lupus dlm olga dan tv swasta
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
1/136
www.rajaebookgratis.com
OLGA & TV SWASTA
By : Hilman H
1. GA GA GA GO GO GOYANG!
KALO ada berita seru soal goyangnya Radio Ga Ga, percayalah! Ini
bukan gara-gara antena pemancar Radio Ga Ga yang tinggi
menusuk langit,_ dan kadang-kadang jadi tempat nongkrong
capung pacaran itu kesambar petir. Juga bukan lantaran Radio Ga
Ga udah dikuasai lagu dangdut seperti album minggu TV, yang
bikin para pendengarnya pada goyang-goyang. Bukan. Bukan
karena itu. Yang betul, Radio Ga Ga, radio yang punya penyiarbernama Olga, ditinggalkan para penyiar andalannya. Mereka
rame-rame pada ngungsi ke televisi swasta! Inilah yang bikin
Radio Ga Ga goyang luar-dalam. Guncang lahir dan batin.
Televisi swasta memang lagi marak. Bukan cuma marak
siarannya, tapi juga marak oleh (ehm!) dampak-dampak sosial
ekonomi yang ditimbulkannya. (Idih, kayak omongan pejabat aja,
ya?) Tapi buktinya ya itu tadi, para penyiar Radio Ga Ga yang
semula sangat loyal, akhirnya rela minggat dari Radio Ga Gakarena ngiler sama TV swasta! Umumnya mereka pindah karena
alasan pengen tambah ngetop, dan dapet penghasilan yang lebih
gede.
Bermula dari Eja Sasmita. Salah satu penyiar andalan Radio Ga Ga
itu, tanpa ada angin dan -ujan, mendadak minta berenti.
Usut punya usut, ternyata Eja ditawarin untuk bergabung dengan
salah satu stasiun TV swasta. Mulanya Eja, yang pula ngerangkap
jadi Redaktur Musik Ga Ga itu, cuek aja. Tapi setelah dibujukdengan berbagai iming-iming, toh akhirnya Eja nyerah juga. Eja
sebetulnya kadung cinta sama Ga Ga. Apalagi selama ini Eja gak
niat nyari duit. Selama ini doski kerja cuma buat hepi aja. Sebab
di Ga Ga, Eja cukup banyak punya fans cewek-cewek cantik, yang
kalo nasib lagi mujur, bisa dilaba. Tapi setelah dipikir-pikir,
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
2/136
www.rajaebookgratis.com
ngelaba cewek-cewek itu nggak ada artinya dibanding kerja di TV
swasta. Apalagi di TV swasta kemungkinan besar Eja bisa dapat
fans cewek lebih banyak lagi. Ini yang bikin benteng pertahanan
Eja ambrol.
"Gila, gue harus gimana, nih?" desah Eja pada Aswin, sangoperator baru Ga Ga, di studionya.
"Kenapa, Ja?" tanya Aswin heran.
"Itu TV swasta nawarin gue kerja dengan gaji di atas sejuta
sebulan dan sebuah Vitara warna ijo cincau buat kendaraan
pribadi gue! Oh, hati gue deg-degan, tapi gimana, gue udah
telanjur cinta ama Ga Ga?" desah Eja.
Keandalan Eja Sasmita sebagai penyiar memang sangat dikenal.
Cowok keren yang suka jajan siomai 6 biji tapi selalu ngaku 4 biji
kalo bayar ini, jago memprogram acara-acara musik. Salah satu
acara yang diasuh Eja adalah Top Action. Lagu yang dapat tangga
di situ emang yang bener-bener lagi hit. Maka Eja dianggap pas
menebak selera remaja. Makanya anak-anak muda. yang doyan
musik di Jakarta pasti kenal siapa Eja. Orang-orang penyalur
kaset di Glodok juga tau siapa Eja. Apalagi orang-orang radio.
Bahkan bukan sekali dua Eja dibujuk dengan segepok uang olehpara produser kaset, asal salah satu lagunya bisa masuk Top
Action, tapi Eja nggak bergeming. Yah, Eja memang nggak ada
duanya. Bapaknya cuma bikin satu.
"Menurut gue lo terima aja tawaran itu. Kerja di TV prospeknya
bagus. Masa depannya cerah. Tuanya indah. Daripada di sini? Apa
yang lo harap di sini? Cewek? Ah, masak iya dalam hidup cuma
cewek aja yang lo pikirin?" bujuk Aswin.
Eja memijit-mijit ujung jidatnya dengan jari telunjuk dan jempol
tangan kanannya. Udara dingin di studio tak mampu membuat
Eja tenang.
"Ah, gue bingung! Gue betul-betul bingung. Gue seperti
dihadapkan pada buah lobi-lobi. Dimakan asem, kagak dimakan
bikin iler gue netes!" tukas Eja.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
3/136
www.rajaebookgratis.com
"Ja, sekarang ini eranya TV. Ini masa depannya TV. Siapa yang
bisa menguasai TV, maka dia yang akan memimpin dunia. Paling
nggak kalo lo kerja di TV lo bisa kenal para penguasa dunia,
sebab acara Dunia Dalam Berita setiap malam selalu diisi oleh
para penguasa dunia. Hehehe....""Gue tau itu. Tapi gue amat sangat bingung! Gimana juga, Radio
Ga Ga udah ikut ngebesarin gue. Gue belajar mulai dari nol,
sampe akhirnya gue jadi programmer jempolan."
"Ja; nggak ada gunanya lo inget-inget masa lalu. Sekarang ya
sekarang. TV swasta lagi nge-trend, itu yang perlu lo inget. Nah,
daripada bingung, terima aja tawaran itu. Buat masa depan lo
juga," bujuk Aswin lagi.
"Iya deh, gue nyerah. Selamat tinggal Radio Ga Ga, selamat
tinggal, sayang...! Oh!" Air mata Eja menetes. Tes... tes....
Eja lalu menciumi semua kaset yang ada di ruang studio. Semua
plat, semua CD (bukan celana dalam, lho!), semua cat, semua
mikser, semua pembersih head, pokoknya semua yang ada di
studio, semua yang pernah setia menemaninya selama bertugas
sebagai penyiar Radio Ga Ga. Bahkan bukan cuma sekali
nyiumnya. Tapi berkali-kali. Sampe bibir Eja jontor. Aswinbingung. Hampir saja ia ikut dicium Eja kalo tak cepat lari keluar
studio.
Oh, good-bye!" ucap Eja mengucapkan salam terakhir buat Radio
Ga Ga. Yah, akhirnya seorang Eja pergi meninggalkan Radio Ga
Ga.
So pasti keluarnya Eja dari Radio Ga Ga menyentak kalbu semua
orang Ga Ga. Dan diam-diam para penyiar lain berharap dapat
tawaran dari TV swasta seperti halnya Eja. Akibatnya Radio Ga Ga
makin goyang, begitu besoknya Mbak Santi, asisten Mbak Vera,
yang jagoan nyari iklan ikutan pindah ke TV swasta. Kayaknya
mereka kompakan. Padahal enggak. Ini cuma kebetulan saja.
Nggak ada yang merekayasa kepindahan mereka, kecuali mereka
sendiri yang memang tergiur dengan TV swasta.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
4/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
5/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
6/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
7/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
8/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
9/136
www.rajaebookgratis.com
"Kenapa saya sampai lupa bikin regenerasi. Oh!" Kening Ray
berdenyut-denyut.
***
Kini suasana Radio Ga Ga makin genting! Seminggu setelah orang-orang andal Ga Ga keluar, muncul banyak tanggapan dari para
pendengar setia Radio Ga Ga. Mereka menelepon dan bertanya,
"Hei, pada ke mana, nih, orang-orang jagoannya Ga Ga? Kok,
nggak pernah kedengaran lagi suaranya?"
"A-anu," jawab Ray berkeringat dingin, "mereka lagi pada cuti...."
"Cuti, kok, rame-rame, sih?" protes si pendengar lagi. "Apa
mereka udah nggak butuh kita-kita lagi, ya?"
"Oh, t-tidak, tidak. Ga Ga masih butuh kamu semua. Mereka kita
kasih cuti massal. Biar asyik gitu, lho."
Taunya perhatian bukan cuma datang dari pendengar, tapi juga
dari seorang wartawan tabloid yang mendesak Ray untuk
wawancara, walau Mas Ray sudah ngumpet selama tiga hari tiga
malam di WC kantor. Mas Ray tau, pasti wartawan itu bakal
nanyain para penyiar Radio Ga Ga yang pada keluar.
Akhirnya setelah berjuang dengan keras, wawancara terlaksana
juga dengan Mas Ray yang masih tetap di dalam WC.
"Ngemeng-ngemeng pade ke mane, nih, tukang cuap-cuap andelan
ente?" tanya si wartawan tabloid yang rupanya berasal dari Betawi
itu dari luar WC.
Mas Ray dengan cara yang kurang sistematis dan ruwet, bilang ke
wartawan itu kalau para penyiarnya pada keluar karena memang
udah dipersiapkan oleh Radio Ga Ga. Karena Radio Ga Ga mautampil lebih keren nantinya. Jawaban itu keluar dari dalam WC.
"Jadi konkretnyeaje, deh, gimane?" kejar si wartawan tabloid.
"Ya begitu, jadi yang tua-tua itu kita singkirkan dulu buat
digantiin same yang muda-muda. Ini kan perlu, supaya kita nggak
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
10/136
www.rajaebookgratis.com
menyiksa para orang tua itu dengan menyuruhnya terus-menerus
menduduki jabatan," Ray asal jawab.
"Tapi mereka belum terlalu tua, kan?" tanya wartawan.
"Ya, ya, dari usia memang belum terlalu tua, tapi kita kepengenlebih fresh lagi. Anda tau Olga, kan? Nah, kita pengen semua
penyiar di sini sepantaran dialah...."
"Mereka sudah dipersiapkan sejak kapan?"
"Ya, setahun yang lalu."
"Bisa saya bertemu dengan mereka?"
"Oh, nanti! Nanti saja. Mereka sedang dikarantina. "
"Tapi apa mereka dijamin bisa menjaga reputasi Ga Ga?"
"Saya jamin! Flexi Save... oh sori, itu mah iklan bank!"
Wawancara antara si wartawan dan Mas Ray berlangsung selama
tiga hari tiga malam. Tapi nampaknya si wartawan merasa belum
puas untuk segera menuliskan laporannya. Karena menurut si
wartawan masih terlalu banyak fakta yang dipalsukan. Karena itu
si wartawan menyempatkan diri untuk bertemu Eja Sasmita, Santi
Tulatulit, Vivi Noviana, dan Rieta Bule. Yah, ternyata ulet juga
wartawan tabloid dari Betawi itu, karena biasanya wartawan kita
sudah cukup puas dengan segala fakta yang dipalsukan. Akhirnya
jerih payah si wartawan Betawi membawa hasil. Karena dari Eja cs
dia mendapat fakta berharga, yang berlawanan dengan apa yang
telah didapat dari Ray.
"Hih, enak aja dia bilang kita ditendang!" bantah Eja. "Asal tau aja,
kita keluar dari radio Ga Ga bukan karena ditendang, tapi karena
pindah ke TV swasta. Bahkan waktu saya bilang mau keluar, dia
seperti ingin menangis! Tadinya saya nggak tega. Tapi sekarang,
setelah saya tau dia ngomong begitu ke Mas, saya jadi nyesel,
kenapa nggak dari dulu aja saya tinggalkan Ga Ga! Brengsek si
Ray itu!" sam bung Eja penuh emosi.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
11/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
12/136
www.rajaebookgratis.com
Para karyawan Ga Ga bergerombol di depan pintu kerja Mas Ray.
Sedetik, dua detik, belum ada reaksi. Tapi lewat setengah menit
kemudian, mereka mendengar auman yang amat dahsyat!
"Huaaaaa! Huaaaa! Huuuu, huuuu, huuuuaaaa!"
"Betul, kan, kata saya!" teriak Retno.
"Yes!" teriak. semua karyawan sambil mengepalkan tangan kayak
orang menang lotre!
***
Sore itu di rumah Olga. Tabloid itu sudah lecek. Tapi diambil dan
dibaca lagi oleh Olga.
"E-m-p-a-t P-e-n-y-i-a-r R-a-d-i-o G-a-G-a H-e-n-g-k-a-n-g...," desis
Olga, entah untuk yang keberapa kalinya.
