nkp 1

41
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN TOPIK PERAN POLRI DALAM OTONOMI DAERAH TAHUN 2025 JUDUL STRATEGI PENINGKATAN PERAN POLRI DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH TAHUN 2025 GUNA MENJAGA STABILITAS KEAMANAN DAN KETERTIBAN YANG KONDUSIF BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Otonomi Daerah menjadi pembicaraan hangat pada awal era reformasi, sebagai kilas balik kejenuhan atas “sentralisasi kekuasaan” yang tergelar selama periode Orba. Harapan tentang Otda juga diperkuat oleh wacana akademik sebelumnya, dengan terbitnya buku yang berjudul “Reinventing Government” yang di Indonesia terkenal dengan “Mewirausahakan Birokrasi”. Sebagaimana agenda reformasi lainnya, masalah Otda juga langsung dibuatkan dalam Undang-Undang yang terus direvisi, namun pelaksanaannya juga mengalami banyak hambatan, karena yang menjadi fokus adalah sekedar otonomi administratif 1

Upload: lean-dha

Post on 11-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Topik 1

TRANSCRIPT

MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

TOPIK

PERAN POLRI DALAM OTONOMI DAERAH TAHUN 2025

JUDUL

STRATEGI PENINGKATAN PERAN POLRI DALAM PELAKSANAAN

OTONOMI DAERAH TAHUN 2025 GUNA MENJAGA STABILITAS

KEAMANAN DAN KETERTIBAN YANG KONDUSIF

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Otonomi Daerah menjadi pembicaraan hangat pada awal era reformasi, sebagai kilas

balik kejenuhan atas “sentralisasi kekuasaan” yang tergelar selama periode Orba.

Harapan tentang Otda juga diperkuat oleh wacana akademik sebelumnya, dengan

terbitnya buku yang berjudul “Reinventing Government” yang di Indonesia terkenal

dengan “Mewirausahakan Birokrasi”. Sebagaimana agenda reformasi lainnya,

masalah Otda juga langsung dibuatkan dalam Undang-Undang yang terus direvisi,

namun pelaksanaannya juga mengalami banyak hambatan, karena yang menjadi fokus

adalah sekedar otonomi administratif saja, dalam artian perebutan atau bagi-bagi

kekuasaan, sumber dana daerah melalui retribusi, pajak, dan pendapatan daerah

sementara otonomi politik (devolusi) kurang mendapat perhatian, sebagai akibatnya

kesejahteraan rakyat dan keadilan sangat kecil perkembangannya yang menonjol

adalah munculnya kelompok-kelompok kepentingan pengejar kekuasaan dan berbagai

perilaku yang koruptif. Hal ini tentunya menjadi beban baru bagi kepolisian yang juga

kadang ikut larut didalamnya. Reformasi membawa perubahan yang signifikan

terhadap sistem pemerintahan, yakni berubahnya sistem sentralisasi ke desentralisasi

1

atau otonomi daerah. UU No. 32 tahun 2004 tentang Otonomi daerah memberikan

kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan

mengembangkan dirinya tanpa menggantungkan diri kepada pemerintah pusat.

Pelaksanaan pembangunan di daerah pasca otonomi daerah memerlukan dukungan

keamanan dan ketertiban yang kondusif sehingga tujuan otonomi daerah yaitu

peningkatan kesejahteraan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di daerah

dapat diwujudkan.

Polri sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban dituntut untuk meningkatkan peran

dan fungsinya dalam mengawal keamanan dan ketertiban di daerah dalam sistem

otonomi daerah. Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan peran Polri dalam

pemeliharaan Kamtibmas di daerah berdasarkan daya antisipatif terhadap kondisi

Kamtibmas di daerah pada masa yang akan datang melalui analisis skenario learning.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka NKP ini akan difokuskan untuk membahas

strategi peningkatan peran Polri dalam memelihara kamtibmas guna menjaga

stabilitas keamanan dan ketertiban dalam rangka otonomi daerah 2025

2. Pokok masalah dan persoalan

a. Pokok masalah “Bagaimana Strategi Peningkatan Peran Polri dalam Pelaksanaan

Otonomi Daerah tahun 2025 guna Menjaga Stabilitas Keamanan dan Ketertiban

yang kondusif”

b. Persoalan

1) Bagaimana Kondisi Faktual Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Peran Polri

dalam Menjaga Kamtibmas saat ini.

2) Faktor - Faktor apa yang Mempengaruhi Peran Polri dalam Menjaga

Kamtibmas dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

3) Bagaimana Skenario Kondisi Otonomi Daerah dan Peran Polri dalam Menjaga

Kamtibmas yang diharapkan di tahun 2025?

4) Bagaiman Strategi dan Implementasi Pencapaiannya?

2

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup NKP ini mencakup skenario kondisi Kamtibmas di era otonomi daerah

tahun 2025 dan Upaya Polri dalam meningkatkan perannya dalam memelihara

Kamtibmas di wilayah hukum Polda Bali.

4. Tata urut

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, pokok permasalahan dan persoalan, serta

ruang lingkup pembahasan

Bab II Landasan Teori, berisi teori yang menunjang pembahasan, yaitu teori scenario

learning.

Bab III Kondisi Faktual, terdiri dari Kamtibmas dalam otonomi daerah saat ini

Bab IV Faktor-Faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor ekternal yang terdiri dari

peluang dan kendala, serta faktor internal terdiri dari kekuatan

dan kelemahan dalam kaitannya dengan otonomi daerah dan

Peran Polri dalam menjaga Kamtibmas yang kondusif.

