noni-rina-anita-e1a-012-030.pdf

22
TUGAS ANALISIS SKRIPSI “MENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DONGENG DENGAN METODE PAKEM SISWA KELAS V SDN SUWADUK 01 TAHUN AJARAN 2006 / 2007” DAN “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA TEKS LAGU SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 PEMALANG” Disusun oleh Nama : NONI RINA ANITA Nim : E1A-012-030 Prodi : pendidikan biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2015

Upload: ochak-unyu

Post on 14-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • TUGAS

    ANALISIS SKRIPSI

    MENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DONGENG DENGAN

    METODE PAKEM SISWA KELAS V SDN SUWADUK 01 TAHUN AJARAN

    2006 / 2007

    DAN

    PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI

    METODE LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA TEKS LAGU SISWA

    KELAS X-7 SMA NEGERI 1 PEMALANG

    Disusun oleh

    Nama : NONI RINA ANITA

    Nim : E1A-012-030

    Prodi : pendidikan biologi

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MATARAM

    2015

  • PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI DONGENG DENGAN

    METODE PAKEM SISWA KELAS V SDN SUWADUK 01 TAHUN AJARAN

    2006 / 2007

    SKRIPSI

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    oleh

    Nama : Susilowati

    NIM : 21029005001

    Program Studi : Pend. Bahasa dan Sastra Jawa

    Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

    FAKULTAS BAHASA DAN SENI

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan suatu usaha mengalihkan pengetahuan, pengalaman,

    kecakapan serta keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar bermanfaat

    hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Mendidik sebenarnya bukan hanya sekedar

    melatih keterampilan dan mengalihkan pengetahuan kepada anak, melainkan juga

    membina watak anak agar mengenal dan menghayati nilainilai manusia yang luhur.

    Mendidik berarti pula membantu anak agar mampu mengembangkan potensi yang ada

    untuk lebih berkembang serta belajar terus-menerus.

    Pendidikan dewasa ini harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Zaman

    modern seperti saat ini, anak dituntut untuk makin kreatif berinisiatif, inovatif, mandiri

    dan cerdas. Adapun halhal yang menjadi sasaran utama dalam pendidikan saat ini

    adalah sesuatu yang bersifat intelektual dan keterampilan, sehingga masalah

    moral dan etika kurang tersentuh atau mungkin agak terlupakan oleh kedua

    orang tua sebagai pendidik utama bagi anakanaknya.

    Peran sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang membantu

    orang tua dalam mendidik anak dituntut untuk selalu mengikuti tuntutan zaman. Artinya

    sekolah harus mampu untuk selalu menyesuaikan terhadap segala kemajuan

    yang ada pada masa masa tersebut ataupun pada masa yang akan datang. Tuntutan

    tuntutan itulah yang menyebabkan pemerintah sering memperbaharui

    kurikulum agar selalu relevan dengan semua tuntutan di atas.

    Demikian juga dengan pendidikan bahasa Jawa. Pendidikan bahasa

    Jawa merupakan pelajaran muatan lokal ( Mulok ) yang hanya dipandang sebelah

    mata oleh sebagian masyarakat, sehingga pembinaan keterampilan dan

    kemampuan siswa hanya diprioritaskan pada mata pelajaran yang diujikan dalam

    Ujian Umum Nasional. Pandangan tersebut mengimbas terhadap siswa dalam

    belajar yang cenderung menyepelekan Pelajaran Bahasa Jawa. Pemerintah

    kemudian menetapkan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004

  • untuk jenjang pendidika SD/SDLB/SMP/SMPLB/MTS, dan SMA/SMALB/SMK/MA

    Negeri dan Swasta Propinsi Jawa Tengah ( Premprov Jateng 2005 ).

    Dengan diberlakukan kurikulum bahasa Jawa tahun 2004 pemerintah

    menegaskan bahwa pengajaran bahasa Jawa sebagai pelajaran muatan local

    yang wajib di wilayah Jawa Tengah pada jenjang SD sampai dengan SMA.

    Mata pelajaran bahasa Jawa merupakan program untuk mengembangkan

    pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Jawa.

    Pembelajaran bahasa Jawa mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca

    dan menulis. Keempat aspek tersebut dalam pelaksanaannya harus seimbang,

    sedangkan dalam pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan

    kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.

