noorasani manda m
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAP TERAPI
DI PUSKESMAS TUREN KABUPATEN MALANG
Nanik Setijowati*, Kumboyono**, Noorasani Manda Mufarika ***
Abstrak
Hipertensi saat ini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang kronis. Sehingga, penyakit hipertensi membutuhkan perawatan yang lama dan terus menerus. Agar penderita dapat patuh menjalani terapi yang terus menerus tersebut dibutuhkan peran serta keluarga untuk membantu penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi di Puskesmas Turen Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan sampel sejumlah 73 orang. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi (p=0,000), dengan kekuatan korelasi sebesar 0,494. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien hipertensi yang berpenyakit kronis sangat membutuhkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan semangat dan motivasi pasien hipertensi dalam menjalani terapi.
Kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan pasien hipertensi, terapi
Abstract
Hypertension currently is a global problem because of the prevalence continues to increase. The disease is not curable, but can be controlled considering the hypertension is a chronic disease. Thus, treatment of hypertension requires a long time and continuous. That patients can adherence to continuous therapy is required role of the family to help patients. This study aims to determine the relationship between family support with the level of adherence to therapy in hypertensive patients in Puskesmas Turen Kabupaten Malang. This study is observational study with cross sectional approach. Samples were selected using purposive sampling with inclusion and exclusion criteria and obtained samples 73 people. Variables that measuredin this study were family supportand level of patient adherence to therapy of hypertension. Statistical tests that used were Spearman correlations with 95% confidence level. The results of the bivariate analysis showed a significant association between family support and level of adherence to treatment of hypertensive patients (p=0,000), with the strength of correlation is 0,494. From the research we can conclude that hypertensive patients with chronic diseases need the support of families to improve spirit and motivation in hypertensive patients who undergoing therapy.
Keywords: family support, adherence of hypertensive patients, therapy * Department of Public Health FKUB ** Department of Community Health Nursing FKUB *** Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB
2
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering terjadi
hampir diseluruh dunia. Menurut data dari
World Health Organization (WHO) tahun
2000 sekitar 26,4% penduduk dunia
menderita hipertensi dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.
Selain itu, hipertensi juga merupakan
penyakit penyebab kematian peringkat
keempat belas dengan prosentase 1,7%
dan diprediksi akan meningkat menjadi 2,1%
atau peringkat delapan pada tahun 2030.1
Angka kejadian atau prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 prevalensi
hipertensi mancapai 21% dari jumlah
penduduk Indonesia. Angka tersebut
meningkat dibandingkan hasil SKRT pada
tahun 1995 yang hanya mencapai 8,3%
atau sekitar 83 per 1000 anggota rumah
tangga.2 Selain itu, berdasarkan studi
Monitoring Trends and Determinants of
Cardiovascular Disease (MONICA) Jakarta
melaporkan adanya peningkatan prevalensi
hipertensi pada populasi Indonesia dari
16,9%pada tahun 1993 menjadi 17,9% pada
tahun 2000.3
Berdasarkan studi pendahuluan di
Puskesmas Turen, hipertensi merupakan
salah satu dari lima keluhan terbanyak yang
membawa pasien datang ke Puskesmas.
Selain itu, dari jumlah pasien baru maupun
lama yang datang ke Puskesmas dan
dinyatakan hipertensi pada triwulan pertama
pada tahun 2011 mengalami peningkatan
setiap bulan. Rata-rata jumlah pasien
hipertensi yang datang baik untuk kontrol
maupun berobat adalah antara 70 hingga
140 orang perbulan dengan rentang usia 30
sampai 70 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Turen cukup tinggi.
Hipertensi harus diterapi dan
dikontrol dengan baik untuk menghindari
komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat
muncul meliputi stroke, penyakit gagal
jantung maupun penyakit kardiovaskuler
lainnya, dan juga penyakit gagal ginjal.4
Seperti halnya menurut data WHO tahun
2002, hipertensi menyebabkan 62%
kejadian stroke, dan 49% serangan jantung
di dunia.5
Hipertensi dapat dikendalikan dengan
cara modifikasi gaya hidup dan pengobatan.
