ok-i-13-mulyadi 215-226

12
215 AMELIORASI TANAH TERCEMAR INSEKTISIDA KARBOFURAN PADA TANAMAN PADI SAWAH Mulyadi, R. Artanti, dan Y. Hendarwati Balai Penelitian Lingkungan Pertanian ABSTRAK Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan/sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasil ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Dalam upaya meminimisasi kontaminasi residu pestisida dalam tanah, perhatian mulai dicurahkan kepada penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu bahan amelioran yang dapat digunakan untuk menurunkan kation dan anion dari larutan tanah. Penelitian Ameliorasi tanah tercemar insekisida karbofuran pada tanaman padi sawah dilakukan tahun 2009 di rumah kasa Balingtan, menggunakan rancangan acak kelompok, diulang 4 kali. Perlakuan pemberian berbagai bahan amelioran yaitu: 1) kontrol, 2) kascing limbah teh, 3) zeolit, 4) petroganik, 5) tanin dari bakau, dan 6) pupuk kandang. Dosis bahan amelkioran 10 t/ha kecuali zeolit 5 t/ha. Bibit padi varietas Ciherang setelah berumur 21 hari setelah tebar, air yang digunakan untuk mengairi media pot adalah air suling murni yang bebas dari unsur logam. Kebutuhan pupuk untuk tanaman padi 112,5 kg N, 45 kg P 2 O 5 dan 60 kg K 2 O/ha, pupuk N, P dan K bersumber dari Urea, SP 36 dan KCl. Hasil penelitian adalah pemberian bahan amelioran mampu menjerap karbofuran dalam tanah sehingga tidak tersedia dan dapat menekan yang terangkut dalam jaringan tanaman. Pemberian petroganik dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam beras masing- masing sebesar 78,76 dan 70,08% dari kontrol. Berat gabah/rumpun dan berat jerami kering/rumpun tertinggi dari pemberian pupuk kandang masing-masing naik sebesar 3,75 dan 15,66% dibandingkan kontrol demikian pula pada tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi, sedangkan berat gabah 1000 butir dari pemberian tanin dari bakau. PENDAHULUAN Kelestarian lingkungan dan keragaman hayati alamiah semakin memperoleh perhatian masyarakat, baik di tingkat grass root (pelaksana usahatani di pedesaan), pemerhati lingkungan di daerah, para LSM nasional maupun internasional. Pertanian modern sering dikritik kurang ramah lingkungan,

Upload: dimazs-hamihenda

Post on 28-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Prosiding Semnas Mulyadi

TRANSCRIPT

Page 1: ok-I-13-Mulyadi   215-226

215 

AMELIORASI TANAH TERCEMAR INSEKTISIDA KARBOFURAN PADA TANAMAN PADI SAWAH

Mulyadi, R. Artanti, dan Y. Hendarwati

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian

ABSTRAK

Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan/sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasil ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Dalam upaya meminimisasi kontaminasi residu pestisida dalam tanah, perhatian mulai dicurahkan kepada penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu bahan amelioran yang dapat digunakan untuk menurunkan kation dan anion dari larutan tanah. Penelitian Ameliorasi tanah tercemar insekisida karbofuran pada tanaman padi sawah dilakukan tahun 2009 di rumah kasa Balingtan, menggunakan rancangan acak kelompok, diulang 4 kali. Perlakuan pemberian berbagai bahan amelioran yaitu: 1) kontrol, 2) kascing limbah teh, 3) zeolit, 4) petroganik, 5) tanin dari bakau, dan 6) pupuk kandang. Dosis bahan amelkioran 10 t/ha kecuali zeolit 5 t/ha. Bibit padi varietas Ciherang setelah berumur 21 hari setelah tebar, air yang digunakan untuk mengairi media pot adalah air suling murni yang bebas dari unsur logam. Kebutuhan pupuk untuk tanaman padi 112,5 kg N, 45 kg P2O5 dan 60 kg K2O/ha, pupuk N, P dan K bersumber dari Urea, SP 36 dan KCl. Hasil penelitian adalah pemberian bahan amelioran mampu menjerap karbofuran dalam tanah sehingga tidak tersedia dan dapat menekan yang terangkut dalam jaringan tanaman. Pemberian petroganik dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam beras masing-masing sebesar 78,76 dan 70,08% dari kontrol. Berat gabah/rumpun dan berat jerami kering/rumpun tertinggi dari pemberian pupuk kandang masing-masing naik sebesar 3,75 dan 15,66% dibandingkan kontrol demikian pula pada tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi, sedangkan berat gabah 1000 butir dari pemberian tanin dari bakau.

