etika & profesionalisme ( tsi )

22
ETIKA , PROFESI DAN PROFESIONALISME ( TSI ) Oleh SUGIANTO 19111161 4 KA 42 FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

Upload: sugiantolim-sugianto

Post on 17-Jan-2016

108 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Softskill

TRANSCRIPT

Page 1: Etika & Profesionalisme ( TSI )

  

ETIKA , PROFESI DAN PROFESIONALISME

( TSI )

 

 Oleh

SUGIANTO

19111161

4 KA 42

 

 

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2015 

Page 2: Etika & Profesionalisme ( TSI )

i  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karuniaNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Semoga makalah ini dapat di

pergunakan sebagai acuan atau petunjuk bagi pembaca dalam memahami arti dari

etika,profesi dan profesionalisme.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan makalah ini.

Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di

karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak

kesalahan.

Jakarta , Oktober 2014

Penyusun

Page 3: Etika & Profesionalisme ( TSI )

ii  

DAFTAR ISI

KataPengantar………………………………………………………………………………... i 

Daftar Isi …………………………………………………………………………………….. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Pekerjaan Bidang Teknologi Informasi (TI)……….……………. 1

1.2 Bidang TI Sebagai Profesi……………………………………………………………2

BAB II : ETIKA PROFESI

2.1.1 Pengertian Profesi…………………………………………………………….. 4

2.1.2 Profesionalisme………………………………………………………………. 6

2.1.3 Ciri Khas Profesi………………………………………………………………7

2.1.4 Tujuan Kode Etika Profesi………………………………………………….... 8

2.1.5 Sifat Kode Etik Profesional……………………………………………….….. 8

2.1.6 Prinsip-Prinsip Etika Profesi……………………………………………….…. 9

BAB III : ETIKA PROFESI DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI

3.1.1 Sejarah Etika Komputer…………………………………………................... 10

3.1.2 Isu-Isu Pokok Etika Komputer…………………………………………...…. 13

BAB IV : PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan…………………………………………………………………... 16

4.1.2 Saran…………………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 17

Page 4: Etika & Profesionalisme ( TSI )

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Pekerjaan Bidang Teknologi Informasi (TI)

Secara umum, pekerjaan di bidang TI terbagi dalam 4 kelompok, yakni:

1. Mereka yang bergelut di dunia perangkat lunak (software), baik mereka yang

merancang sistem operasi database maupun sistem aplikasi. Pada kelompok ini

terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti:

- Analysis System, bertugas menganalisa sistem yang hendak diimplementasikan, mulai dari

analisa proses dan alur sistem, kelebihan dan kekurangannya, studi kelayakan dan desain

sistem yang akan dikembangkan, dan lainnya.

- Programmer, bertugas mengimplementasikan rancangan sistem analis, yaitu membuat

program (baik aplikasi maupun sistem operasi).

- Web Designer, bertugas melakukan perencanaan, termasuk studi kelayakan, analisis dan

desain suatu proyek pembuatan aplikasi berbasis web.

- Web Programmer, bertugas mengimplementasikan rancangan web designer, yaitu membuat

program berbasis web sesuai dengan desain yang telah dirancang sebelumnya.

2. Mereka yang bergelut di bidang perangkat keras (hardware). Pada lingkungan ini

terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti :

- Technical engineer, bertugtas dalam bidang teknik, baik dalam pemeliharaan maupun dalam

perbaikan perangkat komputer.

- Networking engineer, bertugas dalam bidang teknis jaringan komputer dari maintenance

sampai pada troubleshootingnya.

Page 5: Etika & Profesionalisme ( TSI )

2  

3. Mereka yang berkecimpung dalam operasional sistem informasi. Pada lingkungan ini

terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti :

- Operator Electronic Data Processing (EDP), bertugas mengoperasikan program atau aplikasi

yang berhubungan dengan EDP dalam sebuah perusahaan atau organisasi.

- System administrator, menghandle administrasi dalam sebuah sistem, melakukan

pemeliharaan sistem, memiliki kewenangan mengatur hak akses terhadap sistem, serta hal-hal

yang berhubungan dengan pengaturan operasional dalam sebuah sistem.

- Management Information System (MIS) Director, memiliki wewenang paling tinggi dalam

sebuah sistem informasi, melakukan manajemen terhadap sisem tersebut secara keseluruhan

baik perangkat keras, perangkat lunak maupun sumber daya manusianya.