Modifikasi gaya hidup pada pasien
hipertensi meliputi pembatasan asupan
garam, diet kolesterol dan lemak jenuh,
olahraga, pembatasan konsumsi alkohol
dan kopi serta tembakau, relaksasi untuk
meredakan stress.4 Hipertensi merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan terapi
terus menerus dan seumur hidup. Terapi
pada pasien hipertensi ini sangat penting
untuk mengontrol tekanan darah, mencegah
komplikasi, menurunkan morbiditas dan
mortalitas.6
Kepatuhan terapi pada pasien
hipertensi merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan mengingat hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan.
Apabila tekanan darah pada pasien
3
hipertensi tidak dapat dikontrol dengan baik
maka akan menyebabkan komplikasi yang
akhirnya akan menyebabkan
kematian.4Menurut hasil RISKESDAS tahun
2007, proporsi kematian akibat hipertensi
adalah sebesar 6,8% dan menduduki
peringkat ketiga penyebab kematian utama
untuk semua umur setelah stroke dan TB.7
Kepatuhan terapi pasien hipertensi
saat ini masih rendah.Sebagian besar
penderita hipertensi cenderung
mengabaikan program terapi selama belum
ada efek negatif atau komplikasi dari
penyakit yang dialaminya. Menurut data
WHO tahun 2003, pada negara berkembang
tingkat kepatuhan terapi hanya 50% dan
pada negara maju lebih rendah
dibandingkan dengan negara berkembang.8
Kepatuhan seorang individu dapat
dipengaruhi salah satunya dengan adanya
dukungan keluarga.Seperti dikatakan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Tahan P.
Hutapea tentang pengaruh dukungan
keluarga terhadap pasien tuberkulosis.Hasil
penelitian tersebut menyatakan sebagian
besar pasien menerima dukungan dari
keluarga dalam bentuk dorongan berobat,
perhatian terhadap kemajuan pengobatan
pasien, dan bantuan transportasi. Dari
dukungan yang diberikan keluarga tersebut
menunjukkan 69,4% dari 134 pasien teratur
minum obat.9 Selain itu, penelitian Sundari
tentang hubungan dukungan sosial keluarga
dengan kepatuhan klien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa
menyebutkan sebanyak 85% dari seluruh
responden menyatakan mendapat
dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan
menjalani terapi hemodialisa sebanyak
85%.10
Berdasarkan paparan di atas, dapat
dilihat masih kurangnya kepatuhan pasien
hipertensi terhadap program terapi. Padahal
kepatuhan ini sangat penting mengingat
hipertensi merupakan penyakit kronis yang
pengobatannya harus terus menerus.Selain
itu, kepatuhan ini sangat penting untuk
menghindari komplikasi yang mungkin
terjadi.Sehingga untuk mendorong supaya
pasien hipertensi patuh dalam program
terapi diperlukan adanya dukungan salah
satunya dari dukungan keluarga.Perlu
adanya penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kepatuhan program terapi pasien
hipertensi dalam mengontrol tekanan darah.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah desain studi
korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
hipertensi yang dating ke Puskesmas
Turen.Sedangkan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 73 orang.
Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
instrumen berupa kuisioner dukungan
keluarga dan kepatuhan terapi.
4
69.9%
30.1%
Perempuan
Laki-laki
12.3%
39.7%41.1%
6.8%< 45 th
45-59 th
60-74 th
> 75 th
15.1%
38.4%
46.6% Pre HT
HT stage 1
HT stage 2
13.7%
47.9%20.5%
17.8%< 1 th
1-5 th
6-10 th
> 10 th
58.9%41.1%
Tdk Bekerja
Bekerja
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Gambar 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar 1.1 dapat diketahui
bahwa frekuensi tertinggi adalah berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 69,9%
atau 51 orang.
