oleh: kartika anisa putri 1111101000117 program studi...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN ENERGI
SISWA KELAS 5 DAN 6 SDIT AL SYUKRO UNIVERSAL TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH:
Kartika Anisa Putri
1111101000117
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI SKRIPSI, NOVEMBER 2015 Nama: Kartika Anisa Putri NIM: 1111101000117
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 (xliv + 117 halaman, 2 gambar, 15 tabel, 3 lampiran)
ABSTRAK Malnutrisi adalah kesalahan atau ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan
kebutuhan yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas karena dapat
memperparah keadaan dari penyakit yang dialami oleh seseorang. Determinan utama
dari kejadian malnutrisi ini adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dari siswa. Sebanyak 44,44% siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
memiliki asupan energi sesuai dengan AKG, 21,05% anak memiliki asupan energi
lebih besar dari AKG sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi yang kurang
dari 70% AKG untuk golongan usianya. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional yang dilakukan terhadap 122 orang siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro
Universal beserta ibu siswa yang didapat dari jumlah total populasi. Pengumpulan
data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan formulir food record untuk ibu dan
pengisian kuesioner serta wawancara food recall untuk anak.
Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan
chi square. Hasil penelitian menunjukkan 32,8% siswa memiliki asupan energi yang
tidak sesuai dengan AKG. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang
sama yaitu masing-masing sebanyak 61 orang. 40,2% siswa memiliki praktek
pemberian makan yang kurang baik, 42,6% siswa memiliki ketersediaan makanan
yang kurang baik, 56,6% ibu siswa memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan
AKG, 51,6% ibu memiliki pengetahuan yang kurang baik, 63,1% siswa memiliki
interaksi yang kuat dengan teman dan 52,5% siswa tergolong dalam siswa yang aktif.
Hasil analisis chi square menemukan adanya hubungan bermakna antara asupan
energi ibu dengan asupan energi anak dengan nilai p sebesar 0,002. Tidak ditemukan
adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin, praktek pemberian makan,
ketersediaan makan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman dan aktivitas fisik
dengan asupan energi siswa. Peneliti menyarankan SDIT Al Syukro Universal untuk
menambahkan suplementasi materi pada mata pelajaran Penjaskes terkait asupan gizi
yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ibu siswa.
Kata kunci: Asupan energi siswa, siswa sekolah dasar, asupan energi orang tua
Daftar bacaan: 88 (1991-2015)
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDECINE AND HEALTH SCIENCE NUTRITION MAJOR OF PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY UNDERGRADUATED THESIS, NOVEMBER 2015 Name: Kartika Anisa Putri NIM: 1111101000117 The Factors that Associated with Energy Intake of 5th and 6th Grade Students of SDIT Al Syukro Universal 2015 (xliv + 117 pages, 2 pictures, 15 tables, 3 appendices)
ABSTRACT Malnutrition is an impact from condition between nutrition intake and
nutrition requirements, it causes morbidity and mortality because it can aggravate
circumstances of a disease. The major determinant of malnutrition is an inadequate of
energy intake and student requirement. It is known that 44.44% of the 5th and 6th
grade students of SDIT Al Syukro Universal have adequate energy intake as their
requirement, 21.05% students have energy intake more than their requirement, and
33.33% students have energy intake less than 70% of their requirement. This is a
cross sectional study of 122 students from 5th and 6th grade of SDIT Al Syukro
Universal and their mothers that taken from their population. Data had been collected
from mothers by filling the questionnaires and food record form while data from
students had been collected by filling the questionnaires and food recall form.
Data analysis had been done by univariate and bivariate analysis using chi
square analysis. This study shows that 32.8% of the students have inadequate energy
intake. There are 61 male and female students as well, where 40.2% of them have bad
feeding practice, 42.6% have bad food availability, 56.6% of their mothers have
inadequate energy intake as their requirement, 51.6% mothers have bad knowledge,
63.1% students have a strong interaction with their friends and 52.5% students are
active students. It is shown that there is a significant association between mother’s
energy intake and student’s energy intake with 0.002 of p value. There are no
significant association between gender, child feeding practice, food availability,
mother’s knowledge, interaction with friends and physical activity with student’s
energy intake. Researcher suggests SDIT Al Syukro Universal to add a
supplementational leasson in physical and spiritual education subject about an
adequate nutrition intake for children and mothers.
Keywords : student’s energy intake, elementary student, mother’s energy intake
References: 88 (1991-2015)
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
v
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kartika Anisa Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/ 21 Oktober 1993
Alamat : Perum Periuk Jaya Permai, Jalan Periuk Jaya Permai 2
no 56, Periuk Jaya, Periuk, Kota Tangerang
No. Telp : 08176423741
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2011-sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)``
Syarif Hidayatullah Jakarta
2008-2011 : SMA Negeri 1 Kota Tangerang
2005-2008 : SMP Negeri 1 Kota Tangerang
1999-2005 : SD Kartini
1998-1999 : TK Kartini
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Asupan
Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015”. Sholawat serta salam
penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di
akhirat nanti. Aamiin.
Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS sebagai pembimbing I yang telah membimbing
dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi.
5. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan
Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Ayah dan Ibu, terima kasih atas doa, dukungan dan nasihat yang selalu diberikan.
Terima kasih selalu mengingatkan untuk ikhlas selama proses penyelesaian skripsi
ini.
viii
7. Bude dan kakak-kakak yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak putus-
putusnya dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman Gizi 2011 yang selalu kompak melewati beratnya perkuliahan dengan
berbagai macam tugas untuk mencapai, kalian adalah teman paling hebat yang
pernah kumiliki.
9. Teman-teman Kesmas 2011 yang selalu berjuang bersama serta memberikan
semangat dan dorongan satu sama lain.
10. Latanza Shima, Widya Umami, Donna Pertiwi dan Nurlina Bintan yang dengan
keikhlasannya meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu proses
pengambilan data.
11. Daily Lintang dan Rizki Asriani yang selalu menjadi tempat perilisan rasa penat
walau terkadang justru menambah beban pikiran.
12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa dalam proses
penyelesaian skripsi ini, khususnya Efri Malisa, Anisa Ajeng, Aqmarina Mahadibya,
Dwi Ramadhani, Nurlidyawati, Chandra Perdana, Lestari Andayani, Aldila Faza,
Widya Sulistiani, Bintang Almira, Laila Azzahrah, Fina Desvyanita, Balqis Afifah,
Noviani K K dan Tyara Yuliati.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
“Wassalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Ciputat, 4 November 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ..................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Tujuan ........................................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 8
E. Manfaat ....................................................................................................................... 10
1. Bagi SDIT Al Syukro Universal ............................................................................. 10
2. Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal ............................................................ 10
3. Bagi Peneliti ............................................................................................................ 10
F. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 11
A. Asupan Energi Siswa .................................................................................................. 11
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi ........................................... 14
1. Jenis Kelamin .......................................................................................................... 14
2. Praktek pemberian makan ....................................................................................... 16
3. Ketersediaan Makanan ............................................................................................ 20
4. Pengetahuan gizi ibu ............................................................................................... 22
5. Asupan energi ibu ................................................................................................... 24
6. Interaksi dengan teman ........................................................................................... 27
7. Program Makan Siang Sekolah ............................................................................... 29
x
8. Program olahraga sekolah ....................................................................................... 29
9. Aktivitas Fisik ......................................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS .............. 34
A. Kerangka Konsep ........................................................................................................ 34
B. Definisi Operasional ................................................................................................... 37
C. Hipotesis ..................................................................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................................... 41
A. Design Penelitian ........................................................................................................ 41
B. Waktu dan lokasi penelitian ........................................................................................ 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 41
1. Populasi ................................................................................................................... 41
2. Sampel..................................................................................................................... 42
D. Metode pengumpulan data .......................................................................................... 43
1. Jenis data ................................................................................................................. 43
2. Mekanisme pengumpulan data ................................................................................ 44
a. Asupan energi siswa ............................................................................................... 44
b. Jenis kelamin ........................................................................................................... 45
c. Praktek pemberian makan ....................................................................................... 45
d. Ketersediaan makanan ............................................................................................ 47
e. Pengetahuan gizi ibu ............................................................................................... 49
f. Asupan energi ibu ................................................................................................... 50
g. Interaksi dengan teman ........................................................................................... 50
h. Aktivitas Fisik ......................................................................................................... 51
E. Manejemen data .......................................................................................................... 52
1. Editing ..................................................................................................................... 53
2. Coding ..................................................................................................................... 53
3. Entry data ................................................................................................................ 53
4. Transformasi data .................................................................................................... 54
5. Cleaning .................................................................................................................. 54
F. Uji Instrumen Penelitian ............................................................................................. 54
1. Uji Validitas ............................................................................................................ 55
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................................ 58
xi
G. Analisis Data ............................................................................................................... 59
1. Univariat ................................................................................................................. 59
2. Bivariat .................................................................................................................... 59
BAB V HASIL ........................................................................................................................ 62
A. Analisis Univariat ....................................................................................................... 62
1. Asupan Energi Siswa .............................................................................................. 62
2. Jenis Kelamin .......................................................................................................... 63
3. Praktek Pemberian Makan ...................................................................................... 63
4. Ketersediaan Makanan ............................................................................................ 64
5. Pengetahuan Ibu ...................................................................................................... 65
6. Asupan Energi Ibu .................................................................................................. 66
7. Interaksi dengan Teman .......................................................................................... 67
8. Aktivitas Fisik Anak ............................................................................................... 68
B. Analisis Bivariat .......................................................................................................... 68
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa ........................................ 68
2. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa ..................... 69
3. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa .......................... 70
4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa .................................... 72
5. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa ................................. 73
6. Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman Dengan Asupan Energi Siswa ............. 74
7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa ....................................... 75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 107
A. Simpulan ................................................................................................................... 107
B. Saran ......................................................................................................................... 109
1. Bagi SDIT Al Syukro Universal ........................................................................... 109
2. Bagi Ibu siswa SDIT Al Syukro Universal .......................................................... 110
3. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 112
LAMPIRAN ..............................................................................................................................vi
Lampiran 1 Kuesioner Ibu .............................................................................................. vii
Lampiran 2 Kuesioner anak .......................................................................................... xxv
Lampiran 3 Output SPSS ............................................................................................. xxxi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................... 37
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .................... 59
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syuro Universal Tahun 2015 ................................... 60
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Pemberian Makan
Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .......... 61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Makanan Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .................... 62
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................. 62
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi Ibu Siswa Kelas
5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .............................. 63
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal dengan Teman Tahun 2015 ................... 64
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................. 65
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ..................... 66
xiii
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan
Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun
2015 ................................................................................................ 67
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan
Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun
2015 ................................................................................................ 68
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi
Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 69
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi
Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 70
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman dengan
Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
Tahun 2015 .................................................................................... 71
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi
Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 72
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 34
Bagan 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................. 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang
melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke
seluruh sel-sel jaringan tubuh dan digunakan untuk melakukan pertumbuhan,
pergantian sel-sel yang rusak serta untuk pemeliharaan jaringan-jaringan
tubuh khususnya pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan (Shetty,
2010). Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas
asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya, sehingga anak dapat mencapai
pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010)
Pada anak usia sekolah dasar khususnya pada usia 10-12 tahun, anak
mengalami proses percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangan dengan
pertambahan berat badan per tahunnya mencapai 2,5 kg dibandingkan dengan
usia sekolah dasar lainnya (Taras, 2005). Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
ditetapkan pada tahun 2013, menganjurkan anak usia 7-9 tahun untuk
memiliki asupan energi sebesar 129 kkal-2405 kkal, anak perempuan usia 10-
12 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi sebesar 1470 kkal-2730
kkal dan laki-laki usia 10-12 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi
1400 kkal-2600 kkal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).
2
Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa
28,2% anak usia sekolah (7-12 tahun) masih memiliki tingkat konsumsi
energi dibawah kebutuhannya berdasarkan AKG (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010). Di Provinsi Banten 29,7% anak berusia 7-12
tahun yang memiliki asupan energi yang kurang dari kebutuhannya
berdasarkan AKG. Sementara penelitian yang dilakukan di Tangerang Selatan
pada tahun 2014, menunjukkan bahwa sebanyak 54,17% siswa memiliki
asupan energi yang kurang dari anjuran, 16,17% siswa memiliki asupan yang
berlebihan dan hanya 29,17% siswa yang dapat memiliki asupan energi sesuai
dengan anjuran kebutuhannya (Kolopaking dkk., 2015).
Hasil analisis yang dilakukan terhadap beberapa penelitian di
Amerika, Australia, Selandia Baru dan Brazil, menemukan bahwa asupan
energi merupakan determinan utama dari kejadian malnutrisi pada anak usia
sekolah (Swinburn dkk., 2006). Malnutrisi adalah kesalahan atau
ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan kebutuhan, baik kondisi dimana
menyebabkan seseorang mengalami kurang gizi maupun kelebihan zat gizi di
dalam tubuhnya (Cope, 1996). Sehingga angka malnutrisi pada penelitian ini
menggunakan hasil penjumlahan prevalensi anak yang mengalami obesitas,
gemuk, kurus dan sangat kurus.
Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 diketahui bahwa prevalensi
malnutrisi tahun 2013 mencapai angka 30% pada golongan usia 5-12 tahun
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b). Provinsi Banten
merupakan provinsi dengan prevalensi malnutrisi melebihi rata-rata nasional
3
dengan menempati urutan ke sembilan dengan prevalensi sebesar 32%.
Malnutrisi yang terjadi pada anak usia sekolah dasar ini harus diberikan
perhatian khusus, mengingat pada usia tersebut anak sedang mengalami masa
pertumbuhan yang pesat baik perkembangan fisik maupun kognitif
(Soetjoningsih, 1995).
Keadaan malnutrisi dimana anak mengalami kekurangan energi dalam
jangka waktu yang lama, akan menyebabkan hilangnya otot dan cadangan
lemak ditubuhnya sehingga akan menyebabkan anak kekurangan vitamin A,
D, E dan K, terhambat pertumbuhannya, rentan terhadap penyakit infeksi dan
sulit untuk beraktivitas karena tubuhnya yang lemah (Pahlevi, 2012).
Sedangkan anak malnutrisi yang mengalami kelebihan berat badan, rentan
untuk memiliki masalah kesehatan seperti hipertensi hingga dapat
mengakibatkan aterosklerosis serta mengakibatkan sindroma hipoventilasi
yang membuat seseorang sulit bernapas saat tidur malam hari (Isselbacher
dkk., 1999).
Anak berusia 10-12 tahun pada umumnya menghabiskan waktu lebih
banyak di sekolah, terutama bagi anak yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD)
yang berbasis keagamaan dibandingkan dengan anak yang bersekolah di SD
tidak berbasis keagamaan. Perbedaan waktu yang dihabiskan di sekolah
tersebut disebabkan adanya tambahan mata pelajaran keagamaan yang
termasuk ke dalam kurikulim pembelajaran SD berbasis keagamaan. SD yang
memiliki basis keagamaan yang dimaksud antara lain, Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berbasis Agama Islam.
4
Waktu yang lebih banyak dihabiskan di sekolah dengan pelajaran tambahan
untuk anak, mengharuskan anak untuk memiliki asupan yang sesuai dengan
kebutuhannya agar dapat terus berkonsentrasi dalam menerima pelajaran yang
diberikan (Hakim, 2005).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan 3 Sekolah Dasar
berbasis Agama Islam di Tangerang Selatan, yaitu MI Negeri 1 Ciputat,
Madrasah Pembangunan dan SDIT Al Syukro Universal, diketahui bahwa
SDIT Al Syukro Universal merupakan sekolah dengan prevalensi malnutrisi
tertinggi dibandingkan 2 sekolah lainnya sekolah lainnya. Sebanyak 42,6%
siswa SDIT Al Syukro Universal mengalami malnutrisi.
Pengukuran menggunakan food recall yang dilakukan oleh peneliti
kepada siswa SDIT Al Syukro Universal untuk mengetahui asupan energi
yang dimilikinya menunjukkan bahwa hanya 44,44% siswa yang memiliki
asupan energi sesuai dengan anjuran AKG 2013, 21,05% anak memiliki
asupan energi lebih besar dari anjuran AKG 2013 sementara 33,33% lainnya
memiliki asupan energi yang kurang dari ajuran AKG 2013 untuk golongan
usianya. Asupan energi dari setiap anak berbeda karena hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis kelamin, praktek pemberian
makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu,
interaksi dengan teman, serta program sekolah berupa program makan siang
dan program olahraga (Davison dan Birch, 2001). Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi tingkat asupan energi dari anak usia sekolah adalah aktivitas
fisik yang dilakukannya (Brown dkk., 2011).
5
Orang tua berperan cukup besar dalam pembentukan pola makan yang
dapat dilihat dari jumlah asupan energi anak. Khususnya seorang ibu yang
bisa dikatakan sebagai arsitektur dalam rumah tangga yang mamu mengatur
suasana di dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam pemembentukan
kebiasaan makannya. Salah satu penelitian menunjukkan, orang tua yang
memaksa anak menghabiskan makanan di piringnya selama waktu makan,
mengonsumsi lemak tinggi lebih banyak per minggunya dibandingkan orang
tua yang tidak memaksakan anaknya menghabiskan makanan (Eisenberg dkk.,
2012).
Hasil penelitian lain menemukan bahwa orang tua yang menyediakan
makanan tinggi lemak yang lebih sedikit, memiliki anak dengan pola
konsumsi lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang
disediakan makanan tinggi lemak lebih banyak (Eisenberg dkk., 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, didapatkan bahwa
ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, diketahui memiliki anak yang
mengonsumsi makanan sehat lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
tidak memiliki pengetahuan gizi yang baik (Vitolo dkk., 2010).
Penelitian lainnya menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara konsumsi orang tua dengan konsumsi dari anak (Dickens dan Ogden,
2014). Terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa teman sebaya
memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku makan anak usia sekolah
(Saifah, 2011). Penelitian yang dilakukan di Jakarta menemukan bahwa
aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat asupan
6
energi (Mulyadi dkk., 2013). Penelitian di Korea Selatan, menemukan adanya
hubungan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana perempuan
memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan siswa laki-laki (Kim
dan Lee, 2009).
Ketidaksesuaian asupan energi siswa SDIT Al Syukro Universal
dengan AKG tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi asupan energi dari siswa SDIT Al Syukro
Universal kelas 5 dan 6 Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan AKG 2013, anak 9 tahun dianjurkan dapat memenuhi
asupan energi sebesar 1295 kkal-2405 kkal. Anak laki-laki dengan usia 10-11
tahun dianjurkan memiliki asupan energi 1470 kkal-2730 kkal dan anak
perempuan dengan usia 10-11 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi
sebesar 1400 kkal-2600 kkal. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
bulan Mei 2015 kepada siswa SDIT Al Syukro Universal menunjukkan bahwa
hanya 44,44% siswa yang memiliki asupan energi sesuai dengan AKG 2013,
21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari anjuran dengan kisaran
2596,2 kkal-3852,5 kkal, sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi
yang lebih rendah dengan kisaran 817 kkal-1358 kkal. Oleh karena itu,
peneliti hendak mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal, Tangerang Selatan
tahun 2015.
7
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro
Universal?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro
Universal?
3. Bagaimana gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5 dan 6 SDIT
Al Syukro Universal?
4. Bagaimana gambaran ketersediaan makan di rumah siswa kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal?
5. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal?
6. Bagaimana gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal?
7. Bagaimana gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal?
8. Bagaimana gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro
Universal?
9. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
10. Apakah terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
11. Apakah terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
8
12. Apakah terdapat hubungan antara asupan energi orang tua dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
13. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
14. Apakah terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
15. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan
energi kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT
Al Syukro Universal.
b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal.
c. Diketahuinya gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
d. Diketahuinya gambaran ketersediaan makanan di rumah siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
e. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT
Al Syukro Universal.
9
f. Diketahuinya gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal.
g. Diketahuinya gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas
5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
h. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal.
i. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan asupan energi siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
j. Diketahuinya hubungan antara praktek pemberian makan dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
k. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan makan di rumah
dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro
Universal.
l. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
m. Diketahuinya hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
n. Diketahuinya hubungan antara interaksi dengan teman dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
o. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
10
E. Manfaat
1. Bagi SDIT Al Syukro Universal
Sebagai acuan dalam membuat bahan suplementasi materi pada
mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan
pramuka terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan dari
siswa berdasarkan AKG 2013. Serta memberikan informasi tambahan
kepada ibu siswa terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan
anak dan ibu menurut golongan usia dan jenis kelaminnya.
2. Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal
Sebagai acuan dalam upaya memperbaiki asupan energi siswa.
3. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
asupan energi anak usia sekolah. Selain itu juga dapat menjadi bahan
pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dilakukan di sekolah
tersebut terhadap siswa dan ibu siswa SD kelas 5 dan 6 yang dilakukan pada
Mei hingga Agustus 2015 dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain
studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner untuk
pertanyaan terkait praktek pemberian makan, ketersediaan makanan,
pengetahuan ibu, interaksi dengan teman, serta aktivitas fisik siswa.
Sedangkan untuk mengukur asupan energi pada siswa, digunakan instrumen
11
3x24 hours food recall dan instrumen 3x24 hours food record digunakan
untuk mengukur asupan energi pada ibu. Analisis data menggunakan analisis
chi-square untuk melihat hubungan antara masing-masing faktor dengan
asupan energi siswa.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asupan Energi Siswa
Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang
melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke
seluruh sel-sel jaringan tubuh. Bahan makanan yang berfungsi sebagai sumber
energi berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Satuan energi yang dihasilkan
oleh bahan makanan disebut kalori (Saktiyo, 2006). Energi diperlukan oleh
seluruh makhluk hidup untuk bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan
kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Selain itu, energi juga dibutuhkan khususnya
oleh anak untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta
untuk pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Asupan energi sangat
mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ
tubuh (Asydhad dan Mardiah, 2006).
Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas
asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya yang dapat mengakibatkan proses
pertumbuhan tidak mencapai pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010).
Ditetapkan bahwa AKE bagi anak sekolah dasar usia 9 tahun, sebesar 1859 per
hari. Sedangkan bagi anak usia sekolah dasar usia 10-12 tahun, angka kecukupan
energi yang ditetapkan sebesar 2100 kkal per hari bagi
12
siswa laki-laki dan 2000 kkal per hari bagi siswa perempuan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).
Kurangnya asupan energi dari angka anjuran tersebut menyebabkan tubuh
lebih rentan terhadap penyakit, lesu berkepanjangan, rambut dan wajah kusam,
bahkan penuaan sebelum waktunya (Gunawan, 2006). Kekurangan energi pada
anak biasanya disebabkan oleh kekurangan protein sehingga umunya disebut
dengan Kekurangan Energi Protein (KEP). KEP ini disebabkan oleh kurangnya
asupan protein dan energi dalam waktu yang cukup lama. Pada golongan anak
yang memiliki keadaan tersebut, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami kematian (Suhardjo, 2002). Tanda-tanda klinis dari KEP adalah badan
menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot daging tidak
kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam diraba (Suhardjo, 2002).
Penyusutan otot mudah terlihat pada bagian lengan belakang (Gunawan, 2006).
Biasanya KEP disertai keadaan perut yang buncit, anak cenderung menjadi apatis
dan perkembagan kepandaian lebih lambat daripada yang normal (Suhardjo,
2002).