Dan Olga sedih. Dia tak tega radionya goyang seperti itu.
Tapi yang membuatnya lebih goyang lagi adalah ketika kemaren
sore, ada salah seorang direksi TV swasta menelepon Olga. Dia
berminat memakai Olga untuk memandu salah satu acara kuis di
TV- nya. Olga tentu aja jadi pusing. Dia sebetulnya ingin
mengikuti jejak keempat kawannya. Tapi Olga nggak enak samaMbak Vera. S lama ini Mbak Vera sangat baik sama Olga. Olga
nggak tega menyakiti hati Mbak Vera. Apalagi Mbak Vera wanti-
wanti berpesan supaya Olga nggak usah ikut-ikutan jejak
temannya.
"Ol Makan dulu!" teriak Mami dari luar.
Olga tersentak. Tabloid di tangannya jatuh. Tapi Olga
memungutnya lagi.
"Bentar, Mi!" jawab Olga.
"Kalau gitu temani Mami nonton tipi, dong! Ceritanya seru, nih!
Kalau nonton sendirian nggak enak, Ol!" teriak Mami lagi.
Olga keluar dan menemui maminya.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
13/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
14/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
15/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
16/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
17/136
www.rajaebookgratis.com
"Aye belon lapar, Mak!" Somad sok manja. Emak makin gedek. Itu
bulu ketek udah menyemburat kayak tembako dari sela-sela
pangkal lengan, masih sok manja. Jijai, batin si Emak.
"Perut aye masih pul teng." Somad mengelus-elus perutnya.
"Gile lot Lo ngegadoin sarung bantal ape, udah gini ari masih
belon lapar juga?" sembur Emak kalap.
"Iye, iye, aye makan," kata Somad kemudian. Tapi dalam hatinya,
"Sebodo, sebodo.....
Somad makan dengan tidak selera. Tapi nasi setengah bakul
sempet ludes.
"Naa, gitu, dong. Sedih boleh aje, tapi makan kudu jalan terus!"tuah Emak.
Setelah makan Somad masuk kamar lagi dan mengurung diri lagi.
Dan kembali bicara, "Sebodo, sebodo, sebodo!"
"Aduh!" keluh Emak sebel.
***
Somad jadi agak gokil. Gara-garanya sebetulnya sepele. Ia udah
seminggu lebih kagak pernah dengar suara lembut Olga. Ooo, jadi
Olga?
"Iye, aye begini gara-gara Olga," desah Somad di depan cermin
segitiganya, "Oh, mirror mirror on the wall, di mana, sih, Olga
sekarang?"
"Mad, udah siang! Makan dulu!" Untuk yang kesekian kalinya
emaknya memanggil mengajak Somad makan siang together!
"Ntar aje, Mak. Aye masih kenyang!" Somad ngasih alasan yang
sama.
"Eh, dua hari lalu lo bisa makan banyak, kok, sekarang jadi males
makan lagi, sih!"
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
18/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
19/136
www.rajaebookgratis.com
Somad kemudian makan sambil memikirkan usaha-usaha yang
sekiranya dilakukan agar masalahnya bisa selesai.
"Perasaan dia udah seminggu lebih kagak siaran di Radio Ga Ga.
Atau jangan-jangan sakit? Atau lagi sibuk ulangan?" Somad
berpikir-pikir.
"Nambah lagi, Mad?" tawar emaknya.
"Eh, Mak, di kampung kite yang telepon umumnya kagak rusak di
sebelah mane lagi, ye?" tanya Somad tiba-tiba. Riang.
"Naa, gitu, dong! .Udah lama banget Emak kagak ngeliat senyum
riangnya lo. Telepon umum yang belum rusak adanya di
perempatan jalan deket kelurahan!"
"Sip!" Somad meletakkan piringnya dan segera menukar bajunya
dengan baju yang paling bagus. Dan tak lupa meminyaki
rambutnya.
"Gue mau telepon ke Radio Ga Ga. Untung gue inget nomornye di
luar kepale. Ah, syukur-syukur yang ngangkat langsung si Olga.
Hm, gue harus pake minyak wangi dulu, nih!"
Somad keluar kamar dengan kegantengan tersendiri.
"Ck, ck, ck...." Emaknya kagum. "Lo, mau ke mana siang-siang
begini tampil menor?"
"Mau nelepon!" jawab Somad mantap.
"Ya, ampun. Cuma mau nelepon aja dan sebegitu rupe?"
"Mak, masih nyimpen minyak wangi, gak?" tanya Somad gak
peduli dengan celetukan emaknya.
"Kayaknya ade dikit di kamar," saut Emak Somad sambil terus
memandang takjub ke anaknya. "Alhamdulillah, die udah b robe."
Setelah memakai minyak wangi, Somad pergi menuju perempatan
jalan dekat kelurahan. Jaraknya cukup jauh dari rumah Somad.
Tapi bagi Somad tak masalah. .
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
20/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
21/136
www.rajaebookgratis.com
"Eh, Tong, teleponnya rusak. Pake yang di deket wartel aje, tapi di
sono kudu pake kartu," kata orang itu.
"Oh, makasih, Pak." Somad menuju kantor wartel. "Eh, ape tadi
kata tu bapak? Kudu pake kartu?"
Somad menghampiri sebuah warung dan membeli dua gepok
kartu gapleh.
"Biar nelepon Olga-nya bisa lamaan dikit!" tukas Somad bego.
Alhasil begitu sampe di tempat telepon kartu, Somad jadi bahan
cekakakan orang-orang sewartel.
"Eh, Tong, bukan pake kartu gituan!" jelas seorang ibu setelah
puas ngakak. "Lo kudu beli kartu telepon di wartel. Ah, dasarbego, lo!"
Somad malu.
"Makasih, Mpok, atas pemberitahuannya." Somad berjalan masuk
ke dalam wartel. Selang beberapa waktu, Somad berhasil
menghubungi Radio Ga Ga. Begitu telepon di sana diangkat,
Somad cepat-cepat merapikan sisiran rambutnya.
"Halo, Radio Ga Ga, selamat siang!" tegas suara di seberang sana.
"Bismillah...," Somad berdoa dulu. "Eh, i... iya selamat siang."
"Mau bicara dengan siapa?" tanya suara di Ga Ga itu lagi.
"Apa aye bisa bicara dengan Neng Olga?" tanya Somad amat
sopan.
"Dari siapa, nih?" tanya suara itu lagi.
"Dari teman deketnye, S-O-M-A-D."
"Sompret?"
"Somad. Somad bin Indun. Anak cakep dari Kampung Ceger!"
"Olga gak ada!" jawab suara itu ketus.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
22/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
23/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
24/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
25/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
26/136
www.rajaebookgratis.com
"Baik, Bang!" Somad lalu menuju kantor satpam. Tapi begitu ia
mau masuk, di depan pintu kantor keamanan itu dia menemukan
pengumuman bertuliskan "SELAIN PETUGAS DILARANG MASUK".
"Wah, pegimane aye bisa lapor, kalo aye kagak boleh masuk?"
Somad bingung. "Oh, mungkin lapornya dari sini kali."
"Assalamualaikuuum!" Somad berteriak. Lalu keluarlah kepala
satpam. Dia langsung menginterogasi Somad habis-habisan.
Apakah Somad bersih lingkungan.? Suka demonstrasi?
Keluarganya ada yang turunan PKI? Pernah ikutan mogok bareng
buruh? Pokoknya semua ditanyain. Dan alhamdulillah, meskipun
makan waktu lama, Somad bisa lolos juga dari interogasi
tersebut.
"Sekarang saya boleh masuk, Pak?" tanya Somad.
"Silakan!"
Somad masuk ke dalam Radio Ga Ga. Suasananya sepi. Tidak
seperti dulu lagi. Di ruang tamu Ga Ga, Somad berjumpa dengan
seorang resepsionis manis. Namanya Mita.
"Permisi, Mpok, aye mau numpang tanya?" sapa Somad.
"Ssst," desis 'Mita. "Apa nggak lihat tulisan itu?"
Somad lalu memalingkan wajahnya dan terlihatlah sebuah
pengumuman lagi. "JANGAN BERISIK!"
Somad terpaksa memelankan volume suaranya. Terus terang ini
pekerjaan susye. Orang Betawi rata-rata ngomongnya cablak. Kalo
disuruh ngomong pelan sama aja nyeksa.
"Begini, Mpok, aye mau nanya tentang Olga," bisik Somad ke
kuping Mita.
"Wah, maaf, ya? Saya harus pake masker dulu," tukas Mita.
"Aye mau tanye tentang Olga."
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
27/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
28/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
29/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
30/136
www.rajaebookgratis.com
"Mau ngeliat sukaan aye."
"Di mana?"
"Di kelurahan."
"Di kelurahan? Emang ada ape di kelurahan? Ada dangdutan?"
"Sukaan aye si Olga sekarang udah pindah ke TV. Aye mau lihat
dia di TV kelurahan, Nyak."
"Ha?" Emak Somad kaget.
***
Di kelurahan, orang-orang kampung udah banyak yang ngejogrok,
mau nonton film seri Dan sejak kedatangan Somad, di situ terjadihiruk-pikuk. Somad dikeroyok orang sekampungo Gara-garanya,
dengan cueknya Somad mengganti-ganti saluran TV, untuk
mencari Olga yang lagi siaran. Jelas aja orang sekampung yang
lagi nonton Si Doel, sewot berat. Kenikmatannya terganggu. Dan
jelas aja Olga nggak ada di TV, wong TV swasta baru tempat Olga
kerja belum siaran.
Antenanya aja belum dipasang!
3. AMBURADUL
TANPA penyiar andalan, Radio Ga Ga jelas ibarat garem tanpa
sayur. Yang ada cuma asiiin... melulu. Yah, semua orang juga tau,
bahwa bagian terbesar bagi denyut kehidupan Radio Ga Ga ada di
bibir para penyiar andalan itu. Maka begitu mereka pada
hengkang satu per satu, suasana di Radio Ga Ga pun jadi serba
nggak menentu. Suram dan buram seperti kertas merang. Lesu
dan beku seperti kuburan di tengah hari bolong, saat para roh
gentayangan yang ada di situ lagi pada tidur nyenyak. Akibatnya
para pendengar yang dulu, nggak peduli siang maupun malam,
terus menempelkan kupingnya di Radio Ga Ga, kini turun drastis.
Mungkin cuma tinggal dua orang aja yang masih jadi pendengar
setia Radio Ga Ga, yaitu Mbak Vera dan Mas Ray.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
31/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
32/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
33/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
34/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
35/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
36/136
www.rajaebookgratis.com
kekurangan atas yang diberikan Radio Ga Ga pada saya. Saya
udah merasa cukup. Apalagi masih ditambah dengan perhatian
dan kebaikan Mbak Ver pada saya selama ini."
"Kalo memang begitu alasan kamu, Ol, Mbak Ver nggak berani
memaksa kamu lagi. Malah Mbak Ver respek sama keputusankamu. Kamu memang beda sama penyiar lain, yang keluar dari
Radio Ga Ga cuma lantaran pengen dapet penghasilan yang lebih
gede."
"Maafin saya ya, Mbak Ver!"
"Nggak apa-apa, Ol. Mbak Ver maklum."
"Tolong sampein juga permintaan maaf saya sama Mas Ray, ya,
Mbak Ver!"
"So pasti, dong! Udah ya, Ol, masih ada yang mesti Mbak kerjain,
nih!"
"Daaag.... Mbak Ver, kapan-kapan saya telepon balik, deh!"
Mbak Ver meletakkan gagang telepon dengan perasaan sedih.
Matanya basah, tapi karena kelilipan. Belum lagi Mbak Ver sempat
menghela napas panjang, tiba-tiba pintu terbuka. Mas Ray masuk
ke ruang kerjanya.
"Gimana, Ver, gagal?" tanya Mas Ray tanpa basa-basi lagi.
Wajahnya cemas.
Mbak Ver diam aja.
"Gagal, Ver?" tanya Mas Ray lagi.
Mbak Ver masih bingung seperti nenek-nenek abis naik jet
coaster.
Akhirnya Mas Ray nggak tahan lagi, dan bertanya sekeras-
kerasnya bak komandan upacara memberi komando.
"Veraaa... kamuuuu gagaaal, nggaaak, grak?!"
