no 3

Upload: dinadlina

Post on 10-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aevrgbe

TRANSCRIPT

3. Ototoksisitas disebabkan oleh obat atau zat kimia yang merusak telinga bagian dalam atau saraf vestibulocochlear, yang mengirim info keseimbangan dan pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak. Otoksisitas dapat menyebab gangguan pendengaran, keseimbangan, atau keduanya baik untuk sementara waktu atau permanen.

Obat-obat ototoksik yang menyebabkan kerusakan system auditori dan keseimbangan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran, tinnitus, dan pusing. Kelas obat-obat tertentu yang menyebabkan ototoksisitas telah ditetapkan, dan lebih dari 100 kelas obat telah dikaitkan dengan toksisitas. Factor yang mempengaruhi ototoksisitas mencakup dosis, durasi terapi, penyakit yang disertai gagal ginjal, pemberian dengan obat lain yang memiliki potensi ototoksik. Obat ototoksi tidak boleh digunakan secara topical jika membrane timpani mengalami perforasi karena obat dapat mengalir ke dalam telinga bagian dalamJENIS-JENIS OBAT OTOTOKSIK1. AminoglikosidaAminoglikosida adalah kelompok antibiotic bakterisidal yang berasal dari berbagai macam streptomyces. Yang termasuk kelompok obat ini adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin..Aminoglikosida paling sering digunakan untuk melawan bakteri enteric gram negative, terutama pada bakteremia dan sepsis, dikombinasikan dengan vankomisin atau penisilin untuk endokarditis, dan untuk penanganan tuberculosis. Streptomisin adalah aminoglikosida yang tertua. Gentamisin, tobramisin, dan amikasin adalah aminoglikosida yang paling sering digunakan saat ini. Neomisin dan kanamisin penggunaannya terbatas pada penggunaan secara topical atau oral. Toksisitas utama dari obat ini adalah nefrotoksisitas, yang terjadi pada 15% pasien yang mendapatkan regimen ini, dan ototoksisitas, yang menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan pada system vestibule2. Aminoglikosida secara ototopikalData yang berasal dari penelitian yang menggunakan hewan percobaan telah memperlihatkan hasil yang sama bahwa hampir semua antibiotic aminoglikosida yang digunakan sebagai antibiotic topical pada telinga tengah bersifat ototoksik. Tinjauan literature terbaru mengungkapkan terdapat 54 kasus toksisitas vestibular gentamisin karena penggunaan antibiotic ini secara ototopikal. Selain itu, 24 pasien tersebut juga mengalami toksisitas auditori. Juga terdapat 11 pasien yang mengalami toksisitas auditori karena penggunaan tetes telinga yang mengandung neomisin-polimiksin. Oleh karena itu direkomendasikan bahwa jika memungkinkan, preparat antibiotic topical yang tidak menimbulkan efek samping ototoksik harus digunakan jika terbukti terdapat lubang pada membrane timpani3. CisplatinCisplatin merupakan obat anti kanker yang digunakan untuk mengobati sejumlah keganasan seperti kanker testis, kanker ovarium dan beberapa keganasan pediatric. Dosis pemeliharaan membatasi efek samping cisplatin yaitu ototoksisitas dan neurotoksisitas. Ototoksisitas cisplatin ditandai oleh kehilangan pendengaran sensorineural yang awalnya terdeteksi pada frekuensi yang sangat tinggi. Kehilangan pendengaran biasanya bilateral dan biasanya simetris. Cirri khas dari kehilangan pendengaran frekuensi tinggi adalah kesulitan dalam membedakan kata yang terdengar, terutama pada lingkungan yang bising4. Loop DiuretikLoop diuretic seperti asam ethacrynic, bumetanide, dan furosemide mengeluarkan efek diuretiknya dengan menghambat sodium dan penyerapan air pada bagian proksimal Loop of henle. Efek ototoksisitas dari loop diuretic tampaknya berkaitan dengan stria vascularis, yang dipengaruhi oleh perubahan dalam gradient ionic diantara perilimfe dan endolimfe. Perubahan ini menyebabkan edema epithelium dari stria vascularis.5. SalisilatAspirin dan salisilat yang lain sangat berkaitan dengan tinnitus dan gangguan pendengaran sensorineural. Gangguan pendengaran bergantung pada dosis dan dapat berkisar dari moderat hingga parah. Jika konsumsi obat dihentikan, pendengaran kembali normal dalam waktu 72 jam.6. KuinolonKuinin telah lama diketahui berkaitan dengan terjadinya tinnitus, gangguan pendengaran sensorineural, dan gangguan penglihatan. Sindrom tinnitus, nyeri kepala, mual, dan gangguan penglihatan disebut cinchonism. Dosis yang lebih besar dapat menyebabkan sindrom ini menjadi lebih parah. Obat ini digunakan sebagai tambahan dalam pengobatan malaria. Efek ototoksik dari kuinin tampaknya terjadi terutama pada fungsi pendengaran dan biasanya bersifat sementara. Gangguan pendengaran yang permanen dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar atau pada pasien yang sensitive.

Refferensi:Katzung, Bertram. Basic Clinical Pharmacology. Blackwell Science: USA. 2004.