Dampak yang bisa ditimbulkan dari kondisi kekurangan energi antara lain,
mudah lelah, lesu, gelisah, mudah marah, sulit konsentrasi, kelusitan dalam
mengingat. Apabila keadaan KEP dibiarkan terus menerus, maka hal yang dapat
terjadi adalah marasmus dan kwashiorkor. Pada anak yang sudah mengalami
marasmus atau kwashiorkor biasanya sudah mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas sehingga mereka tidak dapat bersekolah lagi. Apabila kondisi
anak masih belum terlalu parah, KEP dapat diukur dengan membandingkan berat
13
badan dengan tinggi badan (BB/TB) berdasarkan tabel standar BB/TB anak
Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
12 Tahun 2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Namun apabila keadaan ini
sudah kronis, maka KEP dapat diukur melalui perbandingan nilai TB/U
berdasarkan tabel standar TB/U sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010.
Sementara itu, seorang anak dikatakan mengalami kelebihan energi
apabila memiliki asupan energi yang lebih besar dibandingkan dengan energi
yang digunakannya untuk beraktivitas dan menjalankan fungsi tubuhnya (Food
and Agriculture Organization, 2005). Asupan energi yang terlalu banyak akan
mempercepat laju pembelahan sel tenunan lemak dan mengakibatkan penimbunan
sel lemak yang terlalu banyak secara permanen sehingga anak akan mengalami
kelebihan berat badan (Asydhad dan Mardiah, 2006).
Kelebihan asupan energi ini akan disimpan dalam bentuk cadangan lemak
di bawah jaringan kulit yang apabila cadangan lemak tersebut terus menerus
bertambah dan tidak digunakan, akan berdampak pada pertambahan berat badan
dan menyebabkan anak memiliki berat badan yang berlebih (Sumanto, 2009).
Anak yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami kesulitan dalam
bergerak karena memiliki bobot tubuh yang besar serta memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita penyakit degeneratif (Food and Agriculture Organization,
2005). Bagi anak, kelebihan berat badan akan menyebabkan hormon pertumbuhan
berkurang di dalam plasma sehingga dapat mengganggu pertumbuhan yang harus
14
dilakukan oleh tubuh anak. Berkurangnya hormon pertumbuhan ini disebabkan
oleh adanya penurunan respon terhadap rangsangan dari hipoglikemia dan insfus
arginin (Isselbacher dkk., 1999).
Asupan energi dari seseorang dapat dihitung melalui beberapa cara
pengambilan data, diantaranya adalah food recall dan food record. Pengambilan
data menggunakan food recall dan food record ini dapat dilakukan selama 3 hari
berturut-turut maupun dengan 3 hari secara tidak berturut-turut. Namun,
pengambilan data makanan selama 3 hari berturut-turut hanya bisa menunjukkan
variasi yang kecil jika dibandingkan dengan pengambilan data yang tidak
dilakukan secara berturut-turut (Willet, 2013).
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi
1. Jenis Kelamin
Identitas jenis kelamin merujuk pada kesadaran individu sebagai
laki-laki atau wanita. Identitas jenis kelamin seseorang dikatakan utuh
apabila identitas biologi laki-laki diakuinya sebagai orang laki-laki dan
identitas biologi wanita diakuinya sebagai wanita (Behrman dkk., 2000).
Kebutuhan energi bagi anak dengan usia 10-12 tahun relatif lebih besar
dibandingkan dengan anak dengan usia 7-9 tahun. Hal ini dikarenakan
adanya percepatan pertumbuhan yang dialami oleh anak terutama dalam
hal pertambahan tinggi badan (Istiany dan Rusilanty, 2013).
Mulai usia 10 tahun, kebutuhan energi anak akan berbeda
berdasarkan jenis kelaminnya. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak laki-laki dimana anak laki-laki
15
memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan,
sehingga dibutuhkan lebih banyak asupan energi dibandingkan anak
perempuan (Istiany dan Rusilanty, 2013). Selain itu, pada usia anak
sekolah, anak perempuan mengalami pertambahan persen lemak tubuh
yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki.
Sedangkan anak laki-laki memiliki massa tubuh yang lebih rendah per
centimeter tinggi badannya dibandingkan dengan anak perempuan,
sehingga asupan energi dari masing-masing siswa pun akan memiliki
perbedaan sesuai dengan jenis kelaminnya (Brown dkk., 2011).
Adanya perbedaan selera makan antara siswa perempuan dan laki-
laki menyebabkan perbedaan asupan energi dari siswa laki-laki dan
perempuan. Siswa perempuan memiliki risiko yang lebih besar untuk
memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran lantaran selera
makannya yang berubah-ubah dan cenderung lebih memerhatikan
makanan yang mereka konsumsi dibandingkan dengan siswa laki-laki
(Suhardjo, 1989 dalam Septiana, 2011). Adanya keinginan yang lebih
besar dari siswa perempuan untuk melakukan kontrol terhadap berat
badannya juga turut memengaruhi pilihan makanan dan jumlah energi
yang diasupnya (Arganini dkk., 2012). Hal tersebut juga terbukti pada
penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, dimana lebih banyak siswa
perempuan yang memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan
dengan siswa laki-laki (Kim dan Lee, 2009).
16
2. Praktek pemberian makan
Dalam kehidupan rumah tangga, ibu memiliki porsi yang cukup
besar dalam proses pengasuhan anak, salah satunya dalam hal
pembentukan kebiasaan makan anak melalui keputusan-keputusan yang
dibuat ibu selama proses makan berlangsung (Susilowati, 2013).
Keputusan-keputusan tersebut dijadikan aturan oleh ibu selama praktek
pemberian makan berlangsung. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh ibu
berdasarkan kesadaran akan kesehatan anak yang kian meningkat melalui
pemberian makan (Soenardi, 2011). Aturan tersebut diterapkan oleh ibu
dalam berbagai macam dimensi, diantaranya adalah tipe makanan yang
dimakan anak, frekuensi makan, kuantitas makanan, cara pengolahan
makanan dan pemberian makanan padat satu jenis zat gizi. Keseluruhan
peraturan yang diterapkan oleh ibu dalam praktek makan anak ini
membentuk pola makan anak yang akan memengaruhi kesehatan dan
status gizi anak (Ruel dan Arimond, 2003).
Meskipun ibu tidak selalu bersama anak selama waktu makan
berlangsung dikarenakan banyaknya ibu yang memiliki aktivitas di luar
rumah, ibu pada umumnya memilih sekolah yang memiliki program
makan siang agar makan siang anak terpantau oleh guru selaku pengawas
anak di sekolah. Sementara untuk menjaga praktek pemberian makan pada
anak di rumah, orang tua menyediakan pengasuh khusus untuk memantau
praktek pemberian makan bagi anaknya sesuai dengan aturan-atuan yang
telah ditetapkan oleh ibu (Soenardi, 2011).
17
Bentuk aturan dalam praktek pemberian makan yang ditetapkan
oleh ibu adalah dengan memberikan tuntutan-tuntuan bagi anak yang
dimaksudkan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas anak
mereka melalui pengawasan, aturan atau bentuk dan upaya disiplin yang
dibangun oleh orang tua (Berge dkk., 2010). Aturan yang diberlakukan
selama praktek pemberian makan berlangsung ini juga merupakan respon
dari perlakuan lingkungan terhadap tujuan orang tua untuk anak (Birch
dan Ventura, 2009).
Praktek pemberian makan yang terjadi ini dapat menciptakan anak
yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi pada
usianya. Ketidaksesuaian tersebut didapat dari kombinasi makanan dengan
porsi yang kurang tepat (Birch dan Ventura, 2009). Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa macam praktek pemberian makan yang
dilakukan oleh orang tua khususnya ibu (Blissett, 2011).
Macam-macam bentuk aturan praktek pemberian makan yang
diterapkan oleh orang tua dan dapat menyebabkan anak memiliki asupan
energi yang tidak sesuai (Birch dan Ventura, 2009), antara lain:
a. Memberi makan secara berkala
b. Memberi makan dengan porsi yang kurang tepat
c. Memberi makan makanan yang tidak beragam
d. Memberi makan sebagai respon dari menangis atau merasa tertekan
e. Memberi makan saat makanan tersedia meskipun anak tidak lapar.
18
Selain macam-macam praktek pemberian makan tersebut, terdapat
pula beberapa macam praktek pemberian makan lainnya yang dapat
menyebabkan anak memiliki asupan yang kurang tepat. Praktek
pemberian makan tersebut, antara lain praktek pemberian makan yang
dilakukan dengan memberlakukan peraturan ketat tentang konsumsi
makanan, dimana anak harus makan tepat pada waktunya yang bisa
disebut dengan praktek pemberian makan otoriter. Ada pula praktek
pemberian makan yang berwibawa biasanya memberikan pelajaran kepada
anak terkait asupan makannya yang dikombinasikan dengan negosiasi dan
kehangatan yang diberikan oleh orang tua selama waktu makan. Praktek
pemberian makan permisif biasanya tidak memberlakukan aturan dalam
waktu makan anak tanpa memberikan pelajaran terkait kualitas dan
kuantitas makanan anak dan tidak pernah melarang anaknya untuk makan
selagi makanan masih tersedia (Blissett, 2011). Pada anak, kontrol
berlebihan pada waktu, jumlah dan jenis makanan yang dimakan akan
membuat anak mengabaikan rasa laparnya dan dapat mendorong anak
untuk meningkatkan asupan zat gizinya (Birch, 1992).
Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap
orang latin dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa (Arredondo dkk.,
2006). Namun terdapat pula penelitian prospektif yang tidak dapat
menemukan adanya hubungan antara praktek pemberian makan dengan
asupan energi siswa. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
19
kebiasaan makan orang tua memberikan pengaruh lebih besar terhadap
asupan energi siswa dibandingkan dengan praktek pemberian makan
karena anak memiliki kecenderungan untuk mengimitasi kebiasaan yang
dimiliki oleh ibunya termasuk kebiasaan dalam konsumsi energi (Dickens
dan Ogden, 2014).
Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya
merasa anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk
menjaga agar asupan makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi
ibu yang bekerja, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau
orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya selama ibu bekerja
(Gubbels dkk., 2011). Orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya
tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada anak
dibandingkan dengan ibu yang mengontrol langsung asupan anaknya
(Gubbels dkk., 2011).
Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi
yang dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan
pengasuh yang dimilikinya (Ruel dan Arimond, 2003). Karakteristik anak
tersebut dapat mempengaruhi keefektifan praktek pemberian makan pada
anak. Karakteristik yang dimiliki oleh pengasuh yang menjalankan
praktek pemberian makan pada anak juga turut mempengaruhi keefektifan
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam praktek pemberian
makan anak (Ruel dan Arimond, 2003).
20
Praktek pemberian makan ini dapat diukur dengan kuesioner
terkait praktek pemberian makan yang terdiri dari beberapa pernyataan
yang diisi oleh ibu. Salah satu contoh pernyataan kuesioner yang dijadikan
alat ukur praktek pemberian makan adalah: saya melarang anak untuk
tidak makan banyak makanan yang manis-manis. Pilihan jawaban yang
diberikan adalah selalu, sering, kadang, jarang dan tidak pernah (Birch
dkk., 2001).
3. Ketersediaan Makanan
Keinginan seluruh orang tua adalah untuk membesarkan anaknya
dengan baik. Salah satu hal yang dapat mengganggu tercapainya tujuan itu
adalah kerawanan pangan yang mungkin saja terjadi kapanpun, makanan
yang tersedia tidak bisa dinikmati dan tidak bervariasi, padat energi serta
makanan yang tinggi nutrisi terbatas dan kondisinya tidak baik (Birch dan
Ventura, 2009). Oleh karena itu, ketersediaan makanan di rumah
merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan
kualitas diet anak (Santiago-Torres dkk., 2014).
Orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap kesehatan
cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti buah dan
sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan asupan
makanan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian menunjukkan
bahwa orangtua menyediakan makanan yang salah untuk mereka sehari-
harinya, anak mengurangi kualitas makanan anak saat usianya masih
21
sangat muda dan bisa merugikan kesehatan anak dan status gizinya (Birch
dan Ventura, 2009).
Anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan makanan sehat
saat waktu makan dan mengontrol akses anak dalam mengonsumsi
makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), memiliki pola konsumsi
lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak lainnya (Eisenberg
dkk., 2012). Sementara orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap
kesehatan cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti
buah dan sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan
asupan zat gizi bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian
menunjukkan bahwa anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan
makanan sehat saat waktu makan dan yang mengontrol akses anak dalam
mengonsumsi makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), terbukti
memiliki pola konsumsi lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan
anak lainnya dengan nilai p< 0.05 (Eisenberg dkk., 2012).
Tersedianya makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi
energi di rumah, seperti makanan cepat saji yang sering disediakan oleh
ibu sebagai bentuk dari kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki
asupan energi yang berlebihan karena tingginya lemak dari makanan-
makanan tersebut. Tingginya asupan energi akibat ketersediaan makanan
cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang rendah dari makanan-
makanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah (Boutelle dkk.,
2007).
22
Pengukuran yang dilakukan untuk ketersediaan makanan di rumah
ini berupa pertanyaan dalam kuesioner, seberapa sering dalam seminggu
orang tua menyediakan makanan di rumah, berupa : sayur, buah, snack,
makanan ringan. Sementara jawaban yang ditawarkan, antara lain: tidak
pernah, satu hari dalam seminggu, 2-3 hari dalam seminggu, 4-6 hari
dalam seminggu dan setiap hari (Eisenberg dkk., 2012).
4. Pengetahuan gizi ibu
Memasuki usia sekolah, anak akan melakukan praktek makan
sendiri, pada tahap ini fokus diberikan pada bagaimana dan apa yang
dipelajari oleh anak tentang makanan dan makan, dan bagaimana orang
tua serta pengasuh membentuk cara pengajarannya dan mempengaruhi
kualitas diet dan status gizi anak (Birch dan Ventura, 2009). Sehingga
praktek makan yang mulai dilakukan anak tersebut bergantung pada
pengetahuan gizi ibu dalam memberikan pelajaran kepada anak terkait
makanan apa, kapan, seberapa sering dan seberapa banyak anak makan
(Birch dan Ventura, 2009).
Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan
dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek
yang dimaksud. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki
dorongan lebih untuk menyediakan makanan bergizi yang dapat
mencukupi kebutuhan anaknya. Semakin tinggi pengetahuan gizi
23
seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara pengolahan makanan yang
dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan (Sediaoetama, 2008).
Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara
pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan
pengetahuan yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk
mengonsumsi makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka
kecukupan energi menurut usianya (Sherry dan Dietz, 2005). Sedangkan
pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan dengan
asupan zat gizi yang tidak adekuat (Rolls dkk., 2000). Hal tersebut juga
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Oman yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan
asupan energi anak yang menggunakan food frequency questioner sebagai
alat ukur dalam mengukur asupan energi anak (Al-Shookri dkk., 2011).
Pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan
dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang terbukti secara statistik
dengan nilai p < 0.002 (Rolls dkk., 2000). Ibu yang telah mengikuti
konseling gizi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik, diketahui
memiliki anak yang mengonsumsi makanan sehat lebih banyak
dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu berpengetahuan kurang baik
(Vitolo dkk., 2010),
Cara pengukuran terkait pengetahuan gizi ibu, menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada ibu berupa pertanyaan terkait pilihan
24
makanan yang merupakan sumber suatu zat gizi. Misalkan diberikan
pertanyaan berdasarkan pilihan makanan berikut, yang manakah yang
merupakan sumber protein: a) apel, b) daging, c) roti tawar, d) nasi.
5. Asupan energi ibu
Kebutuhan energi merupakan konsumsi energi seseorang yang
berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran
energinya bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat
aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial
dan ekonomi. Orang dewasa membutuhkan energi untuk melakukan
metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh
dinamik khusus. Kebutuhan energi paling besar dibutuhkan untuk
melakukan metabolisme basal (Almatsier, 2001).
Ibu merupakan orang tua wanita yang sudah mencapai kematangan
tubuh secara optimal dan sudah dapat bereproduksi (Istiany dan Rusilanty,
2013). Kematangan yang dicapai oleh orang tua ini disertai oleh
serangkaian pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang tua setiap
harinya. Apabila konsumsi energi dari ibu tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang ada, ibu akan
menjadi cepat lelah, lambat dalam berpikir dan lambat dalam bertindak.
Selain itu, kurangnya asupan energi pada ibu dapat menjadikannya di
rentan terhadap penyakit infeksi serta menurunkan produktivitasnya dalam
bekerja (Istiany dan Rusilanty, 2013). Sebaliknya, apabila ibu memiliki
25
asupan energi yang berlebih, dapat menyebabkan ibu memiliki berat
badan berlebih akibat adanya penumpukan cadangan lemak di bawah kulit
dan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kadar
kolesterol dalam darah dapat menyebabkan beberapa penyakit bagi ibu,
diantaranya diabetes melitus, hipertensi, atheroma dan arteriosclerosis,
arteriosclerosis heart disease dan cerebro-vascular disease yang disertai
dengan chronic bronchitis (Food and Agriculture Organization, 2005).
Gangguan kesehatan lainnya yang umum dialami oleh orang yang
mengalami kelebihan berat badan adalah hiperinsulinemia. Kebanyakan
orang dengan berat badan berlebih, mengalami diabetes karena
hiperinsulinemia yang mengakibatkan resistensi insulin. Resistensi insulin
ini disebabkan oleh disfungsi dari sel beta yang mengakibatkan
ketidakmampuan sel pulau pankreas menghasilkan insulin yang memadai
untuk mengompensasi resistensi insulin dan untuk menyediakan insulin
yang cukup setelah sekresi insulin dipergunakan (Brashers, 2007).
Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai,
memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan
energi yang juga tidak sesuai dengan ajuran (Sherry dan Dietz, 2005). Hal
tersebut dikarenakan ibu memberikan informasi dalam hal jumlah dan
membentuk pilihan makan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Selain
itu, kebiasaan dan praktek makan ibu juga sangat kuat dalam memberikan
pengaruh kepada asupan makanan anak. Penelitian membuktikan bahwa
selama masa kanak-kanak, asupan orang tua seperti lemak, karbohidrat
26
dan energi memberikan 23-97% varians asupan ketiga zat gizi tersebut
pada anak (Sherry dan Dietz, 2005).
Ibu yang terbukti baik secara gen maupun lingkungan mempengaruhi
perkembangan asupan zat gizi anak dan status gizi anak (Birch dan
Ventura, 2009). Namun, pengaruh dalam hal kesamaan asupan energi ini
terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan kebiasaan ibu dibandingkan
dengan hasil genetik yang diturunkan kepada anaknya (Sherry dan Dietz,
2005). Hal ini disebabkan karena pada umumnya anak menjadikan orang
tuanya sebagai panutan dalam jenis dan jumlah makanan yang diinginkan
oleh anak, biasanya karena adanya paparan yang berulang dan makanan
yang sering dikonsumsi oleh orang tua mereka (Dickens dan Ogden,
2014). Selain itu, adanya kesamaan pilihan rasa, pilihan makanan dan
reflek lapar serta kenyang dari reflek genetik yang dimilikinya juga turut
menjadi penyebab dari kesamaan jumlah asupan zat gizi anak dengan
orang tuanya (Davison dan Birch, 2001).
Banyak aspek yang dapat menyebabkan asupan ibu mempengaruhi
asupan energi anak. Pertama, sejak dini ibu merupakan pembuat
keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang dibeli dan disajikan baik
di rumah maupun di luar rumah. Ibu sering merencanakan dan
menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan
makanan yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka.
Selanjutnya, ibu menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan
pengeluaran energi. Anak melihat sekelilingnya untuk mempelajari
27
persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang lain. Pada kasus asupan energi,
hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak mengimitasi ibunya dalam hal
jenis, jumlah, frekuensi, waktu makan serta durasi dalam sekali makan
(White, 2006).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya anak
menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam kebiasaan makannya
yang dapat dilihat dari jenis makanan yang diinginkan oleh anak, biasanya
karena adanya paparan yang berulang dan pilihan makanan dari orang tua
mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Penelitian tersebut juga menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan dengan nilai p sebesar 0.001 antara pola
makan orang tua dengan pola makan anak (Dickens dan Ogden, 2014).
Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran pada asupan
energi ibu adalah 3-days food record.
6. Interaksi dengan teman
Setiap anak pada dasarnya masih terus dipengaruhi secara
bermakna oleh keluarga, budaya keluarga dan faktor lingkungan, namun
pada usia sekolah, anak mulai terpengaruh, baik dalam kebiasaan, cara
berpakaian, hingga gaya hidup dari teman yang ditemuinya, khususnya
teman sebaya (Behrman dkk., 2000). Hal tersebut dipertegas oleh adanya
teori yang menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya dan
aktivitas di luar rumah semakin memainkan peran penting terhadap
kehidupan anak usia sekolah (Friedman, Bowden dan Jones, 2003 dalam
Saifah, 2011).
28
Perilaku makan siswa yang sedang beranjak menuju remaja
memiliki kecenderungan untuk lebih senang bila makan dengan orang
terdekat, yang mana biasanya teman sebaya yang dijadikan sebagai pilihan
dalam menghabiskan waktu bersama (Behrman dkk., 2000). Siswa yang
senang menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya tersebut
cenderung memiliki keputusan-keputusan yang bisa mereka terima yang
mana pada akhirnya akan membentuk perilaku standar mereka. Pada masa
anak sekolah, anak sering membandingkan dirinya dengan teman-
temannya dimana mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan
ejekan teman (Gunarsa, 2008). Anak pada usia ini juga memiliki
kecenderungan untuk merasa lebih nyaman berada di sekitar teman-teman
sebayanya dibandingkan berada di sekitar keluarganya dengan lebih
banyak menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-teman
sebayanya (Brown dkk., 2011).
Penelitian menemukan bahwa anak akan mengonsumsi lebih
banyak makanan tinggi energi ketika sedang bersama dengan temannya
dibandingkan saat sedang berada bersama dengan orang tuanya (Salvy
dkk., 2011). Teman lebih banyak mempengaruhi asupan energi seorang
anak pada usia sekolah seiring dengan lebih banyaknya waktu yang
dihabiskan bersama teman dan motivasi yang diberikan oleh teman
dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Asupan energi saat
anak bersama dengan teman mungkin terjadi karena adanya pemberian
29
izin untuk mengonsumsi makanan tinggi energi yang biasanya dibatasi
saat anak bersama dengan orang tua (Salvy dkk., 2011).
Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang berbeda, dimana
ditemukan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh positif terkait
perilaku makan anak usia sekolah dengan mendorong anak untuk
mengonsumsi makanan sehat seperti sayur (Saifah, 2011). Penelitian
lainnya juga menyatakan bahwa teman perempuan dari siswa perempuan
dapat mendorong siswa tersebut untuk memiliki asupan energi yang baik
dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Ketika anak familiar
dengan makanan sehat yang dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari
dan itu dilakukan oleh teman sebayanya, anak akan lebih menerima dan
menjadikan makanan tersebut sebagai salah satu pilihan makannya (Birch
dan Ventura, 2009).
