no. 17/36/dpm jakarta, 16 november 2015 surat edaran · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud...

93
No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM DI INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia - Electronic Trading Platform Sehubungan dengan telah berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 273, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5762 ), perlu mengatur ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini, yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Umum Syariah termasuk Unit Usaha Syariah (UUS) sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 2. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities). 3. Operasi Moneter Syariah adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui

Upload: lekhanh

Post on 16-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015

SURAT EDARAN

Kepada

SEMUA PESERTA

SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM

DI INDONESIA

Perihal : Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia - Electronic

Trading Platform

Sehubungan dengan telah berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Nomor 17/18/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transaksi,

Penatausahaan Surat Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 273, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5762 ), perlu mengatur

ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem Bank Indonesia-Electronic

Trading Platform dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut:

I. KETENTUAN UMUM

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini, yang dimaksud dengan:

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk

kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan

Bank Umum Syariah termasuk Unit Usaha Syariah (UUS)

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai perbankan syariah.

2. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh

Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui

Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing

Facilities).

3. Operasi Moneter Syariah adalah pelaksanaan kebijakan moneter

oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter

melalui …

Page 2: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

2

melalui kegiatan Operasi Pasar Terbuka dan penyediaan

Standing Facilities berdasarkan prinsip syariah.

4. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disingkat OPT adalah

kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank

Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain dalam rangka

Operasi Moneter.

5. Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya disebut OPT

Syariah adalah kegiatan transaksi pasar uang berdasarkan

prinsip syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan

Bank dan pihak lain dalam rangka Operasi Moneter Syariah.

6. Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya

disebut Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana

Rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan

penempatan dana Rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank

Indonesia dalam rangka Operasi Moneter.

7. Standing Facilities Syariah adalah fasilitas yang disediakan oleh

Bank Indonesia kepada Bank Umum Syariah dan UUS dalam

rangka Operasi Moneter Syariah.

8. Surat Berharga adalah surat berharga yang diterbitkan oleh

Bank Indonesia, Pemerintah, dan/atau lembaga lain yang

ditatausahakan pada BI-SSSS.

9. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN adalah

Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.

10. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN adalah

Surat Berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam

mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin

pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik

Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

surat utang negara.

11. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat

SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas

penyertaan terhadap aset SBSN, dalam mata uang Rupiah

maupun …

Page 3: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

3

maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah

Negara.

12. Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform yang

selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah infrastruktur yang

digunakan sebagai sarana Transaksi yang dilakukan secara

elektronik.

13. Transaksi adalah Transaksi Dengan Bank Indonesia dan

Transaksi Pasar Keuangan.

14. Transaksi Dengan Bank Indonesia adalah transaksi yang

dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka kegiatan Operasi

Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan/atau transaksi SBN

untuk dan atas nama Pemerintah, serta transaksi lainnya yang

dilakukan dengan Bank Indonesia.

15. Transaksi Pasar Keuangan adalah transaksi Surat Berharga dan

transaksi pinjam-meminjam secara konvensional, atau yang

dipersamakan berdasarkan prinsip syariah dalam rangka

transaksi pasar uang dan/atau transaksi Surat Berharga di

pasar sekunder.

16. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang

selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah infrastruktur yang

digunakan sebagai sarana Penatausahaan Transaksi dan

Penatausahaan Surat Berharga, yang dilakukan secara

elektronik.

17. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang

selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah infrastruktur yang

digunakan sebagai sarana transfer dana elektronik yang

setelmennya dilakukan seketika per transaksi secara individual.

18. Penyelenggara Sistem BI-ETP adalah Bank Indonesia yang

menyelenggarakan Sistem BI-ETP.

19. Peserta Sistem BI-ETP yang selanjutnya disebut Peserta adalah

pihak yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh

persetujuan dari Penyelenggara sebagai peserta dalam

penyelenggaraan Sistem BI-ETP.

20. Penatausahaan …

Page 4: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

4

20. Penatausahaan adalah kegiatan yang mencakup pencatatan

kepemilikan, kliring dan setelmen, serta pembayaran

kupon/bunga atau imbalan dan nilai pokok/nominal atas Surat

Berharga dan hasil Transaksi tanpa Surat Berharga.

21. Sub-Registry adalah Bank Indonesia dan pihak yang memenuhi

persyaratan dan disetujui oleh penyelenggara BI-SSSS sebagai

peserta BI-SSSS untuk melakukan fungsi Penatausahaan bagi

kepentingan nasabah.

22. Dealer Utama adalah Bank dan perusahaan efek yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan sebagai dealer utama dalam transaksi

SUN sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri

Keuangan yang mengatur mengenai dealer utama.

23. Peserta Lelang adalah Bank dan perusahaan efek yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan sebagai peserta lelang dalam transaksi

SBSN sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri

Keuangan yang mengatur mengenai penerbitan dan penjualan

surat berharga syariah negara di pasar perdana dalam negeri

dengan cara lelang.

24. Rekening Giro adalah Rekening Giro sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan pihak

ekstern.

25. Rekening Surat Berharga adalah rekening peserta BI-SSSS

dalam mata uang Rupiah dan/atau valuta asing yang

ditatausahakan di Bank Indonesia dalam rangka pencatatan

kepemilikan dan setelmen transaksi Surat Berharga, Transaksi

Dengan Bank Indonesia, dan/atau Transaksi Pasar Keuangan.

26. Setelmen Dana adalah Setelmen Dana sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan setelmen dana melalui Sistem BI-RTGS.

27. Setelmen Surat Berharga adalah Setelmen Surat Berharga

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang

mengatur mengenai penyelenggaraan penatausahaan surat

berharga melalui BI-SSSS.

28. Bank …

Page 5: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

5

28. Bank Pembayar adalah Bank peserta Sistem BI-RTGS yang

ditunjuk sebagai pihak untuk melakukan pembayaran dan/atau

penerimaan dana oleh Peserta yang bukan peserta Sistem BI-

RTGS.

29. Keadaan Tidak Normal adalah situasi atau kondisi yang terjadi

sebagai akibat adanya gangguan atau kerusakan pada

perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,

aplikasi maupun sarana pendukung yang mempengaruhi

kelancaran penyelenggaraan Sistem BI-ETP.

30. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang terjadi di luar

kekuasaan Penyelenggara dan/atau Peserta yang menyebabkan

kegiatan operasional Sistem BI-ETP tidak dapat diselenggarakan

yang diakibatkan oleh, tetapi tidak terbatas pada kebakaran,

kerusuhan massa, sabotase, serta bencana alam seperti gempa

bumi dan banjir yang dinyatakan oleh pihak penguasa atau

pejabat yang berwenang setempat, termasuk Bank Indonesia.

31. Fasilitas Guest Bank adalah fasilitas Sistem BI-ETP di lokasi

Kantor Pusat Bank Indonesia dan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Dalam Negeri (KPwDN) yang disediakan oleh

Penyelenggara untuk Peserta sebagai cadangan dalam hal

terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat yang

menyebabkan Peserta tidak dapat menggunakan Sistem BI-ETP

di lokasi Peserta.

32. Perjanjian Penggunaan Sistem BI-ETP antara Penyelenggara

Sistem BI-ETP dan Peserta yang selanjutnya disebut Perjanjian

adalah kesepakatan tertulis antara Penyelenggara Sistem BI-

ETP dengan Peserta yang memuat hak dan kewajiban masing-

masing pihak dalam menggunakan Sistem BI-ETP.

33. Administrative Message adalah suatu fasilitas yang digunakan

untuk menyampaikan informasi dari Penyelenggara Sistem BI-

ETP kepada Peserta atau sebaliknya atau antar-Peserta.

34. Business Continuity Plan yang selanjutnya disingkat BCP adalah

kebijakan dan prosedur yang memuat rangkaian kegiatan yang

terencana dan terkoordinasi mengenai langkah-langkah

pengurangan …

Page 6: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

6

pengurangan risiko, penanganan dampak gangguan atau

bencana, dan proses pemulihan agar kegiatan operasional BI-

ETP tetap dapat berjalan.

35. Disaster Recovery Plan yang selanjutnya disingkat DRP adalah

suatu kebijakan dan prosedur pengganti yang digunakan

sementara waktu selama dilakukannya pemulihan BI-ETP

utama untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business

continuity) pada saat BI-ETP utama mengalami gangguan atau

tidak dapat berfungsi.

36. Participant Code adalah suatu kode yang mengidentifikasikan

Peserta terkait dengan pelaksanaan transaksi melalui Sistem BI-

ETP.

37. Position Account adalah rekening yang digunakan dalam

melakukan transaksi yang terdiri atas Rekening Surat Berharga

di BI-SSSS dan Rekening Giro di Sistem BI-RTGS.

38. Portfolio adalah kumpulan Position Account milik Peserta Sistem

BI-ETP yang digunakan dalam melakukan transaksi.

39. Broker Bidding Limit adalah batas paling tinggi nominal

penawaran yang diberikan oleh Peserta kepada Peserta lain

untuk dapat melakukan penawaran per hari untuk dan atas

nama Peserta yang memberikan batas nominal penawaran.

40. Digital Certificate Hard Token adalah media penyimpanan

berupa usb flash drive yang berisi sertifikat (digital certificate)

dalam bentuk file terproteksi yang memuat identitas pemilik

sertifikat, kunci enkripsi untuk melakukan verifikasi tanda

tangan digital pemilik, dan periode validitas sertifikat, yang

dihasilkan oleh infrastruktur kunci publik (public key

infrastructure) Bank Indonesia.

II. PENYELENGGARAAN

A. Organisasi Penyelenggara Sistem BI-ETP

1. Penyelenggara Sistem BI-ETP adalah Bank Indonesia c.q.

Departemen Pengelolaan Moneter (DPM).

2. Penyelenggara …

Page 7: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

7

2. Penyelenggara Sistem BI-ETP melakukan pengelolaan

operasional penyelenggaraan Sistem BI-ETP dan

penyelenggaraan kegiatan:

a. Transaksi Dengan Bank Indonesia; dan

b. Transaksi Pasar Keuangan, yang dilakukan melalui

Sistem BI-ETP.

3. Kegiatan korespondensi terkait penyelenggaraan Sistem BI-

ETP, ditujukan ke alamat:

Bank Indonesia

Departemen Pengelolaan Moneter

c.q. Grup Pendukung Operasi Moneter-Divisi Pengelolaan

Sistem dan Informasi Operasi Moneter

Menara Sjafruddin Prawiranegara

Jalan M.H. Thamrin Nomor 2

Jakarta 10350

4. Help desk untuk penanganan permasalahan operasional

Sistem BI-ETP yang dihadapi oleh Peserta, menggunakan

nomor sebagai berikut:

Nomor Telepon : 021-29818888

Faksimile : 021-2310485

5. Dalam hal terdapat perubahan alamat sebagaimana

dimaksud dalam angka 3 serta perubahan nomor telepon

dan/atau faksimile sebagaimana dimaksud dalam angka 4,

Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan perubahan

tersebut melalui surat dan/atau sarana lainnya.

B. Tugas dan Wewenang Penyelenggara Sistem BI-ETP

1. Pengelolaan Operasional Sistem BI-ETP

Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-ETP,

Penyelenggara Sistem BI-ETP memiliki tugas dan

wewenang dalam melakukan pengelolaan operasional

Sistem BI-ETP, antara lain sebagai berikut:

a. menetapkan ketentuan dan prosedur penyelenggaraan

Sistem BI-ETP;

b. menyediakan …

Page 8: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

8

b. menyediakan sarana dan prasarana penyelenggaraan

Sistem BI-ETP yang mencakup antara lain:

1) aplikasi Sistem BI-ETP;

2) 1 (satu) jaringan komunikasi data yang

menghubungkan Sistem BI-ETP di Peserta dengan

Sistem BI-ETP di Penyelenggara Sistem BI-ETP;

3) pedoman teknis Sistem BI-ETP dan

perubahannya;

4) fasilitas Guest Bank; dan

5) sarana dan prasarana pendukung lainnya

termasuk Digital Certificate Hard Token;

c. melakukan upaya untuk menjamin keandalan,

ketersediaan, dan keamanan Sistem BI-ETP, antara

lain sebagai berikut:

1) melakukan pengelolaan dan pengoperasian

Sistem BI-ETP;

2) melakukan pengelolaan Digital Certificate Hard

Token;

3) melakukan pengelolaan jaringan komunikasi

data;

4) menetapkan waktu operasional penyelenggaraan

Sistem BI-ETP;

5) menyediakan help desk untuk menangani

masalah terkait penyelenggaraan Sistem BI-ETP;

6) memberikan layanan yang berkaitan dengan

kepesertaan dalam Sistem BI-ETP;

7) memberlakukan prosedur penanganan Keadaan

Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat;

8) menetapkan status kepesertaan;

9) memberikan pelatihan kepada calon Peserta dan

pelatihan secara berkala kepada Peserta; dan

10) menerapkan standar layanan minimum dalam

penyelenggaraan Sistem BI-ETP;

d. menetapkan …

Page 9: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

9

d. menetapkan jenis dan besarnya biaya penggunaan

Sistem BI-ETP;

e. melakukan pemantauan kepatuhan Peserta terhadap

ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP serta menetapkan dan

mengenakan sanksi kepada Peserta.

2. Penyelenggaraan Kegiatan Transaksi

Dalam rangka penyelenggaraan Transaksi melalui Sistem

BI-ETP, berdasarkan Surat Edaran ini, Penyelenggara

Sistem BI-ETP melakukan tugas dan wewenang dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Transaksi Dengan Bank Indonesia

1) menyelenggarakan transaksi dengan mekanisme

lelang atau non lelang dalam rangka kegiatan

Operasi Moneter dan Operasi Moneter Syariah;

dan/atau

2) menyelenggarakan transaksi SBN untuk dan atas

nama pemerintah c.q. Kementerian Keuangan.

b. Transaksi Pasar Keuangan

Memfasilitasi penyelenggaraan Transaksi Pasar

Keuangan.

C. Pembebasan Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem BI-ETP

1. Peserta membebaskan Penyelenggara Sistem BI-ETP dari

segala tuntutan atas kerugian yang timbul dan/atau yang

akan timbul yang dialami Peserta atau pihak ketiga.

2. Tuntutan atas kerugian yang timbul dan/atau yang akan

timbul yang dialami Peserta atau pihak ketiga sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 disebabkan antara lain:

a. keterlambatan atau tidak terlaksananya Transaksi

antara lain dikarenakan oleh kelalaian Peserta,

terjadinya Keadaan Tidak Normal, dan/atau Keadaan

Darurat;

b. pengiriman Transaksi dilakukan oleh pejabat Peserta

yang tidak berwenang; dan/atau

c. kesalahan …

Page 10: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

10

c. kesalahan data Transaksi yang dikirimkan oleh

Peserta.

III. KEPESERTAAN

A. Ketentuan Umum Kepesertaan

1. Pihak yang dapat menjadi Peserta, yaitu:

a. Bank Indonesia;

b. Kementerian Keuangan;

c. Lembaga Penjamin Simpanan;

d. Bank;

e. perusahaan pialang pasar uang Rupiah dan valuta

asing;

f. perusahaan efek; dan

g. lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia,

sepanjang kepesertaan lembaga lain tersebut antara

lain didasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan/atau pertimbangan pengembangan

pasar keuangan di Indonesia.

2. Untuk dapat menjadi Peserta, pihak sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 harus memiliki peran sebagai

berikut:

a. penerbit Surat Berharga;

b. peserta Operasi Moneter atau peserta Operasi Moneter

Syariah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter

dan operasi moneter syariah;

c. lembaga perantara sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

Operasi Moneter dan Operasi Moneter Syariah;

d. peserta transaksi SBN di pasar perdana sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang

mengatur mengenai lelang surat utang negara dalam

mata uang Rupiah dan valuta asing di pasar perdana

domestik dan penerbitan dan penjualan surat

berharga …

Page 11: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

11

berharga syariah negara di pasar perdana dalam

negeri dengan cara lelang;

e. peserta Transaksi Pasar Keuangan; dan/atau

f. peran lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara

lain didasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku, pertimbangan pengembangan pasar

keuangan di Indonesia dan/atau pertimbangan teknis.