Bab V Kondisi yang diharapkan, yakni kondisi ideal terdiri dari analisis skenario

learning dan skenario terbaik peran Polri dalam otonomi daerah

tahun 2025

Bab VI Upaya Pemecahan Masalah, terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

dan strategi. Untuk menyusun strategi digunakan analisis EFAS-

IFAS sehingga ditemukan strategi jangka pendek, sedang dan

panjang.

Bab VII Penutup, terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.

3

BAB II.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

5. Konsep skenario learning

Scenario adalah narasi deskriptif dari berbagai alternatif yang mungkin terjadi di masa

depan. Isinya menguraikan apa yang mungkin akan terjadi, bukan apa yang harus

terjadi, bukan rencana atau rekayasa, dan bukan prediksi atau ramalan mengenai masa

depan.

Konsepsi scenario learning adalah mengembangkan scenario dan

mengintegrasikannya ke dalam proses pengambilan keputusan pada manajemen

stratejik.

Tujuan skenario learning adalah memperkuat pemahaman para pengambil keputusan

mengenai plaubilitas (mungkin, kredibel, dan relevan) masa depan, dan meningkatkan

mutu pengambilan keputusan.

Scenario learning melatih para manajer untuk mengorganisasikan apa yang mereka

ketahui dengan apa yang dapat mereka bayangkan menjadi ceritera-ceritera bermakna

dan logis tentang masa depan, serta melihat dan mempertimbangkan implikasi-

implikasi ceritera masa depan tersebut terhadap pilihan-pilihan strategi masa kini

maupun masa depan. Menyusun scenario dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut;

a. Menetapkan focal concern (FC), yaitu pertanyaan strategis yang menjadi obsesi.

b. Mengidentifikasi driving forces (DF), yaitu variabel-variabel yang mendorong

terjadinya perubahan. Dan diyakini akan mempengaruhi FC

c. Menganalisis hubungan antar DF, yaitu memetakan hubungan-hubungan antar

DF dan jalinan hubungan tersebut mempengaruhi FC

d. Memilih DF yang paling berpengaruh, yaitu memilih DF yang memiliki

hubungan langsung dengan FC, mempengaruhi segera terhadap FC, dan yang

paling kritis (penting dan tidak menentu/ tidak pasti)

e. Menentukan matrik skenario, yaitu matrik yang terdiri dari sumbu ordinat dan

aksis yang dikembangkan dari DF yang terpilih.

f. Menentukan ciri kunci setiap scenario, yaitu menentukan ciri kunci masing-

masing kutub, dan menentukan simbul frasa untuk masing-masing skenario

4

g. Menyusun narasi scenario berisi deskripsi elaboratif tentang implikasi

bertemunya ciri kunci yang relevan.

6. Analisis SWOT dan EFAS IFAS

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan stategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis

(strategic planer) harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman ) dalam kondisi yang ada saat ini. Penelitian

menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor

internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis

SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan

ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) . Dari analisis SWOT

dapat dilanjutkan dengan menganalisis Faktor Eksternal dan Internal untuk

menentukan strategi yang tepat dengan analisis EFAS – IFAS dengan pentahapan

analisis EFAS – IFAS sebagai berikut :

a. Analisis Faktor Esternal (EFAS)

b. Analisis Faktor Internal (IFAS)

c. Menetapkan Posisi Organisasi

d. Menetapkan Grand Strategi

e. Analisis Strategi Kunci (SFAS)

f. Implementasi Strategi

5

BAB III

KONDISI FAKTUAL PELAKSANAAN OTDA DAN PERAN POLRI

DALAM MENJAGA KAMTIBMAS SAAT INI

7. Kamtibmas dalam otonomi daerah saat ini

Harapan tentang Otda diperkuat oleh wacana akademik sebelumnya, dengan terbitnya

buku yang berjudul “Reinventing Government” yang di Indonesia terkenal dengan

“Mewirausahakan Birokrasi”. Sebagaimana agenda reformasi lainnya, masalah Otda

juga langsung dibuatkan dalam Undang-Undang yang terus direvisi, namun

pelaksanaannya juga mengalami banyak hambatan, karena yang menjadi fokus adalah

sekedar otonomi administratif saja, dalam artian perebutan atau bagi-bagi kekuasaan,

sumber dana daerah melalui retribusi, pajak, dan pendapatan daerah sementara

otonomi politik (devolusi) kurang mendapat perhatian, sebagai akibatnya

kesejahteraan rakyat dan keadilan sangat kecil perkembangannya yang menonjol

adalah munculnya kelompok-kelompok kepentingan pengejar kekuasaan dan berbagai

perilaku yang koruptif.

Hal ini tentunya menjadi beban baru bagi kepolisian yang juga kadang ikut larut

didalamnya. Peranan Polri khususnya Polda Bali dalam konteks otonomi daerah,

difokuskan pada fungsi pemeliharaan keamanan dan ketertiban (preservation public

order), mengingat bahwa ragam, bentuk, dan kebutuhan pemeliharaan ketertiban lebih

bercorak lokalitas ketimbang nasional. Masyarakat lokalitas setingkat banjar adat

maupun banjar dinas (RT, RW,) dan Desa Pekraman (Desa / Kelurahan) lebih realistis

kebutuhan ketertibannya dibandingkan pada tingkat kabupaten misalnya, sehingga

wujud community policing, seharusnya lebih diorientasikan pada Otda. Tentu saja,

tidak semua gangguan Kamtibmas apalagi gangguan Kamdagri dapat diselesaikan

melalui perpolisian komunitas. Di daerah Bali kejahatan yang sering terjadi adalah :

