nilai sosial dalam sÛrah al- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 modern...

96
NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL-MÂ’ÛN: PENAFSIRAN MODERN TENTANG ANAK YATIM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh: MAGFIROH NIM 1110034000096 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL-MÂ’ÛN: PENAFSIRAN

MODERN TENTANG ANAK YATIM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh:

MAGFIROH

NIM 1110034000096

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL-MÂ’ÛN: PENAFSIRAN

MODERN TENTANG ANAK YATIM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh:

MAGFIROH

NIM 1110034000096

Di bawah Bimbingan

(Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A)

NIP. 195507252000122001

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 3: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1
Page 4: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan skripsi ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S.Th.I) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN )Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 28 April 2014

Magfiroh

Page 5: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

i

ABSTRAK

MAGFIROH,“NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH

AL-MÂ’ÛN: PENAFSIRAN MODERN TENTANG ANAK YATIM.” Tafsir

Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Al-Qur‟ân mempunyai perhatian khusus terhadap anak yatim. Perhatian

terhadap anak yatim ini tampak didalam al-Qur‟ân sûrah al-Ma‟ûn. mereka yang

tidak memperhatikan anak yatim di golongkan sebagai pendusta agama. Anak

yatim ialah anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya sebelum baligh dan hidup

dalam keadaan sendirian tanpa pelindung yang bertanggung jawab terhadap

kelangsungan hidupnya. Nilai Sosial adalah kualitas perilaku, pikiran, dan

karakter yang dianggap masyarakat baik dan benar, hasilnya diinginkan, dan layak

ditiru oleh orang lain. Konteks Modern yaitu penafsiran Modern mulai dari tahun

1297 sampai tahun 2014 seperti Mahmud Syaltût tahun1297, Ahmad Mustafâ al-

Marâgî tahun 1881 dan Syaikh Muhammad „Abduh tahun 1849, mereka

merupakan para mufasir modern Timur Tengah dan ada pun para mufasir modern

Indonesia yaitu Haji „Abdulmalik „Abdulkarîm Amrullah tahun 1908, M. Quraish

Shihab tahun 1944.

Metodologi penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library

Research), dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi dari berbagai

buku-buku dan materi pustaka lainnya. Dalam menulis penelitian ini digunakan

metode tafsir tematik yaitu berusaha mencari jawaban al-Qur‟ân tentang suatu

masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dimaksud, termasuk

dari munasabah sûrah, asbab an-Nuzul sûrah dan berdasarkan pendapat riwayat.

Dalam metode pembahasan, penulis menggunakan metode Deskriptif-Analisis,

yaitu mendeskripsikan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sûrah al-Mâ‟ûn dan

menganalisa penafsiran dari berbagai mufassir, tentang sûrah al-Mâ‟ûn, kemudian

di ambil suatu kesimpulan dengan pemahaman yang komprehensif. Adapun

teknik penulisan, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQD,

2007.”

Penulis berkesimpulan bahwa nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sûrah al-

Mâ‟ûn yaitu pertama: Pentingnya memahami agama dengan benar, kedua:

Pentingnya penanganan dan pengelolaan anak yatim, ketiga: Menyantuni fakir

miskin keempat: Sholat parameter keimanan yang mendalam, kelima: Tolong-

menolong.

Page 6: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

ii

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam,

ungkapan dan ucapan rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini. Shalawat dan

salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat Nabi tercinta, sang pelita kegelapan

Muhammad SAW yang dengan petunjuknya telah menghantarkan manusia

menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

Proses penyelesaian skripsi ini memakan waktu yang cukup lama berbagai

macam kendala telah penulis hadapi baik yang bersifat internal maupun eksternal,

bahkan tak jarang penulis juga merasa jenuh dan hampir putus asa. Namun berkat

campur tangan Allah melalui bantuan berbagai macam pihak baik berupa

dorongan, paksaan, dan sindiran akhirnya penulis bisa mempersembahkan buah

karya ilmiah ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh rasa rendah hati izinkanlah penulis

berucap terima kasih kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,

Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., Ketua Jurusan

Tafsir Hadis Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., Sekretaris Jurusan Tafsir

Hadis Jauhar Azizy, M.A. yang telah memberikan kemudahan kepada

penulis dalam melengkapi persyaratan administrasi selama penyusunan

skripsi ini.

Page 7: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

iii

2. Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA., selaku pembimbing skripsi yang selalu

memberikan didikannya kepada penulis, bersabar memberikan ilmu dan

bimbingan selama penulis di bawah bimbingannya. Dan juga melalui beliau,

tumbuh ide-ide baru, pemikiran baru, sehingga penulis ada gairah semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah menambah ilmu pengetahuan

selama menempuh pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Seluruh guru yang telah mengajarkan Ilmu kepada penulis, semoga Rahmat

Allah senantiasa bersama beliau.

4. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FU

UIN Syarif Hidayatullah serta Pusat Studi al-Qur‟an (PSQ) Jakarta.

5. Orang tua tersayang ayahanda Bakri (alm), ibunda Sa‟adah (almh), teriring

rasa ta‟dzim penulis haturkan terima kasih atas semua pengorbanan yang

telah diberikan. Tak ada yang bisa penulis berikan, hanya doa semoga Allah

SWT mengampuni segala dosa mereka, jadikanlah kuburan mereka taman

selayaknya taman-taman surga-Mu, jauhkan mereka dari siksa dan adzb-

Mu ya Allah serta tempatkanlah mereka selalu di surga-Mu.

6. Seluruh pengurus yayasan yatim piatu Daarunnas yang telah mengasuh dan

membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan dan

meraih pendidikan Perguruan Tinggi yang telah dicita-citakan semenjak

kecil.

7. Kepada kakak-kakakku tercinta kakak Amamah, kakak Oman, kakak

Suwirat beserta suami kakak Hasanuddin yang selalu memberi semangat,

dorongan, paksaan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

iv

Khususnya buat kakak Oman dan kakak Amamah yang telah memberikan

sumbangsih besar buat penulis.

8. Teman-teman THC angkatan 2010. Khoirunnisa, Ernik Sulistiawati, Afwan

al-Mutha‟ali, Januri, Shalahuddin al-Faruqi dan semua teman-teman yang

tidak bisa penulis cantumkan satu persatu terimakasih torehan memori yang

telah kalian ukir, semoga persahabatan yang kita ukir bukan tetesan embun

yang mudah hilang.

9. Teman-teman HMB (Himpunan Mahasiswa Banten) yang dengan gaya

khasnya memberikan support dan membantu penulis dalam penyusunan

skripsi semoga persahabatan yang telah terjalin akan tetap terjaga.

10. Terakhir pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, semoga amal baik kalian diterima dan dibalas

Allah SWT. teriring ucapan jazakumullah khairan katsiran.

Seberapa maksimal pun penulis mengerjakan skripsi ini tentu tak akan luput

dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif dari mereka yang

sudi membaca skripsi ini amat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga karya yang kecil ini bisa bermanfaat bagi semua.

Ciputat, 10 April 2014

Penulis

Magfiroh

Page 9: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ................................................................. 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8

G. Metodologi Penelitian .............................................................. 10

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 11

BAB II PENGERTIAN SEPUTAR SÛRAH AL-MÂ’ÛN .................... 12

A. Teks, Terjemah dan Kata Kunci Penting ................................. 14

B. Tafsir ........................................................................................ 14

1. Asbab an-Nuzul .................................................................. 15

2. Munasabah ......................................................................... 17

3. Gambaran Umum ............................................................... 19

4. Tafsir .................................................................................. 19

a. Mendustakan agama ..................................................... 20

b. Menghardik anak yatim................................................ 20

Page 10: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

vi

c. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin .... 21

d. Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat.................... 21

e. Lalai terhadap shalatnya ............................................... 21

f. Riya .............................................................................. 22

g. Enggan memberikan bantuan ....................................... 22

5. Terma yatim ....................................................................... 35

BAB III NILAI DALAM AL-QUR’ÂN .................................................... 36

A. Nilai .......................................................................................... 37

B. Hubungan nilai dan pesan al-Qur‟ân........................................ 47

BAB IV NILAI-NILAI SOSIAL SÛRAH AL-MÂ’ÛN ........................... 48

A. Pentingnya memahami agama dengan benar ........................... 54

B. Pentingnya penanganan dan pengelolaan anak yatim .............. 57

C. Menyantuni fakir miskin .......................................................... 59

D. Shalat parameter keimanan yang mendalam ........................... 68

E. Tolong menolong ..................................................................... 77

BAB V PENUTUP .................................................................................... 78

A. Kesimpulan .............................................................................. 79

B. Saran ........................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82

Page 11: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi huruf Arab latin dalam penulisan skripsi ini

berpedoman pada buku panduan penulisan karya ilmiah, skripsi, tesis, dan

disertasi yang disusun oleh tim penulis CeQda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terbitan Tahun 2007.

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

a tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

Page 12: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

viii

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik keatas, menghadap kekanan „ ع

gh ge dan ha غ

f f ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w ye و

h a ه

apostrof , ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vocal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebagai berikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

a Fathah

i Kasrah

u Dammah

Page 13: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

ix

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

_______ ai a dan i

_______ au a dan u

Vokal Panjang(Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

أـــــ â a dengan topi diatas

î i dengan topi diatas يـــــ

û u dengan topi diatas وــــــ

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh huruf

Syamsiyah maupun Qamariyah. Contoh :al-rijal bukan ar-rijal, al-diwan bukan

ad-diwan.

Syaddah (Tashdid).

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem bahasa tulisan arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

Page 14: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

x

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya yang secara lisan

berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darurah”, melainkan“al-darurah”,

demikian seterusnya.

Ta Marbutah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh :

No Kata Arab AlihAksara

1 tarîqah

2 al-jâmi‟ah al-islâmiyyah

3 Wahdat al-wujud

Huruf kapital

Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara

ini, huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama, tempat, nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. Contoh : al-Syâtibî bukan Asy-Syatibi.

Page 15: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟ân merupakan kitab suci yang memberikan petunjuk kepada

jalan yang lebih lurus, memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin

yang mengerjakan amal saleh. al-Qur‟ân turun dengan membawa segala

kebenaran.1 al-Qur‟ân juga sebagai pedoman manusia dalam menata

kehidupan mereka agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Agar fungsi tersebut dapat terealisasikan oleh manusia, maka al-

Qur‟ân datang dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-

aturan, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun

yang terperinci, yang eksplisit maupun yang implisit, dalam berbagai

persoalan dan bidang kehidupan.

Ironisnya, tanpa kita sadari al-Qur‟ân bersama ayat-ayatnya seringkali

lebih kita jadikan sebagai hiasan dinding belaka dan menjadi lembaran-

lembaran tidak bermakna. Padahal di hadapan kita banyak sekali problem

yang sudah mengarah pada titik akut dan membutuhkan penyelesain yang

bersifat segera. al-Qur‟ân yang menyebut dirinya sebagai petunjuk bagi

manusia (hudan li al-nâs) menjadi kabur bersama arogansi manusia.

Agama dan seperangkat doktrin sucinya diturunkan hanya untuk

kemaslahatan manusia. Artinya, transformasi dan aktualisasi nilai-nilai dalam

1 Q.S. al-Isrâ‟ [17]: 9 dan 105.

Page 16: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

2

beribadah menuntut kesalehan ritual dan mengamalkannya dalam bentuk

kesalehan yang aktual, yaitu bentuk kesalehan yang selain

menumbuhsuburkan iman dan takwa, juga sebagai penyemai benih-benih

tenggang rasa yang akan melahirkan kesetiakawanan dengan misi utama

tegaknya wahdah al-aqîdah dengan pendekatan sistem kemasyarakatan pada

wahdah al-gâyah (persamaan tujuan) yang selanjutnya akan melahirkan

wahdah al-syu‟ûr (persamaan rasa). Individu dalam komunitas sosial seperti

ini akan lebih banyak memberi manfaat dari pada menuntut dan menghujat,

lebih banyak berkorban dari pada menerima pertolongan orang lain, lebih

banyak menebar kebajikan dari pada menebar fitnah dan permusuhan.2

Agama sebagai jalan hidup manusia tentunya harus mampu memenuhi

kebutuhan, baik yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual. Itu

artinya disamping mengajarkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya,

agama juga dituntut mengajari manusia bagaimana cara melakukan hubungan

dengan Allah SWT. hubungan dengan Allah SWT inilah yang disebut dengan

sisi batin agama atau spiritualitas agama.3

Di dalam Islam, manusia adalah sentral sasaran ajarannya, baik

hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan antar sesama manusia, dan

antar manusia dengan alam. Yang paling komplek adalah hubungan nomor

dua, yaitu hubungan antar sesama manusia. Untuk itu, Islam mengajarkan

konsep-konsep mengenai kedudukan, hak dan kewajiban, serta tanggung

2 Robitoh Widi Astuti, “Pendusta Agama dalam al-Qur‟ân: studi atas sûrah al-

Mâ‟ûn,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, h. 1-2. 3 Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui

Shalat yang Benar (Jakarta: Kencana, 2006), h. 155-156.

Page 17: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

3

jawab manusia. Apa yang dilakukan oleh manusia bukan saja mempunyai

nilai dan konsekuensi di dunia, namun juga sekaligus di akhirat kelak.4

Untuk menciptakan hubungan harmonis dengan Tuhannya, manusia

dituntut untuk dapat benar-benar memahami dan menjiwai makna dari

pengabdiannya. Suatu pengabdian yang dibangun bukan atas dasar sekedar

rasa takut akan siksaan, sekedar menggugurkan kewajiban, tetapi pengabdian

yang dibangun atas dasar kebutuhan manusia akan “kehadiran” Allah dalam

hatinya.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah, apakah orang yang saleh

secara ritual-spiritual (dimensi vertikal) benar-benar dapat memaknai arti dari

ibadahnya, ataukah hanya sekedar ibadah fisik yang tanpa makna?. Dan

apakah kesalehan ritual tersebut juga diiringi dengan kesalehan sosial

(dimensi horizontal), sehingga terketuk rasa prihatinnya terhadap umat yang

patut mendapat uluran tangan?. Jika tidak, maka ada yang salah dalam

memahami ajaran agama.5

Akan tetapi, itulah realita yang terjadi dalam kehidupan kita. Ketidak

pedulian terhadap sesama sering kita temukan dalam kehidupan masyarakat,

acuh terhadap problematika kehidupan yang dialami kaum lemah khususnya

anak yatim yang sangat membutuhkan perhatian, mengingat mereka sebagai

generasi penerus bangsa mempunyai posisi yang strategis dalam estafet

perjuangan da‟wah Islam dan perjuangan bangsa, keberadaannya merupakan

aset yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

4 A. Qodry Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam; Persiapan SDM

dan Terciptanya Masyarakat Madani (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 160. 5 Astuti, “Pendusta Agama dalam al-Qur‟ân: studi atas sûrah al-Mâ‟ûn”, h. 3.

Page 18: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

4

Ketidak perdulian terhadap kaum lemah masih sangat melekat oleh

sebagian orang, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, enggan untuk

mendonasikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan, mereka

lupa bahwasannya setiap harta yang dimilikinya merupakan titipan sementara

dari Allah SWT dan dari harta tersebut terdapat hak-hak fakir miskin.

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan interaksi sosial dengan

manusia lain. Interaksi sosial bukan saja hanya dengan menjalin hubungan

kemasyarakatan lebih dari itu diperlukan untuk saling perduli terhadap

sesama, saling membantu, tidak segan untuk menolong dan menolong orang

lain tidak melihat dari strata sosialnya. Dalam al-Qur‟ân pun ditegaskan

bahwa kita diharuskan untuk saling tolong menolong terhadap sesama namun

dinamikanya berbeda masih banyak orang-orang yang mengabaikan perintah

tersebut.

