nota keuangan dan rancangan anggaran … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... tetapi...

120
NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 1970/1971 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: doannhu

Post on 17-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

NOTA KEUANGAN

DAN

RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN 1970/1971

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Page 2: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB I

U M U M

A. Kebijaksanaan Keuangan

1.1. Pendahuluan

Tahun anggaran 1970-1971 merupakan tahun kedua daripada pelaksanaan Pelita I,

1969-1974. Pelaksanaan pembangunan ini sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang

telah dituangkan dalam berbagai ketetapan hasil-hasil sidang MPRS tahun 1966, terutama

Ketetapan MPRS XXIII/MPRS/1966. Ketetapan MPRS No.XLI/MPRS/1968 menentukan

bahwa tugas pokok Kabinet Pembangunan adalah melanjutkan tugas-tugas Kabinet Ampera

dengan perincian sebagai berikut :

(a) Menciptakan stabilisasi politik dan ekonomi sebagai syarat untuk berhasilnya

pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun dan pemilihan umum

(b) Menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun

(c) Melaksanakan Pemilihan Umum sesuai dengan Ketetapan MPRS

No.XLII/MPRS/1968.

(d) Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa

G 30 S/PKI dan setiap perongrongan, penyelewengan serta pengkhianatan terhadap

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

(e) Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh Aparatur Negara

dari Tingkat Pusat sampai Daerah.

Sudah barang tentu tugas pembangunan itu tidak akan dapat berhasil bila beberapa

prasyarat tidak dipenuhi atau tidak ada.

Prasyarat-prasyarat yang diperlukan untuk berhasilnya pembangunan itu adalah :

(1) Adanya kepemimpinan negara dan pemerintahan yang sepenuhnya merasa dan

bertindak terikat pada usaha-usaha pembangunan;

(2) Terciptanya suatu mentalitas rakyat yang yakin akan berhasilnya suatu pembangunan,

sehingga dengan demikian bersedia untuk memikul segala biaya dan akibat-akibatnya

dan turut serta didalamnya;

(3) Adanya kesepakatan tentang sasaran-sasaran dan cara-cara untuk mencapai sasaran

pembangunan tersebut, sasaran-sasaran dan cara-cara mana haruslah cukup realistis

mengingat kondisi, waktu dan tempat; dengan perkataan lain, harus ada suatu rencana

pembangunan yang baik dan realistis;

1

Page 3: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(4) Memiliki sumber-sumber, baik yang bersifat manusia, kekayaan alam maupun modal,

yang dapat dikerahkan untuk melaksanakan usaha-usaha pembangunan; dan akhirnya

(5) Memiliki perangkat kelembagaan masyarakat yang membantu bahkan turut serta di

dalam usaha-usaha pembangunan.

Suatu usaha pembangunan mensyaratkan adanya suatu ketenangan dan kemantapan

di dalam bidang moneter. Atas dasar itulah Pemerintah telah melaksanakan usaha-usaha

stabilisasi di dalam tahun 1967/1968. Tahun 1969 merupakan tahun pertama kali di mana

Indonesia mengalami suatu kemantapan harga meskipun jumlah uang yang beredar terus

bertambah (lihat grafik). Stabilisasi moneter bukanlah menjadi tujuan akhir Pemerintah.

Kestabilan moneter merupakan salah satu prasyarat ekonomis obyektif yang memungkinkan

berhasilnya usaha-usaha pembangunan ekonomi. Berkat tekad dan kesungguhan masyarakat

bersama Pemerintah untuk sepenuhnya mengabdikan dan melibatkan diri di dalam usaha

stabilisasi dan rehabilitasi itu, maka prasyarat pembangunan tersebut dapat dicapai dalam

suatu jangka waktu yang relatif pendek.

Usaha pembangunan itu sendiri memerlukan pembiayaan yang besar sekali. Seluruh

sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang dapat dihasilkan dan disisihkan oleh

masyarakat, baik oleh Pemerintah maupun oleh sektor swasta, merupakan pembatasan yang

mencerminkan sampai di mana usaha-usaha pembangunan dapat dilaksanakan. Pembatasan-

pembatasan pembiayaan ini pulalah yang mengharuskan Pemerintah dan masyarakat untuk

melakukan pilihan di antara banyak bidang sasaran. Untuk itulah harus diadakan prioritas-

prioritas tertentu.

Kondisi-kondisi obyektif yang ada di Indonesia mengharuskan Pemerintah untuk

menentukan sektor pertanian sebagai prioritas utama kegiatan-kegiatan pembangunan

Repelita 1969/1970 – 1973/1974. Dengan terarahnya kegiatan pembangunan pada sektor

pertanian, diusahakn pula secara simultan pembangunan sektor-sektor perekonomian lain

yang akan menunjang sektor pertanian tersebut. Sebaliknya dengan berkembangnya sektor

pertanian itu sendiri diharapkan akan mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

Jelaslah bahwa berhasilnya usaha pembangunan sesuai dengan strategi umum

Repelita itu bergantung pada 2 hal, yakni : (a) berlangsungnya terus stabilisasi moneter

sebagai landasan pembangunan dan (b) tersedianya dana-dana pembiayaan pembangunan

serta pengarahan kegiatan-kegiatan pembangunan. Di samping itu adanya tekad dan

kesungguhan masyarakat untuk sepenuhnya mengabdikan dan melibatkan diri di dalam

usaha-usaha pembangunan tersebut merupakan pula prasyarat. Dengan demikian tugas untuk

tetap menjaga stabilisasi di samping meningkatkan suber-sumber pembiayaan membawa

2

Page 4: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

konsekuensi terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang ekonomi –

keuangan.

1.2. Landasan Pokok Kebijaksanaan APBN 1970/1971

Landasan pokok Kebijaksanaan APBN 1970/1971 didasarkan pada hal-hal sebagai

berikut :

(1) Sesuai dengan ketetapan MPRS XXIII/MPRS/1966 Pemerintah akan tetap

menyelenggarakan kebijaksanaan integral yang mencakup kebijaksanaan budget,

kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan upah, kebijaksanaan neraca pembayaran luar

negeri dan sebagainya disertai dengan perubahan-perubahan institusionil dan

proseduril guna lebih memantapkan stabilisasi sebagai prasyarat pembangunan dan

sesuai dengan skala prioritas pembangunan yang telah dituangkan dalam Repelita

1969/1970 – 1973/1974.

(2) Tetap melaksanakan budget management yang disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan

ekonomi di Indonesia dan dengan tahap-tahap pembangunan.

(3) Mengingat akan bertambah besarnya pembiayaan pembangunan di satu pihak dan

makin terbatasnya bantuan program yang nilai lawannya dipergunakan untuk

pembiayaan pembangunan, maka bagian penerimaan dalam negeri yang sejak

pelaksanaan tahun pertama PELITA disisihkan sebagai tabungan Pemerintah untuk

pembiayaan pembangunan harus lebih ditingkatkan dalam tahun anggaran 1970/1971.

(4) Kebijaksanaan di bidang anggaran yang dianut adalah tetap anggaran berimbang.

Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. Mengingat di dalam anggaran

berimbang tersebut harus diciptakan public savings yang makin lama makin besar bagi

pembiayaan pembangunan, maka anggaran tersebut merupakan anggaran berimbang

yang dinamis.

(5) Tetap melaksanakan pengintegrasian antara rencana fisik PELITA dengan anggaran

pembangunan dari APBN untuk menjamin berhasilnya pelaksanaan rencana

pembangunan.

(6) Pelaksanaan anggaran tetap disusun atas dasar orientasi pada program (program

oriented budget).

1.2.1. Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam Penerimaan Negara

Khusus mengenai landasan pokok kebijaksanaan APBN yang menyangkut

segi penerimaan dapatlah diperinci sebagai berikut :

3

Page 5: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Dalam segi penerimaan negara selalu diusahakan kebijaksanaan yang dapat

menjamin bagian yang makin meningkat dari pendapatan nasional (GNP). Untuk

tahun anggaran 1970/1971 kenaikan penerimaan negara adalah 40% dibandingkan

dengan tahun anggaran 1969/1970. Didalam rangka meningkatkan penerimaan

Pemerintah tersebut, maka harus dijaga agar tabungan Pemerintah terus meningkat

disamping menjamin pemberian perangsang yang cukup bagi kegiatan-kegiatan

produktif. Sehubungan dengan ini Pemerintah akan menurunkan dan

menyederhanakan tarif-tarif pajak terutama pajak perseroan dan pajak pendapatan.

Untuk pajak perseroan tarif maksimum akan diturunkan dari 60% menjadi 45%,

sedangkan jumlah golongan tarif dari 7 macam disederhanakan menjadi 2 macam

saja.

Dalam hubungan inilah maka Pemerintah bermaksud mengajukan 5 buah

rancangan undang-undang tentang perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan

terhadap :

1. Ordonansi Pajak Perseroan 1925

2. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944

3. Undang-undang Pajak Dividen 1959

4. Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

5. Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri.

Disamping itu dalam rangka meningkatkan penerimaan negara, tetap

diusahakan usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi.

Intensifikasi mencakup hal-hal seperti : penetapan dasar pengenaan pajak,

yakni besarnya pendapatan, laba ataupun peredaran, yang lebih sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya, sedangkan penagihannnya diawasi dan dijaga supaya

pajak-pajak dibayar tepat pada waktunya.

Dalam hal itu sistim pemungutan MPS dan MPO, yang kini sudah cukup

dikenal masyarakat, akan lebih ditingkatkan kemanfaatannya. Dari masyarakat

sendiri diharapkan adanya kesadaran, rasa tanggung jawab serta kerelaan yang lebih

besar untuk memenuhi kewajiban membayar pajak sebagaimana telah ditetapkan

dalam masing-masing undang-undang pajak yang bersangkutan.

Adapun ekstensifikasi berarti usaha-usaha untuk menjangkau obyek-obyek

serta subyek-subyek yang kini masih lolos dari pengenaan pajak.

4

Page 6: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Kedua usaha tersebut hanya akan berhasil apabila disatu pihak kemampuan

aparatur dan ketertiban administrasi perpajakan sendiri ditingkatkan, dilain pihak

ditempuh usaha-usaha untuk mempertebal kesadaran masyarakat tentang fungsi

perpajakan didalam kehidupan bernegara, tentang diperlukannnya pajak-pajak guna

membiayai kebutuhan-kebutuhan umum.

Demikian pula dalam bidang bea masuk pokok kebijaksanaan yang ditempuh

akan tetap dilaksanakan dalam rangka Peraturan Pemerintah No. 6 bulan Maret 1969

yang kemudian diikuti dengan surat Keputusan Menteri Keuangan RI. No.

Kep.600/MK/III/9/1969 tertanggal 1 September 1969. Dalam bidang cukai,

penetapan harga limit hasil tembakau, penertiban merk hasil tembakau dan usaha

secara langsung mengawasi produksi beberapa hasil tembakau merupakan langkah-

langkah kearah pengamanan penerimaan negara yang berasal dari cukai.

1.2.2. Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam Pengeluaran Negara

Dibandingkan dengan pengeluaran Negara tahun 1969/1970, maka

pengeluaran negara untuk tahun 1970/1971 akan merupakan beban yang lebih berat

bagi Pemerintah. Bila didalam tahun 1969/1970 anggaran rutin berjumlah Rp 204

milyar, maka didalam thaun 1970/1971 akan bertambah besar menjadi Rp 283,4

milyar. Sedangkan anggaran pembangunan (diluar bantuan proyek) akan meningkat

dari Rp 87 milyar di dalam tahun 1969/1970 menjadi Rp 115,8 milyar didalam tahun

1970/1971.

Peningkatan dari pengeluaran negara tersebut meliputi sektor-sektor belanja

pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, pembayaran hutang, biaya

pemilihan umum dan public savings.

Mengenai belanja pegawai, Pemerintah bermaksud untuk menaikkan gaji

pegawai negeri dan ABRI sebesar 50%. Kenaikan ini hanya sebesar jumlah tersebut

karena terbatasnya kemampuan penerimaan negara dan adanya pengeluaran-

pengeluaran lain yang tidak dapat dielakkan dan haruis dibayar oleh Pemerintah,

misalnya Pemilihan Umum, dan sebagainya.

Pengeluaran lain yang memerlukan pembiayaan yang jauh meningkat

dibandingkan dengan tahun 1969/1970 adalah pembiayaan Pemilihan Umum. Untuk

ini dalma tahun 1970/1971 disediakan Rp 10 milyar. Meskipun sebenarnya keperluan

pembiayan Pemilihan Umum adalah lebih besar daripada jumlah tersebut, tetapi

5

Page 7: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

berhubungan terbatasnya dana yang tersedia maka jumlah tersebut adalah yang

maksimal dapat disediakan.

Disamping itu pengeluaran pembangunan juga memerlukan pembiayaan yang

sangat meningkat berhubung dengan adanya faktor-faktor sebagai berikut :

(a) Diperkirakan bahwa untuk tahun anggaran 1970/1971 penyediaan rupiah untuk

“local cost” daripada bantuan proyek akan meningkat menjadi kurang lebih

Rp 32,0 milyar.

(b) Berhubungan adanya keperluan “local cost” yang sangat meningkat tersebut,

diperlukan tambahan biaya untuk proyek-proyek lain yang sekarang sedang

berjalan guna menghindari kemacetan dan kemunduran di dalam pembangunan.

(c) Pembangunan dari daerah Irian Barat yang harus makin ditingkatkan.

(d) Disamping subsidi desa yang juga akan diberikan di dalam tahun 1970/1971 ini

seperti juga di dalam tahun anggaran yang lalu, maka Pemrintah merasa perlu

untuk juga memberikan subsidi kepada kabupaten-kabupaten. Tujuan daripada

subsidi tersebut selain dimaksudkan untuk memperluas lapangan kerja juga

bertujuan mendorong peningkatan usaha dalam kegiatan ekonomi dan produksi

pada tingkat Kabupaten. Dengan demikian dapat lebih dimanfaatkan kelebihan

tenaga kerja yang masih tersedia di daerah tersebut, sehingga pendapatan

daerah dan kesejahteraan rakyat juga akan meningkat lagi.

Untuk tahun-tahun berikutnya pemberian subsidi ini akan dikaitkan dengan

penerimaan daerah. Dengan demikian maka akan diukur dan dinilai pula usaha suatu

daerah Kabupaten didalam meningkatkan penerimaan daerah dari sumber-sumber

didaerahnya.

Dengan demikian maka tabungan Pemerintah yang harus disediakan lebih

besar daripada didalam tahun anggaran yang lalu. Untuk itu diperkirakan tabungan

Pemerintah akan berjumlah Rp 37,1 milyar (menurut perkiraan didalam REPELITA

hanya Rp 33,0 milyar).

Mengenai pembiayaan disekitar belanja barang telah terjadi peningkatan dari

Rp 36,7 milyar menjadi Rp 69,4 milyar; ini berarti suatu kenaikan hampir sebesar

100%. Kenaikan ini sebagian disebabkan keperluan pemeliharaan (maintenance) dan

pelaksanaan proyek-proyek disamping kebutuhan belanja barang yang diperlukan

untuk lebih meningkatkan jalannya roda Pemerintahan.

6

Page 8: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Sebagai akibat daripada usaha Pemerintah untuk meningkatkan gaji pegawai,

maka subsidi daerah otonom juga meningkat yaitu dari Rp 41,4 milyar menjadi

Rp 53,2 milyar.

Mengenai pembayaran hutang-hutang terjadi peningkatan sebagai akibat

semakin besarnya hutang-hutang yang telah jatuh tempo.

1.3. Landasan Pokok Kebijaksanaan Perkreditan Bank

Pada azasnya kebijaksanaan perkreditan Pemerintah dalam tahun 1970/1971 masih

tetap berlandaskan kebijaksanaan perkreditan yang selektif yang mendorong kegiatan-

kegiatan pembangunan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut meliputi kebijaksanaan suku

bunga, pengarahan kredit, penyediaan kredit jangka menengah/panjang untuk investasi dan

penyediaan kredit jangka pendek untuk sektor-sektor produksi dan industri.

Mengenai kebijaksanaan suku bunga debet, seperti dalam tahun 1969/1970, akan

terus disesuaikan sedemikian rupa sehingga akan mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi

tanpa mengganggu kestabilan ekonomi. Disamping itu guna menjaga pengarahan kredit ke

sektor-sektor yang lebih prodyktif maka kebijaksanaan “differential interes rates” akan tepat

dilaksanakan.

Begitu pula mengenai kebijaksanaan suku bunga deposito akan disesuaikan dengan

perkembangan ekonomi pada umumnya.

Kebijaksanaan kredit investasi yang telah dimulai sejak bulan April 1969 akan tetap

dilanjutkan untuk 1970/1971 guna lebih memberikan perangsang kepada kegiatan-kegiatan

investasi yang diprioritaskan oleh Pemerintah.

Diperkirakan bahwa ekspansi kredit perbankan untuk tahun 1970/1971 akan

mencapai jumlah Rp 130,0 milyar. Didalam pelaksanan daripada pemberian kredit tersebut

akan tetap diperhatikan situasi dan keadaan moneter pada umumnya.

1.4. Situasi Moneter Internasional

Segala kebijaksanaan yang akan dilakukan Pemerintah tidak terlepas dari situasi

monoter internasikonal. Kalau diperhatikan keadaan moneter pada waktu ini dan

memperkirakan apa yang akan terjadi dalam tahun anggaran 19701971, maka keadaan

tersebut secara umum dapat dikatakan tidak begitu mengkhawatirkan dibandingkan dengan

beberapa tahun yang lalu.

Seperti diketahui, krisis moneter internasional dimulai dengan devaluasi Pound

Sterling Inggris dalam bulan Nopember 1967 yang kemudian diikuti oleh negara-negara

7

Page 9: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

commonwealth. Krisis tersebut terjadi sebagai akibat adanya defisit dalam Neraca

Pembayaran Inggris yang sangat berat yang telah menimbulkan balance of payment gap dan

mengakibatkan merosotnya cadangan emas dan devisa secara drastis.

Beberapa bulan kemudian telah terjadi pula kegoncangan moneter internasional yang

kedua sebagai akibat terjadinya krisis emas internasional. Di dalam bulan Maret 1968

ditentukan adanya “two-tier System” untuk emas yang berarti adanya 2 harga untuk emas :

satu harga untuk transaksi emas antar bank sentral beberapa negara besar dan harga yang lain

untuk pasaran bebas emas. Harga untuk antar bank sentral ditentukan sebesar US$ 35 per

ounce sedangkan untuk pasar bebas diserahkan kepada kekuatan permintaan dan penawaran.

Sementara itu dalam tahun 1968 di Perancis telah terjadi kenaikan-kenaikan harga

sebagai akibat tuntutan kenaikan upah buruh yang telah mengakibatkan meningkatnya

ongkos produksi dan aggregate demand. Gejala ini pada akhirnya telah menekan pada

Neraca Pembayaran luar negeri sehingga terjadi defisit yang menyebabkan merosotnya

cadangan emas dan devisa pula. Pada bulan November 1968 Pemerintah Perancis terpaksa

mengumumkan devaluasi mata uang Franc.

Pada waktu yang bersamaan keadaan moneter di Jerman Barat menunjukkan gejala

yang sebaliknya dibandingkan dengan di Inggris dan Perancis. Keadaan perekonomian

adalah demikian pesatnya sehingga nilai mata uang DM menjadi sangat kuat. Neraca

Pembayaran luar negerinya menunjukkan surplus yang sangat besar yang telah menyedot

cadangan emas dan devisa dari negara-negara lain. Dengan adanya tekanan-tekanan tersebut

Pemerintah Jerman Barat terpaksa melepaskan nilai paritasnya terhadap emas dan US$ dan

menyerahkan kursnya kepada suatu “floating rate” dan kemudian diakhiri dengan suatu

revaluasi di dalam bulan Oktober 1969.

Kegoncangan yang di satu pihak berbentuk devaluasi dan di lain pihak revaluasi pada

hakekatnya bersumber pada ketidakseimbangan kekuatan ekonomi di antara negara-negara

yang mata uangnya dianggap sebagai cadangan alat pembayaran internasional. Sebagai

akibat hal-hal yang disebutkan itu maka terasa sekali gangguan terhadap kelancaran lalu-

lintas pembayaran internasional. Untuk mengatasi hal ini IMF telah mengambil berbagai

langkah untuk menetralisir akibat-akibat negatifnya.

Didalam sidang tahunan Dana Moneter Internasional 1969 yang baru lalu telah

diambil keputusan yang mengijinkan negara-negara yang ekonomi lemah untuk

mempergunakan “hak tarik dana khusus” (special drawing right) untuk menambah liquiditas

dalam perdagangan luar negeri negara-negara yang bersangkutan yang dapat dipergunakan

untuk memenuhi kewajiban-kewajiban internasionalnya.

8

Page 10: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Jumlah SDR yang disediakan IMF adalah US$ 9,5 milyar yang akan dibagikan di

dalam 3 tahun. Untuk tahun pertama (1970) akan disediakan US$ 3,5 milyar, sedangkan

untuk tahun kedua (1971) dan tahun ketiga (1972) masing-masing disediakan US 3,0 milyar.

Besarnya SDR bagi masing-masing negara tergantung pada quota negara-negara mereka.

70% daripada SDR ini dapat digunakan secara bebas sedangkan yang 30% pada akhir tahun

harus dikembalikan kepada IMF. SDR tidak dapat digunakan oleh negara-negara yang

mengalami surplus di dalam Neraca Pembayarannya tetapi untuk kelebihan SDR-nya IMF

membayar bunga.

Disamping penciptaan SDR ini IMF dan Bank Dunia menganjurkan agar negara yang

maju tetap memenuhi kewajibannya untuk menyisihkan 1% dari Pendapatan Nasional

mereka untuk bantuan-bantuan luar negeri.

Dalam bidang ekspor diharapkan bahwa harga-harga daripada barang-barang ekspor

kita yang berada pada tingkatan yang menguntungkan akan tetap bertahan. Demikian pula

dalam bidang impor dapat diharapkan tidak akan terjadi kenaikan-kenaikan harga sehingga

tidak akan merugikan “terms of trade” Indonesia.

Keadaan moneter internasional dan indikator-indikator ekonomi internasional selalu

akan diperhatikan Pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan APBN dan kebijaksanaan-

kebijaksanaan ekonomi lainnya.

1.5. Landasan Pokok Kebijaksanaan Dalam Penanaman Modal Asing dan

Penanaman Modal Dalam Negeri

Di dalam melaksanakan pencapaian sasaran dalam pembangunan, maka pemerintah

berusaha untuk merangsang sebanyak mungkin dana, baik di dalam sektor pemerintahan

sendiri maupun dlaam sektor swasta, dalam dan luar negeri, karena pemerintah berkeyakinan

bahwa pendobrakan keterbelakangan ekonomi tidaklah mungkin dilakukan dengan

permodalan yang kecil. Saling berkaitannya pelbagai sektor menandakan betapa luas dan

banyaknya modal yang dibutuhkan. Oleh karena itu maka keserasian dan harmoni dalam

kerjasama antara sektor Pemerintah dan Swasta dalam maupun luar negeri sangatlah

dibutuhkan.

Haruslah diakui bahwa selama kemampuan kita masih terbatas, maka perlu

dimanfaatkan dana-dana luar negeri sepanjang hal tersebut tidak diikuti ikatan-ikatan politik

dan dapat dipertanggungjawabkan penggunannya secara ekonomis. Tujuan terpenting

penanaman modal asing adalah sebagai alat pembantu untuk mempercepat proses

9

Page 11: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

pengolahan kekayaan alam kita yang potensiil menjadi kekayaan yang riil terutama selama

kita sendiri belum mampu melaksanakannya.

Landasan pokok daripada penanaman modal asing dan penanaman modal dalam

negeri pada hakekatnya berdasarkan pada Undang-undang No.1 tahun 1967 dan No. 6 tahun

1968 serta Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan

Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan.

Dalam pelaksanaan Undang-undang tersebut oleh Pemerintah telah dikeluarkan

beberapa keputusan baik yang mengenai bidang perpajakan maupun yang mengenai bidang

bea dan cukai. Dalam bidang perpajakan telah dikeluarkan :

a. Instruksi Presidium Kabinet No. 06/EK/IN/I/1967 tanggal 27 Januari 1967 yang

mengatur tentang pedoman pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1967

b. Instruksi Menutama EKKU No.IN/026/MEKKU/IV/1967 tanggal 1 April 1967 yang

mengatur tax holiday bagi investasi baru oleh perusahaan-perusahaan asing yang

dikembalikan.

c. Instruksi Presidium Kabinet No. 36/U/IN/6/1967 tanggal 3 Juni 1967 mengenai

pemberian tambahan tax holiday 1 tahun untuk proyek-proyek yang mengadakan joint

enterprise.

Dalam bidang bea dan cukai telah dikeluarkan :

a. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 156/Men.Keu/1967 tanggal 3 Agustus 1967

yang kemudian disempurnakan dengan surat keputusan No. Kep-246/M/IV/9/1968

tanggal 5 September 1968, yang mengatur pemberian fasilitas pembebasan/keringanan

bea masuk dan pajak penjualan impor, terhadap barang-barang modal yang diimpor.

b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep-342/MK/III/5/1969 tanggal 23 Mei 1969

tentang pemberian fasilitas pembebasan/keringanan bea masuk dan pajak penjualan

impor terhadap barang-barang modal yang diimpor dengan mempergunakan DICS-Rp.

Sedang dalam rangka memanfaatkan dan merangsang agar modal nasional/domestik

turut serta di dalam pembangunan, maka Undang-undang No.6 tahun 1968 merupakan

landasan pokok bagi penanaman modal dalam negeri. Sebagai pelaksanaan lebih lanjut, telah

pula dikeluarkan beberapa ketentuan baik yang mengatur pemberian fasilitas perpajakan

maupun bea dan cukai.

Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan penanaman

modal dalam negeri adalah :

a. Surat Keputusan Ketua Panitia Tehnis Penanaman Modal No.01/Kep/PTPM/68 tanggal

18 November 1968 tentang prosedure pengajuan permohonan fasilitas PMDN.

10

Page 12: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep-24/MK/II/1/1969 tanggal 21 Januari 1969

tentang fasilitas-fasilitas di bidang perpajakan :

a. tax holiday (pajak perseroan dan pajak dividen);

b. bea materai modal;

c. pemutihan modal;

d. pajak kekayaan atas modal yang ditanam.

c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep-202/MK/IV/3/1969 tanggal 28 Maret 1969

tentang fasilitas-fasilitas bea masuk dan pajak penjualan impor.

d. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep-611/MK/III/9/1969 tanggal 3 September

1969 tentang fasilitas bea masuk dan pajak penjualan impor (PMDN dan PMA), khusus

mengenai pembangunan/rehabilitasi hotel tingkat internasional.

Dalam pemberian fasilitas penanaman modal, Pemerintah berpegang teguh pada

kebijaksanaan ekonomi sebagai keseluruhan. Pemberian fasilitas hanyalah diberikan kepada

investor-investor yang benar-benar melakukan penanaman modal dengan mempertaruhkan

modalnya terhadap resiko yang harus dihadapi serta yang proyeknya benar-benar sangat

diperlukan masyarakat.

Di samping memberikan perangsang-perangsang, juga harus diperhitungkan bahwa

penanaman modal baru tidak boleh mematikan bahkan sebaliknya harus lebih menyehatkan

cara kerja dan management daripada perusahaan-perusahaan yang telah ada (asas proteksi).

Akhirnya selalu diperhitungkan pula bahwa pemberian fasilitas kepada perusahaan

penanaman modal baru tidak boleh mengganggu kebijaksanaan keuangan negara

(penerimaan negara) dan kebijaksanaan moneter yang dilaksanakan Pemerintah.

Seperti dijelaskan di atas, pemberian perangsang dalam rangka penanaman modal

dimaksudkan untuk menarik modal baik dari luar negeri maupun nasional yang belum

dimanfaatkan untuk usaha produktif, agar mau menanamkannnya di dalam usaha-usaha

produktif terutama dalam bidang penggalian kekayaan alam. Selain itu juga dimaksudkan

untuk menciptakan lapangan kerja baru, mendatangkan skill dan teknik modern dan lain-lain

hal sehubungan dengan pembangunan ekonomi.

Dengan adanya fasilitas penanaman modal dalam negeri, kredit investasi dan lain-

lain memungkinkan mereka mengadakan pembaruan teknik, management dan organisasinya

sehingga dengan demikian mereka akan lebih maju. Dalam kebijaksanaan perekonomian

dewasa ini dan dalam suasana pembnagunan sekarang, tidak pada tempatnya lagi usaha-

usaha yang bekerja dengan sistim jatah, sistim lisensi, sistim golongan dan sebagainya

11

Page 13: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

seperti di masa-masa lampau, melainkan harus didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi

secara rasionil.

B. Perkembangan Harga, Gaji, Produksi dan Penanaman Modal

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 1969 menunjukkan

perkembangan yang cukup menggembirakan. Perbedaan tersebut secara fundamental

terutama terdapat dalam bidang-bidang perkembangan harga, lalu lintas devisa, perkreditan

dan investasi/produksi.

Di bidang perkembangan harga, maka selama sembilan bulan pertama dalam tahun

1969 tingkat harga menunjukkan perkembangan yang jauh lebih bantap dan stabil. Apabila

dalam tahun 1966 tingkat harga telah mengalami kenaikan yang sangat tinggi yaitu lebih dari

600%, maka dalam periode terakhir ini kenaikannya hanya berjumlah 4%. Lebih-lebih bila

diperhatikan bahwa kestabilan ini telah dapat dicapai meskipun jumlah uang yang beredar

terus bertambah. Kalau di dalam tahun 1967 setiap pertambahan uang beredar selalu

mengakibatkan kenaikan harga, maka keadaan ini tidak terjadi lagi dewasa ini. Perbedaan

yang fundamentil ini menunjukkan bahwa pertambahan jumlah uang tersebut dapat

dikendalikan dan diarahkan oleh pemerintah. Dengan tercapainya kemantapan harga maka

telah timbul kembali kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah.

Hal ini akan lebih jelas lagi apabila dilihat perkembangan di bidang lalu lintas devisa.

Dengan adanya kemantapan kurs BE dan DP yang terjadi untuk jangka waktu yang lama

yang berbeda pula dengan keadaan sebelumnya, maka telah terjadi pengaliran kembali

devisa yang dahulu justru melarikan diri dari Indonesia. Pada gilirannya gejala ini

menambah supply devisa dalam negeri dan memperkuat kestabilan kurs devisa yang pada

akhirnya menambah pula kemantapan harga pada umumnya.

Di bidang suku bunga telah pula terjadi perubahan yang fundamentil jika

dibandingkan dengan masa yang lalu. Jika dahulu tingkat bunga di pasar bebas dapat

mencapai lebih dari 20% sebulan, maka sebagai hasil daripada kebijaksanaan suku bunga

Pemerintah, suku bunga pada waktu ini dapat ditekan menjadi sekitar 6% sebulan.

Kalau dahulu Pemerintah tidak dapat mengendalikan suku bunga pasar bebas dan

terpaksa mengikuti saja gerak arahnya, maka sekarang Pemerintah justru mengendalikan

kekuatan-kekuatan pasar bebas itu sesuai dengan kebijaksanaan ekonomi Pemerintah.

Dengan pengendalian itu maka kegiatan spekulatip dapat dialihkan ke arah kegiatan-kegiatan

yang produktif.

12

Page 14: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Masalah daya beli rakyat adalah masalah ekonomi secara keseluruhan. Jika keadaan

ekonomi bertambah baik, maka yang sedemikian itu akan membawa kekuatan pula pada

daya beli. Dalam suasana inflasi, daya beli rakyat akan terus menerus merosot.

Pada hakekatnya usaha stabilitasi pemerintah dalam tahun 1967 – 1968 adalah usaha

untuk memberikan kemantapan pada daya beli rakyat. Namun demikian, harus disadari

bahwa daya beli rakyat masih harus terus ditingkatkan. Yang sedemikian ini hanya dapat

dicapai dengan kerja keras, dengan terus menerus meningkatkan investasi dan penanaman

modal, dengan terus menerus memperluas produksi serta dalam suatu suasana yang stabil

baik ekonomis maupun politis.

Di dalam hubungan ini perlu ditegaskan kembali peringatan yang diberikan di dalam

REPELITA (Bab I) sebagai berikut :

“Oleh karena itu maka perlu diperingatkan bahwa pembangunan tidaklah segera

akan memberi kepuasan dan pemenuhan secara menyeluruh. Lain dari pada itu perlu pula

dikemukakan bahwa ikhtiar pembangunan tidaklah identik dengan hasil pembangunan.

Semua orang menghasrati pembangunan untuk memetik hasil-hasil dan manfaat

pembangunan. Akan tetapi mengusahakan pembangunan memerlukan sikap hidup yang

berani mengurangi konsumsi, berani menabung dan memupuk modal serta rela untuk

dipajak. Usaha pembangunan memerlukan cucuran keringat, kerja keras dan pengorbanan

yang tidak kecil.

Hasil pembangunan ini tidak segera akan terasa. Hasil jerih payah hari ini baru

akan terpetik beberapa waktu kemudian. Menyadari hal ini sepenuhnya maka sudah

sewajarnya apabila kita tidak mengharap terlalu banyak dalam waktu terlalu pendek.

Yang penting adalah agar masyarakat Indonesia mengetahui ke arah mana bangsa

dan negara kita di bawa. Apa yang dapat diharapkan terjadi di hari esok. Apa perspektif di

masa depan. Dan apa pula yang belum dapat diharapkan dengan segera.”

1.6. Perkembangan Harga, Gaji dan Upah

1.6.1. Perkembangan Harga

Perkembangan harga-harga dalam semester pertama dari masa pelaksanaan

PELITA tahun pertama ini dapat dilihat pada perkembangan angka-angka indeks

harga 62 macam barang dan jasa (indeks biaya hidup), indeks harga 9 bahan pokok

dan indeks harga beras di Jakarta. Dapat ditambahkan pula bahwa di samping indeks

tersebut dapat dilihat pula perkembangan harga-harga barang ekspor penting dan kurs

valuta asing di Jakarta sebagai di muat dalam Tabel-tabel yang dilampirkan.

13

Page 15: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

a. Indeks Biaya Hidup

Angka indeks biaya hidup di Jakarta seperti dimuat dalam Tabel 1.1. selama

periode triwulan II 1969/1970 ini menunjukkan kenaikan pada bulan Juli dan

Agustus masing-masing sebesar + 1,87% dan + 3,04% dan pada bulan September

menunjukkan penurunan sebesar – 1,12% sehingga selama triwulan tersebut

terdapat kenaikan indeks sebesar + 3,79% atau rata-rata sebesar + 1,26% per

bulan. Dari Tabel 1.2. ternyata kenaikan tersebut terjadi pada semua sektor

indeks biaya hidup, yang masing-masing sebesar + 1,09% pada sektor makanan,

+ 3,10% pada sektor perumahan, + 0,71% pada sektor pakaian dan +1,45% pada

sektor lain-lainnya. Sebaliknya angka-angka indeks di dalam periode triwulan I

1969/1970 menunjukkan penurunan total – 6,18% selama triwulan tersebut atau

rata-rata – 2,06% per bulan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

untuk semester I tahun pertama pelaksanaan PELITA ini indeks biaya hidup

menunjukkan suatu penurunan. Jika dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi

pada masa Januari – Maret 1969 yang lalu yakni sebesar + 2% per bulan, maka

kenaikan yang terjadi pada masa Juli – September ini sebesar + 1,26% terutama

sebagai akibat dari kenaikan indeks harga yang terjadi pada bulan Agustus

sebesar + 3,04%. Pada Tabel 1.2. indeks biaya hidup pada sektor perumahan

dalam bulan Juli mengalami kenaikan sebear + 7,14% dan pada sektor makanan

dalam bulan Agustus menunjukkan kenaikan sebesar + 5,10%.

b. Indeks Harga 9 Bahan Pokok

Indeks harga 9 bahan pokok di Jakarta selama periode triwulan II 1969/1970

mengalami kenaikan rata-rata sebesar + 5,37% per bulan. Untuk bulan Juli,

Agustus dan September masing-masing sebesar + 2,38%, + 10,45% dan + 3,27%.

Dibandingkan dengan keadaan pada masa triwulan I – 1969/70 dimana terdapat

penurunan rata-rata – 4,88% per bulan, kenaikan pada truwulan II – 1969/70

cukup berarti. Kenaikan yang agak besar terjadi pada bulan Agustus yakni

sebesar + 10,45% sebagai akibat dari kenaikan harga beras dan harga bahan lain-

lain pada minggu ke-IV dan V bulan Agustus. Kenaikan yang terjadi dalam bulan

Agustus itu sebagian diimbangi dengan berkurangnya kenaikan dalam bulan

September yakni hanya sebesar + 3,27%.

c. Indeks Harga Beras

Harga beras di Jakarta (Tabel 1.1.) pada periode triwulan II – 1969/70 ini

menunjukkan kenaikan pula dengan terjadinya kenaikan sebesar +20% dalam

14

Page 16: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

bulan Agustus. Dalam bulan Juli tidak terdapat kenaikan harga, sedangkan dalam

bulan September hanya ada sedikit saja perubahan harga sehingga kenaikan rata-

rata adalah sebesar + 7,86% per bulannya. Dalam periode Januari – Juni 1969

terdapat penurunan rata-rata per bulan sebesar – 3,13%. Masalah dan

kebijaksanaan harga beras tetap mendapat perhatian besar dari Pemerintah,

terutama di dalam menghadapi hari-hari raya pada akhir tahun 1969agar harga

beras tidak mempengaruhi kestabilan harga-harga umumnya.

d. Indeks Harga Emas, BE, DP dan Valuta Asing

Harga emas (Tabel 1.5.) selama periode triwulan II – 1969/70 menunjukkan

harga yang stabil selama dua bulan pertama yakni masing-masing 0,00% (nol)

dalam bulan Juli dan Agustus dan dalam bulan September terdapat penurunan

sebesar – 1,67% (harga emas 24 karat). Periode triwulan Januari – Maret dan

April – Juni tahun 1969 menunjukkan penurunan rata-rata masing-masing sebesar

– 1,84% dan – 1,54%.

Dibandingkan dengan periode triwulan II – 1969/70 dimana angka penurunan

rata-rata sebesar – 0,56% per bulan, dapat dikatakan bahwa harga emas (24 karat)

adalah stabil. Harga BE (Tabel 1.5.) dalam periode truwulan II – 1969/70 tetap

bertahan pada kurs Rp 326,- untuk setiap US$. Karena keadaan ini telah terjadi

sejak bulan Oktober 1968 yang lalu, maka kurs BE telah stabil untuk jangka

waktu kurang lebih satu tahun lamanya. Harga DP selama periode triwulan II –

1969/70 tidak mengalami kenaikan. Dalam periode Januari – Juni 1969 yang lalu

terlihat adanya tendensi penurunan sebear – 1,46% per bulan, sedang untuk

periode Juli – September keadaan harga/kurs DP tetap stabil. Kurs valuta asing di

pasaran bebas Jakarta untuk bulan Juli dan Agustus mengalami penurunan

masing-masing sebesar – 0,03% dan – 0,17%; dan untuk bulan September

sebesar 0,00% (stabil) sehingga untuk masa Juli – September 1969 ini terdapat

penurunan sebear – 0,07% per bulan (lihat Tabel 1.4.). Dibandingkan dengan

periode Januari – Juni yang lalu dimana penurunan rata-rata sebesar – 0,89% per

bulan, harga valuta asing di pasaran bebas adalah stabil pada dua bulan terakhir

triwulan II – 1969/70. Angka-angka di atas menunjukkan bahwa nilai rupiah kita

di pasaran valuta asing telah menunjukkan kemantapan dan kepercayaan yang

bertambah besar dari masyarakat pada umumnya.

15

Page 17: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

e. Harga Hasil Bumi Ekspor Golongan A

Harga beberapa hasil bumi ekspor di pasar luar negeri dan lokal dalam periode

triwulan II – 1969/70 mengalami kenaikan, kecuali biji sawit yang mengalami

tendens harga menurun. (lihat Tabel 1.6. dan Tabel 1.7.). Harga rata-rata karet

RSS III di pasar luar negeri untuk triwulan II – 1969/70 tercatat sebesar US$ 26

cts/lb per bulannya, sedang untuk triwulan Januari – Maret dan triwulan I –

1969/70 masing-masing tercatat sebesar US$ 22 cts/lb dan US$ 24 cts/lb per

bulannya. Dari angka-angka tersebut ternyata bahwa tendens kenaikan harga

karet di pasar luar negeri telah terjadi sejak awal tahun 1969, kenaikan mana

diikuti pula oleh kenaikan harga lokal/dalam negeri sebagaimana terlihat pada

harga rata-rata karet di pasar lokal Jakarta pada periode triwulan Januari – Maret,

I dan I I – 1969/70 yang masing-masing adalah sebear Rp 138,-; Rp 152,- dan

Rp 163,- per kg. Harga kopra rata-rata di pasar luar negeri Manila pada periode

triwulan II – 1969/70 mengalami tendens kenaikan dengan catatan harga sebesar

US$ 200,81/longton. Dibandingkan dengan kejadian pada masa triwulan I –

1969/70 yang mengalami tendens menurun, maka tendens pada periode triwulan

II ini menunjukkan suatu kenaikan yang mendekati harga yang tercatat pada

triwulan Januari – Maret 1969, yakni sebesar US$ 201,48/longton. Kenaikan

harga tersebut diikuti pula dengan kenaikan harga lokal di Sulawesi yang

mencatat harga rata-rata Rp 52,57/kg untuk masa triwulan II – 1969/70. Harga

kopi (robusta) di pasar luar negeri Singapore mengalami penurunan di dalam

triwulan I, II dan III tahun 1969 yang masing-masing tercatat sebesar Str$

90,14/pic, Str$ 79,52/pic dan Str$ 74,49/pic dan di pasar New York untuk

triwulan II – 1969 mengalami kenaikan dengan catatan sebesar US$ 27 cts/lb

sedang untuk triwulan II – 1969 tercatat sebesar US$ 26 cts/lb. Kenaikan yang

terjadi di pasar New York tidak mempunyai pengaruh terhadap harga pasar lokal.

