dampak ekonomis dam bagong dalam pertanian padi...
TRANSCRIPT
i
Dampak Ekonomis Dam Bagong dalam Pertanian
Padi Masyarakat Ngantru, Trenggalek 2006-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Novia Bayuningrum
NIM 11140220000094
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang potensi ekonomis Dam Bagong
dalam industri pertanian masyarakat Ngantru, Trenggalek 2006-
2016. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan adanya potensi ekonomis Dam Bagong di kalangan
masyarakat petani Ngantru di sektor pertanian. Tujuan tersebut
dicapai dengan menggunakan metode penelitian studi kasus (case
study) dengan pendekatan sejarah ekonomi (economic history).
Objek kajian skripsi ini memiliki keterkaitan dengan aspek
ekonomi. Karena itu pembahasannya menggunakan pendekatan
sejarah ekonomi. Objek yang akan diteliti dengan metode
penelitian ini adalah Dam Bagong yang dikaitkan dengan
perekonomian masyarakat Ngantru melalui pemberdayaan sektor
pertanian. Dari riset diperoleh hasil bahwa ada kontribusi dam
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah
Ngantru melalui sektor pertanian. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan dam memiliki potensi ekonomis di antaranya
adalah faktor tersediannya air untuk pasokan pengairan lahan
persawahan masyarakat Ngantru, letaknya yang strategis berada
dekat dengan dua kecamatan yaitu Kecamatan Trenggalek dan
Kecamatan Pogalan yang mengaliri area persawahan di tiga belas
kelurahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dam
Bagong memiliki potensi ekonomis dalam meningkatkan hasil
pertanian masyarakat Ngantru, Trenggalek. Keberadaan dam
tersebut berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,
adanya solusi terhadap ketergantungan pada ketersediaan air
untuk kepentingan irigasi, adanya kesadaran masyarakat untuk
menjaga dan melestarikan irigasi dengan memanfaatkan Dam
Bagong.
Kata kunci: Dam Bagong, Pertanian, Ekonomi, Irigasi
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah Subanahu wa Ta‟ala, yang telah melimpahkan segala
rahmat, nikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis
dapat menuntaskan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurakan kepada nabi Allah, Muhammad Shalallahu „alayhi wa
Sallam yang senantiasa kita nantikan syafa‘atnya di Yaumul
Qiyamah kelak.
Skirpsi yang telah hadir di hadapan pembaca sekalian adalah
sebuah akumulasi dari berbagai proses yang panjang dalam
menyelesaikan studi untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
ikhtiar yang tiada berujung, akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul: Potensi Ekonomis Dam
Bagong dalam Industri Pertanian Masyarakat Ngantru,
Trenggalek 2006-2016.
Proses panjang dalam penyelesaian skripsi ini tidak penulis
lakukan sendiri. Ada banyak partisipasi dan dukungan moril
maupun materil yang menunjang penulis untuk melakukan
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini penulis
haturkan terima kasih atas berbagai dukungan, doa, kerjasama
dan sinergi yang baik dalam mewujudkan historiografi mengenai
sejarah ekonomi Dam Bagong. Oleh karena itu, penulis ingin
sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Arzinal dan Ibu Endah
Martiningsi yang telah menjadi orang yang paling
vii
berpengaruh dalam membentuk kepribadian penulis,
senatiasa menjadi penunjuk arah saat penulis kehilangan arah
dan selalu memberi dukungan moral, materil, doa, dan
keridhoan kepada penulis.
2. Keluarga besar Hadi Pranoto, Nenek Siti Rukayah, Pakpuh
Purwo Sasmito, Pakpuh Dwi Susanto, Bude Endang Sri
Meinani, Bude Tjatur Dewi Anggreini, Om Bambang
Pidekso, Om Sapto Joko Susilo, Bulek Esti, Ogya Adyatma
Putra selaku keponakan dan Laila Intan Desi Rahmadani
selaku adik dari penulis yang senantiasa memberi dukungan
dan suntikan motivasi untuk penulis, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi dan memperjuangkan S1
sampai selesai.
3. Drs. M. Ma‘ruf Misbah, MA selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
menjadi pembimbing dalam mengarahkan keilmuan penulis
di ujung semester akhir dan menuntun dengan penuh
kesabaran, memotivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir.
4. Dr. Awalia Rahma, MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam, dan Hikmah Irfaniah, M. Hum. selaku
Sekretais Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas
Adab dan Humaniora yang telah membantu dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
5. Dr. Abd. Chair, MA dan Dr. Tati Hartimah selaku Dosen
Penguji Skripsi yang berkenan memberi komentar, kritik dan
viii
saran yang membangun, sehingga skripsi penulis lebih baik
lagi.
6. Kepada seluruh Dosen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas
Adab dan Humaniora (2014-2019) yang telah mengajarkan
banyak hal dan menjadikan penulis mendalami ranah
keilmuan Sejarah dan Peradaban Islam.
7. Sahabat-sahabat baik penulis selama kuliah (Youngers) yaitu
Rika Kamila, Ika Wahyuni, Safurotun Ziah, Vida Melati Al-
Haq, Khairina Annisa, Ubaidillah, Ary Badruzzaman, Rusly
Adam, Dimas Naufal Agil, Ahmad Fachri Huseini, Andhika
Ripwan Saputra dan Raden Dimas, yang selalu menjadi
penyemangat, pengkritik, tempat bercerita, dan menjadi
teman berorganisasi penulis. Canda dan tawa bersama kalian
merupakan sebuah motivasi penulis selama masa kuliah.
8. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (Lapenmi) Cabang
Ciputat periode (2017-2018) yaitu Ziah, Rida, Fairus,
Bachtiar (Ncek), Ary, dan Ilham, teman-teman satu
perjuangan selama menjabat satu periode. Adek-adek
Lapenmi yaitu Eni, Windi, Ainu, Desi, Sinta, Syahra,
Ridwan, Kisai, Suhail, Helmy, Husain, Amar, Hanif, Insan,
Aida, Rizky dan keluarga besar Lapenmi Cabang Ciputat
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
9. Badan Kordinasi Nasional Lapenmi PB HMI periode (2018-
2019) Kak Icang, Bang Rifal, Kak Takdir, Kak Chua dan
keluarga besar Bakornas Lapenmi BP HMI yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
ix
10. Himpunan Mahasisiwa Jurusan (HMJ) Sejarah dan
Peradaban Islam periode (2015-2016) jenjang pertama yang
mengajarkan bagaimana cara berorganisasi dalam
lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
11. Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan
Humaniora periode (2016-2017) jenjang kedua yang
mengajarkan bagaimana cara berorganisasi dalam
lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
12. Kohati Fakultas Adab dan Humaniora periode (2017-2018).
13. Himpunan Mahasiswa Islam dan Kohati Cabang Ciputat,
terutama angkatan 2014 yang telah mengajarkan dan
mengenalkan banyak pengalaman dalam kehidupan penulis.
14. Keluarga Besar Kost As-Syifa, Bapak Dedy dan Ibu, Eka,
Tety, Mbak Aini, Lia, Dewi, Hilda, Ambar, Febry, Nida,
Diana, Riry, Fella, Nike yang telah memberi dukungan dan
motivasi untuk penulis.
15. Keluarga KKN Mata Air 097 yang telah menjadi saudara
bagi penulis semenjak KKN berlangsung sampai sekarang.
16. Keluarga Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2014 yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih telah
menjadi teman seperjuangan dan berproses menjadi
sejarawan.
17. Keluarga besar Lembaga Seni Otonom (LSO) Tari Fakultas
Adab dan Humaniora, yaitu Shafa, Rizka, Alifah, Naila,
Nanda yang telah menemani penulis selama di seni tari.
18. Komunitas Jejak Seribu (2018-2019) yaitu Bang Andi, Kak
Ami, Fadlan, Fely, Nandi, Sam, Kak Amar, Kak Imam, Kak
x
Ghisani yang mau membagi ilmu dan pengalamannya kepada
penulis. Selain itu, komunitas Jejak Seribu merupakan wadah
penulis untuk belajar dan pengabdian, terutama di Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta.
19. Teman-teman penulis dari Madrsah Ibtidaiyah (MI) Plus
Walisonggo Trenggalek yang masih menjaga silaturami
sampai sekarang dan memotivasi penulis.
20. Teman-teman dari Madrasah Tsanawiyah yaitu Mala, Dian,
Nurul, Laila, Rida, Luthfi, dan lainnya yang masih menjaga
silaturami sampai sekarang dan memotivasi penulis. Terima
kasih kepada Sawabi Bahctiar Ihsan, Mas Ryo dan Mas Roy
yang telah memberi dukungan dan motivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
21. Teman-Teman Penulis dari ―Kids Jaman Now‖ yaitu Kak
alfath, Kak Ifaz, Eni yang memberi motivasi dan dukungan
untuk penulis untuk menyelesaikan skripsi.
22. Teman-teman Wisma Kohati penulis, yaitu Nibras, Hanif,
Nisa, Fitri, Kak Tari, Kak Feni, Kak Ina yang telah memberi
semangat dan membantu penulis selama masa pengerjaan
skripsi ini.
23. Kepada narasumber Bapak Samsuri, Bapak Suwono, Bapak
Mangin, Bapak Suhono, Bapak Antok, Bapak Yohan
Erfinanta, Bapak Agus Prasmono, Bapak Zainal, Bapak
Soegeng Koencahyo, Bapak Imam Nurhadi telah bersedia
meluangkan waktu untuk penulis wawancarai dan membagi
ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat
xi
menyelesaikan skripsi dan penelitian penulis berjalan dengan
baik.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam seluruh
tahapan penulisan atau pengerjaan skripsi ini. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membagun untuk
pengembangan historiografi penulis di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini mampu bermanfaat dan bernilai positif bagi
akademisi dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 6 November 2019
Penulis,
Novia Bayuningrum
xii
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………….i
SURAT PERNYATAAN ............................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iv
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................ vi
DAFTAR ISI .............................................................................. xii
DAFTAR TABEL, BAGAN DAN GRAFIK ......................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xv
GLOSSARI ............................................................................... xix
BAB I PENDAHULAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 7
C. Batasan Masalah................................................................. 7
D. Rumusan Masalah .............................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat ........................................................... 8
F. Metode Penelitian............................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ...................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................. 13
A. Landasan Teori ................................................................. 13
B. Kajian Pustaka .................................................................. 15
C. Kerangka Berfikir............................................................. 18
BAB III MENGENAL KOTA TRENGGALEK................... 21
A. Aspek Sejarah................................................................... 21
B. Kondisi Geografis ............................................................ 24
C. Aspek Demografi ............................................................. 29
xiii
D. Potensi Ekonomi .............................................................. 30
E. Letak Kelurahan Ngantru ................................................. 34
BAB IV DAM BAGONG ........................................................ 37
A. Sejarah Singkat Dam Bagong .......................................... 37
1. Peran Minak Sopal dalam Pembangunan Awal Dam
Bagong ................................................................................... 39
2. Letak Strategis Dam Bagong .............................................. 47
B. Deskripsi Dam Bagong .................................................... 49
BAB V DAMPAK EKONMIS DAM BAGONG TERHADAP
PERTANIAN PADI .................................................... 55
A. Sektor Pertanian ............................................................... 55
B. Manajemen Irigasi Pertanian............................................ 66
C. Potensi Ekonomis dalam Peningkatan Hasil Pertanian .... 70
BAB VI PENUTUP .................................................................. 76
A. Kesimpulan ...................................................................... 76
B. Saran ................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................... 83
xiv
DAFTAR TABEL, BAGAN DAN GRAFIK
Tabel 1: Desa yang Persawahannya Teraliri Air dari Dam
Bagong.
Tabel 2: Sumber Mata Air yang Mengalir ke Dam Bagong.
Tabel 3: Contoh Jadwal Sistem Pengairan Bergilir Kecamatan
Trenggalek.
Bagan 1: Skema Kerangka Berfikir.
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Peta Kabupaten Trenggalek.
Gambar 2: Peta Kecamatan Trenggalek.
Gambar 3: Peta Kelurahan Ngantru.
Gambar 4: Peta Kelurahan Ngantru.
Gambar 5: Peta Kelurahan Ngantru.
Gambar 6: Susunan Organisasi Kelurahan Ngantru.
Gambar 7: Tugu Pranata Mangsa.
Gambar 8: Dam Bagong.
Gambar 9: Irigasi Primer di daerah Dam Bagong (tampak dari
depan).
Gambar 10: Irigasi Primer Dam Bagong (tampak dari belakang).
Gambar 11: Saluran air yang berasal dari Dam Bagong menuju ke
saluran irigasi primer.
Gambar 12: Saluran air yang keluar dari irigasi primer menuju
irigasi sekunder.
Gambar 13: Saluran Irigasi Sekunder yang ada di Surondakan.
Gambar 14: Saluran Irigasi Sekunder yang ada di Sumbergedong.
Gambar 15: Pintu Masuk Area Pemakanan Minak Sopal.
Gambar 16: Pintu Masuk makanan Minak Sopal.
Gambar 17: Pendapha di area pemakaman Minak Sopal yang
digunakan jika terdapat kegiatan.
Gambar 18: Makam Minak Sopal dan Istri.
Gambar 19: Makam Empat Prajurit Minak Sopal (sebelah kiri
dari pintu masuk).
xvi
Gambar 20: Makam Empat Prajurit Minak Sopal (sebelah kanan
dari pintu masuk).
Gambar 21: Sawah di Kelurahan Ngantru Milik Potani Sejahtera
I.
Gambar 22: Sawah di Kelurahan Ngantru Milik Potani Sejahtera
II.
Gambar 23: Sema‘an Alquran di mushola al-Falah dekat area
Makam Bagong.
Gambar 24: Tahlil dan Do‘a di Makam Minak Sopal.
Gambar 25: Sambutan dari Bapak Mukimin Swanto Selaku
Gapoktan Maju Sejahtera sekaligus Panitia Acara
Peringatan Jasa Minak Sopal.
Gambar 26: Sambutan dari Bapak Emil Selaku Bupati
Trenggalek.
Gambar 27: Sambutan dari Bapak Supardi Selaku Pembaca
Sejarah Dam Bagong.
Gambar 28: Pembacaan Do‘a oleh Kyai Hj. Nur S.
Gambar 29: Pembungkusan Nasi dan Daging Kerbau yang akan
dibagikan kepada warga masyarakat yang datang.
Gambar 30: Ramah Tamah Menu Makanan Daging Kerbau.
Gambar 31: Susunan Kegiatan Upacara Adat Memeringati Jasa
Minak Sopal.
Gambar 32: Wawancara penulis dengan Bapak Samsuri Selaku
Sesepuh Dam Bagong di Ngantru.
Gambar 33: Wawancara penulis dengan Bapak Suwono Selaku
Bapak Lurah dan Bapak Zainal Selaku Kepala Seksi
xvii
Pemberdayaan masyarakat dan sara prasara di
Kelurahan Ngantru.
Gambar 34: Wawancara penulis dengan Bapak Suhono Selaku
Juru Kunci Dam Bagong dari Dinas Pengairan
Trenggalek.
Gambar 35: Wawancara penulis dengan Bapak Mangin Selaku
Ketua Potani Sejahtera II di Kelurahan Ngantru,
Trenggalek.
Gambar 36: Wawancara penulis dengan Bapak Soegeng
Koencahyo Selaku Presenter dan Dokumentasi dari
HkTv Trenggalek.
Gambar 37: Wawancara penulis dengan Bapak Imam Nurhadi
Selaku Ketua Kasubag Perencanaan dari Dinas
Pertanian Trenggalek.
Gambar 38: Wawancara penulis dengan Bapak Yohan Erinanta
Selaku Penyuluh Pertanian Daerah Ngantru dari
Dinas Penyuluhan Pertanian Trenggalek.
Gambar 39: Wawancara penulis dengan Bapak Agus Prasmono
Selaku Kasi Pelestarian Tradisi Sejarah dan Cagar
Budaya dari Dinas Pariwisata Trenggalek.
Gambar 40: Surat untuk Kelurahan Ngantru.
Gambar 41: Surat untuk Dinas Pertanian.
Gambar 42: Surat untuk Dinas Pariwisata.
Gambar 43: Surat untuk Dinas Pengairan, Gapoktan, Dinas
Penyuluan Petanian, HkTv, Sesepuh Dam Bagong
dan KesBangPol.
Gambar 44: Surat Balasan dari KesBangPol.
xviii
Gambar 45: Surat Balasan dari Kelurahan Ngantru.
Gambar 46: Surat Balasan dari Dinas Pariwisata.
Gambar 47: Surat Balasan dari Dinas Pertanian.
xix
GLOSSARI
Candrasangkala Cara menuliskan angka tahun suatu
kejadian dalam bentuk simbol, sandi, atau
kalimat.
Embung Cekungan yang digunakan untuk mengatur
dan menampung suplai aliran air hujan.
Nyadran Sebuah tradisi mengenang jasa atau peringatan
haul Minak Sopal sebagai tokoh yang
mempelopori pembangunan Dam Bagong.
Yoni Tempat untuk melahirkan.
Alen-alen Makanan yang terbuat dari tepung tapioka,
makanan ini memiliki warna kuning yang
berasal dari kunyit, dan memiliki bentuk
seperti cincin.
Manco Makanan yang terbuat dari tepung ketan,
kemudian dibentuk lonjong, dibaluri
dengan gula merah dan dibalut dengan
beras yang telah digoreng atau dengan
wijen.
Geti Makanan yang terbuat dari gula merah dan
wijen, terkadang ditambah dengan kacang
tanah, memiliki bentuk persegi panjang.
Walet Lumpur yang ada di Sungai.
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Irigasi merupakan suatu sistem pengaliran air yang teratur
dari sungai, danau, maupun sumber air lainnya menuju lahan
pertanian atau bisa diartikan sebuah upaya penyediaan,
pengaturan dan pengaliran air pada lahan khususnya lahan
pertanian.1 Irigasi berfungsi sebagai pasokan air untuk lahan
pertanian agar memudahkan penggarapan tanah untuk bercocok
tanam sehingga tanaman mendapatkan air yang sangat penting
dalam proses pembuatan makanannya agar dapat tumbuh dengan
baik.
Terdapat dua jenis irigasi yang ada di Indonesia yaitu
pertama, irigasi desa, dan kedua irigasi umum. Irigasi desa adalah
irigasi yang dalam pembangunan, pengurusan dan
pemeliharaannya ditanggung dan dilakukan oleh masyarakat tani
sendiri dengan model irigasi mengikuti persawahan.2
Pembangunan irigasi desa di mulai sejak periode prakolonial
yaitu bertepatan pada 1600 SM.3
Irigasi umum adalah irigasi yang penyelenggaraan,
pengurusan, dan pemeliharaan dilakukan oleh instansi
1 Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga Kerja, Petundjuk-Petundjuk
Tentang Eksploitasi Irigasi Desa (Djakarta: Pekerdjaan Umum, 1968), 16. 2 Petundjuk-Petundjuk Tentang Eksploitasi Irigasi Desa, 15.
3 Effendi Pasandaran, ―Pengelolaan Infrastruktur Irigasi Dalam Kerangka
Ketahanan Pangan Nasional‖ 5, no. 2, Analisis Kebijakan Pertanian (2007):
126–149.
2
pemerintahan.4 Pembangunan irigasi umum pada periode
Kolonial Belanda sekitar abad ke 19 M dengan dilakukan
pembangunan irigasi dengan skala besar yang disebabkan adanya
kelaparan yang menyebabkan kematian penduduk setempat pada
tahun 1848 di Demak, Jawa Tengah.5 Pemerintahan Belanda
banyak melakukan rekontruksi pada sistem irigasi masyarakat
menjadi sistem irigasi yang lebih permanen.6 Beberapa contoh
irigasi yang dibangun oleh pemerintah Belanda dalam jenis
bendungan seperti bendungan Gelapan, Tuntang, dan Sidoarjo di
delta Brantas.
Irigasi yang telah dibangun baik pemerintah maupun
masyarakat digunakan untuk mengaliri persawahan di Indonesia.
