notulensi stadium general i
DESCRIPTION
Kongres SungaiTRANSCRIPT
Stadium General
Kongres Sungai Indonesia 2015
Sungai Sebagai Pusat Peradaban Bagi Kelangsungan Hidup dan
Kesejahteraan Bersama
Rabu, 26 Agustus 2015 di Ballroom Hotel Surya Yudha Park Banjarnegara
Mulai : 15.00 WIB
Moderator : Eva Kusuma Sundari
Untuk mempersingkat waktu saya akan memanggil Prof Suratman dari UGM, Dr. Ari
Setiadi Murwanto dari Ka Balitbang PU dan Prof Sudharto dari Undip Semarang.
Dalam forum ini kita membahas apa latar belakang dan mau kemana kita dan kita
mau mendengarkan dari para akademisi. Saya sedikiti mengulang dari kegelisahan
Pak Gubernur ketika ada peringatan dari dunia bahwa tahun 2025 mengalami krisi
dan tidak terasa kita memikirkannya. Kalau kita tidak bisa memenej kita akan
dihadaptkan pada devisit air. Di tahun 2025 kita darurat air dan forum ini sangat
strategis karena air sudah torkontaminasi sehingga daya dukung kita menurun.
Fakta lain sudah banyak komunitas yang melakukan rekonstruksi tapi belum
terhubung dengan beberapa eleme lain.
Oleh karena itu memon ini kan untuk bergerak kearah yang sama. Menjawab
masalah bangsa yang sama dan menjadi satu titik pijakan bisa mendukung
kehidupan dan bisa menyelamatkan. Momen itu ada ketika Presiden udah
mencanangkan revolusi mental dan itu harus dirubah baik dari pola konsumen ke
produsen dan dari daratan ke lautan. Poros maritim bersumber dari sungai-sungai
Halaman 1
NOTULENSI
tersebut. Kita ingin berintegrasi yang sama pada salah satu tujuan yang
memastikan paham dan semua alamiah yang di hulu dan nadinya itu yang kita
anggap untuk medefinisikan secara strategis. Kira-kira poin apa yang ingin
diciptakan dari skenarionya dan problem yang disepakati hingga diakhir kongres
ada komitmen bersama.
Saya bergembira sekali hari ini karena kegiatan sudah menyertakan banyak
stakeholder dan ini pola yang menarik karena dapat melakukan rehabilitasi sungai
tersebut. Saya berharap pada sesi ini bisa memantik semangat dan mempertajam
kita dalam masalah-masalah selanjutnya dan kita bisa memecahkan masalah
bangsa tersebut secara bersama dan mudah-mudahan ini bisa menadi bentuk
penyelamatan dunia. Pada tahun 2015 devisit air bisa dihindarkan. Diantaranya
sudah disampaikan usulan menyiapkan salam dalam kongres ini dan mudah-
mudahan kongres ini bisa dilanjutkan di Jawa Timur.
Kalau saya mennyebut ‘AIR’ teman-teman menjawabnya ‘HIDUPKU’. ‘SUNGAI ‘
dijawab oleh teman-teman dengan ‘NADIKU’ dan ‘Maritim’ teman-teman bisa
menjawab ‘BUDAYAKU’. Latar belakangnya demikian karena negara kita banyak air
dan komponen air itu bergerak dalam tubuh kita serta maritim dapat merubah cara
bekerja dengan merevolusi mental yang dimulai dari cara pikir dimana sungai dan
laut harus di depan kita sehingga cara berfikirnya pun kita akan meperlakukan yang
baru.
Baik, kita segera saja mulai untuk mendengarkan paparan dari Prof Suratman dan
selama dua puluh menitan. Prof Suratman ini aktif di UGM dan beliau orang yang
antusis.sekali ketika dimintai pendapatnya. Monggo, Pak.
1. Air Untuk Kesejahteraan RakyatProf Suratman – UGMAssalamu’alaikum WR WBSemoga bapak ibu sekalian bahagia-bahagia. Tadi Ibu Eva telah
menyampaikan yel-yel dan saya juga ingin melengkapinya. Saya tidak ingin
bercerita tentang teori kampus. Saya akan bercerita dari evolusi
metamorvosis karya nyata di Gajah Mada dan masyarakat Code di mana
Halaman 2
semuanya harus nyembur kali. Kami bawa juga rombongan Winongo dan
Kelompok Code.
