kti kartika putri
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO dan beberapa badan dunia lainnya pada tahun 1998 menghimbau semua
negara Asia tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan
melindungi remaja akan informasi, keterampilan, pelayanan, lingkungan yang umum dan
kesehatan reproduksi remaja (soetjiningsih, 2004)
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja (10-19
tahun) sekitar 900 juta berada di negara berkembang, di Amerika Serikat tahun 1990
menunjukan remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi, di Asia Pasifik di mana
penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia seperlimanya adalah remaja 10-19
adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan
(Nancy. 2002).
Awal masa remaja berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan
akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang
secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat
singkat. (Hurlock, 2000).
Sedangkan menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Namun jika
pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan
lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada
orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja.
1
Sejak tahun 2000, pemerintah mencanangkan suatu program yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi remaja yang sasarannya adalah siswa SLTP, dan Remaja
Karang Taruna. Pelaksanaan program ini secara lintas sektoral instansi pemerintah dan
swasta dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan remaja tentang
kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Llywellyn-Jones, 1997).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering
disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada
tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri
dalam masa pubertas. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari
proses pematangan kejiwaan. (Hendriati Agustian,2006).
Masa permulaan pubertas pada anak perempuan biasanya terjadi antara usia 10
sampai 14 tetapi bisa lebih awal (pubertas dini) atau terlambat, tergantung dengan faktor-
faktor genetik individu. Masa pubertas berlangsung selama kira-kira lima tahun dan
sebagaimana terjadi pada anak laki-laki, diawali dengan pelepasan hormon-hormon dari
kelenjar pituitary yang kemudian bertindak secara langsung pada organ-organ seksual.
Kejadian yang paling dramatis bagi para anak perempuan adalah masa awal menstruasi
(menarche) sebagai respon untuk produksi dan pelepasan hormon-hormon perempuan
tersebut, estrogen dan progesteron. Indung telur matang dan mulai melepaskan telur-telur
dan uterus membesar, bersamaan dengan perkembangan dan kedewasaan organ-organ
kemaluan. Masa pertumbuhan yang cepat yang menghasilkan tinggi dan berat menyertai
perubahan-perubahan tersebut. Kedua pinggul melebar dan pola pendistribusian lemak
berubah untuk memproduksi bentuk tubuh perempuan yang karakteristik. Juga
karakteristik-karakteristik seksual sekunder berkembang sebagai kelanjutan-kelanjutan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adalah rendahnya pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder dan belum diketahui factor-faktor yang
mempengaruhi tentang peruban seks sekunder.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara Umur, Pendidikan orang tua, Psikologis,
Sumber informasi, Peran Teman Sebaya dengan tingkat pengetahuan remaja putri
tentang perubahan seks sekunder di SMPN 09 Jakarta Timur.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder berdasarkan umur.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder berdasarkan pendidikan orang tua.
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder berdasarkan psikologis.
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder berdasarkan sumber informasi.
f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri tentang
perubahan seks sekunder berdasarkan peran teman sebaya.
g. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan pengetahuan remaja putri
tentang perubahan seks sekunder.
h. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan orang tua dengan
pengetahuan remaja putri tentang perubahan seks sekunder.
i. Untuk mengetahui hubungan antara psikologis dengan pengetahuan remaja
putri tentang perubahan seks sekunder.
j. Untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder.
k. Untuk mengetahui hubungan antara peran teman sebaya dengan
pengetahuan remaja putri tentang perubahan seks sekunder.
D. Mamfaat Penelitian
a. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pengetahuan remaja putri tentang perubahan seks sekunder dan sebagai
bahan bacaan di perpustakaan.
b. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri
tentang perubahan seks sekunder sehigga pihak sekolah dapat memasukkan
materi mengenai perubahan seks sekunder dalam mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah.
c. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat jadi pengalaman bagi penulis dalam
melakukan sebuah penelitian, dapat memberikan masukan mengenai hal-hal
apa saja yang akan diteliti untuk penelitian lain yang meneliti mengenai
perubahan seks sekunder.
d. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMPN 09 Jakarta Timur mendapat tambahan
pengetahuan perubahan tentang pubertas khususnya tentang seks sekunder.
E. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di SMPN 09 Jakarta Timur melalui pengumpulan data
yang diambil mulai Oktober s/d November 2010 dengan jumlah sample Orang remaja
putri terdiri dari kelas I dan II. Metode yang digunakan yaitu penyuluhan tentang tingkat
pengetahuan remaja tentang perubahan seks sekunder, dan pembagian kuesioner. Variable
yang diteliti yaitu: umur, pendidikan orangtua, psikologis, sumber informasi, teman
sebaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a. Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,
psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan biasanya
dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun, dan berakhir lebih kurang di
usia 15 tahun sampai 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada perempuan pubertas ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan
mimpi basah. Kini dikenal dengan adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab
pubertas dini ialah bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip
dengan hormone estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur
perkembangan seks wanita. (http:/wikipedia_indonesia.com).
b. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra
yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Hurlock, 2000).
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama. (Hurlock,
2000).
Menurut WHO (1974) memberikan definisi remaja berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
c. Perkembangan Seksual Remaja
Sejak remaja pada diri seorang anak, terlihat adanya perubahan-perubahan pada
bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi pematangan kelenjar
pituitary, berpengaruh pada proses pertumbuhan pada tubuh sehingga remaja
mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa / laki-laki dewasa.
Karakteristik seks primer mencakup, perkembangan organ-organ reproduksi.
Sedangkan perubahan primer pada masa pubertas adalah tanda-tanda/perubahan yang
menentukan sudah mulai berfungsi optimalnya organ reproduksi pada manusia.
Dan karakteristik seks sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai
dengan jenis kelamin atau perubahan sekunder pada masa pubertas adalah perubahan-
perubahan primer yang terlihat dari luar.
Akil baligh adalah satu peringkat dalam hidup anda di mana tubuh badan anda
berubah dari seorang kanak-kanak ke seorang dewasa. Perubahan-perubahan ini
6
termasuklah ciri-ciri seks 'primer' dan 'sekunder'.Ia disebabkan bahan kimia di dalam
badan yang dipanggil hormon.
B. Batasan Usia Remaja
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Namun jika pada usia
remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi
remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang
tua (tidak mandiri), maka dimasukkan dalam kelompok remaja.
Menut Hurlock ( 1999 ) membagi masa remaja menjadi pra remaja, remaja awal
dan remaja akhir dengan rincian sebagai berikut :
a. Pre adolescent : usia 10-12 tahun
b. Early adolescent : usia 13-16 tahun
c. Late adolescent : usia 17-21 tahun
Ada empat perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu :
a. Meningginya emosi, biasanya lebih menonjol pada masa awal periode dan masa akhir
periode.
b. Perubahan tubuh.
Perubahan terhadap minat dan pola perilaku sehingga nilai-nilai juga berubah.
c.Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, dimana remaja
menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi remaja sering takut untuk bertanggung
jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
Sedangkan menurut Dep-Kes RI (2001), membagi masa remaja berdasarkan ciri
perkembangannya menjadi 3, yaitu :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
Ciri-cirinya adalah lebih dekat dengan teman sebayanya, ingin bebas dan lebih
banyak memperhatikan keadaan tubuh, serta mulai berfikir abstrak
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
Ciri-cirinya adalah mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,
mengembangkan kemampuan berfikir abstrak dan berkhayal tentang aktifitas seksual
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
Ciri-cirinya adalah pengungkapan kebebasan diri. Lebih selektif dalam mencari
teman sebaya dan dapat mewujudkan rasa cinta. (Jurnal Kesehatan dan
Kedokteran, 2005)
Pada masa adolesensi ini terjadi proses kematangan yang berlangsung secara
lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Menurut banyak
ahli jiwa, batas waktu adolesensi itu ialah 17-19 tahun atau 17-21 tahun. (Kartono,
Kartini, 1992 )
Sedangkan menurut BKKBN ( Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak
reproduksi ) batasan remaja ialah antara 10-21 tahun.
C. Ciri-ciri Remaja
Menurut Hurlock ( 1994 ) ciri-ciri remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode penting
Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental,
terutama pada awal masa remaja, hal ini dapat menimbulkan perlunya pembentukan
sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada periode ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa tapi
status ini menguntungkan karena status tersebut memberikan waktu kepada remaja
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda yang menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai masa perubahan
Pesatnya perubahan fisik pada awal masa remaja, berlangsung juga perubahan perilaku
dan sikap dengan pesat pula.
