oleh: abeng daisuri i 111 13 090 - core.ac.uk filedan bahan organik fodder jagung hasil penanaman...
TRANSCRIPT
i
KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK FODDER
JAGUNG HASIL PENANAMAN SISTEM HIDROPONIK
PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
ABENG DAISURI
I 111 13 090
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK FODDER
JAGUNG HASIL PENANAMAN SISTEM HIDROPONIK
PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
ABENG DAISURI
I 111 13 090
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abeng Daisuri
NIM : I111 13 090
menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a) Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli
b) Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan rahmat dan karunia Allah
SWT. yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Kandungan Bahan Kering
Dan Bahan Organik Fodder Jagung Hasil Penanaman Sistem Hidroponik Pada
Umur Panen Yang Berbeda” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
haturkan kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Syahriani, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Ibu
Dr. Rinduwati, S.Pt., M.P selaku Pembimbing Anggota, atas keikhlasannya
dalam memberikan bimbingan, motivasi, nasehat dan saran-saran sejak awal
penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Ir. Dr. Ismartoyo, M.Agr.s selaku Penasehat Akademik yang
telah membimbing penulis dalam bidang akademik selama menjadi mahasiswa
Fakultas Peternakan.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, MP dan ibu Dr. Ir. Anie Asriany,
M.Si selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah
membimbing dalam pelaksanaan PKL, serta Ummy Kalsum selaku tim PKL
atas kerjasama selama pelaksanaan PKL.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M,Sc. selaku Dekan Fakultas
Peternakan, Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc. selaku Wakil
Dekan I dan ketua Program Studi Peternakan, Ibu Dr. Ir. Hastang, M.Si.
vi
selaku Wakil Dekan II serta Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si.
selaku Wakil Dekan III, terima kasih atas segala bantuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan.
5. Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, MS selaku Panitia Ujian Meja, Ibu Dr. Hj.
Jamila, S.Pt, M.Si selaku Panitia Seminar Hasil Penelitian, bapak Dr. Ir
Syamsuddin, MP selaku Panitia Usulan Penelitian, dan Ibu Jamilah S.Pt,
M.Si selaku Panitia Seminar Jurusan, terima kasih atas bantuan dan dukungan
selama ini.
6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing penulis selama
kuliah di Fakultas Peternakan dan seluruh Pegawai Fakultas Peternakan
terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
7. Kedua orang tua, ayahanda ABD Hamid dan ibunda
Andi Suriaty Asdar atas segala doa, motivasi, pengetahuan dan dukungan
serta kasih sayang yang tak terbatas sehingga penulis selalu berusaha. Kepada
kakak penulis Idam Daisuri. yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
Adik penulis Gilang Daisuri, Alif Daisuri dan Bambang Daisuri yang telah
banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menjalankan aktivitasnya
serta nenek tercinta HJ. Andi Zaenab Asdar yang banyak memberikan
semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
8. Saudara hidup semasa kuliah Ummy Kalsum dan Nadra Juharis yang telah
berbagi kebahagian dan kesusahan bersama penulis.
9. Teman lama Muh Sanusi, Cempreng, Ahmad Burhanuddin dan Andi
Fatriani Razak yang telah berbagi kebahagiaan bersama penulis.
vii
10. Teman-teman satu tim FODDER Ummy Kalsum, Nadra Juharis, Nur
Fitriani Amir, Asfianti, Fitria Ananda, Fredy Pampang, Nasaruddin
Usman, Nanang dan para pembimbing lapangan kami Edi Tompo, Alfian Adi
Firansyah, Syamsul Bahri terima kasih atas kerjasama dan bantuannya
selama pelaksanaan penelitian.
11. Teman-teman terkhususnya Sari Putri, Hamdana Darsan, Andi Musdalifa ,
Arda Runita, Dwi Suprapto, Muh Nurhidayat, Nur Hasna, Kharisma
Mulya Utari, Tri Wahyuni, Syahida, Gede Suamba, Wahyu, Aswan
Mandala Putra, Fulki Alen, Nabila Chairunnisa, Muhammad Jabar
Anugrah NR dan Insan Putra Pratama atas segala semangat dan motivasi
selama ini.
12. Kakanda Tilawati yang telah banyak membantu dan memberikan pengetahuan
selama penelitian.
13. Teman Kelas B dan Larfa 2013 terima kasih telah berbagi ilmu pengetahuan
dengan penulis dan terima kasih atas kebersamaannya.
14. Kakanda senior NMT dan Teman-teman HUMANIKA_UH (2010, 2011,
2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016), yang telah menjadi wadah bagi penulis
untuk belajar.