Sistem persawahan di Indonesia pada 1600 tahun SM jenis sawah
yang diwariskan nenek moyang merupakan sawah tadah hujan.7
Dalam perkembangannya sawah tadah hajun ini memiliki banyak
kekurangan di antaranya semakin meningkatnya permintaan
pasokan bahan pangan, tetapi tidak disertai dengan peningkatan
hasil pertanian khususnya pasokan bahan pangan jenis padi. Dari
peristiwa tersebut, masyarakat dan pemerintah mulai berinovasi
untuk meningkatkan hasil pertanian dengan membangun irigasi.
Pertanian adalah penggunaan tanah untuk kemakmuran
masyarakat dalam bidang bercocok tanam. Dalam bidang
pertanian status tanah dapat dibedakan yaitu tanah pertanian dan
4 Petundjuk-Petundjuk Tentang Eksploitasi Irigasi Desa, 15.
5 Pasandaran, ―Pengelolaan Infrastruktur Irigasi Dalam Kerangka
Ketahanan Pangan Nasional.‖ 6 Effendi Pasandaran, ―Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi
Lahan Sawah Beririgasi Di Indonesia‖ 25, no. 4 (2006): 123–129. 7 Soeyono, Ki Ageng Menak Sopal (Trenggalek, 2006).
3
bukan tanah petanian. Tanah pertanian adalah tanah yang
dipergunakan untuk bercocok tanam, sedang tanah bukan
pertanian adalah lahan yang tidak dapat digunakan untuk becocok
tanam. Kemudian tanah pertanian ada dua jenis yaitu tanah yang
dapat diairi disebut tanah irigasi (bevloeibare gronden) dan tanah
darat atau tanah kering.8 Trenggalek merupakan salah satu
Kabupaten yang ada di Indonesia, yang memiliki keunggulan di
beberapa sektor seperti perkebunan, perikanan, perhutanan,
pertanian dan pariwisata alam dan budaya. Oleh sebab itu,
sebagaian besar masyarakat Trenggalek bermata pencaharian
nelayan, pedagang, dan petani.
Tercatat pada tahun 2013 luas tanah yang digunakan untuk
lahan persawahan sekitar 9,6 persen, dengan struktur tanah
alluvial yaitu jenis tanah yang subur dengan kadar kesuburan
tanah berkisar 10 sampai 15 persen.9 Hal ini menyebabkan
ketidak stabilan antara pasokan bahan pangan jenis padi dengan
semakin meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk akan
permintaan pasokan bahan pangan jenis padi atau makanan
pokok.
Dalam buku Ki Ageng Menak Sopal, karya Soeyono
mengatakan bahwa sebagaian besar masyarakat Trenggalek
bermata pencaharian sebagai petani yang sebagian wilayah
persawahannya kekurangan air. Bisa dikatakan bahwa lahan
sawah yang dikeloka petani Trenggalek, khususnya masyarakat
8 Petundjuk-Petundjuk Tentang Eksploitasi Irigasi Desa, 22.
9 Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, ed., Kabupaten
Trenggalek dalam Angka 2014 (Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Trenggalek, 2014), 3.
4
Kelurahan Ngantru merupakan sawah tadah hujan yang sangat
bergantung pada curah hujan yang turun.10
Melihat peristiwa di atas, Minak Sopal tergerak untuk
membangun sebuah bendungan atau dam yang dapat mengairi
sawah-sawah masyarakat Trenggalek. Pembagunan dam di
perkirakan sekitar tahun 1550, yang kemudian dam diberi nama
Dam Bagong.11 Dam Bagong dapat mengaliri area persawahan di
dua kecamatan, yaitu Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan
Pogalan yang mengalir di tiga belas kelurahan atau desa di
antaranya Pogalan, Bendorejo, Ngulankulon, Ngulanwetan,
Ngadirenggo, Ngetal dan Gembleb untuk Kecamatan Pogalan.
Sedang Kecamatan Trenggalek adalah Ngantru, Rejowinangun,
Sambirejo, Sumbergedong, Surondakan dan Tamanan.12
Dam yang dibangun, dialirkan berfokus pada daerah
perkotaan yang tidak memiliki sungai atau daerah aliran sungai.
Ngantru merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan
Trenggalek, yang sebagian besar masyarakatnya bermata
penceharian sebagai petani dan sangat memanfaatkan air yang
berasal dari Dam Bagong untuk mengairi sawah-sawahnya.
Dengan adanya dam yang dibangun Minak Sopal, sawah-
sawah milik petani terutama di daerah Ngantru mengalami
peningkatan dalam hasil pertanian, dari yang semula merupakan
sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada curah hujan yang
turun untuk bercocok tanam dan biasanya setahun hanya sekali
10
Ki Ageng Menak Sopal. 11
Abdul Hamid Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal (Trenggalek, 2006),
10. 12
Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal, 12.
5
panen, setelah adanya dam petani dapat bercocok tanam dengan
mengandalkan pengairan dari air yang dialirkan dam dan hal ini
dapat meningkatkan hasil panen petani menjadi setahun sampai
tiga kali bercocok tanam.
Mayoritas masyarakat Trenggalek beranggapan bahwa
Minak Sopal adalah tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam
berbagai bidang, di antaranya bidang pertanian. Dia dijadikan
sebagai pahlawan pertanian karena telah membangun Dam
Bagong yang dapat digunakan mengairi sawah masyarakat
sehingga petani dapat meningkatkan hasil pertanian yang pada
awalnya merupakan sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi
yang airnya berasal dari Dam Bagong.13 Di bidang politik, dia
pernah menjadi Adipati Muslim pertama di Trenggalek. Di
bidang keagamaan, dia pernah menjadi muballigh atau penyiar
agama Islam di Trenggalek.14
Untuk mengenang jasa Minak Sopal, diadakan kegiatan
peringatan haul. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Jum‟at
Kliwon bulan Selo pada bulan Jawa, dan apabila terdapat
pergeseran tanggal dalam bulan Selo tidak ada Jum‟at Kliwon
maka maju pada Jum‟at Pon. Lokasi pelaksanaan di area
pemakaman Bagong dan Dam Bagong.15
13
Wilis, Sejarah Adipati Menaksopal, 11. 14
Ki Ageng Menak Sopal. 15
Samsuri (Sesepuh DAM Bagong), ―Wawancara Sejarah Minak Sopal,‖
Trenggalek, 3 Agustus 2018.
6
Dalam peringatan haul tersebut, terdapat acara sema‟an16
Alquran di area Makam Adipati Minak Sopal.17 Acara lain yang
juga terdapat dalam kegiatan peringatan haul tersebut, adalah
pembacaan tahlil18 di makam Minak Sopal, istri, dan beberapa
prajuritnya, yang kemudian dilanjutkan dengan acara tabur
bunga.
Dalam kegiatan peringatan haul, disediakan hidangan ramah
tamah hasil olahan dari daging kerbau bagi masyarakat umum
yang ingin menikmati jamuan makan. Upacara ditutup dengan
kegiatan sosial berupa pembagian nasi bungkus kepada
masyarakat yang kurang mampu di sekitar area Dam Bagong.
Peringatan haul di atas merupakan sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk mengenang jasa Minak Sopal sebagai pahlawan
pertanian bagi masyarakat Trenggalek. Berdasarkan pemaparan
latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti ―Dampak
Ekonmis Dam Bagong dalam Pertanian Padi Masyarakat
Ngantru, Trenggalek 2006-2016‖ dengan memaparkan data-data
yang telah didapatkan penulis, baik data tertulis maupun data di
lapangan.
16
Sema‘an berasal dari kata simak yang artinya menyimak atau
mendengarkan. Sema‘an disini memiliki arti mendengarkan ayat-ayat Alquran
dengan cara bersama-sama yaitu lebih dari dua orang dengan sistem satu orang
membaca ayat Alquran dan yang lainnya mendengarkan. Istilah ini sering
digunakan oleh orang Jawa. Penjelasan ini di kutip dari Kamus Pusat Bahasa,
ed., ―Kamus Bahasa Indonesia‖ (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1299 dan 1350. 17
Suwono (Kepala Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Prosesi Acara
dalam Peringatan Jasa Minak Sopal,‖ Trenggalek, 10 Agustus 2018. 18
Tahlil adalah pengucapan kalimat tauhid la ila hailallah dengan arti
‗tidak ada Tuhan selain Allah‘ secara berulang-ulang. Penjelasan ini dikutip
dari ―Kamus Bahasa Indonesia.‖, 1413.
7
B. Identifikasi Masalah
Irigasi yang memanfaatkan Dam Bagong merupakan solusi
yang dilakukan oleh Minak Sopal dalam mengatasi masalah
kekurangan pasokan air untuk tanaman padi di Ngantru,
Trenggalek untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dam
Bagong mengaliri sawah-sawah yang ada disekitar daerah
perkotaan Trenggalek, yang terfokus pada dua kecamatan yaitu
Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Pogalan. Dua kecamatan
yang telah dialiri air dari dam dapat melakukan cocok taman
lebih baik dan intensitasnya lebih meningkat.
Terdapat permasalahan yang penulis identifikasi terkait
topik kajian skripsi ini, yaitu potensi ekonomis Dam Bagong
dalam meningkatkan perekonomian di sektor pertanian
masyarakat Ngantru, Trenggalek.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang diteliti dalam skripsi ini terfokus
pada peningkatkan perekonomian masyarakat Ngantru,
Trenggalek dengan adanya Dam Bagong yang dibatasi pada
aspek sejarah dan perekonomian.
Selain itu, penulis membatasi kajian ini mulai tahun 2006
sampai 2016 disebabkan pada tahun 2006 terjadi banjir bandang
atau banjir besar di kota Trenggalek tersebut, khususnya
kelurahan Ngantru dan membuat banyak kerusakan seperti
rumah, sawah-sawah, fasilitas masyarakat, seperti kantor
kecamatan, kantor kelurahan, rumah sakit, perpustakaan dan
lainnya. Pada tahun tersebut data-data pemerintahan mulai
8
dibenahi kembali, agar dapat diakses oleh masyarakat. Banyak
sumber yang berkaitan dengan topik yang ditemui penulis
berkisar mulai tahun 2006 ke atas. Dalam penulisan topik skripsi
ini, penulis mengambil batasan waktu sepuluh tahun, yaitu dari
tahun 2006 sampai dengan 2016. Dengan demikian, kajian skripsi
ini merupakan kajian kontemporer.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil yang didapat dari
pengumpulan data tentang topik di atas, maka muncul
permasalahan yang diangkat oleh penulis, yaitu apakah Dam
Bagong memiliki kontribusi dalam meningkatkan hasil pertanian
masyarakat Ngantru, Trenggalek?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mencoba
memaparkan jawaban yang telah ditemukan dari hasil penelitian
ini.
E. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
potensi ekonomis Dam Bagong dalam peningkatan
perekonomian di sektor pertanian masyakat Ngantru.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah
terwujudnya hasil analisis terhadap potensi ekonomis dari
pembagunan Dam Bagong sebagai upaya peningkatan
perekonomian pertanian masyarakat Ngantru, Trenggalek.
Manfaat lainnya adalah terwujudnya kotribusi informasi
9
akademik yang dapat menambah khazanah keilmuan mengenai
sistem irigasi yang ada di Trenggalek.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sejarah
analitis (analytical history) yang memanfaatkan teori dan
metodologi.19 Selain itu, penulis juga menggunakan metode
penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan sejarah
ekonomi (economic history).20 Objek kajian skripsi ini memiliki
keterkaitan dengan aspek ekonomi. Karena itu pembahasannya
menggunakan pendekatan tersebut.
Penulis menggunakan beberapa tahapan sesuai dengan
metode penilitian sejarah, yaitu heuristik (pengumpulan sumber),
kritik sumber, interpretasi dan historiografi.21
1. Heuristik
Heuristik merupakan tahapan awal dalam penelitian
sejarah, yakni dengan mengumpulkan berbagai sumber data
terkait dengan objek pembahasan penelitian. Penulis
mengumpulkan data yang bersumber dari catatan dan
kesaksian yang merupakan data sejarah yang sezaman dan
sifatnya primer. Selain itu, penulis juga mengumpulkan
sumber-sumber yang bersifat sekuder yang terkait dengan
topik skripsi.
19
Dien Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah (Ciputat: UIN Jakarta Press,
2013), 106. 20
Mustopa Marlin Batubara, Metode Penelitian Sosial Ekonomi
(Palembang: Universitas Muhammadiyah, 2011), 7. 21
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2013), 69.
10
Pengumpulan data pertama dalam pelaksanaan penelitian
ini di lakukan penulis dengan cara kajian pustaka. Penulis
menemukan laporan penelitan di perpustakaan daerah
Kabupaten Trenggalek mengenai Sejarah Adipati Minak
Sopal, Ringkasan Sejarah Trenggalek, dan Trenggalek Kota
Pertahanan. Selain itu, penulis juga menemukan buku di
Kelurahan Ngatru, Trenggalek mengenai Ki Ageng Minak
Sopal. Penulis juga mencari beberapa sumber sekunder berupa
jurnal dan buku yang berkaitan tentang irigasi dan pertanian
yang ada di Indonesia.
Dalam pencarian sumber primer, penulis mendapatkan
sumber lisan dari beberapa tokoh masyarakat seperti Samsuri
selaku sesepuh dan Suono selaku bapak lurah di Kelurahan
Ngantru. Para narasumber tersebut memiliki informasi
mengenai hal yang terkait dengan topik penelitian ini.
2. Kritik Sumber
Setelah sumber terkumpul dari mulai buku, jurnal, arsip
atau dokumen, dan sumber lisan, maka tahapan kedua dalam
penelitian ini adalah melakukan kritik dan uji terhadap sumber
yang telah ditemukan. Kritik dilakukan untuk menguji
keautentikan dalam membuktikan keaslian sumber dan dapat
digunakan pula sebagai landasan bahwa sumber yang didapat
bisa dipercaya atau tidak.
Penulis mengkritisi beberapa sumber lisan yang
didapatkan dan memiliki relevansi terhadap kajian yang
diteliti. Tahapan ini perlu dilaksanakan karena setiap
narasumber memiliki subjektifitasnya masing-masing.
11
Sedang jurnal, buku dan arsip atau dokumen yang didapat
penulis banyak yang bersifat kedaerahan sehingga diperlukan
penelitan lapangan lebih lanjut untuk mendapatkan lebih
banyak sumber penunjang untuk kajian skripsi ini.
3. Interpretasi
Tahap ini merupakan hasil dari pemahaman (penafsiran)
yang mendalam mengenai sumber-sumber yang telah melalui
fase kritik, dimana peneliti sudah menemukan korelasi dan
pemahaman yang baru mengenai tema penelitian, yang
kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan yang
menjadikannya sebagai sebuah sejarah yang bermakna. Dalam
tahap ini, penulis menggabungkan data yang ditemukan
dengan analisis sehingga menghasilkan sebuah tulisan yang
menarik tentang topik skripsi ini, yaitu peningkatan
perekonomian di sektor pertanian dengan adanya Dam
Bagong.
4. Historiografi
Pemahaman diperoleh setelah melalui beberapa tahap
yang ditransfer dalam bentuk tulisan, pemaparan, atau hasil
laporan penelitian sejarah yang dilakukan. Tahapan ini
merupakan serangkaian dari seluruh teknik metode
pembahasan yang dimana semua fakta, data dan opini dari
sumber-sumber yang telah dikumpulkan penulis tertuang di
dalam penulisan skripsi ini. Sedang tujuan dari historiografi
adalah merangkaikan kata-kata menjadi sebuah kisah sejarah.22
22
Louis Gottschalk, Mengerti Sejerah, Terjemahan Nugroho Notosusanto
(Jakarta: UI Press, 1983), 12.
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab,
yang masing-masing bab terdiri dari sub bab sebagai
perinciannya. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut;
BAB I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II membahas tentang kajian pustaka yang menguraikan
landasan teori, kajian pustaka dan kerangka berpikir.
BAB III menguraikan gambaran umum tentang lokasi, geografi,
demografi, sejarah dan potensi ekonomi di Ngantru, Trenggalek,
Jawa Timur.
BAB IV berisi uraian sejarah singkat, letak strategis, dan
deskripsi Dam Bagong dari mulai bentuk, kedalaman, pasokan air
bagi dam, debit air dam dan renovasi yang pernah dilakukan
terhadap Dam Bagong.
BAB V berisi pembahasan mengenai dampak ekonomis Dam
Bagong terhadap pertanian padi, yang pembahasannya meliputi
industri pertanian, manajemen irigasi, dan dampak ekonomis
dalam peningkatan hasil pertanian padi.
BAB VI berisi penutup yang pembahasannya meliputi
kesimpulan, dan saran mengenai pembahasan yang telah
diuraikan dalam penelitian.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pertanian sangat memerlukan pengairan. Secara teoritis
pengairan atau irigasi bisa menambah tingkat kesuburan tanah
dan kesuburan tanah dapat meningkatkan hasil panen.23 Apabila
kebutuhan tanaman terhadap air terpenuhi dengan baik, maka
proses pertumbuhan tanaman akan baik pula, tanpa air proses
biologis yang dilakukan tumbuhan akan terhenti dan zat hara
yang tersedia dalam tanah menjadi kurang efektif. Jika
pembuatan makanan pada tanaman berjalan dengan baik, maka
akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan dapat
meningkatkan hasil panen.24 Air juga berfungsi sebagai sistem
penyalur yang membawa karbohidrat dan mineral ke akar
tanaman sebagi cadangan makanan bagi tumbuhan. Selain itu, air
yang menguap dari daun tumbuhan berfungsi untuk menjaga
kestabilan suhu di sekitar tanaman.
Teori lain dalam artikel yang ditulis oleh Wayan Windia,
dan kawan-kawan (dkk) mengatakan bahwa suatu sistem irigasi
merupakan suatu sistem teknologi yang baik dan tepat untuk
diterapkan kepada petani dalam mengelola persawahannya di
23
Anne Booth, William J. O‘Malley, and Anna Weidemann, eds.,
Sejarah Ekonomi Indonesia, trans. Milen Jorbhaar, Peter Boomgaard, ―
Mengubah Ukuran dan Perubahan Ukuran: Pertumbuhan Pertanian Daerah Di
Pulau Jawa 1815-1875‖, (Jakarta: LP3ES, 1988), 184. 24
Novrida Mulya Rokhma, Menyelamatkan Pangan Dengan Irigasi
Hemat Air (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 34-35.
14
daerah Bali.25 Selain menjadi sistem teknologi, sistem irigasi ini
menjadi sistem budaya dalam masyarakat sekitar yang dapat
ditransformasikan.
Teori-teori yang disebutkan sebelumnya diperkuat dengan
pernyataan Haryono mengenai irigasi dalam bukunya
―Mekanisasi Pertanian‖, bahwa saluran irigasi yang baik dengan
cara pengaturan yang tepat dapat membantu hasil panen yang
baik, dan memungkinkan petani tidak harus berebut untuk
mengairi sawahnya, hal ini telah di lakukan di Bali dengan nama
Subak.26
Pernyataan di atas merupakan teori bagus untuk
melanjutkan penelitan penulis dengan judul ―Dampak Ekonomis
Dam Bagong dalam Pertanian Padi Masyarakat Ngantru,
Trenggalek 2006-2016‖. Dengan adanyan teori ini penulis
tertarik untuk menulis Dam Bagong yang merupakan salah satu
bentuk irigasi.
Dalam membahas topik skripsi ini, penulis menggunakan
pendekatan ekonomis, dengan alasan hal ini sesuai dengan kajian
skripsi penulis yang berorientasi pada aspek sejarah ekonomi.
Oleh sebab itu, penulis menggunakan pendekatan sejarah
ekonomi. Objek yang akan diteliti dengan metode penelitian ini
adalah Dam Bagong yang dikaitkan dengan perekonomian
masyarakat Ngantru melalui pemberdayaan sektor pertanian.
25
Wayan Windia, dkk., ―Transformasi Sistem Irigasi Subak Yang
Berlandaskan Konsep TRI Hita Karana,‖ SOCA (Socio-Economic of
Agriculturre and Agribusiness) (2006), 12.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4078/3067. 26
Haryono, Mekanisasi Pertanian (Jakarta: CV. Genep Jaya Baru, 1983).
7.
