noodle cabang semarangrepository.unika.ac.id/18487/1/kp 15.i1.0182 mahardini...bapak subekti, bapak...

41
1 PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE CABANG SEMARANG KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : Mahardini Putri Kusdianingsih NIM : 15.I1.0182 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PT

INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI

NOODLE CABANG SEMARANG

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

Mahardini Putri Kusdianingsih

NIM : 15.I1.0182

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2018

i

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena restu dan

berkat-Nya serta bimbingan dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Kerja Praktek dengan judul “Proses Pengolahan Limbah Cair Di PT Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang”. Laporan ini disusun berdasarkan

apa yang telah kami lakukan pada saat di lapangan dan ditulis dengan tujuan untuk

melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Fakultas

Teknologi Pertanian di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Sepanjang penulis mengikuti Kerja Praktek dan menulis laporan Kerja Praktek ini,

penulis mendapatkan pengetahuan dan ilmu, pengalaman dan semangat, serta

kemampuan dan keterampilan terkait dengan pengawasan mutu di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang mulai dari bahan baku hingga

produk akhir. Selesainya laporan ini juga tidak lepas dari peran pihak-pihak yang dengan

sabar membimbing, mengarahkan dan memberi dukungan selama penulis melakukan

kerja praktek. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, MSc selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Meiliana S.Gz, M.S. selaku Koordinator Kerja Praktek.

3. Ibu Novita Ika Putri, STP, MSc. Selaku Pembimbing Kerja Praktek yang telah

meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun

laporan.

4. Bapak Adi Wiratno selaku HR PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang yang telah membantu dan memberikan pengarahan bagi

penulis sebelum penulis melakukan kerja praktek.

5. Bapak Rusli selaku Factory Manager yang telah membantu dan memberikan arahan

bagi penulis dalam menyusun laporan.

6. Bapak Retnadi Budi Jatmiko selaku Production Supervisor yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama penulis melakukan kegiatan Kerja Praktek.

ii

7. Bapak Imam Nurhadji selaku Sect. Supervisor Ingredient PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang telah membimbing dan

memberikan pengetahuan kepada penulis tentang proses produksi hingga

penyimpanan produk yang telah jadi.

8. Bapak Subekti, Bapak Basuki, Bapak Nur Hasyim selaku Shift Supervisor yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan pengetahuannya kepada penulis

selama mengikuti kerja praktek.

9. Bapak Nanang, Bapak Slamet Sutowo, Bapak Jamiul, Bapak Herwanto, Bapak

Supriyo, Bapak M. Qushoyyi, Bapak Muthohar, Bapak Muchroji, dan Bapak

Anopono selaku Section Production Supervisor yang mau berbagi pengetahuan dan

pengalaman kepada penulis selama mengikuti kerja praktek.

10. Bapak Saptono selaku Section EPS PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang telah memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai

pembuatan EPS.

11. Mbak Khoirulina A.S. selaku admin production yang telah membantu dan

memberikan pengetahuan selama kerja praktek.

12. Bapak Harisun, Bapak Tri, dan Bapak Yudi selaku admin shift production yang telah

memberikan pengetahuan selama kegiatan kerja praktek.

13. Bapak Akhmad Irdiana selaku Quality Control Raw Material Supervisor PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle, Bapak Priyanto selaku Quality

Control Raw Material yang telah memberikan pengetahuan tentang bahan baku,

Bapak Widi selaku Incoming Quality Control Pengemasan yang telah memberikan

pengetahuan tentang uji kualitas dari bahan pengemas yang datang, Bapak Amal

selaku Quality Control Shelf Life yang telah memberikan pengetahuan tentang umur

simpan produk mi instan.

14. Mas Cahyo selaku Quality Control PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle yang berkeinginan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang

cleaning pada mesin dan ruangan produksi kepada penulis selama melakukan kerja

praktek.

15. Bapak Rustam selaku GAS SPV PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang dan Bapak Purwanto selaku.. yang bersedia untuk berbagi

iii

pengetahuan dan pengalaman tentang pengolahan limbah cair kepada penulis selama

melakukan kerja praktek.

16. Segenap karyawan dan staf PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

17. Orang tua dan segenap keluarga yang telah mendukung dan memberikan semangat

kepada penulis selama melaksanakan kerja praktek hingga penyusunan laporan kerja

praktek.

Penulis sadar bahwa dalam menyusun laporan masih banyak kekurangan dan

keterbatasan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan, kekurangan,

atau hal – hal yang kurang berkenan bagi para pembaca. Penulis menerima masukan dan

saran serta kritik atas laporan yang telah disusun. Penulis berharap supaya laporan ini

dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan, terkhusus bagi mahasiswa

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Semarang, 25 Juni 2018

Penulis

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG KERJA PRAKTEK .......................................................... 1

1.2. TUJUAN KERJA PRAKTEK ............................................................................... 2

1.3. METODE DAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK .............................................. 2

1.4. WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAAN ........................................................ 2

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN ................................................................................... 3

2.1. SEJARAH PERUSAHAAN .......................................................................... 3

2.2. LOKASI PERUSAHAAN ............................................................................. 4

2.3. VISI DAN MISI PERUSAHAAN ................................................................. 4

2.4. STRUKTUR ORGANISASI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR

TBK. DIVISI NOODLE CABANG SEMARANG ..................................................... 5

2.5. LOGO PERUSAHAAN ................................................................................. 7

BAB III. SPESIFIKASI PRODUK .................................................................................. 8

3.1. JENIS PRODUK ................................................................................................... 8

3.2. KODE PRODUKSI ............................................................................................. 11

BAB IV. PROSES PRODUKSI ..................................................................................... 13

BAB V. PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR .................................................... 20

5.1. TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR .................................. 20

5.2. ANALISA LIMBAH CAIR ............................................................................... 25

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 300

6.1. KESIMPULAN.. ............................................................................................... 300

6.2. SARAN .............................................................................................................. 300

v

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 311

LAMPIRAN ................................................................................................................... 33

1. Hasil Plagscan ....................................................................................................... 33

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle

Semarang .......................................................................................................................... 5

Gambar 2. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur ...................................................... 7

Gambar 3. Produk Supermi .............................................................................................. 8

Gambar 4. Produk Indomie .............................................................................................. 9

Gambar 5. Produk Sarimi ................................................................................................. 9

Gambar 6. Produk Sakura ................................................................................................. 9

Gambar 7. Produk Pop Bihun ......................................................................................... 10

Gambar 8. Produk Pop Mie ............................................................................................ 10

Gambar 9. Produk Mi Telur Cap 3 Ayam ...................................................................... 11

Gambar 10. Kode Produksi pada Kemasan Etiket Supermi Kuah ................................. 11

Gambar 11. Kode Produksi pada Kemasan Karton Pop Mie ......................................... 12

Gambar 12. Proses Produksi Mi Instan .......................................................................... 15

Gambar 13. Tahapan Proses Produksi Mi Instan yang Berpotensi Menghasilkan Limbah

Cair ................................................................................................................................. 20

Gambar 14. Proses Pengolahan Limbah Cair ................................................................. 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG KERJA PRAKTEK

Industri pangan yang Penulis pilih untuk melakukan Kerja Praktek adalah di PT. Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang. Penulis memilih PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang sebagai tempat

Kerja Praktek karena, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang

Semarang telah banyak memproduksi beberapa jenis mi instan seperti Indomie, Sarimi,

Supermi, Pop Mie, dan Mi Telur dengan berbagai varian rasa, serta dipercaya oleh

masyarakat luas sebagai perusahaan yang memiliki pengawasan mutu produk pangan

yang baik. Perusahaan ini juga telah tersertifikasi ISO dan SNI serta telah terjamin mutu

dan kehalalan produknya. Karena PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang merupakan perusahaan besar, tentunya seluruh rangkaian produksinya

selalu diawasi dengan ketat dari mulai bahan baku hingga produk jadinya. Tidak hanya

hal-hal yang berkaitan dengan produk yang dihasilkannya saja, tetapi produk sampingan

dari rangkaian produksi tersebut seperti limbah-limbah yang dihasilkan juga dilaklukan

proses pengolahan dan pengawasan mutu (Quality Control). Pengolahan air limbah dalam

perusahaan besar sangat diperlukan karena berkaitan dengan lingkungan di area

perusahaan. Maka dari itu, proses pengolahan dan pengawasan mutu air limbah sangat

diperlukan untuk memastikan bahwa, air limbah yang akan dibuang ke lingkungan telah

sesuai standar yang ditetapkan pemerintah dan tidak mencemari lingkungan.

