nira
DESCRIPTION
niraTRANSCRIPT
BAB XII. NIRA
Nira adalah cairan yang keluar dari bunga kelapa atau pohon penghasil
nira lain seperti aren, siwalan dan lontar yang disadap. Cairan ini merupakan
bahan baku untuk pembuatan gula. Nira sering juga disebut "lege", kata ini
sebenarnya istilah bahasa Jawa berasal dari kata legi artinya manis. Dalam
keadaan segar nira mempunyai rasa manis berbau harum dan tidak berwarna.
Selain bahan baku pembuatan gula, nira dapat pula digunakan sebagai bahan
makanan lain yaitu minuman keras (tuak). Asam cuka dan minuman segar, serta
pada akhir-akhir ini muncul produk baru dari nira aren yaitu gula merah serbuk.
Dalam proses penyadapan nira ini perlu penanganan, baik sebelum
penyadapan maupun sesudah penyadapan. Hal ini karena nira merupakan cairan
yang mengandung kadar gula tertentu dan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, kapang maupun khamir. Walaupun
cairan yang keluar dari bunga steril, namun kerusakan nira dapat terjadi sejak saat
dimulainya nira tersebut ditampung pada bumbung, atau pada waktu nira tersebut
disadap dari pohon, dan pada waktu nira disimpan untuk menunggu waktu
pengolahan.
Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya untuk mengetahui tentang nira,
baik mulai dari penyadapan, penanganan maupun komponen-komponen yang
terkandung di dalam nira, sehingga masa simpan ataupun penanganannya dapat
diperpanjang, tetapi memberikan mutu yang lebih baik terhadap produk yang
dihasilkan.
A. Sumber Nira
Nira dihasilkan oleh tanaman yang berhijau daun dan digunakan dalam
metabolisme dari tanaman. Pada beberapa jenis tanaman nira disimpan dalam
akar, batang, bunga dan buah. Nira dalam tanaman dapat berbentuk sukrosa,
glukosa atau fruktosa. Sumber nira yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain berasal dari tanaman :
152
1. Aren (Arenga pinnata merr)
Nira aren diperoleh dengan penyadapan tangkai bunganya, dan mulai
dapat disadap pada umur 5 - 12 tahun. Tiap tanaman dapat disadap selama
3 tahun, dan tiap tahun dapat disadap 3 - 4 tangkai bunga. Hasil niranya 300 - 400
liter per musim tangkai bunga (3 - 4 bulan) atau 900 - 1600 liter nira per tahun.
Dalam sehari dapat disadap 2 kali dengan menghasilkan 3 - 10 liter nira. Tangkai
bunga aren tumbuh panjang dari pelepah daun berupa cabang dengan arah
pertumbuhan dari atas ke bawah, dengan tangkai bunga yang kuat berdiri pada
puncak yang bengkok. Bunga aren adalah nomoceous unisexual dimana bunga
jantan dan bunga betinanya terpisah pada masing-masing tongkol (spadix), bunga
yang mula-mula keluar sampai tongkol ke empat atau ke lima adalah bunga
betina, kemudian seterusnya ke luar bunga jantan.
Gambar 35. Nira aren
Bunga yang disadap adalah bunga jantan sedangkan bunga betina tidak
boleh disadap karena akan menurunkan produksi nira. Pada dasarnya bunga
betina berwarna hijau atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan bunga jantan
berwarna kuning kecoklatan atau coklat.
a. Penyadapan Nira Aren
Penyadapan nira dari pohon aren dapat dilakukan melalui proses
penigguran/pemukulan, yang dilakukan dengan alat pemukul berbentuk silinder
bertangkai yang terbuat dari kayu yang berasal dari pohon nangsi, mauhman,
dadap atau hanjuang. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar
pori-pori dan melunakan tangan bunga, sehingga nira mudah keluar. Kegiatan ini
diduga menghancurkan dinding sel sehingga cairannya bisa keluar. Pemukulan
harus dilakukan benar-benar merata diseluruh permukaan tangan bunga, agar
dapat menghasilkan nira semaksimum mungkin, kemudian dilanjutkan dengan
mengayunkan bunga ke arah samping kira-kira membentuk sudut 90 derajat.