Ada empat perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu :
d. Meningginya emosi, biasanya lebih menonjol pada masa awal periode dan masa akhir
periode.
e. Perubahan tubuh, perubahan terhadap minat dan pola perilaku sehingga nilai-nilai
juga berubah.
f. Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, dimana remaja
menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi remaja sering takut untuk bertanggung
jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
D. Fungsi organ Reproduksi
Mimpi Basah
Buah pelir (testis) yang terletak pada kantong pelir laki-laki menghasilkan sperma.
Seperma berenang melalui saluran sperma (vas deverens) yang mengeluarkan cairan
khusus sehingga bercampur menjadi air mani. Hormone yang mempengaruhi produksi
air mani ini adalah “Testosteron” yang dihasilkan oleh testis, pada masa pubertas,
produksi ini bisa sangat cepat sehingga dalam dua hari saja sudah berkumpul air mani
yang kadang-kadang keluar spontan dari penis saat tidur /bangun tidur ini di sebut“
Mimpi Basah “.
Haid/Menstruasi
Seorang perempuan di lahirkan dengan ratusan ribu sell telur dalam indung
telurnya (ovarium). Setelah perempuan memasuki masa pubertas ovariumnya mulai
berfungsi,pada masa itu, satu kali perbulan (sekitar 28 hari sekali) indung telur melepas
satu sel telurke saluran indung telur. Sel telur itu bergerak menuju rahim.bila sel telur
dalam perjalananya menuju dinding rahim tidak bertemu sel sperma (tidak terjadi
hubungan seksual pada masa subur), maka sel telur beserta lapisan dalam dinding rahim
tempat sel telur itu bersarangakan luruh dan keluar melalui lubang vagina sebagai darah
haid/menstruasi. Seloesai (sekitar 5-7 hari), indung telur mulai bersiap untuk melepas
sel telur berikutnya.
Proses pembuahan /konsepsi dan kehamilan
Ketika penis laki-laki masuk kedalam vagina perempuan, di ikuti ejakulasi, maka
jutaan seperma laki-laki berenang menujunrahim, hanya satu sperma yang menembus
sel telur. Kalau seks tersebut terjadi pada masa subur perempuan dan sperma
menembus sel telur, maka bisa terjadi kehamilan.seki pun seks itu terjadi untuk pertama
kalinya. Proses ini di sebut pembuahan (konsepsi).
Kehamilan diawali dengan menempelnya sel telur yang sudah di buahi oleh
sperma di lapisan sperma di lapisan dinding rahim.hasil pembuahan itu di sebut embrio
yang terus berubah menjadi janin bayi selama 280 hari atau sekitar 9 bln.
Kehamilan bisa terjadi pada remaja karena alat reproduksi secara fisik sudah
siap.namun bukan berarti remaja telah siap secara mental dan social untuk
melaksanakan peran sebagai orang tua. Kehamilan pada remaja yang belum menikah
biasanya disebut Kehamilan Yang Tak Di inginkan (KTD). Selan itu pada usia di
bawah 19 tahun walaupun organ reproduksisudah siap melakukan fungsi reproduksi,
pertumbuhan tulang panggul remaja perempuan belum sempurna,akibatnya kesulitan
persalinan
E. Perubahan Seks Primer dan Seks Sekunder Pada Remaja
Perubahan Seks Primer
1. Pada pria – Gonad atau testis yang terletak di skrotum, di luar tubuh, pada usia 14
tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat
selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun, testis sudah berkembang
penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Kalau fungsi organ-organ pria sudah matang, maka
biasanya mulai terjadi mimpi basah.
2. Pada wanita – Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,
meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia 11 atau 12
tahun berkisar 5,3 gram, pada usia 16 rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, telur-
telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme
reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi.
Perubahan seks sekunder
1. Pada perempuan: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; pertumbuhan
payudara; tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina; panggul mulai
melebar; tangan dan kaki bertambah besar; tulang-tulang wajah mulai memanjang
dan membesar; vagina mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak; kulit dan
rambut mulai berminyak; pantat bertambah lebih besar.