15
B. Kajian Pustaka
Banyak tulisan yang berkaitan tentang irigasi. Di antaranya
adalah tulisan mengenai irigasi subak. Kajian mengenai irigasi
subak ini telah diteliti beberapa ahli sejarah di antaranya adalah
Wayan Windia, dkk. yang mengatakan bahwa sistem irigasi
subak di samping sebagai sistem teknologi yang baik dan tepat
diterapkan pada area persawahan, juga sebagai sistem budaya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pada dasarnya sistem irigasi
subak adalah sistem teknologi yang telah dikembangkan sebagai
bagian dari budaya masyarakat.
Sistem subak dipandang sebagai sistem teknologi, maka
sistem ini memiliki kemampuan untuk ditransformasikan.
Sementara itu, keterbatasan kemampuan sistem irigasi subak
untuk mengatasi kondisi ekstrem, pada dasarnya dapat
diselesaikan melalui keharmonisan dan kebersamaan. Kondisi
ekstrem di sini maksudnya adalah pada musim kemarau debit air
berkurang, maka akan dilakukan berbagai cara agar dapat
membuat sistem irigasi subak. Maka presentase kemampuan
sistem subak yang ditransformasikan dapat dilihat, dihitung dan
dinilai bahwasannya sistem irigasi subak dapat beradaptasi
dengan perkembangan teknologi dan dinamika kehidupan
masyarakat. Kemampuan transformasi sistem subak di atas
menunjukkan bahwa elemen yang berkaitan dengan subak masih
saling terjalin dengan utuh.27
27
Windia dkk., ―Transformasi Sistem Irigasi Subak Yang
Berlandaskan Konsep TRI Hita Karana‖, 12-13.
16
Buku berjudul Menyelamatkan Pangan dengan Irigasi
Hemat Air (2008), karya Novrida Mulya Rokhma, membahas
mengenai penyelamatan pangan di sektor pertanian menggunakan
irigasi hemat air. Sektor pertanian merupakan ranah yang
konsumsi airnya menempati urutan tertinggi dibandingkan
dengan sektor yang lain, sementara ketersediaan air bersih
semakin sulit untuk saat ini.28
Buku ini memberikan sebuah inovasi dalam penyelamatan
pangan, sekaligus penghematan air dengan menggunakan irigasi.
Penggunaan air pada sektor pertanian dikatakan hemat apabila
pemberian air dan kebutuhan air tanaman tidak berbeda jauh.
Untuk merealisasikan prinsip hemat air, metode yang digunakan
adalah SRI (System of Rice Intensification), yaitu salah satu
metode yang menggunakan irigasi hemat air untuk meningkatkan
produktivitas penanaman padi dengan mengubah manajemen
penanaman, tanah, air dan unsur-unsur hara.29
Kelebihan dari metode ini adalah:
Penghematan air dengan cara pemberian air sesuai
kebutuhan tanaman, biaya yang dikeluarkan lebih sedikit
karena benih yang dibutuhkan 5 kg/ha dengan penanaman
satu buah bibit pada satu area tanam, hemat waktu dengan
masa tanam bibit muda 5-12 hari setelah semai dan masa
panen lebih awal, dan apabila menggunakan metode yang
tepat maka hasil produksi akan meningkat. Dalam buku
Rokhma, dia menyatakan metode yang tepat digunakan
adalah SRI. 30
28
Rokhma, Menyelamatkan Pangan Dengan Irigasi Hemat Air, 25-26. 29
Rokhma, Menyelamatkan Pangan Dengan Irigasi Hemat Air, 36, 42
dan 47. 30
Rokhma, Menyelamatkan Pangan Dengan Irigasi Hemat Air, 48.
17
Jurnal lain yang mengkaji tentang irigasi berjudul Politik
Ekonomi Reformasi Irigasi: Tinjauan Kritis Terhadap RUU
Sumberdaya Air (2003), karya Effendi Pasandaran mebahasas
tentang pola perkembanga irigasi dari irigasi sederhana yang
dibuat masyarakat dengan membangun sawah tadah hujan
kemudian beralih pada pengaliran air sungai dengan membuat
daerah alirannya secara sederhana, yang pengelolaannya
dilakukan oleh masyarakat sendiri.31 Melihat peluang yang bagus
ini, pemerintah mulai ikut serta dalam meningkatkan hasil
pertanian dengan membangun irigasi yang lebih permanen
dengan rancangan bangunan berlandas pada pemerintah yang
menghendaki adanya keputusan secara sentralistik dalam
mengatur pola tanam dan pembagian air. Pembagungan irigasi
yang lebih permanen menggunakan teknologi buka tutup
menggunakan pintu air sehingga dapat mengatur keluarnya air
secara bertahap. Dalam jurnal Effendi juga menyinggung
mengenai irigasi subak yang diterapkan di Bali menjadi
terobosonan inovasi sistem irigisi yang baik dan tepat dalam
pembagian air sangat proporsional pada lahan persawahan.
Penulis telah melakukan penelitian dan pengecekan melalui
berbagai artikel, jurnal dan tulisan lain yang terkait dengan topik
Dam Bagong. Dari penelitian dan pengecekan tersebut, penulis
mendapatkan peluang dalam satu aspek yang terkait Dam Bagong
dan belum dijumpai dalam tulisan lain, yaitu aspek ekonomi.
31
Effendi Pasandaran, ―Politik Ekonomi Reformasi Irigasi: Tinjauan
Kritis Terhadap RUU Sumberdaya Air‖ 1, no. 4, Analisis Kebijakan Pertanian
(2017): 281–296.
18
Karena itu penulis meneliti aspek tersebut untuk penulisan skripsi
dengan judul ―Dampak Ekonomis Dam Bagong dalam Pertanian
Padi Masyarakat Ngantru, Trenggalek 2006-2016‖.
C. Kerangka Berfikir
Untuk mempermudah suatu penelitian perlu dibuat
kerangka berfikir atau konsep dengan tujuan membuat arah
penelitian menjadi jelas. Dam merupakan salah satu sistem
teknologi yang sistem kerja dan bentuknya menyerupai irigasi.
Dam digunakan untuk mengairi sawah-sawah petani sehingga
dapat meningkatkan hasil pertanian masyarakat khususnya
masyarakat Ngantru, Trenggalek yang pada mulanya merupakan
sawah tadah hujan yang hasil pertanianya sangat dipengaruhi
oleh curah hujan yang turun.
Peristiwa di atas memunculkan sebuah masalah yaitu
bagaimana potensi ekonomis dari adanya Dam Bagong bagi
industri pertanian di daerah Ngantru, Trenggalek? Masalah
tersebut dijawab dalam skripsi ini melalui penelitian dengan
pendekatan ekonomi sebagai ilmu bantu untuk menganalisis
peningkatan hasil pertanian.
Hasil temuan penulis dalam penelitian adalah bahwa ada
manajemen pengairan yang baik bagi area persawahan
masyarakat dari sistem irigasi yang berbentuk dam, yaitu Dam
Bagong, yang memiliki potensi meningkatkan hasil pertanian di
Ngatru, Trenggalek.
Dengan adanya dam ini, masyarakat Ngantru memiliki
solusi untuk meningkatkan hasil pertanian mereka. Dan adanya
19
dam tersebut, area persawahan mereka dapat diairi sesuai
dengan kebutuhan sawah mereka. Adanya pasokan air yang
cukup, membuat tanaman padi mereka dapat tumbuh dengan
subur sehingga mendapatkan hasil panen yang maksimal.
20
Skema Kerangka Berfikir
Dampak Ekonomis Dam Bagong
Bagaimanakah Potensi Ekonomis Dam
Bagong dalam Industri Pertanian
Masyarakat Ngantru, Trenggalek 2006-
2016 ?
Masalah
Metodologi
Pendekatan Sejarah
Ekonomi
Peningkatan Hasil
Panen Masyarakat
Teori
Pengairan
(Peter Boomgaard)
Sistem irigasi
(Wayan Windia,
dkk.)
Temuan
Manajemen Pengairan dan
Sistem Irigasi dalam bentuk
Dam Bagong
Peningkatan hasil pertanian
masyarakat Ngantru,
Trenggalek
21
BAB III
MENGENAL KOTA TRENGGALEK
A. Aspek Sejarah
Trenggalek berasal dari kata Treng dan Gale yang memiliki
arti yaitu Treng adalah tempat dan Gale adalah jauh atau
pedalaman.32
Jadi kata Trenggalek memiliki arti tempat yang
jauh atau tempat yang sangat pedalaman. Pengertian tempat yang
jauh atau pedalaman ini adalah tempat yang jauh dari pusat kota
atau pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan waktu itu yang
dimaksud adalah pusat pemerintahan pada masa pemerintahan
kerajaan Hindu Budha yaitu Mataram Kuno, Kahuripan,
Singosari, Majapahit, Kediri (Dhoho) sampai pada masa
kerajaan Islam yaitu Demak, Pajang, Mataram Islam dan masih
banyak pusat pemerintahan lain yang jaraknya jauh dari Kota
Trenggalek.33
Jurnal yang ditulis Teguh, memaparkan tentang asal-usul
kata Trenggalek yang diambil dari manuskrip Kraton Kasunanan
Surakarta. Kata Trenggalek merupakan sebutan dari kota
penghasil gaplek yang memiliki kualitas bagus. Gaplek yang
dimaksud disini adalah makanan yang terbuat dari ketela pohon
yang dikeringkan dan dipilih yang memiliki warna putih bersih
32
Abdul Hamid Wilis, Trenggalek Kota Pertahanan (Trenggalek, 2007),
3. 33
Abdul Hamid Wilis, Trenggalek Kota Pertahanan (Trenggalek, 2007),
3.
22
atau ―terang‖. Kata gaplek yang ―terang‖ mengalami pergeseran
kata menjadi ―Trenggalek‖.34
Terdapat kemungkinan lain mengenai asal kata Trenggalek,
yaitu:
Terang dan Galuh, yang memiliki arti Terang adalah cahaya
dan Galuh adalah intan berlian. Jadi jika digabungkan
menjadi Terang Galuh yang memiliki arti cahaya intan
berlian. Kata Terang Galuh mengalami pergeseran ejaan
pelafalan menjadi Terang Galih yang pada akhirnya menjadi
Trenggalek.35
Hari jadi atau lahir Kabupaten Trenggalek bertepatan pada
Rabu Kliwon, 31 Agustus 1194 M.36
Penetapan tersebut
berdasarkan pada Prasasti Kamulan yang berada di Desa
Kamulan, Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek, yang
diterbitkan oleh Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri. Prasasti
Kamulan menjadi dasar informasi sejarah yang cukup lengkap
sebagai penentu hari jadi atau lahir Kabupaten Trenggalek.37
Di Kabupaten Trenggalek, ditemukan puing-puing dan
benda-benda peninggalan Masa Kerajaan Hindu berupa
monogram tahun 1330 Saka atau 1480 Masehi yang terpahat
pada punggung arca wanita yang ditemukan di Dompyong.
Kemudian ditemukan arca-arca lainya, seperti Arca Bhima yang
34
Teguh Budiharso, ―Meluruskan Sejarah Trenggalek Kota Gaplek: Studi
Heuristik Foklor Panembahan Batoro Katong, Joko Lengkoro dan Menak
Sopal‖ 12, no. 1 (March 2015): 137–151. 35
Wilis, Trenggalek Kota Pertahanan, 3. 36
Tim Sejarah Kabupaten Trenggalek dan Tim Konsultan IKIP Malang,
Ringkasan Sejarah Trenggalek, ed. Mukayat (Trenggalek: Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II, 1982), 10. 37
Tim Sejarah Kabupaten Trenggalek dan Tim Konsultan IKIP Malang,
Ringkasan Sejarah Trenggalek, ed. Mukayat (Trenggalek: Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II, 1982), 9.
23
ditemukan di Dukuh Ngreco, Desa Parakan, Arca Dwarapala
yang ditemukan di gunung Kambe Desa Watulimo. Selain itu
ditemukan pula ambang pintu candi dan sebuah yoni (tempat
untuk melahirkan) dari hasil galian di Desa Sukorame,
Kecamatan Gandusari. Penemuan benda-benda sejarah di atas
diidentifikasi merupakan peninggalan dari masa pemerintahan
Kerajaan Majapahit.38
Menurut data benda-benda temuan di atas, penulis
menganalisis bahwa keberadaan Hindu di Trenggalek sudah ada
sejak masa Kerajaan Kahuripan dengan Raja Empu Sendok (929
M).39 Selain itu, masa tersebut ditandai dengan adanya Arca
Bhima yang masih dapat dilihat di pendopo Kabupaten
Trenggalek, dan terdapat pula replika dari Candi Brawijaya yang
terletak di dekat rumah makan taman Basuki atau depan SMAN
1 Trenggalek. Hal tersebut menunjukkan bahwa Agama Hindu di
Trenggalek memiliki masa keemasan.
Data yang dapat dikumpulkan penulis mengenai masa awal
Islam di Trenggalek sangat terbatas dan belum memadai. Tokoh
yang sangat berperan dalam penyebaran Agama Islam adalah
Minak Sopal. Selain itu, figur Minak Sopal dipandang sebagai
tokoh yang memiliki peran penting dalam sektor pertanian. Ada
tulisan pada batu nisan Minak Sopal dan istrinya yang
berukirkan sebuah candrasangkala yang bertuliskan:
“Sirnaning Puspita Cinatur Wulan”. Jika diartikan perkata,
kata sirna berarti ilang atau hilang, maka kata tersebut
bernilai 0 (nol), puspita adalah bunga yang berarti memiliki
38
Ringkasan Sejarah Trenggalek, 11. 39
Wilis, Trenggalek Kota Pertahanan, 5-6.
24
bau wangi maka bernilai 9 (sembilan), cinatur adalah
penggambaran dari jumlah mahkota bunga yang berjumlah
empat maka nilai kata ini yakni 4 (empat), wulan adalah
bulan yang benilai 1 (satu).40
Jika susunan simbol angka di atas diurutkan, maka
mendapatkan angka 0941 yang dibaca 1490 Saka atau bertepatan
dengan 1568 Masehi. Diperkirakan dari data tersebut Islam
masuk ke Trenggalek berkisar abad ke-16 M, pada masa Kerajaan
Pajang yang diperintah oleh Raja Hadiwijaya.
Dam Bagong merupakan peninggalan dari Minak Sopal yang
digunakan sebagai media berdakwah untuk menyebarkan dan
memperkenalkan Agama Islam di Trenggalek, dengan target
penyiaran adalah masyarakat petani. Hasil dari pembangunan
dam ini dapat menigkatkan hasil pertanian masyarakat dan di sisi
lain banyak masyarakat Trenggalek yang berbondong-bondong
masuk Islam.
B. Kondisi Geografis
Kota Trenggalek terletak pada bagian selatatan dari Provinsi
Jawa Timur yaitu pada 111 24 - 112 11 BT dan 7 53 - 8 34 LS.
Dengan batas wilayah:
Sebelah utara, Trenggalek berbatasan dengan Kabupaten
Tulungagung dan Kabupaten Ponorogo. Di sebelah timur,
Trenggalek berbatasan dengan Kabupaten Tulungagun. Di
sebelah barat, Trenggalek berbatasan dengan Kabupaten
40
Ringkasan Sejarah Trenggalek, 12.
25
Ponorogo dan Kabupaten Pacitan, dan di sebelah selatan,
kota tersebut berbatasan dengan Samudera Indonesia.41
Dari ibukota provinsi yaitu Kota Surabaya, Trenggalek dapat
ditempuh sekitar empat jam lebih melalui jalan tol Surabaya-
Mojokerto dengan jarak tempuh 192 km2
dan rute melewati
Mojokerto, Kediri, dan Tulungagung.42 Sedang dari Tangerang
terdapat dua jalur yang dapat ditempuh dari Tangerang menuju
Trenggalek yaitu jalur yang melalui pantai utara (pantura) dan
jalur selatan. Rute yang ditempuh jika melalui jalur pantura,
meliputi Bekasi, Subang, Cirebon, Tegal, Pemalang, Pekalongan,
Kendal, Semarang, Salatiga, Boyolali, Surakarta, Sragen, Ngawi,
Madiun, Nganjuk, Kediri dan Tulungagung dengan jarak tempuh
840 km dan waktu tempuh sekitar 17 jam melalui jalur tol.
Sedang rute yang dapat ditempuh melalui jalur selatan melalui
Bekasi, Purwakarta, Bandung, Tasikmalaya, Kebumen,
Yogyakarta, Pacitan, dan Ponorogo dengan jarak tempuh 906 km
dan waktu tempuh sekitar 19 jam melalui jalur tol.43
Luas wilayah Kota Trenggalek mencapai 1.261,40 km2
yang
terbagi menjadi 14 Kecamatan, yaitu Kecamatan Trenggalek,
Pogalan, Panggul,, Munjungan, Watulimo, Kampak, Dongko,
Pule, Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Tugu, Bendungan.
41
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, Kabupaten
Trenggalek dalam Angka 2015 (Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Trenggalek, 2015), 3. 42
―Jalur Surabaya Menuju Trenggalek,‖ diakses 01 Desember 2018,
htpps://www.google.com/maps/dir/Surabaya,+Kota+Surabaya+Jawa+Timur/T
renggalek,+Jawa+Timur. 43
―Jalur Tangerang Menuju Trenggalek,‖ diakses 04 Desember 2018,
https://www.google.com/maps/dir/Tangerang,+Kota+Tangerang,+Banten/Kab
upaten+Trenggalek,+Jawa+Timur/@.
26
Trenggalek memiliki 157 Desa dan 6 Kelurahan.44 Dari luas
wilayah tersebut, Trenggalek memiliki lahan persawahan 12.160
ha, tanah kering 39.514 ha, hutan negara 60.936 ha, perkebunan
2.536 ha, dan 10.994 ha untuk keperluan yang lain.45
Iklim yang dimiliki Kota Trenggalek adalah musim
penghujan dan musim kemarau karena letaknya di dekat garis
Katulistiwa, yaitu pada Bulan Mei-Agustus merupakan musim
kemarau dan Bulan September-April merupakan musim
penghujan, sehingga Trenggalek memiliki curah hujan yang rata
setiap tahunnya.46 Curah hujan di Trenggalek berkisar antara
1.000 mm sampai 6.000 mm.47
Keadaan atau struktur tanah Trenggalek terdiri dari lapisan
tanah andosol (tanah dari abu gunung berapi) dan latosol (tanah
yang banyak mengadung zat besi dan aluminium) di bagian utara
daerah Trenggalek. Lapisan tanah mediteran (tanah hasil
pelapukan batuan kapur dan batuan sedimen), grumosol (tanah
lempung), dan regosol (tanah butiran kasar dari gunung berapi)
di bagian timur daerah Trenggalek. Lapisan tanah alluvial (tanah
endapan aliran sungai) yang terbentang di sepanjang aliran
sungai pada wilayah barat dan merupakan lapisan tanah yang
subur. Sedang pada wilayah selatan, keadaan dan struktur tanah
44
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur,
―Kabupaten Trenggalek,‖ terakhir diubah 2013, diakses 19 Desember 2018,
http://pertanian.jatimprov.go.id/index.php/komoditas/sentra-hortikultura/2013-
11-04-03-36-30. 45
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 11. 46
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, ed., Kabupaten
Trenggalek dalam Angka 2014 (Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Trenggalek, 2014), 3. 47
Ringkasan Sejarah Trenggalek, 6.
27
Trenggalek merupakan lapisan tanah mediteran (tanah hasil
pelapukan batuan kapur dan batuan sedimen).48 Di samping itu
ditemukan pula lapisan tanah yang mengandung laterit (tanah
merah) jenis tanah ini merupakan tanah yang sedikit zat haranya,
lapisan tanah tersebut bukan tanah subur yang cocok untuk
bercocok tanam. Zat hara yang terkadung dalam tanah jenis ini
hilang terbawa atau terkikis oleh air hujan.49
Dataran di wilayah Trenggalek memiliki beberapa macam,
yakni dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Mengenai
luas wilayah Trenggalek, dua pertiga adalah pegunungan.