Pada kerja praktek ini, Penulis berfokus dalam bidang pengolahan air limbah yang

dihasilkan selama rangakaian proses produksi karena limbah yang dihasilkan oleh

industri makanan termasuk tinggi dan mempunyai potensi untuk mencemari dan merusak

lingkungan apabila tidak ditanggani dengan tepat.

2

1.2. TUJUAN KERJA PRAKTEK

Tujuan dilakukannya kerja praktek ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui secara

langsung proses pengolahan limbah cair, mengetahui proses produksi mi instan, serta

mengetahui proses pengawasan mutu pada limbah cair.

1.3. METODE DAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Selama melaksanakan kerja praktek, metode yang digunakan penulis adalah diskusi dan

pengamatan langsung di lapangan dengan pembimbing lapangan, selain itu juga didukung

dengan studi pustaka dari berbagai sumber. Kegiatan yang dilakukan penulis selama kerja

praktek adalah masa orientasi mengenai pengenalan peraturan perusahaan, kewajiban dan

hak penulis selama mengikuti kerja praktek, mengetahui proses produksi dari awal hingga

akhir yang menghasilkan produk jadi, mengetahui proses pengolahan limbah cair,

mengetahui berbagai analisa yang dilakukan di divisi Quality Control seperti analisa

limbah cair, bumbu, tepung, dan shelf life, serta praktek langsung di divisi yang

memproduksi kemasan untuk produk Pop Mie. Selain itu, juga dilakukan diskusi dengan

pembimbing lapangan terkait dengan laporan yang akan disusun oleh penulis.

1.4. WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAAN

Kerja praktek dilakukan oleh penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang yang berlokasi di Jl. Tambak Aji II Nomor 8, Ngaliyan,

Semarang. Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah 24 hari kerja yang dimulai dari

tanggal 2 Januari 2018 hingga 27 Januari 2018.

3

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1. SEJARAH PERUSAHAAN

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang merupakan salah

satu perusahaan mi instan dan makanan olahan yang menjadi salah satu cabang

perusahaan yang dimiliki oleh Salim group. Awalnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk Divisi Noodle didirikan di Jakarta dengan nama PT Sanmaru Food Manufacturing

Co. Ltd yang berdiri pada tanggal 27 April 1970 yang bergerak di bidang pengolahan

makanan dan minuman. PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd cabang Semarang

didirikan pada tanggal 31 Oktober 1987 yang diresmikan oleh menteri perindustrian yaitu

Ir. Hartanto dan menteri tenaga kerja yaitu Soedomo.

Tanggal 1 Maret 1994, PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dan anak perusahaan

yang berada di lingkup Indofood group bergabung menjadi sebuah perusahaan dengan

nama PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang bergerak di bidang pengolahan mi instan.

Kemudian, tanggal 1 Oktober 2009, PT Indofood Sukses Makmur Tbk berganti nama

menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Divisi Noodle merupakan divisi terbesar di Indofood dan pabriknya tersebar di 17 kota

dan salah satunya berada di Kota Semarang.

Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan mi instan yang siap saji dan dikemas

bersama bumbu dan minyaknya yang didistribusikan ke wilayah DIY dan Jawa Tengah.

Produk yang dihasilkan antara lain mi instan dengan merek Indomie, Supermi, Sarimi,

dan Sakura. Karyawan di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang

Semarang berjumlah sekitar 894 orang dan dapat berubah setiap bulan karena turn over

karyawan. Waktu kerja adalah 6 (enam) hari dalam seminggu dengan 7 (tujuh) jam sehari

dan 40 jam seminggu yang dilakukan dalam dinas normal ataupun bergilir (shift). Bagi

pekerja yang bekerja selama 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, maka tiap harinya

bekerja selama 8 jam.

4

2.2. LOKASI PERUSAHAAN

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang merupakan

perusahaan yang terletak di suatu kawasan industri, di Semarang Bagian Barat berdekatan

dengan jalan utara Semarang – Jakarta, tepatnya di Jl. Tambak Aji II No. 8 Kelurahan

Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Dengan lokasi perusahaan yang strategis

maka sangat mempermudah proses pendistribusian dan pengangkutan bahan baku serta

produk jadi. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang

memiliki luas tanah sebesar 33.015 m2 dan luas bangunan sebesar 19.695 m2. Lokasi PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang tidak berada di

dekat tepi jalan dan jarak menuju perusahaan sekitar 1 km. Jarak tersebut tidak

mempengaruhi proses transportasi dan proses pendistribusian karena lokasi perusahaan

yang sangat terjangkau. Selain itu, lokasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang jauh dari pemukiman warga, karena wilayah tersebut

merupakan area kawasan industri.

2.3. VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Visi dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang

adalah menjadi produsen barang-barang konsumsi yang terkemuka. PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang juga memiliki misi sebagai

berikut:

1. Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan merek

– merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.

2. Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan.

3. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi kami.

4. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara

berkelanjutan.

5. Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan.

5

2.4. STRUKTUR ORGANISASI PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR

TBK. DIVISI NOODLE CABANG SEMARANG

Berikut dapat kita lihat struktur organisasi yang ada di PT. Indofood CBP Sukses Makmur

Divisi Noodle cabang Semarang.

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle

Semarang

Struktur PT. Indofood CBP Sukses Makmur Noodle Division Semarang seperti pada

Gambar 1., dipimpin oleh seorang Branch Manager yang bertugas memimpin dan

mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi

dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan jaminan system

pengendalian mutu produk yang selalu dijaga dan dilaksanakan secara konsisten. Branch

Manager tersebut membawahi enam departemen, yaitu:

1. Branch Human Resources Manager (BHRM)

BHRM memimpin departemen Human Resources yang mempunyai tugas untuk

merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan

terkait sumber daya manusia yang meliputi hubungan industrial, administrasi

kepegawaian dan pengupahan, jaminan sosial dan pelayanan umum untuk

Branch Manager

Branch Human Resource Manager

SHE

Purchasing Officer

Factory Manager

PPIC Spv

Teknik Spv

Production Coordinator

Warehouse Spv

BPDQC Manager

Finance & Accounting

Manager

Area Sales & Promotion Manager

Sekertaris BM

6

mendukung pencapaian sasaran perusahaan. Pada departemen HR ini membawahi

SHE (Safety, Health, and Environment), yang bertugas untuk mengurus keselamatan

kerja, kesehatan karyawan, dan limbah yang ditimbulkan dari perusahaan.

2. Purchasing Officer

Memimpin departemen Purchasing yang mempunyai tugas untuk melakukan

pengadaan barang-barang yang diperlukan oleh masing-masing departemen.

3. Factory Manager (FM)

Memimpin departemen Manufacturing yang mempunyai tugas merencanakan,

mengkoordinir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan manufacturing yang

meliputi :

3.1. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Bertugas merencanakan jadwal produksi berdasarkan Confirmed Weekly Order

(CWO) yang diterima dan mengendalikan tingkat kesediaan raw material dan

finished goods sehingga standar buffer stock tetap terjaga.

3.2. Teknik

Bertugas merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan kegiatan di

bagian teknik baik dalam perawatan maupun perbaikan mesin sehingga dapat

menjamin kelancaran operasional mesin produksi beserta sarana penunjangnya.

3.3. Production

Dipimpin oleh Production Coordinator yang membawahi 3 production shift

supervisor yang bertugas merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan

aktivitas produksi seusai persyaratan standar yang telah ditetapkan serta menjaga

kelancaran proses produksi dengan tetap meminimalkan pemborosan war

material dan utilitas secara efektif dan efisien.