Mereka yang berkecimpung di pengembangan bisnis teknologi informasi. Pada bagian ini,

tugasnya diidentifikasikan dalam pengelompokan kerja di berbagai sektor industri teknologi

informasi

1.2. Bidang TI Sebagai Profesi

Untuk mengatakan apakah suatu pekerjaan termasuk profesi atau bukan, kriteria pekerjaan

tersebut harus diuji. Sebagai contoh, pekerjaan sebagai staf operator komputer (sekedar

mengoperasikan), tidak masuk dalam golongan profesi jika untuk bekerja sebagai staf

operator tersebut tidak membutuhkan latar belakang pendidikan tertentu.

Adapun pekerjaan software engineer dapat dikatakan sebagai sebuah profesi karena seseorang

yang bekerja sebagai software engineer haruslah berpengetahuan dan memiliki pengalaman

kerja di bidangnya. Julius Hermawan (2005), mencatat dua karakteristik yang harus dimiliki

oleh software engineer sehingga pekerjaan tersebut layak disebut sebuah profesi, yaitu :

1. Kompetensi

Tuntuan profesionalitas software engineer untuk memperdalam dan mengupgrade

pengetahuan dan keterampilannya sesuai tuntutan profesinya.

Page 6: Etika & Profesionalisme ( TSI )

3  

2. Tanggung jawab pribadi

Kesadaran untuk membebankan pekerjaannya sebagai tanggung jawab pribadi.Agar dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan benar, seorang software engineer

perlu terus mengembangkan bidang ilmu dalam pengembangan perangkat lunak, seperti:

1. Bidang ilmu metodologi pengembangan perangkat lunak

2. Manajemen sumber daya

3. Mengelola kelompok kerja

4. Komunikasi

Page 7: Etika & Profesionalisme ( TSI )

4  

BAB II

ETIKA PROFESI

2.1.1. Pengertian Profesi

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan atau

tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa

profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”. Secara

tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan

kependetaan.Pengertian yang sampai saat ini dipahami di Indonesia adalah profesi bukan

semata-mata pekerjaan (okupasi), dan syarat profesional (orang yang melakukan profesi)

adalah:

Melalui pendidikan formal setara kesarjanaan (pendidikan di Universitas)

Mempunyai nilai-nilai (values) yang dipertaruhkan

Memiliki dan mengamalkan kode etik profesi

Mempunyai tujuan atau sasaran tertentu yakni demi kebaikan klien

Pengertian Profesionalisme, Profesional dan Profesi Profesionalisme adalah suatu paham yang

menginginkan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan

keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan – ikrar (fateri/profiteri) untuk

menerima panggilan tersebut – dengan semangat pengabdian dan selalu siap memberikan

pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan (Wignjosoebroto, 1999).

Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh

melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan khusus. Disamping itu, ada unsur

semangat pengabdian (panggilan profesi) dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini

perlu ditekankan untuk membedakan dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan

mencari nafkah atau kekayaan materiil-duniawi.Nana Sudjana (1997) menjelaskan sepuluh

ciri suatu profesi:

Page 8: Etika & Profesionalisme ( TSI )

5  

1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial

2. Memiliki keahlian atau keterampilan tertentu

3. Keahlian atau keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah

4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas

5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama

6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional

7. Memiliki kode etik

8. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup

kerjanya

9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi

10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.

Wignjosoebroto (1999) menjabarkan profesionalisme dalam tiga watak kerja yang merupakan

persyaratan dari setiap kegiatan profesional:

1. bahwa kerja seorang profesional itu beritikad merealisasikan kebajikan demi tegaknya

kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau

mengharapkan imbalan upah materiil;

2. bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi kemahiran teknis yang berkualitas

tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan atau pelatihan yang panjang,

ekslusif dan berat;

3. bahwa kerja seorang profesional – diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral –

harus menundukkan diri pada kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama

dalam sebuah organisasi profesi.

Ketiga watak kerja tersebut mencoba menempatkan kaum profesional (kelompok sosial

berkeahlian) untuk tetap mempertahankan idealisme.Kalau didalam pengamalan profesi yang

diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang diterimakan, maka hal itu semata

hanya sekedar “tanda kehormatan” (honour) demi tegaknya kehormatan profesi.