Pada waktu ini harga Singapore yang mempunyai pengaruh terhadap harga lokal.

Hal ini ternyata dari harga lokal di Jakarta yang telah menurun sampai

Rp 75,70/kg sedang untuk triwulan-triwulan Januari- Maret dan April-Juni 1969

masing-masing tercatat sebesar Rp 111,67 dan Rp 89,67 per kg. Harga Lada

hitam di pasar luar negeri New York pada triwulan I, II dan III tahun 1969

masing-masing mencatat sebesar US$ 32 cts, US$ 34 cts, dan US$ 40 cts per lb,

sehingga terlihat adanya kenaikan harga. Kenaikan tersebut diikuti pula oleh

kenaikan harga lokal di Jakarta untuk triwulan I, II dan III tahun 1969 masing-

16

Page 18: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

masing tercatat Rp 157,85; Rp 176,66 dan Rp 192,41 per kg. Harga timah di

pasar luar negeri London pada periode triwulan II – 1969/70 masih menunjukkan

tendens kenaikan. Dari catatan harga-harga di pasar luar negeri, untuk periode

triwulan I sampai akhir triwulan III tahun 1969 ini masing-masing tercatat

sebesar : £ 1370; £ 1420 dan £ 1465 per long ton. Dari angka-angka yang tercatat

di pasar luar negeri maupun di pasar lokal, jelas terlihat bahwa harga hasil bumi

ekspor golongan A pada periode triwulan II – 1969/70 cukup baik.

IndeksOktober'66 = 100

IndeksOktober'66 = 100

IndeksRata-rata '66 = 100

1965 Desember 15,23 46,171966 Maret 29,48 + 34,97 70,31 + 25,37

Juni 46,99 + 16,91 80,46 + 14,44September 73,38 + 13,38 110,10 + 36,87Desember 106,92 + 10,23 116,76 - 140,80 + 27,88

Rata-rata 1966 - + 18,85 - - 100,00 26,14

1967 Maret 136,63 + 10,80 154,18 + 11,38 187,16 + 12,15Juni 154,05 + 1,21 153,64 - 1,89 181,90 - 4,01September 171,85 + 5,93 191,82 + 14,86 244,86 + 21,53Desember 226,31 + 8,81 345,92 + 17,94 504,30 + 22,18

Rata-rata 1967 - + 6,69 - + 10,55 - + 12,95

1968 Maret 356,47 + 17,39 652,35 + 23,61 996,94 + 26,39Juni 369,22 + 0,55 545,59 - 5,05 748,58 - 7,99September 409,18 + 2,74 558,16 - 0,74 783,56 + 0,71Desember 424,54 + 2,00 518,99 - 1,00 703,10 - 1,94

Rata-rata 1968 - + 5,76 - + 4,21 - + 3,94

1969 Januari 449,40 + 2,16 516,79 - 0,29 671,62 - 3,03Februari 456,72 + 1,63 521,07 + 0,83 671,62 0,00Maret 466,83 + 2,21 506,70 - 2,76 650,63 - 3,13April 447,22 - 4,20 483,16 - 4,65 598,16 - 8,06Mei 444,40 - 0,63 454,57 - 5,92 545,49 - 8,77Juni 438,42 - 1,35 436,10 - 4,06 524,70 - 3,85Juli 446,63 + 1,87 446,50 + 2,38 524,70 0,00Agustus 460,22 + 3,04 493,14 + 10,45 629,65 + 20,00September 458,52 - 0,37 509,38 + 3,27 652,27 + 3,59Oktober 469,23 + 2,34 570,44 + 12,01 770,27 + 18,09NopemberDesember

Rata-rata 1969

Triwulan I + 2,00 - 0,74 2,05II - 2,06 - 4,88 6,89III + 1,57 + 5,37 + 7,86IV

Sumber : Biro Pusat Statistik; diolah kembali oleh Departemen Keuangan

INDEKS BIAYA HIDUP, INDEKS 9 MACAM BAHAN POKOK DAN INDEKS HARGA BERAS DI JAKARTA, 1965 - 1969

Tabel 1.1

Biaya Hidup 9 Macam Bahan Pokok BerasTahun/Bulan

( % ) ( % ) ( % )

17

Page 19: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

18

%

39,8

19,

243,

12-

5,80

5,85

2,61

4,28

3,71

0,25

-1,

323,

693,

64+

5,76

2,16

1,63

2,21

+2,

00

-4,

20-

0,63

-1,

35-

2,06

+1,

87+

3,04

-0,

37+

1,51

+2,

34N

opem

ber

Des

embe

rR

ata-

rata

Sum

ber :

Biro

Pus

at S

tatis

tik; d

iola

h ke

mba

li ol

eh D

epar

tem

en K

euan

gan

(100

%)

Inde

ks%

Inde

ks%

Inde

ks%

Inde

ks%

Inde

ks(O

kt'6

6=10

0)(O

kt'6

6=10

0)(O

kt'6

6=10

0)(O

kt'6

6=10

0)(O

kt'6

6=10

0)

1968

Janu

ari

420,

7949

,54

280,

745,

9115

4,67

23,3

822

9,54

22,7

633

2,24

Febr

uari

465,

0310

,51

267,

09-

4,86

163,

595,

7725

3,22

10,3

236

2,93

Mar

et46

7,60

0,55

286,

197,

1516

6,29

1,65

293,

7616

,01

374,

25A

pril

417,

35-

10,7

530

2,64

5,75

186,

421,

2130

7,82

4,79

352,

25M

ei43

0,14

3,06

443,

7146

,61

202,

678,

7231

1,90

1,33

372,

85Ju

ni44

1,27

2,59

391,

30-

11,8

122

1,03

9,06

332,

936,

7438

2,59

Juli

460,

504,

3637

3,56

-4,

5324

6,55

11,5

434

6,10

3,96

398,

97A

gust

us46

8,58

1,75

367,

29-

1,68

262,

576,

5038

6,84

11,7

741

3,76

Sept

embe

r46

5,80

-0,

6036

7,29

0,00

264,

450,

7239

8,70

3,06

414,

80O

ktob

er45

3,64

-2,

6136

7,29

0,00

272,

513,

0540

0,25

0,39

409,

32N

opem

ber

458,

651,

1036

8,39

0,30

307,

7112

,92

734,

168,

4742

4,42

Des

embe

r46

3,47

1,05

449,

5222

,02

323,

105,

0045

7,39

5,35

439,

89R

ata-

rata

196

845

1,52

+5,

0535

5,42

+5,

4123

0,96

+7,

4634

6,05

+7,

9139

8,86

1969

Janu

ari

470,

101,

4344

9,52

0,00

326,

431,

0348

0,78

5,11

449,

40Fe

brua

ri47

9,01

1,90

456,

611,

5832

7,29

0,26

488,

771,

6645

6,72

Mar

et48

4,99

1,25

486,

026,

4432

5,98

-0,

4051

5,10

5,39

466,

83R

ata-

rata

Triw

ulan

I+

1,53

+2,

67+

0,29

7+

4,05

Apr

il45

0,54

-7,

1048

2,84

-0,

0532

5,73

-0,

077

517,

86+

0,54

447,

22M

ei44

1,75

-1,

9548

2,55

-0,

0632

6,40

-0,

2152

8,74

+2,

1044

4,40

Juni

434,

13-

1,72

473,

00-

1,98

325,

62-

0,24

524,

82-

0,74

438,

42R

ata-

rata

Triw

ulan

II-

3,59

-0,

90-

0,18

+0,

63

Juli

434,

67+

0,12

508,

06+

7,41

331,

59+

1,83

547,

52+

4,33

446,

63A

gust

us45

6,83

+5,

1051

7,61

+1,

8833

2,14

+0,

1754

7,63

+0,

0246

0,22

Sept

embe

r *)

447,

88-

1,96

517,

610,

0033

2,57

+0,

1354

7,39

-0,

0445

8,52

+1,

09+

3,10

+0,

71+

1,45

Okt

ober

485,

50+

8,40

437,

40-

15,5

032

1,76

-3,

2554

6,02

-0,

2546

9,23Um

um

Tab

el 1

.2.

IND

EK

S B

IAY

A H

IDU

P D

I JA

KA

RT

A (B

ER

DA

SAR

KA

N 6

2 M

AC

AM

BA

HA

N),

1968

- 19

69

Tahu

n / B

ulan

Mak

anan

(63%

)Pe

rum

ahan

(11%

)Pa

kaia

n (9

%)

Lain

-lain

(17%

)

Page 20: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Macam

Baran

gUn

it1. B

eras

liter

32,00

32,00

30,75

28,90

26,13

25,00

25,80

29,84

31,30

36,80

2. Ikan

kg159

,82167

,68170

,53162

,71161

,61160

,09151

,71150

,00149

,71147

,803. M

inyak

Goren

gbtl

81,61

85,72

82,14

79,28

76,97

73,75

75,57

75,54

74,79

75,00

4. Gula

Pasir

kg65,

0063,

9361,

8865,

0079,

9169,

2063,

2159,

6859,

7162,

405. G

aram

Bataa

nbat

a13,

7914,

5214,

5514,

8615,

0015,

0015,

6416,

3415,

6415,

006. M

inyak

Tanah

btl4,3

94,5

44,8

54,5

54,5

14,2

04,5

64,8

84,8

44,8

07. S

abun C

ucibtg

40,54

43,30

43,22

42,43

42,14

40,71

42,00

42,14

42,00

40,80

8. Teks

tilmt

r110

,18110

,71110

,36110

,00110

,00108

,57113

,15114

,65115

,71114

,609. B

atiklbr

426,79

428,57

425,00

421,43

421,43

421,43

427,14

430,36

435,71

435,70

1. Bera

slite

r556

,52556

,52534

,78502

,61454

,43434

,78448

,70518

,96544

,35640

,002. I

kan As

inkg

694,87

729,04

741,43

707,43

702,65

699,52

650,60

652,17

650,91

642,40

3. Miny

ak Go

reng

btl582

,92612

,28586

,71566

,28549

,78526

,78539

,78539

,57534

,21535

,714. G

ula Pa

sirkg

650,00

639,30

618,80

650,00

799,10

692,00

632,10

596,80

597,10

624,00

5. Gara

m Ba

taan

bata

913,24

961,59

963,58

984,10

993,38

993,38

1035,7

6108

2,12

1035,7

6993

,386. M

inyak

Tanah

btl313

,57324

,29346

,43325

,00322

,14300

,00325

,71348

,57345

,71342

,867. S

abun C

ucibtg

405,40

433,00

432,20

424,30

421,40

407,10

420,00

421,40

420,00

408,00

8. Teks

tilmt

r367

,26369

,03367

,86366

,66366

,66361

,90377

,16382

,16385

,70382

,009. B

atiklbr

189,67

190,46

188,87

187,28

187,28

187,28

189,82

191,25

193,63

193,63

516,79

521,07

506,70

483,16

454,57

436,10

446,50

493,14

509,28

570,44

Tabel

1.3.

HARG

A DAN

INDE

KS 9 B

AHAN

POKO

K DI J

AKAR

TA (H

ARGA

DALA

M Rp

) TAH

UN 19

69

Indeks

Rata-

rata (

Dasar

: 4 O

ktober

1966

= 100)

Indeks

Kese

luruh

an

Nop

Oktob

erSep

tember

Agust

usMa

retFe

bruari

Janua

riJu

liJu

niMe

iAp

ril

-0,2

9+

0,83

-2,8

1-

4,65

-5,9

2-

4,06

+2,0

6+

2,38

+10,

4512,

01Su

mber :

Biro

Pusat

Statis

tikCa

tatan :

Pada b

ulan J

uli 19

69 Mi

nggu k

e I, II

& III

harga

beras

Rp 25

/ltrDio

lah ke

mbali

oleh D

eparte

men K

euanga

nMi

nggu k

e IV m

enjadi

Rp 26

/ltrMi

nggu k

e V m

enjadi

Rp 28

/ltr

Kena

ikan I

ndeks

(%)

Desem

berem

ber

19

Page 21: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Har

ga (R

p)In

deks

Har

ga (R

p)In

deks

Har

ga (R

p)In

deks

Har

ga (R

p)In

deks

Har

ga (R

p)

1965

Des

1)

30.0

0080

065

.000

55.0

00

1966

Mar

et 2

)Ju

niSe

ptD

es

128,

3389

,28

-5,

6536

,67

91,6

7-

4,17

283,

3394

,44

-26

,67

111,

6782

,71

-9,

8314

0,00

Rat

a-ra

ta 1

966

1967

Mar

et12

8,33

91,6

6+

1,59

41,5

010

3,75

+4,

8631

9,67

106,

55+

7,48

121,

3389

,87

+6,

4615

2,71

Juni

135,

8397

,02

+6,

5642

,33

105,

83+

6,29

328,

3310

9,44

+5,

6212

1,67

90,1

2+

3,36

157,

04Se

pt16

5,00

117,

86+

3,33

51,5

012

8,75

+0,

5937

5,00

125,

00+

4,61

155,

6711

5,31

+7,

7418

6,79

Des

183,

0013

0,71

+7,

3553

,33

133,

33+

1,90

413,

3313

7,78

+0,

9517

0,00

125,

93+

4,73

204,

92R

ata-

rata

196

715

3,04

109,

31+

4,76

47,1

311

7,92

+3,

4135

9,08

119,

69+

4,66

142,

1710

5,31

+5,

5717

5,37

1968

Mar

et28

6,67

204,

7613

,22

80,0

020

0,00

+15

,15

543,

3318

1,11

+13

,58

263,

3319

5,06

+14

,38

293,

33Ju

ni32

3,33

230,

956,

7610

3,07

257,

42+

9,14

756,

6725

2,28

+9,

2630

9,40

253,

87+

10,5

238

1,47

Sept

406,

6729

0,48

16,6

913

2,50

331,

25+

12,4

194

6,77

315,

59+

7,39

442,

8732

8,05

+7,

7948

2,30

Des

435,

5831

3,51

-0,

8413

7,17

342,

92-

2,66

958,

9431

6,31

-1,

0045

6,32

353,

44-

0,78

497,

01R

ata-

rata

196

836

3,88

259,

93+

8,96

113,

8428

2,92

+8,

5180

1,43

267,

16+

7,31

375,

4827

7,61

+7,

9841

3,51

1969

Jan

410,

0029

2,85

-1,

5012

8,13

320,

210,

0094

7,46

315,

82-

5,87

441,

1332

6,77

-4,

3448

1,68

Feb

393,

7528

1,25

-3,

9612

5,50

314,

06-

1,95

908,

8330

2,94

-4,

0842

4,78

314,

68-

3,70

463,

22M

aret

333,

5027

3,93

-2,

6012

2,40

306,

00-

2,57

887,

4429

5,82

-2,

3541

3,92

306,

61-

2,57

451,

82A

pril

381,

8827

2,77

-0,

4212

1,88

304,

69-

0,43

883,

4629

4,49

-0,

4541

1,93

305,

13-

0,48

449,

79M

ei37

8,00

270,

00-

1,02

120,

0030

0,00

-1,

5486

7,79

289,

30-

1,76

407,

2630

1,68

-1,

1344

3,26

Juni

378,

0027

0,00

-0,

0012

2,50

306,

25+

2,08

864,

5028

8,17

-0,

3940

4,50

299,

63-

0,68

442,

38Ju

li37

7,00

269,

29-

0,26

123,

0030

7,50

+0,

4186

5,00

288,

35+

0,06

404,

0029

9,26

-1,

2344

2,23

Agu

st37

8,00

270,

00+

0,26

122,

5030

6,25

-0,

4186

2,00

287,

33-

0,35

403,

5029

8,87

-0,

1244

1,50

Sept

378,

0027

0,00

0,00

122,

5030

6,25

0,00

862,

0028

7,33

0,00

403,

5029

8,87

0,00

441,

50O

kt37

9,00

270,

71+

0,26

123,

0030

7,50

+0,

4185

8,50

286,

17-

0,40

404,

5029

9,63

0,25

441,

25N

opD

esR

ata-

rata

196

9R

ata-

rata

Tr

iw. I

395,

7528

2,68

-2,

6912

5,34

313,

42-

1,51

914,

5830

4,86

-4,

1042

6,61

312,

69-

3,53

465,

57

US$

$ SI

NG

APO

RE

£ IN

GG

RIS

$ A

UST

RA

LIA

TA

HU

N/B

UL

AN

RA

Tab

el 1

.4H

AR

GA

RA

TA

-RA

TA

IN

DE

KS

BE

BE

RA

PA V

AL

UT

A A

SIN

G D

I JA

KA

RT

A, 1

965

- 196

9(D

ASA

R H

AR

GA

RA

TA

-RA

TA

OK

TO

BE

R 1

966

= 10

0)

Ken

aika

n (%

)K

enai

kan

(%)

Ken

aika

n (%

)K

enai

kan

(%)

Inde

ks 91,0

614

,93

99,3

2+

5,62

102,

14+

5,40

121,

49+

4,80

133,

28+

3,20

114,

06+

1,58

190,

79+

13,4

124

8,13

+8,

7131

3,63

+8,

3932

3,38

-0,

9126

8,96

+7,

40

313,

29+

3,06

301,

28-

3,83

293,

87-

2,46

292,

55-

0,45

288,

30-

1,45

287,

73-

0,20

287,

64-

0,03

287,

15-

0,17

287,

150,

0028

7,00

0,05

302,

81-

1,08

Rat

a-ra

ta

Triw

. II

379,

2927

1,59

-0,

4812

1,46

303,

65+

0,04

871,

9229

0,65

-0,

8740

7,90

302,

15-

0,76

445,

1428

9,53

-0,

70R

ata-

rata

Triw

. III

377,

6726

9,76

0,00

122,

6730

6,67

0,00

863,

0028

7,66

-10

,10

403,

6729

9,00

-0,

4544

1,75

287,

31-

0,07

Rat

a-ra

taTr

iw. I

V

Sum

ber :

Biro

Pus

at S

tatis

tikD

iola

h K

emba

li ol

eh D

epar

tem

en K

euan

gan

1). P

erat

uran

uan

g ba

ru m

ulai

ber

laku

tang

gal 1

4-2-

1965

(Pen

pres

No.

27 ta

hun

1965

) Rp

1.00

0,- =

Rp

1,-

2). M

ulai

bul

an F

ebru

ari 1

966

mat

a ua

ng A

ustra

lia d

igan

ti da

ri PO

UN

D k

e D

OLL

AR

TA

-RA

TA K

enai

kan

(%)

20

Page 22: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Harg

aHa

rga

Harg

aHa

rga

Harg

arat

a-rata

(Rp)

rata-r

ata (R

p)rat

a-rata

(Rp)

rata-r

ata (R

p)ra

ta-rat

a (R

1966

Okt

200,0

010

0,00

-17

5,00

100,0

0-

170,0

010

0,00

-85

,0010

0,00

-9

1967

Mare

t20

7,50

103,7

5-

196,3

311

7,38

-18

6,67

109,8

0-

99,75

117,3

3-

116

Juni

208,0

010

4,00

+3,1

119

8,00

113,3

3+

3,05

189,0

011

1,18

+2,9

512

6,00

114,6

7+

9,76

134

Sept

237,0

011

8,67

+2,5

722

6,33

129,3

3+

2,94

216,3

312

7,26

+2,8

114

2,33

168,0

0+

2,44

138

Des

259,0

012

9,67

+7,0

824

8,00

141,7

2+

6,97

237,6

713

9,80

+7,1

317

4,80

205,6

7+

11,96

19Ra

ta-rat

a 196

722

7,88

114,0

2-

217,3

312

4,19

-20

7,42

122,0

0-

135,7

815

9,75

-14

5

1968

Mare

t35

7,38

195,3

3+

11,40

367,5

020

9,99

+10

,6834

2,17

201,4

7+

9,51

234,6

731

5,33

+10

,3528

Juni

452,3

822

6,33

+3,8

940

3,00

229,6

8+

11,61

387,3

322

7,84

+12

,2929

0,00

341,3

3+

4,63

314

Sept

581,1

828

0,42

+7,6

156

1,17

354,0

0+

7,59

542,8

331

9,31

+7,8

030

9,60

364,3

3+

1,57

380

Des

675,3

833

7,69

+0,0

365

8,33

376,1

9+

2,29

639,9

837

5,98

+2,5

032

5,00

382,6

7+

0,88

436

Rata-

rata 1

968

524,0

525

9,94

+5,7

350

2,75

284,1

4+

0,07

477,9

628

1,15

+8,0

229

3,98

350,9

2+

4,36

354

1969

Jan

660,0

033

0,00

-1,1

164

0,00

365,7

1-

1,16

620,0

036

4,74

-1,5

932

6,00

384,0

00,0

040

Feb

607,5

030

3,75

-7,9

558

5,00

334,2

9-

8,59

562,5

033

0,88

-9,2

832

6,00

384,0

00,0

039

Mare

t62

9,00

314,5

0+

3,54

629,0

035

9,43

+7,5

258

8,00

345,8

8+

4,53

326,0

038

4,00

0,00

38Ap

ril60

2,50

301,2

5-

4,21

602,5

034

4,29

-4,2

152

6,50

330,8

8-

4,34

326,0

038

4,00

0,00

38M

ei60

0,00

300,0

0-

0,41

580,0

033

1,43

-3,4

456

0,00

329,4

1-

0,44

326,0

038

4,00

0,00

37Ju

ni60

0,00

300,0

00,0

058

0,00

331,4

30,0

056

0,00

329,4

10,0

032

6,00

384,0

00,0

037

Juli

600,0

030

0,00

0,00

580,0

033

1,43

0,00

560,0

032

9,41

0,00

326,0

038

4,00

0,00

37Ag

t60

0,00

300,0

00,0

058

0,00

331,4

30,0

056

0,00

329,4

10,0

032

6,00

384,0

00,0

037

Sept

590,0

029

5,00

-1,6

757

0,00

325,7

11,7

355

0,00

323,5

3-

1,69

326,0

038

4,00

0,00

37Ok

t58

0,00

290,0

0-

1,69

560,0

032

0,00

1,75

540,0

031

7,65

-1,8

232

6,00

384,0

00,0

037

Nop

--

--

--

--

--

--

B. E

E M

A S

24

E M

A S

23

E M

A S

22

+ %

Inde

ksIn

deks

+ %

Tabe

l 1.5

HARG

A RA

TA-R

ATA

DAN

INDE

KS R

ATA-

RATA

EM

AS S

ERTA

KUR

S DA

N IN

DEKS

RAT

A-RA

TA B

E &

DP

DI JA

KART

A, 19

66-1

969

(DAS

AR IN

DEKS

& H

ARGA

RAT

A-RA

TA O

KTOB

ER 19

66 =

100)

TAHU

N/BU

LAN

+ %

Inde

ks+

%In

deks

21

p)

5,00

100,0

0-

,4712

2,67

-,30

141,3

3+

7,99

,4816

6,67

+3,5

22,7

920

3,00

11,91

,4915

8,42

-

8,00

303,0

0+

8,57

,0033

0,67

+3,4

0,73

401,0

0+

11,65

,3345

9,33

+1,9

8,76

373,5

0+

5,51

8,50

430,0

0-

1,38

3,50

413,6

8-

3,80

2,75

402,8

9-

2,61

1,59

401,6

7-

0,30

9,22

399,1

9-

0,62

9,00

399,0

0-

0,05

9,00

399,0

00,0

09,0

039

9,00

0,00

9,00

399,0

00,0

09,0

039

9,00

0,00

--

-De

s-

--

--

--

--

--

--

--

Rata-

rata 1

969

Rata-

rata

Triw

. I63

1,17

316,0

8-

1,84

618,0

035

3,14

-0,7

459

0,17

347,1

6-

2,11

326,0

038

4,00

0,00

394,5

241

5,52

-2,6

0Ra

ta-rat

a Tr

iw. I

I60

0,83

300,4

2-

1,54

587,5

033

5,72

-2,5

556

0,90

329,9

0-

1,59

326,0

038

4,00

0,00

379,6

039

9,95

-0,3

2Ra

ta-rat

a Tr

iw. I

II59

6,67

289,3

3-

0,56

576,6

732

9,52

-0,5

855

6,67

327,4

5-

0,56

326,0

038

4,00

0,00

379,0

039

9,90

0,00

Sumb

er : B

iro P

usat

Stati

stik

Diola

h kem

bali

oleh D

epart

emen

Keu

anga

n

D. P

Inde

ks+

%

Page 23: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1968 Jan 61,50 266,46 24,00 331,03 97,50 230,33 86,27 212,33Feb 59,93 259,66 26,50 365,52 130,00 307,11 108,45 266,92Maret 62,44 270,54 36,75 506,90 131,00 309,47 126,03 310,19April 70,55 305,68 37,50 517,24 136,50 322,47 122,80 302,24Mei 81,15 351,60 46,00 634,48 136,50 322,47 119,93 295,18Juni 87,44 378,86 46,00 634,48 132,50 313,02 118,39 291,39Juli 100,33 434,71 42,50 586,21 127,50 300,02 108,12 266,11Agt 100,88 437,09 40,00 551,72 110,00 259,86 161,25 396,87Sept 109,08 472,62 38,00 524,14 107,50 253,96 100,00 246,12Okt 130,12 563,78 38,25 527,59 164,50 388,61 95,00 233,82Nop 128,40 556,33 41,00 565,52 158,00 373,26 95,00 233,82Des 126,00 545,93 40,00 551,72 166,25 392,75 110,00 270,74

Rata-rata 1968 93,11 403,60 38,04 524,71 133,10 314,44 109,66 277,14Rata-rata Triwulan I 61,29 265,56 29,09 401,15 119,50 282,30 106,92 263,11Rata-rata Triwulan II 79,71 345,38 43,17 595,40 135,17 319,32 120,37 296,27Rata-rata Triwulan III 103,43 448,12 40,25 554,02 114,83 271,28 123,12 303,03Rata-rata Triwulan IV 128,17 555,35 39,75 548,28 162,92 384,87 100,00 246,13

1969 Jan 124,10 537,69 50,70 847,17 165,00 389,79 110,00 270,74Feb 135,13 585,49 49,10 677,24 157,50 372,08 110,00 270,74Maret 155,54 673,92 50,38 694,90 151,56 358,04 115,00 283,04April 156,12 676,43 49,39 681,24 166,25 392,75 109,00 268,28Mei 149,10 646,01 48,26 665,66 173,12 408,98 95,00 191,42Juni 150,82 653,47 51,00 703,45 190,62 450,32 75,4 *) 159,98Juli 163,42 708,06 51,70 713,10 186,00 439,40 72,95 179,55Agt 177,44 768,80 55,00 758,62 200,62 473,94 78,75 193,82SeptOktNopDes

Rata-rata 1969Rata-rata Triwulan I 138,26 559,03 50,06 739,77 157,85 373,30 111,67 274,84Rata-rata Triwulan II 152,01 658,64 49,55 683,45 176,66 417,35 89,67 206,56Rata-rata Triwulan III 163,89 710,11 52,57 725,06 192,41 454,55 75,70 177,78Rata-rata Triwulan IV

Sumber : Biro Pusat StatistikDiolah kembali oleh Departemen Keuangan*) Angka Sementara

HargaIndeks (Okt'66=100)

Indeks (Okt'66=100)Harga Harga Harga

Tabel 1.6PERKEMBANGAN HARGA LOKAL BEBERAPA HASIL BUMI EKSPOR GOLONGAN A DI JAKARTA 1968 - 1969

(Dalam Rp/Kg)

TAHUN/BULANR S S I Kopra (Sul) Lada Putih Kopi Robusta

Indeks (Okt'66=100)

Indeks (Okt'66=100)

22

Page 24: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Str.$

/Pic

US$

/LB

Putih

Hita

mLa

mpu

ngPa

lem

bang

Br.P

/LB

US$

/Ct/L

B(S

inga

pore

)(N

ew Y

ork)

(Lon

don)

(New

Yor

k)

1967

Des

16,3

915

,93

45,8

026

1,85

-88

,53

-36

,13

31,2

01.

352,

3919

68Ja

n15

,91

15,9

745

,03

243,

76-

91,7

5-

36,4

130

,93

1.31

9,92

Feb

15,6

315

,54

43,4

326

5,18

-93

,19

-38

,44

36,3

41.

316,

50M

aret

16,0

216

,09

45,3

026

4,94

-91

,35

-37

,44

33,6

31.

320,

52A

pril

16,5

116

,21

42,9

727

1,47

-89

,30

-34

,87

34,8

51.

268,

05M

ei17

,72

16,8

948

,00

284,

01-

88,0

4-

35,3

534

,95

1.30

5,72

Juni

19,3

118

,93

54,1

325

9,19

-90

,06

-33

,41

33,5

01.

304,

75Ju

li19

,03

18,6

653

,43

157,

49-

89,4

8-

32,7

230

,86

1.30

2,34

Agt

18,8

619

,19

54,1

421

0,67

-90

,03

-32

,38

31,3

51.

296,

78Se

pt18

,27

18,9

053

,72

198,

53-

91,0

029

,60

32,3

835

,23

1.28

2,11

Okt

19,8

319

,53

55,3

119

0,89

194,

6094

,72

29,4

833

,68

30,1

01.

311,

21N

op20

,50

20,0

256

,73

194,

2319

6,85

94,7

529

,88

34,4

435

,50

1.44

6,45

Des

20,3

620

,23

57,6

219

9,38

205,

6591

,85

28,7

234

,32

35,0

01.

381,

66Ra

ta-ra

ta 1

968

18,1

618

,01

50,8

222

8,31

-91

,29

-34

,65

33,5

21.

321,

33Ra

ta-ra

ta T

riw. I

15,8

515

,87

44,5

925

7,96

-92

,10

-37

,43

33,8

31.

318,

98Ra

ta-ra

ta T

riw. I

I17

,85

17,3

448

,37

271,

56-

89,1

3-

34,5

434

,43

1.29

2,84

Rata

-rata

Triw

. III

18,7

218

,92

53,7

618

8,90

-90

,17

-32

,49

32,4

91.

293,

74Ra

ta-ra

ta T

riw. I

V20

,23

19,9

356

,55

194,

8319

9,03

93,7

729

,36

34,1

533

,53

1.37

9,77

1969

Jan

20,8

120

,47

58,2

720

9,94

210,

6091

,00

28,6

830

,93

35,6

01.

367,

00Fe

b22

,00

22,2

362

,98

195,

7819

8,40

90,2

928

,90

32,1

630

,00

1.37

2,00

Mar

et24

,15

24,4

969

,04

198,

7220

0,26

89,1

328

,84

32,5

029

,91

1.37

2,00

Apr

il24

,61

24,4

871

,00

193,

6719

5,98

83,1

726

,46

33,3

832

,90

1.40

0,72

Mei

23,9

523

,93

68,2

918

4,10

185,

4280

,11

25,8

934

,88

34,5

01.

422,

00Ju

ni24

,47

24,4

770

,04

187,

3419

0,10

75,2

725

,15

34,5

634

,02

1.43

6,00

Juli

25,8

925

,85

73,6

519

9,01

200,

7573

,38

24,7

535

,95

34,5

01.

455,

65A

gt27

,63

27,4

978

,99

199,

2920

0,85

73,1

526

,53

40,3

835

,10

1.46

8,10

Sept

26,3

525

,95

74,5

820

4,57

205,

5776

,95

28,9

951

,49

50,7

71.

470,

63O

ktN

op

KA

RET

R S

S II

I

Br.P

./l b

(Lon

don)

Str.$

.Ct/l

b

(Sin

gapo

re)

US$

.$/L

t

(Man

ila)

MIN SA

TIM

AH

KO

PI R

OBU

STA

KO

PRA

US$

/Lt

(L

ondo

n)

Tabe

l 1.7

PER

KEM

BAN

GA

N H

AR

GA

BEB

ERA

PA H

ASI

L BU

MI E

KSP

OR

GO

LON

GA

N A

DI P

ASA

R IN

TER

NA

SIO

NA

L, 1

967

- 196

9

TAH

UN

/BU

LAN

E (L Ex. S

LAD

A

US$

.Ct/l

b

(N

ew Y

ork)

E £ /L

t (L

ondo

n)

--

-84

,50

28,5

083

,50

79,7

087

,50

79,7

091

,00

77,1

391

,33

73,1

386

,91

66,5

766

,81

61,4

366

,80

57,5

865

,66

57,2

264

,02

57,0

066

,30

57,0

070

,40

-77

,06

-85

,17

76,6

589

,75

61,8

666

,42

53,7

466

,91

-71

,48

-71

,50

174,

6067

,90

172,

0063

,59

165,

2561

,94

160,

2759

,46

163,

4559

,50

171,

2559

,50

-60

,65

Des

Rata

-rata

196

9Ra

ta-ra

ta T

riw. I

22,3

522

,40

63,4

320

3,09

203,

0990

,14

28,8

131

,88

31,8

71.

370,

33-

70,2

9Ra

ta-ra

ta T

riw. I

I24

,34

24,3

969

,78

188,

3719

0,50

79,5

225

,83

34,2

733

,81

1.41

9,57

165,

8461

,63

Rata

-rata

Triw

. III

26,6

226

,43

75,7

420

0,81

202,

3974

,49

26,7

642

,61

40,1

21.

464,

79-

59,8

8

Sum

ber :

Lem

baga

Pen

yalu

ran

Perd

agan

gan

Dep

arte

men

Per

daga

ngan

Dio

lah

kem

bali

oleh

Dep

arte

men

Keu

anga

n

YA

K

WIT

BIJI

SA

WIT

£ /L

t on

don)

um

atra

E £ /L

t (L

ondo

n)

Ex. N

iger

ia

23

Page 25: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1.6.2. Perkembangan Gaji dan Upah

Dalam rangka stabilitasi dan pembangunan beberapa kebijaksanaan tarif dan

harga dari barang-barang dan jasa-jasa milik Pemerintah telah disesuaikan dan

disempurnakan. Kebijaksanaan tersebut pada umumnya berbentuk subsidi harga

penjualan dan/atau subsidi harga dari bahan baku.

Subsidi dari harga bahan baku telah diberikan bersamaan dengan subsidi

harga penjualan pada produksi bahan makanan pokok, misalnya beras. Pemerintah

menjamin harga padi kering sawah Rp 13,20/kg agar petani mendapat balas jasa yang

sama nilainya dengan harga pupuk chemis Rp 31,50/kg yakni harga pupuk yang

minimal ditentukan atas dasar kurs BE Rp 326/US$ dan tanpa dipungut bea masuk.

Tujuan kebijaksanaan demikian tidak saja untuk tetap mendorong kegairahan petani

meningkatkan penggunaan pupuk tetapi juga untuk memantapkan baik harga BE

maupun harga beras karena kedua macam barang-barang itu pada saat sekarang

merupakan “pemimpin harga” (price leader) dalam pembentukan harga jasa-jasa dan

barang-barang lainnya. Dalam rangka menstabilkan harga bahan makanan pokok dna

kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya Pemerintah telah memberikan subsidi dollar

guna memungkinkan harga penjualan yang serendah-rendahnya bagi masyarakat.

Untuk beras impor Pemerintah telah pula mengambil kebijaksanaan dimana

harga jualnya disamakan dengan harga pasaran di dalam negeri.

Subsidi dollar telah diberikan untuk tepung terigu dimana penerimaan

Pemeritnah adalah hanya Rp 20/kg. Subsidi ini diberikan disamping fasilitas-fasilitas

lain untuk importir. Pemberian subsidi ini dimaksud supaya masyarakat konsumen

dapat mengurangi konsumsinya akan beras pada saat-saat dimana harga beras

meningkat karena sebab musiman.

Subsidi berbentuk penurunan bea masuk atas berbagai-bagai bahan makanan

pokok seperti ikan asin, gula dan garam telah diberikan pada masa yang lalu.

Demikian pula atas minyak tanah yang diprodusir di dalam negeri atau langsung

harus diimpor berhubung dengan pemakaian yang meningkat pada hari-hari Lebaran

dan Tahun Baru.

Subsidi dollar pun telah diberikan pada industri tekstil dimana harga kapas

kasar yang ditetapkan adalah Rp 170,- - Rp 200,- per US$. Untuk memungkinkan

industri pertenunan dapat bersaing dengan tekstil impor telah diberikan pula subsidi

impor benang tenun asal USA dengan harga hanya Rp 120/US$.

24

Page 26: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Dalam produksi hasil jasa-jasa dan barang di samping subsidi berupa

keringanan bea masuk dan subsidi dollar, Pemerintah telah pula memberikan barang-

barang modal tambahan sebagai hadiah dan tambahan modal kerja jika dialami

kerugian-kerugian pada industri transpor perhubungan dan tenaga listrik, satu dan

lain denganmaksud untuk dapat melaksanakan kebijaksanaan tarif dan harga yang

sesuai dengan kemampuan masyarakat konsumen tanpa mengurangi kewajiban-

kewajiban perusahaan negara tersebut untuk berusaha atas dasar cost accounting.

Pada dasarnya kebijaksanaan tarip dan harga Pemerintah adalah sedemikian rupa

sehingga terdapat suatu tingkat seminimum mungkin dimana perusahaan-perusahaan

negara tidak mengalami kerugian dalam biaya operasionilnya.

Jelas bahwa subsidi demikian tidak mungkin kita alihkan

pertanggungjawabnya kepada negara kreditor, melainkan harus ditanggung oleh

Pemerintah di dalam pembayaran kembali hutang-hutangnya. Pemerintah

berpendirian bahwa kebijaksanaan pemberian subsidi lebih diutamakan karena tujuan

utamanya adalah meningkatkan produksi di dalam negeri tanpa mengorbankan

masyarakat konsumen. Menjadi jelas pula bahwa karena beban hutang-hutang luar

negeri harus dipikul oleh generasi yang akan datang, kebijaksanaan pemberian

subsidi seperti disebutkan di atas tidak bisa berlangsung terus dan tahap demi tahap

harus dikurangi. Misalnya seiring dengan sehatnya management, maka bantuan

permodalan bagi perusahaan-perusahaan public utilities dapat dihilangkan. Dalam

hubungan ini penyehatan management yang dikaitkan dengan penyempurnaan

permodalan sudah dilaksanakan dengan bantuan Bank Dunia.

Gaji dan upah umumnya meningkat dalam tiap-tiap sektor, bahkan

dikebanyakan sektor secara nominal naik antara 40 – 60%. Secara terperinci, maka

dibandingkan dengan keadaan pertengahan 1968, gaji di berbagai sektor adalah

sebagai berikut :

a. Pertambangan : Naik antara 40% - 50% untuk gaji minimum

dan maksimum.

b. Perindustrian : Naik antara 74% - 174%, terutama di industri-

industri rokok kretek.

c. Konstruksi : Gaji minimum naik 15% dan gaji maksimum

turun 35%.

d. Perdagangan : Gaji minimum naik dengan 75% dan

maksimum dengan 55%.

25

Page 27: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

e. Transport : Gaji minimum dan maksimum naik dengan

10%.

f. Pegawai negeri : Penyesuaian PGPS 1968 yang membawa

kenaikan 33% untuk pegawai golongan I dan

100% untuk golongan II keatas.

Khusus mengenai gaji pegawai negeri, maka usaha-usaha Pemerintah dalam

memperbaiki nasib pegawai negeri tidaklah dapat terlepas dari usaha-usaha dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan di lain-lain bidang dalam rangka pembangunan

ekonomi, khususnya kebijaksanaan yang menyangkut soal tenaga kerja secara

keseluruhan.

Dalam rangka ini yang harus diperhatikan adalah kenaikan gaji secara riil dan

bukannya secara moneter. Dengan demikian kebijaksanaan di bidang perbaikan gaji

pegawai negeri tidak dapat terlepas dari kebijaksanaan menaikkan produksi nasional

dan kebijaksanaan stabilitasi. Kenaikan gaji hanya akan berarti apabila harga-harga

dapat dipertahankan pada tingkat yang stabil.

Di dalam tahun 1969, dalam rangka perbaikan gaji pegawai negeri, telah

dilaksanakan 2 hal :

(1) Berlakunya secara penuh PGPS 1968.

(2) Pemberian tambahan gaji bulan ke-13 dan ke-14.