Terrorisme, kerusuhan/ konflik adat, korupsi, kejahatan Cyber, dan kejahatan

konvensional lainnya merupakan bentuk-bentuk gangguan Kamtibmas yang tidak

mungkin diselesaikan melalui perpolisian komunitas, namun akar-akar gangguan ini

dapat dieliminasi secara dini, dengan lebih memusatkan perhatian kepada

penyelesaian sengketa antar tetangga, membina keharmonisan sesama warga,

6

membangun early detection terhadap gejala gangguan kamtibmas tertentu. Karena

fungsi Otda lebih pada peningkatan kemajuan daerah, yang berarti sebagian besar

memberikan jaminan keamanan dan ketertiban bagi warganya guna terwujudnya

kesejahteraan, maka peran Polri khususnya Polda Bali dibidang ini dapat menunjang

fungsi Otda pemerintahan Daerah Bali. Sebaliknya, keterbatasan anggaran Polri /

Polda Bali dapat dikompensasi dari anggaran daerah yang bersangkutan, namun

sampai saat ini Polda Bali hanya mendapat bantuan seperangkat teknologi seharga 1

Milyar rupiah. Salah satu hal yang masih sangat diabaikan sekarang ini dalam rangka

Otda adalah otonomi politik (devolusi), dalam artian tersedianya ruang public (public

sphere) bagi warga untuk mengemukakan kepentingannya. Forum yang ada seperti

DPRD, LSM pada hakekatnya masih sangat absurd bagi kepentingan rakyat.

Organisasi akar rumputpun (grassroot organization) kurang popular, dan dianggap

berbau sosial/komunis, padahal justru akar rumput inilah yang paling berkepentingan

terhadap kebijakan publik yang boleh jadi ditetapkan tanpa memperhatikan

kepentingan mereka.

Memang banyak kita lihat organisasi LSM dan komisi yang sejenisnya, namun masih

perlu disimak secara obyektif efektifitas keberadaan dan cara-cara kerjanya didalam

mendorong dan memajukan demokrasi, termasuk menguatkan Otda. Secara

ketatanegaraan perlu diperhatikan kemungkinan adanya dilema, bahkan kontradiksi

antar Otda dan sistem Negara kekuasaan yang dianut. Di Bali yang menjadi problem

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah dirasakan tidak seimbangnya

pembagian keuangan antara hasil Pariwisata Bali dengan apa yang didapatkan dari

pembagian keuangan pemerintah pusat. Dengan pengkajian cermat dan hati-hati pada

makna-makna tersebut, mudah-mudahan peranan Polri akan menjadi lebih meningkat

didalam memelihara Kamdagri, seirama dengan pembangunan nasional.

Sementara itu dalam bentuk kebijakan, sebenarnya Polri sudah membuat kerangka

kearah penguatan Otda, dengan menetapkan Polres sebagai Kesatuan Operasional

Dasar, operasional rutin kepolisian yang menjadikan pemolisian komunitas sebagai

landasan (platform). Masalah berikutnya barangkali adalah menyiapkan Kepala KOD

yang memiliki integritas kepemimpinan (leadership integrity) yang memadai, dengan

kemampuan kreatifitas yang tinggi bersama staf, anak buah, dan peralatan yang

dimilikinya, dapat senantiasa memberi respon terhadap keamanan dan ketertiban

diwilayah tugasnya. Mereka tidak terlampau menunggu legitimasi dari komando

atasan (Kapoltabes / para Kapolres dan atau Kapolda).

7

Reformasi telah menggulirkan sistem bernegara dari sentralisasi ke desentralisasi

melalui UU No. 32 tahun 2004 dengan otonomi daerah. Otonomi darah ditujukan

untuk mempercepat peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan melalui pemerataan

pendapat negara. Pelaksanaan otonomi daerah di Daerah Bali saat ini saat ini ternyata

masih menyimpan berbagai persoalan yang berhubungan dengan Kamtibmas antara

lain:

a. Masih ada konflik kepentingan antara pusat dengan dan antara daerah dengan

daerah terutama dalam pendayagunaan sumberdaya alam; kemungkinan terjadi

pengaturan daerah yang over regulated atau benturan antara peraturan daerah di

tingkat daerah kabupaten/kota dengan propinsi atau pun pusat (masalah

pembagian Visa On Arrival).

b. Masih ada egoisme kedaerahan yang berlebihan di beberapa daerah yang

menjurus kepada eksklusifisme daerah dan proteksionisme kedaerahan secara

berlebihan sehingga akan mengganggu makna persatuan dan kesatuan (untuk

menjaga kehancuran adat istiadat Bali Pendatang dikenakan iuran retribusi).

c. Masih ada sikap dan perilaku birokrasi pusat yang cenderung untuk tetap

mempertahankan status quo terutama dalam mempertahankan kewenangan

pusat yang enggan diserahkan kepada daerah Otsus Bali sementara di tolak).

d. Pada Pilkada langsung masih terjadi kerawanan-kerawanan Kamtibmas dan

pelanggaran hukum.

e. Masih ada euforia demokrasi dengan cara menggunakan kebebasannya secara

berlebihan yang memungkinkan pula terjadinya konflik vertikal maupun

horizontal yang mengganggu Kamtibmas.

f. Polri dalam melaksanakan tugasnya masih ragu ragu terutama dalam

menegakkan hukum karena adanya hukum positif yang bertentangan dengan

Peraturan Daerah baik yang tertulis maupun peraturan yang tumbuh subur

ditengah tengah masyarakat terutama masalah adat.

g. Masih banyak anggota Polri yang melakukan pelanggaran sesuai dengan

temmuan team penggiat Reformasi Birokrasi Polri dari Mabes Polri.

h. Peran Polri sebagai Pelindung , Pengayon, pelayan dan peneggakan hukum

masih banyak komplain dari masyarakat akibat merasas tidak pusa dengan

pelayanan Polri.