Gambar 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Dari gambar 1.2 dapat diketahui
frekuensi tertinggi adalah umur 60-74 tahun
yaitu sebanyak 41,1% (30 orang).
Gambar 1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Dari gambar 1.3 dapat diketahui
bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
responden adalah SMP yaitu sebesar 35,6%
atau sebanyak 26 orang.
Gambar 1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Berdasarkan gambar 1.4 dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja (pensiunan dan ibu rumah
tangga) yaitu sebanyak 58,9% atau 43
orang.
Gambar 1.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah
Berdasarkan gambar 1.5 dapat
diketahui bahwa tekanan darah yang paling
banyak adalah dalam kategori hipertensi
stage 2 sebanyak 46,6% (34 orang).
Gambar 1.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi
Berdasarkan gambar 1.6 dapat
diketahui bahwa dari 76 responden paling
banyak menderita hipertensi selama 1-5
tahun yaitu sebanyak 47,9% (35 orang).
8.2%
34.2%
35.6%
19.2%2.7% Tdk
SekolahSD
SMP
SMA
PT
45.2%
31.5%
16.4%6.8%Suami
Istri
Anak
Cucu
5
46.6%42.5%
11.0% Baik
Cukup
Kurang
Gambar 1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga yang Merawat
Berdasarkan gambar 1.7 dapat
diketahui bahwa anggota keluarga yang
paling bertanggungjawab merawat
responden adalah pasangan hidup mereka
yakni suami sebesar 45,2% (33 orang) dan
istri sebesar 31,5% (23 orang).
2. Gambaran Dukungan Keluarga
Gambar 2.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Berdasarkan gambar 2.1 didapatkan
bahwa sebagian besar dukungan keluarga
adalah baik yaitu sebesar 46,6% (34 orang).
.
Gambar 2.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional
Berdasarkan gambar 2.2 didapatkan
bahwa sebagian besar dukungan emosional
yang diberikan oleh keluarga termasuk
dalam kategori baik dan cukup yang masing-
masing sebesar 38,4% (28 orang).
Gambar 2.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan
Berdasarkan gambar 2.3 didapatkan
bahwa sebagian besar keluarga yaitu
sebanyak 53,4% (39 orang) termasuk dalam
kategori cukup dalam memberikan
dukungan penghargaan kepada pasien.
Gambar 2.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional
Berdasarkan gambar 2.4 dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapatkan dukungan informasional
dalam kategori baik yaitu sebanyak 49.3%
(36 orang).
Gambar 2.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental
Berdasarkan gambar 2.5 didapatkan
bahwa sebagian besar dukungan
instrumental yang diberikan oleh keluarga
termasuk dalam kategori cukup sebesar
49,3% (36 orang).
38.4%
38.4%
23.3% Baik
Cukup
Kurang
32.9%
53.4%
13.7% Baik
Cukup
Kurang
49.3%39.7%
11.0% Baik
Cukup
Kurang
35.6%
49.3%
15.1% Baik
Cukup
Kurang
6
52.1%34.2%
13.7% Baik
Cukup
Kurang
3. Ga
mbaran Kepatuhan Terapi Gambar 3.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan
Terapi
Berdasarkan gambar 3.1 didapatkan
bahwa sebagian besar kepatuhan terapi
termasuk dalam kategori kepatuhan baik
yaitu sebesar 52,1% (38 orang).
Gambar 3.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet
Berdasarkan gambar 3.2 didapatkan
bahwa dari 76 responden, paling banyak
termasuk dalam kategori kepatuhan baik
sebesar 45,2% (33 orang).
Gambar 3.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat
Berdasarkan gambar 3.3 didapatkan
bahwa sebagian besar responden termasuk
dalam kategori kepatuhan minum obat baik
yaitu sebesar 47,9% (35 orang).
Gambar 3.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Olahraga
Berdasarkan gambar 3.4 dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
termasuk dalam kategori tingkat kepatuhan
olahraga baik yaitu sebesar 39,7% (29
orang).