Di dalam tahun 1970/1971 direncanakan untuk kenaikan gaji pegawai negeri

sipil dan ABRI sebesar 50%.

1.7. Perkembangan Produksi dan Realisasi Penanaman Modal

1.7.1. Perkembangan Produksi

Realisasi perkembangan produksi selama masa satu semester pelaksanaan

PELITA tahun pertama ini belum dapat digambarkan dengan data-data yang lengkap

dalam laporan ini karena angka-angka statistiknya masih belum terkumpul

seluruhnya. Namun untuk memperoleh sedikit gambaran tentang perkembangan

produksi berikut ini dikemukakan angka-angka realisasi sementara yang tersedia

untuk beberapa jenis hasil produksi nasional menurut sektor-sektor sebagai dimuat di

bawah ini. Untuk beberapa sektor produksi dimana angka-angka realisasi

produksinya belum terkumpulkan dapat dikemukakan beberapa angka perkiraan dan

target menurut REPELITA.

26

Page 28: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

a. Pertanian

Berdasarkan anga-angka sementara yang diperoleh, perkembangan produksi

sektor pertanian adalah sebagai berikut :

(i) Bahan makanan utama

Angka-angka produksi bahan makanan utama yang disajikan di bawah ini

meliputi periode Januari- Juni 1969 dan untuk periode Juli-Desember merupakan

angka-angka taksiran. Angka-angka triwulanan belum terkumpulkan walaupun

diperlukan untuk mengadakan penilaian dalam triwulan I dan II tahun 1969/70.

Dari angka-angka produksi bahan makanan utama dibuat berdasarkan

realisasi masa Januari-Juni 1969 dapat diharapkan bahwa target produksi beras

1969/70 akan dapat tercapai. Target untuk masa 1969/70 adalah 20.231.000 ton padi

atau 10.520.000 ton beras.

Pertambahan produksi beras diharapkan dengan perbaikan persediaan dan

pemakaian pupuk dalam tahun 1969, keadaan hujan yang diramalkan normal, dan

disamping itu adanya penambangan luas areal sawah dengan mulai mengalirnya air

dari proyek pengairan Jatiluhur.

Angka-angka produksi hasil palawija yakni jagung, ubi-ubian dan kacang-

kacangan menunjukkan kemunduran. Hal ini dapat disebabkan karena iklim yang

terlalu basah pada musim tanam tiap tanaman itu sehingga hasil per Ha. Turun.

Sedang kemungkinan kedua adalah karena harga yang relatif turun pada awal tahun

1969 ini sehingga mengurangi kegairahan untuk berproduksi.

27

Jan-Juni 1969 Juli-Des 1969 Jumlah Target(Realisasi) (Taksiran) Jan-Des 1969 1969/70

1. Padi (kering giling) 15.852.634 +) +) 20.231.0002. (Beras) ( 8.243.370 ) +) +) ( 10.520.000 )3. Ketela pohon (ubi basah) 3.783.139 6.814.161 10.597.300 12.287.0004. Jagung (pipilan kering) 1.252.008 691.529 1.943.537 3.370.0005. Ketela rambat (ubi basah) 780.469 1.175.431 1.955.900 3.363.0006. Kacang tanah (biji kering) 172.425 135.356 307.781 } 947.5007. Kacang kedele (biji kering) 112.823 206.720 319.543 }

Sumber :1) Biro Pusat Statistik (untuk padi; konversi padi-beras = 100 : 52)2) Departemen Pertanian+) Menurut Sumber Departemen Pertanian, maka angka target 1969/70 akan dapat dicapai, bahkanakan dilampaui. Angka realisasi baru dapat diperoleh pada bulan Januari 1970.

Bahan Makanan

Tabel 1.8PRODUKSI BAHAN MAKANAN UTAMA DI INDONESIA, 1969 - 1970

( Dalam Ton )

Page 29: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(ii) Perkebunan

Angka-angka realisasi produksi hasil Perkebunan Negara untuk masa Januari-

Juni 1969 dan target produksi 1969/1970 adalah sebagai berikut :

Realisasi(Januari-Juni 1969)

1. Gula (Hablur) Kw 6.251.023 2.360.3832. Minyak Sawit Kg 127.254.268 50.798.5323. Inti Sawit Kg 25.867.838 11.066.9334. The Kg 63.241.000 31.932.9855. Karet Kg 104.152.885 49.620.9356. Serat Manilla Kg 265.690 43.0047. Serat Agave Kg 8.700.146 3.711.1008. Coklat Kg 886.937 360.8029. Kina Kg 1.520.000 1.053.14810. Kopi Robusta Kg 1.366.500 58.10011. Kopi Arabica Kg 9.905.150 1.894.06212. Kelapa Bh 945.000 486.45913. Kopra Kg 1.505.000 195.63614. Gutta Percha Kg 30.000 17.626

Sumber : Departemen Pertanian

Tabel 1.9PRODUKSI PERKEBUNAN NEGARA, 1969 - 1970

No. Budidaya Satuan Target (1969/70)

Angka-angka dalam daftar di atas hanya memuat realisasi produksi

Perkebunan Negara sedang hasil produksi swasta belum terkumpulkan data-datanya

dan demikian pula halnya dengan realisasi produksi perkebunan rakyat yang

jumlahnya tidak dapat diabaikan. Dari angka-angka produksi Perkebunan Negara di

atas dapat diharapkan bahwa target nasioanl 1969-70 akan terpenuhi misalnya untuk

minyak sawit, inti sawit, teh, karet, coklat, kina dan gula khususnya karena

penggilingan besar akan terdapat pada semester II/1969 ini. Untuk kopi robusta dan

kopi arabica sangant kecil kemungkinannya untuk memenuhi target.

b. Perindustrian

Perkembangan di bidang perindustrian menunjukkan hasil-hasil yang lebih

memuaskan dengan adanya dorongan positif sebagai akibat terdapatnya

28

Page 30: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

perkembangan harga-harga yang relatif stabil dan pula dengan adanya dorongan

perbaikan dalam sarana-sarana produksi maupun fasilitas-fasilitas dari Pemerintah

seperti di bidang perkreditan, perpajakan, anggaran pembangunan, penanaman modal

asing dan dalam negeri. Keadaan harga-harga yang stabil dan fasilitas-fasilitas

berproduksi yang mendorong kegairahan berproduksi menjadi landasan bagi

kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah.

Dalam menilai perkembangan hasil-hasil produksi perindustrian sementara

baru dapat dikemukakan untuk bidang-bidang tertentu. Hal ini karena masih

terdapatnya kesulitan dan kelambatan dalam kompilasi statistiknya.

(i) Sandang

Produksi benang tenun dalam negeri dari permulaan tahun sampai dengan

bulan September 1969 diperkirakan mencapai jumlah 119.414 β @ 400 lbs dengan

perincian sebagai berikut (sumber : Sekretariat Sektor B, Departemen Perindustrian) :

Produksi triwulan I 1969 32.630,8 β

Produksi triwulan II 1969 41.058,2 β

Produksi bulan Juli 1969 15.725,-

Produksi bulan Agustus 1969 15.000,-

Produksi bulan September 1969 15.000,-

Produksi triwulan III 1969 _____________ 45.725,-- β

Jumlah produksi triwulan I + II + III : 119.414 β @ 400 lbs

Carry over stock dari tahun 1968 pada awal Januari 1969

adalah sebesar

21.902,8 β

Jumlah produksi Januari s.d. April 1969 sebesar 32.630,8 β

Jumlah produksi April – September 1969 sebesar 86.783,- β

Sehingga stock awal dengan jumlah produksi dalam negeri

Januari – September 1969 sebesar

141.316,6 β

yang mana sebagian telah diolah menjadi tekstil.

Benang tenun impor yang diolah berjumlah : 62.000,- β

Sehingga jumlah benang tenun produksi dalam negeri dan

benang tenun ex-impor yang diolah adalah sejumlah :

203.316,6 β

Khusus untuk periode April – September produksi benang tenun dalam negeri

yang dicapai adalah sejumlah 86.783 β sehingga diperkirakan mencapai hasil

produksi ± 108.478.750 m tekstil dan ini berarti sebesar 24,11% dari target produksi

dalam negeri 1969 – 70 yaitu sebesar 450 juta meter.

29

Page 31: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Penyediaan tekstil dari Januari s.d. September diperkirakan akan meliputi

(Sumber : Departemen Perindustrian) :

1. Carry over 1968 192.000.000 m

2. Produksi dalam negeri 239.000.000 m

3. Tekstil Impor (menurut taksasi berdasarkan

konversi US$ 1 = 5 meter) 112.500.000 m

4. Tekstil dalam rangka kiriman dagang

(diperkirakan 20% dari ad.3) 22.500.000 m

5. Tekstil impor lain-lain

(diperkirakan 25% dari ad.3) 28.000.000 m

Jumlah persediaan seluruhnya : Jan – Sept. 594.000.000 m

(ii) Industri Kimia

Angka-angka realisasi yang dapat dikemukakan berupa angka-angka produksi

sampai dengan semester I/1969 khususnya dari Perusahaan-perusahaan Negera dalam

lingkungan Departemen Perindustrian yang perkembangannya adalah seperti terlihat

dalam tabel berikut :

Jenis Produksi Satuan Semester I/1968 Semester II/1968 Semester I/1969 Target 1969/1970

1. Semen Ton 187.758 222.207 243.700 515.0002. Kertas Ton 5.096 6.061 6.754 10.0003. Pupuk Urea Ton 46.985 48.543 36.570 46.5004. Gelas Ton 2.640 3.144 3.928 -5. Zat Asam M3 827.500 975.800 980.000 -

Sumber : Departemen Perindustrian

Tabel 1.10PRODUKSI INDUSTRI KIMIA (PN2) 1968-1969/1970

30

Produksi Penjualan Produksi Penjualan Produksi Penjualan

Januari 27.578 27.437 8.467 8.172 3.440 1.707Februari 24.933 20.830 9.927 10.069 5.700 3.044Maret 26.581 27.687 11.393 12.401 6.860 5.764April 27.659 28.144 548 12.442 3.720 4.880Mei 27.884 28.712 864 12.508 7.460 4.748Juni 27.952 29.243 356 10.735 1.220 776Juli 20.184 29.962 8.781 8.260 560 7.846Agustus 31.292 27.620 10.000*) 10.000*) 5.000*) 5.000*)September 25.000*) 25.000*) 10.000*) 10.000*) 5.000*) 5.000*)

Sumber : Departemen Perindustrian*) Estimate dari Sekretariat Sektor B, Departemen Perindustrian

Semen Gresik Semen Padang Semen Tonasa

Tabel 1.11SPESIFIKASI PRODUKSI DAN PENJUALAN SEMEN

JANUARI s.d. SEPTEMBER 1969(Dalam Ton)

12.

12.12.

Page 32: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Produksi semen pada semester I tahun 1969 mengalami kenaikan dibandingkan

dengan Semester I dan Semester II tahun 1968. Hal ini disebabkan oleh tercapainya

rehabilitasi dan konsolidasi dari unit-unit produksi yang sudah ada yaitu Gresik dan

Padang. Produksi kertas secara menyeluruh juga mengalami kenaikan walaupun ada

kemacetan di pabrik Pematang Siantar. Produksi pupuk urea mengalami kemunduran

dalam semester I tahun 1969, karena adanya kerusakan pada Cooper Besamer

Compressor, yang menyebabkan turunnya produksi PUSRI; tetapi pada semester II –

1969 diharapkan akan normal kembali karena sudah diperbaiki. Dari angka-angka di

atas dapat diharapkan target 1969/1970 tercapai.

c. Pertambangan

Perkembangan produksi pertambangan sampai dengan semester I/1969 adalah

sebagai berikut :

Triwulan I/1969 Triwulan I/1969/70 Triwulan II/1969/70 Triw I + II 1969/1970(Januari-Maret) (April-Juni) Juli-Sept) (April-Sept)

1. Batu Bara Ton 44.493 63.325 48.208 111.533 140.0002. Timah Kw 40.069 46.023 47.461 93.484 161.6003. Bauksit Ton 185.104 132.315 145.761 278.076 1.000.0004. Nikel Ton 65.316 56.410 62.390 118.800 -5. Emas Kg 83.4016*) 70.4530*) 27.3264*) 27.3264*) 222,56. Perak Kg 3.156.602 2.443.337 914.011 914.011 9.715

Sumber : Departemen Keuangan *) Inclusif Emas dari Logam

Tabel 1.12PRODUKSI PERTAMBANGAN, 1969/1970

Jenis Produksi Satuan/Berat Target 1969/70

Khusus mengenai produksi tambang minyak adalah sebagai dimuat dalam

tabel berikut :

31

Page 33: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1967 1968 1969 Target 1969/70Bbls Bbls Bbls

Triwulan IJanuari 15.254.233 16.133.675 19.684.094Februari 13.727.094 14.114.435 19.263.417Maret 15.445.404 17.238.442 22.839.292

Total 44.426.731 47.486.552 61.786.803

Triwulan IIApril 15.540.856 17.003.391 22.016.540Mei 15.752.483 18.312.120 22.160.292Juni 14.102.523 18.275.087 21.003.647

Total 45.395.862 53.590.598 65.180.479

Juli 23.328.503Agustus -Tahun Anggaran 1969/70 293.000.000

Sumber : Departemen PertambanganProduksi Minyak Mentak ini meliput hasil Pertamina unit I, II, III, IV dan Vserta Cilacap Cepu, Caltex, Stanvac.

Tabel 1.13PRODUKSI MINYAK MENTAH INDONESIA, 1967-1969/1970

Dari angka-angka ini dapat dilihat bahwa realisasi produksi hasil minyak

mengalami kenaikan. Target produksi minyak tahun 1969/1970 adalah sebesar 293

juta BBL yang besar kemungkinan akan dapat dipenuhi.

d. Angka-angka produksi sektor-sektor lainnya

Perkembangan produksi di sektor-sektor seperti perkebunan swasta,

kehutanan, perindustrian ringan dan kerajinan rakyat, prasarana-prasarana umum,

listrik dan pengairan belum dapat dikompilasikan pada saat ini untuk melengkapi

data-data sampai dengan tahun 1969.

1.7.2. Realisasi Penanaman Modal

Mengenai realisasi penanaman modal asing, maka dalam triwulan II tahun

anggaran 1969/1970 telah disetujui Pemerintah 23 proyek, terdiri dari 4 proyek

investasi langsung dan 19 proyek joint enterprise. Sehingga dengan demikian selama

9 bulan tahun 1969 telah disetujui 58 proyek penanaman modal asing, 15 proyek

investasi langsung dengan intended capital US$ 247.134 ribu dan 43 proyek joint

enterprise dengan modal akan ditanam masing-masing US$ 59.004 ribu modal asing

dan US$ 17.974 ribu modal nasional. Dari jumlah itu sebanyak 36 proyek dengan

modal US$ 54.582 ribu akan beroperasi di pulau Jawa dan 22 proyek lainnya dengan

32

Page 34: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

modal US$ 269.530 ribu akan beroperasi di luar pulau Jawa. Proyek-proyek dalam

bidang perindustrian dan perhubungan/pariwisata hampir semua memusat di pulau

Jawa sedang di luar Djawa kebanyakan beroperasi di bidang pertambangan dan

kehutanan/perkebunan.

Dengan demikian semenjak tahun 1967 sampai dengan akhir triwulan II-

1969/1970 telah disetujui Pemerintah 148 proyek penanaman modal asing, meliputi

jumlah modal akan ditanam US$ 672.756 ribu, terdiri dari US$ 626.457 ribu modal

asing dan US$ 46.299 ribu modal dari peserta nasional.

Sejumlah 45 proyek berupa straight investment dengan modal akan ditanam

US$ 503.995 ribu dan 103 proyek joint enterprise dengan modal akan ditanam

US$ 168.761 ribu (terdiri dari US$ 122.462 ribu modal asing dan US$ 46.299 ribu

modal peserta nasional).

Menurut daerah usahanya, 94 proyek dengan modal akan ditanam sebesar

US$ 151.645 ribu (terdiri dari US$ 118.892 ribu modal asing dan US$ 32.753 ribu

modal peserta nasional) beroperasi di pulau Jawa, dan 54 proyek lainnya di luar Jawa

dengan modal akan ditanam sebesar US$ 521.111 ribu (terdiri dari US$ 507.565 ribu

modal asing dan US$ 13.546 ribu modal peserta Indonesia).Pada umumnya modal

yang ditanam berasal dari Amerika Serikat, Jepang dan Kanada.

Selama 9 bulan dalam tahun 1969 ini tercatat pemasukan modal asing

US$ 16.733.043,27 yang terdiri dari US$ 4.446.431,27 dalam triwulan peralihan

(Januari-Maret), US$ 3.441.645,76 dalam triwulan I tahun anggaran 1969/1970 dan

selebihnya US$ 8.844.966,24 dalam triwulan II-1969/1970. Sedangkan realisasi

pemasukan modal asing selama dua tahun (1967-1968) hanya berjumlah

US$ 11.205.097,40. Dengan demikian realisasi pemasukan modal asing berjumlah

US$ 27.938.504,67 (US$ 11.205.097,40 tahun 1967-1968 dan US$ 16.733.043,27

triwulan peralihan, triwulan I dan II tahun anggaran 1969/1970).

Apabila kita bandingkan dengan modal yang disanggupkan akan ditanam

memang jumlah realisasi ini masih terlalu kecil, tetapi perlu diingat bahwa modal-

modal yang telah direalisir itu kebanyakan barulah paid up capital, sedang

autrhorized capital dan intended capital masih beberapa tahun kemudian harus

disetor penuh. Lagi pula kebanyakan dari proyek-proyek itu masih pada tingkat

survey, belum sampai tingkat eksploitasi, sehingga modalnya belum diperlukan

seluruhnya.

33

Page 35: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Mengenai realisasi penanaman modal dalam negeri, maka selam triwulan II

tahun anggaran 1969/1970 telah masuk permohonan fasilitas penanaman modal

dalam negeri sebanyak 78 proyek yang meliputi modal akan ditanam Rp 18.840.491

ribu (termasuk nilai lawan valuta asing yang dipergunakan). Dari jumlah itu telah

dikeluarkan rekomendasi dari Sub-Panitia PMDN sebanyak 31 proyek diantaranya

telah dapat diselesaikan oleh Departemen Keuangan proyek-proyek yang meliputi

modal yang akan ditanam sebesar Rp 11.689.966 ribu.

Sampai dengan triwulan II 1969/1970 sejumlah 196 proyek telah mengajukan

fasilitas penanaman modal dalam negeri yang meliputi Rp 119.568.943 ribu.

Sebanyak 82 proyek telah memperoleh rekomendasi Sub-Panitia PMDN

dengan jumlah modal yang akan ditanam sebesar Rp 23.450.754 ribu. Sebagian

terbesar dari proyek-proyek itu bergerak di bidang perindustrian, kemudian diikuti

pertanian/perkebunan, perhubungan/pariwisata dan kehutanan.

Sejumlah 25 proyek telah mulai berproduksi meliputi modal yang ditanam

Rp 4.426.145 ribu, terdiri dari 16 buah proyek di bidang perindustrian, 5 buah di

bidang pertanian/perkebunan, 2 buah di bidang perhubungan/pariwisata dan masing-

masing sebuah untuk bidang peternakan, kehutanan dan parmasi.

Apabila dilihat dari angka-angka realisasi pemasukan modal asing maupun

penanaman modal dalam negeri, tampaklah suatu kenaikan yang sangat besar pada

tahun 1969 ini.

a. PMA

Tahun 1967/1968 aplikasi sebesar : US$ 348.644 ribu

realisasi pemasukan : US$ 11.205 ribu

9 bulan tahun 1969 aplikasi sebesar : US$ 324.112 ribu

realisasi pemasukan : US$ 16.733 ribu

b. PMDN

9 bulan tahun 1969 aplikasi sebesar : Rp 119.569 juta

proyek telah jalan : Rp 4.426 juta

34

Page 36: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB II

PELAKSANAAN APBN 1969/1970

2.1. Pendahuluan

Seperti diketahui APBN 1969/1970 tetap dilaksanakan dalam rangka kebijaksanaan

anggaran berimbang (balanced budget policy). Pelaksanaan kebijaksanaan dimaksud adalah

untuk keseluruhan APBN 1969/1970, yaitu keseimbangan antara keseluruhan penerimaan

rutin dan penerimaan pembangunan di satu pihak dan keseluruhan pengeluaran rutin dan

penerimaan pembangunan di pihak lain. Kebijaksanaan anggaran berimbang tersebut juga

dimaksudkan berlaku untuk seluruh tahun anggaran. Dengan demikian pelaksanan secara

triwulanan tidak perlu selalu seimbang. Hal ini dapat terjadi karena pola penerimaan tidak

selalu bersamaan dengan pola pengeluaran yang disebabkan oleh berlainannya faktor-faktor

yang menguasai atau mempengaruhi penerimaan dengan yang menguasai atau

mempengaruhi pengeluaran.

APBN 1969/1970 memperkirakan penerimaan rutin sebesar Rp 228,0 milyar dan

penerimaan pembangunan (tidak termasuk bantuan proyek) sebesar Rp 63,2 milyar sehingga

jumlah seluruh penerimaan (tidak termasuk bantuan proyek) diperkirakan sebesar Rp 291,2

milyar. Di pihak lain pengeluaran rutin diperkirkan sejumlah Rp 204,0 milyar dan

pengeluaran pembangunan (tidak termasuk bantuan proyek) sejumlah Rp 87,2 milyar;

jumlah seluruh pengeluaran (tidak termasuk bantuan proyek) menjadi Rp 291,2 milyar.

2.2. Anggaran Rutin

2.2.1. Penerimaan Rutin

Pada Tabel 2.1 dapat diketahui perincian daripada seluruh penerimaan negara

baik rutin maupun pembangunan.

Dari jumlah seluruh penerimaan rutin sebesar Rp 228,0 milyar, maka pajak

langsung menghasilkan Rp 91,2 milyar, pajak tidak langsung Rp 134,3 milyar dan

penerimaan non-tax Rp 2,5 milyar.

Berbagai usaha, tindakan dan peraturan telah diambil dan ditempuh

Pemerintah yang kesemuanya bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi penerimaan

negara. Pada umumnya cara pendekatan (approach) yang ditempuh Pemerintah ialah

dengan jalan secara lebih aktif turut serta dan ikut mendorong majunya aktivitas

perekonomian itu sendiri. Diharapkan bila aktivitas perekonomian lebih meningkat,

35

Page 37: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

maka pendapatan masyarakatpun akan lebih meningkat sehingga menyebabkan lebih

banyak pula pemasukan penerimaan negara.

Dalam rangka inilah dapat dilihat segala usaha-usaha ataupun peraturan-

peraturan yang telah diambil Pemerintah. Berbagai fasilitas dan kelonggaran-

kelonggaran telah diberikan di bidang pajak langsung baik dalam rangka penanaman

modal, pajak pendapatan dan pajak perseroan.

Di bidang pajak-pajak tidak langsung juga telah diambil beberapa tindakan

yang dimasudkan untuk memberikan lebih banyak pertolongan dan dorongan kepada

berbagai-bagai cabang usaha masyarakat. Tarif-tarif pajak penjualan atas bermacam-

macam barang dan jasa telah diturutkan sehingga diharapkan dapat memberikan

perangsang (incentive) yang lebih besar lagi pada berbagai cabang usaha yang

bersangkutan. Demikian pula terhadap tarif-tarif pajak penjualan impor atas beberapa

jenis barang telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian.

Di bidang cukai juga telah diberikan berbagai kelonggaran-kelonggaran dan

penyesuaian-penyesuaian. Atas hasil-hasil tembakau telah diberikan pembebasan

sebagian cukai tembakau di samping diadakannya tindakan-tindakan penertiban

lainnya yang juga dimasudkan untuk lebih meningkatkan lagi baik produksi maupun

mutu daripada hasil-hasil tembakau. Demikian pula atas perhitungan-perhitungan

cukai gula, cukai alkohol sulingan dan cukai bir telah dilakukan penyesuaian-

penyesuaian sehingga menjadi lebih wajar.

Dengan Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1969 telha dilakukan penyesuaian-

penyesuaian dan penurunan-penurunan tarif bea masuk atas sejumlah besar barang-

barang impor. Kepada industri-industri dalam negeri dengan demikian telah

diberikan perangsang maupun proteksi yang lebih besar lagi. Sedangkan kepada

cabang-cabang usaha produktif lainnya yang baru mulai tumbuh telah pula diberikan

dorongan-dorongan yang lebih efektif legi karena bea masuk atas bahan-bahan baku,

bahan penolong, spareparts dan benda-benda modal pada umumnya telah diturunkan,

bahkan ada yang dibebaskan sama sekali dari bea masuk.

Sebagai follow up dari PP No.6/1969 ini dalam bulan September 1969 telah

dikeluarkan SK Menkeu No.KEP-600/MK/III/9/1969 sehingga diharapkan dapat

lebih positif lagi akibat-akibatnya atas kegiatan-kegiatan ekonomi di dalam negeri.

Selain penyesuaian-penyesuaian dan penurunan tarif-tarif bea masuk,

Pemerintah juga telah memberikan kelonggaran lainnya seperti : penghapusan

pembayaran muka pungutan-pungutan pabean untuk barang-barang golongan B dan

36

Page 38: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

C (SK Menkeu No.KEP-287/MK/III/4/1969 yang merupakan SK Bersama dengan

Menteri Perdagangan) pemberian ijin vooruitslag berupa pnangguhan bea masuk dan

pungutan-pungutan lainnya atas 11 macam barang-barang impor (SK Menkeu

No.KEP-782/MK/III/11/1969 yang dikeluarkan dalam bulan November 1969 yang

sebenarnya merupakan lanjutan dari pemberian ijin vooruitslag yang telah

dikeluarkan dalam bulan Januari 1969 dengan SK Menkeu No.KEP-

18/MK/III/1/1969).

Dalam hubungan dengan penyesuaian-penyesuaian dan penurunan tarif-tarif

bea masuk serta pemberian kelonggaran-kelonggaran lainnya tersebut Pemerintah

memperhatikan pula kepentingan rakyat banyak sebagai konsumen. Hal ini dilakukan

dengan jalan memberikan pula keringanan-keringanan bahkan pembebasan-

pembebasan bea masuk atas beberapa barang impor yang merupakan kebutuhan

pokok rakyat banyak. Dengan demikian selalu dijaga keseimbangan yang wajar

antara kepentingan konsumen, kepentingan produsen dan kepentingan penerimaan

negara.

Mengenai jenis-jenis penerimaan pajak tidak langsung yang lainnya, seperti :

pajak devisa ekspor, penerimaan minyak lainnya dan lain-lain sebagainya Pemerintah

juga telah melakukan berbagai usaha sehingga memungkinkan hasil-hasil penerimaan

yang lebih baik.

Akhirnya mengenai penerimaan non-tax ternyata telah dapat dihasilkan

jumlah yang cukup berarti juga. Sebagai hasil penertuiban-penertiban yang telah

dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dimuat di dalam Keputusan

Presiden No.33 tahun 1969 tentang pedoman pelaksanaan APBN 1969/1970, maka

hasil-hasil yang diterima dari departemen-departemen (“administrative revenues”)

ataupun dari perusahaan-perusahaan negara dan bank-bank Pemerintah (bagian

Pemerintah dari laba) telah menunjukkan perkembangan yang positif.

2.2.2. Pengeluaran Rutin

Anggaran induk untuk belanja rutin tahun anggaran 1969/1970 ditetapkan

sebesar Rp 204,0 milyar.

Untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera tahun

1969/1970 Pemerintah telah mengeluarkan pedoman pelaksanaan APBN tahun

1969/1970 dengan Keputusan Presiden No.33 tahun 1969, tanggal 31 Maret 1969.

37

Page 39: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Peraturan ini dipakai sebagai pegangan bagi seluruh aparatur Pemerintahan di bidang

keuangan negara dalam melaksanakan APBN 1969/1970.

Berdasarkan angka-angka sementara (lihat Tabel 2.2) pengeluaran rutin

sampai dengan Semester I tahun anggaran 1969/1970 berjumlah Rp 102,2 milyar

yang terdiri atas pengeluaran untuk belanja pegawai/pensiun sebesar Rp 38,4 milyar,

belanja makan (uang lauk pauk) ABRI dan Sipil sebesar Rp 5,2 milyar, belanja

barang, dan sebagainya sebesar Rp 19,9 milyar, subsidi/perimbangan keuangan

daerah otonom sebesar Rp 28,8 milyar, bunga/cicilan hutang sebesar Rp 8,6 milyar

dan lain-lain pengeluaran rutin serta pengeluaran yang berasal dari tahun anggaran

yang lalu sebesar Rp 1,3 milyar.

Pengeluaran rutin selama semester I tahun 1969/1970 tersebut diatas telah

mencapai ± 50% dari anggaran induk tahun 1969/1970. Mengingat bahwa sebagian

besar dari subsidi/perimbangan keuangan daerah otonom adalah untuk mencukupi

belanja pegawai daerah otonom, maka dapat dikatakan bahwa sebagian terbesar dari

belanja rutin tahun 1969/1970 adalah untuk belanja pegawai/pensiun. Mengenai

belanja barang dan sebagainya masih terus dilakukan penghematan-penghematan.

Pemerintah masih harus melakukan penghematan-penghematan di dalam

belanja rutin ini. Namun demikian, belanja rutin yang sifatnya urgen dan merupakan

kewajiban Pemerintah yang tidak dapat ditunda-tunda telah mendapatkan prioritas

dari Pemerintah.

Untuk memperbaiki tingkat hidup pegawai-pegawai negeri dan ABRI,

Pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka dalam batas-

batas kemampuan keuangan negara. Dalam tahun anggaran 1969/1970 ini

Pemerintah telah memutuskan untuk memberikan tambahan gaji bulan ke 13 dan ke

14.

2.3. Anggaran Pembangunan

2.3.1. Penerimaan Pembangunan

Pada Tabel 2.1 dapat diketahui pula bahwa untuk seluruh tahun anggaran

1969/1970, Pemerintah memperkirakan jumlah penerimaan pembangunan (di luar

bantuan proyek) sebesar Rp 63,2 milyar.

Suatu ciri utama daripada penerimaan Pemerintah untuk APBN 1969/1970

termasuk penerimaan pembangunan adalah kenyataan stabilnya kurs BE pada tingkat

Rp 326,0/US$. Stabilnya kurs BE tersebut juga mempunyai arti bahwa untuk pertama

38

Page 40: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

kalinya di dalam sejarah kebijaksanaan APBN, Pemerintah diharuskan untuk

mengubah cara bekerja dan usaha-usahanya kepada hal-hal yang sifatnya riil dan

produktif untuk dapat meningkatkan penerimaannya. Kenyataan ini pastilah

mengakibatkan tugas Pemerintah untuk dapat memperoleh penerimaan pembangunan

sebesar mungkin menjadi lebih berat daripada di masa-masa sebelumnya.

Mengenai bantuan proyek (project aid) seluruhnya diteruskan kepada

Departemen-departemen/Badan-badan pelaksanaan teknis yang menggunakannya.

Realisasi daripada bantuan proyek diperkirakan akan lebih kecil daripada yang

diperhitungakn semula mengingat pelaksanaannya memerlukan waktu yang jauh

lebih lama daripada yang diperkirakan.

Perlu dikemukakan di sini bahwa penerimaan pembangunan memerlukan

beberapa tahap yang agak panjang sebelum dapat direalisir sepenuhnya. Tahapan-

tahapan tersebut adalah : (1) aid requirement, (2) aid commitment, (3) aid realization,

dan (4) aid disbursement.

2.3.2. Pengeluaran Pembangunan

Prosedur Pembiayaan Pembangunan

Dalam tahun anggaran 1969/1970, prosedur pembiayaan pembangunan

mengalami perubahan jika dibandingkan dengan prosedur pembiayaan pembangunan

dalam tahun-tahun sebelumnya. Prosedur pembiayaan yang berlaku dalam tahun-

tahun anggaran 1969/1970 ini adalah sebagai berikut :

(1) Departemen-departemen mengajukan Daftar Isian Proyek (DIP) kepada

Departemen Keuangan dan Bappenas. Daftar Isian Proyek memuat program dan

rencana biayanya untuk satu proyek/sub-proyek guna keperluan satu tahun,

diperinci per triwulan. Untuk tiap proyek/su-proyek dibuat DIP tersendiri.

(2) Departemen Keuangan bersama-sama dengan Bappenas mengadakan penelaahan

mengenai DIP yang diajukan oleh Departemen-departemen.

(3) DIP yang telah disetujui disahkan oleh Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas

dan dikirimkan aslinya kepada Menteri yang bersangkutan, sedangkan copynya

dikirimkan kepada Kantor Bendahara Negara di daerah lokasi proyek.

(4) Setelah menerima DIP yang telah disahkan, Menteri yang bersangkutan

mengeluarkan SKO (Surat Keputusan Otorisasi) yang aslinya dikirimkan kepada

Kantor Bendahara Negara yang bersangkutan, sedangkan copynya dikirimkan

kepada pelaksana proyek.

39

Page 41: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(5) Pelaksana proyek mengajukan permintaan uang kepada Kantor Bendahara

Negara setempat.

(6) Setelah ditelaah, Kantor Bendahara Negara memberikan uang kepada pelaksana

proyek menurut kebutuhan.

(7) Untuk proyek-proyek yang dibiayai melalui Bank, pelaksana proyek mengajukan

permintaan kredit kepada Bank yang akan membiayai proyeknya. Setelah

ditelaah dan memenuhi ketentuan-ketentuan bank, maka bank yang bersangkutan

memberikan kreditnya.

Prosedur pembiayaan pembangunan yang baru ini berbeda dengan prosedur

yang terdahulu dalam hal-hal sebagai berikut :

(1) Untuk tiap-tiap proyek/sub-proyek, pembiayaannya harus didasarkan pada DIP.

Dengan DIP ini paling sedikit telah ada rencana proyek-proyek baik mengenai

fisik maupun keuangannya. Selanjutnya dengan DIP ini dapat disusun pula

perencanaan penyediaan biaya menurut daerah-daerah lokasi proyek. DIP

tersebut juga akan dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan, baik secara

preventif oleh Kantor-kantor Bendahara Negara, yaitu sebelum mengeluarkan

uang, maupun secara represif oleh unit-unit pengawasan, yaitu untuk meneliti

apakah rencana telah dilaksanakan sebagaimana mestinya.

(2) Penerbitan SKO lebih disederhanakan. Kalau dalam tahun-tahun yang lalu untuk

menerbitkan otorisasi guna pembiayaan pembangunan harus mendapat

persetujuan terlebih dahulu dari Departemen Keuangan, cq. Direktorat Jenderal

Anggaran, maka dengan prosedure yang baru ini masing-masing Departemen

dapat menerbitkan SKO atas dasar DIP yang telah disahkan olehMenteri

Keuangan dan Ketua Bappenas, tanpa pengesahan lagi dari Direktorat Jenderal

Anggaran. Dengan begini diharapkan bahwa pelaksanaan pembiayaan dapat lebih

diperlancar karena satu mata rantai telah dikurangi.

(3) Dengan adanya DIP dan otorisasi yang diterbitkan sendiri oleh masing-masing

Departemen, maka pembiayaan pembangunan dapat disesuaikan menurut

kebutuhan pada tiap-tiap triwulan. Pelaksana-pelaksana proyek dapat menerima

pembiayaan pada Kantor-kantor Bendahara Negara di daerah lokasi proyeknya.

Realisasi Pembiayaan Pembangunan

Anggaran induk untuk belanja pembangunan tahun anggaran 1969/1970

berjumlah Rp 123,4 milyar, diantaranya Rp 36,2 milyar berupa bantuan

40

Page 42: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

proyek/bantuan teknis dan Rp 87,2 milyar terdiri dari nilai lawan bantuan luar negeri

yang di BE-kan dan dari tabungan Pemerintah.

Penggunaan dari anggaran belanja pembangunan tahun 1969/1970 tersebut

diats direncanakan untuk proyek bidang ekonomi sebanyak Rp 94,4 milyar (76,5%),

bidang sosial sebanyak Rp 19,6 milyar (15,9%), dan bidang umum sebesar Rp 9,4

milyar (7,6%).

Dari jumlah biaya pembangunan Rp 87,2 milyar yang pembiayaannya

diperoleh dari bantuan luar negeri yang di BE-kan dan dari tabungan pemerintah

tersebut di ats, direncanakan Rp 73,3 milyar disalurkan melalui Kantor-kantor

Bendahara Negara, Rp 4,0 milyar untuk pembangunan bidang Hankam, Rp 7,3

milyar disalurkan melalui bank-bank Pemerintah dan Rp 2,6 milyar untuk subsidi

(bantuan) desa yang penyalurannya melalui Bank Rakyat Indonesia.

Berdasarkan angka-angka sementara, realisasi anggaran belanja

pembangunan selama semester I (April sampai dengan September 1969) tahun

anggaran 1969/1970 dapat disimpulkan sebagai berikut (dalam milyar Rp) :

(1) Pembiayaan melalui KBN-KBN 21,0

(2) Pembiayaan pembangunan Hankan 2,0

(3) Pembiayaan pembangunan yang

disalurkan melalui perbankan 3,0

(4) Subsidi desa 2,0

(5) Lain-lain pengeluaran dan pengeluaran

yang berasal dari tahun anggaran yang lalu 2,6

Jumlah 30,6

Angka-angka tersebut di atas adalah untuk anggaran pembangunan yang

dibiayai dari nilai lawan bantuan luar negeri yang di BE-kan dan dari tabungan

pemerintah.

Angka realisasi pembiayaan pembangunan melalui KBN-KBN tersebut di

atas adalah berdasarkan realisasi pengeluaran SPM (Surat Perintah Membayar) yang

dikeluarkan oleh KBN-KBN dan yang dilaporkan sampai dengan akhir September

1969.

SKO-SKO (Surat Keputusan Otorisasi) yang diterima oleh KBN-KBN selama

semester I tahun anggaran 1969/1970 ini telah mencapai jumlah kira-kira Rp 26,8

milyar.

41

Page 43: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Pelaksanaan anggaran pembangunan di dalam tahun anggaran yang lalu telah

mengalami beberapa kelambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor :

(1) Penyusunan daripada program yang harus dinyatakan di dalam DIP (Daftar Isian

Proyek) merupakan hal yang baru. Hal ini telah memerlukan waktu yang agak

lama sehingga baru dapat diselesaikan di dalam triwulan I daripada tahun

anggaran 1969/1970.

(2) Di dalam pelaksanaan daripada dropping uang yang telah dipergunakan prosedur

baru dengan tujuan untuk mempercepat pembiayaan dan pencapaian ketepatan

(doelmatigheid) yang sebesar-besarnya. Inipun memerlukan waktu untuk

penyesuaiannya.

(3) Pelaksanaan daripada proyek-proyek pada umumnya dilaksanakan dengan sistim

tender dan voorfinanciering, artinya pelaksanaan proyek-proyek terlebih dahulu

ditawarkan secara terbuka kepada kontraktor-kontraktor dan bila telah disetujui,

pembiayaannya dilakukan lebih dahulu oleh kontraktor. Pembayaran oleh

proyek-proyek baru dilakukan bila pekerjaan seluruhnya atau sebagian telah

selesai.

(4) Berhubung banyaknya proyek-proyek yang harus dilakukan di daerah-daerah di

mana ada kemungkinan tidak terdapatnya kontraktor-kontraktor yang memenuhi

syarat atau tidak terdapatnya bahan-bahan yang diperlukan menurut program

yang telah ditentukan, maka biasanya terpaksa dicarikan kontraktor-kontraktor

dari daerah lain yang kemungkinan besar jauh letaknya dari tempat/lokasi proyek.

Dengan sendirinya keadaan ini memerlukan waktu yang lebih lama di dalam

pelaksanaannya.

Kalau diperhatikan perkembangan pembiayaan pembangunan melalui KBN-

KBN dalam triwulan I dan triwulan II tahun anggaran 1969/1970, maka terlihat

bahwa pembiayaan pembangunan dalam triwulan II tahun 1969/1970 mencapai kira-

kira tiga kali lebih banyak daripada pembiayaan dalam triwulan I tahun 1969/1970.

Jadi telah menunjukkan perkembangan yang berarti.

Jika dilihat angka-angka mengenai pelaksanaan pembiayaan pembangunan

melalui KBN-KBN, maka dapat disimpulkan bahwa dari realisasi pembiayaan

pembangunan selama semester I tahun 1969/1970 sebesar Rp 21,0 milyar tersebut di

atas (tidak termasuk subsidi desa), Rp 16,6 milyar (79,2%) adalah untuk proyek-

proyek di bidang ekonomi, Rp 3,1 milyar (14,7%) adalah untuk proyek-proyek di

bidang sosial dan Rp 1,3 milyar (6,1%) adalah untuk proyek-proyek di bidang umum.