PENDAHULUAN

Kelestarian lingkungan dan keragaman hayati alamiah semakin memperoleh perhatian masyarakat, baik di tingkat grass root (pelaksana usahatani di pedesaan), pemerhati lingkungan di daerah, para LSM nasional maupun internasional. Pertanian modern sering dikritik kurang ramah lingkungan,

Page 2: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

216 

mengurangi keragaman hayati, serta mengakibatkan sistem produksi terlalu bergantung pada input anorganik dari luar ekosistem yang berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem produksi (Sumarno, 2001).

Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida mengenai sasaran sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994).

Gangguan pestisida oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah. Unsur-unsur hara alami pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga mengakibatkan tanah masam dan tidak produktif (Frank C. Lu, 1995)

Hasil penelitian di Jawa menunjukkan tingkat residu beberapa insektisida pada tanaman (padi), tanah mendekati BMR (Batas Maksimum Residu) (Soejitno et al, 1997). Residu insektisida dalam tanah dapat menurunkan populasi mikroba tanah (Kentjanasari et al., 1999). Di daerah Karawang ternyata penggunaan insektisida pada masa lampau masih meninggalkan residu di tanah. Residu insektisida di tanah (92%) jauh lebih tinggi dibandingkan di beras (1%) dan air (7%) (Ardiwinata et al., 1999). Residu insektisida karbofuran, klorpirifos, dan endosulfan ditemukan pada beras, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Murtado et al , 1996; Jatmiko et al., 1999 ; dan Harsanti et al ., 1999). Demikian pula pada sentra pada sentra produksi sayuran di Jawa Barat ditemukan residu BHC, Klorpirifos, Endosulfan, Karbofuran dan Dieldrin dalam sayuran dan beberapa telah melampui ambang batas maksimum (Anonim, 2000).

Dalam upaya meminimisasi kontaminasi residu pestisida dalam tanah, perhatian mulai dicurahkan kepada penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu bahan amelioran yang dapat digunakan untuk menurunkan kation dan anion dari larutan tanah. Bahan ini selain berkontribusi terhadap unsur hara juga dapat menurunkan reaktifitas kation-kation meracun sehingga kerusakan yang mungkin timbul dapat dikurangi.

Tjuan penelitian adalah untuk meminimalisasi kandungan karbofuran dalam tanaman/beras melalui bahan amelioran.

Page 3: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

  217

METODOLOGI

Percobaan telah dilaksanakan tahun 2009 di rumah kasa Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, menggunakan tanah sawah yang diambil dari Desa Sukarahayu, Kecamatan Tambelang, Kabupeten Bekasi.

Tanah setelah dikeringanginkan, ditumbuk dan diayak dengan menggunakan saringan 2 mm lalu dimasukkan dalam pot, berat tanah setiap pot 7,5 kg BKM.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, diulang 4 (empat) kali. Perlakuan menggunakan bahan amelioran, ada 6 yaitu:

a. Kontrol

b. Kascing limbah teh

c. Zeolit

d. Petroganik

e. Tanin dari bakau

f. Pupuk kandang.