4. Hu
bungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi
terhadap Terapi
Gambar 4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi terhadap Terapi
Dari data di atas kemudian dicari
hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kepatuhan terapi
menggunakan uji korelasi Spearman dan
didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar
(+)0,494, yang artinya bahwa korelasi
berkekuatan sedang dan bersifat
positif.Bersifat positif berarti semakin tinggi
dukungan keluarga yang diberikan maka
45.2%35.6%
19.2% Baik
Cukup
Kurang
47.9%27.4%
24.7% Baik
Cukup
Kurang
39.7%
34.2%
26.0% Baik
Cukup
Kurang
0
10
20
30
Baik Cukup Kurang
Tin
gk
at
Ke
pa
tuh
an
Dukungan Keluarga
Baik
Cukup
Kurang
7
semakin tinggi pula tingkat kepatuhan
pasien hipertensi terhadap terapi begitu pula
sebaliknya.Selain itu, uji korelasi ini memiliki
nilai Sig 2 tailed 0,000 (p<0,05) sehingga Ho
ditolak yang artinya terdapat hubungan
antara dukungan keluarga dan tingkat
kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi
di Puskesmas Turen Kabupaten Malang.
Kepatuhan pasien hipertensi
terhadap terapi ini terdiri dari tiga komponen
yaitu kepatuhan diet, kepatuhan minum
obat, dan kepatuhan olahraga. Berdasarkan
hasil uji korelasi Spearman didapatkan nilai
Sig 2 tailed untuk kepatuhan diet adalah
0,000; untuk kepatuhan minum obat adalah
0,000; dan untuk kepatuhan olahraga
adalah 0,001 yang artinya dukungan
keluarga memiliki hubungan yang signifikan
dengan tiap-tiap komponen kepatuhan
terapi. Dari uji korelasi Sperman juga
diperoleh nilai korelasi Spearman (r) untuk
kepatuhan diet 0,494, untuk kepatuhan
minum obat 0,465, dan untuk kepatuhan
berolahraga adalah 0,390. Sehingga,
kekuatan korelasi antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet dan minum obat
adalah sedang, sedangkan kekuatan
korelasi antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan olahraga adalah rendah.
PEMBAHASAN
1.Dukungan Keluarga
Berdasarkan dari hasil penelitian,
sebanyak 34 responden (46,6%) termasuk
dalam dukungan keluarga kategori baik.
Sisanya yaitu sebanyak 31 responden
(42,5%) termasuk dalam dukungan keluarga
kategori cukup dan 8 responden (11%)
termasuk dalam dukungan keluarga kategori
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden telah mendapat
dukungan yang baik dari keluarga. Data
tersebut menunjukkan bahwa dukungan
keluarga terhadap satu orang dengan orang
yang lain berbeda, sesuai dengan teori
Friedman (1998) yang menyatakan bahwa
dukungan keluarga yang diberikan kepada
pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah ukuran keluarga, usia,
dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan,
pekerjaan, dan pendidikan).11Berdasarkan
hasil penelitian, dukungan keluarga kategori
baik lebih banyak diberikan pada responden
yang tidak bekerja yaitu sebanyak 27,9%
(20 responden) dibandingkan dengan
kelompok yang bekerja. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Ardahan, et al
(2010) di Turki tentang dukungan keluarga
yang diberikan pada wanita yang menderita
kanker payudara menyebutkan bahwa
wanita yang hanya sebagai ibu rumah
tangga mendapatkan dukungan keluarga
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang bekerja atau memiliki
kesibukan.12 Selain itu, hasil penelitian
Anggina, et al (2010) menyatakan bahwa
pada pasien yang tidak bekerja baik hanya
sebagai ibu rumah tangga atau pensiunan
intensitas pertemuan antara pasien dan
kelaurga itu sering. Sehingga,
memungkinkan keluarga dapat memberikan
dukungan yang positif dan maksimal kepada
pasien.13
8
Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian didapatkan sebanyak 38,4% (28
responden) yang mendapat dukungan
keluarga baik berasal dari golongan yang
masih berstatus menikah atau memiliki
pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Ardahan, et al (2010) yang
menyebutkan bahwa wanita penderita
kanker payudara yang telah menikah
menerima dukungan keluarga yang lebih
baik. Selain itu, pernikahan akan
memberikan keuntungan bagi kesehatan
seseorang karena akan mendapatkan
perhatian dari pasangannya dibandingkan
dengan seseorang yang telah janda karena
pasangannya telah meninggal.12
Dalam dukungan keluarga terdapat
empat jenis dukungan yaitu dukungan
emosional, penghargaan, informasional, dan
instrumental. Dari keempat jenis dukungan
tersebut, dua diantaranya yaitu dukungan
emosional dan informasional termasuk
dalam kategori baik dalam memberikan
dukungan kepada responden. Sedangkan
dua lainnya yaitu dukungan penghargaan
dan instru,mental termasuk dalam kategori
cukup.