Sebagaimana diimpikan oleh banyak orang bahwa untuk menanggapi

persoalan umat, sudah saatnya al-Qur‟ân dan al-Sunnah dijadikan sebagai

jawaban atas persoalan umat, al-Qur‟ân sejak semula menegaskan bahwa

perlunya pembinaan kualitas manusia di kalangan umat Islam melalui

kreativitas berfikir dan berkarya secara Qur‟ani.

Penataan kualitas umat tentu saja harus dimulai dari kualitas diri yang

unggul (insân kâmil),yakni keterpaduan antara iman, ilmu, dan amal. Beriman

tidaklah identik dengan pengucapan bentuk rutinisme keagamaan yang tidak

mempunyai pantulan dalam kehidupan masyarakat. 6

6 Umar Syihab, Kontekstualisasi al-Qur‟ân: Kajian Tematik atas ayat-ayat Hukum dalam

al-Qur‟ân (Jakarta: Penamadani, 2005), h. 41.

Page 19: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

5

Demikian pula amal saleh tidak identik dengan bentuk lahiriah

keagamaan semata, tetapi seberapa jauh amal itu dapat mengarahkan

pelakunya ke dalam kecenderungan individu yang selalu baik dan benar dalam

segala tindakan sosialnya sehari-hari, terutama demi mencapai tujuan-tujuan

sosial.7

Tindakan menghardik anak yatim, tidak menganjurkan memberi

makan orang miskin, lalai terhadap shalatnya, riya, enggan memberikan

bantuan merupakan sifat-sifat rendah yang tengah dibahas dalam sûrah

pendek Sûrah al-Mâ‟ûn ini merupakan tanda-tanda kekufuran dan kesia-siaan

pada siapapun yang memilikinya. Semua sifat atau karekteristik itu

merupakan cabang dari penolakan pada (kebenaran) hari akhirat yakni Hari

Pembalasan atau Perhitungan. 8

Sûrah Mâ‟ûn ini diawali dengan kalimat Tanya untuk menarik

perhatian pembacanya. Kemudian Allah sendiri yang menjawab pertanyaan

tersebut satu per satu. Tujuannya ialah agar pembaca benar-benar

memperhatikan dan meresapi makna yang terkandung di dalamnya. Biasanya

setiap ayat yang didahului dengan pertanyaan mengandung nilai yang sangat

penting untuk segera dipahami dan sekaligus diamalkan.9

Pada akhirnya, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji al-

Qur‟ân sûrah al-Mâ‟ûn guna untuk menggalih nilai-nilai yang terkandung

7 Umar Syihab, Kontekstualisasi al-Qur‟ân: Kajian Tematik atas ayat-ayat Hukum dalam

al-Qur‟ân, h. 42. 8 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsîr Nûrul Qur‟ân: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju

Cahaya al-Qur‟ân, vol. XX ( Jakarta: al-Huda, 2006), h. 355. 9 T.H. Thalhas, Tafsîr pase: Kajian Sûrah al-Fâtihah dan Sûrah-sûrah dalam Juz „amma

(Jakarta: Bale Kajian Tafsîr al-Qur‟ân, 2001), h. 131.

Page 20: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

6

dalam sûrah tersebut agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Penulis akan

membahasnya dengan lebih dalam dan mendetail.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa makna mendustakan agama?

2. Sejauhmana perlakuan yang dianggap meninggalkan anak yatim?

3. Apa batasan tidak menggalakkan pemberian kepada fakir miskin?

4. Apa kaitan riya dengan shalat?

5. Apa nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al-Mâ‟ûn?

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang dipaparkan karena keterbatasan

penulis dalam pengalaman menulis disamping keterbatasan waktu maka

penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada masalah yang terakhir yaitu

apa saja nilai-nilai sosial yang bisa digali dari sûrah al-Mâ‟ûn?

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah skripsi ini adalah “Nilai Sosial dalam Sûrah

al-Mâ‟ûn: Penafsiran Modern Tentang Anak Yatim”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai beberapa tujuan

terkait pengambilan tema “Nilai Sosial Dalam Sûrah al-Mâ‟ûn: Penafsiran

Modern Tentang Anak Yatim”,yaitu:

Page 21: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

7

1. Di tengah hedonisme kehidupan masyarakat lewat karya ini semoga dapat

menjadi alat penggugah kesadaran antar sesama manusia untuk

menanamkan sifat kepedulian sosial dengan memperhatikan nasib kaum

lemah khususnya anak yatim

2. Manfaatnya untuk menambah Khazanah keilmuan yang ada di Fakultas

Ushuluddin, khususnya dalam bidang Tafsir Hadis

3. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan jenjang strata I (S I) di jurusan

Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Mengenai tema ini sudah ada beberapa yang membahasnya. Berikut

ini diantara para peneliti yang membahas kajian ini sejauh penulis ketahui,

diataranya adalah:

Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Robitoh Widi Astuti yang

berjudul “Pendusta Agama dalam al-Qur‟ân” studi atas sûrah al-Mâ‟ûn”

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Sunan Kalijaga

Yogyakarta Tahun 2009. Skripsi tersebut menjelaskan tentang pengertian

pendusta agama dan perbuatan-perbuatan yang menjadi karakteristik pendusta

agama.

Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Nur Baiti yang berjudul

“Ciri utama orang munafik menurut perspektif al-Qur‟ân sûrah al-Mâ‟ûn

ayat 1-7 menurut Tafsîr fi Zhilal al-Qur‟ân” Jurusan Tafsir Hadis Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2003. Skripsi tersebut menjelaskan tentang ciri

Page 22: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

8

orang munafik dalam sûrat al-Mâ‟ûn yaitu orang-orang yang tidak perduli

terhadap anak yatim dan orang miskin padahal mereka mengetahui

bahwasannya kita diperintahkan untuk berbuat baik terhadap mereka.

Hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Tosin yang berjudul

“Pemeliharaan Anak Yatim dalam al-Qur‟ân” Jurusan Tafsir Hadis Syarif

Hidayatullah Jakagrta Tahun 2006. Skripsi tersebut menjelaskan tentang ayat-

ayat al-Qur‟an yang berkaitan tentang Pemeliharaan anak yatim dan penulis

hanya membahas tentang jaminan bagi orang yang mengasuh anak yatim,

larangan memakan harta anak yatim, dan hak wali atas harta anak yatim.

Adapun dalam penelitian ini, buku dan skripsi tersebut yang

membedakan dengan penelitian ini, penulis tidak menemukan pembahasan

secara khusus tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al-

Mâ‟ûn. Agar tidak terjadi duplikasi, penulis ingin mengungkapkan,

menganalisa dan mengaplikasikan Nilai Sosial Dalam Sûrah al-Mâ‟ûn:

Penafsiran Modern Tentang Anak Yatim

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membagi 3 (tiga) bagian antara lain:

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data dan informasi

dari berbagai buku-buku dan materi pustaka lainnya. Data yang diperlukan

dalam penelitian ini ada dua sumber,yaitu primer dan sekunder. Sumber

primer yaitu al-Qur‟ân dan terjemahnya pada Q.S. al-Mâ‟ûn [107]: 1-7.

Page 23: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

9

Sedangkan sumber sekunder yaitu Tafsîr al-Misbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian al-Qur‟ân,10

Tafsîr al-Azhar,11

Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-

Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum Duafâ‟,12

Tafsîr al-Qur‟ân Tematik:

Tanggung jawab sosial,13

Tafsîr al-Marâgî,14

Tafsîr juz „Amma as-Siraju

„L Wahhaj (Terang Cahaya Juz „Amma),15

Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm

pendekatan Syaltut Dalam Menggali Esensi al-Qur‟ân,16

buku Bunga

Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial.17

dan buku lainnya yang

berhubungan dengan pokok pembahasan.

2. Metode Pembahasan

Penelitian ini dalam metode penafsiran, penulis menggunakan

metode tafsir tematik yaitu berusaha mencari jawaban al-Qur‟ân tentang

suatu masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang

dimaksud, termasuk dari munasabah ayat, asbab al-Nuzul ayat dan

berdasarkan pendapat riwayat dalam metode pembahasan, penulis

menggunakan metode Deskriptif, analisis, yaitu mendeskripsikan tentang

Nilai Sosial Dalam Sûrah al-Mâ‟ûn: Penafsiran Modern Tentang Anak

10

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol..

15 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002). 11

Haji „Abdulmalik „Abdulkarîm Amrullah, Tafsîr al-Azhar, vol. XXX (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1982). 12

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

dhu‟afâ‟ (Jakarta : Departemen Agama, 2008). 13

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: Tanggun jawab Sosial (Jakarta:

Departemen Agama, 2008). 14

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986). 15

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX (Jakarta: Penamadani, 2010). 16

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karim pendekatan Syaltut Dalam Menggali

Esensi al-Qur‟ân (Diponegoro: Diponegoro, 1990). 17

PIC UIN Jakarta, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: IAIN

Indonesian Social Equity Project, 2006).

Page 24: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

10

Yatim dan menganalisa penafsiran dari berbagai mufassir, tentang sûrah

al-Mâ‟ûn, kemudian diambil suatu kesimpulan dengan pemahaman yang

komprehensif dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQD, 2007.18

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab, Dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama; Pendahuluan, membahas latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

tinjauan Pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua; Teks, Terjemah dan Kata Kunci Penting, Mendiskusikan

Asbab al-Nuzul, Munasabah, Gambaran umum, tafsir terdiri dari:

mendustakan agama, menghardik anak yatim, tidak menganjurkan memberi

makan orang miskin, kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, lalai terhadap

shalatnya, riya, enggan memberikan bantuan, terma yatim.

Bab Ketiga; nilai dalam al-Qur‟ân terdiri dari: nilai, hubungan nilai

dengan pesan al-Qur‟ân.

18

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQD, 2007.

Page 25: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

11

Bab Keempat; nilai-nilai sosial surah al-Mâ‟ûn terdiri dari: pentingnya

memahami agama dengan benar, pentingnya penanganan dan pengelolaan

anak yatim, menyantuni fakir miskin, shalat parameter keimanan yang

mendalam, tolong-menolong.

Bab Kelima; Penutup, menjawab permasalahan-permasalahan dalam

skripsi ini dan memberikan saran-saran praktis untuk kelanjutan penelitian

ayat-ayat yatim.

Page 26: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

12

BAB II

PENGERTIAN SEPUTAR SÛRAH AL-MÂ’ÛN

A. Teks, Terjemah dan Kata Kunci Penting

Al-Qur‟ân sûrah al- Mâ‟ûn [107]: 1-7 :

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Maka Itulah orang

yang menghardik anak yatim. dan tidak mendorong memberi Makan

orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu)

orang-orang yang lalai terhadap shalatnya. yang berbuat riya. dan

enggan (memberikan) bantuan. (Q.S. al- Mâ‟ûn: 1-7).

Kata (يكذ ب ) di dalam Q.S. al-Mâ‟ûn ayat 1 populer diartikan dengan

“(orang) yang mendustakan agama”, atau dengan kata lain “pendusta agama”.

Mendustakan secara bahasa berarti menganggap bohong.19

menyangkal

adanya pembalasan karena mengingkari pembangkitan.20

mendustakan pahala

dan siksa karena tidak menaati Allah.21

Kata يدع yadu‟-„u mengandung arti menghardik dengan rasa benci

yang amat sangat. Sikap ini muncul dari orang-orang yang pembenci,

sombong, kikir dan bakhil. Orang yang tidak mau sedikitpun mengasuh dan

19

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,

1985), h. 64. 20

Hasanain Muhammad Makhluf, Kamus al-Qur‟ân. Penerjemah Hery Noer Aly

(Bandung: Gema Risalah Press Bandung, 1987), h. 400. 21

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, al-Bayân: Tafsîr Penjelas al-Qur‟ânul

Karîm (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 1617.

Page 27: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

13

memberi bantuan kepada anak yatim. Kalau ada anak yatim yang datang

kepadanya, bukan saja tidak diperdulikan, tetapi juga diusir mentah-mentah.22

Kata ( اليتيم ) al-yatîm terambil dari kata يتم yutm yang berarti

kesendirian atau dapat diartikan dengan anak yang belum dewasa yang

ayahnya telah wafat. Kematian ayah, bagi seorang yang belum dewasa,

menjadikannya kehilangan pelindung, ia seakan-akan menjadi sendirian,

sebatang kara, karena itu ia dinamai yatim.23

kata ( يحض) “yahuddu” (menganjurkan) mengisyaratkan bahwa

mereka yang tidak memilki kelebihan apapun tetap dituntut paling sedikit

berperan sebagai “penganjur pemberi pangan”..24

kata )مسكيه) diartikan dengan serba kekurangan (berpenghasilan sangat

rendah). Maka yang disebut miskin adalah kelompok orang yang sama sekali

tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

secara layak. Oleh karena itu mereka harus diperhatikan dan ditolong bukan

sebaliknya.25

Kata )مصليه ) dapat diartikan dengan shalat yang tidak sempurna, tidak

khusyu‟, tidak pula memperhatikan syarat dan rukun-rukunnya, atau tidak

menghayati arti dan tujuan hakiki dari ibadah tersebut.26

22

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX, h. 779-780. 23

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol.

15, h. 547. 24

Shihab, Tafsîr al-Mishbah, h. 547. 25

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

Dhuafâ‟, h. 46-47. 26

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol.

15, h. 549-550.

Page 28: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

14

Kata )ساهون ( dapat diartikan dengan orang-orang yang meninggalkan

shalat, dan dapat diartikan dengan orang-orang yang bershalat yang tidak

memahami dan memiliki apa rahasia ucapan dan perbuatan yang mereka

lakukan itu.27

Kata (يزاءون) yurâ‟ûn terambil dari kata (راى) ra‟â yang berarti

melihat. Dari akar kata yang sama lahir kata riyâ‟ yakni melakukan

pekerjaannya sambil melihat manusia, sehingga jika tak ada yang melihatnya

mereka tidak melakukannya.28

kata الماعون diartikan barang-barang kecil atau kebutuhan sehari-hari

yang berguna.29

B. Tafsir

1. Asbab an-Nuzul

Riwayat yang menyebutkan tentang latar belakang turun sûrah al-

Mâ‟ûn yang mulia ini berkaitan dengan orang-orang munafik, seperti

dalam riwayat berikut:

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Tharif bin Abi Thalhah

yang bersumber dari Ibnu „Abbâs yaitu sehubungan dengan firman-Nya :

“Maka neraka Weil lah bagi orang-orang yang shalat.” Ibnu „Abbâs telah

menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang

munafik karena mereka selalu memamerkan shalat mereka di hadapan

27

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, al-Bayân: Tafsîr Penjelas al-Qur‟ânul

Karîm (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 1617. 28

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishba: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân,vol.

15, h. 550-551. 29

Budi santoso, Kamus al-Qur‟ân: Tiga Bahasa Arab, Indonesia, Inggris (Jakarta: Pena

Pundi Aksara, 2008), h. 512.

Page 29: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

15

orang-orang mukmin secara riya, sewaktu orang-orang mukmin berada di

antara mereka. Tetapi jika orang-orang mukmin tidak ada, mereka

meninggalkan shalat, juga mereka tidak mau memberikan pinjaman

barang-barang miliknya kepada orang-orang mukmin.30

2. Munasabah antar sûrah:

Dalam kandungan sûrah Quraisy kita dapatkan perintah untuk

ikhlas beribadah kepada Allah SWT yang telah mendirikan ka‟bah sebagai

simbol pemersatu arah sholat. Yaitu tuhan yang disembah itu adalah Allah

yang memberi makan orang-orang yang lapar dan memberi mereka

perasaan aman dan damai bukan seperti tuhan-tuhan berhala yang mereka

sembah yang tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat bagi

penyembahnya dalam sûrah al- Mâ‟ûn Allah memberi stigma kepada

orang-orang yang tidak peduli kepada anak yatim dan tidak mau memberi

makan orang miskin karena mereka hanya mengerjakan sholat

mengharapkan pujian hingga mereka diancam api neraka wail.31

Dan ada pula yang menyebutkan bahwa munasabahnya yakni :

Anak-anak yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok

masyarakat yang sangat dicintai oleh Rasulullah SWT, bahkan dalam

sebuah hadis dinyatakan bahwa beliau (Rasulullah) sangat dekat dengan

mereka. Perhatian terhadap mereka sangat diutamakan, sebagaimana

tersebut dalam sebuah ayat :

30

M. Yunan Yusuf, Tafsîr Juz „Amma as-Siraju‟l Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX, h. 777. 31

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 433.

