obat generik - hexpharm jaya

25
Obat Generik – Hexpharm Jaya Sumber : http://www.hexpharmjaya.com/page/Generik-HJ.aspx 1. Allergy & Immune System Cetirizine Loratadine 2. Antibiotics Penicillins Amoxicillin Cephalosporins Cefadroxil Cefixime Cefotaxime Ceftazidime Ceftriaxone Quinolones Ciprofloxacin Antibacterial Combinations Kanamycin 3. Anti-Infectives Antivirals Acyclovir Antifungals Ketoconazole 4. Cardiovascular & Hematopoietic Calcium Antagonist Amlodipine Beta Blockers Bisoprolol ACE Inhibitors Captopril Angiotensin II Antagonists Losartan 5. Central Nervous System Peripheral Vasodilators & Cerebral Activators Citicholine

Upload: angelia-elisabeth-mambu

Post on 02-Jan-2016

477 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Obat Generik – Hexpharm Jaya

Sumber : http://www.hexpharmjaya.com/page/Generik-HJ.aspx

1. Allergy & Immune System

Cetirizine

Loratadine

2. Antibiotics

Penicillins Amoxicillin Cephalosporins

Cefadroxil

Cefixime

Cefotaxime

Ceftazidime

Ceftriaxone

Quinolones Ciprofloxacin Antibacterial Combinations Kanamycin

3. Anti-Infectives

Antivirals Acyclovir

Antifungals Ketoconazole

4. Cardiovascular & Hematopoietic

Calcium Antagonist Amlodipine

Beta Blockers Bisoprolol

ACE Inhibitors Captopril

Angiotensin II Antagonists Losartan

5. Central Nervous System

Peripheral Vasodilators & Cerebral Activators Citicholine Nonsteroidal Anti-Inflammatory Agents (NSAIDs)

Kalium Diklofenak

Ketoprofen

Ketorolac

Nootropics & Neurotonics

Piracetam

Piroxicam

Tramadol

6. Endocrine & Metabolic System

Oral Antidiabetic Agents

Glimepiride

Metformin

Antihyperlipidaemics Agents

Simvastatin

7. Gastrointestinal

GIT Regulator & Antiflatulents, Antiinflammatories Domperidone Antacid, antireflux agents & antiulcerants

Lansoprazole

Omeprazole

Ranitidine

8. Hormones

Corticosteroid Hormones Methylprednisolone

9. Musculo-Skeletal System

Hyperuricemia & Gout Preparations Allopurinol Other Drugs Acting on Musculo-Skeletal System Glucosamine

10. Other Chemotherapeutics

Antituberculous Agents Rifampicin

CETIRIZINE

.: KEMASAN & NO REG :.

Cetirizine 10 mg tablet (1 box berisi 2 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0408511617A1

.: FARMAKOLOGI :.

Cetirizine merupakan antihistamin potensial yang memiliki efek sedasi (kantuk) ringan dengan sifat

tambahan anti alergi.

.: INDIKASI :.

Pengobatan rhinitis alergi menahun ataupun musiman, dan urtikaria idiopatik kronik.

.: KONTRA INDIKASI :.

• Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap kandungan dalam obat.

• Wanita menyusui, karena kandungan aktif cetirizine diekskresi pada air susu ibu.

LORATADINE

.: KEMASAN & NO REG :.

• Loratadine 10 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0408510510A1.

• Loratadine 5 mg / 5 mL Sirup, dalam botol 60 mL, No. Reg. : GKL0408510637A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Loratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai selektivitas tinggi terhadap reseptor

histamin-H1 perifer dan afinitas yang rendah terhadap reseptor-H1 di sususnan saraf pusat. Loratadine

juga mempunyai afinitias lemah terhadap reseptor adrenergik alfa dan reseptor asetilkolin.

.: INDIKASI :.

• Mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan rhinitis alergik, seperti bersin-bersin, pilek, dan rasa

gatal pada hidung, rasa gatal dan terbakar pada mata.

• Mengurangi gejala-gejala dan tanda-tanda urtikaria kronik serta penyakit dermatologik alergi lain.

AMOXICILLIN

.: KEMASAN & NO REG :.

• Amoxicillin 125 mg / 5 mL, dry sirup, dalam botol 60 mL, No. Reg. : GKL0308507838A1.

• Amoxicillin 500 mg kaplet (1 box berisi 10 strip @ 10 kaplet), No. Reg. : GKL0308507904A1.

.: INDIKASI :.

Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka pada kulit & jaringan lunak, saluran

nafas, genitourinari, gonore.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita hipersensitif atau mempunyai riwayat hipersensitif terhadap antibiotik beta laktam (penicilin dan

cephalosporin).

