nusantara jumat, 23 desember 2011 celeng larung, … · celeng di sungai bedog oleh djoko pekik....

1
ARDI TERISTI HARDI K URANG lebih seri- bu orang memadati sekitar rumah seni- man Djoko Pekik di Dusun Sembungan, Bangun Jiwo, Kasihan, Kabupaten Ban- tul, DI Yogyakarta, akhir pekan lalu. Mereka berbondong-bon- dong ke rumah seniman terse- but untuk melihat kemeriahan pembukaan Kasongan Bamboo Art Festival 2011. Wajah-wajah penonton tam- pak antusias ingin melihat seperti apa festival bambu yang digagas empat seniman yang terdiri dari Djoko Pekik, Nasirun, Timbul Rahardjo, dan Nur Ibrahim itu. Sekitar pukul 11.30 WIB acara pun dimulai dengan simbolisasi melarung gambar celeng di Sungai Bedog oleh Djoko Pekik. Setelah melarung celeng, para peserta kirab yang me- makai kostum-kostum kreatif kemudian ikut serta menyusuri Sungai Bedog dengan meng- gunakan getek (sampan dari bambu). Beberapa di antara mereka ada yang menggu- nakan ban untuk menyusuri Sungai Bedog. Sejumlah mahasiswa dari Ins titut Seni Indonesia ikut serta berparade menyusuri sungai dengan mengenakan busana warna-warni. Celeng yang dilarung, terang Djoko, merupakan simbol ang- kara murka. ‘’Diharapkan, celeng-celeng yang merajalela segera bisa habis dan tidak menjalar ke sendi-sendi lain di bangsa ini,’’ ucap Djoko Pekik dengan semangat. Dia pun menjabarkan, pada konteks kebersihan sungai, sifat celeng yang merepresentasikan sikap merusak dan mengotori sungai diharapkan sirna dari masyarakat. ‘’Menjaga kebersihan su- ngai tugas masyarakat secara merata,’’ ucapnya. Harapannya, masyarakat bisa memiliki sikap disiplin da- lam menjaga lingkungan, tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah baik berbentuk padat ataupun cair. Djoko Pekik pun meminta masyarakat lebih menghormati air di sungai itu. Menambahi ujaran Djoko Pekik, Timbul Rahardjo, selaku ketua 1 acara tersebut, meng- ungkapkan penyelenggaraan acara tersebut termotivasi oleh semakin rusaknya kondisi lingkungan, terutama sungai. Padahal, sungai memiliki pe- ranan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. ‘’Sebagai sumber kehidup- an. Untuk pengairan, mandi, memancing, tempat bermain anak-anak, dan lainnya,’’ ucap Timbul. Dia teringat pada 1980-an, Sungai Bedog masih diman- faatkan masyarakat untuk kehidupan. Bahkan anak-anak terbiasa mandi dan berenang di sungai. Namun, sekarang anak-anak jarang berenang di sungai. Selain tidak bisa berenang, mereka juga jijik jika mandi di sungai. ‘’Sekarang sungainya kotor, warnanya cokelat. Kalau mandi di situ bikin kulit gatal dan diare,’’ ujarnya. Sikap buruk warga terhadap lingkungan sekitar harus di- ubah. Masyarakat harus mulai menjaga lingkungan dengan beragam cara. Salah satunya lewat Kasongan Art Festival. ‘’Dari sini, kampung-kam- pung lain bisa mengikuti ge- rakan moral tersebut agar lebih cinta kepada lingkungan, terutama sungai. Kalau Sungai Bedog bersih, pengaruhnya akan meluas,’’ imbuhnya. Tidak jauh dari Sungai Bedog terdapat desa wisata Kasongan yang merupakan sentra indus- tri keramik di Yogyakarta. Bila Sungai Bedog bersih, efeknya juga menular ke desa wisata tersebut. Wisatawan akan lebih nya- man ketika mereka datang ke Kasongan yang bersih dan asri. Gotong royong Festival tersebut juga telah menumbuhkan sikap gotong royong dan rukun di kala- ngan masyarakat, sebagaimana dikemukakan budayawan Goe- nawan Mohamad dan Nasir Tamara. Goenawan mengakui ma- syarakat modern telah melu- pakan peran penting sungai. Bahkan sungai hanya dijadikan halaman belakang rumah. Maka, festival tersebut, lanjut Goenawan, membangkitkan semangat masyarakat untuk kembali mencintai alam dan komunitas. Di sisi lain, Nasir Tamara melihat festival bambu di Su- ngai Bedog menunjukkan sikap masyarakat Yogyakarta yang antifeodal dalam kehidupan sehari-hari. Selain menggelar festival, acara tersebut juga menjadi ajang pengumpulan dana un- tuk kebersihan sungai. Nanti- nya program tersebut tidak akan berhenti setelah festival usai. Program membersihkan sungai akan menjadi agenda abadi masyarakat Kasongan. (N-3) [email protected] 11 N N USANTARA USANTARA JUMAT, 23 DESEMBER 2011 Celeng Larung, Bersihkan Sungai Banyak orang mulai melupakan sungai, bahkan sering kali menjadikannya tempat pembuangan limbah. Namun, banyak cara untuk menyelamatkan sungai sebelum terlambat. MI/ARDI TERISTI HARDI PEMBUKAAN FESTIVAL: Para seniman melakukan aksi melarungkan simbol celeng dalam pembukaan Kasongan Bamboo Art Festival 2011 di Sungai Bedog, Bangun Jiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Dari sini, kampung- kampung lain bisa mengikuti gerakan moral tersebut agar lebih cinta kepada lingkungan, terutama sungai.” Timbul Rahardjo Seniman

Upload: ngotruc

Post on 22-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ARDI TERISTI HARDI

KURANG lebih seri-bu orang memadati sekitar rumah seni-man Djoko Pekik di

Dusun Sembungan, Bangun Jiwo, Kasihan, Kabupaten Ban-tul, DI Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Mereka berbondong-bon-

dong ke rumah seniman terse-but untuk melihat kemeriahan pembukaan Kasongan Bamboo Art Festival 2011.