Mari bapak ibu sekalian untuk bersahabat. “SALAM SAHABAT SUNGAI” dan
bapak ibu cukup menjawab dengan kata “SUNGAI DI HATIKU”. Ini mendalam
dengan cara melambaikan tangan. Baik. Ini saya kira materi nanti bisa dikopi.
Mengapa sekarang teori kampus ini ga jalan? Kami di Jogja punya spirit
renaisan dan di Jogja pula ada Jogja Istimewa. Sultan bahkan pernah turun ke
sungai. Di Jogja sudah ngerumat kali biar tak kualat. Kemudian merengkuh
kali dengan penerapan hamemayu hayuning bawana, lalu ngrekuh kali
berdasarkan pendekatan budaya.
Negara kita ini melimpah air tapi lupa membangunnya. Caranya kita perlu
membuat resapan atau genthong untuk bersih-bersih dan sekarang tidak ada
gentong itu di rumah. Jadi kita sudah luntur budaya itu. Kita punya luas laut
lebih daripada darat. Nah kalau rusak, baik darat, laut dan udara ini kita perlu
selamatkan. Sungai itu kering ga masalah, tapi cara mendapatkan air itu
bagaimana ya di tabung. Jadi kami buat group kelompok dengan memanen
air. Jadi ngerumat kali juga ngerumat hujan.
Bapak ibu sekarang ini kita memang perlu merumat sungai dan rumat danau,
rumat iklim dan yang ditengah nanti bisa dirumuskan untuk bapak ibu
semuanya. Oh, sampahnya banyak, hutannya mengecil. Terus akhirnya
lautnya hancur. DAS yang heppi itu ada banyak hutan. Kalau menipis ya kita
sedih. Lha ini indikasi yang harus diperhatikan. Ini ada beberapa DAS yang
perlu diselatamtkan. (lihat tabel).
Yang penting kita selamatkan adalah jantung paru-paru karena itu letaknya
diatas. Kita pernah mendapat bintang dunia. Tapi maaf sungai yang darurat
adalah Ciliwung. DAS Serayu itu banyak longsor dan ini harus inovasi yang
kuat dalam melestarikannya. Kita harus tahu diri bagaimaa melestarikannya.
Emergensinya kritis dan dulu Pak Emil Salim sudah memprediksikan dan
sekarang sudah super kritis tapi kita memang bangsa yang toleran. Berapa
biayanya 668 milyar per tahun dan ini adalah kehancuran.
Halaman 3
Lalu yang mana yang rusak? DAS itu dimulai dari atas karena kodratnya dari
penggundulan. Penghunian itu di Jawa padat dan di luar Jawa berbeda-beda.
Limbah domestic dalam budaya buang sampah juga demikian. Yang
membuat sungai tercemar adalah ibu-ibu karena dari belanja dan ke dapur
itu adalah produksi ibu-ibu semua. Kami mempunyai terobosan Srikandi
Sungai namanya. Kegawatan sungai sejak tahun 1970 dan bertambah 2 DAS
per tahun. Jadi kongres ini tidak main-main dalam merumuskan berapa target
untuk Jawa yang bisa diselamatkan.
Agar hal ini tidak stagnan dan kami menawarkan holistic sinergisme dimana
pohon bersinergis, pemerintah sinergi dan ini perlu secara gotong royong.
Apalagi pohon bisa bekerja sendiri dalam mensinergikan dialog alam. Nah,
kemudian yang terakhir holistic suistinable. Holistic cirinya kalau bapak ibu
bisa terpadu, yang pertambangan, wisata saling menghasilkan dan bisa pula
berbasis out come oriented. Kemudian ada pula pengkayaan DAS karena kita
kaya sekali. Baik kaya mata air, kaya tambang dan ini bisa menjadi PR. Lalu
ada Hapiness dimana yang tinggal di sekitar sungai harus bahagia. Dan kita
perlu menjadikan sungai adalah budayaku. Ditambah dengan budaya
corporative responsibility.