.: DOSIS :.

• Dewasa dan anak BB > 20 kg : 250- 500 mg tiap 8 jam.

• Anak BB 20 kg : 20 – 40 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi tiap 8 jam.

• Untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis. Pada penderita yang

menerima dialisa peritoneal, dosis maksimum yang dianjurkan 500 mg/hari.

• Gonokokus uretritis : 3 gram amoxicillin sebagai dosis tunggal.

CEFADROXIL

.: KEMASAN & NO REG :.

• Cefadroxil 125 mg / 5 mL, sirup kering, dalam botol 60 mL, No. Reg. : GKL0208505538A1.

• Cefadroxil 250 mg kapsul (1 box berisi 5 strip @ 10 kapsul), No. Reg. : GKL0208505001A1.

• Cefadroxil 500 mg kapsul (1 box berisi 5 strip @ 10 kapsul), No. Reg. : GKL0208505001B1.

.: INDIKASI :.

Cefadroxil terutama digunakan untuk infeksi berat yang disebabkan oleh organisme gram positif yaitu :

• Infeksi saluran kemih : Pielonefritis, sistitis, uretritis, adneksitis, endometritis.

• Infeksi saluran pernafasan : Tonsilitis, faringitis, bronkitis, pneumonia, abses paru, bronkhopneumonia,

sinusitis, laringitis, otitis media.

• Infeksi kulit dan jaringan lunak : Limfadenitis, abses, selulitis, erisipelas, furunkulosis, mastitis.

• Infeksi lain : Osteomielitis, artritis sepsis, peritonitis septikemia.

.: KONTRA INDIKASI :.

Hipersensitif terhadap cephalosporin atau penicillin.

CEFIXIME

.: KEMASAN & NO REG :.

• Cefixime 100 mg / 5 mL, sirup kering, dalam botol 30 mL, No. Reg. : GKL0608513538A1.

• Cefixime 100 mg / kapsul (1 box berisi 3 strip @ 10 kapsul), No. Reg. : GKL0608513701A1.

.: INDIKASI :.

Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme sebagai berikut :

• Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis.

• Otitis media yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain positif dan negatif),

Moraxella (Branhamella) catarrhalis (umumnya yang termasuk beta-laktamase strain positif) dan

Streptococcus pyogenes.

• Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.

• Bronkitis akut dan bronkitis kronik eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae

dan Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain negatif dan positif).

• Pengobatan demam tifoid pada anak dengan multi-resisten terhadap pengobatan standar.

CEFOTAXIME

.: KEMASAN & NO REG :.

• Cefotaxime 1 gram injeksi ( 1box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505944B1. 

• Cefotaxime 500 mg injeksi ( 1box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505944A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Cetirizine merupakan antihistamin potensial yang memiliki efek sedasi (kantuk) ringan dengan sifat

tambahan anti alergi.

.: INDIKASI :.

Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti :

- Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggorokan. 

- Infeksi pada telinga. 

- Infeksi kulit dan jaringan lunak. 

- Infeksi tulang dan sendi. 

- Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata. 

- Infeksi abdominal.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin. Penderita ginjal yang berat.

CEFTAZIDIME

.: KEMASAN & NO REG :.

Ceftazidime 1 gram injeksi ( 1 box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505244A1.

.: INDIKASI :.

Untuk infeksi-infeksi berat sebagai berikut : Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh organisme yang peka

terhadap Ceftazidime : Septikaemia, bakteriemia, meningitis, pneumonia, bronkopneumonia, pleuritis,

empiema, abses paru, pielonefritis akut dan kronik, pielitis, prostatitis, kolesistitis, kolangitis, peritonitis,

abses intra abdominal, penyakit inflamasi panggul, osteomielitis, osteitis, artritis septik, abses ginjal,

selulitis, infeksi luka bakar.

.: DOSIS :.

Dewasa : 1- 6 gram/hari, dalam 2 – 3 dosis terbagi.

Bayi > 2 bulan dan anak-anak : 30 – 100 mg/kg BB/hari, dalam 2 – 3 dosis terbagi. Neonatus dan bayi < 2

bulan : 25 – 60 mg/kg BB/hari, dalam 2 dosis terbagi. Besarnya dosis dapat disesuaikan dengan jenis

infeksi, derajat infeksi, usia, berat badan, dan fungsi ginjal dari penderita. Pada penderita dengan

gangguan fungsi ginjal, dosis dapat disesuaikan dengan cara menurunkan dosis dan atau dengan

memperpanjang interval pemberian obat.

