uji aktivitas antioksidan -...

Download UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/2082221004142082084709January... · vitamin C dosis 6,5 mg/kgBB. Kesimpulan : Uji aktivitas

If you can't read please download the document

Upload: lymien

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 1Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDANREBUSAN DAUN SAMBANG GETIH

    (Hemigraphis bicolor Boerl.) SECARA IN VIV0

    Dra. Lestari Rahayu, MS., Apt., Ni Made Dwi S, S.Si, M.Kes., Apt.,Dr. Ros Sumarny, MS., Apt., Lili Yusnita Sari

    Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta.

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Aktivitas fisik yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya stresoksidatif pada manusia dan pada mencit. Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimanaproduksi radikal bebas melebihi produksi antioksidan. Antioksidan merupakan seperangkatsistem pertahanan yang dapat melindungi tubuh dari kerusakan oleh radikal bebas.Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas antioksidan rebusan daun sambang getih secara invivo dengan mengukur kadar MDA plasma mencit yang diberi perlakuan dengan carapemberian rebusan daun sambang getih selama 7 hari dan perenangan selama 55 menitpada hari ke-7.Metode : Pengujian aktivitas antioksidan secara in vivo dengan mengukur kadar MDAplasma dilakukan dengan cara pembagian 30 ekor mencit menjadi 6 kelompok yaitukelompok normal, kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif vitamin C dosis 6,5mg/kgBB, kelompok perlakuan dosis 1,95 g/kgBB, kelompok perlakuan dosis 3,9g/kgBB, kelompok perlakuan dosis 7,8 g/kgBB, selama 7 hari dan dan perenangan selama55 menit pada hari ke-7.Hasil : Pengukuran aktivitas antioksidan secara in vivo didapat kadar MDA plasmakelompok normal sebesar 1,660,50 nmol/mL, kelompok kontrol negatif sebesar5,670,30 nmol/mL, kelompok kontrol positif vitamin C dosis 6,5 mg/kgBB sebesar1,450,58 nmol/mL, kelompok perlakuan dosis 1,95 g/kgBB sebesar 1,990,21 nmol/mL,kelompok perlakuan dosis 3,9 g/kgBB sebesar 1,460,18 nmol/mL dan kelompokperlakuan dosis 7,8 g/kgBB sebesar 0,850,19 nmol/mL. Kadar MDA plasma kelompokperlakuan dosis 3,9 g/kgBB tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positifvitamin C dosis 6,5 mg/kgBB.Kesimpulan : Uji aktivitas antioksidan rebusan daun sambang getih menunjukkan bahwakadar MDA plasma pada ketiga kelompok perlakuan dosis tidak berbeda bermakna dengankelompok kontrol positif vitamin C dosis 6,5 mg/kgBB.

    Kata kunci : Antioksidan, sambang getih, MDA

    Nama : Dra. Lestari Rahayu, MS.,AptInstitusi : Fakultas Farmasi Universitas PancasilaAlamat :Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta

    SelatanEmail : [email protected] : 081386583899Fax : 021-7864723

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 2Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    PENDAHULUAN

    Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak

    berpasangan pada lintasan paling luar. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga dapat

    bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein, lipid dan DNA (1). Dalam keadaan normal

    radikal bebas yang diproduksi di dalam tubuh tidak berbahaya dan penting untuk fungsi biologis

    seperti pengaturan pertumbuhan sel. Namun ketika diproduksi dalam jumlah yang berlebihan oleh

    sel, radikal bebas dapat menjadi berbahaya karena saat masuk ke dalam tubuh radikal bebas ini

    akan mencari pasangan elektron lain dengan mengambil elektron dari sel tubuh sehingga

    membentuk reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru (2). Beberapa sumber radikal

    bebas antara lain: polusi lingkungan (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik), sinar ultra violet

    matahari, radiasi, obat-obatan dan aktivitas fisik yang berlebih (3).

    Aktivitas fisik yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif pada manusia dan

    pada mencit (4). Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana produksi radikal bebas melebihi

    produksi antioksidan (3). Peningkatan radikal bebas pada mencit dapat dilakukan dengan cara

    perenangan, karena ketika dimasukkan ke dalam bak renang, mencit akan mengalami stres dan

    berusaha untuk bertahan hidup dengan cara berenang sekuat tenaga (5). Dalam keadaan stres

    oksidatif akan menyebabkan perubahan pada berbagai senyawa antara lain protein dan lipid. Pada

    rantai asam lemak tak jenuh lapisan fosfolipid membran akan diserang oleh radikal hidroksil

    menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Produk hasil peroksidasi lipid dalam tubuh yang terdapat

    dalam bentuk bebas atau terkompleks dengan jaringan di dalam tubuh disebut malondialdehid

    (MDA). Keberadaan malondialdehid (MDA) ini bersifat toksik terhadap sel (6).