8

BAB IV

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

8. Faktor eksternal

a. Peluang

1) Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Otda memberikan peluang

terlaksananya Otonomi daerah.

2) Pemerintah pusat memberikan kesempatan kepada daerah untuk berkembang

dan mandiri

3) Pemerintah daerah menyelenggarakan fungsi dan kewenangannya yang luas

untuk mengembangkan pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi dan

keinginan masyarakat di daerahnya.

4) Elit Politik daerah memahami peranannya sebagai elit daerah dan figur teladan

yang mampu memotivasi dan menggerakkan pembangunan daerah bersama-

sama pemerintah daerah.

b. Kendala

1) Masih ada kendala dalam implementasi undang-undang pada otonomi daerah

terutama masih ada inkonsistensi Peraturan Daerah dengan Undang-undang di

atasnya.

2) Pemerintah pusat masih memiliki keengganan untuk memberikan kewenangan

secara teknis kepada pemerintah daerah, terutama dalam hal keuangan.

3) Pemerintah daerah masih memiliki sikap arogansi kekuasaan terhadap

pemerintah pusat dan propinsi.

4) Elit Politik daerah masih memiliki sikap sebagai politisi yang berkuasa dan

kurang mengindahkan etika politik.

9

9. Faktor internal

a. Kekuatan

1). Polri / Polda Bali memiliki SDM yang cukup besar dan tersebar di daerah-

daerah

2). Polri / Polda Bali memiliki dukungan sarpras bagi pemeliharaan Kamtibmas

3). Polri / Polda Bali memiliki anggaran rutin maupun operasional yang mendukung

pelaksanaan tugas pemeliharaan Kamtibmas

4). Polri / Polda Bali memiliki sistem dan Metode yang baku dalam pelaksanaan

tugas pemeliharaan Kamtibmas.

b. Kelemahan

1) Masih ada pelanggaran disiplin anggota dan pendekatan kekuasaan

dalam pelaksanaan tugas pemeliharaan Kamtibmas

2) Sarpras pendukung pelaksanaan tugas Polri memang telah tersedia

namun kondisinya kurang memadai dan perlu peremajaan.

3) Anggaran penunjang tugas, terutama terutama bantuan dari Pemda

masih kurang

4) Sistem dan Metode yang tersedia dan digunakan cenderung konvensional dan

ketinggalan.

10

BAB V

KONDISI OTDA DAN PERAN POLRI YANG DIHARAPKAN

DALAM PELAKSANAAN OTDA TAHUN 2025

Dalam rangka menggambarkan peran Polri dalam pelaksanaan Otonomi Daerah tahun

2025, dapat disecenariokan sebagai berikut :

10. Skenario Otda 2025

a. Menetapkan focal concern (FC), yaitu Kondisi Otonomi Daerah Tahun 2025

b. Mengidentifikasi driving forces (DF), yakni: pemerintah pusat, pemerintah

daerah, aturan perundang-undangan, masyarakat, elit politik daerah, ekonomi,

sosial, budaya

c. Menganalisis hubungan antar DF, sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini:

d. DF yang paling berpengaruh adalah Peraturan perundang-undangan dan Elit

politik daerah.

11

e. Matrik skenario

f. Ciri kunci setiap scenario dan simbul frasa untuk masing-masing skenario

1) Peran Elit Politik Daerah

a) Positif.

(1) Elit politik daerah kompak berkomitmen pada

penyelengggaraan Otda.

(2) Elit politik daerah berperan aktif dalam menjaga

kestabilan.

(3) Para elit politik daerah patuh pada hukum.

(4) Elit politik daerah memiliki wawasan kesatuan.

b) Negatif.

(1) Elit politik daerah mengutamakan pada

kepentingan pribadi/golongannya.

(2) Tidak bersikap obyektif dan cenderung

memihak pada kepentingannya.

(3) Hukum dijadikan alat untuk memuluskan

kepentingan elit politik daerah.

(4) Tidak menjadi teladan masyarakat daerah.

2) Peran Perundang-undangan.

a) Positif.

(1) Aturan perundang-undangan mengakomodasi

semua kepentingan.

12

KUADRAN III

KUADRAN IV

(2) Aturan perundang-undangan diterima dan

dipatuhi serta menjadi budaya.

(3) Aturan perundang-undangan dilaksanakan oleh

aparatur dan masyarakat.

(4) Aturan perundang-undangan mengikuti

perkembangan masyarakat daerah.

b) Negatif.

a) Aturan perundang-undangan disalah gunakan

untuk kepentingan pribadi/golongan.

b) Aturan perundang-undangan menghambat

kreatifitas daerah untuk berekspresi.

c) Aturan perundang-undangan bertentangan

dengan budaya dan adat lokal.

d) Diskriminasi aturan perundang-undangan antara

birokrat dengan rakyat biasa.

Simbol frase untuk skenario adalah:

Kuadran I : Kapal bergerak dinamis.

Kuadran II : Kapal diterjang badai.

Kuadran III : Kapal bocor.

Kuadran IV : Kapal karam.

g. Ciri kunci masing-masing skenario

PERAN PERUNDANG-UNDANGANKAPAL BOCOR + KAPAL BERGERAK DINAMIS

h.