3.4. Warehouse

Dipimin oleh warehouse supervisor yang terdiri dari warehouse raw material

supervisor dan warehouse finished goods supervisor. Bertugas untuk

merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan kegiatan perguadangan

sehingga tercapai keakurasian jumlah, keutuhan, dan keamanan barang.

7

4. Branch Process Development and Quality Control Manager (BPDQC)

BPDQC memimpin departemen PDQC yang mempunyai tugas untuk

mengendalikan mutu (Incoming Quality Control, Process Quality Control, Outgoing

Quality Control) dan Market Audit.

5. Finance & Accounting Manager (FAM)

FAM memimpin departemen Finance & Accounting mempunyai tugas untuk

merencanakan dan mengendalikan semua kegiatan keuangan, menyajikan laporan

dan analisis keuangan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.

6. Area Sales & Promotion Manager (ASPM)

ASPM memimpin departemen Marketing yang mempunyai tugas pokok untuk

merencanakan dan mengkoordinir strategi kegiatan promosi dan penjualan terhadap

semua produk yang dihasilkan.

2.5. LOGO PERUSAHAAN

Gambar 2. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur

Logo PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang

menggunakan dua warna dasar yaitu merah dan biru dengan pencitraan grafis huruf dan

warna. Merah melambangkan semangat dan biru mencitrakan geografis Indonesia

sebagai negara kepulauan.

8

BAB III

SPESIFIKASI PRODUK

3.1. JENIS PRODUK

a. Supermi

Supermi mulai diproduksi pada tahun 1968 oleh Sudone Salim sebagai mi instan

serbaguna, kemudian pada tahun 1976 Supermi hadir dengan varian rasa Kaldu Ayam.

Supermi merupakan produk yang diluncurkan sebelum Indomie sebagai mi instan

serbaguna dan sesudah Indomie sebagai mi instan berbumbu. Pada tahun 2008, Supermi

membuat varian baru yaitu Supermi Go dengan tiga macam rasa yaitu GoBang, GoSo,

dan GoKar. Pada tahun 2013, Supermi meluncurkan Supermi Rasa Ayam Spesial. Contoh

kemasan Supermi dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Produk Supermi

b. Indomie

Indomie pertama kali dikenalkan pada tahun 1972, yaitu Indomie Kuah dengan rasa

Kaldu Ayam yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun

1982 penjualan produk Indomie semakin meningkat dan dikeluarkan varian rasa baru

yaitu Indomie Kuah rasa kari Ayam. Disusul pada tahun 1983, Indomie mulai

meluncurkan varian Indomie Goreng. Produk Indomie pada Gambar 4 di bawah ini.

9

Gambar 4. Produk Indomie

c. Sarimi

Sarimi diproduksi pada tahun 1982, kemudian pada tahun 2012 Sarimi membuat mascot

dan kemasan baru. Adapun Sarimi mempunyai varian rasa yaitu : Sarimi isi 2 Mi Goreng

Rasa Ayam Kecap, Sarimi isi 2 Rasa Soto, Sarimi Baso Sapi, dll. Produk Sarimi tertera

pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Produk Sarimi

d. Mi Sakura

Mi Sakura terdiri dari mi goring dan mi kuah. Varian rasa yang ditawarkan yaitu Sakura

rasa Ayam Kecap Pedas, Sakura rasa Soto Ayam, Sakura Mi Goreng, Sakura rasa Sup

Ayam, dll. Berikut kemasan produk Mi Sakura pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Produk Sakura

10

e. Pop Bihun

Pop bihun terbuat dari bahan baku beras dan memiliki berbagai varian diantaranya Pop

Bihun Spesial rasa Kari Ayam Pedas, Pop Bihun Spesial rasa Soto Ayam, Pop Bihun

Goreng, dll. Kemasan produk Pop Bihun pada Gambar 7 di bawah ini

Gambar 7. Produk Pop Bihun

f. Pop Mie

Pop Mie diproduksi pada tahhu 1987. Pop Mie adalah jenis mi instan yang ada dalam

bentuk cup. Pop Mie memiliki berbagai varian rasa diantaranya Pop Mie Mi Goreng

Spesial, Pop Mie Mi Goreng Pedas, Pop Mie Rasa Ayam Bawang, Pop Mie Rasa Baso

Spesial, dll. Kemasan produk Pop Mie pada Gambar 8 di bawah ini

Gambar 8. Produk Pop Mie

g. Mi Telur Cap 3 Ayam

Mi Telur Cap 3 Ayam merupakan produk yang mudah diolah sebagai masakan utama

dengan berbagai kreasi. Produk ini lebih sehat karena dikeringkan dengan suhu yang

tinggi sehingga mengakibatkan kadar air maksimal dalam mi relative sangat rendah dan

mencegah mikroba pembusuk berkembang biak, dan tanpa bahan pengawet. Adapun Mi

Telur Cap 3 Ayam terbagi menjadi 2 pilihan yaitu Mi Teluur Cap 3 Ayam Mi Keriting

dan Mi Telur Cap 3 Ayam Mi Bulat. Kemasan produk Mi Telur Cap 3 Ayam pada

Gambar 9 di bawah ini.

11

Gambar 9. Produk Mi Telur Cap 3 Ayam

3.2. KODE PRODUKSI

3.2.1. Kemasan Primer (Etiket)

Gambar 10., merupakan gambar kemasan primer supermi kuah, dapat diketahui bahwa

dalam kemasan etiket terdapat kode produksinya yaitu 101218 SMG C3 12 31 8, arti dari

kode tersebut adalah:

101218 adalah tanggal kadaluwarsa dari produk.

SMG adalah wilayah diproduksinya produk tersebut.

C3 menunjukkan grup C dan diproduksi oleh shift 3.

12 adalah nomor mesin pengemas.

31 merupakan tanggal produksi mi.

8 merupakan umur simpan dari produk mi instan yaitu 8 bulan.

Gambar 10. Kode Produksi pada Kemasan Etiket Supermi Kuah

3.2.2. Kemasan Sekunder (Karton)

Gambar 11. merupakan gambar dari kemasan sekunder pada Pop Mie, dapat diketahui

bahwa dalam kemasan karton terdapat kode produksinya yaitu 150616 SMG A3 09 15 6,

arti dari kode tersebut adalah:

150616 adalah tanggal kadaluwarsa produk

12

SMG adalah lokasi atau wilayah produksi.

A3 berarti grup A dan shift 3.

09 menunjukkan line produksi.

15 menunjukkan tanggal produksi

6 menunjukan umur simpan produk, yaitu 6 bulan.

Gambar 11. Kode Produksi pada Kemasan Karton Pop Mie

13

BAB IV

PROSES PRODUKSI

Produk mi instan dengan brand “Indomie”; “Supermi”; “Intermi”; “Sarimi”; “Sarimi

Gelas”; “Pop Mie”; dan “Mi Telur” adalah produk mi instan yang cara atau proses

produksinya berawal dari proses persiapan bahan baku, bahan baku ini adalah bahan dasar

untuk pembuatan adonan mi, bumbu, dan minyak, yang kemudian seluruh bahan diproses

hingga menjadi produk jadi mi instan. Produk mi instan kemudian dikemas di

distribusikan hingga ke berbagai outlet sesuai permintaan konsumen. Bahan baku dasar

yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan di PT Indofood CBP Sukses Makmur

Divisi Noodle adalah tepung terigu, air, larutan alkali, pewarna kuning yang telah

berstandar food grade, dan minyak goreng. Seluruh bahan tersebut berlaku pada seluruh

produk kecuali pada produk Mi Telur dilakukan penambahan telur yang telah dikeringkan

dan diproses menjadi tepung. Pada pembuatan mi instan, terdapat bahan-bahan utama

dalam proses pembuatannya, yaitu :

a. Tepung Terigu

Terdapat tiga jenis tepung yang digunakan dalam proses produksi mi instan oleh PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang, yaitu tepung Cakra