2. Kepatuhan Pasien Hipertensi
Terhadap Terapi
Berdasarkan dari hasil penelitian,
didapatkan sebanyak 52,1% (38 orang)
tergolong memiliki kepatuhan yang baik
terhadap terapi, kategori kepatuhan cukup
sebanyak 34,2% (25 orang), dan kategori
kepatuhan kurang sebanyak 13,7% (10
orang). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden telah memiliki
kepatuhan dalam kategori baik.
Kepatuhan ini meliputi kepatuhan
pasien hipertensi terhadap diet hipertensi,
jadwal obat secara teratur, dan kebiasaan
berolahraga. Menurut Notoatmodjo (2005)
perilaku adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
subyek tersebut. Kepatuhan tersebut
didukung baik oleh faktor dari dalam
maupun dari luar. Faktor dari dalam meliputi
pengetahuan, persepsi, dan motivasi.
Sedangkan faktor dari luar meliputi
lingkungan sekitar baik fisik maupun
nonfisik.14
Berdasarkan hasil penelitian,
kepatuhan terapi kategori baik paling
banyak dimiliki oleh responden yang
berpendidikan terakhir hanya sampai SD
yaitu sebanyak 16 orang dibandingkan
dengan yang berpendidikan SMA hanya 10
orang yang memiliki kepatuhan kategori
baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Widagdo (2002) di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
yang menyatakan tidak ada hubungan
pendidikan dengan kepatuhan penderita
dalam pengobatan TB Paru. Hal ini bisa
disebabkan karena tidak selamanya
penderita yang berpendidikan dasar tingkat
pengetahuan mengenai penyakitnya rendah
dan juga tidak semua yang berpendidikan
menengah keatas pengetahuan mengenai
penyakit juga tinggi. Selain itu, tingkat
kepatuhan juga dipengaruhi oleh faktor
informasi yang diterima oleh responden.15
9
Selain pengetahuan ada faktor lain
yang mempengaruhi kepatuhan yaitu
lamanya seseorang menderita sakit.
Berdasarkan hasil penelitian, responden
yang menderita hipertensi selama lebih dari
10 tahun hanya 9 orang saja yang memiliki
kepatuhan baik terhadap terapi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sackett dan
Snow (1979) dalam Smet (1994) yang
menyatakan bahwa derajat ketidakpatuhan
rata-rata 50% dan derajat kepatuhan
tersebut bertambah buruk sesuai waktu. Hal
ini disebabkan karena semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk memenuhi nasihat
atau anjuran terapi maka pasien akan
semakin merasa bosan dan kurang
mengikuti program terapi yang harus
dijalankannya.16
Dalam penelitian ini, terdapat tiga
jenis kepatuhan pasien hipertensi terhadap
terapi yang dibahas yaitu kepatuhan diet,
minum obat dan olahraga. Dari ketiga jenis
kepatuhan tersebut, sebagian besar
responden memiliki tringkat kepatuhna
ketegori baik. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian responden mengatakan telah
menghindari garam dan makanan
bersantan, selalu minum obat secara rutin,
dan selalu meluangkan waktu untuk berjalan
kaki setiap hari.
3. Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien
Hipertensi Terhadap Terapi
Berdasarkan hasil analisa data
menggunakan uji korelasi Spearman
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000
(p<0,05), yang berarti terdapat hubungan
antara dukungan keluarga dan tingkat
kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi.
Nilai korelasi Spearman (r) sebesar (+)0,494
yang menunjukkan bahwa korelasi (r)
bersifat positif dan berkekuatan sedang.
Kepatuhan pasien hipertensi
terhadap terapi ini terdiri dari tiga komponen
yaitu kepatuhan terhadap diet, kepatuhan
minum obat, dan kepatuhan olahraga.
Masing-masing kepatuhan memiliki
hubungan yang signifikan dengan dukungan
keluarga. Hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan diet memiliki hubungan
yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Anggina, et al (2010)
yang menyebutkan bahwa ada hubungan
positif dan bermakna antara dukungan
sosial keluarga dengan kepatuhan pasien
DM dalam melaksanakan program diet. Hal
ini disebabkan karenakeluarga mempunyai
pengaruh yang positif kepada sikap pasien
untuk menerima edukasi tentang
pengaturan pola makan yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan. Sehingga,
keberhasilan pengobatan hipertensi
bergantung pada kerja sama petugas
kesehatan, pasien, dan keluarga.13
Hubungan dukungan keluarga dan
kepatuhan minum obat juga memiliki
hubungan yang signifikan. Hasil penellitian
ini sesuai dengan hasil penelitian Hutapea
(2008), yang menyatakan semakin tinggi
dukungan keluarga maka akan semakin
tinggi pula kepatuhan penderita dalam
meminum obat. Dalam penelitian tersebut
juga disebutkan bahwa perhatian dari
10
keluarga atas kemajuan pengobatan
memiliki pengaruh yang lebih besar
terhadap kepatuhan dibandingkan dengan
bantuan transportasi dan dorongan berobat
untuk kontrol. Hal ini disebabkan karena
perhatian atas kemajuan pengobatan
berpengaruh terhadap motivasi pasien
dalam menjalani pengobatan.9
Selain itu, dukungan keluarga
dengan kepatuhan olahraga juga memiliki
hubungan yang signifikan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian Young
(2005) yang menyebutkan bahwa dukungan
keluarga merupakan tipe penguat sosial
yang paling penting dibandingkan dengan
dukungan dari yang lainnya. Dalam
penelitian ini juga disebutkan bahwa
pasangan yang menikah dan memiliki
kebiasaan olahraga bersama-sama lebih
patuh terhadap program olahraga yang telah
dianjurkan oleh tenaga kesehatan.17
Dukungan keluarga dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental
seseorang, melalui pengaruhnya terhadap
pembentukan emosional, peningkatan
kognitif dan pembentukaan perilaku
khususnya pada pasien hipertensi dengan
penyakit kronis. Hasil penelitian
menunjukkan diantara keempat dukungan
keluarga, didapatkan dua diantaranya yakni
dukungan emosional dan dukungan
infomasional memberikan kontribusi yang
baik terhadap pasien hipertensi dalam
menjalani terapinya. Sedangkan, dua
sisanya yaitu dukungan penghargaan dan
dukungan instrumental memberikan
kontribusi yang cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa dukungan keluarga yang diterima
oleh pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Turen sebagian besar sudah
cukup baik.
Menurut Zaitun (2007) dalam Afriani
(2009) seseorang yang sedang dalam
menjalani suatu program terapi sangat
membutuhkan perhatian dari seluruh
anggota keluarga. Hal tersebut dapat
memberikan motivasi dan kepercayaan diri
individu agar tidak merasa dikucilkan oleh
keluarga karena menderita suatu penyakit.18
Seperti halnya diungkapkan oleh Pujiyanto
(2008) dalam penelitiannya, bahwa anggota
keluarga yang menunjukkan sikap caring
kepada anggota keluarga yang menderita
hipertensi berperan penting dalam
kepatuhan minum obat antihipertensi.
