga cekikikan. Yah,

    bukannya Olga sok, tapi Olga udah kelewat sering nemuin cowok

    model Chandra. Jadi Olga udah pengalaman, dan nggak mungkin

    Olga terjebak lagi.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    69/136

    www.rajaebookgratis.com

    ***

    Kira-kira pukul setengah lima Chandra nampak tak berani

    beredar lagi. Ia mengunci diri rapat-rapat di kakus. Sementara

    para cewek terus melontarkan makian, sambil sesekali ada yang

    nekat menendang-nendang pintu WC pake ujung sepatunya yanglancip.

    Dasar gombal, lo! Ngomong doang sebakul, tapi hasilnya nggak

    ada!" maki Sri Heruni.

    "Selokan mampet!" semprot Sandra. "Tukang obral janji!"

    Sedang Sinta hampir menangis karena kesal. Ternyata para cewek

    yang tadi manis-manis dan penuh rayuan itu, bisa berubah jadi

    drakula begitu hasil screen test diumumin. Yah, mereka pantes

    marah, sebab setelah mentraktir dan merayu Chandra abis-

    abisan, toh nama mereka nggak tercantum di papan

    pengumuman sebagai peserta yang lulus.

    Di pojokan yang agak sepi, sambil membenahi tasnya Olga terus

    cekikikan. Olga senang, karen dialah satu-satunya peserta yang

    lulus. Olga juga senang karena berhasil membuktikan bahwa

    omongan Chandra sebetulnya cuma gombal biasa.

    Waktu Olga melangkahkan kakinya ke luar, Olga melihat cewek-

    cewek yang centil tadi mencegat taksi sambil ngomel-ngomel.

    Olga bergumam, "Saatnya mikirin isi daripada bungkusnya...." .

    6. ADUH, RUWETNYA!

    SEPULANG sekolah Olga gak langsung pulang, atau mampir ke

    Radio Ga Ga kayak biasa-biasanya, tapi langsung ke kantor teve

    swasta yang kantor daruratnya berdempetan dengan pasar

    swalayan. Ya, ini hari pertama Olga kerja di teve swasta yang

    namanya masih ragu-ragu antara SMTM TV dan SSGSM TV itu.

    SMTM TV adalah kependekan dari Sekali Mengudara Tetap

    Mengudara lah ya.... Sedang SSGSM TV adalah Seneng Setel Gak

    Seneng Matiin.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    70/136

    www.rajaebookgratis.com

    Wina yang saban kali pulang sekolah selalu ngintil Olga atau bisa

    juga dibilang diintilin, soalnya yang maksa-maksa ikut memang

    Wina, tapi yang punya Wonder kuning kan juga Wina, kali ini

    harus rela melepas kepergian Olga di pintu gerbang sekolah.

    "Jadi lo betul-betul tega ninggalin gue, Ol? Gue betul-betul kagakboleh turut tut... tut.....?" seru Wina begitu permintaannya ditolak

    Olga.

    "Ini bukan soal tega atau nggak tega, Win. Lo mesti maklum,

    dong, ini kan hari pertama gue masuk kerja di situ. Gue sama

    sekali belon tau suasananya. Sama sekali belon kenal karakter

    tukang parkir sama satpamnya. Pokoknya gue sama sekali belon

    kenal sama semua-semuanya yang ada di situ. Masak tau-tau gue

    udah ngajak temen yang centilnya kayak lo. Kan nggak lucu.Apalagi kalo lo sampe bikin masalah di sono. Maklum aja, Win,

    cowok di sana matanya udah distempel gambar keranjang semua.

    Jangan kata elo, Win, kereta api dibedakin aja mereka udah pada

    napsu," Olga beralasan.

    "Kesimpulannya gue nggak boleh ikut, begitcu?

    "Begitcu!"

    "Kalo gue tetap maksa?"

    "Selamanya lo emang bandel, kayak gue. Tapi gue harap kali ini

    jadilah anak baik, Win. Buat kali ini aja."

    Wina sebetulnya masih mau ngomong, tapi Olga keburu

    memlester mulutnya pake Tensoplast. Wina terpaksa bungkam

    kayak petasan basah.

    "Lain tempo, kalo medannya udah gue kuasain, lo pasti gue a.jak,

    deh, Win. Sekarang lo pulang aja, deh. Cuci kaki, terus bobo.

    Jangan kelayapan. Jangan pacaran di kebon binatang. Jangan

    nginep di rumah temen cowok yang udah kakek-kakek. Apalagi

    sampe bunuh diri di sirkuit Tamiya."

    Wina pun pasrah. Walo hatinya masih resah.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    71/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    72/136

    www.rajaebookgratis.com

    kebetulan, baik kantor dan sekolah sama-sarna punya kebutuhan

    mendesak, maka Olga menyuruh Mami masuk kantor sebagai

    pengganti. Hihihi....

    Sebetulnya begitu tanda tangan kontrak seminggu lalu, Olga

    diminta langsung kerja, tapi Olga minta waktu sampai hari ini.Mau pamitan dengan pimpinan dan ngerapiin sisa kerjanya di

    Radio Ga Ga jadi alasan Olga waktu itu. Tapi sebetulnya Olga

    maksa masuk hari ini biar pas tanggal satu, hingga itungan

    honornya enak. Dan juga Olga mau puas-puasin jalan bareng

    Wina ke mana aja. "Soalnya begitu masuk kerja gue bakal sibuk

    berat, gue khawatir kita bakal jarang ketemu lagi, Win," demikian

    alasan Olga waktu itu. Pantes Wina keliatan sedih waktu Olga mau

    berangkat kerja tadi.***

    Setengah jam lebih Olga dijadiin ikan asin di Metro Mini yang

    penuh sesak dan larinya gila-gilaan itu. Untung, sebelum itu

    Metro nyebur ke Kali Sunter, Olga keburu minta turun.

    Soal Metro nyebur ke Kali Sunter, Olga punya ide konyol juga. Ia

    mau mengusulkan ke para pengelola Metro Mini untuk

    menerapkan peraturan seperti di pesawat terbang. Yaitu, sebelumberangkat, ada pramugari yang memperagakan alat pelampung

    penyelamatan, kalo-kalo nanti busnya nyebur. Hihihi, kan pasti

    seru, tuh. Di sesaknya Metro Mini, ada pramugari cantik

    melenggak-lenggok memperagakan alat pelampung. Tapi yang

    pasti, Olga ogah jadi si peraganya. Bisa-bisa dicolek kondektur!