42

Page 44: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Kalau angka-angka realisasi pembiayaan pembangunan selama semester I

tahun anggaran 1969/1970 tersebut di atas dibandingkan dengan anggaran

pembangunan induk tahun 1969/1970 (di luar bantuan proyek dan bantuan teknis),

maka untuk masing-masing bidang dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :

(1) Pembiayaan melalui KBN-KBN :

- Bidang Ekonomi, telah dikeluarkan 33% dari anggaran induk 1969/1970

- Bidang Sosial, telah dikeluarkan 17% dari anggaran induk 1969/1970

- Bidang Umum, telah dikeluarkan 25% dari anggaran induk 1969/1970

(2) Pembiayaan pembangunan Hankam, telah dikeluarkan 50% dari anggaran induk

1969/1970.

(3) Pembiayaan yang disalurkan melalui perbankan telah dikeluarkan 43% dari

anggaran induk 1969/1970.

(4) Subsidi Desa, telah dikeluarkan 77% dari anggaran induk 1969/1970.

Dari angka-angka tersebut di atas dapat dilihat bahwa realisasi pembiayaan

pembangunan selama semester I tahun anggaran 1969/1970 ini telah diarahkan

sebagian terbesar pada bidang ekonomi sesuai dengan prioritas yang telah digariskan

dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun dan dalam APBN 1969/1970.

Dengan berhasilnya PEPERA, maka khusus untuk daerah Irian Barat Pemerintah

telah menyediakan pembiayaan pembangunan sebesar Rp 3,1 milyar.

43

I. Penerimaan Rutin 113,0 228,0A. Pajak Langsung 41,3 91,2

1. Pajak Pendapatan 5,7 15,52. Pajak Perseroan 8,1 15,03. Pajak Perseroan Minyak 20,1 48,74. MPO 1) 7,3 11,55. Lain-lain 0,1 0,5

B. Pajak Tidak Langsung 70,3 134,31. Pajak Penjualan 7,2 12,02. Pajak Penjualan Impor 7,5 10,03. Cukai 15,1 28,24. Bea Masuk 28,0 60,05. Pajak Devisa Ekspor 3,8 7,06. Penerimaan minyak lainnya 7,0 14,17. Lain-lain 1,7 3,0

C. Penerimaan non-tax 1,4 2,5

II. Penerimaan Pembangunan 25,0 2) 99,41. Kredit Luar Negeri 25,0 63,22. Bantuan Proyek p.m 3) 36,2

Jumlah Penerimaan 138,0 327,4

Sumber : Departemen Keuangan RI1) Sudah termasuk hasil MPO yang dipungut oleh pabean2) Tidak termasuk bantuan proyek3) Lihat Tabel 5.1

Jenis Penerimaan Semester I(Realisasi)

APBN1969/1970

Tabel 2.1REALISASI DAN PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA

APBN 1969/1970(Milyar Rupiah)

Page 45: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

I. Rutin 102,2 204,01. Belanja Pegawai/Pensiun 38,4 93,4

Tunjangan beras in natura 6,1 26,5Tunjangan beras dalam uang 5,5 12,0Gaji/Upah/Pensiun 23,1 48,5Pengeluaran dalam negeri lainnya 2,1 2,0Pengeluaran luar negeri 1,6 4,4

2. Belanja Lauk Pauk 5,2 13,8

3. Belanja Barang 19,9 36,7Pengeluaran Dalam Negeri 16,9 27,4Pengeluaran Luar Negeri 3,0 9,3

4. Subsidi Daerah Otonom 28,8 41,4Irian Barat 4,9 8,0Daerah Otonom lainnya 23,9 33,4

5. Bunga/Cicilan Hutang-hutang 8,6 16,5Hutang Dalam Negeri 0,4 1,0Hutang Luar Negeri 8,2 15,5

6. Pengeluaran lainnya 1,3 2,2

II. Pembangunan 30,6 123,41. Proyek Pemerintah Pusat 23,0 77,32. Pembiayaan melalui perbankan 3,0 7,33. Subsidi Desa 2,0 2,64. Lain-lain pengeluaran 2,6 -5. Bantuan Proyek p.m. 36,2

Jumlah Pengeluaran 132,8 327,4

Sumber : Departemen Keuangan RI1) Tidak termasuk project aid2) Lihat Tabel 5.1

Jenis Pengeluaran Semester I APBN(Realisasi) 1969/1970

Tabel 2.2REALISASI DAN PERKIRAAN PENGELUARAN NEGARA

APBN 1969/1970(Milyar Rupiah)

44

Page 46: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB III

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA 1970/1971

3.1. Pendahuluan

Seperti telah dikemukakan di atas, anggaran berimbang yang dinamis disamping

menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan, harus memperhatikan peningkatan tabungan

Pemerintah. Peningkatan tabungan tersebut, mengharuskan Pemerintah untuk menyisihkan

sebagian dari penerimaan dalam negeri utnuk pembiayaan pembangunan. Tugas Pemerintah

menjadi semakin berat karena di samping harus melaksanakan pembangunan juga harus

mempertahankan kestabilan ekonomi yang telah tercapai. Makin besar pembangunan yang

harus dilakukan makin besar pula keharusan untuk menciptakan public savings. Dengan

demikian maka tahun demi tahun harus diusahakan agar komponen pembiayaan yang berasal

dari sumber dalam negeri makin lama makin lebih besar daripada sumber pembiayaan luar

negeri. Disadari sepenuhnya bahwa didalam periode PELITA pertama hal tersebut tidak

mudah tercapai. Meskipun demikian akan tetap diusahakan untuk bekerja ke arah itu.

Makin bertambah besarnya anggaran pembangunan untuk tahun anggaran 1970/1971

disebabkan adanya keharusan untuk menyediakan pembiayaan pembangunan Irian Barat dan

subsidi kepada kabupaten-kabupaten di samping meningkatnya “local cost” untuk bantuan

proyek.

Di bidang anggaran rutin pun harus dilaksanakan pengeluaran-pengeluaran yang

sifatnya sukar untuk dielakkan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut meliputi pengeluaran

untuk kenaikan belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom dan pembayaran

hutang-hutang. Khusus di dalam tahun anggaran 1970/1971 pengeluaran rutin menanggung

beban yang lebih berat lagi berhubung adanya keharusan untuk menyediakan pembiayaan

bagi Pemilihan Umum.

Faktor-faktor tersebut diataslah yang mempengengaruhi kebijaksanaan-

kebijaksanaan Pemerintah dalam tahun anggaran 1970/1971. Tabel 3.1. memuat angka-

angka perbandingan antara APBN 1969/1970 dengan APBN 1970/1971.

Faktor komposisi impor yang sesuai dengan pembangunan membawa pengaruh bagi

penerimaan baik yang berasal dari nilai lawan bantuan luar negeri maupun dari impor umum.

Seperti telah dikemukakan dalam Bab Umum, secara bertahap komposisi bantuan luar negeri

akan beralih pada bantuan proyek dan pengurangan dalam bantuan program. Dari bantuan

program yang diusahakan, maka sebagian besar diperuntukkan bagi pencukupan bahan-

45

Page 47: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

bahan kebutuhan pokok yang menghasilkan nilai lawan yang tidak penuh berhubung

sebagian masih harus diberikan subsidi.

Anggaran pembangunan tahun 1970/1971 akan bertambah dengan 32% jika

dibandingkan dengan tahun 1969/1970. Hal ini dimungkinkan antara lain karena tabungan

pemerintah dapat ditingkatkan. Dari bantuan luar negeri yang diharapkan diperoleh sebesar

US$ 600 juta untuk 15 bulan, hanya US$ 200 juta yang dapat di BE-kan dan US$ 140 juta

berupa bantuan pangan. Kedua-duanya menghasilkan nilai lawan yang dapat dipergunakan

untuk pembiayaan pembangunan.

Jumlah Persen Jumlah Persen Persen

I. Pengeluaran Rutin1. Belanja Pegawai/Pensiun 93,4 45,8 119,4 42,2 + 26,0 32,82. Belanja Barang 50,5 24,7 69,4 24,5 + 18,9 22,03. Subsidi Daerah Otonom 41,4 20,3 53,2 18,8 + 11,8 14,94. Bunga/cicilan Hutang 16,5 8,1 31,4 11,0 + 14,9 18,95. Pemilihan Umum 1,0 0,5 10,0 3,5 + 9,0 11,46. Lain-lain 1,2 0,6

Jumlah 204,0 100,0 283,4 100,0 + 79,4 100,0

II. Tabungan Pemerintah 24,0 37,1 + 13,1Jumlah I + II : 228,0 100,0 320,5 100,0 + 92,5 100,0

III. Penerimaan Rutin 1. Pajak Langsung 42,5 55,6 + 13,12. Pajak Tak Langsung 120,2 167,2 + 47,03. Minyak 62,8 95,1 + 32,34. Non-Tax 2,5 2,6 + 0,1

Jumlah III : 228,0 320,5 + 92,5

Sumber : Departemen Keuangan RI

Tabel 3.1PERBANDINGAN ANGGARAN RUTIN DARI APBN 1969/1970

DENGAN APBN 1970/1971( Dalam Milyar Rupiah )

Anggaran APBN 1969/70 APBN 1970/71 KenaikanJumlah

46

Page 48: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Penyediaan “local cost” bagi bantuan proyek untuk tahun anggaran 1970/1971 akan

sangat meningkat dibandingkan dengan tahun anggaran 1969/1970. Hal ini disebabkan

karena perkiraan daripada disbursement dari bantuan proyek jauh lebih besar daripada tahun

anggaran yang lalu.

Tabel 3.2. di bawah ini memperlihatkan keseluruhan RAPBN 1970/1971 :

I. Penerimaan Rutin 320,583 I. Pengeluaran Rutin 283,475

A. Pajak Langsung 117,120 1. Belanja Pegawai dan Pensiun 119,4391. Pajak Pendapatan 13,250 a. Tunjangan Beras 30,7342. Pajak Perseroan 21,250 b. Gaji/Upah/Pensiun 51,9383. P. Ps. Minyak 61,470 c. Kenaikan Gaji 50% 21,5844. MPO 20,900 d. Lain-lain Belanja Pegawai DN 10,9925. Lain-lain 0,250 e. Belanja Pegawai LN 4,191

B. Pajak Tidak Langsung 200,810 2. Belanja Barang 69,4431. Pajak Penjualan 19,0002. P.Pn. Impor 19,500 3. Subsidi/Perimbangan Keuangan 53,2193. Cukai 39,4604. Bea Masuk 78,000 4. Bunga/Cicilan Hutang 31,3745. Pajak Devisa Ekspor 7,0006. Penerimaan Minyak lainnya 33,600 5. Pemilu 10,0007. Lain-lain 4,250

C. Penerimaan Non-Tax 2,653

II. Penerimaan Pembangunan 124,316 II. Pengeluaran Pembangunan 161,424

1. Kredit Luar Negeri 78,676 A. Bidang Ekonomi 81,6442. Bantuan Proyek 45,640 B. Bidang Sosial 21,612

C. Bidang Umum 12,528115,784

D. Bantuan Proyek 45,640

Jumlah 444,899 Jumlah 444,899

Sumber : Departemen Keuangan RI

Tabel 3.2RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA 1970/1971

(Dalam Milyar Rupiah)

PengeluaranJumlah JumlahPenerimaan

47

Page 49: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

3.2. Anggaran Rutin

3.2.1. Penerimaan Rutin

Di dalam memperkirakan penerimaan rutin untuk tahun anggaran 1970/1971

ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh Pemerintah :

(1) Karena kebutuhan pembiayaan baik untuk pengeluaran rutin maupun untuk

pengeluaran pembangunan makin meningkat di dalam tahun kedua (1970/1971)

PELITA, maka penerimaan rutin harus lebih ditingkatkan lagi daripada apa yang

dapat dihasilkan di dalam tahun anggaran 1969/1970.

(2) Untuk lebih meningkatkan pemasukan daripada penerimaan rutin tersebut, maka

selain fasilitas-fasilitas dan perangsang-perangsang fiskal yang telah diberikan

kepada industri-industri baru dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal

dan kepada industri-industri yang sudah ada (existing industries), akan diberikan

pula perangsang-perangsang (incentives) yang cukup berarti yang mendorong

kegiatan produksi dalam negeri.

(3) Di dalam usaha untuk lebih meningkatkan lagi penerimaan rutin 1970/1971,

Pemerintah tetap menjaga agar kestabilan moneter yang telah dicapai di dalam

tahun 1969/1970 terus dipelihara dan lebih dimantapkan lagi. Hanya perlu

ditekankan di sini bahwa kestabilan yang dimaksud bukanlah kestabilan yang

statis, tetapi merupakan kestabilan yang dinamis. Artinya di dalam usahanya

untuk tetap memelihara kestabilan moneter tersebut, maka Pemerintah melalui

kebijaksanaan anggaran harus dapat melaksanakan kegiatan pembangunan yang

makin besar.

(4) Harus dapat dipertahankan peningkatan penerimaan yang berasal dari sektor

perdagangan internasional, meskipun pola daripada impor harus disesuaikan

dengan kegiatan pembangunan yang lebih terarah kepada barang-barang modal,

bahan-bahan baku dan bahan-bahan penolong yang sebenarnya tidak

menghasilkan bea masuk yang besar.

Berdasarkan faktor-faktor seperti disebutkan di atas, maka dalam tahun

anggaran 1970/1971 Pemerintah akan menjalankan beberapa tindakan pelaksanaan

sebagai berikut :

(1) Intensifikasi pemungutan dan ekstensifikasi pengenaan pajak akan terus

ditingkatkan, baik mengenai pajak-pajak langsung maupun mengenai pajak-

pajak tidak langsung.

48

Page 50: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(2) Dalam rangka memberikan fasilitas dan perangsang (incentives) kepada dunia

usaha maka Pemerintah merencanakan mengajukan beberapa RUU Perpajakan

tentang perubahan dan tambahan atas ordonansi-ordonansi pajak pendapatan,

pajak perseroan dan pajak dividen. Dengan adanya perubahan dan tambahan (tax

reform) tersebut, maka diharapkan dunia usaha akan memperoleh peluang dan

kesempatan yang lebih besar untuk memperkembangkan usaha-usahanya.

Berarti aktivitas perekonomian akan lebih hidup dan lebih maju lagi dari masa

sebelumnya, sehingga pada akhirnya penerimaan pajak-pajak pun diharapkan

dapat lebih ditingkatkan. “Tax Reform” tersebut mencakup penurunan dan

penyederhanaan tarif, peningkatan batas minimum kena pajak, penambahan dan

penyempurnaan lapisan-lapisan pendapatan (income brackets), penilaian

kembali (revaluasi) aktiva tetap badan usaha, penghapusan yang dipercepat

(accelerated depreciation), perangsang penanaman modal baru, kemungkinan

kompensasi kerugian inisial (carry forward of initial losses), perpanjangan

jangka waktu untuk kompensasi kerugian nominal, dan lain-lain lagi yang

semuanya diharapkan dapat mendorong kemajuan dan perluasan dunia industri

dan perusahaan.

(3) Juga terhadap Undang-undang No.1 tahun 1967 (Penanaman Modal Asing) dan

Undang-undang No.6 tahun 1968 (Penanaman Modal Dalam Negeri) akan

diadakan beberapa perubahan-perubahan dan tambahan. Hal ini dilakukan

sebagai akibat perubahan-prubahan dan tambahan-tambahan yang diadakan atas

Ordonansi Pajak Perseroan 1925 itu sendiri. Dengan demikian diharapkan

prinsip keseragaman dapat dipegang teguh. Dari perubahan-perubahan dan

tambahan atas kedua Undang-undang tersebut di atas diharapkan penanaman

modal pada umumnya dapat lebih berkembang lagi.

(4) Di bidang impor, maka Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1969 yang mengatur

kembali pengenaan bea masuk akan terus disempurnakan sehingga pengarahan

impor menjadi lebih baik lagi, tetapi tetap memperhatikan keseimbangan yang

harus dicapai diantara kepentingan penerimaan Pemerintah, kepentingan

produsen (baik berupa perangsang maupun dalam bentuk proteksi) dan

kepentingan rakyat banyak (konsumen terbesar).

Dengan memperhitungkan faktor-faktor dan tindakan-tindakan pelaksanaan

seperti disebutkan di atas, maka Pemerintah memperkirakan bahwa penerimaan rutin

1970/1971 akan berjumlah Rp 320,5 milyar yang terdiri dari pajak langsung

49

Page 51: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Rp 117,1 milyar, pajak tidak langsung Rp 200,8 milyar dan penerimaan non tax

Rp 2,6 milyar. Perincian lebih lanjut dari penerimaan rutin 1970/1971 dapat dibaca

dalam Lampiran 1 dari Nota Keuangan ini.

3.2.2. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin 1970/1971 diperkirakan lebih besar daripada yang

dikeluarkan di dalam tahun anggaran 1969/1970 disebabkan oleh kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang hendak dijalankan Pemerintah seperti di bawah ini :

(1) Khusus dalam tahun anggarn 1970/1971 maka anggaran rutin harus menanggung

beban yang berat yang disebabkan keharusan penyediaan pembiayaan Pemilihan

Umum.

(2) Sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki taraf hidup pegawai negeri dan

ABRI, maka Pemerintah bermaksud menaikkan gaji pegawai.

(3) Pemeliharaan peralatan (maintenance) Pemerintah akan dipertinggi tarafnya. Juga

secara kuantitatif hal tersebut harus dilakukan karena makin meningkatnya

volume pembangunan sesuai penahapan di dalam PELITA. Termasuk pula di

dalam hubungan ini peningkatan aktivitas-aktivitas Pemerintah dalam bidang

pengawasan.

(4) Subsidi daerah otonom juga akan lebih meningkat antara lain sebagai akibat

kenaikan gaji pegawai.

(5) Guna mengembalikan kepercayaan dunia internasional akan kemampuan dan

kesungguhan Indonesia untuk memenuhi kewajiban-kewajiban internasionalnya

sesuai dengan perjanjian-perjanjian antaranegara yang telah disetujuinya, maka di

dalam tahun anggaran 1970/1971 Pemerintah tetap akan memenuhi kewajiban

pembayaran hutang-hutangnya yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagaimana disebutkan diatas,

maka pengeluaran rutin 1970/1971 diperkirakan akan berjumlah Rp 283,4 milyar

dengan pembagian sebagai berikut :

50

Page 52: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Rp miliar

1. Belanja Pegawai/Pensiun 119,4

2. Belanja Barang 69,4

3. Subsidi Daerah Otonom 53,2

4. Bunga/cicilan hutang 31,4

5. Pemilihan Umum 10,0

Jumlah : 283,4

Keterangan-keterangan selanjutnya adalah sebagai berikut :

ad. 1. Belanja Pegawai/Pensiun

Di samping kenaikan berkala (naruurlijk acc-res) sudah selayaknyalah

kepada pegawai negeri diberikan kenaikan gaji tambahan. Namun mengingat

kemampuan keuangan negara dan mengingat beban yang harus ditanggung oleh

Pemerintah dalam bidang lainnya maka diperkirakan bahwa gaji baru dapat

dinaikkan dengan 50%.

Tunjangan beras tetap diberikan dalam bentuk natura maupun dalam bentuk

uang menurut peraturan-peraturan yang berlaku.

Perincian Jumlah

1. Tunjangan Beras 30,7342. Gaji/Upah/Pensiun 51,9383. Kenaikan Gaji 50% 21,5844. Lain-lain belanja pegawai dalam negeri 10,9925. Belanja pegawai luar negeri 4,191

Jumlah 119,439Sumber : Departemen Keuangan RI

Tabel 3.3.PERINCIAN BELANJA PEGAWAI/PENSIUN 1970/1971

(Dalam Milyar Rupiah)

ad. 2. Belanja Barang

Pada umumnya dalam tahun-tahun yang lalu perlengkapan Pemerintah kurang

dipelihara sebagaimana mestinya karena biaya yang tersedia untuk keperluan itu jauh

daripada mencukupi. Lain daripada itu pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan

aktivitas-aktivitas lainnya misalnya : biaya perjalanan yang perlu untuk aktivitas

pembinaan dan pengawasan daripada proyek-proyek belum seluruhnya mendapat

51

Page 53: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

perhatian sebagaimana seharusnya. Dengan meningkatnya volume pembangunan,

maka kegiatan rutin pun akan meningkat. Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran

untuk tugas-tugas pembinaan dan pengawasan perlu ditingkatkan baik untuk

kelancaran roda pemerintahan maupun kelancaran pembangunan.

ad. 3. Subsidi Daerah Otonom

Dengan adanya kenaikan gaji, maka subsidi daerah otonom mengalami

kenaikan pula oleh karena di dalam subsidi tersebut termasuk gaji dari pegawai

daerah otonom.

ad. 4. Bunga/Cicilan Hutang

Jumlah anggaran untuk keperluan ini tergantung daripada besarnya hutang-

hutang yang jatuh tempo untuk tiap tahunnya. Pengeluaran untuk hutang-hutang yang

sudah jatuh tempo ini tiap tahunnya makin besar dan pengeluaran untuk hutang-

hutang luar negeri untuk tahun anggaran 1970/1971 diperkirakan besarnya Rp 20,2

milyar. Dibandingkan dengan tahun anggaran 1969/1970 ini berarti kenaikan sebesar

kurang lebih Rp 5,0 milyar. Oleh karena itu Pemerintah senantiasa berusaha untuk

menunda secara menyeluruh pembayaran kembali hutang-hutang warisan orde lama.

Disamping itu pinjaman-pinjaman baru hanya diterima bilamana syarat-syaratnya

betul-betul lunak. Dengan demikian maka beban embayaran kembali hutang-hutang

untuk tahun-tahun yang akan datang akan menjadi lebih ringan.

Mengenai hutang-hutang dalam negeri, tunggakan-tunggakan daripada

hutang-hutang tahun-tahun yang lalu sudah sedemikian meningkatnya sehingga perlu

untuk mulai diangsur. Guna kelangsungan usaha daripada perusahaan-perusahaan

negara, maka hutang-hutang antar PN/Departemen perlu diselesaikan secara

menyeluruh. Pelaksanaan pembayarannya dilakukan secara bertahap.

Tabel 3.4. menunjukkan perincian pembayaran kembali hutang-hutang Luar

Negeri dalam tahun anggaran 1970/1971.

52

Page 54: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

I. Hutang-hutang Lama 26,0(Sebelum Juni 1966)

II. Hutang-hutang Baru 28,0(Sesudah Juni 1966)a. Stop-gap Kredit 1966 15,0

1. Jepang ( 10,0 )2. Jerman Barat ( 1,0 )3. P.L. 480 (USA) ( 3,0 )4. India ( 1,0 )

b. Bantuan Program IGGI 13,01. Bunga Pinjaman 1967 ( 3,0 )2. Bunga Pinjaman 1968 ( 6,0 )3. Bunga Pinjaman 1969 ( 4,0 )

III. Pembayaran pada IMF 8,0(Repurchase + bunga)

Jumlah 62,0 20,212

Sumber : Departemen Keuangan

Macam Hutang Dalam US$ juta Dalam Milyar Rp

Tabel 3.4.PEMBAYARAN KEMBALI HUTANG-HUTANG LUAR NEGERI, 1970/1971

(Dalam Milyar Rp dan Jutaan US$)US$ 1 = Rp 326,-

ad. 5. Pengeluaran untuk Pemilihan Umum

Mengingat bahwa pengeluaran untuk Pemilihan Umum merupakan suatu

keharusan, maka didalam tahun anggaran 1970/1971 oleh Pemerintah disediakan

Rp 10,- milyar. Keperluan untuk Pemilihan Umum sebenarnya lebih besar daripada

jumlah tersebut.

Perincian lebih lanjut dari pengeluaran rutin 1970/1971 dapat diketahui di

dalam Lampiran 2 dari Nota Keuangan ini.

3.3. Anggaran Pembangunan

3.3.1. Penerimaan Pembangunan

Untuk tahun anggaran 1970/1971 Pemerintah memperkirakan penerimaan

pembangunan sebesar Rp 124,3 milyar yang terdiri dari kredit luar negeri sebesar

Rp 78,7 milyar dan bantuan proyek sebesar Rp 45,6 milyar.

53

Page 55: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Untuk tahun 1970/1971 diperkirakan bantuan “non-food” adalah US$ 200

juta yang terdiri dari BE, barang modal, pupuk, kapas kasar dan benang tenun. Untuk

“food aid” diperkirakan bantuan sebesar US$ 140 juta yang terdiri dari beras, tepung

terigu dan lain-lain bahan makanan.

Bantuan proyek diperkirakan sebesar US$ 260 juta atas dasar commitment,

sedangkan atas dasar disbursement diperkirakan US$ 140 juta.

Perlu dikemukakan bahwa kesediaan negara-negara yang membantu

Indonesia untuk memberikan “program aid” makin berkurang dan pada umumnya

ada usaha untuk menggeser pada “project aid”. Jika di dalam APBN 1969/1970

bantuan proyek yang diterima diperkirakan Rp 36,2 milyar, maka di dalam APBN

1970/1971 bantuan proyek tersebut diperkirakan meningkat menjadi Rp 45,6 milyar,

berarti suatu kenaikan sebesar kira-kira 26%.

Sebaliknya bantuan-bantuan luar negeri lainnya telah meningkat dari Rp 63,2

milyar di dalam APBN 1969/1970 mejadi Rp 78,7 milyar di dalam APBN

1970/1971, suatu kenaikan sebesar kira-kira 23%.

Dengan berkurangnya hasrat negara-negara kreditor untuk memberikan

“program aid” yang lebih besar membawa akibat bertambah pentingnya peranan

public savings sebagai sumber pembiayaan pembangunan untuk program-program

yang tidak dicakup di dalam bantuan-bantuan proyek. Dengan demikian sumber

pembiayaan dalam negeri untuk menghasilkan public savings akan sangat

dipengaruhi oleh performance APBN 1970/1971.

Perincian lebih lanjut dari penerimaan pembangunan dapat dilihat di dalam

Lampiran 1 dari Nota Keuangan ini.

3.3.2. Pengeluaran Pembangunan

Sesuai dengan REPELITA, maka pengeluaran pembangunan di dalam tahun

anggaran 1970/1971 diharapkan akan meningkat dibandingkan dengan tahun

anggaran 1969/1970.

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan di dalam pelaksanaan anggaran

pembangunan 1970/1971 adalah :

(8) Meningkatnya keperluan “local cost” untuk bantuan-bantuan proyek yang jauh

lebih besar daripada tahun yang lalu.

(9) Keharusan untuk melaksanakan pembangunan di daerah Irian Barat sebagai

“follow up” daripada hasil PEPERA.

54

Page 56: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(10) Pemberian subsidi kepada kabupaten-kabupaten, di samping subsidi desa,

guna memanfaatkan kelebihan tenaga kerja sebagai akibat ertambahan penduduk

dan kurangnya kesempatan kerja serta mendorong pelaksanaan proyek-proyek

pembangunan di daerah-daerah.

ad.(1). “Local cost” untuk bantuan-bantuan proyek diperhitungkan sebesar Rp 32,0

milyar. Pembagiannya adalah sebagai berikut (dalam Rp milyar) :

1. Bidang Ekonomi 31,5 - Pertanian 0,5 - Telekomunikasi 1,9 - Kereta Api 0,5 - Perhubungan Laut 2,3 - Perhubungan Udara 0,2 - Air minum 1,0 - Jalan Raya 7,5 - Irigasi 9,0 - Tenaga Listrik 8,5

2. Bidang Sosial 0,5

3. Bidang Umum -

Jumlah : 32,0

ad.(2). Pembangunan Irian Barat diperkirakan sebesar Rp 3,5 milyar.

ad.(3). Pemberian subsidi kepada kabupaten diperkirakan sebesar Rp 5,7 milyar,

sedang untuk subsidi desa diperlukan Rp 5,6 milyar.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka prioritas pembiayaan pembangunan

harus pula disesuaikan. Urutan prioritas tersebut adalah sebagai berikut :

a) Keperluan pembiayaan untuk pencapaian terget fisik 1969/1970 dari proyek-

proek yang direncanakan dan tersedia anggarannya dalam tahun anggaran

tersebut, yang karena berbagai sebab dalam pelaksanaannya tidak akan mencapai

target fisiknya pada akhir tahun anggaran 1969/1970 tersebut.

b) Keperluan pembiayaan dalam negeri (“local cost”) untuk pelaksanaan bantuan

proyek dan bantuan teknis yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran

1970/1971.

c) Keperluan pembiayaan untuk melanjutkan proyek-proyek dalam tahun anggaran

1969/1970, yang dalam perencanaannya semula memerlukan kelanjutan atau

penyelesaian dalam tahun anggaran 1970/1971.

55

Page 57: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

d) Keperluan pembiayaan proyek-proyek baru yang akan dimulai dalam tahun

1970/1971.

Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut di atas, maka pengeluaran

pembangunan 1970/1971 (tanpa project aid) adalah sebagai terlihat di dalam

Tabel 3.5. Dari tabel tersebut diketahui bahwa seluruh anggaran pembangunan yang

berjumlah Rp 115,7 milyar tersebut dibagi di dalam bidang ekonomi sebesar Rp 81,6

milyar (70,5%), bidang sosial sebesar Rp 21,6 milyar (18,8%) dan bidang umum

sebesar Rp 12,5 milyar (10,7%). Angka-angka terperinci mengenai project aid dapat

dilihat dalam Lampiran 3a dan 3e.

Perincian lebih lanjut dari pengeluaran pembangunan 1970/1971 dapat

diketahui di dalam Lampiran 3 dari Nota Keuangan ini.

I MPRS - - 133.000 133.000II DPR - GR - - 667.000 667.000III DPA - - 27.000 27.000IV BPK - - 67.000 67.000V Mahkamah Agung 55.000 55.000VI Kejaksanaan Agung 266.000 266.000VII Kepresidenan - 54.000 54.000VIII Sekretariat Negara 415.000 306.500 721.500IX Badan/Lembaga Non Departemen 536.484 207.516 744.000X Departemen Dalam Negeri 100.000 551.000 843.000 1.494.000XI Departemen Luar Negeri 2.900 311.100 314.000XII Departemen Hankam 4.500.000 4.500.000XIII Departemen Kehakiman 940.500 940.500XIV Departemen Penerangan 800.000 206.000 1.006.000XV Departemen Keuangan 107.200 1.492.800 1.600.000XVI Bagian Pembiayaan dan Perhitungan 19.790.000 2.350.000 406.500 22.546.500XVII Departemen Perdagangan 522.500 522.500XVIII Departemen Pertanian 5.387.000 607.000 576.000 6.570.000XIX Departemen Perindustrian 1.321.000 452.500 300.000 2.073.500XX Departemen Pertambangan 836.700 4.400 160.900 1.002.000XXI Departemen PUTL 42.590.000 2.731.000 679.000 46.000.000XXII Departemen Perhubungan 10.673.000 140.000 230.000 11.043.000XXIII Departemen P & K 5.650.000 200.000 5.850.000XXIV Departemen Kesehatan 4.196.000 204.000 4.400.000XXV Departemen Agama 930.600 169.400 1.100.000XXVI Departemen Tenaga Kerja 135.635 200.665 71.500 407.800XXVII Departemen Sosial 264.800 54.900 319.700XXVIII Departemen Transkop 811.000 410.500 138.500 1.360.000

Jumlah 81.644.335 21.611.549 12.528.116 115.784.000(Dalam persen) ( 70,5% ) ( 18,8% ) ( 10,7% ) (100,0% )

Sumber : Departemen Keuangan dan Bappenas

(A + B + C)Ekonomi Sosial Umum Jumlah BiayaDepartemen/LembagaNo.

Tabel 3.5RANCANGAN ANGGARAN PEMBANGUNAN 1970/1971

Daftar Rekapitulasi menurut Departemen/Lembaga dan Bidang(tidak termasuk nilai lawan bantuan proyek/bantuan teknis)

(Dalam Ribuan Rupiah)

( A ) ( B ) ( C )

56

Page 58: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB IV

JUMLAH UANG BEREDAR DAN PERKREDITAN BANK

4.1. Perkembangan uang beredar dan tingkat inflasi 1966 - 1969

Kebijaksanaan stabilisasi ekonomi yang dijalankan oleh Pemerintah sejak bulan

Oktober 1966 telah menunjukkan hasil-hasilnya. Jika digunakan angka indeks biaya hidup di

Jakarta (Oktober 1966 = 100) sebagai pengukur laju inflasi, maka ternyata tingkat kenaikan

index harga tersebut selama :

Tahun 1966 636,8 %

Tahun 1967 112,1 %

Tahun 1968 85,1 %

Tahun 1969 4,6 %

(hingga September).

Dengan turunnya laju inflasi maka terlihat adanya kenyataan bahwa jumlah uang

beredar terus bertambah meskipun tingkat kenaikannya berkurang (lihat Grafik dalam bab I).

Jumlah uang beredar bertambah dalam tahun 1966 sebesar ± Rp 19.636 juta (763%), dalam

tahun 1967 sebesar ± Rp 29.263 juta (131,8%) dalam tahun 1968 sebesar ± Rp 62.423 juta

(121,3%). Sedangkan dalam tahun 1969 sampai dengan bulan September adalah sebesar

Rp 56.776 juta (49,8%) (lihat Tabel 4.1). Kenyataan bahwa tingkat pertambhan jumlah uang

beredar bertambah, sedangkan laju inflasi menurun, menunjukkan bahwa kecepatan uang

beredar (velocity) telah menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat

terhadap nilai uang rupiah telah bertambah.

Gambaran yang lebih jelas dapat diperoleh bila jumlah uang beredar diperluas

dengan berbagai jenis deposito. Berbagai jenis deposito tersebut dapat dianggap sebagai

mendekat uang (near money). Seperti diketahui maka sistim moneter dapat menciptakan

sejumlah uang kartal, uang giral dan pelbagai jenis deposito dalam arti nominal. Tetapi yang

menentukan nilai riil dari tagihan moneter tersebut adalah masyarakat dan bukan sistim

moneter. Yang dimaksudkan dengan nilai riil dari tagihan moneter tersebut adalah nilai

nominal dari tagihan moneter tersebut dibandingkan dengan indeks tingkat biaya hidup. Jika

sistim moneter menciptakan jumlah nominal uang (kartal dan giral) dan deposito lebih besar

daripada jumlah yang diperlukan oleh masyarakat pada tingkat harga-harga yang berlaku

maka masyarakat berusaha melemparkan kelebihan uang tersebut dengan jalan membeli

barang-barang. Ini mengakibatkan tingkat harga-harga akan naik. Sebaliknya bila sistim

moneter menciptakan jumlah nominal uang dan deposito lebih kecil daripada jumlah yang

57

Page 59: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

diperlukan oleh masyarakat pada tingkat harga yang berlaku, maka mereka berusaha

menambah kekurangan itu dengan jalan menjual barang-barangnya atau mengurangi

pembelian barang-barang. Ini mengakibatkan tingkat harga-harga akan menurun.

Dari Tabel 4.1 ternyata bahwa pada bulan September 1966 sistim moneter telah

menciptakan uang dan deposito sebesar Rp 15,4 milyar dan pada bulan September 1969

telah meningkat menjadi Rp 214,7 milyar atau menjadi ± empat belas kali. Dalam arti riil

pertambhaan uang dan deposito itu hanya ± 2,5 kali. Hal ini berarti tingkat harga telah naik

kira-kira lebih dari lima kali selama periode tersebut.

Jika dilihat per tahun maka sejak September 1966 s.d September 1967 jumlah uang

dan deposito dalam arti riil bertambah sebesar ± 20%, dan dari bulan September 1967 s.d

September 1968 bertambah sebesar 12,5% sedangkan kenaikan terbesar terjadi selama

September 1968 s.d September 1969 yaitu suatu kenaikan sebesar 69%.

4.2. Sebab-sebab jumlah uang beredar

Dari Tabel 4.2 dapat diikuti sektor-sektor yang memegang peranan dalam

memperbesar jumlah uang beredar. Dalam tahun 1966 pertambahan jumlah uang beredar

sebesar ± Rp 19.636 juta terutama disebabkan karena bertambahnya tagihan bersih terhadap

pemerintah sebanyak ± 64,2%. Sedangkan peranan daeri sektor “kegiatan perusahaan-

perusahaan”, sektor “luar negeri” dan “sektor lain” adalah masing-masing 29,0%, -1,3%,

8,1% dari pertambahan jumlah uang beredar. Dalam tahun 1967 polanya sedikit berbeda di

mana sektor “resmi” dan sektor “kegiatan perusahaan” mengambil bagian yang hampir sama

besar dari pertambahan jumlah uang yang beredar yakni 55,8% dan 76,2%. Perubahan yang

drastis terjadi dalam tahun 1968 di mana sektor “kegiatan perusahaan” memegang peranan

utama yaitu 77,3%. Sedangkan sektor “resmi” hanya 4,6% dari pertambhaan jumlah uang

beredar. Pola yang hampir bersamaan dengan tahun 1968 telah terjadi dalam tahun 1969

(sampai dengan September 1969) di mana sektor-sektor resmi malah memberikan efek

penurunan uang beredar -36,9%, sedangkan sektor kegiatan perusahaan dan sektor luar

negeri menimbulkan efek penambahan uang beredar yaitu masing-masing dengan +87,3%

dan +59,4% dari pertambahan jumlah uang beredar. Suatu kesimpulan penting yang dapat

ditarik ialah :

1) Peranan dari anggaran belanja negara sebagai faktor penyebab utama kenaikan

harga makin lama makin berkurang. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan

anggaran berimbang yang dijalankan oleh pemerintah.

58

Page 60: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

2) Peranan sektor “kegiatan perusahaan” makin lama makin menonjol dalam

memperbesar jumlah uang beredar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan

pemerintah dewasa ini maupun di masa depan dalam rangka meningkatkan

kegiatan investasi dan produksi.

4.3. Perkembangan Dana Perkreditan

Perkembangan Dana Kredit Perbankan dapat di lihat dalam Tabel 4.3. Selama

periode bulan September 1966 s.d. bulan September 1967 dana kredit perbankan telah

bertambah sebesar + Rp 11.714,29 juta (263,7%). Pertambahan tersebut terutama disebabkan

oleh pertambahan giro bank-bank Pemerintah sebesar Rp 7.216,24 juta (61,6%) dari

pertambhaan dana seluruhnya, sedangkan giro Bank Swasta hanya bertambah sebesar

Rp 2.232,60 juta (19,1%).

Sedangkan dalam periode bulan September 1967 s.d 1968 dana kredit perbankan

telah bertambah sebesarp Rp 25.031,71 juta (154,9%) yang terutama disebabkan oleh :

Pertambahan deposito :

Bank-bank Pemerintah : + Rp 1.460,78 juta (5,8%)

Bank-bank Swasta : + Rp 4.158,48 juta (16,6%)

Pertambahan giro :

Bank-bank Pemerintah : + Rp 15.816,83 juta (63,2%)

Bank-bank Swasta : + Rp 2.941,76 juta (11,8%)

Pola yang sangat berbeda terjadi selama periode September 1968 s.d. 1969 di mana

dana kredit perbankan seluruhnya bertambah sebesar + Rp 69.224,57 juta (168%).

Pertambahan dana tersebut disebabkan :

Pertambahan deposito :

Bank-bank Pemerintah : + Rp 28.039,28 juta (40,5%)

Bank-bank Swasta : + Rp 8.591,92 juta (12,4%)

Pertambahan giro :

Bank-bank Pemerintah : + Rp 25.979,39 juta (37,5%)

Bank-bank Swasta : + Rp 4.010,73 juta (5,8%)

Dengan demikian dapat dilihat :

1) Deposito bertambah lebih besar daripada giro

2) Deposito dan giro bertambah lebih cepat dari pertambahan uang kartal

59

Page 61: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

3) Deposito bank Pemerintah bertambah lebih besar daripada deposito bank-bank Swasta,

meskipun bunga deposito pada bank-bank Swasta lebih tinggi daripada Bank-bank

Pemerintah.

Kesimpulan tersebut di atas adalah sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang ini :

a) Dalam bulan Oktober 1968 dalam rangka kebijaksanaan deposito berjangka, tingkat

bunga deposito berjangka dari bank-bank Pemerintah telah dinaikkan menjadi 6% per

bulan, dan deposito itu dijamin oleh Pemerintah.

b) Dalam bulan Pebruari 1967 suatu program tabungan berhadiah telah dijalankan oleh

Bank-bank Pemerintah yang berkedudukan di Jakarta sebagai percobaan dengan bunga

yang cukup menarik.

Sejak bulan Maret 1969 tingkat bunga deposito berjangka bank-bank Pemerintah telah

diturunkan beberapa kali (lihat Tabel 4.4) untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga.

Dari Tabel 4.4 dan 4.5 dapat dilihat, bahwa meskipun suku bunga deposito selalu

diturunkan namun hasrat masyarakat terhadap deposito berjangka bahkan semakin besar. Ini

menunjukkan bertambahnya kepercayaan kepada rupiah kita.

Adapun kenaikan (bukan posisi) deposito berjangka pada Bank-bank Pemerintah per

bulan sejak Desember 1968 dibandingkan dengna bulan-bulan sebelumnya adalah :

Januari : + Rp 2.138,0 juta ( + 47,3 %)

Februari : + Rp 3.705,2 juta ( + 55,7 %)

Maret : + Rp 6.028,4 juta ( + 58,2 %)

April : + Rp 5.178,4 juta ( + 32 %)

Mei : + Rp 2.208,0 juta ( + 10 %)

Juni : + Rp 772,0 juta ( + 3 %)

Juli : + Rp 1.302,9 juta ( + 5,3 %)

Agustus : + Rp 1.931,7 juta ( + 7,5 %)

September : + Rp 2.040,2 juta ( + 7,3 %)

Bila dibandingkan angka akhir triwulan III 1969 dengan angka akhir triwulan II 1969 maka

telah terjadi kenaikan sebesar Rp 5.274,8 juta (+ 21,5%).