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
37/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
38/136
www.rajaebookgratis.com
"Justru itu, mulai sekarang kita harus berpikir, tanpa Olga radio
ini nggak akan hancur."
"Aduh, Vera, kamu mulai berbelit-belit lagi. Maksud kamu apa,
sih?"
"Mulai sekarang kita harus belajar dewasa. Kita harus belajar
tidak bergantung pada siapa pun. Kita harus bisa mengerem radio
ini dari ambang kehancuran."
"Aduh, Vera, kamu tau itu terlalu sulit buat saya?"
"Jelas sulit, karena selama ini Mas Ray nggak pernah mau belajar.
Selama ini segala sesuatunya sangat mudah bagi Mas Ray, karena
Mas Ray- selalu mengandalkan fasilitas orangtua. Itu makanya
Mas Ray jadi males belajar. Karena Mas Ray pikir, semua ini Mas
Ray peroleh tanpa harus memeras keringat. Akibatnya mental
Mas Ray bukan mental pengusaha yang baik. Nggak tahan
banting. Dan gampang stres," tukas Mbak Ver bak saluran got di
kampung yang mau dikunjungi Pak Lurah, lancar tanpa hambatan
karena buru-buru dibersihin.
Mas Ray terperangah. Nggak nyangka Mbak Ver bakal ngomong
begitu. Maka Mas Ray pun berkata, "Lho, kok kamu jadi ngeritik
saya?"
"Apa boleh buat. Soalnya kritik itu perlu supaya Mas Ray maju."
"Ya, tapi kenapa mendadak kamu bisa ngomong begitu?"
"Karena saya pikir di sinilah titik masalahnya. Mas Ray harus
dibangkitkan. Mas Ray nggak boleh terus melempem kayak
krupuk kurang jemur. Selama ini nggak ada yang pernah berani
ngeritik Mas Ray. Orangtua Mas Ray juga terlalu memanjakan Mas
Ray. Ini kemandulan kreativitas namanya."
"Baiklah, Vera, saya sadar sekarang juga."
"Nggak perlu secepat itu. Ini bukan fragmen TV. Buat apa cepet-
cepet sadar. Mending Mas Ray berpikir dulu selama beberapa hari
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
39/136
www.rajaebookgratis.com
ini. Kalaupun akhirnya Mas Ray nggak sadar-sadar, juga nggak
apa-apa," tukas Mbak Vera dengan napas ngos-ngosan.
Mas Ray mulai menjewer-jewer kupingnya sendiri, karena
begitulah kebiasaan Mas Ray kalau bingung harus berbuat apa.
***
Selama beberapa hari ini Mas Ray cuma bengong di kamar
kerjanya, sambil sesekali menjewer-jewer kupingnya hingga
kuping itu mirip cabe. Yah, Mas Ray masih bingung harus
melakukan langkah apa supaya Radio Ga Ga selamat dari jurang
kehancuran. Memang Mas Ray udah sadar, tapi Mas Ray kan
nggak bisa pinter secepat itu. Apalagi selama ini Mas Ray udah
telanjur malas mikir. Sementara itu Mbak Ver sibuk negosiasi kesana kemari membujuk-bujuk beberapa gelintir pemasang iklan,
supaya nggak membatalkan kontraknya.
Sementara itu, selama Mas Ray masih bingung, keadaan Radio Ga
Ga juga makin parah. Menurut rating dari tim riset yang perlu
dicurigai keabsahannya, jumlah pendengar Radio Ga Ga cuma
tinggal beberapa gelintir. Paling cuma mereka yang betul-betul
setia, yang masih mau nyetel Radio Ga Ga. Sedang untuk iklan,
berkat kegigihan dan keluwesan Mbak Ver, masih ada yang maupasang. Dalam kondisi amburadul begini, Ucup yang udah lama
nafsu pengen jadi manajer produksi, merasa dapat peluang. Maka
Ucup pun berusaha menangguk di air keruh. Sebab biasanya air
keruh banyak ikan lelenya.
Selagi Mas Ray menjewer-jewer kupingnya, tiba-tiba pintu
diketuk.
"Nggak dikunci!" sambut Mas Ray acuh tak acuh.
Ucup masuk lengkap dengan cengir bajingnya, dan selembar map
lusuh yang terkempit di keteknya. Sebetulnya map itu tadi masih
baru, tapi karena terus-terusan dikempit di ketek, akhirnya lusuh
juga terkena keringat ketek Ucup.
"Siang, Mas Ray," tukas Ucup ramah.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
40/136
www.rajaebookgratis.com
Mas Ray memicingkan matanya, seperti sudah bisa menduga apa
maksud Ucup.
"Kalau kamu mau keluar kayak yang lain itu, cepat bilang. Ambil
pesangon di kasir, dan cepat minggat dari sini sebelum kamu
saya usir," Mas Ray berkata ketus. Tapi Ucup sama sekali nggakterpengaruh. Dia masih nyengir yang dianggapnya manis, walau
hasilnya malah bener-bener mirip bajing.
"Mas Ray jangan salah kira. Saya sama sekali nggak ada niat cabut
dari sini. Saya justru mengkritik keras teman-teman saya yang
pada keluar itu."
Mas Ray membuang cemberutnya mendengar omongan Ucup
yang rada simpatik itu.
Hm... lantas mau apa?" gumam Mas Ray.
"Saya tau keadaan Radio Ga Ga lagi kritis. Jadi alangkah kurang
etis ninggalin Radio Ga Ga dalam kondisi begitu. Pada saat ini
yang dibutuhkan adalah loyalitas. Tapi, loyalitas aja nggak cukup.
Kita juga harus melakukan langkah inovasi demi kemajuan Radio
Ga Ga."
"Wah, omongan kamu udah mulai berbelit-belit kayak Mbak Ver,Cup. Langsung aja, deh."
"Begini, kalau soal loyalitas rasanya saya nggak perlu diragukan
lagi. Di saat orang pada keluar, saya malah tetap bertahan di sini,"
ucap Ucup bangga.
"Tapi menurut Mbak Ver, kamu nggak keluar karena nggak ada
yang mau nampung kamu!" serobot Mas Ray.
Ucup nyengir kering.
"Mungkin Mbak Ver salah informasi. Lagian, apa itu penting? Ada
atau nggak ada yang mau nampung saya, buktinya saya tetap di
sini. Itu artinya saya lebih setia dari yang lain."
"Iyalah. Sekarang apa rencana kamu?
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
41/136
www.rajaebookgratis.com
Ucup menarik napas kuat-kuat. Saking kuatnya, berkas-berkas
kerja Mas Ray yang ada di meja sampai ketarik dan nempel di
lubang idung Ucup. Dan ketika Ucup mengembuskan napas,
berkas-berkas itu pun berhamburan ke mana-mana. Ketika
suasana udah mulai tenang, Ucup baru mulai ngomong."Berhari-hari lamanya saya tirakat, dan puasa nggak makan dan
nggak minum makanan dan minuman tetangga saya yang sudah
dimakan dan diminum, akhirnya saya sampai pada keputusan,
bahwa saya bukan cuma bisa menyelamatkan Radio Ga Ga dari
lembah kehancuran, tapi saya juga bisa membuat Radio Ga Ga
lebih maju dari keadaan semula."
Mas Ray mendelik. Kaget dan girang bercampur di hatinya. Yah,
pada saat bingung begitu, siapa sih yang nggak girang ngeliat adaorang yang bisa menolong?
"Yang betul kamu, Cup?" tanya Mas Ray penuh semangat.
"Kenapa nggak, saya punya konsep yang bagus demi kemajuan
Radio Ga Ga. Saya rasa konsep Radio Ga Ga yang lama udah
nggak bisa dipakai lagi. Saya akan ubah sasaran Radio Ga Ga yang
semula buat para ABG, jadi buat para janda."
Mas Ray menelan ludah yang menyekat di tenggorokannya.
"Kok begitu?"
"Yah, karena sebetulnya cuma para jandalah yang punya banyak
waktu buat ngedengerin radio. Di saat para janda itu kesepian di
rumah, radiolah alternatif mereka buat membunuh kesepiannya.
Apalagi kalo yang kita puter lagu dangdut, yang kebanyakan
menyuarakan penderitaan dan suara hati para janda-ditanggung
para janda itu nggak akan lepas dari Radio Ga Ga. Selain itu, perlujuga Mas Ray tau, para janda adalah pasar potensial bagi setiap
produk. Karena mereka begitu konsumtifnya membeli segala alat-
alat kecantikan demi mendapatkan pasangan baru. Maka saya
berani jamin, pasti radio kita bakal banjir iklan. Itu artinya, dalam
tempo kurang dari setengah tahun, Mas Ray bakal kaya! Untuk
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
42/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
43/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
44/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
45/136
www.rajaebookgratis.com
Sementara itu Ucup baru aja memesan sepiring penuh somay di
ruangannya dari Pak Sabar.
Mbak Vera cepat-cepat menyembunyikan dirinya di kulkas.
4. KADO KEJUT AN
PAGI itu Papi dan Olga sama-sama kecelenya ketika buru-buru ke
meja makan abis selesai pakaian.
"Lho, kok nggak ada apa-apa, Ol?" tanya Papi heran. Ia udah rapi
mau ke kantor, dan Olga yang kebetulan masuk pagi, mau nebeng
bapaknya ke sekolah.
"Iya, nekat juga Mami nggak bikin sarapan!" balas Olga.
"Mana udah jam setengah delapan! Ke mana Mami? Mamiiii..."
panggil Papi.
Tak ada sahutan. Terpaksa Olga dan Papi berpencar mencari
Mami. Mau minta pertanggungjawaban Mami karena nggak bikin
sarapan. Papi mencari di kamar, Olga mencari di gudang.
Ternyata Mami ada di teras belakang. Rambutnya dirol, sambil
baca majalah wanita. Di kupingnya nyantol headphone walkman
milik Olga. Asyik sendiri. Kepala Mami bergoyang-goyang ke kiridan ke kanan. Papi tentu kaget melihat Mami sesantai itu di pagi
yang sesibuk ini.
Mamiii!!! pekik Papi.
Mami cuek, malah Olga yang kaget. Soalnya Olga lagi nyari Mami
di tempat sepatu. Tuk! Sebuah sepatu jatuh menimpa kepala
Olga. Olga buru-buru lari ke arah jeritan Papi.
Mami apa-apaan, sih? Enak-enakan sementara Papi kayakkebakaran bulu ketek. Mana sar apan? Udah jam setengah
delapan!" semprot Papi.
Mami melepas headphone; "Sarapan?"
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
46/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
47/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
48/136
www.rajaebookgratis.com
trend remaja nongkrong di gelanggang remaja. Olahraga kek, ikut
sanggar kek, ngapain kek Pokoknya bikin-bikin sesuatu. Sekarang
kok udah nggak nge-trend.
"Mungkin gara-gara TV swasta!" celetuk Wina tiba-tiba.
"Apa?" Olga yang lagi asyik membaca formulir kaget tiba-tiba
Wina ngomong begitu. "Kamu ngomong apa, Win?"
"Ah, enggak" Wina langsung sadar. "Itu, ngeliat anak-anak pada
ngecengin barang-barang mewah, mungkin gara-gara kebanyakan
ngeliatin iklan di TV swasta kali, ya?"
Olga mengikuti arah telunjuk Wina yang menunjuk
"Gimana nggak kepengen coba, tiap hari santapan kita iklanmelulu di TV. Yang tadinya puas makan masakan rumah bikinan
Mami, sekarang pengen nyobain nongkrong di fastfood macam
inil" ujar Wina lagi.
Olga kembali menekuni formulirnya. "Baguslah kalo begitu. Gue
dukung nongolnya TV Swasta baru ini..."
"Kok malah mendukung?" Wina protes.
"Iya, dong." Wajah Olga mendekat ke Wina. "Sini gue jelasin teorigue, sekarang kan ada remote-control. Orang gampang aja
memindahmindah saluran TV. Nah, makin banyak TV, makin
banyak pilihan. Berarti pas iklan muncul, buru-buru aja ganti ke
saluran lain yang kebetulan nggak ada iklannya. Kalo TV
swastanya cuma satu, kita kan jadi terpaksa melototin TV yang
itu-itu aja. Berikut iklan-iklannya...."
"Atau matiin aja TV-nya, susah-susah amat," sambung Wina.