7. Program Makan Siang Sekolah
Selain orang tua, hal lain yang dapat mempengaruhi pola makan
anak adalah lingkungan, salah satunya adalah lingkungan sekolah dengan
adanya interaksi dengan teman sebayanya (Birch dan Ventura, 2009). Saat
sekolah mengadakan program makan siang, anak akan terpapar dengan
pola makan dari teman sebayanya yang dapat mempengaruhi pola
makannya sendiri.
8. Program olahraga sekolah
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur,
berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani
30
(Ganley dan Sherman, 2000). Program olah raga sekolah berhubungan
dengan perilaku anak berupa peningkatan pola aktivitas fisik anak dan
penurunan waktu anak dalam menonton TV (Simon dkk., 2008).
Berdasarkan penelitian, didapatkan adanya penurunan IMT pada anak
obesitas setelah diberikan waktu olah raga tambahan pada remaja
(Adiwinanto, 2008).
9. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi melebihi energi yang
dikeluarkan pada saat istirahat (Thompson dkk., 2003). Pada kondisi
istirahat, kita menggunakan sekitar 60% energi dalam tubuh untuk
menjaga fungsi-fungsi penting agar tetap berjalan disebut dengan basal
metabolic rate (BMR). Orang dengan ukuran tubuh normal rata-rata
banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas fisik dibandingkan dengan
anak yang memiliki tubuh dengan kelebihan berat badan atau yang
mengalami KEP (Utami, 2013). Aktivitas fisik sendiri merupakan salah
satu determinan dalam tingkat asupan energi pada anak usia sekolah
(Brown dkk., 2011).
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas seseorang dapat
mempengaruhi asupan energinya karena energi yang dikeluarkan untuk
aktivitas fisik didapatkan dari hasil oksidasi cadangan lemak dan
karbohidrat yang ada di dalam tubuh orang tersebut. Sehingga orang
tersebut akan berusaha untuk menggantikan cadangan lemak dan
31
karbohidrat di dalam tubuhnya dengan mengonsumsi energi lebih banyak
(King, 1998). Anak pada umumnya lebih senang untuk menghabiskan
waktu dengan bermain di luar rumah bersama dengan teman-teman
sebayanya dan membeli makanan jajanannya sendiri tanpa pendampingan
dari orang tua.
Beberapa anak akan memiliki ketertarikan yang lebih pada
permainan yang cenderung pasif dalam gerakan seperti bermain video
games atau lebih banyak berada di depan televisi (TV) untuk menonton
acara yang mereka sukai. Namun beberapa anak lainnya memiliki
kesenangan lain untuk bermain dengan menggerakkan tubuhnya seperti
bermain sepak bola, bermain sepeda dll (Brown dkk., 2011).
Penelitian menemukan bahwa anak yang memiliki tingkat aktivitas
fisik yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki asupan
energi yang tidak sesuai dengan anjuran karena menonton TV
berhubungan positif dengan penambahan asupan zat gizi terutama
konsumsi makanan tinggi kalori (Dixon dkk., 2007). Aktivitas fisik yang
rendah serta diikuti oleh asupan energi yang tinggi, biasa disebut dengan
rentang aktivitas sedentari (Arundhana, 2013)
Perilaku sedentari sendiri merupakan perilaku bersantai yang tidak
mengeluarkan banyak energi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
didapatkan bahwa anak sekolah dasar memiliki perilaku sedentari yang
tinggi berupa aktivitas menonton TV, bermain game, membaca novel,
yang semuanya dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring tanpa ada
32
aktivitas fisik lainnya yang mengeluarkan banyak energi (Arundhana,
2010). Seiring dengan perkembangan permainan yang modern semacam
video game ataupun video online yang menyebabkan anak lebih banyak
menghabiskan waktu untuk duduk dibandingkan melakukan aktivitas yang
membutuhkan banyak gerak dan mengeluarkan keringat (Wahyu, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa 1 jam menonton TV per
hari berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan cepat saji,
makanan manis, keripik, pizza dan rendah konsumsi buah dan sayur
dengan nilai p<0.001 (Dixon dkk., 2007).
Cara pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengukur aktivitas
fisik ini adalah dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik dengan
beberapa pertanyaan seperti; dalam satu minggu, berapa lama waktu yang
kamu habiskan untuk melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini: (a) olah
raga berat seperti bersepeda, menari/aerobic, lari, jogging, berenang, (b)
olah raga sedang, seperti berjalan cepat, senam, baseball, skate board,
bersepeda santai (Kowalski dkk., 2004).
33
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber: Adaptasi dari Birch (2000), Brown (2011) dan Istiany dan Rustianty
(2013)
Status gizi
Praktek pemberian makan
Ketersediaan makanan
Asupan Energi
Jenis kelamin
Ibu
Pengetahuan
Asupan energi
Interaksi
dengan
teman
Program sekolah
Makan siang dan olahraga
Aktivitas
fisik
34
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Energi merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk melakukan bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan
kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Bagi anak usia sekolah, energi dibutuhkan
untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta untuk
pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Tidak sesuainya asupan
energi dengan angka kecukupan energi bagi usianya, dapat menyebabkan
beberapa masalah kesehatan bagi anak, seperti kesalahan dalam pertumbuhan,
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit degeneratif serta
tubuh menjadi rentan terhadap penyakit infeksi.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran asupan
energi pada siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal serta faktor-faktor
apa saja yang berhubungan dengan asupan energi pada siswa-siswa tersebut.
Untuk itu, peneliti merumuskan kerangka konsep berdasarkan kerangka teori
yang digunakan untuk penelitian ini, sebagai berikut:
35
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, terdapat 2 buah variabel dari
kerangka teori yang tidak diteliti oleh peneliti. Kedua variabel tersebut adalah
variabel program makan siang dan program olah raga di sekolah. Keduanya
tidak diikutsertakan dalam penelitian lantaran seluruh siswa yang akan menjadi
sampel dalam penelitian ini, berasal dari sekolah yang sama sehingga mereka
memiliki program yang sama pula.
Jenis kelamin
Praktek pemberian makan
Ketersediaan makanan
Pengetahuan ibu
Asupan energi ibu
Interaksi dengan teman
Aktivitas fisik
Asupan energi siswa
SDIT Al Syukro Kelas
5 dan 6
36
Selain itu, analisis pada penelitian ini tidak dilakukan hingga tingkat status
gizi karena penelitian ini menggunakan status gizi sebagai dasar dalam
penetapan masalah yang kemudian berdasarkan teori diketahui bahwa
timbulnya masalah status gizi tersebut diakibatkan oleh asupan energi yang
tidak sesuai dengan anjuran kecukupan energi menurut usianya.
37
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Asupan energi Siswa
Tingkat rata-rata asupan energi siswa dalam 3 hari, yang terdiri dari 2 hari sekolah dan 1 hari pada akhir pekan
Mengisi formulir 3-days Food Recall
formulir 3-days Food Recall
0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia
1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤130% AKE 2013
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Ordinal
2 Jenis Kelamin
Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang sudah dimilikinya sejak lahir
Mengisi kuesioner
Kuesioner 0. Perempuan 1. Laki-laki
Ordinal
3 Praktek pemberian makan
Tingkat skor dari pernyataan tentang peraturan-peraturan dan tindakan yang diberikan oleh ibu kepada anaknya selama waktu makan anak
Mengisi pertanyaan kuesioner
Kuesioner
0. Kurang apabila skor < median 1. Baik apabila skor ≥ median
(Bertram, 2009)
Ordinal
38
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
4 Ketersediaan Makanan
Tingkat skor dari pernyataan tentang makanan yang disediakan oleh orang tua di rumah
Mengisi pertanyaan kuesioner
Kuesioner
0. Kurang apabila skor< mean 1. Baik apabila skor ≥ mean
(Bertram, 2009)
Ordinal
5 Pengetahuan Gizi
Tingkat skor dari pertanyaan tentang pemahaman ibu siswa terkait bahan-bahan makanan sumber zat gizi
Mengisi pertanyaan kuesioner
Kuesioner
0. Kurang apabila jawaban benar ≤ 80%
1. Baik apabila jawaban benar > 80%
(Wahyutomo, 2010)
Ordinal
6 Asupan energi ibu
Tingkat rata-rata asupan energi ibu dari siswa dalam 3 hari, yang terdiri dari 2 hari kerja dan 1 hari pada akhir pekan
Mengisi formulir 3-days Food Record
formulir 3-days Food Record
0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energI <70% AKE 2013 sesuai golongan usia
1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤130% AKE 2013 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Ordinal
39
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
7 Interaksi dengan teman
Tingkat skor dari pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan dan makanan yang dikonsumsi karena ajakan dari teman
Mengisi pertanyaan kuesioner
Kuesioner 0. Kuat apabila skor ≥ median 1. Lemah apabila skor < median
(Saifah, 2011) Ordinal
8 Aktivitas fisik siswa
Tingkat skor dari pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan anak selama satu minggu terakhir baik yang mengeluarkan banyak keringat seperti berolahraga, maupun kegiatan bersantai seperti duduk-duduk
Mengisi kuesioner aktivitas fisik
Kuesioner
0. Kurang aktif, apabila skor aktivitas fisik < mean
1. Aktif apabila skor aktivitas fisik ≥ mean (Kowalski dkk., 2004)
Ordinal
40
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas
5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
2. Terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
3. Terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan asupan
energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
4. Terdapat hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
5. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
6. Terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
7. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas
5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Design Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah,
pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik
anak. Sementara variabel dependen dalam penelitian ini adalah asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di SDIT Al Syukro Universal Kota
Tangerang Selatan.
B. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Syukro Universal Kota Tangerang
Selatan mulai dari bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa beserta ibu dari
masing-masing siswa kelas 5 yang berjumlah 57 siswa dan kelas 6
dengan jumlah siswa sebanyak 72. Sehingga total dari seluruh
populasi penelitian ini berjumlah 129 pasang ibu dan siswa yang
42
bersekolah di SDIT Al Syukro Universal pada tahun ajaran 2015-
2016.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi dari
pasangan ibu dan siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
Berdasarkan jumlah populasi yang ada, didapatkan jumlah responden
pada penelitian ini sebanyak 129 pasang ibu dan siswa. Untuk
mengetahui kekuatan dari jumlah sampel tersebut, dilakukan
perhitungan tingkat uji (Z1- β) menggunakan rumus berikut ini:
�1 − � = √[�(�� − ��)2− ��1 −�
���(1 − �)�2]
√[��(1 − ��) + ��(1 − ��)]
Keterangan :
n = besar sample minimal
Z1 – α/2 = derajat kemaknaan
Z1 - β = tingkat kekuatan uji
P1 = Proporsi 1, menggunakan proporsi pengetahuan ibu yang baik dengan
asupan energi anak yang rendah, dengan nilai P sebesar 0.78
P2 = Proporsi 2, menggunakan proporsi pengetahuan ibu yang kurang
dengan asupan energi anak yang kurang, dengan nilai P sebesar 0.26
P = P1+P2
43
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan tingkat kekuatan uji
untuk sampel sebanyak 129 orang ibu dan anak sebesar 82.5%
sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah sampel tersebut cukup kuat
untuk digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini. Namun pada
proses pengumpulan data, hanya didapatkan sampel sebanyak 122
orang siswa dan ibu siswa. Berkurangnya jumlah sampel tersebut
dikarenakan adanya 1 orang siswa tidak melanjutkan kembali studinya
di SDIT Al Syukro Universal, sedangkan 6 orang siswa lainnya tidak
menjadi sampel penelitian dikarenakan ketidaksediaan ibu siswa untuk
mengikuti penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun
2015. Jumlah sampel sebanyak 122 orang ini juga memiliki tingkat
kekuatan uji sebesar 82.5%, sehingga jumlah sampel tersebut masih
cukup kuat untuk digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini.
D. Metode pengumpulan data
1. Jenis data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer melalui pengisian formulir 3-days food
recall dan kuesioner aktivitas fisik bagi siswa serta pengisian
kuesioner praktek pemberian makan, ketersediaan makanan,
pengetahuan gizi dan formulir 3-days food record oleh ibu dari siswa.
Sementara data sekunder didapatkan dari sekolah berupa data jumlah
dari siswa dan ibu siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di sekolah
44
tersebut, serta data tinggi badan dan berat badan dari siswa yang
digunakan dalam studi pendahuluan.
2. Mekanisme pengumpulan data
Pengumpulan data untuk kebutuhan analisis setiap variabel,
dilakukan sesuai dengan mekanisme berikut ini:
a. Asupan energi siswa
Peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden terkait
makanan yang dikonsumsinya selama 3 hari yang terdiri dari 2
hari pada hari sekolah dan 1 hari pada akhir pekan. Instrumen
food recall yang digunakan ini didapat dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013.
Setelah dilakukan pencatatan makanan selama 3 hari,
daftar makanan yang dikonsumsi oleh siswa selama 3 hari
tersebut akan dihitung jumlah asupan energi per harinya
menggunakan program nutrisurvey untuk kemudian dihitung
rata-rata asupan energi dari masing-masing siswa. Setelah
didapatkan hasil rata-rata konsumsi perharinya, data akan
ditransformasi menjadi dua kelompok, yaitu (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130%
AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan
energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia
45
1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤
asupan energi ≤130% AKE 2013
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin dari setiap anak diukur menggunakan
instrumen kuesioner yang akan langsung dijawab oleh siswa
berupa pertanyaan terkait jenis kelamin siswa dengan 2 buah
pilihan jawaban, yaitu laki-laki dan perempuan. Setelah
pertanyaan tersebut terisi, peneliti akan melakukan pengecekan
agar tidak ada kuesioner yang tidak terisi. Setelah itu, kuesioner
yang sudah terisi tersebut akan diberikan kode pada pilihan
jawaban jenis kelamin siswa, kode tersebut antara lain:
0. Perempuan
1. Laki-laki
Setelah pengodean dilakukan, data jenis kelamin yang ada
akan dimasukkan ke dalam perangkat lunak computer untuk
kemudian dilakukan analisis lebih lanjut.
c. Praktek pemberian makan
Praktek pemberian makan ini diukur menggunakan
instrumen kuesioner pada pernyataan-pernyataan pada kolom A
mulai dari nomor 1 sampai 18. Instrumen ini dibuat berdasarkan
kuesioner praktek pemberian makan dari Birch yang kemudian
diubah menggunakan Bahasa Indonesia dan digunakan pada
46
penelitian yang dilakukan di beberapa Sekolah Dasar di
Jabodetabek (Kolopaking dkk., 2015).
Ibu dari siswa akan diberikan kuesioner yang di dalamnya
terdiri dari 8 kolom yang salah satu kolomnya berisikan
pertanyaan untuk mengukur praktek pemberian makan siswa
SDIT Al Syukro Universal. Paket kuesioner tersebut diberikan
kepada ibu melalui siswa untuk diisi oleh ibu di rumah. Paket
kuesioner juga disertai oleh surat pengantar dari sekolah yang
ditujukan kepada ibu, agar ibu berkenan mengisi paket kuesioner
yang diberikan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
Pada lembar pertama kuesioner, peneliti memberikan
prosedur petunjuk cara pengisian kuesioner bersamaan dengan
pernyataan ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Setelah ibu mengisi kuesioner tersebut, kuesioner kembali
diberikan kepada siswa untuk dikembalikan kepada peneliti.
Setelah kuesioner dikembalikan, peneliti melakukan pengecekan
terhadap kuesioner untuk memastikan kuesioner terisi dengan
lengkap.
Setelah kuesioner terisi, jawaban yang diberikan oleh ibu
siswa akan diberikan kode-kode mulai dari angka 1-5 sesuai
dengan model pernyataan yang positif atau negatif. Apabila
model pernyataan merupakan model positif, maka kode 1 akan
47
diberikan pada pernyataan dengan jawaban tidak pernah, kode 2
pada jawaban pernyataan jarang, hingga kode 5 akan diberikan
pada jawaban pernyataan sangat sering. Sementara pada model
pernyataan yang negatif, kode 1 diberikan pada pernyataan
dengan jawaban sangat sering, hingga kode 5 dengan jawaban
tidak pernah.
Setelah seluruh pernyataan selesai diberikan kode, kode-
kode tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer
untuk dihitung jumlah skor yang didapat dari seluruh sampel.
Setelah jumlah skor dari seluruh sampel didapatkan, dilakukan
uji normalitas data. Hasil normalitas data menunjukkan bahwa
data yang didapat dari setiap sampel merupakan data yang tidak
normal, sehingga dilakukan transformasi data menggunakan
median dari jumlah skor setiap sampel. Kategori dari
transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:
0. Kurang apabila skor < median
1. Baik apabila skor ≥ median (Bertram, 2009)
d. Ketersediaan makanan
Ketersedian makanan ini diukur menggunakan instrumen
kuesioner pada pertanyaan kolom B mulai dari nomor 1 sampai
4. Instrumen ini dibuat berdasarkan kuesioner ketersediaan
makanan dalam keluarga yang berasal dari penelitian
sebelumnya (Eisenberg dkk., 2012). Kuesioner serupa juga
48
pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan di
Jabodetabek pada tahun 2014 (Kolopaking dkk., 2015).
Pilihan yang disediakan oleh peneliti untuk menilai
ketersediaan makanan adalah ketersediaan sayur, buah, makan
ringan seperti chiki dll dan makanan tambahan seperti kue, donat
dll. Makanan tinggi energi lainnya seperti mie instan, termasuk
ke dalam kategori makanan tambahan, namun tidak dijabarkan
oleh peneliti. Makanan tambahan dimasukkan ke dalam pilihan
makanan untuk menilai ketersediaan makanan karena anak yang
disediakan makanan tambahan di rumah, akan menurunkan
motivasinya untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi
sehingga anak akan cenderung untuk mengonsumsi makanan
tambahan yang padat energi (Hill dkk., 1998).
Sayur dan buah dipilih sebagai bahan makanan yang
dijadikan pilihan dalam penyediaan makanan di rumah lantaran
anak dengan ketersediaan sayur dan buah yang baik di rumah
cenderung memiliki preferensi untuk memilih sayur dan buah
sebagai makanan selingan mereka dibandingkan makanan tinggi
energi dan lemak seperti keripik kentang dan goreng-gorengan.
Anak yang lebih memilih sayur dan buah sebagai makanan
tambahan dan selingannya ini menunjukkan bahwa anak tidak
banyak mengonsumsi makanan tinggi energi (Hill dkk., 1998).
49
Setelah kuesioner terisi, jawaban dari kuesioner diberikan
kode seperti yang diberikan pada variabel praktek pemberian
makan. Setelah diberikan kode, kode-kode tersebut dimasukkan
ke dalam perangkat lunak komputer untuk kemudian diuji
kenormalan datanya. Berdasarkan hasil uji normalitas data,
diketahui bahwa data yang diperoleh merupakan data yang
normal sehingga dilakukan transformasi untuk menghasilkan dua
buah kategori menggunakan mean, dengan kategori sebagai
berikut:
0. Kurang apabila skor < mean
1. Baik apabila skor ≥ mean (Bertram, 2009)
e. Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi ibu ini diukur menggunakan instrumen
kuesioner yang didapat dari penelitian yang dilakukan di
Semarang yang diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan pada kolom
C pertanyaan nomor 1 sampai 5 (Anjani, 2013). Setelah ibu
mengisi pertanyaan dan dilihat kelengkapannya, peneliti
memasukan hasil dari jawaban ibu ke dalam perangkat lunak
komputer. Setelah data dimasukkan, dilakukan transformasi data
untuk kemudian dibuat menjadi 2 kategori, yaitu:
0. Kurang apabila jawaban benar ≤ 80%
1. Baik apabila jawaban benar > 80% (Wahyutomo, 2010).
50
f. Asupan energi ibu
Ibu siswa yang dijadikan responden akan diminta untuk
mengisi formulir 3x24 hours food record untuk melihat makanan
yang dikonsumsi oleh ibu selama 3 hari yang terdiri dari 2 hari
kerja dan 1 hari akhir pekan. Setelah melakukan pengisian
terhadap formulir yang diberikan, hasil pencatatan makanan
selama 3 hari dimasukkan ke dalam software perhitungan zat gizi
untuk dihitung rata-rata asupan energinya perhari. Setelah di
masukkan ke dalam software komputer untuk dihitung rata-rata
asupan energinya, hasil rata-rata dari setiap ibu kemudian
ditransformasi menjadi dua kelompok, yaitu (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014):
0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130%
AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan
energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia
1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan
energi ≤ 130% AKE 2013
g. Interaksi dengan teman
Interaksi dengan teman diukur menggunakan intrumen
kuesioner berupa pernyataan-pernyataan terkait peran teman
dalam praktek makan siswa yang diisi langgung oleh siswa
dibawah pengawasan langsung dari peneliti. Kuesioner ini
didapat dari penelitian yang pernah dilakukan di Kota Palu
51
dengan sasaran yang sama, yaitu siswa SD (Saifah, 2011).
Kuesioner ini terdiri dari 9 buah pernyataan yang masing-masing
pernyataan dijawab oleh siswa dengan pilihan ‘ya’ atau ‘tidak’.
Setelah seluruh pernyataan terisi, peneliti melakukan pengecekan
terhadap kuesioner yang terkumpul. Setelah itu, pilihan-pilihan
dari siswa dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer
sesuai dengan jenis pertanyaannya (jenis pertanyaan positif atau
negatif) untuk kemudian di uji normalitas datanya. Hasil uji
normalitas menunjukkan bahwa data yang didapat bukan
merupakan data yang normal, sehingga dilakukan transformasi
menggunakan median dan dikelompokkan menjadi 2 buah
kelompok, yaitu:
0. Kuat, apabila skor ≥ median
1. Lemah, apabila skor < median
h. Aktivitas Fisik
Instrumen untuk mengukur aktivitas fisik adalah kuesioner
aktivitas fisik untuk anak (Kowalski dkk., 2004). Kuesioner
tersebut kemudian dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia
dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada proses pengujian
validitas kuesioner, ditemukan dua buah pertanyaan yang tidak
valid, sehingga dilakukan perubahan kalimat yang dijelaskan
pada sub bab uji validitas. Setelah dilakukan uji validitas ulang
terhadap kuesioner yang telah diubah redaksi kalimatnya,
52
perubahan kalimat tersebut diketahui tidak lantas membuat
pertanyaan tersebut menjadi valid. Oleh karena itu, peneliti
kemudian mengeluarkan dua buah pertanyaan tersebut. Setelah
seluruh pertanyaan valid, dilakukan uji reliabilitas yang
menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan pada kuesioner reliabel
untuk dijadikan instrumen dalam pengukuran aktivitas fisik.
Setelah pengurangan dua buah pertanyaan tersebut,
pertanyaan yang dijadikan alat ukur dalam kuesioner aktivitas
fisik pada penelitian ini diwakili oleh 30 pertanyaan yang akan
dijawab langsung oleh siswa dibawah pengawasan peneliti untuk
menjaga independensi kuesioner yang diisi oleh siswa. Setelah
kuesioner terisi, jawaban dari kuesioner dimasukkan ke dalam
perangkat lunak komputer untuk dilakukan uji normalitas data.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapat
merupakan data yang normal, sehingga dilakukan transformasi
data menggunakan mean untuk menghasilkan dua buah kategori,
yaitu:
1. Kurang aktif apabila skor aktivitas fisik < mean
2. Aktif apabila skor aktivitas fisik ≥ mean
E. Manejemen data
Pengolahan data dilakukan menggunakan software komputer melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
53
1. Editing
Pengecekan data terhadap lembar kuesioner dilakukan selama
proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua
variabel terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan oleh
peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali
kepada responden yang bersangkutan.