Untuk meningkatkan usaha-usaha pengerahan dana dari masyarakat di samping

deposito berjangka adalah tabungan berhadiah yang diselenggarakan oleh bank-bank

pemerintah, yang mulai dilaksanakan sejak awal Februari 1969 dengan perincian suku bunga

sebagai berikut :

60

Page 62: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

- 1 tahun atau lebih 3,5%

- 6 bulan atau lebih 3,0%

- 3 bulan atau lebih 2,5%

- kurang 3 bulan tidak diberikan bunga

Adapun perkembangan tabungan berhadiah 1969, setiap bulan mulai Februari 1969

dapat dilihat dalam Tabel 4.6.

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa sejak bulan Februari sampai dengan akhir

September 1969 nilai nominal tabungan berhadian 1969 meningkat setiap bulan berturut-

turut dengan : Rp 15,15 juta (73,4%), Rp 16,46 juta (46%), Rp 11,22 juta (21,5%), Rp 13,26

juta (20,9%), Rp 19,70 juta (25,7%), Rp 23,12 juta (24,0%) dan Rp 39,91 juta (33,4%),

sedangkan perinciannya adalah ± 61,4% berasal dari Bank-bank Pemerintah dan sisanya

± 35,6% dari Bank-bank Swasta.

4.4. Perkembangan Pemberian Kredit Perbankan menurut Sektor

Perkembangan pemberian kredit perbankan secara keseluruhan dapat diikuti dari

Tabel 4.7. Perkembangan pemberian kredit perbankan sejak bulan September 1966 s.d

September 1967, demikian pula dari 1967-1968 dan 1968-1969 dalam jangka waktu yang

sama tersebut adalah masing-masing + Rp 14.311,90 juta (311,1%), + Rp 80.327,35 juta

(424,7%), dan + Rp 108.264,43 juta (109,6%). Secara absolut dapat dikatakan bahwa

pemberian kredit perbankan menunjukkan pertambahan yang cukup besar dari tahun ke

tahun sesuai dengan pola kebijaksanaan stabilisasi ekonomi yang dijalankan oleh Pemerintah

sejak Oktober 1966 yang mengarahkan kredit-kredit pada sektor yang diprioritaskan.

Perubahan yang terjadi hanya terletak pada pelaksanaannya yang lebih

mencerminkan kepada kondisi ekonomi yang sedang brjalan, sehinga dapat diciptakan suatu

iklim yang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Dalam rangka mensukseskan

pembangunan, kebijaksanaan perkreditan merupakan suatu alat yang penting, sehingga dapat

diharapkan perkembangan pemberian kredit bank di masa-masa depan akan bertambah lebih

besar lagi.

4.4.1. Perkembangan pemberian kredit menurut sektor perbankan

Sesuai dengan Undang-undang tentang bank-bank pemerintah yang telah

disahkan pada akhir tahun 1968, maka dewasa ini terdapat 8 buah bank-bank

pemerintah :

61

Page 63: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1. Bank Indonesia, sebagai bank sentral (sebelumnya disebut BNI Unit I)

2. Bank Rakyat Indonesia (adalah bagian dari BNI Unit II sebelumnya)

3. Bank Ekspor Import (adalah bagian dari BNI Unit II sebelumnya)

4. BNI 1946 (sebelumnya disebut BNI Unit III)

5. Bank Bumi Daya (sebelumnya BNI Unit IV)

6. Bank Tabungan Negara (sebelumnya BNI Unit V)

7. Bank Dagang Negara (statusnya sama dengan sebelumnya)

8. Bank Pembangunan Indonesia.

Perkembangan pemberian kredit menurut sektor perbankan dapat dilihat

dalam Tabel 4.7. Pertambahan pemberian kredit bank sebesar Rp 14.311,90 juta

dalam periode bulan September 1966 – September 1967 adalah disebabkan :

- Bank Indonesia : + Rp 6.300,62 juta (44,3 %)

- Bank Pemerintah : + Rp 5.311,19 juta (37,2 %)

- Bank-bank Swasta : + Rp 2.700,09 juta (18,5 %)

Dalam periode September 1967 – September 1968 pertambahan pemberian

kredit bank adalah sebesar + Rp 80.327,35 juta yang dapat diperinci sebagai berikut :

- Bank Indonesia : + Rp 61.994,58 juta (77,1 %)

- Bank Pemerintah : + Rp 14.517,44 juta (18,3 %)

- Bank-bank Swasta : + Rp 3.815,33 juta ( 4,6 %)

Selanjutnya dalam periode September 1968 – September 1969 pertambahan

kredit bank adalah sebesar + Rp 108.264,43 juta yang dapat diperinci sebagai berikut

- Bank Indonesia : + Rp 62.312,93 juta (57,8 %)

- Bank Pemerintah : + Rp 37.347,84 juta (34,7 %)

- Bank-bank Swasta : + Rp 8.603,66 juta ( 7,5 %)

4.4.2. Perkembangan perkreditan menurut sektor kegiatan usaha Pemerintah dan

Swasta

Pemberian kredit perbankan menurut sektor Pemerintah dan Swasta

menunjukkan trend yang menaik terus. Kenaikan tersebut adalah cukup besar ini

dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Perkembangan kredit perbankan, yaitu Bank Sentral, Bank-bank Swasta

Nasional (tidak termasuk Bank-bank Asing) per akhir triwulan III 1966 sampai

62

Page 64: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

dengan akhir triwulan III 1969 dapat diperinci menurut sektor Pemerintah dan

Swasta sebagai berikut :

Sektor Pemerintah : Posisi Jumlah Pertambahan

Triwulan III 1969 Rp 110.606,14 juta + Rp 46.495,86 juta

Triwulan III 1968 Rp 64.110,28 juta + Rp 54.805,01 juta

Triwulan III 1967 Rp 9.305,27 juta + Rp 6.660,44 juta

Triwulan III 1966 Rp 2.644,83 juta

Sektor Swasta :

Triwulan III 1969 Rp 96.897,34 juta + Rp 61.768,57 juta

Triwulan III 1968 Rp 35.128,77 juta + Rp 25.522,34 juta

Triwulan III 1967 Rp 9.608,43 juta + Rp 7.651,46 juta

Triwulan III 1966 Rp 1.954,97 juta

Dari perincian tersebut di atas jelas terlihat bahwa posisi kredit perbankan

pada akhir Triwulan III 1969 yang diberikan ke Sektor Pemerintah dan Swasta adalah

masing-masing sebesar Rp 110.606,14 juta dan Rp 96.897,34 juta. Ini berarti telah

terjadi kenaikan masing-masing sebesar Rp 46.495,86 juta dan Rp 61.768,57 juta jika

dibandingkan dengan posisi akhir triwulan III 1968.

Posisi akhir triwulan III 1969 yang sebesar Rp 110.606,14 juta untuk sektor

Pemerintah adalah hampir seluruhnya diberikan oleh Bank Sentral yaitu sebesar

Rp 104.652,31 juta atau ± 93%, baik berupa kredit langsung sebesar Rp 64.475,21

juta maupun berupa kredit likuiditas sebesar Rp 40.177,10 juta. Sedang selebihnya

yaitu Rp 5.953,83 juta adalah diberikan oleh Bank-bank Pemerintah lainnya. Sedang

untuk sektor Swasta yang pada akhir Triwulan III 1969 menunjukkan posisi

Rp 96.897,34 juta adalah sebagian besar disebabkan oleh pemberian kredit Bank-

bank Pemerintah yaitu sebesar Rp 52.410,37 juta dan oleh Bank Sentral sebesar

Rp 28.422,63 juta, sedangkan oleh Bank-bank Swasta Nasional adalah sebesar

Rp 16.064,34 juta.

Kenaikan kredit yang terjadi pada akhir triwulan III 1969 terhadap akhir

Triwulan III 1968 bagi sektor Pemerintah yaitu sebesar + Rp 46.495,86 juta adalah

sebagian besra disebabkan oleh kredit likuiditas Bank Sentral yaitu sebesar

Rp 29.665,36 juta dan kredit langsung bank Sentral Rp 13.606,36 juta, sedang dari

Bank-bank Pemerintah lainnya menunjukkan kenaikan sebesar Rp 3.224,14 juta.

Untuk sektor Swasta, sebagian besar kenaikannya adalah disebabkan

kenaikan pemberian kredit oleh Bank-bank Pemerintah yaitu sebesar Rp 34.123,70

63

Page 65: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

juta dan juga oleh kenaikan kredit Bank Sentral sebesar Rp 2.767,99 juta kredit

langsung dan Rp 16.273,22 juta kredit likuiditas. Sedangkan kenaikan pemberian

kredit Bank Swasta adalah sebesar Rp 8.603,66 juta.

Begitu pula kalau diperhatikan dengan membandingkan posisi kredit pada

akhir triwulan III 1968 dan akhir triwulan III 1967, dan seterusnya yaitu akhir

triwulan III 1967 dengan akhir triwulan III 1966, baik untuk sektor Pemerintah

maupun untuk sektor swasta, dapat dikatakan menunjukkan pola yang hampir

bersamaan yaitu untuk sektor pemerintah adalah sebagian besar dibiayai dari kredit

Bank Sentral baik dengan kredit likuiditas maupun dengna kredit langsungnya.

Untuk sektor swasta pemberian kredit yang terbesar dilakukan oleh Bank-

bank Pemerintah di luar Bank Sentral.

4.4.3. Perkembangan pemberian kredit menurut sektor ekonomi

Kebijaksanaan kredit pemerintah sejak bulan Oktober 1986 terutama

diarahkan kepada sektor-sektor yang dapat membantu proses stabilisasi dan

rehabilitasi. Sejak mulai 1 April 1969 diarahkan juga ke sektor-sektor yang dapat

melancarkan pelaksanaan pembangunan. Salah satu alat kebijaksanaan untuk

mencapai tujuan ini adalah dengan jalan mengenakan tingkat bunga yang berbeda-

beda untuk pelbagai golongan sektor kegiatan ekonomi sesuai dengan tujuan yang

diprioritaskan. Dalam pelaksanaannya sampai sekarang telah terjadi beberapa kali

perubahan tingkat bunga dan penggolongannya.

Jika tanggal 3 Oktober 1966 bunga pinjaman telah dinaikkan menjadi 6-9%

(6% yang terendah sedangkan 9% yang tertinggi), maka kemudian secara berturut-

turut perubahan tingkat bunga telah terjadi pada bulan-bulan April 1967, Juli 1967,

Oktober 1968, Mei 1969 dan September 1969 yang masing-masing adalah 4-7%,

3-5%, 3-7%, 1-6% dan ½-5%. Perubahan tingkat bunga tersebut menunjukkan

tendens yang makin lama makin menurun yang disesuaikan dengan makin rendahnya

perkembangan harga.

Perkembangan pemberian kredit perbankan menurut sektor ekonomi dapat

dilihat dalam Tabel 4.7. Pertambahan pemberian kredit selama periode September

1966-1967 sebesar Rp 14.311,90 juta (311,1%) dapat diperinci menurut sektor

ekonomi.

64

Page 66: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Produksi Rp 8.707,74 juta (60,8%)

Ekspor Rp 3.914,02 juta (27,3%)

Lain-lain Rp 1.690,14 juta (11,9%)

Pertambahan kredit yang terbesar adalah ke sektor produksi dalam periode tersebut

dan dibiayai terutama oleh kredit bank Sentral Rp 5.491,44 juta (63,1%) (kredit

langsung Rp 3.025,72 juta dan kredit likuiditas Rp 2.465,72 juta), sedangkan dari

Bank-bank Pemerintah dan Bank-bank Swasta adalah masing-masing sebesar

Rp 2.666,17 juta (30,6%) dan Rp 550,13 juta (6,3%). Sedangkan pertambahan kredit

ke sektor ekspor terutama dibiayai oleh Bank Pemerintah Rp 2.045,31 juta (52,3%),

sedang kredit Bank Swasta dan Bank Indonesia adalah masing-masing Rp 1.320,59

juta (33,7%) dan Rp 584,12 juta (14%). Pemberian kredit untuk sektor lain terutama

dibiayai oleh Bank-bank Swasta yaitu Rp 829,37 juta (49,1%), sedangkan Bank

Pemerintah dan Bank Sentral adalah masing-masing Rp 599,71 juta (35,5%) dan

Rp 261,06 juta (15,4%).

Pola yang agak berbeda terjadi dalam periode bulan September 1967 – 1968

di mana pertambahan pemberian kredit sebesar Rp 80.327,35 juta (424,7%) dapat

diperinci sebagai berikut :

Produksi + Rp 28.054,68 juta (34,9%)

Ekspor + Rp 5.121,03 juta ( 6,4%)

Lain-lain + Rp 47.151,64 juta (58,7%)

Pertambahan kredit yang terbesar adalah ke sektor lain-lain yang terutama

dibiayai oleh kredit langsung Bank Sentral Rp 37.088,62 juta (78,7%) yang

didalamnya termasuk kredit untuk pengadaan pangan sebesar Rp 28.183,0 juta, kredit

likuiditas bank Sentral Rp 3.317,94 juta (7,0%) sedangkan yang berasal dari Bank-

bank Pemerintah dan Swasta adalah masing-masing Rp 3.302,03 juta (7,0%) dan

Rp 3.443,05 juta (7,3%).

Selanjutnya pertambahan kredit ke sektor produksi terutama dibiayai oleh

kredit Bank Sentral Rp 19.338,02 juta (68,9%) sedangkan bank-bank pemerintah dan

swasta adalah masing-masing sebesar Rp 7.745,65 juta (27,6%) dan Rp 991,01 juta

(3,5%). Selanjutnya dalam periode bulan September 1968 – September 1969

pertambahan kredit perbankan sebear Rp 108.264,43 juta (109,1%) dapat diperinci

menurut sektor ekonomi .

65

Page 67: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Produksi + Rp 45.760,72 juta (42,3%)

Ekspor + Rp 7.156,20 juta ( 6,6%)

Lain-lain + Rp 55.347,51 juta (51,1%)

Ternyata dalam periode terakhir ini pemberian kredit juga sebagian besar

diarahkan ke sektor lain yang terutama dibiayai oelh kredit bank sentral Rp 41.275,58

juta (74,6%) yang didalamnya termasuk pertambahan kredit untuk pengadaan pangan

sebesar Rp 29.989,0 juta. Selanjutnya pertambahan kredit ke sektor produksi

terutama dibiayai oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 21.639,57 juta (47,3%)

sedangkan dari Bank Sentral dan Bank Swasta adalah masing-masing sebesar

Rp 20.453,41 jtua (44,7%) dan Rp 3.687,74 juta (8,0%). Akhirnya pertambahan

kredit ke sektor ekspor terutama berasal dari Bank-bank Pemerintah yakni sebesar

Rp 6.011,87 juta (84,0%) sedangkan dari Bank Sentral dan Swasta adalah masing-

masing sebesar Rp 583,94 juta (8,2%) dan Rp 560,39 juta (7,8%).

Dari uraian di atas ternyata bahwa sejak tahun 1966, jika pemberian kredit

untuk pengadaan pangan tidak diperhitungkan, maka proporsi alokasi pemberian

kredit yang terbesar adalah ke sektor produksi dan kemudian ke sektor lain dan

sektor ekspor. Perlu dijelaskan bahwa pemberian kredit untuk sektor lain-lain pada

akhir bulan September 1969 antara lain terdiri dari kredit-kredit untuk keperluan

pengadaan pangan Rp 58.171,78 juta, pengadaan barang untuk Irian Barat

Rp 3.308,89 juta, impor terigu Rp 2.170,99 juta dan lain sebagainya.

4.5. Kredit Investasi (jangka menengah dan panjang)

Dalam rangka pelaksanaan PELITA, maka bank-bank Pemerintah ditugaskan untuk

memberikan kredit investasi jangka menengah/panjang. Ketentuan-ketentuan mengenai

kredit jangka menengah/panjang adalah antara lain sebagai berikut : kredit adalah untuk

pembiayaan impor barang modal (devisa) maupun untuk pembiayaan investasi dalam negeri

guna pembiayaan rehabilitasi/modernisasi maupun pembangunan proyek baru. Sekurang-

kurangnya 25% dari seluruh pembiayaan harus dipikul sendiri oleh perusahaan yang

bersangkutan. Jangka waktu kredit (termasuk grace period) adalah 3 sampai 5 tahun dengan

bunga 12% setahun dengan pengertian bahwa jangka waktu tersebut dapat pula

diperhitungkan jangka waktu yang diperlukan sampai proyek yang dibiayai mulai

berproduksi termasuk masa trial-run. Pemberian kredit investasi itu diberikan dengan syarat

nilai tetap dan diutamakan untuk proyek-proyek yang quick yielding dalam sektor-sektor

66

Page 68: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

yang diprioritaskan oleh pemerintah. Untuk keperluan kredit investasi, Bank Sentral dapat

memberikan bantuan kredit likuiditas maksimum sebesar 75%.

Dari tabel di bawah ini akan terlihat jumlah pemberian kredit investasi jangka

menengah/panjang pada tanggal 30 September 1969 yang telah disetujui (dalam jutaan

rupiah). Sektor

Bank-bank Pertanian Industri

Pertam-

bangan

Perhubungan/

Pariwisata Lain-lain Jumlah

1. Bank Rakyat Indonesia 59,2 - - 24,4 - 83,6

2. Bank Ekspor Impor

Indonesia

66,5 - - 47,6 - 114,1

3. Bank Negara Indonesia

1946

1.692,0 976,1 - 58,2 - 2.726,3

4. Bank Bumi Daya 349,6 333,9 - - - 716,5

5. Bank Dagang Negara 150,8 57,6 700,0 - 33,0 908,4

6. Bank Pembangunan

Indonesia

1.457,6 2.187,9 - 615,4 - 4.260,9

7. Bank Indonesia 520,0 50,5 - 1.849,7 70,0 2.490,2

4.295,7 3.606,0 700,0 2.595,3 103,0 11.300,0

Sumber : Bank Indonesia

Pemberian kredit investasi yang telah disetujui per 30 September untuk sektor

pertanian telah mencapai jumlah Rp 4.295,7 juta, untuk sektor industri Rp 3.606,0 juta,

untuk sektor pertambangan Rp 700,0 juta, untuk sektor perhubungan/pariwisata Rp 2.595,3

juta dan sektor lain-lain sebesar Rp 103,0 juta.

Selanjutnya dapat pula diketahui dari tabel tersebut, pemberian kredit investasi yang

dilakukan oleh masing-masing bank-bank Pemerintah dalam jumlah total dan per sektor.

4.6. Perkembangan pemberian kredit Bank-bank Pemerintah menurut Daswati I

Pemberian kredit seluruh bank-bank Pemerintah (tidak termasuk Bank Indonesia)

menurut Daerah Swatantra Tingkat I dalam tahun 1969 menunjukkan posisi sebagai berikut :

Triwulan I 1969 : Rp 81,3 milyar

Triwulan II 1969 : Rp 95,6 milyar

Triwulan III 1969 *) : Rp --

Dari tabel pemberian kredit pada Daswati I tahun 1969 (Tabel 4.9 dan 4.10) dapat

dilihat bahwa alokasi kredit menurut sektor-sektor ekonomi adalah :

67

Page 69: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Dalam milyar Rp

Triwulan I Triwulan II

Produksi 59,0 (73%) 67,4 (70%)

Ekspor 9,6 (12%) 11,1 (12%)

Lain-lain 12,7 (15%) 17,1 (18%)

*) angka belum tersedia

Pemberian kredit tersebut terutama terjadi pada daerah-daerah yang menjadi pusat kegiatan

ekonomi, hal mana dapat dilihat pada uraian di bawah :

Dalam milyar Rp

Triwulan I Triwulan II

1. D.K.I Jaya 42,3 (52%) 43,1 (45%)

2. Jawa Timur 8,7 (17%) 11,2 (12%)

3. Jawa Tengah 6,1 ( 8%) 7,6 (8%)

4. Sumatera Utara 5,3 ( 6%) 6,2 (6%)

5. Jawa Barat 5,6 ( 7%) 5,8 (6%)

6. Daerah-daerah lainnya 13,3 (10%) 21,7 (23%)

Jumlah 81,3 (100%) 95,6 (100%)

Dari uraian tersebut ternyata bahwa jumlah kredit Bank-bank Pemerintah untuk

sebagian besar diberikan di Jakarta, hal aman bukanlah semata-mata berarti bahwa

penggunaannya untuk keperluan daerah Jakarta sendiri, tetapi sebagian daripadanya

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan kredit daerah-daerah lainnya yang pemberiannya

dilakukan melalui kantor Pusat (Jakarta). Kredit termaksud misalnya adalah kredit-kredit

untuk pengadaan pangan, impor pupuk, industri (dalam rangka impor kapas dan benang

tenun PL-480), dan lain-lainnya.

Selanjutnya pemberian kredit di Daswati I Jawa Timur terutama diarahkan kepada

sektor produksi bahan pangan, demikian pula di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan di

Daswati I Sumatera Utara, pemberian kreditnya sebagian besar untuk sektor produksi barang

ekspor dan ekspor.

Mengenai pemberian kredit Bank-bank Pemerintah di daerah-daerah lainnya

menunjukkan perimbangan yang agak merata bagi kegiatan sektor ekonominya.

68

Page 70: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

4.7. Perkiraan perkembangan jumlah uang beredar dan perkreditan tahun 1970-1971

Untuk membuat perkiraan secara tepat mengenai perkembangan jumlah uang beredar

dan perkreditan untuk sesuatu periode adalah tidak mudah. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perkiraan tersebut antara lain adalah :

1. tingkat perkembangan harga-harga

2. hasil pelaksanaan anggaran triwulanan

3. keadaan perdagangan luar negeri

Selain dari faktor tersebut di atas masih terdapat faktor-faktor lainnya misalnya besarnya

GNP yang biasanya ikut juga menentukan besar kecilnya jumlah uang beredar. Tetapi

dewasa ini faktor-faktor yuang lebih relevan adalah ketiga faktor yang disebut di atas.

Pada triwulan II 1969/1970 jumlah uang beredar adalah Rp 170,6 milyar. Dengan

demikian maka untuk semester I 1969/1970 telah terjadi pertambahan jumlah uang beredar

sebesar Rp 41,2 milyar. Dengan asumsi bahwa perkembangan harga dan keadaan lainnya

tidak mengalami perubahan, maka untuk semester II 1969/1970 jumlah uang beredar akan

mengalami perubahan yang sama besarnya dengan semester I 1969/1970. Ini berarti bahwa

untuk seluruh tahun 1969/1970 jumlah uang beredar akan mencapai posisi Rp 211,2 milyar.

Selanjutnya bila perkembangan harga dan faktor lainnya sama dengan keadaan dalam tahun

1969/1970, maka untuk tahun anggaran 1970/1971, jumlah uang beredar akan diperkirakan

mencapai jumlah Rp 352,0 milyar.

Mengenai masalah pemberian kredit oleh perbankan dapat dijelaskan bahwa dalam

semester I 1969/1970 telah terjadi pertambahan volume kredit sebesar Rp 73,0 milyar.

Dalam semester kedua pertambahan kredit ini diperkirakan tidak akan sebesar pertambahan

di dalam semester I, berhubung pemberian kredit untuk pupuk dan pangan akan tidak sebesar

semester I. Dengan demikian diperkirakan pada akhir tahun anggaran 1969/1970 posisi

kredit akan mencapai ± Rp 270,0 milyar. Berdasarkan pengalaman tersebut maka dapat

diperkirakan bahwa untuk tahun anggaran 1970/1971 posisi kredit perbankan akan mencapai

sekitar Rp 400,0 milyar. Perlu dicatat di sini bahwa meskipun posisi perkreditan

diperkirakan mencapai jumlah tersebut, namun dalam pelaksanaannya masih harus

diperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas serta kegiatan pembangunan pada umumnya.

69

Page 71: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1966

I3,

81,

80,

15,

736

,88,

4II

7,8

2,8

0,2

10,8

57,8

13,2

III11

,33,

80,

315

,484

,119

,2IV

14,4

7,8

0,4

22,6

112,

025

,5

1967

I16

,97,

30,

724

,915

1,6

34,6

II21

,710

,71,

333

,715

7,1

35,8

III26

,912

,21,

940

,918

6,4

42,5

IV34

,117

,32,

754

,123

7,6

54,2

1968

I41

,221

,63,

666

,437

4,3

85,4

II56

,929

,05,

090

,338

2,5

87,2

Akh

ir Tr

iwul

anU

ang

Gira

lDe

posit

o Be

rjan

gka

Tabe

l 4.1

PER

KEM

BAN

GA

N U

ANG

BER

EDAR

DAN

DEP

OSI

TO B

ERJA

NGK

A D

ALA

M A

RTI R

IIL

Uang

dan

Dep

osito

dal

amar

ti no

min

al(1

)+(2

)+(3

)

Inde

ks h

arga

(6

2 m

acam

bar

ang)

Okt

196

6=10

0

Inde

ks h

arga

(6

2 m

acam

bar

ang

Juni

196

9=10

0

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Uang

Kar

tal

70

67,9

81,8

80,2

88,6

72,0

94,1

96,2

29,8

77,8

104,

2III

62,2

32,7

7,5

102,

441

4,8

94,6

108,

2IV

74,7

32,2

10,7

124,

643

9,9

100,

312

4,2

1969

I81

,148

,325

,715

5,1

466,

810

6,5

145,

6II

88,6

58,0

36,3

182,

943

8,4

100,

018

2,9

III10

2,5

68,1

44,1

214,

746

0,3

150,

020

4,5

Sum

ber :

Ban

k In

done

sia

)U

ang

dan

Depo

sito

dala

m a

rti r

iil(4

) + (6

)

Page 72: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

71

681.

796

3274

2.76

526

753.

761

2565

7.84

835

707.

286

3067

10.7

4233

6912

.090

3166

17.3

7334

6621

.660

3466

28.9

6034

6632

.656

3466

39.2

1034

6243

.247

3863

44.7

7737

6348

.366

37

6152

.646

3962

52.3

2638

6058

.044

40

Juli

3.44

86.

893

119

+3.

504

+6.

830

153.

457

91.6

0860

61.8

4940

Agu

stus

3.08

816

.087

1.63

7-

1.28

2+

13.3

5416

6.81

199

.184

5967

.627

41Se

pt10

.074

14.7

198.

629

+7.

843

+3.

859

170.

670

102.

522

6068

.148

40K

umul

atif

Triw

. III

16.6

10-

69,1

37.6

99+

156,

87.

111

29,6

+10

.065

+41

,9+

24.0

4316

,4K

umul

atif

196

920

.937

-36

,949

.550

+87

,333

.733

-59

,4-

5.57

0-

9,8

+56

.776

Sum

ber B

ank

Indo

nesia

Dio

lah

kem

bali

oleh

Dep

arte

men

Keu

anga

n RI

*) P

rose

ntas

i dar

i Mut

asi

1) an

gka-

angk

a sem

enta

rax)

Ken

aika

n da

lam

pro

sent

asi p

er tr

iwul

an

Jum

lah

%*)

Gir

al%

*)

1966

Mar

et+

875

+28

,7+

1.26

3+

41,4

-47

8-

15,7

+1.

392

+45

,6+

3.05

211

8,7

5.62

43.

828

Juni

+3.

635

+74

,1+

1.27

1+

25,9

-77

-1,

5+

74+

1,5

+4.

903

87,2

10.5

277.

762

Sept

+2.

054

+45

,4+

1.42

6+

31,5

+61

3+

13,5

+43

4+

9,6

+4.

527

43,0

15.0

5411

.293

Des

+6.

044

+84

,5+

1.72

8+

24,2

-31

4-

4,4

-30

4-

4,3

+7.

154

47,5

22.2

0814

.360

Kum

ulat

if 19

66+

12.6

08+

64,2

+5.

688

+29

,0-

256

-1,

3+

1.59

6+

8,1

+19

.636

-

1967

Mar

et+

6.82

0+

349,

4+

1.17

4+

60,1

-5.

364

-27

4,8

-67

8-

134,

7+

1.95

28,

824

.160

16.8

74Ju

ni+

5.52

5+

66,8

+4.

351

+52

,6+

502

+6,

1-

2.10

9-

25,4

+8.

269

34,2

32.4

2921

.687

Sept

-2.

939

-44

,9+

5.70

6+

87,2

+1.

402

+21

,4+

2.37

4+

36,3

+6.

543

20,2

38.9

7226

.882

Des

+6.

926

+55

,4+

11.0

78+

88,6

-1.

431

-11

,4-

4.07

4-

13,2

6+

12.4

9932

,151

.471

34.0

98K

umul

atif

1967

+16

.332

+55

,8+

22.3

09+

76,2

-4.

891

-16

,7-

4.48

7-

15,3

+29

.263

-

1968

Mar

et-

2.39

2-

21,1

+4.

052

+35

,7+

1.53

1+

13,5

+8.

170

+71

,9+

11.3

6122

,162

.832

41.1

72Ju

ni+

8.44

2+

36,6

+20

.227

+87

,7+

4.81

9+

20,9

-10

.437

-45

,2+

23.0

5136

,785

.883

56.9

23Se

pt-

3.87

5-

43,3

+11

.107

+12

4,2

+4.

624

+51

,7-

2.91

4-

32,6

+8.

942

10,4

94.8

2562

.169

Des

+70

6+

3,7

+12

.880

+67

,5-

37.7

80-

198,

1+

43.2

63+

226,

9+

19.0

6920

,111

3.89

474

.684

Kum

ulat

if 19

68+

2.88

1+

4,6

+48

.266

+77

,3-

26.8

06-

42,9

+38

.082

+60

,1+

62.4

23

1969

Jan

2.87

03.

846

502

-45

1+

1.02

711

4.92

171

.674

Feb

1.35

64.

083

13.9

50-

5.39

5+

5.82

812

0.74

975

.972

Mar

et3.

633

1.15

813

.258

-7.

050

+8.

638

129.

432

81.0

66K

umul

atif

Triw

. I2.

119

+13

,61.

395

-9,

027

.710

+17

8,3

-12

.896

-82

,9+

15.5

3813

,6

Apr

il3.

537

1.82

67.

675

-4.

700

+4.

506

133.

938

81.2

92M

ei2.

698

9.73

965

8-

3.96

5+

3.73

413

7.67

285

.346

Jun

7.10

55.

333

4.80

1+

5.92

6+

8.95

514

6.62

788

.583

Kum

ulat

if T

riw. I

I6.

446

-37

,513

.246

+77

,013

.134

+76

,4-

2.73

9-

15,9

+17

.195

13,3

Mut

asi

Tabe

l 4.2

JUM

LAH

UA

NG

YA

NG

BER

EDA

R D

AN

SEB

AB-

SEBA

B PE

RU

BAH

AN

NY

A M

ENU

RU

T SE

KTO

R(D

alam

Jut

aan

Rp)

Posis

i Mon

ey

Supp

lyA

khir

Mas

aJu

mla

h%

x )Ju

mla

hLu

ar N

eger

iLa

inny

aK

arta

l%

*)Ju

mla

h%

*)Ju

mla

h%

*)K

egia

tan

Peru

saha

anR

esm

iJu

mla

h%

*)Ju

mla

h

Page 73: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

72

alam

juta

Rp.

1.824

,09)

3.282

,85)

4.441

,64)

D

Giro

Depo

sito

Lain

-lain

Giro

Depo

sito

Lain

-lain

1966

I1.3

61,08

46,73

62,67

298,8

042

,0112

,80II

2.235

,6467

,1715

5,94

655,1

013

7,00

32,00

III3.1

12,05

74,79

170,6

982

9,70

200,3

054

,11IV

4.830

,8383

,3413

7,49

1.307

,2331

0,94

66,04

1967

I5.3

19,22

171,1

748

4,07

1.515

,5847

9,94

110,4

4II

8.627

,6233

0,24

568,9

02.0

28,40

970,6

112

0,38

III10

.328,2

943

0,51

685,1

33.0

62,30

1.488

,2316

1,47

IV13

.973,2

137

1,57

520,2

74.1

06,14

2.315

,5025

7,69

1968

I16

.021,4

454

4,26

1.493

,484.5

20,95

3.016

,3422

4,19

II22

.347,7

066

3,72

1.733

,836.5

95,38

4.350

,6833

4,38

III26

.145,1

21.8

91,29

828,7

46.0

04,06

5.646

,7167

1,74

IV29

.070,1

04.7

29,34

930,1

87.7

65,63

5.978

,3944

7,62

Tabe

l 4.3

PERK

EMBA

NGAN

DAN

A KR

EDIT

PER

BANK

AN

Bank

-ban

k Pem

erin

tah

Bank

-ban

k Swa

staAk

hir T

riwul

an

*)

6.735

,87)

8.080

,4212

.646,1

516

.155,9

321

.544,3

8

25.82

0,66

36.02

5,69

41.18

7,66

48.92

1,26

1969

I36

.876,8

917

.013,3

61.0

41,83

7.292

,748.6

62,62

573,0

771

.460,5

1II

42.70

9,26

24.46

5,84

1.695

,038.8

66,32

11.82

2,69

557,2

990

.116,4

3III

52.12

4,51

29.93

0,57

3.469

,8510

.014,7

914

.218,6

365

3,88

110.4

12,23

Sumb

er : B

ank I

ndon

esia

*) T

idak t

ermas

uk B

ank I

ndon

esia,

Ban

k Tab

unga

n Neg

ara da

n Bap

indo

Jum

lah

Page 74: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Deposito denganjangka waktu

1 bulan atau lebih 1,5 1,5 1,0 1,0 1,0

3 bulan atau lebih 4,0 3,0 2,0 1,5 1,5

6 bulan atau lebih 5,0 4,0 3,0 2,5 2,0

1 tahun atau lebih 6,0 5,0 4,0 3,0 2,5

Sumber : Bank Indonesia

Tabel 4.4PERKEMBANGAN SUKU BUNGA DARIPADA DEPOSITO BERJANGKA

PADA BANK-BANK PEMERINTAH

01-Okt-68 17-Mar-69 01-Mei-69 10-Jul-69 15-Sep-69

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1. B E I I 66,4 127,3 127,5 487,6 1.367,9 1.594,9 1.655,1 1.857,0 2.148,2 2.288,8 2.398,12. B R I 144,7 691,4 897,3 1.362,4 1.734,3 2.126,0 2.734,3 2.644,8 2.654,7 2.946,9 3.345,43. B N I 1946 589,7 1.383,8 1.824,8 3.121,1 4.423,3 6.432,1 6.670,4 7.166,7 7.572,0 7.758,9 7.999,44. B B D 318,5 1.241,0 1.907,2 2.570,7 3.863,8 4.628,4 5.365,3 5.585,4 6.574,6 6.354,6 6.948,25. B D N 501,9 628,6 1.172,8 1.914,5 3.910,7 5.419,0 5.904,6 5.746,7 5.651,8 7.092,1 8.119,16. BAPINDO 145,3 446,0 726,7 905,0 1.087,7 1.427,7 1.546,4 1.547,5 1.249,7 1.341,4 1.414,7

1.766,5 4.518,1 6.656,1 10.361,3 16.389,7 21.568,1 23.776,1 24.548,1 25.851,0 27.788,7 29.822,9Sumber : Bank Indonesia

Triwulan II - 1969 Triwulan III - 1969

Tabel 4.5PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA SELAMA OKTOBER 1968 - SEPTEMBER 1969

(Dalam Juta Rupiah)

Bank-bank Okt-68 Des-68 Triwulan I - 1969

73

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

I. Bank Pemerintah1. B E I I - - - - 8,80 1,87 2,67 2,892. B R I 3,62 4,62 6,12 7,46 9,33 12,62 16,91 21,583. B N I 1946 1,41 5,79 10,44 13,75 16,31 19,66 23,12 24,784. B B D 5,50 7,77 10,48 13,77 16,55 23,59 30,38 44,925. B D N 0,24 0,39 0,71 0,90 1,05 1,22 2,99 5,526. B T N 1,89 2,96 3,50 4,62 5,40 7,02 8,85 15,54

Jumlah I : 12,66 21,73 31,25 40,56 49,44 65,98 84,92 115,23

II. Bank Swasta II 7,98 14,06 21,00 22,91 27,29 30,45 34,63 44,23

Jumlah I + 20,64 35,79 52,25 63,47 76,73 96,43 119,55 159,46*) Nilai Nominal TerjualSumber : Bank Indonesia

1 9 6 9

Tabel 4.6.NILAI NOMINAL TABUNGAN BERHADIAH 1969 *)

(Dalam Juta Rupiah)

Page 75: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Likuiditas Sendiri

1966I. Produksi ) ) 275,03 ) 92,71 1.284,25

Ekspor ) 531,80 * ) 745,00 * 221,20 ) 14,44 496,44Lain-lain ) ) 67,25 ) 94,64 261,38)

II. Produksi 227,13 896,13 302,73 ) 260,41 1.686,40Ekspor 334,03 - 304,27 ) 39,68 677,98Lain-lain 142,19 258,22 152,29 ) 333,51 886,21)

III. Produksi 304,09 1.346,95 557,58 ) 381,98 2.590,60Ekspor 369,78 - 355,40 ) 60,86 785,72Lain-lain 229,78 216,53 274,75 ) 502,42 1.223,48)

IV. Produksi 679,39 1.478,63 1.295,52 ) 524,19 3.977,73Ekspor 545,14 - 460,10 ) 109,68 1.114,92Lain-lain 288,17 56,46 355,05 ) 549,89 1.249,57

1967I. Produksi 587,95 2.373,87 1.116,21 485,18 4.563,21

Ekspor 575,61 - 672,36 585,94 1.833,91Lain-lain 321,39 73,78 443,94 584,61 1.423,72

II. Produksi 1.660,81 3.232,23 2.122,29 640,58 7.655,91Ekspor 595,71 - 1.128,70 1.099,41 2.823,82Lain-lain 303,05 145,25 775,14 1.071,54 2.294,98

III. Produksi 3.329,81 3.812,67 3.223,75 932,11 11.298,34Ekspor 553,70 363,88 2.400,71 1.381,45 4.699,74Lain-lain 362,29 345,08 874,46 1.331,79 2.913,62

IV. Produksi 3.309,63 4.618,89 4.511,48 1.553,09 13.993,09Ekspor 249,25 324,25 2.874,77 1.425,64 4.873,91Lain-lain 8.528,16 141,56 1.956,71 1.702,06 12.328,49

1968I. Produksi 4.516,51 5.736,38 6.205,55 1.637,74 18.096,18

Ekspor 270,74 1.399,01 4.250,47 1.081,52 7.001,74Lain-lain 6.032,18 662,02 2.654,22 2.564,26 11.912,68

II. Produksi 6.275,91 8.936,74 8.052,95 1.362,62 24.628,22Ekspor 318,14 2.148,65 5.644,63 430,45 8.541,87Lain-lain 19.186,10 1.398,26 3.298,03 3.393,39 27.275,78

III. Produksi 15.752,18 10.728,32 10.969,40 1.923,12 39.353,02Ekspor 345,02 2.842,56 5.870,47 762,72 9.820,77Lain-lain 37.450,91 3.663,02 4.176,49 4.774,84 50.065,26

IV. Produksi 17.016,85 22.507,80 13.373,70 2.540,41 55.438,76Ekspor 420,30 2.865,26 6.082,37 780,02 10.147,95Lain-lain 44.410,60 4.775,46 6.754,86 4.155,89 60.096,81

1969I. Produksi 3.666,39 39.897,56 19.085,78 3.315,82 65.965,55

Ekspor 420,96 2.771,13 6.848,42 1.033,21 11.073,72Lain-lain 40.446,81 5.163,95 7.502,33 5.562,83 58.675,92

II. Produksi 4.427,91 42.393,10 25.040,15 4.680,48 76.541,64Ekspor 417,12 2.293,82 8.747,35 1.229,51 12.687,80Lain-lain 43.584,03 8.068,30 9.426,74 7.622,58 68.701,65

III. Produksi 3.484,46 43.429,45 32.608,97 5.590,86 85.113,74Ekspor 417,48 3.354,04 11.882,34 1.323,11 16.976,97Lain-lain 66.000,52 16.388,99 13.872,89 9.150,37 105.412,77

* Data-datanya tidak diperinci** Tidak termasuk Bank Tabungan Negara dan BapindoSumber : Bank Indonesia

Tabel 4.7KREDIT PERBANKAN MENURUT SEKTOR-SEKTOR EKONOMI

JUMLAHBANK SENTRALAKHIR

TRIWULANBANK PEMERINTAH BANK SWASTA

Kredit Langsung Kredit Likuiditas Likuiditas Sendiri

74

Page 76: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Dalam Juta Rupiah

1966Triwulan ISektor Swasta 531,80 +) 745,00 137,32 - - - 1.392,80Sektor Swasta 426,16 - 201,79 - 649,27

Triwulan IISektor Pemerintah 667,86 1.153,27 142,15 1.153,27 - - 1.963,28Sektor Swasta 35,49 1,07 617,14 1,07 633,60 - 1.287,30

Triwulan IIISektor Pemerintah 821,16 1.561,96 261,71 1.561,96 -Sektor Swasta 82,17 1,52 926,02 1,52 945,26

Triwulan IVSektor Pemerintah 1.406,53 1.533,61 905,25 1.533,61 - - 3.845,39Sektor Swasta 106,17 1,48 1.205,42 1,48 1.183,76 - 2.496,83

1967Triwulan ISektor Pemerintah 1.315,00 2.446,56 459,35 2.446,56 - - 4.220,91Sektor Swasta 169,95 1,09 1.773,16 1,09 1.655,73 - 3.599,93

Triwulan IISektor Pemerintah 2.338,47 3.354,86 964,83 3.354,86 - - 6.658,16Sektor Swasta 221,10 22,62 3.061,30 22,62 2.811,53 - 6.116,55

Triwulan IIISektor Pemerintah 4.016,44 4.338,48 950,35 4.338,48 - - 9.305,27Sektor Swasta 229,36 183,15 5.548,57 183,15 3.645,35 - 9.606,43

Triwulan IVSektor Pemerintah 11.636,54 4.456,03 1.243,45 4.456,03 - - 17.336,02Sektor Swasta 450,50 628,67 8.099,51 497,79 4.680,79 130,88 13.859,47

1968Triwulan ISektor Pemerintah 9.659,97 5.482,93 1.822,97 5.482,93 - - 16.965,87Sektor Swasta 1.159,39 2.314,48 11.287,27 2.077,54 5.283,52 236,94 20.044,73

Triwulan IISektor Pemerintah 23.982,76 7.290,27 2.129,05 7.290,27 - - 33.402,08Sektor Swasta 1.797,39 5.193,38 14.866,56 4.896,21 5.186,46 297,17 27.043,79

Triwulan IIISektor Pemerintah 50.868,85 10.511,74 2.729,69 10.511,74 - - 64.110,28Sektor Swasta 2.659,26 6.722,16 18.286,67 6.423,03 7.460,68 299,13 35.128,77

Triwulan IVSektor Pemerintah 58.806,57 20.191,85 2.694,99 20.191,85 - - 81.693,41Sektor Swasta 3.041,18 9.956,67 23.515,94 9.817,33 7.476,32 139,34 43.990,11

1969Triwulan ISektor Pemerintah 40.375,89 37.661,33 3.465,56 37.661,33 - - 81.502,78Sektor Swasta 4.158,27 10.171,31 29.970,97 10.040,99 9.911,86 130,32 54.212,41

Triwulan IISektor Pemerintah 43.353,37 37.985,89 4.631,75 37.985,89 - - 85.971,01Sektor Swasta 5.075,69 14.769,33 38.582,49 13.636,01 13.532,57 1.133,32 71.960,08

Triwulan IIISektor Pemerintah 64.475,21 40.177,10 5.953,83 40.177,00 - - 110.606,14Sektor Swasta 5.427,25 22.995,38 52.410,37 21.024,04 16.064,34 1.971,34 96.897,34

Sumber : Bank IndonesiaCatatan :

1) Tidak dihitung, karena sudah termasuk Kolom Bank Sentral*) Data-data terperinci belum tersediaTidak termasuk Bank Tabungan Negara dan BAPPINDO

Tabel 4.8KREDIT PERBANKAN MENURUT SEKTOR-SEKTOR PEMERINTAH DAN SWASTA

BANK SENTRAL BANK SWASTAKredit Langsung Kredit Likuiditas Likuiditas Sendiri

JUMLAHBANK PEMERINTAH

Likuiditas B.Sentral *) Likuiditas Sendiri Likuiditas B.Sentral

75

Page 77: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1. Ja

karta

14.6

49,8

81.