Tanah setelah ditumbuk dan lolos saringan 2 mm selanjutnya diinkubasi dalam pot dengan memberikan air aquadest sampai kondisi tetap tergenang.

Karbofuran 0,1875 gr diencerkan dengan 250 ml air aquadest, larutan yang sudah jadi dipipet 5 ml dan diaplikasikan pada tanah yang sudah diinkubasi.

Inkubasi amelioran pada media tanah: dosis bahan organik (kascing limbah teh, petroganik, pupuk kandang) yang digunakan sebagai amelioran adalah 10 t/ha setara dengan 37,5 gr/pot, sedangkan zeolit dosis = 5 t/ha setara dengan 18,75 gr/pot. Sedangkan perlakuan tanin dari bakau dosis yang digunakan berdasarkan kadar tanin, kadar tanin hasil ekstrak adalah sebesar 7% atau setara dengan 2,625 gr/pot.

Bibit padi varietas Ciherang dipesemaian setelah berumur 21 hari dicabut selanjutnya ditanam sebanyak 3 bibit per pot dan diperjarang menjadi 2 bibit/ pot setelah berumur 1 mimnggu.

Dosis pemupukan untuk tanaman padi adalah 112,5 kg N, 45 kg P2O5 dan 60 kg K2O/ha, adapun pupuk N, P dan K yang digunakan bersumber dari Urea, SP 36 dan KCl.

Pengairan dilakukan secara maksimal sesuai kebutuhan tanaman. Air yang digunakan untuk mengairi media pot adalah air suling murni.

Page 4: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

218 

Parameter yang diamati meliputi: Analisis kandungan sifat kimia tanah awal sebelum tanam, daya serap bahan amelioran, kandungan karbofuran dalam tanah dan beras, hasil gabah dan komponen hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa tanah awal

Tanah untuk media tanam diambil dari Desa Sukarahayu, Kecamatan Tambelang, Kabupeten Bekasi. Dari hasil analisis sifat kimia, tanah memiliki pH sedang, KTK tinggi sebesar 33,63 cmol/kg, kandungan N-total sangat tinggi, Karbon organik tinggi dan sudah memenuhi syarat kecukupan C organik untuk lahan pertanian yaitu sebesar 3%, dan P-total tanah sangat tinggi (Tabel 1). Tingginya kandungan P total dalam tanah diduga karena pemupukan P yang sangat intensif di lahan tersebut. Tabel 1. Sifat-sifat kimia tanah Vertisol Tambelang, Bekasi

Parameter Satuan Nilai pH H2O - 5,73 C-Org % 3,88 N-Total % 1,16 P-Total mg/100g 1241,69 KTK cmol/kg 33,63

Uji daya serap Iod

Bahan amelioran dapat mengurangi ketersediaan logam berat dan residu pestisida dalam tanah. Untuk mengetahui daya serap bahan amelioran yang diberikan ke dalam media, analisis daya serap perlu dilakukan. Pengekstrak yang sesuai untuk melihat daya serap bahan amelioran terhadap residu insektisida adalah Iod. Dari uji nilai Iod nilai daya serap terbaik adalah bahan amelioran dari kascing limbah teh (Tabel 2). Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan bahan amelioran untuk menjerap logam berat berbeda.

Page 5: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

  219

Tabel 2. Daya serap Iod bahan amelioran

Perlakuan Hasil (mg/g)

Metode Uji/Teknik

Kascing limbah teh 337,4 SNI Zeolit 100,6 ,, Petroganik 167,2 ,, Tanin dari bakau 103,9 ,, Pupuk kandang 158,7 ,,