15. Rekan-rekan ”Tellu Limpoe” Puang Manja, Ibu Puang Anna, Qois Alfaruqi,
Clara Muri, Ratih Kadrianti, Rasni dan Ulla alias AL serta teman-teman
KKN Desa Polewali Kab. Sidenreng Rappang 93 atas pengalaman yang
diberikan di lokasi KKN Desa Polewali, Kec. Tellu Limpoe, Kab. Sidrap.
viii
16. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi UNHAS, Himpunan
Mahasiswa Islam Komisariat Peternakan dan Fosil yang telah berbagi
pengalaman dan senantiasa memberikan motivasi pada penulis.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan limpahan berkah, rahmat,
karunia dan hidayah-Nya. Aamiin. Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya mendidik, apabila dalam penyusunan Skripsi ini
terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca. Aamiin. Wassalam.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
Abeng Daisuri (I 111 13 090). Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik
Fodder Jagung Hasil Penanaman Sistem Hidroponik pada Umur Panen yang
Berbeda. Dibawah bimbingan Syahriani Syahrir dan Rinduwati.
Salah satu kendala yang dihadapi usaha peternakan pada saat ini adalah
keterbatasan pengetahuan peternak mengetahui cara membuat pakan yang efesien
dan efektif dengan waktu pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi
dalam waktu singkat. Alternatif yang dapat ditawarkan untuk pemenuhan nutrisi
ternak ruminansia adalah fodder jagung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan umur panen terhadap kandungan bahan kering
dan bahan organik fodder jagung yang ditanam pada sistem hidroponik.
Percobaan dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 x 4 (4
perlakuan, 4 ulangan), dimana perlakuan adalah P1 = Media tanam hidroponik
umur pemanenan 7 hari, P2 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 9 hari,
P3 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 11 hari, dan P4 = Media tanam
hidroponik umur pemanenan 13 hari. Hasil penelitian ini memperlihatkan rata-rata
kandungan bahan kering fodder jagung dari media hidroponik pada umur
pemanenan yang berbeda (%) P1 = 13,53±0,95, P2 = 12,48±0,84, P3 = 9,84±1,64,
dan P4 = 8,19±1,61; dan rata-rata bahan organik fodder jagung dari media
hidroponik pada umur pemanenan yang berbeda (%) P1 = 97,88±0,10, P2 =
97,72±0,15, P3 = 97,22±0,39, dan P4 = 96,65±0,49. Disimpulkan bahwa
kandungan bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari media hidroponik
dengan umur panen yang berbeda-beda menunjukan hasil terbaik pada dengan
umur panen 7 hari.
Kata Kunci : Bahan Kering, Bahan Organik, Fodder Jagung, Hidroponik, Umur
Panen
x
ABSTRACT
Abeng Daisuri (I 111 13 090). The Content of Dry Material and Organic Material
of Corn Fodder Result of Hydroponics System Planting at Different Harvesting
Period. Under the supervision of Syahriani Syahrir and Rinduwati.
One of the obstacles faced by livestock business at the moment is the
limited knowledge of farmers know how to make efficient and effective feed with
a fast growth time so that it can be produced in a short time. The alternative can
be offered for the fulfillment of ruminant livestock nutrition is corn fodder. The
aim of this study was to determine the effect of harvest age differences on dry
matter content and organic material of corn fodder grown on hydroponics system.
The experiment was carried out according to Group Randomized Design (RAK) 4
x 4 (4 treatments, 4 replications), the treatments were P1 = Hydroponic cropping
media harvesting 7 days, P2 = Hydroponic cropping media harvesting 9 days, P3
= Hydroponic cropping media harvesting 11 days, and P4 = Hydroponic cropping
media harvesting 13 days. The results of this study showed the average of dry
matter content of corn fodder from the hydroponic medium at different harvesting
ages (%) was P1 = 13,53±0,95, P2 = 12,48±0,84, P3 = 9,84±1,64, and P4 =
8,19±1,61; and the average of organic matter content of corn fodder from the
hydroponic medium at different harvesting ages (%) P1 = 97,88±0,10, P2 =
97,72±0,15, P3 = 97,22±0,39, and P4 = 96,65±0,49. In conclusion, dry matter
content and organic material of corn fodder from hydroponics medium with
different harvesting age show best result at 7 day harvest time.
.
Keywords : Dry Material, Organic Material, Corn Fodder, Hydroponics, Harvest
Age
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERYATAAN KEASLIAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Jagung dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung .. 3
Perkecambahan pada Tanaman Jagung .......................................... 5
Sistem Hidroponik ......................................................................... 6
Hidroponik Fodder Jagung ............................................................. 9
Bahan Kering dan Bahan Organik ................................................. 10
Hipotesis ......................................................................................... 11
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 12
Materi Penelitian ........................................................................... 12
Prosedur Penelitian......................................................................... 12
Rancangan Percobaan ................................................................... 13
xii
Parameter Yang Diukur.................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Bahan Kering .............................................................. 16
Kandungan Bahan Organik ............................................................ 17
PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................... 20
Saran ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 21
LAMPIRAN ............................................................................................. 24
DOKUMENTASI .................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 30
xiii
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Rataan Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik Fodder Jagung dari
Media Hidroponik........................................................................................ 16
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Pemanenan Hidroponik Fodder ............................................................. 9
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu faktor keberhasilan suatu peternakan adalah ketersediaan
hijauan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan, khususnya pada ternak
ruminansia. Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia,
karena pakan yang dikonsumsi oleh ternak sebagian besar dalam bentuk hijauan.