Selain itu, dari holistic ke kepelimpahan serta menjadi kelangsungan dan
kelanggungan hidup ini karena makhluk hidup semuanya bisa hidup. Ada lima
prinsip tentang conserving while using. Ketika bapak ibu punya kayu
bagamana? Lalu sebaiknya perlu dibalik dalam memahami kayu ini dan kita
punya berapa persen mengambil dari alam dan untuk alam kita sudah
berbuat apa? Ada juga tentang pemberdayaan karena inproving itu penting.
Nah terkait holistic perlu adanya harmoni peran bersama dengan swasta dan
pemerintah.
Namun kata kuncinya jangan mudah tersinggung. Sementara untuk
suksesnya restorasi sungai adalah pekerjaannya kepala daerah seperti Pak
Ahok. Dalam menangani krisis globalnya adalah air, pangan dan memuncak
Halaman 4
pada hal lainnya. Semua sungai adalah enterprenership dan kita perlu
mendidik generasi penerus untuk terus digerakkan karena ini akan menjadi
poros-porosnya. Baik, untuk macam-macam kali ada Kali Waras, Kali Urip, Kali
Digdaya, Kali rahayu bahkan ada yang menjadikan sungai sebagai inspirasi
dan lain-lain.
Nah, Kali Rahyu juga sungai happiness dan di sungai untuk digunakan
mancing dan ciblon bagi anak-anak kecil di kali. Saya ceritakan ini agar kita
semua terjun kelapangan untuk menjadi bangga dan pelopor terhadap
sesama dan kami pernah membuat video yang bekerja sama dengan
Australia, Korea dan Amerika dimana hal ini sangat menarik untuk bangsa
lain. Namun saya menekankan kalau bisa saya berharap bahwa di Indonesia
tercetus gerakan dari wanita. (Peserta diajak nonton video gerakan restorasi
sungai).Terima kasih bapak ibu seklaian. Memahami isi video ini rasanya saya sangat
menangis. Di forum ini semoga tidak. Sekian dan Wassalamu;alaikum WR
WB.
ModeratorRasanya saya sama. Saya juga ingin menangis. Saya sudah mencatat
beberapa poin dan ini membuat saya memang akan menangis. Sekarang kita
mendengarkan dari Pak Adri untuk mengenai tata kelola dalam perspektif
regulator dan sudah banyak suara-suara dari komunitas sungai-sungai yang
memilik ide-ide luar biasa. kepada Pak Ari silakan.
2. Dr. Ari Setiadi Murwanto - Ka. Balitbang PU Assalamu’alaikum WR WBSaya ingin melanjutkan dari Pak Suratman. Air itu milik kita semua. Saya
memohon maaf karena Pak Menteri tidak bisa hadir namun insyallah besok
Jumat bisa datang. Baik bapak ibu semua. Kita mengawali dari satu lirik yang
dituis dari the rolis dan saya juga pernah meneliti akan masalah ini. Ketika
ditanya saya juga sedih karena kita punya probelm-problem ketika kita ingin
mengelola kok begini. Jadi dulu kita kenal musim kemaru, musim hujan yang
tergantung matahari ada di mana. Namun negara ini kaya dan sangat
mempengaruhi hidrologi apalagi kita diapit oleh dua samudra besar. Kalau
kita musim hangat karena angin samudra masuk dan membuat Indonesia
Halaman 5
kemarau. Efeknya kalau musim hujan bisa lebat sekali. Ada juga Samudera
Hindia dan kita bisa mencermatinya. Saya yakin bapak ibu bisa mencemati
karena bapak ibu petani sudah faham mengani perubahan iklim tapi kami
hanya dari segi ilmiah.
Hutan kita sudah kritis dan kita perlu jujur terkait di Pulau Jawa ini. Yang
positif adalah kita mengamati dari 100 tahun pola hujan kita adalah
intesitasnya meningkat. Kita perlu mempelajari dan sekarang sedang
membuat peta terkait intensitas hujan yang sudah terlihat jelas dari masing-
masing daerah. Kami ingin mencoba untuk itu karena itu terkait air milik
bersama dan ini menjadi pengelolaan bersama. Kalau kita melihat punya
musim hujan dan kemarau penghasilan tak menentu sehingga kita perlu
menabung dan ini prinsip dasarnya sama dengan menejemen air.