Kembar, Tepung Cap Segitiga Hijau dan Tepung Cap Segitiga Biru. Tepung adalah bahan

baku utama yang digunakan untuk proses pembuatan mi instan. Tepung digunakan karena

memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, memiliki kemampuan pembentukan gel,

karena adanya kandungan gluten didalamnya, serta dapat memberikan sifat elastis pada

mi yang dihasilkan sehingga mi yang dihasilkan tidak mudah putus selama proses

pemasakan dan pencetakan. Kondisi penyimpanan tepung-tepung ini juga diatur

sedemikian rupa untuk mempertahankan kualitasnya, yaitu penempatannya harus

berjarak minimal 30 cm dari tembok dan peletakkannya diatas palet sehingga tidak

langsung kontak dengan lantai yang dapat menyebabkan tepung menjadi lembab dan

dapat ditumbuhi mikroorganisme.

b. Air

14

Air digunakan untuk melarutkan seluruh bahan agar tercampur secara merata. Air yang

digunakan dalam proses produksi telah melewati proses pengujian agar bebas dari

mikroorganisme, kandungan bahan kimia, dan penampakan fisik air. Air yang

ditambahkan ke dalam adonan mi perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kadar

air dari mi instan yang dapat berpengaruh pada umur simpan. Hal tersebut dapat terjadi

dikarenakan mikroorganisme mudah tumbuh pada bahan pangan yang memiliki kadar air

tinggi dan terdapat sumber nutrisi untuk mikroorganisme tersebut tumbuh sehingga

apabila terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme dapat memperpendek umur simpan dari

mi instan.

c. Bahan tambahan pangan

Pada proses pembuatan adonan mi, beberapa bahan tambahan makanan yang

ditambahkan kedalam campuran tepung adalah garam, pewarna makanan, serbuk/bubuk

telur (pada produk mi tertentu). Bahan tambahan makanan tersebut memiliki beberapa

fungsi seperti menambah cita rasa dan meningkatkan penampilan dari produk mi yang

dihasilkan. Hasil campuran antara tepung dan bahan tambahan makanan ini sering disebut

dengan istilah premix.

d. Larutan alkali

Dalam pembuatan adonan mi, campuran tepung atau premix ditambahkan dengan air

alkali. Air alkali dipilih dalam pembuatan mi ini karena memiliki kandungan mineral

yang tinggi, sehingga mi yang dihasilkan lebih bernilai nutrisi tinggi dibandingkan

dengan produk mi yang lain. Air alkali pada adonan memiliki fungsi yaitu untuk merubah

pati didalam tepung sehingga dapat tebentuk gel yang nantinya dapat memberikan sifat

kenyal atau lentur pada mi yang dihasilkan.

e. Minyak goreng

Minyak digunakan sebagai media panas untuk menggoreng mi. Fungsi dari pemasakan

menggunakan minyak ini adalah untuk menambah cita rasa produk yaitu memberikan

rasa gurih, menambah kalori, dan mengurangi kadar air produk sehingga mi yang

dihasilkan memiliki umur simpan yang lama meskipun dalam pembuatannya tidak ada

penambahan pengawet makanan. Minyak khususnya minyak kelapa sawit, memiliki

15

kandungan vitamin seperti vitamin E dan pro vitamin A yang secara alami telah

terkandung didalamnya dan dapat berperan sebagai antioksidan.

f. Bahan pengemas

Produk mi instan yang telah jadi kemudian dilakukan proses pengemasan. Beberapa

fungsi dari pengemas adalah untuk meningkatkan umur simpan produk, sebagai etiket

atau informasi produk, memudahlan dalam penyimpanan, penambah nilai ekonomi dan

estetika produk serta berbagai fungsi lainnya. Ada beberapa jenis kemasan yang

digunakan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. untuk mengemas produk mi instan,

yaitu etiket dan karton.

4.1. ALUR PROSES PRODUKSI MI INSTAN

Berikut adalah diagram alir dari proses pembuatan mi instan PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang:

Gambar 12. Proses Produksi Mi Instan

Produk mi instan dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang

Semarang yaitu Indomie, Sarimi, Supermi, dan Intermi termasuk dalam golongan normal

noodle. Sedangkan pada produk mi instan seperti Pop Mie, Sarimi Gelas dan Mi Telur

memiliki alur proses produksi yang hampir sama seperti normal noodle hanya saja pada

saat proses cutting produk Pop Mie dan Sarimi Gelas ada proses penyemprotan larutan

Penuangan Tepung

Pencampuran PengepresanPemotongan adonan

menjadi untaian

PengukusanPemotongan dan pelipatan

Penggorengan Pendinginan

Pengemasan (Primer/Etiket)

Pengemasan (Sekunder/Karton)

16

emulsifier. Sedangkan pada produk Mi Telur memiliki perbedaan pada saat

pengeringannya yaitu dengan cara drying (normal noodle menggunakan proses frying).

Berikut adalah alur proses produksi mi instan:

4.1.1. Penuangan Tepung (Screw)

Tepung yang telah di release oleh departemen quality control yang berarti tepung tersebut

telah diuji dan ditetapkan memiliki standar yang baik untuk dilanjutkan ke proses

selanjutnya yaitu dalam tahap ini dilakukan proses pengayakan untuk menyaring tepung

tersebut apabila terdapat kotoran atau benda asing lain seperti benang, kutu dan tepung

yang menggumpal. Ukuran ayakan yang digunakan adalah ayakan 20 mesh. Proses

pengayakan tepung ini sangatlah penting karena tepung merupakan bahan utama dalam

pembutan produk mi instan, yang apabila terdapat kesalahan pada proses ini dapat

menimbulkan kerugian yang besar pada perusahaan.

4.1.2. Pencampuran (Mixing)

Pada tahap ini, dilakukan proses pencampuran bahan-bahan seperti tepung, air alkali,

bahan tambahan makanan yaitu garam dan pewarna makanan untuk menjadi adonan mi.

Air alkali yang digunakan pada tahap ini juga telah mengalami proses penyaringan

terlebih dahulu untuk memisahkan kotoran-kotoran yang mungkin tercampur

didalamnya. Alat penyaring air alkali ini di cek atau diganti setiapkali pergantian shift.

Proses mixing untuk menjadi adonan ini dilakukan kurang lebih selama 12 menit untuk

mendapatkan hasil adonan yang homogen.

4.1.3. Pengepresan (Pressing)

Setelah adonan mi jadi, kemudian adonan tersebut ditampung dalam bak feeder. Tahap

selanjutnya adalah adonan dilewatkan dalam roll dough sheet yang berfungsi untuk

merubah adona menjadi lembaran. Selanjutnta lembaran adonan tersebut akan dilewatkan

kembali pada continue roll press yang berhungsi untuk lebih menipiskan lembaran

adonan mi. Pada tahap ini juga dilakukan pengecekan ketebalan lembaran adonan secara

berkala, yang bertujuan untuk mengetahui dan memonitor lembaran adonan agar

memiliki ukuran yang seragam dan sesuai standar yang diinginkan.

17

4.1.4. Pemotongan Adonan Menjadi Untaian (Slitting)

Setelah melewati proses pressing, adonan lembaran mi kemudian dilakukan proses

slitting, yaitu proses untuk merubah lembaran adonan menjadi untaian mi. Kemudian

dilanjutkan dengan proses waving, yaitu bertujuan untuk mendapatkan bentuk untaian mi

yang bergelombang.

4.1.5. Pengukusan (Steaming)

Untaian mi yang dihasilkan kemudian dilakukan proses pemasakan dengan dilewatkan

pada steam box menggunakan conveyor berjalan. Waktu dan suhu proses pemasakan atau

steaming ini diatur selama 1 menit dengan suhu kurang lebih 100ºC. Selain waktu dan

suhu, tekanan uap pada mesin ini juga harus terus diperhatikan. Apabila beberapa

parameter tersebut yaitu suhu, waktu dan tekanan tidak diperhatikan, maka dapat

menyebabkan proses pemasakan mi tidak optimal sehingga bisa jadi mi yang dihasilkan

masih mentah karena proses gelatinisasinya yang belum optimal.