2. Pada pria: lengan dan tungkai kaki bertambah panjang; tangan dan kaki bertambah
besar; pundak dan dada bertambah besar dan membidang; otot menguat; tulang wajah
memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi; tumbuh jakun;
tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar muka dan sekitar kemaluan; penis dan buah
zakar membesar; suara menjadi besar; keringat bertambah banyak; kulit dan rambut
mulai berminyak.
Matriks perubahan seks sekunder
Perumpuan Laki-laki
Perubahan fisik -Tinggi badan.
-Tumbuh bulu-bulu halus sekitar
kelamin dan ketiak
-Payudara membesar
-Rongga panggul membesar
-Haid pertama/menarce
-Tinggi badan
-Tumbuh bulu-bulu halus sekitar
kelamin dan ketiak
-Testis membesar
- Suara membesar
- Mimpi basah
Perubahan psikologis -Tertarik pada lawanjenis
-Kecemasan
-Lebih perasa
-Ingin menonjolkan diri dan di
perhatikan
-Mudah sedih dan sedih
-Tertarik pada lawan jenis
- Kecemasan
- Sulit bersepakat
- Ingin menonjolkan diri dan di
perhatikan
- Kurang pertimbangan-
- Mudah terpengaruh
Gambar 1. Matriks Perubahan Seks Sekunder
Perubahan Emotional / Psikologis
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “Badai dan
Tekanan”, sesuatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi
pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Adapun meningginya emosi terutama
karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi
kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk
menghadapi keadaan-keadaan itu
Masa remaja merupakan “badai dan tekanan”, masa stress full karena ada
perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan, sehingga
diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namum benar benar
juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu
sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan
sosial yang baru.
F. Penyebab Perubahan Pubertas
a. Peran Kelenjar Pituitary – Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu
hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan
hormon gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum
masa puber secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan
kepekaan gonad terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga
semakin bertambah, dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber
mulai terjadi.
b. Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks
yaitu ciri-ciri seks primer : bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri
seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
c. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad – Hormon yang dikeluarkan oleh gonad,
yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara
berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga
menghentikan proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad
berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang
menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekati climacteric.
G. Ciri-ciri seks 'primer' dan 'sekunder'. Yang disebabkan bahan kimia di dalam
badan yang dipengaruhi hormon.
Ciri-ciri pada pria
Ciri-ciri seks primer yang berubah adalah perubahan zakar (penis) dan buah
zakar (testis).
Manakala ciri-ciri seks sekunder pula melibatkan pertumbuhan misai dan janggut
serta suara yang lebih garau.
Bulu ketiak serta di bahagian kemaluan juga merupakan tanda-tanda akil baligh.
Ciri-ciri pada perumpuan
Ciri-ciri seks primer yang berubah adalah perubahan ovari.
Manakala ciri-ciri seks sekunder pula melibatkan perubahan payudara serta
punggung membesar.
Bulu dari ketiak dan di bahagian kemaluan juga merupakan tanda- tanda akil balig.
Tahap Perubahan Untuk Tumbuh besaran Zakar Lelaki
Zakar (Penis) dan Kerandut Buah Zakar (Skrotum)
Tahap 1: Keadaan kanak-kanak yang ada dari lahir hingga akil baligh. Pada masa
ini penis memanjang sedikit tetapi tiada banyak perubahan yang ketara boleh
dilihat.
Tahap 2: Skrotum mulai membesar, dan terdapat kemerahan dan perubahan tekstur
pada kulit skrotum.
Tahap 3: Penis akan lebih memanjang dan sedikit lebar. Terdapat juga pembesaran
pada skrotum.
Tahap 4: Penis semakin memanjang, melebar dan glans (kepala penih) telah
terbentuk. Skrotum lebih membesar dan kulit skrotum telah semakin gelap
warnanya.
Tahap 5: Kemaluan sekarang sudah mencapai saiz orang dewasa. Bentuk kemaluan
mungkin akan berada pada satu tahap yang tertentu buat masa yang lama sebelum ia
membesar ke tahap yang seterusnya.