    Salah satu upaya untuk mengatasi bahaya potensial dari radikal bebas, tubuh dilengkapi oleh

    seperangkat sistem pertahanan yang dapat membatasi kerusakan yang diakibatkan oleh radikal

    bebas yang disebut sebagai antioksidan (7). Sistem pertahanan antioksidan ini terbagi menjadi

    antioksidan enzimatik dan antioksidan nonenzimatik. Antioksidan enzimatik antara lain superoksida

    dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan katalase, sedangkan antioksidan non enzimatik

    diantaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten, albumin, glutation dan selenium (8).

    Golongan antioksidan lain yang terkenal adalah antioksidan dari senyawa polifenol dan yang paling

    banyak diteliti adalah golongan flavonoid (9). Senyawa tersebut banyak terdapat di dalam tumbuh-

    tumbuhan salah satunya adalah sambang getih (Hemigraphis bicolor Boerl.). Sambang getih

    merupakan tanaman asli Indonesia dan pada umumnya ditemukan tumbuh liar atau di tanam di

    halaman dan taman sebagai tanaman hias. Senyawa kimia yang terdapat dalam daun sambang getih

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 3Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    adalah flavonoid, polifenol dan tanin (10). Dibeberapa penelitian menyebutkan tanaman yang

    mengandung flavonoid, polifenol dan tanin dapat memiliki aktivitas antioksidan (7,9).

    Pada penelitian ini ingin dilihat aktivitas antioksidan pada rebusan daun sambang getih secara

    in vivo dengan mengukur kadar malondialdehid (MDA). Pengujian aktivitas antioksidan secara in

    vivo dilakukan dengan mengukur kadar MDA dalam material biologi. Analisis MDA merupakan

    analisis radikal bebas secara tidak langsung dan mudah dalam menentukan jumlah radikal bebas

    yang terbentuk, analisis radikal bebas secara langsung sulit dilakukan karena senyawa radikal

    sangat tidak stabil dan reaksinya pun berjalan sangat cepat. Pengukuran kadar MDA dapat

    dilakukan dengan pereaksi thiobarbituric acid (TBA) membentuk senyawa MDA-TBA, senyawa

    ini berwarna merah muda yang dapat diukur intensitasnya dengan menggunakan spektrofotometer

    UV-VIS. Pengukuran kadar MDA telah digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan

    oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas (6).

    BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

    BAHAN

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan daun sambang getih, vitamin C, eter,

    heparin, asam trikloroasetat (TCA) 20%, asam tiobarbiturat (TBA) 0.67%, tetraetoksipropan (MDA

    standar) dan aquadest.

    ALAT

    Sonde oral, alat sentrifuge, alat-alat bedah, bak renang, tabung reaksi, rak tabung, labu tentukur,

    kertas saring, pipet volume, pipet filler, alumunium foil, timbangan hewan, mikropipet, penangas

    air, lemari pendingin, tabung effendrof, timbangan analitik (AND GR 200), spektrofotometer

    Genesys 10UV.

    METODE PENELITIAN

    1. Persiapan tanaman yang akan diuji

    a. Pengumpulan tanaman yang didapat dari Balai Penelitian Obat dan Aromatik

    (BALITRO).

    b. Determinasi tanaman untuk memastikan kebenaran simplisia dari tanaman yang akan

    digunakan dalam penelitian.

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 4Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    2. Pengukuran aktivitas antioksidan secara in vivo dengan mengukur kadar MDA plasma.

    a. Pembuatan sediaan uji (rebusan daun sambang getih)

    Timbang 30 gram daun segar sambang getih, dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai

    setengah dari volume awal, setelah dingin kemudian disaring, masukkan air rebusan daun

    sambang getih ke dalam wadah gelas atau botol.

    b. Persiapan hewan percobaan

    1) Adaptasi hewan percobaan selama 1 minggu pada lingkungan laboratorium untuk

    membiasakan mencit hidup pada lingkungan baru dan diberi makan pelet standard dan

    minum.

    2) Pengelompokan hewan percobaan

    30 ekor mencit yang sehat dibagi dalam 6 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5

    ekor, yaitu:

    Kelompok I : Kelompok kontrol normal yang diberi aquadest.

    Kelompok II : Kelompok kontrol negatif yang diberi aquadest dan

    perenangan selama 55 menit pada hari ke-7.