"Iya, iya. Kamu tuh jangan kayak orang lain. Suka nyari-nyari
kambing hitam. Orang doyan belanja, katanya kebanyakan nonton
iklan. Orang pada berantem, katanya kebanyakan nonton film
action di TV. Ah, padahal siapa sih yang maksa kita nonton TV?
Nggak ada, kan? Kalo nggak suka, ya matiin aja. Kita kan bebas
aja, nggak ada yang maksain. Emangnya kita bangsa bego apa,
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
49/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
50/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
51/136
www.rajaebookgratis.com
gambar Lakers, kaos rugby, de el el. Lucu-lucu, sih. Dan Wina
ngoleksi sejak dia kecil. Entah kenapa tu makhluk begitu tergila-
gilanya sama kaos.
Dan tanpa ajakan kedua, Olga dan Wina udah berada di toko yang
jual aneka kaos unik-unik.
"Ini lucu, Ol," ujar Wina sambil menarik kaos bergambar Marilyn
Monroe.
Olga mengintip harganya, "Ah, masih kemurahan, Win. Yang
kerenan dikit, dong! Kan buat gue tampil di TV!"
"Sok tau!" desis Wina. "Oke, kalo lo nantangin. Kita ke London
Boy. Kaosnya canggih-canggih!"
"Siapa takut?" tantang Olga.
Wina menyeret Olga ke tempat kaos yang lebih keren.
"Gimana kalo yang ini?" Semenit kemudian Wina sudah
menemukan kaosnya. Warna hitam, dengan tulisan yang keren.
"Itu bagus?" tanya Olga ngetes.
''Jangan bloon. Semua orang juga tau ini keren. Ayo, pasti takut
harganya mahal!"
"Nggak!" Olga menggeleng. "Cuma ragu aja. Apa bener itu yang
paling bagus?"
"Jangan macem-macem, Ol. Lo kan tau gue paling maniak kaos."
"Jangan-jangan mirip kaos elo, Win?"
"Nggak. Dari dulu emang gue pengen punya kaos ini, cuma lagi
bokek terus. Daripada dibeli orang, mending lo beli, Ol. Soalnyasayang, tinggal satu-satunya. Minimal kalo lo beli kan gue bisa
ikut ngeliat...."
"Ya, udah. Gue ambil!" Dengan cepat Olga merampas kaos yang di
tangan Wina, dan membawanya ke kasir.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
52/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
53/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
54/136
www.rajaebookgratis.com
"Udah. Makanya Papi minta pendapat kamu, Ol. Tunggu, ya." Papi
lalu pergi secepat kilat. Nggak .sampai sepuluh detik, udah
muncul lagi dengan sesuatu yang dibungkus. Bendanya panjang.
"Apaan tuh, Pi? Pacul?" tebak Olga sekenanya.
"Sembarangan. Ini buat obat ngambek Mami. Moga-moga setelah
menerima ini, ngambek Mami ilang, dan mau bikin sarapan lagi....
Ini Papi beli dengan susah payah."
"Apa isinya?" tanya Olga sambil memegang benda panjang itu. .
"Stik golf mini dengan bolanya."
"STIK GOLF????" pekik Olga.
"Sssst!!!!" Papi membungkam mulut Olga.
''Jangan buka rahasia! Nanti nggak surprise lagi!"
Olga gondok. "Terang aja nggak surprise! Nggak pernah surprise!
Terang aja Mami ngambek! Papi kurang perhatian sama Mami!
Buat apa stik golf mini buat Mami? Papi kan selalu begitu. Egois.
Kalo ngasih apa-apa ke Mami, pasti bukan benda yang Mami suka.
Tapi yang Papi suka. Supaya Papi yang bisa menikmati! Payah!"
"Eh, kok kamu yang sewot, Ol?" protes Papi.
"Gimana nggak sewot coba. Papi nggak kapok-kapok. Pantes Mami
ngambek terus. Tahun lalu, pas Mami ultah, Papi kasih apa,
coba?"
Papi mikir sejenak. "Ng... kasih pancingan!"
"Tuh, kan. Pancingan. Mami mana hobi mancing? Mami ngomel-
ngomel, soalnya Papi juga yang akhirnya pake itu pancing sampaipatah!"
"Tapi kan ikannya buat Mami. Buat dimasak. Itu kan lebih bagus,
daripada ngasih ikan? Ingat pepatah bijak, berilah pancing,
jangan beri ikan. Kalau memberi ikan, sekali makan sudah habis,
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
55/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
56/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
57/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
58/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
59/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
60/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
61/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
62/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
63/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
64/136
www.rajaebookgratis.com
Akibatnya banyak yang curiga Sri Heruni sebetulnya memang
pedagang jamu asli yang nekat ikut screentest, biar bisa jadi
penyiar teve. Ini kasus biasa. Dalam sejarah screen test, nggak
jarang ada peserta yang sebetulnya cuma ikut-ikutan doang.
Modalnya asal nekat, dan wajah yang mereka anggap cantik.Padahal intelektualitas dan kemampuan lain yang dibutuhkan
untuk jadi penyiar, sama se ali nggak punya. Tujuan mereka juga
sederhana tapi sekaligus berat, yaitu kepengen ngetop.
Bahkan kadang mereka rela melakukan apa saja asal bisa ngetop.
Beda banget sama Olga waktu pengen. jadi penyiar di Radio Ga
Ga. Waktu itu motivasi Olga cuma pengen beli sepatu roda pake
duit sendiri. Yah, anak-anak sekarang memang lebih suka
menjual bungkusan daripada isi. Atau jangan-jangan anak-anaksekarang memang cuma punya bungkusan, daripada isi?
Olga tersentak waktu nomor dadanya dipanggil. Lamunan Olga
buyar. Jatuh dan berceceran di lantai. Olga maju dengan perasaan
tenang. Sebetulnya Olga memang nggak gitu ambisi jadi penyiar
teve. Olga ke sini bukan atas kemauannya sendiri, tapi atas
undangan orang teve swasta ini yang datang ke Radio Ga Ga.
Dasar Olga, apa-apa pengen nyoba, akhirnya Olga ikut. Tapi
seperti yang udah-udah, Olga ikut dengan tanpa beban. Makanyawaktu Olga disuruh nyanyi, atau disuruh berakting ini-itu, Olga
menjalaninya dengan tanpa beban. Anehnya, para tim penilai
malah pada manggu -manggut tanda puas. Ya, barangkali juga
karena Olga udah biasa siaran di Radio Ga Ga. Jadi waktu dites
membawakan sebuah pengantar siaran, Olga terkesan luwes dan
memikat. Olga juga keliatan nggak begitu grogi berada di depan
kamera. Yang ini mungkin karena Olga udah biasa beraksi di
depan kamera pocket Wina dengan gayanya yang centil. Idiiih...
apa hubungannya? Apalagi waktu disuruh nyanyi, nggak berentr-berenti meski si sutradara udah teriak "Cut!" puluhan kali. Habis
para manajer yang lagi khusyuk rapat di ruang sebelah, protes
keras karena terganggu.
Olga memang bukan peserta terakhir. Tapi menjelang pukul
setengah empat, acara screentest pun selesai. Para kru dengan
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
65/136
www.rajaebookgratis.com
sigap membenahi lampu-lampu dan kamera. Pak Sanjaya buru-
buru menemui para peserta screentest.
"Kalian jangan pada pulang dulu, ya," katanya. "Kalena hasil.
sclintes mau diumumin sekalang juga!"
Waktu Pak Sanjaya pergi ke ruangannya, Chandra kembali
mempertegas sesuatu yang sebetulnya sudah sangat jelas dan
tegas. Ya, sebetulnya Chandra ngomong begitu cuma biar keliatan
penting di mata anak-anak.
"Kalian jangan daripada pulang dulu, ya, karena hasil daripada
screen test mau diumumin sekarang daripada juga," cerocos
Chandra.
Olga yang udah siap-siap mau pulang, jadi mengurungkan
niatnya.
"Lho, katanya hasilnya baru diumumin tiga hari kemudian?"
"Rencananya, sih, daripada gitu, tapi karena kebutuhan kita akan
akan penyiar daripada sangat mendesak, terpaksa dipercepat,"
jawab Chandra.
Olga nurut.
Sementara itu Chandra masih nyerocos terus, menyuruh anak-
anak nunggu di Taman Buaya, atau kalau laper makan di warung
terdekat. Jangan pergi jauh-jauh dari kantor, biar gampang
dicarinya. Rapi Chandra nyerocos, Sri Heruni, Sinta, dan Sandra
langsung nyamperin.
"Kang Chandra udah makan belon?" tanya Sri Heruni.
"Kita makan bareng, yuk, Mas!" ajak Sinta sebelon Chandra
sempat menjawab.
"Biar, deh, kita yang bayarin!" tawar Sandra.
Ternyata Chandra menolak ajakan ketiga cewek itu. Sebetulnya
Chandra cuma pura-pura. Karena tau pasarannya lagi naik, jadi ia
sedikit tahan harga, biar nggak ditawar terlalu murah. Sebab,
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
66/136
www.rajaebookgratis.com
selain ketiga cewek itu, Chandra masih dirubung para peserta
screentest lain. Cuma Olga aja yang rada males jual simpati ke
Chandra.
Ya, para cewek-cewek itu memang lagi jualan simpati ke Chandra.
Mungkin mereka sadar kalo kemampuannya buat jadi penyiarteve masih minim, makanya mereka pada berlomba-lomba
menarik simpati Chandra. Mereka yakin kalo Chandra termasuk
orang yang menentukan bisa nggaknya mereka jadi penyiar.
Karena itulah yang diomongin Chandra ke mereka. Makanya anak-
anak itu berprinsip, kalo bisa merebut simpati Chandra, bisa
dipastiin jalan jadi penyiar bakal lebih mulus.
***
Saat-saat menunggu hasil pengumuman adalah saat-saat paling
menegangkan. Olga sendiri yang sebetulnya nggak gitu ambisi,
jadi ikut-ikutan tegang. Olga tegang sebab kalau sampe nggak
lulus kan malu juga. Artinya kemampuan Olga masih terlalu jauh
buat jadi penyiar teve. Padahal di Radio Ga Ga Olga sudah
terhitung penyiar andalan yang banyak fansnya. Olga juga malu
sama Ucup, atau anak-anak Radio Ga Ga lainnya. Mereka pasti
bakal ngeledek Olga abis-abisan. Karena rencana Olga mau hijrah
ke teve swasta udah diketahui orang sekantor. Sementara itusuasana tegang lama-kelamaan berubah jadi suasana kacau.
Pasalnya para peserta lain makin lama makin rese aja. Sebab
kebanyakan mereka sangat ambisi jadi penyiar. Mereka berharap
tampangnya bisa nongol di teve, dan kemudian ngetop. Tapi
mereka sendiri kayaknya yakin kalo kemampuannya nggak
menunjang. Akibatnya mereka jadi gelisah tanpa juntrungan. Dan
yang bikin kesel, mereka makin aktif mengejar-ngejar Chandra,
karena memang cuma Chandra yang menyiapkan dirinya untukdikejar-kejar. Sementara Pak Sanjaya, dan tim penilai lainnya
lebih suka mengurung diri di ruang kerjanya.
"Akang udah punya pasangan belon, terus terang saya lagi kosong
nih, Kang?" Sri Heruni makin aktif menyerang simpati Chandra.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
67/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
68/136
www.rajaebookgratis.com
"Lho, apa kamu nggak tertarik jadi daripada penyiar?"
"Ya tertarik, sih, makanya saya ke sini."
"Kalo tertarik, saya bisa usahain keinginan daripada kamu itu."
"Nggak, ah!"
"Lho kenapa nggak? Saya punya daripada hubungan yang sangat
luas di sini. Saya bisa bilang ke Pak Sanjaya, kalo kamu daripada
berbakat. Saya jamin daripada kamu pasti masuk! Tapi tentu ada
syaratnya."
"Syarat apa?" tanya Olga sedikit tertarik.
"Kamu masih kosong, kan?"
"Kalo masih kosong, emangnya kenapa?"
"Saya juga masih kosong, nih!"
Olga pasang mimik kaget. "Astaga sebangkotan ini Mas masih
kosong juga? Saya bisa bantu Mas pasang iklan ke biro jodoh,
kalo mau?"
Chandra cemberut. Sebetulnya Chandra mau ngomong sesuatu,
tapi tiba-tiba sepotong tangan yang kukunya panjang-panjangmenarik Chandra.