2. Coding
Proses pengkodean dilakukan terhadap beberapa jawaban dari
pertanyaan terkait variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu
praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan
ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik siswa. Kode yang
diberikan pada pilihan-pilihan jawaban tersebut berupa angka 1 hingga 5,
sesuai dengan pilihan jawaban dari setiap pertanyaan. Khusus untuk
variabel jenis kelamin, kode yang diberikan adalah angka 0 dan angka 1
untuk pilihan jawabannya. Pengkodean ini diberikan untuk memudahkan
peneliti saat memasukkan data ke dalam perangkat lunak saat akan
melakukan analisis data.
3. Entry data
Setelah seluruh pertanyaan dari masing-masing variabel dari
kuesioner sudah dipastikan terjawab seluruhnya, jawaban-jawaban dari
kuesioner tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak yang akan
digunakan untuk menganalisis data-data yang ada dari setiap siswa dan
ibu siswa.
54
4. Transformasi data
Setelah seluruh data dari seluruh kuesioner selesai dimasukkan ke
dalam perangkat lunak, data-data tersebut kemudian dijumlahkan menurut
variabelnya masing-masing untuk diberikan skor. Setelah skor dari setiap
variabel didapatkan, skor-skor tersebut di transformasi ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan nilai skor dari masing-masing variabel.
5. Cleaning
Selanjutnya dilakukan pembersihan data atau pengecekan kembali
untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan entry.
Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data dari kesalahan
yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data dilakukan pula pengecekan
ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan
serta konsistensinya.
F. Uji Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir
food recall dan food record dari Kementrian Kesehatan serta beberapa jenis
kuesioner yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya. Kuesioner-kuesioner
tersebut digunakan untuk mengukur praktek pemberian makan, ketersediaan
makanan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik siswa.
Untuk mengetahui ketepatan kuesioner yang akan digunakan dalam pengukuran
variabel penelitian, dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada siswa kelas 5
dan 6 serta ibu dari siswa kelas 5 dan 6 dari Sekolah Dasar lainnya yang memiliki
55
karakteristik yang mirip dengan SDIT Al Syukro Universal. Sekolah yang
dimaksud adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Ciputat Timur. Berikut
merupakan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti:
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan
suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2007). Untuk
mengetahui validitas dari instrumen yang digunakan, dilakukan dengan
cara mengukur korelasi setiap pertanyaan pada instrumen penelitian yang
dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengetahui praktek
pemberian makan anak dan aktivitas fisik anak dengan skor total variabel
dari nilai corrected item correlation pada hasil reability. Nilai r tabel yang
digunakan dalam uji validitas kuesioner praktek pemberian makan untuk
21 orang responden dengan nilai α= 5% adalah 0.433. Sementara untuk
kuesioner aktivitas fisik dan interaksi dengan teman, nilai r tabel yang
digunakan untuk 65 orang responden dengan nilai α= 5% adalah 0.224.
Pertanyaan pada kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hitung > nilai r
tabel.
Pada uji validitas yang dilakukan untuk kuesioner praktek pemberian
makan anak, dari delapan belas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner,
seluruh pertanyaan memiliki nilai r lebih besar dari nilai tabel r. Sehingga
dapat dikatakan bahwa seluruh pertanyaan valid untuk mengukur praktek
pemberian makan anak. Pada kuesioner aktivitas fisik, uji validitas
menunjukkan sebanyak dua buah pertanyaan dari tiga puluh dua
56
pertanyaan memiliki nilai r yang lebih kecil dari nilai r tabel, sehingga
dapat dikatakan bahwa kedua pertanyaan tersebut tidak valid.
Dua buah pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan terkait status
sakit yang dialami oleh siswa selama satu minggu terakhir yang
menyebabkan siswa tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan aktivitas
fisik apa yang dilarang untuk dilakukan oleh siswa. Peneliti kemudian
mengganti kalimat pada dua buah pertanyaan tersebut yang sebelumnya
berbunyi “Apakah kamu sakit dalam satu minggu terakhir?” menjadi
“Apakah kamu pernah sakit sampai tidak boleh berkativitas dalam satu
minggu terakhir?”. Sedangkan pertanyaan lainnya yang diubah adalah
“Jika ya, apakah ada kegiatan yang kamu hindari dari kegiatan yang
biasanya kamu lakukan setiap harinya?”, diubah menjadi “Jika ya,
aktivitas apa yang tidak boleh kamu lakukan selama kamu sakit?”.
Diubahnya kedua pertanyaan tersebut dikarenakan adanya kebingungan
dari siswa yang menjawab pertanyaan tersebut. Kalimat yang digunakan
sebagai pengganti dari pertanyaan sebelumnya diharapkan akan lebih
mudah dimengerti oleh siswa saat menjawab.
Setelah dilakukan perubahan kalimat pada dua buah pertanyan
tersebut, dilakukan kembali uji validitas dan reliabilitas. Namun,
berdasarkan uji validitas dan reliabilitas ulang yang dilakukan, kedua
pertnyaan tersebut masih memiliki nilai r yang lebih kecil dari nilai tabel
r. Peneliti kemudian mengeluarkan dua buah pertanyaan tersebut dari
kuesioner karena pertanyaan tersebut masih menyebabkan siswa
57
kebingungan dalam proses pengisian kuesioner. Selain itu alasan
dikeluarkannya kedua pertanyaan tersebut adalah jawaban yang homogen
dari seluruh siswa yang dijadikan sampel dalam uji validitas kuesioner ini.
Pada kuesioner pengetahuan ibu, ketersediaan makan dan interaksi
siswa dengan teman, peneliti melakukan uji validitas dengan menanyakan
setiap pertanyaan kepada 20 orang siswa dan 21 orang ibu siswa kelas 5
dan 6. Apabila siswa dan ibu siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut
tanpa adanya pertanyaan untuk menanyakan kejelasan dari pertanyaan
yang dimaksud oleh peneliti, maka dapat dikatakan bahwa pertanyaan
tersebut valid karena dapat dengan mudah dipahami oleh ibu siswa.
Sejumlah empat buah pertanyaan pada kuesioner ketersediaan
makanan dapat dijawab oleh ibu siswa tanpa adanya pertanyaan tambahan
dari ibu siswa untuk meminta kejelasan, sehingga dapat dikatakan bahwa
keempat pertanyaan tersebut valid. Sejumlah lima buah pertanyaan untuk
mengukur pengetahuan ibu, ditanyakan oleh peneliti kepada 21 orang ibu
siswa yang juga dijawab dengan cepat oleh ibu siswa tanpa adanya
kebingungan dari maksud pertanyaan dalam kuesioner tersebut. Sehingga
dapat dikatakan pula kelima pertanyaan valid untuk mengukur
pengetahuan ibu. Kuesioner untuk menghitung interaksi siswa dengan
teman juga dilakukan terhadap 20 orang siswa yang ditanya secara
langsung oleh peneliti. Selama proses uji validitas berlangsung, seluruh
siswa yang ditanyai dapat menjawab enam buah pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti dengan cepat tanpa adanya kebingungan. Sehingga keenam
58
pertanyaan tersebut juga dapat dikatakan valid untuk mengukur interaksi
dengan teman.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu alat ukur
dapat menghasilkan hasil yang konsisten meskipun dilakukan di waktu
yang berbeda dengan kuesioner yang sama (Hastono, 2007). Pengukuran
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan dua buah cara, yaitu
reapeted measure dan one shot (Hastono, 2007). Reapeted measure
merupakan cara pengukuran reliabilitas yang dilakukan lebih dari satu kali
pada waktu yang berbeda untuk dilihat konsistensi dari jawaban yang
diberikan. Sementara one shot merupakan cara pengukuran reliabilitas
yang hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lainnya (Hastono, 2007).
Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
reliabilitas dengan cara one shot. Kuesioner akan diuji reliabilitasnya
apabila seluruh pertanyaan dalam kuesioner sudah dinyatakan valid.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai
uji chronbach’s alpha lebih besar sama dengan nilai r tabel. Pada
penelitian ini, kuesioner yang diuji dengan menggunakan nilai
chronbach’s alpha adalah kuesioner praktek pemberian makan, dan
aktivitas fisik anak.
Kuesioner praktek pemberian makan dinyatakan reliabel apabila
nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan lebih besar sama dengan 0.433.
59
Pada uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner praktek pemberian
makan tersebut, nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan adalah 0.616.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel untuk
digunakan sebagai alat ukur praktek pemberian makan.
Untuk kuesioner aktivitas fisik siswa dinyatakan reliabel apabila
nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan lebih besar sama dengan 0.224.
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner aktivitas fisik
tersebut menghasilkan nilai chronbach’s alpha sebesar 0.899 sehingga
dapat dikatakan bahwa kuesioner ini reliabel untuk digunakan sebagai alat
ukur dalam mengukur aktivitas fisik siswa.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan bivariat.
1. Univariat
Analisis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi asupan energi siswa,
jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah,
pengetahuan ibu, asupan energi ibu, pilihan makanan ibu, interaksi dengan
teman serta aktivitas fisik siswa.
2. Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan
makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan
60
teman serta aktivitas fisik) dengan variabel dependen (asupan energi
siswa). Ada pun rumus uji chi-square yaitu:
dF = (k – 1)(b – 1)
Keterangan:
X2 = Chi Square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat lunak
komputer, sehingga tidak dilakukan perhitungan menggunakan rumus
tersebut. Hasil yang akan didapatkan dari perangkat lunak tersebut berupa
nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) =
0,05 yaitu jika diperoleh nilai p≤0,05 berarti ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan dependen, dan jika diperoleh
nilai p>0,05, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dan dependen (Hastono, 2007).
Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan
independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
61
Jika nilai OR<1 artinya variabel independen sebagai faktor protektif
terhadap variabel dependen dan jika OR>1 artinya variabel independen
sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.
62
BAB V
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Asupan Energi Siswa
Asupan energi siswa didapatkan dari hasil food recall 3x24 yang
kemudian dikategorikan menjadi asupan energi yang sesuai dan tidak sesuai.
Asupan energi siswa dikatakan sesuai apabila asupan energi memenuhi 70%-
130% AKE menurut AKG 2013 berdasarkan jenis kelamin dan usianya
masing-masing, sementara asupan energi dikatakan tidak sesuai apabila
asupan energi kurang dari 70% atau lebih dari 130% AKE menurut AKG
2013. Distribusi frekuensi berdasarkan asupan energi siswa dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Asupan Energi Jumlah siswa
n Persentase
% Tidak Sesuai 40 32,8
Sesuai 82 67,2 Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari 122 siswa, lebih banyak siswa
yang memiliki asupan yang sesuai dengan angka kecukupan energi menurut
63
AKG 2013, hanya 40 orang siswa (32,8%) yang memiliki asupan yang tidak
sesuai dengan angka kecukupan energi AKG 2013.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin siswa SDIT Al Syukro Universal dibedakan menjadi 2
kategori yaitu laki-laki dan perempuan dimana data tersebut didapatkan dari
data siswa yang bersekolah di sekolah tersebut. Berikut merupakan distribusi
frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas 5 dan 6
SDIT Al Syuro Universal Tahun 2015
Jenis Kelamin Jumlah anak
n Persentase
% Perempuan 61 50 Laki-laki 61 50 Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui dari 122 orang siswa, siswa laki-laki
dan perempuan memiliki jumlah yang sama, yaitu 61 (50%) siswa berjenis
kelamin laki-laki dan 61 (50%) siswa lainnya berjenis kelamin perempuan.
3. Praktek Pemberian Makan
Pada penelitian ini, praktek pemberian makan dibagi menjadi dua
kategori, yaitu praktek pemberian makan yang baik dan praktek pemberian
makan yang kurang baik. Pembagian kedua kategori tersebut didapatkan dari
hasil skoring yang dilakukan berdasarkan jawaban kuesioner dari ibu siswa.
Praktek pemberian makan yang baik didapat dari hasil skor yang lebih besar
sama dengan mean serta praktek pemberian makan yang kurang baik didapat
64
dari hasil skor interaksi yang kurang dari mean. Berikut merupakan distribusi
frekuensi berdasarkan praktek pemberian makan:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Pemberian Makan Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Praktek Pemberian Makan Jumlah anak
n Persentase
% Kurang 49 40,2
Baik 73 59,8 Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dari 122 orang siswa, jumlah siswa dengan
praktek pemberian makan yang baik memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kuran
baik dengan jumlah siswa sebanyak 73 siswa (59,8%) untuk siswa dengan
praktek pemberian makan yang baik.
4. Ketersediaan Makanan
Hasil ukur untuk variabel ketersediaan makanan dibagi menjadi 2
buah kategori, yaitu ketersediaan makanan yang baik dan ketersediaan
makanan yang kurang baik. Ketersediaan makanan yang baik didapat dari
hasil skor pernyataan pada kuesioner yang hasil skornya lebih besar sama
dengan mean. Sedangkan ketersediaan makanan yang kurang baik didapatkan
dari hasil skor pernyataan yang kurang dari mean. Berikut merupakan
distribusi frekuensi berdasarkan ketersediaan makanan:
65
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Makanan Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Ketersediaan makanan di rumah
Jumlah anak n
Persentase %
Kurang 52 42,6 Baik 70 57,4
Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 122 orang siswa, siswa
yang memiliki ketersediaan makanan yang baik lebih banyak dibandingkan
dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik baik,
dengan jumlah 70 siswa (57,4%) memiliki ketersediaan makanan yang baik.
5. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu didapatkan dari jumlah jawaban benar dari
pertanyaan pada kuesioner, yang kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori,
yaitu pengetahuan ibu yang baik dan pengetahuan ibu yang kurang.
Pengetahuan ibu yang baik didapat dari jumlah jawaban benar yang lebih dari
80% total pertanyaan, sedangkan pengetahuan ibu yang kurang didapat dari
jawaban benar yang kurang dari sama dengan 80% total pertanyaan. Berikut
merupakan distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu siswa kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Siswa Kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Pengetahuan ibu Jumlah anak
n Persentase
% Kurang 59 48,4
Baik 63 51,6 Jumlah 122 100,0
66
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 122 siswa, lebih banyak
siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dibandingkan
siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan gizi yang kurang baik, dengan
jumlah siswa sebanyak 63 siswa (51,6%) untuk siswa yang memiliki ibu
dengan pengetahuan gizi yang baik.
6. Asupan Energi Ibu
Asupan energi ibu didapatkan dari hasil food record 3x24 jam yang
kemudian dibagi ke dalam 2 buah kategori, yaitu asupan energi yang sesuai
dengan anjuran angka kecukupan energi serta asupan yang tidak sesuai
dengan anjuran angka kecupukan energi. Asupan energi dikatakan sesuai
dengan angka anjuran apabila memenuhi 70%-130% anjuran AKE sesuai
AKG 2013 berdasarkan golongan usia masing-masing ibu, sedangkan asupan
energi dikatakan tidak sesuai apabila asupan energi ibu kurang dari 70% atau
lebih dari 130% anjuran AKE sesuai AKG 2013 berdasarkan golongan usia
ibu siswa. Distribusi frekuensi berdasarkan asupan energi ibu siswa kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi Ibu Siswa Kelas 5 dan
6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Asupan energi ibu Jumlah anak
n Persentase
% Tidak Sesuai 69 56,6
Sesuai 53 43,3 Jumlah 122 100,0
67
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 122 orang ibu siswa, ibu
yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai lebih banyak dibandingan
dengan ibu yang memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran angka
kecukupan energi dengan jumlah ibu sebanyak 69 orang ibu (56,6%) yang
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan
energi menurut golongan usianya.
7. Interaksi dengan Teman
Interaksi dengan teman didapatkan dari hasil skor pernyataan yang
kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu interaksi yang kuat dan
interaksi yang lemah. Interaksi yang kuat didapatkan dari hasil skor
pernyataan yang lebih besar sama dengan median, sementara interaksi dengan
teman yang lemah didapat dari skor pernyataan yang kurang dari median.
Berikut merupakan distribusi frekuensi interaksi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal dengan teman tahun 2015:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT
Al Syukro Universal dengan Teman Tahun 2015
Interaksi dengan Teman Jumlah anak
n Persentase
% Kuat 65 53,3
Lemah 57 46,7 Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui dari 122 orang siswa, siswa yang
memiliki interaksi dengan teman yang kuat lebih banyak dibandingkan
dengan siswa yang memiliki interaksi yang lemah dengan temannya dengan
jumlah siswa sebanyak 65 siswa (53,3%) yang memiliki interaksi yang kuat.
68
8. Aktivitas Fisik Anak
Aktivitas fisik anak didapat dari penjumlahan skor dari kuesioner
aktivitas fisik yang kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu siswa
aktif dan siswa kurang aktif. Siswa yang tergolong dalam kategori kurang
aktif didapat dari hasil skor aktivitas fisik yang kurang mean. Sedangkan
siswa yang tergolong dalam kategori aktif didapat dari skor aktivitas fisik
yang lebih besar sama dengan mean. Berikut merupakan distribusi frekuensi
berdasarkan aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
tahun 2015:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswa Kelas 5 dan 6
SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Aktivitas Fisik Jumlah anak
n Persentase
% Kurang aktif 58 47,5
Aktif 64 52,5 Jumlah 122 100,0
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa dari 122 orang siswa, siswa
yang tergolong dalam kategori aktif lebih banyak dibandingkan dengan siswa
yang tergolong dalam kategori siswa yang kurang aktif dengan jumlah siswa
sebanyak 64 siswa (52,5%) untuk anak yang aktif.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa
Hasil analisis bivariat antara asupan energi siswa dengan jenis
kelamin, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
69
Tabel 5.9
Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Jenis kelamin
Asupan energi siswa Total Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai Sesuai
N % n % N %
Perempuan 24 39,3 37 60,7 61 100 0,177 1,824 (0,847-3,931) Laki-laki 16 26,2 45 73,8 61 100
Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa paling banyak siswa yang
memiliki asupan energi yang tidak sesuai adalah siswa perempuan dengan
jumlah siswa sebanyak 24 siswa perempuan (39,3%) dibandingkan dengan
siswa laki-laki. Berdasarkan hasil uji statistik chi square yang dilakukan,
didapatkan nilai p value sebesar 0,177 yang artinya pada α = 5%, tidak ada
hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR
sebesar 1,824 (95%CI: 0,847-3,931) yang artinya anak perempuan memiliki
risiko sebesar 1,824 untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai anjuran
dibandingkan dengan siswa laki-laki.
2. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa
Hasil analisis bivariat antara praktek pemberian makan dengan asupan
energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
70
Tabel 5.10
Analisis Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan
Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Praktek Pemberian
Makan
Asupan energi siswa Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai
Sesuai n %
n % n % Kurang 15 30,6 34 69,4 49 100
0,824 0,847 (0,390-1,841) Baik 25 34,2 48 65,8 73 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan
energi yang tidak sesuai, lebih banyak berasal dari siswa dengan praktek
pemberian makan yang baik dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa
(34,2%) dibanding dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang
kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik chi square, didapatkan p value
sebesar 0,824 yang mengandung arti pada α=5%, tidak ditemukan adanya
hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
Didapatkan pula nilai OR sebesar 0,847 (95%CI:0,390-1,841) yang
artinya anak dengan praktek pemberian makan yang kurang baik memiliki
efek proteksi sebesar 0,847 kali terhadap asupan energi yang tidak sesuai
dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang
baik.
3. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa
Hasil analisis bivariat antara ketersediaan makanan dengan asupan
energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
71
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi
Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Ketersediaan makanan
Asupan energi siswa
Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai
Sesuai n %
n % N % Kurang 19 36,5 33 63,5 52 100
0,572 1,343 (0,627-2,877) Baik 21 30 49 70 70 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
asupan energi tidak sesuai, paling banyak adalah siswa yang memiliki
ketersediaan makanan yang kurang baik dengan jumlah siswa sebanyak 19
siswa (36,5%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan
makanan yang baik. Berdasarkan uji statistik chi square yang dilakukan,
didapatkan p value sebesar 0,572 yang berarti bahwa pada α=5%, tidak
ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
Didapatkan pula nilai OR sebesar 1,343 (95%CI: 0,627-2,877) yang artinya
siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki risiko
sebesar 1,343 untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai anjuran
dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik
di rumah.
Berdasarkan hasil food recall diketahui bahwa ketersediaan makanan
yang tersedia di luar rumah, seperti ketersediaan makanan yang terdapat di
kantin sekolah dan ketering yang didapatkan anak saat makan siang di
72
sekolah, makanan yang tersedia tersebut merupakan makanan yang tinggi
energi. Jajanan yang tersedia di kantin sekolah lebih banyak makanan yang
mengandung energi tinggi seperti bubur ayam, mie instan, nasi goreng, nasi
goreng yang dicampur dengan mie instan, siomay, bakso, pekmpek, kentang
goreng dan minuman manis yang diseduh dan ditambahkan lagi dengan gula.
Makanan yang didapatkan anak dari pihak ketering juga berupa
makanan padat energi berupa makanan cepat saji seperti nugget, sosis dan
daging asap. Kontribusi makanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah
ini, rata-rata menyumbangkan 27,38% asupan energi total yang dikonsumsi
anak dalam satu hari.
4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa
kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.12
Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Pengetahuan ibu
Asupan energi siswa Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai
Sesuai n %
n % n % Kurang 24 40,7 35 59,3 59 100
0,109 2,496 (0,933-4,347) Baik 16 25,4 47 74,6 63 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan
energi yang tidak sesuai anjuran angka kecukupan, paling banyak adalah
siswa dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik yang berjumlah 24 siswa
73
(40,7%) dibadingkan dengan siswa yang memiliki ibu berpengetahuan baik.
Berdasarkan uji statistik yang chi square, didapatkan p value sebesar 0.109
yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna
antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al
Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan nilai OR sebesar 2,496 (95%CI:
0,933-4,347) yang artinya anak yang memiliki ibu berpengetahuan kurang
baik memiliki risiko sebesar 2,496 untuk memiliki anak dengan asupan
energi yang tidak sesuai anjuran dibandingkan dengan ibu yang
berpengetahuan baik.
5. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Analisis hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Analisis Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Asupan energi ibu
Asupan energi siswa Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai
Sesuai n %
n % n % Tidak Sesuai 31 44,9 38 55,1 69 100
0,002 3,988 (1,688-9,423) Sesuai 9 17,0 44 83,0 53 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa siswa dengan asupan energi
yang tidak sesuai, paling banyak adalah siswa yang memiliki ibu dengan
asupan energi yang tidak sesuai anjuran yang berjumlah 31 siswa (44,9%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi square didapatkan p value sebesar 0,002
74
yang berarti pada α=5%, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara
asupan energi ibu dengan asupan energi anak. Didapatkan pula nilai OR
sebesar 3,988 (95%CI:1,688-9,423) yang berarti bahwa ibu dengan asupan
energi yang tidak sesuai, memiliki risiko sebesar 3,988 kali untuk memiliki
anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan ibu yang
memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran.
6. Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman Dengan Asupan Energi Siswa
Hasil analisis bivariat antara interaksi siswa dengan teman dengan
asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14
Analisis Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman dengan Asupan
Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Interaksi dengan teman
Asupan energi siswa Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai
Sesuai n %
n % n % Kuat 23 35,4 42 64,4 65 100
0,646 1,289 (0,601-2,760) Lemah 17 29,8 40 70,2 57 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa siswa dengan asupan energi
yang tidak sesuai anjuran, paling banyak adalah siswa yang memiliki
interaksi lemah dengan temannya dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa
(29,8%). Berdasarkan uji statistik chi square yang dilakukan didapatkan p
value sebesar 0,646 yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya
hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi
siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula
nilai OR sebesar 1,289 (95%CI:0,602-2,760) yang berarti siswa yang
75
memiliki interaksi yang kuat dengan teman memiliki risiko sebesar 0,702
kali untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan
siswa yang berinterkasi lemah dengan temannya.
7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa
Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan asupan energi siswa
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.15
Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa
Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015
Aktivitas fisik Asupan energi siswa Total
Pvalue Odds Ratio Tidak Sesuai Sesuai n %
n % n % Kurang aktif 23 39,7 35 60,3 58 100
0,179 1,817 (0,846-3,902) aktif 17 26,6 47 73,4 64 100 Total 40 32,8 82 67,2 122 100
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan
energi yang tidak sesuai anjuran paling banyak adalah siswa dengan aktivitas
fisik yang tergolong kurang aktif dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa
(39,7%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diketahui bahwa p value
sebesar 0,179, yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya
hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5
dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR
sebesar 1,817 (95%CI: 0,846-3,902) yang berarti siswa dengan aktivitas fisik
yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,817 untuk memiliki asupan
energi yang tidak sesuai anjuran angka kecukupan energi dibandingkan
dengan siswa yang memiliki aktivitas fisik yang baik.
76
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Penggunaan metode pengumpulan data dengan food recall 3x24 jam yang
dilakukan selama 3 hari berturut-turut kepada 51 orang siswa menyebabkan
penelitian ini tidak dapat menggambarkan variasi makanan dalam jangka
waktu panjang dikarenakan variasinya yang sedikit.
2. Kuesioner praktek pemberian makan diberikan kepada seluruh ibu dari siswa
tanpa menanyakan terlebih dahulu terkait siapa yang lebih berperan dalam
praktek pemberian makan anak setiap harinya. Adanya pengasuh lain dalam
praktek pemberian makan menyebabkan hasil ukur dari praktek pemberian
makan kurang akurat lantaran tidak semua ibu selalu memberikan praktek
pemberian makan secara langsung kepada anaknya.
3. Penggunaan food record untuk ibu siswa memungkinkan terjadinya bias
karena ukuran makanan yang berbeda-beda di setiap rumah tangga. Sehingga
untuk meminimalisir terjadinya bias, peneliti memberikan beberapa buah
gambar makanan, diantaranya makanan pokok, lauk, sayur, buah dan
makanan tambahan dengan ukuran tertentu. Meskipun peneliti sudah
melakukan penanganan guna meminimalisir terjadinya bias, kesalahan dalam
estimasi pengukuran makanan masih mungkin terjadi karena adanya
perbedaan ukuran rumah tangga dari setiap rumah tangga.
77
4. Tidak dijabarkannya makanan tambahan yang dimaksud oleh peneliti, seperti
mie instan dan makanan tinggi energi lainnya, memungkinkan adanya bias
pada saat ibu mengisi kuesioner yang diberikan.
5. Adanya bias yang mungkin terjadi dari independensi saat pengisian kuesioner
yang diisi oleh ibu siswa di rumah tanpa adanya pemantauan langsung dari
peneliti. Sehingga pada proses pengisiannya ibu bisa saja dipengaruhi oleh
anggota keluarga lain terutama pada kuesioner terkait praktek pemberian
makan, ketersediaan makanan dan pengetahuan ibu.
B. Gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
Angka kecukupan energi yang ditetapkan sejak tahun 2013 bagi anak usia
9 tahun adalah 1850 kal per hari. Sementara bagi anak laki-laki usia 10-12 tahun
ditetapkan angka kecukupan energi sebesar 2100 kkal per hari dan 2000 kkal per
ditetapkan sebagai angka kecukupan energi bagi anak perempuan usia 10-12
tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Energi ini dibutuhkan
setiap orang untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang terutama
bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan energi yang cukup untuk
memaksimalkan pertumbuhannya (Shetty, 2010). Asupan energi pada anak sangat
mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ
tubuh (Asydhad dan Mardiah, 2006).
Kekurangan energi yang dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat
menyebabkan kematian bagi anak bila kekurangan tersebut berlangsung terus-
menerus hingga cadangan karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh sudah
terpakai seluruhnya (Grover dan C.Ee, 2009). Sementara kelebihan energi yang
78
dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat menyebabkan anak memiliki
timbunan lemak di bawah jaringan kulit akibat dari energi yang tidak terpakai.
Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan anak mengalami pertambahan berat
badan yang jika terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan siswa memiliki
berat badan berlebih (Asydhad dan Mardiah, 2006).
Perhitungan asupan energi dilakukan menggunakan nutrisurvey yang
mana data asupan makanan diambil menggunakan 3x24 hours food recall. 3x24
hours food recall dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut maupun dengan 3
hari secara tidak berturut-turut. Namun pengambilan data makanan selama 3 hari
berturut-turut hanya bisa menunjukkan variasi yang kecil jika dibandingkan
dengan pengambilan data yang tidak dilakukan secara berturut-turut (Willet,
2013).
Hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Al Syukro Universal terhadap
122 orang siswa kelas 5 dan 6 yang memiliki rentang usia 9-12 tahun,
menunjukkan bahwa sebanyak 82 siswa (67,2% siswa) dapat memenuhi asupan
energi sesuai dengan AKG 2013 menurut jenis kelamin dan usianya masing-
masing. Sedangkan 40 siswa (33,8%) lainnya tidak dapat memenuhi asupan
energi sesuai dengan jenis kelamin dan golongan usianya berdasarkan AKG 2013.
Ketidaksesuaian asupan energi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah asupan
energi siswa yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi, baik
kekurangan asupan energi maupun kelebihan asupan energi. Berdasarkan data
food recall, diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah
yang berasal dari makanan ketering dan jajanan yang dikonsumsi siswa selama
79
berada di sekolah, rata-rata menyumbang 27,38% asupan energi siswa dalam 1
hari.
Sementara penelitian yang dilakukan pada pada siswa sekolah dasar usia
9-11 tahun di Manado, menunjukkan hasil sebaliknya, dengan persentase
sebanyak 66,3% siswa memiliki asupan energi yang kurang sementara 33,3%
lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari AKG (Mananoru dkk., 2013).
Penelitian yang dilakukan di Makassar juga menunjukkan hal serupa dengan
63,3% siswa memiliki asupan yang tidak sesuai dan 36,7% siswa lainnya
memiliki asupan energi yang sesuai dengan AKG menurut jenis kelamin dan
golongan usianya (Yulni dkk., 2013).
Lebih banyaknya siswa yang memiliki asupan energi yang sesuai
dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan tidak sesuai dimungkinkan
terjadi karena adanya perbedaan waktu dalam proses pengambilan data, dimana
sebanyak 51 orang siswa diambil data makanannya menggunakan food recall
selama 3 hari berturut-turut, sedangkan 71 siswa lainnya diambil data
makanannya dalam 3 hari yang tidak berturut-turut. Pengambilan data makanan
menggunakan food recall selama 3 hari berturut-turut menghasilkan variasi
asupan energi yang kecil sehingga hal tersebut dimungkinkan menjadi salah satu
penyebab dari lebih banyaknya siswa dengan asupan yang sesuai.
Selain itu, adanya program makan siang di sekolah yang diselenggarakan
oleh beberapa jenis ketering dimungkinkan juga menjadi salah satu penyebab
siswa memiliki asupan energi yang sesuai. Hal tersebut diperkuat oleh data food
recall yang didapat, yang menunjukkan bahwa siswa cenderung mengonsumsi
80
makanan-makanan sumber energi dibandingkan dengan sumber-sumber zat gizi
lainnya, sehingga terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mengalami gizi
kurang atau gizi lebih, diakibatkan oleh adanya kontribusi dari zat gizi lain yang
dikonsumsi tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan gizi bagi usianya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan food recall juga
diketahui bahwa pihak ketering lebih sering menyediakan makanan dalam paket
ketering berupa makanan cepat saji seperti nugget, sosis dan daging asap. Jajanan
yang tersedia di sekolah juga merupakan jajanan tinggi energi seperti nasi goreng,
mie goreng yang dicampur dengan nasi goreng, siomay, bakso, pekmpek, cireng,
bubur ayam, nasi uduk, kentang goreng dan minuman manis tinggi energi seperti
minuman bubuk yang diseduh dan ditambahkan gula.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengukur asupan zat gizi menggunakan
metode food recall, peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengambilan data
tidak selama 3 hari berturut-turut. Peneliti lebih baik melakukan pengambilan data
food recall selama 3 hari tidak berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang
memiliki variasi yang besar agar dapat menggambarkan asupan zat gizi dalam
jangka waktu yang cukup panjang.
C. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa
Siswa perempuan memiliki risiko lebih besar untuk memiliki asupan yang
tidak sesuai dengan anjuran dikarenakan siswa perempuan memiliki selera makan
yang berubah-ubah dan cenderung lebih memperhatikan makanan yang mereka
konsumsi, sedangkan siswa laki-laki cenderung menerima apapun jenis makanan
yang disediakan (Suhardjo, 1989 dalam Septiana, 2011). Selain itu, perbedaan
81
yang dimiliki antara siswa laki-laki dan perempuan khususnya pada era modern
ini adalah adanya keinginan dari siswa perempuan untuk melakukan kontrol pada
berat badannya yang pada akhirnya turut mempengaruhi pilihan makanannya dan
jumlah energi yang diasupnya (Arganini dkk., 2012).
Kencenderungan siswa perempuan untuk memiliki asupan yang tidak
sesuai dengan anjuran tersebut juga terbukti pada penelitian ini, dimana hasil
penelitian menunjukkan jumlah siswa perempuan lebih banyak memiliki asupan
energi yang tidak sesuai dengan anjuran dengan jumlah sebanyak 24 siswa
perempuan (39,3%) dibandingkan dengan siswa laki-laki yang memiliki asupan
energi yang tidak sesuai dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa laki-laki
(26,2%).
Hasil analisis chi square juga menunjukkan adanya risiko sebesar 1,825
kali bagi siswa perempuan untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dibandingkan
dengan siswa laki-laki. Namun, besarnya risiko dari setiap siswa tidaklah sama,
nilai CI menunjukkan rentang risiko yang dimiliki setiap siswa perempuan untuk
memiliki asupan energi yang tidak sesuai mulai dari 0,847 kali hingga 3,931 kali
dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hasil penelitian yang dilakukan di Korea
Selatan juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu siswa perempuan memiliki
asupan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki (Kim dan
Lee, 2009). Adanya kesamaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan di Korea Selatan dimungkinkan terjadi karena karakteristik usia sampel
yang digunakan dalam penelitian tersebut sama dengan sampel pada penelitian
ini, yaitu siswa sekolah dasar usia 10-12 tahun.
82
Meskipun kecenderungan menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak
yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan laki-laki,
hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis
kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
tahun 2015 dengan nilai p sebesar 0,177. Dapat dikatakan bahwa hasil penelitian
ini tidak dapat membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang
digunakan sebagai dasar teori dilakukannya penelitian, dimana teori tersebut
menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan asupan energi siswa.
Penelitian yang dilakukan terhadap anak ras putih dan ras Afrika juga
yang tidak dapat membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson dengan
tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
asupan energi siswa (Spruijt-Metz dkk., 2002). Penelitian lainnya yang dilakukan
terhadap siswa sekolah dasar di Korea Selatan juga menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa (Kim
dan Lee, 2009).
Kesamaan hasil penelitian yang tidak menemukan adanya hubungan jenis
kelamin dengan asupan energi pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan
dengan kedua penelitian lainnya dimungkinkan terjadi karena adanya karateristik
usia yang mirip pada kedua penelitian tersebut. Selain itu, pada kedua penelitian
tersebut yang digunakan adalah sampel dengan karakteristik etnik yang sama
yang kemungkinan menyebabkan adanya perbedaan proporsi yang kecil dan
menyebabkan tidak ditemukan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut.
Penelitian lainnya yang dilakukan di Jakarta terhadap siswa dengan karakteristik
83
usia yang mirip juga menunjukkan hasil yang serupa, dimana penelitian tersebut
juga tidak menemukan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan asupan
energi siswa (Kirana, 2007).
Namun penelitian yang dilakukan di Depok dapat membuktikan hipotesis
teori yang digunakan dengan menemukan adanya hubungan bermakna antara
jenis kelamin dengan asupan energi (Hakim, 2001). Perbedaan hasil penelitian
yang didapatkan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya perbedaan rentang usia sampel yang
digunakan pada kedua penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan di Depok
tersebut memiliki rentang usia sampel mulai dari usia 11 hingga 15 tahun yang
mana seluruh sampelnya memiliki perbedaan angka anjuran kecukupan energi
menurut jenis kelaminnya berdasarkan AKG 2013. Sedangkan sampel penelitian
yang digunakan oleh peneliti memiliki rentang usia 9 sampai 12 tahun yang mana
siswa masih memiliki angka kecukupan energi yang sama baik laki-laki maupun
perempuan hingga usia 10 tahun. Selain itu, perbedaan rentang usia tersebut juga
memungkinkan siswa memiliki perbedaan cara berpikir yang turut mempengaruhi
asupan energi siswa yang dijadikan sampel penelitian.
Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
asupan energi terjadi karena adanya kecilnya perbedaan proporsi antara siswa
perempuan dan siswa laki-laki yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai
dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 39,3% (24 siswa) dan siswa laki-laki
sebanyak 26,2% (16 orang) yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai.
Kemungkinan lainnya yang menyebabkan tidak ditemukan adanya hubungan
84
bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa adalah adanya
perbedaan waktu dalam pengambilan data pada food recall yang hanya dapat
memberikan variasi asupan energi yang kecil. Kecilnya variasi tersebut yang
dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan antara jenis
kelamin dengan asupan energi siswa SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.
Kebiasaan makan pada usia sekolah dasar sudah mulai muncul namun
masih belum merupakan kebiasaan yang permanen (Kim dan Lee, 2009). Oleh
karena itu, peneliti menyarankan untuk memberikan suplementasi materi pada
mata pelajaran Penjaskes dan Pramuka terkait asupan gizi yang sesuai dengan
jenis kelamin dan golongan usia siswa agar siswa dapat memiliki asupan energi
yang sesuai dengan kebutuhannya hingga dewasa mengingat pendidikan gizi
sangat baik diberikan pada usia ini untuk membentuk kebiasaan makan siswa.
Selain itu, agar siswa terus mengingat dan mengaplikasikan materi terkait asupan
energi tersebut, pihak sekolah juga disarankan untuk mengadakan kelas khusus
terkait kebutuhan gizi siswa terutama kebutuhan energi pada saat pembagian
rapor dilaksanakan.
D. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa
Praktek pemberian makan terdiri dari peraturan ibu terkait berbagai
macam dimensi, diantaranya adalah tipe makanan yang dimakan anak, frekuensi
makan, kuantitas makanan, cara pengolahan makanan dan pemberian makanan
padat satu jenis zat gizi. Keseluruhan peraturan yang diterapkan oleh ibu dalam
praktek makan anak ini membentuk pola makan anak yang akan mempengaruhi
kesehatan dan status gizi anak (Ruel dan Arimond, 2003).
85
Ibu sering memberikan kontrol terhadap kebiasaan makan anaknya dengan
mengatur kapan, berapa banyak dan makanan apa yang dimakan untuk
mempertahankan kesehatan anak dan mencegah anak mengalami malnutrisi
(White, 2006). Praktek pemberian makan yang kurang baik seperti membebaskan
anak memilih makanan yang ingin dikonsumsinya sendiri, memberikan makanan
kesukaan anak sebagai hadiah, memaksa anak untuk makan dan selalu
menyediakan makanan kesukaannya, dapat menyebabkan anak memiliki asupan
energi yang tidak sesuai dengan anjuran (Birch, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, dimana lebih banyak
siswa dengan praktek pemberian makan yang baik memiliki asupan energi yang
tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang
kurang baik dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa (34,2%). Hasil penelitian
yang menunjukkan kecenderungan siswa dengan praktek pemberian makan yang
baik memiliki asupan energi yang tidak sesuai, dimungkinkan terjadi karena tidak
semua siswa diasuh secara langsung oleh ibu mereka kendati ibu tetap memegang
kendali di rumah.
Peraturan-peraturan yang dibuat ibu selama praktek pemberian makan,
tidak hanya dijalankan oleh ibu saja, namun juga dipercayakan kepada orang lain
yang dipercaya untuk ikut andil dalam pengasuhan anaknya. Orang yang
diberikan kepercayaan dalam praktek pemberian makan anak ini dimungkinkan
turut mempengaruhi asupan energi. Pemberian kuesioner praktek pemberian
makan kepada ibu siswa tanpa mempertimbangkan adanya pengasuh lain dalam
86
praktek pemberian makan dimungkinkan menjadi penyebab dari adanya
perbedaan kecenderungan yang terjadi pada penelitian ini.
Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya merasa
anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk menjaga agar asupan
makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi ibu yang tidak selalu bisa
memberikan pemantauan langsung kepada anak selama praktek pemberian
makan, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau orang yang dipercaya
untuk mengasuh anaknya selama ibu tidak bisa memantau praktek pemberian
makan tersebut (Gubbels dkk., 2011). Orang yang dipercaya untuk mengasuh
anaknya tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada
anak dibandingkan dengan ibu yang mengontrol asupan anaknya secara langsung
(Gubbels dkk., 2011).
Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi yang
dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan pengasuhnya
(Ruel dan Arimond, 2003). Karakteristik anak tersebut dapat mempengaruhi
keefektifan praktek pemberian makan pada anak. Karakteristik yang dimiliki oleh
pengasuh yang menjalankan praktek pemberian makan pada anak juga turut
mempengaruhi keefektifan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam
praktek pemberian makan anak (Ruel dan Arimond, 2003).
Berdasarkan analisis chi square diketahui pula bahwa anak dengan
praktek pemberian makan kurang baik memiliki efek proteksi sebesar 0,847 kali
terhadap asupan energi yang tidak sesuai. Besarnya efek proteksi ini berbeda-beda
untuk setiap individu. Pada penelitian ini, rentang efek proteksi yang dimiliki oleh
87
setiap siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik adalah 0,390 kali
hingga 1,841 kali terhadap asupan energi tidak sesuai.
Hasil penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya hubungan
bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi yang
ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,824. Hasil penelitian ini tidak dapat
membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa
praktek pemberian makan dapat mempengaruhi asupan energi seorang anak.
Penelitian prospektif yang dilakukan di United Kingdom juga tidak dapat
membuktikan hipotesis tersebut karena tidak menemukan adanya hubungan
bermakna antara kontrol yang dilakukan oleh ibu selama proses praktek
pemberian makan dengan asupan energi selama anak masih dalam pengasuhan
orang tua (Dickens dan Ogden, 2014). Penelitian tersebut menemukan bahwa
kontrol dalam praktek pemberian makan anak tidak dapat mempengaruhi asupan
energi anak, asupan energi anak lebih dipengaruhi oleh kebiasaan makan orang
tua yang kemudian dicontoh oleh anak dan mempengaruhi anak dalam pemilihan
makanannya yang kemudian turut mempengaruhi asupan energinya.
Namun penelitian yang dilakukan terhadap ras latin menunjukkan hasil
yang berbeda, dimana ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek
pemberian makan dengan asupan energi anak yang sesuai (Arredondo dkk.,
2006). Perbedaan hasil penelitian yang didapatkan oleh penelitian yang dilakukan
terhadap ras latin dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jumlah
sampel dan karakteristik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Pada
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, sampel didapatkan dari 13 sekolah
88
yang berada di barat daya San Diego, sehingga terdapat perbedaan pada
karakteristik sampel dari setiap sekolah, sementara penelitian yang dilakukan
peneliti, hanya dilakukan pada satu sekolah yang karakteristik sampelnya mirip.
Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian
makan dengan asupan energi siswa terjadi karena perbedaan proporsi yang tidak
jauh berbeda antara siswa dengan praktek pemberian makan yang baik namun
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan
praktek pemberian makan yang kurang baik dan memiliki asupan energi yang
tidak sesuai. Praktek pemberian makan yang tidak hanya dilakukan oleh ibu
dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukan adanya hubungan antara
praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa.
Kecilnya variasi asupan energi akibat dari perbedaan waktu pengambilan
data makanan juga diduga menjadi penyebab tidak ditemukannya hubungan
bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa. Hal
lainnya yang diduga menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan
bermakna antara kedua variabel ini adalah waktu yang dihabiskan anak di sekolah
lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan anak di rumah
bersama dengan ibu atau pengasuhnya. Sehingga anak mengatur sendiri makanan
yang dikonsumsinya selama berada di sekolah tanpa adanya kontrol langsung dari
ibu maupun pengasuh.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam praktek pemberian
makan anak, sebaiknya dilakukan pendataan terlebih dahulu terkait peran ibu atau
pengasuh dalam hal praktek pemberian makan pada anak. Bagi anak yang
89
diberikan pengasuhannya hanya dilakukan langsung oleh ibu, dapat dilakukan
pengambilan data praktek pemberian makan kepada ibu, namun apabila anak
tidak hanya diasuh oleh ibu, sebaiknya dilakukan pengambilan data kepada orang
yang lebih sering menjalankan praktek pemberian makan pada anak.
E. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa
Ketersediaan makanan merupakan salah satu hal yang berperan penting
dalam pembentukan kualitas diet anak (Santiago-Torres dkk., 2014). Tersedianya
makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi energi di rumah, seperti
makanan cepat saji yang sering disediakan oleh ibu sebagai bentuk dari
kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang berlebihan
karena tingginya lemak dari makanan-makanan tersebut. Tingginya asupan energi
akibat ketersediaan makanan cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang
rendah dari makanan-makanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah
(Boutelle dkk., 2007).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak
siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki asupan energi
yang tidak sesuai sebanyak 19 siswa (36,5%) dibandingkan dengan siswa dengan
ketersediaan makanan yang baik. Hasil analisis chi square menunjukkan siswa
dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,343
kali untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa
dengan ketersediaan makanan yang baik. Risiko ini berbeda-beda setiap individu,
perbedaan risiko tersebut dapat dilihat dari interval nilai CI sebesar 0,627 kali
sampai 2,877 kali.
90
Menurut peneliti, hasil tersebut didapatkan karena banyak ibu yang
menyediakan makanan cepat saji untuk anaknya di rumah. Selain itu, banyak pula
ibu yang memilih makanan padat energi sebagai makanan selingan bagi anak
mereka yang mana hal tersebut dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi
yang tidak sesuai dengan AKG. Hal tersebut diperkuat oleh teori yang
mengatakan bahwa makanan yang selalu tersedia di rumah akan mempengaruhi
asupan makanan anak dan keseluruhan kualitas dietnya (Santiago-Torres dkk.,
2014). Tingginya konsumsi makanan yang padat energi menyebabkan anak
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG.
