nomor 4- profesionalisme ptk

15
Pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional merupakan salah satu pilar penyangga terwujudnya pendidikan yang bermutu. Pendidikan ibarat membangun sebuah rumah. Untuk membangun sebuah rumah diperlukan bahan, alat serta sumber daya untuk membangunnya. Jika semua alat dan bahan pembangunan rumah tersedia namun tidak ada arsitek yang merancang, tidak ada tukang/kontraktor yang melaksanakan pembangunan, maka alat/bahan tersebut tidak berarti. Sama halnya dengan melaksanakan pendidikan membutuhkan alat/bahan berupa sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum, dan segala kebutuhan fisik (hardware) pendidikan. Namun yang terpenting adalah memiliki sumber daya manusia yang mendedikasikan dirinya di bidang pendidikan, yang akan menggerakkan roda pembangunan pendidikan. Orang-orang tersebut tidak lain adalah pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Sama seperti peran arsitek dan tukang dalam membangun rumah, peran pendidik dan tenaga kependidikan sangat strategis dalam pendidikan, yaitu mempunyai andil terbesar dalam menciptakan SDM Indonesia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Secara umum, pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) sangat penting. Karena PTK adalah ujung tombak dunia pendidikan. Saya mengutip kalimat salah satu tokoh pendidikan, bapak Anies Baswedan Penjelasan rasional pentingnya pengembangan profesionalisme PTK sebagai pilar peningkatan mutu

Upload: noewahidahscribd

Post on 22-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

Pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional merupakan salah satu pilar

penyangga terwujudnya pendidikan yang bermutu.

Pendidikan ibarat membangun sebuah rumah. Untuk membangun sebuah rumah

diperlukan bahan, alat serta sumber daya untuk membangunnya. Jika semua alat dan

bahan pembangunan rumah tersedia namun tidak ada arsitek yang merancang, tidak ada

tukang/kontraktor yang melaksanakan pembangunan, maka alat/bahan tersebut tidak

berarti. Sama halnya dengan melaksanakan pendidikan membutuhkan alat/bahan

berupa sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum, dan segala kebutuhan fisik

(hardware) pendidikan. Namun yang terpenting adalah memiliki sumber daya manusia

yang mendedikasikan dirinya di bidang pendidikan, yang akan menggerakkan roda

pembangunan pendidikan. Orang-orang tersebut tidak lain adalah pendidik dan tenaga

kependidikan (PTK). Sama seperti peran arsitek dan tukang dalam membangun rumah,

peran pendidik dan tenaga kependidikan sangat strategis dalam pendidikan, yaitu

mempunyai andil terbesar dalam menciptakan SDM Indonesia sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

Secara umum, pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga

kependidikan (PTK) sangat penting. Karena PTK adalah ujung tombak dunia

pendidikan. Saya mengutip kalimat salah satu tokoh pendidikan, bapak Anies

Baswedan bahwa “mendidik adalah tugas dari orang terdidik”, artinya penyelenggara

pendidikan adalah “orang terdidik”, untuk menjadi orang terdidik butuh upaya

pengembangan diri PTK secara terus menerus. Selain itu, pendidikan bertugas

menyiapkan generasi muda untuk menghadapi berbagai tantangan, oleh karena itu

dibutuhkan PTK yang berkualitas pula. Secara sederhana, bagaimana kita

menginginkan outcome pendidikan yang berkualitas, tetapi proses pendidikan tidak

ditunjang dengan PTK yang berkualitas pula.

Di bawah ini akan saya paparkan secara spesifik pentingnya pengembangan

profesionalisme PTK. Berkaitan dengan posisi saya saat ini sebagai guru dan

mahasiswa calon pengawas maka dalam pembahasan ini, secara spesifik tenaga

kependidikan yang saya bahas adalah pengawas sedangkan pendidik lebih saya

khususkan pada pengembangan profesionalisme guru.

Penjelasan rasional pentingnya pengembangan profesionalisme PTK

sebagai pilar peningkatan mutu pendidikan

Page 2: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

a. Pentingnya pengembangan profesionalisme guru

Guru harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai untuk menjadi

guru yang profesional. Guru profesional inilah yang diharapkan dapat

membawa atau mengantar peserta didiknya mengarungi dunia ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk memasuki masyarakat yang melek ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan sangat kompetitif. Jika guru tidak mengusai

ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin mereka dapat membantu dan

membimbing peserta didiknya mengarungi dunia pengetahuan dan teknologi

tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan seorang guru

untuk terus menerus belajar. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi itu

sendiri berkembang dengan cepat. Guru yang tidak mempunyai ilmu

pengetahuan yang kuat, tuntas dan setengah-setengah akan tercecer dan tidak

mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia akan

berada jauh di belakang, dan akhirnya akan tertinggal dari profesinya. 