Ceftriaxone 1 gram injeksi ( 1 box berisi 2 vial serbuk injeksi @ 10 mL), No. Reg. : GKL0208505344A1.

.: INDIKASI :.

Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti: infeksi saluran

nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak,

infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore), profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien

dengan gangguan pertahanan tubuh.

.: KONTRA INDIKASI :.

Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang).

CIPROFLOXACIN

.: KEMASAN & NO REG :.

• Ciprofloxacin 250 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0208505117A1.

• Ciprofloxacin 500 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0208505117B1.

• Ciprofloxacin 200 mg / 100 mL infus (1 box berisi 1 vial 100 mL), No. Reg. : GKL0808515349A1.

.: INDIKASI :.

Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap Ciprofloxacin seperti :

Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis

Uretritis dan servisitis gonorrhea

Infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid yang disebabkan oleh S. thypi

Infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat Streptococcus

Infeksi kulit dan jaringan lunak

Infeksi tulang dan sendi.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau antibiotika derivat quinolone lainnya.

Wanita hamil dan menyusui.

Anak-anak dibawah usia 18 tahun.

KANAMYCIN

.: KEMASAN & NO REG :.

Kanamycin 1 gram injeksi (1 box berisi 10 vial serbuk injeksi @ 1 gram), No. Reg. : DKL0308508344A1.

.: INDIKASI :.

Kanamycin diindikasikan untuk pengobatan penyakit infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram

negatif yang sensitif terhadap kanamycin antara lain : E. Coli, Proteus sp., Enterobacter aerogenes, K.

Pneumoniae.

.: KONTRA INDIKASI :.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Pasien dengan gangguan fungsi organ rumah siput dan rongga depan telinga.

Pasien dengan riwayat hipersensitivitas ataupun reaksi toksisitas terhadap kanamycin atau

aminoglikosida lainnya.

Wanita hamil dan menyusui.

Pemberian secara intraperitoneal selama operasi pada pasien yang mendapat senyawa

penghambat neuromuskular.

ACYCLOVIR

.: KEMASAN & NO REG :.

Acyclovir 200 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0108504810A1.

Acyclovir 400 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0108504810B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Acyclovir adalah zat antivirus yang sangat aktif secara in vitro melawan virus herpes simpleks (HSV) tipe I

dan II, serta virus varisela zoster. Setelah masuk ke dalam sel terinfeksi, Acyclovir terfosforilasi

membentuk senyawa aktif Acyclovir trifosfate. Tahap awal proses tergantung pada enzim viral-coded

thymidine kinase. Acyclovir trifosfate berperan sebagai inhibitor dan sebagai substrat palsu untuk herpes-

specified DNA polymerase yang mencegah sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel normal.

.: INDIKASI :.

Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh herpes simpleks pada kulit dan membran mukosa, termasuk

herpes genital awal dan kambuhan, pencegahan infeksi herpes simpleks pada pasien immuno-

compromised. Pengobatan infeksi herpes zoster.

.: KONTRA INDIKASI :.

Pasien yang hipersensitif terhadap Acyclovir.

KETOCONAZOLE

.: KEMASAN & NO REG :.

Ketoconazole 200 mg tablet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. : GKL0208506310A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang

poten terhadap dermatofit dan ragi, misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum

Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzim sitokrom jamur sehingga mengganggu

sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

.: INDIKASI :.

Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau

ragi (dermatofitosis, onikomikosis, Candida perionixis, pitiriasis versikolor, pitiriasis kapitis, infeksi

pitirosporum, folikulitis, kandidosis kronik mukokutan), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara

topikal karena tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal.

Infeksi ragi pada rongga pencernaan.

Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren.

Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakokidioidomikosis, histoplasmosis,

kokidioidomikosis, blastomikosis.

Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan,

disebabkan penyakit atau obat) yang berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur.

Ketoconazole tidak berpenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu meningitis

jamur jangan diobati dengan ketoconazole oral.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita penyakit hati akut atau kronik.

Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini.

Pada pemberian peroral, ketokonazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadine,

astemizole, cisapride dan triazolam.

Wanita hamil.

AMLODIPINE

.: KEMASAN & NO REG :.

• Amlodipine 5 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708513910A1.

• Amlodipine 10 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708513910B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang

menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot

jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat

influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular

dibandingkan sel otot jantung. 

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer yang

dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari

akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine

adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut.

Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi

perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan

beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi normal

maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat meningkatkan

waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi

serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.

Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma,

diabetes serta gout.

.: INDIKASI :.

Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina

prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun

dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

.: KONTRA INDIKASI :.

Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan

dihidropiridin lainnya.