3. Hubungan dengan Kepesertaan Sistem BI-RTGS

a. Bagi Peserta yang juga merupakan peserta Sistem BI-

RTGS, pelaksanaan Setelmen Dana terkait dengan

Transaksi dan pembayaran kewajiban lainnya terkait

penggunaan Sistem BI-ETP dilakukan menggunakan

Rekening Giro pada Sistem BI-RTGS.

b. Bagi Peserta yang bukan merupakan peserta Sistem

BI-RTGS, pelaksanaan Setelmen Dana terkait dengan

Transaksi dan pembayaran kewajiban lainnya terkait

penggunaan Sistem BI-ETP dilakukan melalui Bank

Pembayar.

4. Hubungan dengan Kepesertaan BI-SSSS

a. Bagi Peserta yang juga merupakan peserta BI-SSSS,

pelaksanaan Setelmen Surat Berharga terkait dengan

Transaksi dilakukan menggunakan Rekening Surat

Berharga.

b. Bagi Peserta yang bukan merupakan peserta BI-SSSS,

pelaksanaan Setelmen Surat Berharga terkait dengan

Transaksi dilakukan melalui Sub Registry.

B. Persyaratan Menjadi Peserta

1. Calon Peserta harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. memiliki peran sebagaimana dimaksud dalam butir

A.2;

b. memiliki surat izin yang masih berlaku dari lembaga

yang berwenang;

c. memiliki …

Page 12: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

12

c. memiliki infrastruktur sesuai dengan spesifikasi yang

telah ditetapkan Penyelenggara Sistem BI-ETP

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I;

d. telah menjadi peserta dalam Sistem BI-RTGS dan

peserta BI-SSSS, dalam hal Peserta adalah Bank;

e. telah mengajukan permohonan atau telah ditunjuk

sebagai Dealer Utama atau Peserta Lelang sesuai

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku; dan/atau

f. telah ditunjuk menjadi peserta transaksi SBN sesuai

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku untuk

calon Peserta selain Dealer Utama atau Peserta Lelang

sebagaimana dimaksud dalam huruf e.

2. Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menentukan

persyaratan dan ketentuan yang berbeda sesuai kebutuhan

dan karakteristik tertentu bagi pihak sebagaimana

dimaksud dalam butir A.1 sebagai Peserta.

C. Prosedur Untuk Memperoleh Persetujuan Sebagai Peserta

1. Permohonan Menjadi Peserta

a. Calon Peserta menyampaikan surat permohonan

tertulis untuk menjadi Peserta kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan menggunakan contoh surat

sebagaimana Lampiran II.1.

b. Dalam hal calon Peserta merupakan Unit Usaha

Syariah maka surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a diajukan oleh Bank induknya

dengan menggunakan contoh surat sebagaimana

Lampiran II.1.

c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan huruf b ditandatangani oleh anggota

direksi yang bertindak untuk dan atas nama calon

Peserta.

d. Surat permohonan disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) ditujukan …

Page 13: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

13

1) ditujukan ke alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3.

2) dalam hal calon Peserta berkantor pusat di

wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

dalam negeri (KPwDN), ditujukan ke alamat

sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dengan

tembusan kepada kantor KPwDN yang

mewilayahi.

e. Surat permohonan disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan dilengkapi dokumen

pendukung secara lengkap dan benar sebagai berikut:

1) data kepesertaan dengan format sebagaimana

Lampiran II.2;

2) surat pernyataan kesiapan infrastruktur dan

memuat informasi spesifikasi yang telah

ditetapkan Penyelenggara Sistem BI-ETP, yang

ditandatangani anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta

sebagaimana contoh surat dalam Lampiran II.3;

3) surat permohonan kebutuhan Digital Certificate

Hard Token dan level user yang ditandatangani

anggota direksi yang berwenang bertindak untuk

dan atas nama calon Peserta sebagaimana contoh

surat dalam Lampiran II.4;

4) laporan hasil security audit atas infrastruktur

teknologi informasi Peserta, yang dilakukan oleh

auditor internal atau auditor eksternal yang

independen;

5) dalam hal security audit dilakukan oleh auditor

internal, laporan hasil security audit sebagaimana

dimaksud dalam angka 4) dilengkapi surat

pernyataan bahwa pelaksanaan security audit

dilakukan secara independen, yang

ditandatangani …

Page 14: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

14

ditandatangani anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta;

6) fotokopi dokumen persetujuan izin yang masih

berlaku dari lembaga berwenang;

7) fotokopi dokumen permohonan atau penunjukan

sebagai Dealer Utama atau Peserta Lelang;

8) fotokopi Anggaran Dasar perusahaan terakhir;

9) fotokopi dokumen yang memuat susunan

pengurus perusahaan terakhir; dan

10) surat kuasa dari anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta

berdasarkan anggaran dasar kepada pejabat

pemberi contoh tanda tangan.

11) fotokopi identitas diri yang masih berlaku dari

pemberi dan penerima kuasa dalam rangka

pemberian contoh tanda tangan pejabat yang

berwenang mewakili calon Peserta sebagaimana

dimaksud dalam angka 10) yang berupa :

a) Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin

Mengemudi (SIM) bagi Warga Negara

Indonesia (WNI); atau

b) paspor dan Keterangan Izin Tinggal Sementara

(KITAS) bagi Warga Negara Asing (WNA).

f. Pejabat pemberi contoh tanda tangan sebagaimana

dimaksud dalam butir e.10) diatur sebagai berikut :

1) pejabat pemberi contoh tanda tangan adalah

anggota direksi dan pejabat yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta;

2) anggota direksi sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) adalah anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama perusahaan

berdasarkan Anggaran Dasar;

3) pejabat …

Page 15: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

15

3) pejabat sebagaimana dimaksud dalam angka 1)

adalah pejabat yang berwenang bertindak untuk

dan atas nama calon Peserta berdasarkan surat

kuasa dari anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta

berdasarkan anggaran dasar.

g. Surat kuasa sebagaimana dimaksud dalam butir f.3)

dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

1) kuasa diberikan kepada pejabat di kantor pusat

dan/atau kantor cabang calon Peserta yang

mengoperasikan Sistem BI-ETP;

2) surat kuasa dibuat untuk melakukan

penandatanganan, penyerahan dan/atau

pengambilan surat, laporan dan/atau dokumen

lain baik dokumen tertulis maupun dokumen

elektronik yang terkait dengan kepesertaan dan

operasional Sistem BI-ETP, penyerahan dan/atau

pengambilan user dan Digital Certificate Hard

Token;

3) pejabat yang diberi kuasa sebagaimana dimaksud

dalam angka 1) dapat menguasakan kembali

tanpa hak substitusi kepada petugas yang

ditunjuk khusus untuk melakukan kegiatan

penyerahan dan/atau pengambilan surat, laporan

dan/atau dokumen lain baik dokumen tertulis

maupun dokumen elektronik yang terkait dengan

kepesertaan dan operasional Sistem BI-ETP,

penyerahan dan/atau pengambilan user dan

Digital Certificate Hard Token;

4) hal-hal yang dapat dikuasakan dalam surat

kuasa sebagaimana dimaksud dalam angka 2)

dapat dituangkan dalam 1 (satu) atau lebih surat

kuasa sesuai dengan kebutuhan Peserta; dan

5) surat …

Page 16: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

16

5) surat kuasa dibuat dengan format sebagaimana

Lampiran II.5.A dan Lampiran II.5.B.

h. Dalam hal diperlukan, Penyelenggara Sistem BI-ETP

dapat meminta calon Peserta untuk menunjukkan

dokumen asli sebagaimana dimaksud dalam butir e.6)

sampai dengan butir e.11) kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP.

2. Pemberian persetujuan prinsip

a. Berdasarkan surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam butir 1.a, Penyelenggara Sistem BI-

ETP dapat melakukan pemeriksaan lokasi calon

Peserta untuk memastikan kesesuaian informasi

dalam dokumen yang disampaikan dan kesiapan

infrastruktur Sistem BI-ETP.

b. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan persetujuan

prinsip atau penolakan atas permohonan yang

diajukan calon Peserta paling lama 25 (dua puluh

lima) hari kerja terhitung sejak surat permohonan dan

dokumen pendukung diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP mengirimkan surat

pemberitahuan pemberian persetujuan prinsip atau

penolakan sebagaimana dimaksud dalam huruf b

kepada calon Peserta.

d. Surat persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud

dalam huruf c disertai dengan informasi sebagai

berikut:

1) nama dan kode peserta (participant code);

2) rencana kegiatan pelatihan;

3) rencana kegiatan instalasi;

4) permintaan agar calon Peserta menyampaikan

informasi terkait pejabat yang akan

menandatangani Perjanjian; dan

5) permintaan …

Page 17: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

17

5) permintaan agar calon Peserta memenuhi

kelengkapan administrasi lainnya dalam rangka

pelaksanaan kegiatan operasional.

e. Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam butir d.4)

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III.

f. Surat penolakan permohonan sebagaimana dimaksud

dalam huruf c disertai dengan alasan penolakan.

3. Pemenuhan Persyaratan Administrasi

a. Calon Peserta yang telah memperoleh persetujuan

prinsip menyampaikan kelengkapan dokumen

administrasi sebagai berikut:

1) informasi terkait pejabat yang akan

menandatangani Perjanjian;

2) surat penunjukan Bank Pembayar yang

ditandatangani oleh anggota direksi sebagaimana

contoh dalam Lampiran II.6.A dan surat

konfirmasi persetujuan dari Bank Pembayar

sebagaimana contoh dalam Lampiran II.6.B,

dalam hal calon Peserta bukan peserta Sistem BI-

RTGS. Penunjukan Bank Pembayar dilakukan

untuk pelaksanaan pembebanan biaya yang

timbul terkait penggunaan Sistem BI-ETP,

termasuk biaya guest bank Sistem BI-ETP, dan

pengenaan sanksi Sistem BI-ETP;

3) dalam hal Peserta mengajukan penawaran

Transaksi untuk dan atas nama pihak lain,

Peserta dimaksud menyampaikan daftar nama

pihak lain yang memiliki hubungan transaksi

dengan format sebagaimana Lampiran II.7.

b. Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud dalam

huruf a disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari

kerja sejak tanggal persetujuan prinsip dari

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

c. Dalam …

Page 18: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

18

c. Dalam hal calon Peserta tidak memenuhi persyaratan

dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam

huruf b, persetujuan prinsip yang sudah diberikan

dianggap batal dan calon Peserta dapat mengajukan

kembali permohonan untuk menjadi Peserta.

d. Penyelenggara Sistem BI-ETP melakukan pemeriksaan

kelengkapan dokumen administrasi sebagaimana

dimaksud dalam huruf a.

e. Dalam hal dokumen telah lengkap, Penyelenggara

Sistem BI-ETP menyampaikan kepada calon Peserta

antara lain hal-hal sebagai berikut:

1) paket software aplikasi Sistem BI-ETP, termasuk

informasi user name dan password aplikasi serta

pemberitahuan mekanisme instalasi aplikasi

Sistem BI-ETP;

2) penyampaian pedoman teknis Sistem BI-ETP

kepada Peserta; dan

3) informasi paling kurang mengenai:

a) pelaksanaan penandatanganan Perjanjian;

b) pengambilan Digital Certificate Hard Token;

dan

c) waktu pelatihan penggunaan Sistem BI-ETP.

4. Persiapan Penggunaan Sistem BI-ETP

a. Penandatanganan Perjanjian

1) Pada jadwal yang telah ditentukan, anggota

direksi memproses penandatanganan Perjanjian.

2) Anggota direksi sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) hadir pada waktu dan tempat yang

ditentukan Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan

membawa identitas diri yang asli sebagaimana

dimaksud dalam butir 3.a.1).

3) Perjanjian ditandatangani dalam rangkap 2 (dua).

b. Instalasi …

Page 19: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

19

b. Instalasi Aplikasi dan Pelatihan

1) Calon Peserta melakukan instalasi aplikasi dan

dalam hal diperlukan dapat berkoordinasi dengan

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

2) Calon Peserta mengikutsertakan petugas yang

akan menangani teknis operasional Sistem BI-

ETP dalam pelatihan teknis dan operasional

penggunaan Sistem BI-ETP sesuai jadwal yang

ditetapkan Penyelenggara Sistem BI-ETP.

c. Pengujian Kesiapan Penggunaan Sistem BI-ETP

Calon Peserta melakukan pengujian kesiapan

penggunaan Sistem BI-ETP yang dimiliki calon Peserta

berkoordinasi dengan Penyelenggara Sistem BI-ETP.

d. Persetujuan Operasional Sistem BI-ETP

1) Dalam hal calon Peserta telah memenuhi seluruh

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam butir

3.a, butir 3.b, dan butir 3.c, Penyelenggara Sistem

BI-ETP memberikan persetujuan operasional

keikutsertaan sebagai Peserta dan tanggal efektif

operasional sebagai Peserta melalui surat untuk

Peserta yang bersangkutan.

2) Penyelenggara Sistem BI-ETP akan

mengumumkan keikutsertaan sebagai Peserta

melalui Administrative Message atau sarana

lainnya kepada seluruh Peserta.

3) Persetujuan operasional sebagaimana dimaksud

dalam angka 1) diberikan paling lama 40 (empat

puluh) hari kerja sejak dokumen administrasi

sebagaimana dimaksud dalam butir 3.a. diterima

secara lengkap oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP.

4) Dalam hal calon Peserta tidak memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam butir

3.a, butir 3.b dan butir 3.c, maka Penyelenggara

Sistem BI-ETP tidak memberikan persetujuan

operasional …

Page 20: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

20

operasional dan pemberian persetujuan prinsip

dianggap batal.

5) Calon Peserta sebagaimana dimaksud dalam

angka 4) dapat mengajukan permohonan kembali

untuk menjadi Peserta.

D. Perubahan Kepesertaan

Ruang lingkup perubahan kepesertaan antara lain meliputi

perubahan Participant Code, nama peserta, kegiatan usaha,

alamat kantor, lokasi Sistem BI-ETP dan jaringan komunikasi

data, data pejabat pemberi contoh tanda tangan, dan/atau

Bank Pembayar. Ketentuan dan prosedur perubahan data

kepesertaan diatur sebagai berikut:

1. Perubahan Participant Code

Perubahan Participant Code dapat disebabkan antara lain

karena Peserta yang bukan merupakan anggota Society for

Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT)

berubah menjadi anggota SWIFT atau karena adanya

perubahan SWIFT Bank Identifier Code (BIC) dari Peserta.

Prosedur perubahan Participant Code diatur sebagai

berikut:

a. Peserta mengajukan surat penyampaian perubahan

Participant Code kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2; dan

2) dokumen pendukung yang menunjukkan sebagai

anggota SWIFT atau adanya perubahan SWIFT

BIC dari Peserta.

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi …

Page 21: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

21

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat yang

penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile

kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak surat sebagaimana

dimaksud dalam huruf a diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

d. Surat tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud

dalam huruf c antara lain menginformasikan

mengenai:

1) tanggal efektif perubahan Participant Code; dan

2) pengambilan Digital Certificate Hard Token

pengganti dan pengembalian Digital Certificate

Hard Token yang diganti.

e. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan

perubahan Participant Code Peserta kepada seluruh

Peserta melalui Administrative Message atau sarana

lainnya.

2. Perubahan Nama Peserta

Prosedur perubahan nama Peserta diatur sebagai berikut:

a. Peserta mengajukan surat penyampaian perubahan

nama Peserta kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2 dengan menggunakan nama yang

tercantum dalam perubahan Anggaran Dasar

yang telah disetujui oleh lembaga yang

berwenang; dan

2) fotokopi/salinan dokumen berupa:

a) akta perubahan Anggaran Dasar untuk

badan hukum Indonesia;

b) surat …

Page 22: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

22

b) surat persetujuan perubahan Anggaran

Dasar dari lembaga yang berwenang; dan

c) surat keputusan dari lembaga yang

berwenang tentang perubahan nama,

yang telah dilegalisasi oleh notaris.

Khusus bagi Bank yang kantor pusatnya

berkedudukan di luar negeri cukup

menyampaikan fotokopi surat keputusan

sebagaimana dimaksud dalam huruf c) yang telah

dilegalisasi oleh lembaga yang berwenang.