Pengembangan diri guru sebagai profesional kependidikan dapat membantu

guru bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan

tidak setengah-setengah tetapi tidak kalah pentingnya untuk membantu anak

didik memiliki kepribadian yang matang dan terus berkembang karena profesi

guru merupakan suatu profesi untuk membantu dan membimbing

perkembangan anak didik (manusia).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengembangan profesionalisme guru

dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi serta

melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua,

kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff pendidikan dalam

rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Ketiga, kebutuhan untuk

mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya membantu

siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi

tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.

Page 3: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

b. Pentingnya pengembangan profesionalisme pengawas

Pertama, pentingnya pengembangan profesionalisme pengawas adalah

karena posisi pengawas sebagai supervisor baik supervisor bidang akademik

maupun manajerial. Artinya, pengawas adalah orang yang harus lebih

menguasai/memahami tugas “orang yang diawainya”, yaitu guru dan kepala

sekolah. Tidak lucu, jika guru dan kepala sekolah harus diawasi oleh seorang

pengawas yang memiliki kompetensi lebih rendah dari mereka. Karena itu,

kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas lebih banyak dibandingkan dengan

kompetensi yang dimiliki oleh guru dan kepala sekolah. Seperti yang digambarkan

dalam bagan berikut:PENGAWAS SEKOLAHKEPALA SEKOLAHGURU

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAHKepribadianSosialManajerialSupervisiKewirausahaan

KOMPETENSI PENGAWAS

SEKOLAHKepribadian

SosialSupervisi

ManajerialSupervisi

AkademikEvaluasi

PendidikanPenelitian dan

Pengembang

an

KOMPETENSI GURUKepribadianSosialPedagogikProfesional

Page 4: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

*Sumber: Materi pembekalan penerima beasiswa kepengawasan Dikmen, oleh Surya Dharma, MPA,

Ph.d

Kedua, sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

pengawas menurut UU Nomor 12 Tahun 2007 maka tugas kepengawasan bukanlah

suatu tugas yang ringan. Oleh karena itu sudah menjadi suatu keharusan bahwa

pengawas sekolah harus menjadi seorang yang profesional dalam bidangnya, dan

untuk mencapainya diperlukan upaya untuk meningkatkan profesionalisme

pengawas ini.

Ketiga, pengembangan profesionalisme pengawas berkaitan dengan

standardisasi kompetensi pengawas sekolah sebagai jaminan kesamaan penguasaan

kompetensi yang diperlukan dalam hal pengawasan sekolah sehingga sekolah

dapat lebih dilayani dan dibina secara efektif, efisien dan produktif.

Keempat, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas

adalah kompetensi sosial. Hal ini menuntut pengawas perlu mengembangkan

networking dan collaboration dengan masyarakat maupun para stakeholder

pendidikan lainnya dalam upaya meningkatkan produktivitas, efektivitas dan

efisiensi pendidikan di sekolah.  Sehingga, pengawas tidak hanya memerlukan

upaya pengembangan dalam hal pengetahuan kepengawasannya saja tetapi

berkaitan kompetensi kepribadian, sosial, dan kemampuan kepemimpinan.

Persoalan mengenai PTK disini secara spesifik yang akan saya angkat adalah

terkait pengembangan profesionalisme pengawas di kabupaten Belu, tempat kerja saya.

Selama ini, informasi yang berkembang luas di masyarakat terkait dengan pengawas

sekolah adalah bahwa pengangkatan pengawas sekolah hampir di semua

kabupaten/kota tidak sesuai dan tidak mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan baik dari segi kualifikasi

maupun kompetensi. Terlebih lagi, diklat fungsional calon pengawas sekolah hampir

tidak pernah ada. Pengangkatan pengawas sekolah selama ini sangat tergantung kepada

bupati/walikota sebagai penguasa di daerahnya. Siapa yang diangkat pengawas sekolah

tergantung pada keinginan penguasa tersebut berdasarkan masukan dari kepala dinas

Analisis persoalan yang mengemuka terkait dengan profesionalisme

PTK

Page 5: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

pendidikan. Sayangnya yang diangkat adalah justru tenaga-tenaga apkiran yakni tenaga

yang akan habis masa jabatannya seperti kepala sekolah yang sudah dua periode,

pejabat struktural dinas pendidikan yang akan memasuki pensiun pada usia 55-56 tahun

ataupun pendidik dan tenaga kependidikan yang bermasalah (Sudjana, 2012:129).