Adapun wilayah di Kabupaten Trenggalek yang termasuk
pegunungan adalah Kecamatan Panggul, Dongko, Pule, Suruh
dan Bendungan. Wilayah yang termasuk daratan rendah adalah
Kecamatan Gandusari, Durenan, Pogalan dan Trenggalek.
Sedang wilayah yang termasuk dataran tinggi adalah Kecamatan
Munjungan, Watulimo, Kampak, Karangan dan Tugu.50
Kabupaten Trenggalek memiliki 28 sungai yang tersebar di
beberapa daerah, yakni Sungai Bagong yang memiliki panjang
22,50 km2, Sungai Sukun dengan panjang 11 km
2, Sungai
Prambon dengan panjang 13,50 km2, Sungai Kedungmoro
dengan panjang 8,50 km2, Sungai Klumutan dengan panjang 4
km2, Sungai Jolok dengan panjang 2,25 km
2, Sungai Ngasinan
dengan panjang 41,50 km2, Sungai Klitik dengan panjang 7,25
km2, Sungai Munjungan dengan panjang 5,50 km
2, Sungai
48
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2014, 10. 49
Ringkasan Sejarah Trenggalek, 6. 50
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 23.
28
Anjok dengan panjang 2 km2, Sungai Darungan dengan panjang
4,50 km2, Sungai Ngepeh dengan panjang 8 km
2, Sungai Duren
dengan panjang 7,50 km2, Sungai Mlinjon dengan panjang 19
km2, Sungai Jati dengan panjang 15 km
2, Sungai Tawing dengan
panjang 27 km2, sungai Gendangan dengan panjang 36,50 km
2,
sungai Konang dengan panjang 17 km2, Sungai Ngulung dengan
panjang 6 km2, Sungai Bungur dengan panjang 2 km
2, Sungai
Craken dengan panjang 5 km2, Sungai Tumpak Nongko dengan
panjang 14 km2, Sungai Songo dengan panjang 4 km
2, Sungai
Karanggandu dengan panjang 3,50 km2, Sungai Bubuk dengan
panjang 2 km2, Sungai Ngemplak dengan panjang 10,50 km
2,
Sungai Sowan dengan panjang 5,50 km2 dan Sungai Dongko
13,50 km2.51
Bendungan di Trenggalek dibagi menjadi dua, yakni
bendungan yang berukuran sedang dengan jumlah 15 buah dan
bendungan yang berukuran kecil dengan jumlah 76 buah.
Tedapat pula embung atau cekungan penampung air dengan
jumlah 13 buah. Pantai di Trenggalek memiliki panjang 96 km di
wilayah bagian Selatan.52 Pantai yang menjadi objek wisata
Trenggalek di Kecamatan Watulimo di antaranya Pantai Prigi,
Pantai Pasir Putih, Pantai Karanggongso, Pantai Wonojoyo,
Pantai Simabaronce, Pantai Cengkrong, Pantai Damas. Pantai di
Kecamatan Panggul di antaranya Pantai Pelang Wonocoyo,
Pantai Taman Kili-kili, Pantai Konang, Pantai Kuyon, Pantai
Djokerto. Sedang pantai di Kecamatan Munjungan di antaranya
51
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 22. 52
Kabupaten Trenggalek Dalam Angka 2015, 22-25.
29
Pantai Kapulogo, Pantai Blado, Pantai Ngampiran dan Pantai
Prau Remak.53
C. Aspek Demografi
Luas wilayah Trenggalek 1.261,40 km2 dengan jumlah
penduduk sekitar 818.797 jiwa, yaitu laki-laki 412.189 jiwa dan
perempuan 406.608 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat
pada daerah Panggul dengan jumlah 89.069 jiwa, yakni 44.905
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 44.164 jiwa berjenis kelamin
perempuan. Sedang jumlah penduduk terendah terdapat pada
daerah Suruh dengan jumlah 28.973 jiwa, yakni 14.487 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 14.486 jiwa berjenis kelamin
perempuan.54 Kepadatan penduduk Trenggalek mencapai 540
jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,25 %
setiap tahunnya.55
Data Badan Pusat Statistik tahun 2014 menyebutkan jumlah
penduduk Trenggalek yang mencari lapangan pekerjaan
berjumlah 16.239 jiwa, dengan rincian jenjang pendidikan
sebagai berikut: SD dan belum tamat SD sebanyak 273 jiwa,
SMP sebanyak 2.170 jiwa, SMA 7.599 jiwa, dan Perguruan
Tinggi 6.197 jiwa. Penerimaan pekerjaan baik di dalam
Kabupaten Trenggalek maupun diluar daerah atau luar negeri
53
―Wisata Pantai Di Kabupaten Trenggalek,‖ accessed December 4,
2018,
https://www.google.co.id/search?q=wisata+pantai+di+trenggalek&oq=wisata+
pantai+di+Tre&aqs=chrome.1.69i57j0l5.14950j0j7&sourceid=chrome&ie=UT
F-8. 54
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 74-75. 55
―Kabupaten Trenggalek.‖
30
berjumlah 15.239 jiwa, dengan rincian sebagai berikut: SD dan
belum tamat SD sebanyak 259 jiwa, SMP sebanyak 2.099 jiwa,
SMA sebanyak 7.213 jiwa, Perguruan Tinggi 6.668 jiwa,
sehingga penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan atau
pengganguran di Kabupaten Trenggalek berjumlah 1.000 jiwa
dengan rincian jenjang pendidikan sebagai berikut, SD dan
belum tamat SD sebanyak 14 jiwa, SMP sebanyak 71 jiwa, SMA
sebanyak 386 jiwa, dan Perguruan Tinggi 529 jiwa.56
Masyarakat Trenggalek merupakan masyarakat yang
heterogen. Di Trenggalek terdapat Agama Islam, Agama Kristen
Katolik, Agama Kristen Protestan, Agama Hindu dan Agama
Budha. Dalam laporan jumlah pemeluk Agama tahun 2013
Kementeri Agama Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa
Agama mayoritas penduduk di Kabupaten Trenggalek adalah
Agama Islam dengan jumlah 725.433 jiwa. Penduduk
Trenggalek yang beragama Kristen Protestan berjumlah 2.018
jiwa, yang beragama Kristen Katolik 2.650 jiwa, yang beragama
Hindu 82 jiwa, dan yang beragama Budha 356 jiwa.57
D. Potensi Ekonomi
Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Trenggalek
bermacam-macam di antanya adalah sebagai petani, nelayan,
pedagang, pegawai negeri, dan wiraswasta. Keberagaman mata
56
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 91. 57
Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur, ―Jumlah Pemeluk Agama
Tahun 2013,‖ terakhir dirubah 2013, diakses 19 Desember 2018,
http://jatim.kemenag.go.id/file/file/data/wlex1395925556.pdf.
31
pencaharian masyarakat ini tercermin melalui lingkungan
tempat tinggal dan kondisi geografis.
Masyarakat Trenggalek, dengan luas wilayah 126,140 ha
memiliki lahan pertanian atau lahan sawah yang seluas 12,160
ha atau 9,64 persen. Luas lahan persawahan tesebut terbagi
menjadi dua bagian, yaitu 18,45 persen lahan sawah hanya
dapat ditanami padi satu kali dalam satu tahun, sedang 77,18
persen lahan sawah yang dapat ditanami padi tiga kali dalam
satu tahun. Analisis mengenai fenomena ini akan dijelaskan
pada bab lima. Selain lahan persawahan, Trenggalek memiliki
lahan perkebunan dengan luas 2.536 ha.58
Hasil panen dari lahan persawahan dan lahan perkebunan di
antaranya adalah hasil panen bahan makanan pangan atau
makanan pokok, yakni tanaman padi yang ditanam dengan dua
media lahan yaitu lahan sawah seluas 23.241 ha yang
menghasilkan padi 144.099 ton dan lahan ladang seluas 5.170
ha yang menghasilkan 25.509 ton. Jadi, jika ditotal jumlah luas
lahan 28.411 ha menghasilkan padi 169.608 ton. Tanaman
jagung yang ditanam di lahan seluas 12.953 ha menghasilkan
jagung 76.294 ton.59 Tanaman ubi kayu dengan luas lahan
16.485 ha menghasilkan ubi kayu 425.617 ton. Tanaman ubi
jalar dengan luas lahan 27 ha menghasilkan ubi jalar 509 ton.
Tanaman kacang tanah dengan luas lahan 1.395 ha
58
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 216-223. 59
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, ―Pertanian dalam
Angka,‖ Trenggalek (2015), diakses 18 Desember 2018,
https://id.scribd.com/doc/270754753/Pertanian-Dalam-Angka-
DISPERTAHUTBUN-Kab-Trenggalek, 6-7.
32
menghasilkan kacang tanah 2.059 ton. Tanaman kacang kedelai
dengan luas lahan 5.049 ha menghasilkan kacang kedelai 8.637
ton. Tanaman kacang hijau 12 ha menghasilkan 17 ton.60
Hasil panen perkebunan di Trenggalek dalam bentuk
sayuran, di antaranya sawi 939 kwintal, kacang-kacangan 3.110
kwintal, cabai 8.117 kwintal, tomat 170 kwintal, terong 2.237
kwintal, buncis 583 kwintal, ketimun 937 kwintal, labu siam
2.440 kwintal, kangkung 1.968 kwintal, bayam 469 kwintal,
kentang 186 kwintal. Selain itu, terdapat daun bawang 30 ton,
kembang kol 1 ton, kacang panjang 350 ton, melinjo 1.682 ton,
petai 4.102 ton, jengkol 1.860 ton dan jamur 2.824 ton. Hasil
perkebunan lainnya adalah kelapa 10.475,75 ton, cengkeh
551,25 ton, kopi 179,75 ton, kakao 869,75 ton, tebu 51.112,97
ton, vanili 11,53 ton, jambu mete 27,15 ton, nilam 313,75 ton,
kapuk randu 46,30 ton.61
Hasil panen dalam bentuk buah-buahan, di antanya alpukat
17.856 kwintal, mangga 58.160 kwintal, rambutan 16,794
kwintal, duku 4.080 kwintal, jeruk 278 kwintal, salak 61.236
kwintal, jambu air 762 kwintal, jambu biji 965 kwintal, sawo
971 kwintal, pepaya 9.329 kwintal, pisang 250.473 kwintal,
nanas 35 kwintal, manggis 618 kwintal dan durian 71.944
kwintal. Hasil panen buah-buahan lainya adalah melon 407 ton,
semangka 68 ton, blimbing 837 ton, duku 408 ton, jeruk siam 2
60
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 229; ―Pertanian dalam
Angka", 12-15. 61
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 241-242; ―Pertanian dalam
Angka", 46-63.
33
ton, nangka 1.213 ton, sirsak 152 ton, sukun 89 ton, anggur 0,3
ton.62
Hutan di Trenggalek memiliki luas 62.024,50 ha yang terbagi
menjadi beberapa bagian, yaitu 17.988,40 ha merupakan hutan
lindung, 10 ha hutan kota, 170 ha hutan bakau, 22.151 ha hutan
rakyat, dan 44.036,10 ha hutan produksi yang berpotensi untuk
menghasilkan kayu-kayu yang berkualitas, di antanya jenis
pohon sengon, jati, acasia, pinus, mahoni, sono dan lainnya.63
Peternakan memiliki potensi ekonomi di Trenggalek dengan
jenis hewan ternak yang beraneka ragam, di antaranya sapi
potong 31.431 ekor, sapi perah 4.566 ekor, kerbau 29 ekor, kuda
17 eko, kambing 340.635 ekor, domba 9.746 ekor, babi 5 ekor,
ayam burus 853.450 ekor, ayam ras pedaging 1.864.000 ekor,
ayam ras petelor 135.050 ekor, itik manila 165.200 ekor, kelinci
6.042 ekor, enthok 53.372 ekor.64
Perikanan juga meiliki potensi ekonomi yang ada di
Trenggalek karena letaknya dekat dengan pantai atau laut
selatan. Trenggalek memiliki rumah tangga perikanan (nama
kelompok masyarakat yang memiliki matapencaharian dari
perikanan) yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu rumah
tangga perikanan laut sebanyak 1.185 rumah tangga dan rumah
tangga perikanan darat sebanyak 2.364 rumah tangga. Rumah
tangga perikanan darat meliputi rumah tangga perairan umum
62
―Pertanian dalam Angka‖, 37-41; Kabupaten Trenggalek dalam Angka
2015, 228. 63
―Pertanian dalam Angka‖, 65; Kabupaten Trenggalek dalam Angka
2015, 216. 64
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 253-255.
34
yang berjumlah 400 rumah tangga dan rumah tangga budidaya
kolam yang berjumlah 1.964 rumah tangga. Rumah tangga
perikanan laut terdapat di tiga kecamatan, di antaranya
Kecamatan Watulimo, Panggul dan Munjungan. Produksi ikan
darat di Trenggalek berupa ikan gurameh 112,336 ton, ikan
gabus 1,75 ton, ikan lele 3.084,287 ton, ikan nila 39,331 ton,
dan ikan yang lainnya 17, 145 ton.65
Dalam analisis penulis selama berada di lapangan,
masyarakat Trenggalek yang bermata pencaharian sebagai
wiraswasta banyak yang membuka usaha rumahan atau home
industry dalam bentuk makanan yang digunakan sebagai buah
tangan atau oleh-oleh, seperti tempe kripik, sale pisang, alen-
alen, manco, geti, dan masih banyak produk olahan rumahan
yang lain. Selain usaha oleh-oleh khas Trenggalek masih
banyak usaha yang lain seperti perkebunan jamur, sayur-
sayuran, buah-buahan, dan kerajinan tangan anyaman bambu.
E. Letak Kelurahan Ngantru
Kelurahan Ngantru adalah salah satu kelurahan yang ada di
Kecamatan Trenggalek. Batas wilayah kelurahan Ngantru,
sebelah utara Ngantru berbatasa dengan Desa Ngares. Di sebelah
selatan, Ngantru berbatasan dengan Kelurahan Kelutan. Di
sebelah timur, Ngantru berbatasan dengan kelurahan
Sumbergedong dan Kelurahan Surondakan. Di sebelah barat,
Ngantru berbatasan dengan Kelurahan Tamanan dan Desa
Sumber. Dari Kecamatan Trenggalek menuju ke Kelurahan
65
Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2015, 262-270.
35
Ngantru berjarak sekitar 0,45 km. Jarak yang ditempuh dari
Kabupaten Trenggalek menuju ke Kelurahan Ngantru berjarak
sekitar 0,90 km. Sedang jarak yang ditempuh dari Provinsi Jawa
Timur (Surabaya) berjarak sekitar 185 km. Keterangan jarak di
atas merupakan penjelasaan jarak yang ditempuh menggunakan
kendaraan bermotor.66
Kondisi geografi Kelurahan Ngantru merupakan daerah
dataran rendah, dengan ketinggian tanah dari permukan laut
adalah 120 m, merupakan daerah dengan dataran yang landai.
Jenis tanah yang ada di Kelurahan Ngantru, yaitu 80
merupakan tanah jenis Entisol dan 20 merupakan jenis tanah
Mediteran merah kuning. Suhu udara rata-rata di daerah Ngantru
adalah 20 sampai 40 . Keadaan iklim di Kelurahan Ngantru
memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim
kemarau dengan perhitungan 7 bulan musim penghujan dan 5
bulan musim kemarau. Musim penghujan diawali pada bulan
November dan diakhiri pada bulan Juni. Curah hujan rata-rata
yaitu 2000 sampai 3000 mm/th.67
Luas wilayah Kelurahan Ngantru seluas 480,505 ha. Dengan
luas lahan tersebut dapat dibagi menjadi dua lahan, yaitu lahan
sawah dan lahan kering. Lahan sawah yang dimiliki Kelurahan
Ngantru seluas 51 ha yang terdiri dari sawah pengairan teknis
66
Seksi Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Kelurahan Ngantru,
Profil Kelurahan/Desa Ngatru (Trenggalek, 2016), 2-5. 67
Balai Penyuluhan Kecamatan, Programa Penyuluhan Pertanian
Kelurahan Ngantru (Trenggalek: Kecamatan Trenggalek, 2016), 3; Novia
Septi Anggraini, Nilai Kearifan Lokal Tradisi Nyadran DAM Bagong Di
Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek Kebupaten Trenggalek
(Universitas Negeri Malang, 2017), 35.
36
dan setengah teknis. Lahan kering yang ada di Kelurahan
Ngantru seluas 434 ha yang terdiri atas lahan pekarangan 160 ha,
hutan negara 219 ha dan perkebunan atau tegal 55 ha.68
Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Ngantru berjumlah
5.703 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan 3.069 jiwa dan
jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2.634 jiwa. Dengan
pertumbuhan penduduk 2,01% setiap tahunnya. Sebagian besar
mata pencaharian masyarakat Ngantru sebagai petani berjumlah
666 jiwa. Selain bermata pencaharian sebagai petani, masyarakat
Ngantru yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil berjumlah
157 jiwa, pengrajin berjumlah4 jiwa, pedagang berjumlah 15
jiwa, peternak berjumlah 12 jiwa dan TNI/POLRI bejumlah 13
jiwa. Agama kepercayaan masyarakat Ngantru beragam, yaitu
mayoritas beragama Islam berjumlah 5.056 jiwa. Kristen
berjumlah 285 jiwa. Katholik berjumlah 365 jiwa. Hindu
berjumlah 33 jiwa dan Budha berjumlah 24 jiwa. 69
68
Programa Penyuluhan Pertanian Kelurahan Ngantru, 3-4. 69
Profil Kelurahan/Desa Ngatru, 18-19.
37
BAB IV
DAM BAGONG
A. Sejarah Singkat Dam Bagong
Sebelum mebahas sejarah singkat Dam Bagong, penulis akan
menarik kebelakang mengenai sejarah irigasi yang ada di
Indonensia dipengaruhi sejak masa Belanda dengan adanya
―Politik Etis‖ atau politik balas budi tahun 1901 yang menitik
beratkan kebijakannya pada kesejahteraan masyarakat Indonesia
dengan tiga kebijakan, yaitu mebangun irigasi sebagai sistem
pengairan sawah memungkinkan membantu produksi beras
untuk meningkatkan pertumbuhan penduduk, emigrasi
penduduk Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa dan pendidikan untuk
masyarakat Indonesia,70
selain itu dalam jurnal Maziayah
mengatakan bahwa kebijakan juga berupa kredit pedesaan, riset
dan perluasan lahan tani dan perbaikan kesehatan masyarakat.71
Dalam buku Sejarah Asia Tenggara, karya Ricklefs
menyatakan bahwasannya sawah beririgasi lebih produktif
daripada sawah tidak beririgasi. Sebagai contoh, antara 1885-
1930 daerah persawahan dengan irigasi meningkat sekitar 1,8
kali lebih banyak daripada sawah tidak irigasi.72
70
M. C. Ricklefs dkk., Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah
Sampai Kontemporer (Jakarta: Komunitas Bambu, 2013), 451. 71
Siti Maziyah and Endah Sri Hartatik, ―Dampak Politik Kolonial Etis
Terhadap Tingkat Kemakmuran Penduduk Di Kabupaten Grobongan Tahun
1900-1930,‖ Pusat Penelitian Budaya Universitas Diponegoro (2005): 14,
http://eprints.undip.ac.id/21841/1/468-ki-lemlit-06-a.pdf. 72
Ricklefs dkk., Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai
Kontemporer, 401.
38
―Politik Etis‖ muncul disebabkan adanya ketidak seimbangan
antara pertumbuhan ekonomi yang di rasakan pemerintah
Belanda dengan kesejahteraan masyarakat pribumi atau
Indonsia. Hal ini menjadi perhatian serius baik dari kalangan
pres sampai parlemen di Eropa.73
Tokoh terpenting yang
mendukung kebijakan ini, disebut Ethici, adalah pengacara C.
Th. Van Deventer. Pada tahun 1899 menerbitkan artikel sangat
penting yang beragumentasi bahwa Belanda memiliki „een
eereschuld (utang kehormatan) kepada Indonesia atas semua
kekayaan yang pernah diambil.74
Sehingga diwajibkan
pemerintah Belanda membayar hutang dalam bentuk kebijakan
yang memihak pada masyarakat Indonesia.75 Kebijakan tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan standar
idup masyarakat, khususnya masyarakat Pulau Jawa.