Karbofuran dalam jerami dan beras

Dengan pemberian berbagai bahan amelioran, ternyata kadar karbofuran yang terangkut dalam jerami dan gabah/beras pada saat panen lebih rendah daripada kontrol. Pemberian tanin dari bakau dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam jerami masing-masing sebesar 89,77 dan 88,06% dibandingkan dengan kontrol. Sedangakan pada beras pemberian petroganik dan dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam beras masing-masing sebesar 78,76 dan 70,08% dibandingkan dengan kontrol, (Gambar 1). Prijambada (2005), menyatakan bahan organik mengandung bahan humin dan bahan humat. Bahan humat mengandung asam humat dan asam fulfat terjadi reaksi pengomplekan membentuk kelat, yang dapat menjerap senyawa organik dan logam berat sehingga tidak mudah larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Bachman dan Patterson (1999) dalam Ardiwinata (2008), melaporkan interaksi pengikatan pestisida ke bahan organik terlarut (DOM) telah diperlihatkan melambatkan laju penguraian biologis. Kedua hal ini diduga menjadi faktor yang meningkatkan persistensi karbofuran pada tanah dengan bahan organik tinggi.

Residu pestisida lebih persisten pada tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi (tanah lempung) dibandingkan tanah tanah pasir. Bahan organik seperti pupuk kandang, diketahui dapat berasosiasi secara erat dengan komponen organik tanah, dan memperbesar luas pemukaan tanah karena struktur molekulnya yang porous. Oleh karena itu peluang insektisida untuk untuk kontak pertama kali dengan permukaan bahan organik sangat tinggi. Distribusi residu karbofuran pada profil tanah mengikuti pola distribusi karbon organik dan kandungan C-organik tanah yang cenderung menyebabkan pengurangan mobilitas residu karbofuran dalam tanah Fermanich dan Daniel, (1991) dalam Marmer ( 2000).

Page 6: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

220 

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Beras Jerami

Kontrol 

Kascing limbah teh

Zeolit

Petroganik

Tanin dari bakau

Pupuk kandang

Kadar karbofuran

 (ppm

)

Gambar 1. Kadar karbofuran dalam beras dan jerami

Remediasi tanah dengan teknik menggunakan limbah pertanian memberi harapan cukup baik untuk mengatasi pencemaran tanah oleh pencemar organik atau anorganik (Cunningham et al., 1995). Secara umum pengaruh kandungan bahan organik dalam tanah terhadap adsorpsi residu sama seperti pengaruh kadar liat tanah. Semakin besar kandungan bahan organiknya maka semakin besar adsorpsinya. Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui: pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya vander Waal’s dan ikatan koordinasi dengan ion logam (pertukaran ligan). Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik: (1) karakteristik fisika-kimia adsorbinya (koloid humus), (2) sifat pestisidanya, dan (3) Sifat tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya (Stevenson, 1982).

Selain itu, insektisida memiliki kecepatan untuk seluruh yang berbeda-beda (waktu paruh). Waktu paruh ini akan mempengaruhi sifat resisten dari residu yang tertinggal di dalam tanah. Semakin besar waktu paruhnya maka akan semakin lama residu tersebut tinggal di dalam tanah dan semakin sulit untuk didegradasi. Sebaliknya jika waktu paruhnya kecil maka residu akan lebih cepat terurai di dalam tanah dan semakin cepat hilang, (karbofuran misalnya) memiliki waktu paruh sekitar 30-60 hari (Ardiwinata (2008).

Page 7: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

  221

Pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil

Tinggi tanaman pada saat panen dan berat jerami kering, dengan pemberian pupuk kandang menunjukkan lebih tingi dan beda nyata dibandinglkan kontrol, demikian pula berat gabah/rumpun walaupun tidak beda nyata pemberian pupuk kandang memberikan hasil hasil tertinggi dibandingkan kontrol maupun bahan amelioran lainnya (Tabel 3). Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik tanah. Pemberian pupuk kandang akan meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen, fospor, kalium, unsur mikro serta memperbaiki pertumbuhan akar tanaman (Supriyadi et al., 2002). Hal yang sama juga disampaikan Agus (1999), penggunaan pupuk kandang 10-15 t/ha dapat menyumbangkan hara sebanyak 26 kg N, 60 kg P dan 10 kg K, sehingga dapat menyediakan sebagian kebutuhan hara bagi tanaman. Selanjutnya Nursyamsi et al., (1997) melaporkan, bahan organik yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami dekomposisi menghasilkan C-organik dan amonium (NH4

+) yang segera teroksidasi menghasilkan nitrat (NO3

-). Karena pupuk kandang matang lebih cepat tersedia sehingga NH4

+ dalam keadaan reduksi (tergenang) akan segera diserap tanaman, yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang cepat bagi pertumbuhan tanaman.