Di Indonesia hanya memiliki 6 juta dan angka ini terlihat kecil. Kalau
dibandingkan dengan Etiopia, Thailand dan China dimana tabungan air lebih
besar dari kita. Lalu idealnya tabungan air untuk Indonesia berapa? Kita
hanya punya target 1200 juga masih jauh mumpuni. Padahal untuk
memenuhi semuanya kebutuhan hidup rakyat dengan 65 persen liter per hari
dengan jarak tempuh 20 menit. Dan kita bersama harus membahasnya.
Untuk memenuhi pangan kita membutuhkan nasi yang terbesar di dunia.
Untuk mengasilkan 1 ton beras saja kita memerlukan biaya besar. Yang kita
punya sekarang 63 dan kalau dinaikkan ini memerlukan 15 milyar meter
kubik yang ditugaskan oleh Presiden. Sebelum dibatalkan UU sumber daya
air, susah mencapai bank air. Bila ada tabungan, membangun bendungan
masih ada yang protes. Ya, karena ketika mau membuat bendungan ada
faktor-faktor lain dalam merealisasikannya dalam masalah lingkungan dan
sosial serta pembebasan lahan.
Rata-rata tampungan air ada 25 ribu rupiah. Ini cukup besar. Lalu tantangnya
apakah kita menyerah? Ya tidak akan menyerah dan kita harus memiliki
tabungan alami. Kita sekarang memiliki lahan 10 persen yang didukung oleh
bendungan dan sisanya tergantung dari cuaca. Artinya kita bisa rentan sekali
dalam mengelola tata air. Maka saya senang sekali ketika Pak Gubernur
Halaman 6
Jateng berkomitmen dengan membangun Embung dan ini akan dinaikkan lagi
menjadi 14 persen. Kalau kita tidak memiliki tampungan buatan kita harus
memilik tampungan alami berupa hutan. Jadi resapan hutan kita ini sangat
penting untuk menjadi tampungan dengan melalui cekungan-cekungan air.
Sementara climate change ada dan catchmen-nya kita dalam keadaan rusak.
Salah satu penyebabnya karena tidak sama distribusi, jumlah penduduk yang
semuanya terkonsentri di Jawa.
Ketika berbicara dengan tampungan alami banyak yang sudah terkena
sedimen. Untuk satu sungai di Citarum ada 10 juta meter kubik per tahun dan
kerugianya 923 ribu dolar yang bersumber pertama dari listrik untuk
membangkitkan, lalu air baku. Nah ini mulai tata kelola tim perlu koordinasi
pengelola karena Indonesia memiliki sungai lintas provinsi dan sungai lintas
daerah yang kewenangannya ada di pemerintah pusat dan setiap sungai ada
pola rencanya sendiri. Nah di sini saya berharap ada sinergi antara dari 50
wakil non pemerintah dan 50 persen pemerintah untuk membahas
konservasi air baik terkait dengan pendataan, misalnya. Di sini ada dari unsur
TKPSDA tapi pertanyaan saya apakah ada yang kenal? Saya malah sedih
karena tak ada yang kenal mereka padahal mereka itu wakil-wakil kita
semua. Sejatinya TKPSDA ini yang menjadi ujung tombak kita.
Ada yang dari Citarum? Tadi disebutkan juga kalau kerusaknnya yang paling
parah sekitar 921 juta dolar. Kita tahu cathment area berapa dan kemudaan
erosi serta intensitasnya juga berapa. Lalu kita klasifikasikan untuk ladang
namun problemnya adalah ada ketidakcocokan dalam penanaman. Padahal,
pemanfaatan air ini harus memberi kontribusi nilai tambah bagi petani.
Makanya pemerintah harus melakukan subsidi dan itulah yang dikenal
dengan sumber daya air. Ketika diajukan itu mereka membayar 20 rupiah dan
teman-teman bilang kalian ini seperti preman. Padahal ini mesin catchment
adalah milik kita. Nah ini yang perlu dirumuskan untuk TKPSDA. Ini memang
perlu berembug bersama mengurai masalah ini dan saya harapkan wakilnya
bisa yang negarawan. Sekarang masih condong memperjuangan
kelompoknya padahal ini demi bangsa.
