bab ii kajian pustaka a. celeng -...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng 1. Pengertian Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat jawa menyebutnya, yang berarti babi liar, dalam bahasa latin Susscrofa. Babi liar tersebut tersebar luas di seluruh benua kecuali antartika, sekaligus nenek moyang dari babi peliharaan ataupun babi ternak. (http:/id.wikipedia.org/wiki/Babi_hutan). Babi hutan sudah dipelihara manusia sejak lima ribu tahun lalu dan kini keturunannya pun beranekaragam jenisnya. Hewan ini berkembang biak beranak sepanjang tahun. Berdasarkan hasil pengamatan pada 8 ekor babi hutan celeng betina menunjukkan bahwa mereka beranak antara 2–8 ekor, dengan rata-rata 5 ekor (Anon 1983, dalam Suripto, 1994:4). Babi hutan terutama yang berjenis celeng masih tersebar luas di pulau jawa. Secara geografis penyebaran babi hutan celeng di pulau Jawa masih luas, namun keadaan populasi di masing-masing tempat relatif kecil, sehingga tingkat kepunahan babi hutan berjenis celeng tersebut kemungkinan tidak lama lagi habitatnya akan terancam akibat dari bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa (Blouch 1983, dalam Suripto, 1994:5). 2. Habitat Secara umum habitat babi celeng lebih menyukai yang padat pepohonannya (Suripto, 1994:5). Sementara itu menurut Oliver (1925), dalam Suripto, (1994:5) menyatakan bahwa babi celeng menyukai hutan yang jarang di huni oleh manusia

Upload: dangdat

Post on 03-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Celeng

1. Pengertian

Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat jawa menyebutnya, yang

berarti babi liar, dalam bahasa latin Susscrofa. Babi liar tersebut tersebar luas di

seluruh benua kecuali antartika, sekaligus nenek moyang dari babi peliharaan

ataupun babi ternak. (http:/id.wikipedia.org/wiki/Babi_hutan). Babi hutan sudah

dipelihara manusia sejak lima ribu tahun lalu dan kini keturunannya pun

beranekaragam jenisnya.

Hewan ini berkembang biak beranak sepanjang tahun. Berdasarkan hasil

pengamatan pada 8 ekor babi hutan celeng betina menunjukkan bahwa mereka

beranak antara 2–8 ekor, dengan rata-rata 5 ekor (Anon 1983, dalam Suripto,

1994:4). Babi hutan terutama yang berjenis celeng masih tersebar luas di pulau jawa.

Secara geografis penyebaran babi hutan celeng di pulau Jawa masih luas, namun

keadaan populasi di masing-masing tempat relatif kecil, sehingga tingkat kepunahan

babi hutan berjenis celeng tersebut kemungkinan tidak lama lagi habitatnya akan

terancam akibat dari bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa

(Blouch 1983, dalam Suripto, 1994:5).

2. Habitat

Secara umum habitat babi celeng lebih menyukai yang padat pepohonannya

(Suripto, 1994:5). Sementara itu menurut Oliver (1925), dalam Suripto, (1994:5)

menyatakan bahwa babi celeng menyukai hutan yang jarang di huni oleh manusia

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

6

sebagai habitatnya. Namun secara umum Blouch (1988), dalam Suripto, (1994:5-6)

menyimpulkan bahwa babi celeng hanya di temukan di tempat ketinggian di bawah

800 m. hewan ini banyak di temukan di daerah yang terbuka atau hutan yang jarang

di huni oleh manusia.

3. Morfologi

Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai panjang

badan 1.350 - 1.500 mm, dengan tinggi mencapai 950 – 1.050 mm, berat tubuh

jantan berkisar antara 75 – 200 kg (Jamaludin, 2007:12). Ukuran tubuhnya lebih

kecil dari pada babi berjanggut, warna lebih gelap, kepala lebih pendek tanpa janggut

pada rahang bawah, tanpa kutil dan bulu keras memanjang di atas moncong (Payne,

et al., 2000, dalam Jamaludin, 2007:12). Hidungnya mempunyai lempengan tulang

dan otot yang kuat yang berfungsi untuk menggali permukaan tanah untuk mencari

makanan seperti umbi dan akar-akaran (Koen Setyawan, 2006:12).