Akan tetapi ketersediaan hijauan sangat bervariasi, pada musim hujan
ketersediaan cukup melimpah, namun sebaliknya pada musim kemarau
ketersediaan hijauan berkurang, sehingga peternak kesulitan untuk mendapatkan
hijauan dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi yang
dapat menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan hijauan dengan memproduksi
hijauan
Hidroponik fodder jagung dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif
untuk memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah suatu istilah yang
digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanamnya serta menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam
air (Sodarmodjo 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk berkualitas.
Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik umumnya dilakukan di
dalam greenhouse (Suhardiyanto, 2009). Keunggulan lain dari jagung yang
ditanam dengan sistem hidroponik yaitu biji jagung memiliki waktu pertumbuhan
yang cepat sehingga dapat diproduksi dalam waktu singkat. Salah satu alternatif
untuk memenuhi bahan pakan saat musim kemarau agar ketersedian pakan
2
terpenuhi dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat yaitu dengan pembuatan
fodder jagung yang di panen dengan perbedaan umur untuk melihat kandungan
nutrisi pakan bahan kering dan bahan organik.
Perumusan Masalah
Salah satu kendala yang dihadapi usaha peternakan pada saat ini adalah
keterbatasan pengetahuan peternak mengetahui cara membuat pakan yang efesien
dan efektif dengan waktu pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi
dalam waktu singkat. Alternatif yang dapat ditawarkan untuk pemenuhan nutrisi
ternak ruminansia adalah fodder jagung. Fodder jagung mengandung banyak
nutrisi sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ruminansia dan waktu
pertumbuhan yang cepat sehingga dapat memproduksi dalam wakru singkat. Oleh
karena itu diperlukan penelitian tentang kandungan bahan kering dan bahan
organik fodder jagung yang di panen pada umur yang berbeda untuk
menghasilkan hijauan pakan yang cukup banyak dan relaif cepat.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan umur
panen terhadap kandungan bahan kering dan bahan organik fodder jagung yang
ditanam pada sistem hidroponik.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
kandungan bahan kering dan bahan organik fodder jagung, dengan perbedaan
umur panen untuk meningkatkan penggunaan fodder jagung sebagai sumber
hijauan pakan berkualitas.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Jagung dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai
peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia
karena memiliki potensi dalam kebutuhan pangan, pakan, bahan baku industri,
dan kerajinan tangan (Wahyudin dkk, 2017).
Jagung dapat juga disebut tanaman berumah satu (monoceous) karena
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman dan bunga betina (tongkol)
muncul dari axillary apical tajuk. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari
saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95% dari persariannya
berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari
tanaman sendiri Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated
crop) (Aria dkk, 2009).
Butiran jagung mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi
(NE) yang tinggi. Kandungan (TDN) yang tinggi (81,9%), karena jagung sangat
kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati.
Jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat,
dan jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Butiran jagung
4
yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten
jagung akan menurun atau hilang selama penyimpanan. Benih yang bermutu baik
dan berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat
menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman jagung. Usaha-usaha lain seperti
perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik, pemupukan yang berimbang
serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang
maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul
(Udinaya, 2008). Menurut Sunantara (2013) varietas unggul jagung adalah jenis
jagung yang mempunyai sifat-sifat lebih baik dari pada jenis-jenis lainnya. Sifat
penting yang harus dimiliki suatu varietas unggul adalah berpotensi hasil tinggi,
berumur pendek (genjah), dapat menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan
terhadap hama maupun penyakit.
Tanaman jagung dapat hidup didaerah dengan ketinggian 0-1.300 m dari
permukaan laut dan dapat tumbuh dengan baik didaerah dingin maupun panas,
selama pertumbuhan tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang
cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya (Sutoro dkk, 1998).
Menurut Muhadjir (1988) jumlah radiasi surya yang diterima tanaman selama fase
pertumbuhan merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji.
Intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman jagung,
oleh sebab itu tanaman jagung harus mendapatkan cahaya matahari langsung. Bila
kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil serta hasil
yang didapatkan rendah (Mulyadi dkk, 2011).
5
Secara umum tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung yaitu,
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya baik.
Pengolahan tanah yang baik dapat menjadi faktor tanaman jagung dapat tumbuh
dengan baik walaupun dengan berbagai jenis tanah. Tanah-tanah dengan tekstur
berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, apabila pengelolaan
tanah dikerjakan secara optimal, agar aerase dan ketersediaan air didalam tanah
berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah atau pH yang baik untuk
pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Rochani, 2007).