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat yang

penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile

kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak surat sebagaimana

dimaksud dalam huruf a diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

d. Surat tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud

dalam huruf c antara lain menginformasikan

mengenai:

1) tanggal efektif perubahan data nama Peserta;

2) pengambilan Digital Certificate Hard Token

pengganti dan pengembalian Digital Certificate

Hard Token yang diganti, dalam hal terdapat

perubahan Participant Code.

e. Penyelenggara …

Page 23: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

23

e. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan

perubahan nama Peserta kepada seluruh Peserta

melalui Administrative Message atau sarana lainnya.

3. Perubahan Kegiatan Usaha bagi Peserta Bank

Perubahan kegiatan usaha Peserta Bank dari bank umum

konvensional menjadi bank umum syariah atau unit usaha

syariah menjadi bank umum syariah dapat menyebabkan

adanya perubahan data Peserta Bank antara lain nama

Peserta Bank, dan/atau Participant Code. Prosedur

perubahan kegiatan usaha Peserta Bank diatur sebagai

berikut:

a. Peserta Bank mengajukan surat penyampaian

perubahan kegiatan usaha kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan menggunakan contoh

sebagaimana Lampiran II.8 dengan melampirkan

dokumen sebagai berikut:

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2;

2) fotokopi/salinan dokumen berupa:

a) akta perubahan Anggaran Dasar untuk

badan hukum Indonesia;

b) surat persetujuan perubahan Anggaran

Dasar dari lembaga yang berwenang; dan

c) surat keputusan dari lembaga yang

berwenang mengenai izin perubahan

kegiatan usaha dari bank umum konvesional

menjadi bank umum syariah,

yang telah dilegalisasi oleh notaris.

Khusus bagi Bank yang kantor pusatnya

berkedudukan di luar negeri cukup

menyampaikan fotokopi surat keputusan

sebagaimana dimaksud dalam huruf c) yang telah

dilegalisasi oleh lembaga yang berwenang.

b. Surat …

Page 24: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

24

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat yang

penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile

kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak surat sebagaimana

dimaksud dalam huruf a diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

d. Surat tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud

dalam huruf c antara lain menginformasikan

mengenai:

1) tanggal efektif perubahan kegiatan usaha Peserta;

2) pengambilan Digital Certificate Hard Token

pengganti dan pengembalian Digital Certificate

Hard Token yang diganti, dalam hal terdapat

perubahan Participant Code.

e. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan

perubahan data kepesertaan terkait perubahan

kegiatan usaha Peserta kepada seluruh Peserta

melalui Administrative Message atau sarana lainnya.

4. Perubahan Alamat Kantor Peserta

Prosedur perubahan alamat kantor Peserta diatur sebagai

berikut:

a. Peserta mengajukan surat penyampaian perubahan

alamat kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan

melampirkan dokumen sebagai berikut:

1) data …

Page 25: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

25

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2; dan

2) fotokopi/salinan surat persetujuan atau

penerimaan pemberitahuan perubahan alamat

kantor dari lembaga yang berwenang yang telah

dilegalisasi oleh notaris.

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat dan penyampaiannya

dapat didahului dengan faksimile kepada Peserta yang

bersangkutan yang menyatakan bahwa perubahan

alamat Peserta telah dicatat dalam tata usaha

Penyelenggara Sistem BI-ETP paling lama 14 (empat

belas) hari kerja sejak surat sebagaimana dimaksud

dalam huruf a diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

5. Perubahan Lokasi Sistem BI-ETP Utama, Sistem BI-ETP

Cadangan dan Jaringan Komunikasi Data Peserta

Prosedur perubahan lokasi Sistem BI-ETP utama, Sistem

BI-ETP cadangan dan jaringan komunikasi data Peserta

diatur sebagai berikut:

a. Peserta mengajukan surat penyampaian perubahan

lokasi Sistem BI-ETP baik Sistem BI-ETP utama,

Sistem BI-ETP cadangan dan pemindahan jaringan

komunikasi data, kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP …

Page 26: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

26

ETP dengan melampirkan data kepesertaan

sebagaimana format dalam Lampiran II.2.

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat yang

penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile

kepada Peserta yang memuat:

1) perubahan lokasi Sistem BI-ETP utama dan/atau

Sistem BI-ETP cadangan Peserta telah dicatat

dalam tata usaha Penyelenggara Sistem BI-ETP;

2) waktu pelaksanaan pemindahan jaringan

komunikasi data; dan

3) hal-hal yang harus dilakukan oleh Peserta terkait

dengan perubahan lokasi Sistem BI-ETP utama

dan/atau Sistem BI-ETP cadangan.

6. Perubahan Data Pejabat Pemberi Contoh Tanda Tangan

Perubahan data pejabat pemberi contoh tanda tangan

dilakukan dalam rangka penambahan, penggantian,

dan/atau perubahan data pejabat pemberi contoh tanda

tangan yang antara lain meliputi perubahan kewenangan

dan/atau jabatan. Prosedur perubahan terkait pejabat

pemberi contoh tanda tangan diatur sebagai berikut:

a. Peserta mengajukan surat perubahan pejabat pemberi

contoh tanda tangan kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP dengan menggunakan contoh sebagaimana

Lampiran …

Page 27: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

27

Lampiran II.9 dan melampirkan dokumen sebagai

berikut:

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2;

2) fotokopi/salinan akta perubahan Anggaran Dasar

atau dokumen yang memuat susunan pengurus

perusahaan terakhir yang telah dilegalisasi oleh

notaris;

3) dalam hal terjadi penambahan pejabat pemberi

contoh tanda tangan baru selain anggota direksi,

melampirkan surat kuasa dari anggota direksi

yang berwenang bertindak untuk dan atas nama

Peserta berdasarkan Anggaran Dasar;

4) dalam hal terjadi pencabutan seluruh atau

sebagian kuasa kepada pejabat pemberi contoh

tanda tangan selain anggota direksi, melampirkan

surat pencabutan kuasa yang ditandatangani oleh

anggota direksi sebagai pemberi kuasa dengan

menggunakan format sebagaimana dimaksud

dalam Lampiran II.10;

5) dalam hal terdapat perubahan kewenangan

dan/atau jabatan pejabat pemberi contoh tanda

tangan, Peserta melampirkan:

a) surat kuasa baru dan surat pencabutan

kuasa yang lama dari anggota direksi yang

berwenang bertindak untuk dan atas nama

Peserta berdasarkan Anggaran Dasar; dan

b) surat pernyataan tetap diberlakukannya

contoh tanda tangan pejabat pemberi contoh

tanda tangan, dengan menggunakan format

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran

II.11,

c) fotokopi …

Page 28: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

28

c) fotokopi bukti identitas diri yang masih

berlaku dari pejabat pemberi contoh tanda

tangan, berupa:

(1) Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat

Izin Mengemudi (SIM) bagi Warga

Negara Indonesia (WNI); atau

(2) paspor dan Keterangan Izin Tinggal

Sementara (KITAS), bagi Warga Negara

Asing (WNA).

b. Dalam hal Peserta tidak memberitahukan perubahan

nama, kewenangan, dan/atau jabatan pejabat pemberi

contoh tanda tangan kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP maka data yang telah ditatausahakan pada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dianggap masih berlaku.

c. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP diatur sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

d. Contoh tanda tangan berlaku efektif sejak

pemberitahuan dari Penyelenggara Sistem BI-ETP

mengenai tanggal efektif berlakunya contoh tanda

tangan atau paling lama 5 (lima) hari kerja sejak

tanggal surat penyampaian perubahan terkait pejabat

pemberi contoh tanda tangan diterima secara lengkap

oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP.

e. Perubahan kewenangan dan/atau jabatan pejabat

pemberi contoh tanda tangan sebagaimana dimaksud

dalam butir a.5) berlaku efektif terhitung sejak tanggal

surat pencabutan kuasa dan surat kuasa yang baru

diterima …

Page 29: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

29

diterima secara lengkap oleh Penyelenggara Sistem BI-

ETP.

7. Perubahan Bank Pembayar

Prosedur perubahan Bank Pembayar diatur sebagai

berikut:

a. Peserta mengajukan surat perubahan terkait Bank

Pembayar kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP dan

melampirkan dokumen sebagai berikut:

1) data kepesertaan sebagaimana format dalam

Lampiran II.2;

2) surat penunjukan Bank Pembayar sebagaimana

contoh dalam Lampiran II.6.A; dan

3) surat konfirmasi persetujuan dari Bank Pembayar

sebagaimana contoh dalam Lampiran II.6.B.

b. Surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan dan disampaikan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

tanggapan tertulis melalui surat yang

penyampaiannya dapat didahului dengan faksimile

kepada Peserta yang bersangkutan paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak surat sebagaimana

dimaksud dalam huruf a diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

8. Dalam hal terdapat perbedaan antara tanda tangan yang

terdapat pada dokumen pendukung untuk perubahan data

kepesertaan dengan contoh tanda tangan pejabat maka

Peserta harus menyampaikan surat pernyataan yang

menjelaskan …

Page 30: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

30

menjelaskan alasan mengenai adanya perbedaan tanda

tangan sebagaimana contoh dalam Lampiran II.12.

9. Dalam hal Peserta adalah peserta pada Sistem BI-RTGS

dan/atau BI-SSSS maka Peserta dapat tidak

menyampaikan lampiran dokumen sebagaimana dimaksud

dalam angka 1 sampai dengan angka 7 yang telah

disampaikan kepada penyelenggara Sistem BI-RTGS

dan/atau BI-SSSS.

E. Status Kepesertaan dan Perubahannya

1. Status Kepesertaan

Status kepesertaan dalam Sistem BI-ETP bagi Peserta

dibedakan menjadi:

a. Aktif

Peserta dengan status aktif dapat melakukan seluruh

kegiatan operasional Sistem BI-ETP sesuai dengan

peran Peserta yang bersangkutan.

b. Dibekukan

1) Peserta dengan status dibekukan tidak dapat

mengirimkan perintah Transaksi melalui Sistem

BI-ETP.

2) Peserta dengan status dibekukan tetap

memperoleh informasi yang terdapat dalam

Sistem BI-ETP.

3) Perubahan status menjadi dibekukan antara lain

dapat dilakukan sebagai persiapan penutupan

kepesertaan Sistem BI-ETP.

c. Ditutup

1) Peserta dengan status ditutup tidak dapat

melakukan seluruh kegiatan operasional Sistem

BI-ETP karena telah dihentikan kepesertaan

dalam Sistem BI-ETP.

2) Peserta dengan status ditutup tidak bisa

diaktifkan kembali sebagai Peserta.

2. Hubungan …

Page 31: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

31

2. Hubungan Status Kepesertaan Sistem BI-ETP dengan

Sistem BI-RTGS dan/atau BI-SSSS

Dalam hal Peserta adalah peserta Sistem BI-RTGS

dan/atau BI-SSSS, berlaku ketentuan status kepesertaan

Sistem BI-ETP sebagai berikut:

a. Perubahan status Peserta tidak menyebabkan

perubahan status kepesertaan pada Sistem BI-RTGS

dan/atau BI-SSSS.

b. Perubahan status Peserta dipengaruhi oleh perubahan

status pada Sistem BI-RTGS dan/atau BI-SSSS

sebagai berikut:

1) Dalam hal perubahan status Peserta di Sistem BI-

RTGS dan/atau BI-SSSS menjadi ditangguhkan

maka status kepesertaan Sistem BI-ETP menjadi

dibekukan.

2) Dalam hal perubahan status peserta di Sistem BI-

RTGS dan/atau BI-SSSS menjadi dibekukan atau

ditutup maka menyebabkan perubahan status

kepesertaan yang sama pada Sistem BI-ETP.

3. Perubahan Status Peserta

a. Ketentuan perubahan status kepesertaan

1) Perubahan status kepesertaan dapat dilakukan

dari status:

a) aktif menjadi dibekukan atau sebaliknya;

b) aktif menjadi ditutup; atau

c) dibekukan menjadi ditutup.

2) Perubahan status kepesertaan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1) dilakukan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP berdasarkan hal-hal

sebagai berikut:

a) perubahan status kepesertaan Sistem BI-

RTGS dan/atau BI-SSSS;

b) pengenaan sanksi oleh Penyelenggara Sistem

BI-ETP;

c) pencabutan …

Page 32: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

32

c) pencabutan penunjukan sebagai Dealer

Utama dan Peserta Lelang oleh Menteri

Keuangan bagi Peserta yang hanya memiliki

fungsi sebagai Dealer Utama dan Peserta

Lelang;

d) permintaan tertulis dari lembaga yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap

Peserta, antara lain:

(1) Bank Indonesia; dan/atau

(2) Otoritas Jasa Keuangan (OJK);

dan/atau

e) permintaan tertulis dari Peserta yang

bersangkutan untuk mengubah status

kepesertaan dari status aktif menjadi

ditutup, yang didasarkan antara lain karena

alasan proses penutupan atau self

liquidation, penggabungan, peleburan,

pemisahan, atau alasan lainnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan telah memperoleh

persetujuan dari Bank Indonesia atau OJK.

3) Dalam hal akan dilakukan perubahan status

kepesertaan menjadi ditutup, Peserta harus

menyelesaikan seluruh kewajiban dalam

penyelenggaraan Sistem BI-ETP, antara lain

pembebanan biaya yang timbul akibat

penggunaan Sistem BI-ETP dan/atau

pengembalian Digital Certificate Hard Token

kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP.

4) Dalam hal perubahan status kepesertaan menjadi

ditutup karena penggabungan, peleburan, atau

pemisahan maka penyelesaian hak dan kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam angka 3) beralih ke

Peserta hasil penggabungan, peleburan, atau

pemisahan …

Page 33: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

33

pemisahan yang didasarkan pada surat

pernyataan pengambilalihan hak dan kewajiban

dari Peserta hasil penggabungan, peleburan, atau

pemisahan.

5) Dalam hal terjadi perubahan status Peserta

sebagaimana dimaksud dalam angka 4),

Penyelenggara Sistem BI-ETP menginformasikan

perubahan status Peserta kepada:

a) Peserta yang bersangkutan melalui

pemberitahuan tertulis yang

penyampaiannya dapat didahului dengan

faksimile atau sarana lain;

b) seluruh Peserta melalui fasilitas

Administrative Message atau sarana lainnya;

dan/atau

c) lembaga yang berwenang dalam melakukan

pengawasan terhadap kegiatan Peserta

melalui pemberitahuan tertulis yang

penyampaiannya dapat didahului dengan

faksimile atau sarana lain.

b. Prosedur perubahan status kepesertaan

1) Perubahan status kepesertaan karena pengenaan

sanksi oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

a) Perubahan status kepesertaan sebagaimana

dimaksud dalam butir a.2)b) dapat dilakukan

oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

berdasarkan hasil pemantauan kepatuhan

Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan

oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP.

b) Perubahan status kepesertaan dapat

dilakukan berdasarkan tanggal efektif

perubahan status yang ditetapkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP dan

diberitahukan …

Page 34: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

34

diberitahukan paling lambat 1 (satu) hari

kerja sebelumnya.

c) Penyelenggara Sistem BI-ETP

menginformasikan perubahan status

kepesertaan Peserta kepada pihak

sebagaimana dimaksud dalam butir a.5)b)

dan butir a.5)c).

2) Perubahan status kepesertaan atas permintaan

tertulis dari lembaga yang berwenang melakukan

pengawasan terhadap kegiatan Peserta, diatur

sebagai berikut:

a) Lembaga yang berwenang melakukan

pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

butir a.2)d) mengajukan surat permohonan

perubahan status kepesertaan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan alamat

sebagaimana dimaksud dalam butir II.A.3.

b) Surat permohonan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a) memuat antara lain hal-hal

sebagai berikut:

(1) nama Peserta dan perubahan status

kepesertaan yang diminta;

(2) alasan perubahan status kepesertaan;

dan

(3) tanggal efektif perubahan status

kepesertaan,

dengan melampirkan dokumen pendukung

terkait dengan alasan permohonan

perubahan status kepesertaan.

c) Berdasarkan surat permohonan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a),

Penyelenggara Sistem BI-ETP menyetujui dan

mengubah status kepesertaan setelah:

(1) dokumen …

Page 35: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

35

(1) dokumen sebagaimana dimaksud dalam

huruf b) telah diterima dengan lengkap;

dan

(2) Peserta telah menyelesaikan seluruh

kewajiban sebagaimana dimaksud

dalam butir a.3) dalam hal status

kepesertaan berubah menjadi ditutup.

d) Penyelenggara Sistem BI-ETP

menginformasikan perubahan status

kepesertaan Peserta kepada pihak

sebagaimana dimaksud dalam butir a.5).