Tahap Perubahan Untuk Tumbuh besar Bulu Kemaluan Lelaki
Bulu Kemaluan
Tahap 1: Tiada bulu kemaluan kelihatan, tetapi mungkin terdapat bulu-bulu halus
seperti terdapat pada bahagian perut.
Tahap 2: Kelihatan terdapat pertumbuhan yang berwarna cerah dan jarang. Ia
selalunya lurus atau sedikit kerinting. Ia selalunya tumbuh di sebelah pangkal penis.
Tahap 3: Bulu tersebut mula tumbuh di bahagian ari0ari dan kelihatan lebih gelap,
kasar dan lebih kerinting.
Tahap 4: Bulu tersebut adalah menyerupai seorang dewasa tetapi melitupi kawasan
yang lebih kecil daripada dewasa. Tiada pertumbuhan di bahagian dalam paha.
Tahap 5: Bulu dilihat meliputi kawasan tiga segi terbalik pada bahagian ari0ari
(seperti seorang wanita). bulu juga telah tumbuh di bahagian dalam peha, tetapi
bukan di bahagian lain (kawasan linea alba dan melebih isegi tida terbalik tersebut).
Tahap Perubahan Tumbuh besar Payudara
Payudara
Tahap 1: Tiada perkembangan payudara.
Tahap 2: Tanda awal perkembangan payudara mula kelihatan. Ia juga dikenali
sebagai perkembangan putik payudara (breast bud stage). Terdapat sedikti tisu
payudara di bawahputing yang
boleh dirasa. Kawasan areola (bahagian gelap dan leper yang mengelilingi puting)
sudah mula membesar.
Tahap 3: Payudara kelihatan lebih menonjol, walaupun begitu tiada pembahagian
yang jelas antara puting dan payudara.
Tahap 4: Payudara mula membesar. Terdapat pembahagian jelas antara
puting dan payudara, di mana puting dan areola mula membentuk bonjolan
sekunder di atas payudara.
Tahap 5:Payudara sudah matang sepenuhnya. Kontur payudara adalah jelas dan
areola kelihatan mengundur di dalam kontur keseluruhan payudara.
Tahap Perubahan untuk Tumbuh besar Bulu Kemaluan Perempuan
Bulu kemaluan
Tahap 1: Tiada bulu kemaluan
Tahap 2: Terdapat sedikit bulu kemaluan yang panjang yang tumbuh di sekitar
kemaluan.
Tahap 3: Bulu-bulu lebih gelap, kasar, kerinting dan tumbuh dengan jarang di
sekitar kemaluan.
Tahap 4: Bulu-bulu sudah seperti dewasa, tetapi ia tumbuh di kawasan yang lebih
kecil dari orang dewasa. Tiada bulu tumbuh di bahagian dalam paha.
Tahap 5: Bulu-bulu seperti orang dewasa, tumbuh seperti segi tiga terbalik di
kawasan ari-ari. Mungkin terdapat bulu tubuh di kawasan dalam paha.
H. DAMPAK DARI KETIDAKTAHUAN REMAJA
a. kehamilan tak diinginkan/KTD
KTD adalah kehamilan yang sesungguhnya tidak diinginkan. Biasanya kehamilan
ini terjadi pada remaj / orang-orang yang belum cukup memahami proses kehamilan,
banyak factor yang tak di harapkan, antara lain:
- Usia haid / menstruasi yang sangat muda,disisi lain usia menikah yang semakin
lama, sehingga masa gejolak seksual semakin panjang.
- Tidak cukup memiliki pengetahuan tentang seksualitasdan kesehatan reproduksi
serta resiko-resiko prilaku seksual yang tidak aman.
- Tidak mengunakan alat kontrasepsi ketika melkukan hubungan seksual.