Perkecambahan pada Tanaman Jagung
Umumnya tanaman jagung memiliki pola pertumbuhan yang sama, tetapi
jumlah daun yang berkembang dan interval waktu antar tahap pertumbuhan dapat
berbeda. Fase pertumbuhan tanaman jagung dapat dikelompokan dalam 3 tahap
yaitu: (1) fase perkecambahan, dimana dalam fase ini, pada saat proses imbibisi
air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya
daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, dimana pada fase ini mulai
munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum
keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang
terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai
masak fisiologis (Subekti dkk, 2006).
Perkecambahan benih jagung dapat terjadi jika kadar air benih pada saat di
dalam tanah meningkat >30%, perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit biji. Proses perkecambahan biji jagung, pertama-tama
benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih mulai membengkak yang
6
diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal
sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan
dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino
yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Perkecambahan
pertama, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus
koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga
muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh
koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang
mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam
pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar
permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari
koleoptil dan menembus permukaan tanah (Baskin and Baskin, 2014).
Secara umum kedalaman yang baik dalam menanam benih jagung adalah
5-8 cm. Pemunculan kecambah dapat seragam dalam 4-5 hari setelah ditanam,
bila kelembaban tepat. Pemunculan kecambah keatas permukaan tanah dapat
dipengaruhi oleh dalamnya lubang tanaman. Pada kondisi lingkungan yang
lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah ditanam, namun pada
kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga
dua minggu atau lebih setelah ditanam. Keseragaman perkecambahan sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika
daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan
gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh
7
tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh
lebih awal dan seragam (Subekti dkk, 2006).
Sistem Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata yunani “hydroponics” kata tersebut gabungan
dari dua kata yaitu, hidro yang artinya air, dan ponos yang artinya bekerja. Jadi,
hidroponik artinya pekerjaan air atau bekerja dengan air. Umumnya orang
bertanam menggunakan tanah. Namun dalam hidroponik tidak lagi menggunakan
tanah, tetapi menggunakan air yang ditambahi nutrisi sebagai sumber hara bagi
tanaman (Jones, 2005). Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar
tanaman hidroponik yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram
atau diteteskan. Larutan nutrisi tersebut lalu diserap oleh perakaran. Beberapa
persyaratan untuk media tanam hidroponik adalah steril, porus, ringan, mudah
didapat, dan murah (Hartus, 2008)
Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk berdiri
tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril),
sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam
media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut
dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite atau tanpa media agregat (hanya
air). Yang paling penting dalam menggunakan media tanam tersebut harus bersih
dari hama sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainnya (Istiqomah,
2006).
Menurut Suhl et al (2016) bahwa sistem hidroponik memiliki keuntugan
dan kelemahan, beberapa keuntugan dalam sistem hidroponik yaitu:
8
1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.
2. Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.
3. Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).
4. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.
5. Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat
dan memiliki standarisasi.
6. Tanaman dapat tumbuh Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan
keadaan yang tidak kotor dan rusak.
7. Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi dibanding dengan
penanamam ditanah.
8. Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non hydroponic.
9. Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim.
10. Tidak ada resiko kebanjiran,erosi, kekeringan, atau ketergantungan dengan
kondisi alam.
11. Menanam hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas,
misalnya di atap, dapur atau garasi.
Kelemahan sistem hidroponik yaitu:
1. Investasi awal yang mahal.
2. Memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan
kimia.
3. Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit.
9
Hidroponik Fodder jagung
Hidroponik fodder dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif untuk
memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah satu sistem bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Sistem hidroponik biasanya
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air (Roidah,
2014). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk
Kandungan Nutrisi berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung
dengan musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
ditanam di lahan yang sempit. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik
umumnya dilakukan didalam greenhouse (Suhardiyanto, 2009).
Gambar 1. Pemanenan Hidroponik Fodder
Hidroponik fodder jagung merupakan salah satu teknik tanam yang dapat
dijadikan sebagai solusi untuk penyediaan hijauan bagi ternak ruminansia, karena
dengan sistem hidroponik ini penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
dipengaruhi oleh musim sehingga dapat mengatasi kekurangan pakan hijauan
khususnya saat musim kemarau (Prihartini, 2014).
Menurut Sutiyoso (2004), kultur hidroponik terdiri dari beragam sistem
antara lain sistem substrat, Nutrient Film Technique (NFT), Floating Raft
10
Hydroponic atau Hidroponik Rakit Apung, kombinasi NFT-Rakit Apung,
Aeroponik dan kombinasi Aeroponik-Rakit Apung. Beberapa model dasar
hidroponik yang biasa dikembangkan di Indonesia yaitu : Sistem sumbu (Wick
System), Kultur air (Water Culture), Pasang surut (Ebb and Flow), Irigasi tetes
(Drips System), NFT ( Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique),
Rakit apung (Floating) dan Kultur udara/kabut (Aeroponic).
Bahan Kering dan Bahan Organik
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air, bahan kering,
bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Bahan
kering terdiri dari bahan organik yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzim
dan hormone (Hartadi dkk, 1991).