Repro Gambar 2.1 Babi Celeng (Sus scrofa)

(Sumber: http:// www.flickr.com/photos/sexecutioner/4846205506/?rb=1 diunduh pada 8 Maret 2015jam 22.23 WIB)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

7

Selain itu, salah satunya yang membedakan jantan dan betina adalah pada

gigi taring yang terdapat pada babi hutan yang berjenis celeng tersebut. Babi celeng

jantan mempunyai taring lebih besar dari pada betina yang mempunyai taring kecil

dan hampir tak terlihat.

Repro Gambar 2.2 Babi Celeng (Sus scrofa)

(Sumber: http:// c2.staticflickr.com/8/7460/8750051577_9f89429910_b.jpg diunduh pada 18 September 2015 jam 11:55 WIB)

4. Jenis-Jenis Babi hutan

Selain babi hutan berjenis celeng, di Indonesia terdapat beberapa jenis babi

hutan lainnya. Berikut ini adalah jenis babi hutan lain yang terdapat di Indonesia :

a) Babi berjanggut (Sus barbatus)

Babi berjanggut terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Tinggi tubuh

babi berjanggut antara 800 – 900 mm. Panjang kepala dan badan 1000 –

1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang

200 – 250 mm, panjang tengkorak 400 – 500 mm dan berat badan 100 –

150 kg (Payne, et al., 2000), dalam Jamaludin, 2007:11). Kepala lebih

memanjang dari jenis babi lain, mempunyai rumbai-rumbai rambut pada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

8

setengah bagian moncong. Warna abu-abu agak merah muda yang terlihat

hamper putih di bawah cahaya tertentu warnanya putih seperti kapur,

kelabu sampai kekuning-kuningan.

Repro Gambar 2.3. Babi berjanggut (Sus barbatus)

Sumber : ((http://www.doliwa-naturfoto.de/Bilder-Galerie/Tiere/Saeugetiere/Schwein/Schwein1/Schwein1a/schwein1a.html)

diunduh tanggal 8 Maret 2015 jam 22.34 WIB)

Babi berjanggut memakan bermacam-macam akar, umbi-umbi, buah-

buahan yang jatuh dan bangkai. Babi berjanggut merupakan satwa

crepuscular dan noktural, kadang-kadang juga aktif sepanjang hari

terutama sewaktu turun hujan. Jika hari panas ia beristirahat pada

tumpukan cabang dan ranting yang di potong dengan giginya serta di atur

dalam bentuk sarang. Pada saat tertentu, babi berjanggut membentuk

kawanan berjumlah sampai ratusan ekor yang mendiami territorial yang

luas (Jamaludin, 2007:11).

b) Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus)

Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai

panjang tubuh 135 cm, dengan tinggi mencapai 90 cm, berat tubuh jantan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

9

berkisar antara 80 – 120 kg dan berat tubuh betina hanya sekitar setengah

berat dari pada hewan jantan. Hewan bermoncong panjang dengan ujung

moncong berbentuk discus, telinga oval, tubuhnya berkulit tebal dengan

rambut kaku yang warnanya bervariasi mulai dari merah-kecokelatan

muda sampai cokelat kekuningan atau hitam. Kakinya berteracak genap,

jari kedua dan kelima lebih ramping dari pada ketiga dan keempat. Ciri-

ciri babi hutan jantan adalah taring besar, panjang, dan melengkung.

Sedangkan betina hanya taring kecil yang kadang hampir tak terlihat. Ciri

yang sangat menonjol adalah adanya tonjolan daging (“kutil”) yang besar

di bawah mata, dan tonjolan daging yang relatif lebih kecil di depan mata

dan di rahang (Groves 1981, dalam Suripto, 1994:5)

Repro Gambar 2.4. Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus)

Sumber : ((http://http://www.ultimateungulate.com/Images/Sus_verrucosus/S_verrucosus

PdC32.jpg) diunduh tanggal 17 September 2015 Jam 03.47 WIB).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

10

c) Babi hutan Sulawesi (Sus celebensis)

Babi jenis ini memiliki panjang tubuh total antara 800 – 1300 mm.