Tahap peningguran dan pengayunan ini berlangsung 3 hari sekali selama 10 hari.
153
Tahap selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah bunga sudah
siap dipotong/dipagas, dilakukan dengan mengiris tangkai bunga dengan pisau
sadap. Pada tahap pengujian ini dapat diketahui waktu pemotongan yang tepat,
ketidaktepatan dalam waktu pemotongan bunga akan menyebabkan tidak
keluarnya nira yang disadap.
Untuk mengetahui waktu pemotongan bunga yang tepat, bentuk bunga
digunakan sebagai bahan pertimbangan. Bila bunga berbentuk lonjong dan benang
sarinya tersusun tidak teratur, ada yang panjang dan pendek, maka pemangasan
dilakukan pada tahap bunga tua. Bila bunga berbentuk bulat dan susunan
benangsarinya rapi dan pendek, semua pemangasan dilakukan pada tahap bunga
muda. Cara-cara mengetahui waktu pemangasan yang tepat :
i. Tahap bunga muda
Bila diketahui bunga itu waktu pemangasannya diduga berada pada tahap
bunga muda kemudian warna dalam bunga terlihat gumicrak bodas (warna putih
seperti beras), dan setelah diuji dengan pengirisan pada tangkai bunga, airnya ke
luar, maka langsung dilakukan pemangasan. Tetapi bila tidak keluar air waktu
pemagasan, ditunggu sampai bunga menjadi gumicrak koneng (warna kuning dan
berair). Bila bagian bunga sudah tumi odeng muda (warna kuning muda tidak
berair) sampai ligar (bunga sudah tidak ada) berarti waktu pemangasan sudah
lewat, tidak dapat lagi dilakukan pemangasan. Jadi harus menunggu muncul
bunga lainnya.
ii. Tahap bunga tua
Bila diketahui pemangasan bunga dalam tahap bunga tua, maka uji
pengirisan tidak perlu dilakukan pada tahap gumicrak bodas atau gumicrak
koneng, tetapi ditunggu sampai bunga menunjukkan ciri tumi odeng muda (warna
kuning muda tidak berair). Bila dilakukan pengujian keluar air, maka langsung
dilakukan pemangasan. Jika belum keluar air ditunggu sampai tumi odeng tua
(warna kuning tua) dan seterusnya hingga tahap ligar, bila setelah diuji keluar air
langsung dilakukan pemangasan, bila memberikan hasil yang negatif berarti
tangkai tersebut tidak menghasilkan nira, maka harus ditunggu sampai bunga
berikutnya muncul. Tahap pertumbuhan bunga yang dipergunakan untuk
154
menentukan waktu potong bunga yang tepat umumnya dikelompokkan sebagai
berikut :
Gumicrak bodas : bagian dalam bunga berwarna putih seperti beras
Gumicrak koneng : bagian dalam bunga berwarna kuning dan berair
Tumi odeng muda : bagian dalam bunga berwarna kuning muda tidak berair
tetapi kalau dipegang agak lengket
Tumi odengan tua : bagian dalam bunga berwarna kuning tua
Leucir : bagian dalam bunga berwarna kuning tidak berair dan
tidak lengket
Hear : bagian dalam bunga sedikit berserbuk
Humangit : bagian dalam bunga tercium bau harum
Jumegang : bagian dalam bunga terdapat cairan kental seperti madu
Ligar : bunga sudah tidak ada rontok
Tahap pertumbuhan 1 dan 2 disebut dengan tahap bunga muda, sedangkan
tahap 3 sampai 9 disebut tahap bunga tua. Setelah tahap pemangasan dilakukan
maka tahap berikutnya adalah pembungkusan dengan ijuk yang bertujuan untuk
melindungi tangkai bunga dari gangguan tupai atau serangga. Kemudian diperiksa
setiap hari apakah ada tetesan-tetesan air sebesar nasi. Bila sudah ada maka
dibiarkan lagi selama 5 – 6 hari, setelah itu ijuk dibuang, tangkai bunga kemudian
dibungkus dengan daun labu atau daun dadar agar keluar air lebih banyak, hal ini
disebabkan daun labu atau dadap mengandung asam yang dapat menarik air.