Tabel 3. Tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil dari Uji ameliorasi tanah tercemar Karbofuran pada tanaman padi, Jakenan 2009.

Perlakuan Tinggi tanaman panen (cm)

Berat jerami kering (g)

Berat gabah/ rumpun (g)

Kontrol 89,35 b 22,15 b 26,98 a Kascing limbah teh 91,50 b 23,53 b 27,98 a Zeolit 89,33 b 22,43 b 27,23 a Petroganik 87,83 b 24,12 ab 26,83 a Tanin dari bakau 88,83 b 22,98 b 27,72 a Pupuk kandang 94,83 a 25,62 a 27,99 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menujukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5.

Demikian pula komponen hasil pada jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi dengan pemberian pupuk kandang menunjukkan nilai lebih tinggi dari kontrol maupun bahan amelioran yang lain walaupun tidak beda nyata (Tabel 4). Hasil penelitian Undang Kurnia (1996) dan Irianto et al, (1993) dalam Kurnia et al, (2002) menunjukkan bahwa pemberian bahan hijau dan sisa-sisa tanaman serta pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, hasil tanaman, meningkatkan berat isi, pori aerasi, stabilitas agregat tanah dan

Page 8: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

222 

kandungan C organik dan unsur-unsur hara N, P dan K dalam tanah. Selanjtnya Ponnamperuma, (1984) menyatakan pupuk kandang matang nyata dapat meningkatkan hasil gabah maupun komponen hasil. Bahan organik pupuk kandang dari ternak relatif cepat tersedia dibandingkan bahan organik dari seresah jerami, sehingga memberikan pengaruh yang lebih cepat. Hal yang sama juga disampaikan oleh Hesse, (1985), unsur hara mikro seperti Mn, Cu, Zn dan Fe menjadi tersedia bagi tanaman dengan pemberian bahan organik. Bahan organik berupa pupuk kandang yang mengandung 0,03% dan 0,05% asam fulvik dapat meningkatkan hasil gabah masing-masing 56% dan 85%.

Sedangkan jumlah gabah/malai nilai tertinggi dari pemberian zeolit, sedangkan berat gabah 1000 butir tertinggi dari pemberian tanin dari bakau walaupun keduanya tidak beda nyata. Zeolit adalah mineral alumino-silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (Na dan Ca) dengan struktur sangkar tiga. Salah satu sifat kimianya adalah kemampuan dalam mengikat kation (KTK) yang tinggi. Zeolit yang sudah diproses diberikan pada lahan pertanian akan meningkatkan nilai KTK dan meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu penggunaan zeolit dapat berfungsi sebagai sumber unsur kalium dan unsur mikro seperti Cu, Mn dan Zn.

Tabel 4. Komponen hasil padi dari Uji ameliorasi tanah tercemar Karbofuran pada tanaman padi, Jakenan 2009.