Siapakah kelompok sosial berkeahlian yang diklasifikasikan sebagai kaum profesional,

memiliki kesadaran kehormatan profesi dan statusnya yang sangat elitis itu?

Page 9: Etika & Profesionalisme ( TSI )

6  

Pada awal pertumbuhan “paham” profesionalisme, para dokter dan guru — khususnya mereka

yang banyak bergelut dalam ruang lingkup kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum dakwah

agama — dengan jelas serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk kedalam golongan kaum

profesional. Kaum profesional (dokter, guru dan kemudian diikuti dengan banyak profesi

lainnya) terus berupaya menjejakkan nilai-nilai kebajikan yang mereka junjung tinggi dan

direalisasikan melalui keahlian serta kepakaran yang dikembangkan dengan berdasarkan

wawasan keunggulan.

Selain itu, kaum profesional secara sadar menghimpun dirinya dalam sebuah organisasi

profesi (cenderung dirancang secara eksklusif) yang memiliki visi dan misi untuk menjaga

tegaknya kehormatan profesi, mengontrol praktek-praktek pengamalan dan pengembangan

kualitas keahlian atau kepakaran, serta menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang telah

disepakati bersama.Tujuan dicptakannya kode etik ialah agar para profesional memberikan

jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau customernya. Adanya kode etik akan melindungi

perbuatan yang tidak profesional.

Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah

bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari

masing-masing orang bukan karena paksaan. Bila seorang profesional melanggar kode etiknya

maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.Kode etik disusun oleh masing-

masing organisasi profesi sehingga tiap profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode

etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, dan lainnya.

Pelanggaran kde etik tidak diadili pengadilan karena melanggar kode etik bukan selalu berarti

melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik

Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan

diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan.

2.1.2. Profesionalisme

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap profesional yang

baik. Ciri-ciri profesionalisme:

Page 10: Etika & Profesionalisme ( TSI )

7  

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam

menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang

bersangkutan dengan bidangnya

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan

peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil

keputusan terbaik atas dasar kepekaan dalam bidangnya

3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi

perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka

menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang

terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

2.1.3.Ciri Khas Profesi

Menurut International Encyclopedia of Education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:

1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang

dan diperluas

2. Suatu teknik intelektual

3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis

4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi

5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan

6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri

7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas

komunikasi yang tinggi antar anggotanya

8. Pengakuan sebagai profesi

9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari

pekerjaan profesi

10. Hubungan yang erat dengan profesi lain

Page 11: Etika & Profesionalisme ( TSI )

8  

2.1.4.Tujuan Kode Etika Profesi

Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang

lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli

profesi tidaklah sama.Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan

dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah:

1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,

institusi, dan masyarakat pada umumnya

2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus

mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan

3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi-

fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-

anggota tertentu

4. Standar-standar etika mencerminkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan

demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati

kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya

5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau

kejujuran dari tenaga ahli profesi

6. kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli

profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk

organisasi profesinya

2.1.5. Sifat Kode Etik Profesional

Kode etik adalah pernyataan cita-cita dan peraturan pelaksanaan pekerjaan (yang

membedakannya dari murni pribadi) dan merupakan pedoman yang dilaksanakan anggota

kelompok organisasi profesi. Kode etik dapat dikatakan sebagai ciri utama keberadaan sebuah

profesi. Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan konsisten;

masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan lengkap; dan

positif dalam formulasinya.

Page 12: Etika & Profesionalisme ( TSI )

9  

Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada rekan, profesi, badan, klien atau pemakai,

negara dan masyarakat. Kode etik diciptakan untuk manfaat masyarakat dan bersifat di atas

ketamakan penghasilan, kekuasaan dan status. Etika yang berhubungan dengan klien

hendaknya jelas menyatakan kesetiaan pada badan yang mempekerjakan profesional.

2.1.6. Prinsip-Prinsip Etika Profesi

1. Tanggung jawab

- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat.

2. Keadilan. Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi

haknya.

3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan

dalam menjalankan profesinya.