13

Kapal bergerak dinamis, Otda ditunjang oleh perundang-undangan yang kuat dan disikapi positif oleh elit politik daerah sehingga Otda berjalan kondusif dan masyarakat dapat merasakan manfaat Otda. Kamtibmas kondusif.

Daerah diguncang badai perubahan Otda tidak diantisipasi dengan perundang-undangan, elit politik daerah tidak siap untuk menyesuaikan dengan perubahan akibat Otda. Kamtibmas terganggu

Otda dalam kondisi berbahaya, akibat saling tumpang tindih antara undang-undang dengan Perda, arogansi elit politik daerah yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi yang berubah. Kamtibmas rawan.

Perundang-undangan tidak sesuai dengan perubahan masyarakat daerah, elit politik daerah memaksakan kepentingan pribadi dan kelompok, kamtibmas lenyap, akibatnya Otda rapuh dan negara terancam bubar..

ELIT POLITIK DAERAH

KAPAL KARAM KAPAL DITERJANG BADAI

i. Narasi scenario.

Skenario 1 Kapal bergerak dinamis

Otonomi daerah tahun 2025 sangat kondusif sehingga Indonesia seperti kapal

yang bergerak dinamis dalam cuaca yang cerah, ombak yang datang tidak

menggoyahkan kapal yang terus bergerak dengan tenang menuju pelabuhan

harapan.

Skenario 2 Kapal diterjang badai:

Otonom daerah tahun 2025 daerah diguncang badai akibat perundang-undangan

yang tidak siap, elit politik daerah sulit menyesuaikan dengan kondisi otda, peran

elit politik daerah dalam pemeliharaan Kamtibmas melemah. Indonesia bagaikan

kapal diterjang badai akibat terjangan gelombang laut yang pasang dan sulit

dikendalikan. Para penumpang mulai was-was.

Skenario 3 Kapal bocor:

Otonomi daerah tahun 2025 dalam kondisi bahaya situasi berbahaya. Perubahan

paradigma Otda yang tidak tampak dalam perundang-undangan memutuskan

harapan adanya perubahan nasib rakyat. Elit politik daerah yang gila kekuasaan

dan arogan membuat masyarakat dalam kebingungan dan panik, akibatnya situasi

Kamtibmas rawan. Indonesia bagaikan kapal yang bocor akibat terjangan

gelombang yang keras dan lemahnya struktur kapal. Air laut mulai masuk

geladak sehingga nakhoda dan para penumpang mulai panik.

Skenario 4 Kapal karam:

Otonomi daerah tahun 20025 dalam kondisi terancam akibat perundang-undangan

yang mandeg, elit politik sibuk mencari keuntungan sendiri-sendiri dan

melakukan provokasi yang memancing kerusuhan. Peran Elit politik daerah

sebagai teladan masyarakat hilang sama sekali. Kerusuhan merebak dimana-mana

dan NKRI terancam bubar. Indonesia bagaikan kapal yang karam, air laut mulai

14

menenggelamkan kapal, penumpang berlarian menyelamatkan diri, korban mulai

berjatuhan, dan kapal pun tenggelam di lautan dengan tidak menyisakan satu pun

para penumpangnya.

11. Kondisi Kamtibmas dalam otonomi daerah yang diharapkan tahun 2025

Otonomi daerah tahun 2025 sangat kondusif dimana aturan perundang-undangan

berjalan mantap dan dijabarkan dalam Peraturan Daerah secara konsisten. Elit politik

daerah siap untuk berpartisipasi aktif untuk memajukan daerah dan menyejahterakan

masyarakat daerah. Karena itu, terwujud Kamtibmas yang kondusif bagi

pembangunan, yakni daerah memiliki jaminan keamanan, ketertiban dan tegaknya

hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah dan

menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan

lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Masyarakat Bali berharap Polda Bali

mampu mengawal Otonomi Daerah, yang sering diwarnai oleh munculnya konflik

adat akibat perebutan kekuasaan elit politik yang dibawa ke ranah adat untuk

menggerakkan massa, munculnya kejahatan kejahatan yang menjadi perhatian dunia

internasional seperti : terorisme, pembunuhan orang asing, perampokan orang asing,

penjambretan dan kejahatan kejahatan lainnya yang meresahkan masyarakat terutama

yang korban dan pelakunya orang asing. Polri / Polda Bali diharapkan mampu untuk

menjawab tantangan masa depan itu untuk menunjang pembangunan nasional

khususnya Industri Pariwisata di Bali.

15

BAB VI

STRATEGI DAN IMPLEMENTASINYA

12. Visi

Terwujudnya peningkatan peran Polri / Polda Bali dalam memelihara kamtibmas guna

menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban dalam rangka otonomi daerah 2025

13. Misi

a. Mewujudkan suasana aman dan tentram di daerah Bali.

b. Mewujudkan kekuatan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi ancaman

Kamtibmas

c. Mewujudkan dukungan masyarakat dalam memelihara Kamtibmas

d. Mewujudkan partisipasi masyarakat dalam memelihara Kamtibmas.

14. Tujuan

a. Terjaminnya keamanan setiap orang yang hidup bermasyarakat di Bali.

b. Terwujudnya daya cegah dan daya tangkal masyarakat dalam mencegah dan

menanggulangi ancaman Kamtibmas

c. Masyarakat turut serta mengidentifikasi persolan pada diri dan lingkungannya

melaui kegiatan forum forum kemitraan polisi masyarakat.

d. Masyarakat Bali bersama sama Polri saling bahu membahu dalam menjaga

stabilitas keamanan sebagai modal dasar industri pariwisata dan pembangunan

nasional.