Perlakuan Jumlah malai/ rumpun

Persentase Gabah isi

Jumlah gabah/ malai

Berat 1000 btr gabah (g)

Kontrol 14,00 a 91,33 a 106,00 a 20,81 a Kascing limbah teh 14,00 a 90,67 a 107,33 a 20,97 a Zeolit 13,33 a 93,33 a 118,00 a 20,95 a Petroganik 14,67 a 94,00 a 103,33 a 20,67 a Tanin dari bakau 14,67 a 92,33 a 107,00 a 21,09 a Pupuk kandang 15,00 a 95,33 a 103,00 a 20,32 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menujukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5

KESIMPULAN

Pemberian bahan amelioran mapu menjerap karbofuran dalam tanah sehingga tidak tersedia dan dapat menekan yang terangkut dalam jaringan tanaman. Pemberian petroganik dan kascing limbah teh mampu menekan kadar karbofuran dalam beras masing-masing sebesar 78,76 dan 70,08% dari kontrol.

Page 9: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

  223

Berat gabah/rumpun dan berat jerami kering/rumpun tertinggi dari pemberian pupuk kandang masing-masing naik sebesar 3,75 dan 15,66% dibandingkan kontrol demikian pula pada tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi, sedangkan berat gabah 1000 butir dari pemberian tanin dari bakau.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. 1999. Kontribusi bahan organik untuk meningkatkan produksi pangan pada lahan kering bereaksi masam. Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Lahan. Pusat Penelirian Tanah dan Agroklimat. Bogor p. 9-11.

Anonim. 2000. Laporan Tahunan: Penenlitian Tanah dan Agroklimat TA 1999. Puslittanak, Badan Litbang, Deptan.

Ardiwinata, A.N., S.Y. Jatmiko, dan E.S. Harsanti. 1999. Monitorong residu insektisida di Jawa Barat. Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor 24 April 1999. 91-105.

Ardiwinata, A.N. 2008. Peran Karbon Aktif Dalam Proses Degradasi Residu Karbofuran di Tanah oleh Mikroba. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Pencemaran Lingkungan Pertanian Melalui Pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Secara Terpadu. Surakarta, 28 Maret 2006. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 171-189.

Cunningham, S.D., W.R. Berti dan J.W. Huang. 1995. Phytoremediation of contaminated soils. TIBTECH. 13: 393-397.

Frank C. Lu. 1995, Toksikologi Dasar (Azas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko) Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Harsanti, E.S., S.Y.Jatmiko dan A.N. Ardiwinata. 1999. Monitoring residu insektisida di Jawa Barat. Risalah Seminar Hasil penelitian EMISI Gas Rumah Kaca dan Peningkatan produktivitas Padi di Lahan Sawah, Bogor 24 April 1999. 119-128.

Hesse, P.R. 1985. Potential of organic materials for soil improment. P. 35-44- In: Organic matter and rice. International Rice Research Institute. Losbanos Laguna Philippines.

Jatmiko, S.Y., E.S. Harsanti dan A.N. Ardiwinata. 1999. Pencemaran pestisida pada agroekosistem lahan sawah irigasi dan tadah hujan di Jawa Tengah. Risalah Seminar Hasil penelitian EMISI Gas Rumah Kaca dan Peningkatan produktivitas Padi di Lahan Sawah, Bogor 24 April 1999. 106-118.

Page 10: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

224 

Kentjanasari, A., J. Soejitno, J. Purwani, A.N. Ardiwinata dan Tini Prihatini. 1999. Dampak Residu Pestisida Terhadap Mikroorganisme Tanah Lahan Intensifikasi dan Gambut. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbangtanak. 27p.

Kurnia, U., J. Sriadiningsih dan A. Abdurachman. 2002. Strategi pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan pertanian. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Produk Pertanian Kudus, 4 November 2002.

Marmer, W. 2000. Pengaruh bahan organik terhadap persisten karbofuran dalam tanah, residu dalam limpasan permukaan dan perkolasi pada tanah Andisol. Proseding Seminar Nasional Olah Tanah dan Konservasi Fak. Pert. UPN “Veteran” Yogyakarta. P. 114-125

Murtado, A. Nugraha, I. NAsution, I.M. Samudra, P. Lestina dan Ismiyatun. 1996. Status residu pestisida pada sentra produksi padi sawah. Laporan Hasil Penelitian Balitbio, Bogor, 1996.p.15.