3) Perubahan Status Kepesertaan atas Permohonan

Tertulis dari Peserta

a) Permohonan Perubahan Status Kepesertaan

Karena Proses Penutupan atau Self

Liquidation dan alasan lainnya

(1) Peserta dapat mengajukan surat

permohonan perubahan status

kepesertaan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dari status aktif menjadi

ditutup, dengan melampirkan dokumen

sebagai berikut :

(a) fotokopi keputusan pencabutan izin

usaha dalam hal Peserta yang

melakukan self liquidation;

(b) dokumen terkait lainnya untuk

alasan perubahan status

kepesertaan yang dilakukan

berdasarkan alasan lain yang telah

memperoleh persetujuan dari

Penyelenggara Sistem BI-ETP atau

lembaga pengawas kegiatan

Peserta.

(2) Surat …

Page 36: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

36

(2) Surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam angka (1)

ditandatangani oleh anggota direksi

yang bertindak untuk dan atas nama

calon Peserta dan disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan

ketentuan sebagai berikut:

(a) surat disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP ke

alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3; dan

(b) bagi Peserta yang berkedudukan di

wilayah kerja KPwDN, surat

permohonan sebagaimana

dimaksud dalam huruf (a)

disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

(3) Berdasarkan surat permohonan

sebagaimana dimaksud dalam angka

(1), Penyelenggara Sistem BI-ETP akan

mengubah status kepesertaan setelah:

(a) dokumen sebagaimana dimaksud

dalam angka (1) telah diterima

dengan lengkap; dan

(b) Peserta telah memenuhi seluruh

kewajiban sebagaimana dimaksud

dalam butir a.3).

(4) Penyelenggara Sistem BI-ETP

menginformasikan perubahan status

Peserta kepada pihak sebagaimana

dimaksud dalam butir a.5).

b) Perubahan Status Kepesertaan Karena

Penggabungan

(1) Setiap …

Page 37: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

37

(1) Setiap Peserta yang menggabungkan diri

mengajukan surat permohonan

penutupan kepesertaan dengan

ketentuan sebagai berikut :

(a) Surat permohonan penutupan

kepesertaan paling kurang

memuat:

1.1. persetujuan penggabungan

dari lembaga yang berwenang;

1.2. permohonan penutupan

kepesertaan Sistem BI-ETP

dan waktu pelaksanaan

penghentian kepesertaan

Sistem BI-ETP;

1.3. pengalihan hak dan kewajiban

terkait kepesertaan dalam

Sistem BI-ETP dari Peserta

yang menggabungkan diri

kepada Peserta yang

menerima penggabungan,

terhitung sejak tanggal

penggabungan secara hukum;

dan

1.4. pencabutan contoh tanda

tangan dari Peserta yang

menggabungkan diri,

terhitung sejak tanggal

penggabungan secara hukum.

(b) Surat permohonan penutupan

kepesertaan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP menggunakan

contoh sebagaimana dimaksud

dalam Lampiran II.13.

(c) Surat …

Page 38: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

38

(c) Surat permohonan penutupan

kepesertaan dilengkapi dengan

persyaratan dokumen sebagai

berikut:

1.1. fotokopi surat keputusan dari

lembaga yang berwenang

menyetujui penggabungan;

dan

1.2. fotokopi anggaran dasar

terakhir Peserta yang

menggabungkan diri,

yang telah dilegalisasi oleh notaris.

(2) Peserta yang menerima penggabungan,

menyampaikan surat pemberitahuan

penggabungan dengan ketentuan

sebagai berikut :

(a) Surat pemberitahuan

penggabungan paling kurang

memuat:

1.1. persetujuan penggabungan

dari lembaga yang berwenang;

1.2. informasi mengenai Peserta

yang menerima penggabungan

dan Peserta yang

menggabungkan diri;

1.3. waktu pelaksanaan peralihan

operasional dalam

penyelenggaraan Sistem BI-

ETP dari Peserta yang

menggabungkan diri kepada

Peserta yang menerima

penggabungan;

1.4. waktu …

Page 39: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

39

1.4. waktu pelaksanaan

penghentian kepesertaan

dalam Sistem BI-ETP dari

Peserta yang menggabungkan

diri;

1.5. pengambilalihan hak dan

kewajiban Peserta yang

menggabungkan diri oleh

Peserta yang menerima

penggabungan terhitung sejak

tanggal penggabungan secara

hukum; dan

1.6. informasi pengumuman

penggabungan yang dimuat

dalam surat kabar harian

berskala nasional.

(b) Surat pemberitahuan

penggabungan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP

menggunakan contoh sebagaimana

dimaksud dalam Lampiran II.14.

(c) Surat pemberitahuan

penggabungan dilengkapi dengan

surat pernyataan yang memuat

paling kurang :

1.1. pengambilalihan hak dan

kewajiban Peserta yang

menggabungkan diri terhitung

sejak tanggal penggabungan

secara hukum;

1.2. pemberlakuan contoh tanda

tangan untuk Peserta yang

menerima penggabungan dan

penegasan status contoh

tanda …

Page 40: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

40

tanda tangan Peserta yang

menggabungkan diri;

1.3. pengambilalihan wewenang

dan tanggung jawab

operasional Peserta yang

menggabungkan diri terhitung

sejak tanggal penggabungan

secara hukum sampai dengan

tanggal penggabungan secara

operasional.

(d) Surat pernyataan penggabungan

menggunakan format sebagaimana

dimaksud dalam Lampiran II.15.

(3) Dalam hal Peserta yang menerima

penggabungan telah menerima

dokumen terkait proses penggabungan

dari Kementerian Hukum dan HAM,

Peserta yang menerima penggabungan

menyampaikan dokumen kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP sebagai

berikut :

(a) fotokopi akta penggabungan;

(b) fotokopi akta perubahan Anggaran

Dasar Peserta yang menerima

penggabungan;

(c) fotokopi izin penggabungan dari

lembaga yang berwenang

memberikan persetujuan tentang

Penggabungan; dan

(d) fotokopi surat persetujuan

perubahan Anggaran Dasar dari

Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia atau dokumen

pendaftaran Akta Penggabungan

dan …

Page 41: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

41

dan Akta Perubahan Anggaran

Dasar.

yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang

berwenang.

(4) Surat sebagaimana dimaksud dalam

butir (1)(a), butir (2)(a), dan butir (2)(d)

ditandatangani oleh pejabat pemberi

contoh tanda tangan dan disampaikan

kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

dengan ketentuan sebagai berikut:

(a) surat disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP ke

alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3; dan

(b) bagi Peserta yang berkedudukan di

wilayah kerja KPwDN, surat

disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

(5) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan kepada Peserta yang

menerima penggabungan melalui surat

mengenai telah disetujuinya waktu

pelaksanaan penggabungan secara

kepesertaan dalam Sistem BI-ETP

beserta hal-hal yang harus dilakukan

oleh Peserta yang bersangkutan, setelah

dokumen sebagaimana dimaksud dalam

angka (1) dan angka (2) diterima secara

lengkap.

(6) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan kepada seluruh

Peserta melalui Administrative Message

atau sarana lainnya mengenai telah

disetujuinya pelaksanaan

penggabungan …

Page 42: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

42

penggabungan secara operasional dalam

Sistem BI-ETP dan penutupan

kepesertaan dalam Sistem BI-ETP dari

Peserta yang menggabungkan diri.

(7) Status kepesertaan dalam Sistem BI-

ETP dari Peserta yang menggabungkan

diri efektif berubah menjadi ditutup

pada tanggal pelaksanaan

penggabungan secara operasional dalam

Sistem BI-ETP.

(8) Penyelenggara Sistem BI-ETP

menginformasikan pemberitahuan

penutupan kepesertaan Sistem BI-ETP

Peserta yang menggabungkan diri

kepada pihak sebagaimana dimaksud

dalam butir 3.a.5)b) dan 3.a.5)c).

c) Perubahan Status Kepesertaan Karena

Peleburan

(1) Calon Peserta yang merupakan hasil

peleburan harus mengajukan

permohonan menjadi Peserta dengan

mengikuti ketentuan umum

kepesertaan sebagaimana dimaksud

dalam huruf A, persyaratan menjadi

Peserta sebagaimana dimaksud dalam

huruf B, dan prosedur menjadi Peserta

sebagaimana dimaksud dalam huruf C.

(2) Calon Peserta yang merupakan hasil

peleburan menyampaikan surat

pemberitahuan peleburan dengan

ketentuan sebagai berikut:

(a) Surat permohonan penutupan

kepesertaan paling kurang

memuat:

1.1. persetujuan …

Page 43: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

43

1.1. persetujuan peleburan dari

lembaga yang berwenang;

1.2. informasi mengenai calon

Peserta yang merupakan hasil

peleburan dan Peserta yang

meleburkan diri;

1.3. waktu pelaksanaan peralihan

operasional dalam

penyelenggaraan Sistem BI-

ETP dari Peserta yang

meleburkan diri kepada

Peserta hasil peleburan;

1.4. waktu pelaksanaan

penghentian kepesertaan

dalam Sistem BI-ETP dari

Peserta yang meleburkan diri;

1.5. pengambilalihan hak dan

kewajiban Peserta yang

meleburkan diri oleh Peserta

yang merupakan hasil

peleburan terhitung sejak

tanggal peleburan secara

hukum; dan

1.6. informasi pengumuman

peleburan yang dimuat dalam

surat kabar harian berskala

nasional;

(b) Surat pemberitahuan peleburan

kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP menggunakan contoh

sebagaimana dimaksud dalam

Lampiran II.14.

(c) Surat …

Page 44: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

44

(c) Surat pemberitahuan peleburan

dilengkapi dengan surat

pernyataan yang memuat paling

kurang:

1.1. pengambilalihan hak dan

kewajiban Peserta yang

meleburkan diri terhitung

sejak tanggal peleburan secara

hukum;

1.2. pemberlakuan contoh tanda

tangan untuk Peserta yang

merupakan hasil peleburan

dan penegasan status contoh

tanda tangan Peserta yang

meleburkan diri; dan

1.3. pengambilalihan wewenang

dan tanggung jawab

operasional Peserta yang

meleburkan diri terhitung

sejak tanggal peleburan secara

hukum sampai dengan tanggal

pelaksanaan peleburan secara

operasional dalam Sistem BI-

ETP.

(d) Surat pernyataan peleburan

menggunakan format sebagaimana

dimaksud dalam Lampiran II.15.

(3) Dalam hal calon Peserta yang

merupakan hasil peleburan telah

menerima dokumen terkait proses

peleburan dari Kementerian Hukum dan

HAM, calon Peserta yang merupakan

hasil peleburan menyampaikan

dokumen …

Page 45: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

45

dokumen kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP sebagai berikut:

(a) akta peleburan;

(b) akta pendirian Peserta yang

merupakan hasil peleburan;

(c) Anggaran Dasar terakhir Peserta

yang meleburkan diri;

(d) izin peleburan dari lembaga yang

berwenang memberikan

persetujuan tentang peleburan; dan

(e) surat pengesahan badan hukum

perseroan dari Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia

atas akta pendirian Peserta yang

merupakan hasil peleburan.

yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang

berwenang.

(4) Setiap Peserta yang meleburkan diri

mengajukan surat permohonan

penutupan kepesertaan dengan

ketentuan sebagai berikut :

(a) Surat permohonan penutupan

kepesertaan paling kurang

memuat:

1.1. persetujuan peleburan dari

lembaga yang berwenang;

1.2. permohonan penutupan

kepesertaan Sistem BI-ETP

dan waktu pelaksanaan

peleburan secara operasional

dalam Sistem BI-ETP;

1.3. pengalihan hak dan kewajiban

terkait kepesertaan dalam

Sistem BI-ETP dari Peserta

yang …

Page 46: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

46

yang meleburkan diri kepada

Peserta yang merupakan hasil

peleburan, terhitung sejak

tanggal peleburan secara

hukum; dan

1.4. pencabutan contoh tanda

tangan pejabat pemberi contoh

dari Peserta yang meleburkan

diri, terhitung sejak tanggal

peleburan secara hukum.

(b) Surat permohonan penutupan

kepesertaan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP menggunakan

contoh sebagaimana dimaksud

dalam Lampiran II.13.

(c) Surat sebagaimana dimaksud

dalam huruf (a), dilengkapi

persyaratan dokumen sebagai

berikut:

1.1. fotokopi surat keputusan dari

lembaga yang berwenang

menyetujui peleburan; dan

1.2. fotokopi Anggaran Dasar

terakhir Peserta yang

meleburkan diri,

yang telah dilegalisasi oleh pejabat

yang berwenang.

(5) Surat sebagaimana dimaksud dalam

butir (2)(a), butir (2)(c), dan dokumen

sebagaimana dimaksud dalam angka (4)

ditandatangani oleh anggota direksi dan

disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan ketentuan

sebagai berikut:

(a) surat …

Page 47: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

47

(a) surat disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP ke

alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3;

(b) bagi Peserta yang berkedudukan di

wilayah kerja KPwDN, surat

disampaikan dengan tembusan

kepada KPwDN yang mewilayahi.

(6) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan kepada Peserta yang

merupakan hasil peleburan melalui

surat mengenai telah disetujuinya

waktu pelaksanaan peleburan secara

operasional dalam Sistem BI-ETP

beserta hal-hal yang harus dilakukan

oleh Peserta yang bersangkutan, setelah

dokumen sebagaimana dimaksud dalam

angka (2), angka (3), dan angka (4)

diterima secara lengkap.

(7) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan kepada seluruh

Peserta melalui Administrative Message

atau sarana lainnya mengenai telah

disetujuinya pelaksanaan perubahan

kepesertaan dalam Sistem BI-ETP dan

penutupan kepesertaan dalam Sistem

BI-ETP dari Peserta yang meleburkan

diri.

(8) Status kepesertaan dalam Sistem BI-

ETP dari Peserta yang meleburkan diri

efektif berubah menjadi ditutup pada

tanggal pelaksanaan peleburan

kepesertaan dalam Sistem BI-ETP.

(9) Penyelenggara …

Page 48: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

48

(9) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan penutupan

kepesertaan Sistem BI-ETP Peserta yang

meleburkan diri kepada seluruh Peserta

melalui Administrative Message atau

sarana lainnya.

d) Perubahan Kepesertaan Karena Pemisahan

(1) Perubahan kepesertaan karena

pemisahan dilakukan dalam hal

terdapat Peserta berupa Unit Usaha

Syariah yang melakukan pemisahan

dari Peserta berupa Bank Umum

Konvensional sebagai induknya yang

dilakukan dengan cara mendirikan

Bank Umum Syariah baru atau

mengalihkan hak dan kewajiban Unit

Usaha Syariah kepada Bank Umum

Syariah yang telah ada.

(2) Prosedur perubahan kepesertaan

karena pemisahan dengan cara

mendirikan Bank Umum Syariah baru,

mengikuti prosedur perubahan

kepesertaan karena peleburan

sebagaimana dimaksud dalam huruf c).

(3) Prosedur perubahan kepesertaan

karena pemisahan dengan cara

mengalihkan hak dan kewajiban Unit

Usaha Syariah kepada BUS yang telah

ada, mengikuti prosedur perubahan

kepesertaan karena penggabungan

sebagaimana dimaksud dalam huruf b).

c. Dalam hal Peserta adalah peserta pada Sistem BI-

RTGS dan/atau BI-SSSS maka Peserta dapat tidak

menyampaikan lampiran dokumen sebagaimana

dimaksud …

Page 49: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

49

dimaksud dalam huruf b yang telah disampaikan

kepada penyelenggara Sistem BI-RTGS dan/atau BI-

SSSS.