    Sesampai di kantor TV swasta, Olga langsung disuguhi suasana

    gaduh dan riuh mirip kandang ayam yang isinya seratus ayam

    jago, dan seekor ayam betina. Nah, keseratus ayam jago itu salingberkokok dan berantem memperebutkan si ayam betina. Bisa

    dibayangin kan gimana riuhnya. Apalagi di antara ayam jago yang

    satu dengan lainnya saling nggak mau ngalah.

    Yah, gimana nggak sibuk kalo di siang yang panasnya kayak

    kompor martabak itu, Olga memergoki Chandra lagi bertengger di

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    73/136

    www.rajaebookgratis.com

    atas genteng kantor cuma untuk masang antena RCTI. Sementara

    di bawahnya beberapa kru rame-rame megangin tangga buat naik-

    turun Chandra. Betul-betul kurang kerjaan. Konyolnya, begitu

    ngeliat Olga, Chandra langsung overacting, seolah dia lagi

    ngerjain suatu tugas yang mahaberat dan penting."Nyomaaan...! Cepet, dong, lemparin obeng daripada

    kembangnya...! Juga tangnya...! Juga kunci daripada pasnya...!"

    teriak Chandra pada kru yang bernama Nyoman.

    "Obeng kembang apaaan...! Kembang anggrek apa kembang

    mawaaar...?!" Kru kelahiran Sangeh, Bali, itu membalas

    permintaan Chandra dengan pertanyaan.

    Chandra jelas mangkel.

    "Aduuuh... bego daripada amat, sih, looo...!" teriak Chandra, kesal.

    "Biarin, begoooo...! Saya kerja jadi kru di sini juga lantaran saya

    begooo...!" balas Nyoman dengan teriakan yang nggak kalah keras.

    Akibat saling teriak itu, suasana betul-betul jadi tambah

    semrawut.

    Olga cuma nyengir sebentar, lalu masuk. Chandra yang merasa

    pancingannya nggak dapat simpati dari Olga, jadi uring-uringan.Tanpa basa-basi lagi Chandra langsung nyrosot turun dari atas,

    dan masuk menyusul Olga.

    Di dalam Olga menemui Pak Sanjaya. Oleh Pak Sanjaya, Olga

    dikasih pengarahan akan tugas-tugasnya di situ. Memang status

    Olga di situ adalah penyiar. Tapi karena tevenya sendiri belon

    mengudara, jadi Olga dipersilakan berdiskusi soal acara dengan

    bagian Non-drama. Bagian ini tugasnya merancang acara-acara

    baru, sambil sedikit-banyak nyontek acara orang lain yangkeliatan digemari penonton. Yah, selain biar Olga tau pasti

    tentang acara yang bakal dibawakannya nanti, syukur-syukur

    Olga punya ide bagus buat acara yang lagi dirancang itu.

    Selagi Olga dikasih pengarahan, tiba-tiba pintu terbuka dengan

    paksa. Chandra muncul dengan tubuh keringatan, dan baju awut-

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    74/136

    www.rajaebookgratis.com

    awuan. Pak Sanjaya kaget. Tapi Chandra lebih kaget lagi. Chandra

    sama sekali nggak nyangka kalo Olga lagi ngomong empat mata

    sama Pak Sanjaya. Sebab Pak Sanjaya kalo ngomong sebelah

    matanya selalu ditutup. Dan sebelon Chandra sempat ngomong

    sepatah kata, Pak Sanjaya keburu mendelik ke arahnya. Bagaingeliat tukang tagih utang di siang bolong, Chandra langsung

    ngacrit keluar.

    Selesai di-briefing Pak Sanjaya, Olga ternyata udah ditunggu

    Chandra di luar. Dan belum lagi Olga sempat menghirup udara

    segar, Chandra sudah memberondongnya dengan seribu satu

    macam perkataan.

    "Selamat datang, dan selamat bekerja di kantor daripada baru, Ol.

    Masih ingat kan, sama daripada saya, Chandra?" sapa Chandra.

    Olga tersenyum.

    Merasa dapat reaksi simpatik dari Olga, Chandra jadi makin

    overacting. Dan supaya dibilang berpengaruh, Chandra juga sok

    menjelaskan apa tugas dan fungsi Olga di situ, satu hal yang

    sebetulnya percuma. Sebab Olga udah dapat penjelasan

    selengkap-lengkapnya dari Pak Sanjaya. Tapi Chandra nggak

    peduli. Maklum aja kalo Olga jadi sebel setengah mati, danmenanggapi semua omongan Chandra dengan dingin. Apalagi

    penjelasan Chandra sekadar ngalor-ngidul nggak tentu arah.

    "Walau kamu daripada penyiar di sini, tapi kamu harus aktif

    bantu-bantu yang lain. Seperti saya, walau saya sebetulnya bagian

    daripada manajer, tapi saya tetap ringan daripada tangan dalam

    membantu pekerjaan orang lain. Seperti naik ke d ripada genteng

    itu tadi. Pokoknya kita harus daripada aktiflah, biar pimpinan

    senang daripada sama kita. Oh ya, kamu sudah makan daripadabelum, Ol? Kita makan daripada bareng, yuk? Asal tau aja,

    nemenin saya makan termasuk bagian daripada kerja kamu di

    sini!" Bisa ditebak buntut dari omongan Chandra akhirnya ke situ-

    situ juga.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    75/136

    www.rajaebookgratis.com

    Olga yang udah lama sebel ampir aja menyiram muka Chandra

    pakai Aqua anget yang baru diambilnya dari dispenser. Untung

    Pak Sanjaya keburu nongol, dan langsung menghardik Chandra.

    "Chandla, ngapain kamu? Cepat ke belakang. Tugas kamu di sini

    jaga disel, bukan ngomong-ngomong melulu. Saya akuin sebagaitukang disel kamu memang paling lapi. Pake dasi, pake setelan

    bagus, tapi itu kan bukan belalti kamu lepas tanggung jawab

    sebagai tukang jaga disel," Pak Sanjaya memaki-maki tak

    terkendali. Semua orang menatap ke arah Chandra. Chandra-

    langsung ngacrit ke belakang. Rasanya semua modal Chandra

    yang udah dijual habis saat itu. Olga cekikikan. Lalu Pak Sanjaya

    tersenyum manis ke arah Olga. Lalu Olga dikenalin oleh Pak

    Sanjaya ke pegawai yang lain. Lalu Olga diantar ke meja kerjanya.Lalu Pak Sanjaya balik lagi ke ruangannya.