Page 30: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

16

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: mengurus

urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan

mereka, Maka mereka adalah saudaramu. (Q.S. al-Baqarah: 220).

Shalat adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan dalam

syari‟at Islam. Dengan melaksanakannya secara baik dan benar akan

menimbulkan pengaruh positif yang sangat besar dalam aspek kehidupan. Di

akhirat pun merupakan amaliah yang paling pertama memperoleh penilaian

dan menjadi parameter semua amal perbuatan. Agar kita bisa memahami nilai-

nilai yang terkandung di dalam shalat sehingga timbul implikasi positif,

hendaknya kita mengkaji wahyu Allah di dalam al-Qur‟ân.

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al- Qur‟ân)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)

adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Ankabût : 45).

Sebaliknya essensi shalat yang sebenarnya tidak akan tercapai

bilamana kita enggan mempelajari dan mendalami wahyu Allah dalam al-

Qur‟ân. Sebagaimana digambarkan karakter orang-orang munafik yang

melaksanakan shalat dalam keadaan terpaksa dan mengharap pujian dari

manusia.

Page 31: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

17

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan

membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka

berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan

manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S. al-

Nisâ‟: 142).32

3. Gambaran Umum

Nama surah al-mâ‟ûn tidak tunggal, tetapi sangat beragam. Ada yang

menamainya sûrah ini dengan sûrah al-Dîn, sûrah al-Takdzîb, surah al-Yatîm,

sûrah Ara‟aita, sûrah Ara‟aita alladzî, dan yang paling populer adalah sûrah

al-mâ‟ûn.33

Nama sûrah al-mâ‟ûn ini diambil dari kata al-mâ‟ûn yang terdapat

pada ayat ke 7 yang berarti barang-barang yang berguna.34

Sûrah ini menurut mayoritas ulama adalah sûrah Makiyyah.35

Sebagian menyatakan Madaniyyah, dan ada lagi yang berpendapat bahwa ayat

pertama sampai dengan ayat ketiga turun di Mekkah dan sisanya di Madinah.

Ini dengan alasan bahwa yang dikecam oleh ayat keempat dan seterusnya

adalah orang-orang munafik yang baru dikenal keberadaannya setelah hijrah

Nabi Muhammad saw ke Madinah.36

Sûrah al-Mâ‟ûn diturunan kepada Nabi Muhammad SAW Ketika

beliau masih bertempat tinggal di Mekkah. Demikian pendapat banyak ulama.

Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa awal sûrah ini turun di Mekkah,

32

T.H. Thalhas, Tafsîr pase: Kajian Sûrah al-Fâtihah dan Sûrah-sûrah dalam Juz

„amma, h. 134-135. 33

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol.

15 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 543. 34

Darwis Abu Ubaidah, Tafsîr al-Asâs, vol. 12 (Jakarta: al-Kautsar, 2012), h. 408. 35

Surah Makiyyah adalah wahyu yang diturunkan sebelum hijrah, meskipun itu turunnya

di Makkah ataupun Madinah. 36

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân,vol.

15, h. 543.

Page 32: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

18

sebelum Nabi saw. Berhijrah, sedangkan akhirnya yang berbicara tentang

mereka yang riya (tidak ikhlas) dalam shalatnya turun di Madinah.37

Jumlah ayat sûrah ini menurut Ibnu Abbas, ada 7, jumlah katanya ada

25 dan jumlah hurufnya ada 111 huruf.38

Dan ada juga yang mengatakan

bahwa jumlah ayatnya ada 7.39

Dan jumlah ayat-ayatnya menurut cara

perhitungan mayoritas ulama sebanyak 6 ayat.40

Penulis tidak menemukan alasan-alasan kenapa sûrah al-Mâ‟ûn

dihitung tujuh ayat atau enam ayat. Sehingga bila ada yang bersikukuh bahwa

ayat di dalam sûrah al-Mâ‟ûn ini berjumlah enam, maka tidak harus dianggap

melawan al-Qur‟ân. Dan bagi yang menyatakan tujuh ayat, tidak harus

dianggap mengada-ada. Yang terbaik adalah saling menghormati, karena al-

Qur‟ân sendiri tidak pernah menyatakan soal jumlah ayat di dalam sûrah al-

Mâ‟ûn ini.

Urgensi Mengetahui Sûrah al-Mâ’ûn

1. Kecaman yang sangat keras ditujukan kepada orang-orang yang dikatakan

mendustakan agama. Yakni orang-orang yang tidak perduli terhadap

kehidupan anak yatim dan orang-orang miskin. Anak yatim dan orang-

orang miskin karena mereka adalah anggota masyarakat yang harus

mendapat santunan bantuan agar mereka bisa merasakan adanya ukhuwah

islamiyah walaupun mereka adalah bagian dari masyaraka lemah dengan

37

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân,vol.

15, h. 543. 38

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX (Jakarta: Penamadani, 2010), h. 777. 39

Ibrâhîm Alî as-Sayyid Alî „Isa, hadis-hadis dan atsar yang berkaitan dengan

Keutamaan sûrah-sûrah al-Qur‟ân (Jakarta: Sahara 2010), h. 427. 40

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol..

15, h. 544.

Page 33: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

19

ukhuwah yang kuat kegiatan tatanan masyarakat berjalan secara

berkeadilan dan sejahtera.41

2. sûrah ini mengandung ajakan supaya sholat dimana Syarat pokok dan

tanda utama dari pemenuhan hakikat shalat adalah keikhlasan

melakukannya demi karena Allah yang dimana maknanya tali kasih

sayang kepada sesama makhluk sehingga merasakan kebutuhan kaum

lemah yang membutuhkan dengan demikian ibadah ritual harus

menghasilkan dampak sosial. Lupa dalam shalat yang menyangkut

kegiatan formalnya seperti bilangan rakaat, atau bacaannya, dapat

ditoleransi, tetapi lengah terhadap substansinya akan mengundang murka

Allah.42

4. Tafsir

a. Mendustakan agama

Kata al-dîn dalam Q.S. al-Mâ‟ûn ayat 1 sangat populer diartikan

dengan agama, tetapi dapat juga berarti pembalasan. Kemudian jika

makna kedua ini dikaitkan dengan sikap mereka yang enggan membantu

anak yatim atau orang miskin karena menduga bahwa bantuannya itu tidak

menghasilkan apa-apa, maka berarti bahwa pada hakikatnya sikap mereka

itu adalah sikap orang-orang yang tidak percaya akan adanya (hari)

pembalasan. Sikap yang demikian merupakan pengingkaran serta

pendustaan al-dîn. Bukankah yang percaya dan meyakini bahwa kalaulah

41

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX, h.786-787. 42

M. Quraish Shihab, al-Lubâb makna, tujuan, Dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan juz

„Amma (Jakarta: Lentera Hati , 2008), h. 307.

Page 34: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

20

bantuan yang diberikannya tidak menghasilkan sesuatu di dunia, namun

yang pasti ganjaran serta balasan perbuatannya itu akan diperoleh di

akhirat kelak.43

b. Menghardik anak yatim

Menurut Muhammad „Abduh, bahwa “yadu‟u al-yatîm”,

menghardik anak yatim yakni mengusir anak yatim, atau mengeluarkan

ucapan-ucapan keras ketika ia datang kepadanya meminta sesuatu yang

diperlukan semata-mata karena meremehkan kondisinya yang lemah dan

tiadanya orang tua yang mampu membelanya dan memenuhi

keperluannya. Juga terdorong oleh kesombongannya karena menganggap

dirinya lebih kuat dan lebih mulia. Sedangkan menurut kebiasaan, kondisi

seorang anak yatim merupakan gambaran tentang kelemahan dan

keperluan kepada pertolongan. Maka siapa saja yang menghinanya, maka

ia telah menghina setiap manusia yang lemah, dan meremehkan setiap

yang memerlukan pertolongan.44

c. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin

Orang yang tidak mau mengajak orang supaya memberi makan

orang miskin adalah orang yang termasuk mendustakan agama. Karena dia

mengaku menyembah Tuhan, padahal hamba Tuhan tidak diberinya

pertolongan dan tidak diperdulikannya. Dengan ayat ini jelaslah bahwa

sesama manusia harus saling ajak- mengajak supaya menolong anak

43

M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟ân, vol.

15, h. 546. 44

Syaikh Muhammad „Abduh, Tafsîr al-Qur‟ân al-Karîm (juz „Amma), h. 330-331.

Page 35: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

21

yatim dan fakir miskin itu menjadi perasaan bersama, menjadi budipekerti

yang umum.

d. Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat

Orang-orang yang shalat, yang secara lahiriah melaksanakan

gerakan dan ucapan yang mereka namakan “shalat”. Sementara mereka

tetap lalai akan shalat mereka. Yakni, hati mereka lalai akan apa yang

mereka baca dan mereka kerjakan.45

e. Lalai terhadap shalatnya

Orang yang melalaikan shalat adalah orang yang mengerjakan

shalat, akan tetapi hatinya menuju kepada sesuatu yang lain, sehingga

pada akhirnya ia melalaikan tujuan pokoknya.46

f. Riya

Orang yang bersifat riya kadang-kadang dia bermuka manis

kepada anak yatim. Kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan

fakir miskin, kadang-kadang kelihatan dia khusyu‟ sembahyang tetapi

semuanya itu dikerjakannya karen riya. Yaitu karena ingin dilihat,

dijadikan reklame. Karena ingin dipuji orang. Hidupnya penuh dengan

kebohongan dan kepalsuan.47

g. Enggan memberikan bantuan

Melarang orang berbuat kebajikan karena tidak tergerak sedikitpun

hatinya untuk membantu orang lain, untuk meringankan kesulitan orang

45

Syaikh Muhammad „Abduh, Tafsîr al-Qur‟ân al-Karîm (juz „Amma), h. 333. 46

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur‟an al-Karim Tafsir atas Surah-surah pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 622. 47

Haji „Abdulmalik „Abdulkarîm Amrullah, Tafsîr al- Azhar, vol. XXX, h. 282.

Page 36: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

22

lain. Dia menghalang-halangi kalau ada orang yang akan melakukan

pertolongan tersebut. Dengan berbagai cara dan dalih dia berusaha agar

pertolongan dan bantuan tidak terjadi. Dalam hatinya hanya ada kebencian

terhadap orang-orang yang lemah dan melarat.48

5. Terma Yatim

Kata yatîm jamaknya aitâm atau yatâmâ dalam al-Qur‟ân disebut

sebanyak 23 kali. Dalam bentuk mufrad sebanyak 8 kali, musannâ 2 kali, dan

bentuk jamak sebanyak 14 kali.49

Anak yatim adalah anak yang tidak mempunyai ayah. Anak yang

tidak mempunyai ayah adalah symbol dari kelemahan, karena tidak ada lagi

yang memberinya nafkah, tidak ada lagi yang mendidiknya dan tidak ada

tempat hidupnya bergantung. Inilah bentuk pertama dari orang-orang yang

lemah.50

Ada dua persoalan penting yang dihadapi oleh anak-anak yatim yakni

dimensi psikologis dan dimensi ekonomis. Secara psikologis, anak-anak yatim

adalah anak-anak yang kehilangan orang tua, bapak dan ibu, yang

memberikan perlindungan, rasa aman, cinta dan kasih sayang. Sementara

secara ekonomis, anak-anak yatim adalah anak-anak yang kehilangan orang

tua yang memberikan nafkah untuk kelangsungan hidup, kesehatan dan

pendidikan. Anak-anak yatim dari kalangan kaum dhu‟afâ kehilangan dua-

duanya sekaligus, kehilangan dimensi psikologis maupun dimensi ekonomis.

48

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX. h. 781. 49

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

Dhuafâ‟, h. 219. 50

M. Yunan Yusuf, Tafsîr juz „Amma as-Siraju „L Wahhaj: Terang Cahaya Juz „Amma,

vol. XXX, h. 779.

Page 37: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

23

Sementara anak-anak yatim dari kalangan aghniyâ, yakni orang-orang

berkecukupan secara materi, hanya kehilangan dimensi psikologis saja

sedangkan dari segi ekonomis, mereka memiliki kekayaan peninggalan orang

tua yang dapat menopang kehidupan selanjutnya. bagaimana al-Qur‟ân

menegaskan keharusan orang beriman untuk memberikan perlindungan

terhadap anak-anak yatim berkenaan dengan diri, kehormatan, harta dan hak-

hak mereka, kelangsungan pendidikan mereka, serta masalah-masalah sosial

yang muncul karena mereka kehilangan orang tua, sebelum mereka mencapai

usia dewasa.51

Dalam permasalahan anak yatim. al-Qur‟ân mempunyai perhatian

khusus terhadap anak yatim, karena kecilnya dan ketidakmampuannya untuk

menjalankan kemaslahatan yang menjamin kebaikan hidupnya di masa depan.

Dengan perhatian ini, umat dapat menghindarkan kejahatan bahaya yang

mengepung mereka, yaitu mereka tidak mengecap pendidikan karena

kehilangan orang tua yang mengasuh, mendidik dan memeliharanya.52

Perhatian ini tampak di dalam al-Qur‟ân semenjak tenggang waktu

pertama wahyu dimulai, hingga tenggang waktu terakhir, yaitu ketika wahyu

hampir selesai dan sempurna. Tampak di dalam salah satu sûrah, ketika

wahyu turun kembali kepada Rasulullah saw. Setelah sekian lama Rasul

menanti turunnya wahyu itu, sehingga terbetik di dalam hatinya bahwa Allah

telah meninggalkan dan membiarkan beliau. Kemudian turunlah wahyu

kepada beliau untuk menjelaskan, bahwa Allah memperhatikan dan tidak

51

PIC UIN Jakarta, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, h. 130. 52

Mahmud Syaltut, Tafsîr al-Qurânul Karîm pendekatan Syaltut Dalam Menggali Esensi

al-Qur‟ân, h. 349.

Page 38: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

24

meninggalkannya atau membiarkannya. Wahyu segera memantapkan keadaan

itu di dalam diri beliau dan mengingatkannya akan perhatian Allah

terhadapnya, sebelum masa kenabian, yaitu sewaktu beliau seorang yatim

piatu yang sangat membutuhkan kasih sayang dan perlindungan:53

Sebagaimana dalam firamn-Nya:

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia

melindungimu. (Q.S. al-Dluha [93]: 6).

Dengan demikain, sejak dini wahyu telah memberikan perasaan ke

dalam hati beliau, bahwa pahitnya keyatiman yang beliau rasakan hendaknya

menjadi pendorong kepada beliau untuk memberikan kasih sayang kepada

anak yatim, memandangnya dengan mata kasih sayang dan melindungi serta

memuliakannya. Beliau diminta untuk mensyukuri nikmat yang dilimpahkan

oleh Allah kepada beliau, ketika Dia mendapatinya sebagai seorang yatim.

lalu melindunginya. Nikmat semacam ini hendaknya beliau syukuri dengan

memberikan kasih sayang kepada anak yatim, sebagaimana Allah telah

memberikan nikmat kasih sayang kepada beliau ketika yatim.54

a. Beberapa Tuntunan al-Qur’ân menyangkut anak yatim

Tuntunan al-Qur‟ân menyangkut anak yatim, dari sisi waktu hadirnya

tuntunan tersebut, dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah

dan periode Madinah .55

53

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qurânul Karîm pendekatan Syaltut Dalam Menggali Esensi

al-Qur‟ân, h. 349. 54

Syaltût, Tafsîr al-Qurânul Karîm, h. 349. 55

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), h. 182.