BISOPROLOL

.: KEMASAN & NO REG :.

Bisoprolol 5 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608513317A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Bisoprolol merupakan bloker reseptor β-1 adrenergik utama (bersifat kardioselektif) tanpa aktivitas

stimulasi reseptor β-2 dan waktu paruh eliminasi plasma sekitar 10-12 jam sehingga memungkinkan dosis

sekali sehari. Dengan ciri tersebut Bisoprolol sebagai dapat β-bloker dapat mengobati hipertensi dan

angina pektoris. Bisoprolol mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi pada posisi berdiri maupun

berbaring. Hipertensi postural atau hipertensi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit tidak

termasuk indikasi Bisoprolol. Pada pasien dengan angina pektoris, Bisoprolol dapat mengurangi serangan

dan meningkatkan kapasitas kerja fisik sehari-hari. Pada dosis terapi, Bisoprolol lebih sedikit efek

konstriksinya pada pembuluh darah perifer dan bronkiol daripada golongan β-bloker yang nonselektif.

.: INDIKASI :.

Hipertensi dan penyakit jantung koroner (angina pektoris).

.: KONTRA INDIKASI :.

Gagal jantung akut atau selama episode dekomposisi gagal jantung yang memerlukan terapi

intravena inotropik.

Syok kardiogenik

Blok AV derajat 2 atau 3 (tanpa peacemaker)

Sindrom sinus

Blokade sinoatrial

Bradikardia yang kurang dari 60 denyut / menit sebelum memulai pengobatan

Hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmHg)

Asma bronkial parah atau penyakit paru obstruktif kronis yang parah

Tahap akhir penyakit oklusif arteri periferal dan sindroma Raynaud

Faeokromositoma yang tidak diobati

Asidosis metabolik

CAPTOPRIL

.: KEMASAN & NO REG :.

Captopril 12,5 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608511410B1.

Captopril 25 mg kaptab (1 box berisi 5 strip @ 10 kaptab), No. Reg : GKL0408511304A1.

Captopril 50 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0408511410A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah angiotensin-I menjadi

angiotensin-II / angiotensin converting enzyme (ACE). Captopril mencegah terjadinya perubahan dari

angiotensin-I menjadi angiotensin II, salah satu senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah. Captopril

dan metabolitnya diekskresi terutama melalui urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan

menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan kreatinin.

.: INDIKASI :.

Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada hipertensi berat digunakan bila terapi standar

tidak efektif atau tidak dapat digunakan.

Pengobatan gagal jantung kongestif, digunakan bersama dengan diuretik dan bila mungkin

dengan digitalis.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien

mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.

Wanita menyusui.

Gagal ginjal.

Stenosis aorta.

LOSARTAN

.: KEMASAN & NO REG :.

Losartan 50 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0808515217A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Angiotensin II ini selanjutnya akan berkaitan dengan reseptor Angiotensin I yang akan mempengaruhi

bermacam-macam organ, yaitu :

•    Arteri            : vasokonstriksi (khususnya koroner, ginjal, otak)

•    Ginjal           : retensi Na (produksi aldosteron)

                          retensi air (pelepasan vasopresin)

                          pelepasan prostaglandin 

•    Otak            : rasa haus dan pelepasan vasopresin

•    SSP             : merangsang efek simpatis

                          epinefrin 

•    Jantung        : Kontraksi (inotropik)

                          hipertrofi ventrikel

                          fibrosis vaskular dan miokard

Faktor-faktor tersebut diatas merupakan komponen penting terjadinya hipertensi. 

Mekanisme kerja Losartan adalah secara selektif dan kompetitif bekerja terhadap subtipe reseptor AT1,

sehingga efek Angiotensin II terhambat, dengan demikian akan menyebabkan terjadiya penurunan

tekanan darah.

Absorbsi Losartan berlangsung dengan cepat, dan makanan tidak mempengaruhi absorpsi Losartan

sehingga Losartan dapat diberikan sebelum atau setelah makan.

Losartan diindikasikan untuk kasus-kasus hipertensi esensial ringan sampai berat, terutama bila pasien

tidak dapat mentoleransi efek samping batuk. Ataupun resisten terhadap antihipertensi golongan lain.

.: INDIKASI :.

Losartan untuk pengobatan hipertensi dosis sekali sehari.

.: KONTRA INDIKASI :.

Losartan dikontraindikasikan pada :

-    Pasien yang hipersensitif terhadap Losartan

-    Anak-anak karena efektivitas dan keamanannya pada anak-anak belum diketahui.

-    Wanita hamil dan menyusui

CITICHOLINE

.: KEMASAN & NO REG :.