    ***

    Ternyata si trouble maker di TV swasta itu nggak cuma Chandra.

    Yah, setelah enam belas hari kerja di situ, Olga udah bisa

    mencium banyak hal yang sebelumnya nggak keliatan. Olga mulai

    bisa mencium beberapa hal yang kurang beres. Dari soal sistem

    kerja sampai para pegawai yang suka overacting.

    Olga baru sadar kerja memang nggak gampang. Dunia kerja

    adalah dunia yang merepotkan dan bikin stres. Padahal ini bukan

    yang pertama Olga kerja. Seenggaknya Olga pernah kerja di Radio

    Ga Ga.

    "Tapi waktu di Radio Ga Ga gue boleh dibilang masih setengah

    main-main daripada kerja. Jadinya yang ada cuma hepi terus.

    Sekarang gue kayak hidup di dunia yang aneh. Siang masuk, sore

    pulang. Rasanya baru kemaren kita ada di situ, eh, tau-taubesoknya kita udah ada di situ lagi. Begitu seterusnya. Pokoknya

    suntuk banget, deh. Yah, gimana nggak suntuk kalo tiap hari kita

    ngeliat lingkungan yang itu-itu terus, orang yang itu-itu terus, dan

    kerjaan yang itu-itu terus," cerita Olga pada Wina di satu hari

    Minggu yang mendung. Wina yang dengerin cuma bisa melongo,

    sambil sesekali menggigit hamburger big mac.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    76/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    77/136

    www.rajaebookgratis.com

    supaya ikutan rapat harian, yang diadain tiap hari, nggak peduli

    ujan atau panas. Olga lalu buru-buru lari ke meja kerjanya buat

    naro tas, terus lari ke ruang meeting.

    "Silakan duduk di sini, Ol!" tawar Pak Stefan begitu Olga sampe di

    ruang meeting. Nah, ini yang bikin Olga males. Soalnya Pak Stefanitu orangnya genit. Kadang kalo duduk deket Pak Stefan, Olga

    sampe merasa dirinya sabun, sebab suka dicolak-colek. Pak Stefan

    ini, menurut Olga, kurang begitu kece. Perutnya gendut, kakinya

    pendek, makanya kalo jalan rada mirip kecebong. Cuma kumis

    segede pisang ambon di bawah idungnya aja yang ngebedain dia

    dari kecebong. Dia suka ngebahasain dirinya dengan panggilan

    akrab Stef. Biar kesannya muda. Tapi menurut Olga kurang cocok.

    Olga me nggilnya Oom. Abis Olga sebel sama ganjennya. Selainitu Pak Stefan juga sering pamer pengalaman dan suka meneror

    mental anak buahnya. Dia suka ngaku-ngaku punya hubungan

    deket sama atasan, dan udah lebih dari 25 taon kerja di dunia

    teve. Anak-anak pada segen sama Pak Stefan, karena takut

    dipecat. Apalagi kebanyakan mereka belon ada tiga bulan kerja di

    situ, jadi masih dalam masa percobaan. Pantes kalo di depan Pak

    Stefan, anak-anak selalu keliatan sok s buk, walao sebetulnya

    nggak ada yang dikerjain.

    Seperti biasa, meeting berjalan mulus. Artinya anak-anak dengan

    tekun mendengarkan Pak Stefan nyombong soal pengalamannya

    daripada membahas atau merancang materi siaran. Beginilah kalo

    Olga udah ada di ruangan meeting. Pak Stefan sering overacting,

    dan salah tingkah. Olga berkali-kali nguap, tanda udah suntuk

    dengerin Pak Stefan ngoco1.

    Untung menjelang sore meeting yang ngebosenin itu selesai. Olga

    langsung lari ke mejanya. Tapi baru aja Olga mau makan rotibekalnya, tiba-tiba Pak Stefan udah berdiri di depannya.

    "Eh, Oom, makan, Oom!" tawar Olga dengan senyum yang

    dipaksakan.

    Kumis Pak Stefan bergerak tanda tersenyum, sebab bibir Pak

    Stefan kealingan kumis.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    78/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Ada apa, Oom?" tanya Olga.

    "Ah, nggak, Stef cuma mau tanya, apa kamu sudah mengerti

    materi yang kita bahas dalam rapat tadi?"

    "Yah, serian, deh, Oom."

    "Serian bagaimana maksudmu, Ol?"

    "Yah sebagian ngerti, sebagian nggak."

    Kumis Pak Stefan bergerak lagi.

    "Na, kebetulan kalau begitu!"

    "Kebetulan kenapa, Oom?"

    "Kebetulan karena kamu cuma ngerti sebagian."

    "Kok?"

    "Ya, kebetulan saya lagi ada waktu kosong. Yuk, kamu saya ajak

    keluar untuk menjelaskan sebagian yang kamu nggak ngerti itu.

    Kita cari restoran seafood yang enak dan sepi."

    "Nggak ah, Oom, saya makan roti ini aja!"

    "Eh, jangan gitulah. Lagian apa enaknya makan roti buluk itu?"

    "Yah daripada makan seafood sama Oom, buat saya sih, lebih

    enak makan roti buluk ini sendiri," jawab Olga cuek.

    Pak Stefan jadi salah tingkah, dan mukanya bersemu merah. Dia

    nggak nyangka bakal dap at jawaban begitu dari Olga. Maka tanpa

    bayak cincong lagi Pak Stefan langsung pergi.

    Sedang Olga sama sekali nggak nyangka kalau peristiwa konyol

    itu bakal berbuntut panjang.

    Tiga hari setelah peristiwa itu, mendadak Olga dipanggil

    menghadap Pak Yoyo, kepala personalia di situ.

    "Kamu tau kenapa dipanggil ke sini?" tanya Pak Yoyo sambil

    mengisap cangklongnya. Mukanya terkesan angker.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    79/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Menurut Bapak, saya tau nggak?"

    "Nggak."

    "Saya rasa juga nggak."

    "Bagus.... "

    "Terima kasih, Pak. Bapak mirip Kenny G, deh, kalo lagi ngisep

    cangklong begitu."