Page 39: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

25

Perlu diketahui bahwa periode Mekkah adalah periode peletakan dasar

tuntunan agama dan uraian menyangkut akidah, sedang periode Madinah

lebih banyak merupakan penerapan syariat agama, karena itu uraian-uraian

pada periode Mekkah sangat esensial dan sangat penting untuk

diperhatikan.56

Ayat pertama yang Nabi saw. Terima dalam konteks uraian tentang

anak-anak yatim dan yang merupakan wahyu kesepuluh yang beliau terima

adalah firmannya-Nya dalam sûrah al-Fajr [89]: 17, yang mengecam

mereka yang tidak memberi perhatian terhadap anak-anak yatim:

.

sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak

yatim.

Allah telah menganugerahi mereka dengan harta benda yang banyak,

tetapi mereka tidak mau melakukan kewajiban menolong anak yatim dan

memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik. Hal ini menunjukkan

bahwa mereka telah terkena racun dunia.57

Setelah wahyu kesepuluh ini, wahyu tidak kunjung turun kepada Nabi

saw. Namun, setelah selang beberapa waktu, wahyu kesebelas turun, yakni

surah adh-Dhuha [93]: 9 yang merupakan tuntunan kedua yang berkaitan

dengan anak-anak yatim.

56

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ân jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), h.

182. 57

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX(Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 266.

Page 40: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

26

.

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia

melindungimu?

Janganlah kamu berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim

dengan menindas dan menghinanya. Tetapi angkatlah dirinya dengan budi

pekerti yang santun dan didiklah ia dengan akhlak mulia, agar ia menjadi

anggota masyarakat yang baik dan bermanfaat. Sehingga ia tidak akan

menjadi sampah masyarakat yang menularkan penyakit pada

lingkungannya.58

Selanjutnya, wahyu ketiga yang dalam konteks anak yatim adalah

firman-Nya dalam Q.S. al-Balad [90]: 11-16.

. . .

. . .

Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. tahukah kamu

Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?. (yaitu) melepaskan budak dari

perbudakan. atau memberi Makan pada hari kelaparan,. (kepada) anak

yatim yang ada hubungan kerabat. atau kepada orang miskin yang sangat

fakir.

Pada ayat-ayat selanjutnya Allah menjelaskan bahwa seharusnya

mereka bersyukur atas segala karunia tersebut. Kemudian memilih jalan

yang baik dan lebih mengutamakan jalan yang bisa mengantarkannya

kepada kebahagiaan. Dengan demikian mereka bisa memanfaatkan

kelebihan karunia nikmat tersebut untuk membebaskan budak-budak belian,

58

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 329.

Page 41: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

27

agar perbudakan bisa dihapuskan. Atau untuk menyantuni anak-anak yatim

yang membutuhkan makanan dan pakaian karena ditinggal mati oleh orang

tuanya. Atau memberi makan para fakir miskin yang tidak mampu lagi

berusaha mencari sesuap nasi karena faktor ketuaan atau invalid.59

Wahyu berikut tentang anak yatim yang diterima Nabi saw. Di

Mekkah adalah firman-Nya: (Q.S. al-An‟âm [6]: 152).

.

dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang

lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,

Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu),

dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu

agar kamu ingat.

Dan peringatan serupa ditemukan dalam (Q.S. al-Isrâ‟ [17]: 34).

dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang

lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;

Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

59

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 286.

Page 42: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

28

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim apabila kamu

mengelola urusannya atau bermuamalat dengannya, sekalipun dengan

perantaraan wali atau orang yang menerima wasiat darinya, kecuali dengan

perlakuan yang sebaik-baiknya dalam memelihara harta dan

mengembangkannya, serta lebih mementingkan kemaslahatan dan

membelanjakan harta itu untuk kepentingan pendidikan dan pengajarannya.

Dengan itu diharapkan akan dapat memperbaiki kehidupannya di dunia

maupun di akhirat.60

Ar-Arsyud, adalah masa seseorang mencapai pengalaman dan

pengetahuan. Untuk mencapai masa balignya, ada dua batasan, minimal jika

dia telah bermimpi keluar mani yang merupakan permulaan umur dewasa,

ketika itu ia menjadi kuat, sehingga keluar dari keadaannya sebagai anak

yatim, atau ia termasuk safih (tidak sempurna akal) atau da‟if (lemah).

Maksimal, adalah umur empat puluh tahun. Namun yang dimaksud di sini

ialah yang pertama. Yaitu batas minimal, sebagimana dikatakan oleh Asy-

Sya‟bi, Malik dan lainnya hal itu biasanya antara umur 15 sampai 18

tahun.61

larangan “mendekati” semacam ini hanya ada dalam larangan tentang

harta anak yatim dan dalam wasiat larangan mengerjakan perbuatan keji,

baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Sedangkan selain dua

masalah tersebut, larangan itu langsung ditujukan kepada perbuatan yang

dimaksud, bahkan larangan menyekutukan Allah. Umpamanya: lâ tusyriku,

60

Ahmad Mustafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî. Penerjemah Bahrun Abu bakar dkk, vol.

XXX (Semarang: Toha Putra Semarang, 1986), h. 329. 61

al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, h. 118.

Page 43: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

29

lâ taqtulû aulâdakum, wa lâ taqtulû nafsal latî harramallâhu dan lain

sebagainya. Hal ini menunjukkan tingkat perhatian Allah terhadap anak

yatim dan perkaranya. menganiaya yatim setarap dengan melakukan

perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.62

Namun demikian Allah swt memberikan pengecualian, yaitu apabila

untuk pemeliharaan harta itu diperlukan biaya, atau dengan maksud untuk

mengembangkan dan memberdayakannya, maka diperbolehkan bagi orang

yang mengurus anak yatim untuk mengambilnya sebagian dengan cara yang

wajar. Oleh sebab itu, diperlukan orang yang bertanggung jawab untuk

mengurus harta anak yatim. Wali atau lembaga sangat diperlukan untuk

mengurusi harta anak yatim dan hendaknya diawasi aktivitasnya oleh

pemerintah, agar tidak terjadi penyalahgunaan atau penyelewengan terhadap

harta anak yatim tersebut.63

Selanjutnya, sûrah al-Kahfi [18]: 82 berbicara tentang dua anak yatim

yang dipelihara Allah harta peninggalan ayahnya, karena sang ayah

merupakan orang saleh.64

62

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm pendekatan Syaltut Dalam Menggali

Esensi al-Qur‟ân, h. 350. 63

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

Dhuafâ‟, h. 227-228. 64

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ân jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), h.

184.

Page 44: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

30

Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,

dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang

Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar

supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan

simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku

melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan

perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

Perode Madinah. Tuntunan al-Qur‟ân dalam periode ini sangat rinci.

Pada periode Madinah ditemukan juga penekanan tentang perlunya menjaga

perasaan anak-anak yatim dan kaum lemah lainnya. Q.S. al-Nisâ‟ [4]: 8

.

dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang

miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah

kepada mereka Perkataan yang baik

Dalam periode ini juga turun tuntunan kepada para wali atau pengurus

harta anak yatim agar mengembangkan harta siapa pun yang belum mampu

mengurusnya, antara lain anak-anak yatim dan yang berada di tangan para

wali atau pengurus itu. Q.S. al-Nisâ [4]: 5.

.

dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan

Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari

hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa seluruh modal tidak boleh

dibiarkan tetap membeku, tanpa bergerak atau berkembang. Sûrah ini

Page 45: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

31

menuntut agar belanja anak yatim diambil dari hasil pengembangan

hartanya, bukan dari harta itu sendiri. Harta-harta itu harus tetap ada. Segala

keperluan anak yatim seperti pakain, makanan, pendidikan, pengobatan dan

sebagainya dapat diambil dari keuntungan harta itu apabila harta tersebut

diusahakan (diinvestasikan). Dan hendaklah mereka berkata lemah lembut

penuh kasih sayang dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.65

Tuntunan lain menyangkut anak yatim ditemukan juga sebelum ayat

diatas, yakni firman-Nya dalam Q.S al-Nisâ‟ [4]: 3.

.

dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Kadang-kadang sebagaian wali mengawini anak-anak yatim

perempuan yang diurusnya dan halal untuk dia kawini, atau jika tidak halal

dikawini olehnya, ia mengawinkan mereka dengan putra-putranya. Kedua

jalan ini ia tempuh guna memakan harta mereka atau mahar yang mereka

miliki dengan ikatan perkawinan. Tatkala ayat di atas diturunkan, para wali

mendengar ancaman yang keras ini dan telinga mereka diketuk, bahwa

65

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm pendekatan Syaltut Dalam Menggali

Esensi al-Qur‟ân, h. 357.

Page 46: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

32

berbuat buruk terhadap harta anak yatim dan mencari-cari alasan untuk

memakannya dengan cara-cara penipuan semacam ini adalah dosa besar,

karena itu, selanjutnya mereka enggan mengawini anak-anak yatim

perempuan, lantaran takut menerima akibat yang buruk.66

Ayat ini mengisyaratkan, bahwa jika mereka tidak menjamin untuk

dapat berbuat adil dalam harta-harta anak-anak yatim perempuan, dalam

mengelola hak mereka dengan baik dan dalam menyerahkan hak-hak

mereka apabila mengawini mereka atau mengawinkan anak-anak mereka

dengan anak-anak yatim itu setelah mengawinkan, maka hendaknya mereka

meninggalkan perkawinan dengan anak-anak yatim. penghindaraan ini

dimaksudkan untuk menjaga diri mereka dari terjatuh ke dalam lembah dosa

yang besar ini.67

Dengan ayat ini, Allah tidak bermaksud menyempitkan manusia

dalam perkara perkawinan, hingga kalian tidak mengawini anak-anak yatim

perempuan yang kalian rasakan sulit, lantaran takut mempergauli mereka

dengan buruk dan takut memakan harta-harta mereka. Mereka benar-benar

mempunyai pintu yang sangat lebar untuk mengawini wanita-wanita yang

kalian senangi.68

Dalam sûrah al-Nisâ‟ [4]: 10 Allah juga berfirman memberi

peringatan kepada para pengelola harta anak yatim:

66

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm pendekatan Syaltut Dalam Menggali

Esensi al-Qur‟ân, h. 354. 67

Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm, h. 354. 68

Syaltût, Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm, h. 354.

Page 47: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

33

.

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,

sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan

masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

Ayat ini mengandung ancaman kepada orang-orang yang memakan

harta anak yatim. mengelola harta anak yatim diharuskan untuk

menjaganya jangan sampai ada kecurangan. Kecurangan terhadap anak

yatim itu berarti memakan api, memenuhi perut sendiri dengan api.

Memakai harta anak yatim, dengan curang, akan membakar pula harta lain

yang bukan harta anak yatim. Hidup dalam kecurangan akan selalu laksana

terbakar, karena keluhan anak yang teraniyaya.69

Dalam ancaman pertama dikatakan, bahwa harta itu akan berupa api,

yang mereka suap dan mereka makan, lalu masuk ke dalam perut mereka.

Mereka akan berpakaian api. Yang masuk perut, ialah makanan ataupun

pangan yang dibawa masuk ke api bernyala ialah badan sendiri, artinya

sandang, pakaian. Mereka terlihat kaya dengan harta anak yatim yang

diambilnya secara zalim, namun sebenarnya mereka telah terbakar dan

menjadi hangus.70

Tersebutlah di dalam salah satu hadis rangkaian kisah Mi‟raj,

bahwasannya Rasulullah saw. Melihat ada orang-orang yang disuruh

memakan batu granit yang telah hangus merah berapi, lalu mereka makan,

69

Haji „Abdulmalik „Abdulkarîm Amrullah, Tafsîr al- Azhar, vol. XXX, h. 351-352. 70

Amrullah, Tafsîr al- Azhar, h. 352.

Page 48: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

34

sehingga merintihlah mereka, sebab perut mereka telah hangus terbakar.

Maka bertanyalah Rasulullah kepada jibril: “apa sebab, maka begini

dahsyatnya siksaan yang mesti diterima oleh orang-orang yang memakan

harta anak yatim dengan zalim.71

Q.S. al-Baqarah [2]: 220

.

tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak

yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan

jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan

Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan

perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat

mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana.

Menurut riwayat Abu Daud, an-Nasa‟i, dan al-Hakim dari Ibnu Abas,

karena telah banyak datang ayat-ayat peringatan tentang tata cara

pemeliharaan anak yatim dan pengelolaan hartanya, sehingga memelihara

anak yatim menjadi tidak menyenangkan bahkan menakutkan. Maka

sahabat bertanya kepada Rasulullah, bagaimana sebaiknya memelihara,

sebab memelihara mereka telah diperintahkan, sedang hartanya tidak boleh

termakan dengan jalan yang zalim. Oleh sebab itu Allah berfirman dalam

Q.S. al-Baqarah [2]: 220. Hendaklah memelihara mereka dengan sebaik-

baiknya, sebab mereka adalah saudara mu saudara yang seiman dan

bukankah orang yang beriman itu bersaudara? kalau memandang mereka

71

Amrullah, Tafsîr al- Azhar, h. 352.

Page 49: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

35

sebagai saudara sendiri, tentu kamu telah tahu bagaimana berlaku terhadap

mereka dan harta mereka. Jika rasa persaudaraan sudah tertanam dalam hati

maka penganiayaan terhadap anak yatim tidak akan terjadi. Jangan sampai

makan mereka dipisahkan. Itu adalah merendahkan, bukan menggauli.

Kalau ada anak yatim tinggal dirumah mu, pandanglah mereka sebagai

anakmu, anak kandung dan anak yatim harus diperlakukan sama tidak boleh

dibeda-bedakan semoga adanya anak yatim dalam rumahmu akan

membawa rizki 72

72

Amrullah, Tafsîr al- Azhar, h. 250-251.

Page 50: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

36

BAB III

NILAI DALAM AL-QUR’ÂN

A. Nilai

Dalam ilmu fiqh ukuran baligh jika sudah berusia 9 tahun untuk

perempuan dan 15 tahun untuk laki-laki. Anak yatim yang ditinggal mati

oleh orang tuanya ketika berusia 9 sampai 15 tahun menandakan masih

kurang mampunya dalam menjalankan kemaslahatan hidup yang menjamin

kebaikannya di masa yang akan datang. Pada saat ini usia 9 sampai 15 tahun

masih sangat membutuhkan pengayoman karena ditemukan anak-anak yang

masih berusia 9 sampai 15 tahun tidak stabil kejiwaanya, mereka belum bisa

menjaga diri sendiri dan hartanya jika anak yatim tersebut di tinggalkan harta

oleh kedua orang tuanya.

Mazhab Hanafi mewajibkan wali menyerahkan harta pada umur

dewasa dengan syarat cerdas, mampu dan pada umur 25 tahun walaupun

dalam keadaan tidak cerdas.73

Dalam sosiologi, nilai didefinisikan sebagai konsepsi (pemikiran)

abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.

Contohnya, orang menganggap menolong adalah perbuatan baik, sedangkan

mencuri adalah perbuatan buruk. Dengan demikian, perbuatan saling

menolong merupakan sesuatu yang bernilai dalam kehidupan masyarakat.74

73

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

Dhuafâ‟, h. 231-232. 74

Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi dan Antropologi untuk SMA dan MA Kelas X

kurikulum 2013 (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 131-132.

Page 51: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

37

Pendapat para ahli tentang pengertian nilai adalah sebagai berikut:

Soerjono Soekanto mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstark

dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.

B. Simanjuntak merumuskan nilai sebagai ide-ide masyarakat tentang

sesuatu yang baik.