Kehamilan yang tak diharapkan pada masa remaja mempunyai resiko
fisik/medis,psikologis dan seksual:
a. Resiko fisik antara lain: mudah terjadi perdarahan selama hamil karena hormone
belum stabil, mudah terjadi keguguran karena otot-otot rahim belum kuat,ganguan
selam kehamilan seperti keracunan kehamilan, kejang, Prematur, BBLR, dll.
b. Resiko psikologis: perasaan tertekan (stres), kecemasan / kekhawatiran yang
tinggi karena menanggung beban akan menjadi ibu atau ayah,perasaan malu dan
bersalah dikucilkan orang tua, bahkan laki-laki yang menghamilinya tidak
bertanggung jawab.
c.Resiko social berupa di kucilkan dan mendapat cemoohan dari orang-orang lain, di
keluarkan dari sekolah, terganggu rencana masa depanya, menjadi ibu tunggal ( laki-
laki yang menghamilinya tidak bertanggung jawab), cap buruk bagi ibu maupun anak.
b. ABORSI
Kehamilan yang tak diharapkan pada masa remaja dapat memicu terjadinya
penghentian kehamilan /Aborsi. Adlah gu-gurnya kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan secara mandiri. Ada aborsi yang terjadi secara sepontan dan
ada yang sengaja.
Aborsi mengandung resiko yang sangat tinggi apabila di kerjakan secara illegal,
tanpa prosedur dan cara baku kedokteran yang benar.misalnya:
- penggunaan ramuan, jamu-jamuan, obat peluntur.
- Pijatan di rahim, lompat-lompat atau melakukan gerakan-gerakan keras.
- Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul, dedaunan.
Tindakan aborsi dengan cara tersebut sangat beresiko,antara lain:
a. Bisa menyebabkan perdarahan sampai mengalami scok atau pingsan
bahkan bisa menyebabkan kematian.
b. Robekan rahim
c. Infeksi dan berbagai penyakit lain.
c. INFEKSI MENULAR SEKSUAL
IMS / penyakit kelamin yaitu penyakit-penyakit yang sebagian besar ditularkan
melalui hubungan seksual, Beberapa jenis IMS:
-Kencing nanah (Gonore)
-Raja singa (Sifilis)
-Herpes
-Klamidia
Orang yang mengidap IMS memiliki resiko yang lebih besar untuk infeksi HIV,
karena luka yang terbuka memberi jalan masuk untuk virus sepertii HIV.Beberapa tanda
dan gejala IMS adalah :
- ada cairan yang keluar dari penis,vagina atau dubur.
- Terasa panas atau pedeih saat buang air kecil dan melkukan hubungan seksual.
- Nyeri di bagian perut bagian bawah (perempuan), buah pelir (laki-laki) serta pantat
dan kaki. Pada perempuan sering kali gejala ini tidak dirasakan, walaupun
sebenarnya sudah terkena IMS.
- Melepuh, lecet, kutil, ruam dan pembengkakan di sekitar alat kelamin.
- gejala lainya adalah demam,pusing, nyeri otot dan pembengkakan kelenjar.
Jika merasakan salah satu atau lebih gejala-gejal tersebut maka segeralah periksa ke
dokter atau layanan kesehatan terdekat, habiskan obat yang di berikan, jangan
berhubungan seks.
I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN SEKS
SEKUNDER
a. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) ynag dikutip oleh
Notoadmodjo (2005) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5
tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation
(mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus), dan trial (mencoba) serta adoption
(subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
disadari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak disadari pengetahuan, kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yaitu : Tahu (Know)
Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
a. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi secara benar.
b. Aplikasi (Aplication)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil, yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya
dalam konteks dan situasi yang lain.
c. Analisi (Analysis)
Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama
lainnya.
d. Sintesis (Synnthesis)
Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang telah ada.
e. Evaluasi (Evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
b. Umur
Dalam hal ini semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya (Dianawati, 2003). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian
Husni (1998) bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur
dengan pengetahuan tentang Perubahan Seks Sekunder.
c. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua dalam hal ini dapat menentukan tahu atau
ketidaktahuannya, maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai masalah remaja dengan anak, sehingga mereka tidak terbuka terhadap
anaknya, bahkan cenderung membuat jarak dengan anaknya dalam masalah ini.
(Sarwono, 2001).
d. Sumber informasi
Informasi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
prilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan (Notoatmojo. 1997) Informasi
merupakan keterangan secara potensial dapat menambah pengetahuan atau yang
mempunyai kemampuan untuk mengetahuai sesuatu hal.
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainya ang pada giliranya
akan tiba ada saling pengertian yang mendalam.
Menurut Kar (1983) dan Notoatmojo (1993) mengemukakan bahwa
pengetahuan seseorang akan terbentuk karena adanya informasi, maka semakin
banyak informasi yang didapatkan semakin tinggi pengetahuan seseorang.