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Analisa bahan kering
menggunakan alat yang berupa oven 1050C, timbangan analitik, cawan porselin,
eksikator dan penjepit. masing – masing dari alat ini mempunyai fungsi sesuai
dengan kebutuhan dalam analisa bahan kering seperti misalnya cawan porselin
digunakan untuk tempat sampel yang akan dianalisa setelah penimbangan. Oven
digunakan untuk memanaskan sampel yang bertujuan untuk menghilangkan kadar
air. Pada prinsipnya dalam analisa bahan kering ini adalah dengan pemanasan
menggunakan oven 1050C selama 4 jam dengan sampel 1-2 gram diharapkan
kadar air dalam bahan pakan akan menguap sehingga yang tersisa hanyalah bahan
kering dan cawan (Watitari, 2012).
11
Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN
dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri
untuk menghasilkan asam laktat. Bahan organik berkaitan erat dengan bahan
kering karena bahan organik merupakan bagian terbesar dari bahan kering.
Tinggi rendahnya konsumsi bahan organik akan dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya konsumsi bahan kering. Sebagian besar komponen bahan kering terdiri
dari komponen bahan organik, perbedaan keduanya terletak pada kandungan
abunya (Murni dkk, 2012). Metode analisis proksimat pertama kali dikembangkan
oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian
di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan
bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu,
protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).
Hipotesis
Diduga bahwa perbedaan umur panen berpengaruh terhadap kandungan
bahan kering dan bahan organik fodder jagung yang ditanam pada sistem
hidroponik
12
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian budidaya hidroponik fodder jagung dilakukan di Unit Pengujian
Pakan Terpadu. Analisis bahan kering dan bahan organik dilakukan di
Laboratorium Kimia Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan dari bulan
Mei 2017 sampai dengan Juni 2017.
Materi Penelitian
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rak, tray,
nampan ukuran 32 cm x25 cm yang telah dilubangi, gayung, kain hitam, sprayer
kapasitas 2L, ember, saringan, thermometer, penggaris dan alat tulis, timbangan
digital, rak besi dengan panjang 2 meter, lebar 76 cm, dan tinggi masing-masing
rak satu ke rak yang lain adalah 40 cm, serta seperangkat alat-alat untuk analisis
bahan kering dan bahan organik.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji jagung kuning 1,6
kg kg masing-masing nampan 100 gr, dan air.
Prosedur Penelitian
Benih jagung yang digunakan terlebih dahulu disortir dengan cara
direndam dalam air untuk mengetahui benih yang baik dan yang tidak, benih yang
tidak baik mengapung keatas permukaan air, benih yang mengapung lalu di
13
buang. Kemudian persiapkan nampan atau wadah plastik ukuran 32 cm x 25 cm
yang sudah dilubangi. Nampan dilubangi dengan menggunakan solder agar air
tidak tergenang, yang nantinya bisa menyebabkan pembusukan pada akar. Lalu
membuat rak besi dengan tinggi 2 meter, lebar 76 cm, dan tinggi tiap rak 40 cm
dan dasarnya dilapisi dengan nampan atau wadah plastik yang telah dilubangi
dibagian bawah.
Benih jagung yang telah dipilih lalu ditiriskan, jagung dicuci kembali
kemudian disiram air dengan suhu awal 50oC dan direndam selama 24 jam.
Setelah 24 jam direndam, jagung ditiriskan kemudian disebar ke wadah atau
nampan sebanyak 100 gr per nampan lalu ditutup kain hitam,. Kegunaan ditutup
kain hitam agar benih jagung tetap lembab dan tidak kering. Setiap 1 jam sekali
benih jagung di semprot dengan air. Pada hari ke-2 akan mulai muncul tunas kecil
atau bakal akar, tutup kain hitam disingkirkan, seterusnya dilakukan penyiraman
setiap 1 jam sekali, dimulai dari jam 7 pagi sampai 10 malam.
Pemanenan dilakukan pada hari ke 7, 9, 11 dan 13, fodder jagung yang
siap dipanen masing-masing ditimbang dengan timbangan elektrik, lalu
dimasukan ke amplop coklat dengan cara menggulung foddernya dan dimasukan
kedalam oven 70oC untuk dikeringkan.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4
perlakuan dan 4 kelompok, perlakuan sebagai berikut :
P1 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 7 hari
P2 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 9 hari
14
P3 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 11 hari
P4 = Media tanam hidroponik umur pemanenan 13 hari
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
keterangan :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
μ = nilai rata-rata harapan
δi = pengaruh perlakuan
βj = pengaruh blok atau kelompok atau ulangan
ε = pengaruh kesalahan percobaan
i = perlakuan ke-i
j = ulangan ke-j
Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji duncan
Parameter Yang Diukur
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kandungan bahan
kering dan bahan organik fodder jagung. Analisis bahan kering dan bahan organik
dilakukan berdasarkan analisis proksimat.