    "Terima kasih. Cita-cita saya dulu memang mau jadi tukang tiup

    trompet, karena nggak kesampaian jadi saya niup cangklong ini

    aja, deh. Oh ya begini," Pak Yoyo yang tadi udah mulai ramah, lalu

    memasang wajah angker lagi. "sengaja kamu dipanggil ke sini

    sebab saya dapat laporan yang buruk tentang kamu."

    "Buruk gimana, Pak?"

    "Yah, pokoknya kamu sudah mulai bandellah!"

    "Bapak dapat laporan dari mana?"

    "Itu nggak penting. Yang jelas laporan itu saya dapat dari orang

    yang patut dipercaya."

    "Apa isi laporannya, Pak?"

    "Nah, itu yang akan saya katakan. Saya dengar kamu nggak mau

    menaati peraturan perusahaan. Bahkan kamu sudah berani

    menolak keinginan pimpinan. Padahal pimpinan itu kan

    bermaksud baik."

    Ditilik dari kalimat Pak Yoyo yang menjurus itu, Olga akhirnya

    paham, pasti si kecebong kumisan itu yang melapor. Dan gara-

    gara si kecebong itu, Olga jadi dipanggil ke sini."Saya menyesal Bapak percaya aja sama laporan itu. Mestinya

    Bapak menyelidiki dulu kebenarannya," Olga mulai berani

    membantah.

    "Nah, ini satu bukti kamu sudah berani melawan atasan. Saya jadi

    makin percaya sama laporan itu. Olga, kamu mestinya ingat, salah

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    80/136

    www.rajaebookgratis.com

    satu peraturan di sini adalah, kamu harus ikut kata-kata

    atasanmu. Baik atau buruk. Jangan membantah."

    "Tapi, Pak...."

    "Eh, dibilangin jangan membantah! Meski cuma penyiar, nantinyakamu akan jadi karyawan full di sini. Tapi baru kerja, saya sudah

    sering dapat laporan yang tidak baik mengenai kamu. Ketawa

    cekakakan adalah hobi kamu. Menggoda pegawai cowok adalah

    kebiasaan kamu."

    "Tapi, Pak, kalau atasan kita salah?"

    "Ikuti saja dulu kemauannya. Nanti kalau memang dia yang salah,

    dia yang harus tanggung jawab. Mengerti? Kalo semua bawahan

    boleh melawan, ya, siapa yang mau tanggung jawab? Ingat,

    perusahaan ini tak butuh orang yang pinter tapi tak mau diajak

    kerja sama. Kalo mau jalan sendiri, ya, keluar aja!"

    Kuping Olga panas seperti diantup tawon. Yah, siapa, sih, yang

    nggak panas dimarahi begitu. Apalagi Olga merasa nggak berbuat

    begitu. Tapi karena posisi Olga sangat lemah, Olga diam aja.

    Cuma pipi dan kupingnya yang memerah menahan kesal.

    ***

    Sekian jam Olga cuma bisa menahan rasa gondok di

    tenggorokannya. Baru pas sampai rumah, Olga bisa

    menumpahkan semua kekesalannya. Olga ngamuk sejadi-jadinya.

    Ditendangnya pintu halaman keras-keras. Nggak cukup puas,

    Olga juga membanting semua pot tanaman kesayangan Mami

    yang bertengger di teras. Si Pusi, kucing tetangga yang biasanya

    jadi kesayangan Olga, langsung ditendang begitu mendekat.

    Kontan si Pusi menjerit keras sekali.

    Mami dan Papi yang lagi asyik. minum kopi sambil baca majalah,

    jelas kaget. Mereka bangkit dari bangkunya, dan segera menyerbu

    keluar.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    81/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    82/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Ya, kamu baru diomelin gitu aja udah ngambek. Itu kan biasa.

    Namanya juga orang kerja. Papi aja ampir tiap hari diomelin di

    kantor," jelas Papi.

    "Ya, kamu persis Papi waktu baru kerja dulu. Papi juga ngambek

    waktu diomelin sama bosnya," timpal Mami.

    "Ya waktu itu Papi masih bego. Tapi setelah kerja puluhan tahun,

    Papi akhirnya tau kalau hal itu biasa. Bos di mana-mana

    kerjaannya memang cuma ngomel," kata Papi lagi.

    "Olga, sih, mau aja diomelin, kalo emang Olga salah. Tapi ini Olga

    nggak salah apa-apa, Olga difitnah."

    Papi ketawa lagi.

    "Olga... Olga... dasar kamu masih polos. Fitnah dan sikut-sikutan

    itu juga hal biasa dalam dunia kerja," tandas Papi lagi.

    "Masa bodo, pokoknya mulai besok Olga mau berenti!"

    Papi cekikikan.

    "Mi... sejak kapan anak kita jadi lembek begitu. Kok, udah nyerah

    kalah sebelum perang."

    "Apa, sih, maksud Papi?" Olga jadi penasaran.

    "Kalo kamu sampe berenti, berarti kamu lembek. Kamu belon bisa

    menguasai emosi. Perkara begitu aja udah bikin kamu buntu

    pikiran. Denger, ya, Ol, kalo kamu sampai berenti kerja cuma

    gara-gara diomelin, berarti kamu kalah sebelum bertanding.

    Kamu baru dua minggu kerja di situ. Kamu belum ngebuktiin

    prestasi apa-apa. Kok udah mau berenti. Paling-paling kalo kamu

    keluar dari situ, kamu cuma jadi bahan tertawaan. Kamu harus

    ingat satu hal, kebenaran selalu menemui jalannya!"

    "Ah, Papi...." Olga mulai ragu.

    "Iya, Papi, sih, nggak apa-apa kamu mau berenti, tapi setelah

    kamu bikin prestasi di situ. Kamu harus buktikan bahwa kamu

    punya potensi. Kamu harus bikin pimpinan kamu sangat butuh

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    83/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    84/136

    www.rajaebookgratis.com

    Papi mengucek-ngucek matanya, karena kagum melihat cara

    makan Mami yang gila-gilaan itu. "Luar biasa, steak - segede gitu

    kamu abisin cuma dengan dua kali caplokan, Mi?" tanya Papi

    kagum. Tapi belum lagi Mami sempat nyombong, tiba-tiba dengan

    santainya Papi menaruh sepotong sirloin steak di mulutya, danmenelannya bulat-bulat. Kini balik Mami yang terkagum-kagum.