Menurut teori siregar 2002, informasi merupakan suatu hal yang potensial
dalam memberikan pengetahuan. Dan komunikasi merupakan suatu proses dimana
dua orang atau lebih dapat melakukan pertukaran informasi, sedangkan berdasarkasn
hasil penelitian sumber informasi terbanyak di perkotaan berasal dari Media
elektronik (74%), majalah / surat kabar (33%), Dan hasil penelitian lain
mengemukakan factor yang berkontribusi terhadap pengetahuan kesehatan adalah
komunikasi seperti pelayanan kesehatan, sekolah, dan orang tua.
e. Peran teman sebaya
Dari berbagai wadah interaksi, remaja cenderung memiliki kelompok
sebaya sebagai wadah interaksi yang dirasa sangat sesuai dengan dirinya saling
bertukaran pikiran, saling mengerti. Hal ini dikarenakan mereka mengalami keadaan
yang sama, sehingga mereka sering “tampak aneh” bagi orang yang tidak sebaya.
Oleh sebab itu pula remaja jarang bergaul dengan orang-orang di luar kelompok
sebayanya. Kelompok sebaya merupakan panutan utama para remaja sejalan dengan
makin menjauhnya remaja dari lingkungan keluarga dan orang dewasa lainya
(Hurlock, 1973).
J. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Umur
Pendidikan Orang tua
Sumber : Notoatmojo 2002
Gambar 2. Kerangka Teori
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Seks Sekunder
Faktor Pemungkin
Teman Sebaya
Jenis Kelamin
Pergaulan
Kemajuan Teknologi
Faktor Penguat
Guru
Orang Tua
Lingkungan
Sumber Informasi
PENGETAHUAN
REMAJA
Umur
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Sumber informasi
Peran Teman Sebaya
BAB III
KERANGKA KONSEP
DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori di atas, pengetahuan remaja putri
tentang perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan orang tua,
sumber informasi, dan peran teman sebaya, yang kemudian diambil sebagai variable yang
diduga berhubungan dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan seks sekunder.
Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka diperlukan kerangka konsep sebagai dasar
pegangan untuk menjawab permasalahan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep dalam penelitian dapat digambarkan dalam
ilustrasi berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambaran Pengetahuan
Remaja Putri Tentang
Perubahan Seks Sekunder
29
Gambar 3. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah unsur penelitian yang menggunakan bagaimana cara
mengukur suatu variabel.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian tertentu.
Tabel 1
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur kategori
Skala
Penguk
uran
1.
Dependent
Pengetahuan
tentang
Perubahan
seks sekunder
Pengetahuan Siswa
mengenai perubahan
seks sekunder
Kuesioner 1.Baik
(jika skor 70%-
100%)
2. kurang
(<70%)
Ordinal
2.
Independent
Umur Umur Individu saat ini
yang dilihat dari data
yang di peroleh dari
responden berdasarkan
kuesioner.
Kuesioner 1. Umur
(Usia <13 thn)
2. Umur
Ordinal
( jika usia ≥13 thn
)
3 Tingkat
Pendidikan
(Ayah)
Proses belajar mengajar
secara formal di
institusi resmi dan
berijazah yang terakhir
ditempuh orang tua
siswa
Kuesioner 1.PendidikanRendah
(tidak sekolah –
tamat
SMP)
2.Pendidikan Tinggi
(SMA-Perguruan
tinggi)
Ordinal
4 Tingkat
Pendidikan
(Ibu)
Proses belajar mengajar
secara formal di
institusi resmi dan
berijazah yang terakhir
ditempuh orang tua
siswa
Kuesioner 1.Pendidikan
Rendah
(tidak sekolah –
tamat
SMP).