Berat badannya mencapai 40 – 70 kg dengan tinggi tubuh 700 mm pada

saat dewasa (Huffman 1999, dalam Jamaludin, 2007:5).

Babi hutan Sulawesi aktif mencari makan pada siang hari (diurnal)

walaupun kadang-kadang aktif pula pada malam hari (nokturnal).

Makanan babi hutan Sulawesi adalah akar-akaran, dedaunan, buah-

buahan, tunas, bangkai dan serangga. Habitat dari babi hutan Sulawesi

adalah hutan rawa sampai pegunungan.

Repro Gambar 2.5. Babi Hutan Sulawesi (Sus celebensis)

Sumber :

((https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/ca/Sus_scrofa_1_-

_Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&imgrefurl=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sus_Celebensis_1_-

_Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&h=2103&w=3081&tbnid=Tx7dCQ_auYglRM:&docid=D73wrjYFkH9YaM&ei=qdf5VaSuFM69ugTivL_IAg&tbm=isch&ved=0CCgQMygPMA9qFQoTCOSm7te4_McCFc6ejgodYt4PKQ) diunduh tanggal 17

September 2015 Jam 04.06 WIB).

d) Babirusa (Babyrousa babyrussa)

Babirusa merupakan satwa endemik Sulawesi. Ciri paling khas pada

babi pendek bulat seperti sosis ini adalah giginya. Dua taring besar

menembus kulit moncongnya lalu mencuat bengkok ke belakang sampai

di depan matanya. Badannya memanjang, punggung agak lengkung,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

11

kepala agak kecil, kaki panjang dan ramping sertakuat (Kinnaird 2002,

dalam Jamaludin, 2007:13).

Babirusa menyukai habitat berair, seperti rawa dan semak-semak yang

basah. Jenis pakan yang disukai adalah buah-buahan yang jatuh dari

pohon. Populasi babirusa terus menurun karena kehilangan habitat dan

perburuan liar. Satwa liar ini termasuk dalam daftar satwa liar yang

dilindungi, baik secara nasional maupun internasional (Jamaludin,

2007:14).

Repro Gambar 2.6. Babirusa (Babyrousa babyrussa)

Sumber : ((http://cokesmithphototravel.com/image/62383954.jpg) diunduh tanggal 18 September 2015 jam 11.35 WIB).

B. Definisi Seni

Seni menurut filsuf Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai penyaluran

perasaan, dengan maksud bahwa seni ialah membangun perasaan yang dialami, lalu

dengan perantaraan garis, warna, bunyi atau bentuk, mengungkapkan apa yang

dirasakan sehingga orang lain tergugah perasaanya secara sama. Thomas Monroe

memiliki definisi sendiri, seni merupakan alat buatan manusia untuk menimbulkan

efek-efek psikologi manusia yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

12

tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun

emosional. Selain menurut pendapat filosuf-filosuf diatas, pendapat Sudarso SP

tentang seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman

batinnya secara indah dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman

batin manusia yang melihatnya (P. Mulyadi, 2000:6).

Seni menurut Nooryan Bahari dalam sebuah bukunya "Kritik Seni, Wacana,

Apresiasi dan Kreasi" menjelaskan bahwa seni merupakan suatu bentuk keterampilan

yang diperoleh melalui pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan (Nooryan

Bahari, 2008:61).

Pendapat penulis seni adalah suatu bakat, kecerdasan dan ketrampilan yang

dimiliki manusia dengan imajinasi kreatif mereka untuk menciptakan hal-hal yang

baru. Melalui ungkapan batin yang dirasakan untuk divisualiasikan ke dalam sebuah

obyek, sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang melihatnya.

C. Definisi Seni Rupa

Seni rupa merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa

manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat kedalam bentuk yang ditangkap

oleh indera pengelihatan (Van Hoeve 1992, dalam Mikke Susanto, 2011:354).