    "Oh, my-God... dari mana Papi belajar itu...?" desis Mami.

    Wina yang duduk di samping Mami cuma cekikikan. "Itu, mah,

    nggak seberapa," Wina berkata cuek, kemudian dengan gerakan

    fantastis Wina memasukkan dua potong lambchop Ke mulutnya,

    dan menelannya sekaligus Kini semua melongo. Tak terkecuali

    Olga.

    "Huh, ini sama dengan buang garem ke air laut!" sungut Olga

    sengit.

    "Yah, nggak apa-apa, kan, biar lautnya tambah asin," tukas Wina..

    "Tambah lagi ya, Ol? Wina menyelesaikan kalimatnya dengan

    sinar mata seperti orang kelaparan.

    "Iya, Ol?" dukung Papi dan Mami nyaris berbarengan. Sinar

    matanya juga persis orang yang nggak makan seminggu.

    Olga mendelik.

    "Not again! Olga memang janji nraktir, tapi bukan berarti Papi,

    Mami, dan kamu, Win. bisa ngerampok saya seenaknya. Masa

    makan steak semahal ini sampe nambah? Kalo diturutin, mungkin

    besok duit. Olga sisa seratus perak. Buat naik bajaj pulang aja

    nggak cukup!" sembur Olga sambil beranjak dari bangkunya.

    "Sekarang kita bubar!" bentak Olga lagi.

    Wina, Papi, dan Mami mendesis berbarengan, "Ha, pulang? Jadi

    kamu betul-betul nggak berniat nawarin kita lagi?"

    "Nggak!" jawab Olga ketus. Tapi Wina, Papi, dan Mami malah

    tersenyum sambil menepuk-nepuk perutnya yang kekenyangan.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    85/136

    www.rajaebookgratis.com

    Mereka lalu mengikuti langkah Olga dengan seulas senyum

    bahagia menghias di bibir masing-masing. Yah, tentu aja Papi,

    Mami, dan Wina senang, karena rasanya baru kali ini mereka bisa

    ngerjain Olga dengan sukses.

    Tapi apa sebab hari ini Olga bisa mendadak baik mau nraktirPapi, Mami, dan Wina? Yang jelas ini ada kaitannya dengan janji

    Olga beberapa waktu lalu. Dia janji mau nraktir Mami, kalau

    dapat gaji dari kantornya. Nah, kemarin Olga baru dapet gaji

    pertamanya dari TV swasta. Dan sesuai janji, Olga lalu mengajak

    Mami ke Sizzler. Mami udah ngimpi-ngimpi terus mau makan

    steak enak. Dan biar lebih seru, Papi dan Wina juga diajak. Tapi

    ternyata Olga malah dikerjain abis-abisan. "Soalnya kalo nggak

    sekarang, kapan lagi kita bisa ngerjain Olga. Mumpung Olga lagibanyak duit," alasan Papi, yang disambut dengan meriah oleh

    Mami dan Wina.

    Yah, sebetulnya Olga juga nggak perlu nyesel. Toh, Olga bisa

    bertahan kerja di kantor TV swasta itu juga berkat Papi. Rupanya

    setelah dapet dorongan moral dari Papi, Olga akhirnya

    memutuskan tetap kerja. Lagian kontrak Olga yang setahun itu

    kan nggak bisa diputus begitu aja. Olga merasa omongan Papi

    banyak betulnya juga. Olga memang harus berprestasi dikantornya.

    Itulah yang bikin Olga jadi makin mantap ngejalanin hari-harinya

    di. TV swasta tersebut. Walau sebetulnya masalah yang timbul di

    kantornya bukan berkurang, tapi justru makin banyak, dan makin

    ruwet. Kadang bikin Olga stres berat. Di kantor Olga memang

    sangat banyak orang yang suka bikin pusing kepalanya sendiri.

    Sebab kebanyakan masalah yang timbul nggak ada manfaatnya

    bagi pekerjaan. Sering-sering masalah itu timbul hanya karenakurangnya pengalaman, dan ambisi pribadi.

    ***

    "Kenalin, nama saya Bimbi! Lengkapnya Bimbi Simsalabim!" tukas

    seorang cowok pendek yang tampangnya boros. Maksudnya,

    umur baru twenty-something, tampang udah fourty-something.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    86/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    87/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Kalo boleh tau, sebetulnya apa, sih, acara yang lagi Mas rancang.

    Kok kedengerannya hebat betul?"

    "Hm... jelas aja hebat. Saya dan teman-teman lagi merancang

    acara Kuis Teba -tebak Buah Manggis. Kuis ini beda sama kuis-

    kuis yang pernah ada. Kuis ini sangat orisinal dan menarik. Sayayakin kuis ini pasti akan jadi favorit bagi penonton," cerocos

    Bimbi lagi.

    "Ya, hebat sih hebat, tapi apanya dong, yang hebat?" tanya Olga

    isen g.

    Bimbi demi ditanya begitu, jadi makin bangga. "O, letak hebatnya,

    mah, di mana-mana. Coba aja bayangin, nanti tiap peserta kuis

    kita suruh adu mirip-miripan ngegambar buntut ayam. Selain itumereka juga kita suruh menirukan suara tukang sate madura,

    atau tukang roti, atau suara orang adu balap dingklik.

    Pemenangnya tentu aja yang bisa menirukan dengan persis." .

    "Lalu apa lagi, Mas?" tanya Olga sambil menahan tawa, karena

    Olga merasa apa yang diomongin Bimbi sama sekali nggak lucu.

    Tapi Bimbi malah makin semangat menjelaskan.

    "Di session berikutnya, ini session yang paling sulit dan menarik,

    para peserta kuis kita kasih liat gambar manggis, duren, dan ra

    butan berikut isinya. Kemudian peserta kuis itu kita suruh

    menunjukkan mana isi buah duren, rambutan, dan manggis itu

    secara tepat. Nah, gimana menurut kamu, orisinal, kan?" jawab

    Bimbi dengan penuh keyakinan.

    Akhirnya Olga nggak kuasa lagi menahan tawanya. Tawa Olga

    meledak seiringan dengan habisnya kalimat Bimbi. Bimbi jelas

    tersinggung.

    "Lho, kenapa?" tanya Bimbi penuh rasa curiga

    "Ah, nggak apa-apa, cuma lucu aja," jawab Olga sekenanya.