Pembungkusan ini berlangsung selama 3 – 6 hari. Perlakuan ini diistilahkan
dengan pemokokkan.
Bila nira yang ke luar banyak maka ujung tangkai bunga tersebut diiris
tipis, dan air nira yang ke luar ditampung dalam lodong bambu. Nira yang
diperoleh sebaiknya langsung diproses menjadi gula agar mutu gula yang
diperoleh baik, bila nira didiamkan dahulu akan mengalami proses fermentasi dan
bila dijadikan gula akan menghasilkan tekstur yang lembek.
155
2. Proses Pembuatan Gula Aren
Gula yang dibuat dari nira aren ada dua macam yaitu :
a. Gula aren cetak
Nira dengan pH 6 - 7 diadakan penyaringan untuk membersihkan kotoran,
kemudian dimasak dengan api yang bersuhu sekitar 110 - 1200C sehingga kadar
air nira berkurang. Untuk membersihkan kotoran yang masuk pada waktu
pemasakan maka dilakukan penyaringan kedua, penyaringan dilanjutkan sehingga
nira mengental sekali, namun belum timbul buih yang banyak. Bila telah timbul
buih yang banyak, dilakukan penambahan minyak kelapa atau kemiri atau
kacang tanah. Kemudian dimasak terus dengan api yang lebih kecil, sehingga nira
tersebut kental yang ditandai dengan mengerasnya nira bila diteteskan ke dalam
air, atau bila diambil dengan sendok membentuk benang-benang yang tidak putus.
Nira kental dihentikan pemasakannya dan terus diaduk-aduk agar
diperoleh kristal yang merata sampai terbentuk warna coklat kekuning- kuningan
tetapi belum mengeras. Hasil pemasakan dimasukkan dalam cetakan, sebelumnya
cetakan direndam dalam air dingin agar gula mudah lepas dari cetakannya. Gula
merah dibiarkan dalam cetakan hingga dingin, kemudian dilepaskan dari
cetakannya.
Gambar 36. Gula aren cetak
b. Gula semut
Pembuatan gula semut memerlukan nira yang masih baik dan segar
sehingga perlu diberikan perhatian ekstra pada proses penyiapan penyadapan dan
penyadapan nira, agar dihasilkan nira yang baik dan tidak asam. Nira hasil
saringan dimasak pada suhu sekitar 110°C di dalam wajan sambil terus diaduk.
Pada saat nira mulai mendidih, kotoran akan terapung bersama-sama busa ke
permukaan. Kotoran dan busa ini harus dihilangkan dari nira. Untuk menjaga
busa nira tidak meluap ke luar wajan, maka sewaktu-waktu diaduk dan
156
ditambahkan minyak goreng 1 sendok makan untuk 25 liter nira yang dimasak.
Penggunaan minyak kelapa bertujuan untuk mengurangi total padatan gula semut
yang dihasilkan. Pemasakan dilanjutkan sampai sedikit lebih tua dari yang
digunakan untuk membuat gula cetak. Pekatan nira dalam wajan selanjutnya
didinginkan lebih kurang 10 menit tanpa diaduk. Setelah itu dilakukan
pengadukan dengan pengaduk yang berbentuk garpu secara perlahan-lahan dan
setelah terjadi kristalisasi pengadukan dipercepat hingga diperoleh gula yang
berbentuk serbuk. Gula yang dihasilkan dipindahkan ke wadah lain dan dibiarkan
dingin. Apabila gula semut yang dihasilkan masih basah, maka dapat dilakukan
penjemuran dengan sinar matahari untuk mendapatkan gula semut dengan kadar
air sesuai. Sebaiknya dilakukan pengayakan dan dikemas dalam kantong plastik
atau botol gelas.