Halaman 7
Bagaimana untuk pengelola ditata dan disusun? Perlu ada 3 M. Tapi kita
harus keatas semuanya karena ketika untuk mengurangi kita perlu
meningkatkan lintasan air. Namun demikian tidak mudah karena kita memiliki
budaya kalau rumah sendiri-sendiri di atas tanah ga disusun. Kalau kita
memilki hutan kita perlu mendorong tampungan buatan. Bapak ibu juga
sudah mengenal sumur resapan dan biopori padahal kalau lebih teliti kita
masih ada air lainnya. Boleh kita tanya, berapa yang sudah mendapat air
PDAM? Dari Sumur berapa dalam? Masih banyak juga ternyata. Ini perlu
direcas dan dari catchment area di kota besar ini sudah devisit meski harus
hati-hati dan displin. Tapi tantangannya juga tak gampang dalam mengelola
karena ada logam berat. Ada kelebihannya dari suntikan dari menampung
dan kualitas air lebih banyak.
Di kota besar sudah menyusut karena terjadi penyuntikan dan ini teknologi
yang sedang kita dorong. Serta masih banyak cara yang bisa kita lakukan
dengan waduk-waduk yang ada. Kita optimalkan dengan merevitalisasi yang
ada seperti rawa pening. Katakanlah bendungan Wonogiri juga perlu
revitalisasi. Kita buang sedimentasi dan kesmen area. Namun kata kuncinya
adalah keberlanjutan dan kita perlu duduk bersama terkait dengan daerah
bencana karena kita tidak bisa memindahan dari lokasi-lakasi dari rawan
becana air. Buktinya 57 persen tinggal di Jawa dan sisanya tinggal di daerah
rawan bencana.
Lalu kementrian PU dan Perumahan rakyat duduk bersama. Kekeringan itu
bisa diantisipasi dari 3 bulan sebelumnya dalam duduk bersama dan sepakat
untuk menyepakati. Untuk banjir kita bisa pula duduk bersama mengenai
tata kelolanya kapan tanam dan kapan tidak tanam supaya kerugiannya tidak
terlalu besar. Kemudian bapak mentri kami juga aktif dalam asia untuk Asian
Water Council. Artinya ketika terjadi badai seperti di negara tetangga sudah
mewanti-wanti kalau ekornya bisa sampai negara kita. Lalu perdagangan air,
karena negara-negara yang kekurangan sudah canggih dan misalnya dalam
tanaman kelapa sawit. Kita juga harus mensiasati ketika Osama mau
mendirikan food estate di Merauke. Bisa saja bapak ibu semuanya tidak ada
hujan. Kering secara metrology dan secara hidrologi tidak kering. Kenapa?
Halaman 8
Saluran irigasi kita tidak dirawat dengan baik. Makanya kita duduk bersama.
Sekian. Wassalamu’alaikum WR WB
ModeratorLangsung saja Pak Dharto karena untuk mengefisiensi waktu.
3. Peningkatan Kinerja Pengelolaan DAS SehatProf Sudharto - Undip Assalamu’alaikum WR WB.Salam sejahtera dan selamat sore. Kalau melihat diacara sedianya para
mentri yang mengisi dan tampaknya tidak hadir maka saya dengan Pak
Ratman menajdi provokator saja. Saya kira Prof Ratman dan Pak Ari sudah
baik. Namun saya akan memetakan arah kongres ini. Mari kita sama-sama
cermati tabel berikut. Jadi kita berangkat dari fungsi sungai yang sudah
disampaikan dari Pak Gubernur dan Ibu Puan menyatakan sungai sumber
peradaban dan saya sudah menulis di media Suara Merdeka hari ini. Di sana
irigasi, habitat, bahan-bahan mineral, obyek wisata, dan sumber energi
terbarukan. Juga sebagai transportasi urat nadi perekonomian. Amon-amon
tani dangang nelayan. Pada zaman duhulu berdagang dimulai dari sungai.