Robert M.Z. Lawang mendefinisikan Nilai adalah gambaran

mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga, dan mempengaruhi perilaku

sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut.75

Nilai erat hubungannya dengan manusia, baik dalam bidang etika

yang mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari,

maupun bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan,

bahkan nilai masuk ketika manusia memahami agama dan keyakinan

beragama. Oleh karena itu nilai berhubungan dengan sikap seseorang sebagai

warga masyarakat, warga suatu bangsa, sebagai pemeluk suatu agama dan

sebagai warga dunia.76

Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam

dua konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif

yakni memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan

memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Kedua

memandang nilai itu subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek

75

Maryati dan Suryawati, Sosiologi dan Antropologi untuk SMA dan MA Kelas X

kurikulum 2013, h. 132. 76

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2006), h. 111-112.

Page 52: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

38

yang menilainya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir

tanpa hadirnya penilai. Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.77

B. Hubungan Nilai dan Pesan Al-Qur’ân

Nilai adalah sesuatu yang diinginkan, pantas, berharga, dan

mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Pesan al-Qur‟ân adalah perintah,

nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan melalui al-Qur‟ân itu sendiri.

Pesan al-Qur‟an tidak terlepas dari suatu nilai karena setiap pesan al-Qur‟ân

mempunyai nilai yang sangat penting, berharga dan diharapkan dapat segera

dipahami, diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan pribadi dan

berrmasyarakat. Pesan al-Qur‟ân mempunyai nilai yang sangat tinggi karena

pesan tersebut berisi larangan dan anjuran demi kebaikan hidup manusia dan

langsung Allah yang menyatakannya didalam al-Qur‟ân.

Melalui pesan al-Qur‟ân seseorang akan mengetahui apa yang

seharusnya dia lakukan dan tidak dia lakukan, jika seseorang mengamalkan

pesan al-Qur‟ân yang terkandung didalamnya akan menimbulkan dampak

positif bagi kehidupannya, karena pesan al-Qur‟an berisikan sesuatu yang

sangat penting yang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang dan dapat

mengatur keseimbangan hidup manusia.

Orang yang percaya terhadap pesan al-Qur‟ân ia akan lebih

menghargai diri sendiri dan orang lain, menebarkan damai, mempunyai sifat

kasih sayang terhadap sesama, tidak segan untuk menolong orang lain yang

membutuhkan dan menghindarkan dari perbuatan yang tidak bernilai luhur.

77

Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2006), h. 112.

Page 53: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

39

Al-Qur‟ân mampu mengubah pola pikir, sikap dan tingkah laku, baik

individu maupun masyarakat, di mana pun berada. Dalam arti kata bahwa

mulai dari jaman Nabi saw sampai sekarang. Al-Qur‟ân merupakan satu-

satunya alternatif untuk mengubah sikap dan pola pikir masyarakat.78

Pesan al-Qur’ân

1. Nilai

Pesan al-Qur‟ân mempunyai nilai yang sangat penting untuk

dijadikan gambaran kepada manusia tentang hal-hal yang semestinya

untuk dilakukan dalam kehidupannya.

Contoh nilai dalam al-Qur‟ân:

.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 183).79

Kandungan ayat diatas adalah nilai dari diperintahkannya ibadah puasa

yakni supaya bertakwa kepada Allah sang pencipta langit dan bumi. Dan

dapat memberikan pelajaran bagi kaum hartawan akan pahitnya rasa lapar

seperti yang dirasakan oleh kaum lemah, Dengan demikian diharapkan

mereka mau untuk membantu kaum lemah yang sangat membutuhkan

bantuan.

78

Umar Syihab, Kontekstualisasi al-Qur‟ân: Kajian Tematik atas ayat-ayat Hukum

dalam al-Qur‟ân, h. 41. 79

Q.S. al-Baqarah ayat 183.

Page 54: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

40

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al- Qur‟ân)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)

adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Ankabût: 45).80

Kandungan ayat diatas adalah nilai dari diperintahkannya ibadah shalat

yakni seseorang dapat tercegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.

Dan dengan memahami subtansi shalatnya seseorang dapat memberikan

kebaikan terhadap sesama yakni memberikan bantuan bagi yang

membutuhkan.

2. Norma

Norma adalah peraturan-peraturan yang dari situ manusia diharapkan

mematuhinya dalam hubungannya dengan orang lain. Norma tidak hanya

menyediakan petunjuk-petunjuk perilaku yang baik dalam situasi tertentu

tetapi juga memberikan ekspektasi mengenai bagaimana orang lain akan

merespon perilakunya.81

Contoh norma dalam al-Qur‟ân:

.

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

80

Q.S. al-Ankabût ayat 45. 81

Yusron Razak, Sosilogi Sebuah Pengantar (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama,

2008), h.144.

Page 55: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

41

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal

kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 188).82

Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya

memakan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syari‟at

Islam.

.

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang

lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang

melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka

hendaklah kamu Berlaku adil,Kendatipun ia adalah kerabat(mu),dan

penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu

agar kamu ingat. (Q.S. al-an‟am: 152).83

Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya

memakan harta orang anak yatim dengan cara yang tidak dibenarkan oleh

syari‟at Islam.

.

Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. al-Isrâ‟: 32).84

82

Q.S. Al-Baqarah ayat 188. 83

Q.S. al-an‟am ayat 152 84

Q.S. al-Isrâ ayat 32

Page 56: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

42

Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni dilarangnya

mendekati zina karena zina merupakan perbuatan yang keji.

.

.

.

Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh

ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan

itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang

perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara

bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-

anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak

perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang

menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu

(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang

telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu

(dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan

diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan

Page 57: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

43

menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,

kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. dan (diharamkan juga kamu

mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki

(Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan

Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri

dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri

yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada

mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan

Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling

merelakannya, sesudah menentukan mahar itu Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Nisâ‟: 22-24).85

Kandungan ayat diatas adalah norma atau aturan yakni mengenai

perkawinan.

3. Sistem

Sistem adalah seperangkat atau pengaturan unsur yang saling

berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan.86

Contoh sistem dalam al-Qur‟ân:

. . .

. . .

. . .

. .

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan. dan gunung-

gunung sebagai pasak?. dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan. dan

Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. dan Kami jadikan malam sebagai

pakaian. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. dan Kami bina

di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh. dan Kami jadikan pelita yang

Amat terang (matahari). dan Kami turunkan dari awan air yang banyak

85

Q.S. al-Nisâ‟ ayat 22 -24. 86

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern

English Press, 1995), h. 1442.

Page 58: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

44

tercurah. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-

tumbuhan. dan kebun-kebun yang lebat?. (Q.S. al-Nabâ‟: 6-16).87

.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.(Q.S. al-Baqarah: 178).

88

.

wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang

keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik

adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk

wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa

yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan

rezki yang mulia (surga). (Q.S. Al-Nûr: 26).89

4. Konsep

Konsep adalah gambaran mental suatu objek, proses, atau apapun yang

berada di luar biasa, yang dulu digunakan oleh akal budi untuk memahami

masalah-masalah lainnya.90

87

Q.S. al-Nabâ‟ ayat 6-16. 88

Q.S. al-Baqarah ayat 178. 89

Q.S. Al-Nûr ayat 26. 90

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern

English Press, 1995), h. 764.

Page 59: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

45

Saat membaca al-Qur‟ân, kita seringkali menemukan berbagai konsep

yang sudah kita kenal sebelumnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsep-

konsep itu merupakan kunci bagi kita untuk memahami al-Qur‟an. Misalnya

hikmah, kesabaran, kesetiaan, dan konsep berupa sifat-sifat Allah SWT.

Contoh konsep dalam al-Qur‟ân:

a. Konsep penciptaan Manusia didalam al-Qur‟ân

. .

.

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan

Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta

yang paling baik. (Q.S. al-Mu‟minûn: 12-14).91

b. Konsep penciptaan langit dan bumi didalam al-Qur‟ân

.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan

bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia

menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan

(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-

masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan

memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.

(Q.S. al-A‟raf: 54).92

91

Q.S. al-Mu‟minûn ayat 12-14. 92

Q.S. al-A‟raf ayat 54.

Page 60: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

46

dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan

bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis

edarnya.(Q.S. Al-Anbiyâ‟: 33).93

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia

menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan

menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut

waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun. (Q.S. al-Zumar: 5).94

.

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam

malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan

menurut waktu yang ditentukan. yang (berbuat) demikian Itulah Allah

Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan orang-orang yang kamu seru

(sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit

ari. (Q.S. Fathir: 13).95

.

.

93

Q.S. Al-Anbiyâ‟ ayat 33. 94

Q.S. al-Zumar ayat 5. 95

Q.S. Fathir ayat 13.

Page 61: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

47

.

.

dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah

malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta

mereka berada dalam kegelapan. dan matahari berjalan ditempat

peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha

mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,

sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia

sebagai bentuk tandan yang tua. tidaklah mungkin bagi matahari

mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan

masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yâsin: 37-40).96

96

Q.S. Yâsin ayat 37-40.

Page 62: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

48

BAB IV

NILAI-NILAI SOSIAL SURAH AL-MÂ’ÛN

Nilai sosial adalah kualitas perilaku, pikiran, dan karakter yang dianggap

masyarakat baik dan benar, hasilnya diinginkan, dan layak ditiru oleh orang lain.97

Nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al-Mâ‟ûn ini merupakan

perintah kepada setiap manusia untuk merealisasikannya dalam kehidupan.

Dibawah ini akan dipaparkan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sûrah al-

Mâ‟ûn sebagai berikut:

A. Pentingnya Memahami Agama dengan Benar

Agama adalah hubungan pribadi antara seseorang dengan Tuhan yang

diyakininya, termasuk dalam hubungan itu pandangan dan perasaannya

terhadap yang Maha Kuasa lagi Maha Agung itu.98

Agama adalah hubungan yang dirasakan antara jiwa manusia dan satu

kekuatan Yang Maha Dahsyat, dengan sifat-sifat-Nya yang amat indah dan

sempurna, dan mendorong jiwa itu untuk mengabdi dan mendekatkan diri

kepada-Nya. Pengabdian itu dilakukan baik karena takut maupun karena

berharap memperoleh kasih-Nya yang khusus, atau bisa juga karena dorongan

kagum dan cinta.99

97

Idianto Muin, Sosiologi SMA/MA Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2006), h. 47. 98

M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama (Jakarta: Mizan, 1999), h.

242. 99

M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi: al-Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan

Mayarakat, h. 22-23.

Page 63: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

49

Ada dua pesan pokok agama yakni:

Pertama, memberikan pesan dan ajaran agar seseorang memiliki visi

dan makna hidup yang bersumber dari kesadaran iman. Kita semua berasal

dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya, sehingga apa pun yang kita perbuat

selama di dunia ini mesti dipertanggungjawabkan kelak.

Kedua, dengan pemahaman dan penghayatan agama, seseorang bisa

tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, senantiasa menebarkan damai

dan manfaat bagi sesamanya. Rasulullah Muhammad Saw. Bersabda, “

sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak“ Dalam sabdanya

yang lain dikatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik

akhlaknya dan paling banyak memberi manfaat bagi sesamanya”.100

Hakikat pembenaran agama bukanlah ucapan dengan lidah, tetapi

perubahan positif dalam jiwa yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan

terhadap saudaranya sesama manusia, terhadap mereka yang membutuhkan

bantuan dan perlindungan. Allah menghendaki terhadap manusia dalam

perkataan dan perbuatannya sejalan sebab kalau tidak, maka itu semua hampa,

tidak berarti dan tidak dipandang-Nya.101

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban untuk

menyembah, kewajiban ini sesuai dengan tujuan al-Khaliq menciptakan

manusia. Allah SWT berfirman:

100

Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Books, 2012), h.

83-84. 101

M. Quraish Shihab. Menabur Pesan Ilahi: al-Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan

Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 27.

Page 64: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

50

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku. (Q.S. al-dzâriyât (51): 56).

Islam memandang bahwa manusia diciptakan Tuhan dilengkapi

dengan kemampuan untuk mematuhi tata tertib kehidupan sebagai satu

keseluruhan baik materil maupun spiritual. Jika seseorang mengonsentrasikan

pada sisi hidupnya. Dia masih tetap berhubungan dengan pekerjaan untuk

makanannya, untuk kepentingan masyarakat, dan anggota keluarganya.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dapat menjamin

terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya

terdapat kajian dan petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu

menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang

seluas-luasnya. Mengajarkan kehidupan yang dinamis dan Menghargai akal

pikiran manusia melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

mengutamakan waktu, persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap-sikap positif

lainnya. Namun kenyataan Islam sekarang menampilkan keadaan Islam yang

jauh dari cita-cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat Islam seperti

shalat, puasa, dan zakat dilakukan hanya sebatas membayar kewajiban saja,

buah dari ibadah tersebut tampak dalam kehidupan beragama di kalangan

masyarakat sering terjadi kesalah pahaman dalam menghayati pesan simbol

dari keagamaan. Akibatnya agama lebih dihayati sebagai pengalaman individu

dan bukan sebagai keberkahan sosial secara umum. Selama ini meningkatnya

jumlah orang mengunjungi tempat-tempat ibadah dan munculnya tokoh-tokoh

Page 65: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

51

ulama dalam acara sosial agama, itu hanyalah indikasi permukaan dalam

masyarakat. Hal ini menerangkan tentang perilaku keagamaan yang

sesungguhnya, yaitu nilai-nilai keagamaan menjadi pertimbangan utama

dalam berpikir maupun bertindak oleh individu dan sosial.102

Berbagai pendekatan dalam memahami agama dapat diungkapkan,

karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat

dirasakan oleh penganutnya dan dapat mengembangkannya dalam kehidupan

sehari-hari, baik itu berupa sikap atau amal perbuatan yang mengacu pada

arah kebijakan yang tidak merugikan satu dengan yang lainnya. Adapun

pedekatan tersebut adalah pendekatan historis, pendekatan sosial budaya,

pendekatan antropologi, dan pendekatan psikologi.

1. Berbagai pendekatan dalam memahami Agama

a. Pendekatan Historis

Pendekatan sejarah ini sangat penting dan dibutuhkan dalam

memahami agama, karena agama itu sendiri turun dari situasi yang

konkret dan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui

pendekatan sejarah ini seorang diajak untuk memasuki keadaan yang

sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.

b. Pendekatan Sosiologi

Melalui pendekatan sosiologi agama dapat dipahami dengan mudah,

karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.

102

M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Amzah , 2006), h. 57-58.

Page 66: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

52

c. Pendekatan Teologis Normatif.

Pendekatan teologis erat kaitannya dengan ajaran pokok dari Tuhan

yang didalamnya belum terdapat penularan pemikiran manusia. Dalam

pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak

dari Tuhan, tidak ada keraguan sedikit pun dan tampak bersikap ideal.

Dalam kaitan ini agama tampil prima dengan seperangkat cirinya yang

khas.

d. Pendekatan Antropologi

Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan

sebagai salah satu upaya dalam memahami agama dengan melihat

wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat. Melalui pendekatan agama sangat akrab dan dekat dengan

masalah-masalah yang dihadapi manusia, berupaya menjelaskan dan

memberikan jawabannya.

e. Pendekatan Psikologi

Dengan pendekatan Psikologi atau ilmu jiwa ini seseorang mengetahui

tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang.

Dapat juga digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke

dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya. Dengan ilmu ini

agama dapat menemukan cara yang tepat dan cocok untuk

menanamkannya.103

103

M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, h. 58-70.