    Kelompok III : Kelompok kontrol positif yang diberi vitamin C

    6,5mg/kgBB per-oral setiap hari selama 7 hari dan perenangan

    selama 55 menit pada hari ke-7.

    Kelompok IV : Kelompok yang diberi rebusan daun sambang getih dosis 1,95

    g/kgBB per-oral setiap hari selama 7 hari dan perenangan selama 55

    menit pada hari ke-7.

    Kelompok V : Kelompok yang diberi rebusan daun sambang getih dosis 3,9

    g/kgBB per-oral setiap hari selama 7 hari dan perenangan selama 55

    menit pada hari ke 7.

    Kelompok VI : Kelompok yang diberi rebusan daun sambang getih dosis 7,8

    g/kgBB per-oral setiap hari selama 7 hari dan perenangan selama 55

    menit pada hari ke 7.

    c. Pengambilan sampel darah,

    1) Mencit dieutanasia dengan eter lalu diletakkan telentang pada papan bedah, bagian dada

    dan perut diolesi dengan alkohol 70% dan dilakukan pembedahan.

    2) Darah diambil dari jantung menggunakan jarum suntik dan ditempatkan dalam tabung

    sentrifuse yang telah diberi antikoagulan heparin, darah yang diperoleh disentrifuse

    dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, setelah terpisah lapisan atas (plasma)

    yang berwarna bening kekuningan diambil untuk pengukuran kadar MDA.

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 5Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    d. Pengukuran aktivitas antioksidan secara in vivo

    1) Kadar MDA plasma yang diukur menurut metode Wills. 200 L larutan sampel

    (plasma) ditambahkan 1 ml trikloroasetat (TCA) 20% dan 2 ml asam tiobarbiturat

    (TBA) 0,67%.

    2) Larutan dicampur homogen dan dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit.

    3) Setelah dingin disentrifuse pada 3000 rpm selama 10 menit. Filtrat yang berwarna

    merah muda diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm menggunakan

    spektrofotometer UV-VIS. Kadar MDA dihitung dengan menggunakan kurva baku

    MDA dengan konsentrasi 0; 0,025; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8 dan 1,6 nmol/ml (10).

    TAHAP PENELITIAN

    1. Persiapan tanaman yang akan diuji

    a. Pengumpulan tanaman yang didapat dari Balai Penelitian Obat dan Aromatik (BALITRO).

    b. Determinasi tanaman untuk memastikan kebenaran simplisia dari tanaman yang akan

    digunakan dalam penelitian.

    c. Pembuatan larutan sediaan uji (rebusan daun sambang getih).

    2. Persiapan hewan percobaan

    a. Adaptasi hewan percobaan selama 1 minggu dilakukan untuk membiasakan mencit hidup

    pada lingkungan baru.

    b. Pemberian sediaan uji rebusan daun sambang getih secara oral selama 7 hari pada hewan

    percobaan.

    c. Peningkatan kadar MDA plasma dengan cara perenangan.

    d. Pengambilan sampel darah.

    3. Pengujian aktivitas antioksidan secara in vivo dengan mengukur kadar MDA plasma.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. DETERMINASI TANAMAN

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 6Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Herbarium Bogoriense Bidang

    Botani LIPICibinong, Bogor dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran jenis dari tanaman

    yang digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah daun sambang getih (Hemigraphis bicolor Boerl.) dari

    suku Acanthaceae.

    B. PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SECARA IN VIVO DENGAN

    MENGUKUR KADAR MDA PLASMA

    Hasil uji kenormalan dan homogenitas data MDA yang diperoleh menunjukkan data tidak

    terdistribusi normal dan tidak homogen, sehingga data dianalisis dengan statistik

    nonparametrik menggunakan uji Kruskal Wallis

    Tabel 1. Hasil pengukuran kadar MDA plasma (nmol/mL)

    NoKadar MDA plasma (nmol/mL)pada kelompok ke

    I II III IV V VI

    1 2,2540 5,4050 0,7715 1,9508 1,2433 0,9737

    2 1,3950 5,3700 1,0580 1,7823 1,3780 0,8726

    3 1,9675 6,0445 1,3445 1,8497 1,7318 1,0580

    4 1,7150 5,6065 2,2035 2,0856 1,5128 0,8053

    5 0,9570 5,9095 1,8665 2,3214 1,4286 0,5526

    8,2885 28,3355 7,2440 9,9898 7,2945 4,2622

    Rata-rata 1,6577 5,6671 1,4488 1,9980 1,4589 0,8524

    SD 0,5037 0,3008 0,5845 0,2139 0,1812 0,1933

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 7Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    Gambar 1. Hasil pengukuran kadar MDA plasma

    Keterangan :

    I : Kelompok kontrol normal yang diberikan aquadest.