    Kegiatan mengapresiasi dongeng berkaitan erat dengan latihan

    mempertajam perasaan, perwatakan dan daya khayal serta kepekaan terhadap

    masyarakat, budaya dan lingkungan sekitar. Sedangkan kegiatan

    mengapresiasikan dongeng bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak

    dalam memahami menghayati dan menghargai nilainilai yang terkandung dalam

    dongeng.

    Pembelajaran apresiasi dongeng pada kelas V SD Suwaduk 01 tahun ajaran

    2006/2007 pada awal semester I nilai ratarata kelas hanya 5,9 termasuk dalam

    kategori cukup. Hal ini belum mencapai batas ketuntasan, karena batas ketuntasan dalam

    mengapresiasi dongeng mencapai 7,0 sehingga belum sesuai dengan target yang

    diharapkan, maksudnya : 1) nilai kemampuan siswa pada ranah kognitif masih

    di bawah standar ketuntasan yaitu di bawah 70. 2) Aspek keterampilan, peran guru

    dalam pembelajaran apresiasi dongeng terlalu mendominasi sehingga siswa

    mengalami kecenderungan untuk diam. 3) Aspek efektif, antusiasme siswa dalam

    mengikuti pembelajaran apresiasi dongeng tidak begitu banyak. Siswa lebih

    banyak bergurau dan bermain sendiri.

    Melihat realitas pembelajaran apresiasi dongeng seperti di atas maka

    pembelajaran apresiasi dongeng perlu adanya perubahan untuk meminimalkan

    peran guru dan memaksimalkan peran siswa dalam belajar. Oleh karena

    itu metode yang relevan dengan keadaan di atas yaitu metode PAKEM.

  • Metode PAKEM kepanjangan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

    menyenangkan. Pembelajaran aktif yaitu guru memantau kegiatan belajar

    siswa dan siswa mempertanyakan gagasannya ( Depdiknas, 2002:xii ).

    Kreatif pembelajaran dengan mengembangkan kegiatan yang beragam sehingga siswa

    bisa mengarang atau menulis. Efektif pembelajaran dengan sarana dan prasarana

    seadanya bias mencapai tujuan pembelajaran. Menyenangkan bisa menciptakan

    suasana yang menyenangkan sehingga membuat anak berani bertanya dan

    mengemukakan gagasannya. Dengan menggunakan metode PAKEM bisa

    bermanfaat bagi guru dan siswa. Penerapan PAKEM dalam pengelolaan kelas

    akan membawa situasi belajar siswa ke dalam dunianya sendiri, dunia

    bermain yang penuh denan keasyikan belajar tanpa adanya tekanan dan

    paksaan terhadap siswa. Pembelajaran yang disajikan akan lebih aktif dan

    menyenangkan. Sehingga dalam pengajaran apresiasi dongeng dengan

    menggunakan metode PAKEM memiliki beberapa kelebihan: 1) siswa bisa

    belajar sambil bermain, 2) siswa banyak memberikan respon dengan bertanya, 3)

    memaksimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah, 4) dalam pembelajaran

    guru hanya sekedar pemantau.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian permasalahan di atas, akan diangkat rumusan

    yang berkaitan dengan penelitian ini. Rumusan masalah itu adalah sebagai

    berikut :

    1) adakah peningkatan kemampuan mengapresiasikan

    dongeng dengan menggunakan metode PAKEM pada siswa kelas

    V SD Negeri Suwaduk 01 Tahun Ajaran 2006 / 2007 ?

    2) adakah perubahan perilaku atau sikap setelah mengapresiasikan

    dongeng dengan menggunakan metode PAKEM pada siswa

    kelas V SD Negeri Suwaduk 01 tahun ajaran 2006 / 2007 ?

  • 3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian skripsi ini

    adalah sebagai berikut :

    1) mendeskrispsikan peningkatan kemampuan

    mengapresiasikan dongeng dengan menggunakan metode PAKEM

    pada siswa kelas V SD Suwaduk 01 tahun ajaran 2006 / 2007

    2) mengungkapkan perubahan perilaku atau sikap setelah

    mengapresiasikan dongeng dengan menggunakan metode

    PAKEM pada siswa kelas V SD Negeri Suwaduk 01 tahun

    ajaran 2006 / 2007.

    4. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ada dua yaitu manfaat teroritis dan praktis.