Page 13: Etika & Profesionalisme ( TSI )

10  

BAB III

ETIKA PROFESI

DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI

3.1.1. Sejarah Etika Komputer

Sesuai awal penemuan teknologi komputer di era 1940-an, perkembangan etika TI di mulai

dari era tersebut. Secara bertahap, berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu baru di masa

kini. Perkembangan tersebut akan dibagi menjadi beberapa tahap:

1. Era 1940-1950-an

Munculnya etika komputer sebagai sebuah bidang studi dimulai dari pekerjaan professor

Norbert Wiener. Selama perang dunia II (awal tahun 1940-an), professor dari MIT ini

membantu mengembangkan suatu meriam anti pesawat yang mampu menembak jatuh sebuah

pesawat tempur yang melintas diatasnya.

Tantangan universal dari proyek tersebut menyebabkan Wiener dan beberapa rekannya harus

memperhatikan sisi lain dari perkembangan teknologi, yaitu etika. Pada perkembangannya,

penelitian di bidang etika dan teknologi tersebut akhirnya menciptakan suatu bidang riset baru

yang disebut Cybernetics atau The science of information feedback systems. Konsep

cybernetics tersebut dikombinasikan dengan itu, membuat Wiener akhirnya menarik beberapa

kesimpulan etis tentang pemanfaatan teknologi yang sekarang dikenal dengan sebutan

teknologi informasi (TI).

Dalam penelitiannya, Wiener meramalkan revolusi sosial dan konsekuensi etis perkembangan

teknologi informasi. Tahun 1948, di dalam bukunya Cybernetics; Control and Comunication

in the Animal and the Machine, ia mengatakan:

Page 14: Etika & Profesionalisme ( TSI )

11  

“it has long been clear to me that the modern ultra-rapid computing machine was is principle

an ideal central nervous system to an apparatus for automatic control; and that its input and

output need not be in the form of numbers and diagrams. It might very well be, respedtively,

the readings of artificial sense organs, such as photoelectric cells or thermometers, and the

performance of motors or solenoids … we are already in a position to construct artificial

machines of almost any degree of elaborateness of performance. Long before Nagasaki and

the public awareness of the atomic bomb, it had occurred to me that we were here in the

presence of another social pontentiality of anheard-of importance for good and for

evil…”(Bynum, 2001).

Dalam buku tersebut, Wiener mengungkapkan bahwa mesin komputasi modern pada

prinsipnya merupakan sistem jaringan saraf yang juga merupakan peranti kendali otomatis.

Dalam pemanfaatan mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada pengaruh sosial tentang

arti penting teknologi tersebut yang ternyata mampu memberikan “kebaikan”, sekaligus

“malapetaka”.

Tahun 1950, Wiener menerbitkan buku monumental berjudul The Human Use of Human

Beings. Walau Wiener tidak menggunakan istilah “etika komputer” dalam buku itu, ia

meletakkan pondasi menyeluruh untuk analisa dan riset tentang etika komputer. Istilah “etika

computer” akhirnya digunakan lebih dari dua dekade kemudian. Buku Wiener ini mencakup

beberapa bagian pokok tentang hidup manusia, prinsip-prinsip hukum dan etika di bidang

komputer.

2. Era 1960-an

Pertengahan tahun 1960-an, Donn Parker dari SRI International Menlo Park California

melakukan riset untuk menguji penggunaan komputer yang tidak sah dan tidak sesuai dengan

profesionalisme di bidang komputer. Waktu itu Parker menyampaikan suatu ungkapan yang

menjadi titik tolak penelitiannya, yaitu: ”that when people entered the computer center they

left their ethics at the door” (Fodor and Bynum, 1992). Ungkapan tersebut menggambarkan

bahwa ketika orang-orang masuk komputer, mereka meninggalkan etika mereka di pintu

masuk. Lantas ia menerbitkan ”Rules of Ethics in Information Processing” atau peraturan

Page 15: Etika & Profesionalisme ( TSI )

12  

tentang etika dalam pegolahan informasi. Parker juga dikenal menjadi pelopor kode etik

profesi bagi profesonal di bidang komputer terutama pada tahun 1968 ketika ia ditunjuk untuk

memimpin pengembangan Kode Etik Profesional untuk Association for Computing Machinery

(ACM).

3. Era 1970-an

Era ini bermula ketika tahun 1960, Joseph Wiezenbaum, ilmuwan komputer MIT di Boston,

menciptakan suatu program komputer yang disebut ELIZA. Dalam eksperimennya, ELIZA ia

ciptakan sebagai tiruan dari ”Psychoterapist Rogerian” yang melakukan wawancara dengan

pasien yang akan diobatinya.