4.1.6. Pemotongan dan Pelipatan (Cutting and Folding)

Setelah keluar dari proses steam, untaian mi yang masih sangat panjang tersebut

kemudian dilakukan proses pemotongan dan pelipatan mi dengan menggunakan cutter

dan folder sehingga didapat ukuran mi yang diinginkan dan mi menjadi dua tumpuk pada

mi jenis normal noodle. Sedangkan pemotongan pada cup noodle dilakukan secara

vertikal. Kemudian masuk dalam mangkok mi. Mi yang telah diberi emulsifier akan

menjadi tidak kaku sehingga lebih mudah menempati cetakannya. Kecepatan proses ini

lebih lambat dibandingkan normal noodle.

4.1.7. Penggorengan (Frying) untuk Normal Noodle dan Cup Noodle serta

Pengeringan (Drying) untuk produk Mi Telur

Setelah dilakukan pemotongan dan pelipatan untaian mi. Mi akan ditempatkan pada

mangkok diatas conveyor berjalan secara otomatis yang kemudian dilewatkan pada mesin

fryer untuk dilakukan proses penggorengan dengan minyak kelapa sawit. Selain untuk

proses pematangan mi, tujuan dari proses penggorengan ini adalah untuk menurunkan

kadar air dari mi. Suhu yang digunakan dalam proses penggorengan berkisar antara suhu

± 120ºC – 160ºC. Proses ini dapat menurunkan kadar air produk hingga kurang lebih

18

sebesar 3%, sehingga produk mi memiliki umur simpan yang panjang. Suhu pada proses

ini perlu diperhatikan karena berhubungan dengan tingkat pematangan produk. Apabila

suhu frying tidak diperhatikan maka produk yang dihasilkan dapat gosong bahkan belum

matang sempurna. Sedangkan pada proses drying untuk pembuatan Mi Telur terdapat tiga

tahap yaitu In, Middle, dan Out. Suhu awal proses pengeringan adalah 840C, suhu tengah

adalah 1040C dan suhu akhir dari pengeringan adalah 750C. Proses pengeringan dilakukan

selama 1 jam dengan menggunakan uap kering. Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan

kadar air mi instan menjadi 3% sehingga mi instan memiliki umur simpan antara enam

sampai delapan bulan.

4.1.8. Pendinginan (Cooling)

Setelah proses frying, mi akan secara otomatis dikeluarkan dalam mangkok cetakan ke

conveyor berjalan yang memiliki rongga atau biasa disebut dengan net. Hal ini bertujuan

untuk meniriskan minyak yang mungkin masih menempel pada produk. Produk mi instan

kemudian diturunkan suhunya dengan dilewatkan pada mesin cooler. Proses pendinginan

ini dilakukan dengan blower yang ada pada alat cooler ini. Blower berfungsi untuk

mengelurkan udara panas didalam alat pendingin atau cooling box, sehingga produk yang

dilewatkan didalamnya menjadi lebih cepat dingin.

4.1.9. Pengemasan dan Pengkartonan (Packing and Cartoning)

Pengemasan merupakan tahap akhir dari proses produksi. Mi yang telah keluar dari mesin

cooling box, kemudian dilewatkan ke conveyor yang lebih kecil dan ditambahkan dengan

bumbu dan minyak sachet secara otomatis menggunakan mesin dan juga secara manual

untuk mengecek kelengkapan pemberian bumbu. Kemudian barulah mi dikemas dengan

kemasan primer yaitu etiket (plastik), dan disusun secara manual kedalam kemasan

sekunder yaitu karton dan disegel dengan alat carton sealer, proses cartoning

dimaksudkan untuk memudahkan distribusi produk. Produk akhir ini kemudian dikirim

dengan conveyor menujuu gudang finish good untuk disimpan sebelum didistribusikan.

Pada proses pengemasan mi jenis cup noodle, yaitu Pop Mie terdapat 4 mesin dalam

proses packaging-nya. Mesin pertama adalah mesin cup loader yang bertujuan untuk

memasukan blok mi ke dalam kemasan cup. Kemasan cup yang digunakan adalan EPS

19

(Expendable PolyStyrene). Mesin kedua adalah mesin palet form cart yang merupakan

tempat untuk peletakkan bumbu, minyak, dan garpu. Mesin ketiga adalah lead seal yang

bertujuan untuk penyegelan kemasan bagain atas. Pada bagian tersebut perlu dilakukan

pengecekan kebocoran bagian penutup mi. Selama proses penyegelan dilakukan coding

sebagai pemberian kode produksi, tanggal kadarluarsa yang hampir sama dengan normal

noodle namun diberi tambahan waktu produksi. Mesin keempat adalah shrink tunnel

untuk menyelimuti produk dengan plastik. Hal ini dikarenakan EPS yang memiliki sifat

porous yang lebih besar rentan terjadi kontaminasi sehingga plastik atau shrink film

tersebut ditujukan agar meminimalkan terjadinya kontaminasi. Selanjutnya dilakukan

pengemasan sekunder menggunakan carton box.

20

BAB V

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

5.1. TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Berikut ini adalah diagram alir dari proses produksi mi instan yang menunjukkan

beberapa proses produksi yang berpotensi menghasilkan limbah cair.

Gambar 13. Tahapan Proses Produksi Mi Instan yang Berpotensi Menghasilkan Limbah

Cair

Dapat dilihat dari diagram alir diatas bahwa proses steaming dan frying merupakan

proses produksi yang berpotensi menghasilkan limbah cair paling tinggi. Pada proses

steaming, limbah cair yang dihasilkan adalah air dari steam yang digunakan untuk

memasak adonan mi instan. Sedangkan pada proses frying menghasilkan limbah cair

berupa minyak yang digunakan pada proses pemasakan dan minyak sisa yang menetes

sewaktu ditiriskan ketika akan memasuki proses cooling. Selain dari proses produksi,

limbah cair di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang

juga berasal dari boiler, laboratorium, kantin, proses cleaning mesin produksi, dan toilet.

Pada seluruh industri pangan tentunya selalu menghasilkan limbah pada semua kegiatan

yang dilakukannya. Limbah yang dihasilkan sangat beraneka ragam yang terdiri dari

limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah tersebut dapat memberi efek

merugikan bagi lingkungan sekitar apabila tidak ditangani dengan benar, karena berbagai

kangdungan bahan organik dan non-organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan

21

berbagai bahan kimia lain yang digunakan. Maka dari itu, sangat penting dilakukan

pengolahan terhadap seluruh limbah-limbah yang dihasilkan, salah satunya adalah limbah

cair. Berikut alur proses pengolahan limbah cair yang ada di PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang :

Gambar 14. Proses Pengolahan Limbah Cair

Pada proses pengolahan limbah cair, hanya air limbah yang berasal dari proses produksi,

laboratorium dan boiler saja yang diproses lebih lanjut. Hal ini dikarenakan air limbah

yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki karakteristik dan mengandung senyawa

yang berbahaya apabila dibuang kelingkungan tanpa dilakukan proses pengolahan

terlebih dahulu. Ada beberapa tahapan proses pengolahan limbah cair, yaitu tahapan

primer, tahapan sekunder dan tahapan tersier. Pada tahap primer meliputi proses trapping

dan ekualisasi, sedangkan tahap sekunder meliputi proses anaerob atau UASB (Up-Flow

Anaerob Sluge Blanket), aerasi, sedimentasi, bak kontrol, koagulasi, klorinasi, filterisasi

dan bak penampungan.