F. Kewajiban Peserta

Dalam rangka penyelenggaraan Sistem BI-ETP, Peserta wajib

melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. menjaga kelancaran dan keamanan dalam penggunaan

Sistem BI-ETP antara lain melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a. menyusun kebijakan dan prosedur tertulis yang

mendukung sistem kontrol internal yang baik dalam

pelaksanaan operasional Sistem BI-ETP, termasuk

prosedur pengamanan penggunaan Sistem BI-ETP di

lingkungan internal Peserta, diatur sebagai berikut:

1) Kebijakan dan prosedur tertulis merupakan

aturan tertulis yang ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di internal Peserta dan berlaku sebagai pedoman

operasional Sistem BI-ETP di Peserta.

2) Kebijakan dan prosedur tertulis dibuat dalam

waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal

efektif kepesertaan di Sistem BI-ETP dan

disampaikan kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP.

3) Kebijakan dan prosedur tertulis dibuat dalam

Bahasa Indonesia. Dalam hal kebijakan dan

prosedur tertulis dibuat dalam bahasa asing,

kebijakan dan prosedur tertulis harus

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh

penerjemah tersumpah.

4) Kebijakan dan prosedur tertulis dibuat dengan

mengacu pada ketentuan terkait dengan Sistem

BI-ETP yang ditetapkan oleh Penyelenggara

Sistem BI-ETP serta kesepakatan tertulis antar-

Peserta …

Page 50: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

50

Peserta (Bye-Laws) terkait penyelenggaraan

Sistem BI-ETP.

5) Kebijakan dan prosedur tertulis memuat paling

kurang materi sebagai berikut:

a) pendahuluan;

b) organisasi pengoperasian Sistem BI-ETP;

c) sistem pengamanan termasuk pengamanan

Digital Certificate Hard Token;

d) ketentuan dan prosedur operasional Sistem

BI-ETP;

e) pengawasan operasional Sistem BI-ETP; dan

f) penanganan Keadaan Tidak Normal

dan/atau Keadaan Darurat.

Rincian cakupan minimum materi kebijakan dan

prosedur tertulis diatur pada “Pedoman

Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis”

sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV.

6) Dalam hal terjadi perubahan materi kebijakan

dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud

dalam angka 5) dan/atau perubahan ketentuan

yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sistem BI-

ETP dan/atau kesepakatan tertulis antar-Peserta

(Bye Laws), yang berdampak pada materi

kebijakan dan prosedur tertulis, Peserta harus

melakukan pengkinian terhadap kebijakan dan

prosedur tertulis dimaksud.

7) Pengkinian terhadap kebijakan dan prosedur

tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 6)

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6

(enam) bulan sejak terjadinya perubahan materi

dan ketentuan tersebut dan perubahan kebijakan

dan prosedur tertulis sebagaimana dimaksud

dalam angka 6) disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

b. melakukan …

Page 51: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

51

b. melakukan pemeriksaan internal yang menjamin

keamanan operasional Sistem BI-ETP, dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) pemeriksaan internal merupakan kegiatan

pemeriksaan terhadap Sistem BI-ETP untuk

menjamin keamanan operasional Sistem BI-ETP;

2) ruang lingkup pelaksanaan pemeriksaan internal

paling kurang mencakup ruang lingkup materi

penilaian kepatuhan yang disampaikan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

c. melakukan security audit, dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) security audit bertujuan untuk memastikan

keamanan dan keandalan teknologi informasi

internal Peserta, serta kondisi lingkungan tempat

Peserta melakukan kegiatan operasional;

2) security audit dilakukan paling kurang setiap 3

(tiga) tahun sekali terhitung sejak menjadi Peserta

atau setiap terjadi perubahan dalam sistem

teknologi informasi internal Peserta yang terkait

dengan Sistem BI-ETP;

3) pelaksanaan security audit dapat dilakukan oleh

auditor internal Peserta maupun auditor

eksternal yang independen.

4) Dalam hal security audit dilakukan oleh auditor

internal, laporan hasil security audit sebagaimana

dimaksud dalam angka 3) dilengkapi surat

pernyataan bahwa pelaksanaan security audit

dilakukan secara independen, yang

ditandatangani anggota direksi yang berwenang

bertindak untuk dan atas nama calon Peserta;

d. memiliki pedoman Disaster Recovery Plan dan

Business Continuity Plan, dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) pedoman …

Page 52: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

52

1) pedoman Disaster Recovery Plan dan Business

Continuity Plan memuat prosedur yang dilakukan

oleh Peserta dalam hal terjadi Keadaan Tidak

Normal dan/atau Keadaan Darurat untuk

memastikan bahwa operasional Sistem BI-ETP di

Peserta tetap dapat dilakukan atau upaya lainnya

yang perlu dilakukan dalam hal sistem cadangan

tidak dapat digunakan;

2) pedoman Disaster Recovery Plan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1) paling kurang memuat

hal-hal sebagai berikut:

a) unit kerja sebagai penanggung jawab;

b) mekanisme koordinasi apabila penanggung

jawab terdiri dari beberapa unit;

c) prosedur terkait penyiapan infrastruktur

cadangan untuk menjamin kegiatan

operasional Sistem BI-ETP tetap berjalan;

d) mekanisme pelaporan dan monitoring; dan

e) petugas operasional (termasuk data nomor

telepon yang dapat dihubungi setiap saat).

3) pedoman Business Continuity Plan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1) paling kurang memuat

hal-hal sebagai berikut:

a) unit kerja sebagai penanggung jawab;

b) mekanisme koordinasi apabila penanggung

jawab terdiri dari beberapa unit;

c) langkah-langkah bisnis yang dilakukan

untuk menjamin kegiatan operasional Sistem

BI-ETP tetap berjalan;

d) mekanisme pengujian prosedur Business

Continuity Plan;

e) mekanisme pelaporan dan monitoring; dan

f) petugas operasional (termasuk data nomor

telepon yang dapat dihubungi setiap saat).

e. menggunakan …

Page 53: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

53

e. menggunakan aplikasi Sistem BI-ETP sesuai dengan

Buku Pedoman Teknis Sistem BI-ETP yang diterbitkan

oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP;

f. melakukan pengkinian kepesertaan;

g. melakukan pemeliharaan data dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) data yang tersimpan dalam media elektronik

dan/atau dalam bentuk hasil olahan komputer

Sistem BI-ETP harus mendapat pengamanan yang

memadai serta terjaga kerahasiaannya, antara

lain terlindung dari akses petugas yang tidak

berwenang;

2) data sebagaimana dimaksud dalam angka 1)

antara lain meliputi data transaksi, aplikasi yang

diberikan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP;

3) melakukan pencadangan data sebagaimana

dimaksud dalam angka 1) ke dalam media

elektronik;

4) memastikan data sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) dan cadangannya sebagaimana

dimaksud dalam angka 3) tidak rusak; dan

5) menyimpan seluruh data sebagaimana dimaksud

dalam angka 1) dan cadangannya sebagaimana

dimaksud dalam angka 3) sesuai dengan

ketentuan pengarsipan yang berlaku di internal

Peserta dan masa retensi sesuai peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai

dokumen perusahaan.

h. menjamin Sistem BI-ETP utama dan Sistem BI-ETP

cadangan berfungsi dengan baik untuk melakukan

berbagai aktivitas Sistem BI-ETP sepanjang jam

operasional Sistem BI-ETP.

Dalam …

Page 54: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

54

Dalam rangka menjamin Sistem BI-ETP utama dan

Sistem BI-ETP cadangan berfungsi dengan baik maka

Peserta melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) memastikan petugas yang menangani Sistem BI-

ETP memahami sistem dan prosedur operasional

Sistem BI-ETP yang telah ditetapkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP dan internal

Peserta, antara lain melalui pelatihan secara

berkala;

2) mengatur dan menetapkan user dan kewenangan

user yang melakukan operasional Sistem BI-ETP

dengan memperhatikan hal-hal antara lain

sebagai berikut:

a) pengaturan kewenangan user dengan

memperhatikan rentang kendali (span of

control) untuk meminimalkan kesalahan

manusia (human error) dan penyalahgunaan

kewenangan user;

b) pengiriman Transaksi dilakukan secara

berjenjang sesuai dengan tingkat

kewenangan petugas;

c) pengaturan petugas pengganti untuk user

sesuai dengan perannya masing-masing;

d) penetapan dan penatausahaan user

pemegang Digital Certificate Hard Token,

termasuk serial number token tersebut;

e) keamanan penggunaan Digital Certificate

Hard Token oleh user yang telah ditetapkan;

dan

f) penyimpanan dokumen keamanan yang

terkait dengan user dan Digital Certificate

Hard Token;

3) menyediakan dan mengelola sistem cadangan

untuk Sistem BI-ETP di Peserta sebagai berikut:

a) pemilihan …

Page 55: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

55

a) pemilihan jenis dan lokasi Sistem BI-ETP

cadangan serta jaringan komunikasi data

cadangan Peserta diserahkan kepada setiap

Peserta;

b) pemilihan jenis dan lokasi Sistem BI-ETP

cadangan, serta jaringan komunikasi data

cadangan Peserta sebagaimana dimaksud

dalam huruf a) dilakukan berdasarkan

pertimbangan antara lain:

(1) volume Transaksi Peserta dan tingkat

urgensi Sistem BI-ETP bagi Peserta; dan

(2) pengendalian internal guna memitigasi

risiko operasional di Peserta;

4) menjamin Sistem BI-ETP cadangan berfungsi

dengan baik, dengan cara antara lain:

a) melakukan uji coba koneksi Sistem BI-ETP

cadangan secara berkala sebagai berikut:

(1) uji coba koneksi Sistem BI-ETP

cadangan termasuk uji coba terhadap

jaringan komunikasi data cadangan

dan/atau data.

(2) uji coba koneksi Sistem BI-ETP

cadangan sebagaimana dimaksud dalam

angka (1) dapat dilakukan dengan

menggunakan:

(a) environment testing Penyelenggara

Sistem BI-ETP selama jam

operasional Sistem BI-ETP; atau

(b) environment production

Penyelenggara Sistem BI-ETP

dengan jadwal yang ditetapkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP yaitu

setiap bulan pada hari Jumat

minggu pertama atau minggu

ketiga …

Page 56: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

56

ketiga setelah proses akhir hari

Sistem BI-ETP di Penyelenggara

Sistem BI-ETP berakhir dan

pelaksanaannya dilakukan paling

lama 1 (satu) jam;

(3) tata cara melakukan uji coba koneksi

Sistem BI-ETP cadangan diatur sebagai

berikut:

(a) Peserta menyampaikan

permohonan uji coba koneksi

Sistem BI-ETP cadangan melalui

Administrative Message kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP

paling lambat 1 (satu) hari kerja

sebelum pelaksanaan uji coba

koneksi Sistem BI-ETP cadangan;

(b) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan persetujuan uji

coba koneksi Sistem BI-ETP

cadangan kepada Peserta melalui

Administrative Message; dan

(c) Peserta menyampaikan laporan

tertulis hasil pelaksanaan uji coba

koneksi Sistem BI-ETP cadangan

kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP paling lambat 1 (satu) hari

kerja setelah pelaksanaan selesai

dilakukan;

b) mengoperasikan Sistem BI-ETP cadangan

untuk kegiatan operasional dalam kondisi

normal sebagai berikut:

(1) dilakukan secara berkala, paling kurang

1 (satu) kali dalam setahun;

(2) pengoperasian …

Page 57: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

57

(2) pengoperasian sistem cadangan untuk

kegiatan operasional dalam kondisi

normal dapat mencakup jaringan

komunikasi data cadangan.

(3) tata cara menggunakan Sistem BI-ETP

cadangan untuk kegiatan operasional

dalam kondisi normal sebagai berikut:

(a) Peserta menyampaikan

permohonan penggunaan Sistem

BI-ETP cadangan untuk kegiatan

operasional dalam kondisi normal

melalui Administrative Message

kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP paling lambat 1 (satu) hari

kerja sebelum menggunakan

Sistem BI-ETP cadangan dan/atau

jaringan komunikasi data

cadangan;

(b) Penyelenggara Sistem BI-ETP

memberitahukan persetujuan

penggunaan Sistem BI-ETP

cadangan dan/atau jaringan

komunikasi data cadangan untuk

kegiatan operasional dalam kondisi

normal kepada Peserta melalui

Administrative Message; dan

(c) Peserta menyampaikan laporan

tertulis hasil penggunaan Sistem

BI-ETP cadangan dan/atau

jaringan komunikasi data cadangan

untuk kegiatan operasional dalam

kondisi normal kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP

paling lambat 1 (satu) hari kerja

setelah …

Page 58: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

58

setelah pelaksanaan selesai

dilakukan.

5) menjamin keamanan dan keandalan jaringan

komunikasi data yang digunakan untuk

menghubungkan Sistem BI-ETP utama dan/atau

Sistem BI-ETP cadangan.

6) melakukan langkah-langkah preventif yang

diperlukan sehingga infrastruktur dan perangkat

lunak (software) yang digunakan dalam Sistem

BI-ETP, termasuk infrastruktur dan perangkat

lunak (software) yang terkait dengan Sistem BI-

ETP, berfungsi dengan baik dan bebas dari segala

jenis virus;

7) menjamin integritas database Sistem BI-ETP yang

ada pada Sistem BI-ETP utama dan Sistem BI-

ETP cadangan termasuk data cadangan (back-up)

yang tersimpan dalam bentuk compact disk (CD),

flashdisk, dan media lainnya;

8) melakukan instalasi setiap terjadi perubahan

aplikasi Sistem BI-ETP utama dan/atau Sistem

BI-ETP cadangan sesuai dengan Buku Pedoman

Teknis Sistem BI-ETP yang diterbitkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP;

9) menyimpan dengan baik aplikasi Sistem BI-ETP,

termasuk setiap terdapat perubahan aplikasi

Sistem BI-ETP yang telah diberikan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP, di tempat yang

aman dan bebas dari berbagai sumber yang dapat

merusak aplikasi Sistem BI-ETP; dan

10) melakukan perpanjangan masa aktif Digital

Certificate Hard Token sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan oleh Penyelenggara Sistem BI-

ETP;

2. bertanggung …

Page 59: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

59

2. bertanggung jawab atas kebenaran transaksi, instruksi

transaksi, dan/atau seluruh informasi yang dikirim Peserta

kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP melalui Sistem BI-

ETP;

3. melaksanakan kegiatan penyelenggaraan Sistem BI-ETP

sesuai dengan Perjanjian dan ketentuan yang mengatur

mengenai penyelenggaraan Sistem BI-ETP serta ketentuan

terkait lainnya;

4. menginformasikan biaya transaksi melalui Sistem BI-ETP

secara transparan yang dinyatakan dalam perjanjian

brokerage line, dalam hal Peserta merupakan perusahaan

pialang pasar uang Rupiah dan valuta asing dan

perusahaan efek;

5. memberikan data dan informasi terkait kegiatan

penyelenggaraan Sistem BI-ETP yang diminta oleh Bank

Indonesia dalam rangka pelaksanaan pemantuan

kepatuhan Peserta; dan

6. mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh asosiasi terkait

penyelenggaraan Sistem BI-ETP.

IV. OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SISTEM BI-ETP

A. Waktu Operasional Sistem BI-ETP

1. Penyelenggara Sistem BI-ETP menetapkan waktu

operasional penyelenggaraan Sistem BI-ETP yang

mencakup hari operasional dan jam operasional.

2. Hari operasional Sistem BI-ETP adalah setiap hari kerja,

kecuali ditetapkan lain oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP.

3. Jam operasional Sistem BI-ETP sebagai berikut:

a. Jam buka Sistem BI-ETP pada pukul 06.30 WIB.

b. Jam Transaksi:

1) Transaksi Dengan Bank Indonesia mengacu pada

ketentuan Bank Indonesia yang antara lain

mengatur mengenai operasi moneter, operasi

moneter syariah, lelang surat berharga negara di

pasar …

Page 60: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

60

pasar perdana dan penatausahaan surat berharga

negara.