Selain pada masa pendudukan Belanda, masa pendudukan
Jepang di Indonesai pada 10 Januari 1942.76
Masa pendudukan
Jepang di Indonesia tidak lama, yaitu tiga setenga tahun,
walaupun sebentar menduduki Indonesia, dampak yang
diberikan Jepang sangat besar. Jepang membantu Indonesia
dalam mempertahankan wilayah agar tidak diserang kembali
oleh pasukan Sekutu.77
73
Maziyah and Sri Hartatik, ―Dampak Politik Kolonial Etis Terhadap Tingkat
Kemakmuran Penduduk Di Kabupaten Grobongan Tahun 1900-1930,‖ 10. 74
Ricklefs dkk., Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai
Kontemporer, 451. 75
Maziyah and Sri Hartatik, ―Dampak Politik Kolonial Etis Terhadap
Tingkat Kemakmuran Penduduk Di Kabupaten Grobongan Tahun 1900-1930‖,
11. 76
Ricklefs dkk., Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai
Kontemporer, 484. 77
Sekutu yang dimaksud adalah armada gabungan antara Belanda,
Inggris, Australia dan Amerika Ricklefs et al., Sejarah Asia Tenggara Dari
Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, 485.
39
Pemerintah Jepang juga menekankan pada pembangunan
irigasi sebagai infrastruktur pengairan lahan sawah guna melipat
gandakan hasil pertanian. Salah satu pembagunan irigasi pada
masa Jepang adalah Selika Yosirô di Kesultanan Yogyakarta
tahun 1943, dengan mempekerjakan buruh paksa (rômusha).78
Kanal ini yang mengaliri wilayah Yogyakarta, terutama Sleman
dan sampai sekarang masi digunakan dengan sebutan ―Selokan
Mataram‖.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengairan di
Indonesia dipengaruhi Dalam bab ini penulis akan memaparkan
mengenai sejarah singkat Dam Bagong yang meliputi dua sub-
bab, yaitu peran Minak Sopal dalam pembangunan awal Dam
Bagong dan letak strategis Dam Bangong, berikut
pemaparannya:
1. Peran Minak Sopal dalam Pembangunan Awal Dam
Bagong
Raden Patah yang pada saat itu menjadi pejabat di Demak,
mengangkat adik satu ayah dari Prabu Brawijaya V yaitu
Bathoro Katong sebagai Bupati Ponorogo pertama. Karena
wilayah Ponorogo (Wengker) yang begitu luas saat itu yang
meliputi Trenggalek (Wengker Wetan atau daerah kekuasan
Ponorogo bagian Timur), Madiun dan Pacitan (Wengker Kulon
atau bagian kekuasan Ponorogo bagian Barat), maka oleh
Bathoro Katong diangkatlah seorang adipati dari beberapa
pengikutnya yaitu Minak Sopal, Ki Ageng Puring, dan Ki
78
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di Pedesaan
1942-194, 12.
40
Ageng Ngapok Baya di setiap daerah tersebut. Ki Ageng Puring
dan Ki Ageng Ngapok Baya mendapatkan wilayah sebagai
adipati di Madiun dan Pacitan. Minak Sopal terpilih menjadi
Adipati di Trenggalek, dia adalah seorang Muslim.79
Sebagian besar masyarakat Trenggalek pada saat itu adalah
petani yang mengandalkan air tadah hujan untuk mengairi
sawah-sawah milik mereka, karena persawaannya kekurangan
air80
. Jika tidak ada hujan, sawah mengalami kekurangan air.
Melihat kondisi di atas Minak Sopal sebagai tokoh masyarakat
yang memiliki pengaruh di Trenggalek tergerak untuk mencari
solusi mengatasi masalah kekeringan yang terjadi. Kekeringan
ini membuat masyarakat Trenggalek kesulitan dalam menjalani
kegiatan sehari-hari, terutama masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai petani.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat
Trenggalek tersebut Minak Sopal berfikir dan mencari cara agar
dapat mengatasi kekurangan air yang terjadi pada masyarakat,
sampai dia mendapatkan solusi dengan cara membendung
sungai yang mengalir dari Gunung Wilis yang disebut Sungai
Bagong.81 Proses pembendungan sungai ini tidak mudah
dilakukan, Minak Sopal bersama dengan masyarakat
Trenggalek bergotong-royong dalam pebuatan dam, bahkan
79
Abdul Hamid Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal (Trenggalek, 2006),
9; Agus Prasmono (KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya),
―Wawancara Kebudayaan dan Sejarah Trenggalek", Trenggalek, 19 Februari
2019. 80
Ki Ageng Menak Sopal. 81
Soeyono, Ki Ageng Menak Sopal (Trenggalek, 2006); (KASI
Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya), ―Wawancara Kebudayaan dan
Sejarah Trenggalek.‖
41
melalui beberapa rintangan dan sering mengalami kegagalan
dalam pembangunannya, karena tidak kokoh terkena air.
Kemudian karena tekat Minak Sopal bersama masyarakat
Trenggalek sangat kuat untuk memakmurkan dan menyuburkan
Trenggalek, maka walaupun harus melalui rintangan dan
kegagalan, dia terus berusaha dengan berbagai cara agar dapat
mebuat bendungan atau dam. Pada akhirnya usaha Minak Sopal
membuahkan hasil yang gemilang dengan terwujudnya
bendungan yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah-
sawah dan dapat diatur untuk kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat Trenggalek, meskipun bendungan tersebut masih
berbentuk bendungan sederhana. Diperkirakan pembangunan
bendungan atau Dam Bagong selesai pada tahun 1550 M.82
Pembangunan bendungan memberikan dampak positif di
Trenggalek. Jadi pembagunan bendungan atau dam memiliki
tujuan untuk memakmurkan dan menyuburkan Kota
Trenggalek.
Kesuksesan yang diraih Minak Sopal dijadikan sebagai
prestasi yang sangat gemilang dan mempunyai dampak positif
dalam meningkatkan ekonomi pertanian. Setelah Minak Sopal
wafat pada tahun 1568 M,83
masyarakat petani khususnya di
daerah Ngantru mengadakan acara untuk mengenang jasa atau
haul Minak Sopal. Pelaksanaan haul dilaksanakan pada Jum‟at
Kliwon bulan Selo pada bulan Jawa, dan apabila terdapat
pergeseran tanggal yang dikarenakan dalam bulan Selo tidak
82
Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal, 10. 83
Ringkasan Sejarah Trenggalek, 12.
42
ada Jum‟at Kliwon, maka maju pada Jum‟at Pon. Lokasi
pelaksanaan acara di area pemakaman Bagong dan Dam
Bagong.84
Letak makam Minak Sopal berada di sebelah utara di area
pemakaman Bagong. Makamnya dikelilingi tembok pembatas
berwarna putih dan berbentuk persegi, yang memberi kesan
makam khusus Minak Sopal, istri dan sembilan orang lainnya.
Area pemakaman memiliki pintu masuk yang dijaga oleh juru
kunci. Di depan pintu masuk terdapat bangunan kecil yang
digunakan untuk menaruh bunga yang akan ditaburkan.
Data yang didapat penulis di lapangan menampakkan bahwa
makam Minak Sopal dan istrinya terbuat dari batu. Pada batu
nisan Minak Sopal terukir sebuah candrasangkala yang
bertuliskan “Sirnaning Puspita Cinatur Wulan”. Jika diartikan
perkata, kata sirna berarti ilang atau hilang, maka kata tersebut
bernilai 0 (nol), puspita adalah bunga yang berarti memiliki bau
wangi maka bernilai 9 (sembilan), cinatur adalah penggambaran
dari jumlah mahkota bunga yang berjumlah empat maka nilai
kata ini yakni 4 (empat), wulan adalah bulan yang benilai 1
(satu). Jika susunan simbol angka di atas diurutkan, maka
mendapatkan angka 0941 yang dibaca 1490 Saka atau
bertepatan dengan 1568 Masehi,85 seperti penjelasan pada bab
sebelumnya.
84
Samsuri (Sesepuh DAM Bagong), ―Wawancara Sejarah Minak Sopal,‖
Trenggalek, 3 Agustus 2018. 85
Ringkasan Sejarah Trenggalek.
43
Juru kunci Makam Minak Sopal saat ini bernama Bapak
Naim. Jabatan Pak Naim sebagai juru kunci merupakan warisan
dari ayah dan kakeknya, jadi profesi juru kunci Makam Minak
Sopal ini sudah diwariskan dari leluhur keluarga besarnya.
Tugas dari juru kunci adalah menjaga kebersihan, keamanan
dan perizinian jika ada pengunjung yang ingin ziarah ke makam
Minak Sopal. Dalam haul Minak Sopal, Pak Naim bertugas
dalam mempersiapkan kebersihan makam, tenda di makam, dan
bunga yang akan ditaburkan saat ziarah pada acara haul.
Acara peringatan haul Minak Sopal diisi dengan acara
sema‟an pembacaan Alquran di area makam Minak Sopal.86
Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa laki-laki yang secara
bergiliran melafalkan bacaan ayat-ayat Alquran dari mulai juz 1
sampai dengan juz 30. Acara dilanjutkan dengan pembacaan
tahlil di makam Minak Sopal dan istrinya. Area makam ini
merupakan pemakaman khusus dengan pagar tembok
mengelilinginya dan dijaga oleh juru kunci makam. Tahlil
dilakukan oleh para sesepuh, masyarakat petani dan masyarakat
sekitar makam Bagong dan dilanjutkan dengan acara tabur
bunga di makam.
Persiapan acara haul dilaksanakan sehari sebelum acara
peringatan haul dilaksanakan. Pendirian panggung, pembersihan
area makam Minak Sopal dan sekitar Dam Bagong. Pagi hari
setelah shalat subuh sekitar jam 05.00 WIB, sebelum
pembukaan acara haul, dilakukan sema‟an pembacaan Alquran
86
Suwono (Kepala Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Prosesi Acara
dalam Peringatan Jasa Minak Sopal,‖ Trenggalek, 10 Agustus 2018.
44
dan tahlil di makam Minak Sopal. Sedang ibu-ibu yang
tergabung dalam kelompok tani saling bergotong-royong dalam
mempersiapakan hidangan untuk penjamuan ramah tamah dan
nasi bungkus yang akan dibagikan kepada masyarakat.
Dalam acara haul terdapat kegiatan ramah tamah di rumah
Bapak Samsuri selaku sesepuh. Hidangan yang disajikan
merupakan hasil olahan dari daging kerbau yang dapat dimakan
oleh Bapak Bupati, tamu undangan, dan masyarakat umum yang
ingin menikmati jamuan ramah tamah.
Setelah tamu undangan dan masyarakat dipersilahkan untuk
menyantap hidangan di rumah Bapak Samsuri, kemudian bapak
bupati, tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan Trenggalek
diarak menuju ke lokasi pendapa yang ada di area pemakaman
Bagong, dengan dikawal masyarakat yang tergabung dalam
poktan (kelompok tani) di Kecamatan Trenggalek yang
mengenakan pakaian khas adat Jawa Timur. Pakaian khas Jawa
Timur terdiri dari baju warna hitam serba longgar dengan kaos
bergaris merah putih atau merah hitam, lengkap dengan odheng
atau tutup kepala dan kain sarung yang dipakai di atas lutut
kaki. Baju di atas biasa disebut dengan baju pesa‟an dan celana
gomboran atau longgar.
Sesaat setelah rombongan bupati, tokoh masyarakat dan para
pejabat pemerintahan tiba di pendapa, di atas mimbar sedang
dibacakan sejarah singkat dibagunnya Dam Bagong oleh Minak
Sopal yang dibacakan oleh panitia haul. Pembacaan sejarah
singkat ini dimaksudkan untuk mengenang jasa Minak Sopal
dan mereaktualisasikan sejarah pembagunan Dam Bagong.
45
Kemudian terdapat sambutan-sambutan dalam rangkaian
acara haul yang disampaikan oleh ketua pelaksana, ketua
Gapoktan (gabungan kelompok tani), Dinas Pariwisata dan
Bupati Trenggalek sekaligus membuka acara haul. Sambutan
dari ketua pelaksana disampaikan dari perwakilan poktan-
poktan yang terdapat di Kecematan Trenggalek yang berisi
laporan persiapan sampai kegiatan haul dilaksanakan, dari mulai
kepanitiaan, anggaran yang didapat untuk melaksanakan
kegiatan. Sambutan dari Ketua Gapoktan berisi ucapan
terimakasih atas terselenggaranya acara haul, laporan hasil
panen beberapa bulan sebelum acara haul, kegiatan rutin yang
dilakukan Gapoktan. Sedang sambutan dari Dinas Pariwisata
berisi pernyataan bahwa acara haul Minak Sopal dijadikan salah
satu peristiwa yang bersejarah bagi Kota Trenggalek yang
menjadi daya tarik masyarakat lokal dan masyarakat luar
Trenggalek untuk datang menyaksikan dan meramaikan acara
haul Minak Sopal.
Sedang sambutan yang di sampaikan bupati, biasanya berisi
ucapan terimakasih kepada masyarakat, khususnya masyarakat
Trenggalek atas terselenggaranya acara haul Minak Sopal
sebagai warisan budaya dan Dam Bagong sebagai warisan
bangunan atau infrastuktur yang masih terjaga keberadaanya
dan masih berfungsi dengan baik sebagai sarana pengairan bagi
pertanian di Trenggalek. Memberikan solusi cara yang
digunakan untuk mengatasi kekeringan yang ada di Trenggalek
adalah dengan melakukan pemipaan air dari sumber mata air,
sumur bor, dan embung.
46
Kemudian sambutan yang disampaikan biasanya juga berisi
ajakan kepada masyarakat untuk melestarikan budaya yang ada
di Trenggalek, menjadikan acara haul sebagai pembentukan
karakter diri, yaitu pantang menyerah, kreatif, dan meiliki
semangat kerja yang tinggi, selaras dengan semangat Minak
Sopal dalam membangun Dam Bagong.87
Acara haul ditutup dengan kegiatan sosial yaitu dengan
membagi-bagikan makanan hasil olahan daging kerbau kepada
masyarakat yang kurang mampu di sekitar lokasi Dam Bagong.
Pada peringatan haul Minak Sopal masyarakat dari berbagai
golongan dari mulai masyarakat golongan atas sampai
masyarakat golongan bawah berkumpul bersama memeriahkan
acara tersebut.
Waktu pelaksanaan haul dimulai pada pukul 05.00 WIB
dengan serangkain acara seperti di atas yang telah dipaparkan
penulis, yaitu sema‟an pembacaan Alquran, ramah tamah,
pembacaan sejarah singkat Minak Sopal, sambutan-sambutan
sekaligus pembukaan acara, tahlil dan do‟a bersama di makam
Minak Sopal dan istrinya, dilanjutkan dengan tabur bunga, dan
yang terakahir adalah acara sosial dengan membagikan nasi
bungkus kepada masyarakat yang datang. Karena acara
dilakukan pada hari Jum‟at diperkirakan acara haul ini selesai
pada pukul 11.00 WIB, supaya masyarakat Trenggalek dapat
melaksakan salat Jum‟at. Masyarakat yang datang dalam acara
haul Minak Sopal tidak hanya masyarakat Trenggalek saja,
87
Soegeng Koencahyo (Presenter dan Dokumentasi HkTv Trenggalek),
Upacara Adat Besih Dam Bagong, 2018.
47
melainkan, juga masyarakat dari kota lain, seperti Ponorogo,
Madiun, Tulungagung dan masih banyak yang lainya.
2. Letak Strategis Dam Bagong
Dam Bagong merupakan bendungan yang dibangun untuk
kebutuhan masyarakat Trenggalek, khususnya masyarakat yang
berada di Kecamatan Trenggalek dan Kecamatan Pogalan. Dam
Bagong dapat mengaliri area persawahan yang disebutkan
sebagaimana dalam tabel berikut ini.
Tabel 1
Desa yang Persawahannya Teraliri Air dari Dam Bagong.88
No. Nama Desa Kecamatan Kabupaten
1. Pogalan Pogalan Trenggalek
2. Bendorejo Pogalan Trenggalek
3. Ngulankulon Pogalan Trenggalek
4. Ngulanwetan Pogalan Trenggalek
5. Ngadirenggo Pogalan Trenggalek
6. Ngetal Pogalan Trenggalek
7. Gembleb Pogalan Trenggalek
8. Ngantru Trenggalek Trenggalek
9. Rejowinangun Trenggalek Trenggalek
10. Sambirejo Trenggalek Trenggalek
11. Sumbergedong Trenggalek Trenggalek
12. Surondakan Trenggalek Trenggalek
13. Tamanan Trenggalek Trenggalek
88
Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal, 12; Suhono (Juru Dam Bagong),
―Wawancara Sejarah dan Deskripsi Dam Bagong,‖ 11 Februari 2019.
48
Letak Dam Bagong yaitu di sebelah barat pemakaman
Bagongan yang berada di Kelurahan Ngantru, Kecamatan
Trenggalek, posisinya sangat berdekatan. Apabila ingin menuju
Dam Bagong pengunjung dapat melintasi jalan setapak, yang
memang khusus dibangun untuk jalan menuju Dam Bagong.
Jalan ini dibangun sebagai infrastruktur untuk memudahkan
pengunjung. Air dam yang dibangun, dialirkan ke daerah
perkotaan yang tidak memiliki sungai atau daerah aliran sungai.
Pembagunan diawali oleh Minak Sopal kemudian diperbaiki
oleh Belanda pada tahun 1840 M untuk kepentingan pengairan
lahan-lahan.89
Ngantru merupakan salah satu kelurahan yang ada di
Kecamatan Trenggalek, yang sebagian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani dan sangat memanfaatkan
air yang berasal dari Dam Bagong untuk mengairi sawah-
sawahnya. Karena sebelum dibangun dam, daerah Ngantru,
Sumbergedong, Surondakan, dan Tamanan yang berada di Kota
Trenggalek tidak memiliki sungai atau daerah aliran sungai.
Dengan adanya dam yang dibangun Minak Sopal, sawah-
sawah milik petani terutama di daerah Ngantru mengalami
peningkatan dalam hasil pertanian, dari yang semula merupakan
sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada curah hujan
yang turun untuk bercocok tanam dan biasanya setahun hanya
sekali panen, setelah adanya dam petani dapat bercocok tanam
dengan mengandalkan pengairan dari air yang dialirkan dam
89
(KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya), ―Wawancara
Kebudayaan dan Sejarah Trenggalek‖.
49
dan hal ini dapat meningkatkan hasil panen petani menjadi
setahun dua kali bercocok tanam.
Mayoritas masyarakat Trenggalek beranggapan bahwa
Minak Sopal adalah tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam
berbagai bidang, di antaranya bidang pertanian. Dia dijadikan
sebagai tokoh pertanian karena telah membangun Dam Bagong
yang dapat digunakan mengairi sawah masyarakat sehingga
petani dapat meningkatkan hasil pertanian yang pada awalnya
merupakan sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi yang
airnya berasal dari Dam Bagong.90
B. Deskripsi Dam Bagong
Dam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian bendungan, pengempang (alat untuk menahan,
menghalangi, atau menghambat) air yang terbuat dari beton atau
tanggul air.91 Jadi Dam Bagong merupakan bendungan yang
membendung Sungai Bagong. Air Sungai Bagong dialirkan
melalui irigasi Bagong yang merupakan irigasi primer. Dari
irigasi primer Dam Bagong, air dialirkan menuju irigasi
sekunder, kemudian dialirkan menuju irigasi tersier agar dapat
dialirkan ke area persawahan. Dam Bagong memiliki bentuk
menyerupai trapesium sama kaki dan sedikit melengkung pada
bagian tengahnya. Diperkirakan tinggi dam mencapai 4 m2
90
Wilis, Sejarah Adipati Minaksopal, 11. 91
Kamus Pusat Bahasa, ed., ―Kamus Bahasa Indonesia‖ (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), 312 dan 387.
