obat otonom

12
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI Blok 18 – Sistem Respirasi 2 “Farmakodinamik Obat-Obat Otonom” KELOMPOK E 10 Maria Griselda Amadea 102011214 Raditya Kurniawan 102011219 Chrysriany Randan Kirihio 102011221 Anesty Claresta 102011223 Giyanti Anshela 102011225 Stella Yosanie 102011226 Maria Alvina 102011228 Octaviana Dewi Ayu Puspita 102011229 Monica Cynthia Dewi 102011233 Givela Harsono Jomeiputri 102011244

Upload: anesty2112

Post on 30-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Praktikum farmakologi kedokteran obat simpatomimetik dan parasimpatomimetik

TRANSCRIPT

Page 1: Obat OTONOM

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Blok 18 – Sistem Respirasi 2

“Farmakodinamik Obat-Obat Otonom”

KELOMPOK E 10

Maria Griselda Amadea 102011214Raditya Kurniawan 102011219Chrysriany Randan Kirihio 102011221Anesty Claresta 102011223Giyanti Anshela 102011225Stella Yosanie 102011226Maria Alvina 102011228Octaviana Dewi Ayu Puspita 102011229Monica Cynthia Dewi 102011233Givela Harsono Jomeiputri 102011244

Fakultas Kedokteran

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Page 2: Obat OTONOM

Latar Belakang

Sistem saraf secara anatomi dibagi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.

Sistem saraf perifer terbagi menjadi serabut afferent dan sebabut effernt. Serabut eferent dibagi

menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Karakteristik utama sistem saraf otonom

adalah kemampuan memengaruhi yang sangat cepat Sifat ini menjadikan sistem saraf otonom

tepat untuk melakukan pengendalian terhadap homeostasis mengingat gangguan terhadap

homeostasis dapat memengaruhi seluruh sistem tubuh manusia. Dengan demikian, sistem saraf

otonom merupakan komponen dari refleks visceral.

Secara anatomi sususnan saraf otonom terdiri atas saraf praganglion, ganglion dan pasca

ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas sistem

persarafan simpatis dan parasimpatis.

Didalam farmakologi terdapat obat otonom. Obat otonom adalah obat yang bekerja pada

berbagai bagian susunan saraf otonom, mulai dari sel saraf sampai dengan sel efektor. Banyak

obat dapat mempengaruhi organ otonom, tetapi obat otonom mempengaruhinya secara spesifik

dan bekerja pada dosis kecil.

Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf otonom

dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan atau penguraian neurohormon

tersebut dan fungsnyaa atas reseptor spesifik.

Pada praktikum ini dilakukan dengan cara tersamar ganda-placebo kontrol dimana orang

percobaan, mahasiswa yang melakukan pengamatan dan instruktur, tidak mengetahui obat apa

yang diminum masing-masing orang percobaan, hal ini untuk memastikan tidak ada faktor

subyektif dan efek placebo reaktor, sehingga hasil percobaan lebih obyektif dan akurat

menggambarkan efek farmakodinamik obat otonom. Efek obat otonom memperlihatkan variasi

intensitas efek yang besar dan dipengaruhi keadaan tonus saraf otonom seseorang pada keadaan

tertentu, tetapi efek akan terlihat berbeda-beda dari berbagai individu.

Tujuan

1. Mampu mengenal efek farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi dan

efek samping berbagai obat otonom.

2. Mampu menjelaskan arti percobaan tersamar ganda – plasebo kontrol

Page 3: Obat OTONOM

3. Mampu melakukan dan mengamati efek farmakodinamik obat otonom pada orang

percobaan dengan kerjasama kelompok yang baik

4. Mampu menginformasikan hal-hal yang perlu diketahui pasien sebelum menggunakan

obat otonom.

A. Persiapan

a. OP ( 2 orang) dalam keadaan perut kosong (tidak makan 4 jam sebelumnya). Mahasiswa

dengan gangguan ritme jantung, hipertensi, asma dan tukak lambung tidak boleh menjadi

orang percobaan karena menjadi kontra indikasi beberapa obat otonom dalam percobaan

ini.

b. Alat dan Bahan

1. Tensimeter

2. stetoskop

3. Mistar

4. Gelas ukur

5. Bekerglass

6. Metronome

c. Obat

1. Atropin 0,5 mg Belladone extract

2. Efedrin 25 mg

3. Plasebo

4. Propranol 20 mg

B. Tatalaksana

Dua orang mahasiswa dari tiap meja menjadi orang percobaan setelah disetujui pengawas

meja. Anggota kelompok sudah harus memutuskan siapa yang akan jadi orang percobaan

sebab obat harus diminum dalam keadaan lambung kosong. Mahasiswa dengan gangguan

Page 4: Obat OTONOM

ritme jantung, hipertensi, asma, dan tukak lambung tidak boleh menjadi orang percobaan

karena merupakan kontraindikasi obat yang mungkin diminum.