Page 67: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

53

sebagian orang memahami petunjuk-petunjuk agama secara kaku

walaupun itu berkaitan dengan bidang keduniaan dan kemasyarakatan. yaitu,

misalnya, mereka mempertahankan teks ajaran dan makna-makna harfiahnya

tanpa memerhatikan konteks sosial dan perkembangan masyarakat pada masa

petunjuk itu disampaikan. Pola pikir semacam ini akan dapat menyulitkan

umat. Bayangkan saja kalau kita kini hanya mempersiapkan panah beserta

kuda-kuda yang ditambat untuk menghadapi musuh. Apa gerangan yang akan

terjadi bila kita diserang? Jika demikian, kita harus memahami bahwa ada

petunjuk-petunjuk Rasulullah saw. Yang diangkatnya sebagai contoh untuk

masyarakat beliau lima belas abad yang lalu. Petunjuk semacam ini harus

dipahami dalam konteksnya, kemudian disesuaikan dengan konteks kita masa

kini, karena junjungan kita Muhammad saw. Tidak selalu berfungsi sebagai

rasul. Tapi terkadang beliau berfungsi sebagai mufti yang menyampaikan

putusan atau hakim yang memutuskan perkara. Pada saat yang lain, beliau

adalah pemimpin yang menyesuaikan petunjuknya dengan kondisi

masyarakatnya, bahkan beliau terkadang sebagai seorang manusia biasa yang

memiliki keistimewaan, kecenderungan, serta kepentingan yang dapat berbeda

dengan manusia-manusia lain. Memahami petunjuk-petunjuk beliau atas dasar

pemilahan tersebut, menjadikan agama Islam benar-benar sesuai dengan

waktu dan tempat.104

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa hanya agamalah yang bisa

membuat manusia menjadi orang beriman yang sebenarnya. Hanya agamalah

104

M. Quraish Shihab, Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 2008), h. 47.

Page 68: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

54

yang memungkinkannya mengatasi sifat mementingkan diri sendiri dan

egoisme melalui keimanan dan ideologi, dan untuk menciptakan sejenis

kesalehan dan keyakinan di dalam pribadi seseorang, yang dengannya mereka

menerima sepenuhnya isu-isu kecil tentang ideologi mereka sekalipun. pada

saat yang sama, seorang manusia akan memeluk keimanannya dengan

sedemikian menghargai dan memuliakan sehingga hidup tanpanya akan

menjadi sia-sia, ia akan memegangnya erat-erat dengan penuh semangat dan

ketaatan. Keyakinan keagamaan menyebabkan pengaruh-pengaruh positif

yang luar biasa, dipandang dari kemampuannya untuk menciptakan

kebahagiaan dan kegembiraan atau memperbaiki hubungan-hubungan sosial,

atau mengurangi, bahkan menghapuskan sama sekali kesulitan-kesulitan yang

sebelumnya tak terhindarkan di dalam kehidupan.105

Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa

pemahaman dan penghayatan terhadap agama dengan benar akan memberikan

dampak terhadap pribadi yang baik dan memberikan manfaat kepada orang

banyak.

B. Pentingnya Penanganan dan Pengelolaan Anak Yatim

Menyantuni anak yatim adalah suatu keniscayaan yang harus

dilakukan oleh seorang Muslim yang mengaku beriman kepada Allah, sebagai

salah satu bentuk dan realisasi keimanan itu. Dan aturan-aturan dalam

menyantuni anak yatim telah dijelaskan dengan tegas, mendetail, terarah

105

Murtadha Muthahhari, Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci (Bandung:

Mizam , 2007), h. 92-94.

Page 69: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

55

hingga memberikan rambu-rambu untuk berhati-hati jangan sampai memakan

harta anak yatim secara haram baik dalam ayat maupun dalam hadis Nabi

saw. Para wali anak yatim sangat berperan dalam mengantar mereka, agar

mereka menjadi anak-anak yang saleh, cerdas, berguna, dan bermanfaat bagi

dirinya, keluarganya, agama bangsa dan negaranya. Sesungguhnya

Kebahagiaan yang terindah adalah ketika seseorang dapat membahagiakan

saudaranya yaitu anak yatim.

Anak yatim merupakan kelompok masyarakat yang lemah yang

sangat membutuhkan penanganan dan pengelolaan dari orang-orang

disekitarnya.

Penanganan dan pengelolaan anak yatim dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1. Hendaklah orang-orang beriman memuliakan mereka dengan memberikan

perlindungan kepada anak-anak yatim dari rasa takut, cemas, dan sedih

karena kehilangan orang tua.

2. Menanggung biaya hidup mereka dengan sebaik-baiknya secara wajar,

layak, dan sederhana sesuai dengan pola hidup yang berlaku pada

masyarakatnya.

3. Menjamin kelangsungan pendidikan anak yatim dengan sebaik-baiknya

sehingga mereka mendapat bekal pendidikan yang cukup untuk bisa hidup

(skill life education) secara mandiri dan bermartabat.

4. Memposisikan anak-anak yatim sebagaimana anak sendiri dengan

mengintegrasikan mereka dalam kehidupan keluarga sehingga mereka

Page 70: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

56

tidak kehilangan kehangatan, keintiman, perlindungan, cinta dan kasih

sayang dalam satu keluarga yang utuh. Anak-anak yatim sebaiknya

dipelihara dengan pola asuh sistem keluarga, bukan dengan sistem panti

asuhan. Mereka sebaiknya dijadikan anak angkat oleh setiap keluarga

Muslim yang mampu lahir batin namun jika sistem ini belum

memungkinkan, bisa saja anak-anak yatim itu diasuh dalam sebuah panti

asuhan dengan pola pengasuhan sebagimana layaknya di dalam

keluarga.106

5. Bahwa wali anak-anak yatim, baik orang maupun lembaga yang

menangani dan bertanggung jawab mengurusi anak-anak yatim yang

memiliki harta warisan dari orang tua mereka, tidak dibolehkan

menggunakan, mengalokasikan, dan mengelola harta mereka kecuali

dengan cara dan sistem yang mendatangkan manfaat dan mengembangkan

harta itu sendiri bagi kepentingan anak-anak yatim hingga mereka dewasa.

6. Bahwa cara dan sistem yang mendatangkan manfaat dan mengembangkan

harta anak yatim itu adalah sistem yang sekurang-kurangnya menjamin

keutuhan harta itu sedemikian rupa dengan dokumen dan surat-surat yang

absah dan memiliki kekuatan hukum yang kuat, serta menjadikan harta itu

mendatangkan keuntungan dan bertambah.

7. Bahwa lembaga sosial yang mengurusi anak yatim seperti panti asuhan

atau yayasan amal sosial hendaklah mengembangkan kapasitas pelayanan

sosialnya secara profesional dengan manajemen yang rasional, terbuka,

dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan akuntan publik.

106

PIC UIN Jakarta, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, h. 132-133.

Page 71: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

57

8. Sekiranya lembaga-lembaga sosial, yang mengurusi anak-anak yatim

tersebut menawarkan program kepada masyarakat dan meminta

masyarakat untuk memberikan bantuan finansial, maka penawaran

program tersebut, merupakan janji kepada masyarakat yang harus

dipenuhi dengan sebaik-baiknya karena janji akan dimintai pertanggung

jabawan, baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana disebutkan pada

ayat di atas bahwa “ Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung

jawaban “. Singkatnya bahwa lembaga sosial yang bertanggung jawab

atas pengasuhan anak-anak yatim yang mempunyai harta warisan itu harus

dapat mempertanggung jawabkan aset kekayaan anak-anak yatim tersebut

kepada masyarakat luas.107

C. Menyantuni Fakir Miskin

Al-Qur‟ân mewajibkan kepada setiap Muslim untuk berpartisipasi

menanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang tidak

memiliki kemampuan material, maka paling sedikit partisipasinya diharapkan

dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk

berpartisipasi aktif.108

Fakir miskin adalah kelompok orang yang sama sekali tidak memiliki

kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.109

107

PIC UIN Jakarta, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, h. 131-132. 108

M. Quraish Shihab, wawasan al-Qur‟an: tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat (

Bandung: Mizan, 2007), h. 605. 109

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan Kaum

dhu‟afâ‟, h. 47.

Page 72: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

58

Cara Mengentaskan Kemiskinan:

Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, al-Qur‟ân menganjurkan

banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi pada

tiga hal pokok.

1. Kewajiban setiap individu.

Jalan pertama dan utama yang diajarkan al-Qur‟ân untuk

pengentasan kemiskinan adalah kerja dan usaha yang diwajibakannya atas

setiap individu yang mampu.

Contoh:

Jika ditempat yang satu tidak ditemukan lapangan pekerjaan, al-

Qur‟ân menganjurkan kepada orang tersebut untuk berhijrah mencari

tempat lain sampai ia mendapatkan pekerjaan itu. Sebagaimana firman

Allah SWT.

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka

bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. (Q.S. al-Nisa‟

[4]: 100)

2. Kewajiban orang lain atau masyarakat.

Kemiskinan merupakan persoalan yang tidak boleh dianggap

sepele karena tanpa adanya pihak yang bertanggung jawab terhadap

permasalahan tersebut akan menimbulkan dampak yang buruk yaitu

kelaparan dan kematian. Agar tidak terjadi hal seperti itu hendaklah setiap

orang untuk mau memperhatikan dan membantu dalam hal penyelesaian

Page 73: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

59

kemiskinan. karena sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk

membantu saudaranya yang kekurangan.

3. Kewajiban pemerintah.

Pemerintah mempunyai peran penting dalam hal penyelesaian

kemiskinan yaitu dengan mengatur uang pajak dengan baik dan benar agar

dapat digunakan untuk kepentingan Negara salah satunya dalam hal

penyelesaian masalah kemiskina.110

Tanpa adanya keperdulian dari pihak-pihak lain terhadap masalah

kemiskinan maka persoalan kemiskinan akan lebih menimbulkan masalah-

masalah lain yaitu jiwa yang akan tergoncang sehingga ada keinginan

untuk bunuh diri. Sudah saatnya keluarga terdekat, masyarakat dan

pemerintah untuk benar-benar menyelesaikan kemiskinan yaitu dengan

menyantuninya dan menyiapkan lapangan pekerjaan untuk mereka.

D. Sholat Parameter Keimanan yang Mendalam

Sesungguhnya shalat merupakan rukun amal Islam terbesar yang

absolut. Ia merupakan syiar amali agama Islam yang teragung dan

menyatukan setiap ibadah-ibadah lain, termasuk di dalamnya puasa, zakat,

haji, jihad, tilawah al-Qur‟ân, dzikir kepada Allah dan lain sebagainya.111

Karena besarnya kedudukan dan posisi shalat, maka ia tidak boleh

ditinggalkan oleh seorang Muslim bagaimanapun kondisinya, kecuali bagi

110

M. Quraish Shihab, wawasan al-Qur‟an: tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat (

Bandung: Mizan, 2007), h. 597-604. 111

Muhammad Isnaini, Ensiklopedia Etika Islam Begini Semestinya Muslim Berperilaku

( Jakarta: Maghfirah, t.t.), h. 686.

Page 74: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

60

mereka yang kewajiban shalatnya telah gugur, seperti orang yang hilang akal ,

serta wanita haid dan nifas. Sholat wajib dilakukan baik oleh orang sakit,

sehat, fakir, kaya, dalam kondisi takut, aman, dan lain sebagainya.112

Kalaulah umat islam menghargai shalat dengan sebenarnya dan

melaksanakannya secara sempurna, niscaya ia akan menjadi sebab terbesar

untuk memperbaiki ketimpangan hidup dan kondisi mereka. Sesungguhnya

shalat adalah sebagimana yang Allah swt firmankan:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu al-kitab (al- Quran)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)

adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. al-„Ankabût [29]: 45)

Dasar kekurangan dan rahasia ketidakseimbangan tersebut adalah

banyaknya orang yang menunaikan bahkan kebanyakan dari mereka shalat

hanya sebagai potret dan bentuk rutinitas tanpa esensi. Hal itu bisa dalam

bentuk meremehkan setiap apa yang berhubungan dengan sholat atau

menganggapnya hanya sebagai kebiasaan. Dengan demikian spirit shalat tidak

dapat dihayati, kekhusyukan tidak bisa raih, dan hakikat shalat sebagai

medium komunikasi antara hamba dan Rabb-nya tak mampu pula dipahami.

Shalat seperti itu tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.

Bahkan terkadang, keluar dari masjid justru langsung melakukan kemaksiatan,

112

Isnaini, Ensiklopedia Etika Islam, h. 686.

Page 75: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

61

terjerembab dalam perbuatan haram, atau berusaha untuk melakukan

pekerjaan yang dimurkai Allah swt.113

Untuk itu, yang wajib bagi setiap muslim adalah memahami hakikat

shalat, beruasaha mengerti rahasia-rahasianya, mewujudkan spriritnya,

menghidupkan shalat sebagaimana mestinya dan beretika dengan etika shalat

guna meraih buah yang terkandung dalam ibadah ini. Karena sesungguhnya

sholat merupakan suatu parameter dari keimanan seseorang.114

1. Shalat suatu rangka pokok dari iman

Di dalam al-Qur‟ân Tuhan telah menegaskan bahwa “shalat”

adalah suatu rangka pokok dari iman, dengan beberapa firman-Nya,

diantaranya Ayat-ayat yang dibawah ini :

Alif laam miin. Kitab (al-Qur‟ân) ini tidak ada keraguan padanya:

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa(yaitu) mereka yang beriman kepada

yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki

yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman

kepada kitab (al-Qur‟ân) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-

Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya

(kehidupan) akhirat. (Q.S. al-Baqarah [2]: 1-4)

Ayat ini menegaskan, bahwa: “orang-orang yang muttaqien

(mukminin), „ialah: “ mereka yang beriman akan “yang ghaib”, yang tidak

kelihatan pada pandangan matanya: mendirikan sholat dan mengeluarkan

113

Muhammad Isnaini, Ensiklopedia Etika Islam Begini Semestinya Muslim Berperilaku,

h. 686. 114

Isnaini, Ensiklopedia Etika Islam, h. 686.

Page 76: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

62

sebahagian hartanya untuk kemaslahatan umum kemaslahatan masyarakat,

yang dinamai: “jalan Allah.” Juga menegaskan, bahwa: “mengerjakan

shalat dan mengeluarkan harta untuk yang tersebut, adalah hasil dari

dorongan iman akan Allah yang bersemi dalam jiwa.” Lihatlah susunan

Ayat. Tuhan meletakkan perkataan “dan mendirikan sholat,” sesudah

perkataan „beriman akan yang ghaib”, dan tuhan meletakkan perkataan

“dan mengeluarkan sebahagian harta untuk kemaslahatan umum,” sesudah

perkataan “mendirikan sholat.” Susunan ini memberi pengertian, bahwa :

iman yang teguh bersemi di lubuk jiwa, menarik kepada sholat. Sholat

yang ditegakkan dengan sempurna dengan khusyu‟ yang menjadi spiritnya

(rohnya), membawa kepada rela mengorbankan sebahagian harta untuk

kepentingan pergaulan hidup bersama.

2. Shalat, syarat diterima iman dan amal

“Tiada diterima sesuatu amal dari seseorang, melainkan dia

mengerjakan shalat.”

Bersabda Nabi SAW:

permulaan amalan yang diperiksa dari amalan seseorang hamba pada

hari kiamat, ialah: shalatnya. Diperhatikan benar-benar shalatnya. Maka

jika betul urusan shalatnya, mendapat kemenanganlah dia. Jika tidak

betul urusan shalatnya, rugi dan sia-sialah urusannya. (H.R. al-

Thabarany dari Anas r.a., al-Targhib l: 210).

Orang yang memudah-mudahkan shalat, mengenteng-

entengkannya, berarti memudah-mudahkan dan mengenteng-entengkan

Page 77: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

63

Islam. Peruntungan seorang manusia dalam Islam adalah menurut

peruntungan yang mereka peroleh dari shalat: kegemaran mereka kepada

Islam, adalah menurut kegemaran mereka kepada shalat.