    II : Kelompok kontrol negatif.

    III : Kelompok kontrol positif, yang diberi vitamin C 6,5 mg/kgBB.

    IV : Kelompok perlakuan dosis 1,95 g/kgBB.

    V : Kelompok perlakuan dosis 3,9 g/kgBB.

    VI : Kelompok perlakuan dosis 7,8 g/kgBB

    Gambar 1. memperlihatkan bahwa kadar MDA antara kelompok II (5,66710,3008) berbeda

    dengan kadar MDA kelompok III (1,44880,5845), kelompok IV (1,99800,2138), kelompok

    V (1,45890,1812) dan kelompok VI (0,85240,1933).

    Tabel 2. Hasil uji statistik beda rata-rata kadar MDA plasma (nmol/ml) antar kelompok

    Kelompok Median I II III IV V VI

    I 0,8289

    II 2,8336

    III 0,7244 *

    IV 0,9990 *

    V 0,7295 * *

    VI 0,4262 * * *

    Keterangan : * (ada perbedaan bermakna pada =0,05)

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 8Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    Tabel 2. memperlihatkan ada atau tidaknya perbedaan antara masing-masing kelompok

    terhadap kadar MDA yang telah diuji secara statistik. Antara kelompok II (kelompok kontrol

    negatif) dengan kelompok III (kelompok kontrol positif), kelompok IV (kelompok perlakuan

    dosis 1,95 g/kgBB), kelompok V (kelompok perlakuan dosis 3,9 g/kgBB) dan kelompok VI

    (kelompok perlakuan dosis 7,8 g/kgBB) menunjukkan adanya perbedaan bermakna.

    Antara kelompok III (kelompok kontrol positif) dengan kelompok IV (kelompok perlakuan

    dosis 1,95 g/kgBB), kelompok V (kelompok perlakuan dosis 3,9 g/kgBB) dan kelompok VI

    (kelompok perlakuan dosis 7,8 g/kgBB) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna .

    Antara kelompok IV (kelompok perlakuan dosis 1,95 g/kgBB) dengan kelompok V

    (kelompok perlakuan dosis 3,9 g/kgBB) dan kelompok VI (kelompok perlakuan dosis 7,8

    g/kgBB) menunjukkan adanya perbedaan bermakna, begitu pula antara kelompok V (kelompok

    perlakuan dosis 3,9 g/kgBB) dengan kelompok VI (kelompok perlakuan dosis 7,8 g/kgBB)

    juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna.

    Dalam penelitian ini ingin dilihat kemampuan antioksidan dari luar tubuh (antioksidan

    eksogen) dalam mengatasi bahaya potensial dari radikal bebas. Antioksidan adalah senyawa

    yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang

    sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Sistem pertahanan antioksidan dibagi

    menjadi antioksdian endogen dan antioksidan eksogen. Antioksidan endogen antara lain

    superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx) dan katalase, sedangkan

    antioksidan eksogen antara lain (vitamin E, vitamin C, flavonoid, polifenol,dll). Antioksidan

    endogen merupakan sistem pertahanan utama (primer) terhadap kondisi stres oksidatif yang

    bekerja dengan cara mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas yang baru, sedangkan

    antioksidan eksogen merupakan antioksidan sekunder yang bekerja dengan cara membantu

    antioksidan endogen ketika jumlah antioksidan endogen tidak mampu mengatasi jumlah radikal

    bebas yang berlebihan dalam tubuh serta mencegah terjadinya reaksi berantai.

    Radikal bebas merupakan senyawa oksidan kuat yang dapat menimbulkan kerusakan

    pada senyawa-senyawa yang ada di dalam tubuh jika, jumlahnya melebihi jumlah antioksidan

    di dalam tubuh (stres oksidatif). Namun, keberadaan radikal bebas juga diperlukan oleh tubuh

    bila jumlahnya seimbang dengan antioksidan, contohnya untuk membunuh komponen patogen

    yang menginvasi tubuh (11).

    Dalam penelitian ini peningkatan kadar MDA plasma pada kelompok kontrol negatif

    menunjukkan terjadinya peningkatan oksidasi lemak tak jenuh yang banyak terdapat didalam

    membran. Hal ini terjadi karena pemberian stressor pada mencit melalui aktivitas fisik yang

    berlebih dengan cara perenangan selama 55 menit, dimana aktivitas fisik yang berlebih ternyata

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 9Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    dapat meningkatkan radikal bebas dalam tubuh (12), karena ketika mencit dimasukkan ke

    dalam bak renang, mencit akan mengalami stres dan berusaha untuk bertahan hidup dengan

    cara berenang sekuat tenaga (5).