Pada proses pengolahan limbah ada proses pretreatment. Pretreatment adalah suatu

proses yang dilakukan untuk menghilangkan padatan berukuran besar yang dapat

mengganggu proses treatment selanjutnya (Jenie & Rahayu, 1993). Tahap primer atau

primary treatment bertujuan untuk menggumpalkan partikel-partikel halus yang terlarut

ataupun yang tersuspensi didalam air limbah. Pada tahap primary treatment juga

dilakukan proses netralisasi, karena limbah cair bahan pangan pada umumnya memiliki

pH awal yang bersifat asam. Sedangkan tahapan sekunder atau secondary treatment

dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik pada limbah cair

dengan bantuan mikroba yang terdapat dalam limbah itu sendiri (Siregar, 2005). Tahapan

tersier atau tertiary treatment adalah proses lanjutan dari proses biologi yang dilakukan

22

pada proses tahap secondary treatment. Pada tahapan tersier dilakukan berbagai proses

penyaringan dengan menggunakan pasir, saringan multi media, saringan mikro, saringan

vakum dan berbagai jenis penyaring lain tergantung dari kebutuhan yang diinginkan

(Jenie & Rahayu, 1993). Letak atau lokasi dari area pengolahan limbah berada jauh dari

bangunan atau area produksi dan bangunan-bangunan gudang penyimpanan bahan baku

dan produk jadi. Letak dari area pengolahan limbah juga diperhatikan karena

berhubungan dengan kebersihan dan kualitas produk. Hal ini dikarenakan resiko dari bau

yang ditimbulkan pada beberapa tahapan proses pengolahan limbah, yang dikhawatirkan

dapat mempengaruhi atau mengkontaminasi bahan-bahan baku dan produk jadi mi instan

yang dihasilkan. Berikut uraian tahapan proses pengolahan limbah cair di PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang :

a. Traping

Pada tahap ini dilakukan upaya untuk memisahkan padatan yang terikut dalam limbah

cair dan limbah mengapung. Pada proses ini, air limbah yang bercampur dengan padatan

seperti minyak atau lemak yang telah memadat dan kotoran lainnya dipisahkan dari air

limbah secara manual oleh petugas kebersihan. Yang selanjutnya air limbah tersebut

dialirkan kedalam bak penampungan sementara untuk selanjutnya dapat diolah didalam

bak ekualisasi. Penyaringan merupakan cara yang paling sederhana dari pembuangan

benda padat yang kasar dan besar dengan menggunakan saringan. Besar saringan

tergantung partikel-partikel limbah padat yang terdapat pada air limbah (Mahida, 1981).

b. Equalisasi

pada tahap ini dilakukan pengecekan dan pengaturan suhu serta polutan yang ada,

sehingga kondisi air limbah stabil. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kegagalan pada

tahap pengolahan selanjutnya. Pada tahap ini, kondisi air limbah benar-benar diperhatikan

karena berkaitan dengan keberhasilan pengolahan untuk tahap lanjutan, yaitu pengolahan

air limbah secara anaerob. Pengolahan tahap anaerob berkaitan dengan kerja mikroba

sehingga pada tahap ekualisasi ini air limbah harus dikondisikan sedemikian rupa agar

tidak mengganggu kerja mikroba pada tahap anaerob (Cheremisinoff, 2002).

c. Anaerob atau UASB (Up-Flow Anaerob Sluge Blanket)

23

Pada tahap ini, dilakukan tahap pemecahan nutrien dari komponen-komponennya oleh

mikroorganisme anaerob. Pada tahap ini merupakan tahap utama untuk menurunkan

COD dan BOD air limbah yang diharapkan tinggal 20% hingga 30% saja. Lama waktu

atau tahapan dalam proses ini adalah kurang lebih tujuh jam. Pada tahap ini, warna air

limbah akan berubah menjadi lebih keruh atau menghitam karena terjadi proses

pembusukan air limbah akibat kerja mikroorganisme anaerob (Untung, 1995).

d. Aerasi

Tahap ini bertujuan untuk mendegradasi sisa polutan secara aerob, sehingga diharapkan

terjadi penurunan COD dan BOD air limbah sebanyak 30%, dengan cara memberikan

oksigen ke dalam air limbah. Pada tahap ini, air limbah tidak boleh berbau busuk dan

berwarna hitam coklat. Pada tahap aerasi ini ada proses penambahan oksigen yang

bertujuan agar mikroorganisme aerob tumbuh dan dapat menguraikan air limbah tersebut.

Oksigen yang ditambahkan dari dasar bak aerasi ini digunakan oleh mikroorganisme

aerob untuk menguraikan komponen-komponen organik dalam air limbah, sehingga

diharapkan dapat mengurangi konsentrasi zat pencemar seperti cairan, ion, gas, koloid,

ataupun bahan tercampur (Siregar, 2005).

e. Sedimentasi

Tahap sedimentasi ini dilakukan untuk mengendapkan padatan tersuspensi yang terikut

dalam proses aerasi. Pada tahap ini tidak ada penambahan bahan kimia dan hanya dibantu

oleh gaya gravitasi saja. Sedimentasi memiliki tujuan untuk memisahkan partikel-partikel

yang mengendap ataupun yang berbentuk gumpalan dengan bagian yang larut atau

cairnya (Jenie & Rahayu, 1993).

f. Bak Kontrol

Dalam bak ini terdapat ikan yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui apakah

air yang dihasilkan sampai tahap sedimentasi sudah memenuhi syarat kehidupan. Air

yang dihasilkan sampai tahap ini digunakan untuk menyiram tanaman yang ada di

lingkungan pabrik. Proses pengontrolan ini perlu dilakukan karena air limbah umumnya

memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan dapat mengakibatkan terancamnya kehidupan

dalam air. Air menjadi asam karena adanya buangan yang mengandung asam seperti asam

24

sulfat dan asam klorida. Sedangkan buangan yang bersifat basa (alkalis) bersumber dari

buangan yang mengandung bahan organik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan

hidroksida (Cheremisinoff, 2002). Sehingga tahap pengolahan limbah cair pada bak

kontrol ini sangat penting untuk dilakukan.

g. Koagulasi

Pada tahap ini dilakukan proses penggumpalan padatan tersuspensi dengan bantuan

alumunium sulfat (Al2(SO4)3) yang disebut juga Filter Aluminium. Tahap akhir proses ini

menghasilkan endapan dan air yang berwarna jernih. Endapan yang dihasilkan

dikembalikan ke bak trapping dan air yang dihasilkan dilanjutkan untuk proses

selanjutnya. Proses koagulasi merupakan proses pengendapan secara kimiawi. Proses

koagulasi penting dilakukan karena limbah cair mengandung zat-zat organik seperti

protein, koloid dan asam-asam organik lain. Zat-zat tersebut kemudian diendapkan

dengan penambahan senyawa penggumpal seperti kapur, alumunium sulfat, ferrosulfat,

zink klorida dan sebagainya (Siregar, 2005). Pada tahap koagulasi ini menghasilkan

cairan jernih dan endapan. Dari hasil reaksi koagulasi tersebut, selanjutnya endapan

dipisahkan melalui filtrasi atau sedimentasi (Untung, 1995).

h. Klorinasi

Pada tahap ini dilakukan penambahan kaporit atau Ca(OCl)2 ke dalam air yang bertujuan

untuk membunuh mikroba yang mungkin ada dalam air limbah. Kaporit yang

ditambahkan terlebih dahulu di encerkan kedalam air yang kemudian dicampurkan ke

dalam air limbah didalam bak klorinasi. Menurut teori yang dikemukakan oleh Siregar,

(2005), penambahan larutan kaporit bertujuan untuk mematikan bakteri dengan cara

merusak atau menginaktifasi enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel

mikroorganisme. Dengan rusaknya dinding sel tersebut, maka mikroorganisme patogen

yang ada didalam air limbah akan mati.

i. Penyaringan dan Organosorb

Air yang dihasilkan pada proses klorinasi yang masih mengandung sisa endapan yang

masih terikut didalamnya kemudian disaring menggunakan sand filter. Alat penyaringan

ini berupa tangki yang berisi pasir putih yang berfungsi sebagai penyaring pada tahap

25

sand filter ini. Kemudian air yang dihasilkan selama proses sand filter diolah dalam

tangki organosorb untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan dengan bantuan arang

aktif yang ada didalam tangki tersebut. Adsorbent ini umumnya berupa zat padat, terdiri

dari atom-atom atau molekul-molekul yang saling tarik-menarik. Karena pada suatu arah

di sekeliling molekul tersebut tidak ada molekul yang menariknya, maka gaya tarik-

menarik itu menjadi tidak seimbang sehingga zat tersebut akan menarik molekul-molekul

gas atau solute yang ada di sekitarnya, dan terjadilah peristiwa adsorbsi. Tahap

penyaringan ini dapat dikategorikan juga sebagai tertiary treatment. Pada tahap

pengolahan tersier ini bertujuan untuk menjernihkan air limbah, mengurangi pengotoran

bahan organik, partikel termasuk benda yang tidak dapat diuraikan (nonbiodegradable),

ataupun gabungan antara bau, warna dan rasa. (Siregar, 2005).

j. Bak Penampung

Bak ini berfungsi sebagai penampungan sementara air yang dihasilkan sepanjang proses

pengolahan limbah tadi. Air yang ditampung pada bak ini sudah memiliki warna yang

jernih dan tidak memiliki bau busuk, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk sarana

pencucian mobil, penyiraman tanaman, dan membersihkan toilet yang ada di lingkungan

pabrik.