3. Tidak ada iman tanpa shalat

Seseorang yang mengaku bahwa dirinya beriman tapi tdak

mengerjakan sholat maka keimanannya tersebut tidak dibenarkan oleh

syara‟. Karena seseorang yang berimana akan senantiasa mengerjakan

segala perintah Allah swt termasuk shalat karena shalat merupakan tolak

ukur kepribadian seseorang jika shalatnya benar tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan perbuatan baik lainnya.115

Dalam hal mematuhi ketentuan-ketentuan-Nya, kita sering kali

lupa bahwa ketentuan-ketentuan-Nya adalah sarana mendekatkan diri

kepada-Nya. Ia juga bisa menjadi media pemeliharaan diri kepada-Nya. Ia

juga bisa menjadi media pemeliharaan diri dari dosa dan pelanggaran

sekaligus prasyarat bagi lahirnya kemaslahatan pribadi dan masyarakat.

Ketentuan-ketentuan itu memiliki bentuk formal yang tidak boleh

diabaikan, tetapi pada saat yang sama memiliki substansi yang harus

selalu menyertainya. Tanpa substansi itu, maka pelaksanaan perintah-Nya

tidak memberi bekas di dalam jiwa. Shalat, misalnya, dalam pandangan

hukum agama Islam adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Tetapi ia juga memiliki

substansi yang bila diabaikan, maka pelakunya terancam dengan

kecelakaan.

115

T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Sholat ( Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 45.

Page 78: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

64

Substansi Sholat adalah perwujudan makna kelemahan manusia dan

kebutuhannya kepada Allah. Subtansi itu juga menggambarkan keagungan

dan kebesaran-Nya, yang jika bisa bergabung dalam jiwa manusia, ia

memeroleh kekuatan yang bersumber dari-Nya. Kalau subtansi shalat seperti

itu adanya, wajarlah manusia bermuka dua ketika melakukannya? Mereka

yang berbuat demikian berarti tidak menghayati arti shalatnya dan lalai dari

tujuannya.

Yang melaksanakan shalat adalah mereka yang butuh kepada Allah

serta mendambakan bantuan-Nya karena sholat berarti do‟a kalau demikian

wajarkah yang butuh ini, menolak membantu sesamanya yang butuh, apalagi

jika dia memiliki kemampuan? Tidakkah dia mengukur dirinya dan

kebutuhannya kepada Tuhan? Jika dia enggan memberi pertolongan, maka

pada hakikatnya dia tidak menghayati arti dan tujuan shalat, seperti yang

diuraikan di atas.116

Berdasarkan redaksinya, perintah shalat selalu menggunakan

ungkapan “dirikan atau tegakkan (aqîmu)”, sehingga menurut Sayyid Quthb

maknanya jelas “Hanya shalat yang ditegakkan dengan benar yang akan

mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar, karena shalat

itu merupakan hubungan dengan Allah yang di dalamnya orang akan malu

jika ia membawa dosa-dosa besar dan perbuatan keji ketika ia berhadapan

dengan Allah SWT”. padahal, shalat itu merupakan ritual untuk

116

M. Quraish Shihab. Menabur Pesan Ilahi: al-Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan

Masyarakat, h. 25-26.

Page 79: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

65

membersihkan diri dan menyucikannya sehingga tidak sesuai dan

bertentangan dengan kotoran perilaku keji dan kemungkaran.117

Kalau kita memerhatikan perintah shalat dalam al-Qur‟ân, kita akan

menemukan bahwa perintah shalat selalu dimulai dengan kata aqimu (kecuali

dua ayat, atau bahkan Cuma satu ayat). Kata aqîmu biasa diterjemahkan

dengan “mendirikan”, meskipun sebenarnya terjemahan tersebut tidak tepat.

Karena, seperti kata mufasir al-Qurthubiy dalam tafsirnya, aqîmu bukan

terambil dari kata qâma yang berarti “berdiri”, tetapi kata itu berarti

“bersinambung dan sempurna”. Sehingga perintah tersebut berarti

“melaksanakannya dengan baik, khusyuk dan bersinambung sesuai dengan

syarat rukun dan sunnahnya”.118

Kalau demikian, banyak yang shalat, tapi tidak melaksanakannya.

Yang shalat dengan sempurna rukun, syarat, dan sunnahnya pun tidak sedikit

yang tidak menghayati arti dan tujuan shalatnya. Celakalah orang-orang yang

shalat, tetapi lalai akan (makna) shalat mereka, yakni mereka yang riya‟ dan

menghalangi pemberian bantuan (Q.S. al-Mâ‟ûn ayat 4-7).119

Menurut Ibnu Katsir Shalat yang benar adalah harus menghasilkan dua

hal: meninggalkan perbuatan keji dan mungkar, serta membangun komunikasi

“zikir” yang berkesinambungan dengan Allah SWT seperti yang tertuang

dalam pernyataan ayat secara berurutan. Abul Aliyah mengemukakan bahwa

dalam shalat yang benar terangkum tiga karakter: keikhlasan yang menyuruh

117

Atabik Luthfi. Tafsîr Tazkiyah: Tadabur ayat-ayat untuk Pencerahan dan Penyucian

Hati ( Jakarta: Gema Insani, 2009), h. 125. 118

M. Quraish Shihab, Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan , 2008), h. 132. 119

M. Quraish Shihab, Kisah dan Hikmah Kehidupan, h. 132.

Page 80: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

66

berbuat yang ma‟ruf, kekhusyuan, dan ketundukan yang menuntut untuk

menghindari perbuatan yang mungkar, serta zikrullah yang mengharuskan

mengikuti aturan-Nya dalam perintah dan larangan.120

Demikian makna sosial yang diisyaratkan dari ayat di atas yang secara

korelasi memiliki hubungan dengan surah Hûd ayat 87.

Mereka (kaum Syu‟aib) berkata, „Apakah shalatmu menyuruh kamu agar

kami meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang kami dan apa

yang kami perbuat dengan harta kami sesuka hati kami. (Q.S. Hûd ayat 87).

Ternyata shalat yang selalu mewarnai kehidupan Nabi Syu‟aib A.S.

itulah yang menjadi motivasi dia untuk menegakkan amar ma‟ruf dan nahi

mungkar ditengah-tengah kaumnya.

Sungguh satu penegasan sekaligus peringatan Allah SWT bagaimana

seluruh ibadah yang diperintahkan-Nya turut memberi warna dan nilai yang

luhur dalam kehidupan sehari-hari. Sa‟id Hawwa menyimpulkan bahwa

semua ibadah yang diperintahkan seperti shalat, puasa, zakat, dan sebagainya

merupakan obat penyembuh dan suplemen makanan yang layak dijadikan

bekal yang mendasar bagi seorang mukmin. Bekal ini harus menjadi prinsip

dalam kehidupannya agar bisa hidup sesuai dengan aturan Allah SWT, karena

hanya dengan aturan Allah-lah kehidupan ini akan terasa nyaman, indah,

damai, dan membawa kebahagiaan bagi semua pihak.121

120

Atabik Luthfi, Tafsîr Tazkiyah: Tadabur ayat-ayat untuk Pencerahan dan Penyucian

Hati, h. 125-126. 121

Atabik Luthfi, Tafsîr Tazkiyah: Tadabur ayat-ayat untuk Pencerahan dan Penyucian

Hati, h. 125-126.

Page 81: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

67

Rasulullah SAW bersabda: “Menyebut seseorang yang tidak mampu

menjaga perilaku sosialnya sebagai seorang yang muflis yang akan

dijerumuskan ke dalam neraka, meskipun ia shalat, puasa dan berzakat.” (HR

Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).

Sudah saatnya shalat kita yang sudah berlangsung berpuluh-puluh

tahun lamanya, kita beranjak dari dimensi ritual teoretis menuju dimensi

sosial aplikatif yang memberi kebaikan bagi semua. Saatnya menjadikan

shalat sebagai solusi efektif dalam menghadapi berbagai problematika sosial.

Saatnya menjadikan shalat sebagai upaya menegakkan amar ma‟ruf dan nahi

mungkar sehingga terbangun keseimbangan antara mutu internal shalat

dengan dampak eksternalnya. Inilah makna sosial dari ayat, “ … dan

dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji

dan mungkar.”122

Sholat merupakan suatu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh

ummat islam Allah swt menyebut bahwasannya setelah keimanan kita kepada

yang ghaib kita diperintahkan untuk melaksanakan sholat begitu pentingnya

shalat sehingga perintah sholat dicantumkan setelah perintah beriman kepada

yang ghaib. Sholat merupakan suatu syarat diterimanya iman dan amal, karena

dengan melaksanakan sholat berarti kita telah beriman kepada Allah dengan

demikian kita akan melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh

Allah dan menjauhi larangannya serta merasa takut apabila melakukan

perbuatan yang dilarang oleh-Nya. Sebanyak apapun amal yang telah

diperbuat apabila sholatnya rusak maka amal tersebut tidak diterima oleh

122

Luthfi, Tafsîr Tazkiyah: Tadabur ayat-ayat untuk Pencerahan dan Penyucian Hati, h.

125-126.

Page 82: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

68

Allah karena ketika sholat sudah benar maka iman dan amalpun akan benar

pula. Keimanan seseorang dapat terlihat dari sholatnya jika beriman tapi tidak

melaksanakan sholat maka orang tersebut tidak dikatakan beriman karena

tidak ada iman tanpa sholat karena iman bukan hanya diartikan sebagai

pembenaran dalam hati akan tetapi lebih jauh diartikan sebagai melaksanakan

segala yang diperintahkan oleh Allah swt. Banyak yang melaksanakan sholat

akan tetapi tidak mengetahui subtansi sholatnya, mereka tidak memahami apa

yang diperintahkan oleh Allah ketika melihat orang yang sedang

membutuhkan pertolongan mereka tidak perduli karena mereka hanya

sekedar mengerjakan sholatnya saja akan tetapi tidak mengerti apa subtansi

sholat tersebut Sudah saatnya sholat memberikan dampak positif bagi sosial

dengan perduli terhadap sesama dan dengan demikian sempurnalah keimanan

seseorang karena bukan saja melaksanakan sholat akan tetapi mengetahui

subtansinya dan melaksanakannya.

E. Tolong-menolong

Secara umum, al-Qur‟ân memerintahkan kepada manusia untuk saling

bekerja sama dan tolong menolong dalam mengatasi masalah-masalah sosial

dalam kehidupan masyarakat. Firman Allah dalam sûrah al-Mâ‟idah [5]: 2.

.

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

(Q.S. al-Mâ‟idah ayat 2.)

Page 83: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

69

Ayat ini dapat dipahami sebagai perintah kepada semua orang Islam

dalam kehidupan setiap saat, yaitu supaya dalam perilaku sehari-hari, selalu

bekerja sama.123

dan tolong menolong dalam hal kebaikan.124

Termasuk

melaksanakan tanggung jawab dalam mengatasi masalah-masalah sosial di

masyarakat, karena permasalahan sosial sering terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

Orang islam diminta peduli kepada orang lain, dengan cara

memberikan atensi atau perhatian, dan solusi, yaitu penyelesaian terhadap

problem di masyarakat, seperti memberikan bantuan yang diperlukan, atau

menyampaikannya kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam

penyelesaian masalah tersebut, ataupun memberikan pemikiran tentang jalan

dan cara-cara menyelesaikan masalah sosial tersebut.125

Ayat ini juga melarang umat islam untuk tolong menolong dalam hal

kejelekan, yang bukan hanya tidak membantu penyelesaian masalah sosial

tersebut tetapi bahkan menciptakan dan menambah masalah sosial baru

dimasyarakat. Oleh karena itu tolong menolong harus selalu dipupuk dengan

baik dalam kehidupan masyarakat luas agar terjalin hubungan yang harmonis

antar sesama masyarakat.126

Tolong menolong dalam persaudaraan harus menjadi sifat seorang

mukmin dalam hidup bermasyarakat juga diisyaratkan dalam Q.S. al-Taubah

[9]: 71.

123

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: Tanggung jawab Sosial (Jakarta:

Departemen Agama, 2008), h. 142. 124

UII, al-Qur‟ân dan Tafsîrnya, vol. XXX (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), h.

203. 125

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: Tanggung jawab Sosial, h. 143. 126

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: Tanggung jawab Sosial, h. 143.

Page 84: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

70

.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu

akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana. (Q.S. al-Taubah [9]: 71).

Kalimat yang secara langsung mengisyaratkan bahwa sesama orang

beriman tolong menolong adalah بعضهم اولياء بعض, ini berbeda dengan redaksi

yang digunakan ayat 67 sûrah yang sama, ketika menyifati orang munafik

yang menggunakan redaksi بعضهم من بعض (sebagian mereka dari sebagaian

yang lain). Perbedaan ini menurut al-Biqâi untuk mengisyaratkan bahwa kaum

mukmin tidak saling menyempurnakan dalam keimananya, karena setiap

orang di antara mereka telah mantap imannya, atas dalil-dalil pasti yang kuat,

bukan berdasar taklid.127

Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan oleh Sayyid Qutub yang

menyatakan bahwa walaupun tabiat sifat munafik sama dan sumber ucapan

dan perbuatan itu sama, yaitu ketiadaan iman, kerusakan moral dan lain-lain,

tetapi persamaan itu tidak mencapai tingkat yang menjadikan mereka auliyâ‟.

Untuk mencapai tingkat auliyâ‟ dibutuhkan keberanian, tolong menolong serta

biaya dan tanggung jawab.128

127

Ali Nurdin, Quranic Society (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 277. 128

Ali Nurdin, Quranic Society, h. 277.

Page 85: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

71

Dengan demikian ayat ini menegaskan bahwa: orang-orang yang

beriman satu sama lain wajib tolong menolong: masing-masing mereka

menyuruh ma‟ruf, mencegah mungkar, mendirikan shalat, mengeluarkan

zakat, menta‟ati Allah dan RasulNya.129

Memberikan pertolongan kepada orang lain merupakan perintah Allah

SWT dan dianjurkan oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda :

Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia,

niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang

siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan

memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. barang siapa menutup aib

seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah

akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong

saudaranya. ( HR. Muslim).

Dari hadis di atas sudah jelas bahwasannya sebagai makhluk sosial

harus saling tolong- menolong terhadap sesama karena niscaya Allah pun

akan menolong kepada siapa saja yang menolong saudaranya yang

membutuhkan.

Allah SWT tidak menyukai terhadap orang yang banyak harta tetapi

kikir dan enggan menolong orang yang kekurangan. Padahal Allah sendiri

sangat pemurah menolong siapa saja dan memberikan rizki kepada siapa saja.

Tetapi mengapa manusia begitu kikir terhadap sesamanya sementara rizki

129

T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Sholat, h. 39-45.

Page 86: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

72

yang ada padanya hanyalah titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang

miskin dan anak yatim. Karena Allah bersifat pemurah, maka Dia mencintai

orang yang suka membantu orang lain. Rasulullah SWT dalam satu sabdanya

menerangkan bahwa orang yang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan

manusia dan dekat pula dengan surga sebaliknya,orang kikir jauh dari Allah,

jauh dari manusia dan jauh pula dari surga. Oleh sebab itu, Allah mencela

orang yang banyak harta tetapi enggan membantu orang yang memerlukan

pertolongan. Maka, orang yang tidak mau mengulurkan tangan untuk

membantu orang lain, baik dengan harta, tenaga maupun pikirannya termasuk

mendustakan agama.130

Dalam al-Qur‟ân, orang berjiwa pemurah dipandang sebagai manusia

yang berbahagia dalam hidup. Orang demikian adalah orang yang ringan

dalam memberikan pertolongan kepada orang lain. Apabila ada seseorang

yang ringan memberi pertolongan, bukan dikarenakan ia memiliki banyak

harta, tetapi hal tersebut telah menjadi karakternya yang khas. Orang demikian

adalah orang yang tidak dikuasai atau didominasi rasa kikir yang pada

hakikatnya menyusahkan dirinya. Siapa pun tidak disebut pemurah jika jiwa

dan perilakunya masih didominasi sifat kikir. Penolong dan kikir merupakan

dua hal yang bertolak belakang.131

Dalam al-Qur‟ân kaitan ini, tampaknya al-Qur‟ân memandang bahwa

sifat pemurah merupakan sifat yang harus ditumbuh kembangkan, sehingga

manfaatnya dapat dirasakan, yaitu dengan menghilangkan sifat kikir. Sifat

130

T.H. Thalhas, Tafsîr pase: Kajian Sûrah al-Fâtihah dan Sûrah-sûrah dalam Juz „amm,

h. 132-133. 131

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟âni (Jakarta: Amzah, 2011), h. 136.