"Sebentar, ya, kita pinjem dulu," tukas Sandra yang udah nggak
bisa menguasai diri lagi.
Olga mengangguk semangat, seolah terlepas dari bencana.
Sebentar kemudian Chandra pun sudah dikepung oleh para
cewek yang memujanya. Ke cewek-cewek itu Chandra ngomong
persis seperti yang dia omongin ke Olga. Jelas cewek-cewek itujadi makin salut sama Chandra. Cewek-cewek yang lagi dimabuk
popularitas itu, betul-betul lupa kalo yang Chandra omongin bisa
aja sebetulnya cuma gombal doang. Olga cekikikan. Yah,
bukannya Olga sok, tapi Olga udah kelewat sering nemuin cowok
model Chandra. Jadi Olga udah pengalaman, dan nggak mungkin
Olga terjebak lagi.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
69/136
www.rajaebookgratis.com
***
Kira-kira pukul setengah lima Chandra nampak tak berani
beredar lagi. Ia mengunci diri rapat-rapat di kakus. Sementara
para cewek terus melontarkan makian, sambil sesekali ada yang
nekat menendang-nendang pintu WC pake ujung sepatunya yanglancip.
Dasar gombal, lo! Ngomong doang sebakul, tapi hasilnya nggak
ada!" maki Sri Heruni.
"Selokan mampet!" semprot Sandra. "Tukang obral janji!"
Sedang Sinta hampir menangis karena kesal. Ternyata para cewek
yang tadi manis-manis dan penuh rayuan itu, bisa berubah jadi
drakula begitu hasil screen test diumumin. Yah, mereka pantes
marah, sebab setelah mentraktir dan merayu Chandra abis-
abisan, toh nama mereka nggak tercantum di papan
pengumuman sebagai peserta yang lulus.
Di pojokan yang agak sepi, sambil membenahi tasnya Olga terus
cekikikan. Olga senang, karen dialah satu-satunya peserta yang
lulus. Olga juga senang karena berhasil membuktikan bahwa
omongan Chandra sebetulnya cuma gombal biasa.
Waktu Olga melangkahkan kakinya ke luar, Olga melihat cewek-
cewek yang centil tadi mencegat taksi sambil ngomel-ngomel.
Olga bergumam, "Saatnya mikirin isi daripada bungkusnya...." .
6. ADUH, RUWETNYA!
SEPULANG sekolah Olga gak langsung pulang, atau mampir ke
Radio Ga Ga kayak biasa-biasanya, tapi langsung ke kantor teve
swasta yang kantor daruratnya berdempetan dengan pasar
swalayan. Ya, ini hari pertama Olga kerja di teve swasta yang
namanya masih ragu-ragu antara SMTM TV dan SSGSM TV itu.
SMTM TV adalah kependekan dari Sekali Mengudara Tetap
Mengudara lah ya.... Sedang SSGSM TV adalah Seneng Setel Gak
Seneng Matiin.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
70/136
www.rajaebookgratis.com
Wina yang saban kali pulang sekolah selalu ngintil Olga atau bisa
juga dibilang diintilin, soalnya yang maksa-maksa ikut memang
Wina, tapi yang punya Wonder kuning kan juga Wina, kali ini
harus rela melepas kepergian Olga di pintu gerbang sekolah.
"Jadi lo betul-betul tega ninggalin gue, Ol? Gue betul-betul kagakboleh turut tut... tut.....?" seru Wina begitu permintaannya ditolak
Olga.
"Ini bukan soal tega atau nggak tega, Win. Lo mesti maklum,
dong, ini kan hari pertama gue masuk kerja di situ. Gue sama
sekali belon tau suasananya. Sama sekali belon kenal karakter
tukang parkir sama satpamnya. Pokoknya gue sama sekali belon
kenal sama semua-semuanya yang ada di situ. Masak tau-tau gue
udah ngajak temen yang centilnya kayak lo. Kan nggak lucu.Apalagi kalo lo sampe bikin masalah di sono. Maklum aja, Win,
cowok di sana matanya udah distempel gambar keranjang semua.
Jangan kata elo, Win, kereta api dibedakin aja mereka udah pada
napsu," Olga beralasan.
"Kesimpulannya gue nggak boleh ikut, begitcu?
"Begitcu!"
"Kalo gue tetap maksa?"
"Selamanya lo emang bandel, kayak gue. Tapi gue harap kali ini
jadilah anak baik, Win. Buat kali ini aja."
Wina sebetulnya masih mau ngomong, tapi Olga keburu
memlester mulutnya pake Tensoplast. Wina terpaksa bungkam
kayak petasan basah.
"Lain tempo, kalo medannya udah gue kuasain, lo pasti gue a.jak,
deh, Win. Sekarang lo pulang aja, deh. Cuci kaki, terus bobo.
Jangan kelayapan. Jangan pacaran di kebon binatang. Jangan
nginep di rumah temen cowok yang udah kakek-kakek. Apalagi
sampe bunuh diri di sirkuit Tamiya."
Wina pun pasrah. Walo hatinya masih resah.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
71/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
72/136
www.rajaebookgratis.com
kebetulan, baik kantor dan sekolah sama-sarna punya kebutuhan
mendesak, maka Olga menyuruh Mami masuk kantor sebagai
pengganti. Hihihi....
Sebetulnya begitu tanda tangan kontrak seminggu lalu, Olga
diminta langsung kerja, tapi Olga minta waktu sampai hari ini.Mau pamitan dengan pimpinan dan ngerapiin sisa kerjanya di
Radio Ga Ga jadi alasan Olga waktu itu. Tapi sebetulnya Olga
maksa masuk hari ini biar pas tanggal satu, hingga itungan
honornya enak. Dan juga Olga mau puas-puasin jalan bareng
Wina ke mana aja. "Soalnya begitu masuk kerja gue bakal sibuk
berat, gue khawatir kita bakal jarang ketemu lagi, Win," demikian
alasan Olga waktu itu. Pantes Wina keliatan sedih waktu Olga mau
berangkat kerja tadi.***
Setengah jam lebih Olga dijadiin ikan asin di Metro Mini yang
penuh sesak dan larinya gila-gilaan itu. Untung, sebelum itu
Metro nyebur ke Kali Sunter, Olga keburu minta turun.
Soal Metro nyebur ke Kali Sunter, Olga punya ide konyol juga. Ia
mau mengusulkan ke para pengelola Metro Mini untuk
menerapkan peraturan seperti di pesawat terbang. Yaitu, sebelumberangkat, ada pramugari yang memperagakan alat pelampung
penyelamatan, kalo-kalo nanti busnya nyebur. Hihihi, kan pasti
seru, tuh. Di sesaknya Metro Mini, ada pramugari cantik
melenggak-lenggok memperagakan alat pelampung. Tapi yang
pasti, Olga ogah jadi si peraganya. Bisa-bisa dicolek kondektur!
Sesampai di kantor TV swasta, Olga langsung disuguhi suasana
gaduh dan riuh mirip kandang ayam yang isinya seratus ayam
jago, dan seekor ayam betina. Nah, keseratus ayam jago itu salingberkokok dan berantem memperebutkan si ayam betina. Bisa
dibayangin kan gimana riuhnya. Apalagi di antara ayam jago yang
satu dengan lainnya saling nggak mau ngalah.
Yah, gimana nggak sibuk kalo di siang yang panasnya kayak
kompor martabak itu, Olga memergoki Chandra lagi bertengger di
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
73/136
www.rajaebookgratis.com
atas genteng kantor cuma untuk masang antena RCTI. Sementara
di bawahnya beberapa kru rame-rame megangin tangga buat naik-
turun Chandra. Betul-betul kurang kerjaan. Konyolnya, begitu
ngeliat Olga, Chandra langsung overacting, seolah dia lagi
ngerjain suatu tugas yang mahaberat dan penting."Nyomaaan...! Cepet, dong, lemparin obeng daripada
kembangnya...! Juga tangnya...! Juga kunci daripada pasnya...!"
teriak Chandra pada kru yang bernama Nyoman.
"Obeng kembang apaaan...! Kembang anggrek apa kembang
mawaaar...?!" Kru kelahiran Sangeh, Bali, itu membalas
permintaan Chandra dengan pertanyaan.
Chandra jelas mangkel.
"Aduuuh... bego daripada amat, sih, looo...!" teriak Chandra, kesal.
"Biarin, begoooo...! Saya kerja jadi kru di sini juga lantaran saya
begooo...!" balas Nyoman dengan teriakan yang nggak kalah keras.
Akibat saling teriak itu, suasana betul-betul jadi tambah
semrawut.
Olga cuma nyengir sebentar, lalu masuk. Chandra yang merasa
pancingannya nggak dapat simpati dari Olga, jadi uring-uringan.Tanpa basa-basi lagi Chandra langsung nyrosot turun dari atas,
dan masuk menyusul Olga.
Di dalam Olga menemui Pak Sanjaya. Oleh Pak Sanjaya, Olga
dikasih pengarahan akan tugas-tugasnya di situ. Memang status
Olga di situ adalah penyiar. Tapi karena tevenya sendiri belon
mengudara, jadi Olga dipersilakan berdiskusi soal acara dengan
bagian Non-drama. Bagian ini tugasnya merancang acara-acara
baru, sambil sedikit-banyak nyontek acara orang lain yangkeliatan digemari penonton. Yah, selain biar Olga tau pasti
tentang acara yang bakal dibawakannya nanti, syukur-syukur
Olga punya ide bagus buat acara yang lagi dirancang itu.
Selagi Olga dikasih pengarahan, tiba-tiba pintu terbuka dengan
paksa. Chandra muncul dengan tubuh keringatan, dan baju awut-
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
74/136
www.rajaebookgratis.com
awuan. Pak Sanjaya kaget. Tapi Chandra lebih kaget lagi. Chandra
sama sekali nggak nyangka kalo Olga lagi ngomong empat mata
sama Pak Sanjaya. Sebab Pak Sanjaya kalo ngomong sebelah
matanya selalu ditutup. Dan sebelon Chandra sempat ngomong
sepatah kata, Pak Sanjaya keburu mendelik ke arahnya. Bagaingeliat tukang tagih utang di siang bolong, Chandra langsung
ngacrit keluar.
Selesai di-briefing Pak Sanjaya, Olga ternyata udah ditunggu
Chandra di luar. Dan belum lagi Olga sempat menghirup udara
segar, Chandra sudah memberondongnya dengan seribu satu
macam perkataan.
"Selamat datang, dan selamat bekerja di kantor daripada baru, Ol.
Masih ingat kan, sama daripada saya, Chandra?" sapa Chandra.
Olga tersenyum.
Merasa dapat reaksi simpatik dari Olga, Chandra jadi makin
overacting. Dan supaya dibilang berpengaruh, Chandra juga sok
menjelaskan apa tugas dan fungsi Olga di situ, satu hal yang
sebetulnya percuma. Sebab Olga udah dapat penjelasan
selengkap-lengkapnya dari Pak Sanjaya. Tapi Chandra nggak
peduli. Maklum aja kalo Olga jadi sebel setengah mati, danmenanggapi semua omongan Chandra dengan dingin. Apalagi
penjelasan Chandra sekadar ngalor-ngidul nggak tentu arah.
"Walau kamu daripada penyiar di sini, tapi kamu harus aktif
bantu-bantu yang lain. Seperti saya, walau saya sebetulnya bagian
daripada manajer, tapi saya tetap ringan daripada tangan dalam
membantu pekerjaan orang lain. Seperti naik ke d ripada genteng
itu tadi. Pokoknya kita harus daripada aktiflah, biar pimpinan
senang daripada sama kita. Oh ya, kamu sudah makan daripadabelum, Ol? Kita makan daripada bareng, yuk? Asal tau aja,
nemenin saya makan termasuk bagian daripada kerja kamu di
sini!" Bisa ditebak buntut dari omongan Chandra akhirnya ke situ-
situ juga.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
75/136
www.rajaebookgratis.com
Olga yang udah lama sebel ampir aja menyiram muka Chandra
pakai Aqua anget yang baru diambilnya dari dispenser. Untung
Pak Sanjaya keburu nongol, dan langsung menghardik Chandra.