Keluarga dapat berperan sebagai motivator
yang dapat mendorong pasien hipertensi
untuk berperilaku positif dengan patuh
terhadap anjuran dan terapi yang telah
ditentukan oleh tenaga kesehatan.19
Kepatuhan terhadap terapi sangat
dipengaruhi oleh perilaku seseorang.Agar
perilaku seseorang khususnya pasien
hipertensi lebih patuh dibutuhkan faktor
pendukung dan penguat dimana salah
satunya adalah dukungan keluarga.
Semakin baik dukungan keluarga yang
diberikan maka perilaku pasien hipertensi
dalam mengontrol kesehatannya akan
semakin baik sehingga kepatuhan pasien
hipertensi terhadap terapi akan baik pula.
4. Keterbatasan Penelitian
11
Dalam penelitian ini, keterbatasan
yang dihadapi oleh peneliti, diantaranya
adalah:
1. Rancangan penelitian ini menggunakan
desain penelitian cross sectional dimana
kedua variabel diukur dalam satu waktu.
Sehingga penelitian ini tidak dapat
menjelaskan dinamika kedua variabel
dalam waktu yang berbeda. Hal ini
menyebabkan penelitian ini berlaku pada
saat dilakukan penelitian saja.
2. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dukungan keluarga
dan kepatuhan terapi hanya
menggunakan kuisioner tertutup dimana
hal ini memungkinkan responden
menjawab sesuai yang ditanyakan
sedangkan untuk mengukur dukungan
keluarga dan kepatuhan terapi tidak
cukup dengan kuesioner saja tetapi
dengan observasi agar hasilnya lebih
akurat.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dukungan keluarga yang diterima oleh
pasien hipertensi sebesar 46,6% telah
memberikan dukungan keluarga dalam
kategori baik.
a. Dukungan emosional sebesar 38,4%
termasuk dalam dukungan emosional
dalam kategori baik dan cukup.
b. Dukungan penghargaan yang
diperoleh oleh pasien hipertensi
sebesar 53,4% termasuk dalam
kategori cukup.
c. Dukungan informasional yang
diperoleh oleh pasien hipertensi
sebesar 49,3% termasuk dalam
dukungan informasional dalam
kategori baik.
d. Dukungan instrumental sebesar 39,7%
termasuk dalam dukungan
instrumental dalam kategori baik.
2. Kepatuhan pasien hipertensi terhadap
terapi sebesar 52,1% termasuk dalam
kepatuhan dalam kategori baik.
a. Hasil pengukuran tingkat kepatuhan
pasien hipertensi terhadap diet
didapatkan 45,2% memiliki tingkat
kepatuhan yang baik.
b. Tingkat kepatuhan minum obat pasien
hipertensi didapatkan 47,9% memiliki
tingkat kepatuhan yang baik.
c. Hasil pengukuran tingkat kepatuhan
olahraga didapatkan sebagian besar
39,7% memiliki tingkat kepatuhan
yang baik.
3. Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan tingkat
kepatuhan pasien hipertensi terhadap
terapi. Kepatuhan pasien hipertensi
terhadap terapi terdapat tiga komponen
yaitu kepatuhan diet, kepatuhan minum
obat, dan kepatuhan olahraga dimana
masing-masing komponen memiliki
hubungan yang bermakna dengan
dukungan keluarga.
Saran
12
1. Bagi keluarga diharapkan dapat
menjalankan perannya sebagai sumber
pendukung bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit, dengan cara
meningkatkan dukungan yang diberikan
kepada penderita yang meliputi
dukungan emosional dengan cara
menemani dan mengingatkan saat
minum obat dan berolahraga; dukungan
penghargaan dengan cara tidak
membatasi aktivitas pasien dan
mendorong untuk tetap aktif dalam
kegiatan; dukungan informasional
dengan cara menjelaskan tentang
penyakit, manajemen pengobatan, dan
pentingnya mematuhi terapi yang telah
dianjurkan; dan dukungan instrumental
dengan cara membiayai perawatan
pasien, menyediakan makanan untuk
dietnya, menyediakan obat, dan
transportasi ke pelayanan kesehatan.