Informasi tersebut sesuai dengan apa yang terjadi di kabupaten Belu. Mulai dari

persoalan pengangkatan pengawas sampai siapa yang menjadi pengawas tidak jauh

berbeda dengan apa yang saya alami sendiri. Sejak menjadi guru dan ditempatkan di

SMA Negeri 1 Atambua April 2009, saya tidak pernah mengenal siapa pengawas yang

bertugas pada unit kerja saya. Pasalnya, pengawas yang bertugas tidak pernah terlihat

datang ke sekolah, apalagi sampai melakukan supervisi akademik maupun pembinaan

bagi guru. Bukti lain yang menguatkan pernyataan Sudjana adalah beberapa pengawas

sekolah menengah yang saya kenal, diangkat menjadi pengawas karena lebih pada

kepentingan “mengamankan” orang tersebut dari permasalahan yang dilakukan.

Akhirnya, tugas kepengawasan yang sebenarnya apabilai dilakukan secara benar akan

berimplikasi positif terhadap kinerja guru maupun perbaikan dalam pembelajaran tidak

terjadi. Guru dalam melaksanakan tugas pun cenderung “biasa-biasa” saja, karena tidak

mendapatkan motivasi eksternal dari lingkungan sekolahnya, apalagi bagi guru yang

memang motivasi internal dari dalam dirinya kurang. Dalam melaksanakan tugas,

seorang guru memang dituntut memiliki performa yang maksimal, performa ini dapat

ditimbulkan jika guru tersebut mendapat binaan dari pengawasnya. Paling tidak, jika

guru tersebut merasa “diawasi” maka ia akan cukup berhati-hati dalam melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang sebenarnya, misalnya kesesuaian materi

yang diajarkan dengan kurikulum, ketepatan waktu yang telah dialokasikan pada

program semester dan program tahunan yang ada, maupun kecocokan strategi

pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang di RPP. Karena

seringkali perangkat-perangkat ini hanya bersifat administratif saja, tidak sesuai dengan

pelaksanaannya di kelas.

Dengan adanya UU Nomor 12 tahun 2007, berbagai upaya dari pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah mulai digalakkan untuk membekali pengawas/calon

pengawas sekolah. Selain itu, pemerintah daerah melalui dinas pendidikan mulai

memahami siapa dan apa tugas pokok dan tanggang jawab pengawas sekolah, sehingga

telah muncul itikad baik dari pemerintah daerah untuk mengoptimalkan peran

Page 6: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

pengawas dalam pendidikan. Meskipun kualifikasi pengawas belum sesuai dengan

ketentuan karena disesuaikan dengan sumber daya manusia yang tersedia di kabupaten

Belu namun pemerintah daerah tidak menutup diri terhadap upaya pengembangan,

nyatanya, saya diberi kesempatan untuk mengikuti program magister kepengawasan

ini.

Peningkatan kinerja pengawas harusnya juga diimbangi dengan pengembangan

profesionalisme pengawas. Salah satunya adalah menjadi tanggung jawab Lembaga

Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) propinsi, dalam hal ini LPMP NTT. Hal yang agak

merisaukan hati adalah kegiatan pelatihan bagi pengawas, bagi guru maupun bagi

kepala sekolah pun sangat kurang memadai. Berikut adalah data wadah pengembangan

profesi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang telah dibina LPMP NTT

sampai Oktober 2012.

Data wadah pengembangan profesi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah

(yang telah dibina LPMP NTT)KKG TK 13KKG SD 221MGMP 196

K3TK/MKKTK 14K3S 62

MKKS 69KKPS 27MKPS 48

Jumlah 609*jumlah ini masih 1/5 dari jumlah wadah yang seharusnya ada. Sumber: http://www.lpmpntt.com/portal/index.php/berita/artikel/127-data-wadah-pengembangan-profesi-guru-kepsek-pengawas-sekolah-yang-telah-dibina-lpmp#top

Dari data di atas menunjukkan bahwa upaya pengembangan tenaga pengawas

masih rendah. Dinyatakan juga bahwa jumlah di atas baru 1/5 dari jumlah wadah

keseluruhan yang seharusnya dibina. Sehingga Jadi 4/5 bagian yang lain adalah

merupakan jumlah guru lainnya belum membentuk wadah KKG/MGMP. Salah satunya

di SMAN 1 Atambua. MGMP pernah berjalan, namun karena saat itu ada dukungan

dana untuk pelaksanaannya. Ketika tidak lagi mendapat suntikan dana maka kegiatan

ini pun tidak lagi diselenggarakan. Sampai saat ini, KKG dan MGMP yang berjalan di

Kabupaten Belu adalah pada tingkat SD dan SMP.