Sedangkan pengertian yang lainnya seni adalah suatu wujud hasil karya manusia

yang diterima dengan indera pengelihatan. Seni rupa secara garis besar dibagi

menjadi seni murni dengan seni terap. Seni murni adalah istilah untuk menandai

bahwa karya yang dihasilkan benar-benar murni sebagai media ekspresi, yang

meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis dengan berbagai teknik beserta

aliran-aliranya (Nooryan Bahari, 2008:61).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

13

Menurut penulis dari kesimpulan pengertian seni berpendapat bahwa seni

adalah wujud hasil karya manusia yang indah dan menarik yang

mengekspresikannya lewat objek-objek dua dimensional ataupun tiga dimensional,

sehingga orang lain akan tergugah perasaanya bila melihatnya.

D. Komponen Seni

Karya seni tidak bisa terlepas dari komponen-komponen karya seni dalam

berkarya. Komponen-komponen tersebut ialah tema, bentuk, dan isi atau arti.

1. Subject matter atau tema

Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni

kepada khalayak. Tema bisa saja menyangkut masalah sosial, budaya, religi,

pendidikan, politik, pembangunan, dan sebagainya (Nooryan Bahari, 2006:22).

2. Bentuk

Merupakan hasil karya yang berwujud, berbangun, gambaran, rupa, sistem

susunan. Dalam karya seni rupa biasanya dikatkan dengan matra yang ada, seperti

bentuk dwimatra atau trimatra (Mikke Susanto, 2011:54).

3. Isi atau arti

Isi merupakan arti yang esensial dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan

sebagai bentuk sejenis emosi. Aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan

terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa

bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi. Terhadap kita, atau

menstimulasi aktifitas intelektual penghayatan sebenarnya kita sedang berhadapan

dengan isi atau arti (P. Mulyadi, 1998:16).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

14

E. Elemen-elemen Seni Rupa

Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto dalam bukunya “NIRMANA” terdapat

elemen-elemen penting dasar seni rupa yang meliputi warna, bentuk (termasuk

unsur-unsur garis dan titik), bidang dan tekstur.

1. Warna

Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat

mempengaruhi pengelihatan manusia. Warna memiliki tiga dimensi dasar

Hue, nilai (Value) dan intensitas (Intensity) (Nooryan Bahari, 2006:100).

Penggunaan warna dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini secara

keseluruhan penulis menggunakan warna primer seperti merah, biru, dan

kuning, warna sekunder, seperti hijau, maupun warna tersier, seperti ungu.

2. Bentuk

Benda apa saja di alam ini, juga karya seni maupun desain, tentu

mempunyai bentuk (form). Bentuk apa saja yang ada di alam dapat

disederhanakan menjadi titik, garis, dan bidang. Menurut penulis dalam

pandangan seni rupa, bentuk mempunyai unsur-unsur yang meliputi:

a) Titik

Merupakan sentuhan alat tulis ataupun alat gambar tanpa

pergeseran sedikitpun dari suatu alat tulis yang menghasilkan bekas.

Bentuk bekas tersebut dinamakan titik. Tidak peduli alat yang

digunakan apakah runcing seperti ujung pensil atau benda besar

seperti sapu ijuk yang dicelup cat sebagai penyentuhnya (Sanyoto, S.

E., 2010:83-84).

b) Garis

Merupakan sentuhan alat gambar atau penggores yang lain dan

berusaha menggerakkannya pada bidang gambar maka akan

meninggalkan bekas goresan atau garis (Sanyoto, S. E., 2010:86).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

15

Penulis menggunakan dua jenis garis (garis nyata dan garis

semu) dalam karyanya. Garis nyata muncul karena outline (berwarna),

sedangkan garis semu terlihat pada pertemuan antara obyek dengan

obyek lain dan pada background.

3. Bidang

Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi

panjang dan lebar serta menutup permukaan. Sebagai contoh triplek, kertas,

karton, seng, papan tulis, dan semacamnya (Sanyoto, S. E., 2010:103).