Page 87: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

73

kikir dalam diri manusia merupakan penyakit jiwa yang tidak sehat. Ia harus

dieliminasi dari jiwa manusia, agar pergaulan hidup berjalan normal dan

harmonis. Kebencian dan kecemburuan akan muncul, justru diarahkan kepada

mereka yang berjiwa kikir.132

Oleh karena itu, Allah mengarahkan agar manusia menghilangkan sifat

kikirnya dengan melatih diri bersifat pemurah, yakni dengan membayar zakat,

berinfak, dan bersedekah. Jika baru sebatas membayar zakat, itu belum

pemurah. Akan tetapi, jika telah sering berinfak atau bersedekah, baru dapat

dikatakan tanda-tanda pemurah. Allah SWT berfirman :

Siapa yang dijaga jiwanya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang

yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9 ).

Di lain tempat Allah berfirman:

Dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah

orang-orang yang beruntung. (Q.S. al-Taghabun [64]: 19).

Dua kali Allah menegaskan demikian dalam al-Qur‟ân. Hal ini berarti

penting dipahami bahwa orang penolong yang jiwanya telah dijaga dari sifat

kikir (yang merupakan tabiat aslinya), akan muncul menjadi orang yang

beruntung dalam hidup. Dalam realitas hidup, mereka yang banyak dan besar

infak dan sedekahnya, semakin makmur dan sejahtera hidupnya. Allah SWT

yang membuatnya demikian, karena Dia telah menyatakan :

132

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟âni , h. 136.

Page 88: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

74

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah

melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha

Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Q.S. al-Baqarah [2] : 261).

Dari ayat tersebut al-Qur‟ân menyebutkan dengan mantap menjamin

orang yang pemurah, bahwa ia akan berubah menjadi orang yang beruntung.

Nabi SAW juga menjelaskan.133

Bahwa orang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dari

manusia, dan jauh dari neraka sedangkan orang kikir jauh dari Allah, dari

surga, dari manusia, dan dekat dengan neraka. (H.R. Tirmidzy).

Singkatnya, pemurah itu dekat dengan manusia, sedangkan orang kikir

justru sebaliknya. Pada realitasnya, orang pemurah disenangi masyarakat

karena kemurahannya, sedangkan orang yang kikir dibenci dan dijauhi

masyarakat karena kekikirannya. Tidak hanya itu, bahkan Allah SWT sangat

senang kepada orang dermawan. Sebaliknya, Dia benci kepada orang yang

kikir. Oleh karena itu dikatakan, orang pemurah dekat ke surga, sedangkan

orang kikir dekat ke neraka. 134

133

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟âni , h. 136. 134

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟âni, h. 137-138.

Page 89: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

75

Sikap murah hati dan kedermawanan dikenal dengan istilah itsâr yang

secara harfiah berarti mengutamakan orang lain. Itsâr, seperti diutarakan

Imam al-Ghazali pada kitab Ihya „Ulûm al-Dîn, berarti kesediaan seseorang

untuk mendermakan hartanya di jalan Allah, meski ia sendiri

membutuhkannya.135

Dalam al-Qur‟ân, Allah SWT. memuji orang-orang yang memiliki

sikap dermawan. Firman Allah:

.

Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka

sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari

kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. (Q.S. al-Hasyr

[59]: 9)

Itsâr merupakan salah satu bentuk dari kualitas moral (akhlâq al-

karîmah) yang sangat tinggi, yang menuntut bukan saja kepedulian, tetapi

juga pengorbanan. Karena itu, menurut Suhrawardi dalam Awarif al-Ma‟rif,

seorang tak mungkin memiliki sifat itu, kecuali yang bersangkutan memiliki

dua sifat berikut ini.

Pertama, ia memiliki hati dan jiwa yang bersih serta keluhuran budi

pekerti. Kedua, ia berpendapat bahwa segala yang ada di muka bumi,

termasuk harta kekayaan yang dimiliki adalah milik Allah SWT. semata.

Untuk itu, ia akan memandang harta kekayaan sebagai titipan tuhan (amanah)

135

Ilyas Ismail, Pilar-pilar Takwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan Spiritual

( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h. 129.

Page 90: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

76

yang harus diteruskan dan disampaikan kepada yang lebih berhak

menerimanya. 136

Harta harus dimanfa‟atkan bagi kepentingan umum dan dipergunakan

untuk mengatasi berbagai krisis, melalui pengeluaran zakat, saling menolong

dan menukar kemanfaatan. Inilah sikap terhadap materi menurut pandangan

Syari‟at Islam. Semua harta dari dan milik Allah. Harta harus bermanfaat bagi

semua orang.137

Orang yang pemurah biasanya sangat disenangi masyarakat. Ini berarti

orang tersebut memiliki banyak kemungkinan untuk pengembangan aspek-

aspek kehidupannya, baik ekonomi, sosial, pergaulan, silaturrahmi, dan

sebagainya. Semua aspek itu akan semakin berkembang ke arah yang semakin

maju yang lebih menguntungkan dirinya.138

Islam mewajibkan kepada para hartawan agar mereka mendistribusi-

kan sebagian kekayaannya kepada fakir miskin

.

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. al-Taubah [9]: 103).

Harta yang kita distribusikan, selain untuk membersihkan harta dari

ketidakhalalan cara-cara meraihnya, juga berdimensi sosial, yakni berderma

136

Ilyas Ismail, Pilar-pilar Takwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan

Spiritual, h. 129. 137

Mahmud Syaltût, Tafsîr al-Qurânul Karîm Tafsîr al-Qur‟ânul Karîm pendekatan

Syaltut Dalam Menggali Esensi al-Qur‟ân, h. 348-358. 138

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟âni, h. 137-139.

Page 91: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

77

untuk fakir miskin sehingga harta benda itu tidak hanya berputar di kalangan

hartawan. Setiap kekayaan yang kita miliki, harus kita keluarkan zakatnya,

kita dermakan kepada mereka yang kekurangan sehingga harta kita bersih dan

orang yang kekurangan pun ikut terpenuhi kebutuhan hidupnya.139

Memberi kepada orang lain sesungguhnya membuat diri sendiri

menerima sesuatu yang sering jauh lebih besar dan berharga dari yang

diberikan. Tak ada orang yang jatuh miskin karena memberi, dan tak ada

orang yang kehilangan senyum bahagia karena memberi senyuman kepada

sesama. Mari berderma dengan apa saja yang kita punya.140

139

Hasyim Muzadi, Radikalisme Hancurkan Islam (Jakarta: Center for Moderate Muslim

(CMM), 2005), h.107-108. 140

Komaruddin Hidayat, Agama punya seribu Nyawa, h. 105.

Page 92: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas pada judul “Nilai Sosial Dalam Sûrah al-

Mâ’ûn: Penafsiran Modern Tentang Anak Yatim” penulis berkesimpulan,

bahwa nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sûrah tersebut diantara lain:

1. Pentingnya memahami agama dengan benar

memahami agama dengan benar akan memberikan kebaikan untuk diri

sendiri dan orang lain disekitarnya.

2. Pentingnya penanganan dan pengelolaan anak yatim

ketidakadaan orang tua maka tidak ada lagi pelindung untuk mereka,

oleh karena itu mereka memerlukan penanganan dan pengelolaan seperti

menanggung biaya kehidupannya serta pendidikannya, menjaga hartanya

dan mengelolanya dengan baik dan mengasuhnya dalam pola asuh

sistem keluarga atau pola asuh sistem panti asuhan.

3. Menyantuni fakir miskin

fakir miskin adalah bagian dari kelompok masyarakat yang sangat

dicintai oleh Rasulullah saw. Maka sudah semestinya kita sebagai

ummatnya harus mencintai dan menyantuni mereka.

4. Shalat parameter keimanan yang mendalam

shalat merupakan parameter keimanan seseorang jika shalatnya dapat

membawa dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat

Page 93: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

79

memberikan kebaikan terhadap orang lain maka benarlah shalatnya jika

tidak maka sia-sialah shalatnya.

5. Tolong-menolong

tolong-menolong harus menjadi sifat seorang mukmin dalam hidup

bermasyarakat. Al-Qur‟ân memerintahkan kepada manusia untuk saling

tolong-menolong dalam mengatasi masalah-masalah sosial dalam

kehidupan masyarakat seperti halnya perkara anak yatim dan fakir

miskin, mengingat mereka sangat membutuhan perhatian dan

penanganan dari masyarakat karena kecilnya dan ketidakmampuannya

dalam menjalankan kehidupan.

B. Saran-saran

1. Penelitian ini masih sangat perlu untuk dilanjutkan dan dikembangkan

lebih luas lagi dengan menggali lagi ayat-ayat al-Qur‟ân yang

mengandung nilai-nilai sosial kemasyarakatan dengan harapan

menyadarkan kepada khalayak bahwa keperdulian terhadap sesama

haruslah selalu tertanam dalam setiap jiwa manusia.

2. Penulis sendiri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya,

seyogyanya menjadikan karya kecil ini sebagai sarana introspeksi diri.

Siapa tahu kita tidak sadar jika nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sûrah

al-mâ‟ûn ini belum direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan.

Page 94: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

80

DAFTAR PUSTAKA

„Abduh, Syekh Muhammad. Tafsir Juz „Amma. Penerjemah Muhammad Bagir.

Bandung: Mizan, 1998.

„Abdulkarim, Haji „Abdulmalik. Tafsîr al- Azhar, Jilid XXX. Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1982.

Abdullah, Muhammad Yatimin. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah, 2006.

al-Khalafi, „Abdul „Azhim bin Badawi. al-Wajiz: Ensiklopedi Fiqih Islam dalam

âl-Qur‟ân dan al-Sunnah al-Shahih, terjm, Ma‟ruf Abdul Jalil Jakarta:

Pustaka as-Sunnah, 2006.

al-marâgî, Ahmad Mustafâ. Tafsîr al-Marâgî, Jilid XXX. Semarang: PT. Karya

Toha Putra, 1993.

Astuti, Robitoh Widi. “Pendusta Agama dalam al-Qur‟ân: studi atas sûrah al-

Mâ‟ûn.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2009.

Departemen Agama, Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: al-Qur‟ân dan Pemberdayaan

Kaum Dhuafâ‟. Jakarta: Departemen Agama, 2009.

Departemen Agama. Tafsîr al-Qur‟ân Tematik: Tanggung Jawab Sosial. Jakarta:

Departemen Agama, 2009.

Ghafur, Abdul Waryono. Tafsîr Sosial .Yogyakarta: Elsaq, 2005.

Hidayat, Komaruddin. Agama punya seribu Nyawa. Jakarta: Noura Books, 2012.

Ibrâhîm, „Isa Alî al-Sayyid. hadis-hadis dan atsar yang berkaitan dengan

Keutamaan sûrah-sûrah al-Qur‟ân. Jakarta: Sahara, 2010.

Imani, Allamah Kamal Faqih . Tafsir Nûrul Qur‟ân: Sebuah Tafsîr Sederhana

Menuju Cahaya al-Qur‟ân, Jilid XX. Jakarta: al-Huda, 2006.

Ismail, Ilyas. pilar-pilar Takwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan

Spiritual. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Isnaini, Muhammad. Ensiklopedia Etika Islam Begini Semestinya Muslim

Berperilaku. Jakarta: Maghfirah, t.t.

Luthfi, Atabik. Tafsîr Tazkiyah Tadabur ayat-ayat untuk Pencerahan dan

Penyucian Hati. Jakarta: Gema Insani , 2009.

Page 95: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

81

Makhluf, Muhammad Hasanain. Kamus al-Qur‟ân. Penerjemah Hery Noer Aly.

Bandung: Gema Risalah Press Bandung, 1987.

Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. Sosiologi dan Antropologi untuk SMA dan MA

Kelas X kurikulum 2013. Jakarta: Erlangga, 2013.

Muin, Idianto. Sosiologi SMA/MA Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2006

Muzadi, Hasyim. Radikalisme Hancurkan Islam. Jakarta: Center for Moderate

Muslim (CMM), 2005.

Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Jakarta: CeQD, 2007.

Nawawi, Syauqi Rif‟at. Kepribadian Qur‟âni, Jakarta: Amzah, 2011.

Noer, Jefry. Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral

Melalui Sholat yang Benar, Jakarta: Kencana, 2006.

Nurdin, Ali. Quranic Society. Jakarta: Erlangga, 2006.

PIC UIN Jakarta. Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: IAIN

Indonesian Social Equity Project, 2006.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1985.

Razak, Yusron. Sosilogi Sebuah Pengantar . Jakarta: Laboratorium Sosiologi

Agama, 2008.

Santoso, Budi. Kamus al-Qur‟ân : Tiga Bahasa Arab, Indonesia, Inggris Jakarta:

Pena Pundi Aksara, 2008.

Setiadi, M. Elly. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2006.

Shiddieqy, T.M. Hasbi. Pedoman Sholat. Jakarta: Bulan Bintang, 1983.

Shiddieqy, T.M. Hasbi. al-Bayan: Tafsîr Penjelas al-Qur‟ânul Karîm. Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2002.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur‟ân, jilid II. Jakarta: lentera Hati, 2011.

--------. al-Lubâb makna, tujuan, Dan Pelajaran dari Al-Fâtihah dan juz „Amma.

Jakarta: Lentera Hati, 2008.

--------. al-Qur‟ân dan Maknanya, Ciputat: Lentera Hati, 2010.

Page 96: NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1 MODERN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24569/1/MAGFIROH-TH.pdf · NILAI SOSIAL DALAM SÛRAH AL- 0ƶÓ1 3(1$)6,5$1

82

--------. Fatwa-Fatwa Seputar Wawasan Agama. Jakarta: Mizan, 1999.

--------. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, 2008.

--------. Menabur Pesan Ilahi : al-Qur‟ân dan Dinamika Kehidupan Mayarakat.

Jakarta: Lentera Hati, 2006.

--------. Tafsîr al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟ân, Ciputat:

Lentera Hati, 2000.

--------. wawasan al-Qur‟an: tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat,

Bandung: Mizan, 2007.

Salim Peter, dan Salim,Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta:

Modern English Press, 1995.

Syaltût, Mahmud. Tafsîr al-Qur‟ânul Karim pendekatan Syaltut Dalam Menggali

Esensi al-Qur‟ân. Diponegoro: Diponegoro, 1990.

Syihab, Umar. Kontekstualisasi al-Qur‟ân: Kajian Tematik atas ayat-ayat Hukum

dalam al-Qur‟ân. Jakarta: Penamadani, 2005.

Teba, Sudirman. Nikmatnya Sholat. Ciputat: Irvan, t.t.

Thalhas, T.H. Tafsîr pase: Kajian Sûrah al-Fâtihah dan Sûrah-sûrah dalam Juz

„amma. Jakarta: Bale Kajian Tafsîr al-Qur‟ân pase, 2001.

Ubaidah, Darwis Abu. Tafsîr al-Asas, Jilid XII. Jakarta: al-Kautsar, 2012.

UII, al-Qur‟ân dan Tafsîrnya, Jilid XXX. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990.

Yusuf, M. Yunan. Tafsir juz „Amma As-Siraju „L Wahhaj (Terang Cahaya Juz

„Amma), Jilid XXX. Jakarta: Penamadani, 2010.