    1. Manfaat teoritis

    Menambah khasanah penelitian pendidikan khususnya pembelajaran

    apresiasi dongeng

    2. Manfaat praktis.

    Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswa

    - Bagi guru, melalui penelitian ini guru bahasa Jawa dapat

    mengetahui sejauh mana metode PAKEM dapat

    digunakan dalam meningkatkan apresiasi dongeng bagi

    siswa kelas V SD Negeri Suwaduk 01 tahun ajaran 2006/2007

    - Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan siswa

    dalam menikmati, menghayati dan menarik manfaatnya setelah

    membaca dongeng.

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    1. Desain Penelitian

    Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

    artinya penelitian berbasis kelas. Dalam penelitian kelas ini

    diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis yang meliputi

    penanggulangan berbagai permasalahan belajar siswa dan kesulitan

    mengajar guru.

    Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus

    terdiri dari empat tahapan yaitu :

    1) Perencanaan

    2) Tindakan

    3) Pengamatan

    4) Refleksi

    2. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas

    V SDN Suwaduk 01 Tahun Pelajaran 2006 /2007 jumlah siswa

    kelas V SD hanya 10 siswa sedangkan jumlah seluruh siswa

    dari kelas IVI sebanyak 95 siswa. Peneliti menentukan kelas V

    SD sebagai subjek penelitian karena kemampuan mengapresiasi

    dongeng masih kurang optimal dibandingkan dengan kelas yang

    lain. Hal ini disebabkan karena minat siswa dalam pembelajaran

    mengapresiasi dongeng masih kurang dan ada sebagian siswa kelas

    lima yang belum lancar membaca.

  • 3. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini ada dua macam variabel yang

    digunakan yaitu variabel input output dan variabel proses.

    Variabel input-output pada penelitian ini adalah

    kemampuan mengapresiasi dongeng. Kondisi awal menunjukkan

    bahwa ketika diberikan pembelajaran mengapresiasi dongeng

    siswa belum memahaminya sehingga kemampuan mengapresiasi

    masih rendah. Untuk itu perlu adanya perubahan teknik dalam

    pembelajaran mengapresiasi dongeng agar siswa mampu

    mengapresiasi dongeng. Target dari pembelajaran mengapresiasi

    dongeng yaitu siswa mampu menyebutkan tokoh tokoh dan

    perwatakannya serta mampu memerankannya.

    4. Instrumen Penelitian

    Penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen bentuk tes dan

    non tes pada siklus I dan siklus II.

    Instrumen tes digunakan untuk mengukur tingkat

    kemampuan mengapresiasi dongeng. Instrumen tes pada siklus I dan

    siklus II relatif sama bobot tingkat kesukarannya. Bentuk

    instrumen yang berupa tes yaitu tes tertulis. Siswa disuruh

    menjawab soal soal yang berupa pilihan ganda. Untuk mengetahui

    keberhasilan pembelajaran kemampuan mengapresiasi dongeng ini

    memerlukan penilaian, ada pun pedoman penilaian dapat dilihat

    dalam rentang nilai sebagai berikut :

    Tabel 1. Interval Nilai Kemampuan Mengapresiasi Dongeng

    Berdasarkan Standar Kompetensi Sekolah.

    skor Kategori

  • 85 -100 sangat baik

    70 - 84 baik

    55 69 Cukup

    0 - 54 kurang

    Instrumen non tes yang digunakan berbentuk lembar observasi, pedoman

    wawancara, dan jurnal.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu tes dan non tes.

    6. Teknik Analisa Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif

    prosentase dan teknik deskriptif kualitatif.

  • PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN

    MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING

    DENGAN MEDIA TEKS LAGU

    SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 PEMALANG

    SKRIPSI

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    pada Universitas Negeri Semarang

    Oleh

    Nama : Wiwin Nur Azizah

    NIM : 2101403568

    Prodi : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

    Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

    JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS BAHASA DAN SENI

    UNIVERISTAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Bahasa merupakan alat yang sangat vital bagi manusia dalam berkomunikasi. Manusia

    berkomunikasi agar dapat saling belajar, berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan

    kemampuan intelektualnya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi ada dua macam yaitu

    bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan

    maupun tulis tersebut muncul dalam segala aktivitas seperti pendidikan, keagamaan,

    perdagangan, politik, dan sebagainya.

    Pengajaran keterampilan bahasa dan sastra Indonesia mencakupi keterampilan

    mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.

    Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu dengan yang lain. Di antara keterampilan

    tersebut keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan

    reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan

    keterampilan produktif.