2) Transaksi Pasar Keuangan pada pukul 07.00 WIB

sampai dengan pukul 17.30 WIB, dengan

pengaturan sebagai berikut:

a) transaksi dengan underlying surat berharga

yang ditatausahakan di BI-SSSS:

(1) dalam hal setelmen dilakukan pada hari

yang sama dengan tanggal transaksi,

maka transaksi paling lambat dilakukan

sampai dengan pukul 16.30 WIB;

(2) dalam hal setelmen dilakukan setelah

tanggal transaksi, maka transaksi

paling lambat dilakukan sampai dengan

pukul 17.30 WIB;

b) transaksi tanpa underlying surat berharga

yang ditatausahakan di BI-SSSS paling

lambat dilakukan sampai dengan pukul

17.30 WIB;

c. jam tutup Sistem BI-ETP pada pukul 18.30 WIB atau

sama dengan jam tutup BI-SSSS.

4. Jam operasional Sistem BI-ETP sebagaimana dimaksud

dalam angka 3 berlaku dalam kondisi normal dan dapat

diubah oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 5.

5. Perubahan jam operasional Sistem BI-ETP dan window

time Transaksi adalah sebagai berikut:

a. jam operasional Sistem BI-ETP dan window time

Transaksi dapat diubah oleh Penyelenggara Sistem BI-

ETP berdasarkan kebijakan Penyelenggara Sistem BI-

ETP;

b. perubahan …

Page 61: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

61

b. perubahan jam operasional sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dapat dilakukan berdasarkan

pertimbangan antara lain sebagai berikut:

1) Keadaan Tidak Normal pada Sistem BI-ETP, BI-

SSSS, dan/atau Sistem BI-RTGS dan/atau

Keadaan Darurat; dan/atau

2) adanya perubahan jam Transaksi Dengan Bank

Indonesia yang mengakibatkan perubahan jam

operasional Sistem BI-ETP.

6. Dalam hal hari operasional Sistem BI-ETP ditetapkan lain

dan/atau jam operasional Sistem BI-ETP diubah,

Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan hal tersebut

kepada seluruh Peserta melalui Administrative Messages

dan/atau sarana lainnya.

B. Pengelolaan User dan Penggunaan Digital Certificate Hard Token

1. User Sistem BI-ETP

a. Peserta melakukan pengoperasian Sistem BI-ETP

berdasarkan kewenangan level user yang terdiri dari

level administrator, supervisor dan operator yang diatur

sebagai berikut:

1) Administrator

a) Administrator adalah user yang memiliki

kewenangan antara lain untuk melakukan

setting limit approval untuk supervisor

(supervisor limit) dan setting broker bidding

limit.

b) Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan 2

(dua) level administrator beserta password-

nya kepada Peserta.

2) Supervisor

a) Supervisor adalah user yang memiliki

kewenangan operasional pada Sistem BI-ETP

untuk melaksanakan fungsi yang berkaitan

dengan pengiriman pesan antar-Peserta dan

kegiatan …

Page 62: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

62

kegiatan supervisi, termasuk menyetujui

atau menolak data Transaksi Dengan Bank

Indonesia yang dikirim oleh operator.

b) Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan 4

(empat) level supervisor beserta passwordnya

kepada Peserta.

c) Peserta dapat menentukan pembatasan

setting limit approval dalam pengiriman

Transaksi Dengan Bank Indonesia yang

dilakukan oleh supervisor (supervisor limit).

3) Operator

a) Operator adalah user yang memiliki

kewenangan untuk melakukan entry atau

construct, mengubah data Transaksi,

membatalkan kuotasi Transaksi Pasar

Keuangan, dan mengirimkan pesan

(Administrative Message) antar Peserta.

b) Operator tidak dapat mengakses menu dan

fungsi-fungsi kegiatan administrator dan

supervisor.

c) Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan 4

(empat) level operator beserta passwordnya

kepada Peserta.

b. Peserta memiliki kebijakan yang mengatur level user

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam

Kebijakan dan Prosedur Tertulis Peserta, yang antara

lain meliputi pengelolaan tingkatan user, pengelolaan

password, dan kewajiban masing-masing level user.

c. Penambahan user melebihi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam butir a.1)b), butir a.2)b) dan butir

a.3)c) dapat diberikan kepada Peserta berdasarkan

persetujuan Penyelenggara Sistem BI-ETP.

2. Penggunaan …

Page 63: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

63

2. Penggunaan Digital Certificate Hard Token

a. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan 1 (satu)

Digital Certificate Hard Token untuk setiap user.

b. Digital Certificate Hard Token dilengkapi antara lain

dengan user name dan personal identification number

(PIN).

c. Peserta menggunakan Digital Certificate Hard Token

untuk mengakses dan melakukan transaksi melalui

Sistem BI-ETP.

d. Masa aktif Digital Certificate Hard Token ditetapkan

paling lama 2 (dua) tahun sejak tanggal efektif

berlakunya.

e. Peserta dapat mengajukan penggantian Digital

Certificate Hard Token yang hilang/rusak atau tidak

dapat digunakan karena sebab lainnya.

f. Penambahan Digital Certificate Hard Token karena

penambahan user sebagaimana dimaksud dalam butir

1.c dan/atau penggantian Digital Certificate Hard

Token yang hilang/rusak atau tidak dapat digunakan

karena sebab lainnya sebagaimana dimaksud dalam

huruf e dikenakan biaya.

3. Prosedur Penambahan User, Penggantian dan/atau

perpanjangan masa aktif Digital Certificate Hard Token

a. Pengajuan penambahan user, dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1) Peserta menyampaikan surat permohonan

penambahan user, yang memuat informasi paling

kurang:

a) nama dan participant code Peserta;

b) jumlah penambahan user dan level user; dan

c) alasan permintaan penambahan user dalam

hal permintaan penambahan user melebihi

jumlah yang ditetapkan sebagaimana

dimaksud dalam butir 1.c.

2) Surat …

Page 64: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

64

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) dibuat sebagaimana contoh dalam

Lampiran II.4.

3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) ditandatangani oleh pejabat pemberi

contoh tanda tangan dan disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan ketentuan

sebagai berikut :

a) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3.

b) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah

kerja KPwDN, surat permohonan

disampaikan dengan tembusan kepada

KPwDN yang mewilayahi.

b. Penggantian Digital Certificate Hard Token

1) Peserta menyampaikan surat permohonan

penggantian Digital Certificate Hard Token, yang

memuat informasi paling kurang:

a) nama dan participant code Peserta;

b) nomor seri Digital Certificate Hard Token;

c) alasan permintaan penggantian Digital

Certificate Hard Token; dan

d) level user pada Digital Certificate Hard Token

yang akan diganti.

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) disertai dengan:

a) Digital Certificate Hard Token dalam hal

Peserta mengajukan penggantian Digital

Certificate Hard Token karena rusak; atau

b) surat keterangan hilang dari pihak kepolisian

dalam hal Peserta kehilangan Digital

Certificate Hard Token.

3) Surat …

Page 65: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

65

3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) dibuat sebagaimana contoh dalam

Lampiran II.4.

4) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) ditandatangani oleh pejabat pemberi

contoh tanda tangan dan disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan ketentuan

sebagai berikut :

a) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3.

b) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah

kerja KPwDN, surat permohonan

disampaikan dengan tembusan kepada

KPwDN yang mewilayahi.

c. Perpanjangan masa aktif Digital Certificate Hard Token

1) Peserta menyampaikan surat permohonan

perpanjangan masa aktif Digital Certificate Hard

Token, yang memuat informasi paling kurang:

a) nama dan participant code Peserta;

b) nomor seri Digital Certificate Hard Token; dan

c) level user pada Digital Certificate Hard Token

yang akan diperpanjang masa aktifnya.

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) disertai dengan Digital Certificate Hard

Token yang akan diperpanjang masa aktifnya.

3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) dibuat sebagaimana contoh dalam

Lampiran II.4.

4) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) ditandatangani oleh pejabat pemberi

contoh tanda tangan dan disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) surat …

Page 66: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

66

a) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3.

b) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah

kerja KPwDN, surat permohonan

disampaikan dengan tembusan surat

permohonan kepada KPwDN yang

mewilayahi.

5) Permohonan perpanjangan masa aktif

disampaikan kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa

aktif Digital Certificate Hard Token berakhir.

d. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberikan persetujuan

atau penolakan atas permohonan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan

disampaikan Penyelenggara Sistem BI-ETP

kepada Peserta paling lama 15 (lima belas) hari

kerja sejak surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam butir a.1), butir b.1), dan/atau

butir c.1) diterima secara lengkap oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP;

2) Persetujuan atau penolakan disampaikan secara

tertulis kepada Peserta dan penyampaiannya

dapat didahului dengan faksimile dan

Administrative Message;

3) Pemberitahuan persetujuan disertai dengan

informasi mengenai pengambilan dokumen user,

password dan/atau Digital Certificate Hard Token.

e. Pengambilan Digital Certificate Hard Token dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) untuk Peserta yang berkantor pusat di wilayah

kerja kantor pusat Bank Indonesia, pengambilan

dokumen user, password dan/atau Digital

Certificate …

Page 67: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

67

Certificate Hard Token dilakukan di tempat

Penyelenggara Sistem BI-ETP;

2) untuk Peserta yang berkedudukan di wilayah

kerja KPwDN, pengambilan dokumen user,

password, dan/atau Digital Certificate Hard Token

dilakukan di:

a) KPwDN yang mewilayahi Peserta; atau

b) tempat Penyelenggara Sistem BI-ETP dalam

hal Peserta yang bersangkutan memiliki

kantor cabang di wilayah kerja kantor pusat

Bank Indonesia.

3) Pengambilan dokumen user name, PIN, dan/atau

Digital Certificate Hard Token dilakukan oleh

pejabat pemberi contoh tanda tangan atau

petugas yang diberikan kuasa oleh pejabat

pemberi contoh tanda tangan.

f. Penyelenggara Sistem BI-ETP membebankan biaya ke

Rekening Giro Rupiah Peserta yang ditatausahakan di

Bank Indonesia atas penambahan user yang

dilengkapi dengan Digital Certificate Hard Token yang

melebihi jumlah yang ditetapkan sebagaimana

dimaksud dalam butir 1.c dan/atau penggantian

Digital Certificate Hard Token sebagaimana dimaksud

dalam butir 2.e.

4. Ketentuan penghapusan User

a. Penghapusan user dapat dilakukan atas dasar inisiatif

Penyelenggara Sistem BI-ETP atau permintaan

Peserta.

b. Penghapusan user oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

dilakukan antara lain dalam hal Peserta telah

dihentikan kepesertaannya dalam penyelenggaraan

Sistem BI-ETP.

c. Prosedur …

Page 68: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

68

c. Prosedur penghapusan user atas dasar permintaan

Peserta sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatur

sebagai berikut:

1) Peserta mengajukan surat permohonan

penghapusan user kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP dengan alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3, yang dapat disampaikan

terlebih dahulu melalui faksimile atau sarana

lain.

2) Surat permohonan penghapusan user

sebagaimana dimaksud dalam angka 1)

menggunakan contoh dalam Lampiran II.4.

3) Surat permohonan penghapusan user disertai

dengan pengembalian Digital Certificate Hard

Token yang user-nya dimohonkan untuk dihapus.

4) Penyelenggara Sistem BI-ETP menyampaikan

surat pemberitahuan kepada Peserta mengenai

penghapusan user dan/atau Digital Certificate

Hard Token.

5. Mekanisme Reset Password Aplikasi, Unlock User Name,

dan/atau Reset PIN Digital Certificate Hard Token

Peserta dapat mengajukan permintaan reset password

aplikasi, unlock user name, dan/atau reset PIN Digital

Certificate Hard Token sebagai berikut:

a. Permintaan reset password aplikasi

1) Peserta mengajukan permohonan reset password

aplikasi kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

melalui surat yang ditandatangani oleh pejabat

pemberi contoh tanda tangan di Penyelenggara

Sistem BI-ETP, yang paling kurang memuat

informasi sebagai berikut:

a) nama dan participant code Peserta;

b) user name aplikasi yang password-nya

dimohonkan untuk di-reset; dan

c) nama …

Page 69: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

69

c) nama dan nomor telepon petugas yang

berwenang di Peserta yang bersangkutan

yang dapat dihubungi.

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP ke alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3 dan dapat disampaikan terlebih

dahulu melalui faksimile atau Administrative

Message.

3) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1), Penyelenggara Sistem

BI-ETP menyampaikan password aplikasi kepada

Peserta melalui surat yang dapat disampaikan

terlebih dahulu melalui faksimile atau sarana

lainnya.

4) Password user sebagaimana dimaksud dalam

angka 3) diambil oleh pejabat pemberi contoh

tanda tangan di Penyelenggara Sistem BI-ETP

atau petugas yang diberikan kuasa oleh pejabat

pemberi contoh tanda tangan di Penyelenggara

Sistem BI-ETP.

b. Permintaan unlock user name Digital Certificate Hard

Token

1) Peserta mengajukan permohonan unlock user

name Digital Certificate Hard Token kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP melalui surat yang

ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh tanda

tangan di Penyelenggara Sistem BI-ETP, yang

paling kurang memuat informasi sebagai berikut:

a) nama dan participant code Peserta;

b) user name yang dimohonkan untuk di-

unlocked; dan

c) nama …

Page 70: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

70

c) nama dan nomor telepon petugas yang

berwenang di Peserta yang bersangkutan

yang dapat dihubungi.

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP ke alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3 dan dapat disampaikan terlebih

dahulu melalui faksimile atau administrative

message.

3) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1), Penyelenggara Sistem

BI-ETP memberitahukan penyelesaian proses

unlock user name aplikasi kepada Peserta melalui

surat yang dapat disampaikan terlebih dahulu

melalui faksimile atau sarana lainnya.

c. Permintaan reset PIN Digital Certificate Hard Token

1) Peserta mengajukan permohonan reset PIN Digital

Certificate Hard Token kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP melalui surat yang ditandatangani

oleh pejabat pemberi contoh tanda tangan di

Penyelenggara Sistem BI-ETP yang paling kurang

memuat infomasi sebagai berikut:

a) nama dan participant code Peserta;

b) nama user name yang melekat pada Digital

Certificate Hard Token yang dimohonkan

untuk di-reset;

c) nomor seri Digital Certificate Hard Token; dan

d) nama dan nomor telepon petugas yang

berwenang di Peserta bersangkutan yang

dapat dihubungi.

2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

angka 1) disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP ke alamat sebagaimana dimaksud

dalam butir II.A.3 dan dapat disampaikan terlebih

dahulu …

Page 71: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

71

dahulu melalui faksimile atau Administrative

Message.

3) Berdasarkan surat permohonan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1), Penyelenggara Sistem

BI-ETP memberitahukan melalui telepon kepada

petugas yang berwenang di Peserta yang

bersangkutan untuk melakukan reset password

Digital Certificate Hard Token di Sistem BI-ETP

dengan mengikuti proses penyelesaian

sebagaimana disampaikan oleh Penyelenggara

Sistem BI-ETP.

C. Pengelolaan Account dan Broker Bidding Limit

1. Pengelolaan Account (Portfolio dan Position Account)

Penyelenggara Sistem BI-ETP melakukan setting account

dalam rangka persiapan operasional penyelenggaraan

Sistem BI-ETP, yang mencakup:

a. Portfolio

1) Penyelenggara Sistem BI-ETP mendaftarkan

Portfolio untuk setiap Peserta Sistem BI-ETP.

2) Portfolio sebagaimana dimaksud dalam angka 1)

terdiri atas:

a) Portfolio atas nama Peserta; dan/atau

b) Portfolio atas nama pihak yang diwakili

dalam hal Peserta mengajukan Transaksi

untuk dan atas nama Peserta lain.

3) Portfolio atas nama Peserta sebagaimana

dimaksud dalam butir 2)a) akan terhubung

dengan Position Account atas nama Peserta

dimaksud;

4) Portfolio atas nama Peserta yang diwakili, dalam

hal Peserta mengajukan Transaksi untuk dan

atas nama pihak lain, sebagaimana dimaksud

dalam …

Page 72: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

72

dalam butir 2)b) akan terhubung dengan Position

Account milik pihak yang diwakili.

b. Position Account

1) Peserta memiliki Position Account atas nama

Peserta dan/atau atas nama pihak yang diwakili.

2) Position Account merupakan rekening yang berisi

informasi Rekening Surat Berharga dan Rekening

Giro.