Citicholine 250 mg / 2 mL (1 box berisi 1 rondo @ 5 ampul), No. Reg : GKL0708513843B1.

Citicholine 500 mg / 4 mL (1 box berisi 1 rondo @ 5 ampul), No. Reg : GKL0708513843B1.

.: INDIKASI :.

Pada stadium akut untuk gangguan kesadaran akibat cedera kepala, bedah otak, dan infark

serebral stadium akut.

Pada stadium kronis untuk meningkatkan rehabilitasi anggota gerak atas dan bawah pada

hemiplegia akibat apopleksi serebral.

.: KONTRA INDIKASI :.

Hipersensitif terhadap citicholine.

KALIUM DIKLOFENAK

.: KEMASAN & NO REG :.

Kalium Diklofenak 50 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0408511015A1

.: FARMAKOLOGI :.

Kalium diklofenak mempunyai sifat analgesik dan anti-inflamasi kuat. Mekanisme kerja yang utama adalah

melalui penghambatan pada biosintesis prostaglandin.  Pada keadaan inflamasi  seperti trauma setelah

operasi, kalium diklofenak meringankan nyeri spontan dan nyeri pada pergerakan, serta menghilangkan

pembengkakan dan luka dengan edema. Kalium diklofenak diserap secara lengkap dan kadarnya dalam

plasma menunjukkan hubungan yang linear dengan besarnya dosis. Kira-kira setengah dari senyawa

aktifnya dimetabolisme pada lintasan pertama melalui hati. Sebanyak 99% diklofenak terikat pada protein

serum. Waktu paruh akhir dalam plasma adalah 1-2 jam. Obat ini dimetabolisme hampir lengkap di hati

dan kurang dari 1% diekskresi melalui urin sebagai senyawa asal.

.: INDIKASI :.

Pengobatan jangka pendek pada keadaan :

Rasa sakit pada peradangan pasca traumatik, misalnya akibat keseleo.

Peradangan dan nyeri setelah operasi, misalnya setelah bedah mulut atau ortopedik.

Sebagai obat tambahan pada nyeri akibat peradangan telinga, hidung, tenggorokan, misalnya

pada faringotonsilitis, otitis.

Sesuai dengan prinsip pengobatan umum, penyakitnya sendiri harus diobati dengan terapi dasar.

Demam sendiri bukan suatu indikasi.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita tukak lambung, penderita yang mempunyai hipersensitivitas terhadap bahan aktif dari obat.

Penderita yang terkena serangan  asma, urtikaria atau rhinitis akut yang disebabkan oleh asam

asetilsalisilat atau oleh obat lain yang mempunyai aktivitas penghambatan terhadap pembentukan

prostaglandin.

KETOPROFEN

.: KEMASAN & NO REG :.

Ketoprofen 50 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0408511215B1

Ketoprofen 100 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0408511215A1

Ketoprofen 50 mg/mL injeksi (1 box berisi 5 ampul @ 2 mL), No. Reg : GKL0508512143A1

.: FARMAKOLOGI :.

Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan

antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada pemberian

oral kadar puncak dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam

pada orang tua.

.: INDIKASI :.

Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta

kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.

.: KONTRA INDIKASI :.

Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.

Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat

KETOROLAC

.: KEMASAN & NO REG :.

Ketorolac 10 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), No. Reg. : GKL0808514843A1

Ketorolac 30 mg injeksi (1 box berisi 6 ampul @ 1 mL), No. Reg. : GKL0808514843B1

.: FARMAKOLOGI :.

Farmakodinamik

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi

nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine

menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena

tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

Uji Klinis

Beberapa penelitian telah meneliti efektivitas analgesik Ketorolac tromethamine intramuskular pada dua

model nyeri pasca bedah akut; bedah umum (ortopedik, ginekologik dan abdominal) dan bedah mulut

(pencabutan M3 yang mengalami impaksi). Penelitian ini merupakan uji yang dirancang paralel, dosis

tunggal primer, yang membandingkan Ketorolac tromethamine dengan Meperidine (Phetidine) atau Morfin

yang diberikan secara intramuskular. Pada tiap model, pasien mengalami nyeri sedang hingga berat pada

awal penelitian. Jika dibandingkan dengan Meperidine 50 dan 100 mg, atau Morfin 6 dan 12 mg pada

pasien yang mengalami nyeri pasca bedah, Ketorolac tromethamine 10, 30 dan 90 mg menunjukkan

pengurangan nyeri yang sama dengan Meperidine 100 mg dan Morfin 12 mg. Onset aksi analgesiknya

sebanding dengan Morfin. Durasi analgesia Ketorolac tromethamine 30 mg dan 90 mg lebih lama daripada

narkotik. Berdasarkan pertimbangan efektivitas dan keamanan setelah dosis berulang, dosis 30 mg

menunjukkan indeks terapetik yang terbaik. Suatu penelitian multisenter, multi-dosis (20 dosis selama 5

hari), pasca bedah (bedah umum) membandingkan Ketorolac tromethamine 30 mg dengan Morfin 6 dan