Bahan Kering
1. Cawan porselin yang bersih dimasukan kedalam oven pada suhu 105oC
dan ditimbang (a gram)
2. Menimbang sampel sebanyak 1 gram kemudian dimasukan ke dalam
cawan porselin (b gram)
3. Kemudian dikeringkan didalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam dan
setelah kering didiginkan dalam desikator dan timbang kembali (c gram)
15
Rumus yang digunakan adalah:
Bahan kering
X 100%
Kadar air = 100% - bahan kering
Keterangan : a : berat cawan kosong (gram)
b : berat sampel sebelum dioven (gram)
c : berat cawan + sampel setelah oven (gram)
Rumus yang digunakan adalah:
Kadar abu =Produksi bahan segar - Produksi Bahan kering x 100%
Produksi bahan segar
Kandungan bahan kering = 100 - Kadar abu
Bahan Organik
1. Sampel ditambah cawan penetapkan kadar air diatas dimasukan kedalam
tanur listrik selma 3 jam pada suhu 600oC.
2. Dibiarkan agak dingin (suhu sekitar 200oC), kemudian dimasukan
kedalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang (d gram)
Rumus yang digunakan adalah:
Kadar abu
X 100%
Kadar bahan organik = 100% - % Abu
Keterangan = a : berat cawan kosong
b : berat cawan + sampel sebelum ditanur
d : berat cawan + sampel setelah ditanur
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan kandungan bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari
media hidroponik pada umur pemanenan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Kandungan Bahan Kering dan Bahan Organik Fodder Jagung dari
Media Hidroponik
Parameter
Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Bahan Kering (%) 13,53b±0,95 12,48
b±0,84 9,84
a±1,64 8,19
a±1,61
Bahan Organik (%) 97,88c±0,10 97,72
bc±0,15 97,22
b±0,39 96,65
a±0,49
Keterangan: Superskrip pada kolom dan baris yang sama menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata (P<0,05). P 1 = umur panen 7 hari, P 2 =
umur, panen 9 hari, P 3 = umur panen 11 hari, dan P 4 = umur panen
13 hari.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur pemanenan yang
berbeda pada perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan bahan
kering dan bahan organik fodder jagung. Hal ini terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan perkecambahan yang cukup baik dan umur panen yang optimal.
Kandungan Bahan Kering
Rataan kandungan bahan kering yang peroleh adalah P1= 13,53 %, P2 =
12,48 %, P3 = 9,84 % dan P4 = 8,19 %. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
kandungan bahan kering fodder jagung dengan sistem hidroponik dengan waktu
panen yang berbeda menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05) dari
perlakuan P1, P2, P3, dan P4. Dari masing-masing perlakuan tersebut ada
kecenderungan perlakuan P1 dan P2 menunjukkan kandungan bahan kering yang
lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan P3 dan P4. Hal ini dikarenakan pada
17
pemanenan yang cepat mempengaruhi kandungan bahan kering fodder jagung
yang diketahui bahwa bahan kering biji jagung cukup tinggi maka kandungan
bahan kering pun tetap tinggi yang dikarenakan masih terdapatnya benih yang
masih utuh pada pemanenan umur 7 hari. Hal ini juga berhubungan dengan
kemapuan tanaman pada perlakuan P1 dalam menyerap air masih rendah
dibadingkan dengan P2, P3 dan P4 yang umur panennya lebih lama akan
menyerap air dan mineral yang lebih tinggi. Rendahnya kadar air pada hijauan
dapat pula menunjukan bahwa kandungan tanaman menghasilkan berat kering
hijauan yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Schipanski et al (2017),
menyatakan bahwa jumlah kandungan bahan kering hijauan diketahui lebih tinggi
dengan tingkat kepadatan tanaman masih terdapat benih utuh yang tidak tumbuh
baik. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Chavan and Kadam (1989) yang
menyatakan bahwa bahan kering biji jagung cukup tinggi 89.97%, maka produksi
bahan kering pun tetap tinggi yang dikarenakan masih terdapatnya benih utuh
tersebut. Selanjutnya dijelaskan oleh Riley (2017), bahwa tanaman akan tumbuh
subur dan memberikan hasil yang baik jika unsur hara yang dibutuhkannya
tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang seperti sumber mineral dan air. Unsur-
unsur tersebut berperan dalam pembentukan organ-organ tanaman. Seperti
dikemukakan oleh Setyati (1995) bahwa hasil metabolisme (karbohidrat, protein
dan lipida) digunakan tanaman untuk keperluan pembentukan dan pembesaran sel
tanaman.