Hal yang harus diobservasi oleh pengamat:

1. Frekuensi nadi dan tekanan darah darah pada sikap berbaring.

2. Frekuensi napas/ menit

3. Ukur lebar pupil, usahakan pada intensitas cahaya yang konstan.

4. Produksi saliva selama 5 menit. Untuk merangsang keluarnya liur, setiap OP akan

diberi 4 permen karet masing- masing untuk control, 20’, 40’, 80’ setelah minum obat.

Liur ditelan sampai rasa manis permen karet hilang. Baru ditampung untuk mengukur

produksi liur selama 5 menit. Buang permen karet setiap pengukuran selesai.

5. Sebelum dan 80 menit sesudah minum obat OP lari setempat selama 2 menit

dengankecepatan 120 kali angkat kaki per menit( 60 kanan, 60 kiri sesuai irama

metronom) tekanan darah dan nadi diukur untuk mendapatkan delta tekanan darah dan

denyut nadi setelah lari di tempat. Kaki diangkat cukup tinggi sampai paha sejajar sendi

panggul dan telapak kaki terangkat 30 cm dari lantai sehingga latihan fisik ini

sekurang- kurangnya meningkatkan TD 30 mmHg sistolik dan denyut nadi 30- 50/

menit.

Pengukuran tekanan darah dan nadi ini harus dilakukan secepatnya dalam 1-3’ setelah

berhenti lari. Kalau sebelum obat diminum tekanan darah dan nadi diukur setelah 2

menit berhenti berlari, setelah 80 menit minum obat tekanan darah dan nadi juga diukur

setelah 2 menit berhenti lari. Dalam praktikum ini, OP maupun pengamat tidak tahu apa

yang ditelan. Ini yang disebut desain TERSAMAR GANDA. Lakukan observasi

sebelum minum obat dan pada menit ke 20’, 40’, 80’, setelah menelan obat, kecuali lari

di tempat hanya dilakukan sebelum minum obat dan pada menit ke 80.

Page 5: Obat OTONOM

C. Hasil Percobaan

Orang Percobaan I

Parameter Sebelum minum obat Setelah minum obat

Basal I Basal II

Rata-rata

Segera setelah lari

20 menit

40 menit

80 menit

Setelah lari ke-2

Tensi 120/60 120/60 120/60 140/60 110/60

100/65 110/60 140/70

Nadi / menit

98 89 93 95 104 110 100 112

RR /menit

18 15 16 35 20 23 24 40

Pupil (mm)

6 5 5 - 5 4 4 4

Vol. Saliva (ml)

- - 6 - 9 5 3 -

Orang Percobaan II

Parameter Sebelum minum obat Setelah minum obat

Basal I Basal II

Rata-rata

Segera setelah lari

20 menit

40

menit

80

menit

Setelah lari

ke-2

Tensi 100/70 90/70 95/70 110/80 100/70

100/70 90/80 120/80

Nadi / menit

70 75 72 103 88 76 70 89

Page 6: Obat OTONOM

RR /menit

19 22 20 33 21 21 26 33

Pupil (mm)

5 5 5 5 4 4 5 4

Vol. Saliva (ml)

- - 7 - 5 5 4 -

D. Pembahasan

Ekstrak Belladona

Belladonna menghasilkan banyak efek dalam tubuh, termasuk mengurangi kejang pada

saluran pencernaan (lambung dan usus), kandung kemih, dan saluran empedu. Hal ini

bermanfaat dalam kondisi seperti  kolitis , kandung kemih kejang, diverticulitis , kolik ginjal

dan empedu, ulkus peptikum, dan sindrom iritasi usus besar.

Belladonna juga mengurangi sekresi banyak organ, sehingga membantu untuk

mengontrol kondisi seperti produksi asam lambung berlebihan. Belladonna digunakan untuk

mengobati kekakuan, tremor, sekresi air liur berlebihan dan berkeringat berlebihan.

Belladonna juga digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan , mual, muntah, kram

perut yang berkaitan dengan menstruasi, dan untuk mengurangi kencing malam hari.

Efedrin

Efedrin adalah alkaloid pertama yang dikenal sebagai obat simpatomimetik. Efedrin

sebagai obat adrenergik dapat bekerja ganda dengan cara melepaskan simpanan norepinefrin

dari ujung saraf dan mampu bekerja memacu secara langsung di reseptor α dan β.