Perkembangan komputer era 1970-an diwarnai dengan karya Walter Manner yang sudah

mulai menggunakan istilah ”computer ethics” untuk mengacu pada bidang pemeriksaan yang

berhadapan dengan permasalahan etis yang muncul oleh pemakaian teknologi komputer

waktu itu. Maner menawarkan suatu kursus eksperimental atas materi pokok tersebut pada

Old Dominion University in Virgina. Tahun 1978, ia mempublikasikan karyanya Starter Kit in

Computer Ethics, yang berisi material kurikulum dan pedagogi untuk para pengajar

universitas dalam pengembangan pendidikan etika komputer.

4. Era 1980-an

Tahun 1980-an, sejumlah konsekuensi sosial dan teknologi informasi yang etis menjadi isu

publik di Amerika dan Eropa. Hal-hal yang sering dibahas adalah kejahatan komputer,

masalah-masalah yang disebabkan karena kegagalan sistem komputer, invasi database

komputer dan perkara pengadilan mengenai kepemilikan perangkat lunak.

Pertenganhan 80-an, James Moor dari Dartmouth College menerbitkan artikel menarik yang

berjudul ”What Is computer Ethics?” sebagai isu khusus pada jurnal Metaphilosophy (Moor,

1985). Deborah Johnson dari Rensselear Polytchnic Institut menerbitkan buku teks Computer

Ethics (Johnson, 1985), sebagai teks pertama yang digunakan lebih dari satu dekade.

5. 1990-an Sampai Sekarang

Page 16: Etika & Profesionalisme ( TSI )

13  

Sepanjang tahun 1990, berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset, konferensi, jurnal,

buku teks dan artikel menunjukkan suatu keanekaragaman yang luas tentang topik di bidang

komputer.

Perkembangan yang cukup penting lainnya adalah kepeloporan Simon Regerson dari De

Montfort Univercity (UK), yang mendirikan Centre Computing and Social Responsibility.

Dalam pandangannya, ada kebutuhan untuk sebuah ”generasi kedua” yaitu tentang

perkembangan etika komputer;

The mid-19990s has heralded the beginning of a second generation of computer ethics. The

time has come to build upon and elaborate the conceptual foundation whilst, in parallel,

developing the frameworks within which practical action can occur, thus reducing the

probability of unforeseen effect of information technology application (Regerson, Bynum,

1997).

3.1.2. Isu-Isu Pokok Etika Komputer

1. Kejahatan Komputer

Kejahatan komputer dapat diartikan sebagai ” kejahatan yang di timbulkan karena

penggunaan komputer secara ilegal” (Andi Hamzah, 1989). Seiring dengan perkembangan

pesat teknologi komputer, kejahatan bidang ini pun terus meningkat. Berbagai jenis kejahatan

komputer yang terjadi mulai dari kategori ringan seperti penyebaran virus, spam email,

penyadapan trasmisi sampai pada kejahatan-kejahatan kategori berat seperti misalnya carding

(pencurian melalui internet), DoS (Denial of Service) atau melakukan serangan yang bertujuan

untuk melumpuhkan target sehingga ia tak dapat memberikan layanan lagi, dan sebagainya.

2.Cyber Ethics

Salah satu perkembangan pesat di bidang komputer adalah internet. Internet, akronim dari

interconnection networking, merupakan suatu jaringan yang menghubungkan komputer di

seluruh dunia tanpa dibatasi oleh jumlah unit menjadi satu jaringan yang bisa saling

Page 17: Etika & Profesionalisme ( TSI )

14  

mengakses. Dengan internet tersebut, stu komputer dapat berkomunikasi secara langsung

dengan komputer lain diberbagai belahan dunia.

Perkembangan internet memunculkan peluang baru untuk membangun dan memperbaiki

pendidikan, bisnis, layanan pemerintahan, dan demokrasi.namun, permasalahan baru muncul

setelah terjadi interaksi universal di antara pemakainya.

Permasalahan-permasalahan tersebut diatas, menuntut adanya aturan dan prinsip dalam

melakukan komunikasi via internet. Salah satu yang dikembangkan adalah Netiket atau

Nettiqutte, yang merupakan salah satu acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet.

3. E-commmerce

Secara umum E-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan mekanisme

elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce merupakan warna baru dalam dunia

perdagangan, di mana kegiatan perdagangan tersebut dilakukan secara elektronik dan online.