50
dengan lebar dam 1 m2.92 Panjang sungai yang dibendung
adalah 40 m2
sedang panjang sungai Bagong 22,50 km2 dengan
debit normal air 7.691 m3/detik.93 Data lapangan yang diperoleh
penulis menunjukkan bahwa debit air Dam Bagong pada saat
musim kemarau berkisar 11 m3 pada tahun 2016 awal
bertepatan dengan para petani di Kelurahan Ngantru
berkurangnya panen akibat hama wereng. Sedang debit air Dam
Bagong pada saat musim penghujan pada bulan Oktober 2016
mencapai 150 m3 diikuti dengan hasil panen yang bagus dari
petani Kelurahan Ngantru.94
Penulis menemukan data kedalaman Sungai Bagong
bedasarkan hasil wawancara dengan Pak Suhono selaku
pengamat Dam Bagong, yang menyatakan bahwa pada awalnya
Sungai Bagong memiliki kedalaman mencapai 2 sampai 3 m2
lebih, akan tetapi sekarang kedalaman Sungai Bagong sudah
menjadi dangkal sekitar 1 m2
yang disebabkan banyak walet
atau lumpur yang mengendap di dasar sungai.95
Pembuatan dam dari pecahan-pecahan batu yang disusun rapi
dan menggunakan semen untuk menyatukan batu satu dengan
yang lainnya. Bangunan dam ini merupakan bangunan
permanen. Dam, waduk, saluran-saluran air dan pintu airnya
92
Suhono (Juru Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah dan Deskripsi Dam
Bagong,‖ Trenggalek, 11 Februari 2019. 93
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, Kabupaten
Trenggalek Dalam Angka 2015 (Trenggalek: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Trenggalek, 2015), 22. 94
Mangin (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani,‖
Trenggalek, 14 Februari 2019; ―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten
Trenggalek,‖ n.d. 95
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek.‖
51
dibuat dari concrete yaitu campuran semen dengan aggregate
(bahan-bahan keras yang dapat berupa pasir kasar, pecahan-
pecahan batu pecahan-pecahan batu bata atau campuran bahan-
bahan tersebut). Sedangkan pintu airnya terbuat dari logam.96
Penelitian yang dilakukan penulis mengenai sumber air Dam
Bagong menemukan dua pendapat. Pendapat pertama
mengatakan bahwa sumber air untuk Dam Bagong berasal dari
daerah Ngebel, Ponorogo melalui air tanah yang tembus ke
Sumur Gemuling kemudian mengalir ke Sungai Bagong.
Pendapat kedua mengatakan bahwa sumber air untuk Dam
Bagong berasal dari Desa Bendungan yang ada di Trenggalek. 97
Data yang didapat peneliti dari Dinas Pengairan Kota
Trenggalek menyebutkan bahwa sumber air Dam Bagong yang
berasal dari Desa Bendungan berjumlah 44 sumber air yang
mengaliri menuju Sungai Bagong. Tabel berikut berisi nama-
nama sumber air yang mengalir menuju Sungai Dam Bagong.
Tabel 2
Sumber Mata Air yang Mengalir ke Dam Bagong.98
No Nama Sumber Mata Air Keterangan
1. Mranggen -
2. Bintoro -
3. Pakel -
4. Dompyong 1 -
5. Dompyong 2 -
96
Haryono, Mekanisasi Pertanian (Jakarta: CV. Genep Jaya Baru, 1983),
9. 97
(KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya), ―Wawancara
Kebudayaan dan Sejarah Trenggalek‖; (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara
Komunitas Petani.‖ 98
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek.‖
52
6. Garon -
7. Tumpak Aren -
8. Coban -
9. Kalitelu 1 -
10. Kalitelu 2 -
11. Gondang -
12. Guwo -
13. Kacangan -
14. Sebatok -
15. Pakis -
16. Ampel Gading -
17. Bromo -
18. Umbul -
19. Brongkah 1 -
20. Brongkah 2 -
21. Ngrandu -
22. Garangan -
23. Sengon -
24. Gebang -
25. Juruk -
26. Tumpak Lo -
27. Pager Ukir -
28. Ngasem -
29. Papringan -
30. Samparan -
31. Gempol 1 -
32. Gempol 2 -
33. Duren Ijo -
34. Pucung -
35. Kelung -
36. Dungwatu -
37. Gowokdadi -
38. Kunir -
39. Tlengku -
53
40. Beji -
41. Sinawang -
42. Janjang -
43. Watuploso -
44. Sidowayah -
Pembangunan Dam Bagong yang telah dipaparkan oleh
penulis pada bagian awal bab ini menyatakan bahwa
pembagunan awal Dam Bagong dipelopori oleh Minak Sopal
pada tahun 1550 M dan bagununan dam ini masih sangat
sederhana.
Kemudian dari data yang ditemukan penulis, Belanda datang
ke Trenggalek sekitar tahun 1840 M. Belanda datang ke
Trenggalek dengan maksud untuk membuka lahan sebagai
wilayah penghasil komoditi cengkeh, kopi dan kakao. Untuk
mendukung maksud dari kepentingan Belanda tersebut, maka
Belanda melakukan perbaikan di segala aspek pertanian.
Bendungan atau Dam Bagong menjadi salah satu titik fokus
pembagunan dalam sistem pengairan yang ada di Trenggalek.
Perbaikan awal Dam Bagong yang dilakukan pemerintah
Belanda berkisar tahun 1840 M dengan alasan pembukaan lahan
yang dilakukan pemerintah Belanda. Perbaikan Dam Bagong
yang kedua kalinya dilakukan pada tahun 1930 M bedasarkan
persamaan pembagunan Dam Widoro yang ada di Gandusari
dan Dam Daungan yang ada di Bendorejo. Hal ini terlihat dari
persamaan bentuk dam, gaya bagunannya dan gaya pintu airnya
54
sangat mirip sekali antara Dam Bagong, Dam Widoro dan Dam
Daungan.99
Adanya Dam Bagong sebagai saluran pengairan di
Trenggalek memiliki potensi yang besar dan penting dalam
persediaan air bagi masyarakat Trenggalek, khususnya yang ada
di Kelurahan Ngantru dan bermata pencaharian sebagai petani.
Produktivitas dalam pertanian meningkat, dan masyarakat dapat
menggunakan air dari Dam Bagong untuk kebutuhan sehari-
hari. Dari data yang penulis dapatkan Dam Bagong ini tetap
mengalirkan air meski sedikit pada musim kemarau. Jadi aliran
air Dam Bagong tidak pernah terhenti meski sedikit airnya.100
99
(KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya), ―Wawancara
Kebudayaan dan Sejarah Trenggalek‖. 100
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek.‖
55
BAB V
DAMPAK EKONMIS DAM BAGONG
TERHADAP PERTANIAN PADI
A. Sektor Pertanian
Dalam bab sebelumnya di jelaskan bawah pertanian di
Indonesia didukung oleh sistem pengairan yang baru berupa
irigasi yang dibangun pemerintahan Belanda dalam kebijakan
―Politik Etis‖ sehingga hasil pertanian di Indonesia, khususnya
Jawa meningkat. Tidak sampai di sana perkembangan pertanian
di Indonesia, masa pendudukan Jepang di Indonesia, khususnya
di Jawa juga menekankan pada peningkatan hasil pertanian di
berbagai jenis tumbuhan dengan prioritas tinggi pada bahan
makanan, karena saat itu pemerintah militer Jepang sedang
menghadapi perang melawan sekutu, sehingga sangat
membutuhkan bahan makanan sebagai asupan gizi dan
kekuatan.101
Propaganda yang dilakukan militer Jepang dalam
meningkatkan hasil pertanian di Jawa, dilakukan dengan
berbagai program, yang pertama, pengenalan bibit baru yang
cocok di tanam dengan rekomendasi padi yang digunakan jenis
padi cere (padi yang tak berambut) dan padi hôrai (padi dari
Taiwan yang identik dengan padi cere), jenis padi tesebut dipilih
karena menghasilkan panen lebih tinggi, lebih tahan terhadap
musim kering dan dapat tumbu di tanah yang kurang subur. Hal
101
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di Pedesaan
1942-194, 3–4.
56
ini dilakukan untuk memaksimalkan hasil produksi secara
merata.102
Kedua, inovasi teknik penanaman yang diperkenalkan
Jepang adalah memindakan bibit padi pada garis-garis lurus
dengan jarak tanam tertentu di antara bibit (larikan), kemudian
untuk jarak tanam yang ideal dari satu bibit ke bibit yang lain
adalah 20 cm dalam menanam padi tidak dianjurkan lebih dalam
dari 2 cm, penanaman bibit padi dari lahan pembibitan ke lahan
sawah memiliki waktu ideal 20-25 hari, meganjurkan
menggunakan pupuk alami yang dibuat sendiri dengan
mengandalkan dedauna, sisa makanan, kotoran binatang dan
sebagainya yang ditaruh kedalam lubang dan dicampurkan
dengan tanah, pupuk yang terbuat dari komponen tersebut
disebut dengan pupuk kompos. Sedang pada masa Belanda,
petani dianjurkan menggunakan pupuk kandang dan pupuk abu.
Jepang juga memperkenalkan alat yang bernama ganzume
sejenis penggaruk yang digunakan untuk penyiang. Ketentuan-
ketentuan tersebut dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
padi.103
Ketiga, pemerinta Jepang melakukan perluasan area tanah
dengan membangun infrastruktur dan perbaikan tanah dengan
membangun irigasi, meningkataka kesuburan tanah, reklamasi
tanah liar dan rawa-rawa, penebangan hutan untuk perluasan
tanah. Dan perubahan-berubahan dalam pemaanfaatan tanah.
102
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di
Pedesaan 1942-194, 8. 103
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di Pedesaan
1942-194, 9-11.
57
Pemerintah melakukan pelarangan melakukan penanaman
tumpeng sari, dimana melakukan penanaman satu lahan dengan
dua jenis tanaman yang memiliki sifat yang berbeda.104
Bagi pemerintah Jepang padi sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan mereka selama melakukan perang,
sehingga diberlakukan politik beras atau kewajiban menyerahkan
beras yang telah dipanen masyarakat kepada Jepang,
berlangsung sejak Agustus 1942. Pada akhirnya pemerintahan
Jepang mebentuk organisasi yang menangani bahan pangan
dengan nama Shokuryô Kanri Zimusho (S.K.Z atau pengelolaan
makanan) dibawah naungan Departemen Perindustrian
Gunseikanbu, yang meiliki tanggungjawab dalam mengntrol
seluruh proses pebelian dan penyaluran padi dibawah monopoli
pemerintahan Jepang. Selain itu organisasi ini, menentukan
bahwa petani harus menjual hasil panen, menentukan jumlah
padi yang akan dibeli pemerintah dari petani, dan menentukan
harga resmi padi.105
Jepang mendirikan organisasi untuk mengotrol kaum Islam
pada Oktober 1943 dengan nama Masyumi (Masjelis Syuro
Muslimin Indonesia).106
Propaganda yang dilakukan Jepang
kepada masyarakat Jawa, dilakukan juga oleh Masyumi dalam
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, yang ditulis oleh
beberapa tokoh Masyumi, seperti K.H Hasyim Asy‘ari, K.H Mas
104
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di Pedesaan
1942-194, 10 dan 12. 105
Kurasawa, Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di Pedesaan
1942-194, 78-79. 106
Ricklefs et al., Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai
Kontemporer, 496.
58
Mansur, Ki Dar dan masih banyak lainnya. Dalam majalah yang
dibuat Masyumi tersebut memuat informasi yang menitik bertkan
pada perihal anjuran melakukan propaganda pertanian yang
harus dilakukan oleh para Kia atau alim ulama di Pulau Jawa.107
Propaganda yang di lakukan Masyumi tidak hanya berupa
anjuran saja, melainkan juga memberi pengetahuan tentang cara
memperbanyak hasil bumi dengan cara, berikut:108
1. Memperloeas tanah-tanah oentoek ditanami, dengan
memakai tanah jang sampai sekarang tidak
dipergoenakan, sedang akan dioesahakan djoega oleh
Pemerintah oentoek meroebah keboen2 onderneming-
onderneming dan kleinlandbouw oentoek ditanami
tanaman-tanaman jang menghasilkan barang-barnag jang
terseboet di atas, djoega memboeka tanah-tanah baroe.
2. Membikin pengairan-pengairan jang sederhana, agar
soepaja tanah-tanah itoe bisa mendapat tjoekoep air jang
diboetoehkan.
3. Memperbaiki tjara menanam mitsalja:
a. Memadjoekan waktoe menjebar benih, karena
terboekti, bahwa dengan djalan jang demikian ini
hasilnja akan bertambah.
b. Memakai dan menambah poepoek.
c. Memperbaiki pemeliharaan padi dengan mengatoer
tjara menanam jang lebih sempoerna jaitoe
menanamnja bibit di sawah berbaris, rapat dan
djangan dalam-dalam.
d. Lebih mendjaga tanaman-tanaman, sehingga djika
timboel penyakit dengan lekas dapat diberantas (tidak
terlambat).
e. Menjegah hama tikoes dengan pemakaian obat-obat
dan alat-alat penangkap.
107
Rika Kamilah, Propaganda Masyumi Melalui Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia 1942-1945 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2019), 67. 108
Rika Kamilah, Propaganda Masyumi Melalui Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia 1942-1945 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2019), 75-76.
59
f. Menanam djagung di antaranja katjang tanah dan
ketela pohon.
g. Memperloeas tanaman djenis-djenis jang soedah
ternjata banjak memberi hasil.
h. Dan lain-lainja.
Dari pengaruh kebijakan dan propaganda yang dilakukan
oleh pemerintah dan organisasi masyarakat (ormas) sebelum
Indonesia merdeka tersebut, sangat memberikan dampak yang
signifikan terhadap pertanian Indonesia saat ini dalam proses
penggarapan tanah, penyemaian padi, penggunaan pupuk, sampai
sistem pengairan sawah. Dan setelah Indonesia merdeka, pada
masa pemerintahan Presiden Soeharto yang dikenal dengan rezim
Orde Baru, pertanian sangat menjadi sorotan penting agar dapat
melakukan swasembada beras, dengan berbagai cara yang dapat
meningkatkan hasil panen. Kebijakan yang dilakukan pada rezim
Soeharto ini disebut Revolusi Hijau, dimana kegiatannya sebagai
berikut penggunaan bibit baru, pupuk, mesin-mesin pertanian,
penggunaan lahan, pembangunan sarana publik lokal, bimbingan
masyarakat, Koperasi Unit Desa (KUD) dan subsidi harga
pupuk.109
Kemudian usaha yang dilakukan pemerintah adalah
pembentukan kelompok tani yang disebut kelompecapir yang
artinya kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa. Pada masa
ini, peran kelompecapir sangat nyata sebagai bagian integral
dalam pembagunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas,
pendapatan dan kesejahteraan, peran kelompecapir ini ada sejak
109
Djoko Suseno and Hempri Suyatna, ―Mewajibkan Kebijakan
Pertanian Yang Pro-Petani,‖ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM,
Yogyakarta 10, no. 3 (2007): 271.
60
1979. Kemudian pada tahun 1987 kelompok tani berubah istilah
menjadi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menjadi
wadah kerjasama antara kelompok tani. Banyak program
pemerinta untuk petani yang disalurkan melalui Gapoktan dan
poktan (kelompok tani) ini.110
Selain itu pemerintah membentuk
kelembagaan untuk mengatur pertanian yaitu Penyuluh Pertanian
yang berada satu naungan dengan Dinas Pertanian. Dan
mendirikan BULOG (Badan Urusan Logistik) yang mengatur
produk-produk pertanian yang penting dan membuat standarisasi
harga bagi produk pertanian.111
Pengaruh masa orde baru
tersebut masih digunakan dalam pola organisasi petani di
Trenggalek, khususnya Ngantru.
Pertanian merupakan sektor terpenting di Kelurahan
Ngantru, seperti yang telah dipaparkan penulis pada bab tiga
berkaitan tentang luas wilayah Kelurahan Ngantru yang luasnya
480,505 ha. Dari luas lahan tersebut, lahan yang dapat digunakan
sebagai lahan pertanian seluas 51 ha, dan termasuk dalam sawah
dengan pengairan irigasi teknis dan irigasi setengah teknis.112
Dengan luas lahan pertanian yang dimiliki Kelurahan
Ngantru 51 ha terbagi menjadi tiga bagian dari kelompok tani
(poktan) yang ada. Kelurahan Ngantru memiliki tiga kelompok
tani yang diberi nama poktan Tani Gembira, poktan Sejahtera I,
dan poktan Sejahtera II. Tiga poktan di atas tergabung manjadi
110
Sri Nuryanti and Dewa K.S. Swastika, ―Peran Kelompok Tani Dalam
Penerapan Teknologi Pertanian,‖ Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian 29, no. 2 (2011): 115–128. 111
Suseno and Suyatna, ―Mewajibkan Kebijakan Pertanian Yang Pro-
Petani,‖ 270. 112
Profil Kelurahan/Desa Ngatru.
61
satu menjadi gabungan kelompok tani (gapoktan) dengan nama
Maju Sejahtera. Pembagian dari luas lahan pertanian yang
dimiliki Kelurahan Ngantru untuk tiga poktan adalah 15 ha
untuk poktan Tani Gembira, 20 ha untuk poktan Sejahtera I, dan
16 ha untuk poktan Sejahtera II. Gapoktan Maju Sejahtera
didirikan pada tahun 2008, satu tahun kemudian yaitu 2009 baru
didirikan poktan Sejahtera I, Sejahtera II dan Tani Gembira.
Jumlah anggota gapoktan Maju Sejahtera adalah 142 orang yang
tergabung dari tiga poktan yaitu 44 orang dari poktan Sejahtera I,
38 orang dari poktan Sejahtera II dan 60 orang dari poktan Tani
Gembira.113
Gapoktan dinaungi oleh Dinas Pertanian dan Badan
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Trenggalek, yang memiliki
tugas saling bersinergi antara ketiganya untuk meningkatkan
produksivitas pertanian yang ada di Trenggalek terutama di
Kelurahan Ngantru. Kedua instansi tersebut memiliki kewajiban
dan wewenang untuk meningkatkan kesejahteraan dan
produksivitas petani dalam pertanian. Untuk menunjang hal
tersebut, dilakukan berbagai hal, yaitu penggunaan benih
unggulan, pengelolaan air irigasi secara optimal, penanganan
sebelum dan pasca panen, penanganan hama dan penyakit,
penggunaan pupuk yang sesuai dengan karakteristik lahan dan
tumbuhan, dan pengelolaan tanah agar terjaga kesuburannya.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode ceramah atau
113
Balai Penyuluhan Kecamatan, Programa Penyuluhan Pertanian
Kelurahan Ngantru (Trenggalek: Kecamatan Trenggalek, 2016), 6.
62
seminar, penyebaran brosur, demontrasi cara dan hasil, kursus,
dan silahturahmi dari pintu ke pintu.114
Setiap poktan juga memiliki kegiatan sendiri pada setiap
bulan, seperti pertemuan setiap bulan yang membahas berbagai
hal, dari masalah yang sedang dihadapi saat musim tanam
sampai panen, penyuluhan tentang penyakit dan hama pada
tanaman, sistem pengairan. Kegiatan di atas bersinegri dengan
kegiatan Dinas Pertanian dan Dinas Penyuluhan sehingga dapat
bekerjasama. Setiap pertemuan bulanan dalam kegiatan poktan
sering mendatangkan pembicara yang ahli dalam bidangnya.
Kegiatan pertemuan setiap bulan ini selain dimaksudkan untuk
menambah ilmu dan silaturahmi, juga sebagai tolak ukur tingkat
keaktifan petani yang ada di Kelurahan Ngantru.115
Penelitian yang didapat penulis dari lapangan dan didukung
dengan data yang diperoleh dari berbagai naramsuber
menyatakan bahwa petani di Kelurahan Ngantru merupakan
petani yang memproduksi tanaman pangan, khususnya tanaman
padi. Selama tiga kali masa panen, para petani hanya menanam
tanaman padi. Penyebab petani di Kelurahan Ngantru hanya
dapat menanam tanaman padi dikarenan tekstur tanah yang
lembab menyebabkan akar tanaman yang tidak sesuai akan
membusuk sehingga terganggu pertumbuhannya. Tanah lembab
itu menandakan tanah tersebut berlumpur dalam dan apabila
ditanami tumbuhan selain padi, maka tidak akan dapat hidup.