12 mg dimana tiap obat hanya diberikan bila perlu. Efek analgesik keseluruhan dari Ketorolac

tromethamine 30 mg berada di antara Morfin 6 mg dan 12 mg, walaupun perbedaan antara Ketorolac

tromethamine 30 mg dan Morfin 12 mg tidak bermakna secara statistik. Tidak tampak adanya depresi

napas setelah pemberian Ketorolac tromethamine pada uji klinis kontrol. Ketorolac tromethamine tidak

menyebabkan konstriksi. Pada pasien pasca bedah, dibandingkan dengan plasebo : Ketorolac

tromethamine tidak menyebabkan kantuk dan dibandingkan dengan Morfin, Ketorolac lebih sedikit

menyebabkan kantuk.

Farmakokinetik

Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan

konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal

30 mg. Waktu paruh terminal plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia

rata-rata 72 tahun). Lebih dari 99% Ketorolac terikat pada konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik

Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear.

Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Pada dosis jangka

panjang tidak dijumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume

distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit para-hidroksi)

ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian

Ketorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien.

.: INDIKASI :.

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat

setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral

dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin,

asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat

prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai

hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim

dan sirkulasi fetus.

.: KONTRA INDIKASI :.

Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan

sensitivitas silang.

Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau obat anti-

inflamasi nonsteroid lain.

Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.

Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.

Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.

Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.

Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.

Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.

Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).

Riwayat asma.

Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien

dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500–5.000 unit setiap 12 jam).

Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.

Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.

Anak < 16 tahun.

Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa.

Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).

Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis benar-benar

dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.

PIRACETAM

.: KEMASAN & NO REG :.

Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 4 ampul @ 15 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.

Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 10 ampul @ 5 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.

Piracetam 400 mg tablet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 tablet ), No. Reg : GKL0308508817A1

Piracetam 800 mg kaplet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 kaplet ), No. Reg : GKL0308508909A1

Piracetam 1200 mg kaplet ( 1 box berisi 3 strip @ 10 kaplet, No. Reg : GKL0408508909B1

.: INDIKASI :.

Sediaan injeksi : Pengobatan infark serebral.

Sediaan oral : Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut, alkoholisme kronik dan adiksi; dan

gejala pasca trauma.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita dengan insufisiensi ginjal yang berat (bersihan kreatinin < 20 mL / min).

Penderita yang hipersensitif terhadap piracetam atau derivat pirolidon lainnya, termasuk

komponen obat.

Penderita dengan cerebral haemorrhage.

PIROXICAM

.: KEMASAN & NO REG :.

Piroxicam 10 mg kaplet (1 box berisi 10 strip @ 10 kaplet), No. Reg : GKL0308508210A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Piroxicam merupakan antiinflamasi non steroid yang mempunyai aktivitas antiinflamasi, analgesik dan

antipiretik. Aktivitas kerja piroxicam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan dengan menghambat

biosintesa prostaglandin melalui penghambatan yang reversibel terhadap enzim siklooksigenase.

.: INDIKASI :.

Untuk terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan

muskuloskeletal akut dan gout akut.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung.

Hipersensitif terhadap piroxicam

Penderita yang mengalami bronkospasma, polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila

diberikan asetosal atau obat-obatan antiinflamasi non steroid yang lain.

TRAMADOL

.: KEMASAN & NO REG :.

Tramadol 50 mg kapsul (1 box berisi 5 strip @ 10 kapsul), No. Reg : GKL0308509701A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara

stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon

terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf aferen yang

sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik

dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan

waktu 6,3 – 7,4 jam.

.: INDIKASI :.

Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita ketergantungan obat dan opium

Penderita yang sensitif terhadap tramadol atau opiat dan penderita yang mendapatkan

pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik, analgesik, atau

obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.

GLIMEPIRIDE

.: KEMASAN & NO REG :.

Glimepiride 1 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512710A1.

Glimepiride 2 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512710B1.

Glimepiride 3 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512710C1.

Glimepiride 4 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608512710D1.

.: INDIKASI :.

Glimepiride diindikasikan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus type 2. Dapat

digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasi dengan metformin atau insulin.

