obgyn.doc

13
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75- 80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja. Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.. Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi. Selain faktor

Upload: ayashaa-belle

Post on 17-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

7

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja.

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini..

Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75% hingga 85% kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari.

Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan secara teratur, namun 70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya, sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan darurat ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat ditekan.

I.2 Tujuan dan ManfaatI.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengelolaan atonia uteri.

I.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi atonia uteri

2. Untuk mengetahui faktor risiko atonia uteri

3. Untuk mengetahui patofisiologi atonia uteri

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis atonia uteri

5. Untuk mengetahui pengelolaan atonia uteri

I.2.3 Manfaat

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai pengelolaan atonia uteri bagi penulis.

2. Memberikan wawasan tentang pengelolaan atonia uteri kepada mahasiswa lain.

3. Memberikan tambahan referensi bagi almamater

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Atonia UteriAtonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik.

2.2 Faktor Risiko Atonia Uteri

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :

a. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.

b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek

d. Partus lama / partus terlantar.

e. Malnutrisi.

f. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus

Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah:

a. Umur : umur yang terlalu muda atau tua

b. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara

c. Obstetri operatif dan narkosa

d. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar

e. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri

f. Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi

2.3 Patofisiologi Atonia Uteri

ATONIA UTERI

Umur (terlalu tua/mudaParitasPartus lama Obstetri operatifUterus regang & besarMioama pada uterus

Tonus otot uterus