    Bimbi tersenyum. Girang karena merasa kuis rancangannya

    dianggap lucu. Lalu tukas Bimbi, "Yah, memang sengaja kuis itu

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    88/136

    www.rajaebookgratis.com

    saya rancang selucu mungkin. Karena sekarang ini apa yang lucu-

    lucu lagi digemari masyarakat. Itu makanya saya yakin kuis ini

    pasti bakal jadi favorit."

    Lalu Olga pun tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Bimbi mengira

    Olga ketawa karena salut, maka Bimbi pun senang. Padahal Olgaketawa karena betul-betul merasa lucu, sebab ternyata kuis yang

    digembar-gemborkan Bimbi cuma segitu. Nggak lebih bagus dari

    mainan anak SD.

    Itulah perkenalan Olga dengan Bimbi, ketika pertama kali Olga

    ngegabung dengan grup Bimbi. Sebuah perkenalan yang kurang

    mengesankan.

    ***

    Di hari berikutnya, ketika Olga udah makin kenal Bimbi, Olga

    akhimya bisa mengambil kesimpulan kalau Bimbi termasuk orang

    yang suka bikin pusing kepalanya sendiri. Sok pinter.

    Ngomongnya berbusa-busa. Kalo berdebat maunya menang

    sendiri. Keras kepala. Dan yang paling parah, tukang ngibul.

    Bimbi juga suka mikirin masalah yang seharusnya bukan urusan

    dia. Tapi sebetulnya Bimbi hatinya baik. Kalo udah suka sama

    orang, dia bisa setia setengah mati dan sangat perhatian.

    Tapi tadi waktu Olga masuk kantor, diliatnya Bimbi lagi duduk di

    pojokan sambil mengelus-elus kumisnya yang tumbuh lebat. Tapi

    saat itu wajah Bimbi keliatan sangat sedih. Ini nggak biasa-

    biasanya. Apalagi di sampingnya Levi Koek, cewek Yogya yang

    sarjana komunikasi, juga keliatan sedih. Begitu juga Jakob

    Terkondor, si anak Manado yang suka senyum. Semuanya temen

    Olga segrup pada pasang muka sekusut benang jait yang diceker-

    ceker ayam. Olga demi ngeliat temen-temennya lagi pada sedih;langsung ngedeketin dan menegur Bimbi.

    "Ada apa, Mas, kok suasananya jadi mendung begini?"

    "Ini tragedi nasional, Olga, tragedi nasional," jelas Bimbi dengan

    penuh semangat. Reaksi Bimbi betul-betul di luar dugaan. Olga

    aja sampe kaget sendiri.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    89/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    90/136

    www.rajaebookgratis.com

    cengar-cengir bajing. Tapi Olga nggak berani ngomong langsung

    apa yang bikin dia cengar-cengir. Olga takut Bimbi, Jakob, dan

    Levi tersinggung. Padahal kalo boleh ngomong langsung, Olga

    pengen ngomong begini, seperti yang Olga omongin ke Wina

    sehari sesudah pertemuannya dengan Bimbi cs."Yah, wajar aja kalo kuis jelek begitu ditolak. Nggak perlu sewot,

    dong! Malah dengan menolak kuis itu, berarti sebagai pimpinan,

    Pak Jaya cukup pinter dan cukup bijaksana. Dia udah berhasil

    nyelametin perusahaan dari kebangkrutan," tukas Olga berapi-api.

    Wina nanggapin omongan Olga dengan lebih berapi-api, sampai

    sebagian roknya kebakaran.

    "Betul, Ol, rasanya dari sekian banyak kuis yang ada di TV, kuis

    rancangan temen lo itu adalah kuis paling jelek yang pernah gue

    tau! Nggak ada menarik-menariknya."

    "Nah, tu kan, lo aja yang rada bego bilang kuis itu nggak menarik

    sama sekali. Apalagi orang lain yang nggak sebego elo?" tukas

    Olga lagi.

    "Ah, sialan lo, Ol!"

    ***

    Peristiwa penolakan itu ternyata berbuntut agak panjang. Bimbi

    jadi keliatan males kerja. Karena Bimbi-nya males, anak buahnya

    jadi ikut-ikutan males. Kadang mereka seharian cuma tidur-

    tiduran atau main congklak di kantor. Sedang Bimbi nampaknya

    lebih suka mengisi hari-hari lesunya dengan asyik ngeliatin muka

    Levi Koek yang bunder kayak martabak itu. Mereka betul-betul

    kecewa, dan rasa kecewa itu sepertinya ingin diliat siapa pun.Semula Pak Jaya cuek aja. Tapi karena TV udah harus mengudara

    dalam waktu dekat, terpaksa Pak Jaya meminta Bimbi cs harus

    punya program yang final dalam akhir bulan ini. Bimbi cs pun

    kembali mulai bekerja merancang kuis. Beberapa kuis dirancang

    sekaligus dalam seminggu, dan dengan semangat kerja yang

    sangat kendor. Nggak salah lagi, begitu disodorin ke Pak Jaya,

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    91/136

    www.rajaebookgratis.com

    rancangan kuis itu langsung ditolak mentah-mentah. Kali ini

    malah sambil dimaki-maki. Rupanya Pak Jaya udah nggak kuasa

    lagi menahan emosinya ngeliat kebegoan Bimbi cs.

    "Kalian kerja yang serius, dong! Masak bikin kuis nggak lebih

    bagus daripada tebak-tebakan anak kecil," rutuk Pak Jaya.

    Bimbi nginyem.

    Yah, tanpa dijelasin pun rasanya Olga tau kuis macam apa yang

    disodorin Bimbi ke Pak Jaya. Sebab kuis yang dirancang

    berminggu-minggu dengan serius pun, hasilnya jelek minta

    ampun. Apalagi ini, kuis yang dirancang borongan dalam

    seminggu, dan dengan semangat kerja yang kendor, sekendor

    karet kolor tua.

    "Aku benci. Benci. Benciiiiiii!!!!" maki Bimbi.

    "Aku dongkol. Dongkol. Dongkoooooool!" balas Levi.

    Sedang Jakob menutup mulut rapat. Olga senyam-senyum.

    "Eh, iseng-iseng kita bikin sesuatu, yuk? Apaan, kek, untuk

    menumpahkan rasa kesal. Atau ini aja, kita bikin permainan di

    whiteboard. "

    "Permainan apa?" tanya Levi.