Hasil analisis chi square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna
antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh
nilai p sebesar 0,572. Hasil penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan
tersebut juga menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan
hipotesis teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa ketersediaan
makanan berhubungan dengan asupan energi anak. Analisis yang dilakukan
terhadap survei di Amerika Serikat juga menemukan bahwa anak lebih
dipengaruhi oleh makanan yang tersedia di luar rumahnya, termasuk lingkungan
sekolah dan lingkungan tempat anak biasa menghabiskan waktunya dibangingkan
dengan makanan yang tersedia di rumah (Poti dan Popkin, 2011).
Namun hipotesis adanya hubungan bermakna antara ketersediaan
makanan dengan asupan energi anak dapat dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan di Australia yang menemukan adanya hubungan bermakna antara
ketersediaan makanan yang baik di rumah dengan asupan energi anak (Campbell
91
dkk., 2013). Perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di
Australia dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah adanya
perebedaan cara ukur, dimana pada penelitian yang dilakukan di Australia,
sampel melaporkan makanan yang disediakan selama proses penelitian
berlangsung, sementara pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sampel
diminta untuk mengingat makanan yang disediakannya selama satu minggu
terakhir, sehingga cara pengukuran tersebut memiliki risiko untuk terjadi bias
yang lebih besar karena terdapat kemungkinan sampel lupa akan makanan yang
disediakannya selama satu minggu terakhir.
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa ketersediaan makanan
tambahan seperti kue kering, soda dan makanan serta minuman manis lainnya
yang padat energi menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai
dengan anjuran (Santiago-Torres dkk., 2014). Perbedaan lokasi penelitian
merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan dalam hasil yang didapatkan
dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian yang dapat
membuktikan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dan
asupan energi siswa.
Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan
makanan dengan asupan energi pada penelitian ini disebabkan oleh perbedaan
proporsi yang kecil antara siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik
dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan siswa yang memiliki
ketersediaan makanan yang baik di rumah namun memiliki asupan energi yang
tidak sesuai. Selain itu, ketersediaan makanan yang dihitung dalam penelitian ini
92
hanyalah ketersediaan makanan di rumah, peneliti tidak menghitung ketersediaan
makanan di lingkungan anak selain di rumah, seperti di sekolah atau tempat-
tempat dimana anak banyak menghabiskan waktu.
Tidak dihitungnya ketersediaan makanan di luar rumah tersebut
dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tidak ditemukan adanya hubungan
ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa. Karena berdasarkan data food
recall yang dikumpulkan oleh peneliti, diketahui bahwa makanan yang
dikonsumsi anak di luar rumah, baik makanan yang didapat dari ketering, jajanan
yang dikonsumsi di sekolah dan di tempat anak menghabiskan waktu selain di
rumah, seperti di tempat les, menyumbang 27,38% asupan energi siswa dalam 1
hari.
Penyebab lain yang dimungkinkan menjadi penyebab tidak ditemukan
adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi
siswa adalah tidak dijabarkan seluruh makanan dengan spesifik, makanan cepat
saji seperti mie instan dimasukkan peneliti ke dalam kategori makanan tambahan,
namun tidak disebutkan secara spesifik. Penjabaran yang tidak spesifik tersebut
memungkinkan adanya bias lantaran ibu tidak mengetahui bahwa makanan cepat
saji seperti mie instan tersebut termasuk ke dalam jenis makanan tambahan dalam
kuesioner.
Penyebab lainnya tidak ditemukan adanya hubungan antara ketersediaan
makanan dengan asupan energi anak adalah adanya penggolongan kategori
ketersediaan makanan ke dalam 2 buah kategori sehingga ketersediaan makanan
tidak tergambarkan dengan baik. Sebaiknya penggolongan ketersediaan makanan
93
dibagi menjadi 3 buah kategori, yaitu kurang, cukup dan lebih agar ketersediaan
makanan bisa tergambar dengan baik. Penggabungan asupan energi lebih dan
asupan energi kurang juga dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak
ditemukannya hubungan antara dua variabel tersebut.
Untuk mengurangi adanya asupan energi yang tidak sesuai, sebaiknya ibu
menyediakan makanan yang kaya akan zat gizi lainnya. Ibu sebaiknya
mengurangi penyediaan makanan yang padat salah satu zat gizi, seperti makanan
cepat saji yang padat energi. Ibu disarankan untuk lebih banyak menyediakan
makanan seperti sayur dan buah atau makanan selingan yang diolah
menggunakan bahan-bahan tersebut yang juga memiliki kandungan zat gizi
lainnya seperti vitamin dan mineral yang juga dibutuhkan oleh anak untuk
membantu proses pertumbuhannya. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya
menghitung ketersediaan makanan selain di rumah, sehingga dapat terlihat
dengan lebih jelas hubungan antara ketersediaan makanan dengan asupan energi
siswa. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih menjabarkan jenis-
jenis makanan yang dimaksud di dalam kuesioner untuk mengurangi adanya
kesalahan dalam pengumpulan data.
F. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan dengan daya
nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek yang dimaksud. Ibu
dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki dorongan lebih untuk
menyediakan makanan bergizi yang dapat mencukupi kebutuhan anaknya.
94
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara
pengolahan makanan yang dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan
(Sediaoetama, 2008). Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara
pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan pengetahuan
yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk mengonsumsi
makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak memiliki asupan energi
yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi menurut usianya
(Sherry dan Dietz, 2005).
Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu
dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang
tidak sesuai dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik dengan jumlah
sebanyak 24 ibu yang berpengetahuan kurang baik memiliki anak dengan asupan
energi yang tidak sesuai. Hasil analisis juga menunjukkan ibu dengan
pengetahuan yang kurang baik, memiliki risiko sebesar 2,014 kali untuk memiliki
anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran. Besar risiko yang
dimiliki oleh siswa dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik ini beragam,
mulai dari 0,933 kali hingga 4,347 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai
dibandingkan dengan siswa dengan ibu yang berpengetahuan baik.
Berdasarkan hasil analisis chi square tidak ditemukan adanya hubungan
bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan
oleh nilai p sebesar 0,109. Hasil penelitian yang dilakukan di Mesir pada tahun
2013 juga tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu
dengan asupan energi siswa (El-Nmer dkk., 2014). Kesamaan hasil penelitian
95
antara penelitian yang dilakukan di Mesir dengan penelitian yang dilakukan
peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya kesamaan karakteristik usia sampel
yang mirip serta berasal dari satu sekolah yang sama.
Namun penelitian yang dilakukan di Oman dapat menunjukkan adanya
hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi anak (Al-
Shookri dkk., 2011). Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan penelitian yang dilakukan di Oman dikarenakan adanya
perbedaan metode yang digunakan dalam pengambilan data asupan energi.
Penelitian yang dilakukan di Oman menggunakan FFQ sebagai metode
pengambilan data, sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan food recall sebagai metode pengambilan data asupan energi anak.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan
energi siswa terjadi karena jumlah ibu yang berpengetahuan kurang baik dan
memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai memiliki proporsi yang
tidak jauh berbeda dengan ibu berpengetahuan baik namun memiliki anak dengan
asupan energi yang tidak sesuai pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
sampel penelitian ini, banyak pula ibu yang berpengetahuan baik namun tidak
dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi anaknya.
Sehingga bagi ibu dengan pengetahuan yang kurang baik disarankan
untuk meningkatkan lagi pengetahuannya terkait jumlah, jenis, cara olah dan
frekuensi makan yang sesuai dengan kebutuhan energi anak serta bagi ibu dengan
pengetahuan yang sudah baik, disarankan untuk bisa mengaplikasikan
pengetahuannya agar bisa menjaga asupan anak sesuai dengan angka anjuran
96
kecukupan energi sesuai jenis kelamin dan usianya. Arus informasi yang cepat
dan mudah diakses diharapkan dapat membantu ibu dalam peningkatan
pengetahuan guna memperbaiki asupan energi anak. Selain itu pihak sekolah
dapat membantu ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar asupan energi
anak juga menjadi lebih baik dan sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi.
Pihak sekolah juga dapat membantu ibu dengan memberikan informasi
terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sesuai dengan golongan
usianya dan asupan gizi terutama asupan energi yang sesuai dengan anak sesuai
dengan jenis kelamin dan usianya. Pemberian informasi tambahan kepada ibu
dapat diberikan melalui kelas parenting yang dilaksanakan pada saat pembagian
rapor dengan alat bantu leaflet atau modul yang berisi materi yang diberikan.
G. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa
Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai, memiliki
pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan energi yang juga
tidak sesuai dengan ajuran. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan dan praktek
makan ibu sangat kuat dalam memberikan pengaruh kepada asupan makanan
anak. Selama masa kanak-kanak, asupan ibu seperti lemak, karbohidrat dan energi
memberikan 23-97% varians asupan ketiga zat gizi tersebut pada anak. Pengaruh
dalam hal kesamaan asupan energi ini terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan
kebiasaan orang tua dibandingkan dengan hasil genetik yang diturunkan orang tua
kepada anaknya (Sherry dan Dietz, 2005).
Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu
dengan asupan energi yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang
97
tidak sesuai pula dengan jumlah sebanyak 31 ibu (44,9%) dibandingkan dengan
ibu yang memiliki asupan energi yang sesuai. Banyak aspek yang dapat
menyebabkan asupan ibu mempengaruhi asupan energi anak. Pertama, sejak dini
ibu merupakan pembuat keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang di beli
dan disajikan baik di rumah maupun di luar rumah. ibu sering merencanakan dan
menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan makanan
yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka. Selanjurnya, ibu
menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan pengeluaran energi. Anak
melihat sekelilingnya untuk mempelajari persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang
lain. Pada kasus asupan energi, hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak
mengimitasi perilaku makan ibunya dalam hal jenis, jumlah, frekuensi, waktu
makan serta durasi dalam sekali makan (White, 2006).
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki asupan yang
tidak sesuai memiliki risiko sebesar 3,988 kali untuk memiliki anak dengan
asupan energi yang tidak sesuai pula. Namun besarnya risiko tersebut berbeda-
beda untuk setiap individu, sampel ibu dengan asupan energi yang tidak sesuai
dalam penelitian ini memiliki risiko untuk memiliki anak dengan asupan yang
tidak sesuai mulai dari 1,688-9,423 kali dibandingkan dengan ibu dengan asupan
energi yang sesuai.
Kebiasaan makan pada usia anak-anak sangat merefleksikan kebiasaan
ibu. Contohnya penelitian yang dilakukan di Australia menemukan bahwa ibu
dengan konsumsi buah dan sayur sedikit, memiliki anak yang banyak
mengonsumsi makanan tinggi energi (Hendrie dkk., 2012). Hal tersebut terjadi
98
karena anak mencontoh perilaku makan ibunya yang lebih memilih makanan
tinggi energi dibandingkan dengan makanan yang kaya akan nutrisi lainnya
(Hendrie dkk., 2012). Kebiasaan makan ibu dalam hal pemilihan jenis makanan
yang tinggi energi, kuantitas makanan yang dikonsumsinya serta frekuensi makan
makanan tinggi energi tersebut yang kemudian dicontoh oleh anak dan dapat
mempengaruhi asupan energi anak (Santiago-Torres dkk., 2014).
Berdasarkan hasil analisis chi square ditemukan adanya hubungan antara
asupan energi ibu dengan asupan energi siswa yang ditujukkan oleh nilai p
sebesar 0,002. Sehingga dapat dikatakan bahwa peneliti berhasil membuktikan
hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak. Hasil penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil yang sama dengan
menemukan adanya hubungan antara asupan ibu dengan asupan anak (Hanson
dkk., 2004). Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan bermakna antara
asupan energi harian ibu dengan asupan energi harian anak laki-laki dan
perempuan dengan nilai p sebesar 0,01 untuk anak perempuan dan nilai p sebesar
0,04 untuk anak laki-laki.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa asupan makanan ibu dapat
mempengaruhi asupan anak karena adanya paparan berulang dari ibu selama
praktek makan bersama. Paparan berulang ini menyebabkan anak memiliki
asupan makanan yang sama dengan kebiasaan dari ibunya, anak akan memiliki
selera makan yang sama mulai dari jenis makanan yang dipilih hingga jumlah
makanan yang dikonsumsinya (Santiago-Torres dkk., 2014).
99
Lebih jauh lagi, penelitian prospektif membuktikan bahwa asupan energi
anak yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut didapatkan dari kebiasaan makan
ibu yang juga tidak sesuai dengan dengan anjuran AKG 2013 menurut golongan
usia mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh
peneliti juga diketahui bahwa distribusi ketidaksesuaian asupan energi, baik
asupan energi anak maupun ibu, paling banyak disumbangkan oleh anak dan ibu
dengan asupan energi yang kurang dari AKG 2013. Banyaknya ibu yang memiliki
asupan energi yang kurang terjadi akibat adanya kecenderungan ibu untuk
menjaga berat badan dan memilih makanan yang dikonsumsinya (Arganini dkk.,
2012). Rendahnya asupan energi akibat pilihan jenis, jumlah dan frekuensi
makanan yang dipilih ibu dimungkinkan menyebabkan anak mengikuti pilihan
tersebut sehingga asupan energi yang dimiliki anak juga kurang dari anjuran AKG
2013.
Penelitian lainnya juga menemukan adanya pola penyelarasan asupan
energi dari anak yang terbentuk dari orang tua dengan asupan energi yang tidak
sesuai. Pola penyelarasan tersebut terbentuk dari anak yang melihat kebiasaan
orang tuanya dalam mengonsumsi makanan padat energi namun tidak kaya akan
nutrisi lainnya (Dickens dan Ogden, 2014). Namun, ditemukan pula pola dimana
orang tua dengan kebiasaan makan makanan kaya nutrisi dapat memiliki anak
dengan kebiasaan yang berbeda yang kemudian menyebabkan anak memiliki
asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran (Dickens dan Ogden, 2014). Hal
tersebut menunjukkan bahwa meskipun kebiasaan makan ibu memberikan peran
penting dalam membentuk kebiasaan makan anak yang kemudian terlihat dari
100
jumlah asupan energi yang dikonsumsi, kebiasaan tersebut juga merupakan
respon dari aksi dan reaksi yang dialami oleh anak selama dia membentuk
kebiasaan makannya tersebut.
Untuk itu, dibutuhkan pemberian informasi tambahan kepada ibu terkait
pola makan yang baik untuk mengubah kebiasaan asupan energi yang tidak sesuai
dengan anjuran tersebut. Perubahan kebiasaan asupan energi yang dilakukan oleh
ibu diharapkan dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam kebiasaan makan dan
pilihan makanannya sehingga asupan energi anak juga mengalami perbaikan.
Pihak sekolah dapat memberikan materi tambahan kepada anak terkait asupan
gizi yang sesuai dengan kebutuhan menurut usia ibunya serta makanan yang
sebaiknya dikonsumsi dan sebaiknya dihindari oleh siswa dan ibu mereka untuk
kemudian di praktekkan oleh anak di rumah agar asupan energi mereka sesuai
dengan AKG.
H. Hubungan Interaksi dengan Teman dengan Asupan Energi Siswa
Perilaku makan siswa yang sedang beranjak menuju remaja memiliki
kecenderungan untuk lebih senang bila makan dengan orang terdekat, yang mana
biasanya teman sebayalah yang dijadikan sebagai pilihan dalam menghabiskan
waktu bersama (Behrman dkk., 2000). Siswa yang senang menghabiskan waktu
bersama dengan teman sebayanya tersebut cenderung memiliki keputusan-
keputusan yang bisa mereka terima yang mana pada akhirnya akan membentuk
perilaku standar mereka. Pada masa anak sekolah, anak sering membandingkan
dirinya dengan teman-temannya di mana mudah sekali dihinggapi ketakutan akan
kegagalan dan ejekan teman (Gunarsa, 2008). Penelitian menemukan bahwa anak
101
akan mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi energi ketika sedang bersama
dengan temannya dibandingkan saat sedang berada bersama dengan orang tuanya
(Salvy dkk., 2011).
Hasil penelitian juga menunjukkan hal yang serupa, dimana lebih banyak
anak dengan interaksi yang kuat dengan temannya memiliki asupan energi yang
tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Hasil analisis chi square
yang dilakukan, menunjukkan bahwa siswa dengan interaksi yang kuat dengan
teman memiliki risiko sebesar 1,289 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai
dengan anjuran dibandingkan dengan siswa dengan interaksi yang lemah dengan
teman. Besar risiko yang dimiliki setiap siswa memiliki interaksi yang kuat
dengan teman ini berbeda-beda dengan rentang risiko untuk memiliki asupan
yang tidak sesuai mulai dari 0,323 kali hingga 1,523 kali dibandingkan dengan
siswa yang memiliki interaksi yang lemah dengan temannya.
Penelitian juga membuktikan bahwa teman lebih banyak mempengaruhi
asupan energi seorang anak pada usia sekolah seiring dengan lebih banyaknya
waktu yang dihabiskan bersama teman dan motivasi yang diberikan oleh teman
dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Asupan energi yang lebih
tinggi saat anak bersama dengan teman mungkin terjadi karena adanya pemberian
izin untuk mengonsumsi makanan tinggi energi yang biasanya dibatasi saat anak
bersama dengan orang tua (Salvy dkk., 2011).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, tidak ditemukan adanya
hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa
yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,485. Hasil penelitian ini tidak dapat
102
membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa. Penelitian lainnya
yang juga dilakukan di Jakarta Selatan juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu
tidak menemukan adanya hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan
energi (Kirana, 2007). Kesamaan desain penelitian dan analisis yang digunakan
serta adanya kemiripan karakteristik usia pada sampel yang digunakan
dimungkinkan menjadi penyebab adanya kesamaan hasil pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan penelitian yang di lakukan di Jakarta Selatan tersebut.
Terdapat pula penelitian yang dilakukan di Jakarta Selatan terhadap
sampel dengan karakteristik usia yang mirip dan tidak dapat membuktikan
hipotesis penelitian dengan tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna
antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa (Pramita, 2007).
Penelitian lainnya yang menggunakan desain studi yang sama serta sampel yang
mirip juga tidak dapat membuktikan hipotesis dengan tidak menemukan adanya
hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi anak
(Finnerty dkk., 2010).
Namun penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dapat membuktikan
hipotesis penelitian dengan menemukan adanya hubungan bermakna antara
interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa (Salvy dkk., 2011). Penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat ini membandingkan asupan energi dari siswa
dengan usia sampel yang mirip, namun membedakan keduanya kedalam golongan
usia anak (5-9 tahun) dengan siswa yang sudah termasuk ke dalam kategori
remaja awal (12-15 tahun), dimana siswa yang sudah mulai memasuki usia
103
remaja awal sudah mulai dipengaruhi asupan energinya oleh teman, terutama
remaja perempuan. Sehingga perbedaan hasil penelitian ini dimungkinkan karena
dengan usia sampel yang mirip, peneliti tidak membedakan golongan usia anak
dan remaja awal, sedangkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
tersebut membedakan golongan usia siswa yang diteliti.
Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan
teman dengan asupan energi siswa terjadi karena adanya perbedaan proporsi yang
kecil antara siswa dengan interaksi yang kuat dengan teman dan memiliki asupan
energi yang tidak sesuai dengan siswa yang memiliki interkasi yang lemah
dengan teman dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Banyaknya siswa
dengan interaksi yang lemah dengan teman namun memiliki asupan energi yang
juga tidak sesuai anjuran dimungkinkan terjadi karena adanya faktor lainnya yang
dapat mempengaruhi asupan energi siswa seperti saudara kandung atau pengasuh
yang lebih sering menyiapkan makanan yang dikonsumsi oleh siswa di rumah.
I. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa
Aktivitas fisik sendiri merupakan salah satu determinan dalam tingkat
asupan energi pada anak usia sekolah (Brown dkk., 2011). Anak yang memiliki
tingkat aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran karena menonton TV
berhubungan positif dengan penambahan asupan zat gizi terutama konsumsi
makanan tinggi kalori (Dixon dkk., 2007).
Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian ini yang juga
menemukan adanya kecenderungan anak dengan aktivitas fisik yang kurang aktif,
104
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan
energi. Hasil analisis chi square juga menunjukkan bahwa siswa dengan aktivitas
yang tidak sesuai memiliki risiko sebesar 1,817 kali untuk memiliki asupan yang
tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan aktivitas yang sesuai. Rentang
besar risiko yang dimiliki oleh setiap siswa dengan aktivitas yang tidak sesuai
untuk memiliki asupan yang tidak sesuai adalah 0,846 kali hingga 3,902 kali
dibandingkan dengan siswa dengan aktivitas fisik yang sesuai.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tidak
ditemukan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan energi
siswa yang ditunjukan oleh nilai p sebesar 0,179. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak dapat membuktikan hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan asupan energi.
Hasil penelitian lain yang juga tidak dapat membuktikan hipotesis
penelitian juga terjadi pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 dimana
penelitian tersebut juga tidak menemukan adanya perbedaan asupan energi antara
siswa dengan aktivitas yang baik dan kurang baik (Ottevaere dkk., 2011).
Penelitian tersebut menyatakan bahwa anak dengan aktivitas fisik yang baik,
belum tentu memiliki asupan energi yang baik juga, karena sebagian anak justru
tidak dapat memenuhi asupan energi yang harus dikonsumsinya untuk
menggantikan cadangan energi yang digunakannya, sedangkan sebagian anak
lainnya yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi justru mengonsumsi
lebih banyak energi yang dibutuhkannya.
105
Penelitian yang dilakukan di Korea Selatan juga menunjukkan hasil
serupa, dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
asupan energi (Kim dkk., 2010). Penelitian yang dilakukan di Korea Selatan ini
menunjukkan bahwa baik siswa laki-laki maupun perempuan yang memiliki
aktivitas fisik yang kurang dari anjuran, memiliki asupan energi kurang yang juga
kurang dari AKG. Namun, kecenderungan tersebut tidak menunjukkan adanya
hubungan diantara kedua variabel. Hal tersebut dimungkinkan karena karena
tingkat aktivitas fisik setiap orang yang berbeda-beda setiap harinya tidak selalu
diiringi oleh perubahan langsung asupan energi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
asupan energi dengan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik tidak selalu
seimbang setiap harinya (Ottevaere dkk., 2011).
Namun sebuah penelitian eksperimental yang digunakan untuk membuat
sebuah program, menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
asupan energi siswa sekolah dasar (Luepker dkk., 1996). Penelitian tersebut
menemukan bahwa siswa yang diberikan aktivitas fisik tambahan, memiliki
asupan energi dari lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang lebih
banyak memiliki aktivitas sedentari. Penelitian serupa yang dilakukan pada tahun
2012 juga menunjukkan hal yang sama, bahwa anak dengan aktivitas fisik yang
rendah memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak
dengan aktivitas sedentari yang lebih rendah (Fung dkk., 2012).
Tidak ditemukannya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi
siswa pada penelitian ini dimungkinkan terjadi karena adanya variasi yang kecil
dari hasil perhitungan asupan energi akibat perbedaan waktu dalam pengambilan
106
data asupan makanan melalui food recall. Selain itu, penggolongan tingkat
aktivitas fisik pada penelitian ini yang menggabungkan antara aktivitas yang
sedang dengan aktivitas tinggi menjadi kategori aktif juga dimungkinkan menjadi
salah satu penyebab tidak ditemukan adanya hubungan antara kedua variabel
tersebut. Penggabungan kedua kategori aktivitas fisik tersebut dilakukan lantaran
pada analisis data chi square yang dilakukan, hanya ditemukan 1 orang siswa
yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan memunculkan nilai harapan
yang lebih dari 20%. Sehingga, untuk menghindari angka harapan yang lebih dari
20%, peneliti menggabungkan tingkat aktivitas fisik tinggi dan tingkat aktivitas
sedang ke dalam kategori aktif.