114
―Data Dinas Penyuluan Pertanian Kabupaten Trenggalek 2018,‖ n.d. 115
Mangin (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani,‖
Trenggalek, 14 Februari 2019.
63
Jenis benih padi yang ditanam juga bukan jenis tanaman padi
biasa, melihat tekstur tanah yang lembab menjadi faktor utama
petani Ngantru menggunakan jenis benih padi Inpari. Jenis benih
padi Inpari juga bermacam-macam, Inpari 13, Inpari 16, Inpari
33 dan Inpari 44. Pemerintah memberikan bantuan benih jenis
Inpari 33 kepada Kelurahan Ngantru. Dari hasil wawancara
penulis dengan salah satu ketua poktan di Kelurahan Ngantru,
petani pernah mencoba untuk menanam jenis tanaman selain
padi contohnya jagung tapi hanya bertahan beberapa bulan saja
dan langsung roboh tergenang air.116
Sawah teknis yang dikerjakan petani dalam satu kali masa
tanam membutuhkan sekitar 8,5 ton pupuk. Pupuk yang cocok
digunakan petani di Kelurahan Ngantru hanya ada empat jenis,
yaitu jenis pupuk Urea, Phonska, Zat A dan TS. Alasan
penggunaan jenis pupuk di atas karena terkendala pada tekstur
tanah yang ada di Kelurahan Ngantru yaitu lembab dan djeru
(dalam)117
. Para petani padi tidak menggunakan jenis pupuk
organik. Sifat dari pupuk organik adalah untuk menggemburkan
tanah. Hal ini tidak cocok dengan karakteristik tanah di
Kelurahan Ngantru, oleh sebab itu digunakanlah jenis pupuk
Urea, Phonska, Zat A dan TS yang berfungsi tidak
menggemburkan tanah, sehingga tanaman padi yang ditanam
dapat tumbuh dengan baik.118
Penggunaan pupuk di atas dalam
116
Mangin (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani,‖
Trenggalek, 14 Februari 2019. 117
Dalam di sini memiliki pengertian apabila kita masuk kedalam sawah,
makak kaki kita akan masuk ke dalam tanah sawah dapat sampai paha Ibid. 118
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani.‖.
64
peakainnya pada padi tidak harus turun ke sawah, dapat
dilakukan dari jauh. Selain itu agar tidak merusak padi, apabila
kita masuk ke dalam sawah. Teknis pemupukan menggunakan
pupuk Urea, Phonska, Zat A dan TS ini khusus digunakan untuk
tekstur tanah sawah yang djeru dan masih digunakan sampai
sekarang, karena mempermudah teknis pemeliharaan penanaman
padi di sawah tidak perlu terjun atau masuk ke sawah.
Tanah yang digarap petani di Kelurahan Ngantru sebagai
sawah merupakan tanah aset pemerintah. Jadi para petani
Ngantru mengarap tanah dengan cara membayar uang sewa
tanah tersebut. Biaya penyewaan tanah dikenakan 2.680.000
setiap tahun dengan rincian 50.000 untuk pajak, 2.600.000 untuk
biaya sewa dan 30.000 masuk khas untuk acara para petani di
Kelurahan Ngantru setiap tahunnya yang dinamakan Haul Minak
Sopal.119
Permasalahan yang dihadapi petani Ngantru tidak hanya
berkaitan dengan tekstur tanah yang menyebabkan jenis padi
tertentu pula yang dapat ditanam di Kelurahan Ngantru,
melainkan juga faktor hama wereng, hama tikus, sistem
pengairan dan lahan pertanian.120 Untuk masalah tekstur tanah
dapat diatasi dengan pemilihan bibit padi yang sesuai.
Penanganan hama wereng dan tikus sudah terdapat obat yang
dapat mengatasi hama tersebut, akan tetapi bila kedua hama
119
Imam Nurhadi (Kasubag Perencanaan Dinas Pertanian), ―Wawancara
Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek,‖ Trenggalek, 25 Februari 2019;
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani.‖ 120
Yohan Erfinanta (Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tenggalek,‖ Trenggalek; (Ketua Potan
Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani.‖
65
tersebut merajarela maka seluruh petani sepakat akan
membiarkan atau mendiamkan lahan sawah dengan tidak
melakukan penanaman padi sampai hama tesebut pergi, karena
karakteristik hama ini sekali meyerang satu petak lahan sawah,
maka akan menyerang seluruh lahan sawah yang ada di sekitar
Kelurahan Ngantru. Hal ini menyebabkan kegagalan panen para
petani. Sedangkan obat hama wereng dan tikus jika bantuan
pemerintah belum datang, maka para petani berinisiatif membeli
sendiri obat pembasmi hama tersebut. Selain memberi obat
hama, jika hama wereng atau tikus sudah merajalela ke hampir
sebagian lahan pertanian petani, maka seluruh petani akan
bersepakat mendiamkan lahan sawahnya selama satu kali masa
tanam agar hama wereng atau tikus pergi dengan sendirinya,
sehingga pada masa tanam berikutnya petani dapat
menggunakan lahannya untuk bertani. Sebelum dilakukan
penanaman lahan disterilkan dahulu dari sisa-sisa hama.121
Masalah lahan pertanian yang ada di Kelurahan Ngantru dari
data pemerintahan mengenai rencana pembangunan pusat
pemerintahan seperti gedung perkantoran, pabrik, toko, dan
perumahan. Sedang jika dilihat dari potensi produktivitas lahan
sangat menunjang pasokan bahan pangan jenis padi yang ada di
Trenggalek, karena Kelurahan Ngantru memiliki masa tanam
tiga kali dalam satu tahun. Potensi ini seharusnya dipertahankan
mengingat kurangnya pasokan bahan pangan yang berbanding
terbalik dengan jumlah permintaan pasar yang tinggi karena
tingginya populasi. Selain itu apabila tanah persawahan yang
121
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani.‖
66
biasa digarap masyarakat Kelurahan Ngantru dialih fungsikan
maka para petani akan kehilangan mata pencaharian.122 Untuk
masalah sistem pengairan, penulis akan membahas pada subbab
selanjutnya pada bab ini.
B. Manajemen Irigasi Pertanian
Air merupakan unsur terpenting dalam sektor pertanian,
sehingga apabila ketersedian air terbatas, hal tersebut sangat
mengganggu dalam proses pertanian. Oleh sebab itu masyarakat
berinovasi dalam memenuhi kebutuhan akan ketersediaan air.
Salah satu hasil inovasi yang dapat digunakan sampai saat ini
adalah penggunaan irigasi untuk lahan pertanian. Telah dibahas
pada bab sebelumnya bahwa pembangunan awal Dam Bagong
dipelopori oleh Minak Sopal dengan gaya bangunan irigasi yang
masih sederhana pada tahun 1550 M, kemudian setelah
kedatangan Belanda barulah diadakan renovasi pada gaya
bangunan irigasi menjadi lebih modern. Modern yang dimaksud
adalah dari irigasi sederhana berupa aliran air yang telah
dibendung saja kemudian dialirkan ke sawah-sawah, menjadi
irigasi yang memiliki pintu untuk mengatur debit air yang akan
dialirkan ke sawah. Pintu air pada irigasi terbuat dari logam, di
atasnya ada roda yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan pintu air. Renovasi yang dilakukan Belanda
122
(Kasubag Perencanaan Dinas Pertanian), ―Wawancara Dinas Pertanian
Kabupaten Trenggalek‖; (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas
Petani‖; (Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Trenggalek.‖.
67
sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1840 M dan tahun 1930 M.
123
Irigasi di Kelurahan Ngantru berasal dari Sungai Bagong
yang dibendung kemudian dibuatlah dam yang diberi nama Dam
Bagong sama dengan nama sungai. Dam Bagong ini telah
mengaliri tiga belas desa dalam dua kecamatan seperti yang telah
disampaikan penulis pada bab tiga dalam skripsi ini. Secara tidak
langsung Dam Bagong sangat besar manfaatnya dalam
menopang ketersediaan air bagi lahan persawahan di kedua
kecamatan. Hasil wawancara penulis dengan narasumber dari
Dinas Pengairan mengatakan bahwa air Sungai Bagong belum
pernah habis walaupun musim kemarau melanda, walaupun
sedikit air saat musim kemarau tetapi masih dapat mengalirkan
air ke sawah yang jaraknya masih berdekatan dengan Dam
Bagong.124
Sistem kinerja irigasi Dam Bagong yang dialirkan ke sawah-
sawah seperti yang telah dipaparkan penulis pada bab
sebelumnya yaitu air Sungai Bagong yang dibendung kemudian
dialirkan ke pintu air atau irigasi primer yang ada di daerah
Bagong, kemudian dialirkan ke irigasi sekunder yang ada di
daerah Ngantru, Sumbergegong, dan Surondakan. Setelah
dialirkan ke irigasi sekunder maka dilanjutkan ke irigasi tersier
yang ada di setiap daerah-daerah di tiga belas desa. Baru dari
123
Agus Prasmono (KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar
Budaya), ―Wawancara Kebudayaan Dan Sejarah Trenggalek,‖ Trenggalek, 19
Februari 2019. 124
Suhono (Juru Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah dan Deskripsi Dam
Bagong,‖ Trenggalek, 11 Februari 2019.
68
irigasi tersier dialirkan ke sawah-sawah para petani. Apabila
ketersediaan air bermasalah, maka akan menyebabkan perbedaan
waktu tanam para petani. Perbedaan waktu tanam akan
menyebabkan hama pada padi hanya berpindah dari satu tempat
ke tempat lain.125
Untuk menghindari masalah tersebut, Dinas Pengairan
melakukan beberapa tindakan. Tugas dan tindakan yang
dilakukan Dinas Pengairan secara umum yaitu membantu
pemerintah dalam membangun dan mengembangkan sarana
sumber daya air, irigasi dan air minum atau air bersih. Kemudian
operasi dan pemeliharaan sarana prasarana dengan melakukan
pembinaan, pengawasan, pengendalian serta rehabilitasi sumber
daya air, jaringan irigasi, dan penanggulangan daya rusak air
akibat bencana alam banjir dan kekeringan. Dan yang terakhir
pembinaan, yang memiliki tugas melakukan pembinaan,
pengawasan, pengendalian dan kerjasama dalam mengelola
sumberdaya air agar memberikan manfaat yang positif bagi
masyarakat sekitar.126
Dari hasil wawancara yang diperoleh penulis, masalah yang
sering dihadapi Dinas Pengairan dalam pemeliharaan irigasi
adalah sering terjadinya penimbunan pasir di daerah sekitar
irigasi sekunder dan tersier.127 Jika hal ini terjadi terus menerus
125
(Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Trenggalek.‖ 126
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek‖; (Juru
Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah Dan Deskripsi Dam Bagong.‖ 127
(Juru Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah Dan Deskripsi Dam
Bagong‖; (Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan
69
tanpa ada penanganan maka akan menyumbat aliran air yang
mengarah ke sawah-sawah. Sehingga harus diadakan
pengecekan akan masalah di atas setiap tiga bulan sekali, dan
jika ada penyumbatan dapat dilakukan pengerukan.
Manajemen pengairan irigasi yang digunakan Dinas
pengairan untuk mengairi sawah-sawah petani bergantung pada
musim yang sedang ada di Kota Trenggalek. Jika musim
penghujan datang maka Dinas Pengairan tidak membatasi air
yang mengalir ke sawah-sawah petani. Debit air yang dialirkan
saat musim penghujan 60-70 liter/detik ke saluran air yang
menuju ke sawah dalam setiap harinya, apabila pasokan air telah
melampaui batas dan bersisa maka akan dibuang ke sungai
kembali. Sedang musim kemarau, maka Dinas Pengairan
menggunakan sistem bergilir untuk memenuhi kebutuhan
pasokan air petani. Debit yang dialirkan mencapai 100
liter/detik. Hal ini dilakukan agar pasokan air untuk sawah
maksimal, dan biasanya sistem bergilir yang digunakan dibatasi
oleh waktu.128
Apabila terjadi musim kemarau dan debit air yang ada di
Dam Bagong mengalami penurunan, menurut hasil wawancara
penulis dengan narasumber, saat musim kemarau air yang
berasal dari Dam Bagong dapat membantu para petani sampai
awal musim tanam yang ketiga, setelah itu untuk pengairan
Pertanian Kecamatan Trenggalek‖; (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara
Komunitas Petani.‖ 128
(Juru Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah Dan Deskripsi Dam
Bagong‖; (Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani‖;
(Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Trenggalek.‖
70
dibantu dissel. Hal ini terjadi karena debit di Dam Bagong pada
musim kemarau dapat mencapai 11 m3
yang terjadi pada awal
tahun 2016. Sedang saat musim penghujan dapat mencapai 150
m3
yang terjadi pada bulan Oktober 2016.129
C. Potensi Ekonomis dalam Peningkatan Hasil Pertanian
Bertani bagi sebagian masyarakat yang ada di Trenggalek
terutama masyarakat Ngatru merupakan sebuah kultur yang
mendarah daging, bahkan turun temurun, menjadi warisan
budaya setempat. Dalam wawancara penulis dengan pakar
penyuluhan pertanian Kecamatan Trenggalek, Bapak Yohan,
dia mengatakan “ora nandur, ora marem” yang memiliki arti
―kalau tidak menanam padi, maka itu tidak akan mendapatkan
kepuasan‖. Selain itu masyarakat memiliki budaya berfikir
bahwa “sing nandur lan sing ora nandur pari melu mangan
hasile” yang artinya ―orang yang menanam dan yang tidak
menanam padi sama-sama menikmati hasil dari tanaman padi‖.
Maksud dari budaya befikir ―nandur pari” adalah ―dengan
mereka menanam padi maka secara tidak langsung mereka
dapat membantu kehidupan orang lain‖. Hal tersebut menjadi
sebuah kepuasan secara batin bagi para petani yang menanam
padi.130
Lahan sawah yang ada di Kelurahan Ngantru merupakan
lahan yang memiliki potensi ekonomis yang tinggi dalam
129
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek‖; (Juru
Dam Bagong), ―Wawancara Sejarah Dan Deskripsi Dam Bagong.‖ 130
(Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Trenggalek.‖
71
meningkatkan hasil pertanian di Trenggalek. Hal tersebut
terbukti dari persawahan di Ngantru merupakan sawah yang
dapat melakukan tiga kali masa tanam, dalam satu kali masa
tanam persawahan di Ngantru dapat menghasilkan 5,4 ton
sampai 6,5 ton. Jika hasil tersebut dikalikan tiga kali masa
tanam dalam satu tahun, sawah Ngantru mendapatkan sekitar
19,5 ton. Hasil tersebut merupakan sebuah sumbangan yang
lumayan baik untuk membantu mencukupi kebutuhan
permintaan pasar akan bahan pangan jenis padi.131
Dalam skripsi ini penulis mengambil periode 2006 sampai
2016 pasca terjadinya banjir bandang yang melanda Kota
Trenggalek, dan wilayah yang terkena dampak paling parah
adalah Kelurahan Ngantru. Banjir bandang tersebut terjadi pada
20 April 2006, dan pada bulan tersebut merupakan masa tanam
pertama dalam tahun 2006 bagi kelurahan Ngantru. Setelah itu,
bulan April merupakan bulan dimana para petani melakukan
panen terhadap padi yang telah ditanam dari bulan Januari.
Karena musibah banjir tersebut pada tahun 2006, khususnya
petani di Kelurahan Ngantru mengalami kegagalan panen total.
Keadaan tersebut belum pulih sampai akhir tahun 2006. Tahun
2007 sampai 2008 pasca banjir tersebut lahan sawah dan petani
kondisinya belum terlalu stabil, ditambah terdapat angin yang
dapat merontokkan biji padi yang belum siap panen. Jadi pada
jangka dua tahun tersebut hasil pertanian sedikit meningkat
daripada tahun sebelumnya, kemungkinan pada tahun tersebut
131
Profil Kelurahan/Desa Ngatru, 6; (Penyuluh Kelurahan Ngantru),
―Wawancara Dinas Penyuluhan Pertanian Kecamatan Trenggalek.‖
72
petani hanya dapat panen sekitar dua ton. Kemudian tahun 2009
sampai 2010 hasil panen petani stabil dan dapat dikatakan bagus,
karena mendapatkan pasokan air yang cukup, pengelolaan lahan
yang baik dan mendapat benih dan pupuk yang unggul, pada
tahun tersebut petani dapat memanen padinya berkisar 5,5 ton
dan hasil tersebut sudah mendekati angka yang baik. Akan tetapi
pada tahun 2011 sampai 2012 hasil panen menurun karena hama
wereng melanda sebagian sawah milik petani Kelurahan Ngantru.
Setelah hama wereng diatasi oleh para petani dengan pemberian
obat wereng, bahkan pada masa tanam kedua yaitu bulan Mei
sampai Agustus tahun 2012 para petani bersepakat tidak
menanami lahan sawahnya agar hama wereng pergi dari lahan
mereka. Pada tahun 2011-2012 petani di Ngantru hanya dapat
memanen padi sekitar 3,2 ton saja akibat hama wereng. Maka
pada tahun berikutnya 2013 sampai 2015 hasil panen mangalami
peningkatan dan mendapatkan hasil yang bagus, hasil panen
mencapai 6,5 ton. Pada 2016 awal yang bertepatan dengan musim
kemarau yang menyebabkan debit air Dam Bagong mencapai 11
m3 ditambah dengan adanya hama wereng yang menyerang
tanaman padi di Keurahan Ngantru yang menyebabkan
penurunan pada hasil panen menjadi 4,5 ton. Kemudian pada
bulan Oktober 2016 debit air Dam Bagong meningkat menjadi
150 m3 disebabkan musim penghujan datang diikuti dengan
meningkatnya hasil panen masyarakat petani Ngantru yang
mendapatkan hasil yang meningkat dibandingkan dengan panen
pada beberapa bulan sebelumnya, hasil panen yang didapat petani
pada bulan tersebut mencapai hasil yang sangat baik, sekitar 6,5
73
ton. Hal tersebut ditunjang dengan baiknya sistem pengairan dari
Dam Bagong karena tanaman padi sangat bergantung pada air,
mendapat benih dan pupuk yang baik dari Dinas Pertanian dan
mendapat pengawasan yang baik dari Dinas Penyuluan untuk
masalah hama, penyakit, dan pengelolaan lahan tanah.132 Dari
hasil wawancara penulis dengan ketua poktan Sejahtera II
mengatakan bahwasannya hasil pertanian semakin baik sampai
tahun ini.
Dari hasil pengamatan penulis di lapangan, tanaman padi
yang telah dipanen, oleh petani akan dimasukkan ke dalam
mesin pemisah biji padi dengan jerami padi atau akan
dipisahkan secara manual dengan tangan dan papan yang dibuat
khusus. Setelah itu, padi akan dijemur agar kering, jika padi
kering maka akan memudahkan untuk pengupasan kulit
padinya. Kemudian padi yang telah kering akan dimasukkan ke
dalam karung untuk memudahkan pengangkutan padi dari
sawah ke rumah petani atau tempat penjualan padi.133
Dalam satu hektare lahan biasanya dikerjakan oleh lima
orang pekerja. Hasil panen dari lahan sawah dibagi rata kepada
pekerja sawah. Setelah itu, hasil yang didapat setiap petani
dibagi dua, sebagian hasilnya akan digunakan sendiri sebagai
persediaan bahan makanan, dan sebagian lagi akan dijual ke
Koperasi Unit Desa (KUD) atau ke tengkulak dalam bentuk
gabah atau padi yang belum dikupas kulitnya. Dari KUD atau
132
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani‖; ―Data
Dinas Pertanian Kecamatan Trenggalek,‖ n.d. 133
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani.‖
74
tengkulak barulah padi tersebut dikupas kulitnya agar menjadi
beras. Kemudian beras disalurkan ke pasar yang ada di
Trenggalek. Di pasar banyak pembeli atau konsumen yang
sangat mencari beras hasil dari petani lokal. Hal ini disebabkan
karena jenis beras dari petani lokal lebih pulen jika dimasak,
dibandingkan dengan beras yang berasal dari daerah tetangga
seperti Ponorogo, Pecitan, Madiun dan sekitarnya. Karena
penulis penasaran pada hal tersebut, akhirnya penulis
menelusuri penyebab minat konsumen terhadap tekstur pulen
dari beras lokal Trenggalek, dengan menanyakan pada Bapak
Yohan selaku penyuluh pertanian daerah Ngantru. Dia
mengatakan bahwa kepulenan yang ada pada beras lokal
disebabkan karena tanah yang masih dalam kondisi subur.