    "Permainan buat penyembuhan kepribadian," Bimbi punya ide

    baru lagi. "Kita ini harusnya jangan takut dikritik. Karena kritik

    kan akan membantu kita melihat kelemahan. Setiap orang kan

    punya kelemahan. Dan kadang kita nggak tau kelemahan kita.

    Jadi kita butuh orang lain untuk menunjukkan apa kelemahan

    kita. Jadi setiap hari di white board kita tulis, misalnya, Saya

    benci Levi, karena... Nah, tiap orang berhak meneruskan kalimatitu. Misalnya, mukanya kayak martabak, karena di giginya suka

    ada cabe... dan lain-lain. Kan seru? Buat becandaan aja...."

    "Wah, itu ide bagus!!!" reaksi Olga paling spontan. Soalnya dengan

    begitu, Olga ngerasa bisa numpahin unek-uneknya dalam ngritik

    orang dengan lebih leluasa.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    92/136

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    93/136

    www.rajaebookgratis.com

    kebanyakan wanita, untuk hamil bareng-bareng begitu lolos masa

    percobaan. "Tujuan kita kerja kan cuma supaya dapet biaya

    bersalin gratis," begitu alasan mereka ketika ditanya.

    Sementara itu secara sengaja reporter THE BULLSHIT NEWS

    memergoki Bimbi lagi asyik liburan di Anyer, setelah seharisebelumnya dengan wajah memelas dan mengiba-iba, Bimbi

    minta izin ke personalia untuk suatu urusan keluarga yang sangat

    penting.

    Menanggapi hal itu, kepada reporter THE BULLSHIT NEWS Levi

    Koek berkomentar, "Ah, itu sih trick kuno. Saya sudah

    melakukannya sejak masuk kantor ini!!"

    Menyusuri kehidupan malam yang makin gemerlap, reporter THEBULLSHIT NEWS sempat dibuat kaget ketika mengetahui bahwa

    salah seorang karyawan kantor ini yang bernama Levi Koek,

    ternyata bisa dibooking melalui starko. Hargal Negotiable.

    Menurut sebuah hasil penelitian, ternyata banyak teman kita yang

    suka menggelapkan uang kesehatan dengan pura-pura sakit tapi

    sebetulnya mereka segar bugar. Yang masih terus diteliti adalah

    dari mana mereka bisa memperoleh resep dokter tanpa harus

    sakit?

    Salah seorang penulis naskah drama bernama Rocky Muller

    menegaskan, jam masuk kantor tidak boleh mengganggu jam

    bangun tidurnya. Dan jam pulang kantor, harus berkurang

    setengah jam dari jam yang telah ditentukan.

    Pada terbitan berikutnya, dan berikutnya lagi, koran sehalaman

    itu juga menurunkan berita yang nggak kalah serunya. Misalnya

    ada berita: Beberapa karyawan wanita pengurus acara Nondrama

    belakangan ini mengakui perbuatannya bersantai-santai di musala

    sehabis salat lohor. Konon musala yang full AC itu enak

    digunakan untuk curi-curi waktu istirahat. "Buat ngilangin stres

    dan pegel linu," kata sumber yang tak bisa dipercaya. Asal jangan

    buat pijet aja, ya? "Ya, enggak la ya!!!" kilah mereka sengit! Atau,

    ada berita tentang supervisor l in yang ternyata lebih jago main

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    94/136

    www.rajaebookgratis.com

    game daripada merancang program siaran. Berita lainnya

    menyebutkan, "Sebagian karyawan kantor rame-rame pada sibuk

    jadi sales daripada mikirin kerjaan." Makanya di ujung halaman

    koran, ada sedikit iklan baris: 1) Dijual CD, merek GT-man &

    Crocodile. Baru dua kali pake. Hub. Muller, bth uang buat bayarkoso 2) Tolong beli dasi pornonya Herman, karena doi diancam

    pamannya Ade (pacarnya) kalau tak berhasil menjual. 3) Dicari

    research-writer, syarat: harus bisa menggaji sendiri. Hub. SMTM

    TV. 5) Dijual video bekas: Ju assic Park, pita kusut. Hubungi

    Otong. 6) Dijual batu akik merah delima, kuning tokai, BU, Hub:

    Jaffar.

    Di terbitan berikutnya, masih ada berita konnyol. Tentang

    konglomerat baru. Isinya: Dari majalah Ekonomi Swak, diperolehinfo bahwa seorang konglomerat baru lahir di SMTM TV. Menurut

    majalah itu, Japra, salah seorang penulis drama, memulai bisnis

    di Perkampungan Industri Kecil-kecilan. Dengan modal dasar

    saling percaya, dan tekad bulat membara, Mr. Japra merasa

    optimis dengan usaha tersebut. "Yang penting, bagaimana kita

    melayani konsumen. Konsumen adalah raja, sedang kita adalah

    mahkotanya. Iya, nggak?" katanya mencoba berfalsafah tapi

    nggeladrah.

    Sedang berita lain, mengenai Sudiyanto, yang mengasuh acara

    Gag Show. Yaitu, acara humor di TV. Menurut sumber yang ingin

    sekali disebut namanya, tapi karena tidak komersial percuma aja

    disebutin, buku-buku humor tidak dapat lagi dicari di toko-toko

    buku. Konon diborong oleh Sudiyanto. Ketika ditanyai teman-

    teman dekatnya, mengapa ia melakukan itu, dengan malu-malu

    Sudiyanto menjawab, "Persediaan humor saya sudah habis...!"

    Akibatnya suasana kantor jadi makin panas, karena banyakkaryawan yang merasa kena sentil.

    ***

    Olga dan Lita yang memotori lahirnya koran sehalaman itu, betul-

    betul nggak nyangka suasananya bakal jadi runyam.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    95/136

    www.rajaebookgratis.com

    "Padahal niat kita kan cuma iseng, daripada stres mikirin kerjaan

    yang nggak rampung-rampung," tukas Lita pada Olga, sepulang

    kantor. Rupanya dua anak itu agak takut juga akibat dari

    perbuatannya.

    Tadi siang memang sempat ribut. Bahkan diadakan rapat antardivisi yang membahas soal koran sehalaman itu.

    "Koran ini jelas ingin memecah belah persatuan kita, maka tidak

    ada jalan lain, kita harus seret Olga ke meja yang dicat hijau.