Peneliti yang ingin melakukan penelitian terkait aktivitas fisik dan asupan
energi, sebaiknya membedakan kedua variabel tersebut ke dalam 3 kategori, yaitu
aktivitas rendah, sedang dan tinggi serta untuk variabel asupan energi dibagi
menjadi kategori kurang, cukup dan lebih. Tiga buah kategori dari kedua variabel
ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai hubungan
antara keduanya.
107
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015” yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2015 hingga Oktober 2015, menghasilkan simpulan
sebagai berikut:
1. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki
asupan yang sesuai dengan AKG 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 82
orang siswa (67,2%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan yang
tidak sesuai dengan anjuran.
2. Siswa laki-laki memiliki jumlah yang sama dengan siswa perempuan di kelas
5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan jumlah sebanyak 61 siswa untuk
masing-masing jenis kelamin.
3. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan praktek
pemberian makan yang baik dengan jumlah sebanyak 73 orang siswa (59,8%)
dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang
baik.
4. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki
ketersediaan makanan yang baik di rumah dengan jumlah siswa sebanyak 70
108
orang siswa (57,4%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan
makanan yang kurang baik di rumah.
5. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki
ibu dengan pengetahuan yang baik dengan jumlah 63 orang siswa (51,6%)
dibandingkan dengan siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan yang
kurang baik.
6. Lebih banyak ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan jumlah 69 orang ibu siswa
(56,6%) dibandingkan dengan ibu siswa yang memiliki asupan energi yang
sesuai dengan anjuran AKE berdasarkan AKG 2013.
7. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki
interaksi yang kuat dengan teman dengan jumlah sebanyak 77 orang siswa
(63,1%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi yang lemah
dengan temannya.
8. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki
tingkat aktivitas fisik yang aktif dengan jumlah sebanyak 64 orang siswa
(52,5%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik
yang kurang aktif.
9. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
10. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian
makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal
tahun 2015.
109
11. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan
dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun
2015.
12. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
13. Ditemukan adanya hubungan bermakna antara asupan energi ibu dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015
dengan nilai p sebesar 0.002.
14. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman
dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun
2015.
15. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan
asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
B. Saran
1. Bagi SDIT Al Syukro Universal
Pihak sekolah disarankan untuk memberikan suplementasi materi
terkait kebutuhan energi siswa, terutama terkait asupan energi yang sesuai
dengan kebutuhan siswa menurut usia dan jenis kelaminnya berdasarkan
AKG 2013 pada mata pelajaran Penjaskes dan Pramuka. Pemberian materi di
sekolah diharapkan dapat mengubah asupan energi anak menjadi sesuai
dengan AKG 2013. Pengulanan materi yang diberikan pada mata pelajaran
Penjaskes dan Pramuka terkait asupan energi ini diharapkan dapat senantiasa
mengingatkan anak untuk memenuhi kebutuhan asupan energinya.
110
Pemberian informasi tambahan kepada ibu juga dapat dilakukan pada
saat pembagian rapor dengan mengadakan kelas parenting tentang kebutuhan
zat gizi khususnya energi bagi ibu sesuai dengan golongan usianya dan
kebutuhan zat gizi bagi siswa sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Pada
kelas parenting yang diadakan ini, ibu dapat diberikan leaflet atau modul
terkait materi yang diberikan. Disarankan pula untuk mengadakan kelas
dengan materi terkait asupan gizi yang sesuai untuk anak saat ibu sedang
mengikuti kelas parenting dengan tujuan untuk mengingatkan anak terkait
kebutuhan asupan gizinya terutama asupan energi.
Disarankannya pemberian informasi kepada ibu ini diberikan karena
adanya kecenderungan ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki
anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Oleh karena itu,
pemberian informasi tambahan ini hanya diberikan 2 kali dalam setahun,
diharapkan tetap dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait asupan energi
sesuai dengan AKG.
2. Bagi Ibu siswa SDIT Al Syukro Universal
Ibu disarankan merubah pola makannya agar dapat memenuhi asupan
energi sesuai dengan AKG 2013 sesuai dengan golongan usianya. Perubahan
pola makan ibu ini diharapkan dapat turut mempengaruhi perilaku makan
anak yang pada akhirnya dapat memperbaiki asupan energi anak.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, pemberian lembar kuesioner praktek
pemberian makan sebaiknya diberikan kepada pihak yang lebih sering
111
melakukan praktek pemberian makan kepada anak, misalnya anak lebih sering
bersama dengan pengasuh dibandingkan dengan orang tuanya selama praktek
pemberian makan, maka pengisian lembar kuesioner itu lebih baik dilakukan
oleh pengasuh anak. Untuk mengukur ketersediaan makanan, sebaiknya
peneliti selanjutnya menghitung ketersediaan makanan di luar rumah agar
lebih hasil analisis hubungan ketersediaan makanan dengan asupan energi
siswa dapat tergambar dengan baik.
Pada kuesioner ketersediaan makanan juga sebaiknya dilakukan
penjabaran jenis makanan lebih spesifik untuk mengurangi kesalahan dalam
pengumpulan data ketersediaan makanan. Selain itu, disarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk melakukan recall dan record kepada sampel
penelitian selama tiga hari yang dilakukan secara tidak berturut-turut agar
hasil asupan energi mamiliki variasi yang cukup besar dan dapat
menggambarkan asupan energi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
112
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinanto, W. 2008. Pengaruh Intervensi Olahraga Di Sekolah Terhadap Indeks Masa Tubuh Dan Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi Pada Remaja Obesitas. Universitas Diponegoro
Al-Shookri, A., Al-Shukaily, L., Hassan, F., Al-Sheraji, S. & Al-Tobi, S. 2011. Effect of Mothers Nutritional Knowledge and Attitudes on Omani Children’s Dietary Intake. Oman Medical Journal, 26, 253-257.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Anjani, R. P. 2013. Perbedaan Pengetahuan Gizi Dan Asupan Zat Gizi Pada Dewasa
Awal. Skripsi, Universitas Diponegoro. Arganini, C., Saba, A., Comitato, R., Virgili, F. & Turrini, A. 2012. Gender
Differences in Food Choice and Dietary Intake in Modern Western Societies InTech, 83-102.
Arredondo, E. M., Elder, J. P., Ayala, G. X., Campbell, N., Baquero, B. & Duerksen, S. 2006. Is Parenting Style Related to Children's Healthy Eating and Physical Activity in Latino Families? Health Educ Res, 21, 862-71.
Arundhana, A. I. 2010. Pola Perilaku Sedentari Merupakan Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul. Thesis, Universitas Gadjah Mada.
Arundhana, A. I. 2013. Pola Perilaku Sedentari Merupakan Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada.
Asydhad, L. A. & Mardiah 2006. Makanan Tepat Untuk Balita, Jakarta, Kawan Pustaka.
Behrman, Klirgman & Arvin 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Berge, J. M., Wall, M., Loth, K. & Neumark-Sztainer, D. 2010. Parenting Style as a Predictor of Adolescent Weight and Weight-Related Behaviors. J Adolesc Health, 46, 331-8.
Bertram, D. 2009. Likert Scales. Serbia: University Of Belgrade. Birch, L. L. 1992. Children's Preferences for High-Fat Foods. Nutr Rev, 50, 249-255. Birch, L. L. 2006. Child Feeding Practices and the Etiology of Obesity. Obesity
(Silver Spring, Md.), 14, 343-344. Birch, L. L., Fisher, J. O., Grimm-Thomas, K., Markey, C. N., Sawyer, R. & Johnson,
S. L. 2001. Confirmatory Factor Analysis of the Child Feeding Questionnaire: A Measure of Parental Attitudes, Beliefs and Practices About Child Feeding and Obesity Proneness. Appetite, 36, 201-210.
Birch, L. L. & Ventura, A. K. 2009. Preventing Childhood Obesity: What Works? Int J Obes (Lond), 33 Suppl 1, S74-81.
113
Blissett, J. 2011. Relationships between Parenting Style, Feeding Style and Feeding Practices and Fruit and Vegetable Consumption in Early Childhood. Appetite, 57, 826-831.
Boutelle, K. N., Fulkerson, J. A., Neumark-Sztainer, D., Story, M. & French, S. A. 2007. Fast Food for Family Meals: Relationships with Parent and Adolescent Food Intake, Home Food Availability and Weight Status. Public Health Nutrition, 10, 16-23.
Brashers, V. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinke, U. B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M. A., Sharbaugh, C., Splett, P. L., Stang, J. & Wooldriedge, N. H. 2011. Nutrition through the Life Cycle United States of America, Wadsworth.
Campbell, K. J., Abbott, G., Spence, A. C., Crawford, D. A., McNaughton, S. A. & Ball, K. 2013. Home Food Availability Mediates Associations between Mothers' Nutrition Knowledge and Child Diet. Appetite, 71, 1-6.
Cope, K. 1996. Malnutrition in the Elderly, Seattle, Wahington, U.S. Administration on Aging.
Crepinsek, M. K. & Burstein, N. R. 2004. Maternal Employment and Children’s Nutrition. Electronic Publications from the Food Assistance & Nutrition Research Program, 1.
Datar, A., Nicosia, N. & Shier, V. 2014. Maternal Work and Children's Diet, Activity, and Obesity. Social Science & Medicine, 107, 196-204.
Davison, K. K. & Birch, L. L. 2001. Childhood Overweight: A Contextual Model and Recommendations for Future Research. Obes Rev, 2, 159-71.
Dickens, E. & Ogden, J. 2014. The Role of Parental Control and Modelling in Predicting a Child's Diet and Relationship with Food after They Leave Home. A Prospective Study. Appetite, 76, 23-9.
Dixon, H. G., Scully, M. L., Wakefield, M. A., White, V. M. & Crawford, D. A. 2007. The Effects of Television Advertisements for Junk Food Versus Nutritious Food on Children's Food Attitudes and Preferences. Social Science & Medicine, 65, 1311-1323.
Eisenberg, C. M., Ayala, G. X., Crespo, N. C., Lopez, N. V., Zive, M. M., Corder, K., Wood, C. & Elder, J. P. 2012. Examining Multiple Parenting Behaviors on Young Children's Dietary Fat Consumption. J Nutr Educ Behav, 44, 302-9.
El-Nmer, F., Salama, A. A. & Elhawary, D. 2014. Nutritional Knowledge, Attitude, and Practice of Parents and Its Impact on Growth of Their Children. Menoufia Medical Journal, 27, 612–616.
Finnerty, T., Reeves, S., Dabinett, J., Jeanes, Y. M. & Vögele, C. 2010. Effects of Peer Influence on Dietary Intake and Physical Activity in Schoolchildren. Public Health Nutrition, 13, 376-383.
Food and Agriculture Organization 2005. Nutrition Education in Primery Schools. Vol 2. : FAO.
114
Fung, C., Kuhle, S., Lu, C., Purcell, M., Schwartz, M., Storey, K. & Veugelers, P. J. 2012. From "Best Practice" to "Next Practice": The Effectiveness of School-Based Health Promotion in Improving Healthy Eating and Physical Activity and Preventing Childhood Obesity. Int J Behav Nutr Phys Act, 9, 27.
Ganley, T. & Sherman, C. 2000. Exercise and Children's Health: A Little Counseling Can Pay Lasting Dividends. Phys Sportsmed, 28, 85-92.
Grover, Z. & C.Ee, L. 2009. Protein Energy Malnutrition. Pediatric The Clinics, 56, 1055–1068.
Gubbels, J. S., Kremers, S. P., Stafleu, A., Vries, S. I. d., Goldbohm, R. A., Dagnelie, P. C., Vries, N. K. d., Buuren, S. v. & Thijs, C. 2011. Association between Parenting Practices and Children’s Dietary Intake, Activity Behavior and Development of Body Mass Index: The Koala Birth Cohort Study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 8.
Gunarsa, S. D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta, Gunung Mulia.
Gunawan, A. 2006. Food Combining, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Hakim, L. 2001. Tinjauan Tentang Konsumsi Energi Dan Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Siswa Mts Al-Hamidiyah Depok Tahun 2001. Skripsi, Universitas Indonesia.
Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif, Jakarta, Niaga Swadaya. Hanson, N. I., Neumark-Sztainer, D., Eisenberg, M. E., Story, M. & Wall, M. 2004.
Associations between Parental Report of the Home Food Environment and Adolescent Intakes of Fruits, Vegetables and Dairy Foods. Public Health Nutrition, 8, 77-85.
Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan, Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hendrie, G. A., Coveney, J. & Cox, D. N. 2012. Defining the Complexity of Childhood Obesity and Related Behaviours within the Family Environment Using Structural Equation Modelling. Public Health Nutr, 15, 48-57.
Hill, L., Casswell, S., Maskill, C., Jones, S. & Wyllie, A. 1998. Fruit and Vegetables as Adolescent Food Choices in New Zealand. HEALTH PROMOTION INTERNATIONAL 13, 55-66.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Istiany, A. & Rusilanty 2013. Gizi Terapan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. :
Kementerian Kesehatan Republik Inonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/Sk/Xii/2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomomr 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi
115
Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013b. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. : Kementerian Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014. Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kim, S.-Y. & Lee, Y. J. 2009. Seasonal and Gender Differences of Beverage Consumption in Elementary School Students. Nutrition Research and Practice, 3, 234-241.
Kim, Y., Kim, H. A., Kim, J.-H., Kim, Y. & Lim, Y. 2010. Dietary Intake Based on Physical Activity Level in Korean Elementary School Students. Nutrition Research and Practice, 4, 317-322.
King, N. A. The Relationship between Physical Activity and Food Intake Proceedings of the Nutrition Society 1998. : Nutrition Society, 77-84.
Kirana, P. O. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecukupan Energi Dan Protein Pada Peserta Didik Sltpn 57 Jakarta Tahun 2007. Skripsi, Universitas Indonesia.
Kolopaking, R., Arianti, F., Fahmida, U., Karyadi, E. & Haryanthi, L. Using Precede Model to Develop Nutrition Education Program for Mid-Low Income Islamic Elementary School Children in Urban Area of Indonesia. Dipresentasikan pada simposium Nutrition Education from Assessment to Intervesion, 12th Asian Congress of Nutrition, 15-18 Mei, 2015 Yokohama, Jepang. : .
Kowalski, K. C., Crocker, P. R. E. & Donen, R. M. 2004. The Physical Activity Questionnaire for Older Children (Paq-C) and Adolescents (Paq-a) Manual. Canada: Collage of Kinesiology University of Saskatchewan.
Luepker, R. V., Perry, C. L., McKinlay, S. M., Nader, P. R., Parcel, G. S., Stone, E. J., Webber, L. S., Elder, J. P., Feldman, H. A., Johnson, C. C. & et al. 1996. Outcomes of a Field Trial to Improve Children's Dietary Patterns and Physical Activity. The Child and Adolescent Trial for Cardiovascular Health. Catch Collaborative Group. Jama, 275, 768-76.
Mananoru, W., Anita Basuki & Kawengian, S. E. S. 2013. Hubungan Antara Asupan Energi Dengan Status Gizi Pada Siswasekolah Dasar Di Pulau Bunaken Kelurahan Bunaken Kecamatan Kepulauan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mulyadi, C. K., Fransisca, Pramudya, K. M., Kevin, Lenardi, M. & Sukmarinah, S. 2013. Hubungan Antropometri, Aktivitas Fisik, Dan Pengetahuan Gizi Dengan Asupan Energi Dan Komposisi Makronutrien Pada Remaja. Jurnal Universitas Indonesia, 1, 90-99.
Ottevaere, C., Huybrechts, I., Béghin, L., Cuenca-Garcia, M., Bourdeaudhuij, I. D., Gottrand, F., Hagströmer, M., Kafatos, A., Donne, C. L., Moreno, L. A., Sjöström, M., Widhalm, K. & Henauw, S. D. 2011. Relationship between Self-Reported Dietary Intake and Physical Activity Levels among
116
Adolescents: The Helena Study. nternational Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 8.
Pahlevi, A. E. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7, 122-126.
Poti, J. M. & Popkin, B. M. 2011. Trends in Energy Intake among Us Children by Eating Location and Food Source, 1977-2006. J Am Diet Assoc, 111, 1156-64.
Pramita, W. K. 2007. Pola Konsumsi Makanan Serta Kecukupan Energi Dan Protein Pada Siswa Kelas 4 Dan 5 Sd Ar-Rahman Motik Jakarta Selatan. Skripsi, Universitas Indonesia.
Rolls, B. J., Engell, D. & Birch, L. L. 2000. Serving Portion Size Influences 5-Year-Old but Not 3-Year-Old Children's Food Intakes. J Am Diet Assoc, 100, 232-4.
Ruel, M. T. & Arimond, M. 2003. Measuring Childcare Practices, Washington, D.C, International Food Policy Research Institute.
Saibul, N., Shariff, Z. M., Lin, K. G., Kandiah, M., Ghani, N. A. & Rahman, H. A. 2009. Food Variety Score Is Associated with Dual Burden of Malnutrition in Orang Asli (Malaysian Indigenous Peoples) Households: Implications for Health Promotion Asia Pasific J Clin Nutrition, 18, 412-422.
Saifah, A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya Dan Media Masa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Thesis, Universitas Indonesia.
Saktiyo 2006. Ipa Biologi Smp Jilid 2, Jakarta, Erlangga. Salvy, S.-J., Elmo, A., Nitecki, L. A., Kluczynski, M. A. & Roemmich, J. N. 2011.
Influence of Parents and Friends on Children's and Adolescents' Food Intake and Food Selection. The American Journal of Clinical Nutrition, 93, 87-92.
Santiago-Torres, M., Adams, A. K., Carrel, A. L., LaRowe, T. L. & Schoeller, D. A. 2014. Home Food Availability, Parental Dietary Intake, and Familial Eating Habits Influence the Diet Quality of Urban Hispanic Children. Childhood Obesity, 10, 408-415.
Sediaoetama, A. D. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi Jilid 1, Jakarta, PT Dian Rakyat.
Sherry, B. & Dietz, W. H. 2005. Handbook of Obesity Etiology and Pathophysiology. In: Bray, G. A. & Bouchard, C. (eds.) 2nd ed. : .
Shetty, P. S. 2010. Nutrition, Imunity, and Infection, London, CABI International. Simon, C., Schweitzer, B., Oujaa, M., Wagner, A., Arveiler, D., Triby, E., Copin, N.,
Blanc, S. & Platat, C. 2008. Successful Overweight Prevention in Adolescents by Increasing Physical Activity: A 4-Year Randomized Controlled Intervention. Int J Obes (Lond), 32, 1489-98.
Soenardi, T. 2011. 100 Resep Hidangan Organik Untuk Anak Sekolah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Soetjoningsih 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
117
Spruijt-Metz, D., Lindquist, C. H., Birch, L. L., Fisher, J. O. & Goran, M. I. 2002. Relation between Mothers’ Child-Feeding Practices and Children’s Adiposity. Am J Clin Nutr, 75, 581–586.
Suhardjo 2002. Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Sumanto, A. 2009. Tetap Langsing Dan Sehat Dengan Terapi Diet, Jakarta, PT AgroMedia Pustaka.
Susilowati, A. 2013. Sosialisasi Anak Pada Keluarga Nelayan. Skripsi, Universitas Hasanuddin.
Swinburn, B. A., Jolley, D., Kremer, P. J., Salbe, A. D. & Ravussin, E. 2006. Estimating the Effects of Energy Imbalance on Changes in Body Weight in Children. Am J Clin Nutr, 83, 859-63.
Taras, H. 2005. Nutrition and Student Performance at School. J Sch Health, 75, 199-213.
Thompson, P. D., Buchner, D., Pina, I. L., Balady, G. J., Williams, M. A., Marcus, B. H., Berra, K., Blair, S. N., Costa, F., Franklin, B., Fletcher, G. F., Gordon, N. F., Pate, R. R., Rodriguez, B. L., Yancey, A. K. & Wenger, N. K. 2003. Exercise and Physical Activity in the Prevention and Treatment of Atherosclerotic Cardiovascular Disease: A Statement from the Council on Clinical Cardiology (Subcommittee on Exercise, Rehabilitation, and Prevention) and the Council on Nutrition, Physical Activity, and Metabolism (Subcommittee on Physical Activity). Circulation, 107, 3109-16.
Utami, P. 2013. Diet Aman Dan Sehat Berkat Herbal, Jakarta, FMedia. Vitolo, M. R., Rauber, F., Campagnolo, P. D., Feldens, C. A. & Hoffman, D. J. 2010.
Maternal Dietary Counseling in the First Year of Life Is Associated with a Higher Healthy Eating Index in Childhood. J Nutr, 140, 2002-7.
Wahyu, G. G. 2009. Obesitas Pada Anak, Jakarta, Bentang Pustaka. Wahyutomo, A. H. 2010. Hubungan Karakteristik Dan Peran Kader Posyandu
Dengan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas Kalitidu-Bojonegoro. Tesis, Universitas Sebelas Maret.
White, T. M. 2006. Food Variety and Energy Intake in Siblings Discordant for Adiposity. Thesis, The State University of New York.
Willet, W. 2013. Nutritional Epidemiology, New York, Oxford Press. Yulni, Hadju, V. & Virani, D. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan
Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
vi
LAMPIRAN
vii
vii
Lampiran 1 Kuesioner Ibu
Kuesioner Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi siswa SDIT Al
Syukro Kelas 5 dan 6 Tahun 2015
Assalamualaikum Wr. Wb,
Saya Kartika Anisa Putri, Mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta hendak memohon bantuan Ibu untuk meluangkan waktu guna
menjawab pertanyaan dalam angket ini guna kepentingan penyelesaian studi yang saya
kerjakan.Angket ini diberikan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Asupan Energi siswa SDIT Al Syukro Kelas 5 dan 6 Tahun 2015.
Wali murid yang terhormat, dengan kerendahan hati saya memohon keihklasan dari Ibu
untukmenjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Seluruh pernyataan dalam angket
ini tidak mengandung unsur penilaian yang berpengaruh terhadap nama baik, nilai, maupun
prestasi anak anda di sekolah, serta apapun yang anda isi pada lembar jawaban akan dijamin
kerahasiaannya. Apabila Ibu berkenan untuk membantu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut, harap membubuhkan tanda tangan pada lembar berikutnya.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih
Hormat saya,
Kartika Anisa Putri
viii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Ibu :
Usia : Tahun
Orang tua dari siswa yang bernama:
Kelas :
Bersedia membantu dan mengisi seluruh pertanyaan dan pernyataan yang ada di dalam angket ini
dengan jawaban yang sejujur-jujurnya. Selain itu, saya juga bersedia untuk menuliskan makanan yang
saya konsumsi selama 3 hari pada lembar yang disediakan.