Tanah yang subur didapat dengan pengelolaan tanah yang baik
sebelum dan sesudah tanam menggunakan alat pembajak yang
disesuaikan dengan keadaan tanah, sumber air yang memadai
selama masa tanam, penggunaan pupuk yang sesuai dengan
tekstur tanah. Dengan melakukan hal-hal tersebut maka zat hara
yang terkandung dalam tanah akan terjaga, dan membuat
tanaman yang ditanam di tanah tersebut akan subur dan
menghasilkan hasil yang baik. Jadi tanah yang ada di
Trenggalek, terutama Kelurahan Ngantru masih terjaga
kesuburannya.134 Selain itu, kepulenan didapat dari kepadaian
dalam menanak nasi, seperti pencucian beras, takaran air saat
menanak beras, dan penyajian saat setelah matang.
134
(Penyuluh Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Trenggalek.‖
75
Dari data dan hasil wawancara yang dilakukan penulis,
sekitar 80 % sawah yang ada di Kelurahan Ngantru sangat
bergantung pada irigasi Dam Bagong dalam proses
pertaniannya. Jadi apabila terjadi gangguan pada manajemen
pengairan Dam Bagong maka akan berdampak buruk bagi
pertanian di Trenggalek, khususnya daerah Kelurahan Ngantru.
Hal ini akan berdampak pula bagi ketersediaan bahan pangan di
pasar Trenggalek.135
Hasil yang didapatkan di atas tidak terlepas dari dukungan
berbagia pihak, baik dari pemerintah melalui Dinas Pertanian,
Dinas Penyuluhan Pertanian, Dinas Pengairan dan masyarakat
petani itu sendiri. Kesejahteran akan didapat apabila semua
unsur dalam komponen tersebut dapat duduk bersama
berdiskusi membicarakan masalah bersama, mecari solusi
bersama dan bekerja bersama.
135
(Ketua Potan Sejahtera), ―Wawancara Komunitas Petani‖; (Penyuluh
Kelurahan Ngantru), ―Wawancara Dinas Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Trenggalek.‖
76
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan mengenai hasil penelitan dan pertanyaan
berkaitan dengan rumusan masalah pada akhirnya dapat penulis
jawab dalam bab ini. Dalam penelitian ini, Dam Bagong
memiliki peran penting dalam sistem pengairan untuk lahan
persawahan yang ada di Trenggalek, khususnya Kelurahan
Ngantru. Tidak dapat dipungkiri bahwa tanaman padi sebagai
sumber bahan makanan pokok masyarakat, sangat bergantung
pada ketersediaan air yang memadai. Selain air sebagai sumber
kehidupan bagi tanaman, masih terdapat faktor pendukung
lainnya seperti penggunaan benih unggulan, pupuk yang sesuai
tekstur tanah, penggunaan alat pembajak sawah yang sesuai
dengan kondisi tanah agar menjaga zat hara yang terkandung
dalam tanah, dan penanganan hama dan penyakit menggunakan
obat yang sesuai dengan hama atau penyakit yang sedang
menyerang. Jika semua unsur di atas telah terpenuhi dengan
baik, maka hasil yang akan didapat dari panen akan mengikuti
melimpah dan baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil
pertanian masyarakat Kelurahan Ngantru pada tiga tahun
terakhir sekitar tahun 2013 sampai 2015. Walaupun pada tahun
awal 2016 panen padi berkurang, tapi setelah debit air Dam
Bagong meningkat hasil panen juga mengikuti meningkat,
bahkan sampai pada tahun ini. Jadi apabila hasil pertanian
melimpah dan baik, maka kesejahteraan petani akan meningkat
77
dan kebutuhan bahan makanan pokok jenis padi di pasar
Trenggalek akan terpenuhi, sehingga ketersedian bahan pangan
akan berbanding lurus dengan permintaan konsumen.
B. Saran
Penelitian tentang “Dampak Ekonomis Dam Bagong dalam
Pertanian Padi Masyarakat Ngantru, Trenggalek 2006-2016”
ini masih banyak kekurangan, karena penulis mengalami
keterbatasan dalam mencari sumber dan waktu dalam
melakukan penelitian terhadap kajian ini. Penulis berharap,
kajian ini akan menjadikan penulis dan pembaca belajar akan
pentingnya sebuah komponen sumber daya alam, contohnya air
bagi kehidupan bersama, sehingga penulis dan pembaca dapat
lebih bijak dalam menjaga sumber daya alam yang ada. Dari itu,
penulis memberikan beberapa saran kepada peneliti, penggiat,
dan pengamat pertanian, di antaranya:
1. Menjadikan kajian sejarah ekonomi khususnya
perekonomian Trenggalek untuk dikaji lebih komprehensif.
2. Penelitian tentang potensi ekonomis Dam Bagong terhadap
industri pertanian perlu dikaji kembali agar tulisan
mengenai hal ini menjadi semakin lengkap.
78
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara
(Juru Dam Bagong), Suhono. ―Wawancara Sejarah Dan Deskripsi
Dam Bagong,‖ 11 Februari 2019.
(KASI Pelestarian Tradisi, Sejarah dan Cagar Budaya), Agus
Prasmono. ―Wawancara Kebudayaan Dan Sejarah
Trenggalek,‖ 19 Februari 2019.
(Kasubag Perencanaan Dinas Pertanian), Imam Nurhadi.
―Wawancara Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek,‖ 25
Februari 2019.
(Kepala Kelurahan Ngantru), Suwono. ―Wawancara Prosesi
Acara dalam Peringatan Jasa Minak Sopal,‖ Trenggalek,
10 Agustus 2018.
(Ketua Potan Sejahtera), Mangin. ―Wawancara Komunitas
Petani,‖ 14 Februari 2019.
(Penyuluh Kelurahan Ngantru), Yohan Erfinanta. ―Wawancara
Dinas Penyuluhan Pertanian Kecamatan Trenggalek,‖ 27
Februari 2019.
(Sesepuh DAM Bagong), Samsuri. ―Wawancara Sejarah Minak
Sopal,‖ Trenggalek, 03 Agustus 2018.
Jurnal
Budiharso, Teguh. ―Meluruskan Sejarah Trenggalek Kota
Gaplek: Studi Heuristik Foklor Panembahan Batoro
Katong, Joko Lengkoro Dan Minak Sopal‖ 12, no. 1
(March 2015): 137–151.
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan. ―Pertanian Dalam
Angka.‖ Trenggalek (2015). Diakses 18 Desember 2018.
https://id.scribd.com/doc/270754753/Pertanian-Dalam-
Angka-DISPERTAHUTBUN-Kab-Trenggalek.
79
Maziyah, Siti, and Endah Sri Hartatik. ―Dampak Politik Kolonial
Etis Terhadap Tingkat Kemakmuran Penduduk Di
Kabupaten Grobongan Tahun 1900-1930.‖ Pusat
Penelitian Budaya Universitas Diponegoro (2005).
Diakses 08 November 2019.
http://eprints.undip.ac.id/21841/1/468-ki-lemlit-06-a.pdf.
Nuryanti, Sri, and Dewa K.S. Swastika. ―Peran Kelompok Tani
Dalam Penerapan Teknologi Pertanian.‖ Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 29, no. 2 (2011): 115–
128. Diakses 10 November 2019.
Pasandaran, Effendi. ―Alternatif Kebijakan Pengendalian
Konversi Lahan Sawah Beririgasi Di Indonesia‖ 25, no. 4
(2006): 123–129.
———. ―Pengelolaan Infrastruktur Irigasi Dalam Kerangka
Ketahanan Pangan Nasional‖ 5, no. 2. Analisis Kebijakan
Pertanian (2007): 126–149.
———. ―Politik Ekonomi Reformasi Irigasi: Tinjauan Kritis
Terhadap RUU Sumberdaya Air‖ 1, no. 4. Analisis
Kebijakan Pertanian (2017): 281–296.
Suseno, Djoko, and Hempri Suyatna. ―Mewajibkan Kebijakan
Pertanian Yang Pro-Petani.‖ Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, UGM, Yogyakarta 10, no. 3 (2007): 267–
294. Diakses 10 November 2019.
Windia, Wayan, Suprodjo Pusposutardjo, Nyoman Sutawan, Putu
Sudira, and Sigit Supadmo Arif. ―Transformasi Sistem
Irigasi Subak Yang Berlandaskan KonsepTRI Hita
Karan.‖ SOCA (Socio-Economic of Agriculturre and
Agribusiness (2006).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4078/30
67.
80
Dokumen
―Data Dinas Penyuluan Pertanian Kabupaten Trenggalek 2018,‖
n.d.
―Data Dinas Pertanian Kecamatan Trenggalek,‖ n.d.
―Data Pengamatan Dinas Pengairan Kabupaten Trenggalek,‖ n.d.
Video Recording
Koencahyo (Presenter dan Dokumentasi HkTv Trenggalek),
Soegeng. Upacara Adat Besih Dam Bagong, 2018.
Buku
Balai Penyuluhan Kecamatan. Programa Penyuluhan Pertanian
Kelurahan Ngantru. Trenggalek: Kecamatan Trenggalek,
2016.
Batubara, Mustopa Marlin. Metode Penelitian Sosial Ekonomi.
Palembang: Universitas Muhammadiyah, 2011.
Booth, Anne, William J. O‘Malley, and Anna Weidemann, eds.
Sejarah Ekonomi Indonesia. Translated by Milen
Jorbhaar. Peter Boomgaard, ―Mengubah Ukuran dan
Perubahan Ukuran: Pertumbuhan Pertanian Daerah Di
Pulau Jawa 1815-1875‖,. Jakarta: LP3ES, 1988.
Departemen Pekerdjaan Umum dan Tenaga Kerja. Petundjuk-
Petundjuk Tentang Eksploitasi Irigasi Desa. Djakarta:
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejerah. Terjemahan Nugroho
Notosusanto. Jakarta: UI Press, 1983.
Haryono. Mekanisasi Pertanian. Jakarta: CV. Genep Jaya Baru,
1983.
81
Kamus Pusat Bahasa, ed. ―Kamus Bahasa Indonesia.‖ Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2013.
Kurasawa, Aiko. Kuasa Jepang Di Jawa: Perubahan Sosial Di
Pedesaan 1942-194. Depok: Komunitas Bambu, 2015.
Madjid, Dien. Pengantar Ilmu Sejarah. Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2013.
Ricklefs, M. C., Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, and
Maitrii Aung-Thwin. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa
Prasejarah Sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas
Bambu, 2013.
Rokhma, Novrida Mulya. Menyelamatkan Pangan Dengan
Irigasi Hemat Air. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, ed.
Kabupaten Trenggalek Dalam Angka 2014. Trenggalek:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek, 2014.
———. Kabupaten Trenggalek Dalam Angka 2015. Trenggalek:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek, 2015.
Seksi Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Kelurahan
Ngantru. Profil Kelurahan/Desa Ngatru. Trenggalek,
2016.
Soeyono. Ki Ageng Menak Sopal. Trenggalek, 2006.
Tim Sejarah Kabupaten Trenggalek dan Tim Konsultan IKIP
Malang. Ringkasan Sejarah Trenggalek. Edited by
Mukayat. Trenggalek: Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II, 1982.
Wilis, Abdul Hamid. Sejarah Adipati Minaksopal. Trenggalek,
2006.
———. Trenggalek Kota Pertahanan. Trenggalek, 2007.
82
Skripsi
Anggraini, Novia Septi. Nilai Kearifan Lokal Tradisi Nyadran
DAM Bagong Di Kelurahan Ngantru Kecamatan
Trenggalek Kebupaten Trenggalek. Universitas Negeri
Malang, 2017.
Kamilah, Rika. Propaganda Masyumi Melalui Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia 1942-1945. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2019.
Internet
Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur. ―Jumlah Pemeluk
Agama Tahun 2013.‖ Terakhir diubah 2013. Diakses 19
December 2018.
http://jatim.kemenag.go.id/file/file/data/wlex1395925556.
pdf.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
―Kabupaten Trenggalek.‖ Terakhir diubah 2013. Diakses
19 Desember 2018.
http://pertanian.jatimprov.go.id/index.php/komoditas/sentr
a-hortikultura/2013-11-04-03-36-30.
Map
―Jalur Surabaya Menuju Trenggalek.‖ diakses 1 Desember 2018.
htpps://www.google.com/maps/dir/Surabaya,+Kota+Sura
baya+Jawa+Timur/Trenggalek,+Jawa+Timur.
―Jalur Tangerang Menuju Trenggalek.‖ diakses 4 Desember
2018.
https://www.google.com/maps/dir/Tangerang,+Kota+Tan
gerang,+Banten/Kabupaten+Trenggalek,+Jawa+Timur/@.
―Wisata Pantai Di Kabupaten Trenggalek.‖ diakses 4 Desember
2018.
https://www.google.co.id/search?q=wisata+pantai+di+tren
ggalek&oq=wisata+pantai+di+Tre&aqs=chrome.1.69i57j
0l5.14950j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
84
Lampiran 1
Peta Kabupaten Trenggalek
Gambar 1: Peta Kabupaten Trenggalek
(Sumber: Dinas Penyuluhan Pertanian Trenggalek).
85
Lampiran 2
Peta Kecamtan Trenggalek
Gambar 2: Peta Kecamatan Trenggalek
(Sumber: Dinas Penyuluhan Pertanian Trenggalek).
86
Lampiran 3
Peta Kelurahan Ngantru
Gambar 3: Peta Kelurahan Ngantru
(Sumber: Profil Kelurahan Ngatru).
87
Gambar 4: Peta Kelurahan Ngantru
(Sumber: Balai Penyuluhan Kecamatan Trenggalek).
88
Gambar 5: Peta Kelurahan Ngantru
(Sumber: Balai Penyuluhan Kecamatan Trenggalek).
89
Lampiran 4
Susunan Organisasi Kelurahan Ngantru
Gambar 6: Susunan Organisasi Kelurahan Ngantru
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
90
Lampiran 5
Tugu Pranata Mangsa
Gambar 7: Tugu Pranata Mangsa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
91
Lampiran 6
Dam Bagong dan Irigasi Di Kecamatan Trenggalek
Gambar 8: Dam Bagong
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
92
Gambar 9: Irigasi Primer di daerah Dam Bagong (tampak dari
depan)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 10: Irigasi Primer Dam Bagong (tampak dari belakang)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
93
Gambar 11: Saluran air yang berasal dari Dam Bagong menuju ke
saluran irigasi primer
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 12: Saluran air yang keluar dari irigasi primer menuju
irigasi sekunder
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
94
Gambar 13: Saluran Irigasi Sekunder yang ada di Surondakan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 14: Saluran Irigasi Sekunder yang ada di Sumbergedong
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
95
Lampiran 7
Area Pemakaman Minak Sopal
Gambar 15: Pintu Masuk Area Pemakanan Minak Sopal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 16: Pintu Masuk makanan Minak Sopal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
96
Gambar 17: Pendapha di area pemakaman Minak Sopal yang
digunakan jika terdapat kegiatan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 18: Makam Minak Sopal dan Istri
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
97
Gambar 19: Makam Empat Prajurit Minak Sopal (sebelah kiri
dari pintu masuk)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 20: Makam Empat Prajurit Minak Sopal (sebelah kanan
dari pintu masuk)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
98
Lampiran 8
Sawah-Sawah Di Ngantru
Gambar 21: Sawah di Kelurahan Ngantru Milik Potani Sejahtera
I
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 22: Sawah di Kelurahan Ngantru Milik Potani Sejahtera
II
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
99
Lampiran 9
Kegiatan Haul Minak Sopal
Gambar 23: Sema‘an Alquran di mushola al-Falah dekat area
Makam Bagong
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 24: Tahlil dan Do‘a di Makam Minak Sopal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
100
Gambar 25: Sambutan dari Bapak Mukimin Swanto Selaku
Gapoktan Maju Sejahtera sekaligus Panitia Acara Peringatan Jasa
Minak Sopal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
Gambar 26: Sambutan dari Bapak Emil Selaku Bupati
Trenggalek
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
101
Gambar 27: Sambutan dari Bapak Supardi Selaku Pembaca
Sejarah Dam Bagong
(Sumber: Video Dokumentasi HkTv 2018).
Gambar 28: Pembacaan Do‘a oleh Kyai Hj. Nur S.
(Sumber: Video Dokumentasi HkTv 2018).
102
Gambar 29: Pembungkusan Nasi dan Daging Kerbau yang akan
dibagikan kepada warga masyarakat yang datang
(Sumber: Video Dokumentasi HkTv 2018).
Gambar 30: Ramah Tamah Menu Makanan Daging Kerbau
(Sumber: Video Dokumentasi HkTv 2018).
103
Gambar 31: Susunan Kegiatan Upacara Adat Memeringati Jasa
Minak Sopal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Novia Bayuningrum).
104
Lampiran 10
Foto Wawancara dengan Narasumber
Gambar 32: Wawancara penulis dengan Bapak Samsuri Selaku
Sesepuh Dam Bagong di Ngantru.
Gambar 33: Wawancara penulis dengan Bapak Suwono Selaku
Bapak Lurah dan Bapak Zainal Selaku Kepala Seksi
Pemberdayaan masyarakat dan sara prasara di Kelurahan
Ngantru.
105
Gambar 34: Wawancara penulis dengan Bapak Suhono Selaku
Juru Kunci Dam Bagong dari Dinas Pengairan Trenggalek.
Gambar 35: Wawancara penulis dengan Bapak Mangin Selaku
Ketua Potani Sejahtera II di Kelurahan Ngantru, Trenggalek.
106
Gambar 36: Wawancara penulis dengan Bapak Soegeng
Koencahyo Selaku Presenter dan Dokumentasi dari HkTv
Trenggalek.
Gambar 37: Wawancara penulis dengan Bapak Imam Nurhadi
Selaku Ketua Kasubag Perencanaan dari Dinas Pertanian
Trenggalek.
107
Gambar 38: Wawancara penulis dengan Bapak Yohan Erfinanta
Selaku Penyuluh Pertanian Daerah Ngantru dari Dinas
Penyuluhan Pertanian Trenggalek.
Gambar 39: Wawancara penulis dengan Bapak Agus Prasmono
Selaku Kasi Pelestarian Tradisi Sejarah dan Cagar Budaya dari
Dinas Pariwisata Trenggalek.
108
Lampiran 11
Surat-Surat
Gambar 40: Surat untuk Kelurahan Ngantru.
109
Gambar 41: Surat untuk Dinas Pertanian.
110
Gambar 42: Surat untuk Dinas Pariwisata.
111
Gambar 43: Surat untuk Dinas Pengairan, Gapoktan, Dinas
Penyuluan Petanian, HkTv, Sesepuh Dam Bagong dan
KesBangPol.
112
Gambar 44: Surat Balasan dari KesBangPol.
113
Gambar 45: Surat Balasan dari Kelurahan Ngantru.
114
Gambar 46: Surat Balasan dari Dinas Pariwisata.
115
Gambar 47: Surat Balasan dari Dinas Pertanian.
116
Lampiran 12
Tabel 3
Contoh Jadwal Sistem Pengairan Bergilir Kecamatan
Trenggalek
No. Waktu (WIB) Nama Desa Debit (liter/detik) Luas Lahan (Ha)
1. 04.00-08.00 Surondakan 100 liter/detik 130
2. 08.00-12.00 Sumbergedong 100 liter/detik 110
3. 12.00-16.00 Ngantru 100 liter/detik 51
4. 16.00-20.00 Tamanan 100 liter/detik 67
5. 20.00-24.00 Sambirejo 100 liter/detik 101
6. 24.00-04.00 Rejowinangun 100 liter/detik 31