Gambar 37. Gula semut
B. Komposisi Nira Aren
Komposisi nira dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas
tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan
dan pengairan. Nira aren mengandung air sebanyak 80 – 85%, sukrosa ± 15%,
gula invert 0,13%, non gula (organik) 0,13%, non gula (anorganik) 0,02%. Selain
itu nira juga mengandung mineral-mineral dalam jumlah tertentu. Nira hasil
sadapan seperti nira kelapa dan aren sering mengalami kerusakan, sehingga nira
menjadi asam, berbuih putih dan berlendir.
4. Kelapa (Cocos nucifera)
Kelapa mulai dapat disadap umur 6 - 8 tahun serta lamanya dapat disadap
25-30 tahun, pengambilan nira dengan cara memotong tangkai bunganya.
Penyadapan dilakukan sepanjang tahun selama 4 bulan, hasil niranya 2 kg per hari
sadap. Rendemen nira menjadi gula merah yaitu 12 – 18%, gula merah yang
dihasilkan antara 30 - 40 kg per pohon per tahun.
157
1. Penyadapan Nira Kelapa
Nira kelapa diperoleh dari hasil penyadapan tandan bunga (mayang)
kelapa. Biasanya tandang bunga yang dapat disadap bila tandan tersebut
digoyang-goyangkan akan melenting. Penyadapan nira dilakukan melalui proses
pemukulan tangkai bunga untuk mengempukan tandan. Pengempukan tandan ini
dimulai sejak bunga belum berkembang sampai bunga menjadi mekar, lamanya
±3 minggu. Mekarnya bunga kelapa tersebut dapat diperlambat dengan
membungkus atau mengikatnya dengan menggunakan tali atau sabut. Setelah
bunga berkembang ujung tandan di potong kira-kira 5 cm dari ujung tangkai
bunga, dan tandan akan mengeluarkan nira yang kemudian ditampung dalam
lodong bambu. Frekuensi penyadapan dilakukan sehari 2 kali setiap pagi dan
petang sampai batang bunga tinggal 1/3 bagian.
2. Daya Guna Nira Kelapa
1. Tuak
Tuak atau tuba dibuat dengan cara fermentasi nira. Komposisi tuak
tergantung ketelitian proses fermentasi, kadar alkohol umumnya 5,5% (v/v),
sedangkan dengan cara fermentasi sempurna akan didapat tuak dengan kadar
alkohol 6,0 – 7,0%.
2. Arak
Hasil destilasi tuak kelana menghasilkan minuman keras yang disebut
arak, diproduksi secara komersil di Sri Langka dan Philipina.
3. Setrup kelapa atau Jaggery
Hasil pemekatan nira kelapa, yaitu nira kelapa yang masih segar
dimasukkan ke dalam oven panas dan dipanaskan secara perlahan sampai
terbentuk pekatan (konsentrat), dan untuk mencegah terbentuknya buih, biasanya
ditutup dengan keranjang dari kayu. Setrup kelapa, akibat pemanasan yang
berlebihan sering mengalami peristiwa karamelisasi, dapat dikristalkan dalam
tabung evaporasi pada suhu rendah sehingga didapat gula kelapa dalam bentuk
padat.
158
4. Cuka
Nira kelapa yang dibiarkan selama 24 jam akan berubah menjadi alkohol
dan akhirnya membentuk asam asetat. Cara ini sudah biasa dilakukan untuk
pembuatan cuka kelapa dalam skala komersil.