2. Bagi penderita hipertensi agar dapat
meningkatkan kepatuhan terapi yang
meliputi olehrga, diet, dan minum obat
secara teratur.
3. Bagi petugas kesehatan selain
memberikan pengarahan dan informasi
kepada penderita hipertensi, diharapkan
juga memberikan pengarahan dan
informasi mengenai penyakit hipertensi
dan perawatannya kepada keluarga.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengadakan penelitian lanjutan
mengenai pengaruh dukungan keluarga
terhadap kepatuhan manajemen terapi
pasien hipertensi dimana peneliti
memberikan intervensi kepada keluarga
untuk meningkatkan pemahaman
mengenai perawatan pasien hipertensi.
Dimana tingkat kepatuhan pasien
hipertensi terhadap terapi diukur dua kali
yaitu sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.Selain itu, pengukuran
dilakukan dengan metode wawancara
dan observasi langsung.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 2008. World Health Statistics 2008. Dapat diakses di http://www.who.int/whosis/whostat/EN_WHS08_Full.pdf
2. Indrawati L, dkk. 2009. Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, 2009, 19 (4): 174-184.
3. Lilyasari, Oktavia. 2007. Hipertensi dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1?. Jurnal Kardiologi Indonesia, 2007, 28 (6): 460-475.
4. Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
5. Kurnia, R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatra Barat.Skripsi FKM USU. Dapat diakses di http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/14618/1/08E01513.pdf
6. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 Report. JAMA.2003;289: 2560–2572.
7. Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indoneia 2008. Jakarta: Depkes RI. Dapat diakses di http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/
13
Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf
8. Badan POM RI. 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Info POM Badan POM RI, 2006; Vol. 5 No. 7: 1-11. Dapat diakses di http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0506.pdf
9. Hutapea, Tahan P. 2008. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis.RSUD Dr. Syaiful Anwar. Dapat diakses di http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan%20Keluarga.pdf
10. Sundari.2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Klien Gagal Ginjal Kronik Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang Hemodialisa Siloam Hospitals Surabaya. Dapat diakses di http://www.stikesyarsis.ac.id/ HUBUNGAN-DUKUNGAN-KELUARGA-DENGAN-KEPATUHAN-KLIEN-GAGAL-GINJAL-KRONIK-MENJALANI-TERAPI-HEMODIALISIS-DI-RUANG-HEMODIALISA-SILOAM-HOSPITALS-SURABAYA.pdf
11. Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
12. Ardahan, M. and Yesilbalkan O.U. 2010.Perceived Family Support of Women with Breast Cancer and Affecting Factors in Turkey. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 2010; 11: 1425-1429
13. Anggina, Linggar Lestari, Ali Hamzah, dan Pandhit. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksanakan Program Diet di
Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 2010,
14. Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
15. Widagdo, Wahyu. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita Mengenai Pengobatan Tuberkulosis dalam Konteks Keperawatan Komunitas di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Dapat diakses di http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-72984.pdf
16. Smet, Bar. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
17. Young, Theresa Dwyre. 2005. Factors Determining Exercise Adherence. Dapat diakses di http://findarticles.com/p/articles/mi_m0675/is_1_23/ ai_n9485471/?tag=content;col1
18. Afriani, Fitria. 2009. Hubungan Bentuk Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Perawatan Pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Jantung RS Dr. M. Djamil Padang.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang
19. Pujiyanto.2008. Faktor Sosio Ekonomi yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2008, 3 (3): 139-144.
Mengetahui, Dosen Pembimbing I
dr. Nanik Setijowati, M. Kes
NIP. 19650412 199601 2 001