Dalam pelaksanaan E-commerce menimbulkan beberapa isu menyangkut berbagai aspek

hukum perdagangan dalam penggunaan sistem yang terbentuk secara online networking

management tesebut. Beberapa masalah tersebut antara lain menyangkut prinsip-prinsip

yurisdiksi dalam transaksi, permasalahan kontrak dalam transaksi elektronik, masalaha

prlindungan konsumen, masalah pajak, kasus-kasus pemalsuan tanda tangan digital, dan

sebagainya.Dengan berbagai permasalahan yang muncul menyangkut perdagangan via

internet tesebut, diperlukan acuan model hukum yang dapat digunakan sebagai standar

transaksi. Salah satu acuan international yang banyak digunakan adalah Uncitral model law on

electronic commerce 1996.

4. Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual

Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, komputer memiliki sifat keluwesan yang tinggi.

Hal itu bahwa jika informasi berbentuk digital maka secara mudah seseorang dapat

menyalinnya sebagai untuk berbagi dengan orang lain. Sifat itu di satu sisi menimbulkan

banyak keuntungan, tetapi di satu sisi juga menimbulkan permasalahan, terutama atas hak

Page 18: Etika & Profesionalisme ( TSI )

15  

kekayaan intelektual.Beberapa kasus pelanggaran hak atas kekayaan intelektual tersebut

antara lain adalah pembajakan perangkat lunak, softlifting (pemakaian lisensi melebihi

kapasitas penggunaan yang seharusnya), penjualan CD-ROM ilegal atau juga penyewaan

perangkat lunak ilegal.

6. Tanggung Jawab Profesi

Seiring perkembangan teknologi, para profesional di bidang komputer sudah melakukan

spesialisasi bidang pengetahuan dan sering kali mempunyai posisi yang tinggi dan terhormat

dikalangan masyarakat. Oleh karena alasan tersebut, mereka memiliki tanggung jawab yang

tinggi, mencakup banyak hal dari konsekuensi prifesi yang dijalaninya. Para profesional

menemukan diri mereka dalam hubungannya dengan profesionalnya dengan orang lain

mencakup pekekerjaan dengan pekerjaan, klien dengan profesional, profesional dengan

profesional lain, serta masyarakat dengan profesional.

Di Indonesia, organisasi profesi di bidang komputer yang didirikan sejak tahun 1974 yang

benama Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIN), sudah menetapkan kode

etik yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan pemakaian teknologi komputer di

Indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku profesi tehadap ilmu

pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku profesi terhadap masyarakat, kewajiban pelaku

profesi terhadap sesama pengemban profesi ilmiah, serta kawajiban pelaku profesi terhadap

sesama umat manusia dan lingkungan hidup.Munculnya kode etik tersebut tentunya

memberikan gambaran adanya tanggung jawab yang tinggi bagi para pengemban profesi

bidang komputer untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang profesional dengan

baik sesuai garis-garis profesionalisme yang ditetapkan.

Page 19: Etika & Profesionalisme ( TSI )

16  

BAB IV

PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan

Etika memiliki peranan yang cukup penting dalam setiap profesi. Karena tanpa etika, suatu

individu atau kelompok yang memiliki profesi tidak akan bisa bekerja secara professional. Hal

ini menyebabkan etika dan profesi memiliki kaitan yang erat.

4.1.2 Saran

Di dunia ini banyak hal yang memiliki dualisme yang kedua sisinya saling berlawanan.

Seperti teknologi informasi dan komunikasi, hal ini diyakini sebagai hasil karya

cipta peradaban manusia tertinggi pada zaman ini. Namun karena keberadaannya yang bagai

memiliki dua mata pisau yang saling berlawanan, satu mata pisau dapat menjadi manfaat

bagi banyak orang, sedangkan mata pisau lainnya dapat menjadi sumber kerugian bagi yang

lain, banyak pihak yang memilih untuk tidak berinteraksi dengan teknologi informasi dan

komunikasi. Sebagai manusia yang beradab, dalam menyikapi dan menggunakan teknologi

ini, mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat bagi sesama,

kemudian mengambilnya sebagai penyambung mata rantai kebaikan terhadap sesama,

kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain untuk

selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapan kita.

Page 20: Etika & Profesionalisme ( TSI )

17  

DAFTAR PUSTAKA

Bynum, TW. Computer Ethics: Basic Concepts and Historical Overview. (Stanford: The

Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2001).