18
Kandungan Bahan Organik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh rataan kandungan bahan
organik fodder jagung adalah P1 = 97,88 %, P2 = 97,72 %, P3 = 97,22 % dan P4
= 96,65 %. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan kandungan bahan organik fodder
jagung dengan sistem hidroponik dengan waktu panen yang berbeda
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05) dari perlakuan P1, P2, P3, dan
P4. Dari masing-masing perlakuan tersebut ada kecenderungan perlakuan P1
menunjukkan kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan pada
perlakuan P2, P3 dan P4. Tingginya kandungan bahan organik fodder jagung
pada perlakuan P1 karena di pengaruhi oleh sumber nutrient berupa mineral dan
air yang diserap oleh tanaman yang masih muda. Hal ini juga disebabkan
ketersediaan dan serapan unsur hara sangat diperlukan untuk pembentukan
senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lipida. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lakitan (1993), bahwa tinnginya kadar air tanaman muda
karena pada bagian tanaman muda terdapat lebih banyak sel yang aktif
dibandingkan dengan tanaman yang tua yang memiliki sel yang rusak dan mati.
Air sendiri di dalam sel daun diperlukan sebagai seaksi biokimia misalnya proses
fotosintesis. Hal ini didukung oleh pendapat Arpah (2001) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang dapat menurunkan kualiatas nutrisi pada suatu bahan
pakan adalah faktor lingkungan. Yang dimana faktor lingkungan itu meliputi air,
suhu, Ph, kelembapan, mikroorganisme dan keadaan bahan pakan tersebut.
Fodder jagung diharapkan mampu menjadi bahan pakan alternatif dimana
ketersediaan bahan baku dan komposisi nutrisi yang mencukupi untuk kebutuhan
19
ternak serta dapat diketahui masa produksi yang maksimal untu meningkatkan
bahan organik dan bahan kering dengan umur pemanenan yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Furqaanida (2004) yang menyatakan bahwa syarat bahan
pakan sebagai pakan alternatif yaitu produksi melimpah, perkembangan yang
cepat, dan mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak serta berharga
ekonomi.
20
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kandungan bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari media
hidroponik dengan umur panen yang berbeda-beda menunjukan hasil terbaik pada
dengan umur panen 7 hari.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari pemberian
fodder jagung untuk pengaplikasian langsung keternak ruminansia khususnya
pada ternak kambing.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aria, B., dan M.A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea
Mays L.) di Lahan Kering. Makalah Ilmiah. Bogor : Departemen Agronomi
dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Arpah. 2001. Penentuan Kedaluwarsa Produk Pangan. Program Studi Ilmu
Pangan, Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Baskin, C.C., and M.J. Baskin. 2104. Chapter 11 – Germination Ecology of Plants
with Specialized Life Cycles and/or Habitats. Seeds (Second Edition).
869:1004.
Chavan, J., and S.S. Kadam. 1989. Nutritional improvement of cereals by
sprouting. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 28 (5): 401-437.
Furqanida, N. 2004. Pemanfaatan Klobot Jagung sebagai Substitusi Sumber Serat
ditinjau dari Kualitas Fisik dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit untuk
Domba (Skripsi). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hartadi, H., A.D. Tilman, S. Reksohadiprojo, S.P. Kusumo, dan S. Lebdosoekodj.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press,
Yogyakarta. Hidayat, N.M.C.,dan Suhartini.
Hartadi, H., R. Soedomo, L. Soekanto, D. Allen, dan Tillman. 1997. Tabel-tabel
dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik secara Murah Edisi IX. PT. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Istiqomah, S. 2006. Menanam Hidroponik. Azka Press: Jakarta.
Jones, Jr., and J. Benton. 2005. Hydroponics Apractical Guide For The Soilless
Grower Second Edition. CRC Press: Florida.
Lakitan, B. 1993 .Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada Jakarta.
Mc Donald, P., R. A. Edwards. J.F. Greenhalgh, and C.A. Morgan. 1995. Animal
Nutrition Prentice Hall.
Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. 423 hal.
Mulyadi, Sutardi, dan B. Sudaryabto. 2011. Pengkajian Penggunaan Urea dan
Kompos pada Pertanaman Jagung Verietas Lamuru di Lahan Kering
22
Beriklim Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta. Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian
Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan. Mataram 5-6 September 2011.
Prosiding, Jidil I. Hal : 51 – 53.
Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2012. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik Kulit Buah Kakao yang difermentasi dengan Kapang
Phanerochaete Chrysosporium sebagai Pengganti Hijauan dalam Ransum
Ternak Kambing Agrinak. Vol. 02 No. 1 Maret 2012:6-10.
Prihartini, R. 2014. Hidroponik Fodder Sebagai Pakan Alternatif Untuk
Memenuhi Kekuragan Hijauan Bagi Sapi Perah Selama Musim Kemarau.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Riley, B. 2017. The state of the art of living walls: Lessons learned. Building and
Environment. 144: 219-232.
Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Hal 59.
Roidah I.S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Jurnal Universitas Tulung Jagung Bonorowo. 1 (2): 122
Schipanski, E.M., E.M. Barberch, G.E. Murrell, J. Harper. and G.R. Smith. 2017.
Balancing multiple objectives in organic feed and forage cropping systems.
Agriculture, Ecosystems & Environment. 239:219-227.