494,

7413

.102

,05

3.63

3,76

-33

9,85

33.2

20,2

880

1,40

1.24

5,00

2.30

7,66

7,70

4.74

2,48

2. Ja

wa B

arat

3.59

7,64

108,

0468

4,35

297,

09-

3,57

4.69

0,69

79,6

165

1,68

--

143,

373.

Jawa

Ten

gah

3.49

3,66

315,

6543

3,32

686,

270,

1527

,44

4.95

6,49

538,

3749

5,25

--

77,7

74.

Yog

yaka

rta45

1,82

-12

1,14

24,4

6-

1,99

599,

413,

1045

,44

--

9,74

5. Ja

wa T

imur

5.58

8,04

826,

6613

8,29

381,

520,

3434

,69

6.96

9,54

1.05

6,25

548,

63-

-11

8,10

6. A

ceh

125,

8382

,25

2,24

33,9

5-

2,52

246,

7916

4,47

97,4

0-

-20

,06

7. S

umat

era U

tara

568,

022.

743,

6015

,29

548,

84-

12,5

33.

888,

281.

050,

0631

2,84

--

25,4

28.

Sum

ater

a Bar

at23

1,03

403,

6323

,19

58,7

1-

9,62

726,

1831

1,94

175,

52-

-0

9. R

iau

79,6

621

6,18

0,28

10,2

7-

18,1

932

4,58

227,

5822

7,46

--

14,1

610

. Jam

bi14

8,21

129,

66-

--

26,7

630

4,63

309,

9939

,16

--

-11

. Sum

ater

a Sel

atan

190,

8170

7,22

7,34

128,

34-

62,7

71.

096,

4893

0,98

200,

84-

-16

,79

12. L

ampu

ng12

3,07

212,

200,

908,

89-

27,4

137

2,47

425,

0340

,57

--

313

. Kal

iman

tan

Bara

t89

,24

161,

050,

3517

,05

-9,

8527

7,54

672,

8911

7,28

--

814

. Kal

iman

tan

Teng

ah3,

316,

960,

18-

--

10,4

575

,24

21,4

8-

-0,

7515

. Kal

iman

tan

Sela

tan

65,6

211

6,74

0,76

19,0

30,

80-

202,

9545

5,65

83,8

7-

-11

,61

16. K

alim

anta

n Ti

mur

12,8

981

,69

-12

,72

-2,

5010

9,80

121,

4057

,93

--

5,21

17. S

ulaw

esi U

tara

110,

9114

,02

-19

,56

--

144,

491.

659,

6016

5,59

--

112,

13

Tabe

l 4.9

PEM

BER

IAN

KRE

DIT

BA

NK-B

ANK

PEM

ERIN

TAH

MEN

URU

T DA

SWA

TI I

(EXC

L.K

RED

IT L

AN

GSU

NG B

ANK

SEN

TRA

L)UN

TUK

BU

LAN

MA

RET

196

9

DASW

ATI I

Baha

n Pa

ngan

Bara

ng

Eksp

orSa

ndan

g

III.

LAIN

-LA

INII

. EK

SPO

R

Lain

-lai

Perd

ag.D

lm

Nege

riJu

mla

h II

Non

Kons

umsi

Kon

sum

si

Imp.

dg B

E -K

red

I. PR

OD

UK

SI

Jum

lah

IPe

r-in

dustr

ian

Per-

tam

bang

anPr

asar

ana

76

Dal

am J

uta

Rupi

ah

8.30

5,94

42.3

27,6

279

5,05

5.56

5,35

573,

026.

067,

8858

,28

660,

7966

6,73

8.69

2,52

117,

4652

8,72

338,

265.

276,

60,2

717

5,89

1.21

4,01

163,

2671

5,30

39,1

665

3,78

2.17

1,63

2.24

5,09

,40

43,9

784

1,47

,81

126,

091.

076,

5222

,23

107,

9295

,48

754,

0863

,14

294,

3427

7,72

2.08

1,81

18. S

ulaw

esi T

enga

h35

,14

4,78

--

--

39,9

213

9,17

59,1

4-

0,88

5,23

65,2

524

4,34

19. S

ulaw

esi S

elat

an27

5,97

73,2

19,

9121

,77

-4,

0038

4,86

149,

4724

0,77

--

9,94

250,

7178

5,04

20. S

ulaw

esi T

engg

ara

--

--

--

0,84

19,1

9-

-19

,19

20,0

321

. Mal

uku

18,6

30,

24-

8,09

--

26,9

616

8,60

77,4

3-

-41

,06

118,

4931

4,05

22. B

ali

131,

908,

340,

8447

,18

-80

,61

268,

8791

,82

63,9

5-

-1,

0064

,95

425,

6423

. Nus

a Ten

ggar

a Bar

at76

,02

5,23

0,56

5,85

-2,

4890

,14

49,3

445

,32

--

3,93

49,2

518

8,73

24. N

usa T

engg

ara T

imur

31,3

7-

-4,

51-

0,66

36,5

414

0,87

35,4

4-

-3,

6339

,07

216,

48

Jum

lah

30.0

98,6

77.

712,

0914

.540

,99

5.96

7,86

1,29

667,

4458

.988

,34

9.62

3,67

5.06

7,18

2.30

7,66

8,58

5.37

4,86

14.6

40,2

281

.295

,01

Sum

ber :

Ban

k In

done

sia

JUM

LAH

I+

II+I

IIn

Jum

lah

III

Page 78: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1. Ja

karta

16.79

5,53

1.043

,71

13.60

4,62

4.99

8,64

-21

8,36

36.56

0,86

1.37

5,36

2.248

,061.5

50,4

2-

1.32.

Jawa

Bar

at2.3

30,97

363,

2095

2,97

503,0

6-

6,68

4.156

,8811

1,26

661,1

7-

-8

3. Ja

wa T

enga

h3.4

93,37

828,

3058

4,49

680,1

7-

32,87

5.619

,2048

6,35

718,9

3-

-8

4. Yo

gyak

arta

342,

11-

109,9

228

,62-

5,05

485,7

09,6

484

,01-

-2

5. Ja

wa T

imur

5.766

,121.5

12,5

013

6,78

626,8

7-

10,19

8.052

,461.

340,9

381

7,40

--

96.

Aceh

147,

5979

,79

2,12

80,18

-4,9

831

4,66

187,6

212

9,12

--

17.

Sum

atera

Utar

a47

0,47

3.234

,98

23,8

353

0,50

-54

,984.3

14,76

1.00

6,62

417,8

8-

-5

8. Su

mate

ra B

arat

201,

8659

9,20

39,7

819

0,77

-14

,601.0

46,21

350,2

212

8,34

--

19.

Riau

192,

6014

9,57

0,77

11,81

-17

,7237

2,47

248,3

514

4,69

--

110

. Jam

bi1.0

45,00

130,

14-

--

30,15

1.205

,2925

7,47

57,57

--

11. S

umate

ra S

elatan

315,

5874

2,06

10,5

715

9,76

0,06

14,69

1.242

,7289

7,31

287,1

3-

-4

12. L

ampu

ng15

0,14

548,

281,0

074

,610,4

61,7

077

6,19

388,4

244

,69-

-13

. Kali

man

tan B

arat

58,24

619,

46-

127,8

7-

-80

5,57

632,0

717

8,00

--

114

. Kali

man

tan T

enga

h16

,5229

,42

0,12

--

-46

,0686

,0120

,96-

-15

. Kali

man

tan S

elatan

77,70

145,

661,2

432

,850,8

0-

258,2

558

0,41

117,5

1-

-1

16. K

alim

antan

Tim

ur24

,6023

,51

-9,3

5-

11,17

68,63

353,3

795

,80-

-1

Lain

-lNo

n Ko

nsum

siKo

nsum

siJu

mlah

IJu

mlah

IIPe

rdag

.Dlm

Ne

geri

Imp.d

g BE

-Kre

dSa

ndan

gPe

r-in

dustr

ianPe

r-tam

bang

anPr

asar

anaTa

bel 4

.10PE

MBE

RIAN

KRE

DIT

BANK

-BAN

K P

EMER

INTA

H M

ENUR

UT D

ASW

ATI I

UNTU

K B

ULAN

JUNI

1969

DASW

ATI I

I. PR

ODU

KSI

II. E

KSP

OR

III.

LAIN

-LAI

N

Baha

n Pa

ngan

Bara

ng

Eksp

or

77

Dala

m Ju

ta R

upia

h

37,11

5.175

,5943

.111,8

128

,461.4

89,63

5.757

,77

29,75

1.548

,687.6

54,2

343

,3132

7,32

822,6

651

,981.7

69,38

11.16

2,77

40,50

269,6

277

1,90

10,73

929,6

16.2

49,9

954

,0428

2,38

1.678

,81

62,75

307,4

492

8,26

57,57

115,1

41.5

77,9

042

,3972

9,52

2.869

,55

47,87

92,86

1.257

,47

96,62

374,6

21.8

12,2

621

,6343

,5917

4,66

50,44

267,9

51.1

06,6

102

,4719

8,27

620,2

717

. Sul

awes

i Utar

a14

1,37

220,

96-

50,18

--

412,5

11.

752,2

332

3,73

--

595,5

991

9,32

3.084

,06

18. S

ulaw

esi T

enga

h53

,0449

,11

0,20

0,77

--

103,1

213

8,58

138,5

5-

-15

7,28

295,8

353

7,53

19. S

ulaw

esi S

elatan

182,

8464

6,18

3,63

164,2

4-

4,33

1.001

,2226

0,82

615,9

2-

-63

0,28

1.246

,202.5

08,2

420

. Sul

awes

i Ten

ggar

a-

--

--

--

-48

,72-

--

48,72

48,7

221

. Malu

ku37

,953,

14-

35,24

--

76,33

223,4

817

2,37

--

-17

2,37

472,1

922

. Bali

187,

395,

705,9

136

,20-

-23

5,20

131,3

483

,65-

-19

1,53

275,1

864

1,72

23. N

usa T

engg

ara B

arat

85,07

-6,5

415

,85-

-10

7,46

62,85

65,70

--

66,18

131,8

830

2,19

24. N

usa T

engg

ara T

imur

51,00

6,58

0,11

13,22

--

70,91

174,6

454

,03-

-54

,5610

8,59

354,1

4

Jum

lah

32.16

7,06

10.98

1,45

15.48

4,60

8.37

0,76

1,32

427,4

767

.332,6

611

.055

,357.6

53,93

1.550

,42

-7.8

73,04

17.1

19,69

95.60

6,41

Sum

ber :

Ban

k Ind

ones

ia

ainJu

mlah

III

JUM

LAH

I+

II+I

II

Page 79: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB V

HUBUNGAN EKONOMI LUAR NEGERI DAN

PERKEMBANGAN LALU LINTAS DEVISA

5.1. Pengaruh Kebijaksanaan Dalam Hubungan Ekonomi Luar Negeri Pada

Perkembangan Lalu Lintas Devisa 1969/1970

Landasan pokok dari kebijaksanaan pemerintah dalam hubungan ekonomi luar negeri

diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan kemantapan dalam

perekonomian melalui kebijaksanaan perdagangan luar negeri dan bantuan luar negeri.

Dengan demikian lalu lintas devisa dapat lancar serta membantu kepada berhasilnya

pembangunan.

5.1.1. Kebijaksanaan dalam Perdagangan Luar Negeri 1969

Landasan pokok dari kebijaksanaan dalam bidang ekspor adalah :

a. memberikan kepastian berusaha kepada para usahawan eksportir;

b. meningkatkan jumlah dan mutu dari produksi barang-barang untuk ekspor.

ad. a. Untuk memberikan kepastian berusaha bagi para usahawan eksportir, maka

sistim “overprice” dipertahankan. Penetapan “harga penjerahan” (HP) yang semula

berubah-ubah terlalu sering, ditentukan hanya sebulan sekali, agar menambah iklim

yang pasti bagi para eksportir. Penetapan kembali dari HP tersebut dilakukan

bersama-sama dengan gabungan eksportir dan instansi-instansi lain. Untuk tahun

1969 overprice yang telah diterima (untuk golongan A maupun golongan B) oleh

para eksportir diperkirakan berjumlah US$ 131 juta, sedangkan pada tahun 1968

berjumlah US$ 110 juta.

ad. b. Untuk meningkatkan jumlah barang-barang ekspor, maka barang-barang

ekspor golongan B telah mendapatkan perhatian yang besar dengan tidak

mengabaikan barang-barang ekspor golongan A, yang memang masih merupakan

90% dari hasil seluruh ekspor Indonesia. Dalam pada itu perlu dikemukakan bahwa

barang-barang ekspor Indonesia sudah cukup terkenal di pasar dunia, tetapi mutunya

masih perlu ditingkatkan agar dapat lebih bersaing serta dapat mencapai harga yang

lebih tinggi. Karena mutu tersebut belum memenuhi syarat-syarat internasional maka

barang-barang ekspor Indonesia terpaksa dioleh di luar negeri. Untuk menanggulangi

78

Page 80: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

keadaan yang demikian itu maka pemerintah telah mengambil kebijaksanaan

“offensif operasionil”.

Untuk karet misalnya kebijaksanaan offensif operasionil tersebut meliputi

lima unsur :

(1) Penyediaan kredit pembelian jangka pendek yang dikaitkan dengan usaha-usaha

up grading dari mutu karet;

(2) Kredit investasi berjangka menengah untuk rehabilitasi dan modernisasi remilling

serta rumah-rumah asap yang ada;

(3) Kredit investasi berjangka menengah untuk mendirikan “Crum-Rubber Plant”

baru;

(4) Penambahan alat transpor dan sarana-sarana produksi bagi petani produsen;

(5) Pengolahan bahan-bahan remilling dari daerah-daerah yang kekurangan kapasitas

unit-unit remilling ke daerah-daerah lain yang masih kelebihan kapasitas dari

unit-unit remillinya.

Tujuan dari pengarangan jenis pengolahan karena menjadi Crum Rubber adalah

sebagai berikut :

i. Mengembangkan teknologi modern dalam pengolahan karet;

ii. Mengimbangi saingan dari karet synthetis, yang telah merebut 55% dari

pemakaian karet dunia;

iii. Meningkatkan mutu dan menjaga ketinggian mutu dari karet Indonesia, guna

menjamin pasaran untuk karet Indonesia, melalui penetapan suatu Standard

Indonesian Rubber (SIR)

Dalam hubungan penjagaan ketinggian mutu, maka Balai Penelitian

Perkebunan Bogor dan Medan telah ditugaskan sebagai National Testing Station,

yang berhak mengeluarkan “Sertifikat Kualitas”.

Di samping landasan pokok dari kebijaksanaan dalam bidang ekspor

sebagaimana diuraikan di atas, maka prosedur ekspor juga disederhanakan.

Perlu dikemukakan bahwa dalam tahun 1968 peningkatan ekspor adalah

dengan mengurangi pajak ekspor dari 15% menjadi 5%, di samping pemberian

“overprice”.

Di dalam tahun 1969 suku bunga yang berlaku untuk produksi ekspor dan

perdagangan ekspor diturunkan dari masing-masing 3-3½% dan 5% tiap bulan

menjadi masing-masing 2¼% dan 2¼ - 2½% sebulan dalam September 1969.

79

Page 81: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Dari ekspor Indonesia, hanya kopi dan timah yang telah ditentukan kuotanya

melalui International Commodity Agreement. Kuota ekspor secara triwulanan telah

ditentukan oleh International Tin Council dalam bulan September 1968. Bagian

Indonesia adalah 9,41% dari jumlah kuota yang ditentukan atau 4.040 ton, 3.575 ton,

3.645 ton, 3.716 ton dan 3.904 ton masing-masing untuk triwulan terakhir 1968

sampai triwulan terakhir 1969.

Mengenai kopi maka kuota ekspor Indonesia kepada negara-negara anggota

ICO (International Coffee Organization) di dalam tahun kopi 1968/1969 telah

dinaikkan dari 64.100 ton menjadi 66.100 ton. Kuota untuk 1969/1970 telah

ditentukan sebesar 67.980 ton. Ekspor kopi kepada negara-negara non kuota telah

naik dari 6.500 ton dalam tahun 1967/1968 menjadi kurang lebih 42.100 ton dalam

tahun 1968/1969.

Hasil dari kebijaksanaan tersebut diatas tercermin dalam nilai ekspor dalam

tahun 1969 yang lebih besar daripada nilai ekspor dalam tahun 1968. Berdasarkan

perkembangan triwulan-triwulan yang telah lalu, maka diperkirakan ekspor tanpa

minyak dalam tahun 1969 akan mencapai US$ 622 juta, di antaranya US$ 471 juta

adalah dari golongan A dan US$ 151 juta dari golongan B, sedangkan dalam tahun

1968, ekspor tanpa minyak telah mencapai US$ 569 juta, di antaranya US$ 422 juta

dari golongan A dan US$ 147 juta dari golongan B.

Landasan pokok dari kebijaksanaan dalam bidang impor adalah :

a. mengarahkan penggunaan devisa, melalui suatu sistim BE yang mencerminkan

prioritas kebutuhan produksi dan konsumsi dalam negeri.

b. Mengamankan setidak-tidaknya kebutuhan untuk produksi pangan, sandang dan

lain-lain barang kebutuhan yang strategis untuk pembangunan.

c. Mengimpor barang-barang kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh aparat

produksi di dalam negeri, dalam bentuk yang dapat menciptakan multiplier-effect

kegiatan ekonomi di dalam negeri, misalnya dengan memasukkan barang-barang

berbentuk CKD atau “complete knocked down”, untuk kemudian diassembling

atau dikerjakan di dalam negeri.

Pengarahan impor dilakukan melalui :

i. Penyusunan suatu rencana/program operasional untuk :

(a) bahan-bahan pokok yang masih dianggap perlu untuk diimpor dari luar

negeri;

(b) tepung terigu, kapas kasar, benang tenun;

80

Page 82: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(c) pupuk dan insectisida;

(d) kertas koran

ii. Kebijaksanaan tarif dan sistim kurs devisa berganda (“multiple exchange rate”),

yang meliputi : penentuan daftar barang-barang yang boleh diimpor dengan BE

dan DP; barang-barang yang hanya dapat diimpor dengan devisa pelengkap (DP),

dan barang-barang yang dilarang diimpor, kesemuanya berdasarkan atas kriteria

seperti berikut :

(1) Sifat barangnya : barang-barang essensiil, kurang essensiil dan non-

essensiil.

(2) Memberikan dorongan yang aktif bagi perkembangan industri-industri

dalam negeri (termasuk proteksi yang wajar).

Pengaruh dari kebijaksanaan tersebut di atas tercermin dalam realisasi dari

impor dalam tahun 1969. Dalam masa Januari s.d September 1969, impor barang-

barang konsumsi mencapai US$ 148 juta, sedangkan dalam masa yang sama pada

tahun 1968 impor barang-barang konsumsi mencapai US$ 269 juta; sebaliknya impor

bahan baku dan barang modal dalam masa Januari s.d September 1969 mencapai

US$ 386 juta, sedangkan dalam masa yang sama pada tahun 1968 impor bahan baku

dan barang modal mencapai US$ 274 juta.

Seirama dengan makin meningkatnya kegiatan-kegiatan pembangunan maka

impor tanpa minyak untuk seluruh tahun 1969 diperkirakan akan meningkat dan

mencapai US$ 886 juta, sedangkan dalam tahun 1968 hanya berjumlah US$ 751 juta.

Dengan meningkatnya impor, maka pengeluaran jasa-jasa dalam tahun 1969

diperkirakan akan meningkat pula sampai mencapai US$ 183 juta (tanpa minyak),

sedangkan pada tahun 1968 pengeluaran jasa-jasa berjumlah US$ 160 juta.

5.1.2. Kebijaksanaan Jasa Berhubungan Dengan Bantuan Luar Negeri dalam Tahun

1969

Salah satu fungsi dari bantuan luar negeri adalah menutup balance of payment

gap dan memperbesar kapasitas impor dalam rangka kebutuhan untuk memasukkan

barang dan bahan baku guna investasi untuk pembangunan nasional. Bagi Indonesia,

maka fungsi dari bantuan luar negeri tidak saja untuk membantu neraca pembayaran

luar negeri, tetapi juga untuk membantu kebutuhan anggaran pembangunan

Pemerintah.

81

Page 83: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Di samping itu, sementara usaha produksi dan pengadaan bahan makanan

masih belum mencukupi, serta pula untuk menjaga stabilitas harga bahan makanan,

maka bantuan luar negeri untuk memasukkan bahan makanan merupakan unsur

pelengkap yang penting pula.

Pemerintah selalu berusaha memperoleh bantuan luar negeri dengan syarat-

syarat yang lunak (bunga yang rendah dan pembayaran kembali dalam jangka waktu

yang panjang), serta jenis bantuan yang dapat menghasilkan rupiah guna

meningkatkan penerimaan negara.

Jenis bantuan luar negeri dapat digolongkan sebagai berikut :

(1) Bantuan program, yang terdiri atas : kredit BE, grant BE, PL 480, Kennedy

Round dan bantuan pangan lainnya;

(2) Bantuan proyek ialah bantuan yang berbentuk proyek-proyek;

(3) Bantuan teknis, yang berbentuk pendidikan, survey, penelitian, penyuluhan, dan

sebagainya.

Jumlah dan perincian bantuan luar negeri dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang

menggambarkan besarnya commitment, persetujuan yang telah ditandatangani dan

jumlah yang tersedia untuk dijual/dilaksanakan dalam masa Januari s.d. Oktober

1969.

5.1.3. Perkembangan Lalu Lintas Devisa 1969/1970

Pengaruh dari kebijaksanaan-kebijaksanaan seperti tersebut di atas tercermin

pula dalam perkiraan lalu lintas devisa 1969/1970. Perkembangan ini perlu

dikemukakan dalam rangka penyusunan perkiraan perkembangan lalu lintas devisa

untuk 1970/1971, yang akan dibahas lebih lanjut dalam bagian 5.3.

Ekspor tanpa minyak diperkirakan mencapai US$ 632 juta dalam tahun

anggaran 1969/1970, yang merupakan kenaikan sebesar 11% di atas ekspor dalam

tahun anggaran 1968. Ekspor keseluruhan (termasuk minyak) dalam tahun anggaran

1969/1970 diperkirakan akan mencapai US$ 1.001 juta atau 15% di atas seluruh

ekspor dalam tahun anggaran 1968.

Impor tanpa minyak dalam tahun anggaran 1969/1970 diperkirakan akan

mencapai US$ 956 juta, yang berarti 27% di atas impor dalam tahun anggaran 1968.

Impor yang diperlukan untuk perusahaan minyak diperkirakan akan naik ± 5% di atas

tahun anggaran 1968.

82

Page 84: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Meskipun demikian neraca perdagangan dalam tahun anggaran 1969/1970

menunjukkan suatu defisit yang lebih kecil kalau dibandingkan dengan tahun

anggaran 1968. Defisit pada Neraca Perdagangan dalam tahun anggaran 1969/1970

adalah sebesar US$ 39 juta, sedangkan dalam tahun anggaran 1968 adalah sebesar

US$ 41 juta; dengan demikian ada penurunan defisit sebesar 5%.

Pengeluaran untuk jasa-jasa akan meningkat sesuai dengan kenaikan impor.

Dalam tahun anggaran 1969/1970 nerada jasa-jasa diperkirakan akan mengalami

defisit sebesar US$ 367 juta, sedangkan dalam tahun anggaran 1968 defisit itu adalah

sebesar US$ 305 juta, sehingga dengan demikian defisit neraca jasa-jasa diperkirakan

naik dengan 20%.

Kesemuanya itu menyebabkan bahwa transaksi berjalan dalam tahun

anggaran 1969/1970 akan mengalami kenaikan defisit. Kalau dibandingkan dengan

tahun anggaran 1968, maka defisit pada transaksi berjalan dalam tahun anggaran

1969/1970 diperkirakan akan meningkat dengan 54%.

Defisit pada transasksi berjalan dalam tahun anggaran 1969/1970

diperkirakan dapat diimbangi dengan pemasukan modal dari sektor pemerintah

maupun swasta. Pemasukan modal sektor pemerintah akan naik dengan 56% kalau

dibandingkan dengan tahun anggaran 1968. Pemasukan modal sektor Pemerintah ini

masih harus dikurangi dengan pembayaran/pencicilan hutang-hutang luar negeri.

Dengan memperhitungkan pemasukan modal dari sektor swasta dan pembayaran

kembali/pencicilan hutang-hutang luar negeri maka pemasukan modal netto dalam

tahun anggaran 1968. Dengan pemasukan modal netto tersebut, maka defisit pada

Neraca Pembayaran dapat ditekan sampai US$ 11 juta, yaitu US$ 3 juta defisit pada

Neraca Pembayaran dalam tahun anggaran 1968 (yang berjumlah US$ 8 juta).

5.2. Kebijaksanaan dalam Hubungan Ekonomi Luar Negeri tahun 1970/1971

Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan di dalam negeri adalah terbatas, terutama di

dalam suatu jangka waktu yang pendek seperti dalam suatu tahun anggaran tertentu.

Disamping itu, sumber-sumber pembiayaan dalam negeri yang dapat digali oleh Pemerintah

dalam tahun anggaran 1970/1971 dapat dibuat perkiraannya relatif lebih mudah daripada

sektor swasta.

Terbatasnya sumber-sumber di dalam negeri di suatu pihak dan kebutuhan untuk

membangun secepat mungkin di lain pihak, mendorong pemerintah untuk mengusahakan

sumber-sumber pembiayaan tambahan yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu semua

83

Page 85: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

kebijaksanaan dalam bidang hubungan ekonomi luar negeri berlandaskan tuuan-tujuan

demikian. Pula perkiraan perangkaan di dalam anggaran devisa yang disusun dalam

anggaran tahun 1970/1971 berdasarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan di dalam bidang

hubungan ekonomi luar negeri dengan memperhatikan situasi moneter internasional yang

mempengaruhi pada saat tersebut.

Landasan pokok kebijaksanaan dalam hubungan ekonomi luar negeri ialah agar

dalam rangka keseimbangan Neraca Pembayaran mengusahakan secara kontinu alat

pembayaran luar negeri yang diperlukan sebagai tambahan untuk menutup kekurangan

sumber-sumber di dalam negeri untuk pembiayaan pembangunan. Demikian pula

kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk dapat mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan

menjamin komposisi impor yang penting melalui kebijaksanaan impor dan kebijaksanaan-

kebijaksanaan fiskal dan kredit lainnya akan tetap dilanjutkan.

Kebijaksanaan dalam bidang ekspor untuk tahun anggaran 1970/1971 akan

ditingkatkan lagi, sekurang-kurangnya akan mempertahankan hasl-hasil positif dari

kebijaksanaan dalam tahun 1979/1970.

Kebijaksanaan dalam bidang impor untuk tahun anggaran 1970/1971 akan pula

melanjutkan pengarahan yang telah dimulai dalam tahun anggaran yang lalu, yaitu

mendorong ke arah kegiatan-kegiatan yang produktif.

5.3. Perkiraan Perkembangan Lalu Lintas Devisa 1970/1971

Dalam memperkirakan neraca pembayaran tahun anggaran 1970/1971, gambaran

dari perkembangan neraca pembayaran tahun anggaran 1969/1970 merupakan bahan

perhitungan. Neraca Pembayaran 1970/1971 diperkirakan akan mengalami defisit dalam

transaksi berjalan sebesar US$ 459 juta, yang berarti 13% lebih besar dari defisit dalam

tahun anggaran 1969/1970. Defisit tersebut diperkirakan dapat ditutup dengan pemasukan

modal netto sebesar US$ 459 juta, yang merupakan kenaikan sebesar 16% di atas pemasukan

modal netto dalam tahun anggaran 1969/1970.

Ekspor dalam tahun anggaran 1970/1971 diperkirakan akan mencapai jumlah

US$ 1.113 juta, yang berarti kenaikan sebesar 11% di atas ekspor dalam tahun anggaran

1969/1970. Di antara jumlah ekspor ini, ekspor tanpa minyak berjumlah US$ 676 juta, atau

7% di atas ekspor dalam tahun anggaran 1970/1971.

Sebaliknya impor dalam tahun anggaran 1970/1971 diperkirakan akan mencapai

jumlah US$ 1.159 juta, yang merupakan kenaikan sebesar 11% di atas impor dalam tahun

anggaran 1969/1970. Di antara jumlah tersebut termasuk impor tanpa minyak sebesar

84

Page 86: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

US$ 1.059 juta, yang berarti kenaikan sebesar 12% di atas impor dalam tahun anggaran

1969/1970.

Dengan demikian maka Neraca Perdagangan dalam tahun anggaran 1970/1971

diperkirakan akan mengalami defisit sebesar US$ 46 juta atau 17% di atas defisit dalam

Neraca Perdagangan dalam tahun anggaran 1969/1970.

Dengan defisit pada neraca jasa-jasa sebesar US$ 413 juta, maka transaksi berjalan

diperkirakan akan mengalami defisit sebesar US$ 459 juta, yang sebagaimana telah disebut

di atas akan diusahakan untuk menutupnya dengan pemasukan modal netto. Pemasukan

modal dari sektor pemerintah diperkirakan sebesar US$ 480 juta, yang terdiri atas progran

aid sebesar US$ 340 juta dan project aid sebesar US$ 140 juta.

Pemasukan modal dari sektor pemerintah tersebut masih harus dikurangi dengan

pembayaran kembali/pencicilan hutang-hutang luar negeri yang berjumlah US$ 84 juta.

Dengan memperhitungkan pemasukan modal dari sektor swasta sebesar US$ 63 juta,

pemasukan modal dari sektor pemerintah sebear US$ 480 juta serta dikurangi dengan

pembayaran kembali hutang-hutang luar negeri, maka tercapailah angka US$ 459 juta seperti

tersebut di atas, yang dapat menutup defisit pada neraca pembayaran tahun anggaran

1970/1971.

Dalam Ribuan US$

Proyek B.E P.L 480 K. R Jumlah Proyek B.E P.L 480 K. R Jumlah Proyek B.E P.L 480 K. R Jumlah

1. Australia 3.249 7.042 - 5.686 15.977 3.249 7.042 - 5.686 15.977 3.249 2.464 - 878 6.5912. Belgia 1.000 1.200 - 518 2.718 - 1.200 - 518 1.718 - 1.200 - 518 1.7183. Perancis 6.302 6.302 - 1.088 13.692 6.302 6.302 - 1.088 13.692 - - - 1.088 1.0884. Jerman Barat *) 13.661 13.661 - 1.261 28.583 13.661 13.661 - 1.261 28.583 - - - 1.261 1.2615. Amerika Serikat 31.300 44.000 140.200 16.000 231.500 6.300 44.000 79.250 16.050 145.600 6.300 25.000 79.250 16.050 126.6006. Canada 900 - - 900 1.800 - - - 1.850 1.850 - - - 1.850 1.8507. Inggris 600 4.200 - - 4.800 - 4.200 - - 4.200 - 4.200 - - 4.2008. Nederland 10.000 18.055 - 1.945 30.000 10.000 18.055 - 689 28.744 - 10.635 - 689 11.3249. Jepang 55.000 55.000 - 10.000 120.000 55.000 55.000 - 10.000 120.000 - 55.000 - - 55.00010. I D A 86.000 - - - 86.000 46.000 - - - 46.000 46.000 - - - 46.00011. Denmark 4.000 - - - 4.000 4.000 - - - 4.000 4.000 - - - 4.00012. Italia - - - 1.000 1.000 - - - 241 241 - - - - -13. New Zealand - 560 - - 560 - - - - - - - - - -14. A D B 13.432 - - - 13.432 3.432 - - - 3.432 3.432 - - - 3.432

225.444 150.020 140.200 38.398 554.062 147.944 149.460 79.250 37.383 414.829 62.981 98.499 79.250 22.334 263.064Sumber : Departemen Keuangan *) Berdasarkan Kurs US$ 1 = DM 3,66

COMMITMENT PERSETUJUAN TELAH DITANDATANGANI TERSEDIA UNTUK DIJUAL/DILAKSANAKAN

Tabel 5.1.BANTUAN LUAR NEGERI 1969

s.d 31 Oktober 1969

NEGARA

85

Page 87: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

A. Barang dan Jasa1. Ekspor 872 1.001 1.113

(minyak) 303 369 437(tanpa minyak) 569 632 676

2. Impor -831 -1.040 -1.159(minyak) -80 -84 -100(tanpa minyak) -751 -956 -1.059

Neraca Perdagangan -41 -39 -46

3. Jasa-jasa -305 -367 -413(minyak) -145 -175 -198(tanpa minyak) -160 -192 -215

Transaksi Berjalan -264 -406 -459

B. Lalu lintas Modal dan Transfer1. Swasta 65 39 632. Pemerintah 266 414 4803. Pembayaran kembali hutang-hutang -75 -58 -84

Pemasukan Modal (netto) 256 395 459Jumlah A + B -8 -11 0

C. Selisih yang tak diperhitungkan -4 -7 0

D. Lalu lintas Moneter 12 ) 181. IMF Position 15 )2. Kewajiban jangka pendek )

netto (kenaikan +) -3 ) 183. Cadangan Devisa (penurunan +) - ) -

Sumber : Bank Indonesia

1968 1969/1970 1970/1971

Tabel 5.2NERACA PEMBAYARAN INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1969/1970

DAN PERKIRAAN TAHUN 1970/1971(Dalam jutaan US$)

Transaksi

86

Page 88: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

BAB VI

PRODUKSI DALAM TAHUN 1970/1971

6.1. Pendapatan Nasional

Angka-angka resmi pendapatan nasional Indonesia untuk tahun akhir-akhir ini tidak

tersedia yang dapat menunjukkan gambaran yang jelas mengenai perkiraan pertumbuhan

ekonomi. Data statistik untuk produksi dan perdagangan dalam negeri yang menjadi

landasan untuk perhitungan pendapatan nasional (GNP) pada umumnya tidak lengkap dan

kurang up to date.

Meskipun demikian untuk tahun 1967 dan 1968 dapat diperkirakan pendapatan

nasional dalam arti riil telah menunjukkan kenaikan yang sedang sebagai akibat

pertambahan produksi bidang pertambangan dan kehutanan bersamaan dengan perbaikan di

bidang pertanian terutama beras. Begitu pula perkembangan di bidang ekspor menunjukkan

suatu kenaikan. Diharapkan perkembangan ini akan meningkat untuk tahun-tahun

selanjutnya.

6.2. Sektor Pertanian

a. Bahan Makan Utama

Produksi bahan makanan merupakan urang lebih 2/3 dari seluruh produksi

sektor pertanian di mana produksi beras merupakan hasil yang paling utama.

(i) Beras

Seperti telah dimuat di dalam Bab Umum, angka-angka realisasi produksi tahun

1969/1970 menurut perkiraan akan dapat dicapai bahkan ada kemungkinan akan

sedikit terlampaui. Berhasilnya usaha-usaha untuk mempertahankan target tersebut

adalah berkat usaha-usaha yang dilancarkan Pemerintah dalam mengefektifkan

usaha-usaha intensifikasi prodksi padi dengan memberi bimbingan dan

menganjurkan kepada petani-petani pemakaian bibit unggul, pupuk dan

pemberantasan hama. Sedangkan usaha-usaha perbaikan prasarana-prasarana tetap

pula ditingkatkan selain daripada proyek pengairan Jatiluhur yang kini telah mulai

didayagunakan. Dalam tahun 1969 tidak dapat dilupakan bahwa faktor iklim turut

pula membantu peningkatan produksi padi.

Oleh Pemerintah ditetapkan program peningkatan produksi padi musim tanam

Oktober 1969 – Maret 1970 untuk sejumlah areal 2.225.020 Ha sawah yang

tersebar di seluruh Nusantara. Peningkatan produksi diusahakan denan cara

87

Page 89: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

intensifikasi melalui proyek-proyek yang diklassifisir dalam Bimas, Bimas Baru,

Bimas Baru yang disempurnakan, Bimas Gotong Royong, Bimas Baru Gotong

Royong, Inmas dan Inmas Baru.

Masing-masing proyek itu ditentukan dengan cara tersendiri mengenai penyediaan

pupuk dan alat-alat pertanian serta kredit-kredit untuk petani dan pemakaian benih-

benih tertentu dan sebagainya sesuai dengan keadaan pertanian setempat dan

tujuan-tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan pengalaman-pengalaman maka

dalam pelaksanaan program-program Bimas/Inmas yang akan datang Pemerintah

akan lebih memperhatikan faktor-faktor penyediaan pupuk, benih dan obat-obat

hama bagi petani tepat pada waktunya. Pemberian kredit bagi petani di atur

sedemikian rupa sehingga tidak menghambat usaha-usaha petani. Disamping itu

bimbingan bagi petani-petani akan lebih diintensifkan pula. Sasaran produksi beras

tahun 1970/1971 dalam rangka PELITA adalah sebesar 11.430.000 ton. Dengan

usaha-usaha intensifikasi seperti diuraikan di atas yang pelaksanaannya akan

dilanjutkan dalam tahun 1970/1971 dan disesuaikan dengan perkembangan-

perkembangan keadaan target tersebut diharapkan akan dapat dicapai.

Perkembangan realisasi produksi beras sampai dengan tahun 1969 dan target-target

REPELITA 1969/1970 s.d. 1973/1974 dapat terlihat dalam tabel berikut.