15. Sasaran

a. Meningkatnya kualitas kemampuan angota Polri / Polda Bali dalam pemeliharaan

Kamtibmas

b. Meningkatnya kerja sama dengan masyarakat dalam pemeliharaan Kamtibmas

16

c. Meningkatnya anggaran untuk pemeliharaan Kamtibmas

d. Meningkatnya kemampuan sistem dan metode pemeliharaan Kamtibmas.

16. Kebijakan

a. Meningkatkan kemampuan profesional angota Polri / Polda Bali dalam

pemeliharaan Kamtibmas

b. Meningkatkan kualitas dan daya dukung sarana dan prasarana pemeliharaan

Kamtibmas

c. Meningkatkan daya dukung anggaran untuk pemeliharaan Kamibmas

d. Meningkatkan manajemen pemeliharaan Kamtibmas

17. Strategi.

a. Analisis EFAS

Tabel 1

EXTERNAL STRATEGIC FACTORS ANALYSIS SUMMARY (EFAS)

NO FAKTOR-FAKTOR STRATEGI

EKSTERNAL

BOBOT

0,0-1,0

RATING

1-9

BOBOT X

RATING

KOMENTAR

PELUANG

1 Undang-undang tentang

Otda memberikan

peluang lancarnya

Otonomi daerah.

0,15 7 1,05

2 Pemerintah pusat

memberikan kesempatan

kepada daerah

0,10 3 0,30

3 Pemerintah daerah

menyelenggarakan fungsi

0,10 4 0,40

17

dan kewenangannya

dengan baik

4 Elit Politik daerah

mampu memotivasi

pembangunan daerah.

0,15 5 0,75

KENDALA

1 Inkonsistensi Peraturan

Daerah dengan Undang-

undang di atasnya.

0,10 7 0,70

2 Keengganan untuk

memberikan kewenangan

teknis

0,10 5 0,50

3 Arogansi pemerintah

daerah terhadap

pemerintah pusat dan

propinsi.

0,15 4 0,60

4 Elit Politik

mengedepankan

kekuasaan

0,15 3 0,45

TOTAL 1,00 4,75

b. Analisi IFAS

Tabel 2

INTERNAL STRATEGIC FACTORS ANALYSIS SUMMARY (IFAS)

NO FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL

BOBOT

0,0-1,0

RATING

1-9

BOBOT X

RATING

KOMENTAR

KEKUATAN

1 Polri/Polda Bali

memiliki SDM yang

besar dan tersebar di

0,15 4 0,60

18

daerah-daerah

2 Polda Bali memiliki

dukungan sarpras

0,10 5 0,50

3 Polda Bali memiliki

anggaran rutin maupun

operasional yang cukup

0,15 6 0,90

4 Polda Bali memiliki

sistem dan Metode yang

baku.

0,10 3 0,30

KELEMAHAN

1 Masih ada pelanggaran

disiplin anggota dan

pendekatan kekuasaan

0,15 6 0,90

2 Sarpras pendukung

pelaksanaan tugas masih

terbatas dan kondisinya

kurang memadai

0,15 5 0,75

3 Anggaran penunjang

tugas, terutama anggaran

operasional masih

kurang

0,05 4 0,20

4 Sistem dan Metode yang masih konvensional dan ketinggalan

0,15 3 0,45

TOTAL 1,00 4,50

19

c. Posisi Polri / Polda Bali

Untuk melihat posisi organisasi Polri/ Polda Bali dalam pemeliharaan Kamtibmas

saat ini, hasil analisis EFAS dan IFAS di atas dimasukkan ke dalam matrik strategik

sebagaimana tampak di bawah ini:

1 Growth

Konsentrasi

melalui integrasi

vertikal

2 Growth

Konsentrasi melalui

integrasi horizontal

3 Retrechment

Penghematan

4 Carefully 5 a Growtn

Konsentrasi integrasi

horizontal

5 b Stability

Tidak melakukan

perubahan

6 Captive

Ketrikatan

7 Growth

Diversifikasi

Konsentrik

8 Growth

Diversifikasi

konglomerasi

9 Retrechment

Likwidasi

Dalam matrik di atas posisi strategik Polri berada pada kondisi growth

(pertumbuhan) dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Ini berarti bahwa

20

PELUANG EKSTERNAL

TINGGI

SEDANG

RENDAH

9 6 3 0

6

3

0

SUMBER DAYA INTERNAL

4,50

4,75

grand strategi Polri diarahkan untuk menghilangkan atau merangkul pesaing,

meningkatkan dukungan dari instansi lain, dan memantapkan dukungan masyarakat

dalam pemeliharaan Kamtibmas.

Berdasarkan matrik di atas dapat dilihat pula bahwa total skor IFAS (4,50) dan

EFAS (4,75), posisi organisasi berada pada kolom kuadran 5a yaitu pertumbuhan

melalui integrasi horizontal, artinya pemeliharaan Kamtibmas masih dalam

pertumbuhan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal. Ini berarti bahwa

kunci utama strategi ini adalah konsolidasi organisasi secara horizontal, dengan

tujuan utama membangun kerja sama dengan pihak lain agar kebijakan yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Dengan demikian pada strategi ini tidak ada perubahan

arah kebijakan atau strategi yang telah ada karena tidak akan memperoleh

keuntungan apapun, tetapi mengimplementasikan kebijakan melalui implementasi

strategi.