3. Komposisi Nira Kelapa
Nira kelapa terdiri dari sakarosa sekitar 13 – 17%, protein 0,02 – 0,03%,
air 75-90%, lainnya adalah bahan organik seperti karbohidrat, asam amino, zat
warna dan lemak serta garam mineral. Getah kelapa mengandung sejumlah kecil
garam-garam mineral dan vitamin, antara lain asam askorbat sebesar 16-30 mg/10
ml getah kelapa.
C. Tebu (Saccharum officina rum)
Tebu pada masa pertumbuhan memerlukan banyak air, sedangkan pada
waktu masak menghendaki keadaan yang kering. Bila waktu masak turun hujan,
maka akan terjadi pertumbuhan terus dari akar ataupun tunas, sehingga rendemen
gula akan turun, sebab persediaan gula dalam batang diperlukan untuk
pertumbuhan.
1. Penebangan Tebu
Tanaman tebu yang sudah cukup masak yaitu batang yang telah
mempunyai rendemen yang tertinggi, biasanya telah berumur antara 12 - 16
bulan. Tanaman tebu rakyat dianggap sudah masak atau cukup ditebang bila
bunga tebu sudah hampir habis dan hanya tertinggal tangkai bunganya saja.
Disamping itu ruas batang dekat ujung batang sudah sangat pendek. Batang tebu
yang sudah ditebang tidak tahan lama untuk disimpan karena kadar sukrosanya
akan menurun dan kadar gula invertnya akan bertambah, sehingga rendemen gula
yang dihasilkan makin rendah pula.
2. Ekstraksi Nira Tebu
Tebu setelah dipotong atau disobek-sobek biasanya menggunakan alat
yang disebut crusher atau shredder, dimana alat tersebut selain untuk memotong
tebu juga sedikit memeras nira tebu kira-kira sebanyak 50%. Setelah itu diperas
lagi melalui three roller mill sampai nira ke luar seluruhnya.
159
Penyebaran air dan gula dalam jaringan batang tebu tidak merata, nira
yang banyak mengandung gula atau sukrosa terutama terdapat pada sel
parenchyma yang berdinding tipis. Pada bagian dalam dari batang terdapat
pembuluh serabut yang banyak mengandung air berasal dari tanah.
3. Proses Pembuatan Gula
Nira mentah yang diperoleh dari penggilingan tebu merupakan cairan
berwarna coklat kehijau-hijauan, proses pertama adalah purifikasi yang bertujuan
untuk menghilangkan atau membuang bahan (zat) organik dan anorganik yang
terdapat dalam nira mentah dengan cara kimia dan fisik, dilakukan dengan
beberapa tahap.
Tahap pertama dalam proses purifikasi adalah filtrasi untuk memperoleh
nira bersih dan kualitas gula yang baik. Setelah penyaringan nira dipanaskan yang
bertujuan untuk mengendapkan atau mengumpulkan beberapa jenis bahan bukan
gula sehingga dapat dipisahkan dari dalam nira dengan cara penyaringan atau
sentrifusi. Suhu pemanasan antara 75 - 1000C selama beberapa menit, bila terlalu
lama akan terjadi hidrolisa sukrosa menjadi gula invert, sehingga kadar sukrosa
menurun. Selanjutnya defekasi atau pemurnian atau klarifikasi dengan cara
pemberian kapur (air kapur), bertujuan untuk meningkatkan kemurnian nira,
mencegah terjadinya inversi, menghilangkan koloid, dan menghilangkan bahan
bukan gula.