Bynum, Terrell Ward, Walter Maner and John L. Fodor, eds., Teaching Computer Ethics

(Research Center on Computing & Society, 1992).

Hamzah, Andi. Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer, (Jakarta: Sinar Grafika, 1989).

Hermawan, Julius. Analisa Desain & Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan

Visual Basic.NET. (Jakarta: Andi Publisher, 2005).

Johnson, Deborah G. Computer Ethics, (Prentice-Hall, 1985).

Moor, James H. What is Computer Ethics, Metaphilosophy 16 (4): 266-275, 1985.

Rogerson, S. and Bynum, T.W. (1997), Information Ethics: The Second Generation,

http://www.cms.dmu.ac.uk/CCSR/ccsr/pubs/papers/ukaisabs.html;

Sudjana, Nana. Media Pengajaran. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1997).

Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengalaman dan Permasalahan. (Surabaya:

Makalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 1999).

http://dewaarya.wordpress.com/2013/05/01/etika-profesi-di-bidang-teknologi-informasi/

Page 21: Etika & Profesionalisme ( TSI )

18  

NOTE : Makalah diatas adalah contoh makalah mengenai “ ETIKA , PROFESI DAN

PROFESIONALISME “ berikut adalah contoh , pendapat dan saran menurut saya :

Contoh Etika , Profesi dan Pofesionalisme menurut saya :

Contohnya adalah seorang Networking engineer :

Networking engineer adalah sebuah profesi dimana seorang Networking engineer bekerja dan

menjadikan pekerjaan itu sebagai sumber utama penghidupannya. Networking engineer

dikatakan sebagai profesional karena untuk menjadi seorang Networking engineer dibutuhkan

keterampilan atau keahlian khusus dalam bidang teknis jaringan computer dari maintenance

sampai pada troubleshooting . Selain itu, seorang Networking engineer juga harus memiliki

dedikasi yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya sebagai bentuk profesionalismenya

dalam bidang IT , sehingga dapat diandalkan ketika terjadi masalah , tetapi kesemuanya itu

dilakukan secara beretika sebab dalam bekerja etika merupakan pedoman seorang Networking

engineer dalam memberikan pelayanan IT yang baik dan bertanggung jawab kepada klien atau

perusahaan dimana dia bekerja atau melayani.

Pendapat saya :

Jadi yang namanya etika , profesi dan profesionalisme merupakan bagian dari etika bersosial

yang ada dalam kehidupan kita sehari – hari, yang menyangkut bagaimana seseorang harus

menjalankan profesinya secara beretika dan harus menunjukkan sikap profesionalisme yang

ada didalam dirinya masing - masing agar supaya dapat diterima oleh masyarakat.Karena

dengan etika , profesi dan peofesionalisme tersebut diharapkan setiap orang atau pribadi dapat

bekerja sebaik mungkin sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku dalam lingkungan

dimana dia bekerja dan kalau dilihat dari sisi bidang teknologi informasi yang namanya etika ,

profesi dan profesionalisme diperlukan untuk mengurangi tindakan-tindakan yang merugikan

orang lain misalnya dari segi etika dan moral hal ini untuk menghindarkan dari hal - hal,

seperti kejahatan komputer dan pelanggaran hak atas kekayaan intelektual.

Page 22: Etika & Profesionalisme ( TSI )

19  

Saran saya :

Saran saya ialah agar setiap dari kita atau setiap individu memperbanyak pengetahuan atau

pemahaman tentang etika , profesi dan profesionalisme dalam bidang pekerjaan yang di

tekuni oleh masing – masing dari kita , karena yang namanya etika , profesi dan

profesionalisme merupakan pedoman mutu moral seseorang di dalam bekerja dan

bermasyarakat dimana dalam setiap pekerjaan umumnya hal – hal tersebut sudah di atur sesuai

dengan profesi yang ditekuni dan kondisi disuatu daerah atau perusahaan.

Selain itu ada baiknya etika , profesi dan profesionalisme itu di ajarkan sedari masa sekolah

dasar sebagai bentuk pembinaan atau pembentukkan watak seseorang agar dimasa dewasanya

nanti sudah terbentuk secara baik dan sudah siap ketika mereka akan terjun kedalam dunia

kerja.

 

Referensi :

http://rincaster.ucoz.com/news/makalah_etika_profesi_di_bidang_ti/2014-10-21-101-987