Tangerang, Agustus 2015
(Nama Jelas)
ix
*petunjuk jawaban
Selalu: dilakukan setiap hari Sering: dilakukan hampir setiap hari Kadang: dilakukan paling tidak seminggu sekali
Jarang: dilakukan paling tidak satu bulan sekali Tidak pernah: tidak pernah dilakukan
*Beri tanda (√) pada kolom pilihan jawaban yang disediakan
A. Praktek Pemberian Makan
Pernyataan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
1. Saya memerhatikan cukup atau tidaknya porsi makan yang diperlukan oleh
anak saya
2. Saya melarang anak untuk makan banyak makanan yang manis-manis
(permen, es krim, kue-kue, biskuit, dll)
3. Saya melarang anak untuk makan banyak makanan berlemak tinggi
4. Saya menawarkan makanan manis (permen, es krim, kue, biskuit, dll) kepada
anak saya sebagai hadiah untuk perilaku baik
5. Saya menawarkan makanan kesukaannya apabila anak berperilaku baik
6. Jika saya tidak mengatur pilihan makan anak saya, ia akan banyak memilih
makanan jajanan daripada makanan utama
7. Jika saya tidak mengatur pilihan makan anak saya, maka ia akan memilih
makanan kesukaannya saja
8. Saya memastikan anak memilih makanan yang menyehatkan
9. Saya mendorong anak untuk makan sayuran dan buah-buahan
x
Pernyataan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
10. Saya membebaskan anak untuk memilih makanan apa saja untuk makanan
utamanya
11. Saya menentukan jumlah dan jenis makanan ringan/jajanan yang boleh
dimakan oleh anak
12. Saya menentukan jadwal teratur untuk waktu makan anak
13. Saya membolehkan anak memilih makanan ringan/jajanan sesukanya
14. Saya mengatur anak untuk menghabiskan makannya
15. Saya mengatur anak untuk makan bersama keluarga
16. Saya membiarkan anak untuk memutuskan kapan dia ingin makan
17. Saya membiarkan anak untuk ngemil diantara waktu makan
18. Saya memberikan makanan olahan (nugget, sosis, bakso) agar praktis
B. Ketersediaan Makanan
*petunjuk jawaban
Selalu: dilakukan setiap hari Sering: dilakukan hampir setiap hari Kadang: dilakukan paling tidak seminggu sekali
Jarang: dilakukan paling tidak satu bulan sekali Tidak pernah: tidak pernah dilakukan
Pernyataan Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu
1. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan sayur untuk anak saya
2. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan buah untuk anak saya
3. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan makanan ringan seperti chiki
untuk anak saya
xi
Pernyataan Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu
4. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan makanan tambahan seperti
kue, donat, dll untuk anak saya
C. Pengetahuan Gizi
*Lingkari salah satu pilihan jawaban
1. Contoh makanan yang berfungsi sebagai zat tenaga adalah.. 1. Ikan dan daging
2. Sayur dan buah
3. Ubi dan roti
4. Tempe dan tahu
2. Frekuensi makan yang baik yaitu.. 1. 3x makan besar dan 2-3x selingan
2. 3x makan besar tanpa selingan
3. 3x makan besar dan cemilan sesuai keinginan
4. 3x makan besar dan 1x selingan
3. Makanan selingan adalah… 1. Makanan camilan yang bisa dimakan sesuai keinginan
2. Makanan yang porsinya lebih besar dari makanan
utama
3. Makanan kecil yang dimakan diantara dua waktu
makan utama
4. Makanan ringan yang dimakan pada malam hari
4. Kekurangan asupan energi protein pada anak usia sekolah akan
menyebabkan…
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit jantung
3. Kekurangan Energi Protein (KEP)
4. Gizi buruk
xii
5. Penyebab anak menjadi gemuk yaitu karena kelebihan asupan… 1. Protein dan vitamin
2. Serat
3. Karbohidrat dan lemak
4. Vitamin dan mineral
xix
Food Record
Assalamualaikum Wr Wb Ibu Wali murid terhormat, pada formulir ini, saya
mengharapkan kesediaan dari Ibu untuk menuliskan makanan yang ibu makan mulai dari
bangun di pagi hari hingga menjelang ibu tidur di malam hari selama 3 hari yaitu pada hari
Minggu, Senin dan Selasa. Ibu dapat mengisi formulir dengan format seperti berikut:
Hari ke 1
Hari/ Tanggal : Minggu, 15 Agustus 2015
Waktu
Makan Masakan/Menu
Jenis bahan makanan
Jumlah yang di habiskan
Ukuran Rumah Tangga Berat (gram)
06.30 Nasi goreng Nasi 1 centong A
Sosis 1 buah B
Bakso 2 butir C
06.30 Teh manis ½ gelas B
10.00 Semangka 2 potong ukuran papaya B
12.30 Nasi putih 1 centong A
12.30 Ayam goreng Paha ayam 1 potong A
12.30 Sambal 1 sendok makan
12.30 Sayur bayam Bayam 1 sendok A
Jagung ½ sendok B
12.30 Air putih 1 gelas A penuh
…..dst
Diisi oleh peneliti
*Berikut merupakan jenis alat minum yang dapat digunakan dalam penulisan jumlah
cairan yang dikonsumsi pada kolom Ukuran Rumah Tangga
A B C D
xx
Berikut merupakan contoh dari beberapa ukuran yang bisa ibu gunakan dalam menuliskan banyaknya makanan yang dimakan pada kolom Ukuran Rumah Tangga:
Nasi perkedel
Jagung Kentang
Roti tawar
Daging Sosis
xxi
Ayam goreng
Bakso
Ikan mas
Ikan Lele Ikan gurame
Cumi-cumi Udang
xxii
Ikan sarden Tahu
Tempe
Sayur asam/ lodeh
Sayur tumis
Wortel Buncis/kacang panjang
Apel Jambu biji
xxiii
Pepaya Semangka
Mangga Jeruk
Pisang
Kue bolu
xxiv
Food Record
Hari ke….
Hari/Tanggal:
Waktu Makan
Masakan/Menu
Jenis bahan
makanan
Jumlah yang di habiskan
Ukuran Rumah
Tangga
Berat (gram)
*diisi peneliti
xxv
Lampiran 2 Kuesioner anak
Physical Activity Questionnaire (Elementary School)
Nama:_________________________
Tanggal lahir :___________________
Jenis kelamin :___________________
Kelas :___ (A/B/C)
Assalamualaikum Wr Wb.
Saya Kartika Anisa Putri, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan
Masayrakat hendak meminta bantuan dari adik-adik Siswa SDIT Al Syukro Universal untuk
mengisi beberapa pertanyaan dibawah ini untuk keperluan dalam penyelesaian studi saya
sebagai mahasiswa.
Saya hendak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh adik-adik sekalian selama 7 hari
terakhir (1 minggu terakhir). Kegiatan ini termasuk kegiatan olahraga atau kegiatan lainnya
yang mengeluarkan keringat yang dilakukan oleh adik-adik seperti menari, bermain sepeda
dan berlari yang membuat kaki adik-adik terasa lelah.
Atas bantuan adik-adik sekalian, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
Wassalamualaikum Wr Wb.
Catatan :
1. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang harus dilakukan hanyalah menjawab
2. Tolong jawab seluruh pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya
1. Kegiatan yang dilakukan di waktu senggang: apakah kamu melakukan kegiatan-
kegiatan berikut ini dalah 7 hari terakhir? Jika ya, berapa kali? (tandai setiap baris
1)
Contoh: Tidak Pernah 1-2 Kali 3-4 Kali 5-6 Kali Lebih Dari 7 Kali
Skipping
In-line skating
Tidak pernah 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali lebih dari 7 kali
Lompat tali
Bermain sepatu roda
xxvi
Tidak pernah 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali lebih dari 7 kali
Melompat-Lompat
Berjalan Pagi
Bersepeda
Jogging Atau Lari
Aerobic
Berenang
Baseball Atau Softball
Dance atau menari
Sepak Bola
Badminton
Skateboarding
Bermain Voli
Bermain Basket
Ice Skating
Lainnya:
___________________
___________________
2. Dalam 7 hari terakhir, selama mata pelajaran olahraga, seberapa sering kamu
bergerak dengan sangat aktif, seperti bermain sepak bola, basket, berlari,
melompat)? (lingkari salah satu)
a. Saya tidak mengikuti mata pelajaran olah raga
b. Sangat jarang
c. Jarang
d. Cukup sering
e. Selalu
3. Dalam 7 hari terakhir, apa yang paling sering kamu lakukan saat waktu
istirahat? (lingkari salah satu)
a. Duduk (membaca, mengobrol, mengerjakan tugas sekolah)
b. Berdiri atau berkeliling
xxvii
c. Bermain lari-larian
d. Berlari cukup jauh
e. Bermain permainan yang mengeluarkanbanyak keringat
4. Dalam 7 hari terakhir, apa yang paling sering kamu lakukan pada saat waktu
makan siang (selain makan siang)? (lingkari salah satu)
a. Duduk (membaca, mengobrol, mengerjakan tugas sekolah)
b. Berdiri atau berkeliling
c. Bermain lari-larian
d. Berlari cukup jauh
e. Bermain permainan yang mengeluarkan banyak keringat
5. Dalam 7 hari terakhir, tepat setelah waktu sekolah berakhir, berapa kali kamu
berolah raga, menari atau bermain yang mengeluarkan banyak keringat?
(lingkari salah satu)
a. Tidak pernah
b. Satu kali seminggu
c. 2-3 kali seminggu
d. 4 kali seminggu
e. 5 kali seminggu
6. Dalam 7 hari terakhir, saat sore hari, berapa kali kamu berolah raga, menari
atau bermain yang mengeluarkan banyak keringat? (lingkari salah satu)
a. Tidak pernah
b. Satu kali seminggu
c. 2-3 kali seminggu
d. 4-5 kaliseminggu
e. 6 kali atau lebih dalam seminggu
7. Dalam akhir pekan kemarin (jum’at, sabtu dan minggu), berapa kali kamu
melakukan kegiatan seperti berolah raga, bermain sepeda, menari atau
bermain yang mengeluarkan banyak keringat? (lingkari salah satu)
a. Tidak pernah
b. Satu kali
c. 2-3 kali
d. 4-5 kali
e. 6 kali atau lebih
xxviii
8. Dari salah satu pernyataan dibawah ini, pernyataan yang manakah yang
menurut kamu paling menggambarkan dirimu? (lingkari salah satu)
a. Sebagian besar waktu luang saya, saya habiskan untuk bersantai
(melakukan aktivitas yang tidak mengeluarkan banyak keringat seperti
duduk)
b. Saya kadang-kadang (1-2 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik
dalam waktu luang saya
c. Saya sering (3-4 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik dalam
waktu luang saya
d. Saya cukup sering (5-6 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik
dalam waktu luang saya
e. Saya sangat sering (7 kali dalam seminggu) melakukan aktvitas fisik
dalam waktu luang saya
9. Tandai seberapa sering kamu melakukan kegiatan seperti berolahraga,
bermain permainan yang mengeluarkan banyak keringat setiap harinya selama
satu mingggu terakhir.
Tidak pernah sedikit sedang sering sangat sering
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
xxix
Interaksi dengan teman
1. Saya mencontoh teman makan 3 kali dalam sehari 1. Ya
2. Tidak
2. Saya mencontoh teman makan sayur khususnya yang berwarna
hijau
1. Ya
2. Tidak
3. Saya dianjurkan teman untuk makan buah-buahan yang
berwarna kuning atau jingga
1. Ya
2. Tidak
4. Saya sering janjian dengan teman untuk jajan sehingga tidak
sarapan sarapan di rumah
1. Ya
2. Tidak
5. Saya diajak teman untuk jajan setiap hari 1. Ya
2. Tidak
6. Saya sering diajak teman untuk membeli minuman berwarna
(seperti sirup, minuman bersoda, dll)
1. Ya
2. Tidak
xxx
Food Recall
Hari ke….
Waktu Makan
Masakan/Menu
Jenis bahan
makanan
Jumlah yang di habiskan
Ukuran Rumah
Tangga
Berat (gram)
xxxi
Lampiran 3 Output SPSS
Normalitas Statistics
praktek pemberian makan ketersediaan makanan di rumah
N Valid 122 122
Missing 0 0
Mean 3.5956 3.6639
Median 3.5556 3.7500
Std. Deviation .35399 .48720
Skewness -.070 -.103
Std. Error of Skewness .219 .219
Kurtosis -.335 .159
Std. Error of Kurtosis .435 .435
Minimum 2.56 2.50
Maximum 4.33 5.00
Percentiles 25 3.3333 3.2500
50 3.5556 3.7500
75 3.8472 4.0000
Statistics
interaksi dengan teman
Valid 122
Missing 0
Mean 1.3689
Median 1.3333
Skewness .550
Std. Error of Skewness .219
Kurtosis -.134
Std. Error of Kurtosis .435
Statistics
aktifitas fisik
N Valid 122
Missing 0
Mean 2.8847
Median 2.9000
Skewness -.021
Std. Error of Skewness .219
xxxii
Frequency Table ket_energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak sesuai 40 32.8 32.8 32.8
sesuai 82 67.2 67.2 100.0
Total 122 100.0 100.0
Jk
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid perempuan 61 50.0 50.0 50.0
laki-laki 61 50.0 50.0 100.0
Total 122 100.0 100.0 Praktek pemberian makan edit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 49 40.2 40.2 40.2
baik 73 59.8 59.8 100.0
Total 122 100.0 100.0 ketersediaan makanan edit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid kurang 52 42.6 42.6 42.6
baik 70 57.4 57.4 100.0
Total 122 100.0 100.0
pengetahuan ibu edit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 59 48.4 48.4 48.4
baik 63 51.6 51.6 100.0
Total 122 100.0 100.0 keterangan makan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK SESUAI 69 56.6 56.6 56.6
SESUAI 53 43.4 43.4 100.0
Total 122 100.0 100.0
xxxiii
temaninter
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kuat 65 53.3 53.3 53.3
lemah 57 46.7 46.7 100.0
Total 122 100.0 100.0
aktivitas fisik fix
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang akif 58 47.5 47.5 47.5
aktif 64 52.5 52.5 100.0
Total 122 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jk * ket_energi 122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
Praktek pemberian makan edit * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
ketersediaan makanan edit * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
pengetahuan edit * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
keterangan makan ibu * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
interaksi dengan teman edit * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
aktivitas fisik edit * ket_energi
122 100.0% 0 .0% 122 100.0%
xxxiv
jk * ket_energi jk * ket_energi Crosstabulation
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
jk perempuan Count 24 37 61
% within jk 39.3% 60.7% 100.0%
laki-laki Count 16 45 61
% within jk 26.2% 73.8% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within jk 32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.380a 1 .123
Continuity Correctionb 1.823 1 .177
Likelihood Ratio 2.393 1 .122 Fisher's Exact Test .177 .088
Linear-by-Linear Association 2.361 1 .124 N of Valid Cases
b 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jk (perempuan / laki-laki)
1.824 .847 3.931
For cohort ket_energi = tidak sesuai
1.500 .889 2.532
For cohort ket_energi = sesuai
.822 .639 1.057
N of Valid Cases 122
xxxv
Praktek pemberian makan edit * ket_energi
Crosstab
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
Praktek pemberian makan edit
kurang Count 15 34 49
% within praktek pemberian makan edit
30.6% 69.4% 100.0%
baik Count 25 48 73
% within praktek pemberian makan edit
34.2% 65.8% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within praktek pemberian makan edit
32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .176a 1 .675
Continuity Correctionb .050 1 .824
Likelihood Ratio .176 1 .674 Fisher's Exact Test .699 .414
Linear-by-Linear Association .174 1 .676 N of Valid Cases
b 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.07.
b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for praktek pemberian makan edit (kurang / baik)
.847 .390 1.841
For cohort ket_energi = tidak sesuai
.894 .527 1.516
For cohort ket_energi = sesuai
1.055 .823 1.354
N of Valid Cases 122
xxxvi
ketersediaan makanan edit * ket_energi
Crosstab
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
ketersediaan makanan edit kurang Count 19 33 52
% within ketersediaan makanan edit
36.5% 63.5% 100.0%
baik Count 21 49 70
% within ketersediaan makanan edit
30.0% 70.0% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within ketersediaan makanan edit
32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .579a 1 S.447
Continuity Correctionb .320 1 .572
Likelihood Ratio .577 1 .448 Fisher's Exact Test .559 .285
Linear-by-Linear Association .574 1 .449 N of Valid Cases
b 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ketersediaan makanan edit (kurang / baik)
1.343 .627 2.877
For cohort ket_energi = tidak sesuai
1.218 .734 2.021
For cohort ket_energi = sesuai
.907 .701 1.172
N of Valid Cases 122
xxxvii
pengetahuan edit * ket_energi
pengetahuan ibu edit * ket_energi Crosstabulation
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
pengetahuan ibu edit kurang Count 24 35 59
% within pengetahuan ibu edit
40.7% 59.3% 100.0%
baik Count 16 47 63
% within pengetahuan ibu edit
25.4% 74.6% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within pengetahuan ibu edit
32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.228a 1 .072
Continuity Correctionb 2.572 1 .109
Likelihood Ratio 3.242 1 .072 Fisher's Exact Test .085 .054
Linear-by-Linear Association 3.202 1 .074 N of Valid Cases
b 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan ibu edit (kurang / baik)
2.014 .933 4.347
For cohort ket_energi = tidak sesuai
1.602 .949 2.704
For cohort ket_energi = sesuai
.795 .616 1.027
N of Valid Cases 122
xxxviii
keterangan makan ibu * ket_energi
Crosstab
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
keterangan makan ibu TIDAK SESUAI Count 31 38 69
% within keterangan makan ibu
44.9% 55.1% 100.0%
SESUAI Count 9 44 53
% within keterangan makan ibu
17.0% 83.0% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within keterangan makan ibu
32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.623a 1 .001
Continuity Correctionb 9.393 1 .002
Likelihood Ratio 11.134 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.536 1 .001 N of Valid Cases
b 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keterangan makan ibu (TIDAK SESUAI / SESUAI)
3.988 1.688 9.423
For cohort ket_energi = tidak sesuai
2.646 1.381 5.068
For cohort ket_energi = sesuai
.663 .519 .848
N of Valid Cases 122
xxxix
interaksi dengan teman edit * ket_energi
temaninter * ket_energi Crosstabulation
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
temaninter kuat Count 23 42 65
% within temaninter 35.4% 64.6% 100.0%
lemah Count 17 40 57
% within temaninter 29.8% 70.2% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within temaninter 32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .426a 1 .514
Continuity Correctionb .211 1 .646
Likelihood Ratio .427 1 .513
Fisher's Exact Test .565 .324
Linear-by-Linear Association .423 1 .516
N of Valid Casesb 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.69.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for temaninter
(kuat / lemah) 1.289 .601 2.760
For cohort ket_energi = tidak
sesuai 1.186 .708 1.988
For cohort ket_energi =
sesuai .921 .719 1.179
N of Valid Cases 122
xl
aktivitas fisik edit * ket_energi
aktivitas fisik fix * ket_energi Crosstabulation
ket_energi
Total tidak sesuai sesuai
aktivitas fisik fix kurang akif Count 23 35 58
% within aktivitas fisik fix 39.7% 60.3% 100.0%
aktif Count 17 47 64
% within aktivitas fisik fix 26.6% 73.4% 100.0%
Total Count 40 82 122
% within aktivitas fisik fix 32.8% 67.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.367a 1 .124
Continuity Correctionb 1.810 1 .179
Likelihood Ratio 2.371 1 .124
Fisher's Exact Test .176 .089
Linear-by-Linear Association 2.347 1 .125
N of Valid Casesb 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for aktivitas fisik
fix (kurang akif / aktif) 1.817 .846 3.902
For cohort ket_energi = tidak
sesuai 1.493 .891 2.502
For cohort ket_energi =
sesuai .822 .637 1.061
N of Valid Cases 122
xli
VALIDITAS AKTIVITAS FISIK
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.901 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
skipping 89.5093 386.257 .597 .896
in line skate 91.1555 410.894 .330 .900
melompat 88.4170 411.594 .265 .901
jalan pagi 89.4170 396.818 .515 .897
bersepeda 88.7093 395.208 .537 .897
Jogging atau lari 89.0940 388.605 .654 .895
aerobic 90.7401 399.213 .452 .898
berenang 89.1401 379.169 .701 .893
baseball/softball 90.0170 385.238 .644 .895
dance 90.3247 394.443 .483 .898
sepak bola 89.5863 382.411 .658 .894
badminthon 89.2632 389.037 .553 .897
skateboarding 90.8940 400.568 .465 .898
voli 90.4324 394.328 .615 .896
basket 89.4016 383.349 .709 .894
ice skating 90.6940 405.858 .319 .901
mengikuti pelajaran olah raga
88.4632 414.771 .359 .900
saat istirahat 90.5863 405.028 .315 .901
saat makan siang 91.1401 419.932 .200 .904
tepat saat waktu sekolah 89.5093 398.956 .539 .897
tepat saat sore hari 89.6016 403.139 .428 .899
akhir pekan 89.7093 403.653 .405 .899
pernyataan 90.5093 427.397 .262 .906
senin 90.2324 402.757 .499 .898
selasa 89.8478 401.727 .498 .898
rabu 89.8170 408.695 .304 .901
kamis 89.1555 403.973 .393 .899
jum'at 89.4478 396.325 .460 .898
xlii
sabtu 89.7709 407.597 .309 .901
minggu 89.4632 400.484 .421 .899
sakit 91.0016 428.193 -.135 .904
kegiatan saat sakit 90.8632 428.704 -.190 .904
RELIABILITAS AKTIVITAS FISIK
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.899 .895 30
VALIDITAS PRAKTEK PEMBERIAN MAKAN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 21 100.0
Excludeda 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Cukup atau tidaknya
makanan yang diperlukan
anak saya
62.71 35.114 .451 .618
menjaga anak agar tidak
banyak makan banyak
makanan yang manis
62.43 34.657 .482 .595
xliii
menjaga anak agar tidak
makan banyak makanan
berlemak tinggi
62.86 34.129 .464 .611
menawarkan makanan
manis kepada anak sebagai
hadiah perilaku baik
62.67 34.733 .408 .616
menawarkan makanan
manis kesukaannya apabila
anak berperilaku baik
62.62 36.248 .570 .616
jika tidak mengatur pilihan
makan anak, ia akan banyak
memilih makanan jajanan
daripada makanan utama
62.95 35.748 .434 .582
saya tidak mengatur pilihan
anak, maka ia akan memilih
makanan kesukaannya saja
63.52 35.662 .440 .568
memastikan anak memilih
makanan yang menyehatkan 62.01 35.214 .518 .621
mendorong anak untuk
makan sayuran dan buah-
buahan
62.57 34.557 .485 .613
membebaskan anak untuk
memilih makanan apa saja
untuk makanan utamanya
62.95 35.748 .434 .564
menentukan jumlah dan jenis
makanan ringan yang boleh
dimakan oleh anak saya
62.48 34.062 .454 .625
menentukan jadwal teratur
untuk waktu makan anak 62.24 33.690 .451 .598
membolehkan anak memilih
makanan ringan sesukanya 62.00 35.200 .552 .580
mengatur anak untuk
menghabiskan makanannya 61.95 36.648 .443 .589
mengatur anak untuk makan
bersama keluarga 62.05 36.348 .569 .554
xliv
membiarkan anak untuk
memutuskan kapan dia ingin
makan
62.81 34.662 .487 .553
membiarkan anak untuk
ngemil diantara waktu makan 62.19 36.762 .572 .611
memberikan makanan
olahan agar praktis 62.00 36.200 .530 .593
RELIABILITAS PRAKTEK PEMBERIAN MAKAN
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.616 18