nnn
TRANSCRIPT
Program Jaminan Kecelakaan Kerja
PengertianKecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha. ManfaatJaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 1.Biaya Transport (Maksimum)
Darat/sungai/danau Rp 750.000,-Laut Rp 1.000.000,-Udara Rp 2.000.000,-
2.Sementara tidak mampu bekerjaEmpat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulanEmpat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulanSeterusnya 50% x upah sebulan
3.Biaya Pengobatan/PerawatanRp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,- (Maksimum)
4.Santunan CacatSebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upahTotal-tetap:
o Sekaligus: 70% x 80 bulan upaho Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*
Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah5.Santunan Kematian
o Sekaligus 60% x 80 bulan upaho Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*o Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*
6.Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan ditambah 40% dari harga tersebut, serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp 2.000.000,-
o Prothese/alat penganti anggota badan
o Alat bantu/orthose (kursi roda)7.Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya
perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3. Iuran
o Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;o Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;o Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;o Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;o Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;
*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010 Tata Cara Pengajuan Jaminan1.Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form
jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan
2.Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3.Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:
1. Fotokopi kartu peserta (KPJ)2. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form
Jamsostek 3b atau 3c3. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi
pengangkutan\
Yang dimaksud dengan kecelakaan kerja menurut Pasal 1 angka 6 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (“UU Jamsostek”), adalah:
“…kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.”
Menurut Pasal 8 ayat (1) UU Jamsostek, tenaga kerja yang yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja (“JKK”). JKK adalah satu dari empat lingkup program jamsostek sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU Jamsostek jo. Pasal 2 ayat (1) PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaknia. jaminan kecelakaan kerja (“JKK”);b. jaminan kematian (“JK”); danc. jaminan hari tua (“JHT”); sertad. jaminan pemeliharaan kesehatan (“JPK”).Keempat program tersebut, 3 dalam bentuk jaminan uang (JKK, JK dan JHT), dan 1 dalam bentuk jaminan pelayanan (JPK). Dalam Pasal 9 UU Jamsostek dijelaskan bahwa JKK meliputi:(1) biaya pengangkutan;(2) biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;(3) biaya rehabilitasi;(4) santunan berupa uang yang meliputi:
a. santunan sementara tidak mampu bekerja;b. santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya;c. santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.d. santunan kematian.
Perhitungan besarnya JKK yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja dilakukan oleh Badan Penyelenggara (Pasal 24 ayat [1] UU Jamsostek). Badan Penyelenggara yang dimaksud adalah PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) yang biasa dikenal dengan nama PT Jamsostek (Pasal 1 PP No. 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja). PT Jamsostek sebagai Badan Penyelenggara Program Jamsostek, pengelolaannya dilakukan dengan mekanisme asuransi (Pasal 3 ayat [1] UU Jamsostek). Mengenai tata cara pengajuan klaim jaminan kecelakaan kerja, diatur lebih lanjut dalam Pasal 8 s.d. Pasal 14 Permenakertrans No. PER-12/MEN/VI/2007 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah diubah
dengan Permenakertrans No. PER.06/MEN/III/2009 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Permenakertrans No. PER-12/MEN/VI/2007 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berikut prosedurnya sebagaimana kami sarikan dari kedua Permenakertrans tersebut:1. Pengusaha wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang
menimpa tenaga kerjanya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan dan PT Jamsostek setempat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan mengisi formulir Jamsostek 3, serta melampirkan foto copy kartu peserta.
2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3. Pengusaha wajib mengirimkan laporan kecelakaan kerja tahap II berdasarkan surat keterangan dokter yang menerangkan
a. keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir;
b. keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya;c. keadaan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik
maupun mental; ataud. meninggal dunia.4. Surat keterangan dokter untuk kecelakaan kerja diisi dengan
formulir Jamsostek 3b sedangkan untuk penyakit akibat hubungan kerja kerja diisi dengan formulir Jamsostek 3c.
5. Laporan Kecelakaan Kerja tahap II (formulir Jamsostek 3a) berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran (klaim) Jaminan Kecelakaan Kerja kepada PT Jamsostek
6. Penyampaian formulir Jamsostek 3a disertai bukti-bukti:a. fotocopy kartu pesertab. surat Keterangan dokter formulir Jamsostek 3b atau
3c;c. kuitansi Biaya Pengobatan dan Pengangkutan;
d. dokumen pendukung lain yang diperlukan7. Dalam hal kecelakaan kerja akibat penyakit yang timbul dari
hubungan kerja (Jamsostek 3c), berdasarkan pengajuan permintaan pembayaran jaminan, PT Jamsostek menghitung besarnya santunan dan penggantian biaya. Berdasarkan perhitungan tersebut, PT Jamsostek membayar penggantian biaya kepada pengusaha dan membayar santunan kepada tenaga kerja atau keluarganya.
8. Dalam hal Jaminan Kecelakaan Kerja (Jamsostek 3c) dibayar terlebih dahulu oleh Pengusaha maka PT Jamsostek membayar penggantian jaminan kepada Pengusaha sebesar perhitungan PT Jamsostek.
9. Dalam hal perhitungan lebih besar dari Jaminan Kecelakaan Kerja (Jamsostek 3c) yang telah dibayarkan oleh pengusaha, kelebihannya diserahkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
Jadi, berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diketahui bahwa JKK ditanggung/dibayarkan lebih dulu oleh pengusaha, baru kemudian pengusaha mengajukan klaim penggantian jaminan kepada PT Jamsostek. Sedangkan, santunan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja diberikan langsung oleh PT Jamsostek. Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat. Dasar hukum:1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995 tentang Penetapan
Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER-12/MEN/VI/2007 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Tugas Pokok Pelayanan
Kesehatan KerjaTugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
(Permen No. Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, Pasal 2)
2. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja, Pemeriksaan Berkala dan Pemeriksaan Khusus
3. Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyesuaian Pekerjaan Terhadap Tenaga Kerja.
4. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja. 5. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan
Saniter. 6. Pembinaan Dan Pengawasan Perlengkapan Untuk
Kesehatan Tenaga Kerja. 7. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang
Mempunyai Kelainan Tertentu Dalam Kesehatannya.8. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan
Untuk Petugas PPPK. 9. Pencegahan Dan Pengobatan Terhadap Penyakit Akibat
Kerja Dan Penyakit Umum. 10. Memberikan Nasihat Mengenai Perencanaan Dan
Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan Alat Pelindung Diri Yang Diperlukan, Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan Di Tempat Kerja.
11. Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja Atau Penyakit Akibat Kerja.
12. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK). 13. Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan Keehatan
Kerja Kepada Pengurus.
Referensi
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2012, Sekretariat Jenderal Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta.3.