    Suyatno (2004:6) menyatakan bahwa posisi bahasa Indonesia berada dalam dua tugas.

    Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional,

    bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Tugas kedua

    adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa Negara berarti bahasa

    Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa

    Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan

    kebahasaan dan logika pemakaian. Dengan demikian pembelajaran bahasa Indonesia

    di sekolah tidak hanya mempelajari bahasa yang resmi, bahasa yang sesuai dengan

    tata bahasa dan kaidah-kaidah penggunaannya saja tetapi juga mempelajari bahasa

    dalam bentuk yang tidak resmi seperti dalam bahasa sastra. Keterampilan menulis merupakan

    salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswal. Keterampilan menulis

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan

    menulis merupakan syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam bidang atau kegiatan.

    Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis

    dalam kehidupan sehari-hari.

  • Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh

    pemerintah menghendaki (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya

    sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan

    terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat

    memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan

    berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa

    dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi

    lingkungan sekolah dan siswanya; (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat

    dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; (5) sekolah dapat

    menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

    keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia; (6) daerah dapat menentukan

    bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan

    kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (Depdiknas, 2005:1).

    Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek

    bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa siswa harus mampu

    mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen (Depdiknas,

    2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi di atas proses pembelajaran

    Bahasa dan Sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra.

    Di samping memperoleh pengetahuan tentang teori-teorinya siswa pun dituntut

    untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah

    karya sastra yang berupa cerpen. Tulisan imajinatif yang merupakan tulisan kreatif,

    dalam hal ini dapat berupa puisi, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih

    cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen karena cerpen tidak memerlukan waktu

    yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada

    novel, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang dapat

    dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerpen pun menggunakan

    bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang

    mempunyai arti lebih kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan

    gagasan, perasaan ataupun pengalaman penulisnya.

    Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan

    melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh

  • keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru, dan

    mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat ditingkatkan

    dengan melakukan kegiatan menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan

    mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi dapat

    meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek

    pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.

    Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan

    keterampilannya menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X-7 SMA Negeri

    1 Pemalang, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih

    kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan

    menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar mengajar Bahasa

    dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan

    pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan

    menulis kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu

    begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra.

    Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini

    menggunakan metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses

    pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali metode ini menimbulkan

    kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang

    dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa

    yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi.

    Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian isi cerpen dengan tema, pengembangan topik,

    dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.

    Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang

    akan dibahas dengan metode dan media yang tepat dan menarik. Hal tersebut akan berdampak

    pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang

    diberikan guru. Keprofesionalan seorang guru dituntut demi lancarnya proses

    belajar mengajar. Ada tiga persyaratan utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar

    menjadi guru yang baik, yaitu menguasai (1) bahan ajar (2) keterampilan

    pembelajaran, dan (3) evaluasi pembelajaran. Dalam penguasaan keterampilan

    pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran.

  • Strategi pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa sehingga

    menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mencapai

    tujuan pembelajaran yang diharapkan.

    Pembelajaran menulis cerpen dalam penelitian ini menggunakan metode latihan

    terbimbing karena keterampilan menulis bukanlah semata-mata milik golongan

    orang yang berbakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-sungguh

    keterampilan itu dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan menulis merupakan

    proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih,

    keterampilan menulis akan meningkat. Begitu juga dengan keterampilan menulis cerpen,

    untuk dapat menulisnya diperlukan usaha yang keras dan latihan terbimbing secara terus-

    menerus untuk menghasilkan cerpen yang baik. Peran guru sebagai motivator,

    fasilitator, sekaligus inspirator bagi siswa sangat diperlukan dalam hal ini yaitu

    memberikan latihan terbimbing kepada siswa dalam menulis kreatif cerpen.

    Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen yaitu teks lagu. Teks lagu

    merupakan sebuah naskah yang berisi lirik lagu yang berisi rangkaian kata yang merupakan

    ungkapan pikiran dan perasaan penyair. Pemilihan teks lagu sebagai media dalam

    pembelajaran menulis cerpen didasarkan pada alasan-alasan berikut: (1) pada usianya yang

    masih tergolong remaja kebanyakan siswa SMA menyukai lagu-lagu, sehingga

    dengan media ini diharapkan dapat menstimulus siswa untuk menghasilkan karya

    terbaiknya dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (2) lagu

    merupakan sarana hiburan yang menyenangkan dan dapat menciptakan kepuasan,

    kebahagiaan dan keharuan bagi yang menikmatinya, (3) teks lagu berisi rangkaian kata

    indah yang mengisahkan sebuah cerita, baik mengenai kehidupan, pengalaman ataupun

    sebuah peristiwa, dengan teks lagu tersebut dapat diketahui alur dan temanya

    yang akan mempermudah siswa dalam menulis cerpen.