Harjadi, S.M. 1995. Pengantar Ilmu Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Hal 9.
Subekti, N.A., R. Syarifuddin, Efendi dan S. Sunarti. 2006. Budidaya Tanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Sudarmodjo, 2008. Hidroponik. PT Kebun Sayur Segar Parung Farm, Bogor.
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman.
Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
28-40 Hal.
Suhl, O., D. Dannelh, W. Kloas, D. Baganz. and U. Schmidt. 2016. Advanced
aquaponics: Evaluation of intensive tomato production in aquaponics vs.
conventionalhydroponics. Agricultural Water Management. 178 : 335-344.
Sunantara, I.M. 2013. “Pengaruh Cara Tanam dan Frekwensi Pemupukan N
terhadap Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.) (Tesis). Denpasar:
Universitas Udayana.
23
Sutiyoso. 2004. Hidroponik ala Yos. Mengungkap Tuntas cara Berhidroponik
yang Menguntungkan. Penerbit Penebar Swadaya, Cimanggis Depok.
Sutoro, Y., Soelaeman, dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Bogor.
Udiyana, B.P. 2008. Pengaruh Dosis Kompos dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman jagung (Zea mays L.) Di Lahan Kering
Desa Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. (Tesis). Denpasar
Universitas Udayana.
Watitari, dan Imma. 2012. Analisa Proksimat Bahan Kering. Diakses dari
http://repository.unhas.ac.id.Tanggal 27 Februari 2017.
24
LAMPIRAN
1. Hasil Analisis Ragam dan Uji Duncan Kandungan Bahan Kering
Anova Kandungan Bahan Organik
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 76.007a 6 12.668 7.004 .005
Intercept 1939.962 1 1939.962 1072.587 .000
Perlakuan 71.431 3 23.810 13.165 .001
Kelompok 4.576 3 1.525 .843 .504
Error 16.278 9 1.809
Total 2032.247 16
Corrected Total 92.285 15
Kandungan bahan kering
perlaku
an
Subset
N 1 2
Duncana,,b
P4 4 8.1900
P3 4 9.8400
P2 4 12.4800
P1 4 13.5350
Sig. .117 .296
Dependent Variable:
Perlaku
an
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
P1 13.535 .672 12.014 15.056
P2 12.480 .672 10.959 14.001
P3 9.840 .672 8.319 11.361
P4 8.190 .672 6.669 9.711
Dependent Variable:
perlaku
an Mean Std. Deviation N
P1 13.5350 .95974 4
P2 12.4800 .84711 4
P3 9.8400 1.64554 4
P4 8.1900 1.61396 4
Total 11.0113 2.48039 16
25
2. Hasil Analisis Ragam dan Uji Duncan Kandungan Bahan Organik
Anova Kandungan Bahan Organik
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.743a 3 1.248 11.583 .001
Intercept 151700.513 1 151700.513 1408301.829 .000
perlakuan 3.743 3 1.248 11.583 .001
Error 1.293 12 .108
Total 151705.548 16
Corrected Total 5.036 15
Kandungan Bahan Organik
perlaku
an
Subset
N 1 2 3
Duncana,,b
P4 4 96.6500
P3 4 97.2225
P2 4 97.7275 97.7275
P1 4 97.8875
Sig. 1.000 .050 .504
Dependent Variable:
perlaku
an
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
P1 97.887 .164 97.530 98.245
P2 97.727 .164 97.370 98.085
P3 97.223 .164 96.865 97.580
P4 96.650 .164 96.292 97.008
Dependent Variable:
perlaku
an Mean Std. Deviation N
P1 97.8875 .10905 4
P2 97.7275 .15543 4
P3 97.2225 .39204 4
P4 96.6500 .49105 4
Total 97.3719 .57940 16
26
DOKUMENTASI
Gambar 1. Benih jagung umur 3 hari
Gambar 2. Fodder jagung hari ke 5
27
Gambar 3. Menimbang fodder pamanenan hari ke 7
Gambar 4. Fodder jagung Pemanenan hari ke 9
28
Gambar 5. Fodder jagung pemanenan 11 hari
Gambar 6. Fodder jagung umur 13 hari
29
Gambar 7. Analisis Kandungan nutrisi fodder jagung
30
RIWAYAT HIDUP
Abeng Daisuri, lahir di Makassar 30 mei 1995, bangsa
Indonesia, agama Islam, alamat Jl. Kubis No 64. Anak ke-
2 dari 5 bersaudara dari pasangan bapak ABD Hamid dan
Ibu Andi Suriaty Asdar. Jenjang pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri (SD)
Kartika 036 Polewali dan lulus tahun 2007. Kemudian
setelah lulus, melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Polewali 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Polewali, lulus pada
tahun 2013. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA), saya diterima
di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur , Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makasssar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program
Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar pada
tahun 2017. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif menjadi pengurus
Himpunan Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA UNHAS) dan menjadi
anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Peternakan (HMI).