5.2. ANALISA LIMBAH CAIR

Hasil analisa air limbah yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Cabang Semarang mengikuti standar baku mutu air limbah yang ditetapkan

oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang baku mutu

air limbah. Apabila hasil analisa air limbah belum memenuhi syarat baku mutu yang ada,

maka dari divisi QC atau quality control tidak akan memberikan status release untuk air

hasil pengolahan limbah tersebut untuk dipakai atau dibuang ke lingkungan sekitar.

Pengujian air limbah yang meliputi analisa pengukuran nilai BOD, COD, dan TS

dilakukan seminggu sekali yang biasanya dilakukan pada hari Senin pagi setiap

minggunya. Sedangkan untuk analisa pengukuran pH, suhu, TSS dan TDS dilakukan

setiap hari.

26

Untuk pengujian air limbah sendiri, tidak setiap bak pengolahan air limbah diambil

sampelnya untuk dilakukan pengujian. Hal ini dirasa kurang efisien karena dapat

memakan waktu yang lama serta pemborosan terhadap reagen-reagen yang digunakan.

Maka dari itu, hanya pada bak-bak pengolahan air limbah tertentu saja yang diambil

sampelnya untuk dilakukan pengujian. Bak-bak tersebut adalah bak penampungan (bak

setelah tahap trapping dan sebelum tahap ekualisasi), bak ekualisasi, bak kontrol, dan bak

penampungan sementara (bak yang menampung air limbah yang telah selesai diolah).

Berikut uraian dari analisa limbah cair yang dilakukan di laboraturium QC:

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Biochemical Oxygen Demand atau BOD adalah sejumlah oksigen dalam sistem air yang

dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menstabilkan atau menetralisir bahan-bahan

organik dalam air melalui proses oksidasi biologis secara dekomposisi aerobik (Gintings,

1992). Pengukuran BOD yang dilakukan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Cabang Semarang adalah dengan menggunakan alat BOD-meter yang diuji

selama 5 hari. Langkah pertama untuk melakukan pengukuran nilai BOD adalah dengan

menyiapkan botol coklat yang kemudian diisikan sampel limbah sebanyak 250 ml.

Selanjutnya ditambahkan dengan NaOH yang dalam bentuk butiran kristal. Kemudian

botol ditutup dengan BOD-meter secara rapat agar nilai BOD dapat diukur. Kemudian

dilakukan pengadukan selama 5 hari. Pada hari pertama dilakukan pengujian hingga hari

ke lima pengujian dilakukan terus pengukuran nilai BOD. Besarnya kebutuhan oksigen

tergantung dari jumlah bahan organik yang ada sedangkan kecepatan terpenuhinya

kebutuhan oksigen tergantung dari suhu dan sisa oksigen. Uji BOD melibatkan

pengenceran air limbah dengan air yang mengandung oksigen terlarut dalam jumlah yang

telah diketahui dan mencatat hilangnya oksigen setelah penyimpanan. Penyimpanan

biasanya dilakukan selama 5 hari pada 20oC (Steel, 1960), dan dalam botol gelap yang

tertutup rapat (Laws, 1993). Menurut teori yang ada dapat disimpulkan bahwa pengujian

nilai BOD yang ada di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang

Semarang telah sesuai dengan teori yang ada.

COD (Chemical Oxygen Demand)

27

Chemical Oxygen Demand atau COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan-bahan kimia di dalam sistem air. COD adalah jenis pengukuran lain

untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara

oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana

asam. Dalam hal ini dapat digunakan KMnO4 atau K2Cr2O7 sebagai oksidator. Nilai COD

yang tinggi menunjukkan adanya pencemaran air oleh zat-zat organik yang dapat berasal

dari berbagai sumber seperti limbah pabrik, limbah rumah tangga dan sebagainya. Nilai

BOD selalu lebih kecil dari nilai COD diukur pada senyawa organik yang tidak dapat

diurai (Gintings, 1992).

Pengukuran nilai COD yang ada di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang dilakukan dengan menggunakan penambahan reagen atau

bahan kimia untuk mempermudah dalam pengujiannya. Langkah awal untuk melakukan

pengujian ini adalah dengan menyiapkan tabung reaksi berisi reagen COD sebanyak tiga

ml. Reagen COD terdapat dua macam yaitu reagen yang berwarna kuning untuk larutan

dengan hasil kurang dari 150 mg/L (10 – 150 mg/L) sedangkan reagen yang berwarna

kuning hingga coklat pekat digunakan untuk larutan dengan hasil lebih dari 150 mg/L (25

– 1500 mg/L). Biasanya larutan sampel yang keruh dihasilkan nilai lebih dari 150mg/L

apabila digunakan reagen yang berwarna kuning, nilai COD tidak akan muncul atau tidak

terbaca. Tiap sampel limbah diambil sebanyak tiga ml dan dimasukkan dalam tabung

reaksi yang berisi reagen COD. Kemudian dihasilkan endapan yang harus dikocok hingga

seluruh endapan larut. Perlu hati-hati dalam pengocokan dan sebaiknya digunakan

pengaman dikarenakan pengocokan sampel dengan reagen COD menimbulkan panas.

Setelah larut, kemudian larutan dipanaskan selama dua jam pada suhu 1480C. Selanjutnya

didinginkan hingga suhu 20 – 400C dan dikocok kembali selama 10 menit dan

didinginkan kembali. Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam alat

spektrofotometer untuk dilakukan pengukuran nilai COD. Sebelum dimasukkan sampel

limbah, perlu dilakukan pengukuran blanko yaitu tabung diisi dengan aquadest,

kemudian aquadest dibuang dan digantikan sampel limbah. Syarat lulus dari analisa QC

adalah nilai COD kurang dari 100 mg/L.

TS (Total Solid)

28

Pengukuran nilai total solid di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang adalah dengan cara, sampel limbah diambil sebanyak 25 ml dan

dimasukkan ke dalam cawan kosong. Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105

± 20C hingga cairan dalam cawan benar-benar kering yang kemudian didinginkan terlebih

dahulu didalam desikator sebelum ditimbang berat akhirnya. Selanjutnya cawan berisi

hasil pengeringan ditimbang hingga konstan dan dicatat beratnya sebagai nilai TS. Total

padatan atau Total Solid (TS) adalah bahan yang tertinggal setelah proses evaporasi

sampel air atau air limbah dan pengeringan dalam oven. Sejumlah volume tertentu

diletakkan dalam cawan porselen. Air diuapkan dari cawan dengan pengeringan dalam

oven sedikitnya 1 jam pada 103-105 C, kemudian didinginkan dalam desikator hingga

berat konstan. Miligram total residu sama dengan perbedaan antara berat cawan setelah

didinginkan dengan berat cawan kosong (Cheremisinoff, 2002).

TSS (Total Suspended Solid)

Pengukuran nilai TSS yang ada di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang adalah dengan menggunakan kertas saring yang telah dioven dan

diketahui beratnya. Sampel limbah mula-mula diambil sebanyak 25 ml kemudian disaring

dengan kertas saring yang telah dioven tersebut. Kemudian filtrat yang ada pada kertas

saring dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ± 20C hingga kertas saring dan filtrat

benar-benar kering. Kemudian kertas saring yang berisi filtrat didinginkan didalam

desikator dan ditimbang beratnya, berat kertas saring berisi filtrat kemudian dikurangi

dengan berat kertas saring kosong, kemudian hasil dari pengurangan tersebut merupakan

nilai dari TSS. Padatan tersuspensi total atau Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan

yang tertahan filter standar. Setelah filtrasi, filter dikeringkan dan ditimbang untuk

menentukan peningkatan berat sebagai hasil dari residu yang tertahan. Perhitungan total

padatan tersuspensi sama dengan perhitungan total padatan. Sedangkan padatan terlarut

total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan yang dapat melewati filter standar.