Raut-raut bidang diantaranya raut bidang geometri yaitu raut bidang

yang dibuat secara matematis. Terdapat pula raut bidang organik yaitu bidang

yang dibatasi garis lengkung bebas (Sanyoto, S. E, 2010:104).

Penerapan bidang dalam visualisai karya tugas akhir kali ini secara

keseluruhan dari delapan karya yang disajikan penulis menggunakan bidang

organik.

Repro Gambar 2.7. Beberapa Macam Bidang

(Sumber : Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana: Elemen-Elemen Seni dan Desain”. Tahun 2010, halaman 105)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

16

4. Tekstur

Setiap permukaan atau raut tentu memiliki nilai atau ciri khas. Nilai

atau ciri khas permukaan tersebut dapat kasar, halus, polos,

bermotif/bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya.

Dengan demikian, tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan atau

raut (Sanyoto, S. E., 2010:120).

Visualisai karya celeng dalam delapan karya yang disajikan salah

satunya terdapat dua jenis tekstur sekaligus, yakni pada karya “celeng 5”,

tekstur tersebut meliputi tekstur semu dan tekstur nyata.

F. Prinsip-prinsip Seni Rupa

Secara garis besar dalam seni rupa bahwa untuk menciptakan karya seni

selalu berpegang pada prinsip keorganisasian biasanya disebut prinsip organisasi,

prinsip desain, atau asas-asas desain, antara lain proportion (proporsi), rhytm

(irama), unity (kesatuan), balance (keseimbangan) dan dominans (penekanan).

Dalam komposisi perlu diperhatikan adanya unsur yang saling berintegrasi dan

saling mendukung. Oleh sebab itu, tidak perlu bahwa tiap-tiap unsur memiliki

kekuatan yang sama (Mulyadi, P., 1998:22).

1. Proporsi

Proporsi berasal dari kata inggris proportion yang artinya

perbandingan, proporsional artinya setimbang, sebanding. Dengan demikian

proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan dari penciptaan karya seni

yang dibuat atas dasar kaidah-kaidah perbandingan yang dianggap paling

ideal sehingga diperoleh karya seni/desain yang menarik (Sanyoto, S. E.,

2010:249-251).

Bagi penulis proporsi dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini

sangatlah penting, karena dalam pengerjaan karya celeng pada dasarnya harus

paham/mengerti proporsi bentuk figur celeng secara utuh sebelum di eksekusi

dalam media kanvas dengan menggunakan teknik deformasi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

17

2. Irama

Irama/ritme dalam seni rupa ialah gerak perulangan atau gerak

mengalir/aliran yang ajeg, runtut teratur, terus-menerus. Pengertian ajeg

dalam irama artinya bias keajegan pengungalangan dengan kesamaan-

kesamaan atau pengulangan dengan perubahan-perubahan (dekat) atau

keajegan pengulangan kekontras-kontrasan/pertentangan-pertentangan yang

kesemuanya dilakukan secara runtut, teratur, terus menerus, seperti sebuah

aliran tanpa henti. Ajeg sesungguhnya dari istilah kata bahasa jawa yang

artinya terus menerus dengan jarak, waktu, gerak, yang sama (Sanyoto, S. E.,

2010:160-161).

Bagi penulis dalam visualisai karya tugas akhir kali ini, irama/ritme

hanya digunakan pada beberapa karya yang disajikan, salah satunya pada

karya “celeng 2”. Pada karya ini terdapat irama/ritme pada dua objek

dibelakang objek utama. Dua objek tersebut terdapat pengulangan objek

utama yang diposisikan berhadapan dengan warna yang berbeda.

3. Kesatuan

Prinsip dasar kesatuan adalah seluruh bagian-bagian atau dari semua

unsur/elemen harus saling berhubungan antara satu dengan bagian yang

lainnya agar menjadi satu keutuhan (Sanyoto, S. E., 2010:213).

Bagi penulis dalam viualisasi semua karya yang disajikan terdapat

juga kesatuan dari seluruh bagian-bagian unsur-unsur yang saling

berhubungan, dari delapan karya yang disajikan salah satunya pada karya

“celeng 1” terdapat beberapa unsur-unsur seni rupa yang saling berhubungan,

unsur-unsur tersebut meliputi proporsi, irama/pengulangan, dan

dominasi/penekanan.