Melihat gambaran keadaan di kabupaten Belu yang telah saya uraikan di atas,

memang amat jauh dari keadaan ideal. Masih banyak kekurangan terkait langsung

dengan profesionalisme PTK. Tidak heran, output pendidikan dari daerah ini secara

Page 7: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

rata-rata keseluruhan* lebih rendah dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia

(*selalu ada anak-anak berprestasi tetapi persentasenya masih rendah). Keadaan ini bisa

menjadi lebih baik atau bahkan semakin parah, bergantung pada pribadi PTK yang

bersangkutan untuk tetap optimis dan berbuat yang terbaik sesuai dengan posisinya

masing-masing. Tentunya dukungan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

untuk terus berupaya mengembangkan potensi yang terbatas ini demi kemajuan

pendidikan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di kabupaten Belu.

Page 8: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

Berbagai upaya dan strategi peningkatan profesionalisme pendidik dan kependidikan telah dilakukan oleh pemerintah melalui

kebijakan-kebijakan dan regulasi yang ada. Program-program yang dapat dilakukan adalah :

No Bentuk Pelaksana Sasaran Deskripsi, metode dan strategi

1 Program peningkatan

kualifikasi akademik

pendidik

Pemerintah pusat

dan pemerintah

daerah, seluruh

stakeholder

pendidikan

Pendidik dan

tenaga

kependidikan

Pemerintah perlu tetap melakukan program-program yang

menunjang kualifikasi akademik dari PTK. Misalnya melalui

pemberian beasiswa. Hal ini juga perlu didukung oleh Pemda

dalam hal memberikan ijin/tugas belajar bagi PTK yang

melanjutkan pendidikan. Tentunya, upaya ini harus disertai

dengan evaluasi program untuk melakukan perbaikan kontinu.

2 Program peningkatan

kompetensi pendidik

dan tenaga kependidikan

Pemerintah pusat

(Direktorat Profesi

Pendidik), PGRI,

LPMP, P4TK

pemerintah daerah,

Pendidik dan

tenaga

kependidikan

Program peningkatan kompetensi ini dapat berupa pelatihan,

lokakarya, bimbingan teknis. Salah satu diklat bagi pengawas

adalah diklat fungsional, dan salah satu model diklat yang

dapat digunakan adalah Inservice learning-On the job

learning-Inservice learning atau yang dikenal dengan model

In-On-In, yaitu model pelatihan yang tidak sekedar menerima

pengetahuan secara teoritis tetapi juga berkesempatan

mempraktekannya pada situasi nyata.

2 Program sertifikasi PTK Perguruan tinggi, pendidik/ Program sertifikasi yang sekarang telah dilaksanakan dapat

Analisis operasional (bentuk, metode, strategi, pelaksana, sasaran)

solusi untuk mengatasi isu profesionalisme PTK

Page 9: Nomor 4- Profesionalisme Ptk

No Bentuk Pelaksana Sasaran Deskripsi, metode dan strategi

lembaga

independen

penjamin mutu

pendidikan.

pengawas ditingkatkan lagi meniru program keahlian dari bidang ilmu

yang lain. Misalkan program keahlian konseling bagi konselor

atau semacam program spesialis dokter. Sehingga

guru/pengawas yang terjun ke dunia pendidikan adalah mereka

yang telah memegang sertifikat profesi. Program ini tidak

seperti pendikan dan pelatihan biasa, tetapi perlu dirancang

lebih maksimal. Pelaksana adalah lembaga independen yang

melaksanakan program sertifikasi secara baik bukan dengan

sistem “kejar target”

3 Program pribadi Pribadi PTK

sendiri

Pribadi PTK

sendiri

Program pengembangan diri ini perlu dilakukan oleh setiap

PTK. PTK harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk

tetap berkarya secara maksimal di bidang pendidikan. Cara

yang dapat ditempuh adalah dengan memiliki sikap suka

belajar, mencintai prestasi tinggi, memiliki etos kerja produktif

dan kreatif, puas terhadap kesuksesan yang dicapai dan

berusaha meningkatkannya serta memiliki karakter

ketauladanan bagi peserta didik maupun orang-orang di

sekitarnya.