Padatan terlarut total atau residu yang tidak tersaring, tidak ditentukan secara langsung

tetapi dihitung dengan mengurangi konsentrasi padatan total dengan konsentrasi padatan

tersuspensi (Cheremisinoff, 2002).

pH dan Suhu

29

Pengukuran nilai pH dan suhu di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang dilakukan secara langsung ditempat pengolahan limbah cair dan

dilakukan di laboratorium. Tiap bak pengolahan limbah cair dilakukan pengujian pH dan

suhu setiap harinya dengan menggunakan pH-meter. Pengukuran nilai pH dan suhu

dilaboratorium dilakukan dengan pembilasan alat pengukur pH dengan aquadest terlebih

dahulu kemudian dicelupkan ke dalam sampel limbah. Nilai pH dan suhu dicatat ketika

angka yang muncul pada display alat sudah stabil. Pengujian nilai pH suhu sangat penting

dilakukan karena pH air limbah sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan selama

proses treatment. Nilai air hasil pengolahan limbah haruslah memiliki pH 7 atau netral,

pH tersebut sesuai dengan baku mutu limbah yang ditetapkan, dimana nilai pH berkisar

antara enam hingga sembilan adalah aman bila dibuang ke badan air dan tidak

mengganggu atau merusak dan mempengaruhi kehidupan biota air. (Siregar, 2005).

Kekeruhan

Tingkat kekeruhan dari air limbah di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Cabang Semarang diukur dengan menggunakan alat turbidimeter. Pertama-tama,

pada alat terdapat tabung kosong untuk dimasukkan sampel uji, namun sebelumnya alat

tersebut dikalibrasi dengan blanko atau aquadest. Kemudian setelah pengecekan

aquadest, larutan dibuang dan digantikan dengan sampel limbah hingga penuh.

Kemudian ditutup rapat dan bagian permukaan tabung dilap tisu agar tidak ada bekas

sidik jari yang dapat mempengaruhi pengukuran kekeruhan sehingga pemasukkan tabung

ke dalam alat perlu hati-hati dan sebaiknya bagian tutup yang dipegang. Setelah ditekan

tombol “Enter” akan muncul angka pada display yang merupakan nilai tingkat kekeruhan.

Perlakuan ini dilakukan tiap bak limbah dan setiap penggantian sampel dari berbagai

limbah perlu dilakukan pembilasan dengan aquadest terlebih dahulu. Tingkat kekeruhan

ini juga memberikan informasi pada kita tentang kualitas dari tingkat kekotoran limbah

itu sendiri. Makin pekat warna maka diandaikan bahwa limbah yang kita ambil makin

kotor. Air limbah yang masih baru berwarna abu-abu dan yang sudah lama akan berwarna

gelap (Mahida, 1981). Warna limbah yang berumur 6 jam adalah coklat muda, pada air

limbah yang sedang mengalami pembusukan akan berubah warna menjadi abu-abu tua,

dan yang sudah busuk oleh bakteri anaerob adalah hitam (Untung, 1995).

30

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Seluruh alur proses produksi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang telah menerapkan sistem GMP (Good Manufacturing Practices)

untuk menjamin kualitas produknya.

Ada dua tahap proses pengolahan limbah di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Cabang Semarang, yaitu tahap primer dan tahap sekunder.

Pada tahap primer proses pengolahan limbah cair adalah meliputi proses trapping dan

ekualisasi.

Pada tahap sekunder proses pengolahan limbah cair adalah meliputi proses anaerob

atau UASB (Up-Flow Anaerob Sluge Blanket), aerasi, sedimentasi, bak kontrol,

koagulasi, klorinasi, filterisasi dan bak penampungan.

Sumber air limbah adalah dari proses produksi, boiler, laboraturium, proses cleaning

mesin produksi, kantin dan toilet.

Pada proses produksi, tahap yang menghasilkan limbah cair adalah proses steaming,

frying dan cooling.

Setelah hasil analisa air limbah dinyatakan memenuhi baku mutu yang telah

ditetapkan, maka air olahan limbah dapat digunakan atau dibuang di lingkungan

sekitar.

6.2. SARAN

Selain untuk terus menjaga kualitas produk yang dihasilkannya karena PT Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang adalah perusahaan besar yang

bergerak dibidang makanan. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Cabang Semarang sebaiknya tetap meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkannya,

baik itu limbah padat, limbah cair ataupun limbah gas, serta mengendalikan dan

mengontrol proses pengolahan limbahnya, khususnya pengolahan limbah cair, agar selalu

dibawah ambang batas yang diperkenankan. Hal ini diharapkan agar limbah yang

dihasilkan tidak memberi beban dan dampak yang merugikan bagi lingkungan dan

masyarakat yang ada di sekitar perusahaan.

31

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Cheremisinoff N. P. (2002). Handbook of Water and Wastewater Treatment

Technologies. Butterworth. Wildwood Avenue.

Diakses dari :

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://nigc.ir/portal/Images/

Images_Traning/files/files/chemist%2520book/chemical%2520listed/Wastewate

r_Treatment_Technologies_Handbook.pdf&ved=2ahUKEwixipummOTbAhUH

WX0KHQ6dAm0QFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1OG8bJVOYt7_K7g-

bBk_7q

Gintings, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Jenie, B. S. L. & W. P. Rahayu. (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius.

Yogyakarta.

Diakses dari :

https://books.google.co.id/books?id=Z-

q2CIf7qz8C&printsec=frontcover&dq=Penanganan+Limbah+Industri+Pangan.

&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij56XHk-

TbAhUCfH0KHXrbArYQ6AEIJTAA#v=onepage&q=Penanganan%20Limbah

%20Industri%20Pangan.&f=false

Laws, E. A. (1993). Aquatic Pollution: an Introductory Text 2nd ed. John Wiley & Sons,

Inc. New York.

Diakses dari :

https://books.google.co.id/books?id=k9M3DgAAQBAJ&pg=PT475&dq=aquatic+pollu

tion+an+introductory+text+2nd+ed&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjK8q60zt_bA

hUPF4gKHdiZDXwQ6AEICjAA#v=onepage&q=aquatic%20pollution%20an%

20introductory%20text%202nd%20ed&f=false

Mahida, U. N. (1981). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali.

Jakarta.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5. (2012). Perubahan Atas Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air

Limbah.

Diakses dari :

https://www.google.co.id/url?q=http://jdihukum.jatengprov.go.id/download/produk_huk

um/perda/perda_tahun_2012/perda_5_th_2012.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwi8gN

vXqOXbAhWaFYgKHT_IDpYQFjAAegQIBRAB&usg=AOvVaw2QScQ7smg

nG40Ck9kMwzPu

Siregar S. A. (2005). Instalai Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.

Diakses dari :

32

https://books.google.co.id/books?id=0lYfkYMIXhEC&pg=PA9&dq=dasar+dasar+peng

olahan+air+limbah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi9g-

iLluTbAhUMdCsKHSsgDZ8Q6AEIKDAA#v=onepage&q=dasar%20dasar%20

pengolahan%20air%20limbah&f=false

Steel, E. W. (1960). Water Supply & Sewerage 4th ed. McGraw Hill Kogakusha, Ltd.

Tokyo.

Diakses dari :

https://www.scribd.com/document/328827928/E-W-STEEL-pdf

Untung O. (1995). Menjernihkan Air Kotor. Puspa Swara. Depok.

Diakses dari :

https://books.google.co.id/books?id=v-

UzTfJMEJAC&pg=PA27&dq=mengolah+air+gambut+dan+air+kotor&hl=en&s

a=X&ved=0ahUKEwiznKCmlOTbAhWDWX0KHQbIBWcQ6AEIKTAB#v=o

nepage&q=mengolah%20air%20gambut%20dan%20air%20kotor&f=false

33

LAMPIRAN

1. Hasil Plagscan