Realisasi 1)

1960 -1961 7,9501962 8,536 + 7,621963 7,628 - 10,841964 8,420 + 10,381965 8,840 + 4,281966 9,137 + 3,351967 9,324 + 2,151968 10,683 + 14,57

I/1969 8,243

Target 2)

1969/70 10,521970/71 11,43 + 8,651971/72 12,52 + 9,501972/73 13,81 + 10,301973/74 15,42 + 11,60

Sumber : 1) 1961 s.d 1967 BPS1968 )I/1969 ) Departemen Pertanian2) Buku Repelita

Tahun Produksi (dlm juta ton)

Tabel 6.1PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN TARGET PRODUKSI BERAS

1961-1973/1974

Persentase Pertambahan Produksi

88

Page 90: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(ii) Palawija dan hortikultura

Perkembangan produksi palawija dan hortikultura adalah dapat terlihat seperti

dalam tabel berikut :

T

I

Realisasi 1)

1961 2,283 0,678 13,654 -1962 3,243 0,658 15,066 -1963 2,359 0,584 14,590 -1964 3,769 0,653 16,154 -1965 2,361 0,640 15,655 -1966 3,220 0,638 15,625 -1967 2,960 0,605 15,080 -1968 2,693 0,584 11,745 -/1969 1,252 0,285 4,563 -

Target 2)

1969/70 3,37 0,95 15,66 8,301970/71 3,51 0,99 16,00 8,701971/72 3,70 1,08 16,35 9,301972/73 3,94 1,21 16,71 10,201973/74 4,23 1,40 18,09 11,20

Sumber : 1) 1961 s.d 1967 BPS1968 )I/1969 ) Departemen Pertanian2) Buku Repelita

Produksi Produksi

Jagung Kacang-kacanganahun

Tabel 6.2PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN TARGET PRODUKSI PALAWIJA DAN HORTIKULTURA

1961-1973/1974 (jutaan ton)

Ketela pohon + rambat

Hortikultura (sayur-sayuran + buah-buahan)

Produksi Produksi

b. Perkebunan

Perkembangan hasil-hasil dan target-target produksi utama perkebunan besar dan

rakyat selama beberapa tahun terakhir adalah sebagai terlihat dalam tabel-tabel

berikut :

89

Page 91: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Realisasi 1)

1960 - - - - -1961 229 146 43 19 651

341962 217 141 47 12 585

331963 216 148 39 18 650

331964 232 161 46 7 649

341965 228 157 47 20 776

321966 210 159 43 12 612

311967 215 171 32 18 663

351968 102 3) 122 30 7,2 525

24I/1969 49,6 3) 50 31 2,3 236

11

Target 2)

1969/70 104 172 39,5 11,1 67741

1970/71 107 199 40 8,0 76150

1971/72 114 220 40,5 10,9 78855

1972/73 121 246 42 7,5 86261

1973/74 132 275 43 11,7 90768

Sumber : 1) 1961 s.d 1967 BPS19681969 Departemen Pertanian2) Buku Repelita3) Tidak termasuk perkebunan swasta besar

Tabel 6.3PRODUKSI HASIL-HASIL UTAMA PERKEBUNAN NEGARA

(dalam 1.000 metric ton)

Tehe Kopi GulaTahun Karet Palm Oil + Palm Kernel

90

Page 92: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

24

62 66

65

60

68

74

Tahun

Realisasi 1)

1961 476 89 - 37 1.361

1962 496 99 - 37 1.387

1963 490 127 - 39 1.379

1964 500 80 - 41 1.193

1965 510 92 - 42 1.249

1966 528 107 - 42 1.350

1967 530 117 - 46 1.320

1968 512 143 46 42 61 1.275

Sumber : 1) 1961 s.d 1967 BPS1968 Departemen Pertanian

The Kopra

Tabel 6.4PRODUKSI HASIL-HASIL UTAMA PERKEBUNAN RAKYAT, 1961 - 1968

(dalam 1.000 metric ton)

Karet Kopi Lada Tembakau

Sektor perkebunan memegang peranan penting, karena hasil-hasil perkebunan

merupakan hasil-hasil ekspor yang menjadi sumbe devisa bagi negara. Dalam

tahun-tahun yang lalu devisa yang berasal dari ekspor hasil-hasil perkebunan

hampir mencapai 70% dari seluruh penerimaan devisa. Dalam sektor perkebunan

baik perkebunan besar maupun rakyat kebijaksanaan Pemerintah terutama

diarahkan kepada usaha-usaha peremajaan tanaman-tanaman tua dan mengadakan

investasi-investasi baru untuk perluasan areal tanaman-tanaman baru dengan benih-

benih unggul dan cara-caran penanaman baru yang lebih efisien. Usaha-usaha

penyuluhan bagi petani-petani rakyat digiatkan baik untuk mempertinggi

produktivitas dan daya tanam rakyat maupun memperbaiki tata cara pemasaran

hasil-hasil.

Dalam rangka usaha-usaha peremajaan dan perluasan perkebunan-perkebunan

negara dalam REPELITA ditentukan target peremajaan tahun 1970/1971 untuk

beberapa jenis tanaman seperti tertera dalam tabel di bawah ini.

91

Karet 8.700 1.480 2.220 1.360

Kelapa Sawit 6.800 1) 835

Sumber : Buku Repelita1) Jumlah peremajaan, konversi dan perluasan

Perluasan Biaya (juta Rp)

Tabel 6.5RENCANA PEREMAJAAN, KONVERSI, PERLUASAN

PERKEBUNAN NEGARA TAHUN 1970/1971

Peremajaan (Ha) Konversi

Page 93: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Sasaran produksi khusus dalam tahun 1970/1971 dari sektor perkebunan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Karet 154.000 109.000 4,81Kelapa sawit 59.474 148.686 21,86Tehe ……… 87.000 1) 1,75Gula 78.000 761.000 ………Kopi 18.570 7.988 7,14Tembakau 3.065 9,82 1,24Kopra 1.100 0

Sumber : Buku REPELITA1) Termasuk produksi perkebunan rakyat sebear 47.000 ton

Luas areal produktif Produksi (ton) Pertambahan (%)

produksi

Tabel 6.6LUAS AREAL PRODUKTIF, PRODUKSI DAN PERTAMBAHAN PRODUKSI

PERKEBUNAN NEGARA 1970/1971 DARI BEBERAPA JENIS HASIL

b. Kehutanan

Di bidang kehutanan terlihat bahwa di dalam tahun 1967 dan 1968 terjadi kenaikan

hasil kayu yang sangat besar dari 1.983 ribu metric ton menjadi 3.828 ribu metric

ton. Diperkirakan bahwa di dalam tahun 1969 hasil tersebut akan lebih meningkat

lagi menjadi 5.200 metric ton.

Kayu

1. Logs dan kayu grajen 1.983 2.853 3.828 5.200 *)

2. Kayu bakar 1.161 1.133 1.105 -3. Arang 363 364 366 -

Sumber : Departemen Pertanian*) Angka-angka taksiran

Tabel 6.7PRODUKSI BEBERAPA HASIL KAYU-KAYUAN HUTAN 1966- 1969

(dalam ribuan metric ton)

1966 1967 1968 1969

92

Page 94: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

6.3. Sektor Perindustrian

Gambaran tentang perkembangan produksi dalam tahun 1970/1971 dari sektor

perindustrian dapat diberikan untuk beberapa hasil tertentu seperti sandang dan beberapa

industri kimia sebagai berikut :

a. Sandang

Di dalam Bab Umum telah dimuat angka-angka realisasi sementara pengadaan dan

produksi tekstil yang mana diperkirakan akan mencapai jumlah produksi

±108.478.750 m selama triwulan-triwulan I dan II tahun 1969/1970. Adapun target

produksi 1969/1970 adalah sebesar 450 juta meter. Menurut perkiraan Departemen

Perindustrian taksasi produksi tahun 1969 akan mencapai jumlah ±419.125.000 m

di mana pada bulan-bulan terakhir tahun 1969 diharapkan produksi akan meningkat

sesuai dengan keadaan permintaan. Kebijaksanaan dalam industri sandang telah

diarahkan pada persediaan yang cukup untuk kapas dan benang tenun baik berasal

dari produksi dalam negeri maupun dari impor.

Di dalam bidang produksi sandang ini oleh Pemerintah telah diberikan berbagai

macam fasilitas-fasilitas antara lain subsidi kepada kapas kasar dan benang tenun,

penerimaan MPO dan pemberian proteksi. Sasaran produksi tahun 1970/1971

untuk sandang adalah sejumlah 575 juta meter tekstil dengan kebutuhan kapas

sejumlah 260 bale (1bale kapas = 500 lbs) dan benang impor sejumlah 206 bales (1

bale benang = 400 lbs). Untuk mencapai kenaikan produksi tersebut, kebijaksanaan

diarahkan pula pada perluasan perusahaan pemintalan, pertenunan, dan perajutan di

dalam negeri di samping usaha-usaha pencukupan spareparts untuk rehabilitasi

unit-unit produksi yang ada.

b. Industri Kimia

Hasil-hasil produksi industri seperti semen, kertas dan pupuk urea, menurut angka-

angka realisasi 1969 yang disajikan dalam Bab Umum memberikan harapan bahwa

target 1969/1970 akan tercapai. Khusus mengenai semen, maka untuk menjaga

kestabilan harganya masih perlu dipertahankan kebijaksanaan impor untuk

mengatasi kekuarangan persediaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi kekurangan.

Demikian pula halnya dengan kebijaksanaan pengadaan pupuk yang dalam masa

pembangunan dengan titik sentral bidang pertanian sekarang merupakan landasan

kebijaksanaan penting. Pupuk produksi dalam negeri belum mencukupi sehingga

masih diperlukan import pupuk. Dalam pada itu direncanakan untuk memperluas

93

Page 95: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

pabrik pupuk PN Pusri di Palembang sehingga akan tercapai kapasitas yang dapat

memenuhi target-target produksi pembangunan. Unit-unit perluasan ini diharapkan

sudah akan memberi hasil pertambahan produksi dalam tahun 1972.

6.4. Sektor Pertambangan

Dalam tahap permulaan dari REPELITA kegiatan-kegiatan di sektor pertambangan

lebih banyak tertuju pada usaha-usaha penelitian, eksplorasi dan lebih lanjut pendekatan

pada pengadaan kerjasama dengan pengusaha-pengusaha dan ahli-ahli luar negeri untuk

mencari landasan-landasan fisik maupun finansial dalam sektor ini. Usaha-usaha demikian

dilakukan dalam hal tambang minyak bumi maupun timah, bauksit, nikkel, mangan, emas

dan perak. Dari kegiatan-kegiatan yang ada sekarang terlihat banyaknya pengusaha-

pengusaha yang berminat akan berusaha di bidang pertambangan.

Khusus mengenai hasil minyak bumi, angka-angka produksi tahun-tahun terakhir

seperti dimuat dalam Bab Umum menunjukkan kenaikan-kenaikan yang melonjak bila

dibandingkan angka-angka realisasi semester I/1969 dengan semester I/1967 dan semester

I/1968.

Usaha dan kebijaksanaan Pemerintah di bidang perminyakan yang pokok adalah

untuk mendapatkan cadangan-cadangan dan lapangan-lapangan baru sebagai pengganti yang

kini dan tengah diambil hasilnya. Dalam usaha eksplorasi dan eksploitasi ini, Pemerintah

membuka kesempatan kerja sama dengan perusahaan asing umumnya untuk daerah lepas

pantai (off shore). Di samping itu usaha dan kebijaksanaan diarahkan pula ketujuan

memperluas pasaran ekspor minyak di luar negeri.

Produksi hasil pertambangan dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

1. Minyak bumi 1) 170,7 186,2 219,9 56,12. Gas bumi 2) 72,7 75,8 116,0 -3. Timah 12,8 13,8 16,9 8,64. Bauxit 701 912 879 3175. Batu bara 320 208 175 1086. Nikkel 117 172 262 122

Sumber : Departemen Pertambangan1) Dalam jutaan British Barrels2) Dalam jutaan mega cubic feet3) s.d. bulan Maret

Tabel 6.8HASIL-HASIL PERTAMBANGAN 1966-1969

(dalam ribuan metric ton)

TahunHasil-hasil Tambang

1966 1967 1968 1969 3)

94

Page 96: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

I. Penerimaan Rutin 320.583A. Pajak Langsung 117.120

1. Pajak Pendapatan 13.2501.1. Buruh 6.750

1.1.1. Dalam Rupiah 4.7501.1.2. Dalam Valuta Asing 2.000

1.2. Usahawan 6.5001.2.1. Kohir 1.4001.2.2. MPS 5.100

2. Pajak Perseroan 21.2502.1. Perusahaan Negara 11.750

2.1.1. Kohir 7502.1.2. MPS 11.000

2.2. Perusahaan Swasta 9.5002.2.1. Kohir 7502.2.2. MPS 8.750

3. Pajak Perseroan Minyak 61.470

4. MPO 20.9004.1. Ditjen Pajak 17.0004.2. Ditjen Bea dan Cukai 3.900

5. Lain-lain 250

B. Pajak Tidak Langsung 200.8101. Pajak Penjualan 19.0002. Pajak Penjualan Impor 19.5003. Cukai 39.460

3.1. Cukai Tembakau 36.7203.2. Cukai Gula 2.4003.3. Cukai Bir 1803.4. Cukai Alkohol Sulingan 1603.5. Cukai Minyak Tanah p.m

4. Bea Masuk 78.0005. Pajak Devisa Ekspor 7.0006. Penerimaan Minyak Lainnya 33.6007. Lain-lain 4.250

C. Penerimaan Non-Tax 2.653

II. Penerimaan Pembangunan 124.3161. Kredit Luar Negeri 78.6762. Bantuan Proyek 45.640

JUMLAH 444.899

JENIS PENERIMAAN JUMLAH PENERIMAAN

Lampiran 1

RENCANA PENERIMAAN NEGARATAHUN ANGGARAN 1970/1971

( x Rp 1 juta )

95

Page 97: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

I. PENERIMAAN RUTIN 320.583

A. PAJAK LANGSUNG 117.1201. Pajak Pendapatan 13.250

1.1. Pajak Pendapatan Buruh 6.7501.1.1. Dalam Rupiah 4.750Asumsi-asumsi :(1)

(2)

(3)

(4)

Unsur-unsurnya :

1.1.2. Dalam Valuta Asing 2.000Asumsi-asumsi :(1) Akan diturunkannya tarif(2)

b) Hasil verifikasi atas penyetoran tahun 1969 diperkirakan 15% x 5.500 = 825,-

Batas minimum kena pajak akan dinaikkan menjadi dua kali, yang mengakibatkan turunnya penerimaan pajak dengan ± 40%Adanya kemungkinan kenaikan gaji/upahBertambahnya kesempatan bekerja sebagai akibat penanaman modal asing, modal dalam negeri dan pelaksanaan PELITADitingkatkannya intensifikasi pemungutan. Dengan asumsi-asumsi tersebut diperkirakan bahwa untuk tahun 1970/1971 akan diterima sebagai berikut :

DASAR PERHITUNGAN PENERIMAAN NEGARADI DALAM RAPBN 1970/1971

(x Rp 1 juta)

c) Sebagai akibat dari pada asumsi (2), (3) dan (4) diatas, maka diperkirakan tambahan penerimaan sebesar 15% x 60% x 5.665 = 510,-. Jadi jumlah semua = 3.399 + 825 + 510 = 4.734 atau dibulatkan 4.750,-

Penambahan jumlah WP (wajib pajak) sebagai akibat penanaman modal asing.

Realisasi penerimaan tahun 1969/70 diperkirakan sebear 5.665, dimana untuk tahun pajak 1969 saja sebesar 5.500,-

a) Penyetoran bulanan tahun 1970/1971 sebagai akibat dari dinaikkannya batas minimum kena pajak maka realisasi bulanan yang akan diterima hanya tinggal 60% x 5.665 = 3.399,-

96

Page 98: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(3)

(4) Penertiban pembayaran

1.2. Pajak Pendapatan Usahawan 6.5001.2.1. Menurut cara lama (kohir) 1.400Unsur-unsurnya :

a) Tunggakan-tunggakan lamab)

c)

ad (a) :- Tunggakan 1-4-69 = 4.231

ad (b) :

ad ( c) :

Diperkirakan dalam tahun 1970/71 dapat ditagih 10% = 305,-

Dalam APP (Anggaran Penerimaan Pajak) 1969/70 hasil verifikasi MPS 1968 yang ditagih menurut cara lama, akan ada tambahan yang dapat ditagih dalam tahun 1969/70 sebesar 1.200,-Kelihatannya jumlah yang dapat ditagih dalam tahun tersebut baru sebesar 400, sehingga sisanya 800, akan dapat ditagih dalam tahun 1970/1971.

Realisasi MPS dalam tahun 1969 diperkirakan = 2.750,- Realisasi MPO diperkirakan sebesar 12.700 dan 20% adalah PPd. Usahawan = 2.540. Jumlah pembayaran PPd Usahawan …. 5.290,-

Verifikasi MPS 1968 dengan penagihan cara lama (kohir)Verifikasi MPS 1969 dengan penagihan cara lama (kohir)

Tambahan perampungan th pajak '67 ke bawah diperkirakan tidak ada lagi. Jumlah tunggakan = 4.231- Diterima dalam th 69/70 diperkirakan 1.181, Sisa tunggakan 1-4-1970 …. 3.050.

Penerimaan dalam tahun 1970/1971 diperkirakan sebagai berikut :Penyetoran bulanan dalam tahun 1969/1970 rata-rata tiap bulan sebesar US$ 350.000 akibat asumsi-asumsi (1) s.d (4) di atas diharapkan penerimaan tiap-tiap bulan menjadi $ 450.000 atau dalam 1 th = $ 5.400.000,-Jadi penerimaan 1970/1971 menjadi $ 5.400.000 @ 370 = 1.998 atau dibulatkan = 2.000,-

Ditingkatkannya intensifikasi pemungutan

97

Page 99: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

1.2.2. Menurut cara baru (MPS) 5.100Asumsi-asumsi :(1) Peningkatan intensifikasi pemungutan(2)

Unsur-unsurnya :

(b) Setoran MPS Masa 70/71.( c) Hasil intensifikasi

ad (a) :

ad (b) :

ad ( c) :

ad (d) :Jumlah PPD Usahawan mengenai tahun pajak 1970 yang akan diterima ialah :

(a ) Setoran tambahan Spt akhir th 1969 yang diterima dalam tahun 1970/1971.

(d) Setoran tambahan Spt. Akhir tahun 1970 yang diterima dalam tahun 1970/1971.

Penyetoran tambahan sukarela atas Spt akhir 1969 diperkirakan sebesar 20% dari jumlah pajak yang sudah dibayar dalam tahun tersebut yaitu 20% x 5.290 = 1.058, dan diharap masih dapat diterima dalam tahun 1970/71 sebesar 60% atau sebesar 635,-

Setoran MPS Masa dalam tahun 1970/71 diusahakan menjadi sebesar penyetoran bulanan dalam tahun 1969/70 ditambah lagi dengan hasil penyetoran tambahan Spt akhir tahun 1969, yaitu 2.750 + 1.058 = 3.808,-

Akibat ditingkatkannya internsifikasi pemungutan maka diharapkan penambahan penerimaan penyetoran bulanan sebesar 5% dari MPS dalam tahun 1969/70, yaitu 5% x 2.750 = 265,-

Peningkatan kegiatan produksi dan ekonomi akibat penanaman modal asing, modal dalam negeri dan pelaksanaan PELITA.

Akibat sudah ditingkatkannya intensifikasi pemungutan dan ditertibkannya pemasukan Spt akhir 1969, diperkirakan yang diterima th 1970/71 hanya 5% lagi, atau 5% x 5.290 = 265,-. Jadi jumlah seluruhnya - 305 + 800 + 265 = 1.370 atau dibulatkan menjadi 1.400,-

98

Page 100: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

- Setoran masa = 3.808- 20% dari MPO : 20% x 17.000 = 3.400 Jumlah : 7.208

2. Pajak Perseroan 21.2502.1. Perusahaan Negara 11.750

2.1.1. Menurut cara lama (kohir) 750Unsur-unsurnya :(a) Tunggakan lama(b)

( c)

ad (a) :- Tunggakan 1-4-69 = 930

Jumlah : 1.430

ad (b) :

ad (c ) :

- MPS Masa = 8.000dari MPO 20% x 12.700 = 2.540 Jumlah : 10.540

Dalam APP 1969/70 telah diperkirakan dari verifikasi MPS 1968 akan diterima sebesar 400,- Kelihatannya jumlah yang mungkin tertagih dalam tahun tersebut baru 300. Sisanya yang 100 diharapkan dapat ditagih dalam tahun 1970/71.

Jumlah pajak th 1969 yang akan diterima diperkirakan sebagai berikut:

Setoran tambahan Spt akhir 1970 sebagai akibat intensifikasi pemungutan dan pengawasan yang sudah lebih ditingkatkan dalam tahun 1970/71, diperkirakan hanya sebesar 12½ % saja lagi.Dari jumlah tersebut 40% diperkirakan diterima dalam tahun 1970/71 (Sisanya dalam tahun 1971/72) atau = 40% x 12½% x 7.208 = 360,-

Verifikasi MPS 1968 dengan penagihan menurut cara lama (kohir)

- Diperkirakan dapat ditagih dalam tahun 1969/70 dari jumlah tersebut sebesar = 900. Sisa 1-4-1970 = 530.Ditagih dalam tahun 1970/71 diperkirakan ± 25% atau sebesar 132,-

- Tambahan perampungan th pajak 67 ke bawah diperkirakan sebesar = 500

Sehingga jumlah semua menjadi = 635 + 3.808 + 265 + 360 = 5.068, atau dibulatkan = 5.100,-

Verifikasi MPS 1969, dengan penagihan menurut cara lama (kohir)

99

Page 101: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

2.1.2. Menurut cara baru (MPS) 11.000Unsur-unsurnya :(a)

(b) MPS Masa 1970/71.( c)

ad (a) :

ad (b) :Asumsi-asumsi :

(1)

(2) Peningkatan disiplin membayar pajak(3)

ad (c ) :

Jumlah penerimaan MPS 1970/71 ialah sebesar 1.054 + 9.959 = 11.013 atau dibulatkan 11.000,-

Peningkatan kegiatan produksi dan ekonomi lainnya sebagai akibat pelaksanaan PELITA, penanaman modal asing dan modal dalam negeri.Realisasi MPS Masa 1970/71 diharapkan sama dengan realisasi MPS Masa 1969/70 ditambah dengan setoran tambahan Spt akhir MPS 1969, yaitu sebesar 8.000 + 1.054 = 9.054.Akibat dari asumsi-asumsi (1) s.d (3) di atas diharapkan adanya penambahan realisasi MPS Masa 1970/71 sebesar 10% atau 10% x 9.054 = 905. Jadi MPS Masa 1970/71 = 9.054 + 905 = 9.959,-

Setoran tambahan Spt akhir MPS 1969 berjumlah nol (0), karena diperkirakan baru akan diterima dalam tahun 1971/1972.

Penyetoran tambahan Spt akhir MPS tahun 1969.

Penyetoran tambahan Spt akhir MPS tahun 1970.

Penyetoran tambahan Spt akhir MPS 1969 yang diterima dalam tahun 70/71 diperkirakan 10% dari jumlah yang sudah dibayar, yaitu 10% x 10.540 = 1.054,-

Reorganisasi PN-PN mengakibatkan peningkatan aktivitasnya.

Tambahan verifikasi yang ditagih menurut cara lama diperkirakan dapat diterima dalam th 1970/71 sebesar 5%, atau 5% x 10.540 = 527,-Jumlah semua menjadi : 132 + 100 + 527 = 759 atau bulat 750.

100

Page 102: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

2.2. Perusahaan Swasta 9.5002.2.1. Menurut cara lama (kohir) 750Unsur-unsurnya :(a)

(b)

(c )

ad (a) :- Tunggakan 1-4-69 = 1.316

ad (b) :

ad (c ) :

- MPS = 3.600- 60% dari MPO, 60% x 12.700…. = 7.620 Jumlah = 11.220

2.2.2. Menurut cara baru (MPS) 8.750Asumsi-asumsi :(1)

(2) Peningkatan produksi dan kegiatan ekonomi lainnya sebagai akibat penanaman modal asing, modal dalam negeri dan pelaksanan

- Tambahan perampungan th pajak 1967 dan sebelumnya diperkirakan = 700. Jumlah : 2.016- Diperkirakan diterima dalam th 69/70 sebesar = 700. Sisa 1-4-1970 = 1.316Dapat diterima dalam tahun 1970/71 ± 25% = 329

Dalam APP 1969/1970 tambahan verifikasi yang dapat ditagih telah diperkirakan sebesar 1.200.Dari jumlah tersebut diperkirakan hanya 2/3 saja yang dapat direalisir yaitu = 800.Dari jumlah ini diterima dalam th 1969/70 diharapkan sebesar 600, dan sisanya 200 akan diterima dalam th 1970/71.

Pembayaran pajak th 1969 diperkirakan :

Tambahan verifikasi yang ditagih menurut cara lama, akibat penertiban setoran tambahan Spt akhir MPS 1969, diperkirakan hanya 2% saja lagi, yaitu 2% x 11.220 = 224.Jumlah semua menjadi 329 + 200 + 224 = 753 atau bulat 750.

Pencairan tunggakan th pajak 1967 dan sebelumnyaVerifikasi MPS 1968 yang ditagih menurut cara lamaVerifikasi MPS 1969 yang ditagih menurut cara lama.

Peningkatan intensifikasi pemungutan dan pengawasan

101

Page 103: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Unsur-unsurnya :(a) Setoran tambahan Spt akhir 1969(b) MPS masa 1970/1971(c ) Setoran tambahan Spt akhir 1970ad.(a) :

ad (b) :

ad (c ) :

3. Pajak Perseroan Minyak 61.470Asumsi-asumsi :(1)

(2) Kurs konversi : Rp 326,-/US$(3)

Penerimaan :(95,50 x 93,06) x 326,- = 61.470,-

4. MPO (Memungut Pajak Orang) 20.9004.1. Ditjen Pajak 17.000

Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Kurs NLM (Nilai Lawan Minyak) : Rp 326,-/US$

Perluasan wapu, sehingga yang dapat dipungut semakin luasPeningkatan intensifikasi pemungutan dan pengawasan

Penerimaan Negara dari perusahaan-perusahaan minyak asing, yaitu merupakan "60% operating income " menurut Perjanjian Karya Minyak, untuk tahun 1970/1971 diperkirakan berjumlah US$ 188,56 juta (US$ 95,50 juta untuk dikonversi dan US$ 93,06 juta untuk perbekalan dalam negeri).

Penyetoran tambahan Spt akhir 1969 diperkirakan 20% dari jumlah pajak tahun 1969 yang akan diperkirakan dibayar, yaitu 20% x 11.220 = 2.244,-

Sehubungan dengan asumsi-asumsi (1) dan (2) di atas diharapkan MPS Masa tersebut akan bertambah ±10%, yaitu 10% x 5.844 = 584. Jadi jumlah MPS Masa 1970/71 = 5.844 + 584 = 6.428,-

Setoran tambahan Spt akhir 1970 diharapkan baru diterima dalam th 1971/72. Jadi dalam th 1970/71 belum ada yang diterima. Jumlah penerimaan yang diharapkan menjadi : 2.244 + 6.428 = 8.672 atau dibulatkan 8.750,-

MPS Masa 1970/71 diharapkan sama dengan MPS Masa 69/70 + verifikasi setoran akhir 1969, yaitu = 3.600 + 2.244 = 5.844,-

102

Page 104: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(3)

4.2. Ditjen Bea dan Cukai 3.900Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :10½% x 37.735,- = 3.962 dibulatkan : 3.900

5. Lain-lain 250Unsur-unsurnya :(a) Pajak kekayaan(b) Pajak Dividen(c ) Lain-lain yang tidak dapat dispesifikasikan

B. PAJAK TIDAK LANGSUNG 200.8101. Pajak Penjualan 19.000

Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Realisasi triw IV-69/70 diperkirakan sebesar 3.750; setahun menjadi 4 x 3.750 = 15.000,-65% dari jumlah tersebut adalah MPO di luar yang dipungut bank. Ini diharapkan dapat ditingkatkan sehubungan dengan asumsi-asumsi (1), (2) dan (3) sebesar 20%, atau 20% x 65% x 15.000 = 1.955. Jumlah semua = 15.000 + 1.955 = 16.955 atau dibulatkan = 17.000,-

Penerimaan diperkirakan kira-kira 10½% daripada bea masuk yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor dengan DP dan devisa bebas lainnya.Bea masuk atas impor dengan DP dan devisa bebas diperkirakan besarnya Rp 37.375,- juta (lihat penerimaan bea masuk).

Peningkatan produksi dan kegiatan ekonomi lainnya akibat pelaksanaan PELITA, penanaman modal asing dan modal dalam negeri. Sehugungan dengan itu penerimaan dalam tahun 1970/1971 diperkirakan sebagai berikut :

Kenaikan produksi fisik dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya sebagai akibat dari penanaman modal asing, modal dalam negeri dan pelaksanaan PELITA.Peningkatan intensifikasi pemungutan dan pengawasan. Penerimaan tahun 1970/71 diperkirakan sebagai berikut :Realisasi triw.IV-69/70 diperkirakan sebesar 4.500; untuk 1 tahun = 4 x 4.500 = 18.000,-

103

Page 105: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

2. Pajak Penjualan Impor 19.500Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :25% x 78.000,- = 19.500,-

3. Cukai 39.4603.1. Cukai Tembakau 36.720Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :27.500,- + 33½% x 27.500,- =27.500,- + 9.213,- = 36.713Dibulatkan : 36.720,-

3.2. Cukai Gula 2.400Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :12 x 200,- = 2.400,-

3.3. Cukai Bir 180Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :12 x 15,- = 180,-

Akibat dari asumsi-asumsi (1) dan (2) diharapkan pertambahan peneriman 5% x 18.000 = 900,- Jumlah semua + 18.000 + 900 = 18.900 atau dibulatkan = 19.000,-

Penerimaan diperkirakan 25% daripada jumlah seluruh bea masuk 1970/1971.Jumlah seluruh bea masuk 1970/1971 diperkirakan sebesar Rp 78.000,- juta (lihat penerimaan bea masuk).

Kenaikan penerimaan cukai atas tembakau di dalam tahun 1970/1971 diperkirakan 33½%, yaitu sebagai akibat dari kenaikan produksi serta aktivitas perekonomian pada umumnya, perbaikan mutu dari hasil-hasil tembakau itu sendiri dan penertiban-penertiban yang dilakukan di bidang pemungutan dan pengenaan pita-pita cukai.

Tidak ada perubahan atas harga dasar pengenaan cukai.

Penerimaan cukai tembakau di dalam tahun 1969/1970 diperkirakan akan berjumlah Rp 27.500,- juta.

Penerimaan rata-rata bulanan untuk tahun 1970/1971 diperkirakan : Rp 200,- juta.Tidak ada perubahan atas harga dasar pengenaan cukai.

Penerimaan rata-rata bulanan untuk tahun 1970/1971 diperkirakan : Rp 15,- juta

104

Page 106: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

3.4. Cukai Alkohol Sulingan 160Asumsi-asumsi :(1)

(2)

Penerimaan :4 x 40,- = 160,-

3.5. Cukai minyak tanah p.m

4. Bea Masuk 78.000Asumsi-asumsi :(1)

(2)

(3)

(4)

Penerimaan :- Impor dengan BE :18% x 695 juta x 325,- = 40.657,-

100% x 115 juta x 325,- = 37.375,- Jumlah = 78.032,-Dibulatkan : 78.000,-

5. Pajak Devisa Ekspor 7.000Asumsi-asumsi :(1)

(2)

(3)

(4) Kurs BE : Rp 326,-/US$Penerimaan :5% x 432 juta x 326,- = 7.042,-Dibulatkan : 7.000,-

Penerimaan rata-rata triwulan untuk tahun 1970/1971 diperkirakan : Rp 40,- jutaTidak ada perubahan atas harga dasar pengenaan cukai.

(Sudah termasuk di dalam "penerimaan minyak lainnya").

Dutiable imports diperkirakan : US$ 810 juta. Sejumlah US$ 695 juta merupakan impor dengan BE, sedangkan sisanya sebesar US$ 115 juta merupakan impor dengan DP dan devisa bebas lainnya.NDPBM (Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk) Rp 325,-/US$.Tarip rata-rata bea masuk untuk impor dengan BE adalah : 18%.Tarip rata-rata bea masuk untuk impor dengan DP dan devisa bebas adalah : 100%.

- Impor dengan DP dan devisa bebas lainnya :

Jumlah ekspor 1970/1971 (di luar minyak) diperkirakan : US$ 535 juta.Sejumlah US$ 432,- juta dari jumlah tersebut merupakan ekspor barang-barang golongan A.Bagian Pemerintah Pusat dari hasil ekspor golongan A tersebut adalah 5%.

105

Page 107: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

6. Penerimaan Minyak Lainnya 33.600Asumsi-asumsi :

Penerimaan :4 x 8.400,- = 33.600,-

7. Lain-lain 4.250Unsur-unsurnya :(a) Bea Materai(b) Bea Lelang(c ) Lain-lainad (a) :Asumsi-asumsi :(1) Peningkatan produksi(2)

ad (b) :

ad (c ) :

4.000 + 150 + 100 = 4.250,-

C. PENERIMAAN NON-TAX 2.653Asumsi-asumsi :

(1)

(2)

Akibat asumsi-asumsi di atas, diharapkan pertambahan penerimaan sebesar 10% x 3.640 = 364,-. Jumlah semua = 3.640 + 364 = 4.004 atau dibulatkan 4.000,-.

Realisasi triw.IV-69/70 diperkirakan sebesar 910,- Dalam 1 tahun = 4 x 910,- = 3.640,-.

Penerimaan non-tax ini antara lain terdiri dari denda overdraft, royalties, hasil-hasil tagihan Pemerintah, denda-denda lainnya, dsb., yang semuanya sulit diperkirakan secara tepat. Perkiraan penerimaan ini adalah 2.653,-.

Diperkirakan adanya kenaikan ongkos produksi minyak sebesar 10%, kenaikan perbekalan dalam negeri sebesar 27% dan perubahan-perubahan lainnya.Atas dasar itu diperhitungkan bahwa penerimaan rata-rata per triwulan adalah Rp

Peningkatan intensifikasi pemungutan dan pengawasan

Realisasi th. 1969/70 diperkirakan sebesar 125,- Untuk tahun 1970/71 diperkirakan berjumlah 150.

Realisasi th 1969/70 diperkirakan sebesar 75,- Untuk tahun 1970/71 diperkirakan diterima sebesar 100,-. Jadi jumlah semua :

Baik terhadap penerimaan-penerimaan yang berasal dari bagian Pemerintah dari laba perusahaan-perusahaan Negara, maupun terhadap penerimaan-penerimaan departemen (administrative revenues) diusahakan tindakan-tindakan penertiban sehingga diharapkan pemasukan penerimaan akan menjadi lebih lancar lagi.

106

Page 108: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

II. PENERIMAAN PEMBANGUNAN 124.3161. Kredit Luar Negeri 78.676

Asumsi-asumsi :(1)

(2)

(3)

(4)

(5) Kurs BE : Rp 326,-/US$Penerimaan nilai-lawan (counterpart) :- Barang-barang BE dan barang-barang modal :

(90 + 30) juta x Rp 326,- = Rp 39.120 juta.- Bantuan pupuk :

30 juta x Rp 326,- = Rp 9.780 jutaSubsidi = Rp 3.750 jutaPenerimaan = Rp 6.030 juta

- Bantuan kapas-kasar :35 juta x Rp 326,- = Rp 11.410 jutaSubsidi = Rp 5.450 jutaPenerimaan = Rp 5.960 juta

- Bantuan benang tenun :15 juta x Rp 326,- = Rp 4.890 jutaSubsidi = Rp 2.970 jutaPenerimaan = Rp 1.920 juta

- Bantuan beras dan pangan lainnya :95 juta x Rp 326,- = Rp 30.970 jutaSubsidi = Rp 10.319 jutaPenerimaan = Rp 20.651 juta

- Bantuan terigu :45 juta x Rp 326,- = Rp 14.670 jutaSubsidi = Rp 9.675 jutaPenerimaan = Rp 4.995 juta

Sisanya sejumlah US$ 140 juta merupakan bantuan pangan (beras, terigu, dll). Untuk jumlah ini Pemerintah juga memberikan subsidi sehingga hanya nilai lawan bersih saja yang merupakan penerimaan pembangunan.

Diperkirakan seluruh kredit luar negeri yang akan diterima berjumlah US$ 340 Dari jumlah tersebut diperkirakan sebesar US$ 90 juta berupa barang-barang BE dan US$ 30 juta berupa barang-barang modal (capitalgoods). Seluruh nilai lawannya merupakan penerimaan pembangunan.Sejumlah US$ 80 juta merupakan bantuan berupa pupuk, kapas kasar dan benang tenun. Pemerintah memberikan subsidi untuk barang-barang tersebut sehingga hanya nilai lawan netto saja yang merupakan penerimaan pembangunan.

107

Page 109: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

- Jumlah seluruh penerimaan :39.120

6.0305.9601.920

20.6514.995

78.676

2. Bantuan Proyek 45.640Asumsi-asumsi :

(1)

(2)

(3) Kurs penilaian : Rp 326,- /US$Bantuan proyek dinilai dalam rupiah :140 juta x Rp 326,- = Rp 45.640 juta

Seluruh bantuan proyek yang dijanjikan (commitment) berjumlah US$ 260 jutaDari jumlah tersebut diperkirakan akan direalisasikan (disbursement) sejumlah US$ 140 juta.

108

Page 110: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

ANGGAR

AN RUT

IN 1970/

1971(dal

am ribu

an rupia

h)

I. BELA

NJA PEG

AWAI/P

ENSIUN

50.417,5

132.345,

814.8

66,557.0

32,315.1

98,7921.

546,7

32.263,8

195.274,

6371.

120,9

1.237.11

8,02.95

6.501,6

60.495.2

27,01.80

3.078,5

1.238.46

1,92.35

4.381,4

17.026.8

41,8364.

183,9

749.167,

6415.

058,8

161.719,

3443.

135,8

1.033.10

6,114.0

22.941,7

2.214.14

9,Pega

wai Neg

eriTun

jangan b

eras3.12

7,39.41

9,81.46

1,69.81

7,93.23

8,2219.

572,6

15.732,4

49.324,0

126.239,

4260.

646,1

23.426,0

16.479.3

18,0457.

095,3

264.078,

4596.

688,3

-63.2

71,0208.

341,0

76.459,2

37.966,3

130.417,

6326.

007,4

2.590.36

8,5803.

428,Gaji

/Upah

4.209,5

11.974,6

1.903,4

16.019,9

5.059,3

332.595,

07.51

3,558.1

03,0115.

089,3

353.483,

950.8

89,619.3

19.582,0

538.675,

0404.

557,1

749.856,

5-

110.376,

4239.

129,8

141.675,

356.0

58,7140.

214,7

284.944,

34.64

9.275,9

665.233,

Tunjang

an umum

1.514,3

4.610,7

732,9

6.168,3

1.927,7

129.518,

42.89

3,022.3

72,144.3

14,2136.

106,5

19.594,6

7.269.03

9,0204.

696,5

163.559,

9288.

712,1

-42.4

99,392.3

22,852.2

08,821.5

84,953.9

88,5109.

715,4

1.791.54

9,4254.

542,Ken

aikan ga

ji 50%

2.861,9

8.292,7

1.318,1

11.094,1

3.493,5

231.056,

75.20

3,340.2

37,679.7

01,8244.

795,0

35.242,1

13.073.8

10,0371.

685,7

297.908,

1519.

284,5

-76.4

37,2165.

225,9

96.942,1

38.821,8

97.101,7

197.329,

93.22

0.412,7

459.888,

Pejabat N

egara

Tunjang

an beras

penj. kh

usus63,0

5.216,4

340,2

264,6

--

113,4

289,8

--

--

-12.4

74,0-

--

--

--

--

-Tun

jangan p

okok pen

j. khusus

930,0

50.010,0

3.390,0

2.850,0

--

450,0

4.692,0

--

--

-27.7

00,0-

--

--

--

--

-Tun

jangan u

mum pen

j.khusus

37.411,5

27.505,1

1.864,5

1.567,5

--

-2.39

2,9-

--

-61.2

00,0-

--

--

--

--

19.000,0

-

Pensiun Pens

iun pokok

7.269.85

7,6-

--

--

--

-Tun

jangan b

eras4.60

0.000,0

--

--

--

--

Tunjang

an umum

829.984,

2-

--

--

--

-

Lain-lain

Belanja

Pegawa

iHon

orarium

dan vaka

si-

14.621,3

3.780,0

5.250,0

-1.35

9,0-

15.100,0

256,0

2.291,0

300,0

100.000,

012.3

91,25.00

0,020.5

00,02.46

6.000,0

3.000,0

12.200,0

7.083,8

2.802,9

4.697,6

28.494,4

1.300.00

0,010.5

00,Uan

g lembur

300,0

570,2

75,81.00

0,0750,

02.64

5,0358,

22.76

3,25.52

0,210.0

99,51.00

0,035.0

00,042.3

26,020.2

87,498.4

40,0-

10.000,0

11.956,5

7.083,8

2.802,9

7.010,8

23.401,1

61.281,0

19.006,

Belanja p

egawai la

in-lain D

N-

125,0

-3.00

0,0730,

04.80

0,0-

--

229.696,

0-

3.308.96

2,053.4

30,8-

8.400,0

1.840.00

0,01.00

0,01.02

7,64.25

0,31.68

1,89.70

4,915.3

29,1287.