4. Keseimbangan

Keseimbangan atau balans dari kata balance merupakan salah satu

prinsip dasar seni rupa. Karya seni/desain harus memiliki keseimbangan, agar

enak dilihat, tenang, tidak berat sebelah. Seperti halnya jika kita dekat dengan

pohon atau bangunan yang doyong akan roboh yang berarti dalam keadaan

kurang seimbang, perasaan kita tidak enak, tidak tenang, gelisah, takut

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

18

kejatuhan. Demikian juga pada karya seni/desain yang tidak seimbang akan

tidak enak dilihat dan menggelisahkan (Sanyoto, S. E., 2010:237).

Bagi penulis dalam penyajian sebuah karya tugas akhir kali ini secara

keseluruhan tidak begitu menerapkan keseimbangan yang simetris melainkan

keseimbangan asimetris.

5. Dominasi atau Penekanan

Dominasi berasal dari kata kerja domination yang artinya penjajah.

Banyak kata yang kita jumpai memiliki kedekatan arti, misalnya dominance

artinya keunggulan, dominant yang berarti unggul, istimewa, domineer yang

artinya menguasai.

Dengan demikian dominasi dalam karya seni bisa disebut penjajah

atau menguasai. Namun, dominasi bisa juga disebut keunggulan,

keistimewaan, keunikan, keganjilan, kelainan/penyimpangan (anomali).

Setiap karya seni harus memiliki dominasi agar tampak terlihat lebih menarik

(Sanyoto, S. E., 2010:225).

Bagi penulis dominasi/penekanan dalam visualisai karya tugas akhir

kali ini juga tidak kalah pentingnya, karena dari sekian karya yang saya

sajikan hampir semua karya, celeng begitu dominan dari segi objek utama

maupun celeng yang dijadikan background.

G. Komposisi

Komposisi merupakan kombinasi berbagai elemen gambar atau karya seni

untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan unsur-

unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk

tercapainya proporsi yang menarik serta artistik (Mikke Susanto, 2011:226-227).

Komposisi dalam sebuah karya seni terbagi menjadi 4 tipe, yaitu komposisi

terbuka, komposisi tertutup, komposisi statis, dan komposisi dinamis.

Komposisi terbuka merupakan aransemen atau komposisi tanpa ada batasan.

Figure atau objek dapat muncul di dalam atau diluar frame secara random dan objek

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

19

dapat disajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandanganmata penonton.

Sedangkan komposisi tertutup adalah tipe komposisi yang semua elemen gambar

muncul hanya mengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batas pandang

penonton (Mikke Susanto, 2011:226-227).

Selain komposisi terbuka dan komposisi tertutup masih terdapat dua

komposisi lainnya, yaitu komposisi statis dan komposisi dinamis. Komposisi statis

ialah komposisi dengan suatu struktur yang tersusun oleh suatu bentuk yang teratur

dalam bentuk-bentuk geometrik, dalam suatu kesamaan bentuk, dan dalam struktur

vertikal-horizontal. Komposisi dinamis adalah komposisi yang diciptakan merupakan

bentuk-bentuk organik di dalam alam, dalam struktur yang lebih bebas vertikal-

horizontal-diagonal-radial (Arfial Arsad Hakim,1997: 36).

Komposisi secara keseluruhan dalam visualisasi karya yang disajikan

terdapat dua komposisi, yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Dimana komposisi

terbuka tersebut meliputi karya “celeng 1, celeng 2, celeng 4, celeng 5, dan celeng

8”. Sedangkan komposisi tertutup meliputi karya “celeng 3, celeng 6, dan celeng 7”.