"Chandla, ngapain kamu? Cepat ke belakang. Tugas kamu di sini
jaga disel, bukan ngomong-ngomong melulu. Saya akuin sebagaitukang disel kamu memang paling lapi. Pake dasi, pake setelan
bagus, tapi itu kan bukan belalti kamu lepas tanggung jawab
sebagai tukang jaga disel," Pak Sanjaya memaki-maki tak
terkendali. Semua orang menatap ke arah Chandra. Chandra-
langsung ngacrit ke belakang. Rasanya semua modal Chandra
yang udah dijual habis saat itu. Olga cekikikan. Lalu Pak Sanjaya
tersenyum manis ke arah Olga. Lalu Olga dikenalin oleh Pak
Sanjaya ke pegawai yang lain. Lalu Olga diantar ke meja kerjanya.Lalu Pak Sanjaya balik lagi ke ruangannya.
***
Ternyata si trouble maker di TV swasta itu nggak cuma Chandra.
Yah, setelah enam belas hari kerja di situ, Olga udah bisa
mencium banyak hal yang sebelumnya nggak keliatan. Olga mulai
bisa mencium beberapa hal yang kurang beres. Dari soal sistem
kerja sampai para pegawai yang suka overacting.
Olga baru sadar kerja memang nggak gampang. Dunia kerja
adalah dunia yang merepotkan dan bikin stres. Padahal ini bukan
yang pertama Olga kerja. Seenggaknya Olga pernah kerja di Radio
Ga Ga.
"Tapi waktu di Radio Ga Ga gue boleh dibilang masih setengah
main-main daripada kerja. Jadinya yang ada cuma hepi terus.
Sekarang gue kayak hidup di dunia yang aneh. Siang masuk, sore
pulang. Rasanya baru kemaren kita ada di situ, eh, tau-taubesoknya kita udah ada di situ lagi. Begitu seterusnya. Pokoknya
suntuk banget, deh. Yah, gimana nggak suntuk kalo tiap hari kita
ngeliat lingkungan yang itu-itu terus, orang yang itu-itu terus, dan
kerjaan yang itu-itu terus," cerita Olga pada Wina di satu hari
Minggu yang mendung. Wina yang dengerin cuma bisa melongo,
sambil sesekali menggigit hamburger big mac.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
76/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
77/136
www.rajaebookgratis.com
supaya ikutan rapat harian, yang diadain tiap hari, nggak peduli
ujan atau panas. Olga lalu buru-buru lari ke meja kerjanya buat
naro tas, terus lari ke ruang meeting.
"Silakan duduk di sini, Ol!" tawar Pak Stefan begitu Olga sampe di
ruang meeting. Nah, ini yang bikin Olga males. Soalnya Pak Stefanitu orangnya genit. Kadang kalo duduk deket Pak Stefan, Olga
sampe merasa dirinya sabun, sebab suka dicolak-colek. Pak Stefan
ini, menurut Olga, kurang begitu kece. Perutnya gendut, kakinya
pendek, makanya kalo jalan rada mirip kecebong. Cuma kumis
segede pisang ambon di bawah idungnya aja yang ngebedain dia
dari kecebong. Dia suka ngebahasain dirinya dengan panggilan
akrab Stef. Biar kesannya muda. Tapi menurut Olga kurang cocok.
Olga me nggilnya Oom. Abis Olga sebel sama ganjennya. Selainitu Pak Stefan juga sering pamer pengalaman dan suka meneror
mental anak buahnya. Dia suka ngaku-ngaku punya hubungan
deket sama atasan, dan udah lebih dari 25 taon kerja di dunia
teve. Anak-anak pada segen sama Pak Stefan, karena takut
dipecat. Apalagi kebanyakan mereka belon ada tiga bulan kerja di
situ, jadi masih dalam masa percobaan. Pantes kalo di depan Pak
Stefan, anak-anak selalu keliatan sok s buk, walao sebetulnya
nggak ada yang dikerjain.
Seperti biasa, meeting berjalan mulus. Artinya anak-anak dengan
tekun mendengarkan Pak Stefan nyombong soal pengalamannya
daripada membahas atau merancang materi siaran. Beginilah kalo
Olga udah ada di ruangan meeting. Pak Stefan sering overacting,
dan salah tingkah. Olga berkali-kali nguap, tanda udah suntuk
dengerin Pak Stefan ngoco1.
Untung menjelang sore meeting yang ngebosenin itu selesai. Olga
langsung lari ke mejanya. Tapi baru aja Olga mau makan rotibekalnya, tiba-tiba Pak Stefan udah berdiri di depannya.
"Eh, Oom, makan, Oom!" tawar Olga dengan senyum yang
dipaksakan.
Kumis Pak Stefan bergerak tanda tersenyum, sebab bibir Pak
Stefan kealingan kumis.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
78/136
www.rajaebookgratis.com
"Ada apa, Oom?" tanya Olga.
"Ah, nggak, Stef cuma mau tanya, apa kamu sudah mengerti
materi yang kita bahas dalam rapat tadi?"
"Yah, serian, deh, Oom."
"Serian bagaimana maksudmu, Ol?"
"Yah sebagian ngerti, sebagian nggak."
Kumis Pak Stefan bergerak lagi.
"Na, kebetulan kalau begitu!"
"Kebetulan kenapa, Oom?"
"Kebetulan karena kamu cuma ngerti sebagian."
"Kok?"
"Ya, kebetulan saya lagi ada waktu kosong. Yuk, kamu saya ajak
keluar untuk menjelaskan sebagian yang kamu nggak ngerti itu.
Kita cari restoran seafood yang enak dan sepi."
"Nggak ah, Oom, saya makan roti ini aja!"
"Eh, jangan gitulah. Lagian apa enaknya makan roti buluk itu?"
"Yah daripada makan seafood sama Oom, buat saya sih, lebih
enak makan roti buluk ini sendiri," jawab Olga cuek.
Pak Stefan jadi salah tingkah, dan mukanya bersemu merah. Dia
nggak nyangka bakal dap at jawaban begitu dari Olga. Maka tanpa
bayak cincong lagi Pak Stefan langsung pergi.
Sedang Olga sama sekali nggak nyangka kalau peristiwa konyol
itu bakal berbuntut panjang.
Tiga hari setelah peristiwa itu, mendadak Olga dipanggil
menghadap Pak Yoyo, kepala personalia di situ.
"Kamu tau kenapa dipanggil ke sini?" tanya Pak Yoyo sambil
mengisap cangklongnya. Mukanya terkesan angker.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
79/136
www.rajaebookgratis.com
"Menurut Bapak, saya tau nggak?"
"Nggak."
"Saya rasa juga nggak."
"Bagus.... "
"Terima kasih, Pak. Bapak mirip Kenny G, deh, kalo lagi ngisep
cangklong begitu."
"Terima kasih. Cita-cita saya dulu memang mau jadi tukang tiup
trompet, karena nggak kesampaian jadi saya niup cangklong ini
aja, deh. Oh ya begini," Pak Yoyo yang tadi udah mulai ramah, lalu
memasang wajah angker lagi. "sengaja kamu dipanggil ke sini
sebab saya dapat laporan yang buruk tentang kamu."
"Buruk gimana, Pak?"
"Yah, pokoknya kamu sudah mulai bandellah!"
"Bapak dapat laporan dari mana?"
"Itu nggak penting. Yang jelas laporan itu saya dapat dari orang
yang patut dipercaya."
"Apa isi laporannya, Pak?"
"Nah, itu yang akan saya katakan. Saya dengar kamu nggak mau
menaati peraturan perusahaan. Bahkan kamu sudah berani
menolak keinginan pimpinan. Padahal pimpinan itu kan
bermaksud baik."
Ditilik dari kalimat Pak Yoyo yang menjurus itu, Olga akhirnya
paham, pasti si kecebong kumisan itu yang melapor. Dan gara-
gara si kecebong itu, Olga jadi dipanggil ke sini."Saya menyesal Bapak percaya aja sama laporan itu. Mestinya
Bapak menyelidiki dulu kebenarannya," Olga mulai berani
membantah.
"Nah, ini satu bukti kamu sudah berani melawan atasan. Saya jadi
makin percaya sama laporan itu. Olga, kamu mestinya ingat, salah
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
80/136
www.rajaebookgratis.com
satu peraturan di sini adalah, kamu harus ikut kata-kata
atasanmu. Baik atau buruk. Jangan membantah."
"Tapi, Pak...."
"Eh, dibilangin jangan membantah! Meski cuma penyiar, nantinyakamu akan jadi karyawan full di sini. Tapi baru kerja, saya sudah
sering dapat laporan yang tidak baik mengenai kamu. Ketawa
cekakakan adalah hobi kamu. Menggoda pegawai cowok adalah
kebiasaan kamu."
"Tapi, Pak, kalau atasan kita salah?"
"Ikuti saja dulu kemauannya. Nanti kalau memang dia yang salah,
dia yang harus tanggung jawab. Mengerti? Kalo semua bawahan
boleh melawan, ya, siapa yang mau tanggung jawab? Ingat,
perusahaan ini tak butuh orang yang pinter tapi tak mau diajak
kerja sama. Kalo mau jalan sendiri, ya, keluar aja!"
Kuping Olga panas seperti diantup tawon. Yah, siapa, sih, yang
nggak panas dimarahi begitu. Apalagi Olga merasa nggak berbuat
begitu. Tapi karena posisi Olga sangat lemah, Olga diam aja.
Cuma pipi dan kupingnya yang memerah menahan kesal.
***
Sekian jam Olga cuma bisa menahan rasa gondok di
tenggorokannya. Baru pas sampai rumah, Olga bisa
menumpahkan semua kekesalannya. Olga ngamuk sejadi-jadinya.
Ditendangnya pintu halaman keras-keras. Nggak cukup puas,
Olga juga membanting semua pot tanaman kesayangan Mami
yang bertengger di teras. Si Pusi, kucing tetangga yang biasanya
jadi kesayangan Olga, langsung ditendang begitu mendekat.
Kontan si Pusi menjerit keras sekali.
Mami dan Papi yang lagi asyik. minum kopi sambil baca majalah,
jelas kaget. Mereka bangkit dari bangkunya, dan segera menyerbu
keluar.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
81/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
82/136
www.rajaebookgratis.com
"Ya, kamu baru diomelin gitu aja udah ngambek. Itu kan biasa.
Namanya juga orang kerja. Papi aja ampir tiap hari diomelin di
kantor," jelas Papi.
"Ya, kamu persis Papi waktu baru kerja dulu. Papi juga ngambek
waktu diomelin sama bosnya," timpal Mami.
"Ya waktu itu Papi masih bego. Tapi setelah kerja puluhan tahun,
Papi akhirnya tau kalau hal itu biasa. Bos di mana-mana
kerjaannya memang cuma ngomel," kata Papi lagi.
"Olga, sih, mau aja diomelin, kalo emang Olga salah. Tapi ini Olga
nggak salah apa-apa, Olga difitnah."
Papi ketawa lagi.
"Olga... Olga... dasar kamu masih polos. Fitnah dan sikut-sikutan
itu juga hal biasa dalam dunia kerja," tandas Papi lagi.
"Masa bodo, pokoknya mulai besok Olga mau berenti!"
Papi cekikikan.
"Mi... sejak kapan anak kita jadi lembek begitu. Kok, udah nyerah
kalah sebelum perang."
"Apa, sih, maksud Papi?" Olga jadi penasaran.
"Kalo kamu sampe berenti, berarti kamu lembek. Kamu belon bisa
menguasai emosi. Perkara begitu aja udah bikin kamu buntu
pikiran. Denger, ya, Ol, kalo kamu sampai berenti kerja cuma
gara-gara diomelin, berarti kamu kalah sebelum bertanding.
Kamu baru dua minggu kerja di situ. Kamu belum ngebuktiin
prestasi apa-apa. Kok udah mau berenti. Paling-paling kalo kamu
keluar dari situ, kamu cuma jadi bahan tertawaan. Kamu harus
ingat satu hal, kebenaran selalu menemui jalannya!"
"Ah, Papi...." Olga mulai ragu.
"Iya, Papi, sih, nggak apa-apa kamu mau berenti, tapi setelah
kamu bikin prestasi di situ. Kamu harus buktikan bahwa kamu
punya potensi. Kamu harus bikin pimpinan kamu sangat butuh
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
83/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
84/136
www.rajaebookgratis.com
Papi mengucek-ngucek matanya, karena kagum melihat cara
makan Mami yang gila-gilaan itu. "Luar biasa, steak - segede gitu
kamu abisin cuma dengan dua kali caplokan, Mi?" tanya Papi
kagum. Tapi belum lagi Mami sempat nyombong, tiba-tiba dengan
santainya Papi menaruh sepotong sirloin steak di mulutya, danmenelannya bulat-bulat. Kini balik Mami yang terkagum-kagum.