054,2

1.548,

Belanja p

egawai L

uar Neger

i-

--

--

--

--

-2.82

6.049,3

909.516,

061.5

78,042.8

97,072.5

00,021.0

00,057.6

00,018.9

64,029.3

55,5-

-47.8

84,5104.

000,0

-

II. BELA

NJA BA

RANG

96.325,2

500.883,

243.6

15,2131.

833,2

26.145,0

430.419,

0764.

562,0

631.082,

4361.

074,5

503.896,

83.02

9.440,0

42.511.8

88,81.49

6.696,8

1.234.97

5,03.50

1.397,8

3.445.54

7,0278.

500,0

477.234,

3392.

343,6

82.605,6

1.037.88

3,61.65

6.023,0

2.677.95

1,62.28

8.650,

Departe

men

PU & T

LDep

artemen

Perh

ubunga

nDep

artemen

P &

KDep

artem

Kesehat

aDep

artemen

Perd

agangan

Departe

men

Pertania

nDep

artemen

Peri

ndustria

nDep

artemen

Pert

ambang

anDep

. Keh

akiman

Dep.

Peneran

ganDep

. Keu

angan

Pemb.&

Perhit.

Lemb.No

n Dep

t.Dep

. Dalam

Neg

eriDep

. Luar

Negeri

Dep. Ha

nkam

Mahkam

ah Agu

ngKej

aksaan

Agung

Sekretar

iat Kep

residen

anSek

retariat

Neg

araBPK

Jenis Pe

ngeluara

nMP

RSDPR

-GRDPA

109

Lampira

n 2

39.82

1.288,5

345.324,

4412.

593,3

555.533,

9119.

439.879,

6

93.03

4.422,7

88.860,2

86.420,9

150.129,

026.1

15.278,0

92.92

4.352,4

111.997,

4117.

188,5

187.117,

131.5

97.076,0

81.12

5.997,3

43.143,2

45.270,8

72.047,8

12.000.6

31,23

2.025.17

4,873.8

76,577.3

64,9129.

582,5

21.584.1

43,4

18.761,4

90.022,0

150.941,

5

7.269.85

7,64.60

0.000,0

829.984,

2

0517.

090,1

3.032,0

3.000,0

3.000,0

4.541.74

9,37

3.960,0

3.199,9

3.348,2

10.657,5

384.843,

97

190.291,

221.2

15,280.0

00,03.00

0,06.06

5.246,8

4.191.34

4,3

0652.

349,1

496.813,

6483.

650,0

209.632,

569.4

43.418,8

Uang ma

kan/lauk

-pauk

--

--

--

--

--

-10.7

91.756,0

662.094,

0-

24.574,7

--

42.500,0

--

7.776,0

181.768,

0-

978.200,

0179.

380,0

12.868.0

48,7Bela

nja Baran

g Dalam

Negeri

93.125,2

465.883,

243.6

15,2130.

233,2

26.145,0

394.119,

0623.

877,2

561.461,

6289.

300,7

-337.

430,0

26.458.6

76,8817.

112,8

978.100,

03.42

1.213,1

3.445.54

7,0241.

000,0

411.200,

0360.

663,6

79.441,3

960.847,

61.44

0.430,0

2.331.95

1,61.29

0.650,0

619.349,

1439.

469,5

299.020,

0209.

632,5

46.769.4

95,2Bela

nja Baran

g Luar N

egeri

3.200,0

35.000,0

-1.60

0,0-

36.300,0

140.684,

869.6

20,871.7

73,8503.

896,8

2.692.01

0,05.26

1.456,0

17.490,0

256.875,

055.6

10,0-

37.500,0

23.534,3

31.680,0

3.164,3

69.260,0

33.825,0

346.000,

019.8

00,033.0

00,057.3

44,15.25

0,09.80

5.874,9

III. SUB

SIDI/PE

RIMBAN

GAN KE

UANGAN

53.218.6

66,753.2

18.666,7

IV. BUN

GA/CIC

ILAN H

UTANG

31.373.5

81,931.3

73.581,9

Hutang D

alam Neg

eri11.1

00.000,0

11.100.0

00,0Huta

ng Luar N

egeri

20.273.5

81,920.2

73.581,9

V. LAIN

-LAIN P

ENGELU

ARAN R

UTIN

10.000.0

00,010.0

00.000,0

146.742,

7633.

229,0

58.481,7

188.865,

541.3

43,71.35

1.965,7

796.825,

8826.

357,0

732.195,

41.74

1.014,8

5.985.94

1,6103.

007.115,

83.29

9.775,3

2.473.43

6,95.85

5.779,2

115.064.

637,4

642.683,

91.22

6.401,9

807.402,

4244.

324,9

1.481.01

9,42.68

9.129,1

16.700.8

93,34.50

2.799,3

10.473.6

37,6842.

138,0

896.243,

3765.

166,4

283.475.

547,0

en nJUM

LAHDep

artemen

Aga

maDep

artemen

Ten

aga Ker

jaDep

artemen

Sosi

alDep

artemen

Tra

nskop.

Page 111: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

ANGGAR

AN PEMB

ANGUNA

N 1970/197

1(dala

m ribuan r

upiah)

1BIDA

NG EKON

OMI100.0

0019.79

0.0005.387

.0001.321

.000836.7

0042.59

0.00010.67

3.000

1.1.Sekto

r Pertanian

dan Irigasi

5.387.000

20.080.000

1.2.Sekto

r Industri da

n Pertamba

ngan1.321

.000836.7

001.3.

Sektor Ten

aga Listrik

8.620.000

1.4.Sekto

r Perhubung

an dan Par

iwisata

13.890.000

10.673.000

1.5.Sekto

r Pembangu

nan Daerah

dan Desa

100.000

14.790.000

1.6.Sekto

r Penyertaa

n Pemerinta

h5.000

.000

2BIDA

NG SOSIA

L55.00

0266.0

00415.0

00536.4

84551.0

002.900

940.500

800.000

107.200

2.350.000

607.000

452.500

4.4002.731

.000140.0

005.650

.0004.196

.00093

2.1.Sekto

r Agama

300.000

312.2.

Sektor Pen

didikan dan

Kebudayaa

n13.00

0115.0

00536.4

84551.0

002.900

40.332

96.000

107.200

250.000

607.000

452.500

4.400416.0

00140.0

005.650

.000252.4

0061

2.3.Sekto

r Tenaga K

erja dan Pe

nduduk

1.600.000

2.4.Sekto

r Kesehata

n dan Kelu

arga Berenc

ana500.0

003.925

.6002.5.

2.315.000

18.000

2.6.Sekto

r Penerang

an704.0

002.7.

Sektor Tert

ib Hukum

55.000

253.000

900.168

Sektor Peru

mahan, Ke

sejahteraan

Sosial dan

Penyediaan

Air Minm

No. Kode

Bidang / Se

ktorMPR

SDPR-

GRDPA

BPKDepa

rtem AgamDepa

rtemen

PU & TL

Departeme

n Perhu

bunganDepa

rtemen

P & KDepa

rtemen

Kesehatan

Departeme

n Perda

ganganDepa

rtemen

Pertanian

Departeme

n Perin

dustrian

Departeme

n Perta

mbangan

Dep. Kehakima

nDep. Pener

anganDep. Keua

nganBag.

Pemb.&

Perhit.

Lemb.Non Dept.

Dep. Dalam

Nege

riDep.

Luar

Negeri

Dep. Hankam

Mahkamah

Agun

gKejak

saan Agung

Sekretariat

Kepr

esidenan

Sekretariat

Nega

ra

110

Lampiran 3

a

135.635

811.000

81.644.335

811.000

26.278.000 2.157

.7008.620

.00024.56

3.000135.6

3515.02

5.635 5.000.000

0.600200.6

65264.8

00410.5

0021.61

1.549

9.250619.2

501.350

193.665

23.320

410.500

10.473.051

7.0001.607

.0004.425

.600241.4

802.574

.480 704.000

1.208.168

3BIDA

NG UMUM

133.000

667.000

27.000

67.000

54.000

306.500

207.516

843.000

311.100

4.500.000

206.000

1.492.800

406.500

522.500

576.000

300.000

160.900

679.000

230.000

200.000

204.000

169.400

71.500

54.900

138.500

12.528.116

3.1.Sekto

r Pemerinta

h Umum

133.000

27.000

66.062

54.000

306.500

207.516

843.000

311.100

206.000

27.500

522.500

576.000

300.000

160.900

679.000

230.000

200.000

204.000

169.400

71.500

54.900

138.500

5.488.378

3.2.Sekto

r Pertahana

n dan Keam

anan4.500

.0004.500

.0003.3.

Sektor Bad

an-badan P

erwakilan

667.000

667.000

3.4.Sekto

r Pengurus

an Keuanga

n Negara

9381.492

.800379.0

001.872

.738

J u m l a h

133.000

667.000

27.000

67.000

55.000

266.000

54.000

721.500

744.000

1.494.000

314.000

4.500.000

940.500

1.006.000

1.600.000

22.546.500

522.500

6.570.000

2.073.500

1.002.000

46.000.000

11.043.000

5.850.000

4.400.000

1.100.000

407.800

319.700

1.360.000

115.784.00

0

JUMLAH

en aDepa

rtemen

Tenaga Ke

rjaDeparteme

n Sosia

lDepa

rtemen

Transkop.

Page 112: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

RANC

ANGA

N AN

GGAR

AN PE

MBA

NGUN

AN 19

70/19

71BI

DANG

EKO

NOM

I(d

alam

ribua

n rup

iah)

1.1Se

ktor P

ertan

ian da

n Irig

asi

5.387

.000

20.08

0.000

1.1.1.

Sub S

ektor

Perta

nian

4.917

.000

1.1.1.

1Pr

ogram

Penin

gkata

n Prod

uksi

Baha

n Mak

anan

2.958

.000

1.1.1.

2Pr

ogram

Penin

gkata

n Prod

uksi

Hasil

Perke

buna

n51

8.000

1.1.1.

3Pr

ogram

Penin

gkata

n Prod

uksi

Hasil

Perik

anan

518.0

001.1

.1.4

484.0

001.1

.1.5

Prog

ram Pe

ningk

atan P

roduk

si Pe

terna

kan

439.0

00

1.1.2.

Sub S

ektor

Iriga

si47

0.000

20.08

0.000

1.1.2.

1Pr

ogram

Peny

elama

tan Ta

nah d

an A

ir47

0.000

1.1.2.

2Pr

ogram

Perba

ikan I

rigasi

8.580

.000

1.1.2.

3Pr

ogram

Perlu

asan I

rigasi

3.966

.500

1.1.2.

4Pr

ogram

Perba

ikan d

an Pe

ngam

anan

Sung

ai1.0

11.00

01.1

.2.5

Prog

ram Pe

mban

guna

n Irig

asi la

innya

6.522

.500

1.2.

Sekto

r Ind

ustri

dan P

ertam

bang

an1.3

21.00

083

6.700

1.2.1.

Sub S

ektor

Indu

stri

1.321

.000

1.2.1.

1Pr

ogram

Pemb

inaan

Indu

stri R

ingan

& K

er. R

akya

t1.0

00.00

01.2

.1.2

Prog

ram Pe

manfa

atan P

royek

-proy

ek te

rtund

a18

6.000

1.2.1.

3Pr

ogram

Peng

emba

ngan

Indu

stri

135.0

00

1.2.2.

Sub S

ektor

Perta

mban

gan

836.7

001.2

.2.1.

Prog

ram Pe

neliti

an M

inyak

dan G

as bu

mi13

5.000

1.2.2.

2.Pr

ogram

Perba

ikan P

ertam

bang

an Ti

mah

1.2.2.

3.Pr

ogram

Perba

ikan P

ertam

bang

an B

atu B

ara1.2

.2.4.

Prog

ram Pe

ningk

atan K

egiat

an G

eslog

e40

8.200

1.2.2.

5.Pro

gram

Perba

ikan F

asilita

s Pem

binaa

n Pert

amba

ngan

293.5

00

1.3.

Sekto

r Ten

aga L

istrik

8.620

.000

1.3.1.

Sub S

ektor

Tena

ga Li

strik

8.620

.000

1.3.1.

1.Pr

ogram

Penin

gkata

n Ten

aga L

istrik

8.620

.000

1.4.

Sekto

r Per

hubu

ngan

dan P

ariw

isata

13.89

0.000

10.67

3.000

1.4.1.

Sub S

ektor

Perhu

bung

an13

.890.0

0010

.623.0

001.4

.1.1.

1.4.1.

2.Pr

ogram

Penin

gkata

n Fasi

litas A

ngku

tan Ja

lan90

.000

1.4.1.

3.Pro

gram

Penin

gkata

n dan

Perba

ikan A

ngku

tan K

ereta

Api

2.685

.000

1.4.1.

4.Pr

ogram

Perba

ikan P

rasaan

Perhu

bung

an La

ut3.1

70.00

01.4

.1.5.

Prog

ram Pe

rbaika

n Arm

ada N

iaga

1.4.1.

6.

1.4.1.

7.Pr

ogram

Perba

ikan P

rasara

na Pe

rhubu

ngan

Uda

ra2.0

00.00

01.4

.1.8.

Prog

ram Pe

mbina

an A

rmad

a Uda

ra Ni

aga

Prog

ram Pe

ningk

atan F

asilita

s Sun

gai, P

embin

aan

Sung

ai da

n Ang

gutan

Sung

ai

13.89

0.000

92.00

0

Prog

ram Pe

rbaika

n Pras

arana

Perhu

bung

an D

arat

(jalan

dan j

emba

tan)

No. K

ode

Bida

ng / S

ektor

MPR

SDP

R-GR

DPA

BPK

Mah

kama

h Ag

ung

Kejak

saan

Agun

gSe

kreta

riat

Kepr

eside

nan

Sekr

etaria

t Ne

gara

Lemb

.Non

De

pt.De

p. Da

lam

Nege

riDe

p. Lu

ar

Nege

riDe

p. Ha

nkam

Dep.

Keha

kiman

Dep.

Pene

rang

anDe

parte

men

PU &

TL

Depa

rteme

n Pe

rhub

unga

nDe

p. Ke

uang

anBa

g. Pe

mb.&

Pe

rhit.

Depa

rteme

n Pe

rdag

anga

nDe

parte

men

Perta

nian

Prog

ram Pe

ningk

atan P

roduk

si Ha

sil K

ehuta

nan &

Pe

mbina

an H

utan

Depa

rteme

n P &

KDe

parte

mKe

sehata

Depa

rteme

n Pe

rindu

strian

Depa

rteme

n Pe

rtamb

anga

n

111

Lamp

iran 3

b

811.0

0026

.278.0

00

4.917

.000

2.958

.000

518.0

0051

8.000

439.0

00

811.0

0021

.361.0

0047

0.000

8.580

.000

3.966

.500

1.011

.000

811.0

007.3

33.50

0

2.157

.700

1.321

.000

1.000

.000

186.0

0013

5.000

836.7

0013

5.000 0 0

408.2

0029

3.500

8.620

.000

8.620

.000

8.620

.000

24.56

3.000

24.51

3.000

90.00

02.6

85.00

03.1

70.00

0

2.000

.000

1.4.1.

9.Pr

ogram

Penin

gkata

n Jasa

Pos d

an G

iro12

1.000

121.0

001.4

.1.10

.Pro

gram

Perba

ikan d

an Pe

ningk

atan J

asa Te

lekom

unika

si2.1

00.00

02.1

00.00

01.4

.1.11

.Pr

ogram

Penin

gkata

n Sara

na Pe

mban

guna

n36

5.000

365.0

00

1.4.2.

Su

b Sek

tor Pa

riwisa

ta50

.000

50.00

01.4

.2.1.

Prog

ram Pe

ngem

bang

an Pa

riwisa

ta50

.000

50.00

0

1.5.

Sekto

r Pem

bang

unan

Dae

rah d

an D

esa10

0.000

14.79

0.000

135.6

3515

.025.6

35

1.5.1.

Subse

ktor D

esa10

0.000

5.590

.000

135.6

355.8

25.63

51.5

.1.1.

Prog

ram pe

mban

guna

n Desa

5.590

.000

135.6

355.7

25.63

51.5

.1.2.

Prog

ram Ta

ta Ag

raria

100.0

0010

0.000

1.5.2.

Sub S

ektor

Daer

ah9.2

00.00

09.2

00.00

01.5

.2.1.

Prog

ram Pe

mban

guna

n Dae

rah Tk

. II5.7

00.00

05.7

00.00

01.5

.2.2.

Prog

ram Pe

mban

guna

n Dae

rah Ir

ian B

arat

3.500

.000

3.500

.000

1.6.

Sekto

r Pen

yerta

an Pe

merin

tah5.0

00.00

05.0

00.00

0

1.6.1.

Sub S

ektor

Kred

it Inv

estasi

5.000

.000

5.000

.000

1.6.1.

1.Pr

ogram

Kred

it Inv

estasi

mela

lui Pe

rbank

an5.0

00.00

05.0

00.00

0

J u m

l a h

100.0

000

00

00

19.79

0.000

05.3

87.00

01.3

21.00

083

6.700

42.59

0.000

10.67

3.000

00

013

5.635

081

1.000

81.64

4.335

484.0

00

13.89

0.000

92.00

0

Depa

rteme

n So

sial

Depa

rteme

n Tr

ansk

op.

JUM

LAH

en

nDe

parte

men

Agam

aDe

parte

men

Tena

ga K

erja

Page 113: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

RANC

ANG

AN A

NGG

ARAN

PEM

BANG

UNAN

1970

/197

1BI

DANG

SO

SIAL

(dal

am ri

buan

rupi

ah)

2.1Se

ktor

Aga

ma

300.0

00

2.1.1.

Sub S

ekto

r Aga

ma30

0.000

2.1.1.

1Pr

ogra

m Pe

nyed

iaan S

aran

a Keh

idup

an B

erag

ama

2.1.1.

2Pr

ogra

m Pe

nera

ngan

dan B

imbi

ngan

Aga

ma2.1

.1.3

Prog

ram

Peni

ngka

tan K

eseja

htera

an P

erjala

nan H

aji/Z

iarah

2.1.1.

4

2.1.1.

5Pr

ogra

m Pe

mban

guna

n Mas

jid Is

tiqlal

300.0

00

2.2.

Sekt

or P

endi

dika

n da

n K

ebud

ayaa

n13

.000

115.0

0053

6.484

551.0

002.9

0040

.332

96.00

010

7.200

250.0

0060

7.000

452.5

004.4

0041

6.000

140.0

005.6

50.00

0

2.2.1.

Sub S

ekto

r Pen

didi

kan

5.320

.000

2.2.1.

1Pr

ogra

m Pe

ning

katan

Mut

u Pen

didi

kan S

ekol

ah D

asar

360.0

002.2

.1.2

2.2.1.

3.Pr

ogra

m Pe

ning

katan

Pen

didi

kan T

ekni

k dan

Keju

ruan

2.161

.000

2.2.1.

4.Pr

ogra

m Pe

ningk

atan P

endi

dika

n Gur

u23

9.000

2.2.1.

5.Pr

ogra

m Pe

mbina

an P

ergu

ruan

Tin

ggi

1.800

.000

2.2.1.

6.

2.2.1.

7.Pr

ogra

m Pe

ngem

bang

an P

endi

dika

n10

0.000

2.2.2.

Sub S

ekto

r Keb

uday

aan

90.00

033

0.000

2.2.2.

1.Pr

ogra

m Pe

ngem

bang

an K

ebud

ayaa

n Nas

iona

l90

.000

210.0

002.2

.2.2.

Prog

ram

Penin

gkata

n Keg

iatan

Olah

Rag

a12

0.000

2.2.3.

Sub S

ekto

r Pen

didi

kan d

an P

eneli

tian I

nstit

utio

nal

13.00

025

.000

536.4

8455

1.000

2.900

40.33

296

.000

107.2

0025

0.000

607.0

0045

2.500

4.400

416.0

0014

0.000

2.2.3.

1Pr

ogra

m Pe

ndid

ikan

& L

atiha

n Ins

tituti

onil

13.00

027

8.834

551.0

002.9

0040

.332

61.50

010

7.200

449.0

0018

2.500

4.400

166.0

0014

0.000

2.2.3.

2Pr

ogra

m Pe

ningk

atan P

eneli

tian/S

urve

y25

.000

257.6

5034

.500

250.0

0015

8.000

270.0

0025

0.000

2.3.

Sekt

or T

enag

a Ker

ja d

an P

endu

duk

1.600

.000

2.3.1.

Sub S

ekto

r Ten

aga K

erja

100.0

002.3

.1.1.

Prog

ram

Peny

ediaa

n dan

Pen

ggun

aan T

enag

a Ker

ja10

0.000

2.3.1.

2.Pr

ogra

m Pe

mbina

an K

eahli

an da

n Keju

ruan

2.3.1.

3.Pr

ogra

m Pe

mbin

aan N

orma

-nor

ma P

erlin

dung

an K

erja

2.3.2.

Sub S

ekto

r Pen

dudu

k1.5

00.00

02.3

.2.1.

Prog

ram

Sens

us P

endu

duk

1.500

.000

2.4.

Sekt

or K

eseh

atan

dan

Kelu

arga

Ber

enca

na50

0.000

2.4.1.

Sub S

ekto

r Kes

ehata

n2.4

.1.1.

Prog

ram

Pend

idik

an K

eseh

atan M

asya

raka

t2.4

.1.2.

Prog

ram

Peng

emba

ngan

Infra

struk

tur K

eseh

atan

2.4.1.

3.Pr

ogra

m Pe

mber

antas

an P

enya

kit M

enul

ar2.4

.1.4.

Prog

ram

Pemu

lihan

dan P

ening

katan

Kes

ehata

n2.4

.1.5.

Prog

ram

Peng

adaa

n Oba

t-oba

tan da

n Alat

-alat

Kes

ehata

n

2.4.2.

Su

b Sek

tor K

eluar

ga B

eren

cana

500.0

002.4

.2.1.

Prog

ram

Pemb

inaan

Kelu

arga

Ber

enca

na50

0.000

Prog

ram

Pena

mbah

an P

endi

dika

n Keju

ruan

pada

Se

kolah

Lan

jutan

Umu

m

Prog

ram

Penin

gkata

n Pen

didi

kan M

asya

raka

t dan

Or

ang D

ewas

a

500.0

00

160.0

00

Prog

ram

Peng

awas

an da

n Ban

tuan

kepa

da L

emba

ga-

lemba

ga K

eaga

maan

Swa

sta

Depa

rtem

en

P &

KDe

paK

esDe

part

emen

Pe

rindu

stria

nDe

part

emen

Pe

rtam

bang

anDe

part

emen

PU

& T

LDe

part

emen

Pe

rhub

unga

nDe

p.

Keu

anga

nBa

g. Pe

mb.

&

Perh

it.De

part

emen

Pe

rdag

anga

nDe

part

emen

Pe

rtan

ian

Dep.

Lua

r Ne

geri

Dep.

H

anka

mDe

p.

Keh

akim

anDe

p.

Pene

rang

anSe

kret

aria

t K

epre

siden

anSe

kret

aria

t Ne

gara

Bdn/

Lem

b.No

n De

pt.

Dep.

Dal

am

Nege

riDP

ABP

KM

ahka

mah

Ag

ung

Kej

aksa

an

Agun

gNo

. Kod

eBi

dang

/ Se

ktor

MPR

SDP

R-GR

112

Lam

pira

n 3 c

319.2

5061

9.250

319.2

5061

9.250

207.7

5020

7.750

63.50

063

.500

23.00

023

.000

300.0

00

252.4

0061

1.350

193.6

6523

.320

410.5

0010

.473.0

51

5.320

.000

360.0

00

2.161

.000

239.0

001.8

00.00

0

100.0

00

420.0

0030

0.000

120.0

00

252.4

0061

1.350

193.6

6523

.320

410.5

004.7

33.05

119

7.400

586.3

5017

1.665

19.80

029

0.000

3.261

.881

55.00

025

.000

22.00

03.5

2012

0.500

1.471

.170

7.000

1.607

.000

7.000

107.0

0010

0.000

5.000

5.000

2.000

2.000

1.500

.000

1.500

.000

3.925

.600

4.425

.600

3.925

.600

3.925

.600

46.00

046

.000

1.589

.900

1.589

.900

1.047

.574

1.047

.574

72.10

072

.100

1.170

.026

1.170

.026

500.0

00

2.5.

2.5.1.

Sub S

ekto

r Per

umah

an R

akya

t,Tata

Kot

a dan

Tata

Dae

rah42

0.000

420.0

002.5

.1.1.

2.5.1.

2.Pr

ogra

m Pe

renc

anaa

n Tata

Kot

a dan

Tata

Dae

rah

120.0

0012

0.000

2.5.2.

Sub S

ekto

r Kes

ejahte

raan

Sos

ial24

1.480

241.4

802.5

.2.1.

Prog

ram

Pemb

inaa

n Kes

ejaht

eraa

n dan

Peru

baha

n Sos

ial10

1.480

101.4

802.5

.2.2.

Prog

ram

Bantu

an/R

ehab

ilitas

i Sos

ial14

0.000

140.0

00

2.5.3.

Sub S

ekto

r Air

Min

um da

n Ass

ainer

ing

1.895

.000

18.00

01.9

13.00

02.5

.3.1.

Prog

ram

Penin

gkata

n Per

sedi

aan A

ir M

inum

1.835

.000

18.00

01.8

53.00

02.5

.3.2.

Prog

ram

Penin

gkata

n Ass

ainer

ing

60.00

060

.000

2.6.

Sekt

or P

ener

anga

n70

4.000

704.0

00

2.6.1.

Sub S

ekto

r Pen

eran

gan

704.0

0070

4.000

2.6.1.

1.2.6

.1.2.

2.6.1.

3.Pr

ogra

m Pe

ngem

bang

an A

lat-a

lat M

ass M

edia

358.0

0035

8.000

2.7.

Sekt

or T

ertib

Huk

um55

.000

253.0

0090

0.168

1.208

.168

2.7.1.

Sub S

ekto

r Ter

tib H

ukum

55.00

025

3.000

900.1

681.2

08.16

82.7

.1.1.

Prog

ram

Pemb

inaan

Ter

tib H

ukum

55.00

025

3.000

626.0

0093

4.000

2.7.1.

2.Pr

ogra

m Pe

masy

arak

atan/R

eklas

erin

g27

4.168

274.1

68

J u m

l a h

55.00

026

6.000

415.0

0053

6.484

551.0

002.9

0094

0.500

800.0

0010

7.200

2.350

.000

607.0

0045

2.500

4.400

2.731

.000

140.0

005.6

50.00

04.1

96.00

093

0.600

200.6

6526

4.800

410.5

0021

.611.5

49

Prog

ram

Peny

uluha

n Pem

bang

unan

Per

umah

an K

ota

dan P

erum

ahan

Des

a

Prog

ram

Penin

gkata

n Pen

eran

gan R

akya

t/Ope

rasi

Pene

rang

an

25.00

0

500.0

00

160.0

00

2.574

.480

300.0

00

346.0

0034

6.000

Sekt

or P

erum

ahan

Kes

ejah

tera

an S

osia

l dan

Pe

nyed

iaan

Air

Min

um2.3

15.00

0

300.0

00

18.00

0

25.00

0

241.4

80

Depa

rtem

en

Sosia

lDe

part

emen

Tr

ansk

op.

JUM

LAH

rtem

en

ehat

anDe

part

emen

Ag

ama

Depa

rtem

en

Tena

ga K

erja

Page 114: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

RANCAN

GAN ANG

GARAN P

EMBANG

UNAN 197

0/1971

BIDANG U

MUM(dala

m ribuan r

upiah)

3.1Sekto

r Pemerint

ahan Umu

m133.0

0027.00

066.06

254.00

0306.5

00207.5

16843.0

00311.1

00206.0

0027.50

0522.5

00576.0

00300.0

00160.9

00679.0

00230.0

00200.0

00204.0

00

3.1.1.

Sub Sektor

Pemerinta

han Umum

133.000

27.000

66.062

54.000

306.500

207.516

843.000

311.100

206.000

27.500

522.500

576.000

300.000

160.900

679.000

230.000

200.000

204.000

3.1.1.1

Program P

enyem. Efis

iensi Apar

atur Pemeri

ntahan

8.50043.50

026.00

027.50

0378.5

00576.0

003.1.1

.2Progr

am Penyem

. Prasarana

Fisik Pem

erintahan

133.000

27.000

66.062

54.000

298.000

207.516

799.500

311.100

180.000

144.000

300.000

160.900

679.000

230.000

200.000

204.000

3.2.Sekto

r Pertahan

an dan Ke

amanan

4.500.000

3.2.1.

Sub Sektor

Pertahanan

dan Keama

nan4.500

.0003.2.1

.1Progr

am Organi

sasi dan Pe

mbinaan T

enaga Man

usia1.500

.0003.2.1

.2Progr

am Organi

sasi dan Pe

mbinaan T

enaga Tem

pur1.000

.0003.2.1

.3.Progr

am Penelit

ian dan Pen

gembangan

500.000

3.2.1.4.

Program P

erluasan P

otensi Pem

bangunan

1.500.000

3.3.Sekto

r Badan-ba

dan Perwa

kilan667.0

00

3.3.1.

Sub Sektor

Badan-bad

an Perwaki

lan667.0

003.3.1

.1.Progr

am Pening

katan Prod

uk Legislat

if667.0

00

Departem

en P & K

Departem

en Kese

hatanDepa

rtemen

Perindustr

ianDepa

rtemen

Pertamban

ganDepa

rtemen

PU & TL

Departem

en Perh

ubungan

Dep. Keuangan

Bag. Pemb

.& Perh

it.Depa

rtemen

Perdagan

ganDepa

rtemen

Pertanian

Dep. Luar

Nege

riDep. Hank

amDep. Keha

kiman

Dep. Penerang

anSekr

etariat

Kepreside

nanSekre

tariat

Negara

Bdn/Lemb

.Non

Dept.Dep.

Dalam

Negeri

DPABPK

Mahkama

h Agun

gKeja

ksaan

Agung

No. Kode

Bidang / S

ektorMPR

SDPR

-GR

113

Lampiran

3 d

169.400

71.500

54.900

138.500

5.488.378

169.400

71.500

54.900

138.500

5.488.378

6.5007.500

2.5001.076

.500162.9

0064.00

052.40

0138.5

004.411

.878

4.500.000

4.500.000

1.500.000

1.000.000 500.0

001.500

.000 667.000

667.000

667.000

3.4.Sekto

r Penguru

san Keuan

gan Negara

9381.492

.800379.0

001.872

.738

3.4.1.

Sub Sektor

Pengurusa

n Keuangan

Negara

9381.492

.800379.0

001.872

.7383.4.1

.1.Progr

am Pening

katan Pene

rimaan Neg

ara1.101

.800379.0

001.480

.8003.4.1

.2.Progr

am Pening

katan Efisi

ensi Pengel

uaran Nega

ra259.0

00259.0

003.4.1

.3.Progr

am Pening

katan Tata

Usaha Keu

angan Nega

ra32.40

032.40

03.4.1

.4.Progr

am Pening

katan Peng

awasan Keu

angan Nega

ra938

99.600

100.538

J u m l a h

133.000

667.000

27.000

67.000

54.000

306.500

207.516

843.000

311.100

4.500.000

206.000

1.492.800

406.500

522.500

576.000

300.000

160.900

679.000

230.000

200.000

204.000

169.400

71.500

54.900

138.500

12.528.116

Departem

en Sosia

lDepa

rtemen

Transkop.

JUMLAH

Departem

en Agam

aDepa

rtemen

Tenaga K

erja

Page 115: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Lampiran 4.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1970

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN 1970/1971 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk tahun anggaran 1970/1971 perlu ditetapkan dengan Undang-undang;

2. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 sebagai “performance budget” adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kedua dalam masa Pembangunan Lima Tahun I 1969-1974, di mana sasaran pembangunan mengikuti skala prioritas yang ditetapkan oleh Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966, khususnya Pasal 25;

3. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 sebagai penuangan daripada pelaksanaan tugas-tugas pokok Kabinet Pembangunan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, tetap menempatkan bidang pertanian sebagai titik sentral pembagnunan;

4. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 selain mengutamakan perampungan usaha pembangunan yang telah dilaksanakan dalam tahun anggaran 1969/1970, juga merupakan landasan bagi usaha-usaha pembangunan selanjutnya dalam rangka Pembangunan Lima Tahun.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) jo pasal 23 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

No.XXIII/MPRS/1966; 3. Ketetapan MPRS No. XLI/MPRS/1968; 4. Undang-undang No.9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische

Comptabiliteitwet (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 No. 53).

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 1970/1971

Pasal 1 (1) Pendapatan Negara tahun anggaran 1970/1971 diperoleh dari :

a. Sumber-sumber Anggaran Rutin dan b. Sumber-sumber Anggaran Pembangunan

114

Page 116: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

(2) Pendapatan Rutin dimaksud pada ayat (1) sub a menurut perkiraan berjumlah Rp 320.583.547.000,0

(3) Pendapatan Pembangunan dimaksud pada ayat (1) sub b menurut perkiraan berjumlah Rp 124.316.000.000,0

(4) Jumlah seluruh pendapatan Negara 1970/1971 menurut perkiraan berjumlah Rp 444.899.547.000,0

(5) Perincian pendapatan dimaksud pada ayat (2) dan (3) di atas berturut-turut di muat dalam Lampiran I dan II Undang-undang ini.

Pasal 2 (1) Anggaran Belanja Negara tahun anggaran 1970/1971 terdiri atas :

a. Anggaran Belanja Rutin dan b. Anggaran Belanja Pembangunan

(2) Anggaran Belanja Rutin dimaksud pada ayat (1) sub a menurut perkiraan berjumlah Rp 283.475.000,0

(3) Anggaran Belanja Pembangunan dimaksud pada ayat (1) sub b menurut perkiraan berjumlah Rp 161.424.000.000,0

(4) Jumlah seluruh Anggaran Belanja Negara tahun 1970/1971 menurut perkiraan berjumlah Rp 444.899.547.000,0

(5) Perincian Pengeluaran dimaksud pada ayat (2) dan (3) di atas berturut-turut dimuat dalam Lampiran III dan IV Undang-undang ini.

Pasal 3 (1) Setiap triwulan dibuat laporan realisasi mengenai :

a. Anggaran Pendapatan Rutin, b. Anggaran Pendapatan Pembangunan, c. Anggaran Belanja Rutin, d. Anggaran Belanja Pembangunan.

(2) Setiap triwulan dibuat laporan realisasi mengenai : a. Kebijaksanaan Perkreditan, b. Perkembangan lalu lintas pembayaran Luar Negeri

(3) Dalam laporan-laporan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini, disusun pula prognosa untuk setiap triwulan mendatang.

(4) Badan Pemeriksa Keuangan memberitahukan hasil pemeriksaannya atas laporan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(5) Laporan-laporan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dalam pasal ini dibahas bersama antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

(6) Penyesuaian anggaran dengan perkembangan/perubahan keadaan, dibahas bersama antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

115

Page 117: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Pasal 4

Selambat-lambatnya pada akhir tahun anggaran 1970/1971 oleh Pemerintah harus diajukan Rancangan Undang-undang tentang Tambahan dan Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1970/1971 berdasarkan kepada Perubahan/tambahan sebagai hasil penyesuaian dimaksud dalam pasal 3 ayat (6) untuk mendapatkan pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Pasal 5

(1) Setelah tahun anggaran 1970/1971 berakhir, dibuat perhitungan anggaran mengenai pelaksanaan anggaran.

(2) Perhitungan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini setelah diteliti oleh Badan Pemeriksa Keuangan disampaikan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong untuk mendapatkan penilaian seperlunya.

Pasal 6

Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan (ICW) yang bertentangan dengan bentuk dan susunan Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal …………………...

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya, dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta. Pada tanggal …………………..

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S O E H A R T O JENDERAL TNI

Diundangkan di Jakarta. Pada tanggal ………………………

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

A L A M S J A H

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN………NOMOR…….

116

Page 118: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

Penjelasan Atas Undang-undang Nomor ….. Tahun 1970

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 1970/1971 U m u m : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 1970/1971 adalah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kedua setelah Tahun Anggaran diubah dengan Undang-undang No.9 Tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische Comptabiliteitswet (Lembaran Negara RI Tahun 1968 nomor 53). Sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kedua yang anggaran pembangunannya disusun berdasarkan program yang merupakan manifestasi dari pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun pertama (1969 – 1974), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 tetap menempatkan bidang pertanian sebagai titik sentral pembangunan. Sebagaimana lazimnya, sesuatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana kerja Pemerintah yang dituangkan dalam angka-angka; dan untuk tahun anggaran 1970/1971, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 adalah pengungkapan yang sedemikian itu daripada tugas-tugas pokok Kabinet Pembangunan. Maka adalah suatu kebijaksanaan yang wajar, jika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dimaksud terutama mementingkan perampungan usaha pembangunan yang telah dimulai dalam tahun anggaran 1969/1970, disamping menyediakan dana untuk menampung bantuan proyek serta usaha pembangunan baru. Dengan tetap dilandaskannya kebijaksanaan ekonomi Indonesia pada ketetapan MPRS XXIII/MPRS/1966, serta dipertahankannya prinsip anggaran berimbang yang luwes dan dinamis, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 disusun berdasarkan asumsi-asumsi umum sebagai berikut :

a. Harus dipertahankan kestabilan moneter yang telah tercapai dalam tahun anggaran 1969/1970 serta terselenggaranya perkembangan harga ke arah yang lebih mantap lagi.

b. Dapat ditingkatkannya penerimaan negara meskipun akan diberikan fasilitas-fasilitas dan perangsang-perangsang fiskal kepada industri-industri baik industri yang telah ada maupun industri baru dalam rangka penanaman modal.

c. Target penerimaan negara yang ditetapkan dari sektor perdagangan Internasional dapat dipertahankan, meskipun adanya penyesuaian dalam kebijaksanaan ekonomi, antara lain penyesuaian pola impor yang mendorong kegiatan pembangunan.

d. Tidak terjadi perubahan yang menyolok dalam situasi internasional yang dapat membawa pengaruh negatif dalam hubungan ekonomi internasional Republik Indonesia.

117

Page 119: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

118

Adapun sistimatika daripada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1970/1971 adalah sama dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 1969/1970, sedangkan prinsip, bahwa Anggaran Rutin disusun sedemikian rupa agar mempunyai efek bagi peningkatan kemampuan pelaksanaan pembangunan, tetap dipegang teguh. Sejalan dengan prinsip balanced budget tersebut di atas dan dengan tidak meninggalkan dasar pertanggungan jawab menurut ketentuan perbendaharaan yang ada dan berlaku, maka pergeseran antara mata anggaran, pasal dan pos dari sesuatu bagain anggaran, jika perlu dapat dilakukan. Adapun jika terdapat kelebihan dalam target tabungan Pemerintah, maka kelebihan itu hendaknya dipergunakan bagi keperluan anggaran rutin. Disamping itu juga dibuka kemungkinan adanya penambahan pembiayaan bagi pos-pos tertentu, jika terdapat surplus dalam penerimaan. Kemungkinan untuk mengadakan pergeseran dan atau penambahan pembiayaan adalah bertujuan untuk mempertahankan kemantapan ekonomi serta usaha-usaha penyempurnaannya.

PASAL DEMI PASAL : Pasal 1.

Cukup Jelas Pasal 2.

Cukup Jelas Pasal 3.

Ayat (1). Cukup Jelas Ayat (2). Cukup Jelas Ayat (3). Cukup Jelas

Ayat (4). Maksud daripada adanya ketentuan, bahwa Badan Pemeriksa Keuangan mengadakan pemeriksaan atas tiap Laporan Triwulan ini; yang hasil pemeriksaannya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, ialah bahan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, khususnya panitia Anggaran, bila diadakan pembahasan sesuatu laporan Triwulan oleh panitia Anggaran.

Ayat (5). Pembahasan dimaksudkan untuk menemukan prinsip-prinsip dalam menentukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berikutnya sesuai dengan pasal 5 ayat (1) jo Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945.

Ayat (6). Cukup Jelas Pasal 4.

Cukup Jelas

Page 120: NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN … · sebagai landasan pembangunan dan (b) ... Tetapi anggaran berimbang ini sifatnya tidak statis. ... langkah kearah pengamanan penerimaan

119

Pasal 5. Prosedure pembahasan perhitungan anggaran menurut pasal 5 ayat (1) Undang-undang ini dilakukan menurut ketentuan dalam Indische Comptabiliteitswet sebelum ada Undang-undang perbendaharaan yang baru.

Pasal 6. Cukup Jelas

Pasal 7. Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ………….