H. Deformasi

Deformasi merupakan sebuah perubahan susunan bentuk yang

dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan seni, yang sering terkesan sangat

kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau yang

sebenarnya. Hal ini dapat memunculkan figur/karakter baru yang lain dari

sebelumnya. Adapun cara mengubah bentuk antara lain dengan cara simplifikasi

(penyederhanaan), distorsi (pembiasan), distruksi (perusakan) dan stilisasi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

20

(penggayaan) atau kombinasi di antara semua susunan bentuk (mix). (Mikke

Susanto, 2011:98)

Bagi penulis deformasi sangatlah penting dalam berkarya atau saat

memvisualisasikan konsep kedalam sebuah karya, karena penulis ingin

memperkenalkan karakteristik celeng dengan figur/karakter baru yang pada

bentuk tubuh celeng tersebut di deformasi agar terlihat lucu dan menarik.

I. Referensi Karya

1. Djoko Pekik

Repro Gambar 2.8. Berburu Celeng

Sumber : ((http://www.siperubahan.com/data/2014/05/05/lukisan-berburu-celeng.jpg) diunduh 19 September 2015 jam 21.49 WIB)

Djoko Pekik dikenal salah satu seniman yang kritis pada situasi politik di

negara ini. Dengan karyanya “Indonesia 1998 Berburu Celeng”, Djoko pekik

menyandang julukan pelukis satu milyar karena karyanya tersebut terjual hingga satu

milyar rupiah di era tahun 1998.

Karya berburu celeng tersebut merupakan salah satu karya Trilogi favoritnya.

Karya trilogi tersebut adalah “Susu Raja Celeng” (1996), “Indonesia 1998 Berburu

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

21

Celeng”(1998), dan “Tanpa Bunga dan Tanpa Telegram” (2000). Obyek celeng

karya tersebut menandakan simbol rakus yang sangat merugikan di berbagai sisi

manapun, dari sisi manusia entah ekosistem ataupun yang lainnya. Sehingga orang-

orang memburunya beramai-ramai.

Penulis terinspirasi pada salah satu karya Djoko pekik “Indonesia 1998

Berburu Celeng”, karena objek celeng karya tersebut terdapat deformasi. Pada objek

celeng terlihat bentuk badan dan perut sengaja dibuat besar untuk dilebih-lebihkan

(distorsi) dan berbentuk oval. Karya tersebut menggambarkan karakter sifat celeng

yang sangat rakus serta sifatnya yang merusak dan berdampak merugikan

masyarakat, sehingga celeng tersebut diburu orang beramai-ramai untuk

dimusnahkan.

2. Piglet

Repro Gambar 2.9. Piglet Winnie the Pooh Sumber : ((http://dgeiu3fz282x5.cloudfront.net/g/l/lg61252b.jpg) diunduh 22 Maret 2016

jam 04.55 WIB)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

22

Piglet adalah karakter fiksi dari buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the

Pooh”. Piglet adalah bayi babi yang merupakan teman baik dari pooh si beruang

madu. Walaupun piglet merupakan bayi babi yang pemalu dan penakut, ia ingin bisa

mengalahkan rasa takutnya untuk menjadi babi yang pemberani Meskipun ia

memiliki tubuh sangat kecil dan gaya bicaranya gagap.

Figur bayi babi piglet pada buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the

Pooh” menginspirasi penulis untuk mengolah bentuk celeng dalam visualisasi

karyanya lewat teknik deformasi tepatnya untuk disederhanakan (simplifikasi).

Penulis dalam menggunakan deformasi pada visualisasi karya yang akan disajikan

untuk tugas akhir kali ini bertujuan agar dapat terlihat lucu dan menarik.

3. Greg Craola

Repro Gambar 2.10. Karya Greg Craola

Sumber : ((http:// httpwww.booooooom.comwp-contentuploads200911greg_craola_simkins_01) diunduh 12 November 2015 jam 15.14

WIB)

Visualisasi kartun yang ditampilkan penulis terinspirasi oleh Greg Craola,

seniman yang mengkhususkan karya dalam obyek binatang. Setiap karakter di dalam

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Celeng - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0609014_bab2.pdf · 1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang 200

23

karyanya, anatomi hewan didistorsi seperti kartun. Hal tersebut menginspirasi

penulis untuk memvisualisasikan karya juga dalam bentuk kartun.