Kota-kota penting juga sudah disampaikan. Sungai ibaratnya adalah ibu kita
yang memberikan segalanya buat kita.
Lalu kondisi yang kita lihat sekarang sedimentasi dan erosi karena ada
penyempitan. Jadi kalau ada penggusuran salah satunya karena
penyempitan, pencemaran, dan keruskaan. Di China bahkan ada seorang pria
ingin bunuh diri ke sungai tapi ia urung karena sungainya tercemar.
Kemudian ada pula menurunnya kualitas air dan kuantitasnya. Sungai yang
tadi digambarkan itu di hatiku ini menakutkan. Soal air dapat disingkat
dengan terlalu kotor, terlalu sedikit dan terlalu banyak.
Apa sih yang menjadi penyebabnya? Saya menyebut penggundulan hutan di
hulu, perubahan tata guna, pembuangan limbah indutri dan domenstik. Dari
limbah domestic kalau melihat sungai seperti mall karena apa saja dapat
dilihat. Itu adalah persoalan fisik. Sementara untuk kondisi sungai adalah
faktor faktor sosial dan kelembagaan. Jadi rendahnya kesadaran para
stakeholder dan saya menyebutnya sebagai common property yang tentunya
Halaman 9
bukan hanya komunitas sungai baik petani dan industri. Sungai itu ibarat
milik umum sehingga semuanya sepertimall tadi. Persoalan yang kita seriusi
dan sekarang sakit karena orientasi pembangunan kita pada fisik dan
ekonomi. Padahal ekonomi kita berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Artinya kita harus mensinergikan semuanya dengan cara boleh membangun
tapi tak boleh merusak. Lalu ada eko-daerah atau ‘keakuan’. Jadi sungai itu
tidak bisa dibatasi dengan hanya administrasi. Tapi pengelolaan kita yang
masih bersifat keakuan yang sangat kental selama ini. Padahal dari hulu
hingga hilir saya sebut sama dan harus ada eco-region. Suka tidak suka
sekarang kabupaten kota masih demikian dan egonya masih tinggi. Sekarang
tidak berprinsip hanya pada satu daerah perlu eco-region. Koordinasi itu
mudah diucapkan dan sulit digerakkan. Tadi Bu Puan sudah menyatakan
tentang gotong royong meski ini terkait goverment management.
Sekarag apa ga ada yang baik? Tidak, ibarat di tengah gurun pasir masih ada
oase, yakni ada yang datang dari komunitas, sungai code dan lain-lain. Dan
banyak pula dari kearifan lokal. Berbagai komunitas sudah bergerak. Ada
juga mundur dengan konsep member tempat sepadan sungai, lalu munggah
dengan konsep tidak menjarah sepadan sungai, serta mantep dengan konsep
memelihara sungai.
Karena itu inisiatif dari lokal banyak digerakkan dan saya kira banyak sekali
hasilnya yang diharapkan untuk dieksplor. Kita mengenal pola mereka yang
menanam di huku dan kuas akan mendapatkan insentif dan sudah diterapkan
di Serang. PDAM dan industri-indistri di Cilegon sudah sepakat memberikan
insentif dan praktek ini menjadi pelajara kabupaten di Indonesia. Kalau
Wonosobo sudah memikirkan untuk tidak menebang hutan maka Kabuaten
Banjanregara perlu memberikan insentif apa yang mau diberikan. Imbal jasa
ini perlu diberikan bersama atau melalu pendekatan bio-region.
Nah, kabupaten dan kota sepanjang Batang Hari juga sepakat dengan bio
region pada tahun 2002 dan tahun sekarang menjadi eco region. Danau Toba
juga demikian. Inisiatif dari masyarakat dan pemerintah ada. Kita akan
memulai dari sini apakah eco region dan yang lain bisa berbagai pandangan.
Halaman 10
Maka pelajaran yang bisa dipetik adalah replikasi best practice. Sehingga
capaian kita di akhir kongres adalah mudah-mudahan pengelolaan sungai
dari hal-hal yang sudah baik akan menjadi best practice. Maka hal yang harus
kita lakukan adalah merevitalisasi budaya maritim dan berutungnya adalah
kita sudah punya budaya maritim. Dan tadi sudah saya sebut sebagai among
tani budaya bangsa. Kemudian memperlakukan sungai sebagai gerakan
bukan proyek dan saya kira Sungai Code ini contoh gerakan dari swadaya
masyarakat dari berbagai sektor untuk saling memiliki pengelolaan sungai.