"Oh, my-God... dari mana Papi belajar itu...?" desis Mami.
Wina yang duduk di samping Mami cuma cekikikan. "Itu, mah,
nggak seberapa," Wina berkata cuek, kemudian dengan gerakan
fantastis Wina memasukkan dua potong lambchop Ke mulutnya,
dan menelannya sekaligus Kini semua melongo. Tak terkecuali
Olga.
"Huh, ini sama dengan buang garem ke air laut!" sungut Olga
sengit.
"Yah, nggak apa-apa, kan, biar lautnya tambah asin," tukas Wina..
"Tambah lagi ya, Ol? Wina menyelesaikan kalimatnya dengan
sinar mata seperti orang kelaparan.
"Iya, Ol?" dukung Papi dan Mami nyaris berbarengan. Sinar
matanya juga persis orang yang nggak makan seminggu.
Olga mendelik.
"Not again! Olga memang janji nraktir, tapi bukan berarti Papi,
Mami, dan kamu, Win. bisa ngerampok saya seenaknya. Masa
makan steak semahal ini sampe nambah? Kalo diturutin, mungkin
besok duit. Olga sisa seratus perak. Buat naik bajaj pulang aja
nggak cukup!" sembur Olga sambil beranjak dari bangkunya.
"Sekarang kita bubar!" bentak Olga lagi.
Wina, Papi, dan Mami mendesis berbarengan, "Ha, pulang? Jadi
kamu betul-betul nggak berniat nawarin kita lagi?"
"Nggak!" jawab Olga ketus. Tapi Wina, Papi, dan Mami malah
tersenyum sambil menepuk-nepuk perutnya yang kekenyangan.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
85/136
www.rajaebookgratis.com
Mereka lalu mengikuti langkah Olga dengan seulas senyum
bahagia menghias di bibir masing-masing. Yah, tentu aja Papi,
Mami, dan Wina senang, karena rasanya baru kali ini mereka bisa
ngerjain Olga dengan sukses.
Tapi apa sebab hari ini Olga bisa mendadak baik mau nraktirPapi, Mami, dan Wina? Yang jelas ini ada kaitannya dengan janji
Olga beberapa waktu lalu. Dia janji mau nraktir Mami, kalau
dapat gaji dari kantornya. Nah, kemarin Olga baru dapet gaji
pertamanya dari TV swasta. Dan sesuai janji, Olga lalu mengajak
Mami ke Sizzler. Mami udah ngimpi-ngimpi terus mau makan
steak enak. Dan biar lebih seru, Papi dan Wina juga diajak. Tapi
ternyata Olga malah dikerjain abis-abisan. "Soalnya kalo nggak
sekarang, kapan lagi kita bisa ngerjain Olga. Mumpung Olga lagibanyak duit," alasan Papi, yang disambut dengan meriah oleh
Mami dan Wina.
Yah, sebetulnya Olga juga nggak perlu nyesel. Toh, Olga bisa
bertahan kerja di kantor TV swasta itu juga berkat Papi. Rupanya
setelah dapet dorongan moral dari Papi, Olga akhirnya
memutuskan tetap kerja. Lagian kontrak Olga yang setahun itu
kan nggak bisa diputus begitu aja. Olga merasa omongan Papi
banyak betulnya juga. Olga memang harus berprestasi dikantornya.
Itulah yang bikin Olga jadi makin mantap ngejalanin hari-harinya
di. TV swasta tersebut. Walau sebetulnya masalah yang timbul di
kantornya bukan berkurang, tapi justru makin banyak, dan makin
ruwet. Kadang bikin Olga stres berat. Di kantor Olga memang
sangat banyak orang yang suka bikin pusing kepalanya sendiri.
Sebab kebanyakan masalah yang timbul nggak ada manfaatnya
bagi pekerjaan. Sering-sering masalah itu timbul hanya karenakurangnya pengalaman, dan ambisi pribadi.
***
"Kenalin, nama saya Bimbi! Lengkapnya Bimbi Simsalabim!" tukas
seorang cowok pendek yang tampangnya boros. Maksudnya,
umur baru twenty-something, tampang udah fourty-something.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
86/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
87/136
www.rajaebookgratis.com
"Kalo boleh tau, sebetulnya apa, sih, acara yang lagi Mas rancang.
Kok kedengerannya hebat betul?"
"Hm... jelas aja hebat. Saya dan teman-teman lagi merancang
acara Kuis Teba -tebak Buah Manggis. Kuis ini beda sama kuis-
kuis yang pernah ada. Kuis ini sangat orisinal dan menarik. Sayayakin kuis ini pasti akan jadi favorit bagi penonton," cerocos
Bimbi lagi.
"Ya, hebat sih hebat, tapi apanya dong, yang hebat?" tanya Olga
isen g.
Bimbi demi ditanya begitu, jadi makin bangga. "O, letak hebatnya,
mah, di mana-mana. Coba aja bayangin, nanti tiap peserta kuis
kita suruh adu mirip-miripan ngegambar buntut ayam. Selain itumereka juga kita suruh menirukan suara tukang sate madura,
atau tukang roti, atau suara orang adu balap dingklik.
Pemenangnya tentu aja yang bisa menirukan dengan persis." .
"Lalu apa lagi, Mas?" tanya Olga sambil menahan tawa, karena
Olga merasa apa yang diomongin Bimbi sama sekali nggak lucu.
Tapi Bimbi malah makin semangat menjelaskan.
"Di session berikutnya, ini session yang paling sulit dan menarik,
para peserta kuis kita kasih liat gambar manggis, duren, dan ra
butan berikut isinya. Kemudian peserta kuis itu kita suruh
menunjukkan mana isi buah duren, rambutan, dan manggis itu
secara tepat. Nah, gimana menurut kamu, orisinal, kan?" jawab
Bimbi dengan penuh keyakinan.
Akhirnya Olga nggak kuasa lagi menahan tawanya. Tawa Olga
meledak seiringan dengan habisnya kalimat Bimbi. Bimbi jelas
tersinggung.
"Lho, kenapa?" tanya Bimbi penuh rasa curiga
"Ah, nggak apa-apa, cuma lucu aja," jawab Olga sekenanya.
Bimbi tersenyum. Girang karena merasa kuis rancangannya
dianggap lucu. Lalu tukas Bimbi, "Yah, memang sengaja kuis itu
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
88/136
www.rajaebookgratis.com
saya rancang selucu mungkin. Karena sekarang ini apa yang lucu-
lucu lagi digemari masyarakat. Itu makanya saya yakin kuis ini
pasti bakal jadi favorit."
Lalu Olga pun tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Bimbi mengira
Olga ketawa karena salut, maka Bimbi pun senang. Padahal Olgaketawa karena betul-betul merasa lucu, sebab ternyata kuis yang
digembar-gemborkan Bimbi cuma segitu. Nggak lebih bagus dari
mainan anak SD.
Itulah perkenalan Olga dengan Bimbi, ketika pertama kali Olga
ngegabung dengan grup Bimbi. Sebuah perkenalan yang kurang
mengesankan.
***
Di hari berikutnya, ketika Olga udah makin kenal Bimbi, Olga
akhimya bisa mengambil kesimpulan kalau Bimbi termasuk orang
yang suka bikin pusing kepalanya sendiri. Sok pinter.
Ngomongnya berbusa-busa. Kalo berdebat maunya menang
sendiri. Keras kepala. Dan yang paling parah, tukang ngibul.
Bimbi juga suka mikirin masalah yang seharusnya bukan urusan
dia. Tapi sebetulnya Bimbi hatinya baik. Kalo udah suka sama
orang, dia bisa setia setengah mati dan sangat perhatian.
Tapi tadi waktu Olga masuk kantor, diliatnya Bimbi lagi duduk di
pojokan sambil mengelus-elus kumisnya yang tumbuh lebat. Tapi
saat itu wajah Bimbi keliatan sangat sedih. Ini nggak biasa-
biasanya. Apalagi di sampingnya Levi Koek, cewek Yogya yang
sarjana komunikasi, juga keliatan sedih. Begitu juga Jakob
Terkondor, si anak Manado yang suka senyum. Semuanya temen
Olga segrup pada pasang muka sekusut benang jait yang diceker-
ceker ayam. Olga demi ngeliat temen-temennya lagi pada sedih;langsung ngedeketin dan menegur Bimbi.
"Ada apa, Mas, kok suasananya jadi mendung begini?"
"Ini tragedi nasional, Olga, tragedi nasional," jelas Bimbi dengan
penuh semangat. Reaksi Bimbi betul-betul di luar dugaan. Olga
aja sampe kaget sendiri.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
89/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
90/136
www.rajaebookgratis.com
cengar-cengir bajing. Tapi Olga nggak berani ngomong langsung
apa yang bikin dia cengar-cengir. Olga takut Bimbi, Jakob, dan
Levi tersinggung. Padahal kalo boleh ngomong langsung, Olga
pengen ngomong begini, seperti yang Olga omongin ke Wina
sehari sesudah pertemuannya dengan Bimbi cs."Yah, wajar aja kalo kuis jelek begitu ditolak. Nggak perlu sewot,
dong! Malah dengan menolak kuis itu, berarti sebagai pimpinan,
Pak Jaya cukup pinter dan cukup bijaksana. Dia udah berhasil
nyelametin perusahaan dari kebangkrutan," tukas Olga berapi-api.
Wina nanggapin omongan Olga dengan lebih berapi-api, sampai
sebagian roknya kebakaran.
"Betul, Ol, rasanya dari sekian banyak kuis yang ada di TV, kuis
rancangan temen lo itu adalah kuis paling jelek yang pernah gue
tau! Nggak ada menarik-menariknya."
"Nah, tu kan, lo aja yang rada bego bilang kuis itu nggak menarik
sama sekali. Apalagi orang lain yang nggak sebego elo?" tukas
Olga lagi.
"Ah, sialan lo, Ol!"
***
Peristiwa penolakan itu ternyata berbuntut agak panjang. Bimbi
jadi keliatan males kerja. Karena Bimbi-nya males, anak buahnya
jadi ikut-ikutan males. Kadang mereka seharian cuma tidur-
tiduran atau main congklak di kantor. Sedang Bimbi nampaknya
lebih suka mengisi hari-hari lesunya dengan asyik ngeliatin muka
Levi Koek yang bunder kayak martabak itu. Mereka betul-betul
kecewa, dan rasa kecewa itu sepertinya ingin diliat siapa pun.Semula Pak Jaya cuek aja. Tapi karena TV udah harus mengudara
dalam waktu dekat, terpaksa Pak Jaya meminta Bimbi cs harus
punya program yang final dalam akhir bulan ini. Bimbi cs pun
kembali mulai bekerja merancang kuis. Beberapa kuis dirancang
sekaligus dalam seminggu, dan dengan semangat kerja yang
sangat kendor. Nggak salah lagi, begitu disodorin ke Pak Jaya,
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
91/136
www.rajaebookgratis.com
rancangan kuis itu langsung ditolak mentah-mentah. Kali ini
malah sambil dimaki-maki. Rupanya Pak Jaya udah nggak kuasa
lagi menahan emosinya ngeliat kebegoan Bimbi cs.
"Kalian kerja yang serius, dong! Masak bikin kuis nggak lebih
bagus daripada tebak-tebakan anak kecil," rutuk Pak Jaya.
Bimbi nginyem.
Yah, tanpa dijelasin pun rasanya Olga tau kuis macam apa yang
disodorin Bimbi ke Pak Jaya. Sebab kuis yang dirancang
berminggu-minggu dengan serius pun, hasilnya jelek minta
ampun. Apalagi ini, kuis yang dirancang borongan dalam
seminggu, dan dengan semangat kerja yang kendor, sekendor
karet kolor tua.
"Aku benci. Benci. Benciiiiiii!!!!" maki Bimbi.
"Aku dongkol. Dongkol. Dongkoooooool!" balas Levi.
Sedang Jakob menutup mulut rapat. Olga senyam-senyum.