2.Pndidikan Tnggi
(SMA-Perguruan
Tinggi)
Ordinal
5
Sumber
Informasi
Sumber dari informasi
Berasal yang di ukur
daripertanyaan
Kuesioner 1.Terpapar
(jika skor 70-
100%)
2.Kurang terpapar
Ordinal
(Jika Skor jika
70%)
6 Peran Teman
Sebaya
Pergaulan dengan
teman sebaya yang
saling berbagi informasi
tentang perubahan seks
sekunder remaja
Kuesioner 1.Berperan
(jika skor 70-
100%)
2.Kurang Berperan
(Jika skor <70%)
Ordinal
C. Hipotesis
1. Adanya hubungan antara umur dengan pengetahuan remaja putri
tentang perubahan seks sekunder
2. Adanya hubungan antara pendidikan ayah dengan pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder
3. Adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder
4. Adanya hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder
5. Adanya hubungan antara peran teman sebaya dengan pengetahuan
remaja putri tentang perubahan seks sekunder
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional yaitu penulis
ingin mengetahui hubungan variable bebas dan variable terikat yang dilihat pada saat
bersamaan. Diambil dengan menggunakan data primer, dimana variable bebasnya adalah
umur, tingkat pendidikan orang tua responden, sumber informasi, serta peran teman sebaya,
dan variable terikatnya adalah pengetahuan remaja putri tentang perubahan seks sekunder.
B. Waktu dan Tempat
Tempat penelitian dilakukan di SMPN 09 Jakarta timur, waktu penelitian dilakukan pada
bulan Oktober 2010
C. Populasi dan Sample Penelitian
6. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMPN 09 Jakarta timur yang di
data pada bulan Oktober 2010.
7. Sample
a. Kriteria sample
Sample dalam penelitian ini adalah sebagian remaja putri yang mengetahui
tentang perubahan seks sekunder di SMPN 09 Jakarta timur pada bulan Oktober
2010.
b. Besar Sample
Besar sample yang menjadi objek penelitian dihitung dengan menggunakan
Rumus : n = Z 2 1-α/2 P (1-P)
d2
d = 10 %
n = Z 2 1-α/2 P (1-P)
d2
= (1,64) 2 . 0,5. (1-0,5)
(0,1)2
= 2,689 . 0,25
0,01
= 67 Sample
c. Cara Pengambilan Sample
Pengambilan dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu metode
pengambilan secara acak sederhana tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi.
D. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu peneliti
mengambil data langsung dari responden.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian didapat melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti dengan dibantu oleh guru pengajar.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah meminta surat izin dari institusi
pendidikan Akademi Kebidanan Yaspen Tugu Ibu, kemudian surat izin diberikan
kepada pihak sekolah.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing: Kegiatan ini dilakukan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah terisi lengkap yang memuat
semua variabel penelitian
2. Koding : Dimana data yang telah di edit
kemudian diberi kode dengan kode yang telah ditentukan sebelum dimasukkan
dalam computer
3. Tabulating : Untuk memudahkan pembacaan
data yang diperoleh, diperingkas dalam bentuk table
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat adalah langkah untuk mengekslorasi data dari suatu variabel,
biasanya dilakukan untuk meringkas data menjadi ukuran tertentu. Analisa
Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dengan proporsi dari
masing-masing variabel yang diteliti. Data presentasi dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus :
F = X x 100 %
N
Dimana : X = Jumlah yang didapat
N = Jumlah populasi
F = Frekuensi
2. Analisa Bivariat adalah tabel silang 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Uji yang dilakukan adalah uji Kai Kuadrat dengan ketentuan, x2
hitung > x2 tabel berarti ada perbedaan bermakna.
Rumus :
X = ∑ ( O – E ) 2 DF = ( k-1)(b-1)
E
Dimana :
X = Kai kuadrat b = Jumlah baris
O = Nilai observasi k = Jumlah kolom
E = Nilai Expected Df = Degree of freedom
Atau dengan rumus ( ad – bc ) :
X2 = (ad – bc ) 2 N
(a+b)(a+c)(b+d)(c+d)
Dimana :
N : Jumlah populasi
A,b,c,d = Jumlah sample dalam kolom
Hasil uji bivariat secara manual tersebut akan diklasifikasikan kembali dengan
menggunakan program Efi Info Versi 6 untuk tabel 2x2 yang pada kolomnya terdapat
nilai observasi, F < 5 dan > 20 %, maka digunakan Fisher Exact.
Rumus Fisher Exact
P = (a+b)!(b+d)!(a+c)!(b+d)
N!a!b!c!d!
Keterangan : P = Fisher Exact
N = Total Sample
A,b,c,d = Jumlah sample tiap kolom