Klarifikasi yang optimum adalah membuang bahan bukan gula dengan
cara meningkatkan pH nira, akan terjadi pengendapan beberapa bahan bukan gula
yang dapat dipisahkan dengan cara penyaringan atau sentrifusi. Proses purifikasi
berikutnya dengan sulfitasi yaitu menggunakan kapur dan sulfur dioksida sebagai
bahan pembersih (clarifying agent), nira mentah yang diberi kapur berlebihan,
kelebihannya dinetralkan oleh sulfur dioksida (S02). Selanjutnya adalah proses
karbonatasi yaitu proses purifikasi nira dengan menggunakan kapur dan CO2
sehingga sebagian besar bahan bukan gula akan mengendap atau menggumpal dan
dapat tersaring serta dibuang. Proses terakhir dari purifikasi adalah ion exchange
(pertukaran ion) bahan yang digunakan adalah ion exchangeresin zat yang
mempunyai daya aktif untuk mengadakan pertukaran ion dengan ion yang
terdapat dalam larutan nira (ion bahan bukan gula).
160
Tahap kedua setelah purifikasi adalah evaporasi yaitu pengeluaran air dari
nira dengan cara menguapkan nira pada suhu antara 60 - 1300C. Tahap ketiga
adalah kristalisasi yaitu nira kental (pH 5,5) dimasukkan ke dalam pan masakan
dengan suhu antara 60-70°C dengan tekanan rendah sehingga terbentuk
massecuite yang terdiri dari kristal gula dan sirup dengan kadar air rendah
(8-10%). Kemudian massecuite dimasukkan ke dalam crystallizer (palung
pendingin) supaya pembentukan kristal lebih sempurna dengan suhu yang lebih
rendah (40-55°C). Hasil dari masakan selanjutnya disentrifuge untuk memisahkan
kristal gula dengan molasse.
Tahap keempat adalah pemisahan kristal gula yaitu menggunakan alat
centrifuge (putaran untuk memisahkan kristal gula dari molasse). Tahap terakhir
adalah proses penyelesaian yaitu pengeringan kristal gula dengan tunnel dryer
atau rotary dryer, sehingga akan diperoleh gula dengan kadar air antara
0,9 – 3,5%, tergantung dari kemurnian gula.
D. Sumber Nira Lainnya
1. Lontar (Barassus sp.)
Barassus sp yang dapat diambil niranya yaitu Barassus sundaica (siwalan,
lontar di Indonesia). Bagian tanaman yang disadap adalah tangkai bunga atau
buah, mulai disadap umur 15 tahun.
Gambar 38. Pohon lontar
2. Sagu (Caryota urens)
Nira sagu diperoleh dengan penyadap tangkai bunga dan mulai disadap
umur 10 tahun selama 15 -20 tahun.
161
3. Kurma (Phoenix sylvestris)
Nira kurma diperoleh dari pangkal tajuk tanaman, mulai disedap umur 8
tahun, lama penyadapan 25 - 40 tahun.
4. Bit gula (Beta vulgaris)
Nira diperoleh dari umbi bit gula, umbi bit gula mengandung antara
13 – 17% sukrosa. Penanaman bit dengan biji dan lamanya sampai dipanen 5-6
bulan.
Gambar 39. Gula bit
5. Sorgum (Sorghum vulgare)
Nira diperoleh dari batang sorgum manis varietas saccharum dan hasilnya
kebanyakan diolah langsung menjadi sirup.
Gambar 40. Sorgum
6. Maple(Acer saccharum)
Nira diperoleh dengan cara penyadap kulit pohon maple sepanjang
7,50 cm dan letaknya 130 cm di atas tanah.
D. Kerusakan Nira
Kerusakan nira terjadi pada saat dimulainya nira tersebut ditampung pada
bumbung atau pada waktu nira tersebut disadap dari pohon dan pada waktu nira
disimpan untuk menunggu waktu pengolahan, walaupun cairan yang ke luar dari
bunga steril. Karenanya bila nira didiamkan beberapa waktu akan terjadi proses
162
fermentasi sukrosa dalam nira oleh mikroorganisme dirubah menjadi alkohol dan
lama kelamaan menjadi asam.