Nursyamsi, D., J.S. Adiningsih., Sholeh dan A. Adi. 1997. Penggunaan bahan organik untuk meningkatkan efisiensi pupuk N. Pros. Konggres Nasional VI HITI.

Ponnamperuma, F.N. 1984. Straw as a soerce of nutrients for wetland rice, In: Organic Matter and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Philippines. 311-328.

Prijambada, I.D. 2005. Pengelolaan lahan pertanian tercemar logam berat melalui upaya bioemediasi. Makalah disampaikan dalam Workshop Pengemangan Teknolgi Ramah Lingkungan Dalam Rangka Pengendalian Dampak Kerusakan lahan Pertanian. Di BPSP Suropadan Temanggung 14 Juli 2005.

Sa’id, E.G., 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua. Agrotek, Vol. 2(1). IPB, Bogor, hal 71-72.

Soemarno, 2001. Konsep Usahatani lestari dan ramah lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Jakenan, 7 Maret 2001 hal 1-7.

Soejitno J., A.N. Ardiwinata, S.Y. Jatmiko. 1997. Status residu pestisida di ekosistem tanaman pangan. Laporan Penelitian Lolittan Jakenan. Raker Badan Litbang Pertanian di Yogyakarta.

Stevenson, F.T. (1982) Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork

Supriyadi, S. Abdulrachman, I. Yuliardi dan Pahim, 2002. Pemupukan berimbang pada tanaman padi di lahan awah irigasi dan tadah hujan. Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lngkungan.Puslitbang Tanaman Pangan.Bogor p. 139-144.

Page 11: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Ameliorasi Tanah Tercemar Insektisida Karbofuran pada Tanaman Padi Sawah

  225

TANYA-JAWAB

Pertanyaan : M. Al Jabri (Balai Penelitian Tanah)

Bagaimana dengan kualitas zeolit yang digunakan untuk penelitian, dan darimana memperoleh zeolit tersebut. Saran gunakan zeolit mempunyai kemurnian tinggi dan kualitas baik. Bahan baku pembuatan zeolit adalah bahan yang mengandung silika dan alumunium.

Jawaban :

Terima kasih sarannyaa, zeolit yang kami gunakan dari UD. Indrasari yang menyediakan bahan kimia laboratorium, adapun kualitas zeolit sudah kami lakukan analisa terhadap nilai IOD memang dari hasil analisa tersebut kualitasnya masih rendah dibandingkan bahan ameliorant lainnya.

Pertanyaan : Santun RP. Sitorus (IPB-Bogor)

Judul sebaiknya ditambahkan kata Areal jadi Ameliorasi....pada areal tanaman padi sawah

Apakah kadar karbofuran dalam beras juga melebihi ambang batas yang diijinkan ? (berapa ambang batasnya ?)

Jawaban :

Terima kasih sarannya pak, judul akan kami perbaiki menjadi ”Ameliorasi tanah sawah tercemar insektisida karbofuran pada areal tanaman padi sawah”

Hasil identifikasi Balingtan pada sentra produksi padi di Jawa Tengah dan Jawa Barat terdapat karbofuran di dalam beras yang kadarnya melebihi ambang batas. Ambang batas karbofuran dalam beras = 0,1 ppm

Pertanyaan : M. Al-Jabri (Balittanah)

Darimana zeolit diperoleh, karena banyak zeolit dipasaran yang kualitasnya buruk dan KTK-nya rendah, apakah dianalisa KTK-nya

Page 12: ok-I-13-Mulyadi   215-226

Mulyadi et al.

226 

Jawaban :

Zeolit kami peroleh dari toko resmi penjualan bahan-bahan kimia laboratorium.

KTK zeolit tidak kami analisis, yang kami analisis adalah nilai iod ; karena iod lebih berpengaruh terhadap daya serap polutan termasuk karbofuran