.: KONTRA INDIKASI :.

Tidak cocok diberikan pada pasien diabetes type 1 (insulin dependent), diabetes ketoasidosis,

atau pada pasien koma karena diabetes.

Hipersensitif terhadap glimepiride atau golongan sulfonil urea, atau sulfonamid.

Wanita hamil

METFORMIN

.: KEMASAN & NO REG :.

Metformin 500 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0608513117A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Meftormin merupakan obat antidiabetik oral yang berbeda dari golongan sulfonilurea baik secara kimiawi

maupun dalam cara bekerjanya. Obat ini merupakan suatu biguanida yang tersubsitusi rangkap yaitu

Metformin (dimethylbiguanide) Hydrochloride. Mekanisme kerja Metformin antara lain :

Metformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme kerja Metformin

menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan sekresi insulin.

Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah

terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil dalam tinja.

.: INDIKASI :.

Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan

dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja.

Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan

Sulfonilurea.

Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang

simptomnya sulit dikontrol.

.: KONTRA INDIKASI :.

Koma diabetik dan ketoasidosis.

Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama dieksresi melalui ginjal.

Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme, keadaan penyakit kronik

atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat

asidosis seperti syok, insufisiensi pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai

dengan hipoksemia.

Hipersensitif tehadap obat ini.

Kehamilan dan menyusui.

SIMVASTATIN

.: KEMASAN & NO REG :.

Simvastatin 10 mg (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0108504917A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik) dan merupakan hasil

sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi

metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-

Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa

perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.

.: INDIKASI :.

Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang

mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang disebabkan oleh

hiperkolesterolemia.

Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap

diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.

Penyakit jantung koroner.

Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin

diindikasikan untuk :o Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung

koroner.o Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.

o Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial.

Hiperkolesterolemia.

Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa

dan IIb).

Rekomendasi umum :

Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari

hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik,

disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran

profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG).

.: KONTRA INDIKASI :.

Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.

Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak jelas

penyebabnya.

Wanita hamil dan menyusui.

DOMPERIDONE

.: KEMASAN & NO REG :.

Domperidone 10 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg. GKL0508512210A1.

Domperidone 5 mg / 5 mL syrup, dalam botol 60 mL, No. Reg. GKL0608512937A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik. Efek antiemetik dapat

disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin

di kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran darah otak di area postrema.

Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan

pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat

pada penderita yang pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter

esofagus bagian bawah pada orang sehat.

.: INDIKASI :.

Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional

Untuk mual dan muntah akut.

Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari 12

minggu.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita hipersensitif terhadap domperidone.

Penderita dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin.

LANSOPRAZOLE

.: KEMASAN & NO REG :.

Lansoprazole 30 mg (1 box berisi 2 strip @ 10 kapsul), No. Reg : GKL0308508601A1

.: FARMAKOLOGI :.

Lansoprazole adalah penghambat sekresi asam lambung yang secara spesifik menghambat H+/K+-ATPase

(pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung. Lansoprazole secara cepat diabsorpsi, kadar serum

maksimum dicapai 1,7 jam setelah pemberian obat. Bioavailabilitas lansoprazole 80-90% pada dosis awal,

sehingga efektifitas penghambatan sekresi asam lambung cepat dicapai.

.: INDIKASI :.

Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, Benign ulkus gaster, dan refluks esofagitis.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

OMEPRAZOLE

.: KEMASAN & NO REG :.

Omeprazole 20 mg (1 box berisi 3 strip @ 10 kapsul), No. Reg : GKL0508512601A1.

.: FARMAKOLOGI :.

Omeprazole merupakan antisekresi, turunan benzimidazole, yang bekerja menekan sekresi asam lambung

dengan menghambat H+/K+-ATPase (pompa proton) pada permukaan kelenjar sel parietal gastrik pada

pH < 4. Omeprazole yang berikatan dengan proton (H+) secara cepat akan diubah menjadi sulfonamida,

suatu penghambat pompa proton yang aktif. Penggunaan omeprazole secara oral menghambat sekresi

asam lambung basal dan stimulasi pentagastrik.

.: INDIKASI :.

Pengobatan jangka pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap obat-obat antagonis

reseptor H2.

Pengobatan jangka pendek tukak lambung.

Pengobatan refluks esofagitis erosif / ulceratif yang telah didiagnosa melalui endoskopi.

Pengobatan jangka lama pada sindroma Zollinger Ellison.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita hipersensitif terhadap omeprazole.

RANITIDINE

.: KEMASAN & NO REG :.