    Kelompok yang diberikan antioksidan rebusan daun sambang getih dan vitamin C

    menunjukkan terjadinya pencegahan oksidasi lemak tak jenuh. Daun sambang getih

    mengandung senyawa flavonoid dan polifenol (10). Vitamin C, flavonoid dan polifenol

    merupakan antioksidan eksogen dimana senyawa tersebut memiliki kemampuan untuk

    menangkal radikal bebas seperti superoksida dan radikal hidroksil, menghambat peroksidasi

    lipid dan menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas (13).

    Pencegahan oksidasi lemak tak jenuh pada kelompok yang diberikan rebusan daun

    sambang getih sama dengan pencegahan oksidasi lemak tak jenuh pada kelompok yang

    diberikan vitamin C. hal ini menunjukkan bahwa rebusan daun sambang getih memiliki

    kemampuan sama dengan vitamin C yang telah terbukti efektif sebagai antioksidan.

    SIMPULAN

    Uji aktivitas antioksidan rebusan daun sambang getih yang diuji secara in vivo dengan mengukur

    kadar MDA plasma menunjukkan bahwa kadar MDA plasma pada kelompok perlakuan dosis tidak

    berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif vitamin C.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Harjanto. Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga. Jurnal KedokteranYarsi.2004;12(3):82,83&85

    2. Agus Zainal AN. Stress oksidatif dan penyakit degenerative: Suatu tinjauan biokimia. JurnalKedokteran Yarsi.2002;10(3):69

    3. Sugianto NL. Pemberian jus delima merah (punica granatum) dapat meningkatkan kadarglutation peroksidase darah pada mencit (Mus musculus) dengan aktivitas fisik maksimal(tesis). Denpasar: Program Pascasarjana;2011.h.3&5.

    4. Senturk UK, Gunduz F, Kuru O, Aktekin MR, Kipmen D, Yalcin O, et al. Exercise inducedoxidative stress affects erythrocytes in sedentary rats but not exercise-trained rats. J ApplPhysiol;2001; 91.

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 10Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

    5. Kurnianingsih. Uji efek tonikum suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers. Ex Hook.f. & Thoms) terhadap ketahanan berenang mencit (Mus musculus L.) jantangalur DDY (skripsi). Depok: FMIPA Departemen Biologi Universitas Indonesia; 2006.h.34.

    6. Prangdimurti E, pratiwi D, Zamhoor H, Pertiwi K, Dewi R, Nugroho G. Pengaruh proteinransum dan pemberian teh hijau terhadap kadar malondialdehid (MDA) organ hati tikuspercobaan. Makalah Kimia Organik bahan Alam 2009;h.2.

    7. Ahmad A, Patong Rauf. Aktivitas antikanker senyawa bahan alam kurkumin dan analognyapada tingkat molekuler. Jurnal Kedokteran Yarsi.2006;14(2):159

    8. Nisma F, Situmorang A, Fajar M. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% bunga rosella(Hibiscus sabdariffa L.) berdasarkan aktivitas SOD (superoxyd dismutase dan kadar MDApada sel darah merah domba yang mengalami stress oksidatif secara in vitro (Skripsi). Jakarta:Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka; 2011.h.2.

    9. Nurhasana F, Syamsudin. Efek antioksidan dari ekstrak biji petai cina (Leucaena leucocephalaL) Pada Tikus Putih. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.2004;3(1):1-3.

    10. Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. Inventaris tanaman indonesia. Jilid I. Jakarta: Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 1991.h.286-287.

    11. Winarsi H. Antioksidan alami dan radikal bebas potensi dan aplikasinya dalam kesehatan.Yogyakarta: Kanisius; 2007. 12,14&16.

    12. Jawi IM, Ngurah IB, Sutirtayasa IWP, RaiManuaba IB. aktivitas fisik maksimal akut dapatmeningkatkan kadar SGOT SGPT dan menimbulkan degenerasi sel hati mencit. JurnalKedokteran Yarsi.2006;14 (3):204.

    13. Yuhernita. Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun surian yangberpotensi sebagai antioksidan. Makara, sains 2011;15(1):50-51.

  • Dipresentasikan pada acara Kongres Nasional XIV Hal. 11Ikatan Farmakologi Indonesia; Manado, 31 Okt -2 Nop 2013

  • Cover Makalah Sambang Getih(1).pdfSurat Tugas_IKAFI MANADO(1).pdfMakalah Daun Sambang Getih_Konas 14_Oke.pdfSertikat Konas XIV_Ros Sumarny.pdf