Wajah-wajah penonton tam-pak antusias ingin melihat seperti apa festival bambu yang digagas empat seniman yang terdiri dari Djoko Pekik, Nasirun, Timbul Rahardjo, dan Nur Ibrahim itu.

Sekitar pukul 11.30 WIB acara pun dimulai dengan simbolisasi melarung gambar celeng di Sungai Bedog oleh Djoko Pekik.

Setelah melarung celeng, para peserta kirab yang me-makai kostum-kostum kreatif kemudian ikut serta menyusuri Sungai Bedog dengan meng-gunakan getek (sampan dari bambu). Beberapa di antara mereka ada yang menggu-nakan ban untuk menyusuri Sungai Bedog.

Sejumlah mahasiswa dari Ins titut Seni Indonesia ikut serta berparade menyusuri sungai dengan mengenakan busana warna-warni.

Celeng yang dilarung, terang Djoko, merupakan simbol ang-kara murka. ‘’Diharapkan, celeng-celeng yang merajalela segera bisa habis dan tidak menjalar ke sendi-sendi lain di bangsa ini,’’ ucap Djoko Pekik dengan semangat.

Dia pun menjabarkan, pada konteks kebersihan sungai, sifat celeng yang merepresentasikan sikap merusak dan mengotori sungai diharapkan sirna dari masyarakat.

‘’Menjaga kebersihan su-ngai tugas masyarakat secara merata,’’ ucapnya.

Harapannya, masyarakat bisa memiliki sikap disiplin da-lam menjaga lingkungan, tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah baik berbentuk padat ataupun cair. Djoko Pekik pun meminta masyarakat lebih menghormati air di sungai itu.

Menambahi ujaran Djoko Pekik, Timbul Rahardjo, selaku ketua 1 acara tersebut, meng-ungkapkan penyelenggaraan acara tersebut termotivasi oleh

semakin rusaknya kondisi lingkungan, terutama sungai. Padahal, sungai memiliki pe-ranan dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan.

‘’Sebagai sumber kehidup-an. Untuk pengairan, mandi, memancing, tempat bermain anak-anak, dan lainnya,’’ ucap Timbul.

Dia teringat pada 1980-an, Sungai Bedog masih diman-faatkan masyarakat untuk kehidupan. Bahkan anak-anak terbiasa mandi dan berenang di sungai.

Namun, sekarang anak-anak jarang berenang di sungai. Selain tidak bisa berenang, mereka juga jijik jika mandi di sungai. ‘’Sekarang sungainya kotor, warnanya cokelat. Kalau mandi di situ bikin kulit gatal dan diare,’’ ujarnya.

Sikap buruk warga terhadap lingkungan sekitar harus di-ubah. Masyarakat harus mulai menjaga lingkungan dengan beragam cara. Salah satunya lewat Kasongan Art Festival.

‘’Dari sini, kampung-kam-pung lain bisa mengikuti ge-rakan moral tersebut agar lebih cinta kepada lingkungan,

terutama sungai. Kalau Sungai Bedog bersih, pengaruhnya akan meluas,’’ imbuhnya.

Tidak jauh dari Sungai Bedog terdapat desa wisata Kasongan yang merupakan sentra indus-tri keramik di Yogyakarta. Bila Sungai Bedog bersih, efeknya juga menular ke desa wisata tersebut.

Wisatawan akan lebih nya-man ketika mereka datang ke Kasongan yang bersih dan asri.

Gotong royongFestival tersebut juga telah

menumbuhkan sikap gotong royong dan rukun di kala-ngan masyarakat, sebagaimana dikemukakan budayawan Goe-nawan Mohamad dan Nasir Tamara.

Goenawan mengakui ma-syarakat modern telah melu-pakan peran penting sungai. Bahkan sungai hanya dijadikan halaman belakang rumah. Maka, festival tersebut, lanjut Goenawan, membangkitkan semangat masyarakat untuk kembali mencintai alam dan komunitas.

Di sisi lain, Nasir Tamara melihat festival bambu di Su-ngai Bedog menunjukkan sikap masyarakat Yogyakarta yang antifeodal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menggelar festival, acara tersebut juga menjadi ajang pengumpulan dana un-tuk kebersihan sungai. Nanti-nya program tersebut tidak akan berhenti setelah festival usai. Program membersihkan sungai akan menjadi agenda abadi masyarakat Kasongan. (N-3)

[email protected]

11NNUSANTARAUSANTARA

NUSANTARA

JUMAT, 23 DESEMBER 2011

Celeng Larung, Bersihkan Sungai

Banyak orang mulai melupakan sungai, bahkan sering kali menjadikannya tempat pembuangan limbah. Namun, banyak cara

untuk menyelamatkan sungai sebelum terlambat.

MI/ARDI TERISTI HARDI

PEMBUKAAN FESTIVAL: Para seniman melakukan aksi melarungkan simbol celeng dalam pembukaan Kasongan Bamboo Art Festival 2011 di Sungai Bedog, Bangun Jiwo, Kasihan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Dari sini, kampung-

kampung lain bisa mengikuti gerakan moral tersebut agar lebih cinta kepada lingkungan, terutama sungai.”

Timbul RahardjoSeniman