3) Dalam hal Peserta yang bertransaksi atas nama

diri sendiri bukan merupakan Peserta BI-SSSS

dan/atau peserta Sistem BI-RTGS, Position

Account berisi informasi:

a) Rekening Surat Berharga yang ditunjuk oleh

Peserta;

b) Rekening Giro Bank Pembayar yang ditunjuk

oleh Peserta.

4) Dalam hal Peserta bertransaksi atas nama pihak

yang diwakili, yang merupakan peserta BI-SSSS

dan/atau peserta Sistem BI-RTGS, Position

Account berisi informasi:

a) Rekening Surat Berharga milik pihak yang

diwakili; dan

b) Rekening Giro milik pihak yang diwakili,

untuk kepentingan setelmen.

5) Dalam hal Peserta bertransaksi atas nama pihak

yang diwakili, yang bukan merupakan peserta BI-

SSSS dan/atau peserta Sistem BI-RTGS, Position

Account berisi informasi:

a) Rekening Surat Berharga yang ditunjuk oleh

pihak yang diwakili; dan

b) Rekening Giro Bank Pembayar yang ditunjuk

oleh pihak yang diwakili,

untuk kepentingan setelmen.

6) Peserta …

Page 73: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

73

6) Peserta melakukan pendaftaran dan pengkinian

Position Account di Sistem BI-ETP.

7) Tata cara pendaftaran Position Account

sebagaimana dimaksud dalam angka 6) mengacu

pada Buku Pedoman Teknis Sistem BI-ETP.

8) Dalam hal Peserta melakukan pendaftaran

Position Account baru atau pengkinian Position

Account, Peserta menyampaikan pengkinian

daftar nama pihak lain yang memiliki hubungan

transaksi kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

dengan format sebagaimana Lampiran II.7.

2. Broker Bidding Limit

a. Dalam hal Peserta mengajukan penawaran untuk dan

atas nama Peserta lain yang memiliki Rekening Giro,

maka setting Broker Bidding Limit dilakukan oleh

Peserta yang mengajukan penawaran.

b. Dalam hal Peserta mengajukan penawaran untuk dan

atas nama pihak lain yang tidak memiliki Rekening

Giro maka setting Broker Bidding Limit dilakukan oleh

Bank Pembayar sebagai pihak yang melakukan

setelmen dana.

c. Broker Bidding Limit akan terakumulasi untuk setiap

nilai setelmen Transaksi yang belum terselesaikan.

d. Dalam hal Transaksi yang diajukan melampaui Broker

Bidding Limit, Transaksi dimaksud akan ditolak oleh

Sistem BI-ETP.

e. Setiap terjadi setelmen Transaksi, penggunaan Broker

Bidding Limit akan berkurang sebesar nilai setelmen

tersebut.

f. Peserta yang mengajukan Transaksi untuk dan atas

nama Peserta atau pihak lain, harus memperhatikan

Broker Bidding Limit per hari.

D. Pengelolaan …

Page 74: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

74

D. Pengelolaan Jaringan Komunikasi Data

1. Dalam hal diperlukan penambahan jaringan komunikasi

data selain yang telah disediakan oleh Penyelenggara Sistem

BI-ETP, maka biaya penambahan penyediaan dan

penggunaan jaringan komunikasi data menjadi beban

Peserta.

2. Jenis dan penggunaan jaringan komunikasi data yang

disediakan oleh Peserta tersebut harus sesuai dengan

standar yang ditetapkan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

V. KEGIATAN TRANSAKSI MELALUI SISTEM BI-ETP

A. Transaksi Dengan Bank Indonesia

Transaksi Dengan Bank Indonesia dilakukan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP secara lelang atau nonlelang

dalam rangka kegiatan Operasi Moneter, Operasi Moneter

Syariah, dan/atau transaksi SBN untuk dan atas nama

Pemerintah, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis Transaksi

a. Operasi Moneter dan Operasi Moneter Syariah

1) Transaksi OPT dan OPT Syariah dilakukan

dengan mekanisme lelang antara lain sebagai

berikut:

a) penerbitan SBI, SBIS, dan SDBI;

b) Term Deposit Rupiah;

c) pembelian dan penjualan SBN di pasar

sekunder;

d) Repo SBI, SBIS, SDBI, dan SBN; dan

e) Reverse Repo SBN.

2) Transaksi OPT dan OPT Syariah yang dilakukan

dengan mekanisme nonlelang antara lain

pembelian dan penjualan SBN di pasar sekunder.

3) Standing …

Page 75: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

75

3) Standing Facilities dan Standing Facilities Syariah

yang terdiri dari penyediaan dana Rupiah (lending

facility dan financing facility) dan penempatan

dana Rupiah (deposit facility dan FASBIS).

b. Transaksi untuk dan atas nama Pemerintah

Transaksi untuk dan atas nama Pemerintah c.q

Kementerian Keuangan antara lain transaksi lelang

dalam rangka penerbitan SBN di pasar perdana.

2. Pelaksanaan Transaksi Dengan Bank Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dilakukan oleh

Peserta dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur antara lain mengenai operasi moneter,

operasi moneter syariah, dan lelang SBN di pasar perdana

dan penatausahaan SBN.

B. Transaksi Pasar Keuangan

Transaksi Pasar Keuangan dilakukan oleh Peserta dengan

mekanisme bilateral antar-Peserta sebagai berikut:

1. Jenis Transaksi Pasar Keuangan yang dapat dilakukan

antara lain:

a. Transaksi Surat Berharga yang dilakukan dalam

rangka pasar uang dan/atau transaksi surat berharga

di pasar sekunder yang antara lain terdiri dari

transaksi Repurchase Agreement (Repo) dengan

perpindahan kepemilikan Surat Berharga atau tanpa

perpindahan kepemilikan Surat Berharga, transaksi

jual beli Surat Berharga secara putus (outright), dan

transaksi pinjam meminjam Surat Berharga (transaksi

securities lending and borrowing);

b. Transaksi pinjam meminjam tanpa menggunakan

surat berharga yang dilakukan dalam rangka pasar

uang.

2. Pengajuan …

Page 76: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

76

2. Pengajuan Kuotasi Transaksi Pasar Keuangan oleh Peserta

a. Peserta dapat mengajukan kuotasi Transaksi Pasar

Keuangan selama jam operasional Sistem BI-ETP.

b. Pengajuan kuotasi Transaksi Pasar Keuangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat berupa

penawaran atau permintaan dana dan/atau Surat

Berharga.

c. Peserta dapat mengajukan kuotasi:

1) untuk dan atas nama Peserta; atau

2) untuk dan atas nama pihak lain.

d. Pengajuan kuotasi untuk dan atas nama Peserta lain

sebagaimana dimaksud dalam butir c.2) sebagai

berikut:

1) Peserta yang menunjuk Peserta lain sebagai

lembaga perantara (broker) harus menetapkan

Broker Bidding Limit bagi lembaga perantara

(broker), sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam butir IV.C.2.

2) Kuotasi yang disampaikan akan ditolak dalam hal

nominal penawaran telah melampaui Broker

Bidding Limit.

3) Penawaran kuotasi yang diajukan oleh lembaga

perantara (broker) atas nama Peserta lain

sebagaimana dimaksud dalam angka 1)

berdasarkan data yang tercantum dalam

dokumen instruksi transaksi pendukung bagi

Peserta yang mengajukan penawaran kuotasi

untuk dan atas nama Peserta lain.

e. Peserta yang mengirimkan kuotasi dapat menetapkan

batas waktu kuotasi baik secara otomatis maupun

secara manual.

3. Mekanisme …

Page 77: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

77

3. Mekanisme Transaksi Pasar Keuangan

a. Pengajuan kuotasi Transaksi Pasar Keuangan dengan

menggunakan Surat Berharga sebagaimana dimaksud

dalam butir 1.a, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Peserta pemberi kuotasi mengajukan penawaran

dengan informasi antara lain:

a) jenis dan seri Surat Berharga;

b) nominal (amount);

c) suku bunga (rate);

d) jangka waktu; dan/atau

e) tanggal dan waktu setelmen.

2) Peserta pemberi kuotasi dapat mengubah atau

membatalkan informasi penawaran sebagaimana

dimaksud dalam angka 1), sepanjang kuotasi

dimaksud belum diterima atau ditawar oleh

Peserta penerima kuotasi.

3) Terhadap informasi penawaran yang disampaikan

oleh Peserta pemberi kuotasi, Peserta penerima

kuotasi dapat mengajukan penawaran.

4) Peserta pemberi kuotasi dapat mengajukan

penawaran atau menolak penawaran yang

diajukan oleh Peserta penerima kuotasi.

5) Dalam hal Peserta pemberi kuotasi atau penerima

kuotasi telah menyepakati informasi penawaran

yang diajukan lawan transaksi, Peserta pemberi

kuotasi dan penerima kuotasi dapat menerima

penawaran dimaksud.

6) Atas penawaran kuotasi yang diterima

sebagaimana dimaksud dalam angka 5),

dilakukan setelmen di BI-SSSS dan/atau Sistem

BI-RTGS.

b. Pengajuan kuotasi Transaksi Pasar Keuangan tanpa

menggunakan Surat Berharga sebagaimana dimaksud

dalam butir 1.b dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Peserta …

Page 78: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

78

1) Peserta pemberi kuotasi mengajukan penawaran

dengan informasi antara lain:

a) nominal (amount);

b) suku bunga (rate);

c) jangka waktu; dan

d) tanggal dan waktu setelmen.

2) Peserta pemberi kuotasi dapat mengubah atau

membatalkan informasi penawaran sebagaimana

dimaksud dalam angka 1), sepanjang kuotasi

dimaksud belum diterima atau ditawar oleh

Peserta penerima kuotasi.

3) Terhadap informasi penawaran yang disampaikan

oleh Peserta pemberi kuotasi, Peserta penerima

kuotasi dapat mengajukan penawaran.

4) Peserta pemberi kuotasi dapat mengajukan

penawaran atau menolak penawaran yang

diajukan oleh Peserta penerima kuotasi.

5) Dalam hal Peserta pemberi kuotasi atau penerima

kuotasi telah menyepakati informasi penawaran

yang diajukan lawan transaksi, Peserta pemberi

kuotasi dan penerima kuotasi dapat menerima

penawaran dimaksud.

6) Atas penawaran kuotasi yang diterima

sebagaimana dimaksud dalam angka 5),

dilakukan setelmen di BI-SSSS dan/atau Sistem

BI-RTGS.

VI. KETENTUAN DAN PROSEDUR KEADAAN TIDAK NORMAL DAN

KEADAAN DARURAT

Ketentuan dan prosedur dalam rangka menjaga kelangsungan

operasional penyelenggaraan Sistem BI-ETP, apabila terjadi Keadaan

Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat, diatur sebagai berikut:

A. Keadaan …

Page 79: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

79

A. Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat di

Penyelenggara Sistem BI-ETP

1. Keadaan Tidak Normal di Penyelenggara Sistem BI-ETP

Dalam hal terjadinya Keadaan Tidak Normal di

Penyelenggara Sistem BI-ETP yang mempengaruhi

kelancaran penyelenggaraan Sistem BI-ETP atau

mengakibatkan Penyelenggara Sistem BI-ETP tidak dapat

melakukan kegiatan operasional Sistem BI-ETP, maka

prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggara Sistem BI-ETP memberitahukan kepada

seluruh Peserta mengenai terjadinya Keadaan Tidak

Normal dan tahapan yang perlu dilakukan, melalui

sarana Administrative Message dan/atau sarana lain.

b. Dalam Keadaan Tidak Normal yang mengakibatkan

kegiatan operasional Sistem BI-ETP tidak dapat

dilaksanakan, maka tahapan yang dilakukan oleh

Peserta antara lain sebagai berikut:

1) menghentikan sementara kegiatan pengiriman

Transaksi dan kegiatan lainnya yang melalui

Sistem BI-ETP selama proses pemulihan dan

Peserta tidak boleh mengirimkan Transaksi

sampai dengan adanya pemberitahuan lebih

lanjut;

2) melakukan koneksi ke Sistem BI-ETP setelah

proses pemulihan selesai;

3) melakukan rekonsiliasi antara data Transaksi di

Sistem BI-ETP yang ada Peserta dengan Sistem

BI-ETP yang ada di Penyelenggara Sistem BI-ETP;

4) menginformasikan kepada Help Desk Sistem BI-

ETP apabila terdapat perbedaan data Transaksi

sebagaimana dimaksud dalam angka 3).

c. Dalam …

Page 80: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

80

c. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana

dimaksud dalam huruf b, komunikasi antara Peserta

dengan Penyelenggara Sistem BI-ETP dilakukan

melalui Administrative Message, help desk Sistem BI-

ETP, dan/atau sarana lainnya.

2. Keadaan Darurat di Penyelenggara Sistem BI-ETP

Dalam hal terjadi Keadaan Darurat yang menyebabkan

Sistem BI-ETP tidak dapat beroperasi atau tidak dapat

terselenggara, Penyelenggara Sistem BI-ETP menetapkan

kebijakan dan prosedur penanggulangan Keadaan Darurat

dan memberitahukan kepada seluruh Peserta mengenai

terjadinya Keadaan Darurat serta hal-hal yang harus

dilakukan oleh Peserta dalam penyelenggaraan Sistem BI-

ETP.

B. Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat di Peserta

1. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau

Keadaan Darurat di Peserta yang mengakibatkan

terganggunya kelancaran Transaksi, berlaku prosedur

sebagai berikut:

a. Peserta memberitahukan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP mengenai terjadinya Keadaan Tidak

Normal dan/atau Keadaan Darurat.

b. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

disampaikan kepada:

1) help desk BI-ETP melalui sarana telepon paling

lama 30 (tiga puluh) menit sejak terjadinya

Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan

Darurat; dan/atau

2) Penyelenggara Sistem BI-ETP melalui surat yang

didahului dengan faksimile atau sarana lain.

2. Dalam …

Page 81: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

81

2. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau

Keadaan Darurat di Peserta yang mengakibatkan Peserta

tidak dapat melakukan kegiatan operasional Sistem BI-

ETP, berlaku prosedur sebagai berikut:

a. Dalam hal Peserta tidak dapat menggunakan Sistem

BI-ETP Utama maka Peserta menggunakan Sistem BI-

ETP Cadangan.

b. Dalam hal Peserta tidak dapat menggunakan Sistem

BI-ETP Cadangan, maka Peserta dapat melakukan

kegiatan operasional Sistem BI-ETP dengan

menggunakan Fasilitas Guest Bank di lokasi

Penyelenggara Sistem BI-ETP atau KPwDN dalam hal

Peserta berkantor pusat di wilayah kerja KPwDN

c. Dalam hal Peserta memutuskan untuk tidak

melakukan kegiatan operasional maka Peserta harus

segera memberitahukan kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP melalui surat yang dapat didahului dengan

faksimile atau sarana lain.

3. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau

Keadaan Darurat di Peserta, Penyelenggara Sistem BI-ETP

dapat menetapkan kebijakan, prosedur, dan hal-hal lain

yang diperlukan untuk pelaksanaan Transaksi melalui

Sistem BI-ETP.

C. Penggunaan Fasilitas Guest Bank

1. Penggunaan Fasilitas Guest Bank diatur sebagai berikut:

a. Peserta dapat menggunakan Fasilitas Guest Bank yang

disediakan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP apabila

Sistem BI-ETP utama dan Sistem BI-ETP cadangan di

Peserta tidak dapat digunakan.

b. Fasilitas Guest Bank sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dapat digunakan oleh Peserta selama jam

operasional Sistem BI-ETP untuk mengirimkan

instruksi Transaksi.

c. Penyelenggara …

Page 82: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

82

c. Penyelenggara Sistem BI-ETP mengenakan biaya

terhadap Peserta yang menggunakan Fasilitas Guest

Bank.

d. Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menetapkan batas

maksimal waktu penggunaan Fasilitas Guest Bank

dalam hal jumlah Peserta yang mengajukan

permohonan penggunaan Fasilitas Guest Bank

melebihi kapasitas yang tersedia.

e. Peserta membebaskan Penyelenggara Sistem BI-ETP

dari segala kerugian yang timbul dan/atau yang akan

timbul yang dialami Peserta sehubungan dengan

pelaksanaan transaksi melalui Fasilitas Guest Bank.