Ranitidine 25 mg/mL injeksi (1 box berisi 10 ampul @ 2 mL), No. Reg. : GKL0608513443A1

Ranitidine 150 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0308509017A1

.: FARMAKOLOGI :.

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara

kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. 

Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan

sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam. 

Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah

pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu

paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

.: INDIKASI :.

Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala

refluks esofagitis.

Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.

Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis

sistemik).

Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan

hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif

jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.

METHYLPREDNISOLONE

.: KEMASAN & NO REG :.

Methylprednisolone 4 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512310A1.

Methylprednisolone 16 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0508512310B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam (salt retaining

properties)), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya

terutama digunakan sebagai anti-inflamasi pada sistem organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid

menimbulkan efek metabolisme yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid merubah respon kekebalan

tubuh terhadap berbagai rangsangan.

.: INDIKASI :.

Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone merupakan pilihan

pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal

hiperplasia kongenital; tiroid non-supuratif; hiperkalemia yang berhubungan dengan penyakit

kanker.

Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek pada arthritis

sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut dan subakut, non spesifik

tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis post-trauma, dan epikondilitis.

Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik

dermatomitosis (polymitosis).

Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme yang berat

(Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris, dan dermatitis

seboroik .

Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronkhial, reaksi hipersensitif

terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopik.

Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster opthalmikus, konjungtivitis alergi,

keratitis, chorioretinitis, neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis.

Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau diseminasi.

Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder pada orang

dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipolastik anemia kongenital.

Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan lympoma pada

orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.

Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik.

Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis.

Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis.

Lain-lain : meningitis tuberkulosa.

.: KONTRA INDIKASI :.

Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap

komponen obat.

ALLOPURINOL

.: KEMASAN & NO REG :.

Allopurinol 100 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708514410A1.

Allopurinol 300 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0708514410B1.

.: FARMAKOLOGI :.

Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat dengan

menghambat xanthin-oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxanthin menjadi xanthin dan

mengubah xanthin menjadi asam urat. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin,

allopurinol mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout arthritis dan

urate nephropathy.

.: INDIKASI :.

Hiperurisemia primer : gout Hiperurisemia sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium

oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia vera, terapi sitostatik.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap allopurinol Keadaan serangan akut gout

GLUCOSAMINE

.: KEMASAN & NO REG :.

Glucosamine 250 mg tablet (1 box berisi 6 strip @ 10 tablet), No. Reg : POM SD.061528691.

.: FARMAKOLOGI :.

Glukosamin adalah amino monosakarida yang ditemukan pada kitin, glikoprotein dan glikosaminoglikan.

Glikoprotein, dikenal sebagai proteoglikan yang merupakan bentuk dasar matriks ekstraseluler dari

jaringan penyambung. Glukosamin secara alami diproduksi oleh tubuh, tetapi pada penderita osteoartritis

produksinya berkurang. Glukosamin efektif untuk memperbaiki kerusakan sendi sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri. Secara biokimia, glukosamin merupakan hasil metabolisme glikoprotein.

Glikoprotein, diketahui sebagai proteoglikan, merupakan bentuk dasar pada matriks ekstraseluler dari

jaringan penyambung. Glukosamin efektif untuk pemulihan tulang rawan sendi dan memperbaiki

kerusakan sendi. Peningkatan konsentrasi glukosamin dalam plasma darah dapat meningkatkan kadar

glukosamin pada cairan sinovial. Sesuai dengan hipotesa, persendian memiliki afinitas yang besar

terhadap glukosamin dan memiliki kemampuan untuk menyimpan glukosamin lebih baik daripada jaringan

yang bukan persendian. Cepat terserap pada saluran cerna. Cepat terakumulasi di hati dan sendi. Di

metabolisme di hati dan diekskresikan melalui urin, feses, dan paru (ekskresi melalui air susu masih belum

diketahui).

.: KEGUNAAN :.

Glucosamine memelihara kesehatan persendian

RIFAMPICIN

.: KEMASAN & NO REG :.

Rifampicin 450 mg tablet (1 box berisi 10 strip berisi 10 kaplet), No. Reg : GKL0308508109A1

Rifampicin 600 mg tablet (1 box berisi 10 strip berisi 10 kaplet), No. Reg : GKL0308508109B1

.: FARMAKOLOGI :.

Rifampicin merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri dan

organisme Gram positif. Pada dosis tinggi juga efektif terhadap organisme Gram negatif. Mekanisme kerja

Rifampicin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.

.: INDIKASI :.

Untuk pengobatan tuberkulosa dalam kombinasi dengan antituberkulosa lain.

Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan senyawa leprotik lain.

.: KONTRA INDIKASI :.

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini. • Penderita jaundice, porfiria.