Bisa pula mengarusutamakan prinsip pembangunan berkelanjutan dengan
sikap keakuan ini harus dilepaskan karena tak bisa dikelola dengan
administrative. Jadi sungai eco religion ini disitu sungai dan satu pengelolaan
seperti yang dicontohkan oleh lokal dan di Serang tadi.
Jadi ibu bapak, besok pagi sudah mulai sidang komisi. Kita bisa masukkan
semua dan ini bisa mempertajam semua. Mudah-mudahan besok pada hari
Minggu sudah keluar butir-butir yang siap dilaksanakan di daerah masing-
masing.
Terakhir ada pantun. Tadi Pak Bupati bilang, mawar biru mangan wareg bisa
turu. maka dari saya ada bunga mawar, bunga melati, elok nian menghias
taman, kita galang gerakan restorasi sungai, untuk sumber kehidupan dan
peradaban.
ModeratorTerima kasih, karena ini sebagai pemanasan jadi tidak ada tanya jawab. Dan
ini menjadi pekerjaan berat. Teman-teman pembicaraan tadi sangat indah
karena pertama bicara mikro dan beralih ke makro dan diakhiri Pak Dartho
sudah menjahitnya. Ada beberapa hal yang menjadi tambahan dalam sidang
komisi. Soal lokal saat Sungai Code dengan sudah mempersatukan semua
stakeholder dan mencetuskan kepentingan semua orang. Demi kepentingan
sesama orang. Namun saya tambahi untuk generasi yang akan datang untuk
tidak merusak. Yang diuntungkan adalah kita dan anak cucuk kita. Local
filenews yang menadi kekauatan kita dan ini gotong royong untuk kentingan
bersama. Yang perlu digaris bersama adalah bahwa kita ada kekosongan
Halaman 11
hukum karena MK sudah memaatal UU No 7 dan harapannya ada penyusun
ulang rot map aksi kedepan apa poni-poinya dan akan kita tambahkan. Oleh
karena itu kodifikasi hasil hari ada dua arao utuk menyumbang drafting dan
saya akan ikut mengawal. Karena saya punya konsen yang sama. Lalau pada
internal kita sendiri pada aksi kita kelapangan koordinasi dan sinergi ini
paduan kita bersama dan untuk komunitas masing-masing.
Forum untuk pemanasan masih berlanjut pada alam hari dan sifatya sama
kuliah umum. Pemansaan ini efektif dan siding komisisi produktif. PR ersama
untuk menulis bersama untuk bekal dalam draf. Kita mempunya konsen yang
sama dan mimpi kita yang akan datang dan ini bagian dari 70 tahun
meredeka maka erkomendekasi kita akan masuk dalm kapsul waktu dan
menjadi mimi kita bersama dan bapak ibu sema bebas menulis dan okteber
mendaatang kapsul masuk di jawa tengah dan mimpi kedautan air itu ada
kehidupan. jadi kita sedang membuat sejarah di mana sebelumnya kita tak
memiliki kesamaan bersama dan ini menjadi warisan kit asemua. Saya
berharap akan lebih tinggi lagi. Harus kita rebut dan regulator harus
berkimunikasi dengan komunitas yakni melalui TKPSDA dan semakin
menggumpalnya stakeholder untuk slaing mendekat.
Demikian teman-teman sekalin dan mudah-mudah kesimpulan ini membawa
provokasi yang berhasil. Saya akhiri dengan salam.
Salam sahabat sungai. Sungai dihatiku. ‘AIR’ teman-teman menjawabnya
‘HIDUPKU’. ‘SUNGAI ‘ dijawab oleh teman-teman dengan ‘NADIKU’ dan
‘Maritim’ teman-teman bisa menjawab ‘BUDAYAKU.Selamat sore dan wassalam.
Selesai : 16.57 WIB
Halaman 12