"Eh, iseng-iseng kita bikin sesuatu, yuk? Apaan, kek, untuk
menumpahkan rasa kesal. Atau ini aja, kita bikin permainan di
whiteboard. "
"Permainan apa?" tanya Levi.
"Permainan buat penyembuhan kepribadian," Bimbi punya ide
baru lagi. "Kita ini harusnya jangan takut dikritik. Karena kritik
kan akan membantu kita melihat kelemahan. Setiap orang kan
punya kelemahan. Dan kadang kita nggak tau kelemahan kita.
Jadi kita butuh orang lain untuk menunjukkan apa kelemahan
kita. Jadi setiap hari di white board kita tulis, misalnya, Saya
benci Levi, karena... Nah, tiap orang berhak meneruskan kalimatitu. Misalnya, mukanya kayak martabak, karena di giginya suka
ada cabe... dan lain-lain. Kan seru? Buat becandaan aja...."
"Wah, itu ide bagus!!!" reaksi Olga paling spontan. Soalnya dengan
begitu, Olga ngerasa bisa numpahin unek-uneknya dalam ngritik
orang dengan lebih leluasa.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
92/136
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
93/136
www.rajaebookgratis.com
kebanyakan wanita, untuk hamil bareng-bareng begitu lolos masa
percobaan. "Tujuan kita kerja kan cuma supaya dapet biaya
bersalin gratis," begitu alasan mereka ketika ditanya.
Sementara itu secara sengaja reporter THE BULLSHIT NEWS
memergoki Bimbi lagi asyik liburan di Anyer, setelah seharisebelumnya dengan wajah memelas dan mengiba-iba, Bimbi
minta izin ke personalia untuk suatu urusan keluarga yang sangat
penting.
Menanggapi hal itu, kepada reporter THE BULLSHIT NEWS Levi
Koek berkomentar, "Ah, itu sih trick kuno. Saya sudah
melakukannya sejak masuk kantor ini!!"
Menyusuri kehidupan malam yang makin gemerlap, reporter THEBULLSHIT NEWS sempat dibuat kaget ketika mengetahui bahwa
salah seorang karyawan kantor ini yang bernama Levi Koek,
ternyata bisa dibooking melalui starko. Hargal Negotiable.
Menurut sebuah hasil penelitian, ternyata banyak teman kita yang
suka menggelapkan uang kesehatan dengan pura-pura sakit tapi
sebetulnya mereka segar bugar. Yang masih terus diteliti adalah
dari mana mereka bisa memperoleh resep dokter tanpa harus
sakit?
Salah seorang penulis naskah drama bernama Rocky Muller
menegaskan, jam masuk kantor tidak boleh mengganggu jam
bangun tidurnya. Dan jam pulang kantor, harus berkurang
setengah jam dari jam yang telah ditentukan.
Pada terbitan berikutnya, dan berikutnya lagi, koran sehalaman
itu juga menurunkan berita yang nggak kalah serunya. Misalnya
ada berita: Beberapa karyawan wanita pengurus acara Nondrama
belakangan ini mengakui perbuatannya bersantai-santai di musala
sehabis salat lohor. Konon musala yang full AC itu enak
digunakan untuk curi-curi waktu istirahat. "Buat ngilangin stres
dan pegel linu," kata sumber yang tak bisa dipercaya. Asal jangan
buat pijet aja, ya? "Ya, enggak la ya!!!" kilah mereka sengit! Atau,
ada berita tentang supervisor l in yang ternyata lebih jago main
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
94/136
www.rajaebookgratis.com
game daripada merancang program siaran. Berita lainnya
menyebutkan, "Sebagian karyawan kantor rame-rame pada sibuk
jadi sales daripada mikirin kerjaan." Makanya di ujung halaman
koran, ada sedikit iklan baris: 1) Dijual CD, merek GT-man &
Crocodile. Baru dua kali pake. Hub. Muller, bth uang buat bayarkoso 2) Tolong beli dasi pornonya Herman, karena doi diancam
pamannya Ade (pacarnya) kalau tak berhasil menjual. 3) Dicari
research-writer, syarat: harus bisa menggaji sendiri. Hub. SMTM
TV. 5) Dijual video bekas: Ju assic Park, pita kusut. Hubungi
Otong. 6) Dijual batu akik merah delima, kuning tokai, BU, Hub:
Jaffar.
Di terbitan berikutnya, masih ada berita konnyol. Tentang
konglomerat baru. Isinya: Dari majalah Ekonomi Swak, diperolehinfo bahwa seorang konglomerat baru lahir di SMTM TV. Menurut
majalah itu, Japra, salah seorang penulis drama, memulai bisnis
di Perkampungan Industri Kecil-kecilan. Dengan modal dasar
saling percaya, dan tekad bulat membara, Mr. Japra merasa
optimis dengan usaha tersebut. "Yang penting, bagaimana kita
melayani konsumen. Konsumen adalah raja, sedang kita adalah
mahkotanya. Iya, nggak?" katanya mencoba berfalsafah tapi
nggeladrah.
Sedang berita lain, mengenai Sudiyanto, yang mengasuh acara
Gag Show. Yaitu, acara humor di TV. Menurut sumber yang ingin
sekali disebut namanya, tapi karena tidak komersial percuma aja
disebutin, buku-buku humor tidak dapat lagi dicari di toko-toko
buku. Konon diborong oleh Sudiyanto. Ketika ditanyai teman-
teman dekatnya, mengapa ia melakukan itu, dengan malu-malu
Sudiyanto menjawab, "Persediaan humor saya sudah habis...!"
Akibatnya suasana kantor jadi makin panas, karena banyakkaryawan yang merasa kena sentil.
***
Olga dan Lita yang memotori lahirnya koran sehalaman itu, betul-
betul nggak nyangka suasananya bakal jadi runyam.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
95/136
www.rajaebookgratis.com
"Padahal niat kita kan cuma iseng, daripada stres mikirin kerjaan
yang nggak rampung-rampung," tukas Lita pada Olga, sepulang
kantor. Rupanya dua anak itu agak takut juga akibat dari
perbuatannya.
Tadi siang memang sempat ribut. Bahkan diadakan rapat antardivisi yang membahas soal koran sehalaman itu.
"Koran ini jelas ingin memecah belah persatuan kita, maka tidak
ada jalan lain, kita harus seret Olga ke meja yang dicat hijau.
Kalau perlu kita pecat anak itu, daripada kantor kita hancur lebur
berantakan sebelum waktunya," tukas Bimbi yang entah kenapa
keliatan paling. sengit atas terbitnya koran sehalaman versi Olga.
"Ya, betul, kita harus bikin daripada tindakan. Tuduhan-tuduhanyang dilakukan daripada Olga lewat korannya, sama sekali nggak
ada dasarnya. Olga asal daripada ngomong seenaknya, tanpa ada
daripada penelitian lebih dulu," sambut Chandra yang sentimen
sama Olga, sejak cintanya ditolak mentah-mentah.
Olga dipanggil Bimbi, dan diintimidasi. "Daya humor kamu bener-
bener membangkitkan kemarahan orang! Saya nggak mau bertan
ggung jawab kalau orang-orang sekantor ini marah, dan ramai-
ramai mengeroyokmu sampai mati. Kamu nggak bisa berkelit,karena bukti-bukti, berupa koran edaran itu, sudah beredar dan
ada di setiap meja anak-anak. Kamu mbok ya mikir dulu, orang
suka apa nggak sama koran kamu itu. Jangan asal nyablak aja...."
Olga agak takut juga dimarahi begitu, meski ia sempet mengelak,
"Lho, ide itu kan sama aja dengan ide Mas Bimbi yang bikin
permainan I Hate Levi: because... itu."
"Tapi ini lain! Lain sama yang saya maksud!"
Olga diem. Dalam hatinya dia tetap merasa bahwa ide itu
berangkat dati celetukan Mas Bimbi sendiri. Tapi kenapa dia
nggak mau mengakui?
Olga gak bisa berbuat apa-apa. Diem aja.
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
96/136
www.rajaebookgratis.com
Dan suara-suara sumbang yang memojokkan Olga masih terus
terdengar dari para karyawan yang merasa kena sentil. Tapi
sebetulnya nggak semua membenci Olga. Karena ada juga
karyawan yang justru suka sama ulah Olga. Bagi mereka yang
kerjanya bagus, koran Olga bahkan ibarat media yang bisamerasakan suara nati. mereka. Yah, mereka sebetulnya udah lama
gedeg sama karyawan yang cuma ngarepin gaji tiap bulan, tapi
kerjanya asal-asalan.
"Ini baru koran. Bahasanya memikat, dan teknik penyajiannya
bergaya investigasi yang bisa dipertanggungjawabkan," tukas
Suryo dari divisi programmer. Siswanto, anak editing,
ngomongnya juga bernada simpatik, "Saya suka koran bikinan
Olga, enak dibaca dan perlu!"Tapi apa boleh buat, meski ada yang suka, tapi yang
membencinya jauh lebih banyak. Atas prakarsa Bimbi dan
Chandra, akhirnya Olga diseret menghadap Pak Jaya untuk
diadili.
Melihat para karyawan menyeret Olga, dan saling ngomong
dengan nada melebih-lebihkan tentang alasan mereka menyeret
Olga ke situ, Pak Jaya cuma tersenyum.
"Nah, Pak, mengingat perbuatannya yang bisa merusak otoritas
kerja kita, saya pikir adil kalo Olga dipecat aja!" usul Bimbi.
Pak Jaya tersenyum.
"Iya, Pak, Bapak kan nggak ingin kantor kita bangkrut cuma gara-
gara satu orang ini!" tukas Chandra memperkuat.
Pak Jaya masih tersenyum, lalu akhirnya ngomong.
"Saya tau.... Saya udah mengikuti kolan sehalaman bikinan Olga
sejak peltama kali telbit. Dan memang dilihat dali isinya, kolan
Olga itu..."
Bimbi, Chandra, dan karyawan lainnya tersenyum, karena ditilik
dari nada omongannya yang kurang suka, mereka mengira Pak
-
7/27/2019 Lupus Dlm Olga Dan Tv Swasta
97/136
www.rajaebookgratis.com
Jaya bakal marah dan memecat Olga. Tapi kalimat Pak Jaya
selanjutnya sungguh bikin mereka kaget.
".... pellu saya baca. Kalena dali situlah saya bisa memantau cala
kelja kalian. Telnyata kalian memang blengsek-blengsek semua.
Kelja kaliatl kagak becus!"
Bimbi cs melongo. Perasaan mereka seperti disiram bara api.
Mereka langsung lemes. Olga juga ikut-ikutan lemes, karena sama
sekali nggak nyangka kalo Pak Jaya bakal ngomong begitu.
"Sebelon kalian pada bubal dali sini, pellu kalian dengel, kalian.
jangan pada blengsek lagi kalo kelja. Contoh itu Olga, dia anak
yang kleatif. Saya suka sama dia. Jalan pikilannya bagus punya....
Nah, sekalang kalian bubal... bubal.... Saya enek liat muka kalian!"
Dengan dikomandoi Bimbi dan Chandra, para karyawan satu per
satu ngacir dari kamar Pak Jaya dengan muka ditekuk. Ketika
Olga mau keluar ruangan, tiba-tiba Pak Jaya bersuara, "Telima
kasih, ya, Olga...." Pak Jaya tersenyum. Olga tersenyum.
Suryo, Lita, dan Siswanto begitu denger Olga menang perkara,
langsung berteriak gembira. Tapi Olga sendiri berjanji nggak akan
menerbitkan koran sehalaman lagi. "Daripada hubungan antar
kita terputus, saya lebih rela menutup koran itu. Di sini kita
memang belon bisa ngomong sesuai fakta. Orang-orang kita
masih belum bisa bersikap dewasa dalam menerima kritik. Kita
maunya dipuji terus," Olga beralasan. . .
Sorenya ketika Olga mau pulang, di tikungan dekat toilet, tiba-
tiba Olga mendengar suara bisik-bisik.
"Maafin saya, Lev, saya nggak bisa ngebales sakit hatimu atas
koran sehalaman Olga yang selalu menyerang kamu. Tapi, janjikita untuk nonton sore ini nggak batal, kan?"
Ha, itu kan suara Bimbi. Pantes Bimbi begitu gigih menyerang
Olga, nggak tau dia ada apa-apa sama Levi Koek, yang kebetulan
memang sering diserang Olga melalui koran sehalaman.
-
7/