    Kalau perlu kita pecat anak itu, daripada kantor kita hancur lebur

    berantakan sebelum waktunya," tukas Bimbi yang entah kenapa

    keliatan paling. sengit atas terbitnya koran sehalaman versi Olga.

    "Ya, betul, kita harus bikin daripada tindakan. Tuduhan-tuduhanyang dilakukan daripada Olga lewat korannya, sama sekali nggak

    ada dasarnya. Olga asal daripada ngomong seenaknya, tanpa ada

    daripada penelitian lebih dulu," sambut Chandra yang sentimen

    sama Olga, sejak cintanya ditolak mentah-mentah.

    Olga dipanggil Bimbi, dan diintimidasi. "Daya humor kamu bener-

    bener membangkitkan kemarahan orang! Saya nggak mau bertan

    ggung jawab kalau orang-orang sekantor ini marah, dan ramai-

    ramai mengeroyokmu sampai mati. Kamu nggak bisa berkelit,karena bukti-bukti, berupa koran edaran itu, sudah beredar dan

    ada di setiap meja anak-anak. Kamu mbok ya mikir dulu, orang

    suka apa nggak sama koran kamu itu. Jangan asal nyablak aja...."

    Olga agak takut juga dimarahi begitu, meski ia sempet mengelak,

    "Lho, ide itu kan sama aja dengan ide Mas Bimbi yang bikin

    permainan I Hate Levi: because... itu."

    "Tapi ini lain! Lain sama yang saya maksud!"

    Olga diem. Dalam hatinya dia tetap merasa bahwa ide itu

    berangkat dati celetukan Mas Bimbi sendiri. Tapi kenapa dia

    nggak mau mengakui?

    Olga gak bisa berbuat apa-apa. Diem aja.

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    96/136

    www.rajaebookgratis.com

    Dan suara-suara sumbang yang memojokkan Olga masih terus

    terdengar dari para karyawan yang merasa kena sentil. Tapi

    sebetulnya nggak semua membenci Olga. Karena ada juga

    karyawan yang justru suka sama ulah Olga. Bagi mereka yang

    kerjanya bagus, koran Olga bahkan ibarat media yang bisamerasakan suara nati. mereka. Yah, mereka sebetulnya udah lama

    gedeg sama karyawan yang cuma ngarepin gaji tiap bulan, tapi

    kerjanya asal-asalan.

    "Ini baru koran. Bahasanya memikat, dan teknik penyajiannya

    bergaya investigasi yang bisa dipertanggungjawabkan," tukas

    Suryo dari divisi programmer. Siswanto, anak editing,

    ngomongnya juga bernada simpatik, "Saya suka koran bikinan

    Olga, enak dibaca dan perlu!"Tapi apa boleh buat, meski ada yang suka, tapi yang

    membencinya jauh lebih banyak. Atas prakarsa Bimbi dan

    Chandra, akhirnya Olga diseret menghadap Pak Jaya untuk

    diadili.

    Melihat para karyawan menyeret Olga, dan saling ngomong

    dengan nada melebih-lebihkan tentang alasan mereka menyeret

    Olga ke situ, Pak Jaya cuma tersenyum.

    "Nah, Pak, mengingat perbuatannya yang bisa merusak otoritas

    kerja kita, saya pikir adil kalo Olga dipecat aja!" usul Bimbi.

    Pak Jaya tersenyum.

    "Iya, Pak, Bapak kan nggak ingin kantor kita bangkrut cuma gara-

    gara satu orang ini!" tukas Chandra memperkuat.

    Pak Jaya masih tersenyum, lalu akhirnya ngomong.

    "Saya tau.... Saya udah mengikuti kolan sehalaman bikinan Olga

    sejak peltama kali telbit. Dan memang dilihat dali isinya, kolan

    Olga itu..."

    Bimbi, Chandra, dan karyawan lainnya tersenyum, karena ditilik

    dari nada omongannya yang kurang suka, mereka mengira Pak

  • 7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta

    97/136

    www.rajaebookgratis.com

    Jaya bakal marah dan memecat Olga. Tapi kalimat Pak Jaya

    selanjutnya sungguh bikin mereka kaget.

    ".... pellu saya baca. Kalena dali situlah saya bisa memantau cala

    kelja kalian. Telnyata kalian memang blengsek-blengsek semua.

    Kelja kaliatl kagak becus!"

    Bimbi cs melongo. Perasaan mereka seperti disiram bara api.

    Mereka langsung lemes. Olga juga ikut-ikutan lemes, karena sama

    sekali nggak nyangka kalo Pak Jaya bakal ngomong begitu.

    "Sebelon kalian pada bubal dali sini, pellu kalian dengel, kalian.

    jangan pada blengsek lagi kalo kelja. Contoh itu Olga, dia anak

    yang kleatif. Saya suka sama dia. Jalan pikilannya bagus punya....

    Nah, sekalang kalian bubal... bubal.... Saya enek liat muka kalian!"

    Dengan dikomandoi Bimbi dan Chandra, para karyawan satu per

    satu ngacir dari kamar Pak Jaya dengan muka ditekuk. Ketika

    Olga mau keluar ruangan, tiba-tiba Pak Jaya bersuara, "Telima

    kasih, ya, Olga...." Pak Jaya tersenyum. Olga tersenyum.

    Suryo, Lita, dan Siswanto begitu denger Olga menang perkara,

    langsung berteriak gembira. Tapi Olga sendiri berjanji nggak akan

    menerbitkan koran sehalaman lagi. "Daripada hubungan antar

    kita terputus, saya lebih rela menutup koran itu. Di sini kita

    memang belon bisa ngomong sesuai fakta. Orang-orang kita

    masih belum bisa bersikap dewasa dalam menerima kritik. Kita

    maunya dipuji terus," Olga beralasan. . .

    Sorenya ketika Olga mau pulang, di tikungan dekat toilet, tiba-

    tiba Olga mendengar suara bisik-bisik.

    "Maafin saya, Lev, saya nggak bisa ngebales sakit hatimu atas

    koran sehalaman Olga yang selalu menyerang kamu. Tapi, janjikita untuk nonton sore ini nggak batal, kan?"

    Ha, itu kan suara Bimbi. Pantes Bimbi begitu gigih menyerang

    Olga, nggak tau dia ada apa-apa sama Levi Koek, yang kebetulan

    memang sering diserang Olga melalui koran sehalaman.

  • 7/