Pada sistem kardiovaskuler, efedrin meningkatkan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik melalui vasokonstriksi dan pompa jantung. Efek bronkodilatasinya lemah dan lebih

lambat dibandingkan epinefrin atau isoproteronol. Efedrin memacu sistem saraf pusat secara

ringan sehingga menjadi siaga, mengurangi kelelahan, tidak memberi efek tidur dan dapat

digunakan sebagai midriatik.

Page 7: Obat OTONOM

Efedrin digunakan sebagai dekongestan hidung, karena efeknya berupa vasokonstriktor

lokal bila diberikan secara topikal pada permukaan mukosa hidung, karena itu bermanfaat

dalam pengobatan kongesti hidung pada Hay fever, rinitis alergi, influenza dan kelainan

saluran napas atas lainnya.

Efek farmakologis efedrin terhadap sistem kardiovaskuler baik pada pemberian oral

maupun parenteral dapat meningkatkan tekanan darah, mempercepat irama jantung,

meningkatkan curah jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer. Bila refleks

kardiovaskuler normal, maka peninggian tekanan darah akan menyebabkan pacuan

baroreseptor untuk meningkatkan tonus vagus sehingga denyut jantung menjadi lambat.

Propranolol

Propranolol adalah adalah prototype obat beta-bloker yang sangat berguna untuk

menurunkan tekanan darah pada hipertensi ringan dan hipertensi sedang.

Propranolol menghambat stimulasi produksi rennin oleh katekolamin. Tampaknya efek

propranolol sebagian besar disebabkan oleh penekanan terhadap sistem rennin-angiotensin-

aldosteron. Walaupun paling efektif pada penderita dengan aktivitas plasma renin yang

tinggi, propranolol juga menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan

aktivitas rennin normal atau bahkan dengan aktivitas rennin yang rendah.

Orang percobaan I

Pada orang percobaan I kelompok menebak belladona, namun obat sebenarnya adalah

efedrin. Hal ini disebabkan karena kelompok kurang teliti dalam melihat kondisi OP. Selain

itu juga mungkin efek obat terhadap OP tidak begitu kuat, dimana tidak terdapat peningkatan

yang signifikan terhadap nadi dan dilatasi pupil meskipun ada pengurangan sekresi saliva.

Orang percobaan II

Pada orang percobaan II kelompok menebak propanolol, dan tebakannya benar. Hal ini

terlihat dari data menurunnya nadi dan tekanan darah pada OP.

E. Pembahasan Data Kelompok Lain

Page 8: Obat OTONOM

Kelompok I II B

Parameter

Sebelum minum obat

Setelah minum obat

Basal Segera setelah lari

20 menit

40 menit

80 menit

Setelah lari ke-2

Tensi 110/80 180/100 100/85

100/85 110/80 150/70

Nadi/ menit

64 88 76 92 104 140

RR /menit

21 31 20 20 26 30

Pupil (mm)

4 7 6 5 6 8

Vol. Saliva (ml)

4 - 6 2 2 -

Pada kelompok ini, tebakannya adalah belladona, tetapi jawaban yang benar adalah efedrin.

Pada pengamatan di data, terdapat peningkatan yang signifikan terhadap nadi op setelah

minum obat. Jadi, kesalahan menebak mungkin disebabkan pembacaan data yang kurang

teliti.

Kelompok IV A

Parameter

Sebelum minum obat

Setelah minum obat

Basal Segera setelah lari

20 menit

40 menit

80 menit

Setelah lari ke-2

Tensi 115/80 140/70 110/70

110/70 110/70 130/70

Nadi/ menit

77 130 100 82 76 110

Page 9: Obat OTONOM

RR /menit

23 - 24 25 22 -

Pupil (mm)

10 - 10 7 7 -

Vol. Saliva (ml)

7 - 7 4 3 -

Pada OP I kelompok menebak placebo namun obat sebenarnya adalah propanolol. Tebakan

ini mungkin karena tidak adanya perubahan pada tensi op, walaupun sebenarnya terdapat

penurunan nadi dari op.

F. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa obat-obat beta agonis seperti

efedrin dapat meningkatkan tekanan darah, bronkodilatasi bronkus serta peningkatan diameter

pupil. Propranolol pula merupakan satu beta bloker yang dapat dipakai sebagai obat

antihipertensi dan efeknya baru terlihat setelah dilakukan kegiatan fisik. Belladona dapat

menyebabkan midriasis dan menurunnya produksi saliva.