Nira yang sudah terfermentasi menghasilkan toddy wine atau palm wine
yang di Indonesia popular disebut “tuak”. Mikroba yang terdapat pada nira adalah
khamir dan bakteri. Khamir yang terdapat dalam jumlah besar pada tuak adalah
Saccharomyces cerevisiae, sedangkan bakteri yang ditemukan pada tuak tersebut
adalah bakteri-bakteri dari genus Lactobacillus, Acetobacter, Sarcin,
Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus, Eymomonsa, Brevibacterium, Micrococcus,
Serratia, Corynebacterium, Pediococcus dan Klebsiella. Tipe khamir yang
tumbuh pada nira tergantung pada jenis khamir yang dominan dan suhu nira yang
bersangkutan.
Pada nira reaksi pertama terjadi inversi sukrosa bila terdapat asam atau
enzim di dalam nira. Pada reaksi yang kedua glukosa dan fruktosa hasil inversi
difermentasi menjadi etanol, dan pada reaksi ketiga terjadi oksidasi etanol oleh
bakteri A. Aceti menjadi asam asetat. Peristiwa inversi tersebut terjadi karena
sukrosa terhidrolisa menjadi D-glukosa dan D-fruktosa, hal ini disebabkan oleh
aktivitas enzim fruktoforanosidase (-h-fruktosidase, invertase) yang dihasilkan
mikroba. Jika terjadi fermentasi lanjut maka kadar gula akan menurun, kadar
alkohol meningkat kemudian terjadi peningkatan kadar asam sehingga pH
berkecenderungan untuk menurun.
E. Bahan Pengawet Nira
Pengawetan yang telah dilakukan oleh para petani adalah dengan
mendidihkan nira sesegera mungkin setelah penyadapan, dan dengan
menggunakan bahan-bahan pengawet nira alami yang mudah didapat, misalnya
dengan laru janggut, kulit pohon manggis, buah manggis yang masih muda, kulit
pohon kosambi dan kayu pohon nangka. Selain itu pula menggunakan kapur
untuk mencegah kerusakan nira. Laru dan beberapa kulit pohon yang digunakan
untuk mengawetkan nira diduga mengandung komponen tannin yang aktif sebagai
bahan antimikrobial, juga sifat-sifat tannin adalah bersifat fungisida dan
menghambat adsorpsi permukaan oleh khamir. Kapur sebagai bahan pengawet
disebabkan oleh terbentuknya kalsium hidroksida yang bersifat desinfektan,
menggumpalkan protein dan asam nukleat serta merusak dinding sel mikroba.
163
Untuk mencegah keasaman nira telah dilakukan percobaan di laboratorium
dengan penambahan zat-zat tertentu yaitu :
a. Garam Na/K metabisultit 0,25 – 0,2%
b. Na benzoat 0,05 – 0,2%
c. Kapur 0,7 – 1,2%
Sulfit merupakan senyawa yang serbaguna sebagai pengawet makanan,
karena dapat digunakan dalam bentuk gas, sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Bentuk
efektifnya sebagai pengawet dalam asam sulfit yang tidak terdisosiasi terutama
pada pH dibawah 3.
Kesimpulan :
1. Nira adalah cairan yang keluar dari bunga kelapa atau pohon penghasil nira
lain seperti aren, siwalan dan lontar yang disadap. Nira merupakan bahan
baku untuk pembuatan gula. Dalam keadaan segar nira mempunyai rasa
manis berbau harum dan tidak berwarna.
2. Selain bahan baku pembuatan gula, nira dapat pula digunakan sebagai bahan
makanan lain yaitu minuman keras (tuak), asam cuka dan minuman segar,
serta pada akhir-akhir ini muncul produk baru dari nira aren yaitu gula merah
serbuk.
3. Pada beberapa jenis tanaman nira disimpan dalam akar, batang, bunga dan
buah. Nira dalam tanaman dapat berbentuk sukrosa, glukosa atau fruktosa.
4. Sumber nira : aren, kelapa, tebu, lontar, sagu, kurma, gula bit, dan maple
164