2. Prosedur penggunaan Fasilitas Guest Bank diatur sebagai

berikut:

a. Peserta mengajukan surat permohonan untuk

menggunakan Fasilitas Guest Bank kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP sebagaimana contoh

dalam Lampiran II.16.

b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a memuat antara lain:

1) alasan menggunakan Fasilitas Guest Bank;

2) lokasi penggunaan Fasilitas Guest Bank; dan

3) pernyataan bahwa Peserta yang bersangkutan

membebaskan Bank Indonesia dari tanggung

jawab (indemnity) atas segala kerugian yang

timbul pada Peserta sehubungan dengan

pelaksanaan Transaksi melalui Fasilitas Guest

Bank.

c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a ditandatangani oleh pejabat pemberi contoh

tanda tangan.

d. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a disampaikan kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1) surat …

Page 83: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

83

1) surat disampaikan ke alamat sebagaimana

dimaksud dalam butir II.A.3;

2) bagi Peserta yang berkedudukan di wilayah kerja

KPwDN, surat disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP dengan tembusan kepada KPwDN

yang menyediakan Fasilitas Guest Bank.

e. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dapat disampaikan terlebih dahulu kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP melalui sarana faksimile

atau sarana lain.

3. Berdasarkan persetujuan dari Penyelenggara Sistem

BI-ETP untuk menggunakan Fasilitas Guest Bank yang

disampaikan melalui Administrative Message atau

sarana lainnya, Peserta menggunakan Fasilitas Guest

Bank di lokasi Penyelenggara Sistem BI-ETP atau

KPwDN dengan prosedur sebagai berikut:

1) Peserta menyiapkan data Transaksi dan hal-hal

lain yang diperlukan untuk operasional di

Penyelenggara Sistem BI-ETP sesuai dengan

pedoman penggunaan Fasilitas Guest Bank untuk

Peserta sebagaimana dimaksud dalam Lampiran

V.

2) Dalam hal jumlah Peserta yang mengajukan

permohonan melebihi kapasitas Fasilitas Guest

Bank yang disediakan, Penyelenggara Sistem BI-

ETP dapat menetapkan urutan penggunaan

Fasilitas Guest Bank berdasarkan urutan

kedatangan Peserta.

VII. BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN SISTEM BI-ETP

Penyelenggara Sistem BI-ETP mengenakan biaya terhadap Peserta

atas penggunaan Sistem BI-ETP dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis …

Page 84: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

84

1. Jenis biaya

Jenis biaya dalam penggunaan Sistem BI-ETP meliputi antara

lain:

a. Biaya Transaksi

1) Biaya Transaksi dikenakan untuk setiap pengiriman

instruksi Transaksi yang meliputi antara lain

pengiriman penawaran, penawaran kembali,

penerimaan, atau penolakan.

2) Biaya Transaksi sebagamana dimaksud dalam angka

1) termasuk pengiriman perubahan (amandemen).

b. Biaya penggunaan Administrative Message

Biaya penggunaan Administrative Message untuk setiap

pengiriman baik kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP

maupun antar Peserta dikenakan biaya.

c. Biaya penggunaan Fasilitas Guest Bank

1) Durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank dihitung

berdasarkan akumulasi penggunaan Fasilitas Guest

Bank dalam 1 (satu) hari dengan pembulatan waktu 1

(satu) jam ke atas sebagaimana contoh perhitungan

dalam Lampiran VI.

2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam angka

1) dihitung berdasarkan absensi yang telah

ditandatangani oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP dan

Peserta.

3) Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menetapkan

durasi penggunaan Fasilitas Guest Bank oleh Peserta

terkait perhitungan biaya penggunaan Fasilitas Guest

Bank.

d. Biaya penambahan atau penggantian Digital Certificate

Hard Token

1) Pengenaan biaya penambahan atau penggantian

Digital Certificate Hard Token dikenakan untuk

penambahan melebihi batas maksimal yang

ditetapkan Penyelenggara Sistem BI-ETP dan

penggantian …

Page 85: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

85

penggantian Digital Certificate Hard Token karena

rusak atau hilang.

2) Biaya dikenakan untuk setiap Digital Certificate Hard

Token.

2. Besarnya biaya dalam penggunaan Sistem BI-ETP sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran VI.

3. Dalam hal terdapat penambahan atau perubahan biaya,

Penyelenggara Sistem BI-ETP mengumumkan perubahan

dimaksud kepada Peserta melalui Administrative Messages pada

Sistem BI-ETP atau sarana lainnya.

4. Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menetapkan besarnya biaya

yang berbeda bagi Peserta Kementerian Keuangan atau lembaga

lain.

5. Dalam hal terjadi Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan

Darurat, Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menetapkan biaya

penggunaan Sistem BI-ETP yang berbeda.

6. Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 4

dan angka 5 belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

7. Perhitungan dan Pembebanan Biaya

a. Perhitungan jumlah biaya dilakukan oleh Penyelenggara

Sistem BI-ETP paling lama pada 1 (satu) hari kerja setelah

tanggal Transaksi untuk masing-masing Peserta.

b. Penyelenggara Sistem BI-ETP membebankan biaya dengan

mendebet Rekening Giro Peserta atau Bank Pembayar yang

ditunjuk Peserta.

8. Pembebanan Biaya Oleh Peserta Kepada Nasabah

Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan Transaksi

melalui Sistem BI-ETP, Peserta dapat mengenakan biaya kepada

nasabah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Peserta mengenakan biaya kepada nasabah dalam jumlah

yang wajar; dan

b. Peserta …

Page 86: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

86

b. Peserta wajib menginformasikan besarnya biaya

penggunaan Sistem BI-ETP yang ditetapkan Penyelenggara

Sistem BI-ETP dan besarnya biaya penggunaan Sistem BI-

ETP yang dibebankan oleh Peserta kepada nasabah.

VIII. PEMANTAUAN KEPATUHAN PESERTA

A. Ruang Lingkup Pemantauan

1. Pemantauan dilakukan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

secara berkesinambungan.

2. Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat

dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. Pemantauan langsung, dengan cara melakukan

pemeriksaan ke lokasi kegiatan usaha Peserta.

b. Pemantauan tidak langsung, dengan cara melakukan

penelitian, analisis, dan evaluasi terhadap:

1) laporan berkala dan/atau laporan sewaktu-waktu

yang disampaikan oleh Peserta kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP; dan

2) data atau informasi yang diperoleh dari:

a) Peserta yang bersangkutan;

b) sistem di Penyelenggara Sistem BI-ETP;

dan/atau

c) pihak lain.

B. Pemantauan Langsung

1. Penyelenggara Sistem BI-ETP melakukan pemantauan

langsung melalui pemeriksaan ke lokasi kegiatan usaha

Peserta sewaktu-waktu apabila diperlukan.

2. Pelaksanaan pemantauan kepatuhan Peserta sebagaimana

dimaksud dalam angka 1 meliputi aspek-aspek antara lain:

a. tata kelola;

b. operasional;

c. infrastruktur; dan/atau

d. BCP.

3. Penyelenggara …

Page 87: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

87

3. Penyelenggara Sistem BI-ETP melakukan pemantauan

langsung dengan prosedur sebagai berikut:

a. Petugas yang melakukan pemeriksaan dilengkapi

surat introduksi dari Bank Indonesia.

b. Peserta wajib memberikan kepada petugas yang

melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, paling kurang meliputi:

1) informasi, data, dan/atau keterangan serta

dokumen asli maupun salinan dokumen yang

diperlukan mengenai pelaksanaan Sistem BI-ETP,

termasuk data elektronik, warkat, dan dokumen

tertulis lainnya;

2) akses untuk melakukan pemantauan langsung

terhadap sarana fisik dan aplikasi pendukung

lainnya; dan

3) hal-hal lain yang diperlukan dalam pemantauan

langsung.

c. Peserta wajib memberikan penjelasan atau keterangan

kepada petugas yang melakukan pemeriksaan dalam

rangka klarifikasi dan/atau konfirmasi atas informasi,

data, dan/atau dokumen yang diperoleh dalam

pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

d. Pada akhir pemeriksaan di lokasi Peserta, dilakukan

exit meeting untuk menyampaikan dan membahas

pokok-pokok hasil pemeriksaan dan/atau hal-hal yang

perlu ditindaklanjuti oleh Peserta.

e. Penyelenggara Sistem BI-ETP menyusun dan

menyampaikan kepada Peserta laporan hasil

pemeriksaan dan/atau hal-hal yang perlu

ditindaklanjuti oleh Peserta.

4. Penyelenggara Sistem BI-ETP dapat menunjuk pihak lain

yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidang audit

teknologi informasi, untuk dan atas nama Penyelenggara

Sistem …

Page 88: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

88

Sistem BI-ETP melakukan pemeriksaan dengan tetap

menjaga kerahasiaan sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Peserta wajib menindaklanjuti hasil pemeriksaan dan/atau

hal-hal yang perlu ditindaklanjuti sebagaimana dimaksud

dalam butir B.3.e dan melaporkan secara tertulis atas

tindak lanjut tersebut kepada Penyelenggara Sistem BI-

ETP.

6. Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat melakukan

pemeriksaan kembali untuk memastikan kebenaran

laporan tindak lanjut.

C. Pemantauan Tidak Langsung

1. Pemantauan tidak langsung dilakukan oleh Penyelenggara

Sistem BI-ETP secara berkesinambungan.

2. Peserta wajib menyampaikan laporan tertulis dalam rangka

pemantauan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam

butir A.2.b, antara lain sebagai berikut:

a. Laporan berkala

Laporan berkala antara lain terdiri atas Laporan Hasil

Penilaian Kepatuhan (LHPK)

1) LHPK merupakan laporan tahunan yang memuat

hasil penilaian kepatuhan berdasarkan

pemeriksaan internal Peserta.

2) Periode LHPK adalah periode 1 Januari sampai

dengan 31 Desember dan disampaikan kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP dengan batas waktu

penyampaian paling lambat tanggal 31 Maret

tahun berikutnya.

3) Dalam hal batas waktu penyampaian LHPK

sebagaimana dimaksud dalam angka 2) jatuh

pada hari libur, batas waktu penyampaian LHPK

dilakukan pada hari kerja berikutnya.

4) LHPK …

Page 89: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

89

4) LHPK disampaikan secara tertulis kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP melalui surat

dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP.

b. Laporan sewaktu-waktu

Laporan sewaktu-waktu berupa laporan tertulis yang

terdiri atas:

1) laporan yang disampaikan oleh Peserta kepada

Penyelenggara Sistem BI-ETP atas permintaan

Penyelenggara Sistem BI-ETP;

2) laporan yang disampaikan kepada Penyelenggara

Sistem BI-ETP atas inisiatif Peserta.

3. Berdasarkan hasil pemantauan tidak langsung

sebagaimana dimaksud dalam angka 2, Penyelenggara

Sistem BI-ETP dapat melakukan klarifikasi dan/atau

konfirmasi kepada Peserta.

4. Dalam hal klarifikasi dan/atau konfirmasi sebagaimana

dimaksud dalam angka 3 belum mencukupi, Penyelenggara

Sistem BI-ETP dapat melakukan pemeriksaan langsung.

IX. TATA CARA PENGENAAN SANKSI

Tata cara pengenaan sanksi terkait Penyelenggaraan Sistem BI-ETP

terhadap Peserta sebagai berikut:

1. Sanksi teguran tertulis

a. Sanksi teguran tertulis dikenakan kepada Peserta yang

melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) tidak memenuhi kewajiban Peserta sebagaimana

dimaksud dalam butir III.F;

2) tidak menginformasikan biaya transaksi dalam

penyelenggaraan Sistem BI-ETP kepada nasabah

secara transparan sebagaimana dimaksud dalam butir

VII.8.b;

3) tidak …

Page 90: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

90

3) tidak memberikan informasi, data dan/atau

keterangan serta dokumen asli maupun salinan

dokumen mengenai pelaksanaan Sistem BI-ETP

sebagaimana dimaksud dalam butir VIII.B.3.b.1);

4) tidak memberikan akses kepada Penyelenggara Sistem

BI-ETP untuk melakukan pemantauan langsung

sebagaimana dimaksud dalam butir VIII.B.3.b.2);

5) tidak menindaklanjuti hasil pemantauan yang

dilakukan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP

sebagaimana dimaksud dalam butir VIII.B.5;

6) terlambat atau tidak menyampaikan LHPK dalam

batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud

dalam butir VIII.C.2.a.; dan/atau

7) tidak menyampaikan laporan sewaktu-waktu

sebagaimana dimaksud dalam butir VIII.C.2.b.

b. Peserta wajib menindaklanjuti sanksi teguran tertulis

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan batas waktu

sebagai berikut:

1) teguran tertulis karena tidak memenuhi kewajiban

Peserta sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.1)

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak teguran

tertulis diterima;

2) teguran tertulis karena tidak memberikan akses

kepada Penyelenggara Sistem BI-ETP untuk

melakukan pemeriksaan secara langsung sebagaimana

dimaksud dalam butir 1.a.4) paling lama 7 (tujuh) hari

kerja sejak teguran tertulis diterima;

3) teguran tertulis karena tidak menindaklanjuti hasil

pemantauan sebagaimana dimaksud dalam butir

1.a.5) sesuai batas waktu yang ditentukan oleh

Penyelenggara Sistem BI-ETP pada laporan hasil

pemeriksaan;

4) teguran …

Page 91: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

91

4) teguran tertulis karena tidak menyampaikan LHPK

dalam batas waktu yang ditetapkan Penyelenggara

Sistem BI-ETP sebagaimana dimaksud dalam butir

1.a.6) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak teguran

tertulis diterima.

c. Dalam hal Peserta tidak menindaklanjuti sanksi teguran

tertulis dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam

huruf b, Peserta dikenakan sanksi teguran tertulis kedua.

d. Atas sanksi teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksud

dalam huruf c, Peserta wajib melakukan tindak lanjut

dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

e. Surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf c disampaikan kepada Peserta dengan

tembusan kepada lembaga pengawas terkait.

2. Sanksi kewajiban membayar

Selain sanksi teguran tertulis karena tidak memenuhi kewajiban

penyampaian LHPK sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan

Penyelenggara Sistem BI-ETP sebagaimana dimaksud dalam

butir 1.a.6), Peserta dikenakan sanksi kewajiban membayar,

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. setiap keterlambatan atau tidak menyampaikan LHPK

sebagaimana dimaksud dalam butir VIII.C.2.a.1),

dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari kerja

dihitung sejak batas waktu penyampaian LHPK, dengan

batas nominal paling banyak sebesar Rp15.000.000,00

(lima belas juta rupiah);

b. pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dilakukan dengan mendebet

Rekening Giro Peserta dan/atau Rekening Giro Bank

Pembayar; dan/atau

c. dalam …

Page 92: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

92

c. dalam hal Peserta terlambat menyampaikan LHPK sesuai

batas waktu, Peserta tetap wajib menyampaikan LHPK

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak batas waktu

penyampaian LHPK yang ditetapkan oleh Penyelenggara

Sistem BI-ETP.

3. Sanksi perubahan status kepesertaan

a. Dalam hal Peserta tidak memenuhi kewajiban untuk

menindaklanjuti teguran tertulis kedua sesuai batas waktu

yang ditentukan, sebagaimana dimaksud dalam butir 1.d,

Peserta dikenakan sanksi perubahan status kepesertaan.

b. Pengenaan sanksi perubahan status kepesertaan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dilakukan

berdasarkan tanggal efektif perubahan status yang

ditetapkan oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP dan

diberitahukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelumnya

oleh Penyelenggara Sistem BI-ETP.

c. Surat pengenaan sanksi perubahan status kepesertaan

disampaikan kepada Peserta dengan tembusan kepada

lembaga pengawas terkait.

X. LAIN-LAIN

1. Peserta yang berada dalam wilayah KPwDN Jakarta

dikecualikan dari kewajiban menyampaikan tembusan surat

kepada KPwDN.

2. Lampiran I sampai dengan Lampiran VI merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

XI. PENUTUP …

Page 93: No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN · 3 maupun valuta asing, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Surat Berharga Syariah Negara. 12. Sistem

93

XI. PENUTUP

Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 16

November 2015.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman

Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita

Negara Republik Indonesia.

Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

DODDY ZULVERDI

KEPALA DEPARTEMEN

PENGELOLAAN MONETER