    Media memegang peran penting dalam pembelajaran karena dengan adanya media

    siswa dapat menangkap penjelasan yang disampaikan guru dengan mudah, begitu juga

    dengan media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dengan media

    teks lagu ini. Siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya menuangkan

    ide-ide atau pengalamannya ke dalam sebuah karya sastra yaitu cerita pendek dengan mudah

    dan dapat menghasilkan karya yang baik.

  • Beberapa penelitian mengenai keterampilan menulis cerpen telah banyak

    dilakukan. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis cerpen telah

    banyak dilakukan, namun metode-metode dan media yang digunakan berbeda-

    beda. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya wisata, pengalaman pribadi

    sebagai basis melalui pendekatan keterampilan proses dan pemodelan. Hal

    tersebut memberi kemungkinan untuk menemukan metode- metode yang lain

    untuk dijadikan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini akan mencoba metode latihan

    terbimbing dengan media teks lagu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

    cerpen.

    Keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media

    teks lagu diasumsikan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam pembelajaran

    keterampilan menulis cerpen. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian

    tindakan kelas sekaligus sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul

    Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Metode Latihan

    Terbimbing dengan Media Teks Lagu Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Seberapa besar peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui

    metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA

    Negeri 1 Pemalang?

    2) Adakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran

    menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada

    siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang?

    3. Tujuan Penelitian

    1) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui

    metode latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA

    Negeri 1 Pemalang.

  • 2) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti

    pembelajaran menulis cerpen menggunakan metode latihan terbimbing

    dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang

    4. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis sebagai berikut:

    1) Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis setelah dilakukan latihan menulis cerpen melalui metode

    latihan terbimbing dengan media teks lagu adalah berupa ditemukannya metode

    pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis

    cerpen.

    2) Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya

    bagi siswa, guru, dan peneliti yang lain. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini

    siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna melalui metode latihan

    terbimbing dengan media teks lagu dan dapat meningkatkan keterampilannya

    menulis cerpen.

    Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya

    meningkatkan keterampilan menulis cerpen bagi siswanya. Bagi peneliti yang

    lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding terutama dalam hal cara

    meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing

    dengan media teks lagu.

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    1. Desain Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian

    tindakan kelas, yang lazim disebut PTK. Dengan demikian, penelitian ini

    sifatnya berbasis kelas, karena dilakukan dengan melibatkan

    komponen yang terdapat di dalam proses belajar mengajar di

    dalam kelas, materi pelajaran, dan metode pembelajaran.

    Empat tahapan digunakan secara sistematis dalam proses

    penelitian ini, dan diterapkan dalam dua siklus, yaitu proses

    tindakan siklus I dan proses tindakan siklus II. Keempat tahap dalam

    sebuah PTK dapat digambarkan sebagai berikut:

    a) Proses Tindakan Siklus I

    1) Perencanaan

    2) Tindakan

    3) Pengamatan

    4) refleksi

    b) Proses Tindakan Siklus II

    1) Perencanaan

    2) Tindakan

    3) Pengamatan

    4) refleksi

    2. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjek yang menjadi sasaran

    penelitian yaitu kemampuan menulis cerpen melalui metode

    latihan terbimbing dengan media teks lagu pada siswa kelas X-7

    SMA Negeri 1 Pemalang. Penelitian ini hanya dilakukan di salah satu

    kelas yaitu kelas X-7, yang jumlahnya 40 siswa, yang terdiri atas 12 siswa

    putra, dan 28 siswa putri.

    3. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu

    kemampuan menulis cerpen dan penggunaan metode latihan

    terbimbing dengan media teks lagu.

    4. Instrumen Penelitian

  • Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes,

    nontes, dan dokumentasi yang berbentuk foto.

    a) Instrumen Tes

    b) Instrumen Nontes

    c) Validitas Instrumen

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

    teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui

    tingkatan kemampuan menulis cerpen melalui latihan terbimbing dengan

    media teks lagu. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui perubahan

    tingkah laku siswa setelah pembelajaran menulis cerpen melalui latihan

    terbimbing dengan media teks lagu.

    Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan pada siklus

    II. Materi tes mengacu pada aspek-aspek menulis cerpen. Teknik nontes

    meliputi lembar observasi, wawancara, jurnal siswa dan guru, angket, dan

    dokumentasi foto.

    6. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    secara kuantitatif dan kualitatif.

    Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh

    dari hasil tes secara tertulis. Hasil analisis hasil tes secara kuantitatif

    dihitung secara persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Merekap nilai yang diperoleh siswa

    b. Menghitung nilai masing-masing aspek

    c. Menghitung nilai rata-rata,

    d. Menghitung persentase nilai.

    Nilai dihitung dengan menggunakan persen atau disebut

    percentages correction (Hardani 1997:41). Rumus-rumus penelitian adalah

    sebagai berikut:

    =

    100

    NP : Nilai Persen yang Dicari

    R : Skor Mental yang diperoleh siswa

    SM : Skor Maksimum ideal dari Tes yang Bersangkutan

  • 100 :Bilangan tetap

    Analisis data secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis

    data nontes yang diperoleh dari siswa selama proses

    pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data nontes dari

    responden, digunakan lembar angket, lembar pengamatan, dan

    pedoman wawancara. Responden memberikan jawaban sesuai dengan

    kriteria yang dilakukan peneliti.

    Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    a. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil nontes

    b. Menyusun dalam satuan-satuan

    c. Mengkategorisasikan

    Analisis data secara kualitatif ini digunakan untuk mengetahui

    perubahan perilaku siswa dalam menulis cerpen pada siklus I dan siklus II.

    Selain itu data nontes juga digunakan untuk mengetahui tanggapan

    siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan.

  • BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    1. SKRIPSI I

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti

    menyimpulkan sebagai berikut:

    - Keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-7 SMA

    Negeri 1 Pemalang mengalami peningkatan sebesar

    20,44% setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen

    melalui metode latihan terbimbing dengan media teks

    lagu. Hasil rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 61

    (hasil pembulatan ke bawah dari 61,30) dan pada siklus I

    diperoleh hasil rata-rata sebesar 69 (hasil pembulatan ke atas dari

    68,62) kemudian pada siklus II diperoleh hasil rata-rata sebesar 77

    (hasil pembulatan ke bawah dari 77,05) atau meningkat sebesar

    15,75% dari siklus I. Perolehan hasil rata-rata nilai tes menulis

    cerpen ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen

    melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu

    pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang dapat

    meningkat dan berhasil.

    - Perilaku siswa kelas X-7 SMA Negeri 1 Pemalang

    setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui

    metode latihan terbimbing dengan media teks lagu

    mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan tersebut

    ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih serius dan

    bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis

    cerpen.

  • SKRIPSI II

    Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta

    pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan siswa dalam mengapresiasi dongeng dapat

    ditingkatkan dengan metode PAKEM. Peningkatan

    kemampuan mengapresiasi dongeng dapat dilihat sebagai berikut:

    1) Ada peningkatan kemampuan mengapresiasi dongeng dari

    kegiatan pretes, siklus I dan siklus II. Skor ratarata diperoleh

    pada kegiatan pretes sebesar 59. Setelah diadakan tindakan

    pada siklus I meningkat sebesar 68.5 termasuk dalam

    kategori cukup. Hasil siklus I ternyata belum memenuhi target

    pencapaian skor hasil belajar yaitu kurang dari 70. Oleh

    karenaitu berusaha ditingkatkan pada siklus II hasilnya

    sebesar 76 artinya ada peningkatan sebesar 7.5 % dari siklus

    I.

    2) Perilaku siswa selama pembelajaran mengapresiasi dongeng

    dari kegiatan tahap pretes, siklus I dan siklus II

    mengalami perubahan. Pada kegiatan pretes tingkah laku

    siswa selama proses belajar mengajar berlangsung,

    sebagian besar soswa tidak memperhatikan materi yang

    disampaikan guru.

    Ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangku atau

    bahkan ada siswa yang mengantuk. Siswa yang

    sebelumnya memperhatikan materi yang disampaikan

    guru menjadi terganggu sehingga suasana kelas

    kurang kondusif dan proses belajar mengajar menjadi

  • terganggu. Setelah menggunakan metode PAKEM

    pada siklus I terjadi perubahan. Siswa