Berdasarkan matrik tersebut di atas, organisasi yang berada pada sel ini, kunci

kegiatan utama yang dapat dilakukan antara lain:

1) Meningkatkan kualitas personal organisasi, yaitu anggota Polri.

2) Mengembangkan organisasi melalui kerja sama dengan organisasi lain, seperti

masyarakat, Ormas, LSM, dan sebagainya.

3) Memperluas kegiatan operasional di berbagai bidang yang berkaitan langsung

maupun tidak langsung dengan pemeliharaan Kamtibmas.

Hasil analisis EFAS-IFAS di atas menunjukkan pula bahwa faktor eksternal

lebih besar dari faktor internal. Ini berarti bahwa membangun grand Strategi

memecahkan masalah pemeliharaan Kamtibmas berbentuk diversifikasi, yakni Polri

harus menggunakan kekuatan yang ada serta menghindarkan kendala dengan

melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam memecahkan

masalah pemeliharaan Kamtibmas.

e. Analisis Strategi Faktor Strategik (SFAS)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bagian yang lalu dapat ditetapkan

faktor-faktor kunci yang akan menentukan strategi jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang sebagaimana tampak pada tabel berikut:

21

Tabel 3

STRATEGIS FACTORS ANALYSIS SUMMARY (SFAS)

NO

FAKTOR STRATEGI KUNCI

BOBOT RATING SKOR JANGKA WAKTU

JP JM JP

1 Peningkatan sarpras 0,15 6 0,90 X

2 Peningkatan profesionalisme anggota

0,15 3 0,45 X

3 Peningkatan kerja sama dengan Ormas

0,15 6 0,90 X

4 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan Kamtibmas

0,10 5 0,50 X

5 Peningkatan anggaran Harkamtibmas

0,10 7 0,70 X

6 Peningkatan kerja sama dengan Pengurus Parpol daerah

0,15 3 0,45 X

7 Peningkatan anggaran melalui APBD

0,15 6 0,60 X

8 Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

0,05 5 0,25 X

9 Peningkatan kerja sama dengan Pemda

0,05 4 0,20 X

TOTAL 1,00

22

Berdasarkan perhitungan tabel di atas ditemukan bahwa strategi yang harus

dilakukan Polri dalam melaksanakan tugas pemeliharaan Kamtibmas di era otonomi

daerah adalah sebagai berikut:

a) Strategi Jangka Pendek ( antara 0 - 1 tahun)

1) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

2) Peningkatan kerja sama dengan Pemda

b) Strategi Jangka Sedang ( antara 1 - 2 tahun)

1) Peningkatan profesionalisme anggota

2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan Kamtibmas

3) Peningkatan kerja sama dengan Pengurus Parpol daerah

c) Strategi Jangka Panjang (antara 2 - 5 tahun).

a. Peningkatan sarpras

b. Peningkatan kerja sama dengan Ormas

c. Peningkatan anggaran Harkamtibmas

d. Peningkatan anggaran melalui APBD

18. Implementasi

a) Strategi Jangka Pendek ( antara 0 - 1 tahun).

1) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

a) Melaksanakan pelayanan prima pada semua aspek pelayanan

kepolisian

b) Melengkapi sarana pelayanan Kepolisian

c) Menyederhanakan birokrasi pelayanan Kepolisian

2) Peningkatan kerja sama dengan Pemda

a) Menyediakan sistem koordinasi dengan dinas/isntansi di

lingkungan Pemda

b) Melengkapi sarana komunikasi dengan dinas/isntansi di

lingkungan Pemda

b) Strategi Jangka Sedang (antara 1 - 2 tahun)

1) Peningkatan profesionalisme anggota

23

a) Melaksanakan diklat peningkatan keterampilan anggota dalam

Harkamtibmas

b) Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas

c) Melaksanakan diklat kecerdasan spiritual bagi anggota

2) Peningkatan peran serta masyarakat

dalam pemeliharaan Kamtibmas

a) Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas bagi masyarakat

b) Melaksanakan pembinaan rutin FKPM

c) Melaksanakan latihan deteksi dini kerawanan Kamtibmas bagi

masyarakat

3) Peningkatan kerja sama dengan

Pengurus Parpol daerah

a) Melaksanakan komunikasi dengan parpol di daerah

b) Melaksanakan pembinaan bagi pemuda parpol di daerah

c) Melaksanakan latihan pengamanan bagi pemuda parpol di daerah

c) Strategi Jangka Panjang (antara 2 - 5 tahun).

1) Peningkatan sarpras

1. Melengkapi sarpras pendukung Harkamtibmas

2. Memodernisasi sarpras pendukung Harkamtibmas

3. Melengkapi media komunikasi Polri dan masyarakat

2) Peningkatan kerja sama dengan Ormas

a) Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas bagi Ormas

b) Melaksanakan pembinaan rutin Ormas

3) Melaksanakan latihan Harkamtibmas bagi Ormas

4) Peningkatan anggaran Harkamtibmas

a) Melaksanakan pengusulan anggaran operasional harkamtibmas

b) Melaksanakan pengusulan anggaran bantuan bagi operasional FKPM

5) Peningkatan anggaran melalui APBD

a) Melaksanakan audiensi dan pendekatan dengan Pemda dan DPRD

tentang tanggung jawab harkamtibmas

b) Melaksanakan pengusulan anggaran bantuan Harkamtibmas dari APBD

24

BAB VII

PENUTUP

19. Kesimpulan

a. Kondisi Kamtibmas dalam Otda di Bali saat ini masih belum menunjukkan tingkat

yang optimal, karena masih adanya kerawanan di daerah sebagai dampak otonomi

daerah yaitu munculnya konflik antara pusat dan daerah dalam hal keuangan,

munculnya konflik adat akibat pertentangan elit politik yang di bawa ke ranah adat.

b. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap peran Polri dalam rangka memelihara dan

meningkatkan kamtibmas dalam era Otonomi daerah Polri / Polda Bali memiliki

kekuatan dibidang personil sampai kepelosok pelosok desa, dukungan Dipa serta

memiliki sarana dan prasarana yang cukup, namun memiliki kelemahan dimana

anggota Polri masih banyak yang melakukan pelanggaran hukum, masih ada yang

arogan, dari faktor eksternal Polri mendapat dukungan masyarakat dalam

melaksanakan tugas pokoknya demikian juga dari pemerintah dengan adanya

peraturan perundangan yang mendukung serta kendalanya adalah peran elit politik

kadang kadang masih arogan dalam melanggengkan kekuasaannya sehinga sering

muncul tindak pidana yang bertendensi Pidana Murni dan beraroma politik.

c. Kondisi Kamtibmas yang diharapkan pada otonomi daerah tahun 2025 di Daerah

Bali khususnya adalah terwujudnya Kamtibmas yang kondusif bagi pembangunan

daerah, yakni daerah memiliki jaminan keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum,

serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah

dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk

gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

d. Strategi peningkatan peran Polri / Polda Bali dalam memelihara kamtibmas guna

menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban dalam rangka otonomi daerah 2025

disusun dalam bentuk strategi jangka pendek yaitu: Peningkatan pelayanan kepada

25

masyarakat dan peningkatan kerja sama dengan Pemda. Strategi Jangka Sedang,

dalam bentuk peningkatan profesionalisme anggota, peningkatan peran serta

masyarakat dalam pemeliharaan Kamtibmas, dan peningkatan kerja sama dengan

Pengurus Parpol daerah. Strategi jangka panjang meliputi peningkatan sarpras,

peningkatan kerja sama dengan Ormas, peningkatan anggaran Harkamtibmas, dan

peningkatan anggaran melalui APBD.

e. Implementasi dari strategi jangka Pendek, Jangka Sedang dan Jangka Panjang

diwujudkan dengan :

1) Strategi Jangka Pendek ( antara 0 - 1 tahun)

a). Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Melaksanakan pelayanan prima pada semua aspek pelayanan kepolisian

Melengkapi sarana pelayanan Kepolisian

Menyederhanakan birokrasi pelayanan Kepolisian

b). Peningkatan kerja sama dengan Pemda

Menyediakan sistem koordinasi dengan dinas/isntansi di lingkungan

Pemda

Melengkapi sarana komunikasi dengan dinas/isntansi di lingkungan

Pemda

2) Strategi Jangka Sedang (antara 1 - 2 tahun)

a) Peningkatan profesionalisme anggota

Melaksanakan diklat peningkatan keterampilan anggota dalam

Harkamtibmas

Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas

Melaksanakan diklat kecerdasan spiritual bagi anggota

b) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan Kamtibmas

Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas bagi masyarakat

Melaksanakan pembinaan rutin FKPM

Melaksanakan latihan deteksi dini kerawanan Kamtibmas bagi

masyarakat

c). Peningkatan kerja sama dengan Pengurus Parpol daerah

Melaksanakan komunikasi dengan parpol di daerah

Melaksanakan pembinaan bagi pemuda parpol di daerah

Melaksanakan latihan pengamanan bagi pemuda parpol di daerah

3) Strategi Jangka Panjang (antara 2 - 3 tahun).

26

a). Peningkatan sarpras

Melengkapi sarpras pendukung Harkamtibmas

Memodernisasi sarpras pendukung Harkamtibmas

Melengkapi media komunikasi Polri dan masyarakat

b). Peningkatan kerja sama dengan Ormas

Melaksanakan latihan rutin Harkamtibmas bagi Ormas

Melaksanakan pembinaan rutin Ormas

Melaksanakan latihan Harkamtibmas bagi Ormas

c). Peningkatan anggaran Harkamtibmas

Melaksanakan pengusulan anggaran operasional harkamtibmas

Melaksanakan pengusulan anggaran bantuan bagi operasional FKPM

d). Peningkatan anggaran melalui APBD

Melaksanakan audiensi dan pendekatan dengan Pemda dan DPRD

tentang tanggung jawab harkamtibmas

Melaksanakan pengusulan anggaran bantuan Harkamtibmas dari APBD

20. Rekomendasi

Dalam menghadapi tantangan otonomi daerah terhadap Kamtibmas di masa depan

diharapkan Kapolda Bali melakukan langkah langkah koordinatif dan meningkatkan

kemampuan anggota Polda Bali sebagai berikut :

Pemda Bali membuat usulan pembagian keuangan antara pusat dan daerah 50 : 50

Polda Bali melaksanakan Hearing dengan DPRD Bali untuk meminta bantuan

sarana dan prasara pelaksanaan tugas Operasional.

Dibangun Poros PolDa Bali dan Pemda sebagai sarana untuk melaksanakan

koordinasi secara intensif yang membahas setiap perkembangan kamtibmas dan

mencari solusinya.

27

DAFTAR PUSTAKA

Email Mabes Polri, Email Polres Garut Polda Jabar,

Hanjar Organisasi Pembelajaran dan Scenario Learning, Sespati Polri, Lembang 2010

Rangkuti F, (2000), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Undang - Undang Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Prof. Drs. HAW. Wijaya (2005), Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia.

28